Oleh:
VIRGO MANDALA PUTRA
NIM. 2019.C.11a.1033
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. V Dengan Diganosa Medis Hipertensi Heart Disease (HHD) Di Ruang
ICVCU Rsud Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun
guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan III (PPK III).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK III.
4. Efri Dulie, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. Sri Widiati, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan di RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya yang telah memberikan izin ditempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pneumonia............................................................................4
2.1.1 Definisi.............................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi.............................................................................4
2.1.3 Etiologi.............................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi........................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi.....................................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis............................................................................9
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................9
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..................................................................10
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................11
2.2.1 Pengkajian keperawatan.................................................................11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................12
2.2.3 Intervensi Keperawatan..................................................................14
2.2.4 Implemenrasi Keperawatan............................................................19
2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................19
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................20
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................28
3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................31
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..................................................33
BAB 4 PENUTUP
iii
4.1 Kesimpulan................................................................................................36
4.2 Saran...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37
LAMPIRAN..........................................................................................................38
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
5
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. V dengan
diagnosa medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. V dengan
diagnosa medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. V dengan
diagnosa medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya
3. Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan pada Ny. V dengan
diagnosa medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya
4. Mahasiswa mampu membuat implementasi keperawatan pada Ny. V dengan
diagnosa medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya
5. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada Ny. V dengan diagnosa
medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya
6
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palngka Raya dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang serta
sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu
keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai pendokumentasian
1.4.4 Bagi IPTEK
Untuk membantu mengembangkan Ilmu Pengetahuan Teknologi di bidang kesehatan
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
(pangkal jantung) dan di sebut basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang
disebut apeks kordis. Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan ( kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas
diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di
bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya jantung yang di sebut iktus kordis.
Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya
kira– kira 250 – 300 gram.
a. Lapisan jantung
Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender yang melapisi rongga endotel atau
selaput lender yang melapisi permukaan rongga jantung. Miokardium merupakan
lapisan inti dari jantung terdiri dari otot – otot jantung, otot jantung ini membentk
bundalan – bundalan otot yaitu:
a) Bundalan otot atria , yang terdapat di bagian kiri/ kanan dan basis kordis yang
membentuk serambi atau aurikula kordis.
b) Bundalan otot ventrikel , yang membentuk bilik jantung, di ualai dari cincin
atrioventrikular sampai di apeks jantung.
c) Bundalan dari otot ventrikuler merupakan dinding pemisah antara ruang serambi
dan bilik jantung.
b. Katup – katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup – katup yang sangat penting artinya dalam susunan
perdaran darah dan pergerakan jantung manusia.
a) Valvula biskuspidalis , terdapat antara atrium dextra dengan ventrikel dextra
terdiri dari 3 katup.
b) vena biskuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra
terediri 2 katup.
c) vulva semilunaris artei pulmonalis, terletak antara ventrikel dextra dengan arteri
pulmonali , tempat darah mengalir menuju ke paru – paru.
d) vena semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sisnistra dengan aorta tepat
darah mengalir menuju keseluruh tubuh.
9
2. Pembuluh darah
a. pembuluh darah arteri
Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa
darah ke seluruh dari ventrikel sinistra di sebut aorta. Arteri mempunyai 3 lapisan yang
kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan trdiri dari 3 lapisan.
1) Tunika intima / interna. Lapisa paling dalam sekali behubungan dengan darah
dan terdiri dari jaringn endotel.
2) Tunika media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang terdiri dari
jaringan otot yang polos.
3) Tunika eksterna / adventesia. Lapisan yang palng luar sekali trdiri dari jaringan
ikat lembur yang menguatkan dinding arteri.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari cabang terhalus dari
arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler pembentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh. Kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain
menjadi darah yang lebih besar disebut vena.
c. Vena ( pembuluh darah balik )
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung Beberapa vena yang penting :
1) 1.Vena cava superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan membawa darah kotor dari daerah
kepala, thorax dan ektremitas atas.
2) Vena cava inferor
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh
bagian bawah.
3) Vena cava jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.
Siklus jantung
Jantung mempunyai 4 pompa yang terpisah. Dua pompa primer atrium dan 2
tenaga ventrikel periode akhir kontraksi jantung sampai kontraksi berikutnya dinamakan
siklus jantung. Tiap-tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi secara spontan
pada simpul SA ( sinotrial) yang terletak pada dinding posterium atrium kanan dekat
10
muara vena kava superior. Potensial aksi berjalan dengan cepat melalui atrioventrikular
( AV ) ke dalam vebtrikel, karena susunan khusus sistem pengantar atrium ke ventrikel
terdapat perlambatan 1/10 detik antara jalan implus jantung dan atrium ke dalam
ventrikel. Hal ini memungkinkan atrium berkontraksi mendahului ventrikel , atrium
bekerja sebagai pompa primer bagi ventrikel dan ventrikel kemudian menyediakan
sumber tenaga utama bagi pergerakan darah melalui sistem vaskular.
2.1.3 Etiologi
Menurut Oman (2018), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah :
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
d. Kebiasaan hidup yaitu kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah:
Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
Kegemukan atau makan berlebihan.
Stress.
Merokok.
Minum alcohol.
Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).
11
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
a. Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
b. Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
c. Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
d. Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
e. Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
Menurut Mansjoer (2018), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Oman (2018), secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai
dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection adn Treatment of High Blood Pressure” sebagai Berikut :
No Kategori Sitolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
12
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
2.1.5 Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri
yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah
perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri
adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral
seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system
renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja.
Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab
hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa
perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya
eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi
eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena
meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara
menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding
ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang
memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan
penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga
meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner, yaitu :
a) Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh
darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian
terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance
pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
13
b) Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit
otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler
dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari
gambaran hemodinamik ini. Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang
menjadi akibat penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama
dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2019)
14
WOC
Hipertensi
Reaksi radang pada Volume sekuncup Suplai O2 dan nutrisi Penyebaran Kurang nafsu Suplai O2 dan nutrisi
bronkus dan alveoulus Volume residu ke jaringan menurun
makan ke jaringan menurun
Kerusakan Jaringan
Akumulasi sekret Risisko Penurunan Kerja miokard
Curah Jantung Anoreksia Pemenuhan O2 nutrisi
meningkat
terganggu
Penurunan
Gangguan ventilasi
Kemampuan Ginjal Penurunan berat
Miokard iskemik
badan Pembentukan ATP
Dispnea (sesak napas) terganggu
Gangguan Eliminasi
Nyeri dada
Urine Defisit Nutrisi
Kelelahan
Bersihkan Jalan Napas Tidak
Nyeri Akut
Efektif
Aktivitas terganggu
Intoleransi Aktivitas
15
2.1.6 Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kupulan cairan), penyenpitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi
kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya
menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner
dan angina adalah gejala yang menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi
sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipake berkontrasi melawan
tekanan sistemik yang meningkat.
Apabia jantung tidak mampu lagi anahan peningkatkan beban kerja, maka dapat
terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifetasi sebagai
nokturis (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azoremia (peningkatan nitrogen
urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroks atau serangan stremik transien yang termanifestasi sebagai patolisis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroks, dan
pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia ansidens infark oatak mencapai
80%.
2.1.7 Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-atunya gejala hipertensi
esensial. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul
setelah kmplikasi pada organ sasaran seperti ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala-
gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala
klinis hipertensi esensial
Pada survei hipertensi di indonesia tercatan gejala-gejal sebagai berikut : pusing,
mudah marah, telinga berdengung, mimisan, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, dan mata berukunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensu yang pernah dijumpai adalah gangguan
penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral
16
(otak), yang mengakibatkan kejang dan perdarahan pemebuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah
parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagan ginjal, serangan jatung, strroke,
lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan gaya hidupu tidak sehat.
Seperti kurnga olah raga, stress, minung-minung, beralkohol, merokok, dan kurang
stirahat. Kebiasan makan juga perlu diwaspadai. Pembatasan asupan natrium
(komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan
penderita hipertensi (Paula, 2019)
Menurut Alsagaff (2018), dalam perjalanannya penyakit ini termasuk kronis yang
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Gagal ginjal
17
Cardiothoracic Ratio (CTR) adalah perbandingan antara ukuran transversal jantung
dengan lebarnya dada. Secara radiologi, cara mudah untuk menentukan apakah cor
membesar atau tidak adalah dengan Cardiothoracic ratio (CTR).
e) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan untuk mengukur dan merekam
aktivitas listrik jantung. EKG umumnya dilakukan untuk memeriksa kondisi
jantung dan menilai efektivitas pengobatan penyakit jantung.
f) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
Urinalisis adalah pemeriksaan yang dilakukan melalui analisis sampel urine di
laboratorium. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi atau mendiagnosis
penyakit serta memantau kondisi kesehatan dan fungsi ginjal.
g) Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
h) Foto dada dan CT scan.
CT scan adalah prosedur diagnosis yang menggunakan komputer dan mesin sinar-X
yang berputar untuk membuat gambar penampang tubuh. Gambar-gambar ini
memberikan informasi yang lebih rinci daripada gambar sinar-X biasa.
18
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
Diet kaya buah dan sayur.
Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan Berat Badan yaitu pada beberapa studi menunjukkan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan
berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat
badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus
karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk
angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari
obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat
meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.
Farmakoterapi yaitu pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi
dapat menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide,
beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers,
ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti
hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
19
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari berbagai sumber data untuk
engevaluasi dan untuk mengindenfiklasi status kesehatan klien. (Nursalam 2017 : 17).
Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan orang terdekat
lainnya melalui percakapan dan pengamatan :
1. 1.Identitas klien : Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, status marital, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, no.rekam medis, ruang dan alamat.
Identitas penanggung jawab : Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan
klien dan alamat.
2. Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi
paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan time (PQRST).
b. Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran penyakit sampai
dengan timbulnyakeluhan 1 faktor yang memperberat dan yang memperingan
kualitas dari keluhan dan bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
c. Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami klienyang
berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain seperti riwayat penyakit
kandung kemih (gagal jantung), penyakit sistemik (DM), dan hipertensi.
d. Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga ada riwayat
penyakit gangguan perkemihan, riwayat kesehatan yang menular/keturunan.
3. Pemeriksaan fisik.
a. Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital.
b. Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap cahaya
positif, bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
c. Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab,
septum letar ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig hidung, pada palpasi
sinus frontalis dan sinus maksilaris tidak terdapat nyeri tekan, trakea ditengah,
tidak terdapat retraksi dinding dada, frekuensi nafas 24 x/menit, paru-paru
resonan.
20
d. Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah muda lembab,
jumlah gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah, tidak ada pembesaran, tonsil
refleks menelan, bentuk abdomen, turgor, bising usus 10 x/menit.
e. Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis, peningkatan
JVC, bunyi jantung, tekanan darah.
f. Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada nyeri tekan.
g. Sistem persyarafan dikaji :
sistem syaraf cranial, dikaji GCS dan 12 nervus saraf otak.
Sistem motorik, dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai kaki.
Sistem sensorik, dikaji respon klien dengan menggunakan rangsangan.
Sistem endokrin : dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lemfe, dan
menanyakan riwayat penyakit DM.
Sistem integumen : dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka, warna kulit,
kepala.
Sistem genetalia, dikaji genetalia jika klien mau.
Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya hidup, dan
pola interaksi melalui wawancara / menanyakan kepada orang terdekat
(keluarga).
Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep diri,
immage, harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di rumah
sakit.
4. Pemeriksaan diagnostik
Jadwal rutin pemantauan tekanan darah.
Rontgen foto.
Pemeriksaan hematologi.
Pemeriksaan urinalisa.
Elektrokardiografi (EKG).
Pemeriksaan kimia darah
21
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya keluhan
nyeri pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya perubahan tingkat
kesadaran, perubahan nadi,tensi.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
ditandai dengan dispnoe saat beraktivitas, takipnoe, ortopnea, adanya bunyi nafas
tambahan dan terjadi sianosis
3. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan
supali darah keperifer.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard,
perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan struktur ventrikel kiri ditandai
dengan takikardi, disritmia, perubahan tekanan darah, bunyi jantung ekstra (S3,
S4), nyeri dada, nadi perifer tak teraba, ekstremitas dingin.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum ditandai dengan
adanya ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi terhadap aktivitas
abnormal, adanya perasaan tidak nyaman saat beraktivitas, dispnoe, adanya tanda-
tanda iskemik yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan EKG.
6. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan sehubungan dengan
kurangnya informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan pasien
banyak bertanya tentang informasi penyakitnya, tidak tepat dalam menjalani
intruksi/therapy
22
23
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan lokasi, karakteristik, durasi,
tingkat nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
KRITERIA HASIL : Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun Identifikasi pengetahuan dan
3. Frekuensi nadi membaik keyakinan tentang nyeri
Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
24
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Gangguan Pertukaran Gas Pertukaran Gas (L.01003) Terapi Oksigen (I.01026)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan Monitor kecepatan aliran oksigen
peertukaran gas meningkat dengan Monitor posisi alat terapi oksigen
KRITERIA HASIL : Monitor aliran oksigen secara
1. Dispnea menurun periodic dan pastikan fraksi yang
2. Bunyi napas tambahan menurun
25
3. PCO2 membaik diberikan cukup
4. PO2 membaik Monitor efektifitas terapi oksigen
5. Pola napas membaik (mis. oksimetri, analisa gas darah ),
jika perlu
Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
26
3. Resiko perfusi perifer tidak Perfusi Perifer (L.02011) Pencegahan Syok (I.14545)
efektif (D.0015) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan Monitor status kardiopulmunal
perfusi perifer meningkat dengan (frekwensi dan kekuatan nadi,
KRITERIA HASIL : frekwensi nafas, TD, MAP)
1. Denyut nadi perifer meningkat Monitor status oksigenasi (oksimetri
2. Pengisian kapiler cukup membaik nadi, AGD)
3. Akral cukup membaik Monitor status cairan (masukan dan
4. Turgor kulit cukup membaik haluaran, turgor kulit, CRT)
Monitor tingkat kesadaran dan
respon pupil
Terapeutik
Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Persiapan intubasi dan ventilasi
mekanik, jika perlu
Pasang jalur IV, jika perlu
Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urin, jika perlu
27
Edukasi
Jelaskan penyebab/ faktor resiko
syok
Jelaskan atnda dan gejala awal syok
Anjurkan melapor jika menemukan/
merasakan tanda dan gejala syok
Anjurkan memperbanyak asupan
oral
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian antiinflamasi,
jika perlu
4. Penurunan curah jantung Curah Jantung (L.02008) Perawatan Jantung (I.02075)
(D.0008) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan Identifikasi tanda/gejala primer
curah jantung meningkat dengan Penurunan curah jantung (meliputi
KRITERIA HASIL : dispenea, kelelahan, adema ortopnea
1. Kekuatan nadi perifer meningkat paroxysmal nocturnal dyspenea,
28
2. Ejection fraction (EF) meningkat peningkatan CPV)
3. Tekanan darah membaik Identifikasi tanda /gejala sekunder
penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan,
hepatomegali ditensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat)
Monitor tekanan darah (termasuk
tekanan darah ortostatik, jika perlu)
Monitor intake dan output cairan
Monitor saturasi oksigen
Monitor keluhan nyeri dada (mis.
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
Monitor EKG 12 sadapoan
Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekwensi)
Monitor nilai laboratorium jantung
(mis. Elektrolit, enzim jantung,
BNP, Ntpro-BNP)
29
Monitor fungsi alat pacu jantung
Periksa tekanan darah dan frekwensi
nadi sebelum pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor, calcium
channel blocker, digoksin)
Terapeutik
Posisikan pasien semi-fowler atau
fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
Berikan diet jantung yang sesuai
(mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi
lemak)
Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi hidup sehat
Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
Berikan oksigen untuk
memepertahankan saturasi oksigen
>94%
30
Edukasi
Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
5. Intoleransi aktivitas (D.0056) Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I. 05178)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan Identifkasi gangguan fungsi tubuh
toleransi aktivitas meningkat dengan yang mengakibatkan kelelahan
KRITERIA HASIL : Monitor kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi meningkat emosional
2. Saturasi oksigen meningkat Monitor pola dan jam tidur
31
3. Dispnea saat aktivitas menurun Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
32
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
6. Defisit Pengetahuan (D.0111) Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan Identifikasi kesiapan dan
tingkat pengetahuan membaik dengan kemampuan menerima informasi
KRITERIA HASIL : Identifikasi faktor-faktor yang dapat
1. Verbalisasi minat dalam belajar meningkatkan dan menurunkan
meningkat motivasi perilaku hidup
2. Kemampuan menjelaskan Terapeutik
pengetahuan tentang suatu topik Sediakan materi dan media
3. Persepsi yang keliru terhadap pendidikan kesehatan
masalah menurun Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
Ajarkan strategi yang dapat
33
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
34
\
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.
35
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
36
serta diberikan terapi. Didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD :
220/110 mmHg, N : 116 x/menit, R : 26 x/menit, S : 39,7 oC, SPO2 : 95 %. Pada
pengkajian nyeri didapatkan hasil skala nyeri 5, kesadaran pasien compos mentis.
Di IGD pasien diberikan terapi infus Nacl 0,9% 20 tpm, captopril 25 mg, infus
paracetamol 1000 mg, Isosorbide dinitrate (ISDN) 5 mg, Aspilet 4 tab, CPG 4 tab,
injeksi furosemide 2 A, adalat oros 30 g, micardis 80 g, bisoprolol 2,5 mg.
Kemudian pasien dipindahkan keruang ICVCU pada pukul 18.00 WIB
3. Riwayat penyakit sebleumnya
Keluarga Pasien mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit diabetes tipe 2 dan
sebelumnya pernah masuk rumah sakit 2 kali.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan ayah kandung pasien memiliki riwayat diabetes.
Genogram keluarga :
Keterangan :
: hubungan keluarga
: tinggal serumah
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien
37
3. Tanda-tanda Vital :
Ketika pengkajian tanda-tanda vitla didapakan hasil pengkajian suhu tubuh pasien
37,4oC, Nadi 93 x/menit, Pernapasan 32 x/menit, dan tekanan darah pasien 180/79
mmHg, SPO2 : 99 %
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada pasien simetris, tipe pernapasan dada dan perut, suara napas
vesikuler, terdapat suara napas tamabahan (suara mengi). Tidak ada keluhan
lainya
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif
5. Cardiovasculer (Bleeding) :
Klien tampak sakit kepala, cafillary refil time pada pasien didapatkan hasil kurang
dari 2 detik. Ictus cordis pasien tidak terlihat, suara jantung pasie terdengar
normal (S1 dan S2 tunggal) dengan unyi lub-dub. Nadi teraba kuat dan teratur,
akral hangat
Masalah Keperawata : Risiko Penurunan curah jantung
6. Persyarafan (Brain) :
Ketika dikaji pasien mampu merespon petugas kesehatan dengan baik dan benar,
kesadaran pasien compos mentis, Pupil Isokor, Refleks Cahaya Kanan Positif,
Kiri Positif.
Nervus Kranial I (Olfaktori) : Pasien dapat mencium aroma minyak
kayu putih
Nervus Kranial II (Optik) : Pasien mampu melihat orang-orang
disekitar dengan baik
Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil pasien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya
Nervus Kranial IV (Troklear) : Pasien mampu menggerakkan bola mata
keatas dan bawah
Nervus Kranial V (Trigeminal) : Pasien mampu mengunyah makanan yang
38
tersedia
Nervus Kranial VI (Abdusen) : Pasien dapat menggerakkan mata kesemua
sisi
Nervus Kranial VII (Fasialis) : Pasien dapat mengerutkan dahi dan
mengangkat alis
Nervus Kranial VIII Pasien mampu mendengar dengan jelas
(Vestibulocochlear) :
Nervus Kranial IX Pasien dapat membedakan pahit, asam,
(Glossofaringeal) : dan manis
Nervus Kranial X (vagus) : Pasien dapat berbicara dengan baik dan
jelas
Nervus Kranial XI (aksesorius) : Pasien mampu menoleh kekanan dan kiri
Nervus Kranial XII (hipoglosus) : Pasien dapat menggerakkan lidah dengan
baik
39
12. Leher dan kelenjar limfe
Tidak dikaji
13. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
40
1. Kemampuan berkomunikasi :
Pasien kurang mampu berkomunikasi dengan jelas
2. Bahasa sehari-hari :
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Keluarga pasien mengatakan Ny. V tidak ada masalah dengan keluarga lain
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
pasien dapat bekerjasama dengan petugas kesehatan saat dikaji
5. Orang berarti/terdekat :
Orang terdekat dengan pasien adalah suami
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Keluarga pasien mengatakan ny. V menggunakan waktu luang untuk beristirahat
7. Kegiatan beribadah
Keluarga pasien mengatakan ny. V sering beribadah saat sebelum sakit
3.1.6 Data penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pada tanggal 28 Maret 2022 pukul 23.26 WIB
PARAMETERS UNIT REFERENCE RANGES
WBC 28.36 + [10^3/uL] (4,50 – 11,00)
RBC 3.83 - [10^6/uL] (4,00 – 6,00)
HGB 10.1 - [g/dL] (10,5 – 18,0)
HCT 29.7 - [fL] (37,0 – 48,0)
MCV 77.5 -[pg] (86,6 – 102,0)
MCH 26.4 [g/dL] (25,6 – 30,7)
MCHC 34.0 + [10^3/uL] (28,2 – 31,5)
PLT 967 +[fL] (150 – 400)
RDW-SD 41.7 [%] (38,0 – 50,0)
RDW-CV 14.5 + [fL] (11,2 – 13,7)
PDW 9.6 [fL] (9,5 – 15,2)
MPV 9.5 [%] (9,2 – 12,1)
P-LCR 20.0 [%]
PCT 0.92 + [%]
41
NEUT 25.26 + [10^3/uL] (1,50 – 7,00)
LYMPH 1.36 [10^3/uL] (1,00 – 3,70)
MONO 1.36 + [10^3/uL] (0,00 – 0,70)
EO 0.05 [10^3/uL] (0,00 – 0,40)
BASO 0.06 [10^3/uL] (0,00 – 0,10)
IG 0.24 [10^3/uL]
NEUT% 89.1 + [%] (37,0 – 72,0)
LYMPH% 4.8 [%] (20,0 – 50,0)
MONO% 5.7 [%] (0,0 – 14,0)
EO% 0.2 [%] (0,0 – 6,0)
BASO% 0.2 [%] (0,0 – 1,0)
IG% 0.8 [%]
42
isotonik plasma, juga
digunakan sebagai pelarut
sediaan injeksi.
Adalat oros 30 mg digunakan untuk menurunkan
tekanan darah pada hipertensi
dan mengurangi rasa nyeri
dada pada angina dengan cara
merelaksasi pembuluh darah.
micardis 80 mg digunakan untuk menurunkan
tekanan darah dan digunakan
untuk mencegah komplikasi
kardiovaskuler.
Bisoprolol 2,5 mg untuk mengobati hipertensi
atau tekanan darah tinggi,
angina pektoris, aritmia, dan
gagal jantung.
Sukralfat 3 x 15 ml untuk mengatasi tukak
lambung, ulkus duodenum,
atau gastritis kronis.
albumin 3 x 2 tab diindikasikan untuk pemulihan
dan pemeliharaan defisiensi
volume darah yang
bersirkulasi.
ketocid 3 x 1 tab suplemen yang bermanfaat
untuk membantu memenuhi
kebutuhan asam amino dan
menjaga kesehatan tubuh.
furosemide 2 x 1 ampul udem karena penyakit jantung,
hati, dan ginjal. Terapi
tambahan pada udem
pulmonari akut dan udem otak
43
yang diharapkan mendapat
onset diuresis yang kuat dan
cepat.
nicarpidine 1 mg/ kg BB untuk menurunkan tekanan
darah pada hipertensi.
cefriaxone 2 x 1 gr digunakan untuk mengatasi
berbagai infeksi bakteri yang
terjadi pada tubuh.
Ryzodeg membantu tubuh menurunkan
kadar gula dalam darah. Pada
pasien diabetes melitus tipe 2
Mahasiswa,
44
3.2 Diagnosa Keperawatan
ANALISI DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Reaksi radang pada bronkus Bersihan jalan napas
Pasien mengatakan sesak dan alveoulus tidak efektif
napas
DO : Akumulasi sekret
Terdapat suara mengi
TTV : Gangguan ventilasi
S : 37,4oC
Dispnea
N : 93 x/menit
TD : 180/79 mmHg
Bersihan jalan napas tidak
RR : 32 x/menit
efektif
SPO2 : 99 %
DS : Kurang nafsu makan Risiko defisit nutrisi
Keluarga pasien mengatakan
nafus makan pasien menurun Anoreksia
DO :
BB sebelum sakit 80 kg Resiko defisit nutrisi
BB sesuadh sakit 80 kg
Pasien makan 3 x sehari
sebelum sakit
Pasien makan 1 x sehari
saat sakit
Pasien makan setengah
porsi saat sakit
45
PRIORITAS MASALAH
46
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan
napas ditandai dengan dispnea
2. Resiko defisit nutrisi berhungan dengan anoreksia
47
3.3 Intevensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny.V
Ruang Rawat : Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
1. Bersihan jalan napas Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas (I,01011)
tidak efektif berhubungan (L.01001) Observasi
dengan penyempitan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Monitor pola napas
ditandai dengan dispnea keperawatan selama 1x7 jam Monitor bunyi napas
pertemuan diharapkan bersihan Terapeutik
jalan napas meningkat dengan Posisikan semi-fowler atau fowler
KRITERIA HASIL : Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
1. Mengi menurun
Berikan oksigen, jika perlu
2. Dispnea menurun
Edukasi
3. Frekuensi naoas membaik
anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
4. Pola napas membaik
tidak kontraindikasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik, jika perlu
48
berhungan dengan anoreksia Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x7 jam Identifikasi makanan yang disukai
pertemuan diharapkan nafsi Monitor asupan makanan
makan membaik dengan Terapeutik
KRITERIA HASIL : Sajikan makanan secara menarik dan suhu
1. Keinginan makan meningkat yang sesuai
2. Asupan makanan meningkat Berikan suplemen makanan, jika perlu
3. Kemampuan menikmati Edukasi
makanan meningkat Anjurkan posisi duduk, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
49
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari/ Tanggal Jam Impelentasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan Nama
Perawat
Rabu, 30 Maret 2022 pukul 1. Memonitor pola napas S:
11.0 WIB 2. Memonitor bunyi napas Keluarga pasien mengatakan
3. memposisikan pasien semi- Ny. V masih sesak napas
fowler O:
4. memberikan oksigen 1. RR : 43, sesak napas VIRGO MANDALA
kepada pasien 2. Terdengar suara mengi PUTRA
5. berkolaborasi pemberian 3. Posisi pasien semi fowler
nebulizer 4. Memberikan oksigen 7
L/menit menggunakan
simple mask
5. Berkolaborasi pemberian
nebulizer, flixotide nebule
& ventolin nebules
A:
Masalah belum teratasi
P:
50
Intervensi dilanjutkan
Intervensi dilanjutkan
Selasa, 30 Maret 2022 Pukul 1. mengidentifikasi makanan S :
11.30 WIB yang disukai Pasien mengatakan ingin makan
2. Memonitor asupan bubur sum-sum
makanan O: VIRGO MANDALA
3. memberikan suplemen 1. pasien menyukai bubur PUTRA
makanan sum-sum
4. menganjurkan posisi duduk 2. pasien makan setengah
porsi
3. memberikan ketocid
setelah makan
4. pasien dalam posisi duduk
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
51
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Somantri,
2018). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik. (Paula, 2019).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan
tekanan darah (Mansjoer,2018)
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan
penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH),
aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang
disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. (Morton, 2017).
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Hipertensi Heart
Disease (HHD) dan sebagai acuan atau referensi untuk mahaiswa dalam penulisan
laporan studi kasus selanjutnya
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumbar bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka
Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan
datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasian.
52
3. Diharapkan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya khususnya ruang sistem
kardiovaskular, penulisan laporan studi kasus ni di dapat sebagai referensi bagi
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi
Heart Disease (HHD), serta sebagai masukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan yang lebih baik, khususnya pada pasien dengan Hipertensi Heart
Disease (HDD).
53
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
54