DI SUSUN OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
BAB I
KONSEP TEORI
A. DEFINISI
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Ginjal
2. Kandung Kemih
Kandung kemih (buli-buli atau bladder) merupakan sebuah kantong
yang terdiri atas otot halus, berfungsi menampung urin. Kandung kemih
merupakan organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di
belakang os pubis. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot
polos yang dinamakan muskulus detrusor. Kontraksi otot ini berfungsi
untuk mengosongkan kandung kemih pada saat urinasi (buang air kecil)
(Brunner& Suddarth, 2020)
Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot
berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar yang
berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga uretra
dapat menyalurkan urine dari kandung kemih keluar tubuh. Penyaluran
rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar
bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot
lingkar menjadi kendor dan terjadi kontraksi sfingter bagian dalam sehingga
urine tetap tinggal di dalam kandung kemih. Sistem parasimpatis
menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan
penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat
menyebabkan terjadinya kontraksi otot destrusor dan kendurnya sfingter
(Hidayat, 2019)
3. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian
luar. Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria.
Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem
reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri atas tiga bagian,
yaitu prostat, selaput (membran), dan bagian yang berongga (ruang). Pada
wanita, uretra memiliki panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai
tempat menyalurkan urine ke bagian luar tubuh (Hidayat, 2019)
Saluran perkemihan dilapisi oleh membran mukosa, dimulai dari
meatus uretra hingga ginjal. Meskipun mikroorganisme secara normal tidak
ada yang bisa melewati uretra bagian bawah, membran mukosa ini, pada
keadaan patologis, yang terus-menerus akan menjadikannya media yang
baik untuk pertumbuhan beberapa patogen (Hidayat, 2019)
C. ETIOLOGI
Etiologi Hipospadia sangat bervariasi dan multifactorial, namun belum
ditemukan penyebab pasti dari kelainan ini. Adanya defek pada produksi
testosterone oleh testis dan kelenjar adrenal, kegagalan konversi dari testosterone
ke dihidrotestosteron, defisiensi reseptor androgen di penis, maupun penurunan
ikatan antara dihidrostestosteron dengan reseptor andogren dapat
menyebabkan Hypospadia (Krisna & Maulana, 2018).
Adanya paparan estrogen atau progestin pada ibu hamil di awal kehamilan
dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya Hypospadia. Lingkungan yang
tinggi terhadap aktivitas estrogen sering ditemukan pada pestisida di sayuran dan
buah, dan obat-obatan, namun pada pil kontrasepsi tidak menimbulkan
Hypospadia. Bahwa ibu hamil yang terpapar diethylstilbestrol meningkatlan resiko
terjadinya Hypospadia(Krisna& Maulana,2018).
D. PATOFISIOLOGI
lokasi, yaitu anterior (Glandular, coronal, dan distal penile), middle (midshaft dan
proximal penile), dan posterior (Penoscrotal, scrotal, dan perineal). Lokasi yang
Hypospadia berdasarkan derajat sangat subyektif tergantung dari ahli bedah masing-
masing. Dibagi menjadi: Mild Hypospadia atau Grade 1, yaitu muara uretra dekat
dengan lokasi normal dan berada pada ujung tengah glans (glanular, coronal,
tengah lokasi normal dan scrotal (Distal penile, Midshaft). Devere Hypospadia atau
grade 3 dan 4, yaitu muara uretra berada jauh dari lokasi yang seharusnya (Perineal,
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan prosedur
pembedahan pada Hypospadia adalah:
(Uretroplasti).
c. Riwayat Kesehatan
DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan hipospadia
post operasi uretroplasty yaitu (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
8. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama 11. Obat ansietas dapat menurunkan
pasien, jika perl kecemasan klien
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
Price S.A., Wilson L.M. (2019). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta
Price S.A., Wilson L.M. (2019). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.
DI SUSUN OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI