S
DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAYON KECEMATAN JEKAN
RAYA KOTA PALANGKA RAYA
Disusun Oleh:
NIM : 2018.C.10a.0923
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kayon Palangka Raya
”Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK4). Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners. Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
4. Ibu Kristalili, S.Kep., Ners Selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan ini
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat
mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................3
DAFTAR ISI................................................................................................................4
BAB 1 LATAR BELAKANG.....................................................................................6
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................7
1.4 Manfaat................................................................................................................8
LATAR BELAKANG
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan agar dapat mengetahui dan
memahami konsep Penyakit Diabetes mellitus dan agar dapat melakukan
pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitar agar tidak mengalami
Diabetes mellitus
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Manfaat penulisan bagi klien dan keluarga yaitu agar klien dan keluarga dapat
mengetahui gambaran umum dari Diabetes mellitus beserta tanda gejala serta
perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan yang tepat
dalam lingkungan keluarganya.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Manfaat penulisan bagi Pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai referensi
bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang konsep Diabetes
mellitus dan ilmu tentang asuhan keperawatan dengan Diabetes mellitus
Manfaat penulisan Bagi Rumah Sakit yaitu agar dapat digunakan sebagai acuan
dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan bagi pasien khusunya pasien
Diabetes mellitus..
1.4.4 Untuk IPTEK
Mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di bidang
kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
mellitus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2.1 Insulin
Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-pulau
Langerhans di pankreas) adalah sebuah hormon yang terdiri dari 2 rantai polipeptida
yang mengatur metabolisme karbohidrat (glukosa glikogen). Dua rantai
dihubungkan oleh ikatan disulfida pada posisi 7 dan 20 di rantai A dan posisi 7 dan
19 di rantai B (Guyton & Hall, 2012).
2.1.3 Etiologi
Diabetes melitus menurut Kowalak, (2011); Wilkins, (2011); dan Andra, (2013)
mempunyai beberapa penyebab, yaitu:
1. Hereditas Peningkatan kerentanan sel-sel beta pancreas dan perkembangan
antibodi autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta.
2. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress)
Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi pancreas. Infeksi
virus coxsakie pada seseorang yang peka secara genetic. Stress fisiologis dan
emosional meningkatkan kadar hormon stress (kortisol, epinefrin, glucagon,
dan hormon pertumbuhan), sehingga meningkatkan kadar glukosa darah.
3. Perubahan gaya hidup
Pada orang secara genetik rentan terkena DM karena perubahan gaya hidup,
menjadikan seseorang kurang aktif sehingga menimbulkan kegemukan dan
beresiko tinggi terkena diabetes melitus.
4. Kehamilan
Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasental yang berkaitan dengan
kehamilan, yang mengantagoniskan insulin.
5. Usia
Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes melitus
6. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam tubuh. Insulin
yang tersedia tidak efektif dalam meningkatkan efek metabolic.
7. Antagonisasi
efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara lain diuretic
thiazide, kortikosteroid adrenal, dan kontraseptif hormonal.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2013 (ADA
2013) :
No Klasifikasi Diabetes Etiologi
1. DM Tipe I 1. Adanya destruksi sel beta pankreas karena auotoimun.
2. Menentukan sekresi insulin sedikit atau tidak sama
sekali dapat menggunakan level protein c-peptida
yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama
sekali.
3. Manifestasi klinik pertama dari DM Tipe I adalah
ketoasidosis.
2. DM Tipe II 1. Terjadi hiperinsulinemia yang merupakan menurunya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati.
2. Sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap
adanya glukosa.
3. Onset DM Tipe II terjadi perlahan-lahan sehingga
gejalanya asimptomatik dan biasanya terdiagnosis
setelah terjadi komplikasi.
3. DM Tipe lain 1. Defek genetik fungsi sel beta
2. Defek genetik kerja insulin
3. Penyakit eksokrin pankreas
4. Penyakit metabolik endokrin lain
5. Latrogenik
6. Infeksi virus
7. Penyakit autoimun
8. Kelainan genetik lain
4. DM Gestasional 1. Terjadi selama masa kehamilan dimana intoleransi
glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan
(Trimester 2 & 3).
2. Meningkatnya komplikasi
3. Memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM yang
menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah
melahirkan
2.1.6 Patofisiologi
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu
glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prosprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di eksresikan ke dalam urin,
eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan
ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia). (Smeltzer dan Bare, 2015).
WOC
(Genetik, polahidup,
usia)
DM Tipe
,
DIABETES MELLITUS
2.1.9 Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua berdasarkan
lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik (Smeltzer dan Bare,
2015 ; PERKENI, 2015).
1. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis Diabetik (KAD) KAD merupakan komplikasi akut DM yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600
mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+)
kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300- 320 mOs/mL) dan terjadi
peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
2) Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) Pada keadaan ini terjadi peningkatan
glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis,
osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-),
anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
3) Hipoglikemia Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami
keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak
keringat, 34 gementar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai
koma (PERKENI, 2015).
.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatan
yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam 2010).
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB,
alamat
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi
keluhan, intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat
atau memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai
dan upaya-upaya yang telah dilakukan perawat disini harus
menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya seperti: gatal, panas,
mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami masalah kulit sebelumnya.
3) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Tanyakan pasien tentang tanda-tanda dan gejala-gejala yang
ditunjukkan; nyeri ulu hati, indigesti, mual, muntah; jika terdapat gejala;
apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau
minum terlalu banyak atau terlalu cepat
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate
meningkat.
c. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
1) Kepala Dan Rambut
Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan
warna rambut serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada
daerah tersebut, menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan kerusakan
kulit.
2) Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya dan
gangguan penglihatan.
3) Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul
pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret.
4) Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
5) Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen. Pada penderita yang bet rest dengan posisi miring
maka, kemungkinan akan terjadi ulkus didaerah daun telinga.
6) Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya
pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.
d. Pemeriksaan Dada Dan Thorax
Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama pernafasan,
vokal premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung, dan bunyi jantung
tambahan, perkusi thorax untuk mencari ketidak normalan pada daerah
thorax.
e. Abdomen
Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas. Selidiki apakah orang lain di lingkungan pasien
mempunyai gejala-gejala serupa; apakah sudah dimuntahkan darah atau
telah menelan suatu elemen penyebab. Lakukan pengkajian fisik lengkap.
Perhatikan nyeri tekan abdomen, dehidrasi, dan bukti bukti kelainan
sistemik yang mungkin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala.
f. Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan ulkus dan
paraplegi terpasang kateter untuk buang air kecil.
g. Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam waktu
lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
h. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila
terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual
muntah, dan kaku kuduk.
.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas (SIKI I.01011 Hal 186)
keperawatan 1x7 jam manajemen jalan Tindakan
efektif berhubungan dengan
napas membaik dengan kriteria hasil : Observasi
penurunan energi (D.0005 1) Frekuensi napas membaik (5) ₋ Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2) Dispnea menurun (5) ₋ Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi,
Hal.26)
3) Penggunaan otot bantu wheezing, ronkhi kering)
menurun menurun (5) ₋ Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4) Napas cuping hidung menurun Terapeutik
(5) ₋ Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
5) Pola napas membaik (5) chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
₋ Posisikan semi-Fowler atau Fowler Berikan minum
hangat
₋ Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
₋ Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
₋ Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
₋ Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
₋ Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
₋ Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
₋ Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi berhubungan Status Nutrisi (L.03030) Hal. 121 Manajemen Nutrisi (I.03119) Hal.200
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 1) Identifikasi status nutrisi
dengan penurunan kesadaran
jam di harapkan masalah keperawatan 2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dan mual muntah yang terus Defisit Nutrisi dapat teratasi dengan kriteria 3) Identifikasi makanan yang di sukai
hasil : 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
menerus
1. Porsi makan yang di habiskan 5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
meningkat 6) Monitor asupan maknan
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat 7) Monitor berat badan
3. Kekuatan otot menelan meningkat 8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Serum albumin meningkat 9) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
5. Verbalisasi keinginan untuk 10) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
meningkatkan nutrisi meningkat makanan)
6. Pengetahuan tentang pilihan 11) Sajikan makan secara menarik dan suhu yang sesuai
makanan yang sehat meningkat 12) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
7. Pilihan tentang pilihan minuman konstipasi
yang sehat meningkat 13) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
8. Pengetahuan tentang standar asupan 14) Berikan suplemen makan, jika perlu
nutrisi yang tepat meningkat 15) Hentikan pemberian makanan melalui selang
9. Penyiapan dan penyimpanan makan nasogastric jika asupan oral bisa di toleransi
yang aman meningkat 16) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
10. Penyiapan dan penyimpanan 17) Ajarkan diet yang di programkan
minuman yang aman meningkat 18) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
11. Sikap terhadap makanan/minuman (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
sesuai dengan tujuan kesehatan 19) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Penyiapan dan penyimpanan makan jumlah kalori dam jenis nutrient yang di butuhkan,
yang aman meningkat jika perlu
12. Perasaan cepat kenyang menurun
13. Nyeri abdomen menurun
14. Sariawan menurun
15. Rambut rontok menurun
16. Diare menurun
17. Berat badan membaik
18. Indeks Masa Tubuh (IMT) membaik
19. Frekuensi makan membaik
20. Nafsu makan membaik
21. Bising usus membaik
22. Tebal kulit lipatan trisep membaik
Risiko intoleransi aktivitasToleransi aktivitas (L.05047) Hal. 149 Manajemen Energi SIKI I.05178 Hal. 176
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
berhubungan dengan gangguan
jam di harapkan masalah keperawatan mengakibatkan kelelahan
sirkulasi Risiko intoleransi dapat teratasi dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
kriteria hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
1. frekuensi nadi meningkat (5) 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
2. saturasi oksigen meningkat (5) melakukan aktivitas
3. kemudahan dalam melakukan aktivitas 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
sehari hari meningkat (5) (mis. cahaya, suara, kunjungan)
4. Keluhan lelah menurun (5) 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
5. Dispnea saat aktivitas menurun (5) 7. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
6. Dispnea setelah aktivitas menurun (5) 8. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
7. Perasaan lemah menurun (5) berpindah atau berjalan
8. Aritmia menurun (5) 9. Anjurkan tirah baring Anjurkan melakukan
9. Sianosis menurun (5) aktivitas secara bertahap
10. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
11. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
12. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
5. Gangguan eliminasi urin Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Manajemen eliminasi urine (I. 04152) Hal.175
Selama 3 X 24 Jam Diharapkan Eliminasi 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
berhubungan dengan
urin membaik Dengan Kriteria Hasil SLKI inkontinensia urine
Disfungsi vesika urinaria (L.04034) Hal .24 2. Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau
1. Sensai berkemih sedang dengan nilai 3 inkontinensia urine
3. Monitor eliminasi urine
2. Frekuensi BAK membaik dengan nilai 5
4. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
3. Karakteristik urine cukup membaik
5. Batasi asupan cairan
dengan nilai 4
6. Ambil sampel urine tengah atau kultur
7. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
8. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
9. Ajarkan mengambil specimen urine midstream
10.Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
11.Kolaborasi pemberian obat supositoria, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
6. Gangguan integritas kulit Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Perawatan Luka (I.14565) Hal. 329
Selama 1 X 7 Jam Diharapkan Mobilitas fisik 1. Monitor Karakteristik Luka
berhubungan dengan
bisa dilakukan secara mandiri SLKI 2. Monitor Tanda-Tanda Infeksi
perubahan sirkulasi (L.05042) Hal. 55 1. Lepaskan Balutan Dan Plaster Secara
1. Pergeran ekstremitas meningkat dengan Perlahan’cukur Rambut Di Sekitar Daerah Luka,
nilai 5 Jika Perlu
2. Rentang gerak (ROM) meningkat dengan 2. Bersihkan Jaringan Nekrotik
nilai 5 3. Berikan Salep Yang Sesuai Kekulit/Lesi,Jika Perlu
3. Nyeri menurun dengan nilai 5 4. Pasang Balutan Sesuai Jenis Luka
4. Kaku sendi cukup menurun dengan nilai 4 5. Pertahankan Teknik Steril Saat Melakukan
5. Gerakan terbatas menurun dengan nilai 5 Perawatan Luka
6. Kelemahan fisik menurun dengan nilai 5 6. Ganti Balutan Sesuai Jumlah Eksudat Dan Drainase
1. Jelaskan Tanda Dan Gejala Infeksi
2. Ajarkan Perawatan Luka Secara Mandiri
1. Kaloborasi Prosedur Debridement(Mis, Enzimatik,
Iologis, Mekanis, Autolitik), Jika Perlu
2. Kaloborasi Pemberian Antibiotic, Jika Perlu
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Perawat
melakukan tindakan implementasi terapeutik terhadap klien yang bermasalah
kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual maupaun beresiko.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat melakuakn evaluasi pada pasien
setelah dilakukan tindakan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Keterangan :
: Laki-Laki : Meninggal
5. DATA PENUNJANG
Laboratorium : Tabel Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : :
GDS : 261 mg/dl,
asam urat : 8,1 mg/dl,
cholesterol : 205
masalah keperawatan : Hiperglikemia
Radiologi :
Kesan :
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari
KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
Composmenthis Apatis Somnolens Suporus
Coma
Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu
penyelidikan lanjut)
INVENTARIS DEPRESI BECK
(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE,
1972)
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (istri/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat
kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia
Gangguan integritas kulit berhubungan Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit (I.11353) SIKI
Meningkat (I.14125) SLKI 1. Monitor karakteristik luka (mis. drainase,
dengan kelembaban dibuktikan dengan
Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan warna, ukuran, bau)
Terdapat luka baru pada jari jempol Selama 1x3 jam dan kunjungan rumah 1 2. Monitor tanda-tanda infeksi
kali Diharapkan Aktifitas Fisik Kembali 3. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
kaki kanan post kuku tercabut beberapa
Efektif Dengan Kriteria Hasil : 4. Cukur rambut didaerah sekitar luka, jika perlu
hari lalu. 1. Kerusakan jaringan menurun skor (5) 5. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
2.Kerusakan lapisan kulit menurun skor nontoksik, sesuai kebutuhan
(5) 6. Bersihkan jaringan nekrotik
3.Nyeri menurun skor (5) 7. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
4.Perdarahan menurun skor (5) 8. Pasang balutan sesuai jenis luka
5.Kemerahan menurun skor (5) 9. Pertahankan teknik steril saat melakukan
6.Hematoma menurun skor (5)
perawatan luka
7.Jaringan parut menurun skor (5)
10. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
8.Suhu kulit membaik skor (5)
drainase
11. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
12. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kg
BB/hari dan protein 1,25-1,5 g/kg BB/hari
13. Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis.
vitamin A, vitamin C, zinc, asam amino),
sesuai indikasi
14. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
15. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
16. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
17. Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
18. Kolaborasi prosedur debridement (mis.
enzimatik, biologis, mekanis, autolitik
19. Kolaborasi pemberian antiniotik
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Resiko infeksi berhubungan dengan Tingkat Infeksi Menurun(L.14137) SLKI Pencegahan Infeksi (I.14539) SIKI
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
terputusnya kontinuitas jaringan
setelah dilakukan tindakan 1x3 jam dan dan sitemik
tulang, jaringan kulit, otot, dan kunjungan rumah 1 kali diharapkan Derajat 2. Batasi jumlah pengunjung
jatuh menurun dengan kriteria hasil: 3. Berikan perawatan kulit pada area edema
laserasi pembuluh darah dibuktikan
1. Demam menurun skor 5 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan Kontrol luka dan ganti 2. Kemerahan menurun skor 5 dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Nyeri menurun skor 5 5. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
verban pada mata kaki kiri,
4. Bengkak menurun skor 5 beresiko tinggi
Tampak luka di mata kaki kiri 5. Kadar sel darah putih membaik skor 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5 7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
sudah mulai mongering, jempok
benar
kaki kanan tampak pucat 8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
kehitaman. GDS 261 mg/dl ,
atau luka operasi
cholesterol 205 TTV : TD 139/87 ; 10.Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11.Anjurkan meningkatkan asupan cairan
N 82; RR 20; S 36,5 C;
12.Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Hiperglikemia berhubungan Kestabilan Kadar Glukosa Darah Manajemen Hiperglikemia (I.03115) SIKI
Meningkat (L.03022) SLKI 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
dengan gangguan kadar glukosa
setelah dilakukan tindakan 1x3 jam dan hiperglikemia
darah di buktikan dengan Tampak kunjungan rumah 1 kali diharapkan Defisit 2. Identifikasi status yang menyebabkan
perwatan diri membaik dengan kriteria hasil: kebutuhan insulin meningkat ((mis.
luka di mata kaki kiri sudah mulai
1. Pusing Menurun Skor (5) Penyakit
mongering, jempok kaki kanan 2. Lelah/lesu Menurun (5) 3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
3. Keluhan lapar menurun (5) 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
tampak pucat kehitaman, GDS 261
(mis. Poliuria, polidipsi, polifagia,
mg/dl , cholesterol 205 TTV : TD kelemahan, pandangan kabur, sakit
kepala)
139/87 ; N 82; RR 20; S 36,5 C;
5. Monitor intake dan output carian
6. Monitor keton urin, kadar analisa gas
darah, elektrolit, tekanan darah
7. Berikan asupan carian oral
8. Konsultasi dengan medis tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau
membaik
9. Fasilitasi ambulasi jika ada hipetensi
ortostatik
10. Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari 200mg/dl
11. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
12. Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
13. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urin, jika perlu
14. posisi duduk, jika mampu
15. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
Penggunaan isnulin, obat oral, monitor
asupan pengganti karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)
16. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
17. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika
perlu
18. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Senin -1-11-2021 1. Memonitor karakteristik luka (mis. drainase, S : Klien mengatakan merasakan lebih
warna, ukuran, bau) nyaman setelah di balut lukanya
2. Mencukur rambut didaerah sekitar luka, jika O :
perlu Tampak terbalut perban di jempol kaki
3. Membersihkan dengan cairan NaCl atau kanan
pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan Luka tampak bersih
4. Membersihkan jaringan nekrotik Sendi klien kaku
5. Memberikan salep yang sesuai ke kulit/lesi Gerakan terbatas
6. Pasang balutan sesuai jenis luka Aktifitas klien sedikit dibantu
Diagnosa 7. Mempertahankan teknik steril saat TTV:
melakukan perawatan luka TD 120/80 ;
keperawatan 2 Aditya Dwi
8. Menjadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam N 80;
atau sesuai kondisi pasien RR 20; Saputra
9. Memberikan diet dengan kalori 30-35 S 36 C;
kkal/kg BB/hari dan protein 1,25-1,5 g/kg A : Masalah teratasi sebagian
BB/hari P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7
10. Memberikan suplemen vitamin dan mineral 8,9,10,11,12,13
(mis. vitamin A, vitamin C, zinc, asam
amino), sesuai indikasi
11. Menganjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
12. Mengajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
13. Kolaborasi pemberian antiniotik
Tanda tangan dan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media
Balitbang kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes
RI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
OLEH
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelajaran tentang penyakit diabetes melitus dan
perawatannya dalam waktu 35 menit, diharapkan sasaran mampu menjelaskan
tentang penyakit diabetes mellitus dan menerapkan perawatan yang tepat pada
diri sendiri dan anggota keluarga dengan penyakit diabetes melitus.
C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan, diharapkan sasaran mampu :
1). Menjelaskan pengertian diabetes melitus
2). Menyebutkan penyebab diabetes melitus
3). Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus
4). Menyebutkan komplikasi diabetes melitus
5). Menyebutkan cara perawatan kaki dan mengontrol diabetes melitus
D. Materi Penyuluh (Terlampir)
1). Pengertian penyakit diabetes melitus.
2). Penyebab penyakit diabetes melitus.
3). Tanda dan gejala dari penyakit diabetes melitus.
4). Komplikasi penyakit diabetes melitus.
5). Penatalaksanaan keperawatan pasien diabetes melitus
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah : Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara
di depan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini digunakan
pada kelompok yang besar (lebih dari 2 orang). Pada hakikatnya ceramah
adalah proses transfer informasi dari pengajar ke sasaran belajar.
2. Tanya Jawab : Tanya jawab adalah proses dimana peserta bertanya tentang
materi yang belum dipahaminya dan pemateri yang menjawab pertanyaan
peserta tersebut.
3. Demonstrasi : Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah
sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-hal berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan
sebagainya.
F. Media
1. Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
H. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :