OLEH:
NOVITA NIPA
C12114316
i
SKRIPSI
Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
NOVITA NIPA
C12114316
i
ii
iii
ABSTRAK
Latar Belakang : Penderita penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis dapat
mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan. Salah satu cara untuk mengatasi kecemasan
yaitu memberikan latihan relaksasi napas dalam. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh latihan relaksasi napas dalam terhadap perubahan skor kecemasan pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSP UNHAS.
Metode : Dalam penelitian ini digunakan Quasi Experimental dengan rancangan Time Series with
Control Group Design. Kelompok intervensi diberikan latihan relaksasi napas dalam diberikan
selama 2 minggu dan dilakukan 2 kali sehari selama 10 menit. Besar sampel masing-masing 15
responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini digunakan pendekatan
dengan uji Independent t-test dan uji Mann Whitney.
Hasil : Terdapat perbedaan skor kecemasan setelah intervensi dengan selisih mean sebesar 33,6
sehingga terdapat pengaruh latihan relaksasi napas dalam dengan p=0,000 atau p<0.005.
Sedangkan, pada kelompok kontrol yang tidak diberikan latihan relaksasi napas dalam hanya
memiliki selisih mean sebesar 3,46.
Kesimpulan dan saran : Latihan relaksasi napas dalam dapat menurunkan skor kecemasan pasien
yang menjalani hemodialisis.
iv
ABSTRACT
Background : Patients with chronic kidney disease (CKD) undergoing hemodialysis have a
psychological disorders that is anxiety. One way to overcome the anxiety is to provide deep
breathing relaxation exercises. Objective : this study was to determine the effect of deep breathing
relaxation exercises on change in anxiety score of patient with chronic kidney disease undergoing
hemodialysis at Hospital of Hassanuddin University.
Methods : The research used the Quasi Experimental Time Series with Control Group Design.
The intervention group was given a deep breathing relaxation exercise 2 weeks with twice a day
for 10 minutes. The sample size was 15 respondents each intervention and control group. On the
research also used approach with Independent t-test and Mann Whitney test.
Result : The results showed that the differences the mean anxiety score is 33.6 than there is the
influence of deep breathing relaxation exercise with p=0.000 or p<0.005. Whereas, in the control
group there was not given a deep breathing relaxation exercise just have a differences mean is
3.46.
Conclusions and suggestions : Deep breathing relaxation exercises can decreased anxiety score of
patient undergoing hemodialysis.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
Relaksasi Napas Dalam terhadap Perubahan Skor Kecemasan Pasien Gagal Ginjal
Hasanuddin”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang
skripsi ini.
hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan, dan kerjasama dari
berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi peneliti dapat
1. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Si selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin
2. Ibu Hapsah, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing I dan Bapak Abdul
Majid, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing II yang telah setia
3. Ibu Dr. Yuliana Syam, S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji I dan Titi Iswanti
serta staf yang telah memberi izin dan membantu dalam penelitian ini
vi
5. Segenap dosen, staf akademik, staf perpustakaan, dan staf tata usaha Program
7. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis
Dari semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis tentunya
tidak dapat memberikan balasan yang setimpal kecuali berdoa semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap
dengan adanya skripsi ini, pembaca dapat menambah ilmu dan dapat mengetahui
manfaat relaksasi napas dalam. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dapat diterima dengan senang hati demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata dari
Novita Nipa
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
viii
5. Patofisiologi Penyakit Ginjal Kronik ....................................................... 14
B. Hemodialisis ................................................................................................ 19
E. Kerangka Teori............................................................................................. 48
ix
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ........................................... 49
A. Kerangka Konsep......................................................................................... 49
F. Instrumen Penelitian..................................................................................... 58
B. Pembahasan .................................................................................................. 76
A. Kesimpulan .................................................................................................. 88
B. Saran ............................................................................................................. 88
x
DAFTAR TABEL
Tabel 5.3 Distribusi skor kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis sebelum
diberikan latihan relaksasi napas dalam pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin
(n=30) ......................................................................................................... 72
Tabel 5.4 Distribusi skor kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis setelah
diberikan latihan relaksasi napas dalam pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin
(n=30) ......................................................................................................... 73
Tabel 5.5 Hasil analisis perbedaan rerata skor kecemasan pada kelompok
intervensi dan kelompok ontrol sebelum (pre), setelah 1 minggu (post
1), dan setelah 2 minggu (post 2) diberikan intervensi latihan relaksasi
napas dalam (n=30) ................................................................................... 73
Tabel 5.6 Hasil analisis perbedaan selisih skor kecemasan pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan latihan relaksasi
napas dalam pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSP
UNHAS (n=30) ......................................................................................... 75
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR DIAGRAM
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 11 Diagram
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) merupakan
Dayrit, & Siswadi, 2008). Pendapat lain menurut Cahyaningsih (2009) penyakit
ginjal kronik juga terjadi ketika ginjal tidak dapat mempertahankan lingkungan
Madjid (2009) penyakit ginjal kronik bersifat progresif dan irreversible dimana
bahwa penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan hilangnya fungsi ginjal dan
tubuh.
psikologis tersebut terkait dengan kondisi medis pada umumnya dialami oleh
penderita (Andri, 2013). Pendapat yang sama menurut Wang & Chen (2012)
bahwa penyakit ginjal kronik cenderung memengaruhi aspek fisik dan mental
1
salah satunya ialah timbulnya rasa cemas. Sekitar 12%-52% pasien dengan
Gejala yang dialami tentunya dapat mengancam nyawa pasien bila tidak
tersebut pasien dianjurkan untuk menjalani terapi pengganti ginjal. Salah satu
pasien penyakit gagal ginjal kronik, harus menjalani terapi dialisis sepanjang
uremia (Smeltzer & G.Bare, 2001). Hingga sekarang, beberapa sumber mencatat
pasien dengan kasus PGK yang menjalani hemodialisis di seluruh dunia terus
jumlah penderita PGK yang menjalani hemodialisis dari tahun 2010 hingga 2013.
sebanyak 1.810.000 orang, tahun 2012 sebanyak 2.106.000 orang dan tahun 2013
sebanyak 2.250.000 orang (Fresenius Medical Care, 2010; 2012; 2013). Selain
itu, World Health Organization (WHO) mencatat lebih dari 500 juta orang
penyandang PGK. Dari tahun 2010 - 2014 sebanyak 36 juta orang meninggal
dunia dan yang harus menjalani hidup dengan bergantung pada terapi
Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah penderita PGK yang
2
sekitar 25 juta sampai 30 juta orang di Indonesia mengidap penyakit ginjal baik
penyakit ginjal akut maupun kronik. Data dari Indonesian Renal Registry (2015)
tertinggi yaitu sebesar 0,3 % setelah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara
Selatan sendiri terdapat 5 renal unit dan pada tahun 2015 melaporkan jumlah
hemodialisis selama tahun 2015 sebanyak 770 pasien, tahun 2016 sebanyak 753
pasien dan tahun 2017 sampai bulan Agustus tercatat sebanyak 436 pasien.
Setiap pasien dijadwalkan menjalani hemodialisis 2-3 kali per minggu selama 4-
Penelitian yang dilakukan oleh Tokala, Kandou, & Dundu (2015) mengenai
cemas ringan, 6 orang (17,6%) cemas sedang, dan 1 orang (2,95%) mengalami
cemas berat. Sedangkan pada penelitian Zhang & et.al (2014) pasien yang
sisanya 24% tidak mengalami depresi maupun cemas. Penelitian yang sama
3
dilakukan oleh Vasilopoulou & et.al (2016) di Canada dengan hasil bahwa pasien
sebanyak 38,2%.
tentunya menjadi perhatian khusus dari tenaga kesehatan. Apabila tidak diatasi
maka dapat berdampak pada masalah psikologis yang lebih berat. Sehingga,
dalam mengatasi hal ini digunakan terapi non farmakologi seperti terapi perilaku
dan terapi kognitif (Stuart, 2013). Menurut National Institute of Mental Health,
mengurangi kecemasan. Salah satu terapi perilaku yang dapat dilakukan yaitu
relaksasi napas dalam dengan ciri pernapasan lambat dan dalam (American
insomnia, dan stress. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi
keadaan tenang dan rileks yaitu gelombang otak perlahan-lahan akan melambat
yang dapat membuat seseorang dapat beristirahat dengan tenang (Smeltzer &
G.Bare, 2001). Manfaat lain dari relaksasi napas yaitu terjadi penurunan kadar
hemodinamik yaitu penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi (Dusek &
Benson, 2009).
4
Penelitian yang dilakukan (Gea, 2013) dengan intervensi relaksasi napas
dalam menunjukkan adanya perubahan skor kecemasan pada pasien pre operasi.
mulai dari kecemasan ringan 20%, kecemasan sedang 70%, dan kecemasan berat
10%. Namun, setelah diberikan relaksasi napas dalam pasien tidak lagi
Penelitian lain dilakukan oleh (Hidayat & Ekaputri, 2015) dengan hasil
keperawatan yang dapat digunakan untuk mengatasi gejala psikologis pasien. Hal
ini penting untuk diajarkan kepada pasien mengingat kondisi yang dihadapi tidak
kecemasan (Rickard, et.al, 2014). Oleh karena hubungan tubuh dengan pikiran
yang sangat kuat sehingga tidak hanya menimbulkan efek yang menenangkan
fisik tetapi juga bermanfaat dalam memberi ketenangan pada pikiran. Hingga
saat ini, relaksasi napas dalam masih termasuk salah satu terapi yang banyak
digunakan karena mudah dan tidak membutuhkan alat saat dilakukan. Hanya
5
memerlukan konsentrasi penuh, posisi yang nyaman, serta dapat menggunakan
gelisah, dan takut terlebih saat pertama kali menjalani hemodialisis. Di antara
mereka bahkan masih ada yang merasa denial (menolak) menjalani hemodialisis.
kecemasan (Barbara Kozier, et.al, 2010). Selain itu, di ruang hemodialisis pasien
diberikan napas dalam oleh perawat namun teknik yang digunakan belum sesuai
dengan standar operasional prosedur (SOP). Napas dalam yang diberikan hanya
pada saat pasien akan disuntik untuk menjalani hemodialisis demi mengurangi
rasa nyeri namun bukan untuk mengatasi gejala psikologis pasien, seperti:
latihan relaksasi napas dalam terhadap perubahan skor kecemasan pada pasien
B. Rumusan Masalah
hemodialisis. Hal ini berdampak buruk pada kondisi fisik maupun psikologis
pasien jika dibiarkan tanpa tindakan yang tepat. Pada kondisi seperti ini,
6
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa latihan relaksasi napas
dalam menjadi salah satu dari intervensi keperawatan yang dapat menurunkan
kecemasan. Latihan relaksasi napas dalam dapat membuat perasaan rileks dan
untuk mengatasi hal tersebut belum diberikan terapi salah satunya relaksasi
napas dalam.
diberikan napas dalam oleh perawat sebelum disuntik namun teknik yang
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
napas dalam
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Masyarakat
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ginjal kehilangan fungsi dan tidak dapat pulih seperti sedia kala.
dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer & G.Bare, 2001;
penyakit ginjal kronik menurut (Smeltzer & G.Bare, 2001; Suharyanto &
a) Penyakit sistemik:
amiloidosis
10
2) Peradangan: glomerulonephritis kronis
glomerulus (GFR) adalah 40% sampai 50% laju normal, BUN dan
11
b) Stadium II (insufisiensi ginjal)
filtrasi glomerulus (GFR) adalah 20% sampai 40% laju normal, BUN dan
kreatinin serum mulai meningkat di atas batas normal, anemia ringan dan
Stadium III ditandai laju filtrasi glomerulus (GFR) 10% sampai 20%
laju normal, BUN dan kreatinin serum meningkat, anemia, azotemia, dan
filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 10% laju normal, BUN dan
12
4. Manifestasi Klinik Penyakit Ginjal Kronik
dilihat dari berbagai gangguan sistem yang timbul menurut (Baughman &
Hackley, 2000; Smeltzer & G.Bare, 2001; Baradero, Dayrit, & Siswadi,
13
e) Sistem perkemihan : proteinuria, nokturia, poliuria, natrium dalam
toksik, kuku tipis dan rapuh, kulit kering, ekimosis, lecet, rambut tipis
jumlah zat terlarut yang harus diekskresi oleh ginjal. Disamping itu,
bentuk adaptasi, sisa nefron yang masih tersisa dan masih berfungsi
14
itu, terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi
tubulus dalam setiap nefron meskipun laju filtrasi glomerulus (LFG) atau
maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi setiap nefron semakin
Hal ini juga diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
Pada stadium awal penyakit ginjal kronik, belum nampak gejala klinis
secara serius. Keadaan ini ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG)
nefron secara progresif yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan
15
Penurunan laju filtrasi glomerulus menyebabkan klirens kreatinin
menurun dan kadar kreatinin serum serta kadar nitrogen urea darah (BUN)
Fungsi renal menurun dan produk protein tertimbun dalam darah yang
uremia semakin berat. Penyebab uremia yang belum diketahui pasti diduga
berasal dari abnormalitas yang diakibatkan oleh retensi urea dan hasil
fungsi ekskretorik ginjal (Isselbacher, et.al, 2000). Masalah yang lain yaitu
gejala serius tetapi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum terus
terjadi. Namun, pada laju filtrasi glomerulus yang telah mencapai 30%
16
berat badan, susah tidur kram otot pada malam hari, bengkak pada kaki
dan pergelangan kaki pada malam hari, kulit gatal dan kering, sering
uremia dan gejala lain yang nyata. Gejala yang dirasakan semakin berat
2001).
penipisan air dan natrium yang akan memperburuk status uremia. Gejala
yang lain dapat muncul, seperti terjadi asidosis metabolik. Hal ini
(Setiati,et.al, 2014).
dan komplikasi yang lebih serius dan pasien sudah memerlukan terapi
ginjal ini, agar fungsi ginjal tetap berjalan walaupun bukan ginjal yang
17
secara langsung menjalankan fungsinya tersebut. Salah satu terapi
renin-angiotensin-aldosteron
faktor yang berperan dalam penyakit ginjal kronik dapat diidentifikasi dan
18
mengalami gangguan metabolisme dan cairan dalam tubuh yang dapat
buatan yang terdiri dari membran semipermeabel yang mana darah di satu
sisi dan cairan dialisis di sisi lain. Hemodialisis adalah suatu proses
B. Hemodialisis
1. Defenisi Hemodialisis
ginjal yang digunakan oleh penderita penyakit ginjal baik akut maupun
19
kronik. Terapi ini dilakukan apabila fungsi ginjal yakni membuang zat sisa
metabolik yang beracun serta kelebihan cairan tubuh yang sangat menurun
endokrin atau metabolik pada ginjal (Smeltzer & G.Bare, 2001; Baradero,
2. Indikasi Hemodialisis
(Price & Wilson, 2005; Aziz, J.Witjaksono, & Rasjidi, 2008; Setiati,et.al,
2014)
hipertensi
farmakologis
bikarbonat
pengikat fosfat
20
f. Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa
dilakukannya hemodialisis.
150 mg%, kreatinin plasma lebih atau sama dengan 10 mg%, dan
serat artifisial berongga yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus,
21
cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) bersirkulasi di sekelilingnya
konsentrasi zat terlarut dalam darah dan dialisat. Pada proses hemodialisis
G.Bare, 2001).
2014).
osmosis terjadi dimana air berpindah dari tekanan yang lebih tinggi (tubuh
22
pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat) (Smeltzer & G.Bare,
4. Lama Terapi
limbah nitrogen serta air yang berlebihan dari dalam tubuh. Pasien
biasanya dijalani 1-3 kali seminggu selama 2-5 jam setiap kali terapi atau
bagi mereka yang mengidap gangguan jantung, stroke, atau lanjut usia
pemerasan cairan tubuh untuk dibersihkan dalam waktu lama (2-5 jam)
5. Komplikasi Hemodialisis
Geissler, 2000; Smeltzer & G.Bare, 2001; Smeltzer & Bare, 2010;
23
a. Pra hemodialisis
b. Intra hemodialisis
24
2) Emboli udara terjadi akibat adanya udara memasuki sistem
vaskuler pasien
kulit
6) Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan
25
sebanyak 21 orang (42,9%) dan kecemasan berat 37 orang (64,9%).
HARS, akan dibahas pada Bab IV penelitian ini pada bagian instrumen
penelitian.
c. Post hemodialisis
26
PGK. Hal tersebut menjadi komplikasi dari hemodialisis. Selain itu,
kecemasan sedang.
1. Defenisi Kecemasan
suatu keadaan secara subjektif yang dialami tanpa objek spesifik dan
penyebab yang jelas. Hal ini dihubungkan dengan perasaan tidak menentu,
merasa tidak aman, putus asa, dan mengurung diri (Stuart, 2013).
Ketakutan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat fisik dan psikologis yang
27
2. Penyebab dan Faktor yang Memengaruhi Kecemasan
dengan keluarga baik istri maupun suami yang dapat berdampak pada
bahkan hilang, dan masalah lainnya. Selain itu, pasien hemodialisis dapat
pula merasa cemas akibat tekanan batin dalam rumah tangganya sendiri
memperoleh pengakuan dari orang lain (Suliswati, et.al, 2005). Selain itu,
hemodialisis. Pada pasien usia 40-60 tahun sangat mungkin bisa terjadi
perasaan tidak berguna bagi keluarga, dan sebagian besar mempunyai anak
lebih memiliki sifat yang lebih aktif dan ekploratif sedangkan perempuan
28
Penelitian yang sama dilakukan oleh Marlina & Andika (2013) yang
keluarga yang baik dapat membuat pasien tidak merasa cemas atau cemas
lebih cemas dibanding yang telah menjalani terapi hemodialisis lebih dari
1 tahun.
yaitu pekerjaan. Pasien yang tidak bekerja pun merasa menjadi beban
akan dilakukan secara rutin. Selain itu, pasien memiliki beban pekerjaan
lagi dengan masalah pendapatan yang relatif kecil menambah beban pasien
3. Gejala-Gejala Kecemasan
29
Tabel II.2 Gejala-Gejala Kecemasan
Sumber: (Maramis, 2005; Lee, 2008; Barbara Kozier, et.al, 2010; Young, et.al, 2011;
Marsh, 2015)
dengan gejala kecemasan pada umumnya. Gejala fisik yang timbul seperti
dialami.
4. Tingkat Kecemasan
30
b) Kecemasan sedang : seseorang kurang mempedulikan kejadian yang
kecemasan sedang.
sakit yang dapat membahayakan jiwa mereka atau takur akan menjadi
31
dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP
cemas berat. Sedangkan pada penelitian Zhang & et.al (2014) pasien yang
5. Dampak Kecemasan
a) Dampak fisik
32
ketidaknyamanan dan sakit kepala, meningkatnya frekuensi
sistem imun dalam tubuh, dan meningkatnya tekanan darah yang dapat
b) Dampak psikologis
panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas
33
yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik, perilaku maupun
Gambar 2.1. Rentang respons kecemasan (Suliswati, et.al, 2005; Stuart, 2013)
7. Penatalaksanaan Kecemasan
pada pasien hemodialisis salah satunya ialah terapi relaksasi napas dalam.
napas dalam. Relaksasi napas dalam sebagai cara mudah dan murah untuk
memutuskan tindakan yang sesuai (Smeltzer & Bare, 2010; Hayat, 2014).
semangat hidup dan dan perasaan menjadi lebih tenang. Saat merasa
34
menjadi kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen di sel-sel otak akan
hipertensi.
pembahasan relaksasi napas dalam, akan dibahas pada sub bab berikut
35
D. Relaksasi Napas Dalam
merupakan gaya pernapasan yang pada dasarnya lambat, dalam, dan rileks
relaksasi napas dalam dan lambat secara maksimal (Smeltzer & G.Bare,
2001).
latihan ini yaitu dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Petunjuk untuk
menit selama 2-4 kali sehari atau kapanpun saat merasakan ketegangan
36
intervensi sebanyak 23 orang dan kelompok kontrol sebanyak 22 orang.
Relaksasi napas dalam sampai saat ini masih menjadi metode relaksasi
memerlukan peralatan khusus, dan dapat digunakan dimana saja dan kapan
saja (O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2013). Selain itu, dapat dilakukan
secara normal tanpa perlu berpikir lama atau merasa ragu (Widyastuti,
kecemasan
37
meningkatkan ketegangan otot, dan keringat berlebihan. Gejala ini
Hal ini juga menyebabkan otak dan darah kekurangan suplai oksigen
mual (merasa sakit), ketegangan otot, mudah lelah, sakit kepala, pusing,
solusi yang efektif untuk mengatasi gejala yang dialami. Salah satu
38
parasimpatis akan menurunkan dan menaikkan semua fungsi yang
dinaikkan dan diturunkan oleh saraf simpatis. Dari hal tersebut dapat
tubuh dapat berjalan dengan baik. Sehingga, dari relaksasi napas dalam
2006).
39
berkaitan erat dimana sistem limbik mengatur aktivitas tubuh, seperti:
bangun atau terjaga dari tidur, rasa lapar, emosi, dan pengaturan mood
(Purba, 2006).
dan gangguan mood. Salah satu tipe serotonin yakni 5-HT1a berperan
40
CRH sendiri akan mengaktifkan anterior pituitary (adenohipofisis) untuk
tenang. Selain itu, gangguan yang terjadi pada GABA di sistem limbik
dan sirkulasi atau aliran darah lancar sehingga tubuh menjadi hangat
pernapasan menjadi lebih lancar dan efektif, kerja jantung lebih ringan,
tidak memikirkan hal-hal yang tidak pasti agar kinerja otak dapat
2002).
41
Bagan 1. Mekanisme kerja latihan relaksasi napas dalam terhadap perubahan kecemasan
(Smeltzer & G.Bare, 2001; Handoyo, 2002; Purba, 2006; Purwanto, 2006; Rice, 2006; Videbeck,
2008; Barbara Kozier, et.al, 2010; Young, et.al, 2011)
42
4. Indikasi relaksasi napas dalam
Record, 2014). Relaksasi napas dalam dapat diberikan bagi pasien yang
pada saluran pernapasan dan sulit dikeluarkan dan nyeri. Selain untuk
Hasbiah, 2015).
O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2013; Rusli, Muthiah, & Hasbiah, 2015;
kali tarikan dan hembusan napas. Setiap sesi napas dalam dilakukan
43
Gambar II.1
Gambar II.2
c. Pastikan tulang belakang dalam keadaan lurus. Tungkai dan kaki tidak
menyilang dan seluruh badan rileks (termasuk lengan dan paha) (lihat
gambar II.3)
Gambar II.3
d. Ucapkan dalam hati bahwa dalam waktu 5 sampai 10 menit tubuh akan
44
Gambar II.4
e. Letakkan satu tangan pada abdomen (perut) dan tangan yang lain pada
II.5)
Gambar II.5
f. Mulai menarik napas dalam dan lambat melalui hidung sehingga udara
Gambar II.6
45
bersuara. Ekspirasi dapat dilakukan dalam hitungan 1…2…3…4…
Gambar II.7
h. Ulangi prosedur (gambar II.6 dan II.7) dengan menarik napas lebih
dalam dan lebih lambat sebanyak 4 kali setiap sesi relaksasi napas
sedang duduk di bawah air terjun atau shower dan air membasuh serta
46
Gambar II.9
pagi hari dan mulai bernapas normal kembali. Duduk dengan tenang
Gambar II.10
mulai kacau, dengan lembut atau tenang membawa pikiran kembali sadar dan
“saya rileks” atau “saya tenang”. Saat menguasai teknik ini, dapat berguna
47
E. Kerangka Teori
Kerangka teori berisi prinsip teori yang menggambarkan langkah dan arah
Intervensi
48
BAB III
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dapat membantu peneliti menghubungkan hasil peneliti
dengan teori (Nursalam, 2011). Secara konsep, dalam penelitian ini dapat
Hemodialisis 1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Lama menderita PGK
4. Lama menjalani hemodialisis
5. Penyakit penyerta
6. Tingkat pendidikan terakhir
7. Status pernikahan
Keterangan:
49
B. Hipotesis Penelitian
50
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
with Control Group Design. Penggunaan desain ini untuk melihat perbedaan
(Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini, semua anggota populasi diberi pretest
Rating Scale for Anxiety (HARS) untuk mengetahui skor kecemasan awal.
relaksasi napas dalam sambil didampingi oleh peneliti. Setiap prosedur latihan
relaksasi ini diulangi sebanyak 4 kali setiap gerakan dan dilakukan 2 kali
sehari selama kurang lebih 10 menit. Latihan relaksasi napas dalam diberikan
minggu jadwal pasien menjalani hemodialisis rata-rata 2-3 kali. Sehingga, hari
51
dimana pasien tidak menjalani hemodialisis diberikan log book prosedur
latihan relaksasi napas dalam, dan lembar kerja prosedur yang diisi responden
pengukuran skor kecemasan untuk nilai post test 1. Setelah itu, responden
dilakukan pengukuran skor kecemasan untuk nilai post test 2. Data skor
Rumus:
Q X Q2 X Q3
Q4 Q5 Q6
Keterangan:
52
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang tercatat pada
hingga cemas berat. Data terakhir bulan November sebanyak 40 pasien yang
menjalani hemodialisis.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling dan
sampel dapat dilakukan dengan undian dimana setiap anggota populasi diberi
nomor terlebih dahulu sesuai dengan jumlah anggota populasi. Teknik sampel
secara random ini memberi peluang yang sama kepada semua populasi untuk
53
Teknik pengambilan sampel yang pertama dilakukan yaitu total sampling
kecemasan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS). Sehingga, dari hasil
hingga cemas berat. Teknik pengambilan sampel yang kedua yaitu simple
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria Eksklusi:
2. Besar Sampel
besar sampel apabila populasi kurang dari 100. Lebih baik diambil semua
54
Dari jumlah populasi sebanyak 40 orang tersebut, digunakan total
kembali agar setiap nomor yang dipilih memiliki peluang yang sama. Bila
nomor yang telah diambil keluar lagi, maka dianggap tidak sah dan
dikembalikan lagi.
55
D. Alur Penelitian
Populasi dipilih secara total sampling dan pada pertemuan pertama dengan responden
dilakukan skrining skor kecemasan menggunakan kuesioner HARS (pre test)
Melakukan skrining sampel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan teknik simple
random sampling (N=30) karena 10 diantaranya tidak mengalami kecemasan
Informed consent
Informed consent
56
E. Variabel Penelitian
1. Identifikasi variabel
kecemasan.
dependen
57
1) Sesuai jika melakukan 10 langkah relaksasi napas dalam
dengan benar
b. Skor kecemasan
F. Instrumen Penelitian
suatu fenomena yang diamati atau diteliti. Instrumen yang digunakan terlebih
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS), lembar data demografi responden,
58
lembar tabulasi skor kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis pada
relaksasi napas dalam yang diisi oleh peneliti saat pemberian perlakuan.
Pada lembar observasi tersebut diberikan tanda ceklis (√) pada kolom (ya)
apabila prosedur dilaksanaakan atau ceklis (√) pada kolom (tidak) apabila
Rating Scale for Anxiety (HARS) (lampiran 4). Skala ini digunakan untuk
elemen terdiri dari beberapa item sesuai dengan gejala pada elemen
tersebut. Kuesioner ini juga terdiri dari gejala psikologis dan somatik,
Setiap item dinilai pada skor numerik mulai dari 0 (tidak ada
(gejala sedang/ mengalami separuh gejala dari pilihan yang ada), 3 (gejala
berat/ mengalami lebih dari separuh gejala dari pilihan yang ada), dan 4
(gejala sangat berat/mengalami semua gejala dari pilihan yang ada) dengan
59
total skor 0-56. Adapun penggolongan total skor sesuai dengan tingkat
cara memberi tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan perasaan yang
lebih besar dari 0,05 (>0,05). Uji validitas pada kuesioner HARS
seluruh item memiliki nilai positif dan lebih besar dari 0,05 dengan
dinayatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari
60
0,793. Hasil tersebut membuktikan bahwa kuesioner HARS telah reliabel
Achmadi, 2015).
yang mempunyai gradasi tidak ada gejala atau ada gejala yang dapat
kategori cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, dan cemas sangat
sebagai berikut :
61
kecemasan sebelum dan setelah perlakuan berupa latihan relaksasi napas
dalam.
(Gerogianni & et.al, 2014; Jangkup & et.al, 2015). Mengenai pengukuran
62
kelompok yaitu kelompok kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
latihan relaksasi ini diulangi sebanyak 4 kali setiap gerakan dan dilakukan
2 kali sehari selama kurang lebih 10 menit. Latihan relaksasi napas dalam
napas dalam.
prosedur yang diisi responden saat dan setelah melakukan latihan napas
dalam.
63
Anxiety (HARS) untuk nilai post test 1. Setelah itu, responden kelompok
intervensi (pre test) dan setelah intervensi yaitu post test 1 dan post test 2
kecemasan.
1. Pengolahan Data
yang telah terkumpul dari hasil wawancara atau kuesioner. Apabila ada
data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak memungkinkan untuk
64
b. Pemberian Kode (Coding)
dianalisa secara statistik. Pada penelitian ini, tabel untuk data tabulasi
6 dan lampiran 7)
Hasil wawancara dari responden yang telah diberi kode (angka atau
menjadi bias.
65
data yang hilang (missing), mengetaui variasi data, dan konsistensi
data.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
persentase dari tiap variabel. Untuk data numerik digunakan nilai mean
pekerjaan responden.
b. Analisa Bivariat
Friedman.
66
H. Etika Penelitian
67
3. Justice (Prinsip keadilan)
68
BAB V
A. Hasil Penelitian
Design dengan rancangan Time Series with Control Group Design. Data
(HARS). Adapun responden dalam penelitian ini ialah pasien penyakit ginjal
69
relaksasi napas dalam sedangkan kelompok kontrol diberikan latihan napas
secara univariat dan bivariat. Hasil pengolahan dan analisa data disajikan
sebagai berikut:
Tabel 5. 1
Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Usia, Lama Menderita PGK, dan
Lama menjalani Hemodialisis di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin (n=30)
Intervensi Kontrol
Karakteristik (n=15) (n=15)
Min-
Mean±SD Min-maks Mean±SD
maks
Usia (tahun) 42.40±13.032 22-64 45.07±10.787 23-67
Lama menderita PGK
2.67±1.291 1-5 1.67±0.816 1-3
(tahun)
Lama menjalani HD
2±1.069 1-4 1.60±0.737 1-3
(tahun)
Sumber : Data Primer (2017)
memiliki rata-rata usia 42,40 tahun mulai dari usia 22-64 tahun, sementara
pada kelompok kontrol memiliki rata-rata usia 45,07 tahun mulai dari usia
rata-rata 2,67 tahun mulai dari 1 tahun hingga 5 tahun, sementara pada
70
kelompok kontrol rata-rata 1,67 tahun mulai 1 tahun hingga 3 tahun. Lama
tahun hingga 4 tahun sementara pada kelompok kontrol rata-rata 1,6 tahun
Tabel 5. 2
Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat
Pendidikan, Pekerjaan, Status Pernikahan, dan Penyakit Penyerta di Ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (n=30)
Intervensi Kontrol
Karakteristik (n=15) (n=15)
n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 6 40 13 86.7
Perempuan 9 60 2 13.3
Tingkat Pendidikan
Menengah (SMP-SMA) 7 46.7 6 40
Tinggi (S1-S2) 8 53.3 9 60
Pekerjaan
Bekerja 11 73.3 8 53.3
Tidak bekerja 4 26.7 7 46.7
Status pernikahan
Menikah 14 93,3 14 93.3
Belum menikah 1 6,7 1 6.7
Penyakit penyerta
Hipertensi 8 53,3 3 20.0
Diabetes mellitus 3 20,0 6 40.0
Sindrom nefrotik 1 6,7 0 0
Asam urat 0 0 2 13.3
Hepatitis B 0 0 2 13.3
Tidak ada 3 20,0 2 13.3
Sumber : Data Primer (2017)
71
sebanyak 8 orang (53,3%) pada kelompok intervensi dan pada kelompok
Tabel 5.3
Distribusi skor kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis sebelum
diberikan latihan relaksasi napas dalam pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin (n=30)
Skor Kecemasan
Kelompok Mean SD Min-Maks IK 95% P
Intervensi 35 7.407 23-46 30.90
0.30
Kontrol 29.53 5.514 21-40 26.48
Uji Independent sampel t-test
72
c. Analisis perbedaan skor kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis
setelah diberikan latihan relaksasi napas dalam pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi
Tabel 5.4
Distribusi skor kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis setelah diberikan
latihan relaksasi napas dalam pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin (n=30)
Skor Kecemasan
Kelompok Mean SD Min-Maks IK 95% P
Intervensi 1.40 1.682 0-5 0.47
0.001
Kontrol 26.07 3.731 19-31 24
Uji Independent sampel t-test
sebelum (pre), setelah 1 minggu (post 1), dan setelah 2 minggu (post 2)
Tabel 5.5
Hasil analisis perbedaan rerata skor kecemasan pada kelompok intervensi dan
kelompok ontrol sebelum (pre), setelah 1 minggu (post 1), dan setelah 2 minggu
(post 2) diberikan intervensi latihan relaksasi napas dalam (n=30)
Mean Min-
Kelompok Mean SD Median P
SE Maks
Intervensi
Pre test 35 7.407 1.912 23-46 36
Post test 1 7.27 4.317 1.115 1-17 6 0.001*
Post test 2 1.4 1.682 0.434 0-5 1
Kontrol
Pre test 29.53 5.514 1.424 21-40 30
Post test 1 26.07 4.621 1.193 17-31 29 0.019*
Post test 2 26.07 3.731 0.963 19-31 27
*Uji Friedman
73
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa skor kecemasan setelah latihan
yaitu sebesar 26,07. Hasil uji Friedman test nilai p 0,019<α=0,05 berarti
74
e. Perbedaan selisih skor kecemasan pada kelompok intervensi dan
Tabel 5.6
Hasil analisis perbedaan selisih skor kecemasan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol setelah diberikan latihan relaksasi napas dalam pada pasien yang
menjalani hemodialisis di RSP UNHAS (n=30)
Selisih Selisih
Kelompok SD Min-Maks P
mean median
75
B. Pembahasan
mean sebesar 29,53 (SD=5.514) dan min-maks yaitu 21-40 serta IK 95%
memperoleh pengakuan dari orang lain. Dari segi fisik, seseorang yang
oleh otak yang tidak stabil dan kemudian mengakibatkan napas terengah-
76
karbondioksida dalam tubuh menjadi tidak maksimal (Smeltzer & G.Bare,
orang mayoritas cemas mulai dari cemas ringan hingga cemas berat.
77
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti, kecemasan yang dialami
mendapatkan nilai mean sebesar 29.53 menjadi 26,07 dengan nilai min-
maks yaitu 19-31. Hasil penelitian ini memperlihatkan nilai p=0.000 atau
78
demikian, hasil yang diperoleh bahwa ternyata skor kecemasan menurun
Intervensi latihan relaksasi napas dalam ini mengacu pada teori yang
Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini yaitu penelitian
berada pada kecemasan ringan sebanyak 21 orang (21 orang). Hasil uji
Paired T-test diperoleh nilai p=0.000 dimana p<0.05 yang berarti ada
79
pengaruh latihan relaksasi napas dalam terhadap penurunan tingkat
merasa tenang, pola napas menjadi lebih efektif, dan gangguan tidur yang
cemas, gelisah, memiliki suasana hati yang tidak tenang dapat merasakan
kecemasan.
80
Penurunan skor/tingkat kecemasan yang dialami responden pada
setiap hari selama 2 minggu dengan frekuensi 2 kali sehari dan durasi
konsentrasi, dan suasana tenang dapat membuat hati lebih damai, pikiran
81
3. Perbedaan skor kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis
memiliki skor kecemasan 26.07 pada minggu kedua (post 2) dengan nilai
1) yakni 7.27 dan pada minggu kedua (post test 2) mean semakin
kontrol yang memiliki mean skor kecemasan pada pre test yaitu 29.53
menjadi 26.07 pada minggu pertama (post test 1) dan tetap pada minggu
82
karena mengalami kondisi kecemasan yang tidak stabil atau kadang
normal. Data numerik seperti pada penelitian ini dengan kategori lebih dari
2 dalam kelompok yang sama (berpasangan) yakni pre test, post test 1, dan
ANOVA.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2017) dengan judul
deviasi 0.408 dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.001.
adalah sebesar 0,333 dengan standar deviasi 0,516 dengan hasil uji
83
Latihan relaksasi napas dalam merupakan suatu gaya pernapasan yang
Council,2007).
dengan tenang.
84
relaksasi. Hasil skor kecemasan yang terjadi pada kelompok kontrol
berbeda dengan hasil skor kecemasan pada kelompok kontrol yang tidak
dilihat pada tingkat kecemasan yang telah dibahas pada poin sebelumnya.
puas setelah melakukan latihan relaksasi napas dalam. Hal ini dikarenakan
hal-hal yang membuat mereka cemas sebelumnya kini dapat dikurangi dan
dalam
85
hasil nilai selisih mean skor kecemasan setelah intervensi latihan relaksasi
kondisi kecemasan yang tidak stabil karena banyak hal. Salah satunya
86
responden juga mengalami peningkatan kecemasan ketika terjadi masalah
pada kondisi medis/fisik mereka, seperti: sesak, gatal-gatal, dan kram otot
pasien yang menjalani hemodialisis. Hal ini juga terlihat dari hasil
C. Keterbatasan Penelitian
hanya 2-3 kali seminggu sehingga latihan relaksasi napas dalam pada
langkah latihan relaksasi napas dalam yang dilakukan responden sudah tepat
atau tidak.
87
BAB VI
A. Kesimpulan
B. Saran
88
2. Bagi institusi pendidikan
bagi pelajar sehingga dijadikan sumber ilmu atau referensi baru demi
3. Peneliti selanjutnya
89
DAFTAR PUSTAKA
Aguirre, A. J., Basgoz, N., Bazari, H., Bhattacharya, R. P., Cohen, L. J.,
Crevensten, G. C., et al. (2011). Pocket Medicine. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Andri. (2013). Gangguan Psikiatrik pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik. CDK-
203, 40, 257-259.
Aziz, M., J.Witjaksono, & Rasjidi, I. (2008). Panduan Pelayanan Medik: Model
Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan Ginjal .
Jakarta: EGC.
Bakta, I. M., & Suastika, I. K. (2014). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta: EGC.
Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2008). Klien Gangguan Ginjal: Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
90
Cahyaningsih, N. D. (2009). Hemodialisis (Cuci Darah): Panduan Praktis
Perawatan Gagal Ginjal. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
D'silva, F., H., V., & Muninarayanappa, N. (2014, March). Effectiveness Of Deep
Breathing Exercise (DBE) on The Heart Rate Variability, BP, Anxiety &
Depression of Patients With Coronary Artery Disease. Nitte University
Journal of Health Science, 4, 35-41.
Guidelines for Medical Record. (2014). Deep Breathe and Cough. UTMB
Respiratory Care Services.
Handoyo, A. (2002). Panduan Praktis Aplikasi Olah Napas . Jakarta: Elex Media
Komputindo.
91
Hidayat, A. Y., & Ekaputri, Y. S. (2015, November). Penerapan TekniK Napas
Dalam pada Pasien Diagnosis Keperawatan Ansietas dengan Diabetes
Melitus serta Tuberculosis Paru di Ruangan Umum RSMM Bogor. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 3, 91-93.
Isselbacher, et.al. (2000). Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam (13 ed.).
Jakarta: EGC.
Isselbacher, K. J., E.Braunwald, Wilson, J. D., Martin, J. B., Fauci, A. S., &
Kasper, D. L. (2013). Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam (13
ed., Vol. 3). Jakarta: EGC.
Jangkup, J. Y., & et.al. (2015, Januari-April). Tingkat Kecemasan pada Pasien
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang Menjalani Hemodialisis diI BLU
RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), 3, 600-604.
Kautsar, F., Gustopo, D., & Achmadi, F. (2015). Uji Validitas dan Reliabilitas
Hamilton Rating Scale for Anxiety terhadap Kecemasan dan Produktivitas
Pekerja Visual Inspection PT. Widatra Bhakti. Institut Teknologi Nasional
Malang, Malang.
Kemenkes RI. (2016). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Bakti Husada.
92
Marlina, & Andika. (2013, Desember). Hubungan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kecemasan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal
Ginjal Kronik Selama Menjalani Terapi Hemodialisis. Jurnal
Keperawatan dan Kebidanan, 1, 523-533.
Marsh, L. (2015). Anxiety and Panic Attacks. Retrieved September 9, 2017, from
mind anxiety panic web: mind.org.uk
NA, L., Panggabean, S., Lengkong, J. V., & Christine, I. (2012). Kecemasan pada
Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS
Universitas Kristen Indonesia. M. Med Indones, 46, 151-155.
Purba, J. S. (2006). Peran Neuroendokrin pada Depresi (Vol. 19). Jakarta: Dexa
Media.
93
Rahmah, A. (2016). Kecemasan Pasien dan Dukungan Keluarag pada Penderita
Kanker Serviks. Psikoborneo, 4, 819-828.
Rice, L. B. (2006). Relaxation Training & Its Role in Diabetes & Health.
Retrieved September 6, 2017, from Journal Online: http://myhealth.gov
Rosdiana, I., Yetty, K., & Sabri, L. (2014, July). Kecemasan dan Lamanya Waktu
Menjalani Hemodialisis Berhubungan dengan Kejadian Insomnia pada
Pasien Gagal Kronik. Jurnal Keperawatan Indonesia, 17, 39-37.
Rusli, H. M., Muthiah, S., & Hasbiah. (2015). Fisioterapi Respirasi. Makassar:
Departemen Fisioterapi Universitas Hasanuddin.
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., Simadibrata, M., Setiyahadi, B., & Syam, A.
(2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2010). Brunner & Suddarth's Texbook of Medical-
Surgical Nursing (12 ed., Vol. 1). American.
Smeltzer, S. C., & G.Bare, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (8 ed.). Jakarta: EGC.
94
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10 ed.).
Amerika Serikat: Elseiver.
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Medika.
Tanyi, R., Werner, J. S., Recine, A. G., & Sperstad, R. (2006). Perceptions of
Incorporating Spiritually Into Their Care: A Phenomenological Study of
Female patients on Hemodialysis. Nephrology Nursing Journal, 532-540.
UNICEF Indonesia. (2012). Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Vasilopoulou, C., & et.al. (2016). The Impact of Anxiety and Depression on the
Quality of Life of Hemodialysis Patients. Global Journal of Health
Science, 8, 47-52.
Wang, L.-J., & Chen, C.-K. (2012). The Psychological Impact of hemodialysis on
paients with crhonic renal failure. in: Polenakovic, M. (ed). Renal
Failure-The Facts. In Tech. Retrieved September 5, 2017, from
95
http://www.intechopen.com/books/renal-failure-the-facts/the-
psychological-impact-ofhemodialysis-on-patients-with-chronic-renal-
failure
Young, et.al. (2011, January). Coping with Panic. Retrieved September 9, 2017,
from Anxiety and Panic: http:www.cpft.nhs.uk/psychology
Zhang, M., & et.al. (2014, July). Relation Between Anxiety, Depression and
Physical Activity and Performance in Maintenance Hemodialysis Patients.
24, 6-9.
96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Penjelasan untuk Responden
Assalamu’alaikum wr.wb, Saya Novita Nipa, NIM: C12114316 Mahasiswa
Bapak/Ibu yaitu dengan cara bernapas secara dalam, lambat dan rileks. Manfaat
dari relaksasi ini adalah untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan dan
untuk skrining kecemasan (pre test). Pertemuan kedua, saya akan memberikan
relaksasi sebanyak 2 kali yaitu pada saat sebelum menjalani hemodialisis dan 2
napas dalam akan diberikan selama 3 hari yaitu pertemuan ke-2, ke-3, dan ke-4
dalam untuk dilakukan di rumah sambil di follow up oleh peneliti lewat telepon.
Pada pertemuan ke-5 Bapak/Ibu akan diukur skor kecemasannya (post test
97
berlalu, peneliti akan kembali mengukur skor kecemasan (post test II/hasil II).
relaksasi napas dalam akan tetap dilakukan setelah proses penelitian selesai
dalam etik penelitian. Responden akan dinyatakan drop out apabila tidak
jika bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Saya sebagai peneliti sangat
berharap Bapak/Ibu dapat mengikuti penelitian ini tanpa paksaan apapun dan
yang Bapak/Ibu miliki. dan apabila ada hal-hal yang ingin ditanyakan, saya
menghubungi saya melalui nomor ini (085 343 623 507). Demikian penyampaian
dari saya, atas segala perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
(Novita Nipa)
98
Lampiran 2
Nama :
Tanggal lahir/umr :
Jenis kelamin :
Alamat :
No.hp/tlp :
Benar telah menerima dan mengerti penjelasan peneliti tentang “Pengaruh
Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya bersedia menjadi responden
penelitian tersebut. Dengan pernyataan ini, saya bersedia mengikti penelitian dan
( )
Saksi 1 :
Saksi 2 :
Penanggung Jawab : Peneliti
Nama : Novita Nipa
Alamat : Jalan Bontobila III No.5
No. Telepon : 085343623507
99
Lampiran 3
Kode responden :
Nomor HP/Tlp :
No Prosedur Ya Tidak
100
4. Letakkan satu tangan pada abdomen (perut) dan tangan
dipejamkan
101
mulut dengan mengerutkan bibir seperti ingin bersiul
102
hemodialisis)
melanjutkan aktivitas
103
Lampiran 4
Assalamualaikum Wr. Wb
diberikan dan Tidak Ada Jawaban Salah dalam kuesioner ini, selama Anda
mengisi jawaban sesuai dengan keadaan Anda selama 2 hari yang lalu sampai
saat ini. Data diri dan semua jawaban Anda akan diolah secara kelompok,
terimakasih.
Hormat Peneliti,
Novita Nipa
104
A. Penilaian Skor Kecemasan
PETUNJUK
yang anda alami sejak 2 hari yang lalu hingga saat ini diri. Setiap
Pilihan :
Ya : Mengalami gejala
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Cemas
2. Firasat buruk
4. Mudah tersinggung
5. Merasa tegang
6. Lesu/lelah
7. Mudah terkejut
8. Mudah tersinggung
9. Gemetar
105
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
28. Depresi
106
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
44. Berdebar-debar
107
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
57. Mual
58. Muntah
wanita)
108
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
70. Impotensi
73. Pucat
78. Gelisah
109
Kisi-Kisi Kuesioner HARS
Pilihan :
3 Berat/sering sekali : lebih dari separuh gejala dari pilihan yang ada
1. Perasaan cemas 0 1 2 3 4
a. Cemas
b. Firasat buruk
d. Mudah tersinggung
0 1 2 3 4
2. Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu/lelah
c. Mudah terkejut
d. Mudah tersinggung
e. Gemetar
f. Perasaan gelisah
3. Ketakutan 0 1 2 3 4
a. Pada gelap
110
b. Pada orang asing
c. Ditinggal sendiri
4. Gangguan tidur 0 1 2 3 4
5. Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4
a. Susah konsentrasi
6. Perasaan depresi 0 1 2 3 4
a. Hilangnya minat
c. Depresi
111
b. Kaku otot
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Sentakan myoclonic
g. Ketegangan otot
b. Penglihatan kabur
d. Merasa lemah
e. Perasaan ditusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler 0 1 2 3 4
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
b. Perasaan tersedak/tercekik
112
d. Sering menarik napas panjang
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
e. Mual
f. Muntah
e. Ejakulasi dini
h. Impotensi
a. Mulut kering
113
b. Muka merah
c. Pucat
d. Mudah berkeringat
e. Perasaan pusing
0 1 2 3 4
14. Perilaku yang diamati saat wawancara
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Tangan gemetar
d. Kening mengerut
f. Muka tegang
g. Muka merah
114
Lampiran 5
1. Kode responden :
2. Nama :
3. Tanggal lahir/umur :
4. Jenis kelamin :
5. Pendidikan terakhir :
6. Pekerjaan :
9. Status pernikahan :
115
Lampiran 6
responden
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
116
Lampiran 7
responden
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
117
Lampiran 8
Kode Responden :
No. HP/Tlp :
1. Tenang Damai
Nyaman Rileks
2. Tenang Damai
Nyaman Rileks
3. Tenang Damai
Nyaman Rileks
4. Tenang Damai
Nyaman Rileks
5. Tenang Damai
Nyaman Rileks
6. Tenang Damai
Nyaman Rileks
7. Tenang Damai
Nyaman Rileks
8. Tenang Damai
Nyaman Rileks
9. Tenang Damai
Nyaman Rileks
Nyaman Rileks
118
Lampiran 9
BUKU PANDUAN
LATIHAN RELAKSASI NAPAS DALAM
NOVITA NIPA
C12114316
119
LEMBAR DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN
Kode responden :
12. Nama responden :
16. Pekerjaan :
120
MODUL I
121
tarikan dan hembusan napas. Setiap sesi latihan relaksasi napas dalam
dilakukan sekitar 10 menit
3. Indikasi relaksasi napas dalam
Relaksasi napas dalam dapat diterapkan pada pasien yang
menjalani hospitalisasi dan sepakat diberikan relaksasi (Guidelines for
Medical Record, 2014). Relaksasi napas dalam dapat diberikan bagi pasien
yang mengalami nyeri dan gangguan pada saluran pernapasan, seperti:
penyakit pernapasan akut dan penumpukan sekret pada saluran pernapasan
yang sulit dikeluarkan. Selain untuk gangguan fisik, relaksasi napas dalam
juga dapat digunakan untuk mengatasi gejala psikologis yang muncul,
seperti: kecemasan, stress, ketegangan dan kegelisahan (Rusli, Muthiah, &
Hasbiah, 2015).
122
MODUL II
Gambar 1
2. Pastikan tulang belakang dalam keadaan lurus. Tungkai dan kaki tidak
menyilang dan seluruh badan rileks (termasuk lengan dan paha) (lihat gambar
2)
Gambar 2
3. Ucapkan dalam hati bahwa dalam waktu 5 sampai 10 menit tubuh akan
kembali stabil, tenang, dan rileks (lihat gambar 3)
Gambar 3
4. Letakkan satu tangan pada abdomen (perut) dan tangan yang lain pada dada.
Lulut difleksikan (ditekuk) dan mata dipejamkan (lihat gambar II.4)
123
Gambar 4
5. Mulai menarik napas dalam dan lambat melalui hidung sehingga udara masuk
ke dalam paru-paru secara perlahan. Rasakan pergerakan abdomen akan
mengembang dan minimalisir pergerakan dada. Inspirasi dapat dilakukan
dalam hitungan 1…2…3…4… sambil mengucapkan kata atau ungkapan
pendek (frasa) dalam hati, seperti: “I am/saya” (lihat gambar 5)
Gambar 5
6. Menghebuskan napas (ekspirasi) secara perlahan melalui mulut dengan
mengerutkan bibir seperti ingin bersiul (pursed lip breathing) tanpa bersuara.
Ekspirasi dapat dilakukan dalam hitungan 1…2…3…4… sambil
mengucapkan kata atau ungkapan pendek (frasa) dalam hati, seperti: “rileks
atau tenang”. Jangan melakukan ekspirasi kuat karena dapat meningkatkan
turbulensi di airway/jalan napas akibat bronchospasme. Saat ekspirasi, rasakan
abdomen mengempis/datar sampai paru-paru tidak terisi dengan udara (lihat
gambar 6)
Gambar 6
124
7. Ulangi prosedur (gambar 5 dan 6) dengan menarik napas lebih dalam
dan lebih lambat. Fokus dan rasakan tubuh benar-benar rileks.“
Bayangkan sedang duduk di bawah air terjun atau shower dan air
membasuh serta menghilangkan perasaan tegang, gelisah, cemas, dan
pikiran mengganggu yang sedang dirasakan”
8. Untuk mengakhiri relaksasi napas dalam, secara perlahan-lahan
melakukan stretching atau peregangan otot tangan, kaki, lengan dan
seluruh tubuh (lihat gambar 7) (catatan: stretching hanya dapat
dilakukan ketika pasien tidak menjalani hemodialisis)
Gambar 7
9. Buka mata perlahan-lahan dan nikmati seperti matahari terbit pada pagi hari
dan mulai bernapas normal kembali. Duduk dengan tenang beberapa saat (1-2
menit) kemudian melanjutkan aktivitas (lihat gambar 8)
Gambar 8
125
MODUL III
Nama Responden :
Kode responden :
Nomor HP/Tlp :
No Prosedur Ya Tidak
126
4. Letakkan satu tangan pada abdomen (perut) dan yang lain pada
dada. Lulut difleksikan (ditekuk) dan mata dipejamkan
127
7. Lakukan relaksasi napas dalam lagi (ulangi seperti gambar 5 dan 6).
Fokus dan rasakan tubuh menjadi benar-benar rileks. Berpikir
sedang duduk di bawah air terjun atau shower, bayangkan air
membasuh dan menghilangkan perasaan tegang, gelisah, cemas,
dan pikiran mengganggu yang dirasakan
8. Untuk mengakhiri relaksasi napas dalam, mulai menghentikan
pengucapan kata “saya rileks” dan mulai secara perlahan-lahan
melakukan stretching atau peregangan otot tangan, kaki, lengan dan
seluruh tubuh (catatan: stretching hanya dapat dilakukan
ketika pasien tidak menjalani hemodialisis)
128
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Guidelines for Medical Record. (2014). Deep Breathe and Cough. UTMB
Respiratory Care Services.
Rusli, H. M., Muthiah, S., & Hasbiah. (2015). Fisioterapi Respirasi. Makassar:
Departemen Fisioterapi Universitas Hasanuddin.
Smeltzer, S. C., & G.Bare, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (8 ed.). Jakarta: EGC.
129
Lampiran 10
MASTER TABEL
PENGARUH LATIHAN RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PERUBAHAN SKOR KECEMASAN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK
YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAMA LAMA
PENDIDIKAN STATUS PENYAKIT
NO KODE RESP. USIA JK PEKERJAAN MENDERITA MENJALANI
TERAKHIR PERNIKAHAN PENYERTA
PGK HEMODIALISIS
130
LAMA LAMA
PENDIDIKAN STATUS PENYAKIT
NO KODE RESP. USIA JK PEKERJAAN MENDERITA MENJALANI
TERAKHIR PERNIKAHAN PENYERTA
PGK HEMODIALISIS
14 HD-014-N 45 Thn P SMA IRT 3 Thn 11 Bln 3 Thn 11 Bln Menikah Hipertensi
15 HD-015-MI 55 Thn L S1 PNS 2 Thn 2 Thn Menikah DM
16 HD-016-K 48 Thn L S1 PNS 2 Thn 2 Thn Menikah Hipertensi
17 HD-017-MJ 55 Thn L SMP Wiraswasta 1 Thn 2 Bln 1 Thn 2 Bln Menikah Hipertensi
18 HD-018-HR 67 Thn P SMP IRT 6 Bln 6 Bln Menikah Hepatitis B
19 HD-019-MA 42 Thn L SMA Wiraswasta 1 Thn 1 Thn Menikah Tidak ada
20 HD-020-J 23 Thn L S1 Pengangguran 1 Thn 1 Thn Belum menikah Tidak ada
21 HD-021-S 52 Thn L SMP Pengangguran 2 Thn 6 Bln 2 Thn Menikah Asam Urat
22 HD-022-W 48 Thn L S1 PNS 2 Thn 2 Bln 2 Thn Menikah DM
23 HD-023-SA 39 Thn L S1 PNS 2 Thn 2 Thn Menikah Asam Urat
24 HD-024-R 57 Thn L SMP Pengangguran 3 Thn 3 Thn Menikah DM
25 HD-025-MA 47 Thn L S1 PNS 1 Thn 4 Bln 1 Thn Menikah DM
26 HD-026-A 39 Thn L SMA Wiraswasta 1 Thn 1 Thn Menikah Hepatitis B
27 HD-027-AR 37 Thn L S1 PNS 3 Thn 3 Thn Menikah Hipertensi
28 HD-028-F 49 Thn L S1 PNS 3 Thn 2 Thn Menikah DM
29 HD-029-AF 41 Thn L S1 PNS 1 Thn 5 Bln 1 Thn 5 Bln Menikah DM
30 HD-030-H 32 Thn P S1 PNS 1 Thn 1 Thn Menikah DM
131
Waktu Pengukuran
1 HD-01-A 1 1 2 0 2 4 3 1 2 1 1 2 0 3 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 HD-02-D 1 3 3 0 1 4 3 0 2 0 2 2 2 3 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
3 HD-03-M 1 3 3 1 3 2 2 4 3 4 4 3 1 3 3 1 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 HD-04-Z 1 1 3 1 3 2 3 4 4 2 0 1 0 3 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 HD-05-R 1 3 3 1 2 0 3 3 3 4 4 2 2 4 4 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 HD-06-M 1 4 3 0 2 0 3 3 2 3 4 1 1 2 2 1 1 0 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 HD-07-ZP 1 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 2 2 4 4 3 2 1 1 4 3 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 HD-08-IP 1 4 3 1 2 0 2 4 4 4 4 2 2 3 4 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 HD-09-I 1 4 3 3 4 2 2 4 3 3 3 2 1 4 3 2 2 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
10 HD-010-AT 1 4 3 2 4 4 2 3 3 3 2 2 0 2 2 1 2 0 1 2 0 0 1 0 2 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 HD-011-SA 1 3 3 2 3 4 4 3 3 4 4 3 0 3 4 3 3 1 0 4 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0
12 HD-012-HR 1 4 4 2 4 2 3 4 3 3 4 1 1 3 4 2 2 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 HD-013-MN 1 3 3 2 3 4 3 4 4 3 4 2 0 3 3 2 0 0 1 0 0 0 1 1 0 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0
14 HD-014-N 1 0 2 1 3 4 3 3 3 1 3 1 0 3 2 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 HD-015-MI 1 0 2 0 2 2 3 1 3 2 0 2 2 2 4 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 HD-016-K 2 4 3 0 4 0 2 3 1 2 1 2 0 2 3 4 2 1 3 0 1 3 1 2 1 2 0 2 2 3 3 0 2 0 2 2 1 2 2 2 0 1 3
17 HD-017-MJ 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 1 1 2 3 2
18 HD-018-HR 2 4 3 2 2 4 3 3 4 4 4 0 0 3 4 3 2 1 1 2 3 2 3 4 3 0 0 3 3 3 3 1 1 2 2 2 3 3 2 1 0 2 2
19 HD-019-MA 2 4 3 0 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 0 3 2 3 2 3 3 3 2 1 2 3 2 3 1 3 2 2 2 2 1 3 1 1 2 1
20 HD-020-J 2 2 2 0 2 2 1 2 2 0 1 1 0 2 0 2 1 0 1 0 2 1 1 1 2 0 0 1 1 3 2 0 2 2 1 3 1 1 1 1 0 1 1
132
Waktu Pengukuran
22 HD-022-W 2 2 2 2 1 0 2 1 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2 1 0 2 1 1 2 1 2 2 1 3
23 HD-023-SA 2 3 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 3 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 1 1 2
24 HD-024-R 2 3 2 1 3 0 2 1 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2
25 HD-025-MA 2 3 2 1 3 4 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 3 1 3 3 3 2 2 1 3 1 3 2 1 1 1 3 3 2 2 2 3
26 HD-026-A 2 2 3 1 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 1 2 3 4 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2
27 HD-027-AR 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 1 2 1 2 3 3 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2
28 HD-028-F 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 3 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3
29 HD-029-AF 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 3
30 HD-030-H 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 1 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3
Keterangan :
` Kelompok :
1 = Intervensi
2 = Kontrol
P : Pertanyaan
133
Penilaian Skor Kecemasan
Keterangan :
134
Kelompok Kontrol
Penurunan
Kode Jenis
No Tingkat skor
Responden Kelamin Tingkat Tingkat
Pre test Post test 1 Kecema Post test 2 kecemasan
Kecemasan Kecemasan
san
1 HD-016-K L 27 Sedang 24 Sedang 25 Sedang 2
2 HD-017-MJ L 37 Berat 29 Berat 31 Berat 6
3 HD-018-HR P 40 Berat 30 Berat 27 Sedang 13
4 HD-019-MA L 32 Berat 29 Berat 26 Sedang 6
5 HD-020-J L 21 Sedang 17 Ringan 19 Ringan 2
6 HD-021-S L 25 Sedang 17 Ringan 21 Sedang 4
7 HD-022-W L 21 Sedang 21 Sedang 20 Ringan 1
8 HD-023-SA L 31 Berat 25 Sedang 27 Sedang 4
9 HD-024-R L 27 Sedang 30 Berat 24 Sedang 3
10 HD-025-MA L 34 Berat 29 Berat 28 Berat 6
11 HD-026-A L 35 Berat 29 Berat 31 Berat 4
12 HD-027-AR L 30 Berat 31 Berat 30 Berat 0
13 HD-028-F L 28 Berat 29 Berat 28 Berat 0
14 HD-029-AF L 30 Berat 24 Sedang 26 Sedang 4
15 HD-030-H P 25 Sedang 27 Sedang 28 Berat -3
Keterangan :
135
Lampiran 11 Diagram
Diagram 1.
Perbedaan skor kecemasan kelompok intervensi sebelum, setelah 1 minggu, dan setelah 2
minggu diberikan latihan relaksasi napas dalam pada pasien yang menjalani hemodialisis di
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin
136
Diagram 2.
Perbedaan skor kecemasan kelompok kontrol sebelum, setelah 1 minggu, dan setelah 2
minggu diberikan latihan relaksasi napas dalam pada pasien yang menjalani hemodialisis di
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin
137
OUTPUT KELOMPOK INTERVENSI
Descriptive Statistics
Statistics
Jenis Status Penyakit
Kelamin Pendidikan Pekerjaan pernikahan penyerta
N Valid 15 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.60 1.53 1.27 1.07 2.33
Std. Error of Mean .131 .133 .118 .067 .513
Median 2.00 2.00 1.00 1.00 1.00
Std. Deviation .507 .516 .458 .258 1.988
Variance .257 .267 .210 .067 3.952
Skewness -.455 -.149 1.176 3.873 1.354
Std. Error of Skewness .580 .580 .580 .580 .580
Kurtosis -2.094 -2.308 -.734 15.000 .225
Std. Error of Kurtosis 1.121 1.121 1.121 1.121 1.121
Range 1 1 1 1 5
Minimum 1 1 1 1 1
Maximum 2 2 2 2 6
Sum 24 23 19 16 35
Percentiles 25 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
50 2.00 2.00 1.00 1.00 1.00
75 2.00 2.00 2.00 1.00 3.00
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 6 40.0 40.0 40.0
Perempuan 9 60.0 60.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
138
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Menengah (SMP-SMA) 7 46.7 46.7 46.7
Tinggi (S1-S2) 8 53.3 53.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 11 73.3 73.3 73.3
Tidak bekerja 4 26.7 26.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Status pernikahan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Menikah 14 93.3 93.3 93.3
Belum menikah 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Penyakit penyerta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hipertensi 8 53.3 53.3 53.3
Diabetes melitus 3 20.0 20.0 73.3
Sindrom nefrotik 1 6.7 6.7 80.0
Tidak ada 3 20.0 20.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
139
Friedman Test
Ranks
Mean Rank
Nilai_pretest 3.00
Nilai_posttest_1 2.00
Nilai_posttest_2 1.00
Test Statisticsa
N 15
Chi-Square 30.000
Df 2
Asymp. Sig. .000
Monte Carlo Sig. Sig. .000
99% Confidence Interval Lower Bound .000
Upper Bound .000
a. Friedman Test
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
Kelompok N Percent N Percent N Percent
Nilai_pretest Intervensi 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Nilai_posttest_1 Intervensi 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Nilai_posttest_2 Intervensi 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Nilai_pretest Intervensi Mean 35.00 1.912
95% Confidence Interval for Lower Bound 30.90
Mean
Upper Bound 39.10
5% Trimmed Mean 35.06
Median 36.00
Variance 54.857
Std. Deviation 7.407
Minimum 23
Maximum 46
Range 23
140
Interquartile Range 12
Skewness -.195 .580
Kurtosis
-1.339 1.121
141
OUTPUT KELOMPOK KONTROL
Descriptive Statistics
Statistics
Jenis Status Penyakit
Pendidikan Pekerjaan
Kelamin pernikahan penyerta
N Valid 15 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.13 1.60 1.47 1.07 3.00
Std. Error of Mean .091 .131 .133 .067 .468
Median 1.00 2.00 1.00 1.00 2.00
Mode 1 2 1 1 2
Std. Deviation .352 .507 .516 .258 1.813
Variance .124 .257 .267 .067 3.286
Skewness 2.405 -.455 .149 3.873 .581
Std. Error of Skewness .580 .580 .580 .580 .580
Kurtosis 4.349 -2.094 -2.308 15.000 -1.225
Std. Error of Kurtosis 1.121 1.121 1.121 1.121 1.121
Range 1 1 1 1 5
Minimum 1 1 1 1 1
Maximum 2 2 2 2 6
Sum 17 24 22 16 45
Percentiles 25 1.00 1.00 1.00 1.00 2.00
50 1.00 2.00 1.00 1.00 2.00
75 1.00 2.00 2.00 1.00 5.00
Frequency Table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 13 86.7 86.7 86.7
Perempuan 2 13.3 13.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
142
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Menengah (SMP-SMA) 6 40.0 40.0 40.0
Tinggi (S1-S2) 9 60.0 60.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Bekerja 8 53.3 53.3 53.3
Tidak bekerja 7 46.7 46.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Status pernikahan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Menikah 14 93.3 93.3 93.3
Belum menikah 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Penyakit penyerta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Hipertensi 3 20.0 20.0 20.0
Diabetes melitus 6 40.0 40.0 60.0
Asam urat 2 13.3 13.3 73.3
Hepatitis B 2 13.3 13.3 86.7
Tidak ada 2 13.3 13.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
143
Friedman Test
Ranks
Mean Rank
Nilai_pretest 2.57
Nilai_posttest_1 1.77
Nilai_posttest_2 1.67
Test Statisticsa
N 15
Chi-Square 7.684
Df 2
Asymp. Sig. .021
Monte Carlo Sig. Sig. .019
99% Confidence Interval Lower Bound .015
Upper Bound .022
a. Friedman Test
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
Kelompok N Percent N Percent N Percent
Nilai_pretest Kontrol 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Nilai_posttest_1 Kontrol 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Nilai_posttest_2 Kontrol 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Nilai_pretest Kontrol Mean 29.53 1.424
95% Confidence Interval for Lower Bound 26.48
Mean
Upper Bound 32.59
5% Trimmed Mean 29.43
Median 30.00
Variance 30.410
Std. Deviation 5.514
Minimum 21
Maximum 40
Range 19
Interquartile Range 9
144
Skewness .181 .580
Kurtosis -.444 1.121
145
OUTPUT GABUNGAN KELOMPOK INTERVENSI DAN KELOMPOK KONTROL
146
Independent Samples Test
Levene's Test for
t-test for Equality of Means
Equality of Variances
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean Std. Error the Difference
F Sig. t df
tailed) Difference Difference
Lower Upper
Nilai_pretest Equal variances assumed 2.964 .096 2.293 28 .030 5.467 2.384 .583 10.350
Equal variances not
2.293 25.873 .030 5.467 2.384 .565 10.369
assumed
Nilai_posttest_1 Equal variances assumed .428 .518 -11.514 28 .000 -18.800 1.633 -22.145 -15.455
Equal variances not
-11.514 27.872 .000 -18.800 1.633 -22.145 -15.455
assumed
Nilai_posttest_2 Equal variances assumed 5.397 .028 -23.341 28 .000 -24.667 1.057 -26.831 -22.502
Equal variances not
-23.341 19.463 .000 -24.667 1.057 -26.875 -22.458
assumed
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Nilai_pretest 30 32.27 6.992 21 46
Nilai_posttest_1 30 16.67 10.522 1 31
Nilai_posttest_2 30 13.73 12.862 0 31
Kelompok 30 1.50 .509 1 2
147
Mann-Whitney Test
Test Statisticsc
Nilai_pretest Nilai_posttest_1 Nilai_posttest_2
Mann-Whitney U 65.500 1.000 .000
Wilcoxon W 185.500 121.000 120.000
Z -1.954 -4.645 -4.701
Asymp. Sig. (2-tailed) .051 .000 .000
a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .050 .000 .000a
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .052b .000b .000b
99% Confidence Interval Lower Bound .046 .000 .000
Upper Bound .058 .000 .000
Monte Carlo Sig. (1-tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .023 .000 .000
Upper Bound .031 .000 .000
b b
Sig. .027 .000 .000b
a. Not corrected for ties.
b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
c. Grouping Variable: Kelompok
148
149
150
151
152