Anda di halaman 1dari 76

i

PENGARUH BREATHING EXERCISES TERHADAP PENURUNAN


KELELAHAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD
UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

SKRIPSI

SARTINA
201801036

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU 2022
ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Breathing


Exercises Terhadap Penurunan Kelelahan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis Di Unit Hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah
adalah benar karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau di kutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini
saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada Stikes Widya Nusantara Palu

Palu, 26 Juli 2022

Sartina
201801036
iii

PENGARUH BREATHING EXERCISES TERHADAP PENURUNAN


KELELAHAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA
RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH
The Effect Of Breathing Exercises On Reducing Fatigue In Chronic Renal Failure
Patients That Undergoing Hemodialysis At The Hospital's Hemodialysis Unit
Undata Central Sulawesi Province

Sartina, Tigor H.Situmorang dan Ni Nyoman Udiani


Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

ABSTRAK

Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang peningkatan insidensi dan prevalensi tinggi.
penyakit gagal ginjal kronik harus menjalani hemodialisis secara rutin sehingga mengakibatkan
terjadinya gangguan fisik yaitu kelelahan. Breathing Exercises merupakan terapi
nonfarmakologi yang dapat menurunkan tingkat kelelahan dengan tekhnik napas dalam 5 siklus
untuk meningkatan perfusi oksigen ke jaringan perifer yang dapat menurunkan kelelahan.
Tujuan untuk mengetahui pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan tingkat kelelahan
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisa RSUD Undata
Palu. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Pre-experimen menggunakan
rancangan One Group Pre Test And Post Test Design, Populasi berjumlah 62 orang dan sampel
berjumlah 15 orang dengan tekhnik Purposive Sampling. Hasil penelitian dari 15 responden
menggunakan uji Paired sample t-test diperoleh nilai p=0,000 (p ≤ 0,05). Tingkat kelelahan
sebelum Breathing Exercises adalah kelelahan berat (80%), kelelahan ringan (30%). Sedangkan
tingkat kelelahan responden setelah dilakukan Breathing Exercises adalah kelelahan ringan
(100%), dan kelelahan berat (0%). Simpulannya ada Pengaruh Breathing Exercises Terhadap
Penurunan Kelelahan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit
Hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Saran diharapkan hasil penelitian ini
dijadikan pengembangan ilmu asuhan keperawatan dan sebagai terapi non farmakologi pada
pasien yang mengalami kelelahan.

Kata Kunci : Breathing Exercises, Hemodialisis, Kelelahan


iv

ABSTRACT

Chronic Kidney Failure Disease is a global health problem with a high incidence and
prevalence. Someone who suffers from chronic kidney failure must undergo hemodialysis
regularly, resulting in physical disturbances such as fatigue. Breathing Exercises are a non-
pharmacological therapy that can reduce fatigue levels by doing 5 cycles of deep breathing
techniques to increase oxygen perfusion to peripheral tissues so it could reduce fatigue levels
itself. The purpose of the research is to obtain the effect of Breathing Exercises on reducing
fatigue levels in chronic kidney failure patients who undergoing hemodialysis at the
hemodialysis unit of Undata Hospital Palu. This type of research is quantitative with a Pre-
experimental design using One Group Pre Test And Post Test Design. The population of the
research was about 62 people and a sample of only15 people that taken by purposive sampling
technique. The results of the research mentioned that 15 respondents using the Paired sample t-
test obtained a value of p = 0.000 (p 0.05). The level of fatigue of respondents before doing
Breathing Exercises is severe fatigue (80%), and mild fatigue (30%). But the level of fatigue of
respondents after Breathing Exercises is mild fatigue (100%) and severe fatigue (0%). In
conclusion, there is the effect of Breathing Exercises on Reducing Fatigue in Chronic Kidney
Failure Patients Who Undergoing Hemodialysis in the Hemodialysis Unit of Undata Hospital,
Central Sulawesi Province. It is hoped that the results of the research could be used as the
improvement of science in nursing care and used as a non-pharmacological therapy for patients
who have fatigue experience.

Keywords: Breathing Exercises, Fatigue, Hemodialysis


v

PENGARUH BREATHING EXERCISES TERHADAP PENURUNAN


KELELAHAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD
UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

SKRIPSI
Diajukan sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

SARTINA
201801036

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU 2022
vi

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH BREATHING EXERCISES TERHADAP PENURUNAN


KELELAHAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD
UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

SKRIPSI

SARTINA
201801036

Skripsi Ini Telah Diujikan Tanggal 09 Agustus 2022

Ns. Ni Nyoman Elfiyunai S. Kep., M. Kes (.........................................................)


NIK. 20210901130

Dr. Tigor H.Situmorang.M.H., M.Kes (.........................................................)


NIK. 20080901001
Ns. Ni Nyoman Udiani, S.Kep.,M.Kep (.........................................................)
NIK. 20200902022

Mengetahui,
Ketua STIKes Widya Nusantara Palu

Dr. Tigor H.Situmorang.M.H., M.Kes


NIK. 20080901001
vii

PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga
skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
pada bulan April 2022 ialah survei, dengan judul “Pengaruh Breathing Exercises
Terhadap Penurunan Kelelahan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di Unit Hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah”

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,


bantuan, dorongan, arahan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tua,
Bapak Imran Datuamas dan Hj.Muliyati Hj.Umar yang telah memberi doa, kasih sayang
serta dukungan baik moral dan material. Serta ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Widyawati Situmorang, BSc., M.Sc, selaku Ketua Yayasan STIKes Widya
Nusantara Palu.
2. Bapak Dr, Tigor H. Situmorang, M.H., M.Kes., selaku Ketua STIKes Widya
Nusantara Palu dan sekaligus pembimbing I yang telah memberikan masukan
dan dukungan moral dalam penyusunan skripsi ini
3. Ibu Ns. Yuhana Damantalm, S.Kep., M.Erg, selaku Ketua Prodi Keperawatan
STIKes Widya Nusantara Palu.
4. Ns. Ni Nyoman Udiani, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan skripsi ini
5. Ibu Ns Ni Nyoman Elfiyunai S.Kep., M.Kes., selaku penguji utama yang telah
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff STIKes Widya Nusantara Palu yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan selama peneliti
mengikuti pendidikan
7. Direktur UPT RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah dan staff atas bantuan
dan kerja samanya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang
telah ditetapkan
viii

8. Muhammad Idris yang teristimewa yang telah sabar memberikan saya semangat
untuk menyusun skripsi
9. Reza yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi saya
10. Ibrahim dan Yohanes yang telah mengajarkan dan memberi masukan dalam
penyusunan skripsi saya
11. Teman saya yang paling teristimewa Zalsabila, Vira pratiwi, Sukmawaty dan
Asriandini yang telah memberikan semangat dan juga motivasi dalam
penyusunan skripsi saya
12. Teman-teman keperawatan angkatan 2018 khususnya kelas A yang sudah
banyak memberikan bantuan dan juga motivasi dalam penyusunan skripsi
13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Saya
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya dibidang ilmu keperawatan.

Palu, 26 Juli 2022

Sartina
201801036
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
HALAMAN JUDUL SKRIPSI v
LEMBAR PENGESAHAN vi
PRAKATA vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 17
C. Hipotesis 17
BAB III METODE PENELITIAN 18
A. Desain Penelitian 18
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 18
C. Populasi Dan Sampel Penelitian 19
D. Variabel Penelitian 19
E. Definisi Operasional 20
F. Instrumen Penelitian 20
x

G. Tekhnik Pengumpulan Data 22


H. Analisa Data 22
I. Alur Penelitian 25
BAB IV PEMBAHASAN 26
A. Gambaran Lokasi Penelitian 26
B. Hasil Penelitian 26
C. Pembahasan 30
BAB V PENUTUP 36
A. Simpulan 36
B. Saran 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Test Of Normality (Uji Normalitas)

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pada Pasien Penyakit


Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD
Undata

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin Pada Pasien


Penyakit Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di
RSUD Undata

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Pasien


Penyakit Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di
RSUD Undata

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Pasien


Penyakit Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di
RSUD Undata

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Pasien Yang Menjalani


Hemodialisis Sebelum Melakukan Breathing Exercises

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Pasien Yang Menjalani


Hemodialisis Sebelum Melakukan Breathing Exercises

Tabel 4.7 Pengaruh Breathing Exercises Terhadap Penurunan Tingkat


Kelelahan Pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis Di RSUD Undata

xi
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep 17


Gambar 3.1 Desain Penelitian 18
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian 25
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Ujian Skripsi


Lampiran 2 Surat Permohonan Pengambilan Data Awal
Lampiran 3 Surat Balasan Pengambilan Data Awal
Lampiran 4 Surat Permohonan Turun Penelitian
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 7 Kuesioner Kelelahan FAS
Lampiran 8 Standar Prosedur Operasional Breathing Exercises
Lampiran 9 Surat Balasan Selesai Penelitian
Lampiran 10 Dokumentasi
Lampiran 11 Lembar Bimbingan Proposal Dan Skripsi
Lampiran 13 Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ yang mempunyai banyak peranan
penting di dalam tubuh manusia, selain peran utamanya dalam produksi urin,
ginjal juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan yang ada di dalam
tubuh, pengaturan status asam-basa (PH darah), pembentukan sel darah merah,
pengaturan tekanan darah serta pembentukan vitamin D aktif 1. Penyakit gagal
ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal, dimana tubuh tidak dapat
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)2.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 penyakit ginjal
kronik merupakan masalah kesehatan dunia dengan peningkatan insidensi dan
prevalensi yang tinggi, secara global lebih dari 500 juta orang yang menderita
penyakit ginjal dan sekitar 1,5 juta orang yang menjalani hidupnya harus
ketergantungan dengan pengobatan hemodialisis atau cuci darah3. Berdasarkan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 berdasarkan diagnosis
dokter indonesia prevalensi penyakit gagal ginjal kronik pada orang usia lebih
dari 15 tahun di Indonesia adalah 713.783 orang. Pada tahun 2018, provinsi
Sulawesi Tengah menempati urutan ke-lima dengan kejadian penyakit ginjal
kronik di Indonesia dengan angka prevalensi 0,52% atau 7.847 orang 4.
Berdasarkan data dari unit hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah bahwa jumlah pasien yang menjalani hemodialisis pada tahun 2019
berjumlah sebanyak 7.512 kunjungan, kemudian pada tahun 2020 jumlahnya
sebanyak 8.180 kunjungan dan terjadi peningkatan pada tahun 2021 yaitu
sebanyak 8.928 kunjungan. Dari data yang didapatkan di unit hemodialisa
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah bahwa jumlah pasien yang rutin
menjalani hemodialisis sebanyak 62 orang.
Seseorang dengan penyakit gagal ginjal kronik kebanyakan melakukan
pengobatan dengan terapi hemodialisis untuk membersihkan sisa-sisa
metabolisme atau hasil metabolik yang tidak lagi diperlukan oleh tubuh, karena

1
2

disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang sudah tidak mampu membuang
sisa-sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh. Jika sudah melakukan
hemodialisis dianjurkan rutin melakukan pengobatan yaitu umumnya
dilakukan 2-3 kali setiap minggunya dan membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam,
gejala yang biasanya muncul yaitu sakit kepala, keringat dingin dan lemas,
kram otot2.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nia Khusniati 5 tentang kelelahan,
depresi, dan kualitas hidup pasien hemodialisa, hasil pengukuran tingkat
kelelahan dari 105 pasien, 57,1% pasien mengalami kelelahan5. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sitti Rusdianah Jafar6 tentang penurunan tingkat
kelelahan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis melalui promosi
kesehatan tekhnik relaksasi napas dalam atau terapi Breathing Exercises
menunjukkan bahwa pasien yang melakukan hemodialisis, latihan rutin secara
mandiri selama lima siklus dalam waktu lima menit setiap siklusnya dapat
menurunkan kelelahan, merasa nyaman dan meningkatkan kualitas hidup pada
pasien6.
Kelelahan merupakan dimana klien mengalami kelelahan baik dalam segi
fisik maupun mental7. Pada pasien yang menjalani hemodialisis, kelelahan
merupakan kondisi klinis yang sering terjadi7. Kelelahan pada pasien
hemodialisis disebabkan oleh sindrome uremia. Sindrome uremia yaitu kondisi
buruk yang terjadi pada saat ginjal tidak dapat menyaring dengan baik karena
tingginya kadar produk limbah dalam darah. Lalu sindrome uremia dapat
menyebabkan lemas pada syaraf karna adanya gangguan pada syaraf perifer
karna adanya uremik neuropati yang dapat merusak sel syaraf, gejala yang di
timbulkan biasanya kesemutan dan lemas di daerah tangan dan kaki sehingga
dapat menyebabkan lemas pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis7.
Breathing Exercises yaitu latihan pernapasan yang berguna untuk
mengatasi berbagai keluhan seperti pada pasien yang mengeluh gangguan
tidur, stress, kecemasan, dan kelelahan. Secara fisiologis, latihan napas dalam
akan menstimulasi sistem parasimpatik sehingga mampu meningkatkan
produksi endorphin yang berperan sebagai penghilang rasa nyeri dan penenang,
3

kemudian meningkatkan ekspansi paru sehingga mampu berkembang


maksimal, dan membuat otot-otot lebih rileks dari sebelum melakukan terapi
napas dalam8.
Breathing Exercises mempunyai banyak manfaat salah satunya mudah
dilakukan secara mandiri, tidak mengeluarkan biaya dan praktis, kemudian
meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot, dan memaksimalkan
jumlah oksigen yang masuk ke dalam tubuh kemudian di suplay ke seluruh
jaringan tubuh sehingga pada pasien yang melakukan hemodialisis dan
mengalami kelelahan menerapkan tekhnik napas dalam akan merasa lebih
rileks, merasa tenang sehingga kelelahan yang pasien rasakan akan menurun
sedikit demi sedikit jika Breathing Exercises ini dilakukan secara rutin, dalam
pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan kelelahan penelitian ini
akan diberikan terapi Breathing Exercises sebanyak 5 siklus dalam waktu 5
menit untuk hasil yang maksimal8.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah, ada 8 orang pasien yang menjalani hemodialisis di
wawancarai oleh peneliti. Dari wawancara tersebut peneliti mendapatkan hasil
yaitu 7 orang pasien yang mengatakan merasa kelelahan pada saat sebelum
dilakukan hemodialisis. Sedangkan 1 orang pasien tersebut mengatakan bahwa
setelah melakukan hemodialisis tidak terlalu merasakan kelelahan. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor yaitu, pasien yang menjalani hemodialisis
selama 2-3 tahun dan sudah berusia lanjut. Peneliti kemudian menanyakan
apakah sebelumnya pernah dilakukan terapi Breathing Exercises di ruangan
hemodialisa RSUD Undata, berdasarkan hasil wawancara beberapa pasien
mengatakan tidak ada penelitian Breathing Exercises dilakukan di ruangan
Hemodialisis RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah dilakukan. Maka dari
keluhan pasien yang mengalami kelelahan pada saat dan setelah dilakukan
hemodialisis, peneliti tertarik mengangkat judul tentang “Pengaruh Breathing
Exercises Terhadap Penurunan Kelelahan Pada Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Unit Hemodialisa RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah”.
4

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam


penelitian ini yaitu adakah “Pengaruh Breathing Exercises Terhadap
Penurunan Kelelahan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa Di Unit Hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah”?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum
Tujuan umum dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi
Pengaruh Breathing Exercises Terhadap Penurunan Kelelahan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Unit Hemodialisa
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Tujuan khusus
a. Diidentifikasi kelelahan pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis sebelum diberikan terapi Breathing Exercises.
b. Diidentifikasi kelelahan pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis setelah diberikan terapi Breathing Exercises.
c. Diidentifikasi pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan
kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau sebagai
bahan bacaan, guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa.
2. Bagi masyarakat
Penelitian ini kiranya dapat menambah wawasan dan juga ilmu
pengetahuan tentang pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan
kelelahan agar bisa diterapkan pada anggota keluarga yang mengalami
kelelahan saat menjalani hemodialisis.
5

3. Bagi instansi tempat meneliti


Penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan informasi dan masukan
bagi RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah tentang pengaruh
Breathing Exercises terhadap penurunan kelelahan sehingga pasien yang
menjalani hemodialisis mampu mengatasi kelelahan dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Gagal Ginjal


a. Definisi
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan kerusakan fungsi dan
struktur ginjal yang progresif dan secara terus menerus. Penyakit gagal
ginjal kronik terjadi pada seseorang yang rentan analgesik, nefropati,
destruksi papilla ginjal yang berhubungan dengan obat-obatan analgesik
setiap hari dengan jangka waktu yang panjang sampai bertahun-tahun.
Apapun penyebabnya, terjadi penurunan secara progresif di bagian fungsi
ginjal dapat diketahui dengan adanya penurunan Glomerulus Filter Rate
yang progresif9. Penyakit gagal ginjal kronik yaitu kerusakan fungsi
ginjal untuk melakukan metabolisme serta mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan di tandai adanya penumpukan sisa metabolik didalam
darah10.
b. Klasifikasi
Klasifikasi dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar laju filtrasi
glomelurus (LFG), yang di hitung dengan menggunakan rumus Kockroft-
Gault sebagai berikut.
Pada pria :
( 140−umur ) ×berat badan
LFG(ml/menit/1.73m2)=
72× kreatinin plasma (mg /dl )
Pada wanita :
( 140−umur ) ×berat badan
LFG(ml/menit/1.73m2 = x 0,85
72× kreatinin plasma (mg /dl)
1) Stadium I
LFG ≥ 90 ml/menit/1.73m², terjadi kerusakan ginjal dengan LFG
normal atau meningkat.

6
7

2) Stadium II
LFG = 60-89 ml/menit/1.73m², terjadi penurunan ringan pada LFG.
3) Stadium III
LFG = 30-59 ml/menit/1.73m², terjadi penurunan sedang pada LFG
4) Stadium V
LFG < 15 ml/menit/1.73m², penyakit ginjal tahap akhir di sebabkan
karna tidak dapat membuang sisa metabolisme tubuh atau
menjalankan fungsi pengaturan serta memerlukan penatalaksanaan
dengan melakukan terapi pengganti ginjal untuk mempertahankan
hidup11.
c. Etiologi
Berdasarkan data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2018,
penyebab penyakit gagal ginjal kronik terbesar yaitu hipertensi (39%),
nefropati diabetik (22%), glomeluronefritis kronik (5%)11.
d. Patofisiologi
Awal proses terjadinya gagal ginjal kronik tergantung pada
penyakit yang mendasarinya yaitu diabetes, hipertensi, nefropati diabetik,
dan glomeluronefritis kronik. Keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan dua adaptasi penting yang dilakukan oleh ginjal. Penurunan
massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural sehingga
mengakibatkan fungsional nefron yang masih bertahan mempunyai
peranan sebagai kompensasi ginjal untuk melakukan semua beban kerja
ginjal, yang diperantara oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan
Grow Factors. Hal ini mengakibatkan peningkatan kecepatan filtrasi,
yang disertai oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomelurus. Proses adaptasi ini cukup efektif untuk mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, hingga fungsi ginjal
mengalami tingkatan fungsi yang sangat rendah. Sehingga jika 75%
massa nefron sudah rusak, maka laju filtrasi glomelurus ke tubulus tidak
dapat lagi di pertahankan12. Beban kerja ginjal yang berlebihan ini pada
akhirnya harus ditanggung oleh glomelurus yang masih sehat.Situasi ini
biasa menyebabkan terjadinya nekrosis, menjadi kaku dan sklerosis. Zat-
8

zat toksis menumpuk dan perubahan yang potensial akan mengakibatkan


matinya semua organ penting pada ginjal12.
e. Manifestasi klinik
1) Sistem hematopoietik
Tanda dan gejala yang muncul pada sistem hematopoietik yaitu,
trombositpenia, ekimosis, anemia menyebabkan cepat lelah, ekimosis,
potensi pendarahan, dan hemolisis12.
2) Sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler tanda dan gejala yang muncul sebagai
berikut, enselopati hipertensif, dan retinopati, disritmia, hipertensi,
beban sirkulasi berlebihan, edema, gagal jantung kongestif, takikardia,
hiperlovemia, dan perikarditis12.
3) Sistem respirasi
Tanda dan gejala pada sistem pernafasan atau respirasi antara lain
dipsnea, takipnea, pernafasan kusmaul, batuk disertai nyeri, sputum
yang lengket, suhu tubuh yang tinggi, pleural frictim rub, hiliar
pneumontitis, serta edema paru12.
4) Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal tanda dan gejala yang akan muncul ada
berbagai macam jenis keluhan yaitu mual muntah, distensi abdomen
dan anoreksia menyebabkan nafas berbau amoniak, penurunan berat
badan, gastritis, enteritis, parotitis, stomatitis, rasa kecap logam,
konstipasi, diare, mulut kering, dan pendarahan gastrointestinal12.
5) Sistem neurologi
Pada sistem neurologi manifestasi klinis yang dapat muncul antara
lain perubahan tingkat kesadaran, penurunan ketajaman mental,
kejang, insomnia, stupor, asteriksis, gelisah, bingung atau konsentrasi
buruk, dan koma12.
6) Sistem muskuloskeletal
Tanda dan gejala pada sistem muskuloskeletal adalah terjadinya nyeri
sendi, perubahan motorik, yang berlanjut pada paraplegia, rikets
ginjal, pertumbuhan lambat pada anak, serta osteodistrofi ginjal12.
9

7) Sistem dermatologi
Manifestasi klinis yang muncul pada sistem dermatologi antara lain,
ekismosis, pruritus, pigmentasi, pucat, lecet, kulit kering, memar,
kuku tipis, bergaris merah, bergerigi dan mudah patah12.
8) Sistem urologi
Tanda dan gejala pada system urologi yang akan muncul yaitu
pengeluaran urin berkurang, berat jenis urin menurun, hipermagnesia,
proteinuria, azotemia, ketidakseimbangan kalium dan natrium, sel
dalam urin dan fragmen12.
9) Sistem reproduksi
Tanda dan gejala yang muncul pada sistem reproduksi yaitu terjadinya
disfungsi ereksi, libido menurun, interfilitas, amenorea, dan lambatnya
pubertas12.
f. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik terdiri dari dua
tahap yaitu penanganan konservatif dan terapi pengganti ginjal.
Penanganan konservatif yaitu menghambat perkembangan penyakit gagal
ginjal kronik, kondisi pasien menjadi stabil, dan mengobati faktor-faktor
reversible. Sementara terapi pengganti ginjal dilakukan pada pasien yang
menderita penyakit ginjal kronik stadium V, berupa hemodialisis,
transplantasi ginjal13.
g. Komplikasi
Menurut kowalak, welsh dan mayer (dalam kribyanto, 2019),
komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita penyakit gagal ginjal
kronik meliputi:
1) Neuropati perifer
2) Anemia
3) Komplikasi gastrointestinal
4) Disfungsi seksual
5) Parestesia
6) Defek skeletal
7) Fraktura patologis
10

8) Disfungsi saraf motorik10.


2. Konsep Hemodialisis
a. Definisi
Hemodialisis atau yang sering di sebut dengan istilah cuci darah
adalah tindakan medis yang berguna untuk membersihkan sisa-sia
metabolisme atau hasil metabolik yang tidak lagi diperlukan oleh tubuh,
karena disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang sudah tidak mampu
membuang sisa-sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh2.
Hemodialisis merupakan suatu terapi pengganti fungsi ginjal yang di
lakukan dengan cara mengalirkan darah ke suatu tabung (dialiser) yang
mempunyai dua kompartemen yang terpisah14.
Hemodialisis merupakan proses yang menggunakan mesin ginjal
buatan (mesin dialisis) yang terdiri dari dua tabung, tabung satu berisi
darah dan tabung lain berisi cairan dialisis12. Dapat di simpulkan bahwa
hemodialisis merupakan suatu terapi pengganti fungsi ginjal yang di
lakukan dengan cara mengalirkan darah dari tubuh pasien melalui mesin
dialisis yang mempunyai dua kopartemen, satu sisi berisi darah dan sisi
yang lainnya berisi cairan dialisis, dan di dalam mesin dialisis terjadi
disfusi dan ultrafiltrasi dan kemudian darah kembali lagi ke tubuh12.
b. Tujuan Hemodialisis
Tujuan dari hemodialisis yaitu untuk meminimalisir bertumpuknya
sisa metabolisme dan cairan atau zat beracun dalam darah yang ada di
seluruh tubuh serta mencegah komplikasi lebih lanjut pada penderita
penyakit ginjal kronik12.
c. Prinsip dan proses hemodialisis
Ada 3 prinsip hemodialisis yaitu antara lain difusi, osmosis, serta
ultrafiltrasi:
1) Difusi
Difusi adalah bergeraknya partikel dari tempat yang mempunyai
konsentrasi tinggi ke tempat yang konsentrasinya lebih rendah. Hal ini
terjadi pada membran semipermeabel dalam tubuh manusia. Difusi
menyebabkan kreatinin, urea, dan asam urat dari darah masuk ke
11

dalam dialisat. Tetapi protein dan eritrosit tidak dapat menembus


membran semipermeabel karena molekulnya yang besar15.
2) Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya partikel dari tempat berkonsentrasi
rendah ke tempat yang konsentrasinya yang lebih tinggi15.
3) Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi merupakan pergerakan cairan melalui membran
semipermeabel dari akibat tekanan gradient buatan (tekanan bias
positif/didorong dan negatif/ditarik)15.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hemodialisis
1) Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang, akan mempunyai pengalaman
yang meningkatkan pengetahuan akan suatu objek. Semakin tua umur
seseorang maka akan meningkatkan juga kemampuannya dalam
mengambil keputusan, mengendalikan emosi, berfikir rasional, toleran
dan menjadi terbuka terhadap pandangan orang lain termasuk juga
keputusannya untuk menjalani program terapi yang berdampak positif
untuk kesehatannya9. Menurut departemen kesehatan republik
indonesia (Depkes RI) tahun 2009 Klasifikasi umur dikategorikan
sebagai berikut :
a) Balita = 0-5 tahun
b) Kanak-kanak = 5-11 tahun
c) Remaja awal = 12-16 tahun
d) Remaja akhir = 17-25 tahun
e) Dewasa awal = 26-35 tahun
f) Dewasa akhir = 36-45 tahun
g) Lansia awal = 46-55 tahun
h) Lansia akhir = 56-65 tahun
i) Manula = > 65 tahun
2) Jenis kelamin
Dalam pemenuhan nutrisi, pada jenis kelamin perempuan sedikit
kurang patuh. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron berubah
12

setiap bulannya sehingga menyebabkan kebutuhan hidrasi, didukung


toleransi tubuh terhadap panas lebih rendah dan perempuan mudah
lemah9.
3) Pekerjaan
Keadaan sosial dan ekonomi seseorang akan mempengaruhi faktor
fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor-faktor tersebut baik,
maka akan mengurangi beban fisiologis dan psikologis9.
4) Dukungan keluarga
Kepatuhan terapi hemodialisis salah satunya yaitu dukungan keluarga,
dukungan keluarga sangat dibutuhkan agar dapat mempertahankan
status kesehatannya.menjalani hemodialisis secara rutin. Selain itu,
saat berada di rumah pengaturan makanan nutrisi akan diatur oleh
pasien dan keluarganya9.
e. Efek selama terapi hemodialisis
1) Kram otot
Penyebab kejadian kram otot pada saat dilakukannya hemodialisa
yaitu karna penurunan volume cairan ekstraseluler yang berdampak
pada peningkatan konsentrasi Na+ dalam konsetrat tidak adekuat.
Kram otot muncul pada akhir atau mendekati sesi hemodialisis setelah
laju ultrafiltrasi tinggi dan pembuangan darah meningkat maka
menyebabkan terjadinya hipovolemia, lalu meningkatnya vasoppresor
substansi yang menyebabkan iskemia jaringan dan kurangnya karnitin,
karna berkurangnya karnitin dapat menyebabkan terjadinya otot kram
pada saat dilakukan hemodialisis9.
2) Hipotensi (darah rendah)
Penyebab terjadinya hipotensi yaitu pengaruh dari tekanan onkotik
naik dan membuat cairan keluar dari ruangan interstisial untuk
menyamakan tekanan onkotik antara dua ruangan ekstraselular.
Sehingga tekanan cairan ekstraselular lebih tinggi daripada tekanan
intraselular.Inilah yang membuat perpindahan air keluar sel dan darah
rendah ini terjadi ketika ultrafiltrasi berlebihan. Ultrafiltrasi darah
selama hemodialisis akan mengakibatkan volume plasma menurun
13

sehingga menyebabkan seseorang mengalami kelelahan atau lemas,


pusing, dan mual9.
3) Kulit gatal (pruritus)
Penyebab kulit gatal karna terjadinya penumpukan fosfor akibat
hemodialisis membuat kulit menjadi gatal.
4) Nyeri dada
karna menurunnya pCO² seiring dengan kejadian sirkulasi darah diluar
tubuh9.
5) Kekurangan volume cairan (hipovolemia)
Terjadi akibat pembatasan cairan dan kehilangan darah secara actual9.
6) Penurunan status gizi
Dalam proses hemodialisa, selain mengeluarkan zat-zat toksik seperti
ureum, kreatinin dan pengeluaran cairan protein, pada penderita gagal
ginjal kronik dianjurkan untuk membatasi jumlah asupan cairan dan
pembatasan diet, sehingga menyebabkan seseorang akan mengalami
malnutrisi dan menyebabkan kelelahan karna berkurangnya protein
dan gizi didalam tubuh9.
f. Syarat menjalani hemodialisis
Hemodialisis akan diperlukan ketika ginjal tidak mampu lagi
berfungsi dengan baik akibat gagal ginjal, hal ini dapat diketahui dengan
pemeriksaan oleh dokter dan pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan perlu atau tidaknya seseorang melakukan cuci darah. Ada
beberapa indikator pemeriksaan laboratorium yang menunjang, yaitu
pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum dalam darah, jika kadar kreatinin
melebihi 10 mg/dl sudah disarankan melakukan cuci darah, normal kadar
kreatinin dalam darah pada pria dewasa yaitu berkisar 0,6-12 mg/dl,
sedangkan pada wanita dewasa yaitu berkisar 0,5 mg/dl, sedangkan pada
seseorang dengan gagal ginjal kronik yang memiliki kadar ureum
melebihi 10 mg/dl menandakan ginjal sudah tidak dapat bekerja dengan
baik dan disarankan melakukan hemodialisis, kemudian kadar ureum>50
mg/dl sudah disarankan melakukan cuci darah. Normal kadar ureum
dalam darah yaitu pria dewasa berkisar 8-24 mg/dl, kemudian pada
14

wanita dewasa berkisar 6-21 mg/dl, sehingga pada pasien gagal ginjal
kronik yang memiliki kadar ureum lebih dari >50 mg/dl sudah
disarankan melakukan hemodialisis atau kata yang sering didengar yaitu
cuci darah10.
3. Konsep Kelelahan
a. Definisi kelelahan
Kelelahan adalah salah satu keadaan dimana klien merasa lelah
baik fisik maupun mental7. Pada pasien yang melakukan terapi
hemodialisis, kelelahan merupakan kondisi klinis yang sering terjadi
pada penyakit kronis7. Pada pasien yang menjalani hemodialisis
membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam dan akan mempengaruhi keadaan
fisik pasien yaitu menyebabkan stress karna kondisi fisik yang berubah,
dan anemia yang akan menyebabkan kelelahan7.
b. Penyebab kelelahan
Kelelahan pada pasien hemodialisis disebabkan oleh sindrome
uremia. Sindrome uremia yaitu tingginya kadar produk limbah dalam
darah, kondisi yang terjadi karna ginjal tidak dapat menyaring dengan
baik sehingga menyebabkan kelemasan pada syaraf karna adanya uremik
neuropati yang menyebabkan kerusakan sel syaraf, gejala yang
ditimbulkan biasanya kesemutan dan lemas pada daerah tangan dan
kaki7.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan
1) Faktor usia
Seseorang yang berusia 40 tahun ke atas akan mengalami penurunan
laju filtrasi glomerulus secara progresif sampai usia 70 tahun
sebanyak kurang lebih 50% dari normalnya. Penambahan usia akan
menyebabkan berkurangnya fungsi organ. Pada lansia rentan terjadi
berbagai keadaan yang tidak menyenangkan yaitu mudah mengalami
penyakit degeneratif, gampang stress, dan mudah merasakan
kelelahan, maka seiring dengan bertambahnya usia pasien yang
menjalani hemodialisis akan lebih cenderung terjadinya peningkatan
tingkat kelelahan16.
15

2) Faktor fisiologis
Pada pasien yang sudah menjalani hemodialisis akan memiliki kadar
ureum dan kreatinin yang tinggi. Dengan kadar ureum yang tinggi
akan menyebabkan produksi hormon eritropoietin terganggu.
Kemudian sel darah merah mengalami penurunan atau yang sering
disebut dengan anemia yang berdampak pada kondisi fisik pasien,
pada pasien yang mengalami anemia akan merasakan kelelahan, kadar
hemoglobin sebesar 10 gr/dL akan menyebabkan pasien mengalami
kelelahan16.
4. Konsep Breathing Exercises
a. Definisi Breathing Exercises
Breathing exercises adalah tekhnik latihan napas dalam yang
mempunyai manfaat untuk mengatasi berbagai keluhan seperti pada
pasien yang mengeluh gangguan tidur, stress, kecemasan, dan lemas 17.
Mekanisme Breathing Exercises terhadap penurunan kelelahan Secara
fisiologis, mekanisme tekhnik relaksasi napas dalam akan menstimulasi
sistem saraf parasimpatik hingga mengakibatkan meningkatnya produksi
hormon endorpin, saraf simpatik mempunyai peran untuk membuat tubuh
menjadi rileks sedangkan endorpin dapat membantu mengurangi rasa
nyeri dan memicu perasaan positif, dengan meningkatnya saraf
parasimpatik dan hormon endorpin akan membuat seseorang yang lemas
menjadi lebih rileks dan membuat perasaan lebih positif dan tenang,
kemudian selain itu juga tekhnik napas dalam dapat membuat ekspansi
paru meningkat sehingga dapat berkembang maksimal, otot- otot pun
menjadi lebih rileks, sehingga pada seseorang gagal ginjal kronik yang
melakukan tekhnik relaksasi napas dalam sebelum hemodialisa akan
merasakan otot-otot mereka menjadi lebih rileks17.
Secara mekanisme kerja Breathing Exercises membuat oksigen
mengalir ke dalam pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh,
membuang zat racun dan metabolisme yang tidak lagi terpakai, lalu
meningkatkan metabolisme dan memproduksi energi yang akan
memaksimalkan kadar oksigen yang masuk dan disuplay ke seluruh
16

jaringan sehingga tubuh akan memproduksi energi dan dari energi yang
didapatkan akan membuat tubuh yang lemas menjadi berenergi dan lebih
rileks8.
b. Prosedur pelaksanaan tekhnik Breathing Exercises
Dengan latihan Breathing Exercises atau relaksasi napas dalam
secara rutin yaitu dilakukan sebanyak 5 siklus untuk meningkatan perfusi
oksigen ke jaringan perifer sehingga dapat menurunkan tingkat
kelelahan, jika tekhnik napas dalam hanya dilakukan 1 kali siklus tidak
akan memberikan dampak signifikan terhadap penurunan kelelahan,
kemudian setiap siklus dilakukan selama 5 menit dengan jeda waktu
istirahat 10-15 menit dapat menurunkan kelelahan termasuk yang
dirasakan oleh pasien yang menjalani hemodialisis6. Kemudian cara
melakukan Breathing Exercises yaitu dengan cara sebagai berikut:
Menurut (Priharjo, 2013) Tahap pelaksanaan tekhnik relaksasi
napas dalam sebagai berikut18 :
1) Atur posisi klien dengan posisi semifowler
2) Lalu, menyuruh klien untuk menghirup nafas dalam dari hidung
sehingga membuat rongga paru-paru terisi oleh udara kemudian mulai
hitungan 1, 2, 3, 4 lalu ditahan sekitar 3-5 detik.
3) Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung sampai tiga
secara perlahan melalui mulut.
4) Kemudian anjurkan klien untuk berkonsentrasi dengan memejamkan
mata
5) Lakukan dengan mengulangi nya sampai 5 kali
6) Dan, lakukan tekhnik relaksasi ini dengan maksimal 5 menit18.
c. Kelebihan terapi Breathing Exercises
Tekhnik relaksasi napas dalam sangat mudah di lakukan, mudah
dipelajari, mudah diingat, tidak membutuhkan biaya, dan tidak
membutuhkan waktu yang lama selama terapi dilakukan, breathing
exercises hanya membutuhkan waktu 1 menit dalam tiap siklus, dalam
sehari terapi ini dianjurkan dilakukan 5 kali siklus untuk mendapatkan
hasil yang lebih maksimal6.
17

B. Kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

Penurunan Kelelahan Pada Pasien Gagal


Ginjal Kronik Yang Menjalani
Breathing Exercises
Hemodialis Di Unit Hemodialisa RSUD
Undata Provinsi

Keterangan
: Variabel
: Diteliti

Gambar 2.1 kerangka konsep

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian adalah untuk mengetahui Pengaruh Antara


Breathing Exercises Dengan Penurunan Kelelahan Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit Hemodialisa RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah
Ha : Ada pengaruh antara Breathing Exercises Dengan Penurunan Kelelahan
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit
Hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dan penelitian ini


menggunakan desain penelitian Pre-Eksperimen, dengan pendekatan One
Grup Pre Test And Post Test Design, yaitu rancangan penelitian yang
menggunakan satu kelompok subjek dengan cara melakukan pengukuran
sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Efektivitas perlakuan ini dinilai
dengan cara membandingkan pre test dengan Post Test.

Pre Test Post Test


X
01 02

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

01 : Pengukuran menggunakan kuesioner kelelahan sebelum melakukan


Breathing Exercises

X : Pemberian Breathing Exercises

02 : Pengukuran menggunakan kuesioner kelelahan setelah melakukan


Breathing Exercises

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan Di Unit Hemodialisa RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah
2. Waktu penelitian
Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan 02 Juni-02 Juli tahun 2022

18
19

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Seluruh objek yang akan diteliti disebut sebagai populasi19. Dalam
penelitian ini merupakan pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis sebanyak 62 orang.
2. Sampel
Populasi yang benar-benar mampu mewakili dan menggambarkan
keadaan sebenarnya adalah sampel. Menurut Sugiyono (2018) besar
sampel minimal pada kelompok eksperimen 10-20 orang sudah mewakili
sampel penelitian eksperimen20. Tekhnik pengambilan sampel dalam
penelitian ini yaitu Purposive Sampling. Purpove sampling merupakan
pengambilan sampel dengan beberapa pertimbangan tertentu 20. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teori menurut Sugiyono (2018)
dengan mengambil total sampel sebanyak 15 orang.
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Pasien dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
reguler (hemodialisa pasien tetap dan mempunyai jadwal khusus
yaitu pasien dihari senin datang dihari kamis, selasa datang lagi di
hari jumat, pasien hari rabu datang lagi di hari sabtu)
b. Pasien yang mampu berbicara
c. Pasien yang telah bersedia mengikuti semua alur penelitian selama
penelitian berlangsung
d. Pasien yang bersedia menjadi responden dan bersedia
menandatangani Informed Consent
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Pasien gagal ginjal kronik yang mengalami kondisi akut (sesak nafas)
b. Pasien lanjut usia

D. Variabel penelitian

1. Variabel independen (variabel bebas)


20

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya


yang menentukan variabel lain19. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah Breathing Exercises.
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi serta
ditentukan oleh variabel lain19. Variabel dependen pada penelitian ini
adalah tingkat kelelahan.

E. Definisi operasional

1. Tingkat kelelahan
Definisi : Kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisis adalah suatu kondisi tingkat keparahan
perasaan ketidakmampuan fisik yang biasanya ditandai
dengan adanya kesemutan dan lemas pada daerah tangan
dan kaki
Alat ukur : Kuesioner Fatigue Assesment Scale (FAS)
Skala : Ordinal
Cara ukur : Lembaran Kuesioner
Hasil ukur : 1-30 (Kelelahan Ringan)
31-50 (Kelelahan Berat)
2. Breathing Exercises
Definisi : Breathing Exercises atau tekhnik napas dalam dilakukan
dengan mengajarkan pada pasien yang ingin menjalani
terapi hemodialisis yang dilakukan sebanyak 5 siklus
selama 5 menit

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk


mengumpulkan data dalam penelitian20. Instrumen yang digunakan yaitu
kuesioner, Standar Prosedur Operasional (SPO) Breathing Exercises, dan alat
tulis.
21

1. Kuesioner Kelelahan
Kuesioner merupakan pernyataan-pernyataan yang mengatur
variabel hingga memiliki makna dalam pengujian hipotesis penelitian.
Peneliti menggunakan kuesioner Fatigue Assessment Scale (FAS) yang
terdiri dari 10 pernyataan yang mengukur kelelahan fisik, terdapat 8
pernyataan negatif dan 2 pernyataan positif. FAS memiliki pilihan 5
jawaban yaitu tidak pernah, kadang-kadang, teratur, sering dialami, dan
selalu dialami21. Berdasarkan rekapitulasi keseluruhan skor mencapai 1-
30 menandakan responden mengalami kelelahan ringan, sedangkan skor
31-50 menandakan responden mengalami kelelahan berat21. Kuesioner ini
telah baku dan sudah di Publish sehingga peneliti tidak perlu melakukan
uji validitas dan uji reliabilitas21. Hasil uji validitas kuesioner FAS
didapatkan r hitung (0,57-0,78) > r tabel 0,4721. Kuesioner ini juga
banyak digunakan dalam penelitian. Salah satunya penelitian yang
dilakukan oleh Riza Zuraida (2014) dengan judul “Pengujian Skala
Pengukuran Kelelahan Pada Responden Indonesia”21.
2. SPO Breathing Exercises
Menurut (Priharjo, 2013) Tahap pelaksanaan tekhnik Breathing
Exercises adalah sebagai berikut :
a. Atur posisi klien dengan posisi semifowler.
b. Lalu menyuruh klien untuk menghirup nafas dalam dari hidung
sehingga membuat rongga paru-paru terisi oleh udara kemudian
mulai hitungan 1,2,3,4 lalu di tahan sekitar 3-5 detik.
c. Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung sampai tiga
secara perlahan melalui mulut.
d. Kemudian anjurkan klien untuk berkonsentrasi dengan memejamkan
mata.
e. Lakukan dengan mengulanginya sampai dengan 5 siklus, dengan
selingi istirahat sejenak setiap 1 siklus.
f. Dan, lakukan tekhnik relaksasi ini dengan maksimal 5 menit.
22

G. Tekhnik pengumpulan data

Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data primer dan data
sekunder. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari unit hemodialisis
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah data yang diperoleh langsung dari
sumber data disebut data primer, responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian akan diminta untuk mengisi kuesioner secara langsung untuk
memenuhi data primer. Langkah-langkah berikut adalah tekhnik
pengumpulan data19:
1. Editting dilakukan untuk memeriksa adanya kesalahan atau kurangnya
data yang di isi oleh responden.
2. Coding adalah kegiatan mengklasifikasi data dengan cara memberi kode
untuk memudahkan peneliti pada saat melakukan entri data.
3. Tabulating adalah penyusunan data yang berdasarkan variabel yang
diteliti.
4. Entri adalah proses pemasukan data kedalam program komputer untuk
selanjutnya di analisa.
5. Cleaning yaitu membersihkan data dengan melihat variabel yang telah
digunakan apakah data-datanya sudah benar atau belum.
6. Describing yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah
dikumpulkan.

H. Analisa Data

Data yang diperoleh akan diolah dengan program pada komputer


kemudian dianalisa sebagai bahan pertimbangan pengambilan kesimpulan
dan keputusan22. Analisa data yang digunakan dalam penelitian tersebut
meliputi :
1. Analisis univariat
Analisis univariat adalah analisi yang dilakukan dalam
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Tujuan analisis univariat
yaitu menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian20.
23

Dengan Rumus :
f
p= x 100 %
n
Keterangan :
P = Presentase
ƒ = jumlah jawaban benar
n = jumlah
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis secara simultan dari dua variabel.
Hal ini biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variabel terkait
dengan variabel lain22. Dalam penelitian ini analisa bivariat dilakukan
untuk mengetahui pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan
kelelahan pada pasie n gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
Di unit hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Sebelum
dilakukan uji statistik terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data yang
bertujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Adapun
jika data berdistribusi normal atau tidak. jika data berdistribusi normal,
maka digunakan statistik Paired Sample T-Test (Uji-T Berpasangan), dan
data yang berdistribusi tidak normal dapat menggunakan uji
nonparametrik Wilcoxon.
Tabel 3.1 Test Of Normality

Kelompok Shapiro-Wilk
Responden Statistik df Sig.
Pretest 0,923 15 0,21
1
Postest 0,876 15 0,04
1
S

Sumber : Data primer 2022

Pada tabel 3.1 menunjukkan hasil uji normalitas data dengan


Shapiro-wilk yaitu tingkat kelelahan responden sebelum melakukan
Breathing Exercises memiliki nilai probabilitas (Sig.) dengan jumlah
24

0,00 dan tingkat kelelahan responden setelah melakukan Breathing


Exercises memiliki nilai probabilitas (Sig.) dengan jumlah 0,00 Mengacu
pada ketentuan bahwa jika nilai Sig > 0,05 data berdistribusi normal, dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, maka
uji statistik yang digunakan adalah Paired Sample T-Test.
Rumus Paired Sample T-Test (Uji T-Berpasangan) sebagai berikut.
Rumus uji T-Test :
x1 ̶ х2

t=
√ s 1(2) s 2(2) 2 r ( s 1 ) ( s 2)
nl
+
n2

√ n1 √ n 1
Keterangan :
x1 = Rata-rata sampel 1
x2 = Rata-rata sampel 2
s1 = Simpangan baku sampel 1
s2 = Simpangan baku sampel 2
s1 (2)= Variasi sampel 1
s2 (2)= Variasi sampel 2
2 = Korelasi antar dua sampel
25

I. Bagan Alur Penelitian

Pengambilan Data
Awal
Pra Penelitian

Lokasi Penelitian RSUD


Undata Provinsi Sulawesi
Tengah

Penyusunan
Proposal Penelitian
1. Mengidentifikasi kelelahan pasien
gagal ginjal kronik sebelum diberi
Breathing Exercises
2. Mengidentifikasi kelelahan pasien
gagal ginjal kronik setelah diberi
Seminar Proposal Breathing Exercises
3. Menganalisis pengaruh Breathing
Exercises

Penelitian

1. Tahap I
Pengisian kuesioner (Pre Test) pada
pasien penyakit gagal ginjal kronik
2. Tahap II
Analisa Data
Pemberian Breathing Exercises
3. Tahap III
Pengisian kuesioner (Post Test) pada
pasien gagal ginjal kronik

Penyusunan
Hasil Penelitian

Ujian Skripsi
26

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata, terletak di Jalan RE.


Martadinata, Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Memiliki
luas bangunan gedung 14.890,33 M2 dan luas tanah 53.125 M2. RSUD
Undata memiliki 12 jenis pelayanan yang terdiri dari pelayanan Gawat
Darurat, Rawat Jalan, Rawat Inap, Bedah, Persalinan dan Perinatologi,
Intensif Care, Penunjang Medik, Administrasi Manajemen, Pengendalian
Infeksi, Hemodialisa, dan pelayanan Keamanan, serta memiliki jabatan
tenaga medis berjumlah 66 orang, jabatan keperawatan berjumlah 437 orang,
jabatan non keperawatan berjumlah 149 orang, dan jabatan tenaga non medis
berjumlah 170 orang. Di Unit Hemodialisa tenaga medis berjumlah 12 orang,
jumlah mesin dialisis ada 19 dan 3 mesin dialisis dipisahkan untuk pasien
dengan komplikasi hepatitis, jumlah tempat tidur ada 17 tempat tidur,
kemudian 2 ruangan tempat tidur khusus untuk pasien dengan komplikasi
hepatitis, dan tenaga administrasi 1 orang.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden
a. Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.1
sebagai berikut.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
No Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
1. 36-45 tahun 8 53,3
2. 46-55 tahun 6 40,0
3. 56-65 tahun 1 6,7
Sumber: Data primer 2022, Klasifikasi Usia DEPKES RI

26
27

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 15 responden,


sebagian besar responden yang menjalani hemodialisis yaitu pada
rentang usia 36-45 tahun berjumlah 8 responden (53.3%), dan
sebagian kecil responden yang menjalani hemodialisis pada rentang
usia 56-65 tahun berjumlah 1 responden (6.7%)
b. Jenis kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
No. Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Laki-laki 4 26,7
2. Perempuan 11 73,3
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 15 responden,


sebagian besar responden yang menjalani hemodialisis yaitu berjenis
kelamin perempuan berjumlah 11 responden (73.3%), kemudian
sebagian kecil responden yang menjalani hemodialisis yaitu berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 4 responden (26.7%).
c. Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada
tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
No. Jenis Frekuensi (f) Persentase (%)
1. S1 4 26,7
2. SMA 7 46,6
3. SMP 4 26,7
Sumber: Data primer 2022

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 15 responden,


sebagian besar responden yang menjalani hemodialisis yaitu
berpendidikan SMA berjumlah 7 responden (46,6%), dan sebagian
kecil responden yang menjalani hemodialisis yaitu berpendidikan S1
dan SMP yang masing-masing berjumlah 4 responden (26,7%).
28

d. Pekerjaan
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dilihat pada tabel 4.4
sebagai berikut
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Guru 3 20,0
2. Wiraswasta 1 6,7
3. IRT 8 53.3
4. Petani 3 20,0
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 15


orang yang menjalani hemodialisis, sebagian besar responden yaitu
sebagai IRT berjumlah 8 responden (53,3%), dan sebagian kecil yaitu
responden yang mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta yang
berjumlah responden (6,7%).
2. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap variabel
penelitian dengan menentukan hasil penelitian berupa distribusi frekuensi.
Hasil analisis univariat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Distribusi Frekuensi Tingkat kelelahan Responden Sebelum
Melakukan Breathing Exercises
Distribusi tingkat kelelahan pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis Di Unit RSUD Undata sebelum melakukan
Breathing Exercises dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi tingkat kelelahan sebelum melakukan
Breathing Exercises
No. Tingkat Frekuensi (f) Persentase (%)
kelelahan
1. Ringan 3 20,0
2. Berat 12 80,0
Sumber : Data primer 2022

Berdasarkan tabel 4.5 Didapatkan 3 (20%) dari 15 orang yang


menjalani hemodialisis sebelum melakukan Breathing Exercises
merasakan kelelahan ringan, kemudian responden yang mengalami
29

kelelahan berat sebanyak 12 orang (80%).


b. Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Responden Setelah
Melakukan Breathing Exercises
Distribusi tingkat kelelahan pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis Di RSUD Undata setelah melakukan
Breathing Exercises dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi tingkat kelelahan setelah melakukan
Breathing Exercises
No Tingkat Frekuensi (f) Persentase (%)
1. kelelahan

Ringan 15 100%
Sumber: Data primer 2022

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 15 responden


yang menjalani hemodialisis setelah melakukan Breathing Exercises
dengan tepat dan rutin, didapatkan responden yang mengalami
penurunan tingkat kelelahan berat menjadi tingkat kelelahan ringan
berjumlah 15 responden (100%).
3. Analisis bivariat
Pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan tingkat kelelahan
pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit
RSUD Undata.
Tabel 4.7 Pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan tingkat
kelelahan pada pasien yang menjalani hemodialisis
Tingkat
Mean SD SE P Value
Kelelahan

Total Pre- 12,267 4,183 1,080 0,000


Post
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil tes uji tes statistik
Paired Sample T-Test (Uji-T Berpasangan) tingkat kelelahan diperoleh
nilai P=0,000 oleh karna P < 0,05 maka dinyatakan bahwa ada pengaruh
pemberian Breathing Exercises terhadap penurunan tingkat kelelahan
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit
hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
30

C. Pembahasan

1. Tingkat kelelahan sebelum melakukan Breathing Exercises pada pasien


penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis Di Unit RSUD
Undata provinsi sulawesi tengah
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 4.5 dengan jumlah
responden 15 orang sebelum melakukan Breathing Exercises didapatkan
hasil bahwa sebagian besar responden mengalami kelelahan berat
berjumlah 12 responden (80%), dan sebagian kecil mengalami kelelahan
ringan berjumlah 3 responden (20%).
Peneliti berasumsi bahwa dari 15 responden sebelum dilakukan
Breathing Exercises bahwa penyebab kelelahan yang dialami oleh pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis Di Unit RSUD
Undata yaitu sebagian besar responden wanita dan yang mempunyai
pekerjaan sebagai IRT dikarenakan mereka kurang informasi mengenai
cara menjaga kesehatan ginjal dengan baik sehingga mereka baru
mengetahui ketika ginjal sudah tidak berfungsi dengan baik atau pada saat
mereka mengidap penyakit ginjal kronik. Penyebab lainnya yaitu faktor
fisiologis, pada pasien yang menjalani hemodialisis akan memiliki kadar
kreatinin dan ureum yang tinggi akan menyebabkan produksi hormon
eritropoetin terganggu. Kemudian sel darah merah mengalami penurunan
atau yang sering disebut dengan anemia atau kurang darah, kadar
hemoglobin 10 gr/dl akan menyebabkan pasien yang menjalani
hemodialisis akan mengalami kelelahan.
Menurut Bossola23 pasien dengan kelelahan berat memiliki usia yang
lebih tua dan lebih lama menjalani hemodialisis, juga waktu pemulihan
yang lebih lama dan tingkat ultrafiltrasi rendah. Kelelahan sesudah
hemodialisis merupakan keluhan yang sangat mengganggu, yang
digambarkan sebagai perasaan lelah dan membutuhkan waktu istirahat
atau tidur setelah sesi dialitik. Ia juga menyatakan bahwa pasien yang
mengalami kelelahan setelah hemodialisis akan membutuhkan waktu
pemulihan yang jauh lebih lama dibandingkan pasien tanpa kelelahan
31

setelah dialisis. Rata-rata waktu pemulihan pasien yang mengalami


kelelahan sesudah hemodialisis membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam.
Menurut Sakitri23 proses yang dibutuhkan terapi hemodialisis yaitu
sekitar 4-5 jam, umumnya akan menimbulkan stres fisik pada pasien.
pasien akan merasa kelelahan, sakit kepala, dan keluar keringat dingin
akibat tekanan darah yang menurun, sehubungan dengan efek
hemodialisis.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika
dan Juwita24 tentang gambaran tingkat kualitas hidup pasien hemodialisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat respon fisiologis pasien
yang menjalani hemodialisis yaitu drop dikarenakan Hb yang sangat
rendah, lelah, mual, tensi tidak stabil, dan kaki kram.
Menurut Senduk25 Kondisi optimal dialisis yang adekuat adalah
dengan durasi 12-15 jam/minggu. Semakin lama dan sering proses
hemodialisis, maka semakin banyak darah yang hilang yang
menyebabkan anemia berat yang membuat tubuh menjadi lemas.
Sehingga pada pasien hemodialisis dengan kasus anemia membuat tubuh
mengalami kelelahan.
Menurut muz dan kawan-kawan26 Hemodialisis masih termasuk
terapi utama yang digunakan dalam penanganan gagal ginjal kronik,
namun memiliki dampak yang beragam, salah satunya kelelahan.
Kelelahan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu uremia, anemia,
malnutrisi, depresi dan kurangnya aktivitas fisik. Uremia pada pasien
hemodialisis menyebabkan pasien kehilangan nafsu makan, mual
muntah, kehilangan energi dan protein.
Masalah keperawatan yang banyak dihadapi pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis umumnya adalah cemas, sesak, dan
kelelahan. Kelelahan sendiri merupakan salah satu gejala yang paling
umum dirasakan oleh pasien dengan penyakit stadium lanjut. Hal ini
merupakan sebuah kondisi yang sangat menggangu dan merusak kualitas
hidup. Klien yang mengalami kelelahan secara umum akan merasakan
32

hilangnya energi, tidak berdaya, hilangnya konsentrasi, dan meningkatnya


rasa malas dan keinginan untuk istirahat26.
2. Tingkat kelelahan setelah melakukan Breathing Exercises pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis Di RSUD Undata
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 4.7 dengan jumlah
responden 15 orang setelah melakukan Breathing Exercises didapatkan
hasil bahwa responden mengalami penurunan tingkat kelelahan berat
menjadi kelelahan ringan yaitu 15 responden.
Peneliti berasumsi bahwa dari 15 responden yang menjalani
hemodialisis mengalami penurunan tingkat kelelahan karena responden
mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum melakukan hemodialisis
yaitu dengan melakukan terapi Breathing Exercises membuat saraf
parasimpatik meningkat dan memicu hormon endorfin yang membuat
tubuh responden menjadi lebih rileks, tenang dan lebih positif karna
meningkatnya kedua hormon tersebut. Kemudian responden
melakukannya dengan benar dan rutin yang dilakukan sebelum dan
sesudah hemodialisis. Lalu peneliti memberikan edukasi kepada
responden yang sudah memahami terapi untuk rutin melakukan Breathing
Exercises agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pada proses Breathing
Exercises dilakukan sebanyak 5 siklus, setiap siklus dilakukan selama 1
menit jadi Breathing Exercises dilakukan selama 5 menit untuk 5 siklus
agar mendapatkan hasil yang maksimal. Breathing Exercises dilakukan
selama 5 siklus akan membuat peningkatan perfusi oksigen ke jaringan
perifer untuk menurunkan tingkat kelelahan. Secara mekanisme
Breathing Exercises membuat oksigen mengalir ke dalam pembuluh
darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang zat racun dan metabolisme
yang tidak lagi terpakai, lalu meningkatkan metabolisme dan
memproduksi energi yang akan memaksimalkan kadar oksigen yang
masuk dan disuplay ke seluruh jaringan sehingga tubuh akan lebih mudah
memproduksi energi yang berguna untuk membuat tubuh lebih rileks dan
berenergi.
33

Menurut Jafar23 Breathing Exercises atau napas dalam mempunyai


manfaat untuk mempermudah tubuh memproduksi energi karena napas
dalam memaksimalkan jumlah oksigen yang masuk dan disuplay ke
seluruh jaringan tubuh sehingga pada pasien yang melakukan
hemodialisis dan mengalami kelelahan akan merasa lebih rileks dan
tenang dari sebelumnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuro
Cumayunaro27 tentang Relaxation Breathing Exercises Terhadap Fatigue
Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi yang
menjelaskan bahwa Relaxation Breathing Exercises sudah sering
dilakukan karna terbukti efektif untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan, dan juga dianjurkan untuk dilakukan pada pasien yang
mengalami kelelahan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Safruddin28 Tentang Pengaruh Breathing Exercises Terhadap Level
Fatigue Pasien Hemodialisis yang menjelaskan bahwa napas dalam
adalah salah satu bentuk terapi mandiri untuk meningkatkan ventilasi paru
dan meningkatkan perfusi oksigen ke jaringan perifer dan mampu
meringankan gejala kelelahan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aniska
Indah Fari dan kawan-kawan29 Tentang Efektifitas Progressive
Relaxation (PMR) Dan Relaxation Breathing Exercise (RBE) Terhadap
Tingkat Fatigue Dan Selfcare Pasien GGK yang menjelaskan bahwa
dalam penelitiannya intervensi Breathing Exercises tekhnik yang mudah
dilakukan, mudah dipelajari, dan tidak memerlukan biaya yang besar.
Perawat dapat memberikan edukasi kepada kelompok responden yang
mengalami kelelahan kemudian responden akan melakukannya secara
mandiri dengan rutin.
Pada penelitian ini responden melakukan Breathing Exercises
selama 3 minggu setelah mengukur kelelahan responden. Berdasarkan
hasil kontrol yang dilakukan secara langsung antara peneliti dan
responden pada saat jadwal hemodialisis, responden merasa tidak
34

terganggu dan mudah memahami terapi yang diajarkan oleh peneliti,


kemudian setelah diajarkan peneliti memberikan edukasi bahwa terapi
Breathing Exercises bisa dan aman dilakukan sehari-hari agar
mendapatkan manfaat yang maksimal menurunkan level kelelahan dan
menurunkan kecemasan.
3. Pengaruh Breathing Exercises Terhadap Penurunan Tingkat Kelelahan
Pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis
Di RSUD Undata
Berdasarkan hasil pengujian Paired Sample T-Test pada 15
responden sebelum dan sesudah dilakukan Breathing Exercises diperoleh
hasil (p Value = 0,000 < a = 0,05). Nilai p Value lebih kecil dari 0,05
maka dapat dikatakan secara statistik ada pengaruh Breathing Exercises
terhadap penurunan tingkat kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis di RSUD Undata provinsi Sulawesi tengah.
Peneliti berasumsi bahwa kelelahan yang dialami pasien penderita
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis mengalami penurunan
setelah melakukan Breathing Exercises sebanyak 5 siklus, setiap siklus
dilakukan selama 1 menit. Terjadinya penurunan tingkat kelelahan pada
pasien penderita penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
ini dikarenakan responden sudah mampu mengatasi kelelahan dengan
melakukan Breathing Exercises secara teratur sebelum dan sesudah
menjalani terapi hemodialisis. Kemudian responden mengatakan rutin
melakukan terapi Breathing Exercises sebelum melakukan hemodialisis
dengan tujuan mempersiapkan diri dan mengontrol kadar oksigen dan
memicu hormon endorfin dan saraf parasimpatik untuk membuat perasaan
lebih tenang dan rileks sehingga responden lebih tenang dan semangat
untuk melakukan pengobatan hemodialisis. Pada hasil penelitian ini
dengan 15 responden mengatakan bahwa Breathing Exercises bukan
hanya menurunkan lelah, tetapi juga membuat mereka lebih rileks dan
tenang dalam menjalani terapi hemodialisis, kemudian responden mampu
memahami dan mengingat terapi yang diajarkan oleh peneliti sehingga
responden dengan mudah melakukannya secara mandiri.
35

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rusdianah
Jafar30 tentang Penurunan Tingkat Kelelahan Pasien Gagal Ginjal Yang
Menjalani Hemodialisis Melalui Promosi Kesehatan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam menyatakan bahwa promosi kesehatan tentang tekhnik
napas dalam berpengaruh penting, dengan adanya promosi kesehatan
pasien menjadi tahu bahwa ada cara mudah menurunkan tingkat kelelahan
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Secara
fisiologi napas dalam akan menstimulasi sistem saraf parasimpatik
sehingga meningkatkan produksi endorpin, menurunkan detak jantung,
dan meningkatkan ekspansi paru hingga berkembang maksimal, akibatnya
otot-otot menjadi rileks.
Menurut Handi Rustandi dan kawan-kawan31 menjelaskan bahwa
keluhan fisik yang paling sering dirasakan oleh pasien yang menjalani
hemodialisis yaitu kelelahan di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu tidak
tahan cuaca dingin, pruritus, kelemahan ekskremitas bawah, dan kesulitan
tidur.
Menurut Respati30 menyatakan bahwa Breathing Exercise mampu
mengurangi ketegangan dan kelelahan yang dialami seseorang, hal ini
dikarenakan terapi yang diberikan membantu individu menenangkan
pikiran, perasaan, dan melepaskan ketegangan seseorang sehingga mampu
membuat tubuh lebih rileks dan mampu menurunkan kelelahan.
Intervensi yang dilakukan perawat Di Unit hemodialisis RSUD
Undata dalam mengatasi ketegangan dan kelelahan pada pasien yang
menjalani hemodialisis salah satunya yaitu dengan cara komunikasi
terapeutik terhadap pasien sebelum menjalani proses hemodialisis, dengan
melakukan dan menanyakan kondisi dan perasaan yang dirasakan pasien,
serta mendampingi pasien ketika pasien tidak didampingi oleh keluarga
saat melakukan hemodialisis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pengembangan ilmu dalam asuhan keperawatan, dan digunakan sebagai
terapi non farmakologi pada pasien yang mengalami kelelahan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Di RSUD Undata Kota


Palu mengenai Pengaruh Breathing Exercises Terhadap Penurunan Tingkat
Kelelahan Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis
Di RSUD Undata, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat kelelahan pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis Di RSUD Undata sebelum melakukan Breathing Exercises
dengan hasil sebagian besar responden mengalami kelelahan berat.
2. Tingkat kelelahan pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis Di RSUD Undata setelah melakukan Breathing Exercises
mengalami penurunan tingkat kelelahan dengan hasil semua responden
mengalami kelelahan ringan.
3. Ada pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan tingkat kelelahan
pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis Di
RSUD Undata.

B. Saran

1. Bagi ilmu pengetahuan


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
mengembangkan ilmu tentang Breathing Exercises terhadap asuhan
keperawatan sebagai solusi terapi nonfarmakologis dalam penurunan
kelelahan
2. Bagi masyarakat
Disarankan bagi masyarakat agar dapat memberi dukungan terhadap
pemahaman Breathing Exercises agar dapat membantu meminimalisir
kejadian kelelahan pada setiap individu maupun keluarga

36
37

3. Bagi instansi tempat meneliti


Penelitian ini membuktikan bahwa Breathing Exercises mampu
menurunkan kelelahan pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis Di RSUD Undata, oleh karena itu diharapkan
terapi ini dapat dijadikan pengembangan ilmu dalam asuhan keperawatan,
khususnya Di Unit Hemodialisa digunakan sebagai terapi non
farmakologi pada pasien yang mengalami kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rohim, A. & Fransiska, S. S. H. F. Hubungan Frekuensi Hemodialisis


Dengan Tingkat Stres Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di RSUD 45 Kuningan. (2019).
2. Rahayu, F., Ramlis, R. & Fernando, T. Hubungan Frekuensi Hemodialisis
Dengan Tingkat Stres Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis. J. Keperawatan Silampari. Vol.1. (2018).
3. H, R. R., Munawaroh, S. & Mashudi, S. Respon Stres Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Heal. Sci. J. Vol.3, 78. (2019).
4. Prabhakara, G. Health Statistics (Health Information System). Short Textbook
of Preventive and Social Medicine (2010). doi:10.5005/jp/books/11257_5.
5. Alcântara Alencar Melo, G. et al. Health-related quality of life in elderly
chronic kidney disease patients undergoing hemodialysis. Int. Arch. Med.
(2016) doi:10.3823/2012.
6. Jafar, S. R. Penurunan Tingkat Kelelahan Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani
Hemodialisis Melalui Promosi Kesehatan Teknik Relaksasi Nafas Dalam. J.
Keperawatan Terpadu (Integrated Nurs. Journal) 1, 22 (2019).
7. Natashia, D., Irawati, D. & Hidayat, F. Fatigue Dan Kualitas Hidup Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Terapi Hemodialisa. J. Keperawatan
Muhammadiyah 5, 209–218 (2020).
8. Wahyudi, R. Efektivitas Breathing Exercise Terhadap Penilaian Tingkat
Kelelahan Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner. Nurs. Updat. J. Ilm. Ilmu
Keperawatan P-ISSN 2085-5931 e-ISSN 2623-2871 1, 70–77 (2019).
9. Krisbyanto, R., Donsu, J. D. T. & Mendri, N. K. Gambaran Kepatuhan Diet
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialisa Rsud Panembahan
Senopati Bantul. Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Vol.8.
(2019).
10. Hadrianti, D., Yarlitasari, D. & R. Pengalaman Menjalani Hemodialisis Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Rs Banjarmasin. 2-Trik Tunas-Tunas Ris.
Kesehat. Vol.8, 82–89. (2018).
11. PERNEFRI. 11th Report Of Indonesian Renal Registry 2022. indonesia
https://www.indonesianrenalregistry.org/data/IRR 2022.pdf. (2018).
12. Widyawati, R. Widyawati, R. Lama Waktu Menahan Rasa Haus Setelah
Berkumur Dengan Obat Kumur Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Di
Rs Roemani Muhammadiyah Semarang. vol. 52. (2017).
13. Haryanti, I. A. P. & Nisa, K. Haryanti, I. A. P. & Nisa, K. Terapi Konservatif
dan Terapi Pengganti Ginjal sebagai Penatalaksanaan pada Gagal Ginjal
Kronik. Majority. Vol.4, 49–54. (2017).
14. Novitasari, A. C. D. D. Novitasari, A. C. D. D. Kepatuhan Pembatasan
Asupan Cairan Terhadap Lama Menjalani. J. Prodi Keperawatan Univ.
Aisyiyah Yogyakarta vol.8, 104–112. (2016).
15. Sunarianto, A. G., Wulandari, N. A. & Darmawan, A. Sunarianto, A. G.,
Wulandari, N. A. & Darmawan, A. Penurunan Hemoglobin pada Penyakit
Ginjal Kronik Setelah Hemodialisis di RSU “KH” Batu. J. Ners dan
Kebidanan (Journal Ners Midwifery) vol.6, 211–217. 2019.
16. Sciences, H. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Fatigue
Pada Pasien Hemodialisis. 4, 1–23 (2020).
17. Safruddin, S. & Asnaniar, W. S. Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Level
Fatigue Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis. JIKP J. Ilm.
Kesehat. Pencerah 8, 52–58 (2019).
18. Priharjo. Lembar prosedur pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam. (2013).
19. Nursalam. Proses dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
(Salemba Medika). (2011).
20. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D. (Alfabeta,. (2016).
21. Amalia, I. N. Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Kelelahan Fisik
Lansia. Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Diponegoro (2017).
22. Dahlan. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan ; Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat Dilengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan SPSS. (Salemba
Medika,. (2013).
23. Pertiwi, R. A. & Prihati, D. R. Penerapan Slow Deep Breathing Untuk
Menurunkan Keletihan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. J. Manaj. Asuhan
Keperawatan 4, 14–19 (2020).
24. Juwita, L. & Kartika, I. R. Pengalaman Menjalani Hemodialisa Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis. J. Endur. 4, 97 (2019).
25. Garini, A. Kadar Hemoglobin Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis. JPP (Jurnal Kesehat. Poltekkes Palembang) 13,
111–116 (2019).
26. Ariska, M. & Faridah, I. Study Literature Review: Pengaruh Aromaterapi
Terhadap Kualitas Tidur, Kualitas Hidup, Kelelahan & Kecemasan Pada
Pasien Diabetes Melitus. Interes. J. Ilmu Kesehat. 9, 237–259 (2020).
27. Cumayunaro, A. UNES Journal of Scientech Research. 3, 81–87 (2018).
28. Safruddin, S., Asnaniar, W. S., Rumah, P. & Seluruh, S. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Pencerah Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Level Fatigue. 8,
52–58 (2019).
29. Fari, A. I. et al. Efektifitas Progressive Muscle Relaxation ( Pmr ) Dan
Relaxation Breathing Exercise ( Rbe ) Terhadap Tingkat Fatigue Dan
Selfcare Pasien Ggk Effectiveness Of Progressive Muscle Relaxation ( Pmr )
And Relaxation Breathing Exercise ( Rbe ) On Patient Level . 2, 99–110
(2019).
30. Dalam, R. N. Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal). 1,
22–28 (2019).
31. Kidney, C., Ckd, D. & Menjalani, Y. No Title. 1, 32–46 (2018).
LAMPIRAN
No Jadwal Kegiatan 2021 2022

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Konsul Judul

2 Bimbingan Proposal

3 Ujian Proposal

4 Perbaikan Hasil Ujian Proposal

5 Penelitian

6 Bimbingan Hasil

7 Ujian Hasil
Kuesioner ini ingin mengetahui apakah ada kelelahan yang dirasakan oleh responden,
Silahkan berikan jawaban pertama yang muncul di benak anda, kemudian beri tanda
silang (X) pada satu jawaban yang paling sesuai.

Karakteristik Responden
Inisial :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No Pernyataan Tidak Kadang- Dirasaka Sering Selalu di
pernah kadang n secara dialami alami
teratur

1. Saya sangat terganggu


dengan rasa lelah yang saya
rasakan

2. Saya mudah merasa lelah

3. Saya tidak banyak


melakukan kegiatan disiang
hari

4. Saya merasa memiliki energi


yang cukup untuk melakukan
aktivitas harian saya

5. Secara fisik, saya merasa


lelah

6. Saya merasa sulit untuk


memulai mengerjakan
sesuatu
7. Saya merasa kesulitan untuk
berpikir secara jernih

8. Saya merasa malas untuk


melakukan berbagai kegiatan

9. Secara mental saya merasa


lelah

10. Ketika saya sedang


melakukan kegiatan, saya
dengan mudah berkonsentrasi
penuh

1. Atur posisi klien dengan posisi semifowler


2. Lalu menyuruh klien untuk menghirup nafas dalam dari hidung sehingga
membuat rongga paru-paru terisi oleh udara kemudian mulai hitungan 1,2,3,4
lalu di tahan sekitar 3-5 detik
3. Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung sampai tiga secara
perlahan melalui mulut
4. Kemudian anjurkan klien untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata
5. Lakukan dengan mengulanginya sampai dengan 5 siklus, dengan selingi
istirahat sejenak setiap 1 siklus
6. Dan, lakukan tekhnik relaksasi ini dengan maksimal 5 menit
Pemberian kuesioner kepada responden tanggal 02-Juni-03 Juni
Pemberian intervensi Breathing Exercises kepada responden tanggal 06 Juni-02
Juli
DATA RESPONDEN PRE TERKAIT KELELAHAN POST TERKAIT KELELAHAN
NO INISIAL UMUR KODE UMURJENIS KELAMINPENDIDIKAN TERAKHIR PEKERJAAN 1 2 3 4+ 5 6 7 8 9 10 + TOTAL HASIL 1 2 3 4+ 5 6 7 8 9 10+ TOTAL HASIL
1 NY.W 36 1 P SMP IRT 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 44 BERAT 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 28 RINGAN
2 TN.M 40 1 L SMA PETANI 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 35 BERAT 1 2 2 4 2 1 2 2 1 3 20 RINGAN
3 NY.U 39 1 P S1 GURU 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 34 BERAT 2 2 2 4 2 2 1 2 1 4 22 RINGAN
4 NY.L 50 2 P SMA IRT 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 34 BERAT 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 21 RINGAN
5 TN.M 55 2 L S1 WIRASWASTA 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 35 BERAT 1 1 2 2 2 2 2 1 2 3 18 RINGAN
6 NY.N 41 1 P SMP IRT 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 32 BERAT 2 3 2 4 2 3 3 2 3 3 27 RINGAN
7 NY.S 47 2 P SMA IRT 2 2 3 4 3 3 3 4 2 3 29 RINGAN 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 13 RINGAN
8 NY.M 53 2 P SMA IRT 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 43 BERAT 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 27 RINGAN
9 TN.K 51 2 L SMA PETANI 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 27 RINGAN 2 2 2 4 2 2 1 2 1 3 21 RINGAN
10 NY.F 38 1 P S1 GURU 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 26 RINGAN 1 2 2 4 1 2 2 1 2 3 20 RINGAN
11 NY.S 40 1 P SMP IRT 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 35 BERAT 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 21 RINGAN
12 NY.M 38 1 P SMA IRT 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 30 BERAT 2 2 1 3 2 2 1 2 2 4 21 RINGAN
13 NY.K 54 2 P S1 GURU 2 2 3 4 3 3 3 4 3 4 31 BERAT 2 1 2 3 2 2 2 1 3 4 22 RINGAN
14 NY.S 60 3 P SMA IRT 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 35 BERAT 1 2 2 4 2 1 2 2 1 4 21 RINGAN
15 TN.J 45 1 L SMP PETANI 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 36 BERAT 2 2 1 4 2 2 1 2 1 3 20 RINGAN

UMUR
1. 36-45 TAHUN
2. 46-55 TAHUN
3. 56-65 TAHUN
FREKUENSI RESPONDEN
Statistics

jenis kelamin pendidikan pekerjaan


usia responden responden responden responden

N Valid 15 15 15 15

Missing 0 0 0 0

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Umur Responden

Frequen Valid
cy Percent Percent Cumulative Percent

Valid 36-45 tahun 8 53.3 53.3 53.3

46-55 tahun 6 40.0 40.0 93.3

56-65 tahun 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid L 4 26,7 26,7 26,7

P 11 73,3 73,3 100,0

Total 15 100,0 100,0


pendidikan responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S1 4 26,7 26,7 26,7

SMA 7 46,6 46,6 73,3

SMP 4 26,7 26,7 100,0

Total 15 100,0 100,0

pekerjaan responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid GURU 3 20,0 20,0 20,0

IRT 8 53,3 53,3 73,3

PETANI 3 20,0 20,0 93,3

WIRASWASTA 1 6,7 6,7 100,0

Total 15 100,0 100,0


PRE TEST DAN POST TEST

Descriptives

Statistic Std. Error

TOTAL PRE Mean 33,73 1,300

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 30,94

Upper Bound 36,52

5% Trimmed Mean 33,59

Median 34,00

Variance 25,352

Std. Deviation 5,035

Minimum 26

Maximum 44

Range 18

Interquartile Range 5

Skewness ,611 ,580

Kurtosis ,490 1,121

TOTAL POST Mean 21,47 ,965

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 19,40

Upper Bound 23,54

5% Trimmed Mean 21,57

Median 21,00

Variance 13,981

Std. Deviation 3,739

Minimum 13

Maximum 28

Range 15
Interquartile Range 2

Skewness -,064 ,580

Kurtosis 1,287 1,121

STATISTICS

HASIL PRE HASIL POST

N Valid 15 15

Missing 0 0

HASIL PRE

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid BERAT 12 80,0 80,0 80,0

RINGAN 3 20,0 20,0 100,0

Total 15 100,0 100,0

HASIL POST

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid RINGAN 15 100,0 100,0 100,0


UJI NORMALITAS
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL PRE ,201 15 ,106 ,923 15 ,211

TOTAL POST ,243 15 ,017 ,876 15 ,041

UJI PAIRED SAMPEL-T TEST


Paired Samples Test

Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)

95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Error
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper

Pair 1 TOTAL PRE - 12,267 4,183 1,080 9,950 14,583 11,358 14 0,000
TOTAL POST
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tolitoli pada tanggal 14 Januari 2001 dari ayah Imran
Datuamas dan Hj.muliyati Hj.umar. Penulis adalah putri ketiga dari tiga
bersaudara. Tahun 2018 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Tolitoli dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk STIKes Widya Nusantara Palu melalui
jalur PMDK undangan dan diterima di program studi ilmu keperawatan hingga
saat ini tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai