DISUSUN OLEH :
Desri Handayani
2019.C.11a.1004
Desri Handayani
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
PENDAHULUAN
Terapi penggantian ginjal yang tersedia untuk pasien dengan stadiun akhir adalah dialisis dan
transplantasi ginjal (Kallenbach, 2015). Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang
paling banyak dipilih oleh pasien PGK. Meskipun demikian, tidak semua toksik dapat
dikeluarkan dari tubuh. Tujuan utama hemodialisis adalah menghilangkan gejala yaitu
mengendalikan uremia, kelebihan cairan, dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada
pasien PGK. Hemodialisis efektif mengeluarkan cairan elektrolit dan sisa metabolisme tubuh,
sehingga secara tidak langsung bertujuan untuk memperpanjang umur pasien (Kallenbach,
2015).
Terus meningkatnya angka GGK dengan hemodialisa membuat Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia menetapkan program untuk mengatasinya melalui upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit ginjal kronik dengan meningkatkan upaya promotif dan preventif dengan
modifikasi gaya hidup, yaitu dengan melakukan aktivitas fisik teratur, makan makanan sehat
(rendah lemak, rendah garam, tinggi serat), kontrol tekanan darah dan gula darah, monitor berat
badan, minum air putih minimal 2 liter perhari, tidak mengkonsumsi obat-obatan yang tidak
dianjurkan, dan tidak merokok. Selain itu pemerintah juga mendorong implementasi program
Posbindu Pelayanan Penyakit Tidak Menular adar dapat dilakukan deteksi dini terhadap penyakit
gagal ginjal kronik. (KEMENKES, 2018).
Berdasarkan masih tingginya prevalensi angka kejadian CKD on Hd, khususnya di
Indonesia, dan juga melihat dari segi sebab akibat yang dapat di timbulkan, maka saya tertarik
untuk membahas lebih lanjut tentang CKD on Hd dengan sesak nafas dan asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. M Ckd On Hd Dengan Sesak Nafas di ruang
Hemodialisis di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus PalangkaRaya
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. M Ckd On Hd
Dengan Sesak Nafas di ruang Hemodialisis di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus
PalangkaRaya
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melengkapi asuhan keperawatan pada Tn. M Ckd On Hd Dengan
Sesak Nafas di ruang Hemodelisis di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus PalangkaRaya
1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. M Ckd On Hd
Dengan Sesak Nafas di ruang Hemodialisis di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus
PalangkaRaya
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah keperawatan pada
asuhan keperawatan kepada Tn. M dengan diagnosa medis Ckd On Hd Dengan Sesak
Nafas di ruang Hemodialisis di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus PalangkaRaya
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang mencakup intervensi asuhan
keperawatan kepada Tn. M dengan diagnosa medis Ckd On Hd Dengan Sesak Nafas di
ruang Hemodialisis di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus PalangkaRaya
1.3.2.5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau pelaksanan tindaakan asuhan asuhan
keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis Ckd On Hd Dengan Sesak Nafas di
ruang Hemodialisis di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus PalangkaRaya
1..3.2.6 Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan kepada Tn. M dengan
diagnosa medis Ckd On Hd Dengan Sesak Nafas di ruang Hemodialisis di Rumah Sakit
dr. Doris Sylvanus PalangkaRaya
1.3.2.7 Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan kepada Tn. M
dengan diagnosa medis Ckd On Hd Dengan Sesak Nafas di ruang Hemodialisis di Rumah
Sakit dr. Doris Sylvanus PalangkaRaya
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan
menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Penyakit Ckd On Hd Dengan Sesak Nafas dan Asuhan
Keperawatannya.
1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan mutu
pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan diagnosa medis Penyakit Ckd On Hd
Dengan Sesak Nafas melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu serta
menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi CKD
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal ireversibel di mana terjadi
kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan, dan
elektrolit. Dimana kerusakan ini ditandai dengan ketidaknormalan komposisi darah atau urin,
kerusakan ginjal yang berlangsung lebih dari tiga bulan, serta terjadi penurunan LFG kurang dari
60 ml/menit/ 1,73 m² selama tiga bulan (Nurbadriyah, 2021).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu
mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin
dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan
fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Abdul, 2017).
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini merupakan masalah
kesehatan yang penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin meningkat,
pengobatan pengganti ginjal yang harus di jalani oleh penderita gagal ginjal merupakan
pengobatan yang sangat mahal. Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan penderita
gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga di sebut sebagai terapi pengganti karena berfungsi
menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang sering di lakukan adalah
hemodialisis dan peritonealialisa. Diantara kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan utama dan
metode perawatan yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah hemodialisis (Arliza dalam
Nita Permanasari, 2018).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan progresif dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk dalam Dwy Retno Sulystianingsih,
2018).
Dari beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan definisi CKD on Hd dengan
Hipotensi adalah Penyakit ginjal yang telah berlangsung lama sehingga menyebabkan gagal
ginjal. Ginjal menyaring kotoran dan kelebihan cairan dari darah. Apabila ginjal tidak berfungsi,
kotoran menumpuk.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Ginjal adalah dua buah organ berbentuk menyerupai kacang merah yang berada di kedua
sisi tubuh bagian belakang atas, tepatnya dibawah tulang rusuk manusia. Ginjal sering disebut
bawah pinggang. Bentuknya seperti kacang dan letaknya di sebelah belakang rongga perut,
kanan kiri dari tulang punggung. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna
merah keunguan. Setiap ginjal panjangnya 12-13 cm dan tebalnya 1,5-2,5 cm. Pada orang
dewasa beratnya kira-kira 140 gram. Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar
pada hilus (sisi dalam). Di atas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenalis (Irianto,
2013).
Manifestasi klinis:
Gagal ginjal kronik bersifat persisten atau irreversible. Gagal Tanda gejala yang sering terjadi pada gagal ginjal Kemungkinan
ginjal kronik juga berkaitan dengan ketidakmampuan renal Jaringan ginjal kurang O2 dan nutrisi akan mengalami Edema atau pembengkakan pada mata
berfungsi dengan adekuat untuk keperluan tubuh sehingga kaki, tungkai, atau tangan akibat penumpukan cairan,
memerlukan penanganan berupa dialisis maupun Nyeri dada, terutama jika ada penumpukan cairan pada
transplantasi (Aspiani, 2015). jaringan jantung.Sesak napas, jika ada penumpukan cairan
Chronic Kidney Disease (CKD)
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone
Penurunan Gangguan
Tirah baring lama
PePh, HCO3, BE produksi urine Retensi air metabolism protein
dan Na dan Foetoruremik
Hiperkalemia
Kelemahan
Asidosis metabolik Iritasi saluran
Penurunan Anoreksia,
kencing nausea, vomitus
Gangguan produksi urine MK: Intoleransi
MK: Risiko
Pernafasan kusmaul konduksi jantung Aktivtas
Perfusi Perifer
Tidak Efektif Oliguri,
Respon Kurangnya asupan
hipotalamus, anuri, edema makanan
Kesulitan bernafas Aritmia
pelapasan mediator
kimiawi (sitokinin,
MK: Risiko MK: Defisit Nutrisi
MK: Pola Napas bradikinin.
Ketidakseimbang
Tidak Efektif
an Cairan
MK: Nyeri Akut
2.1.4 Manifestasi Klinis CKD
Menurut Smelzer dan Bare (2002), manifestasi gagal ginjal kronik terbagi menjadi berbagai
sistem yaitu:
Sistem Manifestasi Klinis
Kardiovaskuler Hipertensi, friction rub perikardial,
pembesaran vena leher
2.2.2 Etiologi
Sebagian besar kasus sesak nafas terjadi karena kondisi jantung ataupun paru-paru.
Jantung dan paru-paru memiliki peran untuk mengangkut oksigen ke jaringan dan
menghilangkan karbondioksida. Jika salah satu dari proses ini mempengaruhi pernafasan maka
dapat menyebabkan sesak nafas.
Sesak nafas biasanya datang secara tiba-tiba memiliki sejumlah penyebab, seperti :
1. Asma
2. Keracunan karbonmonoksida
3. Gagal jantung
4. Tekanan darah rendah
5. Pneumonia
6. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
7. Obesitas
Terapi Oksigen
Observasi:
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika
perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas
Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan tahap pelaksanaan dari
berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam tahap implementasi
keperawatan, petugas kesehatan harus sudah memahami mengenai tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien. Suatu koordinasi dan kerja sama sangatlah penting untuk dijaga dalam tahap
implementasi keperawatan sehingga ketika terjadi hal yang tidak terduga, maka petugas
kesehatan akan berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lainnya untuk saling bekerjasama
dalam pemecahan masalah. Tahap implementasi keperawatan dilakukan untuk melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan guna membantu mengatasi masalah yang dialami pasien
(Prabowo, 2018).
2.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dan
seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat menilai
pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil
evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan
(Prabowo, 2018).
b. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui sikap ibu
ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
c. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada rencana
keperawatan
d. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau assesmen