Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA CERVIKS & ANEMIA DI RUANG
CEMPAKA RSUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh:
DESIRA NATALIA 2021-01-14201-023

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh


Nama : DESIRA NATALIA
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA CERVIKS &
ANEMIA DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklinik Keperawatan 2 (PPK 2) pada program studi sarjana keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Studi Kasus Ini Disetujui Oleh

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Elin Ria Resty, S.Kep.,Ners Lidya Amiani, S.Kep.,Ners

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul “
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Diagnosa Ca Cerviks &
Anemia di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun oleh guna melengkapi tugas praktik praklinik keperawatan
2 (PPK 2). Laporan pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes selaku ketua stikes eka harap palangka raya
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners,M.Kep selaku ketua program studi sarjana keperawatan stikes
eka harap palangka raya
3. Ibu Meida Sinta Araini,S.Kep.,Ners selaku Koordinator PPK 2
4. Ibu Elin Ria Resty, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukan, dan bimbingan dalam penyelesaian laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan ini
5. Ibu Lidya Amiani, S.Kep.,Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak memberikan
arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini.
Kami menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang
diharapakan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya 11 September 2023

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................
1.4 Manfaat............................................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kanker Serviks
2.1.1 Definisi..........................................................................................................................
2.1.2 Etiologi..........................................................................................................................
2.1.3 Patofisiologi..................................................................................................................
2.1.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................................
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................
2.1.6 Penatalaksanaan Medis.................................................................................................
2.2 Konsep Dasar Anemia
2.2.1 Definisi..........................................................................................................................
2.2.2 Etiologi..........................................................................................................................
2.2.3 Patofisiologi..................................................................................................................
2.2.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................................
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................
2.2.6 Penatalaksanaan Medis.................................................................................................
2.3 Asuhan Keperawatan Teori
2.3.1 Pengkajian Keperawatan...............................................................................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................
2.3.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................................
2.3.4 Implementasi Keperawatan...........................................................................................
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...................................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................................
3.4 Implementasi Keperawatan..............................................................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN DAN PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................
4.2 Saran.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher rahim, yaitu
area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina (Rozi, 2013). Kanker leher
rahim atau kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Purwoastuti,
2015). Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
di sekitarnya (Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015).
Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah sehat, volume
sel darah merah dan jumlah hemoglobin, Hipoksia terjadi karena tubuh kekurangan suplai
oksigen. Anemia juga mencerminkan kondisi patogenik yang mengarah pada abnormalitas
jumlah, struktur dan fungsi sel darah merah dalam tubuh (Joyce & Jane, 2014).
Anemia juga dapat dikatakan sebagai keadaan dimana, masa eritrosit dan masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. Secara labolatorium anemia terjadi karena penurunan kadar hemoglobin serta
nilai eritrosit yang tidak normal.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny. M Dengan Diagnosa Kanker Serviks dan Anemia
di ruang cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus.

1.3 Tujuan Penulisan


1. mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis kanker serviks dan
anemia
2. mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis kanker
serviks dan anemia
3. mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis kanker serviks dan anemia
4. mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis kanker
serviks dan anemia
5. mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis kanker
serviks dan
Anemia

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi yang bermakna bagi mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis kanker serviks dan anemia

1.4.2 Bagi pasien dan keluarga


Dapat digunakan untuk membantu pasien dan keluarga untuk memahami dan bagaimana
nanti perawatan mandiri untuk pasien dengan diagnosa medis kanker serviks dan anemia

1.4.3 Bagi institusi


Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki pembuatan asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa medis kanker serviks dan anemia dan juga mampu mengembangkan
ilmu untuk dibagi kepada institusi/ mahasiswa pada institusi tersebut sehingga dapat
membuat institusi semakin berkembang menjadi lebih baik

1.4.4 Bagi IPTEK


Mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di bidang kesehatan
khususnya pada pasien diagnosa medis kanker serviks dan anemia.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kanker Serviks


2.1.1 Definisi
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher rahim, yaitu
area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina (Rozi, 2013). Kanker leher
rahim atau kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)(Purwoastuti,
2015). Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya. pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
di sekitarnya (Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015).

2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human papilloma virus): HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma
akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
2. Merokok: Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi HPV pada serviks
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18
tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak
digunakan pada tahun 1940-1970).
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin).
(Nurarif, 2016).

2.1.3 Patofisiologi
Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30 tahun. Faktor resiko
mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma Virus (HPV) yang ditularkan
secara seksual. Faktor resiko lain perkembangan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada
usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status sosial ekonomi
yang rendah dan merokok (Price, 2012).
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus
mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona tranformasi). Pada zona
transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang berakhir sebagai
karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ atau High-grade
Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL). mendahului karsinoma invasif.
Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma
serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung kedalam jaringan para servikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih
progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke
dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah
bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh (Price,
2012)

6
WOC (Price, 2012)

2.1.4 Manifestasi Klinis


Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin
lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
b. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
c. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.
d. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius.
e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
f. Kelemahan pada ekstremitas bawah.
g. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila
nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut
saraf lumbosakral.
h. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

7
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pap Smear
Test Pap smear dapat dilakukan di RS, klinik dokter kandungan ataupun laboratorium.
Prosedurnya cepat (hanya memerlukan waktu beberapa menit) dan tidak menimbulkan rasa
sakit. Test Pap smear dapat dilakukan bila tidak dalam keadaan haid ataupun hamil. Untuk
hasil terbaik, sebaiknya tidak berhubungan intim minimal 3 hari sebelum pemeriksaan. Pap
smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya
perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan
mengambil cairan pada leher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop. Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks.
Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa
kolposkopi
b. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) Untuk deteksi dini kanker serviks, selain test Pap
Smear, metoda lain yang dapat menjadi pilihan adalah IVA (Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat). IVA digunakan untuk mendeteksi abnormalitas sel serviks setelah mengoleskan
larutan asam asetat (asam cuka3-5%) pada leher rahim. Asam asetat menegaskan dan
menandai lesi pra-kanker dengan perubahan warna agak keputihan (acetowhite change).
Hasilnya dapat diketahui saat itu juga atau dalam waktu 15 menit.
c. Servikografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm.
Servikografi dapat digunakan sebagai metode yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di
daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan
kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker serviks.
d. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat
digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi
dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat.
Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6%
dan positif palsu 16%.
d. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif dalam kondisi
prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human
Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar HCG
abnormal adalah >5ng/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta
dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi
melalui pemeriksaan darah dan urine.
e. Biopsy Kerucut
Biopsy Kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk
penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
f. MRI/CT scan abdomen atau pelvis
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan
atau terkenanya nodus limfa regional.
g. Tes Schiller
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat
warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi
putih atau kuning.
h. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang terjadi
pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit
dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.

2.1.6 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan Medis. Menurut Arumaniez (2010) dan Corner (2013) dalam buku Asuhan
Ibu Dengan Kanker Serviks (Dedeh, 2015) ada beberapa pengobatan serviks, antara lain
sebagai berikut:

8
1. Cerclage serviks, yaitu prosedur bedah dengan menjahit tertutup seluruh serviks selama
kehamilan. Prosedur ini dilakukan pada wanita dengan inkompetensi serviks untuk mencegah
pembukaan awal serviks selama kehamilan yang dapat menyebabkan persalinan premature.
2. Terapi antibiotik pemberikan obat yang dapat membunuh bakteri yang menyebabkan
infeksi pada serviks dan organ reproduksi.
3. Metode krioterapi : membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu yang
amat dingin (dengan gas CO2), sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan luruh dan
selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi, 2011).
4. Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasive yang masih
terbatas pada daerah panggul. Terapi radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
5. Kemoterapi biasanya diberikan untuk kanker serviks yang diyakini telah menyebar.
6. Histerektomi total: operasi pengangkatan uterus dan serviks. Jika kanker serviks belum
menyebar, histerektomi merupakan pengobatan terbaik.
7. Biopsi kerucut: biopsi serviks yang menghilangkan sepotong jaringan berbentuk kerucut
dari serviks dengan menggunakan prosedur eksisi elektrosurgikal melingkar atau prosedur
biopsi kerucut pisau dingin. Oleh karena sebagian besari dari serviks dihapus, bipsi kerucut
dapat membantu mencegah atau mengobati kanker servik.

Penatalaksanaan Keperawatan : Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks


meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan
mengurangi kecemasan serta ketakutan klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam
perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi (Reeder, 2013).
Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan pasangannya memandang kemampuan
reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan
reproduksinya. Apabila terdiagnosis kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih terancam.
Perasaan ini jauh lebih penting dibandingkan kehilangan kemampuan reproduksi. Intervensi
keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu klien mengekspresikan rasa takut,
membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual,
meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukan kekuatan diri
untuk menghadapi masalah (Reeder, 2013).

9
2.2 Konsep Dasar Anemia
2.2.1 Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel
darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin
kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan
anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12
g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi yang
mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002) Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah
atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)

2.2.2 Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid. piridoksin,
vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011). Penyebab anemia yaitu
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia
karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup
persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti inflamasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat
besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri
yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

2.2.3 Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin

10
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat
diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah: 2. derajat proliferasi sel
darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2002)

2.2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis yang timbul pada anemia dikarenakan akibat dari respon tubuh terhadap
keadaan hipoksia (kekurangan oksigen dalam darah). Manifestasi klinis tergantung dari
kecepatan kehilangan darah, akut atau kronis anemia, umur dan atau tidaknya penyakit
misalnya penyakit jantung. Kadar Hemoglobin biasanya berhubungan dengan manifestasi
klinis. Apabila kadar hemoglobin 10-12 gr/dl maka biasanya tidak ada gejala. Manifestasi
klinis biasanya terjadi apabila Hb antara 6-10 g/dl diantaranya dyspnea (kesulitan bernafas,
napas pendek), palpitasi, keringat banyak, dan keletihan (Tarwoto & Wasnindar, 2013).

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity scrum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.

2.2.6 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang

11
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit (ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarate ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

12
2.3 Asuhan Keperawatan Teori
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini semua data-data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status Kesehatan klien saat ini.
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat tanggal lahir, pekerjaan
dan Pendidikan.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian
3. Riwayat Kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut SDKI (2017), Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
proses respon klien terhadap masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial.
 Pola nafas tidak efektif b.d Distress pusat pernafasan
 Perfusi perifer tidak efektif b.d Penurunan konsentrasi hemoglobin

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
Distress pusat pernafasan keperawatan selama 3x7 jam (I.01011)
diharapkan pola nafas tidak Observasi :
efektif teratasi dengan - Monitor pola nafas
kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
1. Dispnea cukup menurun usaha nafas)
2. Pernafasan cuping hidung - Monitor bunyi nafas
cukup menurun tambahan (mis. Gurgling,
3. Frekuensi nafas cukup mengi, wheezing, ronkhi
membaik kering)
- Berikan oksigen
Terapeutik :
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan head-
tilt dan chin-lift (jaw-thurst
jika curiga trauma
servikal)
- Posisikan semi-fowler atau
fowler
Edukasi :
- Ajarkan Teknik nafas
dalam
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
pemberian bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik jika
perlu.
Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
b.d Penurunan konsentrasi keperawatan selama 3x7 jam (I.02079)
hemoglobin diharapkan tingkat Observasi :
perdarahan teratasi dengan - Periksa sirkulasi perifer
kriteria hasil : (mis. nadi perifer,
1. Edema perifer edema, pengisian
menurun kapiler, warna, suhu,
2. Kelemahan otot ankle- brachial index)
menurun - Identifikasi faktor risiko
3. Kram otot menurun gangguan sirkulasi (mis.
4. Tekanan darah diabetes, perokok, orang
sistolik membaik tua, hipertensi dan kadar
5. Tekanan darah kolesterol tinggi)

13
diastolik membaik - Monitor panas,
6. Tekanan arteri rata- kemerahan, nyeri, atau
rata membaik bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik :
- Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet
pada area yang cedera
- Lakukan pencegahan
infeksi
Edukasi :
- Anjurkan berolahraga
rutin
- Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
- Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu
- Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
- Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa
sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan dalam teori ini
implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses
keperawatan Namun demikian di banyak lingkungan perawatan kesehatan implementasi
mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai. (Asmadi, 2008)

14
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM

Nama Mahasiswa : DESIRA NATALIA


Nim : 2021-01-14201-023
Tempat Ujian : Ruang Cempaka
Tanggal Pengkajian & Jam : 11 September 2023 (14.00 WIB)

A. Pengumpulan data
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. M
Tempat/Tgl lahir : Desa Sungai Kapar 07-05-1987
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terkahir : SD
Pekerjaan : Petani
Gol. Darah : B+
Alamat : Jalan Kapar
Diagnosa Medis : CA Cerviks + Anemia
Penghasilan perbulan : Tidak ada
Tanggal masuk RS : 30 Agustus 2023
Tanggal Pengkajian : 11 September 2023
Nomor Medrek : 4x.xx.xx
b. IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. K
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Petani
Gol. Darah : A
Alamat : Jalan Kapar
b. Status Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan sesak nafas
Riwayat Kesehatan sekarang : (PQRST)
Pada hari rabu, tanggal 30 Agustus 2023 pukul 21.33 WIB. Pasien dibawa ke IGD karena
perdarahan dengan diagnosa ca cerviks + anemia lalu pasien diberikan terapi infus RL 20
tpm dan obat kalnex 3x500 mg. Setelah itu pasien dipindahkan ke ruang cempaka untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut, dan pada saat dilakukan pengkajian pukul 14.00 wib,
pasien mengatakan nafasnya agak sesak. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 164/87mmhg, N: 64
x/menit, S: 36,9°C, R: 21 x/menit, SPO2: 95%.

b. Riwayat Kesehatan yang lalu


Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dan tidak ada riwayat operasi
sebelumnya

c. Riwayat Kesehatan keluarga


Keluarga pasien mengatakan bahwa keluarga sebelumnya tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan

Genogram 3 generasi :
15
d. Riwayat obstetric dan ginekologi
1. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Menstruasi :
- Menarche : 16 Tahun Lamanya haid : 4 Hari
- Siklus : 21 – 35 Hari Banyaknya : 40 CC
- Sifat darah (warna, bau/gumpalan, dysmenorhoe) : merah segar, amis tidak
bergumpal, nyeri sering terjadi di bagian perut
- HPHT : Tidak dikaji
- Taksiran persalinan : Tidak dikaji
b. Riwayat Perkawinan : (suami dan isteri)
- Lamanya pernikahan : 25 Tahun
- Pernikahan yang ke : Pertama
c. Riwayat Keluarga Berencana :
- Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil:
- Waktu dan lamanya penggunaan : Tidak ada
- Apakah ada masalah dengan cara tersebut : Tidak ada
- Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang : KB Suntik
- Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : 3 Anak

2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G0P3A0

Tgl Umur Jenis Tempat/ Jenis Masalah Keadaa


No BB
partus hamil partus Penolong kelamin Hamil Lahir Nifas Bayi n Anak
1 08-05- 38 Norma Rumah/ Peremp 4,0 Tida Tidak Tidak Tidak Sehat
2001 ming l bidan uan kg k ada ada ada ada
gu
2 05-08- 37 Norma Rumah/ Peremp 2,7 Tida Tidak Tidak Tidak Sehat
2003 ming l bidan uan kg k ada ada ada ada
gu
3 13-06- 38 Norma Rumah/ Peremp 3,4 Tida Tidak Tidak Tidak Sehat
2021 ming l bidan uan kg k ada ada ada ada
gu

b. Riwayat Kehamilan sekarang : Pasien tidak dalam keadaan hamil


- Keluhan waktu hamil : -
- Imunisasi : -
- Penambahan BB selama hamil : -
- Pemerikasaan Kehamilan : -
- Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan : -
c. Riwayat Persalinan sekarang : Pasien tidak dalam keadaan hamil
- P……………………A………………………
- Tanggal melahirkan : - Jam : -
- Jenis Persalinan : - Lamanya persalinan : -
- Penyulit Persalinan : -
- Pendarahan : -
- Jenis kelamin bayi: -, BB: -, APGAR Score: -

3. Pemerikasaan Fisik
16
3.1. Ibu
i. Keadaan umum - Suhu : 36,9 0C
- Klien tampak sesak - Nadi : 64 x/menit
- Irama pernafasan tidak teratur - Pernapasan : 99 x/menit
- Terpasang nasal kanul 50 ml - Tekanan Darah : 164/87 x/menit
- BB : 58 Kg
- Tinggi badan : 152 Cm
- Kesadaran : Composmentis
- Turgor Kulit : Elastis
ii. Kepala - Warna rambut : Hitam
- Keadaan : Bersih, tidak ada benjolan
dan lesi
c. Muka - Oedema : Tidak ada
- Cloasma gravidarum : Tidak ada
d. Mulut - Mukosa mulut & bibir : Kering
- Keadaan gigi : Bersih
- Fungsi pengecapan : Baik, tidak ada
gangguan
- Keadaan mulut : Bersih
- Fungsi menelan : Baik
e. Mata - Konjunctiva: Pucat
- Sklera : Putih
- Fungsi Pengelihatan: Normal
f. Hidung - Pendarahan/Peradangan : Tidak ada
- Keadaan/kebersihan : Bersih
g. Telinga - Keadaan : Bersih, tidak ada benjolan
- Fungsi pendengaran : Normal
h. leher - Pembesaran kel. Tyroid : Tidak ada
- Distensi Vena Jugularis: Tidak ada
- Pemebesaran KGB : Tidak ada
i. Daerah dada - Suara napas : Vesikuler
- Jantung dan paru-paru - Bunyi jantung : Normal, lup-dup
- Retraksi dada : Tidak ada
- Payudara - Perubahan : Tidak ada
- Bentuk buah dada : Bulat, kendur
- Hyperigmentasi areola : Tidak ada
- Keadaan puting susu : Warna
kecoklatan, tidak terdapat lecet
- Cairan yang keluar : Tidak ada
- Keadaan/Kebersihan : Bersih
- Nyeri/Tegang : Tegang
- Skala nyeri : 5
j. Abdomen - Tinggi FU : 2 Jari diatas pusat
- Kontraksi Uterus : Tidak ada
- Konsistensi Uterus : Baik
- Posisi Uterus : 2 jari diatas pusat
- Diastasis RA : Tidak dikaji
- Bising usus : 12 x/menit
k. Genetalia Eksterna
Keluhan : Tidak ada - Oedema : Tidak ada
- Varises : Tidak ada
- Pembesaran Kel Bartolin : Tidak
- Pengeluaran/cairan : Ada
Warna : Merah
Jumlah : Sedikit
Bau : Amis
- Blas : 300 ml

l. Anus - Haemorrhoid : Tidak ada


m. Ekstermitas Atas & Bawah
17
- Refleks patela : Baik
- Varises : Tidak ada
- Oedema : ada
- Simetris : Ya
- Kram : Pasien mengatakan kram pada
kedua kaki nya
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
- Frekuensi makan : 3x sehari
- Jenis makanan : Nasi, sayuran, dan buah-buahan
- Makanan yang disukai : Berkuah
- Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
- Makanan pantang / alergi : Tidak ada
- Nafsu makan : Kurang
- Porsi makan : Sedikit
- Minum (jumlah dan jenis) : Air putih 1500 cc
b. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 1x sehari
- Warna : Keclokatan
- Bau : : Tak sedap
- Konsistensi : Lembek
- Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
2. Buang Air Kecil (BAK)
- Frekuensi : 5-6 x sehari
- Warna : Putih kekuningan
- Bau : : Amoniak
- Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
c. Pola tidur dan istirahat
- Waktu tidur : Siang dan malam
- Lama tidur/hari : Siang 2 jam, Malam 2-4 jam
- Kebiasaan pengantar tidur : Tidak ada
- Kebiasaan saat tidur : Tidak ada
- Kesulitan dalam tidur : Tidak ada
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kegiatan dalam pekerjaan : Berkebun
- Olah raga : Pasien mengatakan lama tidak berolahraga
- Mobilisasi dini : Pasien mengatakan kesulitan bergerak
- Kegiatan di waktu luang : Tidak ada
e. Personel Hygiene
- Kulit : Warna sawo matang
- Rambut : Hitam, bersih tidak ada ketombe
- Mulut dan Gigi : Bersih
- Pakaian : Bersih dan rapi
- Kuku : Pendek dan hitam
f. Ketergatungan fisik
- Merokok : Tidak
- Minuman keras : Tidak
- Obat-obatan : Tidak
- Lain-lain : Tidak ada
5. Aspek Psikososial dan Spiritual
a. Pola pikir dan persepsi
- Apakah ibu telah mengetahu cara memberi ASI dan memberi makanan
tambahan pada bayi : -
- Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : Iya, pasien
merencanakan memberi ASI pada anaknya
- Jenis kelamin yang diharapkan : Laki-laki
- Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : Suami
- Apakah ibu telah mengetahui nutrisi ibu menteteki : Pasien mengatakan sudah
mengetahui
- Apakah hamil ini diharapkan : Ya, pasien mengatakan sangat diharapkan
18
-
Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya : -
-
Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan merawat tali pusat :
Pasien mengatakan sudah mengetahui cara merawat tali pusat dan memandikan
bayi
b. Persepsi diri
- Hal yang amat dipikirkan saat ini : Pasien mengatakan agar cepat sembuh
- Harapan setelah menjalani perawatan : Pasien berharap cepat pulang
c. Konsep diri
- Body image : Pasien mengatakan menerima apapun kondisi tubuhnya
- Peran : Pasien mengatakan ia seorang istri dan ibu dari anaknya
- Ideal diri : Pasien mengatakan ingin dirinya dan keluarga selalu bahagia
- Identitas diri : Pasien mengatakan ia seorang ibu rumah tangga dan sebagai
pendidik bagi anaknya
- Harga diri : Pasien merasa percaya diri
d. Hubungan/Komunikasi
- Bicara : jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti orang lain :
- Bahasa utama : Indonesia Bahasa daerah : Dayak
- Yang tinggal serumah : Suami
- Adat istiadat yang dianut : Dayak
- Yang memegang peranan penting dalam keluarga : Suami dan istri
- Motivasi daru suami : Suami selalu menemani dan menyemangati istrinya
selama proses kehamilan hingga persalinan
- Apakah suami perokok : Tidak
- Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada
e. Kebiasaan Seksual
- Gangguan hubungan seksual : Tidak ada
- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : Pasien mengatakan cukup
memahami
f. Sistem nilai - kepercayaan
- Siapa dan apa sumber kekuatan : Tuhan dan dukungan keluarga
- Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda : Pasien mengatakan
Tuahn, agama, dan kepercayaan sangat penting dalam hidupnya.
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi) sebutkan :
Ibadah
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah Sakit,
sebutkan : Berdoa
6. Pemerikasaan Penunjang
a. Darah
- HB : 6,5 Golongan darah/Rh : B
- Gula darah : 130 mg/dl Leukosit : 15.990/mm3
b. Urine
- Protein : +1 mg/dl Sedimen : Leukosit: 1-2 sel, Eritrosit:2-3 sel
- Reduksi : Normal
c. Pemeriksaan tambahan
- Rontgent : .....................................................................................................

I. PENGOBATAN
N Nama Obat Dosis pemberian Indikasi
o

19
1 Kalnex 3x500 mg Digunakan untuk menghentikan pendarahan,
seperti mimisan, perdarahan abnormal pasca-
operasi, pendarahan pasca-operasi gigi pada pasien
dengan hemophilia.
2 Tranfusi 11 Kantong Berfungsi untuk mengganti darah yang hilang
darah karena perdarahan misalnya perdarahan saat
melahirkan, mengganti kehilangan plasma darah
misalnya pada luka bakar, mencegah dan
mengatasi perdarahan karena kekurangan/kelainan
komponen darah misalnya pada penderita
thalassemia.

Palangka Raya, 11 September 2023


Mahasiswa

DESIRA NATALIA

ANALISIS DATA

20
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Pasien mengatakan sesak Distress pusat pernafasan Pola nafas tidak efektif
nafas (SDKI D.0005)

DO:
1. Klien tampak sesak nafas Sesak nafas
2. Irama pernafasan tidak
teratur
3. Posisi pasien semi fowler
4. Tampak terpasang nasal Pola nafas tidak efektif
kanul 2 liter
5. TTV:
TD: 164/87mmhg
N: 64 x/menit
S: 36,9°C
R: 22 x/menit
SPO2: 92%
DS : - Penurunan konsentrasi Perfusi Perifer Tidak Efektif
hemoglobin (D.0009)
DO :
1. Hemoglobin : 6,5g%
2. Leukosit : 15.990/mm3
3. Laju Endap Darah (LED) : O2 dalam darah turun
20mm
4. Eritrosit : 2,4juta
5. Trombosit : 228.000/mm3
6. Hematrokit : 20% O2 ke jaringan otak dan perifer
7. Neutrofil : 96% menurun

Pucat, sianosism perifer dingin

Perfusi perifer tidak efektif

PRIORITAS MASALAH

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan distress pusat pernafasan ditandai dengan
21
klien tampak sesak nafas, irama pernafasan tidak teratur, posisi pasien semi fowler,
tampak terpasang nasal kanul 50 ml
TTV:
- TD: 164/87mmhg
- N: 64 x/menit
- S: 36,9°C
- R: 22 x/menit
- SPO2: 92%.

2. Perfusi perifer tidak efektif b.d Penurunan konsentrasi hemoglobin


- Hemoglobin : 6,5g%
- Leukosit : 15.990/mm3
- Laju Endap Darah (LED) : 20mm
- Eritrosit : 2,4juta
- Trombosit : 228.000/mm3
- Hematrokit : 20%
- Neutrofil : 96%

22
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. M


Ruang Rawat : Cempaka

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
(SDKI D.0005) keperawatan selama 3x7 jam Observasi :
diharapkan pola nafas tidak - Monitor pola nafas (frekuensi,
efektif teratasi dengan kriteria kedalaman, usaha nafas)
hasil : - Monitor bunyi nafas tambahan
1. Dispnea cukup menurun (mis. Gurgling, mengi,
2. Pernafasan cuping hidung wheezing, ronkhi kering)
cukup menurun - Berikan oksigen
3. Frekuensi nafas cukup Terapeutik :
membaik - Pertahankan kepatenan jalan
nafas dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thurst jika curiga
trauma servikal)
- Posisikan semi-fowler atau
fowler
Edukasi :
- Ajarkan Teknik nafas dalam
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik jika perlu.
Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
keperawatan selama 3x7 jam Observasi :
(D.0009) diharapkan perfusi perifer teratasi - Periksa sirkulasi perifer (mis.
nadi perifer, edema, pengisian

23
dengan kriteria hasil : kapiler, warna, suhu, ankle-
1. Edema perifer menurun brachial index)
2. Kelemahan otot menurun - Identifikasi faktor risiko
3. Kram otot menurun gangguan sirkulasi (mis.
4. Tekanan darah sistolik diabetes, perokok, orang tua,
membaik hipertensi dan kadar
5. Tekanan darah diastolik kolesterol tinggi)
membaik - Monitor panas, kemerahan,
6. Tekanan arteri rata-rata nyeri, atau bengkak pada
membaik ekstremitas
Terapeutik :
- Hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cedera
- Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi :
- Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
- Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
- Anjurkan minum obat

24
pengontrol tekanan darah
secara teratur
- Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

25
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin, 11 September 2023 Pola nafas tidak efektif : S : Pasien mengatakan sesak nafas
Jam 14.00 WIB 1. Memonitor frekuensi, irama, dan O:
upaya nafas 1. Pasien tampak lemah
2. Memonitor pola nafas seperti 2. Pasien tampak sesak
bradypnea, takipnea, hiperventilasi, 3. Irama nafas tidak teratur
kussmaul, chey ne-stokes, biot, 4. Paru-paru tampak simetrik
ataksik. 5. Tampak terpasang nasal kanul 50
3. Memalpasi kesimetrisan ekspansi ml
paru 6. TTV :
4. Mengaukultasi bunyi nafas TD: 164/87mmhg
N: 64 x/menit
S: 36,9°C
R: 22 x/menit
SPO2: 92%.

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
Senin, 11 September 2023 Perfusi Perifer Tidak Efektif : S:-
Jam 14.00 WIB O:
1. Memeriksa sirkulasi perifer - Hemoglobin : 6,5g%
2. Mengidentifikasi faktor risiko - Leukosit : 15.990/mm3
gangguan sirkulasi - Laju Endap Darah (LED) : 20mm
3. Memonitor panas, kemerahan, - Eritrosit : 2,4juta
nyeri, atau bengkak pada - Trombosit : 228.000/mm3
ekstremitas - Hematrokit : 20%
- Neutrofil : 96%

A : Masalah belum teratasi

26
P : Lanjutkan intervensi

27
BAB 4
PEMBAHASAN DAN PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa penulis
telah mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis Ca Cerviks &
Anemia dengan kesimpulan sebagai berikut :
A. Pada saat melakukan pengkajian
1. Pada pasien pola nafas tidak efektif berhubungan dengan distress pusat pernafasan dibuktikan
dengan pasien mengatakan sesak nafas, irama pernafasan tidak teratur, posisi pasien semi
fowler, tampak terpasang nasal kanul 50 ml. TTV: TD: 164/87mmhg, N: 64 x/menit, S:
36,9°C, R: 22 x/menit, SPO2: 92%.
2. Pada pasien Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan dibuktikan dengan
Hemoglobin : 6,5g%, Leukosit : 15.990/mm3, Laju Endap Darah (LED) : 20mm, Eritrosit :
2,4juta, Trombosit : 228.000/mm3, Hematrokit : 20%, Neutrofil : 96%.

B. Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu ;


1. Pola nafas tidak efektif (SDKI D.0005 Hal. 26)
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif (SDKI D.0009 Hal. 37)
Pada implementasi keperawatan semuanya dapat dilaksanakan sesuai yang tercantum dengan
intervensi

C. Berdasarkan yang telah dilakukan maka didapatkan untuk diagnosa keperawatan yang muncul
masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.

4.2 Saran
1. bagi mahasiswa
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi yang bermakna bagi
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Diagnosa Medis Ca Cerviks
& Anemia Di Ruang cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

2. bagi pasien dan keluarga


Asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu pasien dan keluarga untuk memahami
apa itu Diagnosa Medis Ca Cerviks & Anemia dan bagaimana nantinya untuk melakukan perawatan
mandiri untuk pasien.

3. bagi institusi
Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki pembuatan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Diagnosa Medis Ca Cerviks & Anemia dan mampu mengembangkan ilmu kepada banyak
orang terutama mahasiswa pada institusi tersebut agar institusi semakin berkembang dan menjadi
lebih baik.

4. bagi IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di bidang Kesehatan
khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis Ca Cerviks & Anemia.

28
DAFTAR PUSTAKA
Arwin N. M, Suyud. 2016. Pajanan Pestisida dan Kejadian Anemia Pada Petani Holistik
Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. BKM Journal of Community Medicine And Public Healt Vol
32 No 7
Astutik R. Y. Ertiana D. 2018. Anemia Dalam Kehamilan Jember: Pustaka Abadi
Black J.M. Hawks J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier Chandrasoma P.
Taylor C. R. 2005. Patologi Anatomi. Jakarta: EGC
Fakhidah. L. N. Putri, K. S. E. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status hemoglobin
pada remaja putri. Maternal, Vol 1 No 1
Handayani W, Haribowo A. S. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan. Sistem
Hematologi. Jakarta: Salemba Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Priyanto L. D. 2018. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan. Dan Aktivitas Fisik Santriwati Husada
Dengan Anemia. Jurnal Berkala Epidemiologi Vol 6 No 2
Amin Huda Nurarif, and H. K. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA. Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: MediAction. Asmadi. (2008). Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Astrid Savitri, D. (2015) Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, dan Rahim. Yogyakarta:
Pustaka Perss. Aspiani, R. Y. (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM.
Budiono, dkk. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika. Brunner, and S. (2013)
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume2. Jakarta: EGC.
Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.
Diananda, R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Kata Hati. Endang Purwoastuti,
and E. S. M. (2015). Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial Bagi Kebidanan. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS
Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Hutahaen, S. (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan Jakarta: Trans Info.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
MF Rozi (2013) Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta: Aulia Publishing.

29

Anda mungkin juga menyukai