Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY.

M DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PERIAPENDIKULAR INFILTRAT
DIRUANG DAHLIA Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

DISUSUN OLEH :
Nina Pebriana
2020-01-14401-022

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI DIPLOMA KEPERAWATAN
2022
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY. M DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PERIAPENDIKULAR INFILTRAT
DIRUANG DAHLIA Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Praktik Klinik Keperawatan II


Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

DISUSUN OLEH :
Nina Pebriana
2020-01-14401-022

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI DIPLOMA KEPERAWATAN
2022
LEMAR PERSETUJUAN
Studi Kasus ini diajukan Oleh :
Nama : Nina Pebriana
NIM : 2020-01-14401-022
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Ny. M
Dengan Diagnosa Medis Periapendikular Infiltrat
Diruang Dahlia Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
Ditetapkan di : Palangka Raya
Tanggal : 20 Juni 2022

Dibuat Sebagai Syarat dalam Menempuh Praktik Klinik Keperawatan II Pada


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Suryagustina, Ners., M.Kep) (Riko, A.Md., Kep)


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada
Ny. M Dengan Diagnosa Medis Periapendikular Infiltrat Diruang Dahlia Dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya” Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Siti Shanty Sianipar S.Kep., M.Kes selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Amiyani Kristina, Ners.M.kep Selaku Penanggung Jawab Mata
Kuliah Praktik Praklinik Keperawatan II Sekaligus selaku pembimbing
akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan
bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini .
4. Ibu Suryagustina, Ners., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
5. Riko, A.Md., Kep selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
6. Secara khusus kepada pihak dari RSUD Dr. Doris Sylvanus yang telah
memberikan izin tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua
Palangkaraya, 21 Juni 2022
NINA PEBRIANA

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................

1.3 Tujuan Laporan Asuhan Keperawatan...................................................................

1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................................

1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN TEORI..............................................................................................

2.1 Konsep dasar Periapendikular.................................................................................

2.1.1 Definisi.................................................................................................................

2.1.2 Anatomi Fisiologi.................................................................................................

2.1.3 Etiologi...............................................................................................................

2.1.4 Tanda Dan Gejala...............................................................................................

2.1.5 Patofisiologi........................................................................................................

2.1.6 Komplikasi.........................................................................................................

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................

2.1.8 Penatalaksanaan medis.......................................................................................

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teori......................................................................

2.2.1 Pengkajian..........................................................................................................

2.2.2 Diangnosa Keperawtan.......................................................................................


2.2.3 Intervensi Keperawatan......................................................................................

2.2.4 Implementasi Keperawatan................................................................................

2.2.5 Evaluasi Keperawatan........................................................................................

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................

3.1 Pengkajian.............................................................................................................

BAB 4 PENUTUP..........................................................................................................

4.1 Kesimpulan............................................................................................................

4.2 Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

LAMPIRAN................................................................Error! Bookmark not defined.

LEMBAR KONSUL...................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periapendikular Infiltrat adalah suatu keadaan menutupnya apendiks
dengan omentum, usus halus, atau adeneksa sehingga terbentuk massa
periapendikuler. Periapendisistis infiltrat adalah suatu peradangan yang disertai
adanya pembesaran pada apendiks periformis yang merupakan asaserbasi dari
proses peradangan akut, yang belum tertangani secara adekuat. Massa apendiks
lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya
tahan untuk membungkus proses radang. Appendisitis infiltrat didahului oleh
keluhan appendisitis akut yang kemudian disertai adanya massa periapendikular.
Gejala klasik apendisitis akut biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus
atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri
beralih kekuadran kanan, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau
batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu
tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual
dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen
yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan
semakin progresif.
Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun
perempuan. Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan  kebiasaan mengkonsumsi
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit
apendisitis. Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian
konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman
flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat di
rumuskan permasalahan yaitu Bagaimana Asuhan Keperawatan Keperawtan
Medikal Bedah Ny M Diagnosa Medis Periapendikular Di Ruang Dahlia Dr.
Doris Sylavanus Palangkaraya?
1.3 Tujuan Laporan Asuhan Keperawatan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk
mendapatkan gambaran nyata mengenai Asuhan Keperawatan Keperawtan
Medikal Bedah Ny.M Diagnosa Medis Periapendikular Di Ruang Dahlia Dr.
Doris Sylavanus Palangkaraya
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan Laporan ini adalah untuk
mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata tentang :
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan Asuhan
Keperawatan Keperawtan Medikal Bedah Ny.M Diagnosa Medis
Periapendikular Di Ruang Dahlia Dr. Doris Sylavanus Palangkaraya
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa Asuhan Keperawatan
Keperawtan Medikal Bedah Ny.M Diagnosa Medis Periapendikular Di
Ruang Dahlia Dr. Doris Sylavanus Palangkaraya
3. Mahasiswa mampu melaksanakan Rencana Keperawatan Asuhan
Keperawatan Keperawtan Medikal Bedah Ny.M Diagnosa Medis
Periapendikular Di Ruang Dahlia Dr. Doris Sylavanus Palangkaraya
4. Mahasiswa mampu melaksanakan pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Keperawtan Medikal Bedah Ny.M Diagnosa Medis Periapendikular Di
Ruang Dahlia Dr. Doris Sylavanus Palangkaraya
5. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi Asuhan Keperawatan
Keperawtan Medikal Bedah Ny.M Diagnosa Medis Periapendikular Di
Ruang Dahlia Dr. Doris Sylavanus Palangkaraya
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Perawat
Untuk masukan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan
Keperawtan Medikal Bedah Ny.M Diagnosa Medis Periapendikular
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
baik pihak rumah sakit dalam pengembangan Asuhan Keperawtan
Medikal Bedah Ny.M Diagnosa Medis Periapendikular Di Ruang
Dahlia Dr. Doris Sylavanus Palangkaraya
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep dasar Periapendikular
2.1.1 Definisi
Periapendikular Infiltrat amerupakan suatu keadaan menutupnya apendiks
dengan omentum, usus halus, atau adeneksa sehingga terbentuk massa
periapendikuler.

Periapendisistis infiltrat adalah suatu peradangan yang disertai adanya


pembesaran pada apendiks periformis yang merupakan asaserbasi dari proses
peradangan akut, yang belum tertangani secara adekuat.

Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya


dapat dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga
membentuk massa (appendical mass). Umumnya massa apendiks terbentuk pada
hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa
apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena
daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup
panjang dan tebal untuk membungkus proses radang.

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.
Namun demikian, pada bayi, appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya
dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya
insiden appendisitis pada usia tersebut.
Appendiks vermiformis terletak di regio iliaca dextra, dan ujungnya
diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah garis yang
menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus (titik

McBurney).

Hubungan antara dasar apendiks dan caecum tetap konstan tetapi ujung
appendiks dapat di temukan retrocaecal, pelvic, subcecal, preileal, atau kanan
pericolica.4
Gambar 1 Variasi posisi anatomi appendiks

Pada 65% kasus, appendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu


memungkinkan appendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang
mesoappendiks penggantungnya. Oleh karenanya, gejala klinis appendisitis
ditentukan oleh letak appendiks.

Arteria appendicularis merupakan cabang arteri ileocaecalis (cabang


a.mesenterica superior). Arteri appendikularis merupakan arteri tanpa kolateral.
Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi maka appendiks
akan mengalami gangren.. Aliran darah balik yaitu melalui vena appendikularis
mengalirkan darahnya ke vena ileocaecal, kemudian menuju vena mesenterika
superior dan masuk ke sirkulasi portal.
Cabang-cabang saraf simpatis (nervus thoracalis X) dan parasimpatis
(nervus vagus) dari plexus mesentericus superior. Serabut saraf aferen yang
menghantarkan rasa nyeri visceral dari appendiks vermiformis berjalan bersama
saraf simpatis dan masuk ke medulla spinalis setinggi vertebra thoraxica X. Oleh
karena itu, nyeri visceral pada appendisitis bermula di sekitar umbilikus.
2.1.3 Etiologi
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. Fekalit
merupakan penyebab tersering dari obstruksi apendiks. Penyebab lainnya adalah
hipertrofi jaringan limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah
serat, dan cacing usus termasuk ascaris. Trauma tumpul atau trauma karena
colonoscopy dapat mencetuskan inflamasi pada apendiks. Post operasi apendisitis
juga dapat menjadi penyebab akibat adanya trauma atau stasis fekal. Frekuensi
obstruksi meningkat dengan memberatnya proses inflamasi. Fekalit ditemukan
pada 40% dari kasus apendisitis akut, sekitar 65% merupakan apendisitis
gangrenous tanpa rupture dan sekitar 90% kasus apendisitis gangrenous dengan
rupture.

Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi


mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian epidemiologi
menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh
konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya akan
mempermudah terjadinya apendisits akut.

2.1.4 Tanda Dan Gejala


Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan appendisitis akut yang
kemudian disertai adanya massa periapendikular. Gejala klasik apendisitis akut :
nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan. Dalam 2-12 jam
nyeri beralihàdengan mual muntah kekuadran kanan, yang akan menetap dan
diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan
demam yang tidak terlalu tinggi.

2.1.5 Patofisiologi
Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan
seluruh lapisan dinsing apendis dalam waktu 24-48 jam pertama. Tekanan di
dalam sekum akan mingingkat jika katup ileosekal kompeten. Kombinasi tekanan
itnggi di sekum dan peningkatan flora kuman di kolon akibat sembelit menjadi
pencetus radang di mukosa apendiks. Pencetus lain ialah erosi dan tukak kecil dia
di selaput lendir oleh E. Histolytica dan penghambatan evakuasi isi apendiks.
Evakuasi ini terhambat oleh stenosis atau penyumbaan lumen atau gangguan
motilitas oleh pita atau adhesi dan faktor lain yang mengurangi gerakan bebas
apendiks. Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis komplit
yang meliputi semua lapisan dinding apendiks tentu dipengaruhi oleh berbagai
faktor pencetus setempat yang menghambat pegosongan lumen apendiks atau
mengganggu motilitas normal apendiks.

Patofisiologi dasar appendisitis adalah obstruksi lumen appendiks yang


diikuti oleh infeksi. Obstruksi lumen appendiks menyebabkan pertumbuhan
bakteri y ang berlebihan dan produksi mukus yang terusmenerus sehingga terjadi
distensi intraluminal dan peningkatan tekanan dinding appendiks. Distensi
luminal mengakibatkan sensasi nyeri visceral yang dirasakan oleh pasien sebagai
nyeri periumbilikal. Berkurangnya aliran vena dan limfatik selanjutnya
mengakibatkan mukosa iskemia. Gabungan hal tersebut mengakibatkan proses
inflamasi lokal yang dapat berkembang menjadi gangren dan perforasi.

Upaya pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan


menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adenksa sehingga terbentuk
massa periapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringna berupa absess
yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan
sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang dan selanjutnya akan
mengurai diri secara lambat
Pada massa periapendikuler dengan pembentukan dinding yang belum
sempurna, dapat terjadi penyebaran pus ke seluruh rongga perioneum jika
perforasi diikuti oleh peritonitis purulenta generalisata.

Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu
tersebut dapat berbeda beda setiap pasien karena di tentukn banyak fktor. Bila
sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding apendiks. Peradangna timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah akanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut. Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengna gnagrene. Stadium ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi
apendisitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dana
usus yeng berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa
lokal yang disebut infilrat apendikulalris.

Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.


Infiltrat apendikualris merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai di
mukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam
pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengna membatasi proses radang
dengan menutup apendiks dengna omentum, usus halus, atau adneksa sehingga
terbentuk massa periapendikular.

Jika tidak terbentuk abses apendisitis akan sembuh dan massa apendikular
akan menjadi tenang untk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat. Pada
anak-anak akrena omentum lebih pendek dan apendik lebi apnjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua
perforasi terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.

Kecepatan rentetan peristiwa tersebut tergantung pada virulensi


mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum,
usus lain, peritoneum parietale,dan juga organ lain seperti vesika urinaria, tuba
uterina, mencoba membatasi dan melokalisisr proses peradangna ini. Walaupun
proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup kua menahan tahanan
atau tegangna dalam cavum abdominalis, oleh akrena itu penderita ahrus benar-
benar istirahat (bedrest). Apendiks aygn pernah radang tidak akan sembuh
sempurna, tetapi akan membentuk jaringna parut yang menyebabkan perlengketan
dengna jaringan sekitarnya. Perlengketan ini akan menimbulkan keluhan berulang
di perut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini akan dapat meradang kembali
dan dinyatakan sebgai eksaserbasi akut
Peradangan peritonium Apendiksitis
Supuratif acut

Aliran arteri terganggu

Nyeri didaerah kanan

Infrak dinding apendik

Nyeri Akut

Mual & Muntah Aliran arteri terganggu

Kecemasan terhapap
penyakit
Ganggren

Apendiksitis
Dinding apendik rapuh
Supuratif acut

Infiltrat perforasi
Ansietas

Infiltrat apendikularis Apendiksitis perforasi

Operasi

Risiko Infeksi

Pathway Periapendikular Infiltrat (Muttaqin dan Sari, 2018)


2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa
perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami
pendindingan berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan
lekuk usus halus. Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun
suatu peritonitis generalisata. Tanda-tanda terjadinya suatu perforasi adalah:
- Nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen
menyeluruh
- Suhu tubuh naik tinggi sekali.
- Nadi semakin cepat.
- Defance Muskular yang menyeluruh
- Bising usus berkurang
- Distensi abdomen
Akibat lebih jauh dari peritonitis generalisata adalah terbentuknya:
- Pelvic Abscess
- Subphrenic absess
- Intra peritoneal abses lokal.
Peritonitis merupakan infeksi yang berbahaya karena bakteri masuk kerongga
abdomen, dapat menyebabkan kegagalan organ dan kematian.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium, pada darah lengkap didapatkan leukosit ringan
umumnya pada apendisitis sederhana. Lebih dari 13.000/mm3 umumnya pada
apendisitis perforasi. Tidak adanya leukositosis tidak menyingkirkan apendisitis.
Hitung jenis leukosit terdapat pergeseran kekiri.

Pada pemeriksaan urin, sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan
eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter
atau vesika.

Pemeriksaan Radiologi, foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil


anamnesa atau pemeriksaan fisik meragukan. Tanda-tanda peritonitis kuadran
kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat ”ileal atau caecal ileus”
(gambaran garis permukaan air-udara disekum atau ileum). Patognomonik bila
terlihat gambar fekalit.

Pada CT Scan khususnya apendiceal CT, lebih akurat dibanding USG.


Selain dapat mengidentifikasi apendiks yang mengalami inflamasi (diameter lebih
dari 6 mm) juga dapat melihat adanya perubahan akibat inflamasi pada
periapendik.

Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan


awal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma colon.5 Tetapi untuk
apendisitis akut pemeriksaan barium enema merupakan kontraindikasi karena
dapat menyebabkan rupture apendiks.

2.1.8 Penatalaksanaan medis


a. Konservatif
- Pasien dewasa dengan massa periapendikular yang terpancang dengan
pendindingan sempurna, dianjurkan untuk dirawat dahulu dan diberi
antibiotik sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya
peritonitis.
- Pada periapendikuler infiltrat dilarang keras membuka perut, tindakan
bedah apabila dilakukan akan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak,
terlebih jika masa apendik telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak
serangan awal.
- Terapi konservatif meliputi :
 Total bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di cavum
douglassi.
 Diet lunak bubur saring.
 Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi
yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah
keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian, dilakukan
apendiktomi. Kalau sudah terjadi abses, dianjurkan drainase saja
dan apendiktomi dikerjakan setelah 6-8 minggu kemudian. Jika
ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun, dan pemeriksaan
jasmani dan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau
abses, dapat dipertimbangkan membatalakan tindakan bedah.
 Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja. Observasi suhu dan
nadi. Biasanya 48 jam gejala akan mereda. Bila gejala menghebat,
tandanya terjadi perforasi maka harus dipertimbangkan
appendiktomy. Batas dari massa hendaknya diberi tanda
(demografi) setiap hari. Biasanya pada hari ke5-7 massa mulai
mengecil dan terlokalisir. Bila massa tidak juga mengecil, tandanya
telah terbentuk abses dan massa harus segera dibuka dan
didrainase.
b. Operatif
- Massa periapendikular yang masih bebas.
- Bila sudah tidak demam, masa periapendikuler hilang dan leukosit
normal.
- Masa apendik dengan proses radang yang masih aktif.
- Pembedahan dilakukan segera jika dalam perawatan terjadi abses baik
dengan ataupun tanpa peritonitis umum.
c. Penderita periapendikular infiltrat diobservasi selama 6 minggu tentang:
- LED
- Jumlah leukosit
- Massa

d. Periapendikular infiltrat dianggap tenang apabila:


- Anamesa: penderita sudah tidak mengeluh sakit atau nyeri abdomen
- Pemeriksaan fisik:
o Keadaan umum penderita baik, tidak terdapat kenaikan suhu tubuh
(diukur rectal dan aksiler).
o Tanda-tanda apendisitis sudah tidak terdapat.
o Massa sudah mengecil atau menghilang, atau massa tetap ada
tetapi lebih kecil dibandi semula.
- Laboratorium: LED kurang dari 20, Leukosit normal.
e. Kebijakan untuk operasi periapendikular infiltrat:
- Bila LED telah menurun kurang dari 40.
- Tidak didapatkan leukositosis.
- Tidak didapatkan massa atau pada pemeriksaan berulang massa sudah
tidak mengecil lagi.
f. Bila LED tetap tinggi, maka perlu diperiksa:
- Apakah penderita sudah bed rest total.
- Pemberian makanan penderita
- Pemakaian antibiotik penderita.

g. Kemungkinan adanya sebab lain:


- Bila dalam 8-12 minggu masih terdapat tanda-tanda infiltrat atau tidak
ada perbaikan, operasi tetap dilakukan.
- Bila ada massa periapendikular yang fixed, ini berarti sudah terjadi
abses dan terapi adalah drainase.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teori
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama,umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
2. Keluhan utama: Sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah karena rasa nyeri dibagian perut.
3. Riwayat kesehatan masa lalu: Pasien mengatakan tidak mempunyai
riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga: Keluarga pasien mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit keluarga.
2.2.2 Diangnosa Keperawtan
1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik dibuktikan dengan
P: pasien mengatakan mengalami nyeri dibagian perut, Q : seperti ditusuk-
tusuk, R : dibagian perut, S : skala nyeri 4 (sedang), T : hilang timbul,
pasien tampak gelisah dan meringis (SDKI,D0077: Hal 172)
2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan pasien
mengatakan kekhawatiran dengan akibat dari kondisi yang dihadapinya,
pasien tampak gelisah dan tampak tegang (SDKI,D0080 Hal 180)
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder
terhadap nyeri. (SDKI,D0056: Hal 128)
4) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive apendiktomi.
(SDKI,D0142: Hal 304)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Tujuan
Diagnosa
(Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
hasil)
Nyeri akut SLKI Tingkat Manajemen Nyeri 1) Untuk
berhubungan nyeri (I.08238) mrngidentifikasi
dengan Agen (L.08066) lokasi, lokasi,
Observasi
pencedera Setelah karakteristik,
fisik diberikan 1) Identifikasi durasi, frekuensi,
dibuktikan asuhan lokasi, kualitas, intensitas
dengan P: keperawatan karakteristik, 2) Untuk
pasien 1x8 jam durasi, mengidentifikasi
mengatakan diharapkan frekuensi, skala nyeri
mengalami tingkat nyeri kualitas, 3) Untuk memonitor
nyeri dibagian menurun intensitas efek samping
perut, Q : dengan kiteria 2) Identifikasi skala penggunaan
seperti hasil: nyeri analgetik
ditusuk-tusuk, 3) Monitor efek 4) Untuk
1) Tingkat
R : dibagian samping memberikan
nyeri
perut, S : skala penggunaan terapi
menurun
nyeri 4 analgetik nonfarmakologis
dengan
(sedang), T : Terapeutik untuk mengurangi
skor 5
hilang timbul, 4) Berikan terapi rasa nyeri (terapi
2) Tingkat
pasien tampak nonfarmakologis musik terapi pijat,
gelisah
gelisah dan untuk kompres hangat)
pasien
meringis mengurangi rasa 5) Untuk
menurun
(SDKI,D0077 nyeri (terapi memfasilitas
dengan
: Hal 172) musik terapi istirahat dan tidur
skor 5
pijat, kompres 6) Menjelaskan
3) Tingkat
hangat) penyebab, priode,
meringis
5) Fasilitas istirahat dan pemicu nyeri
pasien
dan tidur 7) Menjelaskan
menurung
dengan Edukasi strategi
skor 4 6) Jelaskan meredakan nyeri
penyebab, 8) Untuk
priode, dan mengkolaborasi
pemicu nyeri pemberian
7) Jelaskan strategi analgetik
meredakan nyeri
Kolaborasi
8) Kolaborasi
pemberian
analgetik
Ansietas SLKI Tingkat Reduksi Ansietas 1) Mengidentifikasi
berhubungan Ansietas (I.09314) saat tingkat
dengan krisis (l.09093) 1) Identifikasi saat ansietas berubah
situasional Setelah tingkat ansietas (mis. kondisi,
dibuktikan diberikan berubah (mis. waktu, stresor)
dengan pasien asuhan kondisi, waktu, 2) Mengidentifikasi
mengatakan keperawatan stresor) kemampuan
kekhawatiran 1x8 jam 2) Identifikasi mengambil
dengan akibat diharapkan kemampuan keputusan
dari kondisi tingkat mengambil 3) Memonitor tanda-
yang Ansietas keputusan tanda ansietas
dihadapinya, menurun 3) Monitor tanda- (verbal dan
pasien tampak dengan kiteria tanda ansietas nonverbal)
gelisah dan hasil: (verbal dan 4) Menciptakan
tampak tegang nonverbal) suasana terapeutik
1) Perilaku
(SDKI,D0080 Terapeutik untuk
gelisah
Hal 180) 4) Ciptakan menumbuhkan
menurun
suasana kepercayaan
2) Perilaku
terapeutik untuk 5) Menemani pasien
tegang
menumbuhkan untuk mengurangi
menurun
kepercayaan kecemasan, jika
3) Frekuensi
pernapasan 5) Temani pasien memungkinkan
4) Tekanan untuk 6) Memahami situasi
darah mengurangi yan yang
5) Frekuensi kecemasan, jika membuat ansietas
nadi memungkinkan Dengarkan
6) Pahami situasi dengan penuh
yan yang perhatian
membuat 7) Menggunakan
ansietas pendekatan yang
Dengarkan tenang dan
dengan penuh meyakinkan
perhatian Tempatkan
7) Gunakan barang pribadi
pendekatan yang yang memberikan
tenang dan kenyamanan
meyakinkan 8) Mengidentifikasi
Tempatkan saat tingkat
barang pribadi ansietas berubah
yang (mis. kondisi,
memberikan waktu, stresor)
kenyamanan 9) Mendiskusikan
8) Motivasi perencanaan
mengidentifikasi realistis tentang
situasi yang peristiwa yang
memicu akan datang
kecemasan 10) Menjelaskan
9) Diskusikan prosedur,
perencanaan termasuk sensasi
realistis tentang yang mungkin
peristiwa yang dialami
akan datang 11) Menginformasika
Edukasi n secara faktual
10) Jelaskan mengenai
prosedur, diagnosis,
termasuk sensasi pengobatan, dan
yang mungkin prognosis
dialami 12) Menganjurkan
11) Informasikan keluarga untuk
secara faktual tetap bersama
mengenai pasien. Jika perlu
diagnosis, 13) Menganjurkan
pengobatan, dan umelakukan
prognosis kegiatan yang
12) Anjurkan tidak kompetitif,
keluarga untuk sesuai kebutuhan
tetap bersama 14) Menganjurkan
pasien. Jika mengungkapkan
perlu perasaan dan
13) Anjurkan persepsi
umelakukan 15) Melatih
kegiatan yang penggunaan
tidak kompetitif, mekanisme
sesuai kebutuhan pertahanan diri
14) Anjurkan yang tepat Latih
mengungkapkan teknik relaksasi
perasaan dan 16) Mengkolaborasi
persepsi pemberian obat
15) Latih antiansietas, jika
penggunaan perlu
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat Latih
teknik relaksasi
Kolaborasi
16) Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
Intoleransi SLKI SIKI Manajemen 1) Mengidentifikasi
aktivitas Toleransi energi (I.05178) gangguan fungsi
berhubungan Aktivitas Observasi tubuh yang
dengan Setelah 1) Identifikasi mengakibatkan
pembatasan diberikan gangguan fungsi kelelahan
gerak asuhan tubuh yang 2) Memonitor pola
sekunder keperawatan mengakibatkan dan jam tidur
terhadap 1x8 jam kelelahan 3) Memonitor
nyeri. diharapkan 2) Monitor pola kelelahan fisik
(SDKI,D0056 toleransi dan jam tidur dan emosional
: Hal 128) aktivitas 3) Monitor 4) Memonitor lokasi
meningkat kelelahan fisik dan
dengan kiteria dan emosional ketidaknyamanan
hasil: 4) Monitor lokasi selama melakukan
dan aktivitas
1) Kemudaha
ketidaknyamana Terapeutik
n dalam
n selama 5) Menyediakan
melakukan
melakukan lingkungan
aktivitas
aktivitas nyaman dan
sehari-hari
Terapeutik rendah stimulus
2) Kekuatan
5) Sediakan (mis, cahaya,
tubuh
lingkungan suara, kunjungan)
bagian atas
nyaman dan 6) Melakukan
dan bawah
rendah stimulus latihan rentang
3) Keluhan
(mis, cahaya, gerak pasif
lelah
suara, dan/atau aktif
4) Dispnea
kunjungan) Memberikan
saat
6) Lakukan latihan aktivitas distraksi
aktivitas
rentang gerak yang
pasif dan/atau menenangkan.
aktif Fasilitasi duduk di
7) Berikan aktivitas sisi tempat tidur,
distraksi yang jika tidak dapat
menenangkan. berpindah atau
Fasilitasi duduk berjalan
di sisi tempat 7) Menganjurkan
tidur, jika tidak tirah baring
dapat berpindah 8) Menganjurkan
atau berjalan melakukan
Edukasi aktivitas secara
8) Anjurkan tirah bertahap -
baring Anjurkan
9) Anjurkan menghubungi
melakukan perawat jika tanda
aktivitas secara dan gejala
bertahap - kelelahan tidak
Anjurkan berkurang
menghubungi 9) Menganjarkan
perawat jika strategi koping
tanda dan gejala untuk mengurangi
kelelahan tidak kelelahan
berkurang 10) Mengkolaborasi
10) Ajarkan strategi dengan ahli gizi
koping untuk tentang cara
mengurangi meningkatkan
kelelahan asupan makanan.
Kolaborasi
11) Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan
makanan.
Resiko tinggi SLKI Tingkat SIKI Pencegahan 1) Memonitor tanda
infeksi Infeksi Setelah Infeksi dan gejala infeksi
berhubungan diberikan Observasi lokal dan sistemik
dengan asuhan 1) Monitor tanda 2) Mematasi jumlah
prosedur keperawatan dan gejala pengunjung -
invasive 1x8 jam infeksi lokal dan Berikan
apendiktomi. diharapkan sistemik perawatan kulit
(SDKI,D0142 Tingkat Infeksi Terapeutik pada area edema
: Hal 304) menurun degan 2) Batasi jumlah 3) Mencuci tangan
kiteria hasil pengunjung - sebelum dan
Berikan sesudah kontak
1) Demam
perawatan kulit dengan pasien dan
menurun
pada area edema lingkungan pasien
2) Kemerahan
3) Cuci tangan 4) Mempertahankan
menurun
sebelum dan teknik aseptik
3) Nyeri
sesudah kontak pada pasien
menurun
dengan pasien berisiko tinggi
4) Bengkak
dan lingkungan Edukasi
menurun
pasien 5) Menjelaskan
4) Pertahankan tanda dan gejala
teknik aseptik infeksi
pada pasien 6) Mengajarkan cara
berisiko tinggi mencuci tangan
Edukasi dengan benar
5) Jelaskan tanda 7) Mengajarkan
dan gejala etika batuk
infeksi 8) Mengajarkan cara
6) Ajarkan cara memeriksa
mencuci tangan kondisi luka atau
dengan benar luka operasi
7) Ajarkan etika 9) Menganjurkan
batuk meningkatkan
8) Ajarkan cara asupan nutrisi
memeriksa 10) Menganjurkan
kondisi luka atau meningkatkan
luka operasi asupan cairan
9) Anjurkan 11) Mengkolaborasi
meningkatkan pemberian-
asupan nutrisi imunisasi, jika
10) Anjurkan perlu
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
11) Kolaborasi
pemberian-
imunisasi, jika
perlu

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pada proses ini perawat merealisasikan tindakan untuk mencapai tujuan.
Kegiatan dalam implementasi meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
observasi respon pasien, serta menilai data baru. Selain itu, perawat harus
mendokumentasikan setiap tindakan yang telah diberikan kepada pasien (Kozier
B, 2010).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Pada proses ini, intervensi keperawatan harus ditentukan apakah intervensi
tersebut harus diakhiri, dilanjutkan, dimodifikasi, ataupun dirubah. Evaluasi
dilakukan secara continue dimana evaluasi dilakukan segera setelah implementasi
dilaksanakan sehingga memungkinkan perawat untuk segera merubah atau
memodifikasi intervensi keperawatannya. Evaluasi tidak hanya dilaksanakan
segera setelah implementasi dilakukan, namun juga dilaksanakan pada interval
tertentu untuk melihat perkembangan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan (Kozier B, 2010)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Nina Pebriana
NIM : 2020-01-14401-022
Ruang Praktek : Dahlia
Tanggal Praktek : 20 Juni 2022
Tanggal & Jam Pengkajian : 14.00 WIB
3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTP/Sederajat
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Baamang I Sampit
Tgl MRS : 20 Juni 2022
Diagnosa Medis : Periappendicular Infiltrat
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1) Keluhan Utama :
P: Pasien mengatakan mengalami nyeri dibagian perut kanan bawah,
Q : seperti ditusuk-tusuk, R : dibagian perut, S : skala nyeri 4
(sedang), T : hilang timbul
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
± 1 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri dibagian perut kanan
bawah, tetapi tidak ada melakukan pemeriksaan. Setelah ± 1 bulan
tidak ada perubahan pasien masih merasa nyeri, kemudian pasien
memutuskan datang ke RSUD Dr. Murjani untuk berobat, lalu
dilakukan pemeriksaan USG dan mendapat diagnosa Periapendikular
Infiltrat. Lalu pada tanggal 20 Juni pasien dirujuk RSUD Dr. Doris
Sylvanus untuk dilakukan perawatan lebih lengkap.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga

GENOGRAM KELUARGA :

Ket: Laki-laki

Perempuan
Pasien

Meninggal

Serumah
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
kesadaran compos mentis
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
b. Ekspresi wajah : Tenang
c. Bentuk badan : Endomorph
d. Cara berbaring/bergerak : Terlentang
e. Berbicara : Biasa/normal
f. Suasana hati : Datar
g. Penampilan : Cukup Rapi
a. Fungsi kognitif :
 Orientasi waktu : Baik (Klien dapat mengetahui waktu ..............
pagi/malam)
 Orientasi Orang : Baik (Klien dapat mengenal keluarga
dan perawat)
 Orientasi Tempat : Baik (Klien tahu kalau berada di RS)
i. Halusinasi :  Dengar/Akustic  Lihat/Visual  Lainnya
j. Proses berpikir :  Blocking  Circumstansial  Flight oh ideas
 Lainnya
k. Insight :  Baik  Mengingkari  Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri :  Adaptif  Maladaptif
n. Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,50C  Axilla  Rektal  Oral
a. Nadi/HR : 111 x/mt
b. Pernapasan/RR : 20 x/tm
c. Tekanan Darah/BP : 117/86 mm/Hg

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : ………………………Batang/hari
 Batuk, sejak : Tidak ada

 Batuk darah, sejak : Tidak ada

 Sputum, warna : Tidak ada

 Sianosis

 Nyeri dada
 Dyspnoe nyeri dada  Orthopnoe  Lainnya …….………..
 Sesak nafas  saat inspirasi  Saat aktivitas  Saat istirahat
Type Pernafasan  Dada  Perut  Dada dan perut
 Kusmaul  Cheyne-stokes  Biot
 Lainnya
Irama Pernafasan  Teratur  Tidak teratur
Suara Nafas  Vesukuler  Bronchovesikuler
 Bronchial  Trakeal
Suara Nafas tambahan  Wheezing  Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya…………
Keluhan lainnya : Tidak Ada Keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak Ada

5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
 Nyeri dada  Kram kaki  Pucat

 Pusing/sinkop  Clubing finger  Sianosis

 Sakit Kepala  Palpitasi  Pingsan

 Capillary refill  > 2 detik  < 2 detik

 Oedema :  Wajah  Ekstrimitas atas


 Anasarka  Ekstrimitas bawah
 Asites, lingkar perut ……………………. cm

 Ictus Cordis  Terlihat  Tidak melihat


Vena jugularis  Tidak meningkat  Meningkat
Suara jantung  Normal,………………….
 Ada kelainan
Keluhan lainnya : Tidak Ada Keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak Ada

1. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4 (Compos Menthis)
V : 5 (Compos Menthis)
M : 6 (Compos Menthis)
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran :  Compos Menthis  Somnolent  Delirium
 Apatis  Soporus  Coma
Pupil :  Isokor  Anisokor
 Midriasis  Meiosis
Refleks Cahaya :  Kanan  Positif  Negatif
 Kiri  Positif  Negatif
 Nyeri, lokasi ………………………………..

 Vertigo  Gelisah  Aphasia  Kesemutan

 Bingung  Disarthria  Kejang  Trernor

 Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau minyak wangi
Nervus Kranial II : Tidak ada gangguan pengelihatan
Nervus Kranial III : Pasien dapat mengangkat kelopak matanya
keatas
Nervus Kranial IV : Tidak ada gangguan dalam pergerakan bola
mata
Nervus Kranial V : Tidak ada gangguan pada saat mengunyak
Nervus Kranial VI : Dapat menggerakkan bola mata kesamping
Nervus Kranial VII : Tidak ada gangguan pada saat berbicara
Nervus Kranial VIII : Tidak ada gangguan dalam pendengaran
Nervus Kranial IX : Tidak ada kesulitan pada saat menelan
Nervus Kranial X : Tidak ada gangguan
Nervus Kranial XI : Tidak ada gangguan anggota gerak badan
Nervus Kranial XII : Respon lidah baik
Uji Koordinasi :

2. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi Urine : ………….ml 4-7 x/hr
Warna : Kuning
Bau : Tidak Menyengat
 Tidak ada masalah/lancar  Menetes  Inkotinen
 Oliguri  Nyeri  Retensi
 Poliuri  Panas  Hematuri
 Dysuri  Nocturi
 Kateter  Cystostomi
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

3. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Mulut dan Faring
Bibir : Lembab
Gigi : Rapi
Gusi : Normal (Merah)
Lidah : Merah tua
Mukosa : Lembab
Tonsil : Normal
Rectum : Normal
Haemoroid : Tidak Ada
BAB : 1 x/hr Warna : Kuning Konsistensi : Lunak
 Tidak ada masalah  Diare  Konstipasi  Kembung
 Feaces berdarah  Melena  Obat pencahar  Lavement
Bising usus : 5 x/Menit
Nyeri tekan, lokasi : Tidak ada nyeri tekan
Benjolan, lokasi : Tidak ada benjolan
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

4. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


 Kemampuan pergerakan sendi  Bebas  Terbatas
Parese, lokasi
Paralise,lokasi
Hemiparese,lokasi
 Krepitasi, lokasi
 Nyeri, lokasi
 Bengkak, lokasi
 Kekakuan, lokasi
 Flasiditas, lokasi
 Spastisitas, lokasi
 Ukuran otot  Simetris
 Atropi
 Hipertropi
 Kontraktur
 Malposisi
Uji kekuatan otot :  Ekstrimitas atas 5|5  Ekstrimitas bawah 5|5
 Deformitas tulang, lokasi
 Peradangan, lokasi
 Perlukaan, lokasi
 Patah tulang, lokasi
Tulang belakang  Normal  Skoliosis
 Kifosis  Lordosis
5. KULIT-KULIT RAMBUT
Riwayat alergi  Obat
 Makanan
 Kosmetik
 Lainnya
Suhu kulit  Hangat  Panas  Dingin
Warna kulit  Normal  Sianosis/ biru 
Ikterik/kuning
 Putih/ pucat  Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor  Baik  Cukup  Kurang
Tekstur  Halus  Kasar
Lesi :  Macula, lokasi
Pustula, lokasi
Nodula, lokasi
 Vesikula, lokasi
 Papula, lokasi
 Ulcus, lokasi
Jaringan parut lokasi
Tekstur rambut
Distribusi rambut
Bentuk kuku  Simetris  Irreguler
 Clubbing Finger  Lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

6. SISTEM PENGINDERAAN :
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan :  Berkurang  Kabur
 Ganda  Buta/gelap
Gerakan bola mata :  Bergerak normal  Diam
 Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :
Mata kiri (VOS) :
Selera  Normal/putih  Kuning/ikterus  Merah/hifema
Konjunctiva  Merah muda  Pucat/anemic
Kornea  Bening  Keruh
Alat bantu  Kacamata  Lensa kontak
 Lainnya…….
Nyeri : ...............................................................................
Keluhan lain:………………………………………………………
b. Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran :  Berkurang  Berdengung 
Tuli
c. Hidung / Penciuman:
Bentuk :  Simetris  Asimetris
 Lesi

 Patensi

 Obstruksi

 Nyeri tekan sinus

 Transluminasi
Cavum Nasal Warna…………………..
Integritas……………..
Septum nasal  Deviasi  Perforasi 
Peradarahan
 Sekresi, warna ………………………
 Polip  Kanan  Kiri  Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
7. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa  Ya  Tidak
Jaringan Parut  Ya  Tidak
Kelenjar Limfe  Teraba  Tidak teraba
Kelenjar Tyroid  Teraba  Tidak teraba
Mobilitas leher  Bebas  Terbatas

8. SISTEM REPRODUKSI
a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
Gland Penis .................................................................
Maetus Uretra ..............................................................
Discharge, warna ........................................................
Srotum ....................................................................
Hernia ....................................................................
Kelainan ……………………………………………
Keluhan lain ………………………………………….
a. Reproduksi Wanita
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
Perdarahan .................................................................
Flour Albus ..............................................................
Clitoris .......................................................................
Labis ....................................................................
Uretra ....................................................................
Kebersihan :  Baik  Cukup
Kurang
Kehamilan : ……………………………………
Tafsiran partus : ……………………………………
Keluhan lain
Payudara :
 Simetris  Asimetris
 Sear  Lesi
 Pembengkakan  Nyeri tekan
Puting :  Menonjol  Datar  Lecet  Mastitis
Warna areola ...................................................................................
ASI  Lancar  Sedikit  Tidak keluar
Keluhan lainnya
Masalah Keperawatan :

D. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengerti tentang penyakit yang dideritanya setelah dijelaskan
perawat diruangan tersebut.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 160 Cm
BB sekarang : 55 Kg
BB Sebelum sakit : 60 Kg
Diet :
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Diet Khusus :
 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP
 Rendah Lemak  Rendah Purin 
Lainnya……….
 Mual
 Muntah…………….kali/hari
Kesukaran menelan  Ya  Tidak
Rasa haus  Ya  Tidak
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Frekuensi/hari 3x/hari 3x/hari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan sayur dan ikan sayur dan ikan
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 1500 cc 1500 cc
jam
Kebiasaan makan Pagi,siang,dan malam Pagi,siang,dan
malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada keluhan

1. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit : Siang ± 2 Jam, Malam ± 8 Jam
Sesudah sakit : Siang ± 2 Jam, Malam ± 8 Jam
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah
2. Kognitif :
Pasien mengatakan cemas atas penyakit yang dideritanya, sehingga dia
takut untuk dioperasi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran) :
Tidak bisa dikaji
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien mampu beraktivitas sendiri, sesudah sakit
berativis sendiri seperti mengganti baju dan ke wc dan bejalan
disekitar tempat tidur
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5. Koping –Toleransi terhadap Stress
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

6. Nilai-Pola Keyakinan
Sebelum sakit klien beribadah ketempat beribadah, sesusdah sakit
hanya berdoa dalam hati
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa dayak dan bahasa indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Klien memiliki hubungan yang baik dan harmonis dengan keluarga
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien tampak dapat berhubungan yang dengan baik dengan teman dan
keluarga
5. Orang berarti/terdekat :
Istri, anak, dan keluarga
6. Kebiasaan menggunaka n waktu luang :
Kumpul bersama keluarga, menonton Tv
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien beribadah ketempat beribadah, sesusdah sakit
hanya berdoa dalam hati
F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,
PENUNJANG LAINNYA)

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Hemoglobin 10,9 L:13,5-18,0 P:11,5-16,0 g%
Leukosit 12.590 4.500-11.000 mm3
18-06- Trombosit 502.000 150.000-400.000 mm3
2022 MCV 80 80-100 fl
MCH 25 27-34 fg
MCHC 31 32-36 g/dl

 Pemeriksaan Radiologi
Gambaran infiltrat abd kanan bawah. Appendik tak
teredeksi,proferasi? Kedua ginjal dan ureter normal

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tanggal Nama obat Dosis Indikasi

21 Juni Asam untuk mengurangi atau menghentikan


500mg/ml/IV
2022 Tranexsmat perdarahan.

untuk meredakan nyeri sedang hingga


Ketarolac 10 mg/IV
berat

untuk mengobati gejala atau penyakit


Ranitidin 1 Ampul/IV yang berkaitan dengan produksi asam
lambung berlebih

Meropenem 1G/IV untuk menangani berbagai penyakit


infeksi bakteri, seperti meningitis,
infeksi kulit yang parah, infeksi organ
dan lapisan perut, atau infeksi saluran
pernapasan.

Palangkaraya 20 Juni 2022


Mahasiswa

(NINA PEBRIANA)
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN MASALAH
PENYEBAB
DATA OBYEKTIF
DS: Peradangan peritonium
P: pasien mengatakan
mengalami nyeri dibagian
Apendiksitis
perut, Q : seperti ditusuk-
Supuratif acut
tusuk, R : dibagian perut,
S : skala nyeri 4 (sedang),
Nyeri didaerah kanan
T : hilang timbul

Agen Pecedera Fisik Nyeri Akut (D.0077)


DO:
 Pasien tampak meringis
Nyeri Akut
 Pasien tampak gelisah
TTV:
TD: 117/86 mmHg
R: 20x/menit
N: 111x/menit
SPO2: 99%
S: 36,5°C
DS: krisis situasional
Pasien mengatakan
kekhawatiran dengan akibat ancaman Terhadap
dari kondisi yang Konsep Diri
dihadapinya Ansietas (D.0080)
DO: kekhawatiran
 Pasien tampak gelisah mengalami kegagalan
 Pasien tampak tegang
Ansietas
Risiko infeksi berhubungan Prosedur Invasive Risiko Infeksi
dengan Prosedur Invasive Apendiktomi.
Apendiktomi.
(D.0142)
Risiko infeksi

PRIORITAS MASALAH
No. Diagnosa Keperawatan Keperawatan Dasar
1 Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik dibuktikan dengan P: pasien
mengatakan mengalami nyeri dibagian perut, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : dibagian
perut, S : skala nyeri 4 (sedang), T : hilang timbul, pasien tampak gelisah dan
meringis (SDKI,D0077: Hal 172)
2 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan pasien
mengatakan kekhawatiran dengan akibat dari kondisi yang dihadapinya, pasien
tampak gelisah dan tampak tegang (SDKI,D0080 Hal 180)

3 Risiko Infeksi berhubungan dengan Prosedur Invansive Apendiktomi


RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.M

Ruang Rawat : DAHLIA

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Nyeri akut berhubungan Selasa, Juni 2022 10:00 WIB Selasa,21 Juni 2022 10:00 WIB 1) Untuk mrngidentifikasi
dengan Agen pencedera SLKI Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238) lokasi, lokasi, karakteristik,
fisik dibuktikan dengan Setelah diberikan asuhan durasi, frekuensi, kualitas,
Observasi
P: pasien mengatakan keperawatan 1x8 jam intensitas
mengalami nyeri diharapkan tingkatnyeri 1) Identifikasi lokasi, 2) Untuk mengidentifikasi
dibagian perut, Q : menurun dengan kiteria hasil: karakteristik, durasi, skala nyeri
seperti ditusuk-tusuk, R : frekuensi, kualitas, intensitas 3) Untuk memonitor efek
1) Tingkat nyeri menurun
dibagian perut, S : skala 2) Identifikasi skala nyeri samping penggunaan
dengan skor 5
nyeri 4 (sedang), T : 3) Monitor efek samping analgetik
2) Tingkat gelisah pasien
hilang timbul, pasien penggunaan analgetik 4) Untuk memberikan terapi
menurun dengan skor 5
tampak gelisah dan (Keterolac) nonfarmakologis untuk
3) Tingkat meringis pasien
meringis (SDKI,D0077: Terapeutik mengurangi rasa nyeri
menurun dengan skor 4
Hal 172) 4) Berikan terapi (terapi musik terapi pijat,
nonfarmakologis untuk kompres hangat)
mengurangi rasa nyeri (terapi 5) Untuk memfasilitas istirahat
musik terapi pijat, kompres dan tidur
hangat) 6) Menjelaskan penyebab,
5) Fasilitas istirahat dan tidur priode, dan pemicu nyeri
Edukasi 7) Menjelaskan strategi
6) Jelaskan penyebab, priode, meredakan nyeri
dan pemicu nyeri 8) Untuk mengkolaborasi
7) Jelaskan strategi meredakan pemberian analgetik
nyeri
Kolaborasi
8) Kolaborasi pemberian
analgetik
Ansietas berhubungan Selasa 21 Juni 2022 10:00 Selasa 21 Juni 2022 10:00 WIB 1) Mengidentifikasi saat
dengan krisis situasional WIB SLKI Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314) tingkat ansietas berubah
dibuktikan dengan pasien (l.09093) Setelah diberikan 1) Identifikasi saat tingkat (mis. kondisi, waktu,
mengatakan asuhan keperawatan 1x8 jam ansietas berubah (mis. kondisi, stresor)
kekhawatiran dengan diharapkan tingkat Ansietas waktu, stresor) 2) Mengidentifikasi
akibat dari kondisi yang menurun dengan kiteria hasil: 2) Identifikasi kemampuan kemampuan mengambil
dihadapinya, pasien mengambil keputusan keputusan
1) Perilaku gelisah menurun
tampak gelisah dan dengan skor 5 3) Monitor tanda-tanda ansietas 3) Memonitor tanda-tanda
tampak tegang 2) Perilaku tegang menurun (verbal dan nonverbal) ansietas (verbal dan
(SDKI,D0080 Hal 180) dengan skor 5 Terapeutik nonverbal)
3) Frekuensi pernapasan 4) Ciptakan suasana terapeutik 4) Menciptakan suasana
membaik dengan skor 5 untuk menumbuhkan terapeutik untuk
4) Tekanan darah menurun kepercayaan menumbuhkan kepercayaan
dengan skor 5 5) Temani pasien untuk 5) Menemani pasien untuk
5) Frekuensi nadi membaik mengurangi kecemasan, jika mengurangi kecemasan, jika
dengan skor 5 memungkinkan memungkinkan
6) Pahami situasi yan yang 6) Memahami situasi yan yang
membuat ansietas Dengarkan membuat ansietas
dengan penuh perhatian Dengarkan dengan penuh
7) Gunakan pendekatan yang perhatian
tenang dan meyakinkan 7) Menggunakan pendekatan
Tempatkan barang pribadi yang tenang dan
yang memberikan meyakinkan Tempatkan
kenyamanan barang pribadi yang
8) Motivasi mengidentifikasi memberikan kenyamanan
situasi yang memicu 8) Mengidentifikasi saat
kecemasan tingkat ansietas berubah
9) Diskusikan perencanaan (mis. kondisi, waktu,
realistis tentang peristiwa stresor)
yang akan datang 9) Mendiskusikan perencanaan
Edukasi realistis tentang peristiwa
10) Jelaskan prosedur, termasuk yang akan datang
sensasi yang mungkin dialami 10) Menjelaskan prosedur,
11) Informasikan secara faktual termasuk sensasi yang
mengenai diagnosis, mungkin dialami
pengobatan, dan prognosis 11) Menginformasikan secara
12) Anjurkan keluarga untuk tetap faktual mengenai diagnosis,
bersama pasien. Jika perlu pengobatan, dan prognosis
13) Anjurkan umelakukan 12) Menganjurkan keluarga
kegiatan yang tidak untuk tetap bersama pasien.
kompetitif, sesuai kebutuhan Jika perlu
14) Anjurkan mengungkapkan 13) Menganjurkan umelakukan
perasaan dan persepsi kegiatan yang tidak
15) Latih penggunaan mekanisme kompetitif, sesuai kebutuhan
pertahanan diri yang tepat 14) Menganjurkan
Latih teknik relaksasi mengungkapkan perasaan
Kolaborasi dan persepsi
16) Kolaborasi pemberian obat 15) Melatih penggunaan
antiansietas, jika perlu mekanisme pertahanan diri
yang tepat Latih teknik
relaksasi
16) Mengkolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda
Hari/Tanggal tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama
Perawat
Selasa 21 Juni 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Nina
2022 10:00 WIB frekuensi, kualitas, intensitas  Pasien mengatakan nyeri dibagian perut Pebriana
(Dx 1) 2) Mengidentifikasi skala nyeri kanan bawah
3) Memonitor efek samping penggunaan O :
analgetik  Nyeri skala 4 (Sedang)
4) Berikan terapi nonfarmakologis untuk  Pasein mendapat terapi musik dan pijat
mengurangi rasa nyeri (terapi musik terapi  Pemberian analgetik aman
pijat, kompres hangat) Fasilitas istirahat dan TTV
tidur TD : 117/86 mm/Hg
5) Menjelaskan penyebab, priode, dan pemicu N : 111x/Menit
nyeri S : 36,5C
6) Menjelaskan strategi meredakan nyeri ( yaitu
RR : 20x/Menit
relaksasi napas dalam, dengan cara menarik
SPO2 : 99%
napas dari hidung lalu tahan 3-5 detik
A : Masalah belum teratasi
kemudian hembuskan melalui mulut secara
perlahan. Ulangi teknik relaksasi napas P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,5,6,
dalam tersebut sebanyak 3x)
7) Kolaborasi pemberian analgetik seperti
(Keterolac 1 Ampul (30 mg)/IV)
Selasa 21 Juni 1) Mengidentifikasi kemampuan mengambil S:
2022 10:00 WIB keputusan  Pasien mengatakan sudah tidak cemas dan
(Dx 2) 2) Menciptakan suasana terapeutik untuk ketakutan
menumbuhkan kepercayaan O:
3) Menemani pasien untuk mengurangi  Pasien tampak tenang
kecemasan, jika memungkinkan  Pasien tampak santai
Menginformasikan secara faktual mengenai TTV
Nina
diagnosis, pengobatan, dan prognosis TD : 120/86 mm/Hg
Pebriana
4) Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama N : 110x/Menit
pasien. S : 36,5C
RR : 20x/Menit
SPO2 : 99%

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Rabu 22 Juni 2022 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Nina
14.30 WIB frekuensi, kualitas, intensitas  Pasien mengatakan merasa nyeri di area
(Dx 1) 2) Mengidentifikasi skala nyeri perut post operasi
3) Memonitor efek samping penggunaan O :
analgetik  Nyeri skala 4 (Sedang)
4) Berikan terapi nonfarmakologis untuk  Pasein terlihat lemas
mengurangi rasa nyeri (terapi musik terapi  Pemberian analgetik aman
pijat, kompres hangat)Fasilitas istirahat dan  Pasien mulai paham penyebab nyeri
tidur
TTV
5) Menjelaskan penyebab, priode, dan pemicu
TD : 120/80 mm/Hg Pebriana
nyeri
N : 102x/Menit
6) Menjelaskan strategi meredakan nyeri ( yaitu
S : 36,7C
relaksasi napas dalam, dengan cara menarik
RR : 20x/Menit
napas dari hidung lalu tahan 3-5 detik
SPO2 : 96%
kemudian hembuskan melalui mulut secara
A : Masalah belum teratasi
perlahan. Ulangi teknik relaksasi napas
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,5,6,
dalam tersebut sebanyak 3x)
7) Kolaborasi pemberian analgetik seperti
(Keterolac 1 Ampul (30 mg)/IV)
Kamis 23 Juni 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Nina
2022 frekuensi, kualitas, intensitas  Pasien mengatakan nyeri di area perut post Pebriana
15.00 WIB 2) Mengidentifikasi skala nyeri operasi mulai berkurang
(Dx 1) 3) Memonitor efek samping penggunaan O :
analgetik  Nyeri skala 3 (Ringan)
4) Berikan terapi nonfarmakologis untuk  Pasein mendapat terapi musik
mengurangi rasa nyeri (terapi musik terapi  Pemberian analgetik aman
pijat, kompres hangat)Fasilitas istirahat dan  Pasien mulai paham penyebab nyeri
tidur
5) Menjelaskan penyebab, priode, dan pemicu TTV
nyeri TD : 115/78 mm/Hg
6) Menjelaskan strategi meredakan nyeri ( yaitu N : 102x/Menit
relaksasi napas dalam, dengan cara menarik
S : 36,5C
napas dari hidung lalu tahan 3-5 detik
RR : 20x/Menit
kemudian hembuskan melalui mulut secara
SPO2 : 98%
perlahan. Ulangi teknik relaksasi napas
A : Masalah teratasi sebabagian
dalam tersebut sebanyak 3x)
P : Lanjutkan intervensi pemeberian analgetik
7) Kolaborasi pemberian analgetik seperti
(Keterolac 1 Ampul (30 mg)/IV

Jum`at 24 Juni 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Nina


2022 frekuensi, kualitas, intensitas  Pasien mengatakan nyeri makin berkurang Pebriana
21.20 WIB 2) Mengidentifikasi skala nyeri O:
(Dx 1) 3) Memonitor efek samping penggunaan  Nyeri skala 2 (Ringan)
analgetik  Pasien melakukan relaksasi napas dalam
4) Berikan terapi nonfarmakologis untuk  Pemberian analgetik aman
mengurangi rasa nyeri (terapi musik terapi  Pasien mulai paham penyebab nyeri
pijat, kompres hangat)Fasilitas istirahat dan
tidur TTV
5) Menjelaskan penyebab, priode, dan pemicu TD : 125/85 mm/Hg
nyeri N : 97 x/Menit
6) Menjelaskan strategi meredakan nyeri ( yaitu
S : 36,6C
relaksasi napas dalam, dengan cara menarik
RR : 20x/Menit
napas dari hidung lalu tahan 3-5 detik
SPO2 : 99%
kemudian hembuskan melalui mulut secara
A : Masalah teratasi sebabagian
perlahan. Ulangi teknik relaksasi napas
P : Lanjutkan intervensi pemeberian analgetik
dalam tersebut sebanyak 3x)
dan terapi nonfarmakologis
7) Kolaborasi pemberian analgetik seperti
(Keterolac 1 Ampul (30 mg)/IV
Nama dan
No Tanggal Catatan Perkembangan (SOAP) Tanda Tangan
Perawat/Bidan
S:
Pasien masih mengatakan nyeri pada bagian perut
dengan 4 (sedang)
O:
1 21 Juni 2022 - Pasien tampak cemas Nina pebriana
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
S:
Pasien mengatakan lemas
O:
2 22 Juni 2022 Nina pebriana
Keadaan umum cukup, terpasang infus
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
S:
Pasien mengatakan nyeri post OP
3 23 Juni 2022 O: kesadaran umun baik, kesadaran compos mentis Nina pebriana
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan Intervensi pemebrian ketorolax 3x1
S:
Pasien mengatakan nyeri post OP
4 24 Juni 2022 O: kesadaran umun baik, kesadaran compos mentis Nina pebriana
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan Intervensi manajemen nyeri
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Periapendikular Infiltrat adalah merupakan suatu keadaan menutupnya apendiks
dengan omentum, usus halus, atau adeneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler.
Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat
dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk
massa (appendical mass). Umumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak
peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa apendiks lebih sering
dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah
berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk
membungkus proses radang.
4.2 Saran
4.2.1 Pasien
Di harapkan kepada pasien untuk selalu menjaga kesehatan dan pola istirahat
yang cukup serta menjaga keseimbangan pola makan dengan asupan makanan yang
bernutrisi dan bergizi untuk memenuhi kesehatan tubuh. Dan juga minum obat secara
teratur selama masa pemulihan.
4.2.2 RSUD
Mari kita berikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, agar seluruh
kebutuhan masyarakat tentang kesehatannya dapat terpenuhi dan ciptakanlah suasana
pelayanan yang terbaik agar masyarakat lebih mau lagi melakukan pemeriksaan
kesehatan kepada tenaga kesehatan.
4.2.3 Penulis
Diharapkan dengan adanya praktik PKK II di RSUD Dr. Doris Sylvanus
membuat penulis mengerti dan mempelajari bagaimana pelayanan yang baik yang
harus diberikan kepada pasien agar kebutuhan pasien terpenuhi. Dan penulis dapat
menambah referensi serta meningkatkan keterampilan praktiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan
Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta,
2019,hlm.639-646.

Buckius, et al., 2019.Changing epidemiology of acute appendicitis in the United States:


study period 1993-2008.J Surg Res. 2019 Jun 15;175(2):185-90. doi:
10.1016/j.jss.2011.07.017. Epub 2011 Aug 9.
Thomas, Gloria A.,et. Al. Angka kejadian apendisitis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode Oktober 2018 – September 2019. Jurnal e-Clinic (eCl),
Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016.
Mansjoer,A., dkk. 2019. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Penerbit
MediaAesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Reksoprodjo, S., dkk.2015. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bina Rupa
Aksara. Jakarta.
Ellis H, Nathanson LK. Appendix and Appendectomy. In : Maingot’s Abdominal
Operations Vol II. 10th edition. Ed: Zinner Mj, Schwartz SI, Ellis H, Ashley
SW, McFadden DW. Singapore: McGraw Hill Co. 2019: 1191-222
Soybel DI. Appedix In: Surgery Basic Science and Clinical Evidence Vol 1. Ed: Norton
JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass HI, Thompson
RW. New York: Springer Verlag Inc. 2019: 647-62
Prinz RA, Madura JA. Appendicitis and Appendiceal Abscess. In: Mastery of Surgery
Vol II. 4th edition. Ed: Baker RJ, Fiscer JE. Philadelphia. Lippincott Williams
& Wilkins. 2019: 1466-78
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Manajemen Nyeri


Sub pokok bahasan : penyuluhan tentang Manajemen Nyeri
Hari, Tanggal : Senin, 7 November 2022
Waktu : 15 menit
Tempat : Ruang ICVCU RSUD Dr.DORIS SYLVANUS

a. Topik : Kebutuhan Manajemen Nyeri pada manusia


b. Sasaran
1) Program : Keluarga dan pasien diruang ICVCU
2) Penyuluhan :Pendidikan kesehatan kebutuhan Manajemen Nyeri pada
manusia
c. Tujuan
1) Umum :
Pasien dan keluarga pasien mampu memahami tentang pentingnya tentang
nyeri
2) Khusus :
Setelah penyuluhan pasien dan keluarga pasien dapat :
1) Menyebutkan pengertian tentang Manajemen Nyeri
2) Menyebutkan tujuan Manajemen Nyeri
3) Menyebutkan fakyot yang mempengaruhi Manajemen Nyeri
4) Menyebutkan dampak yang sering timbul pada masalah Manajemen Nyeri
5) Menyebutkan jenis-jenis Manajemen Nyeri
d. Materi :
a. Menyebutkan pengertian tentang Manajemen Nyeri
b. Menyebutkan tujuan Manajemen Nyeri
c. Menyebutkan fakyot yang mempengaruhi Manajemen Nyeri
d. Menyebutkan dampak yang sering timbul pada masalah Manajemen Nyeri
e. Menyebutkan jenis-jenis Manajemen Nyeri
e. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
f. Media : Lefleat
g. Waktu pelaksana:
1) Hari, tanggal : Rabu 23 Juni 2022
2) Pukul : 10:00-10:30 WIB
3) Alokasi Waktu : 30 Menit

NO Kegiatan Waktu Metode


Pembukaan, perkenalan menyampaikan
1 5 Menit Leaflet
kontrak (Tujuan, Materi dan Waktu)
2 Menyampaikan materi penyuluhan 3 Menit Leaflet
3 Tanya Jawab 2 Menit Leaflet
4 Evaluasi 3 Menit Leaflet
5 Penutup 2 Menit Leaflet

h. Tugas Pengorganisasian
Moderator : Yetri Dea P
1) Membuka acara penyuluhan
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4) Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5) Mengatur jalannya diskusi
Leader : Yetri Dea P
1. Menyampaikan materi penyeluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucap salam penutup
Fasilitator : Yetri Dea P
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegiatan
2. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan mengerdarkan absen peserta penyuluhan

i. Tempat
Setting tempat

Keterangan :
Leader dan moderator

Pasien

Fasilator

j. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1. Peserta hadir ditengah penyeluhan
2. Penyelengaraan diruang Dahlia
3. Pengorganisasisan penyelenggaraan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi proses
 Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang kebutuhan dasar
manusia Manajemen Nyeri
 Peserta tidak meninggalkan tempat penyeluhan
 Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyeluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang hadir dalam penyuluhan
Materi

A. PENGERTIAN NYERI
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat indvidual yang
tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang,
mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit
dikomunikasikan oleh klien (Berman, 2019).

B. KLASIFIKASI NYERI
Berikut adalah klasifikasi tingkatan dalam nyeri:
a. Nyeri akut adalah sensasi jangka pendek kurang 3 bulan yang menyadarkan kita
akan adanya cedera. Seringkali nyeri diabaikan dan hanya dianggap sebagai gejala,
bukan sebagai penyakit yang harus diobati sehingga menjadi nyeri kronis.
b. Nyeri kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Sistem saraf anda
menerima sinyal rasa sakit dan nyeri yang konstan dari tubuh selama berbulan
bulan bahkan bertahun tahun. Nyeri kronis dapat menimbulkan rasa terbakar, mati
rasa, rasa seperti diiris atau ditusuk. Hal ini terjadi karena kerusakan pada saraf.
Tingkatan nyeri tterdiri dari skala 1-10 yang artinya sebagai berikut:
1. SKALA 1= (sangat ringan), seperti gigitan nyamuk
2. SKALA 2= (tidak menyenangkan), nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada
kulit.
3. SKALA 3= (bisa ditoleransi), nyeri Sangat terasa, seperti pukulan
ke hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter.
4. SKALA 4= ( Menyedihkan) Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi
5. SKALA 5= (sangat menyedihkan), Kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6. SKALA 6= (intens), Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak
fokus, komunikasi terganggu.
7. SKALA 7= (sangat intens), Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri.
8. SKALA 8= (benar-benar mengerikan), Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama.
9. SKALA 9= (menyiksa tak tertahankan), Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk segera
menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping
atau risikonya.
10. SKALA 10 = (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan), Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri.

C. TANDA DAN GEJALA NYERI


1. Suara
a. Menangis
b. Merintih
c. Menarik/menghembuskan nafas
2. Ekspresi Wajah
a. Meringis
b. Menggigit lidah, mengatupkan gigi
c. Tertutup rapat/membuka mata atau mulut
d. Menggigit bibir
3. Pergerakan Badan
a. Kegelisahan
b. Mondar-mandir
c. Gerakan menggosok atau berirama
d. Melindungi tubuh
e. Otot tegang

4. Interaksi Sosial
a. Mengihndari percakapan atau kontak sosial
b. Berfokus pada aktivitas untuk mengurangi nyeri
c. Disorientasi waktu

D. MANAJEMEN NYERI
a. Distraksi
Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal-hal lain
sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contohnya:
1) Membayangkan hal-hal menarik dan indah
2) Membaca buku, koran sesuai dengan keinginan
3) Menonton TV
4) Mendengarkan musik, radio dll
b. Relaksasi
Teknik relaksasi memberi individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman
atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri. Sejumlah teknik relaksasi dapat
dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri dengan meminimalkan aktivitas
simpatik dalam sistem syaraf otonom. Teknik relkasasi dapat dilakukan
dengan:
1) Teknik massase/ pemijatan
2) Kompres panas atau dingin
3) Teknik relkasasi napas dalam

E. MANFAAT TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah.
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami
nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi
oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang
menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan
otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan metode
efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan dengan mekanismenya yang menghentikan
siklus nyeri.
Berikut beberapa manfaat teknik relaksasi napas dalam:
1) Membuat lebih mampu menghindari stress
2) Mengurangi bahkan mengatasi masalah yang berhubungan dengan stressseperti:
sakit kepala, pusing, sulit tidur, hipertensi, mual, muntah, nyeri punggung dan
nyeri lainnya.
3) Menurunkan dan mengatasi kecemasan
4) Membantu menyembuhkan penyakit tertentu seperti darah tinggi dsb
5) Meningkatkan penampilan kerja dan social
F. PROSEDUR TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM
Teknik pernapasan ini dikenal dengan teknik napas dalam 478, yang dikenalkan
oleh Dr. Andrew Weill dari Arizona. Dimana teknik napas dalam ini bisa dilakukan
sederhana, tidak memakan waktu, tidak memerlukan peralatan, dan dapat dilakukan
dimana saja.
Teknik ini dapat membantu orang mengantuk, bahkan tertidur dalam waktu
setidaknya 60 detik. Berikut penjelasan teknik napas dalam 478
1) Angka 4 mengacu pada udara yang boleh kita hirup. Pejamkan mata sebelum
memulai meditasi lalu hirup udara selama 4 detik.
2) Angka 7 mengacu pada saat dimana kita harus menhan napas. Jadi disarankan
untuk tidak menghirup atau membuang napas selama 7 hitungan.
3) Angka 8 mengacu pada saat kita menghembuskan napas. Usahan untuk
membuang napas melalui mulut secara perlahan. Hitung hingga 8 kali hitungna
ketika Anda membuang napas.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2019. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta:EGC

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mansjoer, et al. 2019. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Prince A. Silvia. 2015. pathofisiologi. Edisi 4. jakarta:EGC

Tim Editor. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan

Zulkifli Amin, Asril bahar. 2016. tuberculosis paru, buku ajar penyakit dalam. Jakarta:
UI
LAMPIRAN PROMKES
LEMBAR KONSUL

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jl. Beliang No. 110 Palangka Raya Telp. (0536) 3227707
E-mail : stikesekaharap110@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI
PENULISAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
MAHASISWA PRODI SARJANA KEPERAWATAN

NAMA : Nina Pebriana


NIM : 2020-01-14401-022
Judul Laporan Asuhan Keperawatan : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Ny.
M Dengan Diagnosa Medis Periapendikular
Infiltrat Diruang Dahlia Dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya
PEMBIMBING I (Akademik) : Suryagustina, Ners., M.Kep
PEMBIMBING II (Lahan Praktik) : Riko A.Md.,Kep
KEGIATAN BIMBINGAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Paraf
No Hari/Tgl/waktu Catatan Pembimbing
Pembimbing Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai