SKRIPSI
SARTINA
201801036
PERNYATAAN
Sartina
201801036
iii
ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang peningkatan insidensi dan prevalensi tinggi.
penyakit gagal ginjal kronik harus menjalani hemodialisis secara rutin sehingga mengakibatkan
terjadinya gangguan fisik yaitu kelelahan. Breathing Exercises merupakan terapi
nonfarmakologi yang dapat menurunkan tingkat kelelahan dengan tekhnik napas dalam 5 siklus
untuk meningkatan perfusi oksigen ke jaringan perifer yang dapat menurunkan kelelahan.
Tujuan untuk mengetahui pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan tingkat kelelahan
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisa RSUD Undata
Palu. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Pre-experimen menggunakan
rancangan One Group Pre Test And Post Test Design, Populasi berjumlah 62 orang dan sampel
berjumlah 15 orang dengan tekhnik Purposive Sampling. Hasil penelitian dari 15 responden
menggunakan uji Paired sample t-test diperoleh nilai p=0,000 (p ≤ 0,05). Tingkat kelelahan
sebelum Breathing Exercises adalah kelelahan berat (80%), kelelahan ringan (30%). Sedangkan
tingkat kelelahan responden setelah dilakukan Breathing Exercises adalah kelelahan ringan
(100%), dan kelelahan berat (0%). Simpulannya ada Pengaruh Breathing Exercises Terhadap
Penurunan Kelelahan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit
Hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Saran diharapkan hasil penelitian ini
dijadikan pengembangan ilmu asuhan keperawatan dan sebagai terapi non farmakologi pada
pasien yang mengalami kelelahan.
ABSTRACT
Chronic Kidney Failure Disease is a global health problem with a high incidence and
prevalence. Someone who suffers from chronic kidney failure must undergo hemodialysis
regularly, resulting in physical disturbances such as fatigue. Breathing Exercises are a non-
pharmacological therapy that can reduce fatigue levels by doing 5 cycles of deep breathing
techniques to increase oxygen perfusion to peripheral tissues so it could reduce fatigue levels
itself. The purpose of the research is to obtain the effect of Breathing Exercises on reducing
fatigue levels in chronic kidney failure patients who undergoing hemodialysis at the
hemodialysis unit of Undata Hospital Palu. This type of research is quantitative with a Pre-
experimental design using One Group Pre Test And Post Test Design. The population of the
research was about 62 people and a sample of only15 people that taken by purposive sampling
technique. The results of the research mentioned that 15 respondents using the Paired sample t-
test obtained a value of p = 0.000 (p 0.05). The level of fatigue of respondents before doing
Breathing Exercises is severe fatigue (80%), and mild fatigue (30%). But the level of fatigue of
respondents after Breathing Exercises is mild fatigue (100%) and severe fatigue (0%). In
conclusion, there is the effect of Breathing Exercises on Reducing Fatigue in Chronic Kidney
Failure Patients Who Undergoing Hemodialysis in the Hemodialysis Unit of Undata Hospital,
Central Sulawesi Province. It is hoped that the results of the research could be used as the
improvement of science in nursing care and used as a non-pharmacological therapy for patients
who have fatigue experience.
SKRIPSI
Diajukan sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu
SARTINA
201801036
SKRIPSI
SARTINA
201801036
Mengetahui,
Ketua STIKes Widya Nusantara Palu
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga
skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
pada bulan April 2022 ialah survei, dengan judul “Pengaruh Breathing Exercises
Terhadap Penurunan Kelelahan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di Unit Hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah”
1. Ibu Widyawati Situmorang, BSc., M.Sc, selaku Ketua Yayasan STIKes Widya
Nusantara Palu.
2. Bapak Dr, Tigor H. Situmorang, M.H., M.Kes., selaku Ketua STIKes Widya
Nusantara Palu dan sekaligus pembimbing I yang telah memberikan masukan
dan dukungan moral dalam penyusunan skripsi ini
3. Ibu Ns. Yuhana Damantalm, S.Kep., M.Erg, selaku Ketua Prodi Keperawatan
STIKes Widya Nusantara Palu.
4. Ns. Ni Nyoman Udiani, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan skripsi ini
5. Ibu Ns Ni Nyoman Elfiyunai S.Kep., M.Kes., selaku penguji utama yang telah
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff STIKes Widya Nusantara Palu yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan selama peneliti
mengikuti pendidikan
7. Direktur UPT RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah dan staff atas bantuan
dan kerja samanya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang
telah ditetapkan
viii
8. Muhammad Idris yang teristimewa yang telah sabar memberikan saya semangat
untuk menyusun skripsi
9. Reza yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi saya
10. Ibrahim dan Yohanes yang telah mengajarkan dan memberi masukan dalam
penyusunan skripsi saya
11. Teman saya yang paling teristimewa Zalsabila, Vira pratiwi, Sukmawaty dan
Asriandini yang telah memberikan semangat dan juga motivasi dalam
penyusunan skripsi saya
12. Teman-teman keperawatan angkatan 2018 khususnya kelas A yang sudah
banyak memberikan bantuan dan juga motivasi dalam penyusunan skripsi
13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Saya
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya dibidang ilmu keperawatan.
Sartina
201801036
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
HALAMAN JUDUL SKRIPSI v
LEMBAR PENGESAHAN vi
PRAKATA vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 17
C. Hipotesis 17
BAB III METODE PENELITIAN 18
A. Desain Penelitian 18
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 18
C. Populasi Dan Sampel Penelitian 19
D. Variabel Penelitian 19
E. Definisi Operasional 20
F. Instrumen Penelitian 20
x
DAFTAR TABEL
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ yang mempunyai banyak peranan
penting di dalam tubuh manusia, selain peran utamanya dalam produksi urin,
ginjal juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan yang ada di dalam
tubuh, pengaturan status asam-basa (PH darah), pembentukan sel darah merah,
pengaturan tekanan darah serta pembentukan vitamin D aktif 1. Penyakit gagal
ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal, dimana tubuh tidak dapat
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)2.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 penyakit ginjal
kronik merupakan masalah kesehatan dunia dengan peningkatan insidensi dan
prevalensi yang tinggi, secara global lebih dari 500 juta orang yang menderita
penyakit ginjal dan sekitar 1,5 juta orang yang menjalani hidupnya harus
ketergantungan dengan pengobatan hemodialisis atau cuci darah3. Berdasarkan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 berdasarkan diagnosis
dokter indonesia prevalensi penyakit gagal ginjal kronik pada orang usia lebih
dari 15 tahun di Indonesia adalah 713.783 orang. Pada tahun 2018, provinsi
Sulawesi Tengah menempati urutan ke-lima dengan kejadian penyakit ginjal
kronik di Indonesia dengan angka prevalensi 0,52% atau 7.847 orang 4.
Berdasarkan data dari unit hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah bahwa jumlah pasien yang menjalani hemodialisis pada tahun 2019
berjumlah sebanyak 7.512 kunjungan, kemudian pada tahun 2020 jumlahnya
sebanyak 8.180 kunjungan dan terjadi peningkatan pada tahun 2021 yaitu
sebanyak 8.928 kunjungan. Dari data yang didapatkan di unit hemodialisa
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah bahwa jumlah pasien yang rutin
menjalani hemodialisis sebanyak 62 orang.
Seseorang dengan penyakit gagal ginjal kronik kebanyakan melakukan
pengobatan dengan terapi hemodialisis untuk membersihkan sisa-sisa
metabolisme atau hasil metabolik yang tidak lagi diperlukan oleh tubuh, karena
1
2
disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang sudah tidak mampu membuang
sisa-sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh. Jika sudah melakukan
hemodialisis dianjurkan rutin melakukan pengobatan yaitu umumnya
dilakukan 2-3 kali setiap minggunya dan membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam,
gejala yang biasanya muncul yaitu sakit kepala, keringat dingin dan lemas,
kram otot2.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nia Khusniati 5 tentang kelelahan,
depresi, dan kualitas hidup pasien hemodialisa, hasil pengukuran tingkat
kelelahan dari 105 pasien, 57,1% pasien mengalami kelelahan5. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sitti Rusdianah Jafar6 tentang penurunan tingkat
kelelahan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis melalui promosi
kesehatan tekhnik relaksasi napas dalam atau terapi Breathing Exercises
menunjukkan bahwa pasien yang melakukan hemodialisis, latihan rutin secara
mandiri selama lima siklus dalam waktu lima menit setiap siklusnya dapat
menurunkan kelelahan, merasa nyaman dan meningkatkan kualitas hidup pada
pasien6.
Kelelahan merupakan dimana klien mengalami kelelahan baik dalam segi
fisik maupun mental7. Pada pasien yang menjalani hemodialisis, kelelahan
merupakan kondisi klinis yang sering terjadi7. Kelelahan pada pasien
hemodialisis disebabkan oleh sindrome uremia. Sindrome uremia yaitu kondisi
buruk yang terjadi pada saat ginjal tidak dapat menyaring dengan baik karena
tingginya kadar produk limbah dalam darah. Lalu sindrome uremia dapat
menyebabkan lemas pada syaraf karna adanya gangguan pada syaraf perifer
karna adanya uremik neuropati yang dapat merusak sel syaraf, gejala yang di
timbulkan biasanya kesemutan dan lemas di daerah tangan dan kaki sehingga
dapat menyebabkan lemas pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis7.
Breathing Exercises yaitu latihan pernapasan yang berguna untuk
mengatasi berbagai keluhan seperti pada pasien yang mengeluh gangguan
tidur, stress, kecemasan, dan kelelahan. Secara fisiologis, latihan napas dalam
akan menstimulasi sistem parasimpatik sehingga mampu meningkatkan
produksi endorphin yang berperan sebagai penghilang rasa nyeri dan penenang,
3
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi
Pengaruh Breathing Exercises Terhadap Penurunan Kelelahan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Unit Hemodialisa
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Tujuan khusus
a. Diidentifikasi kelelahan pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis sebelum diberikan terapi Breathing Exercises.
b. Diidentifikasi kelelahan pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis setelah diberikan terapi Breathing Exercises.
c. Diidentifikasi pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan
kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
D. Manfaat penelitian
A. Tinjauan Teori
6
7
2) Stadium II
LFG = 60-89 ml/menit/1.73m², terjadi penurunan ringan pada LFG.
3) Stadium III
LFG = 30-59 ml/menit/1.73m², terjadi penurunan sedang pada LFG
4) Stadium V
LFG < 15 ml/menit/1.73m², penyakit ginjal tahap akhir di sebabkan
karna tidak dapat membuang sisa metabolisme tubuh atau
menjalankan fungsi pengaturan serta memerlukan penatalaksanaan
dengan melakukan terapi pengganti ginjal untuk mempertahankan
hidup11.
c. Etiologi
Berdasarkan data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2018,
penyebab penyakit gagal ginjal kronik terbesar yaitu hipertensi (39%),
nefropati diabetik (22%), glomeluronefritis kronik (5%)11.
d. Patofisiologi
Awal proses terjadinya gagal ginjal kronik tergantung pada
penyakit yang mendasarinya yaitu diabetes, hipertensi, nefropati diabetik,
dan glomeluronefritis kronik. Keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan dua adaptasi penting yang dilakukan oleh ginjal. Penurunan
massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural sehingga
mengakibatkan fungsional nefron yang masih bertahan mempunyai
peranan sebagai kompensasi ginjal untuk melakukan semua beban kerja
ginjal, yang diperantara oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan
Grow Factors. Hal ini mengakibatkan peningkatan kecepatan filtrasi,
yang disertai oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomelurus. Proses adaptasi ini cukup efektif untuk mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, hingga fungsi ginjal
mengalami tingkatan fungsi yang sangat rendah. Sehingga jika 75%
massa nefron sudah rusak, maka laju filtrasi glomelurus ke tubulus tidak
dapat lagi di pertahankan12. Beban kerja ginjal yang berlebihan ini pada
akhirnya harus ditanggung oleh glomelurus yang masih sehat.Situasi ini
biasa menyebabkan terjadinya nekrosis, menjadi kaku dan sklerosis. Zat-
8
7) Sistem dermatologi
Manifestasi klinis yang muncul pada sistem dermatologi antara lain,
ekismosis, pruritus, pigmentasi, pucat, lecet, kulit kering, memar,
kuku tipis, bergaris merah, bergerigi dan mudah patah12.
8) Sistem urologi
Tanda dan gejala pada system urologi yang akan muncul yaitu
pengeluaran urin berkurang, berat jenis urin menurun, hipermagnesia,
proteinuria, azotemia, ketidakseimbangan kalium dan natrium, sel
dalam urin dan fragmen12.
9) Sistem reproduksi
Tanda dan gejala yang muncul pada sistem reproduksi yaitu terjadinya
disfungsi ereksi, libido menurun, interfilitas, amenorea, dan lambatnya
pubertas12.
f. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik terdiri dari dua
tahap yaitu penanganan konservatif dan terapi pengganti ginjal.
Penanganan konservatif yaitu menghambat perkembangan penyakit gagal
ginjal kronik, kondisi pasien menjadi stabil, dan mengobati faktor-faktor
reversible. Sementara terapi pengganti ginjal dilakukan pada pasien yang
menderita penyakit ginjal kronik stadium V, berupa hemodialisis,
transplantasi ginjal13.
g. Komplikasi
Menurut kowalak, welsh dan mayer (dalam kribyanto, 2019),
komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita penyakit gagal ginjal
kronik meliputi:
1) Neuropati perifer
2) Anemia
3) Komplikasi gastrointestinal
4) Disfungsi seksual
5) Parestesia
6) Defek skeletal
7) Fraktura patologis
10
wanita dewasa berkisar 6-21 mg/dl, sehingga pada pasien gagal ginjal
kronik yang memiliki kadar ureum lebih dari >50 mg/dl sudah
disarankan melakukan hemodialisis atau kata yang sering didengar yaitu
cuci darah10.
3. Konsep Kelelahan
a. Definisi kelelahan
Kelelahan adalah salah satu keadaan dimana klien merasa lelah
baik fisik maupun mental7. Pada pasien yang melakukan terapi
hemodialisis, kelelahan merupakan kondisi klinis yang sering terjadi
pada penyakit kronis7. Pada pasien yang menjalani hemodialisis
membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam dan akan mempengaruhi keadaan
fisik pasien yaitu menyebabkan stress karna kondisi fisik yang berubah,
dan anemia yang akan menyebabkan kelelahan7.
b. Penyebab kelelahan
Kelelahan pada pasien hemodialisis disebabkan oleh sindrome
uremia. Sindrome uremia yaitu tingginya kadar produk limbah dalam
darah, kondisi yang terjadi karna ginjal tidak dapat menyaring dengan
baik sehingga menyebabkan kelemasan pada syaraf karna adanya uremik
neuropati yang menyebabkan kerusakan sel syaraf, gejala yang
ditimbulkan biasanya kesemutan dan lemas pada daerah tangan dan
kaki7.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan
1) Faktor usia
Seseorang yang berusia 40 tahun ke atas akan mengalami penurunan
laju filtrasi glomerulus secara progresif sampai usia 70 tahun
sebanyak kurang lebih 50% dari normalnya. Penambahan usia akan
menyebabkan berkurangnya fungsi organ. Pada lansia rentan terjadi
berbagai keadaan yang tidak menyenangkan yaitu mudah mengalami
penyakit degeneratif, gampang stress, dan mudah merasakan
kelelahan, maka seiring dengan bertambahnya usia pasien yang
menjalani hemodialisis akan lebih cenderung terjadinya peningkatan
tingkat kelelahan16.
15
2) Faktor fisiologis
Pada pasien yang sudah menjalani hemodialisis akan memiliki kadar
ureum dan kreatinin yang tinggi. Dengan kadar ureum yang tinggi
akan menyebabkan produksi hormon eritropoietin terganggu.
Kemudian sel darah merah mengalami penurunan atau yang sering
disebut dengan anemia yang berdampak pada kondisi fisik pasien,
pada pasien yang mengalami anemia akan merasakan kelelahan, kadar
hemoglobin sebesar 10 gr/dL akan menyebabkan pasien mengalami
kelelahan16.
4. Konsep Breathing Exercises
a. Definisi Breathing Exercises
Breathing exercises adalah tekhnik latihan napas dalam yang
mempunyai manfaat untuk mengatasi berbagai keluhan seperti pada
pasien yang mengeluh gangguan tidur, stress, kecemasan, dan lemas 17.
Mekanisme Breathing Exercises terhadap penurunan kelelahan Secara
fisiologis, mekanisme tekhnik relaksasi napas dalam akan menstimulasi
sistem saraf parasimpatik hingga mengakibatkan meningkatnya produksi
hormon endorpin, saraf simpatik mempunyai peran untuk membuat tubuh
menjadi rileks sedangkan endorpin dapat membantu mengurangi rasa
nyeri dan memicu perasaan positif, dengan meningkatnya saraf
parasimpatik dan hormon endorpin akan membuat seseorang yang lemas
menjadi lebih rileks dan membuat perasaan lebih positif dan tenang,
kemudian selain itu juga tekhnik napas dalam dapat membuat ekspansi
paru meningkat sehingga dapat berkembang maksimal, otot- otot pun
menjadi lebih rileks, sehingga pada seseorang gagal ginjal kronik yang
melakukan tekhnik relaksasi napas dalam sebelum hemodialisa akan
merasakan otot-otot mereka menjadi lebih rileks17.
Secara mekanisme kerja Breathing Exercises membuat oksigen
mengalir ke dalam pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh,
membuang zat racun dan metabolisme yang tidak lagi terpakai, lalu
meningkatkan metabolisme dan memproduksi energi yang akan
memaksimalkan kadar oksigen yang masuk dan disuplay ke seluruh
16
jaringan sehingga tubuh akan memproduksi energi dan dari energi yang
didapatkan akan membuat tubuh yang lemas menjadi berenergi dan lebih
rileks8.
b. Prosedur pelaksanaan tekhnik Breathing Exercises
Dengan latihan Breathing Exercises atau relaksasi napas dalam
secara rutin yaitu dilakukan sebanyak 5 siklus untuk meningkatan perfusi
oksigen ke jaringan perifer sehingga dapat menurunkan tingkat
kelelahan, jika tekhnik napas dalam hanya dilakukan 1 kali siklus tidak
akan memberikan dampak signifikan terhadap penurunan kelelahan,
kemudian setiap siklus dilakukan selama 5 menit dengan jeda waktu
istirahat 10-15 menit dapat menurunkan kelelahan termasuk yang
dirasakan oleh pasien yang menjalani hemodialisis6. Kemudian cara
melakukan Breathing Exercises yaitu dengan cara sebagai berikut:
Menurut (Priharjo, 2013) Tahap pelaksanaan tekhnik relaksasi
napas dalam sebagai berikut18 :
1) Atur posisi klien dengan posisi semifowler
2) Lalu, menyuruh klien untuk menghirup nafas dalam dari hidung
sehingga membuat rongga paru-paru terisi oleh udara kemudian mulai
hitungan 1, 2, 3, 4 lalu ditahan sekitar 3-5 detik.
3) Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung sampai tiga
secara perlahan melalui mulut.
4) Kemudian anjurkan klien untuk berkonsentrasi dengan memejamkan
mata
5) Lakukan dengan mengulangi nya sampai 5 kali
6) Dan, lakukan tekhnik relaksasi ini dengan maksimal 5 menit18.
c. Kelebihan terapi Breathing Exercises
Tekhnik relaksasi napas dalam sangat mudah di lakukan, mudah
dipelajari, mudah diingat, tidak membutuhkan biaya, dan tidak
membutuhkan waktu yang lama selama terapi dilakukan, breathing
exercises hanya membutuhkan waktu 1 menit dalam tiap siklus, dalam
sehari terapi ini dianjurkan dilakukan 5 kali siklus untuk mendapatkan
hasil yang lebih maksimal6.
17
B. Kerangka konsep
Keterangan
: Variabel
: Diteliti
C. Hipotesis
A. Desain Penelitian
Keterangan :
1. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan Di Unit Hemodialisa RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah
2. Waktu penelitian
Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan 02 Juni-02 Juli tahun 2022
18
19
1. Populasi
Seluruh objek yang akan diteliti disebut sebagai populasi19. Dalam
penelitian ini merupakan pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis sebanyak 62 orang.
2. Sampel
Populasi yang benar-benar mampu mewakili dan menggambarkan
keadaan sebenarnya adalah sampel. Menurut Sugiyono (2018) besar
sampel minimal pada kelompok eksperimen 10-20 orang sudah mewakili
sampel penelitian eksperimen20. Tekhnik pengambilan sampel dalam
penelitian ini yaitu Purposive Sampling. Purpove sampling merupakan
pengambilan sampel dengan beberapa pertimbangan tertentu 20. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teori menurut Sugiyono (2018)
dengan mengambil total sampel sebanyak 15 orang.
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Pasien dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
reguler (hemodialisa pasien tetap dan mempunyai jadwal khusus
yaitu pasien dihari senin datang dihari kamis, selasa datang lagi di
hari jumat, pasien hari rabu datang lagi di hari sabtu)
b. Pasien yang mampu berbicara
c. Pasien yang telah bersedia mengikuti semua alur penelitian selama
penelitian berlangsung
d. Pasien yang bersedia menjadi responden dan bersedia
menandatangani Informed Consent
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Pasien gagal ginjal kronik yang mengalami kondisi akut (sesak nafas)
b. Pasien lanjut usia
D. Variabel penelitian
E. Definisi operasional
1. Tingkat kelelahan
Definisi : Kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisis adalah suatu kondisi tingkat keparahan
perasaan ketidakmampuan fisik yang biasanya ditandai
dengan adanya kesemutan dan lemas pada daerah tangan
dan kaki
Alat ukur : Kuesioner Fatigue Assesment Scale (FAS)
Skala : Ordinal
Cara ukur : Lembaran Kuesioner
Hasil ukur : 1-30 (Kelelahan Ringan)
31-50 (Kelelahan Berat)
2. Breathing Exercises
Definisi : Breathing Exercises atau tekhnik napas dalam dilakukan
dengan mengajarkan pada pasien yang ingin menjalani
terapi hemodialisis yang dilakukan sebanyak 5 siklus
selama 5 menit
F. Instrumen penelitian
1. Kuesioner Kelelahan
Kuesioner merupakan pernyataan-pernyataan yang mengatur
variabel hingga memiliki makna dalam pengujian hipotesis penelitian.
Peneliti menggunakan kuesioner Fatigue Assessment Scale (FAS) yang
terdiri dari 10 pernyataan yang mengukur kelelahan fisik, terdapat 8
pernyataan negatif dan 2 pernyataan positif. FAS memiliki pilihan 5
jawaban yaitu tidak pernah, kadang-kadang, teratur, sering dialami, dan
selalu dialami21. Berdasarkan rekapitulasi keseluruhan skor mencapai 1-
30 menandakan responden mengalami kelelahan ringan, sedangkan skor
31-50 menandakan responden mengalami kelelahan berat21. Kuesioner ini
telah baku dan sudah di Publish sehingga peneliti tidak perlu melakukan
uji validitas dan uji reliabilitas21. Hasil uji validitas kuesioner FAS
didapatkan r hitung (0,57-0,78) > r tabel 0,4721. Kuesioner ini juga
banyak digunakan dalam penelitian. Salah satunya penelitian yang
dilakukan oleh Riza Zuraida (2014) dengan judul “Pengujian Skala
Pengukuran Kelelahan Pada Responden Indonesia”21.
2. SPO Breathing Exercises
Menurut (Priharjo, 2013) Tahap pelaksanaan tekhnik Breathing
Exercises adalah sebagai berikut :
a. Atur posisi klien dengan posisi semifowler.
b. Lalu menyuruh klien untuk menghirup nafas dalam dari hidung
sehingga membuat rongga paru-paru terisi oleh udara kemudian
mulai hitungan 1,2,3,4 lalu di tahan sekitar 3-5 detik.
c. Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung sampai tiga
secara perlahan melalui mulut.
d. Kemudian anjurkan klien untuk berkonsentrasi dengan memejamkan
mata.
e. Lakukan dengan mengulanginya sampai dengan 5 siklus, dengan
selingi istirahat sejenak setiap 1 siklus.
f. Dan, lakukan tekhnik relaksasi ini dengan maksimal 5 menit.
22
Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data primer dan data
sekunder. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari unit hemodialisis
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah data yang diperoleh langsung dari
sumber data disebut data primer, responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian akan diminta untuk mengisi kuesioner secara langsung untuk
memenuhi data primer. Langkah-langkah berikut adalah tekhnik
pengumpulan data19:
1. Editting dilakukan untuk memeriksa adanya kesalahan atau kurangnya
data yang di isi oleh responden.
2. Coding adalah kegiatan mengklasifikasi data dengan cara memberi kode
untuk memudahkan peneliti pada saat melakukan entri data.
3. Tabulating adalah penyusunan data yang berdasarkan variabel yang
diteliti.
4. Entri adalah proses pemasukan data kedalam program komputer untuk
selanjutnya di analisa.
5. Cleaning yaitu membersihkan data dengan melihat variabel yang telah
digunakan apakah data-datanya sudah benar atau belum.
6. Describing yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah
dikumpulkan.
H. Analisa Data
Dengan Rumus :
f
p= x 100 %
n
Keterangan :
P = Presentase
ƒ = jumlah jawaban benar
n = jumlah
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis secara simultan dari dua variabel.
Hal ini biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variabel terkait
dengan variabel lain22. Dalam penelitian ini analisa bivariat dilakukan
untuk mengetahui pengaruh Breathing Exercises terhadap penurunan
kelelahan pada pasie n gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
Di unit hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Sebelum
dilakukan uji statistik terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data yang
bertujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Adapun
jika data berdistribusi normal atau tidak. jika data berdistribusi normal,
maka digunakan statistik Paired Sample T-Test (Uji-T Berpasangan), dan
data yang berdistribusi tidak normal dapat menggunakan uji
nonparametrik Wilcoxon.
Tabel 3.1 Test Of Normality
Kelompok Shapiro-Wilk
Responden Statistik df Sig.
Pretest 0,923 15 0,21
1
Postest 0,876 15 0,04
1
S
t=
√ s 1(2) s 2(2) 2 r ( s 1 ) ( s 2)
nl
+
n2
−
√ n1 √ n 1
Keterangan :
x1 = Rata-rata sampel 1
x2 = Rata-rata sampel 2
s1 = Simpangan baku sampel 1
s2 = Simpangan baku sampel 2
s1 (2)= Variasi sampel 1
s2 (2)= Variasi sampel 2
2 = Korelasi antar dua sampel
25
Pengambilan Data
Awal
Pra Penelitian
Penyusunan
Proposal Penelitian
1. Mengidentifikasi kelelahan pasien
gagal ginjal kronik sebelum diberi
Breathing Exercises
2. Mengidentifikasi kelelahan pasien
gagal ginjal kronik setelah diberi
Seminar Proposal Breathing Exercises
3. Menganalisis pengaruh Breathing
Exercises
Penelitian
1. Tahap I
Pengisian kuesioner (Pre Test) pada
pasien penyakit gagal ginjal kronik
2. Tahap II
Analisa Data
Pemberian Breathing Exercises
3. Tahap III
Pengisian kuesioner (Post Test) pada
pasien gagal ginjal kronik
Penyusunan
Hasil Penelitian
Ujian Skripsi
26
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.1
sebagai berikut.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
No Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
1. 36-45 tahun 8 53,3
2. 46-55 tahun 6 40,0
3. 56-65 tahun 1 6,7
Sumber: Data primer 2022, Klasifikasi Usia DEPKES RI
26
27
d. Pekerjaan
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dilihat pada tabel 4.4
sebagai berikut
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Guru 3 20,0
2. Wiraswasta 1 6,7
3. IRT 8 53.3
4. Petani 3 20,0
Sumber : Data Primer 2022
Ringan 15 100%
Sumber: Data primer 2022
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil tes uji tes statistik
Paired Sample T-Test (Uji-T Berpasangan) tingkat kelelahan diperoleh
nilai P=0,000 oleh karna P < 0,05 maka dinyatakan bahwa ada pengaruh
pemberian Breathing Exercises terhadap penurunan tingkat kelelahan
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit
hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
30
C. Pembahasan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rusdianah
Jafar30 tentang Penurunan Tingkat Kelelahan Pasien Gagal Ginjal Yang
Menjalani Hemodialisis Melalui Promosi Kesehatan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam menyatakan bahwa promosi kesehatan tentang tekhnik
napas dalam berpengaruh penting, dengan adanya promosi kesehatan
pasien menjadi tahu bahwa ada cara mudah menurunkan tingkat kelelahan
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Secara
fisiologi napas dalam akan menstimulasi sistem saraf parasimpatik
sehingga meningkatkan produksi endorpin, menurunkan detak jantung,
dan meningkatkan ekspansi paru hingga berkembang maksimal, akibatnya
otot-otot menjadi rileks.
Menurut Handi Rustandi dan kawan-kawan31 menjelaskan bahwa
keluhan fisik yang paling sering dirasakan oleh pasien yang menjalani
hemodialisis yaitu kelelahan di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu tidak
tahan cuaca dingin, pruritus, kelemahan ekskremitas bawah, dan kesulitan
tidur.
Menurut Respati30 menyatakan bahwa Breathing Exercise mampu
mengurangi ketegangan dan kelelahan yang dialami seseorang, hal ini
dikarenakan terapi yang diberikan membantu individu menenangkan
pikiran, perasaan, dan melepaskan ketegangan seseorang sehingga mampu
membuat tubuh lebih rileks dan mampu menurunkan kelelahan.
Intervensi yang dilakukan perawat Di Unit hemodialisis RSUD
Undata dalam mengatasi ketegangan dan kelelahan pada pasien yang
menjalani hemodialisis salah satunya yaitu dengan cara komunikasi
terapeutik terhadap pasien sebelum menjalani proses hemodialisis, dengan
melakukan dan menanyakan kondisi dan perasaan yang dirasakan pasien,
serta mendampingi pasien ketika pasien tidak didampingi oleh keluarga
saat melakukan hemodialisis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pengembangan ilmu dalam asuhan keperawatan, dan digunakan sebagai
terapi non farmakologi pada pasien yang mengalami kelelahan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
36
37
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Konsul Judul
2 Bimbingan Proposal
3 Ujian Proposal
5 Penelitian
6 Bimbingan Hasil
7 Ujian Hasil
Kuesioner ini ingin mengetahui apakah ada kelelahan yang dirasakan oleh responden,
Silahkan berikan jawaban pertama yang muncul di benak anda, kemudian beri tanda
silang (X) pada satu jawaban yang paling sesuai.
Karakteristik Responden
Inisial :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No Pernyataan Tidak Kadang- Dirasaka Sering Selalu di
pernah kadang n secara dialami alami
teratur
UMUR
1. 36-45 TAHUN
2. 46-55 TAHUN
3. 56-65 TAHUN
FREKUENSI RESPONDEN
Statistics
N Valid 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Umur Responden
Frequen Valid
cy Percent Percent Cumulative Percent
pekerjaan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Descriptives
Median 34,00
Variance 25,352
Minimum 26
Maximum 44
Range 18
Interquartile Range 5
Median 21,00
Variance 13,981
Minimum 13
Maximum 28
Range 15
Interquartile Range 2
STATISTICS
N Valid 15 15
Missing 0 0
HASIL PRE
HASIL POST
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Error
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper
Pair 1 TOTAL PRE - 12,267 4,183 1,080 9,950 14,583 11,358 14 0,000
TOTAL POST
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tolitoli pada tanggal 14 Januari 2001 dari ayah Imran
Datuamas dan Hj.muliyati Hj.umar. Penulis adalah putri ketiga dari tiga
bersaudara. Tahun 2018 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Tolitoli dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk STIKes Widya Nusantara Palu melalui
jalur PMDK undangan dan diterima di program studi ilmu keperawatan hingga
saat ini tahun 2022.