Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN AKHIR SEMINAR STASE KEPERAWATAN DASAR

PROFESIONAL PROFESI NERS DENGAN DIAGNOSA DIABETES


MELITUS DI RUANGAN TERATAI RSUD UNDATA PROVINSI
SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 1

Agustina Prasetywati : 2022031001


Fitriani M.R.L : 2022031005
Irna : 2022031012
Lucky Arisandi : 2022031015
Moh. Dur Sule : 2022031019
Novianti : 2022031025
Sartina : 2022031031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022

1
LAPORAN AKHIR SEMINAR STASE KEPERAWATAN DASAR
PROFESIONAL PROFESI NERS DENGAN DIAGNOSA DIABETES
MELITUS DI RUANGAN TERATAI RSUD UNDATA PROVINSI
SULAWESI TENGAH

Telah Disahkan
Pada Tanggal

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Putu Alit Yastika, S.Kep Ns.Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep.,M.Kep


NIP. 197507122000031005 NIK. 20120901025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir stase Asuhan
Keperawatan berjudul ” Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan kasus Diabetes
Melitus di Ruangan Teratai RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah”. Dalam
penyusunan laporan ini , kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Harry Muliadi, M.Kes selaku Direktur RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah.
2. Ibu Muflida Kamase, SE.,M.Si selaku Kepala Bidang Diklat RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Bapak Pamawang SKM., M.Kes, selaku Kasie Diklat RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah
4. Bapak Ns. Putu Alit Yastika, S.Kep selaku pembimbing lahan praktik.
5. Ibu Ns. Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep selaku dosen pembimbing akademik
6. Kampus Universitas Widya Nusantara Palu
7.Teman – Teman Seperjuangan Program Profesi Ners Universitas Widya
Nusantara Palu.
8. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari, laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi
kami maupun bagi pembaca.

3
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A.Latar Belakang.............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................3
E. Metode Penulisan........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................6
A. Konsep Dasar Kebutuhan...........................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................20
BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................35
A. Pengkajian .................................................................................................35
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................45
C. Intervensi ...................................................................................................46
D. Implementasi..............................................................................................50
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................55
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................58

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (WHO, 2017). Secara
umum, terdapat dua kategori utama DM, yaitu DM tipe 1 dan tipe 2. DM tipe
1 ditandai dengan kurangnya produksi insulin sedangkan DM tipe 2
disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh (Pusdatin
Kemenkes RI, 2014).
DM tipe 2 banyak ditemukan (>90%) dibandingkan dengan DM tipe 1.
DM tipe 2 timbul setelah umur 30 tahun sedangkan DM tipe1 biasanya
terjadi sebelum usia 30 tahun (Tahitian, 2008). Menurut IDF (2017), sekitar
87% sampai 91% dari semua pasien yang menderita DM di seluruh dunia
yakni DM tipe 2. Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya DM tipe
2 diantaranya usia > 45 tahun, berat badan lebih (BBR > 110% atau IMT >

2
25 kg/m , hipertensi (>140/90 mmHg) ibu dengan riwayat melahirkan bayi
>4000 gram, pernah diabetes sewaktu hamil, riwayat keturunan DM,
kolesterol HDL < 35 mg/dl atau trigliserida > 250 mg/dl, dan kurang aktivitas
fisik.
DM sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat
manusia pada abad 21. Word Health Organization (WHO) mempekirakan
bahwa pada tahun 2025, jumlah penderita DM akan membengkak menjadi
300 juta orang (Sudoyo, 2006). Menurut Internasional Diabetes Federation
(IDF), pada tahun 2015 terdapat 415 juta (8,8%) penderita DM di seluruh
dunia, kemudian pada tahun 2017 mencapai 425 juta dan diprediksikan
angka tersebut akan terus bertambah menjadi 629 juta penderita DM
tahun 2045. Sedangkan jumlah estimasi penyandang DM di Indonesia
diperkirakan sebesar 10,3 juta yang menempatkan Indonesia dalam urutan

5
ke-6 tertinggi di dunia bersama China, India, United States, Brazil, Rusia,
dan Meksiko, Egypt, Germany, Pakistan (IDF, 2017).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2018,
prevalensi diabetes mellitus di Indonesia 8,5%, sedangkan dari laporan
RISKESDAS tahun 2013, prevalensi diabetes mellitus di Indonesia
6,9%, meningkat sebesar 1,6%.Dari laporan hasil RISKESDAS tahun
2018 prevalensi diabetes mellitus di Provinsi Riau meningkat dari 1,0%
(2013) menjadi 1,8% (2018).
Data dari Kemenkes (2013) menyebutkan prevalensi DM tipe 2
secara nasional mencapai 6,9%. Berdasarkan Kemenkes (2013) bahwa
prevalensi penderita DM tipe 2 di Provinsi Riau berada di urutan nomor tiga
tertinggi di Indonesia. Prevalensi DM tipe 2 tertinggi di Indonesia
terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1%, kemudian
Riau sekitar 10,4%. Prevalensi data Dinas Kesehatan (2016) di Kabupaten
Kampar prevalensi DM tipe 2 tertinggi pada tahun 2016 terdapat pada
kelompok usia 45-54 tahun, yaitu sebesar 34,7%.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan
Kasus Ulkus Diabetes Mellitus Tipe 2 diruangan Teratai RSUD Undata
provinsi sulawsi tengan.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan terhadap klien dengan Kasus
Ulkus Diabetes Mellitus Tipe 2 diruangan Teratai RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan hasil Pengkajian Keperawatan pada Tn.A dengan
Kasus Ulkus Diabetes Mellitus Tipe 2 diruangan Teratai RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah

6
b. Untuk melakukan Diagnosa Keperawatan pada Tn.A dengan Kasus
Ulkus Diabetes Mellitus Tipe 2 diruangan Teratai RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah
c. Untuk melakukan Perencanaan Keperawatan padat T n . A dengan
Kasus Ulkus Diabetes Mellitus Tipe 2 diruangan Teratai RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
d. Untuk melakukan Pelaksanaan Keperawatan pada T n . A dengan
Kasus Ulkus Diabetes Mellitus Tipe 2 diruangan Teratai RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah
e. Untuk melakukan Evaluasi Keperawatan pada T n . A dengan Kasus
Ulkus Diabetes Mellitus Tipe 2 diruangan Teratai RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat membantu penulis
maupun penulis lainnya untuk mengembangkan pengetahuan
,wawasannya dan menambah pengalaman nyata dalam asuha
keperawatan pada pasien yang menderita Diabetes Melitus.
2. Bagi Ruangan
Hasil penulisan karya tulis ilmiah diharapkan dapat bermanfaat bagi
Ruang Teratai RSUD Undata palu dan menjadi masukan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yaitu program kesehatan yang
ada khususnya tentang untuk Diabetes Melitus.
3. Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan karya tulis ilmiah diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan referensi dan bacaan sehingga dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan, khususnya tentang Asuhan keperawatan Ny.A dengan
Diabetes Melitus di Ruang Teratai RSUD Undata Palu.
4. Metode Penulisan
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskripsi yaitu pemaparan kasus yang bertujuan untuk memecahkan masalah

7
dimulai dengan tahap pengkajian sampai pendokumentasian berdasarkan
pendekatan proses keperawatan yang selanjutnya dianalisa dan berakhir pada
penarikan kesimpulan.
Penjelasan yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
a. Pengumpulan data primer dengan cara:
1) Wawancara (komunikasi).
Wawancara yang dilakukan dalam tahap pengkajian untuk
memperoleh data subjektif yaitu mengenai keluhan pasien,
riwayat pasien, pola aktivitas, pola makan, diet Diabetes
Melitus yang dilakukan, asuhan keperawatan yang sudah
terlaksana dan yang belum terlaksana, sampai evaluasi.
2) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku serta
keadaan pasien yang menderita Diabetes Melitus untuk
memperoleh data berupa data objektif seperti klien tampak
lemas, dan lain- lain.
3) Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengumpulkan data
penderita Diabetes Melitus dengan melakukan tehnik
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien
Diabetes Melitus meliputi:
a) Keadaan umum: kesadaran, peningkatan pola bicara,
tanda- tanda vital: kenaikan tekanan darah, suhu dingin
b) Pemeriksaan mata: gangguan penglihatan
c) Pemeriksaan leher: kaku kuduk
d) Pemeriksaan dada: nafas pendek, perubahan irama
jantung, takipne.

8
e) Pemeriksaan ekstremitas atas, ekstremitas bawah,
dan persendian: adanya edema, gangguan koordinasi, cara
jalan.
b. Pengumpulan data sekunder
1) Studi dokumentasi.
Dengan mempelajari catatan kesehatan pasien yang terdahulu
dan hasil pemeriksaan penunjang lain di dalam status pasien
dalam rekam medis diRuang Teratai RSUD Udata Palu

9
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kebutuhan Dasar


1. Pengertian
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Nutrisi adalah
keseluruhan dari berbagai berbagai proses dalam tubuh mahluk hidup
untuk menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut agar menghasilkan pelbagai aktivitas penting.
Bahan-bahan tersebut dikenal dengan istilah nutrien (unsur gizi). Nutrien
dapat dipilah menjadi protein, lemak, hidratarang, mineral, vitamin, dan
air. Tubuh memerluhkan nutrien esensial untuk mempertahankan
kehitupan dan tidak dapat di sintesis oleh tubuh sehingga harus diperolah
dari makanan. Nutrien adalah zat kimia organik dan anorganik yang
ditemukan dalam makanan dan diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh.
Nutrient terdiri dari beberapa , diantarannya :
a. Hidratarang (karbohidrat)
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Satu gram hidratarang
menghasilkan 16 kj. Fungsi utama ialah untuk menghasilkan energi
untuk aktvitas dan panas tubuh. Bentuk karbohidrat yang paling
sederhana ialah monosakarida yakni glukosa, fruktosa dan galaktosa
1) Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida
(molekul tunggal yang terdiri dari glukosa, fruktosa, dan
galaktosa). Juga bisa berupa disakarida (molekul ganda),
contoh sukrosa (glukosa + fruktosa), maltosa (glukosa +
glukosa), laktosa (glukosa + galaktosa).

10
2) Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena
disusun banyak molekul glukosa.
3) Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan, tidak dapat dicerna oleh tubuh dengan sedikit atau
tidak menghasilkan kalori tetapi dapat meningkatkan volume
feces.
b. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan
minyak terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak.
Kebutuhan lemak 10-25% dari kebutuhan energi total. Fungsi
lemak :
1) Sumber energi
2) Ikut serta membangun jaringan tubuh
3) Perlindungan organ-organ vital
4) Penyekatan pada jaringan subkutan akan mencegah
kelihalang panas dari tubuh
5) Pelarut vitamin
c. Protein
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel.
Nutrien ini berupa struktur kompleks yang tersusun dari asam
amino. Setiap 1 gr protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk
sederhana dari protein adalah asam amino. Asam amino
disimpan dalam jaringan dalam bentuk hormon dan enzim. Asam
amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh tetapi harus
didapat dari makanan. Jenis asam amino esensial diantaranya
lisin, tripofan, fenilalalin, leusin.
Berdasarkan susunan kimianyua, protein dapat dibagi
menjadi 3 golongan :
1) Protein sederhana

11
Jenis protein ini tidak berikatan dengan zat lain, misalnya
albumin dan globulin.
2) Protein bersenyawa
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat lain seperti
dengan glikogen membentuk glikoprotein.
3) Turunan dari protein
Yang termasuk turunan protein adalah albuminosa, pepton,
dan gelatin.
4) Fungsi protein
a. Menggantikan protein yang hilang selama proses
metabolisme.
b. Menghasilkan jaringan baru
c. Pembuatan protein-protein baru dengan fungsi khusus
yaitu enzim
d. Sebagai sumber energi
5) Sumber protein
a. Protein hewani
b. Protein nabati
c. Metabolisme protein

Jika makanan yang sudah berada dalam lambung, maka


akan dikeluarkan enzim protease yaitu pepsin. Pepsin
mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton.
Albuminosa dan pepton di dalam usus halus diubah menjadi
asam-asam amino dengan bantuan enzim tripsin dari
pankreas dan selanjutnya diserap atau berdifusi ke aliran
darah yang menuju ke hati. Asam-asam amino disebar oleh
hati ke jaringan tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak
dan sebagian digunakan untuk membuat protein darah.

Asam amino yang tidak dapat digunakan ditranspor


kembali ke hati kemudian dilepaskan ikatan nitrogennya

12
sehingga terpecah menjadi dua macam yaitu asam organik
dan amoniak (NH3). Amoniak dibuang melalui ginjal,
sedangkan asam organik dimanfaatkan sebagai sumber
energi.

d. Mineral dan air


Mineral merupakan unsure esensial bagi fungsi normal sebagian enzim,
dan sangat penting dalam pengendalian system cairan tubuh. Tubuh
tidak dapat mensintesis mineral sehingga diperluhkan lewat makanan.
Contoh mineral Ca, F Mg, Fe,Cl, S dll. Tiga fungsi mineral :
1) Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi yang
memberikan kekuatan
2) Mineral bentuk garam yang dapat larut dapat mengendalikan
komposisi cairan tubuh baik CIS dan CES
3) Mineral turut membangun enzim dan protein

Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh


tubuh manusia. Tubuh manusia terdiri dari atas 50%-70% air. Pada
orang dewasa asupan air berkisar antara 1200-1500cc per hari, namun
dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum.

e. Vitamin
Vitamin adalah substansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada
makanan dan tidak dapat dibuat dalam tubuh. Vitamin sangat berperan
dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator.
Vitamin dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Vitamin yang larut dalam air: Vitamin B kompleks, B1, B2, B3,
B12, folic acid, serta viamin C.
b. Vitamin yang larut dalam lemak: vitamin A,D,E, K.
Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan,
dan pemeliharaan kesehatan.
2. Anatomi Pankreas

13
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang
gaster didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas
mencapai hilus limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput
pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu
bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan
vena mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput
pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk
mengeluarkan getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin
dan glukagon langsung kedalam darah.
3) Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap
pulau langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun
mengelilingi pembuluh darah kapiler.
4) Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-
alfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari
semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan
mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan
insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara
spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul
insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng.
Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena
perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin.
Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B,
kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus
didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke
dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang
mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis.
Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta
kapiler berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk

14
mencapai aliran darah. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 %
dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang
merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin.
Pankreas dibagi menurut bentuknya :
1. Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga
abdomen, masuk lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis
melingkarinya.
2. Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang
lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.
3. Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai
menyentuh pada limpa (lien)
4. Fisiologi Pankreas
Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai dua fungsi
yaitu sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar
eksokrin menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat
menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat; sedangkan endokrin
menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang peranan
penting pada metabolisme karbohidrat.
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam
tubuh berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel – sel
dipulau langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai
hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon
yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin : Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel
dipulau langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung
sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contohnya insulin menghambat
sekresi glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.
Pankreas menghasilkan :
1. Garam NaHCO3 : membuat suasana basa.
2. Karbohidrase : amilase ubah amilum → maltosa

15
3. Dikarbohidrase : a.maltase ubah maltosa → 2 glukosa.
4. Sukrase ubah sukrosa → 1 glukosa + 1 fruktosa.
5. Laktase ubah laktosa → 1 glukosa + 1 galaktosa.
6. lipase mengubah lipid → asam lemak + gliserol.
7. enzim entrokinase mengubah tripsinogen → tripsin dan
ubah pepton → asam amino.
Kepulauan Langerhans Membentuk organ endokrin yang
menyekresikan insulin, yaitu sebuah homron antidiabetika, yang
diberikan dalam pengobatan diabetes. Insulin ialah sebuah protein
yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencerna protein dan
karena itu tidak diberikan melalui mulut melainkan dengan suntikan
subkutan.
Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan
sebagia pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes, ia
memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengasorpsi dan
menggunakan glukosa dan lemak.
Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan
aktivitas hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islets)
Langerhans. Dua dari hormon-hormon tersebut, insulin dan glukagon
memiliki fungsi penting dalam pengaturan metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak. Hormon ketiga, somatostatin berperan dalam
pengaturan sekresi sel pulau, dan yang keempat polipeptida pankreas
berperan pada fungsi saluran cerna.
Hormon Insulin : Insulin merupakan protein kecil, terdiri dari
dua rantai asam amino yang satu sama lainnya dihubungkan oleh
ikatan disulfida. Bila kedua rantai asam amino dipisahkan, maka
aktivitas fungsional dari insulin akan hilang. Translasi RNA insulin
oleh ribosom yang melekat pada reticulum endoplasma membentuk
preprohormon insulin -- melekat erat pada reticulum endoplasma --
membentuk proinsulin -- melekat erat pada alat golgi -- membentuk
insulin -- terbungkus granula sekretorik dan sekitar seperenam

16
lainnya tetap menjadi proinsulin yang tidak mempunyai aktivitas
insulin.
Insulin dalam darah beredar dalam bentuk yang tidak terikat
dan memilki waktu paruh 6 menit. Dalam waktu 10 sampai 15 menit
akan dibersihkan dari sirkulasi. Kecuali sebagian insulin yang
berikatan dengan reseptor yang ada pada sel target, sisa insulin
didegradasi oleh enzim insulinase dalam hati, ginjal, otot, dan dalam
jaringan yang lain.
Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat subunit
yang saling berikatan bersama oleh ikatan disulfide, 2 subunit alfa
(terletak seluruhnya di luar membrane sel) dan 2 subunit beta
(menembus membrane, menonjol ke dalam sitoplasma). Insulin
berikatan dengan subunit alfa -- subunit beta mengalami
autofosforilasi -- protein kinase -- fosforilasi dari banyak enzim
intraselular lainnya.
Insulin bersifat anabolik, meningkatkan simpanan glukosa,
asam-asam lemak, dan asam-asam amino. Glukagon bersifat
katabolik, memobilisasi glukosa, asam-asam lemak, dan asam-asam
amino dari penyimpanan ke dalam aliran darah. Kedua hormon ini
bersifat berlawanan dalam efek keseluruhannya dan pada sebagian
besar keadaan disekresikan secara timbal balik. Insulin yang
berlebihan menyebabkan hipoglikemia, yang menimbulkan kejang
dan koma. Defisiensi insulin baik absolut maupun relatif,
menyebabkan diabetes melitus, suatu penyakit kompleks yang bila
tidak diobati dapat mematikan. Defisiensi glukagon dapat
menimbulkan hipoglikemia, dan kelebihan glukagon menyebabkan
diabetes memburuk. Produksi somatostatin yang berlebihan oleh
pankreas menyebabkan hiperglikemia dan manifestasi diabetes
lainnya.
1) Sintesis Insulin

17
Insulin disintesis oleh sel-sel beta, terutama
ditranslasikan ribosom yang melekat pada retikulum
endoplasma (mirip sintesis protein) dan menghasilkan
praprohormon insulin dengan berat molekul sekitar 11.500.
Kemudian praprohormon diarahkan oleh rangkaian
"pemandu" yang bersifat hidrofibik dan mengandung 23 asam
amino ke dalam sisterna retikulumendoplasma. Struktur
kovalen insulin manusia: Di retikulum endoplasma,
praprohormon ini dirubah menjadi proinsulin dengan berat
molekul kira-kira 9000 dan dikeluarkan dari retikulum
endoplasma.
Molekul proinsulin diangkut ke aparatus golgi, di sini
proteolisis serta pengemasan ke dalam granul sekretorik
dimulai.Di aparatus golgi, proinsulin yang semua tersusun
oleh rantai B—peptida (C) penghubung—rantai A, akan
dipisahkan oleh enzim mirip tripsin dan enzim mirip
karboksipeptidase. Pemisahan itu akan menghasilkan insulin
heterodimer (AB) dan C peptida. Peptida-C dengan jumlah
ekuimolar tetap terdapat dalam granul, tetapi tidak
mempunyai aktivitas biologik yang diketahui.
2) Sekresi Insulin
Sekresi insulin merupakan proses yang memerlukan energi
dengan melibatkan sistem mikrotubulus-mikrofilamen dalam sel
B pada pulau Lengerhans. Sejumlah kondisi intermediet turut
membantu pelepasan insulin : Glukosa apabila kadar glukosa darah
melewati ambang batas normal yaitu 80-100 mg/dL maka insulin
akan dikeluarkan dan akan mencapai kerja maksimal pada kadar
glukosa 300-500 mg/dL. Dalam waktu 3 sampai 5 menit sesudah
terjadi peningkatan segera kadar glukosa darah, insulin meningkat
sampai hampir 10 kali lipat. Keadaan ini disebabkan oleh
pengeluaran insulin yang sudah terbentuk lebih dahulu oleh sel beta

18
pulau langerhans pancreas. Akan tetapi, kecepatan sekresi awal
yang tinggi ini tidak dapat dipertahankan, sebaliknya, dalam waktu
5 sampai 10 menit kemudian kecepatan sekresi insulin akan
berkurang sampai kira-kira setengah dari kadar normal.
Kira-kira 15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat
untuk kedua kalinya, sehingga dalam waktu 2 sampai 3 jam
akan mencapai gambaran seperti dataran yang baru, biasanya pada
saat ini kecepatan sekresinya bahkan lebih besar daripada kecepatan
sekresi pada tahap awal. Sekresi ini disebabkan oleh adanya
tambahan pelepasan insulin yang sudah lebih dahulu terbentuk dan
oleh adanya aktivasi system enzim yang mensintesis dan
melepaskan insulin baru dari sel. Naiknya sekresi insulin akibat
stimulus glukosa menyebabkan meningkatnya kecepatan dan
sekresi secara dramatis. Selanjutnya, penghentian sekresi insulin
hampir sama cepatnya, terjadi dalam waktu 3 sampai 5
menit setelah pengurangan konsentrasi glukosa kembali ke kadar
puasa.

5.Tanda dan Gejala Kebutuhan Nutrisi


Secara umum gangguan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan
nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, dll.
a. Kekurangan Nutrisi
Keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan normal atau resiko
penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme tubuh.
Tanda Klinis:
1. Berat badan 10-20% dibawah normal
2. Tinggi badan dibawah ideal
3. Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
4. Adanya kelemahan dan nyri tekan pada otot
5. Adanya penurunan albumin serum

19
6. Adanya penurunan transferin
Kemungkinan Penyebab :
1. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
2. kelainan persyarafan
3. Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi
laktosa
4. Nafsu makan menurun
b. Kelebihan Nutrisi
Suatu keadaan yang dialami seseorang yang mengalami resiko
penigkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara
berlebihan.
Tanda Klinis :
1. Berat badan lebih dari 10% berat ideal.
2. Obesitas (lebih dari 20% berat ideal)
3. Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25mm wanita
4. Adanya jumlah supan yang berlebihan
5. Aktivitas menurun atau monoton
Kemungkina penyebab :
1. Perubahan pola makan
2. Penurunan fungsi pengucapan dan penciuman
c. Obesitas
Masalah peningkatan berat badan yang mencapai >20% BB normal.
Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena
melebihi asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d. Mal Nutrisi
Masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tempat
seluler. Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan
makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya
kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran
mukosa, konjungtiva,dll.

20
Tipe-tipe malnutrisi :
• Defisiensi Nutrien ; contoh : kurang makan buah dan sayur
menyebabkan kekurangan vitamin C yang dapat mengakibatkan
perdarahan pada gusi.
• Marasmus ; kekurangan protein dan kalori sehingga terjadinya
pembongkaran lemak tubuh dan otot. Gambaran klinis : atropi otot,
menghilangnya lapisan lemak subkutan, kelambatan pertumbuhan,
perut buncit, sangat kurus seperti tulang dibungkus kulit.
• Kwashiorkor ; kekurangan protein karena diet yang kurang protein
atau disebabkan karena protein yang hilang secara fisiologis (misalnya
keadaan cidera dan infeksi). Ciri-cirinya : lemah, apatis, hati
membesar, BB turun, atropi otot, anemia ringan, perubahan
pigmentasi pada kulit dan rambut.
5. Diabetas Militus
Gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan
metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan
karbohidrat secara berlebihan.
Tanda klinis:
1. Fatigue / kelelahan akibat kekurangan glukosa dalam jaringan
2. Sering buang air kecil
3. Haus dan banyak minum
4. Meningkat berat badan
5. Rasa lelah, pusing, keringat dingin, tidak bisa konsentrasi akibat
menurunya kadar gula
6. Gatal akibat keringnya kulit
7. Gangguan imunitas resiko infeksi (infeksi kandung kemih, infeksi
kulit, infeksi jammur, infeksi saluran pernafasan)
8. Gangguan mata
6. Hipertensi

21
Gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyabab dari adanya obesitas
serta asupan kalsium,natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah ,
menurut Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk
DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau
>140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-
140 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk
skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik
c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam,
1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO
merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal
yang mempengaruhi absorbsi glukosa.
f. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak
bermakna. Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa
abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada
orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140
mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari
3 bulan.
h. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian
glukosa.
i. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml,
dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam
penelitian diabetes.

22
2. Tindakan Penanganan
Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu
tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1. Memperbaiki kesehatan umum penderita
2. Mengarahkan pada berat badan normal
3. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet keta
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman
3 J yaitu:
a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi
atau ditambah
b. Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung
Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal)
dengan rumus :

23
1) Kurus (underweight) BBR < 90 %
2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%

3) Gemuk (overweight) BBR > 110%

4) Obesitas apabila BBR > 120%

a. Obesitas ringan BBR 120 % - 130%

b. Obesitas sedang BBR 130% - 140%

c. Obesitas berat BBR 140% - 200%

d. Morbid BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari


untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :
1) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
2) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
dilakukan secara sistematik untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya, sehingga dapat mengindentifikasi masalah-masalah
keperawatan yang dialami pasien. Dengan tahap pengkajian ini data
dikumpulkan selengkapnya mungkin yang diperoleh dari pasien langsung
maupun keluarganya serta catatan keperawatan, medis dan sumber-sumber
lainnya.

24
Pengumpulan data pada klien dengan DM tipe 2 adalah:
a. Meliputi nama lengkap nama panggilan, tempat dan tanggal lahir,
jenis kelamin, status, agama, bahasa yang digunakan, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, sumber dana/ biaya serta identitas orang
tua.
b. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Biasanya klien DM mempunyai riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti infart miokard
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke Pelayanan kesehatan atau RS dengan keluhan
nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh,
kulit kering, merah, dan bola mata cekung, sakit kepala, menyatakan
seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma
dan bingung.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang
menderita DM. c. Pola Kesehatan
1)Aktifita
s/istiraat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, keram otot,
tonus otot menurun, gangguan tidur atau istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktifitas, latergi atau disorientasi, koma.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, infark miokar akut, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama.
Tanda : Takikaridia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi,
nadi yang menurun atau tak ada, disriymia, krekels, kulit panas,
kering, kemerahan, bola mata cekung.

25
3) Integritas ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/ berulang,
nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hypovolemia berat, urine berkabut, bau
busuk infeksi), abdomen keras, adanya ansietas, bising usus lemah dan
menurun, hiperaktif (diare)
5) Makanan/ cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari periode beberapa hari/ minggu, penggunaan diuretic (tizaid).
Tanda: Kulit kering/ berisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi abdomen,
muntah,pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan
peningkatan gula darah), bau halitosis/ manis, bau buah (napas
aseton).
6) Neurosensory
Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan
otot, paresthesia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disoreintesi, mengamuk, alergi, stupor/ koma (tahap lanjut),
gangguan memori, reflek tendon menurun, kejang.
6)Nyeri/keamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8) Pernapasan

26
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum
purulent (tergantung adanya infeksi/ tidak)
Tanda : Batuk dengan / tanpa sputum purulent (infeksi), frekuensi
pernapasan
9) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurunya
kekuatan umum/ rentang gerak, paresthesia/ paralysis otot termasuk
otot-otot pernapasaan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
d. Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan penderita kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda-tanda vital.
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada keher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur/ ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit didaerah sekitar ulkus dan gangrene,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernapasan.
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5) Sistem gastrointestinal

27
Terdapat poliphagi, polidipsi, mual muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
6) Sistem urinaria
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
7) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstremitas.
8) Sistem neurologi
Terjadinya penurunn sensoris, parathesia, anatesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah pengkajian, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan
masalah. Tujuan mengidentifikasi masalah adalah untuk merumuskan
masalah kesehatan supaya perencanaan dan tindakan spesifik dapat
disusun dan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Data yang dikelompokkan, dianalisa dan dipriositaskan masalahnya maka
ditentukan beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien
diabetes mellitus tipe , sebagai berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
(diuresis osmotic).
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis atau ketidakmampuan mengabsorpsi
makanan.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah ke perifer.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan
sirkulasi, deficit cairan.

28
f. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan sensori (tidak
mampu melihat).
g. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit.
3. Intervensi
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan
masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi
masalah pasien . Adapun kriteria hasil tersebut harusyaitu:
a. Befokus pada pasien, yaitu harus menunjukan apa yang akan
dilakukan, kapan dan sejauh mana tindakan dapat dilakukan.
b. Singkat dan jelas, yaitu untuk memudahkan perawat untuk
mengidentifikasi tujuan dan rencana tindakan.
c. Dapat diobservasi dan diukur, (measurable) adalah suatu kata kerja
yang menjelaskan perilaku pasien atau keluarga yang diharapkan akan
terjadi jika tujuan telah tercapai.
d. Ada batas waktunya, batas pencapaian hasil harus dinyatakan
dalam penulisan kriteria hasil. Komponen batas waktu dibagi menjadi 2,
yaitu:
1) Jangka panjang
Suatu tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam jangka waktu
lama, biasanya lebih dari 1 minggu atau 1 bulan, kriteria hasil tersebut
ditujukan pada unsur “problem” masalah dalam diagnosa keperawatan
2) Jangka pendek
Suatu tujuan yang diharapkan bisa dicapai dalam waktu yang singkat,
biasanya kurang dari 1 minggu, kriteria hasil tersebut ditujukan pada
unsur etiologi dan symptom dalam diagnosa keperawatan aktual ataupun
resiko.
3) Realistis, yaitu harus bisa dicapai sesuai dengan saran dan prasarana
yang tersedia, meliputi biaya, perlatan, fasilitas, tingkat pengetahuan,
affek-emosi dan kondisi fisik.

29
4) Ditentukan oleh perawat dan pasien/keluarga pasien, selama
pengkajian perawat mulai melibatkan pasien/keluarga pasien
dalam intervensi.
Misalnya pada waktu wawancara, perawat mempelajari apa yang bisa
dikerjakan atau dilihat pasien sebagai masalah utama, sehingga muncul
diagnosa keperawatan. Kemudian perawat dan keluarga pasien
mendiskusikan kriteria hasil dan rencana tindakan untuk memvalidasi.
perencanaan keperawatan (intervensi) pada pasien dengan DM,
sebagai berikut :
a. Diagnosa : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif (diuresis ostomotic).
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24 jam
homeotosis dapat dipertahankan.
Kriteria hasil :
1) Mendemontrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil
2) Nadi perifer dapat diraba
3) Turgor kulit dan pengisian kapiler baik
4) Pengeluaran urine tepat secara individu
5) Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
1) Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan
posisi, kekuatan nadi perifer.
Rasional : Hipertensi postural merupakan bagian hivolemia akibat
kekurangan hormone aldosterone dan penurunan curah jantung sebagai
akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin meemah yang dengan
mudah dapat hilang.
2) Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul atau
pernapasan yang berbau keton.
Rasional : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan
yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratorid terhadap

30
keadaan ketoasidosis. Pernapasan yang berbau aseton berhubungan
dengan pemecahan aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.
3) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membara mukosa.
Rasional : Merupakan indicator dari tingkat dehidrasi, atau volume
sirkulasi yang adekuat.
4) Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
Nursing treatment :
1) Dapatkan riwayat dari pasien atau orang terdekat yang berhubungan
dengan lama dan intensitas dari gejala yang muncul seperti contoh :
muntah, pengeluaran urine yang berlebihan.
Rasional : Membantu memperkirakan penurunan volume total
cairan.
2) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan
melalui oral sudah dapat diberikan.
Rasional : Mempertahankan hidrasi/ volume sirkulasi.
Edukasi : Anjurkan pasien untuk menggunakan selimut tipis.
Rasional : Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap
pasien lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.
Collaboration : Berikan terapi cairan sesuai indikasi (normal salin
atau dengan tanpa dekstrosa).
Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada
derajatkekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis atau ketidakmampuan mengabsorpsi
makanan.

31
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24 jam nutrisi
kembali seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
1) klien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrin yang tepat.
2) Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya.
3) Mendemontrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah
rentang biasanya atau yang diinginkan dengan nilai laboratorium dengan
batas normal.
4) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi
sering. Intervensi :
Nursing treatment :
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan
terapeutik
2) Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrient)
dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui oral.
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien secara
sadar dan fungsi gastointestinalnya baik.
3) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Edukasi : libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini
sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya : memberikan
informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan pasien.
4) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering .
Rasional : Porsi yang sedikit tapi sering membantu menjaga pemasukan
dan rangsangan mual muntah.
Collaboration :

32
1) Kolaborasi dengan ahli diet.
Rasional : Sangat bermanfaat dalam memperhitungkan dan penyesuaian
diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, dan dapat pula membantu
pasien dan orang terdekat untuk mengembangkan perencanaan.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah ke perifer.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24 jam perfusi
jaringan
perifer kembali efektif.
Kriteria hasil :
1) Observasi TTV dalam rentang normal
2) Observasi rangsangan pada kaki
3) Observasi gula darah dalam rentang normal
4) Ciptakan lingkungan nyaman
5) Motivasi klien untuk menghilangkan stress
6) Berikan terapi
Intervensi :
1) Kaji pucat, sianosis, kulit dingin/ lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
Rasional : Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah
jantung yang mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan
penurunan nadi.
2) Kaji tanda human (nyeri pada betis dengan posisi dorsifleksi),
eritema, edema.
Rasional : Indikator trombosis vena dalam.
3) Pantau pemasukan dan catat perubahan haluan urin.
Rasional : Penurunan pemasukan/ mual terus menerus dapat
mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negative
pada perfusi dan fungsi organ. Berat jenis mengukur status hidrasi dan
fungsi ginjal

33
4) Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan/tidak ada
bising usus, mual/muntah distensi abdomen, konstipasi.
Rasional : Penurunan aliran darah kemesenteri dapat mengakibatkan
disfungsi gastrointestinal, contoh kehilangan peristaltic. Masalah
potensial/actual karena penggunaan analgesic, penurunan aktivitas dan
perubahan diet.
Nursing treatment : Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan
mental kontinyu. Contoh : cemas, bingung, latergi, pingsan.
Rasional : Perfusi serebral secara langsung sehubung
dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh elektrolit/ variasi
asam-basa, hipoksia, atau emboli sistemik
Edukasi : Anjurkan pasien dalam melakukan/ melepas
kaus kaki antiembolik bila digunakan.
Rasional : Membatasi statis vena, memperbaiki aliran
balik vena dan menurunkan risiko tromboflibitis pada pasien yang
terbatas aktivitasnya.
Collaboration : Pantau data laboratorium, contoh : GDA,
BUN, kreatinin, elektolit.
Rasional : Indikator perfusi/ fungsi organ
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24 jam
diharapkan nyeri pasien berkurang
Kriteria hasil :
1) Menanyakan nyeri hilang atau terkontrol
2) Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak
Intervensi :
1) Pantau atau catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk
non vernal, respon hemodinamik (meringis, menangis, gelisah,
berkeringat, mengcengkram dada, nafa cepat, TD/ frekuensi jantung
berubah).

34
Rasional : Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi
sebagai temuan pengkajian. Riwayat verbal dan penyelidikan lebih
dalam terhadap factor pencetus harus ditunda sampai nyeri hilang.
Pernapasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeri dan berhubungan
dengan cemas, sementara hilangnya stress menimbulkan katolekamin
akan meningkatkan kecepatan jantung dan TD.
2) Pantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik.
Rasional : Hipotensi/ depresi pernapasan dapat terjadi sebagai akibat
pemberian narkotik.
Nursing treatment :
1) Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk
lokasi, intensitas (0-1-), lamanya, kualitas (dangkal/ menyebar) dan
penyebaran. Rasional : Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus
digambarkan oleh
pasien
2) Bantu melakukan teknik relaksasi, misalkna : napas dalam,
bimbingan imajinasi.
Rasional : Membantu dalam penurunan persepsi/ respon nyeri.
Memberikan control situasi, meningkatkan perilaku positif.
3) Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan
nyaman.
Pendekatan pasien dengan tenang dan dengan percaya.
Rasional : Menurunkan rangsangan eksternal dimana ansietas dan
regangan jantung serta keterbatasan kemampuan koping dan
keputusan terhadap situasi saat ini.
Collaboration : Kolaborasi pemberian obat analgesik, contoh :
morfin, merepedine
Rasional : Suntikkan narkotik lain dapat dipakai pada
fase akut atau nyeri dada berulang yang tak hilang dengan

35
nitrogliserin untuk menurunkan nyeri hebat, mengurangi sedasi dan
mengurangi kerja miokard.
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan
sirkulasi, deficit cairan.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24 jam diharapkan
gangguana integritas kulit/ jaringan dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan.
Kriteria hasil :
1) Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan
2) Kondisi luka tidak terinfeksi. Intervensi :
1) Kaji jika, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan
discharge, frekuensi ganti balut.
Rasional : Untuk mengetahui luka, adanya epitelisasi, perubahan warna,
edema, discharge dan frekuensi ganti balut.
2) Kaji tanda vital (TD, Nadi, suhu, respirasi).
Rasional : Tanda-tanda vital normal terutama TD, menunjukkan
tidak adanya nyeri yang diakibatkan dari kerusakan intergritas kulit/
jaringan.
Nursing treatment : Lakukan perawatan luka
Rasional : Perawatan luka yang baik dan steril,
akan membantu menambahkan rasa nyaman.
Collaboration : Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Untuk mengurangi neuropati perifer.
f. Risiko tinggi cedera : jatuh berhubungan dengan penurunan sensori
(tidak mampu melihat).
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24 jam diharapkan
pasien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera
(jatuh) tidak terjadi.
Kriteria hasil :

36
1) Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera.
2) Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu.
3) Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari
cidera. Intervensi : Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada
klien

Rasional : Mengetahui faktor-faktor resiko jatuh yang dimiliki pasien.


Nursing treatment :
1) Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang
pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada
poin 1.
Rasional : Mengurangi resiko tinggi jatuh
2) Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
Rasional : Dokumentasi factor-faktor resiko jatuh.
Edukasi : Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera
(menggunakan pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat
tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman)
Rasional : Klien dapar terlibat dalam tindakan keperawatan
dan dalam upaya melatih kemandirian klien.
Collaboration : Kolaborasi dengan dokter untuk
penatalaksanaan glaokoma dan gangguan penglihatannya, serta pekerja
sosial untuk pemantauan secara berkala
Rasional : Penatalaksanaan medis dalam penanganan pasien
g. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24
jam diharapkan tidak terdapat resiko infeksi.
Kriteria evaluasi : Pasien dapat mencegah atau menurunkan resiko
infeksi. Intervensi : Observasi tanda-tanda infeksi dan
peradangan.

37
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
biaanya telah mencetuskan keadaan ketuasidosis atau infeksi
nasokomial.
Nursing treatment :
1) Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua
orang yang berhubungan dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi nasokomial.
2) Pertahankan teknik aseptik prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa tinggi akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
3) Bantu pasien melakukan oral hygiene.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya penyakit
mulut. Edukasi : Anjurkan untuk makan dan
minum adekuat

Rasional : Menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi.


Collaboration : Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai.
Rasional : Penanganan awal dapat membantu mencegah
timbulnya sepsis

38
BAB III
TINJAUAN KASUS

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari laporan kasus ini penulis
menguraikan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan kasus Ulkus Diabetes
Melitus Tipe 2 di ruangan teratai RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No.Register :
Status : Menikah
Keluarga Terdekat : Ny.M
Dx Medis : DM Tipe 2
2. Anamnese
a. Keluhan Utama
Saat Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan nyeri kaki kiri dan tidak
ada nafsu makan karena sering rasa mual dan muntah
Saat Pengkajian : Kurang nafsu makan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Tn. A masuk rumah sakit di IGD RSUD.Undata pada tanggal 14
semptember 2022 dengan keluhan nyeri kaki kiri dan tidak ada nafsu
makan karena sering rasa mual dan muntah yang menyebabkan klien
menjadi lemas dan lesu. Saat pada tanggal 20 kalien mengatakan Tidak
ada nafsu makan akan tetapi tidak seperti di awal pada saat masuk
rumah sakit.

39
c. Riwayat penyakit Yang Lalu
Keluarga Tn.A mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit DM
sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis maupun penyakit keturunan
hipertensi ataupun DM.
3. Pola Pemeliharaan Kesehatan
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Makan/Minum
1 Jumlah / Pagi : klien Pagi : klien makan
Waktu makan porsi sedang sesuai dengan diet
dengan nasi, sayur, yang diberikan.
lauk dan minum air Siang : klien
putih. makan sesuai dengan
Siang : klien makan diet yang diberikan.
sedang dengan nasi, Malam : klien makan
sayut, lauk dan sesuai dengan diet
minum air putih. yang diberikan
Malam : klien makan
sedang dengan nasi
sayut, lauk dan
minum air putih
2 Jenis Nasi : putih Nasi : bubur
Lauk : ikan, Lauk : ayam
tahu, tempe, daging Sayur : sop
Sayur : bayam Minum : air putih
Minum : air putih

3 Pantangan Tidak ada Rendah gula

40
4 Kesulitan Tidak ada
Makan /
Minum
5 Usaha-usaha
mengatasi
masalah

No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit


Eliminasi
BAB /BAK
1 Jumlah / Pagi : BAB Pagi : belum BAB,
Waktu 1x/hari, BAK belum BAK
2x/hari Siang : belum
Siang : BAK 2x/hari BAB, sudah BAK 1x
Malam : BAK Malam : belumm
2x/hari BAB, sudah BAK 1x

2 Warna BAB : kuning BAB : -


BAK : Jernih BAK : kuning jernih

3 Bau Khas khas


4 Konsistensi Lembek -
- -
5 Masalah
Eliminasi
6 Cara
Mengatasi
Masalah

41
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Istirahat Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi : ± 1 jam Pagi : ± 2 jam
Siang : ± 1 jam Siang : ± 2 jam
Malam ± 7 jam Malam ± 4 jam
2 Gangguan Tidur Tidak Pasien biasanya
mengalami terbangun tengah
gangguan tidur malam
3 Upaya Tidak ada Tidak ada
Mengatasi
Gangguan tidur
4 Hal Yang Dengan Mematikan Mematikan Lampu
Memper-mudah Lampu dan
Tidur menghindari suara
bising.
5 Hal Yang Suara Bising anak- Suara bising keluarga
Memper-mudah anak dalam rumah pasien
bangun dan waktunya sholat

No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit


Personal
Hygiene
1 Frekuensi 2x/ Belum pernah.
Mencuci minggu
Rambut
2 Frekuensi 2x/hari Diseka 2x/hari
Mandi
3 Frekuensi 2x/hari Belum pernah
Gosok Gigi
4 Keadaan Kuku Tidak bersih Bersih

42
No Aktivitas Yang Di Rumah Di Rumah Sakit
Dilakukan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital :
1) Suhu : 37,5⁰

2) Nadi : 88 x/m
3) Pernafasan : 18 x/m
4) Tekanan Darah : 180/80 mmHg
5) CRT : 3 detik
6) Antropometri :
a) BB sebelum sakit = 62 kg
b) BB saat ini = 58 kg
c) TB = 168 cm
2
d) IMT = BB/ (Tb(m )) = 58/2,82 = 20,5.
Kategori IMT :
(1) Underweight = < 18,5
(2) Normal = 18,5-24,9
(3) Overweight = > 25
Interpretasi : Berdasarkan rumus IMT, klien termasuk kategori
normal.
b. Pemeriksaan Kepala,Wajah dan Leher
1) Kepala
Bulat, kepala klien simetris dan tidak ada benjolan, Kulit kepala
klien kurang bersih.
2) Rambut

43
Warna hitam, Penyebaran rambut klien merata, Rambut klien tidak
bau.
3) Wajah
Struktur wajah klien bulat, tidak ada edema, tampak pucat
4) Mata
Klien memiliki mata yang lengkap dan simetris antara kanan dan
kiri, konjungtiva tidak anemis, pupil isocor, kornea Jernih dan
gambaran kripti iris jelas.
5) Hidung
Hidung Simetris kiri dan kanan, Tidak ada pernafasan cuping hidung
6) Telinga
Bentuk telinga C , Simetris antara telinga kanan dan kiri. Sedikit ada
kotoran. Ketajaman pendengaran Klien masih mampu mendengar
dengan baik
7) Mulut dan faring
Keadaan mukosa bibir Warna merah, tidak ada lesi. Keadaan gusi dan
gigi Tidak ada perandangan pada gusi dan ada caries pada gigi.
Keadaan lidah , Warna merah, tidak ada massa.
8) Leher
posisi yang simetris, Tidak ditemukan massa di daerah thyroid klien,
dan tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
9) Pemeriksaan integumen
Kulit klien terlihat bersih. Kehangatan : Kulit klien terasa
dingin. Warna : Kulit klien berwarna putih.
Turgor : Turgor kulit kembali
sebelum 2 detik.
Kelembapan : Kulit klien tidak terlalu lembap.
Kelainan pada kulit : Tidak ada
10) Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan kepala,
wajah, leher: klien merasa pusing dan penglihatan terganggu.

44
c. Pemeriksaan thoraks/ dada
Inspeksi : Bentuk thorak klien simetris, irama pernafasan klien teratur
Palpasi : pemeriksaan taktil/ vocal vermitus : getaran antara kanan
dan kiri sama.
Perkusi : area paru sonor
Auskultasi : suara nafas bersih
Kelainan lain yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan thoraks
dan paru yaitu klien merasa dadanya sesak ketika bernafas.
d. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : ictus cordis-, pulsasi pada dinding thoraks-.
Palpasi : pada dinding thoraks teraba : tidak teraba/ tidak terkaji
Keluhan lain terkait dengan pemeriksaan jantung : tidak ada
kelainan
e. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar Tidak ada Masa atau benjolan, simetris
kiraidan kanan
Auskultasi : frekuensi peristaltik usus 15x/m
Palpasi
Hepar : perabaan lunak
Lien : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembesaran
Appendik : nyeri tekan -, nyeri lepas -, nyeri menjalar kontralateral -
Kelainan yang dirasakan pada saat pemeriksaan abdomen : tidak
ada kelainan.
f. Pemeriksaan Genetalia : tidak dikaji
g. Pemeriksaan Musculoskeletal (Ekstremitas)
Inspeksi : otot antara sisi kanan dan kiri simetris, deformitas -,
fraktur -, terpasang gips –
Palpasi : oedem --/--/-, uji kekuatan otot
5/5 5/5 h. Pemeriksaan Neurologis
1) Respon membuka mata spontan, respon verbal 5, respon
motorik Kesimpulan compos mentis

45
2) Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak : peningkatan suhu -, nyeri
kepala -, kaku kuduk -, mual muntah +, kejang -, penurunan kesadaran –
i. Pemeriksan Laboratorium : Darah lengkap :
a) Leukosit : 6,250 /µℓ,
b) Hemoglobin : 13,6 gr%
c) Gula darah sewaktu : 420 mg/dl. Kategori glukosa darah
normal :Gula darah sewaktu : 80 – 145 mg/dl
d) Interpretasi : Pada hasil lab didapatkan nilai gula darah
sewaktu tinggi dalam batasan tidak normal yaitu 420 mg/dl.
j. Pemeriksaan Radiologi : tidak dilakukan pemeriksaan
radiologi.
k. Terapi yang telah Diberikan
1) Glibenclamid 5 mg,
2) Novaxicam 20 mg,
3) Alvita (metamizole sodium 500 mg, B1, B6, B12)
Pengumpulan Data
1. Tn.A mengatakan kepala pusing dan sering kesemutan pada
bagian kaki, jika tersandung benda terkadang tidak terasa sakit.
2. Tn.A mengatakan tidak nafsu makan ± 3 hari, berat badan turun.
3. Tn.A mengatakan padangannya kabur/ terganggu.
4. Tn.A mengatakan memahami dan mengetahui penyakit yang
dideritanya.
5. Tn.A tampak meringis dan lemas
6. Tn.A tampak muntah-muntah
7. Tn.A tampak gelisah
8. Tn.A memahami dan mengetahui penyakit yang dideritanya.
TTV : Suhu: 37,5⁰ C, Nadi: 88x/m,

46
Pernafasan: 18x/m,TD:180/8o
mmHg,BB sebelum sakit : 62kg, BB
setelah sakit : 58kg
9. Hasil laboratorium, GDS : 420mg/dl
10. Terapi yang diberikan : Glibenclamid 5 mg, Novaxicam 20 mg,
Alvita (metamizole sodium 500 mg, B1, B6, B12)

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : DM Tipe II Ketidakseimbangan
a. Klien mengatakan nutrisi : kurang dari
nafsu makannya Defesiensi Insulin kebutuhan tubuh
menurun
b. Klien mengatakan Pusat lapar dan haus
lemas, mual dan ingin
muntah. Polidipsi dan Polifagi
DO :
a. Klien terlihat lemas Ketidakseimbangan
b. Berat badan menurun Nutrisi
:
BB sebelum sakit : 62
kg
BB setelah sakit : 58
kg

47
2 DS : . DM Tipe II Ketidakefektiifan
a. Klien mengatakan perfusi jaringan
kepalanya pusing Defesiensi Insulin perifer
b. Klien mengatakan
kesemutan pada kaki, Hipoglikemia
jika tersandung benda
terkadang tidak terasa Viskositas Darah
sakit.
DO : Aliran Darah
a. Klien tampak lemas Melambat
b. TTV:
- TD: 180/80 mmHg Ischemic Jaringan
- Suhu: 37,5⁰ C,
Ketidakefektifan
- Nadi: 88x/m,
Perfusi Jaringan
- Pernafasan: 18x/m,
Perifer
c. GDS : 420 mg/dl

3 DS : . DM Tipe II Risiko cedera


a. Klien mengatakan
penglihatan Defesiensi Insulin
terganggu.
b. Pandangan kabur dan Mikro Vaskuler
c. Klien mengatakan
gelisah Retian Diabetik
DO :
a. Padangan klien kabur Gangguan Penglihatan
b. Klien tampak gelisah
Resiko Cedera

48
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologismual muntah.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah ke perifer.
c. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan sensori (tidak
mampu melihat).

49
C. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


1 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang Setelah diberikan intervensi selama 3 a. Tentukan program diet dan pola makan klien dan
dari kebutuhan tubuh berhubungan hari nutrisi kembali seimbang sesuai bandingkan dengan makanan yang dapat
dengan faktor biologismual muntah. dengan kebutuhan tubuh. dihabiskan klien.
DS : Kriteria hasil : b. Berikan makanan cair yang mengandung zat
a. Klien mengatakan nafsu makannya a. Klien dapat mecerna jumlah kalori makanan rendah gula (nutrient) dan elektrolit
menurun atau nutrisi yang tepat, dengan segera jika klien sudah dapat
b. Klien mengatakan lemas, mual dan b. Berat badan stabil atau adanya mentoleransinya melalui oral,
muntah. penambahan : 0,5 - 1 kg c. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai
DO : c. Mendemontrasikan berat badan dengan indikasi,
a. Klien terlihat lemas stabil atau penambahan kearah d. Porsi yang sedikit tapi sering membantu menjaga
b. Berat badan menurun : rentang biasanya. pemasukan dan rangsangan mua muntah.

50
2 Ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah diberikan intervensi selama 3 a. Monitor tekanan darah, pernafasan, nadi, dan
perifer berhubungan dengan hari diharapkan klien tidak suhu dengan tepat.
penurunan sirkulasi darah ke perifer. menunjukkan gangguan perfusi jaringan b. Sediakan tempat tidur berketinggian rendah yang
DS : perifer. sesuai dan posisi nyaman
a. Klien mengatakan kepalanya Kriteria hasil : c. Bantu klien dengan ambulasi, sesuai kebutuhan.
pusing a. Observasi Tanda-tanda vital dalam d. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban.
b. Klien mengatakan kesemutan pada rentang normal e. Monitor sianosis sentral dan perifer.
kaki, jika tersandung benda terkadang - TD: 90/60 – 140-90 mmHg f. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian
tidak terasa sakit. - Nadi: 60-100 x/m terapi.
DO : - RR: 16-24 x/m g. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah
a. Klien tampak lemas b. Observasi rangsangan pada kaki dengan menggunakan “finger stick”,

51
3 Risiko cedera berhubungan dengan Setelah diberikan intervensi selama 3 Kaji ulang adanya faktor-faktor risiko jatuh pada
penurunan sensori (tidak mampu hari diharapkan klien memperlihatkan klien.
melihat). upaya menghindari cedera (jatuh) atau Nursing treatment :
DS : cedera (jatuh) tidak terjadi. a. Mengetahui perkembangan penglihatan klien
a. Klien mengatakan penglihatan Kriteria hasil : b. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman
a. Observasi penglihatan klien (memasang pinggiran tempat tidur, dll). c.
b. Mengidentifikasi bahaya lingkungan
yang dapat meningkatkan

52
terganggu. kemungkinan cedera,
b. pandangan kabur dan seperti c. Ciptakan lingkungan yang nyaman
berputar-putar.
c. Klien mengatakan gelisah
DO :
a. Klien tampak lemas
b. Padangan klien kabur c. Klien
tampak gelisah

53
D. Implementasi Dan Evaluasi
Hari Hari
No Tanggal Diagnosa Implementasi Paraf Tanggal Eval Paraf
1 Ketidakseimbangan
Keperawatan a. Memonitor kalori dan S: uasi
nutrisi : asupan a. Klien mengatakan tidak
kurang dari kebutuhan makanan klien : mual nafsu
tubuh berhubungan muntah hilang. makan
dengan faktor biologis b. Memonitor b. Klien mengatakan perut
mual muntah. kecenderungan terasa mual dan ingin
terjadinya
oleh klien untukkenaikan A: muntah
memenuhi Ketidakseimbangan nutrisi
kebutuhan gizi belum
d. Berkolaborasi dengan teratasi.
ahli diet. P:
a. Lanjutkan diet makan,
dan

54
2 Ketidakefektifan a. Memonitor TTV dan S:
perfusi GDS a. Klien mengatakan
jaringan perifer b. Memposisikan klien badannya
berhubungan dengan posisi semifowler lemas, kepala masih pusing
denganpenurunan c. Memonitor rangsangan b. Klien mengatakan
sirkulasi darah ke kaki kesemutan kakinya
perifer. berkurang
e. Kesemutan kaki
berkurang
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
a. Lanjutkan intervensi
3 Risiko cedera Mengkaji ulang adanya S: Welni
berhubungan faktor- Klien mengatakan Fitri
dengan penurunan faktor risiko jatuh pada penglihatannya Anggrai
sensori klien. mulai membaik. ni
(tidak mampu melihat). Nursing treatment : O:
a. Observasi penglihatan a. Klien masih tampak
klien gelisah

55
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada kasus Tn.A, menyatakan bahwa Tn.A menderita DM tipe 2
,bahwa kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak terkontrol akibat
gangguan sensitivitas sel beta (β) pankreas untuk menghasilkan hormon
insulin yang berperan sebagai pengontrol kadar gula dalam tubuh. Pada awal
gejala yang dirasakan oleh Tn.A adalah kepala pusing, nafsu makan
menurun, kaki sering kesemutan dan pandangan kabur. Gejala-gejala tersebut
juga sesuai dengan teori Bararah dan Jauhar (2013), termasuk dalam
gejala akut yaitu polinuria, polidipsia, dan poliphagia, juga termasuk dalam
gejala kronis dimana berat badan menurun tanpa disengaja, mata kabur, dan
kaki kesemutan.
Selama melakukan pengkajian pada klien, penulis tidak banyak
menemukan kesulitan dan hambatan dalam memperoleh identitas klien,
riwayat kesehatannya juga identitas keluarga sebagai penanggung jawab
klien. Pada tahap ini penulis menggunakan format pengkajian Keperawatan
Dasar Profesi (KDP) yang penulis peroleh dari intitusi pendidikan, sehingga
dapat menjadi pedoman untuk memperoleh informasi tentang status
kesehatan klien. Namun demikian kesenjangan masih tetap ada, seperti :
a. Pemeriksaan Fisik Pada teori, kasus dengan DM Tipe 2 biasa terdapat
infeksi, sedangkan pada prakteknya (kasus Tn.A) tidak terdapat infeksi.
b. Pemeriksaan Penunjang Karena klien di rawat di rumah sakit undata
maka pemeriksaan penunjang yang dilakukan sesuai dengan yang ada di
rumah sakit undata
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada teori ada 7, yaitu sebagai
berikut:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif

56
(diuresis osmotic).
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologismual muntah.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah ke perifer
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan
sirkulasi, deficit cairan.
f. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan sensori (tidak
mampu melihat).
g. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit.
Sedangkan pada kasus Tn.A yang tidak sesuai dengan teori yaitu diagnosa
nomor, 1, 4, 5 dan 7. Diagnosa keperawatan yang tidak muncul ini karena
data- data subyektif maupun objektif belum penulis temukan pada klien
saat ini
C. Intervensi
Untuk menyusun rencana tindakan keperawatan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan, maka harus sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan
saat pengkajian. Untuk kasus Tn.A dengan DM Tipe 2, intervensi yang
penulis buat sesuai seperti terdapat pada teori, dengan alasan intervensi-
intervensi di buku lebih mendukung dengan kasus Tn.A, sehingga
diharapkan intervensi yang penulis lakukan dapat bermanfaat sesuai dengan
kondisi yang ada pada Tn.A.
D. Implementasi
Pada tahap ini adalah tahap penerapan dan tindakan nyata untuk mencapai
hasil yang diinginkan, disini penulis membandingkan kenyataan dengan
teori yang ada. Hampir semua dapat dilakukan pada tahap implementasi,
salah satu contohnya adalah mengajarkan klien cara mengatur pola makan
yang benar yaitu dengan porsi sedikit tapi sering sehingga rasa mual dan
muntah berkurang.

57
E. Evaluasi
Tahap ini merupakan evaluasi dan implementasi yang telah dilakukan
terhadap Tn.A dengan diagnosa, yaitu :
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis mual muntah. Dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari masalah ini teratasi
dengan hasil evaluasi nutrisi klien seimbang, mual muntah berkurang.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah ke perifer. Dalam asuhan keperawatan yang
dilakukan penulis selama 3 hari masalah ini teratasi dengan hasil
evaluasi tekanan darah klien normal dan GDS normal.
c. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu
melihat). Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari
masalah ini teratasi dengan hasil evaluasi penglihatan klien sudah tidak
terganggu lagi.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Winda
Wulandari (2018), yaitu Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes
Mellitus Tipe II di Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.

58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah menguraikan beberapa Bab mengenai asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus DM Tipe 2 yang dimulai dari pengkajian sampai tahap evaluasi
maka dapat menarik kesimpulan sesuai dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Penulis melakukan hasil pengkajian keperawatan pada Tn.A dengan
DM tipe 2
2. Pengkajian yang dilakukan pada Tn. A dengan diabetes mellitus tipe 2
adalah pengumpulan data yang meliputi identitas klien, riwayat
kesehatan, pengkajian keperawatan dan pemeriksaan fisik. Data tersebut
kemudian dianalisa dan dikelompokkan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan. Kebersamaan ini dipengaruhi oleh kerja sama yang baik
antara klien, perawat dan kesehatan lainnya.
3. Penulis melakukan hasil diagnosa keperawatan pada Tn.A denganDM
4. Diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan berdasarkan analisa data
adalah sebagai berikut :
a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis atau ketidakmampuan
mengabsorpsi makanan.
b) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan penurunan sirkulasi darah ke perifer.
c ) Risiko cedera berhubungan dengan penurunan sensori (tidak
mampu melihat).
5. Penulis melakukan hasil perencanaan keperawatan pada Tn.A dengan
DM
tipe 2. Perencanaan disusun dengan masalah yang ada pada saat
dilakukan pengkajian dengan menggunakan aplikasi Nanda Nic Noc.

59
Penulis melakukan hasil pelaksanaan keperawatan pada Tn.A
denganDM
6. Dalam melakukan implementasi keperawatan terhadap klien diusahakan
tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan kerja
sama antara perawat, klien dan tim kesehatan lainnya. Namun demikian
tidak semua perencanaan dapat dilakukan terhadap klien karena
disesuaikan dengan keadaan klien dan fasilitas yang ada.
7. Penulis melakukan hasil evaluasi keperawatan pada Tn.A dengan DM tipe
2`
Evaluasi keperawatan terhadap klien dilakukan dengan membandingkan hasil
dan
tujuan yang diterapkan dalam rencana keperawatan. Dari ketiga diagnosa
yang
penulis angkat, semua telah mencapai tujuan yang diharapkan.
Keberhasilan
ini tidak lepas dari kerjasama yang baik antara penulis dengan sarana dan
prasar
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan dalam usaha
keperawatan pada klien DM Tipe 2 ini adalah :
a. Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi Poltekkes Kemenkes Riau, hasil penelitian

ini dapat dijadikan referensi untuk memperkaya bahan ajar.

b. Instansi RSUD Undata

Diharapkan rumah sakit mampu dan selalu mempertahankan

pelayanannya sehingga kedepannya bisa lebih baik lagi.

c. Penulis selanjutnya

60
Hasil penulisan ini dapat dikembangkan lagi untuk penulis selanjutnya

pada asuhan keperawatan yang lebih rinci lagi untuk menghasilkan

asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan bermanfaat bagi klien.

61
DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Assoociation). 2016. Standards of Medical


Care in
Diabetes.
Agoes, A., Achdiat, A & Arizal, A. 2013. Penyakit di Usia Tua.
Jakarta: EGC Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.
Yogyakarta: Ar- Ruzz Media
Anonim. 2001. Consensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia.
Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Bararah, T & Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap
Menjadi
Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Cetakan 2
Rineka Cipta
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Volume 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Clinical Diabetes Associaton. 2013. Clinical Practice Guildelines
for The
Prevention and Management of Diabetes in Canada
Defronzo, R.A. 2009. From the Triumvirate to the Ominous Octet: A New
Paradigm for the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. West
Sussex: John Wiley and Sons, Ltd
Dinkes. 2016. Prevalensi Diabetes Mellitus Tipe 2. Dinas Kesahatan
Kabupaten
Kampar
Dewi, R.K. 2014. Diabetes Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta: Fmedia
Doenges, E. M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC

62
Greenstein, B., & Wood, D.F. 2010. At a Glance Sistem Endokrin Edisi
Kedua.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hadianah. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa
dan Anak- Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha
Medika
IDF. 2017. IDF Diabetes Atlas Fifth Edition: Internasional Diabetes
Federation.
Ip Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika
Kemenkes RI. 2013. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta:
Kementerian
Kesehatan RI

63

Anda mungkin juga menyukai