DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
Desie : 2020-01-14401-008
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat karunianya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat
pada waktunya. Makalah ini kami beri judul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Patologis Dari Sistem Pencernaan Dan
Metabolisme Endrokin”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan
Anak dari Guru pengampu mata pelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para
pembaca.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
selaku Guru Dina Rawan G. Rana, S.Kep, Ners. mata pelajaran Keperawatan
Anak
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................3
2.1 ......................................................................................................................................4
2.2 ......................................................................................................................................5
2.3........................................................................................................................................5
2.4........................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki
berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan usia
tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologi
seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur dan
lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang
juga membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. (Hidayat, 2008).
Ibu adalah primary care yang mempunyai keterlibatan langsung dalam
perawatan dan pemberian makan pada balita, oleh karena itu ibu memiliki
peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan anak. Dalam pemberian
nutrisi, ibu berperan merencanakan variasi makanan, menyediakan daftar menu
yang diperlukan anak dan keluarga, serta mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
yang diperlukan anak.(Sodikin, 2011).
Kebiasaan pemberian makanan yang benar sangat penting untuk
keberlangsungan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, serta gizi bayi dan
anak. Gizi merupakan salah satu faktor lingkungan dan merupakan penunjang
agar proses tumbuh kembang tersebut dapat berjalan dengan memuaskan. Hal
ini berarti pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik
menunjang tumbuh kembang, sehingga anak dapat tumbuh normal dan sehat
serta terbebas dari penyakit. (Mitayani & Sartika. W, 2010). Pengetahuan ibu
tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, dan jadwal pemberian makan
anak balita sangat berperan dalam menentukan status gizi anak salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mencukupi kebutuhan lahir dan
batin anak-anaknya (Dahlia & Ruslianti, 2008).
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Melakukan pengkajian yang meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir, tanggal masuk, nomer
register, diagnosa medis, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe
makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai, yang
dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang
dan rencana makanan untuk masa selanjutnya.
c. Keluhan Utama
Pasien bercerita tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah ke rumah sakit
Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai penyakit dimasa lalu
maupun sekarang
g. Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah keluarga
Waktu tidur: Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan
dilakukan di rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien untuk dapat tidur
selama di rumah sakit.
Waktu bangun: Waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses NREM
ke posisi yang rileks, waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien sebelum sakit
dan pada saat pasien sudah di rumah sakit. Masalah tidur: Apa saja masalah-
masalah tidur yang dialami oleh
pasien pada saat sebelum sakit dan pada saat sudah masuk di rumah sakit.
Hal-hal yang mempermudah tidur: Hal-hal yang dapat membuat pasien mudah
untuk dapat tidur secara nyenyak. Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun:
Hal-hal yang menyangkut masalah tidur yang menyebabkan pasien secara mudah
terbangun.
2) Pola Eliminasi
Buang Air Kecil: Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa banyak,
dibantu atau secara mandiri
Buang Air Besar: Kerutinan dalam eliminasi alvi setiap harinya, bagaimanakah
bentuk dari BAB pasien (encer, keras, atau lunak) Kesulitan BAK / BAB:
Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi pada pasien yang kebutuhan nutrisinya
kurang, diet nutrisi yang tidak adekuat
Upaya mengatasi BAK / BAB: Usaha pasien untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada pola eliminasi
Jumlah dan jenis makanan: Seberapa besar pasien mengkonsumsi makanan dan
apa saja makanan yang di konsumsi Waktu pemberian makanan: Rentang waktu
yang diperlukan pasien untuk dapat mengkonsumsi makanan yang di berikan.
Jumlah dan jenis cairan: Berapakah jumlah dan apa sajakah cairan yang bisa
dikonsumsi oleh pasien yang setiap harinya di rumah maupun dirumah sakit
Masalah makan dan minum: Masalah-masalah yang dialami pasien saat akan
ataupun setelah mengkonsumsi makanan maupun minuman
Pemeliharaan gigi dan mulut: Rutinitas membersihkan gigi, berapa kali pasien
menggosok gigi dalam sehari
Pola kegiatan lain: Kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien dalam
pemeliharaan badan
5) Data Psikososial
Pola komunikasi: Pola komunikasi pasien dengan keluarga atau orang lain, orang
yang paling dekat dengan pasien
6) Data Spiritual
2. Pemeriksaan Fisik.
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa criteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu
c. Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihat adalah bentuk kepala, kesimetrisan, penyebaran
rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut.
d. Pemeriksaan Wajah
e. Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan kesimetrisan
f. Pemeriksaan Hidung
g. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi: Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akut atau
kronis
h. Pemeriksaan Leher
Palpasi: palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok), adakah
pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena jugularis
i. Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit, tekstur,
warna kulit
j. Pemeriksaan Thorax
k. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi: mendeteksi letak jantung, apakah ada pembesaran jantung
l. Pemeriksaan Abdomen
Perkusi: apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak), lambung
(timpani)
Palpasi: adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi
m. Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi: keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna dari kulit
disekitar genetalia
n. Pemeriksaan Anus
p. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan, syaraf otak, fungsi motorik, fungsi
sensorik
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa, dan
motivasi
s. Pemeriksaan Penunjang
Intervensi :
d. Motivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil rendah lemak dan
rendah serat) dan makan lebih sering (selama tidak ada kontraindikasi)
e. Observasi TTV
Kriteria Hasil : Observasi TTV dalam keadaan normal, Porsi makan habis, Intake
makan meningkat, Mual dan muntah pasien hilang, Pasien mengatakan merasa
nyaman karena kebutuhan nutrisi terpenuhi dan merasa lebih sehat.
Intervensi :
g. Atur jadwal tindakan medis keperawatan agar tidak menurunkan nafsu makan
Diagnosa 3: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan gangguan absorbsi
Intervensi :
c. Motivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil) dan lebih sering
(selama tidak ada kontraindikasi)
d. Observasi TTV
e. Kolaborasi dengan tim medis Berikan terapi medika mentosa sesuai program
dan berikan nutrisi parenteral per IV sesuai program
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap maslah kebutuhan nurisi secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam:
Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping
darah
Plasma darah
Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam urat, zat besi,
dan elektrolit
Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan kelenjar tiroid
Tumor marker
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan
untuk mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang
mengonsumsi obat-obatan tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya
dilakukan pada ibu hamil untuk memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi
preeklamsia.
Pemeriksaan urine dapat dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin
atau ketika dokter mencurigai adanya penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal,
infeksi saluran kemih, atau batu ginjal.
3. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG bisa dilakukan di tempat praktik dokter, IGD rumah sakit, atau
di ruang perawatan pasien, seperti di ICU atau di bangsal rawat inap.
Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan
melepaskan baju serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya dokter akan
memasang elektroda di bagian dada, lengan, dan tungkai pasien.
4. Foto Rontgen
1) Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan
pergeseran sendi (dislokasi)
2) Kelainan gigi
3) Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
4) Batu saluran kemih
5) Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu
Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat kontras kepada pasien
melalui suntikan atau per oral (diminum), agar hasil foto Rontgen lebih jelas.
Meski demikian, zat kontras ini kadang bisa menimbulkan beberapa efek
samping, seperti reaksi alergi, pusing, mual, lidah terasa pahit, hingga gangguan
ginjal.
5. Ultrasonografi (USG)
Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan
kehamilan untuk memantau kondisi janin serta untuk memandu dokter saat
melakukan tindakan biopsi.
Gambar yang dihasilkan oleh CT scan akan terlihat lebih jelas daripada foto
Rontgen biasa. Pemeriksaan CT scan biasanya berlangsung sekitar 20–60 menit.
Untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik atau lebih akurat dalam
mendeteksi kelainan tertentu, seperti tumor atau kanker, dokter dapat
menggunakan zat kontras saat melakukan pemeriksaan CT scan.
7. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini tidak
memanfaatkan sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang magnet dan
gelombang radio berkekuatan tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan
jaringan di dalam tubuh. Prosedur MRI biasanya berlangsung selama 15–90
menit.
Pemeriksaan MRI dapat dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh,
termasuk otak dan sistem saraf, tulang dan sendi, payudara, jantung dan pembuluh
darah, serta organ dalam lainnya, seperti hati, rahim, dan kelenjar prostat.
Sama seperti CT scan dan foto Rontgen, dokter juga terkadang akan
menggunakan zat kontras untuk meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan
pada pemeriksaan MRI.
8. Fluoroskopi
9. Endoskopi
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu
alat berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat
ini terhubung dengan monitor atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat
kondisi organ dalam tubuh.
Pemeriksaan endoskopi biasanya dilakukan untuk memantau kondisi saluran
cerna dan mendiagnosis penyakit tertentu, seperti gastritis atau peradangan pada
lambung, tukak lambung, GERD, kesulitan menelan, perdarahan saluran
pencernaan, serta kanker lambung.
1) Ekokardiografi
2) Biopsi
3) Elektroensefalografi (EEG)
4) Pemeriksaan tinja
5) Pemeriksaan cairan tubuh, seperti cairan otak, cairan sendi, dan cairan
pleura
6) Pemeriksaan genetik
Ada banyak sekali jenis pemeriksaan penunjang dengan fungsi, kelebihan, dan
kekurangannya masing-masing. Suatu pemeriksaan penunjang mungkin cocok
untuk mendeteksi jenis penyakit tertentu, tapi tidak efektif untuk mendeteksi jenis
penyakit lainnya. Bahkan, kadang dibutuhkan beberapa jenis pemeriksaan
penunjang untuk mendiagnosis suatu penyakit.
2. Laboratorium
Persiapan pasien tergantung dari jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Berikut
ini, kami sampaikan beberapa persiapan pemeriksaan yang umum dianjurkan :
1. Pasien harus puasa minimal selama 10 jam sebelum pengambilan darah, kecuali
untuk pemeriksaan glukosa puasa minimal 8 jam. Untuk pemeriksaan trigliserida,
sebaiknya pasien puasa selama 12 jam.
2. Selama puasa, pasien tidak diperbolehkan makan dan minum, kecuali air putih.
3. Hindari merokok, makan permen karet, minum kopi dan teh (tanpa gula),
alkohol, addictive drugs (seperti amphetamine, morphine, heroin, cannabis)
karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
6. Pengambilan darah sebaiknya dilakukan pagi hari, antara pukul 07.00 - 09.00.
Hal ini karena pagi hari merupakan keadaan basal tubuh dimana pada umumnya
belum melakukan banyak aktivitas.
Terkadang sebagian pasien masih mengabaikan anjuran tersebut, baik karena lupa,
terlalu sulit dilakukan ataupun karena kesibukan yang tidak memungkinkan
pasien mengikuti anjuran tersebut. Padahal persiapan pemeriksaan ini dibuat
berdasarkan berbagai pertimbangan yang fokus pada keselamatan pasien (patient
safety).
Definisi KKP
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurangmendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan
proteinkurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).Kurang kalori
protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yangdikarenakan adanya
defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi
protein maupun energi (Sediatoema, 1999)
Kwashiorkor:
4.Atrofi/pengecilan otot
5.Kulit terdapat bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menajdicokelat dan kehitaman dan terkelupas
Marasmus:
4.Perut cekung
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan
kekuranganmakanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhikebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakankarbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untukmempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untukmenyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat
terjadikekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
denganmenghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar
dan ginjal.Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumberenergi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh
akanmempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-
kirakehilangan separuh dari tubuh.
B. Patofisiologi Kwashiorkor
1. Pemeriksaan Fisik
b) Kaji perubahan status mental, pada anak apakah anak nampak cengeng
atauapatis.
2. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Pada uji faal hati:Pada pemeriksaan uji faal hati tampak nilai albumin sedikit
atau amat rendah,trigliserida normal, dan kolesterol normal atau merendah.
Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
Kadar gula darah umumnya rendah. (normalnya Gula darah puasa : 70-
110mg/dl, Waktu tidur : 110-150 mg/dl, 1 jam setelah makan < 160 mg/dl, 2
jamsetelah makan : < 125 mg / dl
Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai
dengankasus perlemakan berat.
I. Atasi atau cegah hipoglikemiPeriksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu
skala < 35 derajatcelciul suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan
yang lebih sering penting untuk mencegahkedua kondisi tersebut. Bila kadar gula
darah di bawah50 mg/dl, berikan :
a.50 mlbolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5adm air)
secara oral atau sonde / pipa nasogastric
c.Berikan antibiotik
II. Atasi atau cegah hipotermiBila suhu rektal < 35.5 derajat celcius :
a.Segera berikan makanan cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila
perlu)
III. Atasi atau cegah dehidrasiJangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi
kecuali keadaansyok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati – hati, tetesan
pelan – pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan
garam khususyaitu resomal (rehydration Solution for malnutrition atau
pengantinya). Anggapsemua anak KKP berat dengan diare encer mengalami
dehidrasi sehingga harusdiberikan :
b.Selanjutnya beri 5 -10 ml/kgBB/jam selama 4-10 jam berikutnya ; jumlah yang
tepat harus diberikan tergantung berapa baanyak anakmenginginkannntya dan
banyaknya kehilangan cairan melalui tinja danmuntah.
1.Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh Salmonella
typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman
yangterkontaminasi oleh bakteri tersebut.
ialah penyakit infeksi akut yang biasaya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaandan
gangguan kesadaran (Ngastiyah,2009).Demam tifoid disebarkan melalui jalur
fekal +oral dan hanya menginfeksi manusia yang mengkonsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonellatyphi. Ada dua sumber
penularan Salmonella typhi, yaitu penderita demam tifoid dan karier. Seseorang
yang karier adalah orang yang pernah menderita demam tifoid dan terus
membawa penyakit ini untuk beberapa waktu atau selamanya (Nadyah, 2014).
Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang
pada anak usia 12 – 13 tahun (70%80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% )
dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%) (Arief, 2010).Demam
typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu,gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia,
2006). Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram
negatif Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi
dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran
darah. (Darmowandowo, 2006)
Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella
parathypi
(S. Parathypi A dan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram
negatif,mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun
bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi,pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
Patofisiologi
Penularan salmonella typi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5f yaitu: food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah),
fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat
menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat dimana lalat akan hinggap di makanan yang
akan di makan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Sebagian kuman akan di musnahkan oleh asam lambung, sebagian masuk ke usus
halus, jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vulli usus halus.
Kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakteremia primer) dan mencapai
sel-sel retikuloendoteal, hati, limpa, dan organ lain. Proses ini terjadi pada masa
tunas dan berakhir saat sel-sel retukuloendoteal melepaskan kuman kedalam
peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kali. Kemudian
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limp, usus dan kandung
empedu Pada minggu I, terjadi hyperplasia plaks player pada kelenjar limfoid
usus halus. Minggu II terjadi nekrosis. Minggu III terjadi ulserasi plaks player.
Minggu IV terjadi penyembuhan dengan menimbulkan sikatrik, ulkus dapat
menyebabkan perdarahan sampai perforasi usus, hepar, kelenjar mesenterikal dan
limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala
saluran cerna karena kelainan pada usus bakteri salmonella typhi (lewat perantara
5 F) saluran pencernaan lambung infeksi usus halus nausea, vomit intake & nafsu
makan menurun inflamasi Peristaltik usus menurun pembuluh limfe Bising usus
menurun suhu tubuh meningkat, demam bakteri masuk ke aliran darah Gangguan
pada termoregulator Hepatomegali&splenomegali Menurut Mansjoer, 2010 pada
demam typoid memiliki masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi
ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak
khas) :
2. Lesu
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Diare
6. Anoreksia
7. Batuk
8. Nyeri otot
1. Demam
a. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
pada sore dan malam hari
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan,
jarang disertai tremor
3. Gangguan kesadaran
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT SGOT Dan SGPT pada demam typhoid
seringkali meningkat tetapi dapat kembali
3. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah
dapat positif kembali.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien
dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid Uji widal
dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella typhi.
Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada
pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam
sekali pemeriksaan. Pengobatan typoid sampai saat ini masih menganut Trilogi
penatalaksanaan demam thypoid, yaitu :
a. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg,
diberikan selama demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis
diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diet
b. Istirahat
Pencegahan
1. Terhadap lingkungan
c. cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau
mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi),
hindari minum air
Masalah keperawatan anak dengan gangguan kebutuhan nutrisi pada DM
Juvenil
Diabetes merupakan kondisi kadar gula darah tubuh yang lebih tinggi dari
seharusnya akibat kekurangan insulin. Diabetes juvenile, atau disebut juga
diabetes melitus tipe I, merupakan diabetes melitus yang terjadi pada anak-anak
akibat pankreas (organ dalam tubuh yang menghasilkan insulin) tidak
menghasilkan insulin sebagaimana mestinya.
Dalam keadaan normal, saat makan, tubuh akan memecah-mecah makanan yang
dikonsumsi menjadi glukosa dan diserap usus menjadi gula darah. Saat gula darah
meningkat, organ pankreas akan mengeluarkan insulin yang akan mengantarkan
gula darah tersebut ke dalam sel tubuh untuk diubah menjadi sumber energi. Pada
diabetes juvenile, urutan mekanisme tersebut tidak terjadi karena adanya
gangguan sistem imun yang menyebabkan pankreas rusak dan tidak mampu
menghasilkan insulin. Karena tak mampu menghasilkan insulin, maka gula akan
menumpuk di dalam darah dan tidak dapat masuk ke dalam sel. Hingga saat ini,
penyebab diabetes juvenile belum diketahui dengan jelas. Namun diduga faktor
genetik mempengaruhi terjadinya diabetes pada anak-anak. Penyakit ini tidak
menurun dari orang tua ke anak.
Diabetes juvenile dapat terjadi secara perlahan maupun secara mendadak. Namun
biasanya pada tahap awal penyakit, diabetes juvenile tidak menunjukkan gejala
apa pun juga. Bila ada gejala yang muncul, dapat terjadi hal-hal sebagai berikut:
1.Buang air kecil lebih sering dari biasanya, bahkan harus terbangun beberapa kali
di malam hari untuk buang air kecil.
Pada anak perempuan, kadang gejala yang muncul berupa pubertas yang
terlambat, atau adanya keputihan di vagina akibat infeksi jamur. Bila diabetes
tidak terkendali, tak jarang menimbulkan komplikasi berupa ketoasidosis diabetik
(KAD). Kondisi ini ditandai dengan penumpukan zat kimia yang disebut keton,
menimbulkan gejala mual, muntah, nyeri perut, gangguan pernapasan, bahkan
bisa menyebabkan kesadaran menurun. Selain itu, dalam jangka panjang, kadar
gula darah yang terus menerus tinggi bisa menyebabkan stroke, penyakit jantung,
gangguan penglihatan, dan gagal ginjal. Dan bila komplikasi-komplikasi ini
terjadi, umumnya tak dapat disembuhkan.
Bila diabetes juvenile telah dipastikan, maka anak harus ditangani oleh dokter
spesialis anak ahli endokrinologi. Diabetes juvenile tidak dapat disembuhkan.
Namun dengan menggunakan insulin secara rutin setiap hari, maka kadar gula
darah pada penderita diabetes juvenile bisa dikontrol. Insulin diberikan dengan
cara disuntikkan di kulit yang memiliki banyak lapisan lemak, biasanya di perut.
Biasanya insulin disuntikkan tiga kali dalam sehari. Selain itu, beberapa hal ini
juga perlu diperhatikan:
3.Melakukan aktivitas fisik dengan teratur, setidaknya 3–4 kali dalam seminggu
Semua pengobatan ini diperlukan agar anak dapat tetap bertumbuh kembang
seperti kebanyakan anak pada umumnya. Oleh karena itu, pengobatannya
membutuhkan kerja sama antara dokter, pasien, dan orangtuanya.
Hingga saat ini belum ada hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes
juvenile.
PENGERTIAN
Elemen Nutrisi
1. Karbohidrat.
2. Protein.
3. Lemak.
4. Vitamin.
5. Mineral.
6. Air.
Karbohidrat, lemak, dan protein disebut energi nutrient karena merupakansumber
energi dari makanan; sedangkan vitamin, mineral, dan air merupakan substansi
penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengatur metabolisme
jaringantubuh.Fungsi zat gizi adalah:
1.Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
a.Jenis karbohidrat
1.Monosakarida
2) Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrosa, maltose, dan laktosa.Sukrosa dan maltose banyak
pada makanan nabati, sedangkan laktosa yaitu merupakan jenisgula dalam air susu
baik susu ibu maupun susu hewan.
3) Polisakarida
b. Fungsi karbohidrat
c. Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat umumnya adalah makanan pokok, umumnya berasaldari
tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-lain.
Sedangkan pada karbohidrat hewani berbentuk glikogen.
d.Metabolisme karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui pencernaan,
absorpsi, dan metabolisme.
Pencernaan adalah memecahkan makanan menjadi bagian yang lebih kecil dan
dapat diabsorpsi melalui cairantubuh. Mekanisme pencernaan bisa secara mekanik
maupun secara kimia.Pencernaan secara mekanik melibatkan fungsi saraf dan otot
untuk memindahkanmakanan dalam saluran pencernaan melalui kontraksi otot,
pencernaan secarakimia melalui tipe sekresi yang diproduksi pada saluran
pencernaan. Ada 4 tipe produk sekresi yang dapat membantu pencernaan yaitu
enzym yang spesifik, Hcl,mucus, air, dan elektrolit.Zat gizi diabsorpsi oleh usus
kecil dan bagian proksimal usus besarmetabolisme karbohidrat mengandung tiga
proses
Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti jaringan
tubuh. Setiap 1gram protein menghasilan 4 kkal. Bentuk sederhana dari protein ad
alah asam amino.
Jenis protein ini tidak berkaitan dengan zat lain, misalnya abumin dan globulin.
b) Protein bersenyawaProtein ini dapat membentuk ikatan dengan zat lain seperti
glikogen membentukglikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.
c) Turunan atau devirat dari protein Termasuk dalam turunan protein adalam
albuminosa, pepton, dan gelatin.
a.Fungsi Protein
A.Intervensi
No Intervensi Keperawatan
Dx
Kriteria Hasil :
ketidakseimbangan nutrisi
masuk.
Observasi :
6. Menentukan diet yang tepat
3. Observasi masukan makanan
untuk pasien.
Dan timbang berat badan
7. Mempercepat proses
Tindakan mandiri :
penyumbu buhan.
4. Monitor tanda-tanda vital.
8. Meningkatkan pengetahuan
5. Anjurkan selingi makan dengan
pasien untuk dapat menjaga
minum.
keseimbangan nutrisi
Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan tim gizi.
suplemen.
Pendidikan kesehatan :
8. Memberitahukan informasi
penyakitnya.
No Intervensi Keperawatan
.
Dx
keseimbangan cairan
Kolaborasi :
obat.
Pendidikan Kesehatan :
6. Memberitahukan informasi
berhubungan dengan
penyakitnya.
B.Evaluasi Asuhan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi pada anak secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam Evaluasi dari proses keperawatan adalah
mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan serta kemajuan pasien
kearah pencapaian tujuan yang telah ditentukan (P. A. Potter & Perry, 2005).
Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut (Dinarti et
al., 2009) yaitu format SOAP yang terdiri dari :
c. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala
bentuk masalah keperawatan).
a. Data Subjektif
Data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat klien tentang masalah
b. Data Objektif
Data yang di dapat dari observasi dan pengukuran data dapat di peroleh dari
menggunakan panca indra (dilihat,didengar, diraba dan di cium) selama
melakukan pemeriksaan fisik. Misalnya pernafasan, frekuensi nadi, tekanan
darah, berat badan dan tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).
Petugas Perawat
2.Mencuci Tangan
Fase orientasi
1.Memberi salam
3.Memperkenalkan diri
Fase kerja
c. Alat ukur yang non-invasive (tidak membuat trauma bagi orang yang
diukur).
Ukuran yang biasa digunakan adalah tinggi badan (atau panjang badan), berat
badan, lengkar lenganatas, dan umur. Tinggi dan berat badan paling sering
digunakan dalam pengukuran karena dapat membantumengevaluasi
pertumbuhan anak-anak dan menentukan status gizi orang dewasa. Indeks
massa tubuh (IMT)merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk
mendeteksi masalah gizi pada seseorang.Antropometri dapat digunakan untuk
berbagai tujuan, tergantung pada indikator antropometri yangdipilih. Sebagai
contoh, indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator kekurusan dan
kegemukan.Pengukuran IMT merupakan cara yang paling murah dan mudah
dalam mendeteksi masalah kegemukan disuatu wilayah. Masalah kegemukan
sekarang ini semakin meningkat dengan semakin meningkatnyakesejahteraan
masyarakat dan peningkatan kemajuan teknologi yang memungkinkan aktivitas
masyarakatsemakin rendah. Peningkatan masalah kegemukan ini saat erat
kaitannya dengan berbagai penyakit kronisdegeneratif, seperti hipertensi,
diabetes, penyakit jantung koroner, kanker, dll.
IMT=
Tinggi badan 2(meter)
Dimana : berat badan dalam satuan kg, sedangkan tinggi badan dalam satuan
meter.
A.Pencernaan
Pemeriksaa rongga mulut dimulai dari dengan menilai higienitis oral bau nafas
pasien,seperti bau nafas aseton pada pasien diabetes mellitus ketosiadosis atau
kelaparan,bau nafas amoniak pada pasien koma uremikum,bau nafas gangrene
pada pasien abses paru serta foetor hepatic pada pasien koma hepatik.
a.Inspeksi :
2.Bibir :
3.Mukosa pipi
4.Selaput Lendir
Adakah stomatitis,leukoplakia
5.Gigi-geligi
b. Adakah tremor
b.Palpasi
1.Palpasih perlahan daerah bibir dan sekitarnya untuk meresakan adanya massa
submukosa yang tidak terlihat
c.Perkusi
Ketuk gigi geligi secara perlahan untuk mencari adakah rasa nyeri atau infeks
B.Abdomen
Tujuan pemeriksaan fisik abdomen adalah mendapatkan atau mengidentifikasi
tanda penyakit atau kelainan pada daerah abdomen. Teknik pemeriksaan
abdomen :
a.Inspeksi
a. Kelainan kulit
b.Kelainan vena
c.Kelainan umbilicus
d. Striac alba
e.Bekasoperasi:
apaendiktomi,kolesistektomi,liparatomi,sectioseserea,nefrektomi
b.Palpasi
1,Palpasih superfisial
2. Palpasi Dalam
c.Perkusi
d.Auskultasi
1.Suara paristaltik
Suara siastolik atau diastolic atau murmmur mungkin dapat didengar pada
auskultasi abdomen.Bruit sistolik didengar pada aneurisma aorta apada
pembesaran hati karena hepatoma.Bising vena (Venous hum) yang kadang-
kadang disertai dengan terabahnya gctaran,dapat didengar diantara umbilicus
dan epigastrium
1. DISFAGIA
adalah suara yang terdengar di sekitar perut yang berasal dari makanan, cairan,
atau gas di dalam usus. Suara bising dari usus merupakan hal yang normal.
Bising usus umumnya hanya bisa didengar melalui stetoskop, tapi ada pula
kondisi yang membuat suara bising terdengar sangat jelas tanpa alat bantu apa
pun. Bising usus yang normal menandakan bahwa sistem pencernaan bekerja
dengan baik. Suara yang di dengar sebenarnya adalah gema yang memantul di
dalam rongga perut. Ini terjadi karena bentuk usus yang kopong
memungkinkan terjadinya gema. Bising usus mungkin terdengar seperti suara
gemericik, keroncongan, geraman, hingga suara bernada tinggi. Suara yang
terdengar sesekali biasanya tidak menandakan hal yang serius, tapi waspadalah
bila suara perut terdengar terus-menerus. Suara bising yang tidak normal bisa
menjadi tanda. dari gangguan..pencernaan tertentu. Ketidaknormalan mungkin
berbentuk penurunan hingga hilangnya suara di dalam perut, atau justru
meningkatnya frekuensi suara menjadi lebih tinggi.
1. demam,
4. diare berkepanjangan,
5. sembelit,
6. BAB berdarah. atau rasa tak nyaman padaulu hati (heartburn) yang tidak
membaik dengan konsumsi obat apotek.
Suara yang terdengar dari perut Anda adalah bagian dari proses pencernaan
yang normal. Namun, bising usus yang disertai dengan gejala lain bisa saja
disebabkan oleh gangguan kesehatan yang serius atau efek suatu pengobatan.
Melansir US National Library of Medicine, berikut berbagai hal yang dapat
membuat bising usus menjadi hipoaktif, hiperaktif, atau hilang sama sekali.
Pada prosedure pemeriksaan barium enema pada anak, banyak hal yang menjadi
perhatian, hal ini antara lain disebabkan oleh kondisi pasien anak yang belum bisa
kooperatif, pergerakan dari pasien, kesulitan berkomunikasi, penggunaan media
kontras dikarenakan mengingat sensitifnya organ pencernaan anak, serta faktor
lainnya, sehingga pemeriksaan Barium Enema pada anak memerlukan
penanganan khusus. Salah satu klinis yang sering muncul pada pemeriksaan
Barium Enema Pediatric adalah Morbus Hirschprung, yaitu suatu kelainan yang
disebabkan oleh kegagalan perkembangan dari Fleksus Submukosa Meissner dan
Fleksus Mensentrik Aurbach. Bagian Colon ini tidak dapat mengembang sehingga
tetap sempit dan terjadinya Defekasi. Akibat gangguan Defekasi ini Colon bagian
Proksimal yang normal akan melebar oleh feses yang menumpuk membentuk
pembesaran Colon.
1. Persiapan Pasien
Premedikasi seharusnya dapat di berikan kepada pasien yang tidak kooperatif,
seperti pemberian obat bius atau Anastesi, tetapi di lapangan Premedikasi jarang
di lakukan untuk menghindari terjadinya komplikasi lain terhadap pasien sehingga
proses Premedikasi tidak di berikan, di lain hal proses fiksasi lebih di utamakan
untuk pasien terkhusus pasien anak. Persiapan pasien lainnya yaitu 24 jam
sebelum pemeriksaan Anus tidak boleh di colok-colok di khawatirkan adanya
udara yang masuk dan terjadinya manipulasi gambaran, karena ciri Hirschprung
adalah tidak adanya udara di dalam Colon.
2. Persiapan Alat dan Bahan
1) proyeksi AP dengan Central Ray tegak lurus Vertical. Pasien Posisi Supine dan
2). PA dengan Central Ray Horizontal, dengan posisi pasien prone tujuannya
untuk melihat transisi udara daerah Colon. Tujuan umum dibuat foto pendahuluan
adalah untuk melihat gambaran Abdomen secara umum, melihat persiapan yang
dilakukan oleh pasien serta kemungkinan adanya kontra indikasi dan menentukan
faktor Eksposi pada proyeksi selanjutnya.
J. Prosedur Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi:
1) Pemberian minum pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan menggu-
nakan cawan, dan cawan juga dapat diberikan pada bayi dengan berat
badan lahir rendah sampai mereka matur untuk menyusu langsung pada
payudara ibu. Cara pemberian minum dengan cawan :
- Ukur jumlah ASI dalam cawan
2) Perawatan NGT/OGT
- Bilas selang dengan air hangat 30-50cc, tutup lubang selang untuk
menghindari bakteri berkembang biak, pemberian air minum disetiap
perselangan pemberian makan .
- 30 menit setelah pemberian makan baru boleh terlentang atau balik badan
.
- Cuci alat alat yang dipakai seteleh memberi makan dan keringkan
diwadah tertutup .
- Gunakan plester kertas biasa atau plester tekstur lembut sebagai perekat
selang, plester yang tidak lengket atau mudah lepas tidak disarankan .
plester perekat harus diganti setiap hari 1 kali, jika banyak cairan hidung
yang keluar atau hidung berminyak pergantian plester boleh ditambah agar
selang nasogastrik tidak lepas, hindari merekat plester pada posisi yang
sama , perlu ganti posisi .
- Saat mengganti plester , bersihkan kulit hidung dengan air, jangan gerak
kedalaman selang hidung, umumnya pada posisi 45-55cm ( selang
nasogastrik tanda 1 atau tanda 2 ), jika longgar tidak melebihi 10cm,
pertama-tama periksa rongga mulut, bila tanpa belitan selang nasogastrik
maka perlahan dorong kembali ke posisi semula.
- Jika cairan yang keluar berwarna coklat atau hitam, untuk sementara
hentikan pemberian makan , amati isi perut pada pemberian makan
berikutnya .
a. Benar pasien
Setelah memastikan obat yang akan diberikan pada klien benar, perawat
juga perlu memastikan dosis dengan jumlah yang benar. Semua
perhitungan dosis obat harus diselesaikan ulang agar tidak terjadi
kesalahan pemberian obat.
c. Benar jenis obat
Sebelum memberikan obat pada klien, perawat menerima kembali obat
yang telah diresepkan oleh dokter dengan persetujuan label obat sebanyak
tiga kali.
d. Benar waktu
Perawat perlu mengatur kapan waktu yang tepat untuk memberikan obat.
Sebagai contoh klien yang diberikan resep dokter yang diberikan 8 jam
sekali dalam tiga kali sehari, misal dari pukul 6 pagi, 2 sore, dan jam 10
malam.
e. Benar cara memberikan
Sikap hati-hati sangat diperlukan agar perawat dapat memberikan obat
yang benar. Perawat perludiverifikasi obat yang akan diberikan sudah
dengan jalur yang tepat. Perawat juga perlu disetujui pada dokter jika tidak
disertakan jalur pemberian obat.
f. Benar petugas
Perawat sebagai orang yang bekerja di ruang keperawatan harus sesuai
dengan perannya. Hal ini dapat dilihat antara kesesuaian perawat yang
memberikan obat dengan obat yang diberikan.Tujuannya untuk
memulihkan obat yang diberikan oleh petugas yang memiliki tanggung
jawab dan peran terhadap pasien.
g. Benar Dokumentasi
Setelah memberikan obat perawat harus diselesaikan tindakan yang telah
diberikan segera setelahtindakan dengan mencatat nama klien, nama obat
dan kesalahan, dosis obat, jalur obat, serta waktu pemberian obat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai
kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan usia tumbuh
kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologi seperti
kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-lain.
Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang juga
membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual.
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan
kekuranganmakanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhikebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakankarbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untukmempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untukmenyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat
terjadikekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
denganmenghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar
dan ginjal.Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumberenergi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
3.2 SARAN
3.2.1 Penulis
Sri Hartati & Aldistira Yusda.2020. Teknik Pemeriksaan Barium Enema Pada
Pasien Anak Dengan Kinis Morbus Hirschprung. Jakarta: Atro Nusantara
MAKALAH
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 3
EMYLYA : 2020-01-14401-012
TAHUN 2022
62
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan konsep Asuhan
Keperawatan yang berjudul “ Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman Dari Sistem Termoregulasi dan Imun ”
Penulis
63
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Suhu tubuh adalah pengukuran panas di dalam tubuh klien (suhu inti);
suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diproduksi dan panas yang
keluar ditubuh. Tubuh menghasilkan panas saat membakar makanan dan
kehilangan panas melalui kulit dan paru. Suhu tubuh yang menggunakan
pengukuran oral (O; per os, PO) normalnya tetap berada
disekitar 37°C. Namun, keragaman dapat terjadi dan tetap dianggap“normal”
untuk seorang individu. Pengukuran suhu yang jauh lebih tinggiatau lebih rendah
menunjukkan bahwa beberapa perubahan dalam systempengaturan tubuh
menggangu keseimbangan. Tanda-tanda peningkatan suhu mudah dikenali: wajah
memerah, kulit panas, mata terang secara tidak biasa, gelisah, menggigil, dan
haus. Sikap tidak bergairah dan pucat,kulit dingin, lembap sering kali menandai
suhu tubuh kurang dari normal.
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tentram. Perubahan kenyaman adala keadaan dimana
individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap
suatu rangsangan yang berbahaya. Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari
kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi , dan suhu yang
optimum akan mempengaruhi kemampuan seseorang. Kenyamanan yaitu suatu
kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh yang timbul bilamana jaringan
65
2. Tujuan Khusus
b. Melakukan pengkajian keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar
aman nyaman akibat peningkatan suhu tubuh
c. Menentukan diagnosa keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar
aman nyaman akibat peningkatan suhu tubuh
d. Merencanakan intervensi dengan masalah kebutuhan dasar aman nyaman
akibat peningkatan suhu tubuh
e. Melakukan implementasi dengan masalah kebutuhan dasar aman nyaman
akibat peningkatan suhu tubuh
66
1. Pendidikan
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka, perbandingan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi
mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
2. Perawat
Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada di rumah sakit untuk
mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan
keperawatan pasien demam pada anak dengan masalah keperawatan
gangguan rasa aman nyaman akibat peningkatan suhu tubuh.
67
3. Keluarga
Meningkatkan kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri
serta keluarga sebagai acuan bagi keluarga untuk melakukan perawatan
kepada anak yang mengalami demam
4. Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
pasien, meningkatkan keterampilan dan wawasan peneliti
68
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2) Etilogi demam
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non
infeksi.Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur, ataupun parasit.Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan
demam pada anak-anak.antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis,
appendisitis,tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis,
meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan
lain-lain. Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara
lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam
69
3) Patofisiologi demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan
nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan
demam.Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang
berasal dari luar tubuh pasien.Contoh dari pirogen eksogen adalah produk
mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya.Salah satu
pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang
dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah
pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh
pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan
IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit,
neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan
pirogen endogen jika terstimulasi. Proses terjadinya demam dimulai dari
stimulasi sel-sel darah put ih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh
pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi
imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimiayang
dikenal dengan pirogen endogen(IL-1, IL-6, TNF-α,
70
Exogenous pyrogens
(seperti ; bakteri, virus, kompleks antigen antibodi)
↓
Sel host inflamasi
Seperti ; makrofag, netrofil, sel kuffer, makrofag splenic dan alveolar)
↓
Memproduksi endogenous pyregens
(interleukin 1, interieukin 6, faktor nekrosis tumor, dan cytokin pyrogenic
lain)
↓
Sintesis PGE2 dalam hipotalamus
↓
Pusat termoregulator
71
4) Penatalaksanaan demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi
fisiologis terhadap perubahan titik patokan di
hipotalamus.Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu
tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam.
Penatalaksanaan demam dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu: non-
farmakologi dan farmakologi. Akan tetapi, diperlukan penanganan
demam secara langsung oleh dokter apabila penderita dengan umur <3
bulan dengan suhu rektal >38°C, penderita dengan umur 3-12 bulan
dengan suhu >39°C, penderita dengan suhu >40,5°C, dan demam dengan
suhu yang tidak turun dalam 48-72 jam.
72
Data subjektif
adalah data yang didapat dari keluhan pasien,keliuarga atau hasil anamnesaData
ini mempermudah perawat dalam memudahkan dalam menentukan masalah
kebutuhan pasien.Pada kotak masalah diisi kebutuhan yang telah ditentukan oleh
perawat sesuai dengan data-data yang telah didapat dan ditulis pada data fokus.
Masalah ini berfungsi untuk mempermudahkan perawat dalam perumusan
diagnose dan perencanaan tindakan terhadap pasien.
B. Diagnosa keperawatan
Perawat mengkaji temuan pengkajian dan pengelompokkan karakteristik yang
ditentukan untuk membuat diagnosa keperawatan. Misalnya, pada peningkatan suhu
tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh. Diagnose keperawatan
mengidentifikasikan faktor resiko pasien terhadap perubahan suhu tubuh atau perubahan
suhu aktual. Jika pasien memiliki faktor yang meningkatkan perubahan suhu. Pada
peningkatan suhu tubuh, faktor yang berhubungan dengan aktivitas yang berat akan
menghasilkan intervensi yang sangat berbeda daripada faktor yang berhubungan dengan
ketidakmampuan atau berkeringat. Beratnya perubahan suhu dan efeknya, disertai dengan
status kesehatan klien secara umu, akan mempengaruhi prioritas perawat dalam merawat
pasien.
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien dengan masalah kebutuhan dasar aman
nyaman akibat peningkatan suhu tubuh:
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
74
2.4 Praktik anamnesa pada anak dengan gangguan pemenuhan aman nyaman sis-
tem termoregulasi dan imun
Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara yang
bertujuan untuk mendapatkan sumber informasi (Nursalam, 2013).
a) Identitas
75
a. Nama anak : nama harus jelas dan lengkap disertai dengan nama panggilan
akrabnya.
b. Umur : usia anak juga perlu menginterpretasikan data pemeriksaan klinis anak
serta untuk menentukan saat pemberian dosis obat pada anak.
c. Jenis kelamin : dikaji untuk identitas dan penilaian data pemeriksaan klinis,
misalnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan reproduksi.
d. Anak keberapa : agar mengetahui ada berapa anggota dalam satu keluarga dan
untuk mendaptkan data genogram.
e. Nama orang tua : dikaji agar jelas dan tdak keliru dengan orang tua pasien yang
lain.
f. Agama : keyakinan orang tua pasien dan merupakan pedoman hidup dan dapat
dijadikan pegangan dalam mengmbil keputusan untuk memberikan tindakan
keperawatan dalam spiritual.
g. Pendidikan : dikaji untuk memperoleh keakuratan data yang diperoleh serta di-
tentukan pola penektan anamnesis.
h. Pekerjaan : dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua dalammenentukan
tindakan dan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan
orang tua untuk membiayaiperawatan anaknya.
i. Alamat : dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien dan kondisi pasien.
b) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakn oleh pasien, sehingga menjadi
alasan mengapa pasien dibawa kerumah sakit, dan keluhan utama pada kasus febris
adalah panas dan rewel.
c. Wajah :
Warna kulit wajah : kemerah-merahan.
Struktur wajah : simetris anatara pipi kanan dan kiri, simetris antara
mata kanan dan kiri.
d. Mata :
Kelengkapan dan keseimbangan : organ mata terlihat dalam keadaan
lengkap dan simetris.
Palpebra : palpebra pasien dalam keadaan normal, tidak ada oedem
pada daerah palpebra pasien antara kiri dan kanan.
Konjungtiva dan sklera : konjungtiva pasien terlihat sedikit anemis
dan sklera pasien terlihat bersih dengan warna putih.
Pupil : pupil dalam keadaan simetris antara pupil kiri dan kanan dan
isokor.
Kornea dan iris : kornea dan iris simetris dan dalam bentuk serta
warna yang normal.
Visus : visus dalam keadaan normal
Tekanan bola mata : normal.
e. Hidung :
Tulang hidung dan posisi septum nasi : tulang hidung dalam keadaan
nornal, septum nasi dalam keadaan normal, tidak ada pembengkakan
pada bagian dalam hidung pasien, tidak ada nyeri tekan pada bagian
sinus maksilaris, frontalis dan sinus etmoideus.
Lubang hidung : lubang hidung dalam keadaan simetris.
Cuping hidung : pasien tidak bernapas dengan cuping hidung.
f. Telinga :
Bentuk telinga : bentuk daun telinga dalam keadaan normal dan
simetris.
Ukuran telinga : ukuran telinga dalam keadaan normal dan simetris an-
tara kiri dan kanan
Lubang telinga : lubang telinga ada dan diameter lubang telinga dalam
keadaan normal dan simetris antara kiri dan kanan.
Ketajaman pendengaran : ketajaman pendengaran pasien baik.
g. Mulut dan faring :
79
h. Leher :
Posisi trakea : posisi trakea dalam keadaan baik, tidak ada massa
yang teraba
Thyroid : tidak ada pembengkakan pada kelenjar throid
Suara : suara pasien terdengar nornal tetapi sedikit lemah
Kelenjar Limfa : tidak ada pembengkakan kelenjar limfa
Vena jugularis : vena jugularis teraba
Denyut nadi karotis : denyut nadi karotis teraba dan frekuensiny
a sama dengan frekuensi denyut nadi radialias.
81
i. Pemeriksaan integumen :
Kebersihan : kebersihan integumen pasien cukup bersih, tidak ada
ruam ataupun jejas pada daerah kulit.
Kehangatan : Akral hangat
Warna : Warna kulit putih
Turgor : Turgor kulit dalam keadaan baik, tidak terlihat adanya edema
pada daerah ekstermitas.
Kelembaban : Integumen masih dalam keadaan lembab
Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan (jejas dan penyakit kulit lain-
nya) kulit pasien.
j. Pemeriksaan thoraks/ dada
Inspeksi thoraks : Thoraks pasien dalam keadaan normal, tidak terlihat
kelainan pada bentuk thoraks pasien, tidak ada kelainan pada bentuk
tulang belakang pasien, dan terlihat adanya retraksi dada
Pernafasan : Sifa pernapasan pasien terlihat kombinasi antar perna-
pasan dadadan pernapasa perut, ritme pernapasam takipnea dengan
frekuensi 24x/menit
Tanda kesulitan benafas : Tidak ada tanda kesulitan saat pasien berna-
pas
k. Pemeriksaan paru
Palpasi getaran suara : Adanya vocal fremitus yang simetris antara kiri
dan kanan
Perkusi : Terdengar sonor pada saat memperkusi paru-paru pasien
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler dan tidak ada terdengar bunyi
suara nafas tambahan
l. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Normal
Palpasi : Tidak ada pembengkakkan saat dipalpasi
Perkusi : Saat dilakukan perkusi terdengar suara pekak
Auskultasi : Saat dilakukan auskultasi tidak terdengar suara tambahan
82
m. Pemeriksaan abdomen
a) Persiapan penderita
b) Persiapan alat yang akan dipakai
c) Cara pengambilan sampel
d) Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) dan transportasi.
1) Pemahaman Instruksi dan Pengisian Formulir
Pemahaman instruksi harus diperhatikan, hal ini penting untuk
menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan
pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien.
2) Persiapan Penderita
a. Puasa.
b. Obat.
c. Waktu
d. Posisi pengambilan,
3) Persiapan Alat yang Akan Dipakai
a. Persiapan Alat.
83
b. Pengambilan Darah.
Yang harus dipersiapkan antara lain, kapas alkohol 70 %, karet
pembendung (torniket), spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml,
penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan
atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh
dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung
antikoagulan.
c. Penampungan Urine.
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering,
bersih, bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin
kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
84
d. Penampung khusus.
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan
khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap
identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga
tidak tertukar.
Catat dalam buku ekspedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir.
Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung bi-
ayanya (lunas).
Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung an-
tikoagulan
Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
85
Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri un-
tuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8°C dalam air es bukan es
batu sehingga tidak terjadi hemolisis.
Ganti waslap/ kain kasa dengan waslap/ kain yang sudah terendah
dalam kom berisi air hangat
Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
Rapikan klien dana bereskan alat-alat bila sudah selesai
4) Tahap Tereliminasi
Melakukan Evaluasi Tindakan
Berpamitan Dengan Klien
Membereskan Alat
Mencuci Tangan
b. Restraint Jaket
Restraint jaket digunakan pada anak dengan tali diikat dibelakang tempat
tidur sehingga anak tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke bagian
bawah tempat tidur, menjaga anak tetap di dalam tempat tidur. Restrain jaket
berguna sebagai alat mempertahankan anak pada posisi horizontal yang
diinginkan.
c. Papoose board
Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan
gerak anak saat melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah anak
ditidurkan dalam posisi terlentang di atas papan datar dan bagian atas tubuh,
tengah tubuh dan kaki anak diikat dengan menggunakan tali kain yang besar.
Pengendalian dengan menggunakan papoose board dapat diaplikasikan dengan
cepat untuk mencegah anak berontak dan menolak perawatan
e. Restraint siku
Restraint siku Penting dilakukan pada pasien setelah bedah bibir atau
agar anak tidak menggaruk pada kulit yang terganggu. indakan mencegah anak
menekuk siku atau meraih kepala atau wajah.
f. Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher
sampai pergelangan kaki pasien anak untuk menstabilkan tubuh anak serta
menahan gerakan tubuh anak. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi ukuran
sesuai dengan kebutuhan.
88
1) Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama 4 hari setelah tim-
bulnya rash .
2) Menepatkan anak pada ruang khusus atau mempertahakan isolasi di rumah sakit
89
3) Melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni, dari hari pertama
hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan
pasien dengan risiko tinggi lainnya.
4) Pada anak yang sehat umumnya gejala campak dapat sembuh sendiri. Pengobatan
yang diberikan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suple-
men nutrisi, antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi
jika terdapat kejang dan pemberian vitamin A.
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan melalui oral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
(Demam) adalah suatu reaksi fisiologis tubuh yang kompleks terhadap penyakit
yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal akibat rangsangan
zat pirogen terhadap pengatur suhu tubuh di hipotalamus. Suhu normal tubuh
manusia berkisar antara 36-37,2°C. Suhu subnormal yaitu <36°C, hipotermia
merupakan suhu <35°C, Demam terjadi jika suhu 37,2°C, hiperpireksia merupakan
suhu 241,2°C. Terdapat perbedaan pengukuran suhu di oral, aksila, dan rectal sekitar
0,5°C, suhu rectal > suhu oral suhu aksila.
Dari tanda dan gejala dapat ditemukan masalah gangguan rasa nyaman akibat
suhu tubuh yang tinggi dan resiko tinggi Hipertermia disebabkan proses penyakit.
B. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan khususnya dalam membuat asuhan keperawatan
yang akan di buat. Maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Medika Ambarwati, E R, dkk. 2017. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Nuha Medika Eko,
Nurul, dkk. 2018. KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) Kebidanan. Yogyakarta:
Pustaka
Rihamna Uliyah, Musrifatul, dkk. 2015. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta.
93
MAKALAH
Oleh
Kelompok V
Abdul Ghani
Dila
Miki
2022
BAB 1KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunia-
Nya penulis dapat menyusun makalah dengan judul Konsep Asuhan Keperawatan pada
Anak Dengan Kebutuhan Khusus: Pengkajian ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
Keperawatan Anak Ibu Dina Rawan G. Rana, S.Kep., Ns. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi
para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu, penulis membutuhkan kritik dan saran agar kedepannya, penulis bisa menulis
makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan
bagi kami khususnya sebagai penulis.
Penulis
BAB 2DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB 2......................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................3
2.1 Pengkajian..........................................................................................................3
2.1.1 Anamnesa................................................................................................3
2.1.2 Pemeriksaan Fisik Pada Anak Kebutuhan Khusus.................................5
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................9
BAB 3....................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................19
3.2 Saran.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB 1
BAB 3PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3.1 Penanganan anak berkebutuhan khusus, memerlukan keberpihakan
kultural dan struktural dari berbagai pihak baik orangtua, masyarakat dan
pemerintah. Hal ini karena masih adanya pemahaman yang keliru dan sikap
diskriminatif terhadap anak berkebutuhan khusus di lingkungan keluarga dan
masyarakat, baik dalam bentuk verbal maupun non verbal. Selain itu anak
berkebutuhan khusus rentan mendapatkan kekerasan dan perlakuan salah.
3.2 Dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus, para pendamping
memerlukan pengetahuan tentang anak-anak tersebut, keterampilan
mengasuh dan melayaninya. Anak berkebutuhan khusus perlu mendapat
dorongan, tuntunan, dan praktek langsung secara bertahap. Potensi yang
dimiliki anak-anak berkebutuhan khusus akan tumbuh berkembang seiring
dengan keberhasilan peran pendamping dalam memahami dan memupuk
potensi anak-anak tersebut.
3.3 Jumlah anak Indonesia sebanyak 82.980.000. Dari populasi tersebut,
9.957.600 anak adalah anak berkebutuhan khusus. Sedangkan jumlah anak
dengan kecerdasan istimewa dan berbakat istimewa adalah sebesar 2,2% dari
populasi anak usia sekolah (4-18 tahun) atau sekitar 1.185.560 anak. Data ini
menjadi dasar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak bersama Kementerian/Lembaga terkait dan lembaga masyarakat dalam
menyusun Buku Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus.
1
2
1.3 Tujuan
BAB 4PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
1) Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, no. Tgl MRS.
2) RiwayatKesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan otak janin
terganggu. Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya
autisme. Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
autisme adalah : pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi (nilai
APGAR SCORE rendah< 6 ), komplikasi selama persalinan, lamanya persalinan,
letak presentasi bayi saat lahir dan berat lahir rendah ( < 2500 gram).
3) Psikosoisal
Biasanya menunjukkan perilaku menarik diri, tidak responsif terhadap orang tua,
memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem, keterikatan yang tidak pada
tempatnya dengan objek, perilaku menstimulasi diri, pola tidur tidak teratur,
permainan stereotip, perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain,
tantrum yang sering, peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu
pembicaraan, kemampuan bertutur kata menurun, menolak mengkonsumsi
makanan yang tidak halus.
4) Neurologis
4
5
Biasanya memiliki respon yang tidak sesuai dengan stimulus, reflek mengisap
buruk, dan tidak mampu menangis ketika lapar.
5) Gastrointestinal
Biasanya mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
Alat skrining dikatakan baik jika memiliki sensitifitas, spesifisitas, dan reliabilitas
yang baik. Alat skrining perkembangan yang masih dapat diterima jika memiliki
sensitifitas lebih dari 70% dan spesifisitas 70-80%.
Kuisioner Masalah Mental dan Emosional Anak (KMME) adalah salah satu
tes skrining dini yang dapat digunakan untuk gangguan mental dan emosional
yang ditujukan untuk anak berusia 3-6 tahun. Kuisioner Masalah Mental
Emosional dapat mensuspek diaognosis anak, dengan skrining ini orang tua
dapat segera menindak lanjuti dan dapat segera mengkonsultasikan kepada
tenaga medis.
Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya gangguan keterampilan baik
kecakapan ataupun skill selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
semua tingkat intelegensi yaitu kemampuan kognitif, verbal, motorik, maupun
sosial (Lumbantobing, 2006). Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensi
yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
anak). biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut
juga oligofrenia (oligo=kurang atau sedikit dan fren=jiwa) atau tuna mental.
2. Etiologi
Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas
sebabnya (simpleks) keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor
sekunder disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam
kandungan atau anak-anak.
1) Akibat infeksi dan atau intoksikasi. Dalam kelompok ini termasuk keadaan retar-
dasi mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intracranial, karena
serum, obat atau zat toksis lainnya.
2) Akibat rudapaksa dan atau sebab fisik lain. Rudapaksa sebelum lahir juga trauma
lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan aborsi dapat men-
gakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak be-
gitu sering mengakibatkan retardasi mental.
8
a. Peanatalaksanaan medis
9
2) Pencegahan sekunder
Meliputi diagnose dan pengobatan dini keradangan otak, peradangan
subdural, kraniostenosis sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat
dibuka dengan kraniotomi, pada mikrosefali yang congenital, operasi tidak
menolong.
3) Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus, sebaiknya
disekolah luar biasa (SLB) dapat diberi neroleptika kepada yang gelisah
hiperaktif atau destruktif. Amfetamine dan kadang-kadang juga anti
histamine berguna juga pada hiperkinesa berbiturat kadang-kadang dapat
menimbulkan efek paradokal dengan menambah kegelisahan dan
ketegangan dapat dicoba juga dengan obat-obatan yang memperbaiki
mikrosirkulasi diotak (membuat masuknya zat asam dn makanan dari darah
ke sel otak lebih mudah) atau yang langsung memperbaiki metabolism sel-
sel otak, akan tetap hasilnya, kalau ada tidak segera dapat dilihat.
penyakit jantung, bahkan kanker darah/leukemia. Kelainan ini sama sekali tidak
berhubungan dengan ras, negara, agama, maupun status sosial ekonomi.
1. Trisomi 21 klasik adalah bentuk kelainan yang paling sering terjadi pada pen-
derita Sindrom Down, di mana terdapat tambahan kromosom pada kromosom
21. Angka kejadian trisomi 21 klasik ini sekitar 94% dari semua penderita Sin -
drom Down.
2. Translokasi adalah suatu keadaan di mana tambahan kromosom 21 melepaskan
diri pada saat pembelahan sel dan menempel pada kromosom yang lainnya. Kro-
mosom 21 ini dapat menempel dengan kromosom 13, 14, 15, dan 22. Ini terjadi
sekitar 3-4% dari seluruh penderita Sindrom Down. Pada beberapa kasus,
translokasi Sindrom Down ini dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
Gejala yang ditimbulkan dari translokasi ini hampir sama dengan gejala yang
ditimbulkan oleh trisomi 21.
3. Mosaik adalah bentuk kelainan yang paling jarang terjadi, di mana hanya beber-
apa sel saja yang memiliki kelebihan kromosom 21 (trisomi 21). Bayi yang lahir
dengan Sindrom Down mosaik akan memiliki gambaran klinis dan masalah kese -
hatan yang lebih ringan dibandingkan bayi yang lahir dengan Sindrom Down tri-
somi 21 klasik dan translokasi. Trisomi 21 mosaik hanya mengenai sekitar 2-4%
dari penderita Sindrom Down.
1. Infeksi virus.
Rubela merupakan salah satu jenis infeksi virus tersering pada prenatal yang
bersifat teratogen lingkungan yang dapat memengaruhi embrio genesis dan
mutasi gen sehingga menyebabkan perubahan jumlah maupun struktur
kromosom.
2. Radiasi
Radiasi merupakan salah satu penyebab dari nondisjunctinal pada Sindrom
Down. Sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan Sindrom Down pernah
mengalami radiasi di daerah perut sebelum terjadinya konsepsi. Kecelakaan reaktor
atom Chernobyl pada tahun 1986 dikatakan merupakan penyebab beberapa
kejadian Sindrom Down di Berlin.
4. Usiaibu.
Wanita dengan usia lebih dari 35 tahun lebih berisiko melahirkan bayi
dengan Sindrom Down dibandingkan dengan ibu usia muda (kurang dari 35
tahun). Angka kejadian Sindrom Down dengan usia ibu 35 tahun, sebesar 1
dalam 400 kelahiran. Sedangkan ibu dengan umur kurang dari 30 tahun, sebesar
kurang dari 1 dalam 1000 kelahiran. Perubahan endokrin seperti peningkatan
sekresi androgen, penurunan kadar hidroepiandrosteron, penurunan
konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptorhormon,
peningkatan hormon LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicular Stimulating
Hormone) secara mendadak pada saat sebelum dan selama menopause, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya nondisjunction.
12
a. Bentuk kepala yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan orang normal
(microchephaly) dengan area datar di bagian tengkuk.
b. Ubun-ubun berukuran lebih besar dan menutup lebih lambat (rata-rata usia
2 tahun).
c. Bentuk mata sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epican-
thal folds).
d. Bentuk mulut yang kecil dengan lidah besar (macroglossia) sehingga tampak
menonjol keluar.
e. Saluran telinga bisa lebih kecil sehingga mudah buntu dan dapat menye-
babkan gangguan pendengaran jika tidak diterapi.
f. Garis telapak tangan yang melintang lurus/horizontal (simian crease) - penu-
runan tonus otot (hypotonia)
g. Jembatan hidung datar (depressed nasal bridge), cuping hidung dan jalan
napas lebih kecil sehingga anak Sindrom Down mudah mengalami hidung
buntu.
h. Tubuh pendek. Kebanyakan orang dengan Sindrom Down tidak mencapai
tinggi dewasa rata-rata.
i. Dagu kecil (micrognatia)
j. Gigi geligi kecil (microdontia), muncul lebih lambat dalam urutan yang tidak
sebagaimana mestinya.
k. Spot putih di iris mata (Brushfield spots)
2.2.3 Autisme
1. Defenisi Austisme Pada Anak
4.1.2 Autisme adalah Suatu keadaan dimana seseorang anak
berbuat semaunya sendiri baik cara berpikir maupun berperilaku. Keadaan
ini mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun.
Autisme bisa mengenai siapa saja, baik yang sosio-ekonomi mapan maupun
kurang, anak atau dewasa.
4.1.3 Autisme spectrum disorder (ASD) atau yang lebih sering
disebut autisme merupakan gangguan perkembangan saraf.Gangguan terse-
but memengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak un-
tuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku.Bukan hanya autisme,
ASD juga mencakup sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan
perkembangan pervasif (PPD-NOS). Perlu diingat bahwa autisme bukanlah
penyakit, melainkan kondisi di mana otak bekerja dengan cara yang berbeda
dari orang lain.
4.1.4 Mereka yang menyandang autisme dapat mengalami kesuli-
tan memahami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Hal ini membuat
mereka sulit untuk mengekspresikan diri.Baik dengan kata-kata atau melalui
gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan.Selain itu, penyandang autisme
juga mungkin akan memiliki kendala saat belajar. Keterampilan mereka
mungkin berkembang tidak merata.Misalnya ketika penyandang autisme
memiliki kesulitan berkomunikasi, bisa saja dirinya sangat pandai dalam
seni, musik, memori, hingga matematika.
2. Klasifikasi autism
Ada beberapa klasifikasi autism, diantaranya adalah :
1) Aloof Anak dengan autisme dari tipe ini senantiasa berusaha menarik diri dari
kontak sosial, dan cenderung untuk menyendiri di pojok.
2) Passive Anak dengan autisme tipe ini tidak berusaha mengadakan kontak sosial
melainkan hanya menerima saja.
14
3) Active but odd Sedangkan pada tipe ini, anak melakukan pendekatan namun
hanya bersifat repetitif dan aneh.
3. ETIOLOGI
Penyebab Autisme diantaranya adalah
1) Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama
pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
2) Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil). 3. Neurokimia
(katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
3) Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan
tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, pe-
rubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan
4) Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sen-
sori serta kejang epilepsy
5) Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
6) Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh Pada masa
bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon
saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan
jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu
atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komu-
nikasi pra verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak.
Gejala-gejala tersebut bervariasi, bisa ringan maupun berat, selain itu perilaku
autismee biasanya berlawanan dengan berbagai keadaan yang terjadi dan tidak sesuai
dengan usianya.Untuk mendiagnosis autisme tidak memiliki tes medis, tetapi suatu
diagnosis yang akurat harus berdasarkan pengamatan yang menyeluruh terhadap
kemampuan berkomunikasi, perilaku dan tingkat perkembangan anak.Informasi yang
didapat dari orang tua dari saat kehamilan hingga pertumbuhan anak sekarang dapat
menunjang diagnosis yan tepat.
5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
1) Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang
tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-
lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit esti-
masi potensi intelektual.
kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan
percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan
ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan
16
6. Pencegahan Austisme
Tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah autisme. Maka dari itu,
langkah awal yang harus diambil oleh orangtua apabila Si Kecil menunjukkan gejala
autisme adalah dengan menghubungi dokter.Sebab, penanganan yang dilakukan
17
sedini mungkin pada penyandang autisme tentu dapat membantu mereka memiliki
kehidupan yang layak.
7. Pengobatan Austisme
1) Terapi Perilaku dan Komunikasi
Terapi ini dilakukan dengan memberikan sejumlah pengajaran pada
pengidap, termasuk kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun
nonverbal. Berikut adalah beberapa jenis contoh dari terapi perilaku dan
komunikasi, yaitu:
3) Pemberian Obat-obatan
Pemberian obat-obatan tidak bisa menyembuhkan autisme, melainkan
dapat mengendalikan gejalanya.Contohnya obat untuk mengatasi kejang, obat
untuk mengatasi masalah perilaku, obat untuk mengatasi depresi, dan obat
untuk mengatasi gangguan tidur.
1. Pengertian
Secara harfiah kekerasan diartikan sebagai "sifat atau suatu hal yang keras;
kekuatan; paksaan". Sedangkan secara terminologi kekerasan berarti "perbuatan
seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang
lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain." Segala macam
18
perbuatan yang menimbulkan penderitaan baik itu berupa fisik atau menyebabkan
kerusakan bagi orang lain dapat diartikan sebagai kekerasan.
Fontana pada tahun 1971 menyatakan bahwa termasuk child abuse yaitu
malnutrisi dan menelantarkan anak merupakan awal dari gejala perlakuan salah dan
penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang paling berat dari tingkatan
perlakuan salah oleh orang tuanya atau pengasuhnya. Yang dimaksud dengan child
abuse dan neglect adalah perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak,
menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan terjadinya kekerasan seksual pada
anak.
2. Etiologi
Abuse (kekerasan) seringkali terjadi dalam keluarga. Hal ini terjadi disebabkan
akibat dari keluarga tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Kriteria keluarga
yang tidak sehat adalah :
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ABK adalah mereka yang memiliki perbedaan dengan rata-rata anak seusianya
atau anak-anak pada umumnya. Perbedaan yang dialami ABK ini terjadi pada beberapa
hal, yaitu proses pertumbuhan dan perkembangnnya yang mengalami kelainan atau
penyimpangan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional.
3.2 Saran
Dari data yang didapat pada pemeriksaan baik anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan peninjang agar menjadi data yang akurat yang dapat mendukung segala
penilaian klinis untuk penegakan diagnosa keperawatan dan intervensi, implementasi
sampai evaluasi ketika pemeberian asuhan keperawatan pada anak dengan kebutuan
khusus.
20
21
Adriana. D .Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Selemba Medika.
Hidayat, A.A. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika Kemenkes.
RI. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Depkes.
Mashar, R. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembanganya. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Makalah
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas dari Dina G. Rana, S.Kep., Ns.
22
Disusun oleh :
Agus 2020-01-14401-003
Ririn 2020-01-14401-024
D-III KEPERAWATAN
2021/2022
i
Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah berjudul Konsep Asuhan Keperawatan
Pada Bayi Dengan Gangguan Eliminasi Patologis Dari Sistem Pencernaan Dan Kemih
/Kelaianan Kongenital/ peri Operratif Care ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen mata
Keperawatan Anak ibu Dina G. Rana, S.Kep., Ns. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi
para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan,
agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.
Penulis
i
ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................4
ii
iii
iii
1
BAB 9BAB 1
BAB 10PENDAHULUAN
1
2
pula. Ketika hal ini terjadi pada akhirnya kandung kemih akan kehilangan tonus-
nya. Apabila atonia terjadi dan kateterpun di lepas maka akan terjadi komplikasi
gangguan fungsi perkemihan (Smeltzer & Bare, 2010). Efek samping dari pe-
masangan kateter tetap adalah terjadinya inkontinensia urin. Inkontinensia urin
adalah keadaan dimana urin yang keluar terus menerus setelah kateter dilepas atau
pasien tidak mampu mengendalikan atau menahan ur in (Potter & Perry, 2013).
Data dari WHO (2012) menunjukkan 200 juta penduduk dunia men-
gakami inkontinensia urine. Sedangkan dari data DEPKES (2012) didapatkan data
5,8 % penduduk Indonesia mengalami inkontinensia urine. Inkontinensia urin da-
pat menimbulk an permasalahan, antara lain : permasalahan medik, sosial,
maupun ekonomi. Permasalahan medik yang terjadi antara lain kerusakan kulit
dan iritasi disekitar kemaluan yang disebabkan oleh urin. Masalah sosial timbul
akibat inkontinensia urin antara lain per asaan malu, mengisolasi diri dari per-
gaulannya dan mengurung diri di rumah. Selanjutnya untuk permasalahan atau
dampak ekonomi yang terjadi adalah pemakaian diapers atau perlengkapan lain
guna menjaga supaya tidak Poltekkes Kemenkes Yogyakarta3 selalu basah oleh
urin. Pemakaian setiap h yang tidak sedikit ( Purnomo, 2012).
system pencernaan.
2. Instansi Terkait (Bidang Keperawatan)
Untuk pengembangan tindakan mandiri keperawatan, khususnya perawat
yang akan melakuhkan asuhan keperawataan tentan gangguan eliminasi patol-
ogis dan system pencernaan.
BAB 11BAB 2
3
4
4
5
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan. aterm (bukan
premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam, mempunyai janin tunggal dengan presentasi
puncak kepala, terlaksana tanpa bantuan, tidak mencakup komplikasi dan plasenta
lahir normal (Elisabeth dkk, 2016:3). Persalinan merupakan proses membuka dan
menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup diluar.
kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
melalui jalan lahir atau dengan bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
5
6
Setiap ibu yang telah menjalani proses persalinan akan merasakan sensasi nyeri
pada daerah perineum. Rasa nyeri pada perineum yang dialami karena melahirkan
normal biasanya dikaitkan dengan perineum robek atau digunting dengan
pembedahan. Seperti luka lain yang baru diperbaiki, tempat episiotomi atau tempat
yang koyak perlu waktu untuk sembuh – biasanya tujuh hingga sepuluh hari.
(Murkoff, et al, 2007). Luka Perineum adalah luka yang disebabkan oleh episiotomy.
Episiotomy adalah tindakan bedah dengan menggunting perineum atau otot jalan lahir
yang terletak antara liang vagina dan anus. Episiotomy dilakukan untuk
mempermudah persalinan. (Rahmatullah, 2016).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang
untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. (Smeltzer dan Bare, 2000 dalam Judha,
et al, 2012). Nyeri luka perineum menimbulkan dampak yang tidak menyenangkan
pada ibu seperti kesakitan dan rasa takut untuk bergerak sehingga banyak ibu dengan
luka perineum jarang mau bergerak sehingga mengakibatkan timbulnya masalah
seperti sub involuti uterus, pengeluaran lochea yang tidak lancar, dan perdarahan
pasca partum. Menurut Judha,et al, (2012) terdapat beberapa teknik tindakan untuk
mengurangi rasa nyeri pada luka perineum yaitu mandi air hangat, latihan dasar
panggul, dan kompres dingin. Kompres dingin efektif digunakan untuk menurunkan
nyeri yang dialami ibu postpartum.
6
7
2. Pemeriksaan Fisik
2. Anresia Ani
Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (post operasi) dibuktikan
dengan P: pasien mengatakan nyeri pada bagian post operaso , Q: Ditusuk-tusuk, R:
Perut samping kiri, S: Skala nyeri 3, T: Timbul hilang, pasien tampak gelisah dan
meringis (SDKI, D.0077: Hal 172)
3. Labiopalatoschzisis
4. Hipospadia
Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (post operasi) dibuktikan
dengan P: pasien mengatakan nyeri pada bagian post operaso , Q: Ditusuk-tusuk, R:
tempat operasi di genitalia, S: Skala nyeri 3, T: Timbul hilang, pasien tampak gelisah
dan meringis (SDKI, D.0077: Hal 172)
7
8
2. Anresia Ani
SLKI Tingkat nyeri (L.08066) Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x12 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kiteria hasil:
Observasi
4) Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (terapi musik terapi
pijat, kompres hangat)
8
9
3. Labiopalatoschzisis
1. Bantu ibu dalam menyusui, bila ini adalah keinginan ibu. Posisikan dan
stabilkan.
2. 2.dan posisi puting yang stabil membentuk puting susu dengan baik di dalam
rongga kerja lidah dalam pemerasan susu mulut.
3. Bantu enstimulasi refleks ejeksi Asi
4. Hipospadia
SLKI Tingkat nyeri (L.08066) Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x12 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kiteria hasil:
9
10
- Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat
2. Anresia Ani
3. Labiopalatoschzisis
4. Hipospadia
10
11
2. Anresia Ani
3. Labiopalatoschzisis
4. Hipospadia
11
12
adalah analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan objektif, dan P : Planning
adalah pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk mencapai status
kesehatab klien yang optimal (Simanullang, 2019)
2. Anresia Ani
3. Labiopalatoschzisis
4. Hipospadia
12
13
13
14
- Tindakan medis ini juga dikenal dengan nama digital rectal examination (DRE).
DRE mungkin bisa menimbulkan ketidaknyamanan pada orang yang menjalaninya.
Namun pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mengevaluasi gangguan saluran
cerna, penyakit kelamin, serta masalah saluran kemih tertentu.
- Prosedur pemeriksaan bising usus cukup sederhana dan tidak memakan banyak
waktu. Anda akan diminta untuk berbaring terlentang. Dokter lalu menempelkan
stetoskop pada perut Anda untuk mendengarkan suara yang dihasilkannya. Dokter
akan memeriksa area kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah perut Anda.
Pemeriksaan dilakukan selama beberapa menit karena bising usus umumnya muncul
dalam bentuk siklus setiap 30 menit sekali. Frekuensi bising usus orang dewasa yang
normal adalah 5-30 kali per menit. Dokter mungkin akan mendengar bunyi deguk
yang panjang sesekali. Dokter masih akan terus mendengarkan suara perut Anda
untuk mengetahui apakah deguk tersebut normal. Frekuensi bising usus lebih rendah
dari rentang normal (hipoaktif) menandakan bahwa terjadi penurunan aktivitas usus.
Sebaliknya, nilai frekuensi yang lebih tinggi (hiperaktif) menandakan bahwa aktivitas
usus meningkat. Suara yang dihasilkan usus belum tentu menjadi gejala dari masalah
pencernaan. Akan tetapi, bising usus yang disertai gejala tertentu bisa saja
menandakan penyakit pada sistem pencernaan Anda.
14
15
Prosedur barium enema juga dapat disebut sebagai rontgen usus besar atau kolon.
Normalnya, rontgen biasa tidak dapat memberikan gambaran jelas dari jaringan lunak.
Namun dengan barium enema, zat barium akan melapisi permukaan usus besar dan
memberikan gambar hasil rontgen keadaan usus besar yang lebih jelas. Sebelum
menjalani pemeriksaan barium enema, Anda akan diminta mengosongkan usus besar
Anda terlebih dahulu. Pasalnya, gambaran rontgen bisa terganggu bila masih ada zat-
zat sisa di usus besar.
12.13 2.13 Prosedur Tindakan Pada Bayi dan anak dengan gangguan eliminasi/
kelainan kongenital
15
16
16
17
17
18
18
19
Botol/dot masih digunakan dalam pemberian minum pada bayi baru lahir di
Rumah Sakit (RS). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Righard tahun 2018,
bahwa bayi yang menggunakan botol/dot memiliki pola menghisap payudara yang
dangkal dibandingkan dengan bayi yang langsung menyusu pada payudara ibu serta
kelanjutan menyusu menjadi buruk bila bayi sudah diperkenalkan pada dot/botol
dalam pemberian minum.
19
20
penelitian lain yang menjelaskan tentang efek penggunaan dan keamanan dari sendok
dalam pemberian minum pada bayi (Dowling & Thanattherakul, 2021). Walaupun
sendok masih digunakan sebagai media pemberian minum pada bayi.
- Menghangatkan pasien.
- Memudahkan perawatan.
- Alat – alat tenun untuk tempat tidur terbuka ditambah satu selimut,
Cara kerja :
- Mencuci tangan.
- Mengangkat dan melipat sprei penutup jika tersedia tempat tidur ter-
tutup.- Mengangkat bantal dan membentangkan gulungan perlak dan
handuk pada bagian kepala.
- Melepaskan sprei dan selimut atas pada bagian kaki dari bawah kasurdan
kemudian di lipat ke atas.
- Memasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaantempat
tidur.
20
21
21
22
a. Sistem Kardiovaskuler
12.19 Harus dicatat setiap 15 menit pada beberapa kasus lebih sering
sehingga penderita stabil.Sesudah itu, tanda-tanda harus dicatat
setiap jam selama beberapa jam.
12.20 Masalah yang sering terjadi adalah pendarahan. Kehilangan
darah terjadi secara eksternal melalui drain atau insisi atau secara
internal lukabedah. Pendarahan dapat menyebabkan turunnya
tekanan darah: meningkatnya kecepatan denyut jantung dan
pernafasan (denyut nadi lemah, kulit dingin, lembab, pucat, serta
gelisah). Apabila pendarahan terjadi secara eksternal,
memperhatikan adanya peningkatan drainase yang mengandungi
darah pada balutan atau melalui drain.
b. Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Kesadaran
22
23
• Membuka mata
Spontan :4
Dengan perintah :3
Dengan nyeri :2
Tidak berespon :1
• Responmotorikterbaik
Dengan perintah :6
Melokalisasi nyeri :5
23
24
Fleksi Abnormal :3
Ekstensi Abnormal :2
Tidak berespon :1
• Respon verbal
Beorientasi :5
Bicara membingungkan :4
24
25
13.1.1 Bising usus adalah bunyi gemerincing pada usus yang dapat
didengar melalui stetoskop. Bising usus adalah kontraksi tonik
bersifat kontinu, berlangsung bermenit-menit, atau berjam-jam,
kadang-kadang meningkat atau menurun intensitasnya tetap
kontinu. Kontraksi ini dapat disebabkan ole serangkaian potensial
aksi atau perangsangan non elektronergik oleh hormone. Kontraksi
ritmik pada saluran pencernaan terjadi secepat 12 kali permenit
atau 3 kali permenit. Anestesi umum menimbulkan pelemasan,
relaksasi otot polos mengalami penurunan diperlukan suatu
tindakan mengembalikan bising usus dengan meningkatkan suhu
tubuh. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama
setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah,
dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.
1. Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembeda-
han, peritonitis, ileus paralitik
2. Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada di-
are atau gastro enteritis, obstruksi usus
Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah
(artery narrowing)
25
26
Prosedur Pelaksanaan
2. Mencuci tangan
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
2. Mempersiapkan pasien
9. Merapikan pasien
Tahap Terminasi
26
27
3. Mencuci tangan
Peralatan
1. Kertas tissue
2. Bengkok
3. Perlak/alas
Prosedur Pelaksanaan
Tahap PraInteraksi
2. Mencuci tangan
27
28
3. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
2. Mempersiapkan pasien
3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di-
abdomen
4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam
melaluihidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (ce-
gahlengkung pada punggung)
6. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
Tahap Terminasi
28
29
3. Mencuci tangan
Melatih Ambulasi
31
32
n) Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk
kemajuan dan penampilannya.
Membantu Berjalan
33
34
36
37
1) Definisi Obat
Obat yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan
biologis pada organ tubuh manusia (Batubara, 2018). Definisi lain
menjelaskan obat yang mengandung subtansi yang digunakan dalam proses
diagnosis, pengobatan, pemulihan dan perbaikan terhadap masalah kesehatan
tubuh. Obat adalah semua terapi primer yang memiliki hubungan erat dengan
proses penanganan penyakit (Potter & Perry, 2019). Jadi, resolusi obat
merupakan terapi primer tersusun atas zat kimia yang digunakan dalam proses
diagnosis, perbaikan atau perbaikan terhadap proses penyakit serta kaitannya
dengan organ tubuh secara biologis.
2) Prosedur pemberian obat
Dokter bertanggung jawab utama dalam pemberian resep obat
untuk masing-masing pasien yang diminta di rumah sakit. Kemudian
apoteker memberikan obat yang sesuai dengan resep dokter. Sementara cara
pemberian obat harus sesuai dengan prosedur dan tergantung pada keadaan
umum pasien, kecepatan tanggapan yang diinginkan, sifat dan tempat kerja
obat yang diinginkan serta pengawasan terkait efek obat dan sesuai dengan
SOP rumah sakit yang diperlukan (Depkes, 2014). Prosedur pemberian obat
berdasarkan prinsip 7 benar pemberian obat dari suatu kegiatan yang
dilakukan oleh perawat dalam memersiapkan obat yang diberikan kepada
pasien sebagai upaya untuk menghindari masalah yang diterima pasien (RSU
PKU Muhammadiyah Bantul, 2014).
3) Prinsip 7 benar-benar dalam pemberian obat
Perawat sebagai pelaksana dalam memberikan obat hanya
boleh menyediakan obat sesuai dengan resep yang telah diberikan oleh dokter
dan melakuk suatu pemeriksaan ulang yang ada pertanggungan jawab atas
verifikasi tersebut. Proses pemberian obat minimal menggunakan prinsip 7
benar dalam pemberian obat dengan cara membandingkan resep yang
diperoleh terhadap label obat. Berdasarkan prinsip 7 benar berdasarkan
standar yang berlaku di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul
nomor SPO.220 / 004/2014 yang direkomendasikan antara lain:
a. Benar pasien Perawat harus memastikan sebelum memberikan obat
yang diberikan benar sesuai dari catatan keperawatan dengan identitas
gelang klien. Identifikasi menggunakan dua identitas klien dan
penanda otentikasi klien
b. Benar dosis Setelah memastikan obat yang akan diberikan pada klien
benar, perawat juga perlu memastikan dosis dengan jumlah yang
benar. Semua perhitungan dosis obat harus diselesaikan ulang agar
tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
37
38
38
39
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2019). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Edisi 8
Vol 1. EGC. Jakarta.
Potter & Perry. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Edisi 4 Vol 2.
EGC. Jakarta
Supit L, Prasetyono TO. Cleft lip and palate review: Epidemiology, Risk Factors, Quality
of Life, and importance of classifications. Med J Indones Vol.17, No.4, October-
Desember 2008.
Sjamsuhidajat, de Jong. Kelainan bawaan. In Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. P.424-6.
Juniper RP, Smith WP. Cleft Lip and Palate. Developmental abnormalities of the face,
palate, jaws, and teeth. In Bailey Surgical Textbook. 2001. P.403-6.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC. Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta :
Sagung Seto. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Sri
Kurnianingsih (Fd), Monica Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:
EGC Ester (Alih bahasa) edisi - 4 Jakarta: EGC. Corwin. Elizabeth J. 2000. Buku
Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm
MAKALAH
39
40
Disusun oleh :
Kelompok 7
Viraynita 2020-01-14401-026
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
40
41
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Mata Kuliah
Keperawatan Anak yang diberikan Dosen kepada kami yaitu, Ibu Dina Rawan G.
Rana, S.Kep. Ners.
Tidak lupa juga Kami mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan Makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun, agar makalah ini bisa
berguna dan dapat di terima dengan baik.
Penulis
41
42
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................4
2.1.1 Definisi....................................................................................6
2.1.2 Penilaian..................................................................................6
2.1.3 Klasifikasi................................................................................6
2.1.5 Rujukan....................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................10
42
43
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
43
44
1) Bagi mahasiswa
2) Bagi Pendidikan
44
45
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
2.1.3 Klasifikasi
45
46
2.1.5 Rujukan
Menentukan perlunya dilakukan rujukan segera. Menentukan
memberikan rujukan harus mengetahui tanda bahaya umum dan klasifikasi
penyakit, yaitu :
- Rujukan untuk anak dengan tanda bahaya umum. Anak dengan
tanda bahaya umum berarti mempunyai klasifikasi berat, sehingga mereka
memerlukan rujukan.
- Rujukan berat atau penyakit sangat berat. Anak dengan klasifikasi
pneumonia berat atau penyakit sangat berat, benar-benar menderita sakit
yang serius dan membutuhkan rujukan segera untuk tindakan seperti
oksigen dan lain lain. Sebelum anak dirujuk, beri dosis pertama antibiotik
yang sesuai, untuk membantu mencegah pneumonia berat menjadi parah,
serta membantu mengobati infeksi berat seperti sepsis atau meningitis
46
47
47
48
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah modul yang secara rinci
menjelaskan penanganan balita sakit yang datang ke fasilitas kesehatan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI dalam Bahasa Inggris) merupakan suatu pendekatan
yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit usia 0-5 tahun secara
menyeluruh.
3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan dan
pembelajaran dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bayi baru lahir 0-5
Tahun sehingga dengan adanya makalah ini mahasiswa dapat tau dan memahami
lebih dalam tentang bagaima Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bayi baru
lahir 0-5 Tahun Penulis juga terbuka terhadap segala kritik maupun saran yang
mungkin dapat diberikan untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
49