Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

V DENGAN DIGANOSA MEDIS HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD)


DI RUANG ICVCU RSUD DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh:
VIRGO MANDALA PUTRA
NIM. 2019.C.11a.1033

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :
Nama : Virgo Mandala Putra
NIM : 2019.C.11a.1033
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. V Dengan Diganosa Medis Hipertensi
Heart Disease (HHD) Di Ruang ICVCU Rsud
Doris Sylvanus Palangka Raya”
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan
untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III Program
Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :


Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Efri Dulie, S.Kep.,Ners Sri Widiati, S.Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. V Dengan Diganosa Medis Hipertensi Heart Disease (HHD) Di Ruang
ICVCU Rsud Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun
guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan III (PPK III).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK III.
4. Efri Dulie, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. Sri Widiati, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan di RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya yang telah memberikan izin ditempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 27 Maret 2022

Virgo Mandala Putra

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pneumonia............................................................................4
2.1.1 Definisi.............................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi.............................................................................4
2.1.3 Etiologi.............................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi........................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi.....................................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis............................................................................9
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................9
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..................................................................10
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................11
2.2.1 Pengkajian keperawatan.................................................................11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................12
2.2.3 Intervensi Keperawatan..................................................................14
2.2.4 Implemenrasi Keperawatan............................................................19
2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................19
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................20
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................28
3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................31
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..................................................33
BAB 4 PENUTUP

iii
4.1 Kesimpulan................................................................................................36
4.2 Saran...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37
LAMPIRAN..........................................................................................................38

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Somantri,
2018). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik. (Paula, 2019).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan
tekanan darah (Mansjoer,2018)
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung
kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung
maupun tidak langsung. (Morton, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah Adalah sebagaia
berikut : “Bagaimana cara pemeberian asuhan keperawatan pada Ny.V dengan diagnosa
medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya”.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

5
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. V dengan
diagnosa medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. V dengan
diagnosa medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. V dengan
diagnosa medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya
3. Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan pada Ny. V dengan
diagnosa medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya
4. Mahasiswa mampu membuat implementasi keperawatan pada Ny. V dengan
diagnosa medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya
5. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada Ny. V dengan diagnosa
medis Hipertensi Heart Disease (HHD) di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Mahasiwa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam mempelajari
asuha keperawatan pada klien dengan Hipertensi Hear Disease (HHD), Serta sebagai
acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan asuhan keperawatan
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Sebagai saran untuk memperoleh pengetahuan tentang Hipertensi Heart Disease (HHD)
beserta penatalaksanaannya.

1.4.3 Bagi Institusi

6
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palngka Raya dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang serta
sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu
keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai pendokumentasian
1.4.4 Bagi IPTEK
Untuk membantu mengembangkan Ilmu Pengetahuan Teknologi di bidang kesehatan

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Somantri,
2018). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik. (Paula, 2019).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan
tekanan darah (Mansjoer,2018)
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung
kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung
maupun tidak langsung. (Morton, 2017).

2.1.2 Anatomi Fisiologis


Sistem kardiovaskuler adalah system transport (peredaran) yang membawa gas-gas
pernafasan, nutrisi, hormon - hormon dan zat lain ke dari dan jaringan tubuh. Sistem
kardiovaskuler di bangun oleh :
1. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung meupakan
jaringan istimewa karena di lihat dari bentuk dan susunanya sama dengan otot lintang,
tetapi cara kerjanya sama otot polos yaitu di luar kemauan kita ( dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom) . Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya
tumpul

8
(pangkal jantung) dan di sebut basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang
disebut apeks kordis. Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan ( kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas
diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di
bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya jantung yang di sebut iktus kordis.
Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya
kira– kira 250 – 300 gram.
a. Lapisan jantung
Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender yang melapisi rongga endotel atau
selaput lender yang melapisi permukaan rongga jantung. Miokardium merupakan
lapisan inti dari jantung terdiri dari otot – otot jantung, otot jantung ini membentk
bundalan – bundalan otot yaitu:
a) Bundalan otot atria , yang terdapat di bagian kiri/ kanan dan basis kordis yang
membentuk serambi atau aurikula kordis.
b) Bundalan otot ventrikel , yang membentuk bilik jantung, di ualai dari cincin
atrioventrikular sampai di apeks jantung.
c) Bundalan dari otot ventrikuler merupakan dinding pemisah antara ruang serambi
dan bilik jantung.
b. Katup – katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup – katup yang sangat penting artinya dalam susunan
perdaran darah dan pergerakan jantung manusia.
a) Valvula biskuspidalis , terdapat antara atrium dextra dengan ventrikel dextra
terdiri dari 3 katup.
b) vena biskuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra
terediri 2 katup.
c) vulva semilunaris artei pulmonalis, terletak antara ventrikel dextra dengan arteri
pulmonali , tempat darah mengalir menuju ke paru – paru.
d) vena semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sisnistra dengan aorta tepat
darah mengalir menuju keseluruh tubuh.

9
2. Pembuluh darah
a. pembuluh darah arteri
Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa
darah ke seluruh dari ventrikel sinistra di sebut aorta. Arteri mempunyai 3 lapisan yang
kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan trdiri dari 3 lapisan.
1) Tunika intima / interna. Lapisa paling dalam sekali behubungan dengan darah
dan terdiri dari jaringn endotel.
2) Tunika media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang terdiri dari
jaringan otot yang polos.
3) Tunika eksterna / adventesia. Lapisan yang palng luar sekali trdiri dari jaringan
ikat lembur yang menguatkan dinding arteri.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari cabang terhalus dari
arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler pembentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh. Kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain
menjadi darah yang lebih besar disebut vena.
c. Vena ( pembuluh darah balik )
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung Beberapa vena yang penting :
1) 1.Vena cava superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan membawa darah kotor dari daerah
kepala, thorax dan ektremitas atas.
2) Vena cava inferor
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh
bagian bawah.
3) Vena cava jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.
Siklus jantung
Jantung mempunyai 4 pompa yang terpisah. Dua pompa primer atrium dan 2
tenaga ventrikel periode akhir kontraksi jantung sampai kontraksi berikutnya dinamakan
siklus jantung. Tiap-tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi secara spontan
pada simpul SA ( sinotrial) yang terletak pada dinding posterium atrium kanan dekat

10
muara vena kava superior. Potensial aksi berjalan dengan cepat melalui atrioventrikular
( AV ) ke dalam vebtrikel, karena susunan khusus sistem pengantar atrium ke ventrikel
terdapat perlambatan 1/10 detik antara jalan implus jantung dan atrium ke dalam
ventrikel. Hal ini memungkinkan atrium berkontraksi mendahului ventrikel , atrium
bekerja sebagai pompa primer bagi ventrikel dan ventrikel kemudian menyediakan
sumber tenaga utama bagi pergerakan darah melalui sistem vaskular.

2.1.3 Etiologi
Menurut Oman (2018), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah :
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
 Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
d. Kebiasaan hidup yaitu kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah:
 Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
 Kegemukan atau makan berlebihan.
 Stress.
 Merokok.
 Minum alcohol.
 Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).

11
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
a. Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
b. Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
c. Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
d. Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
e. Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
Menurut Mansjoer (2018), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.1.4 Klasifikasi
Menurut Oman (2018), secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai
dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection adn Treatment of High Blood Pressure” sebagai Berikut :
No Kategori Sitolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119

12
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

2.1.5 Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri
yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah
perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri
adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral
seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system
renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja.
Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab
hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa
perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya
eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi
eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena
meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara
menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding
ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang
memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan
penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga
meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner, yaitu :
a) Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh
darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian
terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance
pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;

13
b) Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit
otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler
dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari
gambaran hemodinamik ini. Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang
menjadi akibat penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama
dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2019)

14
WOC

Hipertensi

Hipertensi heart disease

Hipertrophy ventrikel kiri jantung (LVH)

B1 (Breathing) B1 (Bleeding) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Reaksi radang pada Volume sekuncup Suplai O2 dan nutrisi Penyebaran Kurang nafsu Suplai O2 dan nutrisi
bronkus dan alveoulus Volume residu ke jaringan menurun
makan ke jaringan menurun

Kerusakan Jaringan
Akumulasi sekret Risisko Penurunan Kerja miokard
Curah Jantung Anoreksia Pemenuhan O2 nutrisi
meningkat
terganggu
Penurunan
Gangguan ventilasi
Kemampuan Ginjal Penurunan berat
Miokard iskemik
badan Pembentukan ATP
Dispnea (sesak napas) terganggu
Gangguan Eliminasi
Nyeri dada
Urine Defisit Nutrisi
Kelelahan
Bersihkan Jalan Napas Tidak
Nyeri Akut
Efektif

Aktivitas terganggu

Intoleransi Aktivitas

15
2.1.6 Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kupulan cairan), penyenpitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi
kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya
menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner
dan angina adalah gejala yang menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi
sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipake berkontrasi melawan
tekanan sistemik yang meningkat.
Apabia jantung tidak mampu lagi anahan peningkatkan beban kerja, maka dapat
terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifetasi sebagai
nokturis (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azoremia (peningkatan nitrogen
urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroks atau serangan stremik transien yang termanifestasi sebagai patolisis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroks, dan
pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia ansidens infark oatak mencapai
80%.

2.1.7 Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-atunya gejala hipertensi
esensial. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul
setelah kmplikasi pada organ sasaran seperti ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala-
gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala
klinis hipertensi esensial
Pada survei hipertensi di indonesia tercatan gejala-gejal sebagai berikut : pusing,
mudah marah, telinga berdengung, mimisan, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, dan mata berukunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensu yang pernah dijumpai adalah gangguan
penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral

16
(otak), yang mengakibatkan kejang dan perdarahan pemebuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah
parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagan ginjal, serangan jatung, strroke,
lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan gaya hidupu tidak sehat.
Seperti kurnga olah raga, stress, minung-minung, beralkohol, merokok, dan kurang
stirahat. Kebiasan makan juga perlu diwaspadai. Pembatasan asupan natrium
(komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan
penderita hipertensi (Paula, 2019)
Menurut Alsagaff (2018), dalam perjalanannya penyakit ini termasuk kronis yang
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Gagal ginjal

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Somantri (2018), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart
Disease (HHD), yaitu :
a) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Pemeriksaan fisik dan rekam medis
akan membantu dalam penegakan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
b) Pemeriksaan retina.
Oftalmoskopi, atau sering juga disebut dengan pemeriksaan retina, adalah
serangkaian tes yang dilakukan oleh dokter mata untuk memeriksa bagian belakang
dan dalam mata (fundus)
c) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
d) CTR

17
Cardiothoracic Ratio (CTR) adalah perbandingan antara ukuran transversal jantung
dengan lebarnya dada. Secara radiologi, cara mudah untuk menentukan apakah cor
membesar atau tidak adalah dengan Cardiothoracic ratio (CTR).
e) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan untuk mengukur dan merekam
aktivitas listrik jantung. EKG umumnya dilakukan untuk memeriksa kondisi
jantung dan menilai efektivitas pengobatan penyakit jantung.
f) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
Urinalisis adalah pemeriksaan yang dilakukan melalui analisis sampel urine di
laboratorium. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi atau mendiagnosis
penyakit serta memantau kondisi kesehatan dan fungsi ginjal.
g) Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
h) Foto dada dan CT scan.
CT scan adalah prosedur diagnosis yang menggunakan komputer dan mesin sinar-X
yang berputar untuk membuat gambar penampang tubuh. Gambar-gambar ini
memberikan informasi yang lebih rinci daripada gambar sinar-X biasa.

2.1.9 Pentalaksanaan Medis


Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori
pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung
hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit
diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit
diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman
(2018), yaitu :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
 Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan

18
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
 Diet kaya buah dan sayur.
 Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
 Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
 Penurunan Berat Badan yaitu pada beberapa studi menunjukkan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan
berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat
badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus
karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk
angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari
obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat
meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.
 Farmakoterapi yaitu pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi
dapat menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide,
beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers,
ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti
hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan

19
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari berbagai sumber data untuk
engevaluasi dan untuk mengindenfiklasi status kesehatan klien. (Nursalam 2017 : 17).
Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan orang terdekat
lainnya melalui percakapan dan pengamatan :
1. 1.Identitas klien : Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, status marital, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, no.rekam medis, ruang dan alamat.
Identitas penanggung jawab : Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan
klien dan alamat.
2. Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi
paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan time (PQRST).
b. Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran penyakit sampai
dengan timbulnyakeluhan 1 faktor yang memperberat dan yang memperingan
kualitas dari keluhan dan bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
c. Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami klienyang
berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain seperti riwayat penyakit
kandung kemih (gagal jantung), penyakit sistemik (DM), dan hipertensi.
d. Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga ada riwayat
penyakit gangguan perkemihan, riwayat kesehatan yang menular/keturunan.
3. Pemeriksaan fisik.
a. Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital.
b. Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap cahaya
positif, bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
c. Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab,
septum letar ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig hidung, pada palpasi
sinus frontalis dan sinus maksilaris tidak terdapat nyeri tekan, trakea ditengah,
tidak terdapat retraksi dinding dada, frekuensi nafas 24 x/menit, paru-paru
resonan.

20
d. Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah muda lembab,
jumlah gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah, tidak ada pembesaran, tonsil
refleks menelan, bentuk abdomen, turgor, bising usus 10 x/menit.
e. Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis, peningkatan
JVC, bunyi jantung, tekanan darah.
f. Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada nyeri tekan.
g. Sistem persyarafan dikaji :
 sistem syaraf cranial, dikaji GCS dan 12 nervus saraf otak.
 Sistem motorik, dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai kaki.
 Sistem sensorik, dikaji respon klien dengan menggunakan rangsangan.
 Sistem endokrin : dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lemfe, dan
menanyakan riwayat penyakit DM.
 Sistem integumen : dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka, warna kulit,
kepala.
 Sistem genetalia, dikaji genetalia jika klien mau.
 Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya hidup, dan
pola interaksi melalui wawancara / menanyakan kepada orang terdekat
(keluarga).
 Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep diri,
immage, harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
 Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di rumah
sakit.
4. Pemeriksaan diagnostik
 Jadwal rutin pemantauan tekanan darah.
 Rontgen foto.
 Pemeriksaan hematologi.
 Pemeriksaan urinalisa.
 Elektrokardiografi (EKG).
 Pemeriksaan kimia darah

21
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya keluhan
nyeri pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya perubahan tingkat
kesadaran, perubahan nadi,tensi.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
ditandai dengan dispnoe saat beraktivitas, takipnoe, ortopnea, adanya bunyi nafas
tambahan dan terjadi sianosis
3. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan
supali darah keperifer.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard,
perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan struktur ventrikel kiri ditandai
dengan takikardi, disritmia, perubahan tekanan darah, bunyi jantung ekstra (S3,
S4), nyeri dada, nadi perifer tak teraba, ekstremitas dingin.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum ditandai dengan
adanya ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi terhadap aktivitas
abnormal, adanya perasaan tidak nyaman saat beraktivitas, dispnoe, adanya tanda-
tanda iskemik yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan EKG.
6. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan sehubungan dengan
kurangnya informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan pasien
banyak bertanya tentang informasi penyakitnya, tidak tepat dalam menjalani
intruksi/therapy

22
23
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan  lokasi, karakteristik, durasi,
tingkat nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
KRITERIA HASIL :  Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun  Identifikasi pengetahuan dan
3. Frekuensi nadi membaik keyakinan tentang nyeri
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)

24
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Gangguan Pertukaran Gas Pertukaran Gas (L.01003) Terapi Oksigen (I.01026)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan  Monitor kecepatan aliran oksigen
peertukaran gas meningkat dengan  Monitor posisi alat terapi oksigen
KRITERIA HASIL :  Monitor aliran oksigen secara
1. Dispnea menurun periodic dan pastikan fraksi yang
2. Bunyi napas tambahan menurun

25
3. PCO2 membaik diberikan cukup
4. PO2 membaik  Monitor efektifitas terapi oksigen
5. Pola napas membaik (mis. oksimetri, analisa gas darah ),
jika perlu
 Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien
Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur

26
3. Resiko perfusi perifer tidak Perfusi Perifer (L.02011) Pencegahan Syok (I.14545)
efektif (D.0015) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan  Monitor status kardiopulmunal
perfusi perifer meningkat dengan (frekwensi dan kekuatan nadi,
KRITERIA HASIL : frekwensi nafas, TD, MAP)
1. Denyut nadi perifer meningkat  Monitor status oksigenasi (oksimetri
2. Pengisian kapiler cukup membaik nadi, AGD)
3. Akral cukup membaik  Monitor status cairan (masukan dan
4. Turgor kulit cukup membaik haluaran, turgor kulit, CRT)
 Monitor tingkat kesadaran dan
respon pupil
Terapeutik
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
 Persiapan intubasi dan ventilasi
mekanik, jika perlu
 Pasang jalur IV, jika perlu
 Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urin, jika perlu

27
Edukasi
 Jelaskan penyebab/ faktor resiko
syok
 Jelaskan atnda dan gejala awal syok
 Anjurkan melapor jika menemukan/
merasakan tanda dan gejala syok
 Anjurkan memperbanyak asupan
oral
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
 Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian antiinflamasi,
jika perlu
4. Penurunan curah jantung Curah Jantung (L.02008) Perawatan Jantung (I.02075)
(D.0008) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan  Identifikasi tanda/gejala primer
curah jantung meningkat dengan Penurunan curah jantung (meliputi
KRITERIA HASIL : dispenea, kelelahan, adema ortopnea
1. Kekuatan nadi perifer meningkat paroxysmal nocturnal dyspenea,

28
2. Ejection fraction (EF) meningkat peningkatan CPV)
3. Tekanan darah membaik  Identifikasi tanda /gejala sekunder
penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan,
hepatomegali ditensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat)
 Monitor tekanan darah (termasuk
tekanan darah ortostatik, jika perlu)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis.
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapoan
 Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekwensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung
(mis. Elektrolit, enzim jantung,
BNP, Ntpro-BNP)

29
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa tekanan darah dan frekwensi
nadi sebelum pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor, calcium
channel blocker, digoksin)
Terapeutik
 Posisikan pasien semi-fowler atau
fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai
(mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi
lemak)
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
 Berikan oksigen untuk
memepertahankan saturasi oksigen
>94%

30
Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
5. Intoleransi aktivitas (D.0056) Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I. 05178)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan  Identifkasi gangguan fungsi tubuh
toleransi aktivitas meningkat dengan yang mengakibatkan kelelahan
KRITERIA HASIL :  Monitor kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi meningkat emosional
2. Saturasi oksigen meningkat  Monitor pola dan jam tidur

31
3. Dispnea saat aktivitas menurun  Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
 Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

32
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
6. Defisit Pengetahuan (D.0111) Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama ...x... diharapkan  Identifikasi kesiapan dan
tingkat pengetahuan membaik dengan kemampuan menerima informasi
KRITERIA HASIL :  Identifikasi faktor-faktor yang dapat
1. Verbalisasi minat dalam belajar meningkatkan dan menurunkan
meningkat motivasi perilaku hidup
2. Kemampuan menjelaskan Terapeutik
pengetahuan tentang suatu topik  Sediakan materi dan media
3. Persepsi yang keliru terhadap pendidikan kesehatan
masalah menurun  Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi yang dapat

33
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

34
\
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.

35
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Virgo Mandala Putra


NIM : 2019.C.11a.1033
Ruang Praktek : Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya
Tanggal Praktek : 28-31 Maret 2022
Tanggal & Jam Pengkajian : 30 Maret 2022 Pukul 10.40 WIB
3.1 Pengkajian Keperawatan
3.1.1 Identitas Pasien
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. V
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Kristen
Pendidikan :-
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Kalingu 1 No.26, Sabaru
Tanggal MRS : 24 Maret 2022
Diagnosa : Hipertensi Heart Disease (HHD)

3.1.2 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan utama :
Pasien mengeluh sesak napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 24 Maret 2022 Ny. V dibawa oleh suaminya ke RSUD dr. Doris
Sylvanus dengan keluhan sesak nafas, lemas, demam, nyeri dada, dan pucat.
Pasien tiba di IGD pada pukul 11.41 WIB dan langsung dilakukan pemeriksaan

36
serta diberikan terapi. Didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD :
220/110 mmHg, N : 116 x/menit, R : 26 x/menit, S : 39,7 oC, SPO2 : 95 %. Pada
pengkajian nyeri didapatkan hasil skala nyeri 5, kesadaran pasien compos mentis.
Di IGD pasien diberikan terapi infus Nacl 0,9% 20 tpm, captopril 25 mg, infus
paracetamol 1000 mg, Isosorbide dinitrate (ISDN) 5 mg, Aspilet 4 tab, CPG 4 tab,
injeksi furosemide 2 A, adalat oros 30 g, micardis 80 g, bisoprolol 2,5 mg.
Kemudian pasien dipindahkan keruang ICVCU pada pukul 18.00 WIB
3. Riwayat penyakit sebleumnya
Keluarga Pasien mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit diabetes tipe 2 dan
sebelumnya pernah masuk rumah sakit 2 kali.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan ayah kandung pasien memiliki riwayat diabetes.
Genogram keluarga :
Keterangan :
: hubungan keluarga
: tinggal serumah
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum :
Pasien tampak lemah, kesadaran pasien compos mentis pasien, pasien dalam
posisi terlentang dan terpasang infus Nacl 0,9 500 ml 14 tpm di lengan bagian
kiri, pasien terpasang kateter, serta terpasangan oksigen dengan simple mask 7
L/menit. ADL di bantu oleh keluarga.
2. Status mental :
Pasien mampu mengenali anggota keluarga maupun petugas kesehatan, pasien
mampu merespon saat diajak bicara namun kemampuan bicara pasien kurang
jelas.

37
3. Tanda-tanda Vital :
Ketika pengkajian tanda-tanda vitla didapakan hasil pengkajian suhu tubuh pasien
37,4oC, Nadi 93 x/menit, Pernapasan 32 x/menit, dan tekanan darah pasien 180/79
mmHg, SPO2 : 99 %
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada pasien simetris, tipe pernapasan dada dan perut, suara napas
vesikuler, terdapat suara napas tamabahan (suara mengi). Tidak ada keluhan
lainya
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif
5. Cardiovasculer (Bleeding) :
Klien tampak sakit kepala, cafillary refil time pada pasien didapatkan hasil kurang
dari 2 detik. Ictus cordis pasien tidak terlihat, suara jantung pasie terdengar
normal (S1 dan S2 tunggal) dengan unyi lub-dub. Nadi teraba kuat dan teratur,
akral hangat
Masalah Keperawata : Risiko Penurunan curah jantung

6. Persyarafan (Brain) :
Ketika dikaji pasien mampu merespon petugas kesehatan dengan baik dan benar,
kesadaran pasien compos mentis, Pupil Isokor, Refleks Cahaya Kanan Positif,
Kiri Positif.
Nervus Kranial I (Olfaktori) : Pasien dapat mencium aroma minyak
kayu putih
Nervus Kranial II (Optik) : Pasien mampu melihat orang-orang
disekitar dengan baik
Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil pasien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya
Nervus Kranial IV (Troklear) : Pasien mampu menggerakkan bola mata
keatas dan bawah
Nervus Kranial V (Trigeminal) : Pasien mampu mengunyah makanan yang

38
tersedia
Nervus Kranial VI (Abdusen) : Pasien dapat menggerakkan mata kesemua
sisi
Nervus Kranial VII (Fasialis) : Pasien dapat mengerutkan dahi dan
mengangkat alis
Nervus Kranial VIII Pasien mampu mendengar dengan jelas
(Vestibulocochlear) :
Nervus Kranial IX Pasien dapat membedakan pahit, asam,
(Glossofaringeal) : dan manis
Nervus Kranial X (vagus) : Pasien dapat berbicara dengan baik dan
jelas
Nervus Kranial XI (aksesorius) : Pasien mampu menoleh kekanan dan kiri
Nervus Kranial XII (hipoglosus) : Pasien dapat menggerakkan lidah dengan
baik

7. Eliminasi Uri (Bladder) :


Produksi urine 1100 ml, urine bewarna kuning, bau khas urine amoniak, tidak ada
masalah/ lancar.
8. Eliminasi Alvi (Bowel) :
Bibir pasien tampak lembab dan tidak ada lesi, gigi pasien tampak lengakp dan
putih bersih, pada gusi tidak didapatkan adanya peradangan dan perdarahan, lidah
merah muda, tidak ada perdarahan di mukosa. Pasien BAB 1 kali sehari
9. Tulang-otot-integumen (Bone) :
Pasien mampu menggerakan sendinya secara bebas, tidak terdapat parises,
kekakuan, dan hemiparese
10. Kulit-kulit rambut :
ketika dikaji suhu tubuh pasien hangat, warna kulit pasien normal tidak terdapat
sianosis.
11. Sistem Penginderaan :
Pasien mampu melihat orang-orang disekitar dengan baik, Pasien mampu
mendengar dengan jelas.

39
12. Leher dan kelenjar limfe
Tidak dikaji
13. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji

3.1.4 Pola fungsi kesehatan


1. Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit :
Keluarga pasien ingin cepat sembuh
2. Nutrisi dan metabolisme :
TB : 157 CM
BB sekarang: 80 Kg
BB sebelum sakit : 80 kg
Pasien makan 3 x sehari sebelum sakit, saat sakit nafsu makan pasien menurun
dan pasien makan 1 x sehari, pasien makan setengah porsi. Saat minung kurang
lebih 500 ml/ 12 jam
3. Pola istirahat dan tidur :
Pasien tidur siang selama 3 jam dan tidur selama 8 jam saat malam, sebelum sakit
pasien tidur siang selama 3 jam dan tidur malam selama 8 jam
4. Kognitif :
Pasien mengetahui bahwa ie sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit yang
ia derita
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran) :
Gambaran diri : pasien menerima keadaaran dirinya yang dialaminya sekarang
Ideal diri : pasien ingin segera sembuh
6. Aktivitas sehari-hari :
7. Koping-toleransi terhadap stress :
Keluarga pasien mengatakan apabila Ny.V ada masalah selalu bercerita pada
suaminya
8. Nilai-pola keyakinan :
Pasien meyakini agama yang dianut
3.1.5 Sosial-spritual

40
1. Kemampuan berkomunikasi :
Pasien kurang mampu berkomunikasi dengan jelas
2. Bahasa sehari-hari :
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Keluarga pasien mengatakan Ny. V tidak ada masalah dengan keluarga lain
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
pasien dapat bekerjasama dengan petugas kesehatan saat dikaji
5. Orang berarti/terdekat :
Orang terdekat dengan pasien adalah suami
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Keluarga pasien mengatakan ny. V menggunakan waktu luang untuk beristirahat
7. Kegiatan beribadah
Keluarga pasien mengatakan ny. V sering beribadah saat sebelum sakit
3.1.6 Data penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pada tanggal 28 Maret 2022 pukul 23.26 WIB
PARAMETERS UNIT REFERENCE RANGES
WBC 28.36 + [10^3/uL] (4,50 – 11,00)
RBC 3.83 - [10^6/uL] (4,00 – 6,00)
HGB 10.1 - [g/dL] (10,5 – 18,0)
HCT 29.7 - [fL] (37,0 – 48,0)
MCV 77.5 -[pg] (86,6 – 102,0)
MCH 26.4 [g/dL] (25,6 – 30,7)
MCHC 34.0 + [10^3/uL] (28,2 – 31,5)
PLT 967 +[fL] (150 – 400)
RDW-SD 41.7 [%] (38,0 – 50,0)
RDW-CV 14.5 + [fL] (11,2 – 13,7)
PDW 9.6 [fL] (9,5 – 15,2)
MPV 9.5 [%] (9,2 – 12,1)
P-LCR 20.0 [%]
PCT 0.92 + [%]

41
NEUT 25.26 + [10^3/uL] (1,50 – 7,00)
LYMPH 1.36 [10^3/uL] (1,00 – 3,70)
MONO 1.36 + [10^3/uL] (0,00 – 0,70)
EO 0.05 [10^3/uL] (0,00 – 0,40)
BASO 0.06 [10^3/uL] (0,00 – 0,10)
IG 0.24 [10^3/uL]
NEUT% 89.1 + [%] (37,0 – 72,0)
LYMPH% 4.8 [%] (20,0 – 50,0)
MONO% 5.7 [%] (0,0 – 14,0)
EO% 0.2 [%] (0,0 – 6,0)
BASO% 0.2 [%] (0,0 – 1,0)
IG% 0.8 [%]

2. Hasil Pemerirksaan laboratorium pada tanggal 29 Maret 2022


PEMERIKASAAN HASIL NILAI RUJUKAN
pH 7,44 7,38 – 7,42
pCHO2 26 38 – 42
pO2 51 80 – 100
Hct 30%
HCO3 17,7 22 – 26
HCO3std 20,5
TCO2 18,5
BEecf -6,5
-2 s/d +2
BE (B) -5,4
95 -97
SO2 87%

3.1.7 Penatalaksanaan medis


Terapi Dosis Indikasi
Infus Nacl 0,9 % 1500 ml/24 jam digunakan pada kondisi
kekurangan natrium dan
klorida, pengganti cairan

42
isotonik plasma, juga
digunakan sebagai pelarut
sediaan injeksi.
Adalat oros 30 mg digunakan untuk menurunkan
tekanan darah pada hipertensi
dan mengurangi rasa nyeri
dada pada angina dengan cara
merelaksasi pembuluh darah.
micardis 80 mg digunakan untuk menurunkan
tekanan darah dan digunakan
untuk mencegah komplikasi
kardiovaskuler.
Bisoprolol 2,5 mg untuk mengobati hipertensi
atau tekanan darah tinggi,
angina pektoris, aritmia, dan
gagal jantung.
Sukralfat 3 x 15 ml untuk mengatasi tukak
lambung, ulkus duodenum,
atau gastritis kronis.
albumin 3 x 2 tab diindikasikan untuk pemulihan
dan pemeliharaan defisiensi
volume darah yang
bersirkulasi.
ketocid 3 x 1 tab suplemen yang bermanfaat
untuk membantu memenuhi
kebutuhan asam amino dan
menjaga kesehatan tubuh.
furosemide 2 x 1 ampul udem karena penyakit jantung,
hati, dan ginjal. Terapi
tambahan pada udem
pulmonari akut dan udem otak

43
yang diharapkan mendapat
onset diuresis yang kuat dan
cepat.
nicarpidine 1 mg/ kg BB untuk menurunkan tekanan
darah pada hipertensi.
cefriaxone 2 x 1 gr digunakan untuk mengatasi
berbagai infeksi bakteri yang
terjadi pada tubuh.
Ryzodeg membantu tubuh menurunkan
kadar gula dalam darah. Pada
pasien diabetes melitus tipe 2

Mahasiswa,

Virgo Mandala Putra

44
3.2 Diagnosa Keperawatan
ANALISI DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Reaksi radang pada bronkus Bersihan jalan napas
Pasien mengatakan sesak dan alveoulus tidak efektif
napas
DO : Akumulasi sekret
 Terdapat suara mengi
 TTV : Gangguan ventilasi

 S : 37,4oC
Dispnea
 N : 93 x/menit
 TD : 180/79 mmHg
Bersihan jalan napas tidak
 RR : 32 x/menit
efektif
 SPO2 : 99 %
DS : Kurang nafsu makan Risiko defisit nutrisi
Keluarga pasien mengatakan
nafus makan pasien menurun Anoreksia
DO :
 BB sebelum sakit 80 kg Resiko defisit nutrisi

 BB sesuadh sakit 80 kg
 Pasien makan 3 x sehari
sebelum sakit
 Pasien makan 1 x sehari
saat sakit
 Pasien makan setengah
porsi saat sakit

45
PRIORITAS MASALAH

46
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan
napas ditandai dengan dispnea
2. Resiko defisit nutrisi berhungan dengan anoreksia

47
3.3 Intevensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny.V
Ruang Rawat : Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
1. Bersihan jalan napas Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas (I,01011)
tidak efektif berhubungan (L.01001) Observasi
dengan penyempitan jalan napas Setelah dilakukan tindakan  Monitor pola napas
ditandai dengan dispnea keperawatan selama 1x7 jam  Monitor bunyi napas
pertemuan diharapkan bersihan Terapeutik
jalan napas meningkat dengan  Posisikan semi-fowler atau fowler
KRITERIA HASIL :  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
1. Mengi menurun
 Berikan oksigen, jika perlu
2. Dispnea menurun
Edukasi
3. Frekuensi naoas membaik
 anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
4. Pola napas membaik
tidak kontraindikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik, jika perlu

2. Resiko defisit nutrisi Nafsu Makan (L.03024) Manajemen Nutrisi (I,03119)

48
berhungan dengan anoreksia Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x7 jam  Identifikasi makanan yang disukai
pertemuan diharapkan nafsi  Monitor asupan makanan
makan membaik dengan Terapeutik
KRITERIA HASIL :  Sajikan makanan secara menarik dan suhu
1. Keinginan makan meningkat yang sesuai
2. Asupan makanan meningkat  Berikan suplemen makanan, jika perlu
3. Kemampuan menikmati Edukasi
makanan meningkat  Anjurkan posisi duduk, jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu

49
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/ Tanggal Jam Impelentasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan Nama
Perawat
Rabu, 30 Maret 2022 pukul 1. Memonitor pola napas S:
11.0 WIB 2. Memonitor bunyi napas Keluarga pasien mengatakan
3. memposisikan pasien semi- Ny. V masih sesak napas
fowler O:
4. memberikan oksigen 1. RR : 43, sesak napas VIRGO MANDALA
kepada pasien 2. Terdengar suara mengi PUTRA
5. berkolaborasi pemberian 3. Posisi pasien semi fowler
nebulizer 4. Memberikan oksigen 7
L/menit menggunakan
simple mask
5. Berkolaborasi pemberian
nebulizer, flixotide nebule
& ventolin nebules
A:
Masalah belum teratasi
P:

50
Intervensi dilanjutkan
Intervensi dilanjutkan
Selasa, 30 Maret 2022 Pukul 1. mengidentifikasi makanan S :
11.30 WIB yang disukai Pasien mengatakan ingin makan
2. Memonitor asupan bubur sum-sum
makanan O: VIRGO MANDALA
3. memberikan suplemen 1. pasien menyukai bubur PUTRA
makanan sum-sum
4. menganjurkan posisi duduk 2. pasien makan setengah
porsi
3. memberikan ketocid
setelah makan
4. pasien dalam posisi duduk
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan

51
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Somantri,
2018). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik. (Paula, 2019).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan
tekanan darah (Mansjoer,2018)
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan
penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH),
aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang
disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. (Morton, 2017).

4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Hipertensi Heart
Disease (HHD) dan sebagai acuan atau referensi untuk mahaiswa dalam penulisan
laporan studi kasus selanjutnya
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumbar bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka
Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan
datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasian.

52
3. Diharapkan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya khususnya ruang sistem
kardiovaskular, penulisan laporan studi kasus ni di dapat sebagai referensi bagi
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi
Heart Disease (HHD), serta sebagai masukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan yang lebih baik, khususnya pada pasien dengan Hipertensi Heart
Disease (HDD).

53
DAFTAR PUSTAKA

Somantri Irman. 2018. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

54

Anda mungkin juga menyukai