M DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PERIAPENDIKULAR INFILTRAT
DIRUANG DAHLIA Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA
DISUSUN OLEH :
Nina Pebriana
2020-01-14401-022
DISUSUN OLEH :
Nina Pebriana
2020-01-14401-022
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................
2.1.1 Definisi.................................................................................................................
2.1.3 Etiologi...............................................................................................................
2.1.5 Patofisiologi........................................................................................................
2.1.6 Komplikasi.........................................................................................................
2.2.1 Pengkajian..........................................................................................................
3.1 Pengkajian.............................................................................................................
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................................
4.1 Kesimpulan............................................................................................................
4.2 Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
LEMBAR KONSUL...................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periapendikular Infiltrat adalah suatu keadaan menutupnya apendiks
dengan omentum, usus halus, atau adeneksa sehingga terbentuk massa
periapendikuler. Periapendisistis infiltrat adalah suatu peradangan yang disertai
adanya pembesaran pada apendiks periformis yang merupakan asaserbasi dari
proses peradangan akut, yang belum tertangani secara adekuat. Massa apendiks
lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya
tahan untuk membungkus proses radang. Appendisitis infiltrat didahului oleh
keluhan appendisitis akut yang kemudian disertai adanya massa periapendikular.
Gejala klasik apendisitis akut biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus
atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri
beralih kekuadran kanan, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau
batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu
tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual
dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen
yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan
semakin progresif.
Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun
perempuan. Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit
apendisitis. Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian
konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman
flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.
McBurney).
Hubungan antara dasar apendiks dan caecum tetap konstan tetapi ujung
appendiks dapat di temukan retrocaecal, pelvic, subcecal, preileal, atau kanan
pericolica.4
Gambar 1 Variasi posisi anatomi appendiks
2.1.5 Patofisiologi
Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan
seluruh lapisan dinsing apendis dalam waktu 24-48 jam pertama. Tekanan di
dalam sekum akan mingingkat jika katup ileosekal kompeten. Kombinasi tekanan
itnggi di sekum dan peningkatan flora kuman di kolon akibat sembelit menjadi
pencetus radang di mukosa apendiks. Pencetus lain ialah erosi dan tukak kecil dia
di selaput lendir oleh E. Histolytica dan penghambatan evakuasi isi apendiks.
Evakuasi ini terhambat oleh stenosis atau penyumbaan lumen atau gangguan
motilitas oleh pita atau adhesi dan faktor lain yang mengurangi gerakan bebas
apendiks. Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis komplit
yang meliputi semua lapisan dinding apendiks tentu dipengaruhi oleh berbagai
faktor pencetus setempat yang menghambat pegosongan lumen apendiks atau
mengganggu motilitas normal apendiks.
Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu
tersebut dapat berbeda beda setiap pasien karena di tentukn banyak fktor. Bila
sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding apendiks. Peradangna timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah akanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut. Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengna gnagrene. Stadium ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi
apendisitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dana
usus yeng berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa
lokal yang disebut infilrat apendikulalris.
Jika tidak terbentuk abses apendisitis akan sembuh dan massa apendikular
akan menjadi tenang untk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat. Pada
anak-anak akrena omentum lebih pendek dan apendik lebi apnjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua
perforasi terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.
Nyeri Akut
Kecemasan terhapap
penyakit
Ganggren
Apendiksitis
Dinding apendik rapuh
Supuratif acut
Infiltrat perforasi
Ansietas
Operasi
Risiko Infeksi
Pada pemeriksaan urin, sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan
eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter
atau vesika.
GENOGRAM KELUARGA :
Ket: Laki-laki
Perempuan
Pasien
Meninggal
Serumah
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
kesadaran compos mentis
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
b. Ekspresi wajah : Tenang
c. Bentuk badan : Endomorph
d. Cara berbaring/bergerak : Terlentang
e. Berbicara : Biasa/normal
f. Suasana hati : Datar
g. Penampilan : Cukup Rapi
a. Fungsi kognitif :
Orientasi waktu : Baik (Klien dapat mengetahui waktu ..............
pagi/malam)
Orientasi Orang : Baik (Klien dapat mengenal keluarga
dan perawat)
Orientasi Tempat : Baik (Klien tahu kalau berada di RS)
i. Halusinasi : Dengar/Akustic Lihat/Visual Lainnya
j. Proses berpikir : Blocking Circumstansial Flight oh ideas
Lainnya
k. Insight : Baik Mengingkari Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri : Adaptif Maladaptif
n. Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,50C Axilla Rektal Oral
a. Nadi/HR : 111 x/mt
b. Pernapasan/RR : 20 x/tm
c. Tekanan Darah/BP : 117/86 mm/Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : ………………………Batang/hari
Batuk, sejak : Tidak ada
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya …….………..
Sesak nafas saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesukuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya…………
Keluhan lainnya : Tidak Ada Keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
1. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4 (Compos Menthis)
V : 5 (Compos Menthis)
M : 6 (Compos Menthis)
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Apatis Soporus Coma
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif
Kiri Positif Negatif
Nyeri, lokasi ………………………………..
Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau minyak wangi
Nervus Kranial II : Tidak ada gangguan pengelihatan
Nervus Kranial III : Pasien dapat mengangkat kelopak matanya
keatas
Nervus Kranial IV : Tidak ada gangguan dalam pergerakan bola
mata
Nervus Kranial V : Tidak ada gangguan pada saat mengunyak
Nervus Kranial VI : Dapat menggerakkan bola mata kesamping
Nervus Kranial VII : Tidak ada gangguan pada saat berbicara
Nervus Kranial VIII : Tidak ada gangguan dalam pendengaran
Nervus Kranial IX : Tidak ada kesulitan pada saat menelan
Nervus Kranial X : Tidak ada gangguan
Nervus Kranial XI : Tidak ada gangguan anggota gerak badan
Nervus Kranial XII : Respon lidah baik
Uji Koordinasi :
6. SISTEM PENGINDERAAN :
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur
Ganda Buta/gelap
Gerakan bola mata : Bergerak normal Diam
Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :
Mata kiri (VOS) :
Selera Normal/putih Kuning/ikterus Merah/hifema
Konjunctiva Merah muda Pucat/anemic
Kornea Bening Keruh
Alat bantu Kacamata Lensa kontak
Lainnya…….
Nyeri : ...............................................................................
Keluhan lain:………………………………………………………
b. Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran : Berkurang Berdengung
Tuli
c. Hidung / Penciuman:
Bentuk : Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Transluminasi
Cavum Nasal Warna…………………..
Integritas……………..
Septum nasal Deviasi Perforasi
Peradarahan
Sekresi, warna ………………………
Polip Kanan Kiri Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
7. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa Ya Tidak
Jaringan Parut Ya Tidak
Kelenjar Limfe Teraba Tidak teraba
Kelenjar Tyroid Teraba Tidak teraba
Mobilitas leher Bebas Terbatas
8. SISTEM REPRODUKSI
a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
Gland Penis .................................................................
Maetus Uretra ..............................................................
Discharge, warna ........................................................
Srotum ....................................................................
Hernia ....................................................................
Kelainan ……………………………………………
Keluhan lain ………………………………………….
a. Reproduksi Wanita
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
Perdarahan .................................................................
Flour Albus ..............................................................
Clitoris .......................................................................
Labis ....................................................................
Uretra ....................................................................
Kebersihan : Baik Cukup
Kurang
Kehamilan : ……………………………………
Tafsiran partus : ……………………………………
Keluhan lain
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis
Warna areola ...................................................................................
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan lainnya
Masalah Keperawatan :
6. Nilai-Pola Keyakinan
Sebelum sakit klien beribadah ketempat beribadah, sesusdah sakit
hanya berdoa dalam hati
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa dayak dan bahasa indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Klien memiliki hubungan yang baik dan harmonis dengan keluarga
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien tampak dapat berhubungan yang dengan baik dengan teman dan
keluarga
5. Orang berarti/terdekat :
Istri, anak, dan keluarga
6. Kebiasaan menggunaka n waktu luang :
Kumpul bersama keluarga, menonton Tv
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien beribadah ketempat beribadah, sesusdah sakit
hanya berdoa dalam hati
F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,
PENUNJANG LAINNYA)
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran infiltrat abd kanan bawah. Appendik tak
teredeksi,proferasi? Kedua ginjal dan ureter normal
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
(NINA PEBRIANA)
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN MASALAH
PENYEBAB
DATA OBYEKTIF
DS: Peradangan peritonium
P: pasien mengatakan
mengalami nyeri dibagian
Apendiksitis
perut, Q : seperti ditusuk-
Supuratif acut
tusuk, R : dibagian perut,
S : skala nyeri 4 (sedang),
Nyeri didaerah kanan
T : hilang timbul
PRIORITAS MASALAH
No. Diagnosa Keperawatan Keperawatan Dasar
1 Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik dibuktikan dengan P: pasien
mengatakan mengalami nyeri dibagian perut, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : dibagian
perut, S : skala nyeri 4 (sedang), T : hilang timbul, pasien tampak gelisah dan
meringis (SDKI,D0077: Hal 172)
2 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan pasien
mengatakan kekhawatiran dengan akibat dari kondisi yang dihadapinya, pasien
tampak gelisah dan tampak tegang (SDKI,D0080 Hal 180)
Tanda
Hari/Tanggal tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama
Perawat
Selasa 21 Juni 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Nina
2022 10:00 WIB frekuensi, kualitas, intensitas Pasien mengatakan nyeri dibagian perut Pebriana
(Dx 1) 2) Mengidentifikasi skala nyeri kanan bawah
3) Memonitor efek samping penggunaan O :
analgetik Nyeri skala 4 (Sedang)
4) Berikan terapi nonfarmakologis untuk Pasein mendapat terapi musik dan pijat
mengurangi rasa nyeri (terapi musik terapi Pemberian analgetik aman
pijat, kompres hangat) Fasilitas istirahat dan TTV
tidur TD : 117/86 mm/Hg
5) Menjelaskan penyebab, priode, dan pemicu N : 111x/Menit
nyeri S : 36,5C
6) Menjelaskan strategi meredakan nyeri ( yaitu
RR : 20x/Menit
relaksasi napas dalam, dengan cara menarik
SPO2 : 99%
napas dari hidung lalu tahan 3-5 detik
A : Masalah belum teratasi
kemudian hembuskan melalui mulut secara
perlahan. Ulangi teknik relaksasi napas P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,5,6,
dalam tersebut sebanyak 3x)
7) Kolaborasi pemberian analgetik seperti
(Keterolac 1 Ampul (30 mg)/IV)
Selasa 21 Juni 1) Mengidentifikasi kemampuan mengambil S:
2022 10:00 WIB keputusan Pasien mengatakan sudah tidak cemas dan
(Dx 2) 2) Menciptakan suasana terapeutik untuk ketakutan
menumbuhkan kepercayaan O:
3) Menemani pasien untuk mengurangi Pasien tampak tenang
kecemasan, jika memungkinkan Pasien tampak santai
Menginformasikan secara faktual mengenai TTV
Nina
diagnosis, pengobatan, dan prognosis TD : 120/86 mm/Hg
Pebriana
4) Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama N : 110x/Menit
pasien. S : 36,5C
RR : 20x/Menit
SPO2 : 99%
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Rabu 22 Juni 2022 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Nina
14.30 WIB frekuensi, kualitas, intensitas Pasien mengatakan merasa nyeri di area
(Dx 1) 2) Mengidentifikasi skala nyeri perut post operasi
3) Memonitor efek samping penggunaan O :
analgetik Nyeri skala 4 (Sedang)
4) Berikan terapi nonfarmakologis untuk Pasein terlihat lemas
mengurangi rasa nyeri (terapi musik terapi Pemberian analgetik aman
pijat, kompres hangat)Fasilitas istirahat dan Pasien mulai paham penyebab nyeri
tidur
TTV
5) Menjelaskan penyebab, priode, dan pemicu
TD : 120/80 mm/Hg Pebriana
nyeri
N : 102x/Menit
6) Menjelaskan strategi meredakan nyeri ( yaitu
S : 36,7C
relaksasi napas dalam, dengan cara menarik
RR : 20x/Menit
napas dari hidung lalu tahan 3-5 detik
SPO2 : 96%
kemudian hembuskan melalui mulut secara
A : Masalah belum teratasi
perlahan. Ulangi teknik relaksasi napas
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,5,6,
dalam tersebut sebanyak 3x)
7) Kolaborasi pemberian analgetik seperti
(Keterolac 1 Ampul (30 mg)/IV)
Kamis 23 Juni 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Nina
2022 frekuensi, kualitas, intensitas Pasien mengatakan nyeri di area perut post Pebriana
15.00 WIB 2) Mengidentifikasi skala nyeri operasi mulai berkurang
(Dx 1) 3) Memonitor efek samping penggunaan O :
analgetik Nyeri skala 3 (Ringan)
4) Berikan terapi nonfarmakologis untuk Pasein mendapat terapi musik
mengurangi rasa nyeri (terapi musik terapi Pemberian analgetik aman
pijat, kompres hangat)Fasilitas istirahat dan Pasien mulai paham penyebab nyeri
tidur
5) Menjelaskan penyebab, priode, dan pemicu TTV
nyeri TD : 115/78 mm/Hg
6) Menjelaskan strategi meredakan nyeri ( yaitu N : 102x/Menit
relaksasi napas dalam, dengan cara menarik
S : 36,5C
napas dari hidung lalu tahan 3-5 detik
RR : 20x/Menit
kemudian hembuskan melalui mulut secara
SPO2 : 98%
perlahan. Ulangi teknik relaksasi napas
A : Masalah teratasi sebabagian
dalam tersebut sebanyak 3x)
P : Lanjutkan intervensi pemeberian analgetik
7) Kolaborasi pemberian analgetik seperti
(Keterolac 1 Ampul (30 mg)/IV
h. Tugas Pengorganisasian
Moderator : Yetri Dea P
1) Membuka acara penyuluhan
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4) Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5) Mengatur jalannya diskusi
Leader : Yetri Dea P
1. Menyampaikan materi penyeluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucap salam penutup
Fasilitator : Yetri Dea P
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegiatan
2. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan mengerdarkan absen peserta penyuluhan
i. Tempat
Setting tempat
Keterangan :
Leader dan moderator
Pasien
Fasilator
j. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1. Peserta hadir ditengah penyeluhan
2. Penyelengaraan diruang Dahlia
3. Pengorganisasisan penyelenggaraan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi proses
Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang kebutuhan dasar
manusia Manajemen Nyeri
Peserta tidak meninggalkan tempat penyeluhan
Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyeluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang hadir dalam penyuluhan
Materi
A. PENGERTIAN NYERI
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat indvidual yang
tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang,
mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit
dikomunikasikan oleh klien (Berman, 2019).
B. KLASIFIKASI NYERI
Berikut adalah klasifikasi tingkatan dalam nyeri:
a. Nyeri akut adalah sensasi jangka pendek kurang 3 bulan yang menyadarkan kita
akan adanya cedera. Seringkali nyeri diabaikan dan hanya dianggap sebagai gejala,
bukan sebagai penyakit yang harus diobati sehingga menjadi nyeri kronis.
b. Nyeri kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Sistem saraf anda
menerima sinyal rasa sakit dan nyeri yang konstan dari tubuh selama berbulan
bulan bahkan bertahun tahun. Nyeri kronis dapat menimbulkan rasa terbakar, mati
rasa, rasa seperti diiris atau ditusuk. Hal ini terjadi karena kerusakan pada saraf.
Tingkatan nyeri tterdiri dari skala 1-10 yang artinya sebagai berikut:
1. SKALA 1= (sangat ringan), seperti gigitan nyamuk
2. SKALA 2= (tidak menyenangkan), nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada
kulit.
3. SKALA 3= (bisa ditoleransi), nyeri Sangat terasa, seperti pukulan
ke hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter.
4. SKALA 4= ( Menyedihkan) Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi
5. SKALA 5= (sangat menyedihkan), Kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6. SKALA 6= (intens), Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak
fokus, komunikasi terganggu.
7. SKALA 7= (sangat intens), Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri.
8. SKALA 8= (benar-benar mengerikan), Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama.
9. SKALA 9= (menyiksa tak tertahankan), Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk segera
menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping
atau risikonya.
10. SKALA 10 = (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan), Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri.
4. Interaksi Sosial
a. Mengihndari percakapan atau kontak sosial
b. Berfokus pada aktivitas untuk mengurangi nyeri
c. Disorientasi waktu
D. MANAJEMEN NYERI
a. Distraksi
Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal-hal lain
sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contohnya:
1) Membayangkan hal-hal menarik dan indah
2) Membaca buku, koran sesuai dengan keinginan
3) Menonton TV
4) Mendengarkan musik, radio dll
b. Relaksasi
Teknik relaksasi memberi individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman
atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri. Sejumlah teknik relaksasi dapat
dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri dengan meminimalkan aktivitas
simpatik dalam sistem syaraf otonom. Teknik relkasasi dapat dilakukan
dengan:
1) Teknik massase/ pemijatan
2) Kompres panas atau dingin
3) Teknik relkasasi napas dalam
Tim Editor. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan
Zulkifli Amin, Asril bahar. 2016. tuberculosis paru, buku ajar penyakit dalam. Jakarta:
UI
LAMPIRAN PROMKES
LEMBAR KONSUL
LEMBAR KONSULTASI
PENULISAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
MAHASISWA PRODI SARJANA KEPERAWATAN