Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH PADA TN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS STEMI (ST ELEVASI


MIOKARD INFARK ) DI RUANG IMCU RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

Oleh
Yetri Dea Puspitasari
NIM 2020-01-14401-027

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Ini Disusun Oleh:


Nama : Yetri Dea Puspitasari
NIM : 2020-01-14401-027
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : “ Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan medikal bedah pada
Tn. S dengan diagnosa medis STEMI di ruang IMCU RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”.

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Praktik Klinik Keperawatan III


Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Eva Priskila, S.Kep., Ners Admi Saw Billa, A.Md., Kep

KATA PENGANTAR

i
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien stemi di rumah
sakit doris slyvanus ”
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi (PKK III). Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Vina Agustina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya dan
3. Eva Priskila, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Admi Saw Billa, A.Md., Kep selaku pembimbing lahan/CI yang telah memberikan
izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan panduan praktik keperawatan di
dr.Doris Sylvanus
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 21 November 2022

Yetri Dea Puspitasari

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................3
1.4 Manfaat...............................................................................................3
1.4.1 Manfaat praktis..........................................................................3
1.4.2 Manfaat Teoritis.........................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
2.1 Konsep Penyakit..................................................................................4
2.1.1 Definisi STEMI.......................................................................4
2.1.2 Etiologi....................................................................................4
2.1.3 Klasifikasi...............................................................................5
2.1.4 Patofisiologi ...........................................................................6
2.1.5 Manifestasi Klinis...................................................................8
2.1.6 Komplikasi..............................................................................9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.........................................................10
2.1.8 Penatalaksanaan Medis.........................................................10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Stemi........................................11
2.2.1 Pengkajian keperawatan .........................................................11
2.2.2 Diagnosa keperawatan............................................................12
2.2.3 Intervensi keperawatan...........................................................13
2.2.4 Implementasi keperawatan.....................................................14
2.2.5 Evaluasi keperawatan.............................................................15
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................16
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


STEMI erat kaitannya dengan tingginya morbiditas dan mortalitas. Meskipun
beberapa dekade telah dilakukan penelitian dan clinical trial, namun masih juga
dijumpai 500.000 ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) setiap tahun di Amerika.
Data menunjukkan bahwa mortalitas akibat STEMI paling sering terjadi dalam 24 - 48
jam pasca onset dan laju mortalitas awal 30 hari setelah serangan adalah 30% (Brunner
& Suddarth, 2008). Sedangkan berdasarkan Jakarta Acute Coronary Syndrome (JAC)
Registry pada tahun 2013 jumlah pasien STEMI di Jakarta mencapai 1.110 orang
(Dharma, et al., 2015).STEMI merupakan penyakit kardiovaskuler penyebab
kecacatan dan kematian terbesar di seluruh dunia. STEMI menyebabkan kematian 6%-
14% dari jumlah total kematian pasien yang disebabkan oleh SKA (Widimsky, et al.,
2012) STEMI disebabkan oleh adanya aterosklerotik pada arteri koroner atau penyebab
lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miokardium.
Pada kondisi awal akan terjadi ischemia miokardium, namun bila tidak dilakukan
tindakan reperfusi segera maka akan menimbulkan nekrosis miokard yang bersifat
irreversible. Adapun komplikasi STEMI biasanya terjadinya karena adanya remodeling
ventrikel yang pada akhirnya akan mengakibatkan shock kardiogenik, gagal jantung
kongestif, serta disritmia ventrikel yang bersifat lethal aritmia (Underhill, 2005).
Diagnosis awal yang cepat dan Penanganan yang tepat setelah pasien tiba di ruang
IGD dapat membatasi kerusakan miokardial serta meminimalkan komplikasi yang
dapat memperburuk keadaan pasien sehingga menurunkan risiko kematian. Setiap 30
menit penundaan dalam penatalaksanaan pasien IMA akan meningkatkan risiko relatif
terhadap kematian dalam setahun sekitar 80 % (Rao, 2009). Pada pasien STEMI,
dampak yang ditimbulkan tidak hanya pada gangguan fisiologis dan psikologis saja,
namun juga menimbulkan dampak ekonomi akibat meningkatnya kebutuhan biaya
pengobatan dan perawatan di rumah sakit serta biaya pemulihan kesehatan selama
pasien di rumah. Oleh karena itu perlu kerjasama yang baik antara berbagai profesi
seperti

1
2

dokter, perawat dan team kesehatan lainnya dalam mengatasi masalah kesehatan yang
dialami oleh pasien.
Berdasarkan data dan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
profil pasien dengan diagnosa medis Stemi yang dirawat di di Ruang IMCU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus
penelitian tentang “ Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) di Ruangan IMCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam mengaplikasikan
teori Asuhan Keperawatan Pada Pasien STEMI (ST Elevasi Miokard Infark).
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran dan pengalaman nyata tentang :
1. Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan
pengkajian keperawatan dengan STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) di
ruangan IMCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2. Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan analisa
data pada pasien dengan STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) di ruangan
ICMCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
3. Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan
perumusan diagnosa keperawatan gawat darurat pada pasien dengan STEMI
(ST Elevasi Miokard Infark) di ruangan IMCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi dalam penerapan
asuhan keperawatan pada klien dengan kasus STEMI (ST Elevasi Miokard
Infark).
3

1.4.2 Bagi Rumah Sakit


Dapat dijadikan sebagai masukan pada perawat khususnya yang bertugas
di ruangan gawat darurat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan kasus
STEMI (ST Elevasi Miokard Infark).
1.4.3 Bagi Klien / Keluarga Klien
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan
tentang STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) dan menambah pengalaman dalam
menangani STEMI (ST Elevasi Miokard Infark).
1.4.4 Bagi Penulis
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman langsung dalam
memberikan asuhan keperawatan gawat darurat serta dapat menerapkan ilmu
yang diperoleh selama di bangku pendidikan.
4

BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi STEMI
Infark miocard akut (IMA) merupakan gangguan aliran darah ke jantung
yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti
setelah terjadi sumbatan koroner akut STEMI (ST elevation myocardial infarction)
merupakan salah satu jenis serangan jantung berupa penyumbatan pembuluh darah
arteri koroner secara total sehingga otot-otot jantung tidak mendapat suplai
oksigen. Pasien-pasien dengan gejala STEMI harus segera mendapatkan
pertolongan agar kerusakan jantung lebih lanjut dapat dicegah. (Black & Hawks,
2014)
.

2.1.2 Etiologi
Infark miokard disebabkan oleh oklusi arteri koroner setelah terjadinya rupture
vulnerable atherosclerotic plaque. Pada sebagian besar kasus, terdapat beberapa
faktor presipitasi yang muncul sebelum terjadinya STEMI, antara lain aktivitas fisik
yang berlebihan, stress emosional, dan penyakit dalam lainnya. Selain itu, terdapat
beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya IMA pada individu.
Faktor-faktor resiko ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor resiko yang
tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat dirubah menurut Smeltzer & Bare
(2011) yakni :
a. Faktor yang tidak dapat dirubah:
5

 Usia Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang progresif,


biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis sampai lesi mencapai ambang kritis
dan mulai menimbulkan kerusakan organ pada usia menengah maupun usia lanjut.
Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden infark miokard pada pria
meningkat lima kali lipat.
 Jenis kelamin Infark miokard jarang ditemukan pada wanita premenopause
kecuali jika terdapat diabetes, hiperlipidemia, dan hipertensi berat. Setelah
menopause, insiden penyakit yang berhubungan dengan atherosclerosis meningkat
bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan pria. Hal ini diperkirakan merupakan
pengaruh dari hormon estrogen.
 Ras Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis dari pada orang kulit
putih.
 Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung
koroner (saudara, orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun)
meningkatkan kemungkinan timbulnya IMA.
b. Faktor resiko yang dapat dirubah :
 Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko mayor dari IMA, baik tekanan darah systole
maupun diastole memiliki peran penting. Hipertensi dapat meningkatkan risiko
ischemic heart disease (IHD) sekitar 60% dibandingkan dengan individu
normotensive. Tanpa perawatan, sekitar 50% pasien hipertensi dapat meninggal
karena IHD atau gagal jantung kongestif, dan sepertiga lainnya dapat meninggal
karena stroke.
 Merokok
Merokok merupakan faktor risiko pasti pada pria, dan konsumsi rokok mungkin
merupakan penyebab peningkatan insiden dan keparahan atherosclerosis pada
wanita. Penggunaan rokok dalam jangka waktu yang lama meningkatkan kematian
karena IHD sekitar 200%. Berhenti merokok dapat menurunkan risiko secara
substansial.
 Stres Psikologik, stres menyebabkan peningkatan katekolamin yang bersifat
aterogenik serta mempercepat terjadinya serangan.
6

2.1.3 Klasifikasi
1) STEMI
Infark miokard akut dengan elevasi ST. Disebabkan oleh aliran darah koroner
menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak arteosklerosis yang
sudah ada sebelumnya. Gejala yang ditimbulkan yaitu :
1) Plak arteriosklerosis mengalami fisur
2) Rupture atau ulserasi
2) Jika kondisi local atau sistemik akan memicu trombogenesis, sehingga terjadi
thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner
2.1.4 Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi trombus pada plak aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya.
Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya
tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plaque aterosklerosis mengalami
fisura, rupture atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu
trombogenesis sehingga mengakibatkan oklusi arteri koroner. Pada STEMI
gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya
menjadi alasan pada STEMI memberikan respon terhadap terapi trombolitik. Pada
lokasi ruptur plaque, berbagai agonis (kolagen, ADP epinefrin dan serotonin)
memicu aktivasi trombosit, selanjutnya akan memproduksi dan melepaskan
tromboksan A2 (vasokontriktor lokal yang poten). Aktifitas trombosit juga akan
memicu terjadinya agregasi platelet dan mengaktifasi faktor VII dan X sehingga
menkonversi protombin menjadi thrombin dan fibrinogen menjadi fibrin.
Pembentukan trombus pada kaskade koagulasi akan menyebabkan oklusi oleh
trombus sehinga menyebabkan aliran darah berhenti secara mendadak dan
mengakibatkan STEMI (Darliana, 2010) (Black & Hawk, 2005 & Alwi, 2006).
7
8

2.1.5 Manifesti klinis


Tanda dan gejala yang dirasakan pada pasien stemi (Black & Hawks, 2014) yakni :
a. Nyeri
 Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terusmenerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah dan
abdomen bagian atas.
 Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu
dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
 Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan
bantuan istirahat atau nitrogliserin.
 Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
 Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening
atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
b. Tekanan darah dan denyut nadi pada mulanya meninggi sebagai akibat aktivasi
system saraf simpatik. Jika curah jantung berkurang, tekanan darah mungkin
turun. Bradikardia dapat disertai gangguan hantaran, khususnya pada kerusakan
yang mengenai dinding inferior ventrikel kiri.
c. Keletihan dan rasa lemah akibat penurunan perfusi darah ke otot rangka
d. Sesak napas dan bunyi krekels yang mencerminkan gagal jantung.
9

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibat dari STEMI menurut Smeltzer & Bare (2011):
a. Gagal pemompaan (pump failure)
Merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit pada STEMI.
Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal
pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya. Tanda
klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan
S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
b. Aritmia Insiden
aritmia setelah STEMI meningkat pada pasien setelah gejala awal.
Mekanisme yang berperan dalam aritmia karena infark meliputi
ketidakseimbangan sistem saraf otonom, ketidakseimbangan elektrolit, iskemia,
dan konduksi yang lambat pada zona iskemik.
c. Gagal jantung kongestif
Hal ini terjadi karena kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium.
Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti vena
pulmonalis, sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan
mengakibatkan kongesti vena sistemik.
d. Edema paru akut
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di rongga
interstisial maupun dalam alveoli. Edema paru merupakan tanda adanya kongesti
paru tingkat lanjut, di mana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler,
merembes keluar, dan menimbulkan dispnea yang sangat berat. Kongesti paru
terjadi jika dasar vascular paru menerima darah yang berlebihan dari ventrikel
kanan yang tidak mampu diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri. Oleh karena
adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang serta
udara tidak dapat masuk, akibatnya terjadi hipoksia berat.
e. Defek septum ventrikel Nekrosis septum interventrikular dapat menyebabkan
rupture dinding septum sehingga terjadi defek septum ventrikel.
10

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang untuk penderita STEMI (Smeltzer & Bare, 2011) :
a. Elektrokardiogram EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung.
Lokasi dan ukuran relative infark juga dapat ditentukan dengan EKG (Smeltzer
& Bare, 2011). Pemeriksaan EKG harus dilakukan segera dalam 10 menit sejak
kedatangan di IGD. Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi
segmen ST mengalami evolusi menjadi gelombang Q yang akhirnya didiagnosis
infark miokard gelombang Q. Sebagian kecil menetap menjadi infark miokard
non-Q. Jika obstruksi tidak bersifat total, obstruksi bersifat sementara, atau
ditemukan banyak
b. Angiografi coroner Angiografi coroner adalah pemeriksaan diagnostic invasif
yang dilakukan untuk mengamati pembuluh darah jantung dengan menggunakan
teknologi pencitraan sinar-X. angiografi coroner memberikan informasi
mengenai keberadaan dan tingkat keparahan PJK
c. Pemeriksaan lab enzim jantung troponin I
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan kesadaran dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat,
pengobatan dilakukan bersamaan dalam saat pemeriksaan. Pengobatan mcliputi
dua komponen utama yaitu:
a. Tidurkan pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit
b. ekstensi bila tidak ada kontraindikasi seperti fraktur servikal dan
tekanan intrakranial yang meningkat.
c. Posisi trendelenburg baik sckali untuk mengeluarkan
cairantrakcobronkhial, pastikan jalan nafas lapang, kcluarkan gigi
palsu jika ada, lakukan suction di daerah nasofaring jika diduga ada
cairan.
d. Lakukan imobilisasi jika diduga ada trauma servikal, pasang infus
sesuai dengan kebutuhan bersamaan dengan sampel darah.
e. Pasang monitoring antung jika tersedia bersamaan dengan melakukan
clektrokardiogram (EKG).
11

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1) Keluhan Utama :
Pasien mengatakan sesak saat beraktivitas
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan mengeluh sesak nafas, Kemudian pasien datang ke
RSUD Puruk Cahu pada tanggal 17 November 2022 dan dirujuk pada
tanggal 18 November 2022 ke RSUD dr. Doris Sylvanus dan diberikan terapi
di IGD infus Nacl 14 tpm, Inj Ranitidin 50 mg, Inj Ondancentron 4 mg,
Heparin 4000 unit, Aspilet 4 tab. GCS 15, TD: 110/70, N: 70 x/menit, S: 36,8
0
C, SpO: 99% dengan sesak nafas saat beraktifitas dan dipindahkan ke ruang
IMCU, , pada tanggal 21 November jam 20.00 Wib didapatkan keluhan
pasien mengeluh sesak nafs saat beraktivitas
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya dan tidak
pernah dilakukan operasi apapun.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga.
12

2.2.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia (Agen pencedera fisiologis)
(D.0007)
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kecemasan (D.0008)
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penyakit ginjal dan kelenjar
(D.0036)
4. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penyakit ginjal dan
kelenjar (D.0036)
5. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan (faktor
psikologis) (D.0032)
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (D.0056).
13

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (SIKI I.08238 hal.201)
berhubungan keperawatan 1x7 jam tingkat nyeri Tindakan
dengan membaik dengan kriteria hasil : Observasi
iskemia 1) Kemampuan menuntaskan ₋ Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
(Agen aktivitas meningkat (5) nyeri
pencedera 2) Keluhan nyeri menurun (5) ₋ Identifikasi skala nyeri
fisiologis) 3) Meringis menurun (5) ₋ Identifikasi respons nyeri non verbal
(D.0007) 4) Sikap protektif menurun (5) ₋ Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Gelisah menurun (5) ₋ Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
6) Frekuensi nadi membaik (5) ₋ Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Pola napas membaik (5) ₋ Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
₋ Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
₋ Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
₋ Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bemain)
₋ Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
₋ Fasilitasi istirahat dan tidur
₋ Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
₋ Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
14

₋ Jelaskan strategi meredakan nyeri


₋ Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
₋ Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
₋ Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pola napas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada.
tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam pola 2. Auskultasi bunyi napas.
berhubungan napas kembali efektif. Kriteria hasil : 3. Tinggikan kepala dan bentuk mengubah posisi.
dengan
1. Pola napas efektif. Kolaborasi pemberian oksigen.
kecemasan
(D.0008) 2. Bunyi napas normal kembali.
3. Batuk berkurang
Penurunan Curah Jantung Perawatan jantung
curah jantung Setelah dilakukan perawatan 1X7 jam cu O:
berhubungan rah jantung meningkat dengan criteria - Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (dispnea, kelela
dengan hasil: han, edema, peningkatanCVP)
penyakit - Kekuatan nadi perifer - -Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
ginjal dan meningkat curah jantung (hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, ronchi,
kelenjar - Gambaran ECG aritmia oliguri, batuk,kulit pucat)
(D.0036) menurun - Monitor tekanan darah
- Dispnea menurun - Monitor intake output
- Pucat/sianosis menurun - Monitor saturasi oksigen
- Tekanan Darah membaik - Monitor ECG 12 lead
T:
- Posisikan pasien semi fowleratau fowler 
- Berikan O2 untuk mempertahankan saturasi oksigen>94%
E:
15

K:
- Kolaborasi pemberian  Candesartan 8 mg

Risiko Luaran tambahan: Pemantauan Elektrolit :


ketidakseimb 1. Eliminasi fekal Mengumpulkan dan menganalisis data dan efek yang tidak di harapkan
angan cairan 2. Fungsi gastrointestinal Observasi
berhubungan 3. Keseimbangan cairan 1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
dengan 4. Penyembuhan luka 2. Monitor kadar elektrolit serum
penyakit 5. Status nutrisi 3. Monitor mual, muntah dan diare
ginjal dan Kriteria hasil : 4. Monitor krhilangan cairan apabila perlu
kelenjar 1. Serum natrium meningkat atau 5. Monitor tanda dan gejala hypokalemia
(D.0036) sesuai batas normal 6. Monitor tanda dan gejala hyperkalemia
2. Serum kalium, serum klorida,seum 7. Monitor tanda dan gejala hiponatremia
kalsium, serum magnesium, serum 8. Monitor tanda dan gejala hypernatremia
fosfor meningkat atau dalam batas Terapeutik
normal 1. Atur interval waktu pemantuan sesuai dengan kondisi pasien
3. Tanda tanda vital dalam batas 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
normal Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
Intoleransi Setelah dilakukan intervensi selama 3 Manajemen Energi
aktifitas x 24 jam, maka toleransi aktivitas 1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
berhubungan meningkat, dengan kriteria hasil: 2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
dengan a. Frekuensi nadi 3) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
ketidakseimb menurun 4) Anjurkan tirah baring
angan antara b. Keluhan lelah menurun 5) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
suplai dan c. Dispnea saat aktivitas menurun
kebutuhan d. Dispnea setelah aktivitas menurun
16

oksigen e. Perasaan lemah menurun


(D.0056). f. Aritmia saat aktivitas menurun
g. Aritmia setelah aktivitas menurun
h. Sianosis menurun
i. Tekanan darah membaik
j. EKG iskemia membaik.
17

2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2015).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan
intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan
dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa
pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon
pasien terhadap intervensi keperawatan Pada kegiatan implementasi
diperlukan kemampuan perawat terhadap penguasaan teknis keperawatan,
kemampuan hubungan interpersonal, dan kemampuan intelektual untuk
menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan
(Nursalam, 2015). Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga)
alternatif yang dapat digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
a. Evaluasi Proses (Formatif) Evaluasi ini menggambarkan hasil
observasi dan analisis perawat terhadap respon klien segera stelah
tindakan. Evaluasi formatif dilakukan secara terus menerus sampai
tujuan yang telah ditentukan tercapai.
18

b. Evaluasi Hasil (sumatif) Evaluasi yang dilakukan setelah semua


aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Menggambarkan
rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisis status
kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
Evaluasi sumatif bertujuan menjelaskan perkembangan kondisi klien
dengan menilai dan memonitor apakah tujuan telah tercapai.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Nama Mahasiswa : Yetri Dea Puspitasari


NIM : 2020-01-14401-027
Ruang Praktek : IMCU
Tanggal Praktek : 21-29 November 2022
Tanggal & Jam Pengkajian : 21 November 2022, 20.00 Wib
3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Babirik, Puruk Cahu
Tgl MRS : 18 November 2022
Diagnosa Medis : STEMI Anterior, HHD, CHF
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan sesak saat beraktivitas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan mengeluh sesak nafas, Kemudian pasien datang ke
RSUD Puruk Cahu pada tanggal 17 November 2022 dan dirujuk pada
tanggal 18 November 2022 ke RSUD dr. Doris Sylvanus dan diberikan terapi
di IGD infus Nacl 14 tpm, Inj Ranitidin 50 mg, Heparin 4000 unit, Aspilet 4
tab. GCS 15, TD: 110/70, N: 70 x/menit, S: 36,8 0C, SpO: 99% dengan sesak
nafas saat beraktifitas dan dipindahkan ke ruang IMCU, pada tanggal 21

19
November jam 20.00 Wib didapatkan keluhan pasien mengeluh sesak nafs
saat beraktivitas

20
II. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan tidak pernah
dilakukan operasi apapun.
III. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga.

GENOGRAM KELUARGA :

Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Ket:

Perempuan Meninggal

Laki-lakil Pasien

Tinggal serumah

A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak sesak nafas dan terbaring dengan posisi semi fowler dengan
TTV: RR 17x/menit, TD : 120/87 mmHg, N : 68 /menit,Saturasi O2 99%,
terpasang infus NaCl 0,9 % 14 tpm disebelah tangan kanan, GCS : E 4 V 5
M 6 (Compos mentis), pupil mata isokor, suhu 36,9 0C, posisi semi fowler.

21
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
b. Ekspresi wajah :
c. Bentuk badan : Normal
d. Cara berbaring/bergerak : Terlentang
e. Berbicara : Biasa/normal
f. Suasana hati : Baik
g. Penampilan : Cukup Rapi
a. Fungsi kognitif :
Orientasi waktu : Baik (Klien dapat mengetahui waktu
pagi/malam)
Orientasi Orang : Baik (Klien dapat mengenal keluarga dan
perawat)
Orientasi Tempat : Baik (Klien tahu kalau berada di RS)
i. Halusinasi :  Dengar/Akustic  Lihat/Visual  Lainnya
j. Proses berpikir :  Blocking  Circumstansial  Flight oh ideas 
Lainnya
k. Insight :  Baik  Mengingkari  Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri :  Adaptif  Maladaptif
n. Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,9 0C  Axilla  Rektal  Oral
a. Nadi/HR : 68 x/mt
b. Pernapasan/RR : 17 x/mt
c. Tekanan Darah/BP : 120/87 mm/Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : Ada
() Batuk, sejak : Sebulan yang lalu
 Batuk darah, sejak : Tidak ada
() Sputum, warna : Putih

22
 Sianosis
 Nyeri dada
 Dyspnoe nyeri dada  Orthopnoe  Lainnya
 Sesak nafas  saat inspirasi () Saat aktivitas  Saat istirahat
Type Pernafasan  Dada  Perut  Dada dan perut
 Kusmaul  Cheyne-stokes  Biot
 Lainnya
Irama Pernafasan () Teratur  Tidak teratur
Suara Nafas () Vesukuler  Bronchovesikuler
 Bronchial  Trakeal
Suara Nafas tambahan  Wheezing () Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya
Keluhan lainnya : pasien mengatakan sesak napas ketika beraktifitas
Masalah Keperawatan : Pola Nafas Tidak Efektif
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
 Nyeri dada  Kram kaki () Pucat
 Pusing/sinkop  Clubing finger  Sianosis
 Sakit Kepala  Palpitasi  Pingsan
 Capillary refill  > 2 detik () < 2 detik

 Oedema :  Wajah  Ekstrimitas atas


 Anasarka  Ekstrimitas bawah
 Asites, lingkar perut cm

 Ictus Cordis  Terlihat () Tidak terlihat


Vena jugularis  Tidak meningkat  Meningkat
Suara jantung  Normal,
 Ada kelainan
Keluhan lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Penurunan Curah Jantung
1. PERSYARAFAN (BRAIN)

23
Nilai GCS : E : 4 (Spontan membuka mata)
V : 5 ( Orientasi baik, dapat berbicara dengan jelas)
M : 6 (Bisa mengikuti perintah pemeriksaan)
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran :  Compos Menthis  Somnolent  Delirium
 Apatis  Soporus  Coma
Pupil :  Isokor  Anisokor
 Midriasis  Meiosis
Refleks Cahaya :  Kanan  Positif  Negatif
 Kiri  Positif  Negatif
 Nyeri, lokasi

 Vertigo  Gelisah  Aphasia  Kesemutan

 Bingung  Disarthria  Kejang  Trernor

 Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau minyak kayu putih
Nervus Kranial II : Tidak ada gangguan pengelihatan
Nervus Kranial III : Pasien dapat mengangkat kelopak matanya keatas
Nervus Kranial IV : Tidak ada gangguan dalam pergerakan bola mata
Nervus Kranial V : Tidak ada gangguan pada saat mengunyak
Nervus Kranial VI : Dapat menggerakkan bola mata kesamping
Nervus Kranial VII : Tidak ada gangguan pada saat berbicara
Nervus Kranial VIII : Tidak ada gangguan dalam pendengaran
Nervus Kranial IX : Tidak ada kesulitan pada saat menelan
Nervus Kranial X : Tidak ada gangguan
Nervus Kranial XI : Tidak ada gangguan anggota gerak badan
Nervus Kranial XII : Respon lidah baik
Uji Koordinasi :
2. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urine : 600 cc/24 jam

24
Warna : Kuning
Bau : khas urin
 Tidak ada masalah/lancar  Menetes  Inkotinen
 Oliguri  Nyeri  Retensi
 Poliuri  Panas  Hematuri
 Dysuri  Nocturi
 Kateter  Cystostomi
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
3. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan Faring
Bibir : Lembab
Gigi : Rapi
Gusi : Normal (Merah)
Lidah : Merah tua
Mukosa : Lembab
Tonsil : Normal
Rectum : Normal
Haemoroid : Tidak Ada
BAB : 1 x/hr Warna : Kuning Konsistensi : Lunak
 Tidak ada masalah  Diare  Konstipasi  Kembung
 Feaces berdarah  Melena  Obat pencahar  Lavement
Bising usus : 5 x/Menit
Nyeri tekan, lokasi : Tidak ada nyeri tekan
Benjolan, lokasi : Tidak ada benjolan
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
 Kemampuan pergerakan sendi () Bebas  Terbatas
 Parese, lokasi
 Paralise,lokasi

25
 Hemiparese,lokasi
 Krepitasi, lokasi
 Nyeri, lokasi punggung
 Bengkak, lokasi
 Kekakuan, lokasi
 Flasiditas, lokasi
 Spastisitas, lokasi
 Ukuran otot  Simetris
 Atropi
 Hipertropi
 Kontraktur
 Malposisi
Uji kekuatan otot :  Ekstrimitas atas 5|5  Ekstrimitas bawah 5|5
 Deformitas tulang, lokasi
 Peradangan, lokasi
 Perlukaan, lokasi
 Patah tulang, lokasi
Tulang belakang  Normal  Skoliosis
 Kifosis  Lordosis
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5. KULIT-KULIT RAMBUT
Riwayat alergi  Obat
 Makanan
 Kosmetik
 Lainnya
Suhu kulit  Hangat  Panas Dingin
Warna kulit Normal  Sianosis/ biru  Ikterik/kuning
 Putih/ pucat  Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor  Baik  Cukup  Kurang
Tekstur  Halus  Kasar

26
Lesi :  Macula, lokasiPustula, lokasi Nodula, lokasi
 Vesikula, lokasi
 Papula, lokasi
 Ulcus, lokasi
Jaringan parut lokasi
Tekstur rambut
Distribusi rambut
Bentuk kuku  Simetris  Irreguler
 Clubbing Finger  Lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
6. SISTEM PENGINDERAAN :
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan :  Berkurang  Kabur
 Ganda  Buta/gelap
Gerakan bola mata :  Bergerak normal  Diam
 Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :
Mata kiri (VOS) :
Selera  Normal/putih  Kuning/ikterus  Merah/hifema Konjunctiva
 Merah muda  Pucat/anemic
Kornea  Bening  Keruh
Alat bantu  Kacamata  Lensa kontak
 Lainnya…….
Nyeri : Tidak ada
Keluhan lain : Tidak Ada
b. Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran :  Berkurang  Berdengung  Tuli
c. Hidung / Penciuman:
Bentuk :  Simetris  Asimetris
 Lesi

 Patensi

27
 Obstruksi

 Nyeri tekan sinus

 Transluminasi
Cavum Nasal Warna…………………..
Integritas……………..
Septum nasal  Deviasi  Perforasi  Peradarahan
 Sekresi, warna ………………………
 Polip  Kanan  Kiri  Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
7. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa  Ya  Tidak
Jaringan Parut  Ya  Tidak
Kelenjar Limfe  Teraba  Tidak teraba
Kelenjar Tyroid  Teraba  Tidak teraba
Mobilitas leher  Bebas  Terbatas
8. SISTEM REPRODUKSI
a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi
Gatal-gatal, Lokasi
Gland Penis .................................................................
Maetus Uretra ..............................................................
Discharge, warna
Srotum ....................................................................
Hernia ....................................................................
Kelainan ……………………………………………
Keluhan lain ………………………………………….
a. Reproduksi Wanita
Kemerahan, Lokasi
Gatal-gatal, Lokasi
Perdarahan .................................................................
Flour Albus ..............................................................

28
Clitoris .......................................................................
Labis ....................................................................
Uretra ....................................................................
Kebersihan :  Baik  Cukup  Kurang
Kehamilan : ……………………………………
Tafsiran partus : ……………………………………
Keluhan lain
Payudara :
 Simetris  Asimetris
 Sear  Lesi
 Pembengkakan  Nyeri tekan
Puting :  Menonjol  Datar  Lecet  Mastitis
Warna areola ...................................................................................
ASI  Lancar  Sedikit  Tidak keluar
Keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

B. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengerti tentang penyakit yang dideritanya setelah dijelaskan perawat
diruangan tersebut.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 160 Cm
BB sekarang : 57 Kg
BB Sebelum sakit : 57 Kg
Diet :
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Diet Khusus :
 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP
 Rendah Lemak  Rendah Purin  Lainnya
 Mual

29
 Muntah…………….kali/hari
Kesukaran menelan  Ya  Tidak
Rasa haus  Ya  Tidak
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x/hari 3x/hari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan sayur dan ikan sayur dan ikan
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 800 cc 800 cc
jam
Kebiasaan makan Pagi,siang,dan malam Pagi,siang,dan malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada keluhan
1. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Siang ± 2 Jam, Malam ± 8 Jam
Sesudah sakit : Siang ± 2 Jam, Malam ± 8 Jam
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah
2. Kognitif :
Pasien mengatakan mengetahui apa yang dialami selama ini.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran) :
Sebagai kepala rumah tangga
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien mampu beraktivitas seperti bekerja dan berolaharaga
serta melakukan kegiatan lainnya, sesudah sakit pasien hanya mampu
beraktivitas sendiri seperti mengganti baju dan makan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5. Koping –Toleransi terhadap Stress

30
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
6. Nilai-Pola Keyakinan
Yakin dengan agama yang sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
C. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa dayak dan bahasa indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Klien memiliki hubungan yang baik dan harmonis dengan keluarga
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien tampak dapat berhubungan yang dengan baik dengan teman dan
keluarga
5. Orang berarti/terdekat :
Istri, anak, dan keluarga
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Kumpul bersama keluarga, menonton Tv
D. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATORIUM,
PENUNJANG LAINNYA)
 Laboratorium
Tanggal 19 November 2022
No Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
1 Uric Acid 8,9 mg/dl 3,5 – 7,2 mg/dl
2 Cholesterol 171 U/L < 200 U/L
3 Trigliserida 125 mg/dl < 165 mg/dl
4 Kolesterol HDL 37 mg/dl > 40 mg/dl
5 LDL 105 mg/dl < 180 mg/dl

 EKG (21 November 2022)

31
Hasil EKG: NSR dengan STEMI Anterior (terdapat ST Elevasi di V2,V3, dan V4)

 Echocardiography (19 November 2022)

 Kateterisasi Jantung ( 11 November 2022)

32
 CT Scan ( 23 November 2022)

33
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Hari, Tanggal : 19 November 2022

No Nama obat Dosis Indikasi


1 1 Infus Nacl 0,9% 500 ml/24 jam Mengganti cairan tubuh yang
hilang
2 Heparin 2 cc /jam via Mengatasi dan mencegah
syring pump penggumpalan darah
3 Candesartan 1x 8 mg Untuk pengobatan tekanan darah
tinggi dan gagal jantung kongestif
4 Mst 2x15 mg Untuk membantu mengurangi
nyeri
5 Aspilet 1x 80mg Untuk mencegah dan menangani
angina pektoris dan infark
miokard
6 Cpg 1x 80mg Untuk mencegah pembekuan
darah setelah terkena serangan
jantung atau stroke pada orang
yang menderita gangguan jantung
dan pembuluh darah

Sabtu, 19 November 2022


Mahasiswa,

(Yetri Dea Puspitasari)

34
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS:
Pasien mengeluh sesak nafas saat Aliran darah ke paru
beraktivitas terganggu

DO:
TTV : Suplai O2 tidak seimbang
- TD: 120/87 mmHg dengan kebutuhan tubuh
- Nadi : 68 Pola Nafas Tidak
- RR: 17 Efektif b.d dengan
Meningkatnya kebutuhan o2 berkurangnya
-Terdapat suara nafas tambahan :
Ronchi kering ekspansi paru
- CT Scan Thorax Takipnea

Pola Nafas Tidak Efektif

DS: Bengkak sekitar miokard Penurunan Curah


- Pasien mengatakan mudah Jantung b.d
lelah dan sesak nafas saat perubahan
beraktivitas Pompa jantung tidak kontraktilitas
terkoordinasi miokard
DO:
(menurunnya
- Sedikit tampak sesak kontraktilitas
- Terpasang O2 nasal kanul 4 miokard)
Volume sekuncup turun
Lpm
- Ekg
Penurunan Curah Jantung

NSR dengan STEMI


Anterior (terdapat ST
Elevasi di V2,V3, dan V4)
- Echocardiography

EF: 32%
TTV :
- TD: 120/87 mmHg

35
- Nadi : 68
- RR: 17

Suplai darah ke arteri


koroner berkurang
Ds:
- Klien mengatakan sesak saat
aktivitas Penurunan fungsi jaringan
- Klien mengatakan
aktivitas dibantu keluarga Intoleransi Aktivitas
atau perawat b.d
Tirah baring lama
ketidakseimbangan
DO : antar suplai dan
- Aktivitas klien tampak kebutuhan oksigen.
Kelemahan
dibantu keluarga atau
perawat
- Klien tampak berbaring Intoleransi aktivitas
posisi semi fowler

PRIORITAS MASALAH

36
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan berkurangnya ekspansi paru yang ditandai
dengan Pasien mengatakan mudah lelah dan sesak nafas saat beraktivitas. TTV :TD:
120/87 mmHg, Nadi : 68, RR: 17 dan terdapat suara nafas tambahan : Ronchi kering

Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard


(menurunnya kontraktilitas miokard) yang ditandai dengan pasien mengatakan mudah
lelah dan sesak nafas saat beraktivitas tampak sedikit sesak, terpasang O2 nasal kanul 4
Lpm

Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan oksigen d.d
Klien mengatakan sesak saat aktivitas, klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga atau
perawat,klien tampak berbaring dengan posisi semi fowler.

INTERVENSI
Diagnosa
Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Keperawatan
Curah Jantung Perawatan jantung

37
Penurunan Curah Setelah dilakukan perawata O:
Jantung n 1x7 jam curah jantung - Identifikasi tanda/gejala prim
b.d berkurangnya meningkat dengan criteria er penurunan curah jantung 
ekpansi paru hasil: (Ronchi, kelelahan)
- Kekuatan nadi - Identifikasi tanda/gejala
perifer meningkat sekunder penurunan
- Ronchi menurun curah jantung (hepatomegali, 
- Pucat/sianosis distensi vena jugularis, palpit
menurun asi, ronchi, oliguri,
batuk,kulit pucat)
- Monitor tekanan darah
- Monitor saturasi oksigen
T:
- Posisikan pasien semi
fowleratau fowler 
- Berikan O2 untuk
mempertahankan saturasi
oksigen > 94%

K:
- Kolaborasi pemberian 
Candesartan 8 mg

Pola Nafas Tidak Pola Napas Manajemen Jalan Napas


Efektif b.d Setelah dilakukan O:
perubahan perawatan 1x7 jam ₋ Monitor pola napas
kontraktilitas diharapkan pasien ( frekuensi, kedalaman)
miokard menunjukkan pola nafas ₋ Monitor bunyi napas
( menurunnya efektif yang dibuktikan tambahan (mis. gurgling,
kontraktilitas dengan status respirasi mengi, wheezing, ronkhi
miokard) tidak terganggu. kering)
Kriteria Hasil : T:
1. Mendemonstrasi kan ₋ Posisikan semifowler
latihan nafas dalam secara ₋ Berikan minum hangat
mandiri ₋ Berikan oksigen
2. Menunjukkan jalan nafas E:
yang paten (pasien tidak ₋ Ajarkan teknik batuk efektif
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan K:
dalam
- Kolaborasi pemberian Mst
2x10 mg
Intoleransi
Aktivitas b.d Toleransi Aktivitas
Setelah di lakukan tindakan Manjemen Energi:
ketidakseimbangan O:
antar suplai dan keperawatan 1x7 jam di
harapkan klien dapat ₋ Monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan oksigen
melakukan aktivitas emosional
bertahap secara mandiri, T:
dengan kriteria hasil : ₋ Sediakan lingkungan nyaman
- Dispnea saat aktivitas

38
menurun ₋ Fasilitasi duduk di sisi tempat
- Kemudahan dalam tidur jika tidak dapat
melakukan aktivitas sehari- berpindah
hari meningkat E:
₋ Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

K:
- Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai

39
40

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda
Hari/Tanggal tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama
Perawat

Selasa, 22 Evaluasi dilakukan pukul 17.00


November 2022
WIB
16.00 Wib
- Mengidentifikasi tanda/gejala  S:- Pasien mengatakan masih
primer penurunan curah jantu merasa mudah lelah
ng 
(dispnea, kelelahan) - Pasien mengatakan bila
16.05 Wib
banyak bergerak masih
- Mengidentifikasi tanda/gejala
sekunder penurunan sesak nafas
curah jantung (hepatomegali, 
O:
distensi vena jugularis, palpita
16.10 Wib si, ronchi, oliguri, batuk,kulit - Pasien tampak lebih tenang
pucat) - Pasien tampak sedikit lelah

16.15 Wib - Memonitor saturasi oksigen A : Masalah teratasi sebagian

- Memposisikan pasien semi P: Lanjutkan intervensi


16.20 fowler

Wib - Memberikan O2 untuk


mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
16.25 Wib
- Mengkolaborasi pemberian C
andesartan 8 mg
Selasa, 22 Evaluasi dilakukan pukul 17.30
November 2022
WIB
17.00 Wib ₋ Memberikan posisi semifowler
S : Pasien mengatakan sesak nafas
sedikit berkurang
17.05 Wib ₋ Memberikan O2 nasal kanul 4
Lpm O:
- Mempraktekkan Latihan
17.10 Wib
₋ Memantau pernafasan pasien nafas dalam secara mandiri
A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
41

Evaluasi dilakukan pukul 18.20


Selasa, 22 WIB
November 2022
S:
18.00 Wib
- Mengidentifikasi gangguan
- Klien mengatakan sesak
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelemahan saat aktivitas menurun
- Klien mengatakan aktivitas

18.05 Wib dibantu keluarga


- Menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus O:
- Klien tampak berbaring

18.10 Wib dengan posisi semi fowler


- Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
A : Masalah teratasi sebagian
- Menganjurkan menghubungi
18.15 Wib
perawat jika tanda dan gejala
P: Lanjutkan intervensi
kelelahan tidak berkurang
42

DAFTAR PUSTAKA

Asikin M, Nuralamsyah M, Susaldi. (2016). Keperawatan Medical Bedah Sistem Kardiovaskuler. Jakarta :
Erlangga
Bararah, Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Huda Nurarif, Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan
NANDA NIC-NOC. Jakarta : MediAction Publishing
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. (2007). Buku Ajar Patologi Volume 2 edisi 7.
Jakarta : EGC
Kasron. (2012). Kelainan dan Penyakit Jantung : Pencegahan dan Pengobatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Kasron. (2016). Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Transinfomedia
M. Black. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
43

Anda mungkin juga menyukai