Anda di halaman 1dari 130

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN NY.

N DENGAN
HIPERTENSI: PENERAPAN TERAPI SENAM HIPERTENSI DI DESA
KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT

KARYA ILMIAH AKHIR

Karya Ilmiah Akhir Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Profesi
Ners Dari Universitas Advent Indonesia

Disusun Oleh:
Febe Imanuelita Panggabean, S.Kep
NIM: 2153012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN NY. N DENGAN
HIPERTENSI: PENERAPAN TERAPI SENAM HIPERTENSI DI DESA
KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT

KARYA ILMIAH AKHIR

Karya Ilmiah Akhir Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Profesi
Ners Dari Universitas Advent Indonesia

Disusun Oleh:
Febe Imanuelita Panggabean, S.Kep.
NIM: 2153012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir dengan judul:

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN NY. N DENGAN


HIPERTENSI: PENERAPAN TERAPI SENAM HIPERTENSI DI DESA
KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Diterima dan disetujui oleh panitia ujian karya ilmiah akhir di Program Studi
Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia sebagai
persyaratan akhir untuk memperoleh gelar Ners (Ns)
Bandung, …. September 2022
Diterima dan disetujui:

(Palupi Triwahyuni, S.Kp., M.Kes.)


Pembimbing

(Dr. Lyna M. Hutapea, BSN, Ners, MScPHN.) (Ernawaty Siagian, MSN.)


Ketua Penguji Anggota Penguji

(Samuel M. Simanjuntak, S.Kp.,MSN., Ph.D.)


Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

ii
HALAMAN PERNYATAAN NON PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah menyusun suatu karya ilmiah akhir
dengan judul:

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN NY. N DENGAN


HIPERTENSI: PENERAPAN TERAPI SENAM HIPERTENSI DI DESA
KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Dengan ini menyatakan bahwa:


Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain atau bukan merupakan plagiasi dari
karya orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam
daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian


hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.

Bandung, …. September 2022


Pembuat pernyataan,

Febe Imanuelita Panggabean, S.Kep.


NIM: 2153012

iii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN NY. N DENGAN


HIPERTENSI: PENERAPAN TERAPI SENAM HIPERTENSI DI DESA
KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Disusun oleh:
Febe Imanuelita Panggabean, S.Kep
NIM: 2153012

Masalah kesehatan yang diderita oleh salah satu anggota keluarga dapat
diturunkan ke anggota keluarga lainnya. Status sehat dan sakit anggota keluarga
akan sangat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Salah satu penyakit
degeneratif keluarga adalah hipertensi. Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini disusun
dengan tujuan agar penulis mampu memperoleh gambaran dan pengalaman dalam
pengaplikasian teori yang sudah didapat dalam melakukan asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah keperawatan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Terapi
modalitas yang diterapkan kepada klien untuk menurunkan tekanan darah tinggi
adalah terapi senam hipertensi. KIA ini ditulis menggunakan metode deskriptif
yaitu suatu penjelasan atau uraian dari hasil pengamatan dan penyelidikan yang
bertujuan untuk memecahkan masalah keperawatan keluarga. Hasil yang
didapatkan setelah 4 hari memberikan implementasi kepada Ny. N adalah didapati
terjadinya penurunan tekanan darah pada Ny.N. Klien merasa lebih baik dari
sebelumnya. Klien mendapatkan manfaat-manfaat lain dari terapi tersebut seperti
mendapatkan kualitas tidur yang baik sehingga tidur lebih nyenyak setiap
malamnya. Klien juga mengatakan lebih rileks dan lebih tenang dalam menjalani
hari. Keluarga dapat mengenal penyakit yang diderita oleh anggota keluarga,
keluarga juga dapat mengambil keputusan dan mampu merawat anggota keluarga
yang sakit. Keluarga dapat memenuhi tugas perkembangan keluarga dengan baik,
dapat memenuhi kebutuhan sosial keluarga, dapat menjalankan peran maupun
fungsi masing – masing dengan baik, dan rasa khawatir yang dirasakan pun
menghilang. Kesimpulan yang di dapat adalah adanya pengaruh yang signifikan
dari pemberian terapi senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah tinggi.
Disarankan kepada keluarga agar dapat menerapkan intervensi terapi modalitas
senam hipertensi sebagai pengobatan non farmakologi.
Kata Kunci : Keluarga, Hipertensi, Terapi Senam Hipertensi

iv
ABSTRACT

FAMILY NURSING CARE FOR CLIENTS NY. N WITH HYPERTENSION:


APPLICATION OF HYPERTENSION EXERCISE THERAPY IN
KARYAWANGI VILLAGE, BANDUNG BARAT REGENCY

Arranged by:
Febe Imanuelita Panggabean, S.Kep
NIM: 2153012

Health problems suffered by one family member can be passed on to other


family members. The health and illness status of family members will greatly
affect other family members. One of the family degenerative diseases is
hypertension. This final (KIA) was compiled with the aim that the author can gain
an overview and experience in applying the theory that has been obtained in
carrying out nursing care for families with nursing problems of high blood
pressure or hypertension. The modality of therapy applied to clients to reduce
high blood pressure is hypertension exercise therapy. KIA is written using a
descriptive method, namely an explanation or description of the results of
observations and investigations that aim to solve family nursing problems. The
results obtained after 4 days provide implementation to Mrs. N is found a
decrease in blood pressure in Ny. N. The client feels better than before. Clients
get other benefits from the therapy such as getting good quality sleep so that they
sleep more soundly every night. Clients also say they are more relaxed and
calmer in going through the day. Families can recognize the illness suffered by
family members, and families can also make decisions and can care for sick
family members. The family can full fill the task of family development well, can
meet the social needs of the family, can carry out their respective roles and
functions well, and the feeling of worry disappears. The conclusion that can be
drawn is that there is a significant effect of giving hypertension exercise therapy
on reducing high blood pressure. It is suggested to the family to be able to apply
the intervention of hypertension exercise modality therapy as a non-
pharmacological treatment.
Keywords : Family, Hypertension, Hypertension Exercise Therapy

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang

berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN NY. N

DENGAN HIPERTENSI: PENERAPAN TERAPI SENAM HIPERTENSI DI

DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT”.

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mendapat bimbingan, arahan

dan motivasi dari berbagai pihak sehingga karya tulis akhir ilmiah ini dapat

penulis selesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1) Palupi Triwahyuni, S.Kp., M.Kes. sebagai pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam

penyusunan karya ilmiah akhir ini.

2) Dr. Lyna M. Hutapea, BSN, Ners, MScPHN., sebagai ketua penguji yang juga

telah memberikan masukan dan sumbangan pikiran yang sangat berarti dalam

penulisan karya tulis ilmiah ini.

3) Ernawaty Siagian, MSN., sebagai anggota penguji yang juga telah memberikan

masukan dan sumbangan pikiran yang sangat berarti dalam penulisan karya

tulis ilmiah ini.

4) Dekan, Ketua Jurusan Profesi Ners, serta seluruh Jajaran Staff dan Dosen

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia yang telah

vi
memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi kepada penulis selama menempuh

perkuliahan Profesi Ners di Universitas Advent Indonesia.

5) Kepala PUSKESMAS Parongpong yang telah memberikan penulis kesempatan

untuk dapat praktek selama penulis mengkaji kasus untuk menyelesaikan karya

ilmiah akhir.

6) Keluarga Tn. O dan Klien Ny. N yang telah bersedia menjadi klien bagi

penulis dan mengizinkan penulis untuk memberikan asuhan keperawatan,

sehingga penulis dapat memperoleh data yang diperlukan dan menyelesaikan

penulisan karya ilmiah akhir ini.

7) Orang tua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan material dan moral

maupun spiritual.

8) Johanna Natasha Agaatsz, S.Kep sebagai sahabat dan teman seperjuangan yang

telah memberikan dukungan bantuan dan motivasi dalam penyusunan karya

ilmiah akhir ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bandung, 2022

Penulis,

Febe Imanuelita Panggabean, S.Kep


NIM: 2153012

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN NON PLAGIASI.......................................... iii
ABSTRAK....................................................................................................... iv
ABSTRACT...................................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang........................................................................ 1
1. 2 Tujuan...................................................................................... 4
1. 2. 1 Tujuan Umum..................................................................... 4
1. 2. 2 Tujuan Khusus.................................................................... 4
1. 3 Manfaat.................................................................................... 5
1. 4 Metode Penulisan.................................................................... 6
1. 5 Sistematika Penulisan............................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN TEORI....................................................................... 8
2. 1 Konsep Dasar Keluarga.......................................................... 8
2. 1. 1 Definisi Keluarga................................................................. 8
2. 1. 2 Tipe Keluarga...................................................................... 9
2. 1. 3 Fungsi Keluarga.................................................................. 10
2. 1. 4 Peran Keluarga.................................................................... 12
2. 1. 5 Tahap – tahap Perkembangan Keluarga.......................... 13
2. 1. 6 Tugas Kesehatan Keluarga................................................ 18
2. 1. 7 Peran Perawat Dalam Keluarga........................................ 20
2. 2 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi........................................ 23
2. 2. 1 Definisi Hipertensi............................................................... 23
2. 2. 2 Etiologi Hipertensi.............................................................. 23
2. 2. 3 Klasifikasi Hipertensi.......................................................... 24

viii
2. 2. 4 Faktor Risiko Hipertensi.................................................... 25
2. 2. 5 Patofisiologi Hipertensi....................................................... 27
2. 2. 6 Tanda dan Gejala Hipertensi............................................. 29
2. 2. 7 Komplikasi Hipertensi........................................................ 30
2. 2. 8 Pencegahan Hipertensi....................................................... 30
2. 2. 9 Penatalaksanaan Hipertensi............................................... 31
2. 3 Konsep Terapi Senam Hipertensi.......................................... 33
2. 3. 1 Pengertian Senam Hipertensi............................................. 33
2. 3. 2 Manfaat Senam Hipertensi................................................. 34
2. 3. 3 Gerakan – Gerakan Senam Hipertensi............................. 34
2. 3. 4 Aturan Senam Hipertensi................................................... 39
2. 4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga............................... 40
2. 4. 1 Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga..................... 40
2. 4. 2 Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga.................... 43
2. 4. 3 Diagnosa Keperawatan Keluarga...................................... 45
2. 4. 4 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga................. 46
2. 4. 5 Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga................ 48
2. 4. 6 Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga......................... 50
BAB 3 TINJAUAN KASUS....................................................................... 51
3. 1 Pengkajian............................................................................... 51
3. 1. 1 Identitas Klien..................................................................... 51
3. 1. 2 Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga............. 55
3. 1. 3 Lingkungan.......................................................................... 57
3. 1. 4 Sosial..................................................................................... 59
3. 1. 5 Struktur Keluarga............................................................... 61
3. 1. 6 Fungsi Keluarga.................................................................. 63
3. 1. 7 Penepisan Masalah.............................................................. 65
3. 1. 8 Stres dan Koping Keluarga................................................ 66
3. 1. 9 Pemeriksaan Fisik............................................................... 67
3. 2 Analisa Data............................................................................. 71
3. 3 Diagnosa Keperawatan Keluarga.......................................... 72

ix
3. 4 Penilaian (scoring) Diagnosa Keperawatan.......................... 73
3. 5 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga..................... 75
3. 6 Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga.................... 79
3. 7 Penatalaksanaan Terapi Senam Hipertensi.......................... 88
3. 8 Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga............................. 92
BAB 4 PEMBAHASAN............................................................................. 93
4. 1 Pengkajian Keperawatan Keluarga...................................... 93
4. 2 Diagnosa Keperawatan Keluarga.......................................... 94
4. 3 Intervensi Keperawatan Keluarga........................................ 95
4. 4 Implementasi Keperawatan Keluarga.................................. 95
4. 5 Evaluasi Keperawatan Keluarga........................................... 96
BAB 5 PENUTUP....................................................................................... 98
5. 1 Kesimpulan.............................................................................. 98
5. 2 Saran......................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 102
LAMPIRAN.................................................................................................... 106
Lampiran 1 LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN................... 106
Lampiran 2 DOKUMENTASI KEGIATAN............................... 107
Lampiran 3 SAP PENDIDIKAN KESEHATAN........................ 109
Lampiran 4 LEAFLET PENDIDIKAN KESEHATAN............. 112
Lampiran 3 CURRICULUM VITAE........................................... 114

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi.........................................................................25

Tabel 3. 1 Komposisi Keluarga...........................................................................52

Tabel 3. 2 Riwayat Kesehatan Keluarga............................................................55

Tabel 3. 3 Tabel Pemeriksaan Fisik Keluarga Tn. O.......................................67

Tabel 3. 4 Tabel Analisa Data............................................................................71

Tabel 3. 5 Diagnosa Keperawatan......................................................................72

Tabel 3. 6 Penilaian DX 1....................................................................................73

Tabel 3. 7 Penilaian DX 2....................................................................................74

Tabel 3. 8 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga........................................75

Tabel 3. 9 Implementasi Keperawatan Hari Pertama......................................79

Tabel 3. 10 Implementasi Keperawatan Hari Kedua.......................................82

Tabel 3. 11 Implementasi Keperawatan Hari Ketiga.......................................84

Tabel 3. 12 Implementasi Keperawatan Hari Keempat...................................86

Tabel 3. 13 Evaluasi Tekanan Darah Klien.......................................................92

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Langkah – Langkah Gerakan Senam Hipertensi.......................35

Gambar 3. 1 Genogram Keluarga Tn. O...........................................................52

Gambar 3. 2 Keterangan Gambar Genogram..................................................53

Gambar 3. 3 Denah Rumah Keluarga Tn. O....................................................57

Gambar 3. 4 Langkah – Langkah Gerakan Senam Hipertensi.......................88

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

Bab yang pertama ini akan menjabarkan pendahuluan dari KAI ini yang

berisi uraian tentang latar belakang dari penelitian, tujuan dari penelitian, manfaat

dari penelitian, dan metode penelitian yang digunakan untuk penelitian yang

dilakukan dalam KIA ini.

1. 1 Latar Belakang

Salah satu bidang praktik keperawatan adalah keperawatan keluarga.

Sebagai unit yang paling kecil di masyarakat, keluarga memainkan peran dan

fungsi yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Peranan yang

diharapkan adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat serta mengurangi

risiko masyarakat terkena suatu penyakit. Ketika masalah kesehatan muncul dan

mengenai anggota keluarga, maka dapat sangat berpengaruh kepada yang lain.

Gangguan kondisi kesehatan yang diderita oleh anggota keluarga dapat menular

ke anggota keluarga lainnya atau dapat diturunkan ke anggota keluarga lainnya.

Keluarga saling bergantung satu sama lain oleh karena itu status sehat dan sakit

anggota keluarga akan sangat mempengaruhi yang lain. Keluarga yang terdiri dari

anggota keluarga yang sudah lanjut usia sangatlah rentan terhadap penyakit

degeneratif seperti hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan

suatu penyakit keturunan. Tekanan darah tinggi bukanlah penyakit menular,

1
2

namun ini adalah penyakit yang dapat diturunkan kepada anggota keluarga yang

lainnya (Safitri A. Z., 2021).

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa tekanan darah

tinggi atau yang sering disebut hipertensi merupakan suatu keadaan dimana

tekanan darah sistolik meningkat di atas batas normal yaitu 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg (WHO, 2015). Tekanan darah tinggi

atau yang sering disebut hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang

serius. Saat ini tekanan darah tinggi menjadi masalah besar baik di Indonesia

maupun di luar negeri. Hipertensi memiliki sebutan “silent killer” oleh karena

dapat membuat penderitanya baru mengetahui mengidap hipertensi setelah

terkena komplikasi darah tinggi tanpa menyadari tanda gejalanya hipertensi

tersebut sehingga semakin banyaknya penderita hipertensi yang tidak diketahui

(Kemenkes RI, 2019). Menurut data dari World Health Organization (WHO) pada

tahun 2015 ada sebanyak 1,13 miliar penduduk di seluruh dunia terjangkit

penyakit hipertensi. Angka ini menunjukkan bahwa satu dari tiga orang di dunia

menyandang hipertensi. WHO memperkirakan pada tahun 2025, penderita

hipertensi akan menyentuh angka 1,5 miliar penduduk di dunia. Di Indonesia

menurut hasil Riset Kesehatan Data Departemen Kesehatan (Riskesdas) pada

tahun 2018, terdapat 34,1% penduduk yang mengidap penyakit hipertensi. Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Barat mengemukakan angka penderita hipertensi

mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2013 ke tahun 2018.

Berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2018, didapati prevalensi hipertensi

berada di angka 39,6% yang menunjukkan terjadinya peningkatan dari tahun 2013
3

yang sebelumnya berada di angka 29,4%. Di Kabupaten Bandung pada tahun

2019, berdasarkan hasil pengukurun tekanan darah tinggi didapati cakupan sekitar

8,53% penduduknya menderita tekanan darah tinggi (Dinkes Jabar, 2020).

Penatalaksanaan dalam mengobati tekanan darah tinggi biasa dilakukan

dengan cara farmakologis untuk menurunkan tekanan darah tinggi tersebut.

Namun ada cara lain seperti terapi tanpa mengkomsumsi obat yang merupakan

cara non farmakologis untuk menormalkan kembali tekanan darah yang tinggi.

Salah satu terapinya merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan secara

teratur untuk menurunkan tekanan darah tinggi yaitu adalah senam hipertensi.

Senam hipertensi adalah pengobatan non farmakologis, yang juga merupakan

salah satu terapi paling mudah dilakukan dimanapun dan kapanpun. Ini

merupakan kegiatan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan aliran dan

suplai darah seseorang. Senam hipertensi dapat membuat pembuluh darah lebih

elastis, sehingga pembuluh darah melebar dan mengalirkan darah dengan lebih

perlahan oleh sebab itu terjadilah penurunan tekanan darah pada seseorang

(Arindari & Alhafis, 2019).

Penelitian yang dilakukan Safitri & Astuti (2017), berjudul Pengaruh

Senam Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Di Desa Blembem

Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo, menjelaskan bahwa tekanan darah tinggi

dapat turun dengan melakukan terapi senam hipertensi. Dipaparkan dalam

penelitian ini diawali dengan melakukan pengukuran tekanan darah pada

responden sebelum dilakukan senam hipertensi dan diperoleh nilai rata-rata

sebesar 158/96 mmHg. Setelah itu responden diajarkan dan melakukan senam
4

hipertensi kemudian dilakukan kembali pengukuran tekanan darah kepada para

responden. Tekanan darah responden setelah mengikuti terapi senam hipertensi

berada di nilai rata rata sebesar 146,88/88,75 mmHg. Berdasarkan uraian tersebut

dapat disimpulkan adanya pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan

darah di Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo, maka dapat

dibilang terapi senam hipertensi cukup efektif. (Safitri & Astuti, 2017). Selama

melakukan praktek di Desa Karyawangi RT 03 RW 006, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat didapati data dari Puskesmas Parongpong bahwa

hipertensi merupakan penyakit tertinggi di Desa Karyawangi. Oleh karena itu,

berdasarkan kondisi tersebut penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah akhir

dengan mengangkat masalah hipertensi untuk diberikan asuhan keperawatan

keluarga. Penulis membuat karya ilmiah akhir dengan judul; “ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN NY. N DENGAN

HIPERTENSI: PENERAPAN TERAPI SENAM HIPERTENSI DI DESA

KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT.”

1. 2 Tujuan

Tujuan penulisan dari Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini dibagi menjadi dua

bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yang diuraikan sebagai berikut.

1. 2. 1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari KIA ini adalah untuk memperoleh gambaran dan

pengalaman dalam pengaplikasian teori yang sudah didapat dalam melakukan

asuhan keperawatan keluarga dengan masalah keperawatan tekanan darah tinggi

atau hipertensi.
5

1. 2. 2 Tujuan Khusus

Penulis memiliki tujuan khusus dari KIA ini adalah untuk:

1) Melakukan pengkajian keperawatan keluarga kepada klien Ny. N dan keluarga

dengan hipertensi di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten

Bandung Barat.

2) Memprioritaskan diagnosa keperawatan keluarga dengan hipertensi kepada

klien Ny. N dan keluarga di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat.

3) Membuat dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga dengan

hipertensi kepada klien Ny. N dan keluarga di Desa Karyawangi, Kecamatan

Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

4) Melakukan implementasi terapi senam hipertensi kepada klien Ny. N dan

keluarga di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung

Barat.

5) Melakukan evaluasi dari penerapan terapi senam hipertensi yang diberikan

kepada klien Ny.N di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten

Bandung Barat.

1. 3 Manfaat

KIA ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

(1) Klien dan Keluarga. Hasil penulisan KIA ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan bagi klien dan keluarga terhadap masalah
6

kesehatan yang dialami oleh klien, sehingga klien dan keluarga dapat lebih

memahami cara menangani dan mengatasi penyakit hipertensi.

(2) Perawat. Hasil penulisan KIA ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar

dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga kepada klien dengan

hipertensi dan pengetahuan lebih lanjut untuk meningkatkan pelayanan di

komunitas keluarga serta di lingkungan sekitar sehingga tidak hanya

mengutamakan tentang masalah fisik juga tetapi memperhatikan masalah

secara holistik.

(3) Mahasiswa. Hasil penulisan KIA ini diharapkan mahasiswa mampu

memberikan asuhan keperawatan keluarga kepada klien dengan masalah

kesehatan tekanan darah tinggi, kemudian diharapkan mahasiswa juga dapat

menerapkan terapi non farmakologis dalam upaya penurunan tekanan darah

tinggi pada klien yang memiliki masalah kesehatan tersebut dengan

menerapkan terapi senam hipertensi.

1. 4 Metode Penulisan

Dalam penulisan KIA ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu

suatu penjelasan atau uraian dari hasil pengamatan dan penyelidikan yang

bertujuan untuk memecahkan masalah keperawatan keluarga. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan terdiri dari:

(1) Studi Kepustakaan (Library Research). Studi Kepustakaan merupakan metode

pengumpulan data yang didapat dari membaca, menganalisa, mempelajari dan

memahami literatur yang bersifat teoritis dari buku, jurnal, ataupun referensi
7

lain yang sesuai dengan masalah sebagai sumber teoritis, acuan dan landasan

dalam penulisan KIA ini.

(2) Studi Kasus (Case Research). Studi Kasus yang dilakukan adalah

pengumpulan data dengan mempelajari dan menyelidiki suatu masalah

kejadian mengenai individu yang menjadi objek di KIA ini.

(3) Wawancara. Teknik wawancara adalah percakapan secara langsung yang

dilakukan oleh penulis kepada klien ataupun kepada keluarga klien dengan

menanyakan riwayat kesehatan klien, riwayat kesehatan keluarga klien, pola

hidup klien, riwayat pengobatan klien, riwayat hospitalisasi, dan psikososial

serta spiritual klien.

1. 5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan KIA ini dijabarkan sebagai berikut:

(1) Bab 1 – Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

(2) Bab 2 – Tinjauan Teoritis meliputi gambaran umum konsep keluarga, konsep

asuhan keperawatan keluarga, konsep hipertensi, pengertian terapi senam

hipertensi, dan penelitian terkait.

(3) Bab 3 – Tinjauan Kasus meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa

keperawatan keluarga, perencanaan pemberian asuhan keperawatan keluarga,

implementasi asuhan keperawatan keluarga, evaluasi asuhan keperawatan

keluarga dan catatan perkembangan.

(4) Bab 4 – Pembahasan meliputi analisa pengkajian keluarga, diagnosa

keperawatan keluarga, perencanaan asuhan keperawatan keluarga,


8

implementasi asuhan keperawatan keluarga, evaluasi asuhan keperawatan

keluarga .

(5) Bab 5 – Penutup meliputi kesimpulan dan saran.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

Tinjauan teori dalam bab ini akan membahas mengenai teori dasar

keluarga, konsep dasar penyakit hipertensi, konsep dasar terapi senam hipertensi,

dan konsep dasar asuhan keperawatan keluarga.

2. 1 Konsep Dasar Keluarga

Penulis akan membahas mengenai definisi keluarga, tipe keluarga, fungsi

keluarga, peran keluarga, tingkat perkembangan keluarga, tugas kesehatan

keluarga, dan peran perawat dalam keluarga.

2. 1. 1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari dua individu atau

lebih dan bergabung bersama oleh karena adanya hubungan darah, pernikahan,

atau mengangkat anak. Keluarga inti ini hidup bersama di bawah satu atap,

berkomunikasi dengan satu sama lainnya, kemudian menciptakan serta

memelihara sebuah budaya yang sama. Ketika ada anggota keluarga yang terkena

sakit, maka akan mempengaruhi anggota keluarga yang lainnya. Komunikasi

antara satu sama lain dalam keluarga merupakan hal penting dalam sebuah

keluarga karena hal tersebut menciptakan rasa saling terbuka antar anggota

keluarga (Safitri A. Z., 2021).

Menurut Budiyana (2018), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat.

Meskipun keluarga merupakan bagian terkecil di masyarakat, keluarga memiliki

9
10

peranan besar bagi masyarakat. Dengan tidak adanya keluarga maka tidak akan

ada suatu masyarakat. Oleh karena itu keluarga merupakan kesatuan dasar

pembentuk dari masyarakat. Keluarga harus saling bekerja sama dalam

memelihara satu sama lain, seperti suami dan istri yang harus bekerja sama untuk

menjaga keharmonisan keluarga khususnya mendidik anak – anak, baik anak

kandung maupun anak angkat.

2. 1. 2 Tipe Keluarga

Adapun tipe – tipe keluarga menurut Suprajitno (2019), adalah sebagai

berikut:

1) Keluarga inti (nuclear family). Keluarga inti atau Nuclear Family merupakan

keluarga yang berisikan ayah, ibu, dan anak. Anak yang diperoleh dari

keturunannya sendiri maupun dari adopsi atau bahkan dari keduanya.

2) Keluarga Besar (Extended Family). Keluarga besar ataupun Extended Family

terdiri dari keluarga inti serta ditambah anggota keluarga lain yang memiliki

ikatan darah( kakek- nenek, paman- bibi).

3) Keluarga Bentukan Kembali (Dyadic Family). Keluarga yang tercipta kembali

ialah keluarga yang baru kembali lagi tercipta sesudah pendamping dalam

keluarga tersebut sempat berpisah ataupun kehilangan pendampingnya.

4) Orang Tua Tunggal (Single Parent Family). Orang tua tunggal ialah suatu

keluarga yang berisikan salah satu orang tua (Ayah ataupun Ibu) dengan kanak

– kanak akibat perceraian ataupun ditinggal wafat oleh pendampingnya.

5) Seorang Ibu dan anak – anak angkat (The Unmarried Teenage Mother). Tipe

Keluarga ini merupakan keluarga yang terdiri dari orang tua terutama seorang
11

Ibu (wanita) dengan anak angkat yaitu anak yang tidak ada hubungan darah

tanpa menikah dengan seorang pria.

6) Orang Dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa menikah

(The Single Adult Living Alone). Tipe keluarga ini adalah tipe keluarga yang

hanya terdiri dari satu individu tanpa menikah. Tipe keluarga ini di Negara

Indonesia mulai banyak peminatnya dengan alasan orang dewasa tersebut

tidak mau repot mengurusi pasangannya ataupun anaknya nanti jika menikah.

Sepasang kekasih dan anak yang tidak diperoleh dari pernikahan sebelumnya.

7) (The Non-Material Heterosexsual Cohabiting Family). Tipe keluarga ini

merupakan kedua pasangan yang memiliki anak tanpa menikah terlebih

dahulu. Tipe keluarga ini biasanya terjadi akibat kurangnya pendidikan dari

kedua pasangan yang memutuskan memiliki anak sebelum menikah. Dewasa

ini banyak pasangan seperti ini dapat ditemui, khususnya pada kumuh di

perkotaan (besar), namun atas kebijakan pemerintah daerah (kabupaten atau

kota) pasangan seperti ini akan dinikahkan walaupun umur keduanya sudah

lanjut usia demi status anak-anaknya.

2. 1. 3 Fungsi Keluarga

Sebagai unit terkecil di masyarakat keluarga memiliki 4 fungsi. Kholifah

& Widagdo (2016) memaparkan dalam tulisannya bahwa fungsi-fungsi keluarga

terdiri dari:

1) Fungsi afektif. Fungsi afektif ialah peranan dari keluarga yang membahas

anggapan keluarga tentang pemenuhan psikososial tiap anggota keluarga.

Lewat peranan pemenuhan ini, sehingga anggota keluarga dapat menggapai


12

tujuan psikososial yang utama, dapat membentuk watak kemanusian dalam

anggota keluarga, stabilisasi karakter serta tingkah laku, keahlian menjalakan

jalinan secara akrab, serta harga diri.

2) Fungsi sosial. Fungsi keluarga lainnya adalah sebagai tempat bersosial yang

diawali sejak terbentuknya keluarga hingga sampai dengan kematian setiap

anggota keluarga. Fungsi sosial ini merupakan proses yang panjang karena

berlangsung seumur hidup. Proses ini terus menerus mengubah perilaku

keluarga dalam menanggapi situasi sosial yang dialami oleh setiap anggota

keluarga. Sosialisasi adalah proses perkembangan atau perubahan yang

dialami individu sebagai hasil interaksi sosial dan pembelajaran peran sosial.

3) Fungsi ekonomi. Dalam fungsi ekonomi ini merupakan tempat keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat mengembangkan

kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

4) Fungsi perawatan kesehatan. Salah satu dari fungsi keluarga adalah untuk

memenuhi kebutuhan secara fisiologi dan perawatan kesehatan setiap anggota

keluarga. Merawat kesehatan fisik setiap anggota keluarga dan praktik –

praktik kesehatan (yang memengaruhi kesehatan anggota keluarga secara

individual), merupakan bagian paling relevan dan fungsi perawatan kesehatan

diantaranya adalah:

(1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.

(2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.


13

(3) Kemampuan setiap anggota keluarga dalam menjaga dan merawat jika ada

salah satu anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

(4) Kemampuan dari setiap anggota keluarga untuk mampu menciptakan

suasana rumah yang sehat.

(5) Kemampuan dari setiap anggota keluarga untuk mampu menggunakan

fasilitas kesehatan.

2. 1. 4 Peran Keluarga

Konsep peranan setiap anggota keluarga menunjukkan seperangkat sikap

interpersonal, karakteristik, dan kegiatan yang berhubungan dengan individu

setiap anggota keluarga dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam

keluarga ini berdasarkan pada tujuan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok,

dan masyarakat. Faruca (2014), mengungkapkan bahwa peranan keluarga dapat

dibagi menjadi dua kategori, yaitu peran formal dan peran informal. Peran formal

setiap anggota keluarga merupakan suatu peranan eksplisit, dan biasanya peran ini

terkandung dalam struktur peran keluarga. Peran informal setiap anggota keluarga

merupakan peran yang biasanya tidak tampak namun diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan emosional satu sama lain dalam keluarga dan memelihara

keseimbangan keluarga. Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah:

1) Peran formal. Peran Formal dalam keluarga dan pernikahan dapat dibagi

menjadi delapan peran yaitu peran sebagai provider (penyedia), peran sebagai

pengatur rumah tangga, peran perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran

rekreasi, peran persaudaraan (kindship), peran terapeutik (memenuhi

kebutuhan afektif), dan peran seksual.


14

2) Peran informal. Ada beberapa peran informal dalam keluarga. Peranan itu

terdiri dari peran pendorong, pengharmonis, insiator-kontributor, pendamai,

pionner keluarga, penghibur, pengasuh keluarga, dan perantara keluarga.

Menurut Kosim (2015), dalam buku yang ditulisnya memaparkan bahwa

peran keluarga terbagi sebagai berikut:

1) Peranan ayah. Ayah sebagai suami bagi istri dan seorang ayah bagi anak –

anaknya, berperan sebagai pencari nafkah utama di dalam keluarga, pendidik,

pelindung, dan pemberian rasa aman. Ayah berperan sebagai kepala keluarga,

sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota keluarga

masyarakat dari lingkungannya.

2) Peranan ibu. Ibu adalah sosok seorang istri bagi suami dan menjadi ibu bagi

anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan urusan

rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan

sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3) Peranan anak. Anak-anak memiliki peran sebagai pemegang pelaksana

peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, sosial,

dan spiritual.

2. 1. 5 Tahap – tahap Perkembangan Keluarga

Dalam buku yang ditulis oleh Bakri (2017), menyebutkan tahapan –

tahapan perkembangan keluarga terurut dari tahapan pertama yaitu:


15

1) Tahapan pertama – yaitu tahap awal terbentuknya keluarga dari pasangan baru

(pasangan yang baru menikah). Terdapat 3 tugas dari keluarga baru yaitu:

(1) Membuat pernikahan yang dapat memuaskan bagi pasangannya satu sama

lain, menunjukkan hubungan yang harmonis satu sama lain dengan

jaringan kekerabatan

(2) Secara harmonis berhubungan dengan sanak saudara baik dari sedarah kita

maupun ke sanak saudara dari pasangan kita.

(3) Membuat rencanan keluarga (seperti tentang memikirkan rencana untuk

menjadi orang tua), dimana keluarga baru memiliki keputusan untuk

memiliki anak dalam waktu dekat atau tidak.

2) Tahapan kedua – tahapan kedua biasa disebut Childbearing family, tahapan

ini dimulai pada saat lahirnya keturunan pertama dalam keluarga kemudian

berlanjut hingga anak tersebut berusia 30 bulan. Tugas keluarga pada tahapan

kedua ada 4 yaitu:

(1) Merangkai bentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang setimbang dan

sesuai, dengan adanya anak bayi yang baru lahir keluarga harus membantu

penyesuaian adanya bayi di dalam keluarga.

(2) Memulihkan hubungan ketika terjadinya masalah di dalam keluarga.

Masalah tersebut biasanya adalah kesalahan dalam melakukan tugas

perkembangan dan konflik peran untuk memenuhi kebutuhan berbagai

anggota keluarga.

(3) Menjaga agar hubungan pernikahan tetap harmonis.


16

(4) Memperlebar hubungan keluarga kecil dengan keluarga besar dan

menambah peranan dari orang tua dan kakek nenek

3) Tahapan ketiga – Keluarga dengan anak pra-sekolah, tahapan ketiga keluarga

pada siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 ½ tahun

dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun, tugasnya adalah:

(1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi, dan

keamanan yang memadai.

(2) Mensosialisasi anak.

(3) Mengintregasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara

tatap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya.

(4) Mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga dan di luar

keluarga. Hubungan pernikahan dan hubungan orang tua-anak, dan

hubungan keluarga inti dengan keluarga besar serta ke komunitas.

4) Tahapan keempat – Keluarga yang memiliki anak usia sekolah. Diawali

dengan anak pertama masuk sekolah pada usia 5 tahun kemudia berlanjut

hingga ketika anak pertama berusia 13 tahun. Tugas keluarga pada tahapan

keempat ini ada 3 yaitu:

(1) Mengajarkan anak – anak untuk bersosialisasi, dengan harapa agat dapat

meningkatkan prestasi anak dan membantu anak memiliki hubungan yang

baik dengan teman sebayanya.

(2) Menjaga agar hubungan pernikahan dalam keluarga tetap dapat

memuaskan pasangan satu sama lain.


17

(3) Melengkapi seluruh kebutuhan anggota keluarga agar tetap terjaga

kesehatan fisik setiap anggota keluarga.

5) Tahapan kelima – Keluarga yang memiliki anak remaja. Tahapan keluarga ini

terbentuk saat anak pertama telah berusia 13 tahun hingga anak berusia 20

tahun. Pada tahapan ini keluarga memiliki tugas sebagai berikut:

(1) Menjaga keseimbangan antara kebebasan anak dan tanggung jawab anak

pada saat anak remaja semakin beranjak dewasa dan mau memiliki

otonomi akan dirinya.

(2) Mempusatkan kembali fokus kepada hubungan pernikahan.

(3) Mengkomunikasi dengan terbuka antara orang tua dan anak.

6) Tahapan keenam – Pada tahapan ini keluarga melepaskan anak yang sudah

dewasa muda untuk pergi. Tahapan ini diawali dengan perginya anak pertama

dari rumah orang tua hingga terjadinya kekosongan dirumah karena anak

terakhir meninggalkan rumah. Pada tahapan ini keluarga memiliki tugas

sebagai berikut:

(1) Memperlebar lingkupan keluarga kepada anak yang sudah mulai

memasuki dewasa muda, salah satunya dengan memasukan anggota

keluarga yang baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya.

(2) Meneruskan untuk terus memperbaharui dan mempertahankan kembali

hubungan pernikahan.

(3) Menolong keluarga lainnya seperti orang tua dari suami maupun dari istri

yang sudah mulai menua dan sakit – sakitan.


18

7) Tahapan ketujuh – Tahapan ini adalah tahapan dimana dalam keluarga kedua

orang tua sudah memasuki usia paruh baya. Tahapan ini diawali dari ketika

anak yang terakhir pergi meninggalkan rumah hingga pensiunnya atau

meninggalnya salah satu pasangan. Pada tahapan ini keluarga memiliki tugas

sebagai berikut:

(1) Menyiapkan keadaan sekitar yang mampu meningkatkan kesehatan setiap

anggota keluarga.

(2) Menjaga kepuasan pasangan dan hubungan yang bermakna antara orang

tua yang sudah memasuki usia tua dan anak – anaknya.

(3) Mengokohkan kembali hubungan pernikahan.

8) Tahapan kedelapan – Tahapan ini merupakan bagian terakhir dari tahapan

perkembangan keluarga. Pada tahap ini, keluarga berisi kedua orang tua yang

sudah lansia dan pensiun. Tahapan terakhir siklus kehidupan keluarga ini

diawali dari pensiun salah satu atau kedua pasangan, hingga tiba saatnya

kematian salah satu pasangan atau bahkan keduanya. Pada tahapan ini tugas

keluarga adalah:

(1) Menjaga struktur kehidupan keluarga yang memuaskan.

(2) Menjaga kesesuaian kehidupan dengan pendapatan yang sudah berkurang.

(3) Menjaga terus hubungan pernikahan.

(4) Beradaptasi dengan kejadian terburuk seperti kehilangan pasangan atau

salah satu anggota keluarga.

(5) Menjaga tali hubungan antara keluarga dari generasi ke generasi.


19

(6) Meneruskan hubungan dengan tujuan agar merasionalisasikan kehilangan

keberadaan anggota keluarga.

2. 1. 6 Tugas Kesehatan Keluarga

Penyembuhan ataupun pencegahan dalam usaha buat mengatasi kasus

keadaan kesehatan salah satu anggota keluarga yang sakit merupakan tugas

keluarga yang mempunyai aspek utama untuk kenaikan pengembangan

pelayanan kesehatan di masyarakat. Menurut Friendman, Bowden & Jones

(2015), keluarga memiliki tugas untuk menjaga kesehatan setiap anggota

keluarga yaitu sebagai berikut:

1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit.

Yang kesatu sebagai tugas kesehatan keluarga yaitu memahami permasalahan

Kesehatan yang dialami salah satu anggota keluarga. Kesehatan

menggambarkan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karna tanpa

kesehatan segala sesuatu tidak bakal berarti dan karna kesehatanlah

kadangkala segala kekuatan sumber energi serta dana keluarga habis. Tidak

sanggupan keluarga dalam memahami permasalahan kesehatan yang dialami

keluarga biasa salah satunya diakibatkan oleh minimnya pengetahuan anggota

keluarga buat menjaga anggota keluarga yang sakit. Seperti rendahnya

pengetahuan keluarga tentang pengertian, ciri serta indikasi, perawatan serta

pencegahan hipertensi.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi anggota

keluarga yang sakit. Yang kedua merupakan memutuskan kegiatan yang wajib

dicoba dalam melindungi kesehatan keluarga serta menyembuhkan apabila


20

terdapat anggota keluarga yang sakit. Tugas ini ialah upaya utama untuk

keluarga buat mencari pertolongan yang pas cocok dengan kondisi tiap

anggota keluarga. Keluarga hendak mempertimbangkan siapa di antara

anggota keluarga yang memiliki keahlian memutuskan serta memastikan

tindakan yang hendak dicoba. Tindakan kesehatan yang dicoba oleh keluarga

diharapkan pas sasaran supaya permasalahan kesehatan dapat dikurangi

terlebih lagi teratasi. Terkadang ketidaksanggupan keluarga mengambil

keputusan buat melaksanakan tindakan yang pas disebabkan sebab keluarga

belum menguasai tentang seberapa besar permasalahan yang hendak dialami

dan tidak sanggup merasakan terdapatnya permasalahan yang menonjol.

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan. Yang ketiga ialah tugas dalam menjaga anggota keluarga yang

alami kendala permasalahan kesehatan. Keluarga mempunyai tugas guna

mengambil tindakan yang pas serta benar, namun tidak seluruh keluarga

mempunyai keahlian yang baik dalam menjaga anggota keluarga yang sakit.

Ketidakmampuan dari keluarga dalam menjaga anggota keluarga yang sakit

diakibatkan oleh sebab keluarga tidak mengenali metode perawatan yang pas

pada permasalahan kesehatannya. Apabila demikian, anggota keluarga yang

hadapi kendala kesehatan butuh mendapatkan tindakan lanjutan ataupun

perawatan dapat dicoba di institusi pelayanan kesehatan.

4) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan sekitar untuk anggota keluarga

lainnya demi menjamin kesehatan keluarga. Tugas keluarga berikutnya

merupakan buat memodifikasi lingkungan buat menjamin kesehatan keluarga.


21

Melindungi serta menggunakan lingkungan yang baik akan menaikkan

kesehatan keluarga serta menolong proses penyembuhan anggota keluarga

yang mempunyai kendala permasalahan kesehatan. Ketidakberhasilan

keluarga dalam memodifikasi area yang disebabkan oleh terbatasnya sumber-

sumber keluarga semacam sumber keuangan, keadaan fisik rumah yang tidak

memenuhi ketentuan.

5) Mempergunakan fasilitas dari pelayanan kesehatan yang ada. Tugas

kesehatan keluarga yang lain merupakan menghadiri serta memakai sarana

dari pelayanan kesehatan dekat. Keahlian dalam menggunakan sarana

pelayanan kesehatan hendak menolong anggota keluarga yang sakit

mendapatkan pertolongan serta menemukan perawatan lekas supaya

permasalahan kesehatan teratasi dengan tepat.

2. 1. 7 Peran Perawat Dalam Keluarga

Peran perawat dalam keluarga ialah salah satu pemenuhan kebutuhan

keluarga dengan dibantu oleh tenaga kesehatan sehingga dapat menanggulangi

permasalahan kesehatan. Kepedulian perawat ialah wujud yang di idamkan

keluarga dari tenaga kesehatan pada suasana sosial tertentu. Peranan perawat

diharapkan mampu melaporkan kegiatan perawat dalam aplikasi pelayanan

kesehatan keluarga, dimana tenaga kesehatan tersebut telah menuntaskan

pembelajaran formalnya sehingga diakui lalu diberi kewenangan secara formal

dari pemerintah yang melegalkannya buat melaksanakan tugas serta tanggung

jawabnya bekerja selaku perawat professional. Fungsi perawat adalah untuk

membantu keluarga mengatasi gangguan masalah kesehatan anggota keluarga.


22

Kosim (2015) menjabarkan peranan perawat dalam keluarga ada tujuh dan akan

diuraikan sebagai berikut:

1) Pendidik (Educator). Perawat butuh membagikan serta mengajar kepada

klien tentang pembelajaran kesehatan sebagaimana seseorang guru

menolong murid buat belajar. Belajar merupakan suatu proses interaksi

antara guru dengan satu ataupun banyak pelajar, dimana pendidikan objek

spesial ataupun kemauan buat mengganti sikap merupakan tujuannya.

Diharapkan dalam kedudukan ini perawat mampu mengganti sikap keluarga

mengarah pola hidup lebih sehat.

2) Koordinator (Coordinator). Sikap perawat sebagai coordinator ini

dibutuhkan buat perawatan lanjutan anggota keluarga supaya penyembuhan

menjadi efisien. Perawat berfungsi menolong keluarga buat menjajaki

program aktivitas ataupun pengobatan supaya seimbang, dengan harapan

tercapailah tingkatan kesehatan yang maksimal. Dalam kedudukan ini

perawat diharapkan sanggup buat memusatkan, merancang serta

mengorganisasikan pelayanan dari seluruh anggota tenaga kesehatan, karna

anggota keluarga menerima pelayanan dari banyak profesi, misalnya

kebutuhan nutrisi, aspek yang wajib dicermati merupakan tipe, jumlah,

komposisi, persiapan, pengelola, metode membagikan, pengawasan,

motivasi, bimbingan serta, sebagainya.

3) Pemberi perawatan (Care Giver). Dalam hal ini perawat yang bertanggung

jawab memberi perawatan langsung, seperti:


23

(1) Mengulurkan tangan untuk membagikan pelayanan kesehatan serta

pelayanan perawatan kepada tiap orang, keluarga, kelompok, sampai

sesi warga cocok dengan diagnosa permasalahan yang terjalin

dilingkungan tersebut.

(2) Memberikan atensi kepada setiap orang sesuai konteks kehidupannya.

Perawat wajib mencermati klien dengan menyesuaikan kebutuhan klien.

(3) Melakukan pelayanan sesuai dengan proses keperawatan dalam

mengidentifikasikan diagnosa keperawatan mulai dari masalah fisik

individu tersebut sampai secara fisiologis.

4) Pengawas Kesehatan. Peran perawat ini merupakan peran perawat ketika

melakukan pelayanan kunjungan ke rumah keluarga untuk memastikan dan

memantau kondisi kesehatan keluarga.

5) Konselor (Counselor). Perawat memiliki peranan sebagai konselor bagi klien.

Peranan ini untuk membantu klien menyadari dan mengatasi tekanan

psikologis masalah sosial, sehingga klien dapat membangun hubungan

interpersonal yang baik, serta diharapkan klien dapat mampu meningkatkan

perkembangan seseorang di dalamnya yang diberikan dukungan emosional

dan intelektual.

6) Pembela (Advocate). Perawat berfungsi untuk menjadi pembela bagi klien.

Peranan ini buat menolong klien serta keluarga sehingga dapat

menginterprestasikan data dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam

memperoleh informasi lain yang diperlukan dalam mengambil persetujuan


24

(informed consent) atas aksi keperawatan yang hendak diberikan kepadanya.

Peranan perawat ini sangat menolong klien buat mempertahankan dan

melindungi hak-haknya. Perihal ini diwajibkan karna klien yang sakit dan

keluarga yang menemani klien dirawat di rumah sakit hendak berkomunikasi

dengan petugas kesehatan lainnya.

7) Kolaborator (Collaborator). Salah satu tugas perawat juga sebagai

kolaborator. Perawat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, seperti

perawat dengan dokter, perawat dengan ahli gizi, perawata dengan apoteker,

dengan tujuan membantu proses pengobatan serta pemulihan klien.

2. 2 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi

Pada konsep dasar hipertensi akan menguraikan mengenai: Definisi

Hipertensi, Etiologi, Klasifikasi, Faktor Risiko, Patofisiologi, Tanda dan Gejala,

Komplikasi, Penatalaksanaan dan Pencegahan Hipertensi.

2. 2. 1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dari 140 mmHg ke

atas atau tekanan darah diastolik dari 90 mmHg ke atas. Tekanan darah tinggi atau

hipertensi bukan hanya dapat berisiko menderita penyakit jantung, namun dapat

membuat penderitanya terkena penyakit lain seperti penyakit saraf, penyakit

ginjal, dan pembuluh darah. Semakin tinggi tekanan darah dapat menimbulkan

risiko yang lebih tinggi (Nurarif & Kusuma, 2015).


25

2. 2. 2 Etiologi Hipertensi

Nurarif & Kusuma (2015), menyatakan ada beberapa pemicu terjadinya

hipertensi. Penyebab dari tekanan darah tinggi tersebut dibagi menjadi dua bagian,

sebagai berikut:

1) Hipertensi Primer. Hipertensi Primer atau disebut juga dengan hipertensi

idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Aspek yang mempengaruhinya

ialah; genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis system renin

angiotensin. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko adalah obesitas,

merokok, konsumsi alkohol dan polisitemia.

2) Hipertensi Sekunder. Hipertensi Sekunder memiliki pemicu seperti;

penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang

berhubung dengan kehamilan.

Hipertensi pada orang dengan lanjut umur dapat disebabkan oleh kejadian

perubahan pada:

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katup jantung menebal serta menjadi kaku

3) Kemampuan jantung dalam memompa darah menurun 1% setiap tahun, setelah

berumur 20 tahun kekuatan jantung memompa darah menurun sehingga

menyebabkan menurunnya kontraksi serta volumenya.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Perihal ini terjadi dikarenakan oleh

kurangnya efektirifitas pembuluh darah perifer buat oksigenasi.

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.


26

2. 2. 3 Klasifikasi Hipertensi

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan, Nurarif & Kusuma

(2015) menjelaskan pengelompokkan klasifikasi hipertensi yang akan dipaparkan

dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi

Kategori TD Sistolik TD Diastol


Optimal < 120 < 80
Normal 120 – 129 80 – 84
High Normal 130 – 139 85 – 89
Hipertensi Grade 1 (Ringan) 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Grade 2 (Sedang) 160 – 179 100 – 109
Hipertensi Grade 3 (Berat) 180 – 209 100 – 119
Hipertensi Grade 4 (Sangat Berat) > 210 > 120

2. 2. 4 Faktor Risiko Hipertensi

Ada sejumlah faktor risiko yang telah diidentifikasi menjadi penyebab

hipertensi primer. Faktor genetika sangat berperan penting, demikian juga faktor

lingkungan. Berikut akan diuraikan faktor risiko menurut (LeMone, Burke, &

Bauldoff, 2016) adalah:

1) Riwayat dari keluarga. Berbagai macam riset menampilkan temuan yang

menunjukkan terdapat ikatan genetik dari penderita dengan keluarga yang

memiliki penyakit yang sama mencapai angka hingga 40% orang menderita

hipertensi primer. Gen yang terlibat pada sistem renin – angiotensin –

aldosterone dan gen yang memengaruhi tegangan vaskular, transportasi garam

dan air pada ginjal, kegemukan, dan resistensi insulin cenderung terlibat
27

dalam perkembangan hipertensi, meskipun belum ada hubungan genetik

konsisten yang dijumpai.

2) Usia Pengidapnya. Insiden tekanan darah tinggi naik bersamaan kenaikan usia

dari penderitanya. Penuaan mempengaruhi baroresptor yang ikut serta dalam

pengaturan tekanan darah serta kelenturan arteri. Saat arteri menjadi kurang

lentur, tekanan dalam pembuluh darah pun meningkat. Ini sering kali tampak

jelas sebagai peningkatan bertahap tekanan darah tinggi bersamaan dengan

penuaan.

3) Ras. Hipertensi primer lebih kerap pada individu dengan kulit hitam dibanding

orang berlatar belakang etnik lain. Lebih banyak orang African Amerika, yang

mengidap hipertensi dikarenakan mempunyai kadungan renin rendah serta

pergantian ekskresi natrium ginjal pada saat tekanan darah normal.

4) Konsumsi mineral. Konsumsi natrium tinggi kerap kali dihubungkan dengan

retensi cairan. Pengidap hipertensi yang terbiasa dengan asupan natrium tinggi

terkait dengan berbagai mekanisme fisiologi yang berbeda, termasuk sistem

renin angiotensin aldosteron, Mengkonsumsi kalium, kalsium, dan magnesium

yang rendah juga berfungsi menurunkan hipertensi walau tidak dikenal

mekanismenya. Perbandingan konsumsi natrium serta kalium nampak

berfungsi penting, mungkin melalui dampak kenaikan konsumsi kalium

terhadap ekskresi natrium serta kalium juga meningkatkan vasodilatasi dengan

menurunkan respons terhadap katekolamin dan angiotensin II.

5) Obesitas. Obesitas atau kelebihan berat tubuh ialah sentral deposit sel lemak di

abdomen), serta ditetapkan oleh kenaikan perbandingan pinggang – ke –


28

panggul, memiliki korelasi lebih kokoh dengan hipertensi dibanding indeks

massa atau ke tebalan lipatan kulit. Meskipun terdapat korelasi jelas antara

obesitas serta hipertensi, ikatan tersebut bisa jadi salah satu pemicu yang

umum. Faktor genetik nampaknya berperan penting dalam trias umum dari

obesitas, hipertensi, serta resistensi insulin.

6) Resistensi insulin. Resistensi insulin dampaknya berhubungan dengan

hipertensi lewat efeknya pada sistem saraf simpatis, otot polos vaskular,

pengaturan natrium serta air ginjal, kemudian perubahan transpor ion

melewati membran sel resistensi insulin yang memiliki sifat genetik.

Meskipun lebih umum ditemui pada individu yang obesitas, resistensi insulin

juga dijumpai pada orang berbobot wajar.

7) Konsumsi alkohol dalam jumlah banyak. Menkonsumsi alkohol dengan rutin,

seperti tiga kali atau lebih dalam sehari meningkatkan risiko terserang

hipertensi. Penghentian minum alkohol dapat menurunkan tekanan darah,

khususnya sistolik. Faktor pola hidup yang terkait dengan konsumsi alkohol

secara berlebihan kemudian disertai obesitas lalu kurang latihan fisik juga

dapat menjadi pemicu terkena hipertensi.

8) Stres. Tekanan secara fisik maupun emosional dapat menyebabkan kenaikan

sementara tekanan darah, namun peran stres pada pengidap hipertensi primer

kurang jelas. Tekanan darah naik pada saat pengidapnya melakukan aktivitas

yang tidak nyaman, ataupun respons emosional seperti marah. Stres terlalu

sering atau terus – menerus mampu mengakibatkan hipertrofi otot polos

vaskular atau memengaruhi jalur integratif ke sentral otak.


29

2. 2. 5 Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi diprediksi berkembang akibat interaksi kompleks di antara

aspek yang mengatur curah jantung dan resistensi vaskular sistemik. Interaksi ini

dapat mencakup sebagai berikut:

1) Sistem sarat simpatis yang berlebihan dengan stimulasi berlebihan pada

reseptor a-adrenergik dan ẞ adrenergik dan menimbulkan vasokonstriksi serta

peningkatan curah jantung.

2) Perubahan peranan sistem renin – angiotensin – aldosterone dan

reponsivitasnya terhadap aspek seperti asupan natrium dan total volume

cairan. Sistem renin angiotensin aldosteron memengaruhi tegangan vasomotor

dan ekskresi air dan garam. Pada sekitar 20% orang pengidap hipertensi

primer memiliki kandungan renin di bawah normal. Kenaikan konsumsi

natrium meningkatkan tekanan darah pada klien. Untuk klien ini, asupan

garam tidak berdampak banyak pada rekanan darah. Sebagian besar orang

yang menderita hipertensi mempunyai kadar aktivitas renin yang normal.

3) Interaksi antara resistensi insulin, hiperinsulinemia serta fungsi endotel dapat

menjadi pemicu primer hipertensi. Insulin berlebihan memilikii sebagian efek

yang berpotensi menyebabkan hipertensi:

(1) Retensi natrium oleh ginjal,

(2) Peningkatan kegiatan sistem saraf simpatis,

(3) Hipertrofi otot polos vascular serta,

(4) Perubahan transpor ion melintasi membran sel.


30

Hasilnya adalah peningkatan menetap volume darah dan resistensi perifer.

Sistem kardiovaskular beradaptasi dengan peningkatan volume darah dengan

meningkatkan curah jantung. Mekanisme otoregulasi dalam arteri sistemik

bereaksi terhadap peningkatan volume, menimbulkan vasokonstriksi. Peningkatan

resistensi vaskular sistemik menyebabkan hipertensi. Tampaknya mustahil bahwa

satu penyebab tunggal dan proses patologik akan dijumpai menjadi penyebab

hipertensi esensial. Bukti yang ada makin banyak menunjukkan hipertensi sebagai

kumpulan mekanisme patofisiologi yang berbeda – beda yang menimbulkan

manifestasi umum berupa kenaikan tekanan darah (LeMone, Burke, & Bauldoff,

2016).

2. 2. 6 Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan Gejala pada pengidap hipertensi yang dipaparkan oleh Nurarif

& Kusuma (2015), dibedakan menjadi:

1) Tidak ada indikasi. Tidak terdapat gejala yang khusus mampu dihubungkan

dengan kenaikan tekanan darah, tidak hanya penentuan tekanan arteri dari

hasil pemeriksaan. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak terdiagnosa.

2) Indikasi yang umum. Indikasi yang umum kerap sekali disebutkan jika gejala

yang menyertai hipertensi mampu dirasakan adanya nyeri serta keletihan yang

berlebihan. Dalam realitanya ini pula adalah indikasi gejala terumum yang

menimpa mayoritas klien yang mencari pertolongan ke tenaga kesehatan.

Sebagian klien yang mengidap hipertensi berkata bahwa terdapat beberapa

tanda dan gejala yang pasti dirasakan, yaitu:


31

1) Sakit kepala diiringi dengan pusing

2) Lemas serta kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epistaksis

8) Penurunan kesadaran

2. 2. 7 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang mempengaruhi sistem

kardiovaskular, saraf, serta ginjal. Laju aterosklerosis bertambah, sehingga

meningkatnya risiko terkena penyakit jantung koroner serta stroke. Beban kerja

ventrikel kiri bertambah, menimbulkan hipertrofi ventrikel, yang setelah itu

meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, disritmia, dan gagal jantung.

Sebagian besar kematian akibat hipertensi terjadi oleh karena penyakit jantung

koroner serta infark miokardium akut ataupun gagal jantung.

Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi meningkatkan

risiko infark serebral (stroke). Peningkatan tekanan pada pembuluh serebral dapat

menyebabkan perkembangan mikroaneurisma dan peningkatan risiko hemoragi

serebral. Ensefalopati hipertensi, suatu sindrom yang ditandai dengan tekanan

darah yang sangat tinggi; perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan

intrakranial, papiledema, dan kejang dapat berkembang. Hipertensi juga dapat

menyebabkan nefrosklerosis dan insufisiensi ginjal. Proteinuria dan hematuria


32

mikropik berkembang, serta tanda gagal ginjal kronik (LeMone, Burke, &

Bauldoff, 2016).

2. 2. 8 Pencegahan Hipertensi

LeMone, Burke, & Bauldoff (2016), menguraikan penangkalan yang dapat

dilakukan supaya terhindar dari penyakit hipertensi ialah:

1) Pertahankan berat badan senormalnya; turunkan berat badan bila obesitas.

2) Lakukan modifikasi diet: Makan diet kaya buah, sayur – mayur, serta produk

susu rendah lemak.

3) Kurangi konsumsi natrium.

4) Mengurangi asupan kolesterol, lemak total dan jenuh.

5) Batasi asupan alkohol tidak lebih dari 1 ons etanol (1/2 ons untuk wanita dan

ringan) per hari. orang berbobot lebih

6) Ikut senam aerobik selama 30 menit setiap hari kerja (5 sampai 6 hari).

7) Berhenti merokok.

8) Gunakan teknik pengelolaan stres seperti terapi relaksasi.

2. 2. 9 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan untuk menanggulangi hipertensi yang mampu

dilakukan oleh pengidapnya adalah dengan menggunakan obat – obatan yang

didapatkan dari fasilitas kesehatan. Penatalaksanaan lainnya adalah dengan cara

merubah pola hidup, contohnya dalam hal makanan diharapkan klien mampu

membatasi asupan garam untuk tidak mengkonsumsi lebih dari ¼ – ½ sendok

teh atau 6 gram/hari), kemudian diharapkan klien mampu menurunkan berat


33

badan bagi penderita yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas,

mengurangi bahkan berhenti untuk minuman-minuman berkafein, berhenti

merokok, serta mengurangi hingga berhenti minum minuman beralkohol, yang

terakhir diharapkan penderita hipertensi rutin berolahraga. Olahraga yang dapat

dilakukan oleh penderita hipertensi adalah senam hipertensi, jalan, joging,

bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting pula

bagi sang pengidap agar cukup beristirahat seperti tidur malam selama 6-8 jam

dalam sehari serta mengendalikan stres. Dalam penggunaan obat – obatan

hipertensi dianjurkan untuk bertanya dengan dokter di sarana kesehatan

terdekat di wilayah tempat tinggal. Ada pula makan yang harus dihindari atau

dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:

1) Makanan yang memiliki kandungan tinggi lemak jenuh yaitu daging merah,

daging unggas, produk olahan susu seperti mentega, keju, dan es krim.

2) Makanan yang diolah dengan kandungan atau penggunaan banyak garam

atau garam natrium dan makanan tinggi kadar natriumnya seperti biskuit,

crakers, keripik serta makan kering yang asin.

3) Makanan dan minuman siap saji yang dikemas dalam kaleng seperti sarden,

sosis, kornet, sayur – mayur serta buah – buahan dalam kaleng.

4) Makanan yang telah diawetkan terlebih dahulu yaitu dendeng, asinan sayur

atau buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang.

5) Segala tipe olahan dari susu hewani seperti susu full cream, mentega,

margarine, keju mayonise, serta protein hewani yang memiliki kandungan


34

tinggi kolesterol dan daging merah sapi atau kambing, kuning telur, kulit

ayam.

6) Bumbu dapur seperti kecap, penyedap rasa maggi, terasi, saos tomat, saos

sambal, serta bumbu penyedap lain yang pada biasanya memiliki

kandungan tinggi natrium.

7) Alkohol serta makanan yang mempunyai kandungan alcohol.

Di Indonesia terdapat perpindahan pola makan khususnya kalangan

yang tinggal di perkotaan, yang mengarah kepada makanan cepat saji dan

makanan – makanan yang diawetkan, walau telah diketahui bahwa makanan-

makanan tersebut mengandung tinggi garam, lemak jenuh, dan rendah serat,

dan hal ini sudah mulai terjadi terutama di kota-kota besar di Indonesia

(Rompas, 2021). Perubahan pola hidup yang perlu dilakukan adalah dengan

mulai rajin berolahraga secara rutin dan teratur setiap harinya. Senam hipertensi

adalah olahraga yang memiliki manfaat untuk menurunkan tekanan darah

tinggi. Senam ini merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan secara

teratur dan memiliki manfaat untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Arindari

& Alhafis, 2019).

2. 3 Konsep Terapi Senam Hipertensi

Penulis akan membahas mengenai pengertian dari senam hipertensi, apa

saja manfaat – manfaat senam hipertensi, gerakan – gerakan senam hipertensi

yang harus dilakukan dan aturan dalam melakukan senam hipertensi untuk

mencapai khasiat efektif dari senam hipertensi.


35

2. 3. 1 Pengertian Senam Hipertensi

Senam hipertensi merupakan suatu jenis olahraga yang mempunyai tujuan

untuk menaikan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot – otot dan sel –

sel tubuh yang aktif termasuk otot jantung. Senam hipertensi dapat digunakan

sebagai bentuk upaya untuk menurunkan berat badan pada penderita yang

mengalami obesitas. Senam hipertensi juga dapat mengurangi stres dan membuat

rileks setelah melakukan senam hipertensi. Selain itu senam hipertensi juga

memiliki tujuan untuk menurunkan tekanan darah, Ketika seseorang berolahraga

maka kebutuhan oksigen dalam sel akan naik diikuti oleh naiknya denyut jantung

dan curah jantung akan meningkat. Dengan demikian tekanan darah akan

meningkat untuk sementara kemudian setelah selesai berolahraga maka pembuluh

darah akan melebar dan alirah darah akan turun sekitar 30-120 menit kemudian

tekanan darah akan kembali ke keadaan semula seperti sebelum melakukan

olahraga. Dengan rutin melakukan hal tersebut maka terjadinya penurunan

tekanan darah akan jadi lebih teratur dan lebih bertahan lama. Pembuluh darah

akan semakin elastis sehingga ketika seseorang selesai berolahraga pembuluh

darah akan rileks dan tekanan darah akan turun (Ulfa, 2020).

2. 3. 2 Manfaat Senam Hipertensi

Ada beberapa manfaat dari senam hipertensi yaitu sebagai berikut:

1) Senam hipertensi memiliki manfaat untuk meningkatkan daya tahan dan daya

pompa jantung serta paru paru.


36

2) Senam hipertensi juga memiliki manfaat untuk mengurangi lemak yang

berlebihan yang ada pada penderita, dann dengan melakukan senam hipertensi

otot dan bagian – bagian tubuh lainnya akan semakin kuat dan terbentuk.

3) Senam hipertensi jika rutin dan teratur di lakukan dapat membuat

meningkatnya kelentukan, keseimbangan koordinasi, kelincahan dan daya

mampu untuk melakukan kegiatan sehari – hari (Nugraheni, 2019).

2. 3. 3 Gerakan – Gerakan Senam Hipertensi

Gerakan – gerakan senam hipertensi harus dilakukan dengan teknik-teknik

berikut:

1) Gerakan pemanasan. Ini teknik pertama yang harus dilakukan, yaitu

melakukan pemanasan agar tubuh tidak kaku saat melakukan senam

hipertensi. Selain itu untuk bagian pemanasan dapat dilakukan sebagai

berikut:

(1) Menarik napas dalam dari hidung kemudian tahan sebentar lalu buang dari

mulut sebanyak 2 kali.

(2) Lakukan gerakan menekukan kepala ke kanan dan kekiri secara bergantian

dan tahan kepala dengan satu tangan selama 8 hitungan untuk setiap

sisinya, kemudian lakukan yang sama ke sisi yang lainnya.

(3) Menyatukan kedua jari – jari tangan dan angkat tangan keatas kepala,

dengan posisi kaki kedua dibuka sejajar dengan bahu, lakukan gerakan ini

selama 8 hitungan.

2) Gerakan Inti. Gerakan inti dalam senam hipertensi memiliki 17 langkah –

langkah yang harus dilakukan. Setelah badan sudah mulai panas maka itu
37

tandanya badan sudah siap untuk melakukan senam hipertensi, maka dapat

langsung di mulai ke gerakan inti. Langkah – langkah gerakan senam

hipertensi akan di jelaskan disertai gambarnya di dalam tabel di bawah ini.

Gambar 2. 1 Langkah – langkah gerakan senam hipertensi


No. Gambar Gerakan Keterangan Gambar
Senam Hipertensi
(1) Pertama, lakukan gerakan jalan
di tempat seperti pada gambar di
samping selama 8 hitungan dan
dilakukan sebanyak 2 kali.

(2) Kedua, lakukan gerakan tepuk


tangan dengan posisi tangan
lurus ke depan seperti pada
gambar di samping selama 8
hitungan.

(3) Ketiga, lakukan tepuk jari – jari


tangan kanan dan kiri seperti
gambar di samping selama 8
hitungan.

(4) Keempat, lakukan gerakan tepuk


sela sela jari tangan kanan dan
kiri seperti gambar disamping
selama 8 hitungan
38

(5) Kelima, lakukan gerakan tepuk


sisi – sisi kelingking tangan
kanan dan kiri seperti gambar
disamping selama 8 hitungan

(6) Keenam, lakukan si sisi


sebaliknya yaitu tepuk sisi – sisi
jari jempol tangan kanan dan kiri
seperti gambar di samping
selama 8 hitungan

(7) Ketujuh, lakukan gerakan


menepuk dengan tangan lainnya
diantara bahu dan lengan di sisi
kiri. Kemudian dilanjutkan
dengan tangan kiri menepuk
diantara bahu dan lengan sisi
kanan seperti gambar di samping
dan lakukan gerakan ini selama
8 hitungan.

(8) Kedelapan, lakukan gerakan


tepuk sisi pergelangan sisi
tangan kiri dan dilanjutkan
dengan sisi tangan kanan seperti
gambar di samping, dan lakukan
gerakan ini selama 8 hitungan.
39

(9) Kesembilan, lakukan gerakan


dengan posisi tangan memberi
salam, dengan merapatkan jari
jari tangan kanan dan kiri di
tengah dada seperti pada gambar
di samping, kemudian lakukan
gerakan menurunkan salam dan
menaikan kembali, lakukan
gerakan ini selama 8 hitungan.

(10 Kesepuluh, lakukan gerakan


) mengepal dan membuka jari –
jari tangan kanan dan kiri secara
bersamaan dengan posisi tangan
lurus kedepan selama 8 hitungan
seperti pada gambar di samping.

(11 Kesebelas, lakukan gerakan


) tepuk bahu lengan kiri dengan
tangan kanan, kemudian lakukan
sebaliknya seperti pada gambar
di samping masing masing
selama 8 hitungan.

(12 Kedua belas, lakukan gerakan


) tepuk perut secara perlahan
selama 8 hitungan

(13 Ketiga belas, lakukan gerakan


) tepuk di depan paha kanan dan
kiri secara bersamaan dengan
kedua telapak tangan selama 8
hitungan seperti pada gambar di
samping.
40

(14 Keempat belas, lakukan gerakan


) tepuk pinggul belakang dengan
kedua telapak tangan selama 8
hitungan seperti pada gambar di
samping.

(15 Kelima belas, lakukan gerakan


) tepuk betis dari samping kanan
dan kiri secara bersamaan
dengan telapak tangan selama 8
hitungan seperti pada gambar di
samping.

(16 Keenam belas, lakukan gerakan


) jongkok dengan tangan lurus ke
depan lalu berdiri dengan tangan
tetap luru kedepan seperti pada
gambar di samping selama 8
hitungan.

(17 Ketujuh belas, yaitu lakukan


) gerakan terakhir dari Gerakan
inti adalah menjinjitkan kedua
kaki seperti gambar disamping
selama 8 hitungan

Catatan : Gerakan inti ini harus dilakukan sebanyak 3 – 4 kali dalam


satu terapi, diulang dari Gerakan pertama sampai Gerakan terakhir
secara teratur.

3) Gerakan Pendinginan. Seluruh Gerakan akan ditutup dengan Latihan tarik

nafas dalam kembali yang dilakukan dengan cara menarik nafas dari hidung

sambil mengangkat bahu, tahan 3 detik kemudian buang dari mulut secara
41

perlahan sambil menurunkan bahu, lakukan selama 8 hitungan dengan diulang

sebanyak 3 kali. Sumber: (Nugraheni, Andarmoyo, & Nurhidayat, 2019)

2. 3. 4 Aturan Senam Hipertensi

Senam hipertensi dapat dikatakan efektif jika dilakukan sesuai aturannya.

Senam hipertensi harus dilakukan secara teratur dan rutin untuk mendapatkan

hasil yang maksimal. Senam hipertensi dilakukan sebaiknya minimal 2 kali dalam

seminggu, kemudian senam dilakukan dengan periode selama 20-30 menit.

Gerakan inti senam dapat diulang sebanyak 2 – 3 kali. Selain itu untuk merasakan

manfaat senam hipertensi dengan keberhasilan menurunkan tekanan darah tinggi

harus diiringi dengan menjaga pola hidup seperti mulai rajin berolahraga, makan

makanan yang bernutrisi, mengurangi stress, tidur yang cukup, kurangin asupan

natrium, mencukupi asupan kalium kemudian berhenti merokok dan minum

minuman berkafein atau beralkohol (Ulfa, 2020).

2. 4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Penulis akan membahas mengenai definisi keluarga, tipe keluarga, fungsi

keluarga, peran keluarga, tingkat perkembangan keluarga, tugas kesehatan

keluarga, dan peran perawar dalam keluarga.

2. 4. 1 Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga

Pelayanan keperawatan kepada keluarga merupakan salah satu bagian dari

cakupan pelayanan keperawatan yang dilaksanakan di komunitas. Pelayanan

keperawatan keluarga yang kala ini bertumbuh ialah bagian dari pusat kesehatan

pelayanan warga ataupun yang biasa disebut dengan pusat kesahatan masyarakat.
42

Keperawatan keluarga ialah suatu proses pemberian pelayanan kesehatan yang

cocok dengan kebutuhan keluarga dalam lingkup aplikasi keperawatan. Pelayanan

keperawatan keluarga ialah suatu pelayanan yang dilakukan secara holistik.

Pelayanan keperawatan ini menempatkan keluarga serta komponennya selaku

fokus pelayanan serta mengaitkan anggota keluarga dalam sesi pengkajian,

perencanaan, penerapan, serta penilaian aksi keperawatan dengan memobilisasi

sumber- sumber pelayanan kesehatan yang ada di keluarga serta sumber- sumber

dari profesi lain tercantum pemberi pelayanan kesehatan serta zona lain di

komunitas. Pelayanan keperawatan keluarga di rumah merupakan sesuatu

integrasi pelayanan kepada keluarga buat menunjang kebijakan pelayanan

kesehatan di warga sehingga bisa menanggulangi permasalahan kesehatan klien

serta keluarga di rumah. Aplikasi keperawatan buat keluarga ini terdiri dari

pelayanan secara holistik yang menempatkan keluarga selaku fokus pelayanan

ataupun orang selaku pencari sokongan dalam praktiknya buat mendukung

keterlibatan anggota keluarga dalam pengkajian, pengambilan keputusan,

perencanaan serta perawatan. Disamping itu perawat diharapkan bisa

memobilisasi sumber– sumber serta pelayanan yang mencakup pengkajian,

pembelajaran serta dorongan dan mengantarkan sumber- sumber dari profesi lain

tercantum pemberi pelayanan zona kesehatan serta komunitas (Riasmini, et al.,

2017)

Dalam buku yang ditulis oleh Riasmini, et al. (2017), dibahas ada dua

level dalam pemberian asuhan keperawatan yaitu asuhan keperawatan untuk

individu dalam keluarga dan asuhan kepada keluarga. Asuhan keperawatan


43

permasalahan yang membutuhkan tindak lanjut di rumah (orang dalam konteks

keluarga). Asuhan keperawatan diberikan pada orang di rumah dengan

mengaitkan kedudukan dan aktif segala anggota keluarga. Asuhan keperawatan

keluarga ditujukan pada keluarga yang memiliki gangguan kesehatan ataupun

keluarga yang memiliki masalah kesehatan yang ditemukan dalam masyarakat dan

dilakukan di rumah keluarga. Pemberian pelayanan bagi keluarga mengharapkan

keluarga menjadi mandiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menerima

tim kesehatan yang ingin menolong. Tingkat kemandirian keluarga dilihat dari

tujuh kriteria kemampuan yang telah dicapai oleh keluarga dalam proses

penerimaan pelayanan dari perawat yaitu:

1) Kriteria Pertama: Keluarga menerima kehadiran perawat.

2) Kriteria Kedua: Keluarga menerima pelayanan kesehatan yang diberikan

perawat tepat dengan rencana keperawatan keluarga.

3) Kriteria Ketiga: Keluarga mengenali dan dapat megungkapkan masalah

kesehatannya kepada perawat secara benar.

4) Kriteria Keempat: Keluarga menyadari serta memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang sesuai anjuran.

5) Kriteria Kelima: Keluarga melaksanakan tindakan keperawatan simpel dan

tepat sesuai anjuran.

6) Kriteria Keenam: Keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif

7) Kriteria Ketujuh: Keluarga melakukan aksi promotif secara aktif


44

Ada prinsip – prinsip perawatan keluarga yang penting dan harus

diperhatikan ketika memberikan asuhan keperawatan keluarga. Prinsip – prinsip

perawatan keluarga meliputi:

1) Keluarga merupakan unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

2) Sehat ialah tujuan utama dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga.

3) Asuhan keperawatan yang diberikan selaku fasilikasi untuk menggapai

peningkatan kesehatan keluarga.

4) Perawat melibatkan peran aktif seluruh anggota keluarga untuk merumuskan

masalah dan kebutuhan keluarga dengan harapan mengatasi masalah

kesehatannya.

5) Mengutamakan kegiatan – kegiatan yang bersifat promotif serta preventif

dengan tidak mengabaikan upaya kuratif serta rehabilitatif.

6) Menggunakan sumber energi keluarga semaksimalnya demi kepentingan

kesehatan keluarga.

7) Sasaran asuhan keperawatan keluarga merupakan keluarga secara totalitas dan

diutamakan keluarga yang berisiko tinggi.

8) Aktivitas dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan sambil

melakukan pendekatan proses keperawatan yang diberikan di rumah

(Riasmini, et al., 2017).

2. 4. 2 Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga

Pengkajian ialah suatu tahapan dikala seorang perawat mengambil data

secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Pengkajian ialah

ketentuan utama buat mengenali permasalahan. Pengkajian keperawatan wajib


45

dilakukan diawal buat mendapatkan secara awal masalah keperawatan keluarga.

Pengkajian keperawatan bersifat dinamis, interaktif serta fleksibel. Hasil

informasi yang diperoleh secara sitematis dan terus menerus dengan

menggunakan alat pengkajian akan disatukan. Pengkajian umumnya dapat

memakai cara observasi, wawancara serta pemeriksaan fisik. Pengkajian ini

memiliki 2 tahapan, pada sesi pertama pengkajian berfokus pada permasalahan

dari kesehatan keluarga, kemudian pada sesi kedua pengkajian tersebut

menyajikan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas kesehatan

keluarga. Tetapi dalam pelaksanaannya, tahapan ini dilakukan secara bersamaan.

Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing tahap pengkajian. Variabel data

dalam pengkajian keperawatan keluarga mencakup:

1) Data Umum/Identitas keluarga yang berisi nama kepala keluarga, komposisi

anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehari-hari, jarak pelayanan

kesehatan terdekat dan alat transportasi.

2) Kondisi kesehatan dari semua anggota keluarga yang menjabarkan nama,

hubungan dengan keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir,

pekerjaan saat ini, status gizi, tanda tanda vital, status imunisasi dasar, dan

penggunaan alat bantu atau protesa serta status kesehatan anggota keluarga

saat ini meliputi keadaan umum, riwayat penyakit/ alergi.

3) Isi data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (saat ini

sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosis medis, rujukan

dokter atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi, cairan, perkemihan,

pernapasan, muskuloskeletal, neurosensori, kulit, istirahat dan tidur, status


46

mental, komunikasi dan budaya, kebersihan diri, perawatan diri sehari-hari,

dan data penunjang medis individu yang sakit (lab, radiologi, EKG, USG).

4) Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan pemukiman antara

lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat pembuangan sampah dll.

5) Struktur Keluarga, struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai (value),

komunikasi, kekuatan Komponen struktur keluarga ini akan menjawab

pertanyaan tentang siapa anggota keluarga, bagaimana hubungan diantara

anggota keluarga.

6) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel perkembangan keluarga

ini akan menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas perkembangan ke

luarga.

7) Fungsi Keluarga. Fungsi keluarga terdiri dari aspek instrumental dan ekspresif

Aspek instrumental fungsi keluarga adalah aktivitas hidup sehari-hari seperti

makan, tidur, pemeliharaan kesehatan. Aspek ekspresif fungsi keluarga adalah

fungsi emosi, komunikasi, pemecahan masalah, keyakinan dan lain-lain.

Pengkajian variabel fungsi keluarga mencakup kemampuan keluarga dalam

melakukan tugas kesehatan keluarga, meliputi kemampuan mengenal masalah

kesehatan, mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan yang tepat,

merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah yang

sehat dan menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat

(Riasmini, et al., 2017).

Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga meliputi:


47

1) Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga dapat diperoleh dari

wawancara dengan klien berkaitan dengan kejadian sebelumnya dan kejadian

sekarang, penilaian subyektif misalnya pengalaman setiap anggota keluarga,

maupun temuan yang objektif misalnya hasil observasi berbagai fasilitas yang

ada dirumah keluarga.

1) Sumber data keluarga dapat juga diperoleh dari informasi yang tertulis atau

lisan dari berbagai agensi yang berhubungan atau bekerjasama dengan

keluarga, atau informasi dari anggota tim kesehatan lain (Riasmini, et al.,

2017.)

2. 4. 3 Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data

dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-

tindakan dimana perawat bertanggung jawab. melaksanakannya. Diagnosis

keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah

dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga,

fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat aktual, risiko

maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab

untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan

berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. Daftar diagnosis keperawatan

keluarga dapat dilihat pada buku North American Nursing Diagnosis Association

(NANDA) (Riasmini, et al., 2017).


48

2. 4. 4 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga

Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi

masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap

perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan disusun dengan penekanan pada

partisipasi klien, keluarga dan koordinasi dengan tim kesehatan lain. Perencanaan

men cakup penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Tahapan

penyusunan perencanaan keperawatan keluarga adalah dengan menetapkan

prioritas masalah terlebih dahulu. Menetapkan prioritas masalah/diagnosis

keperawatan keluarga adalah dengan menggunakan skala untuk menentukan

piroritas.

Skoring = (Skor/Angka tertinggi) x Bobot

Cara Skoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

3) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria.

Kemudian dilajutkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi penentuan prioritas. Penentuan prioritas masalah didasarkan dari

empat kriteria yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi

masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah, akan dijelaskan sebagai

berikut:
49

(1) Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan

pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan

biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

(2) Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah perawat perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut:

(1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani

masalah

(2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.

(3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.

(4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

masyarakat dan sokongan masyarakat.

(3) Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan adalah:

(1) Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.

(2) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.

(3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan tindakan yang tepat

dalam memperbaiki masalah.

(4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah

potensi untuk mencegah masalah.

(4) Kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu menilai persepsi

atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor yang

tertinggi yang terlebih dahulu diberikan intervensi keluarga. Adapun hal-hal


50

yang harus diperhatikan dalam penyusunan tujuan keperawatan keluarga

yaitu:

(1) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan untuk

mencapai suatu hasil.

(2) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-benar dapat

diukur dan dapat dicapai oleh keluarga.

(3) Tujuan menggambarkan berbagai alternatif peme cahan masalah yang

dapat dipilih oleh keluarga.

(4) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnosis

keperawatan keluarga dan faktor faktor yang berhubungan.

(5) Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung jawab keluarga

dalam pemecahan masalah. Penyusunan tujuan harus bersama-sama

dengan keluarga (Riasmini, et al., 2017).

2. 4. 5 Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga

Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan pada

individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implementasi yang

ditujukan pada individu meliputi:

1) Tindakan keperawatan langsung

2) Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar

3) Tindakan observasi

4) Tindakan pendidikan kesehatan

Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi:


51

1) Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi

kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat

terhadap masalah.

2) Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat untuk

individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan

tindakan, mengiden tifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, men

diskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit

dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan

fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan

menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan

keluarga, melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan keluarga,

membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (Riasmini, et

al., 2017).

2. 4. 6 Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga

Evaluasi keperawatan memiliki kesesuain dengan tindakan yang telah

diberikan sebelumnya, penilaian dan evaluasi ini diperlukan untuk melihat ada

atau tidaknya keberhasilan tindakan. Bila tidak atau belum berhasil, maka perlu

disusun kembali rencana baru. Pemberian asuhan keperawatan kepada klien


52

mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke rumah keluarga,

oleh karena itu maka dilaksanakan kunjungan secara bertahap sesuai dengan

waktu dan kesediaan klien/keluarga. Tahapan evaluasi dilakukan selama proses

asuhan keperawatan dan pada akhir pemberian asuhan. Perawat harus

mengevaluasi status dan kemajuan klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil

dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi ini

biasanya meliputi pengkajian dalam kemajuan status kesehatan individu dalam

keluarga, membandingkan respon individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan

menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta kemajuan pencapaian tujuan

keperawatan (Riasmini, et al., 2017)


BAB 3

TINJAUAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang proses keperawatan meliputi pengkajian,

analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi

keperawatan, catatan perkembangan, dan evaluasi.

3. 1 Pengkajian

Penulis akan memaparkan identitas dari klien kelolaan beserta data data

keluarga seperti tahapan perkembangan keluarga, keadaan sosial dan lingkungan

keluarga, struktur, fungsi dan peranan keluarga, manajemen koping dan stress

keluarga, dan pemeriksaan fisik klien kelolaan.

3. 1. 1 Identitas Klien

Nama : Ny. N

Tempat/ tanggal lahir : Bandung, 01 Juli 1963

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 59 tahun

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : RT 03/RW 06 Desa Karyawangi

53
54

Komposisi Keluarga :

Tabel 3. 1 Komposisi Keluarga


No. Nama Umur Jenis Pendidikan Hubunga Pekerjaan
Kelamin n
Keluarga
1. Tn. O 64 tahun Laki-laki SD Suami Petani
2. Ny. N 59 tahun Perempuan SD Istri Ibu RT
3. An. A 33 tahun Laki-laki SMA Anak Petani

Genogram Keluarga Tn. O:

Gambar 3. 1 Genogram Keluarga Tn. O


55

Keterangan Genogram:

Gambar 3. 2 Keterangan Gambar Genogram

Dari genogram yang tertera pada gambar di atas telah dijelaskan bahwa

tipe keluarga dari klien Ny. N yaitu tipe keluarga Nuclear Family atau keluaga inti

yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya.

Klien Ny. N dan Tn. O hanya memiliki 1 orang anak yaitu Tn.A yang sudah

bekerja di dekat rumah Klien dan suami. Tn. O adalah anak kedua dari tiga orang

bersaudara kemudian Tn. O menikah dengan Ny. N. Klien kelolaan adalah Ny. N,

yang merupakan anak ke 5 dari 6 bersaudara. Dari genogram juga dapat kita lihat
56

bahwa penyakit hipertensi yang di derita oleh klien Ny. N merupakan penyakit

yang diturunkan oleh ibunya Ny. N ke klien.

(1) Tipe Keluarga. Tipe keluarga Tn. O adalah tipe keluarga Nuclear Family

(Keluarga inti). Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang

diperoleh dari keturunannya (lahir dari rahim ibu) atau adopsi atau dari yang

keduanya.

(2) Suku Dan Bangsa Keluarga Tn. O. Suku dan bangsa dari keluarga Tn. O

adalah Sunda. Bahasa yang dipakai oleh keluarga dalam kehidupan sehari hari

dirumah maupun di lingkungan keluarga adalah Bahasa Sunda dan Bahasa

Indonesia. Tn. O dan Ny. N lahir asli di Bandung, dan budaya yang dimiliki

keluarga tidak ada pertentangan dengan masalah kesehatan.

(3) Agama Keluarga Tn. O. Agama yang dipercayai oleh keluarga Tn. O adalah

Islam. Tidak ada perbedaaan keyakinan yang dianut oleh sekeluarga. Tidak

ada perbedaan praktik ibadah antar anggota keluarga, Keluarga Tn. O selalu

menjalankan ibadah sesuai aturan dan jadwalnnya. Bagi keluarga Tn. O,

agama dianggap sebagai sebuah dasar dari kepervayaan dan nilai yang

memengaruhi kehidupan keluarga Tn. O. Klien Ny. N sangat rajin mengikuti

kegiatan agama seperti pengajian di lingkungan sekitar.

(4) Aktivitas Rekreasi Keluarga. Keluarga mengatakan bahwa mereka sangat

jarang melakukan aktivitas rekreasi ke tempat wisata setelah pandemi covid-

19. Sarana hiburan yang keluarga gunakan untuk menghibur hanya televisi

dan handphone. Kegiatan ketika waktu kosong di rumah adalah keluarga akan
57

duduk berdampingan untuk menonton televisi atau kadang – kadang keluarga

duduk di teras rumah untuk mengobrol satu sama lain bahkan bersama

tetangga yang ada. Adapun kegiatan menghibur lain yang biasa dilakukan oleh

keluarga yaitu dengan berkunjung ke rumah tetangga sekitar atau saudara.

3. 1. 2 Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga

Dibagian ini penulis akan membahas tentang tahapan perkembangan

keluarga saat ini, perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat

kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan keluarga sebelumnya, sebagai berikut:

1) Tahapan Dari Perkembangan Keluarga Saat Ini:

Pada saat ini tahapan perkembangan keluarga Tn. O berada pada tahapan

perkembangan kedelapan yaitu, tahapan perkembangan dimana orang tua

paruh baya dalam keluarga yang melepas anak terakhir yang sudah dewasa

kemudian anak meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan

pensiunnya atau kematian salah satu pasangan. Pada tugas perkembangan

tahap ini yaitu keluarga menyediakan lingkungan untuk menjaga bahkan

meningkatkan Kesehatan, kemudian keluarga memperoleh proses baru

dengan memasukkan anggota keluarga baru, lalu melanjutkan untuk

mempengaruhi dan menyesuaikan kembali. Mempertahankan kepuasan dan

hubungan yang bermakna antara orang tua dan anak, serta memperkuat

hubungan pernikahan.

2) Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi:


58

Keluarga belum ada persiapan untuk beradaptasi dengan perubahan

kehilangan pasangan, kawan, ataupun saudara. Kemudian keluarga juga

belum mampu mempertahankan kesehatan masing-masing anggota

keluarga, dan merawat anggota keluarga yang sakit, keluarga mengatakan

tidak dapat merawat anggota keluarganya sakit secara baik karena

disibukkan oleh pekerjaan masing-masing.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga Inti:

Pada saat dikaji Keluarga inti memiliki Kesehatan yang cukup baik, hanya

klien Ny. N yang menderita tekanan darah tinggi, tapi itu tidak

mengganggu sepenuhnya kegiatan sehari hari klien dan keluarga.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya:

Riwayat kesehatan keluarga yang sebelumnya akan diuraikan dalam bentuk

tabel sebagai berikut.

Tabel 3. 2 Riwayat Kesehatan Keluarga

No. Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


Kesehatan Kesehatan Penanganan
1. Tn. O 64 60 kg Hidup sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
tahun masalah
kesehatan
2. Ny. N 59 67 kg Hidup sakit Lengkap Memiliki Minum obat
tahun dengan hipertensi hipertensi
hipertensi setiap hari
3. An. A 34 Tidak Hidup sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
tahun terkaji masalah
kesehatan
59

3. 1. 3 Lingkungan

(1) Karakteristik Rumah. Tempat tinggal klien berada di Desa Karyawangi di RT

03/RW 06, dimana hidup sangat berdekatan dengan tetangga satu sama lain.

Model rumah yang ditempati keluarga Tn. O adalah rumah sederhana dan

milik sendiri dengan ukuran yang sedang. Rumah Tn. O terdiri dari 1 ruang

tamu, 1 ruang keluarga, 3 ruang kamar, 1 ruang dapur, 1 tempat berjualan dan

1 kamar mandi. Rumah Tn. O berlantai semen dan sudah berubin. Dinding

rumah Tn. O di tempel menggunakan sticker wallpaper dinding. Rumah Tn. O

merupakan bangunan permanen, yang memiliki jendela di setiap ruangan,

memiliki pencahayaan yang bagus dan dapur yang layak pakai untuk masak

dan toilet di dalam yang memiliki ruangan khusus sendiri.

Gambar 3. 3 Denah Rumah Keluarga Tn. O

Keterangan Gambar:

No. 1: Ruang Tamu

No. 2: Ruang Keluarga

No. 3: Tempat Berjualan


60

No. 4: Kamar Tidur 1

No. 5: Kamar Tidur 2

No. 6: Kamar Tidur 3

No. 7: Dapur

No. 8: Kamar Mandi

No. 9: Halaman Depan Rumah

(2) Ventilasi dan Penerangan. Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn. O

mempunyai ventilasi, yang mana ventilasi tersebut berfungsi dengan baik.

Begitu juga halnya dengan pencahayaan dari rumah keluarga Tn. O, rumah ini

mempunyai banyak jendela serta mempunyai 2 jendela kecil, dengan perihal

ini nampak jelas kalau rumah yang dihuni oleh keluarga Tn. O sudah lumayan

terpapar dengan sinar matahari.

(3) Persediaan Air Bersih. Sumber air bersih keluarga Tn. O berasal dari air

sumur yang mana air tersebut dinaikan memakai mesin air, air tersebut

digunakan buat keperluan sehari hari seperti memasak, mencuci, dan mandi.

Buat air minum klien biasanya memasak air mentah sampai matang kemudian

ditaruh disuatu wadah untuk disimpan buat jadi persediaan air minum serta

bila habis klien kembali memasak air lagi.

(4) Pembuangan Sampah. Keluarga mengatakan tempat pembuangan sampah di

rumah Tn. O berada di belakang rumahnya, kemudian jika tumpukan sampah

sudah menumpuk, akan ada satu orang di RT tempat tinggal yang akan

membawanya ke tempat pembuangan sampah terakhir.


61

(5) Kamar Mandi/Toilet. Keluarga berkata bahwa kamar mandi di rumah

memakai toilet jongkok dengan sumber air memanfaatkan air sumur yang

memakai mesin pam. Jarak antara septitank serta sumur ialah ± 10 m. Klien

memakai 1 kamar mandi buat mandi serta buang air besar maupun buang air

kecil.

(6) Lingkungan sekitar rumah. Kawasan lingkungan disekitar rumah Tn. O

tampak bersih, disamping serta depan rumah Tn. O banyak ada tumbuh-

tumbuhan. Tn. O menanam sayur sayur- mayur di depan rumah serta

disamping rumah.

(7) Sarana komunikasi dan transportasi. Sarana transportasi keluarga Tn. O adalah

motor dan sarana komunikasi nya menggunakan telepon genggam dan

menggunakan bahasa Sunda untuk berkomunikasi sehari hari.

(8) Sarana Hiburan. Sarana hiburan di keluarga Tn. O adalah Televisi. Mereka

sena menonton jika ada waktu luang bersama.

(9) Sarana Pelayanan Kesehatan. Keluarga Tn. O senantiasa menggunakan sarana

pelayanan kesehatan yang sangat dekat dari rumahnya, kala terdapat keluarga

yang sakit hingga Tn. O hendak membawanya ke pelayanan kesehatan

tersebut.

3. 1. 4 Sosial

1) Karakteristik tetangga dan komunitas. Di lingkungan keluarga Tn. O

tetangganya rata – rata ialah suku sunda yang sama dengan keluarga Tn. O,

sanitasi tempat tinggal keluarga Tn. O sudah lumayan bagus. Rumah yang

terletak di dekat rumah klien rata – rata sudah rumah permanen dan semi
62

permanen. Profesi di komunitas mayoritas adalah petani sayur – sayuran,

peternak sapi dan pedagang. Sarana yang ada di dalam komunitas lumayan

banyak semacam Masjid, Posyandu, PUSKESMAS, Sekolah Dasar serta

Bidan desa, dan transportasi di daerah tersebut sudah mudah dijangkau,

kebanyakan para warga sekitar rumah klien memakai motor buat melakukan

aktivitas sehari-hari dan angkot untuk angkutan umum.

2) Mobilitas geografis keluarga. Keluarga Tn. O sudah turun temurun tinggal di

Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat serta

tidak pernah berpindah-pindah.

3) Perkumpulan keluarga serta interaksi dengan masyarakat. Anggota keluarga

Tn. O kerap berkumpul sekeluarga dan menyaksikan televisi bersama – sama.

Anggota keluarga Tn. O kadangkala pergi ke Masjid untuk beribadah bersama

– sama, klien rutin mengikuti pengajian di RT tempat tinggalnya dengan

warga lainnya. Keluarga giat mengikuti aktivitas perkumpulan keluarga

seperti bila terdapat kumpulan hari lebaran atau lebaran haji, maka keluarga

berkumpul dan makan bersama. Begitu pula bila terdapat aktivitas kerja bakti

atau mengaji di RT keluarga aktif mengikutinya.

4) Sistem pendukung dalam keluarga. Tn. O sebagai kepala keluarga dan tiap

keputusan dalam keluarga diambil dengan mengajak anggota keluarga lain

buat bermusyawarah, apabila anggota keluarga lain merasa terdapat

permasalahan ataupun kesusahan keluarga senantiasa memberitahukan ke

anggota keluarga lainnya, sehingga seluruh anggota keluarga bersama


63

membantu satu sama lainnya. Karena anak keluarga ini sudah menikah dan

telah bekerja maka keluarga didukung oleh anaknya.

3. 1. 5 Struktur Keluarga

Pada bagian struktur keluarga ini akan dibahas pola komunikasi keluarga,

struktur kesehatan keluarga, struktur peran keluarga secara formal dan informal,

serta nilai dan budaya yang dianut keluarga yang akan diuraikan sebagai berikut:

1) Pola Komunikasi. Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, bahasa

yang dipakai setiap hari adalah bahasa sunda. Frekuensi komunikasi antar

anggota keluarga cukup baik, suami dan istri sering berkomunikasi, sang anak

juga sering berkunjung ke rumahnya. Pola komunikasi keluarga terbuka antara

bapak, ibu dan anak. Setiap ada masalah selalu dibicarakan dan dipecahkan

secara bersama. Mereka dapat mengungkapkan pendapatnya masing-masing.

Mereka jarang berselisih paham. Bahasa sehari-hari yang digunakan dalam

keluarga yaitu bahasa Sunda, dan tidak ada hambatan komunikasi di dalam

keluarga Tn. O.

2) Struktur Kekuatan Keluarga. Pengendali keluarga adalah suami sebagai kepala

keluarga, tapi suami juga memberi kesempatan untuk anggota keluarga untuk

mengambil keputusan. Keputusan besar biasanya diambil oleh kepala keluarga

dengan mendengarkan opini masing masing anggota keluarga.

3) Struktur Peran, struktur peran keluarga Tn. O akan dijabarkan sebagai berikut:

(1) Tn. O

Peran Formal: Tn. O merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab

untuk mencari nafkah, dan menafkahi keluarganya. Tn. O juga berperan


64

sebagai pendidik bagi anaknya dan pelindung bagi istri dan anaknya.

Namun bila ada masalah terjadi dalam mendidik anak, Ny. N juga ikut

turut serta bertanggung jawab.

Peran Informal: Tn. O berperan sebagai pembimbing bagi keluarganya,

membimbing istri dan anak – anaknya. Pada posisi ini tidak ada masalah

yang harus ditemukan oleh Tn. O dan untuk menyadari itu semua harus

dijalanin. Tn. O dapat menjalankan perannya dengan baik.

(2) Ny. N.

Peran Formal: Ny. N berperan sebagai ibu rumah tangga yang tugasnya

merawat suaminya dan anaknya. Dalam menjalankan perannya Ny. N

tidak memiliki masalah dan ia mampu menjalankan perannya dengan baik.

Peran Informal: Ny. N selaku sebagai ibu rumah tangga juga berperan

penting dalam mendidik anaknya serta membimbing anaknya. Disamping

itu Ny. N juga ikut serta membantu suami dalam memenuhi kebutuhan

keluarga, seperti Ny. N berjualan di warung untuk memenuhi kebutuhan

sehari – hari keluarga.

(3) An. A

Peran Formal: An. A merupakan anak dari Tn. O dan Ny. N yang berperan

sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Menurut kepada

orang tua, tidak menyakiti orang tua dan membantu orang tua dalam

kegiatan sehari – hari. Dalam menjalankan perannya An. A mampu dan

tidak merasa kesulitan.

Peran Informal: An. A disini berperan sebagai pengabdi pada kedua orang
65

tuanya dan membantu orang tua memenuhi kebutuhan sehari harinya. An.

A dapat menjalankan perannya ini dengan baik tanpa adanya konflik yang

terjadi.

4) Nilai dan Norma Budaya. Nilai dan norma yang berlaku dikeluarga

menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan norma yang berlaku di

lingkungannya. Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila

ada keluarga yang sakit keluarga berusaha membelikan obat diwarung/toko

terdekat atau ke Puskesmas. Dalam setiap hari keluarga menjalani hidup

dengan tuntunan agama islam. Norma kesopanan sangat kental ada didalam

keluarga Tn. O.

3. 1. 6 Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif. Keluarga mengajarkan anak agar memperhatikan saudara

saudara sepupu dan mau membantu keluarga. Sikap saling menghormati antar

anggota keluarga masih tetap diajarkan. Keluarga selalu menjaga komunikasi

agar rumah tangga tetap harmonis.

2) Fungsi Sosial. Tn O mengatakan bahwa hubungan sosial keluarga cukup

harmonis. Keluarga dapat bersosialisasi dengan baik antara satu sama lain.

Fungsi keluarga untuk mengembangkan dan melatih kehidupan sosial sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain berhasil

diterapkan. Tidak ada hambatan bagi keluarga Tn. O untuk bersosialisasi

dengan satu sama lain, di dalam rumah maupun di luar rumah seperti di

komunitas dan tetangga. Meski Ny. N memiliki sakit hipertensi namun tidak
66

ada batasan bagi Ny. N untuk bersosialisasi dengan keluarga maupun tetangga

– tetangga.

3) Fungsi Ekonomi. Tn. O debagai Kepala keluarga bekerja sebagai petani dan

menjual susu sapi ternaknya sendiri untuk mencari nafkah, dan juga istri

membantu Tn. O untuk menghasilkan uang dengan berjualan di warung

samping rumah. Keluarga Tn. O berada di tingkat ekonomi rendah namun Tn.

O berusaha memenuhi kebutuhan keluarga secara finansial.

4) Riwayat kesehatan saat ini. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal

13 Juli 2022 diketahui bahwa saat ini keluarga khususnya Ny. N mengalami

masalah kesehatan. Yang mana tekanan darah pada Ny. N saat ini 160/100

mmHg, Ny. N mengatakan saat tekanan darahnya sedang tinggi dia merasakan

kepalanya sakit terkadang seperti ditusuk – tusuk oleh jarum, kepala pusing

dan leher terasa berat, dan terkadang mata berkunang – kunang, jika gejalanya

bertambah parah maka dia akan beristirahat dan tidur. Ny. N mengatakan

jarang melakukan pemeriksaan ke pusat kesehatan karena harus bekerja setiap

hari. Jika klien sakit, klien hanya akan meminum obat yang ada dirumah, dan

bila bertambah parah dulu baru klien mau pergi ke fasilitas Kesehatan

terdekat. Ny. N dulu sering mengonsumsi makanan yang asin karena Ny. N

tidak suka jika makanannya terasa ambar. Ny. N mengatakan bahwa dia rajin

minum obat sesuai anjuran dokter.

5) Riwayat Kesehatan Dahulu. Ny. N mengatakan sudah mengalami hipertensi ±

5 tahun yang lalu, dan belum pernah dirawat karena penyakit hipertensinya.

Ketika tekanan darah Ny. N naik, Ny. N hanya mengonsumsi obat yang biasa
67

dia minum untuk menurunkan tekanan darahnya. Ny. N mengatakan bahwa

sebelumnya sudah pernah mencoba senam hipertensi yang diadakan di balai

desa setempat dan merasakan khasiatnya seperti badan lebih ringan dan ketika

diperiksa tekanan darah menurun.

3. 1. 7 Penepisan Masalah

Penepisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan sebagai

berikut:

(1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga yang

sakit. Saat ini keluarga Ny. N mengalami masalah kesehatan di mana Ny. N

mengalami peningkatan tekanan darah tinggi, Tn. O mengatakan hanya

mengetahui sedikit penyakit yang diderita oleh Ny. N dan sebagian lain tidak

tahu. Ny. N mengatakan hipertensi adalah tekanan darah tinggi, tanda

gejalanya seperti sakit kepala, belakang leher terasa berat. Keluarga

mengatakan kurang mengetahui tentang pengertian, penyebab serta tanda dan

gejala dari hipertensi. Ny. N mengatakan jarang melakukan pemeriksaan

kesehatan ke fasilitas kesehatan terdekat.

(2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga

yang sakit. Ny. N mengatakan bahwa tahu dampak dari penyakit

hipertensinya. Ny. N mengatakan bahwa apabila penyakitnya timbul maka dia

akan meminum obat yang rutin diminum dan akan beristirahat. Jika

kondisinya tidak membaik maka keluarga akan membawanya ke pelayanan

kesehatan karena keluarga sangat mengkhawatirkan kondisi Ny. N.


68

(3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Ny. N

mengatakan cukup mengetahui tentang apa penyebab penyakitnya, dan apa

dampak dari penyakitnya. Namun keluarga kurang mengetahui penyebab dan

dampak dari penyakit yang diderita klien. Ny. N mengatakan kalau

penyakitnya timbul maka dia menyuruh anggota keluarga mengambilkan obat

untuk diminum atau membelikan obat jika obat telah habis, untuk

dikonsumsinya dan setelah itu dia akan beristirahat sejenak. Keluarga harus

diberitahu terlebih dahulu untuk membelikan obat tanpa tahu perawatan yang

diperlukan untuk merawat anggota keluarganya yang mengalami hipertensi.

Keluarga akan membawa Ny. N ke pelayanan kesehatan jika kondisinya

semakin memburuk.

(4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan. Keluarga mengatakan

memodifikasi lingkungan dengan cara menjaga lingkungan disekitar rumah

agar tetap bersih dan segar dengan cara menanam sayur – sayuran disekitar

perkarangan rumah. Keluarga mengatakan manfaat dari menjaga lingkungan

seperti bertaman tersebut dapat mengurangi stres, merasakan tenang dan

nyaman dengan banyaknya bunga serta menambahkan kekompakan keluarga.

(5) Kemampuan menggunakan fasilitas Kesehatan. Keluarga mengatakan jika ada

salah satu anggota keluarga yang sakit dan kondisinya semakin memburuk,

maka keluarga akan membawanya ke PUSKESMAS dekat rumah terlebih

dahulu karena lokasi itu adalah tempat pelayanan kesehatan yang cukup

terdekat dengan rumahnya jika kondisinya tidak memungkinkan maka

keluarga akan membawanya ke rumah sakit terdekat.


69

3. 1. 8 Stres dan Koping Keluarga

Stresor Jangka Pendek dan Jangka Panjang dari keluarga Tn. O akan diuraikan

sebagai berikut:

(1) Stresor Jangka Pendek: Klien mengatakan hipertensi menjadi masalahnya saat

ini. Ny. N merasa khawatir jika sakitnya tidak kunjung sembuh atau malah

bertambah parah bila tidak diobati sehingga komplikasi dari penyakitnya akan

mengganggunya.

(2) Stresor Jangka Panjang: Klien mengatakan yang menjadi pikirannya yaitu

akan penyakitnya yang dideritanya. Ny. N takut akan akibat lanjut dari

penyakitnya. Ny. N takut akan semakin tinggi tekanan daranyanya dan terkena

stroke yang merupakan dampak dari penyakit hipertensinya.

(3) Kemampuan Keluarga Merespons Terhadap Situasi Stresor. Keluarga sangat

khawatir dalam menghadapi masalah Kesehatan yang dihadapi klien, namun

keluarga hanya mengatasi dengan obat yg diberikan dari dokter. Keluarga

mencari jalan keluarnya dengan datang ke fasilitas Kesehatan terdekat

rumahnya.

(4) Strategi Koping. Jika ada masalah keluarga berkumpul untuk bermusyawarah

dan berembuk agar masalah dapat terselesaikan. Selain itu keluarga juga

mencari informasi dan memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar.

Keluarga juga akan datang ke kegiatan di desa untuk meningkatkan toleransi

antar tetangga. Keluarga juga selalu berdoa dan berserah kepada Allah.
70

3. 1. 9 Pemeriksaan Fisik

Penulis melakukan pemeriksaan pada seluruh anggota keluarga Tn. O,

pemeriksaan fisik tertuang pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. 3 Tabel Pemeriksaan Fisik Keluarga Tn. O


Nama Klien Ny. N Tn. O An. N
Tekanan 160/100 mmHg 120/90 mmHg Tidak dilakukan
Darah pemeriksaan
tekanan darah.
Nadi 97 kali/menit 80 kali/menit Tidak dilakukan
pemeriksaan.
Pernapasan 20 kali/menit 20 kali/menit Tidak dilakukan
pemeriksaan.
Pemeriksaa
n Fisik :
Kepala Bentuknya bulat, dan Bentuknya bulat dan Tidak dilakukan
simetris. Tidak ada simetris, tidak ada pengkajian karena
kelainan, klien kelainan dan tidak An. A sedang tidak
mengatakan kepalanya ada keluhan. berada dirumah
sering pusing dan Keluarga selama
sakit jika tekanan pengkajian.
darah sedang tinggi.

Rambut Bersih, rambut Rambut sedikit Tidak dilakukan


berwarna hitam berminyak, warna pengkajian karena
dengan banyak rambut rambut hitam dengan An. A sedang tidak
putih dan tidak ada sedikit rambut putih. berada dirumah
ketombe. Tidak ada Kulit kepala kurang Keluarga selama
keluhan lain. bersih dengan sedikit pengkajian.
ketombe.

Konjungtiva Konjungtiva mata Konjungtiva mata Tidak dilakukan


Mata normal dan tidak normal dan tidak pengkajian karena
anemis anemis An. A sedang tidak
berada dirumah
Keluarga selama
pengkajian.

Sklera Mata Sklera mata normal Sklera mata normal Tidak dilakukan
dan tidak ikterik. dan tidak ikterik. pengkajian karena
An. A sedang tidak
berada dirumah
Keluarga selama
71

pengkajian.

Hidung Hidung normal, Hidung normal, Tidak dilakukan


bentuknya simetris bentuknya simetris pengkajian karena
dengan septum hidung dengan septum An. A sedang tidak
berada di tengah, tidak hidung berada di berada dirumah
ada sekret hidung, tengah, tidak ada Keluarga selama
tidak ada keluhan dan sekret hidung, tidak pengkajian.
klien dapat mencium ada keluhan dan klien
aroma bau tanpa dapat mencium aroma
hambatan. bau tanpa hambatan.

Telinga Telinga normal, Telinga normal, Tidak dilakukan


dengan adanya daun dengan adanya daun pengkajian karena
telinga berwarna sama telinga berwarna An. A sedang tidak
dengan kulit. Telinga sama dengan kulit. berada dirumah
bersih dan tidak ada Telinga bersih dan Keluarga selama
serumen, tidak ada tidak ada serumen, pengkajian.
lesi, bentuknya tidak ada lesi,
simetris untuk telinga bentuknya simetris
kanan dan kiri, klien untuk telinga kanan
dapat mendengar dan kiri, klien dapat
dengan normal tanpa mendengar dengan
bantuan alat bantu normal tanpa bantuan
dengar. alat bantu dengar.
Tidak ada keluhan
lain.

Mulut Bibir simetris, tidak Bibir simetris, Tidak dilakukan


ada lesi tidak ada luka, mukosa bibir lembab, pengkajian karena
mukosa bibir lembab, lidah klien bersih dan An. A sedang tidak
lidah klien bersih dan klien dapat berada dirumah
klien dapat merasakan merasakan makanan Keluarga selama
makanan dengan dengan normal. Gigi pengkajian.
normal. Gigi klien klien masih utuh
masih utuh hanya ada hanya ada gigi yang
gigi yang ditambal. ditambal. Mulut tidak
Mulut tidak berbau. berbau dan tidak ada
keluhan lain.
Leher Leher klien normal, Leher klien normal Tidak dilakukan
ketika tekanan darah tidak ada pengkajian karena
tinggi klien pembengkakan An. A sedang tidak
mengatakan terasa kelenjar thyroid. berada dirumah
kaku di leher. Tidak Keluarga selama
ada pembengkakan pengakajian.
kelenjar thyroid.
72

Dada Bentuknya simetris Bentuknya simetris Tidak dilakukan


tidak ada kelainan, dan tidak ada keluhan pengkajian karena
klien mengatakan lain. An. A sedang tidak
payudaranya juga berada dirumah
normal tidak ada lesi, Keluarga selama
bengkak, nyeri, dan pengkajian.
bentunya simetris.

Ekstremitas Bentuknya simetris Bentuknya simetris Tidak dilakukan


ekstermitas atas kanan ekstermitas atas pengkajian karena
dan kiri. Bentuknya kanan dan kiri. An. A sedang tidak
simetris untuk Bentuknya simetris berada dirumah
ekstremitas bawah untuk ekstremitas Keluarga selama
kanan dan kiri. Tidak bawah kanan dan kiri. pengkajian.
ada lesi, tidak ada Tidak ada lesi, tidak
odem, tidak ada ada odem, tidak ada
keluhan dan hambatan keluhan dan
dalam pergerakan hambatan dalam
ekstremitas. pergerakan
ekstremitas. Ada
sedikit varises di kaki
klien, tapi tidak
masalah karena tidak
menimbilkan nyeri
bagi klien.

Kulit Kulit klien berwarna Kulit Tn. O berwarna Tidak dilakukan


putih, dengan sedikit sawo matang dengan pengkajian karena
bekas luka dan ada ada banyak bekas An. A sedang tidak
tahi lalat di tempat luka yang sudah berada dirumah
tertentu dari bagian sembuh. Kulit klien Keluarga selama
tubuh klien. Kulit dapat merasakan pengkajian.
klien dapat merasakan panas dan dingin
panas dan dingin dengan baik. Klien
dengan baik. Klien dapat membedakan
dapat membedakan benda tajam, tumpul,
benda tajam, tumpul, lembut dan kasar
lembut dan kasar menggunakan
menggunakan kulitnya. Tidak ada
kulitnya. Tidak ada keluhan lain.
keluhan lain.

Turgor Turgor kulit klien Turgor kulit klien Tidak dilakukan


Kulit masih normal. Ketika agak kurang. Ketika pengkajian karena
di pencet dan dilepas di pencet dan dilepas An. A sedang tidak
73

turgor kembali dengan turgor kembali berada dirumah


baik dalam waktu dengan baik dalam Keluarga selama
kurang dari 1 detik. waktu 2 detik. pengkajian.

Keluhan Selain pusing, sakit Tidak ada keluhan Tidak dilakukan


kepala, leher kaku dari klien mengenai pengkajian karena
ketika tekanan darah masalah fisik atau An. A sedang tidak
tinggi naik klien tidak masalah kesehatan berada dirumah
memiliki keluhan klien. Keluarga selama
lainnya. pengkajian.

3. 2 Analisa Data

Penulis akan menguraikan analisa data dari hasil pengkajian pada

Keluarga Tn. O dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 3. 4 Tabel Analisa Data


No Data Masalah Penyebab
1. DS: Nyeri Ketidakmampuan
(1) Ny. N mengatakan sudah berhubungan keluarga merawat
menderita hipertensi dengan anggota keluarga
(2) Ny. N mengatakan kadang Ketidakmampuan yang sakit
pusing dan sulit tidur jika keluarga merawat
pusing anggota keluarga
(3) Ny. N memeriksakan diri ke yang sakit
petugas kesehatan apabila Hipertensi
penyakitnya sudah parah.
(4) Ny. N mengatakan tidak
tahu akibat
lanjut/komplikasi dari
hipertensi jika tekanan
darahnya tidak dapat
dikontrol.
DO:
(1) TD: 160/90 mmHg
(2) Nadi: 97x/menit
(3) Respirasi: 20x/menit
P: Nyeri bertambah saat tekanan
darah meningkat dan saat
melakukan aktivitas berat
Q: Nyeri Hilang timbul sesuai
dengan keadaan tekanan darah,
nyeri lebih terasa di kepala
kebanding di leher
74

R: Nyeri berlokasi di bagian


kepala belakang menjalar ke
leher belakang
S: Nyeri berada di skala 5 (0 –
10 )
T: Kadang kadang
2. DS:
(1) Ny. N mengatakan sudah lama Ketidakmampuan Kurangnya
menderita hipertensi. keluarga pengetahuan
(2) Selama ini, Ny. N jarang mengenal tentang hipertensi
memeriksakan diri ke petugas masalah pada keluarga Ny.
Kesehatan. kesehatan anggota N khususnya Ny.
(3) Ny. N mengatakan tidak keluarga N
mengetahui tentang pengertian
hipertensi,penyebab, tanda dan
gejala, diet, pengobatan serta
pencegahan kekambuhan.
(4) Ny. N mengeluh pusing dan
kaku pada leher saat tekanan
darahnya naik.
(5) Ny. N biasanya hanya istirahat
dan kerikan apabila
penyakitnya kambuh dan
dibawa ke petugas kesehatan
apabila penyakitnya sudah
parah.

DO :
(1) TD: 160/100 mmHg
(2) Nadi: 97x/menit
(3) Respirasi: 20 x/menit
(4) Ny. N tampak bingung dan
menjawab sedapatnya saat
ditanya tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala,
diet, pengobatan serta
pencegahan kekambuhan.

3. 3 Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa Keperawatan Keluarga yang diangkat pada kasus Klien Ny. N

ada dua, dan akan diuraikan di dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. 5 Diagnosa Keperawatan


75

No Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit hipertensi
2. Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota
keluarga yang hipertensi.
3. 4 Penilaian (scoring) Diagnosa Keperawatan

Untuk menentukan prioritas masalah dari seluruh masalah keperawatan

yang muncul sesuai kasus klien maka dibuatlah penilaian untuk setiap diagnosa

Keperawatannya. Penilaian akan diuraikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

1) Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.

Tabel 3. 6 Penilaian DX 1
No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah: 1 3 Masalah actual karena masalah
x1=1
Actual: 3 3 sudah terjadi pada Ny. N ,
Risiko: 2 tekanan darah: 160/100 mmHg
Potensial: 1 dan mengeluh nyeri kepala dan
kaku dileher.
2 Kemungkinan 2 2 Sumber daya keluarga ada,
x2=2
masalah dipecahkan: 2 namun ada keterbatasan waktu.
Mudah: 2 Fasilitas kesehatan tersedia
Sebagian: 1 karena jarak Puskesmas dekat
Tidak dapat: 0
3 Potensi masalah 1 2 2 Masalah belum terlalu berat
x1=
untuk dicegah: 3 3 tetapi sudah terjadi, masalah
Tinggi: 3 harus diatasi dengan pendidikan
Cukup: 2 kesehatan dan kolaborasi
Rendah: 1
4 Menonjolnya 1 2 Ny. N mengatakan jika sakit
x1=1
masalah: 2 akan minum obat dan akan
Segera diatasi: 2 tidur saja, untuk
Tidak segera diatasi: menyembuhkan rasa sakit
1 tersebut.
Tidak dirasakan
adanya masalah: 0
76

Total: 2
4
3
2) Diagnosa Keperawatan: Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

anggota keluarga yang hipertensi.

Tabel 3. 7 Penilaian DX 2
No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah: 1 3 Ny. N kurang mengetahui
x1=
Actual: 3 3 tentang penyakitnya secara
Risiko: 2 1 signifikan.
Potensial: 1
2 Kemungkinan 2 2 Kemungkinan masalah dapat
x2=
masalah 2 diubah Ny. N karena sudah ada
dipecahkan: 2 upaya untuk pengobatan namun
Mudah: 2 belum optimal.
Sebagian: 1
Tidak dapat: 0
3 Potensi masalah 1 3 Masalah penyakit hipertensi
x1=
untuk dicegah: 3 sudah terjadi.
Tinggi: 3 1 Ny. N mengatakan suka
Cukup: 2 mengkonsumsi makanan yang
Rendah: 1 mengandung tinggi garam.
4 Menonjolnya 1 2 Keluarga Ny. N sangat
x1=
masalah: 2 merasakan masalah penyakit
Segera diatasi: 2 1 hipertensi pada Ny. N dan
Tidak segera harus segera ditangani
diatasi: 1
Tidak dirasakan
adanya masalah: 0

Total: 5
77

3. 5 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga

Dari hasil perngkajian yang telah dilakukan kepada keluarga Tn. O dengan klien kelolaan Ny. N maka didapati ada nya

masalah keperawatan keluarga di Keluarga Tn. O. Oleh karena itu maka penulis membuat rencana asuhan keperawatan keluarga

kepada klien dan keluarga dengan tujuan untuk memecahkan masalah keperawatan tersebut. Rencana asuhan keperawatan keluarga

pada Klien Ny. N akan diuraikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 3. 8 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


No Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Kriteria Intervensi
Keperawatan Umum
1) Nyeri Setelah Setelah dilakukan Dengan kriteria hasil: Observasi:
berhubungan dilakukan tindakan (1) Identifikasi skala nyeri
(1) Klien mampu
dengan Tindakan keperawatan selama (2) Identifikasi pengetahuan dan
mengidentifikasikan
ketidakmampuan keperawatan 4 x1 jam diharapkan keyakinan tentang nyeri
nyeri.
keluarga merawat diharapkan keluarga mampu: (3) Identifikasi pengaruh nyeri pada
(2) Keluarga
anggota keluarga tingkat nyeri kualitas hidup
(1) Keluarga mengetahui
dengan hipertensi klien dapat
mengetahui dan penyebab, periode, Terapeutik:
menurun.
mampu nyeri dan strategi Berikan Teknik non farmakologis
mempraktikkan mengatasi nyeri untuk mengurangi nyeri seperti Teknik
cara merawat seperti mampu Tarik nafas dalam.
klien dengan merawat aggota (1) Kontrol lingkungan yang
membantu keluarga yang sakit
78

meredakan dengan terapi memperberat rasa nyeri


keluhan nyeri relaksasi tarik nafas
Edukasi:
pada klien yang dalam jika klien
(1) Jelaskan penyebab, periode dan
mengidap merasa nyeri.
pemicu nyeri
penyakit
(2) Anjurkan memonitor nyeri secara
hipertensi.
mandiri
(2) Keluarga
mengetahui Edukasi Manajemen Nyeri
tentang
Observasi: Identifikasi kesiapan dan
penyebab,
kemampuan menerima informasi
periode, dan
strategi Terapeutik:
meredakan nyeri. (1) Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Edukasi:
(1) Jelaskan penyebab, periode dan
strategi meredakan nyeri
(2) Anjarkan memonitor nyeri secara
mandiri
(3) Anjurkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
2) Manajemen Setelah Setelah dilakukan Dengan kriteria hasil: Edukasi tentang Hipertensi:
79

Kesehatan dilakukan Tindakan (1) Adanya usaha untuk (1) Berikan Pendidikan Kesehatan
keluarga tidak Tindakan keperawatan mengkomsumsi obat (Terlampir Leaflet) tentang
efektif keperawatan diharapkan hipertensi. Hipertensi dan penjelasaan
berhubungan diharapkan (2) Keluarga mampu lengkapnya.
(1) Keluarga mampu
dengan keluarga merawat aggota (2) Mengajarkan tentang diet
memahami
Ketidakmampuan mampu keluarga yang sakit hipertensi yaitu makanan yg
penyebab dan
keluarga memberikan dengan terapi mengandung rendah garam
faktor risiko
mengenal perawatan relaksasi jika klien (3) Menganjurkan klien untuk rajin
penyakit
masalah pada Klien merasa nyeri. memeriksakan dirinya ke
hipertensi
kesehatan (3) Keluarga pelayanan Kesehatan terdekat
(2) Keluarga mampu
anggota keluarga memeriksakan klien rumah (PUSKESMAS
mengenali tanda
yang hipertensi. ke pelayanan PARONGPONG)
dan gejala yang
Kesehatan (4) Menganjurkan kepada keluarga
ditimbulkan
(PUSKESMAS) untuk mengingatkan klien agar
penyakit
secara teratur. minum obat secara teratur.
hipertensi
(4) Klien mau minum (5) Menjelaskan dan
(3) Keluarga mampu
obat secara teratur mendemonstrasikan senam
mengenal
Hipertensi
komplikasi apa
(6) Menganjurkan klien untuk
saja yang
melakukan senam Hipertensi
mungkin muncul
sebagai terapi alternative cara non-
(4) Keluarga mampu
farmakologi untuk menurunkan
memberikan
hipertensi.
perawatan pada
klien, dengan
80

membantu
memberikan
obat,
mengingatkan
klien untuk
minum obat,
merawat klien
dengan mengajak
klien merubah
pola hidup
seperti makan
sesuai diit
hipertensi,
mengajak klien
melakukan
olahraga senam
hipertensi,
membantu klien
mengurangi
stress dan tidur
cukup setiap
malam.
81

3. 6 Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga

Setelah membuat rencana asuhan keperawatan keluarga, penulis mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan keluarga

tersebut kepada klien dan keluarga. Setiap tindakan yang penulis lakukan disetiap kunjungan ke rumah klien akan diuraikan dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 3. 9 Implementasi Keperawatan Hari Pertama

No Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Formatif


. Keperawatan
1) Nyeri akut 17 Juli 2022 (1) Memberi salam kepada klien dan S:
berhubungan dengan keluarga (1) Klien mengatakan “skala nyeri 5”
ketidakmampuan (2) Menjelaskan cara mengidentifikasi skala (2) Keluarga dan klien menyatakan mengerti
keluarga merawat nyeri cara relaksasi tarik nafas dalam
anggota keluarga. (3) Menjelaskan tentang manajemen nyeri (3) Keluarga mengerti tentang pengertian,
dengan cara teknik relaksasi nafas dalam tanda gejala, penyebab hipertensi, tanda
melalui hidung dan buang perlahan gejala pada klien adalah: sakit kepala,
melalui mulut rasa berat di tengkuk.
(4) Mengkaji pengetahuan keluarga tentang (4) Klien dan keluarga mengatakan setuju
hipertensi untuk belajar senam Hipertensi dan
(5) Mendiskusikan cara perawatan mencoba minum minuman terapi
hipertensi seperti pembatasan natrium, penurun tekanan darah tinggi agar
olahraga teratur, pengaturan berat badan, tekanan darah turun.
82

dan minum obat teratur. O:


(1) Klien dan keluarga mampu
mengidentifikasi skala nyeri
(2) Klien dan keluarga mampu
mendemontrasikan Teknik relaksi
(3) Klien dan keluarga belum mengerti
semua cara perawatan hipertensi
(4) Tekanan darah : 150/90 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2) Manajemen 17 Juli 2022 (1) Memberi salam kepada klien dan S:


Kesehatan keluarga keluarga (1) Klien dan keluarga mengatakan senang
tidak efektif (2) Mengidentifikasi kesiapan dan dan siap menerima informasi.
berhubungan dengan kemampuan menerima informasi (2) Klien dan keluarga mengatakan kurang
Ketidakmampuan (3) Memotivasi keluarga untuk memberikan paham bagaimana pola hidup sehat
keluarga mengenal dukungan kepada anggota keluarga yang untuk klien hipertensi
masalah kesehatan sakit
anggota keluarga (4) Mengingatkan kontrak waktu untuk O:
yang hipertensi. pertemuan selanjutnya (1) Klien dan keluarga tampak bingung
dengan pernyataan pola hidup sehat
Keluarga mengenal masalah: (2) Klien dan keluarga tampak antusias
(1) Menentukan kemampuan klien untuk untuk menerima edukasi kesehatan
menerima informasi yang spesifik terkait A : Masalah belum teratasi
kondisi kesehatan yang dialaminya. P : Lanjutkan intervensi
(2) Melakukan pemeriksaan Tekanan Darah
pada klien.
(3) Memilih metode dan strategi
83

pembelajaran yang tepat yaitu diskusi


dan demonstrasi.
(4) Menciptakan lingkungan yang nyaman
dan tenang.
(5) Menjelaskan tentang hipertensi
(6) Mendiskusikan mengenai tekanan darah
tinggi.
(7) Mengevaluasi pencapaian proses
pembelajaran.
(8) Memberikan pembenaran apabila
keluarga mengalami pemahaman yang
kurang tepat tentang terjadinya
hipertensi.
(9) Berikan waktu untuk bertanya dan
berdiskusi tentang hipertensi dengan
melibatkan keluarga
84

Tabel 3. 10 Implementasi Keperawatan Hari Kedua

No Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi Formatif


Keperawatan Tanggal
1) Nyeri akut 18 Juli 2022 (1) Memberi salam kepada klien dan S:
berhubungan dengan keluarga (1) Klien menyatakan “sakit kepala, rasa
ketidakmampuan (2) Menanyakan skala nyeri yang dirasakan pusing dan sakit tengkuk skala 4”
keluarga merawat klien (2) Keluarga mengatakan akan membantu
anggota keluarga. (3) Mengukur tekanan darah klien dan mengingatkan klien untuk minum
(4) Memotivasi keluarga untuk mengambil obat.
keputusan untuk merawat klien masalah (3) Keluarga mengatakan akan mencoba
hipertensi. Dukungan keluarga sangat melakukan senam Hipertensi
penting dalam mengambil keputusan O:
kepada anggota keluarga yang sakit. (1) Tekanan darah klien : 160/100mmHg
(5) Mengajarkan strategi yang dapat (2) Keluarga dan klien mampu
meningkatkan prilaku hidup sehat mendemonstrasikan Teknik relaksasi
(6) Memberikan kesempatan untuk Tarik nafas dalam
bertanya dan beri dukungan positif bagi (3) Keluarga belum dapat melakukan senam
klien dan keluarga Hipertensi dengan mandiri
(7) Menjelaskan manajemen nyeri dengan A : Masalah belum teratasi
relaksasi tarik nafas dalam P : Lanjutkan intervensi.
(8) Memotivasi klien dan keluarga untuk
menerapkan pola hidup untuk mencegah
meningkatnya tekanan darah semakin
tinggi.
(9) Menjelaskan kepada keluarga tentang
pentingnya dukungan dalam pengobatan
klien.
85

2 Manajemen 18 Juli 2022 Memberi salam kepada klien dan S:


Kesehatan keluarga keluarga, kemudian: (1) Klien mengatakan “sakit kepala, pusing
tidak efektif (1) Membantu keluarga untuk dan sakit tengkuk skala 4 ”
berhubungan dengan mendapatkan informasi tentang akibat (2) Keluarga mengatakan akan membantu
ketidakmampuan penyakitnya. dan mengingatkan klien untuk minum
keluarga mengenal (2) Memperkenalkan tentang senam obat.
masalah kesehatan Hipertensi jadi terapi penurun tekanan (3) Keluarga mengatakan akan mencoba
anggota keluarga darah tinggi. melakukan senam Hipertensi
yang hipertensi. (3) Menjelaskan manfaat dan tahapan dari O:
terapi senam Hipertensi (1) Tekanan darah 150/90 mmHg
(4) Pilih tempat yang nyaman. (2) Keluarga dari klien mampu
(5) Sediakan leaflet untuk menunjukkan mendemonstrasikan Teknik relaksasi
gambar – gambar senam Hipertensi Tarik nafas dalam
(6) Demonstrasikan senam hipertensi (3) Keluarga belum hafal dan belum dapat
dilakukan selama 15 – 30 menit. melakukan senam hipertensi secara
(7) Mengajak klien untuk melakukannya mandiri.
bersama sama A : Masalah teratasi Sebagian
(8) Dorong klien untuk melakukan terapi P : Lanjutkan intervensi
sekali hingga dua kali dalam sehari.
(9) Menyediakan informasi yang
dibutuhkan keluarga seperti
pemeriksaan tekanan darah secara rutin
kepada pelayanan kesehatan seperti
puskesmas.
86

Tabel 3. 11 Implementasi Keperawatan Hari Ketiga

No Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Formatif


. Keperawatan
1 Nyeri akut 19 Juli 2022 (1) Memberi salam kepada klien dan S:
berhubungan dengan keluarga (1) Klien mengatakan “udah gak terlalu
ketidakmampuan (2) Menanyakan skala nyeri yang dirasakan sakit kepala sama tengkuk setelah
keluarga merawat klien mencoba senam Hipertensi lebih rileks,
anggota keluarga. (3) Mengukur tekanan darah klien Nyeri Skala nyeri 2”
(4) Memotivasi keluarga untuk membantu (2) Keluarga mengatakan akan berusaha
merawat anggota keluarga yang sakit membantu dan mengingatkan klien
(5) Melakukan Teknik relaksasi nafas untuk minum obat.
dalam (3) Keluarga mengatakan akan mencoba
(6) Memotivasi klien dan keluarga untuk lagi melakukan senam hipertensi.
menggunakan cara non-farmakologis O:
seperti Senam Hipertensi untuk (1) Tekanan darah klien 150/90mmHg
menurunkan tekanan darah tinggi pada (2) Keluarga dan klien mampu
klien. mendemonstrasikan Teknik relaksasi
nafas dalam
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

2 Manajemen 19 Juli 2022 (1) Memberi salam kepada klien dan S:


Kesehatan keluarga keluarga Keluarga mengatakan akan merubah
tidak efektif (2) Mengukur tekanan darah klien perilakunya berkaitan dengan
berhubungan dengan (3) Memotivasi keluarga untuk membantu pengobatan hipertensi, khususnya
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit mengenai pengaturan pola makan dan
keluarga mengenal dan Memotivasi klien dan keluarga lebih rajin untuk melakukan aktivitas
87

masalah kesehatan untuk mengulang Senam Hipertensi. fisik.


anggota keluarga
yang hipertensi. Mampu merawat anggota keluarga yang O:
sakit: (1) Keluarga terlihat serius pada saat
(1) Mengingatkan kembali tentang diberikan edukasi.
manfaat pemberian terapi senam (2) Keluarga sudah dapat mengambil
Hipertensi. keputusan untuk pengobatan
(2) Pilih tempat yang nyaman. alternatif yang akan diberikan
(3) Sediakan musik dan leaflet kepada Ny. N yaitu terapi senam
(4) Terapi dilakukan selama 15 – 30 Hipertensi
menit. (3) Ny. N melakukan terapi senam
(5) Dorong klien untuk melakukan hipertensi dengan baik dan
terapi 2 kali hingga 4 kali dalam berharap tekanan darahnya tidak
seminggu. naik lagi.
(6) Mengevaluasi kondisi umum dan A: Masalah sudah teratasi.
kenyamanan setelah tindakan P: Intervensi terapi Senam Hipertensi
terapi. dilanjutkan.

Tabel 3. 12 Implementasi Keperawatan Hari Keempat


88

No Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Formatif


Keperawatan
1) Nyeri akut 20 Juli 2022 (1) Memberi salam kepada klien dan S:
berhubungan dengan keluarga. (1) Klien mengatakan “Alhamdulillah ibu
ketidakmampuan (2) Menanyakan skala nyeri yang dirasakan udah gak ngerasa sakit lagi. Badan juga
keluarga merawat klien. enak, enteng. Skala nyeri 0”
anggota keluarga. (3) Mengukur tekanan darah klien. (2) Keluarga mengatakan akan terus
(4) Memotivasi keluarga untuk membantu membantu merawat klien.
merawat anggota keluarga yang sakit (3) Klien dan keluarga mengatakan akan
(5) Melakukan Teknik relaksasi nafas terus minum terapi daun pandan bila
dalam tensi naik lagi.
(6) Memotivasi klien untuk melakukan (4) Klien dan keluarga mengatakan akan
senam hipertensi selama 2 sampai 4 terus melakukan senam hipertensi
kali seminggu untuk menjaga tekanan O:
darah berada di angka stabil (1) Klien dan keluarga tampak senang
(2) Tekanan darah klien: 140/90mmHg
(3) Klien dan keluarga mendemonstrasikan
relaksasi nafas dalam.

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

2) Manajemen 20 Juli 2022 (1) Memberi salam kepada klien dan S:


Kesehatan keluarga keluarga (1) Klien dan keluarga menyebutkan
tidak efektif (2) Mengukur tekanan darah klien perilaku apa saja yang dapat
berhubungan dengan (3) Memotivasi keluarga untuk membantu meningkatkan Kesehatan.
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit (2) Klien mengatakan “sekarang sudah
keluarga mengenal dan Memotivasi klien dan keluarga makin ngerti cara pemeliharaan
89

masalah kesehatan untuk mengulang Senam Hipertensi Kesehatan.”


anggota keluarga (4) Menanyakan kembali dan mengevaluasi (3) Keluarga mengatakan akan terus
yang hipertensi. peningkatan perilaku hidup sehat membantu merawat klien
(4) Klien dan keluarga mengatakan akan
Mampu merawat anggota keluarga yang terus minum terapi daun pandan bila
sakit: tensi naik lagi.
(1) Mengingatkan kembali tentang (5) Klien dan keluarga mengatakan akan
manfaat pemberian terapi senam terus melakukan senam hipertensi.
Hipertensi
(2) Pilih tempat yang nyaman. O:
(3) Sediakan musik dan leaflet (1) Klien dan keluarga dapat menjelaskan
(4) Terapi dilakukan selama 15 – 30 kembali upaya peningkatan perilaku
menit. hidup sehat.
(5) Dorong klien untuk melakukan (2) Klien dan keluarga tampak senang.
terapi 2 kali hingga 4 kali dalam (3) Tekanan darah klien : 140/90mmHg
seminggu. (4) Klien dan keluarga mendemonstrasikan
(6) Mengevaluasi kondisi umum dan relaksasi nafas dalam.
kenyamanan setelah tindakan
terapi A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
90

3. 7 Penatalaksanaan Terapi Senam Hipertensi

Penatalaksanaan terapi senam hipertensi dilakukan dengan tujuan untuk

menurunkan tekanan darah tinggi klien. Sebelum melakukan senam, klien

dilakukan edukasi dengan gambar senam dalam bentuk leaflet (terlampir) dan

pemeriksaan tekanan darah, selanjutnya melakukan pemanasan seperti tarik nafas

dan persiapan tempat dan musik, ketika klien sudah siap untuk melakukan senam

hipertensi, maka dapat langsung di mulai ke gerakan inti, sebagai berikut:

Gambar 3. 4 Langkah – Langkah Gerakan Senam Hipertensi

No. Gambar Gerakan Keterangan Gambar


Senam Hipertensi
(1) Pertama, lakukan gerakan jalan di
tempat seperti pada gambar di
samping selama 8 hitungan dan
dilakukan sebanyak 2 kali.

(2) Kedua, lakukan gerakan tepuk


tangan dengan posisi tangan lurus
ke depan seperti pada gambar di
samping selama 8 hitungan.

(3) Ketiga, lakukan tepuk jari – jari


tangan kanan dan kiri seperti
gambar di samping selama 8
hitungan.
91

(4) Keempat, lakukan gerakan tepuk


sela sela jari tangan kanan dan kiri
seperti gambar disamping selama 8
hitungan

(5) Kelima, lakukan gerakan tepuk sisi


– sisi kelingking tangan kanan dan
kiri seperti gambar disamping
selama 8 hitungan

(6) Keenam, lakukan si sisi sebaliknya


yaitu tepuk sisi – sisi jari jempol
tangan kanan dan kiri seperti
gambar di samping selama 8
hitungan

(7) Ketujuh, lakukan gerakan menepuk


dengan tangan lainnya diantara
bahu dan lengan di sisi kiri.
Kemudian dilanjutkan dengan
tangan kiri menepuk diantara bahu
dan lengan sisi kanan seperti
gambar di samping dan lakukan
gerakan ini selama 8 hitungan.
(8) Kedelapan, lakukan gerakan tepuk
sisi pergelangan sisi tangan kiri
dan dilanjutkan dengan sisi tangan
kanan seperti gambar di samping,
dan lakukan gerakan ini selama 8
hitungan.
92

(9) Kesembilan, lakukan gerakan


dengan posisi tangan memberi
salam, dengan merapatkan jari jari
tangan kanan dan kiri di tengah
dada seperti pada gambar di
samping, kemudian lakukan
gerakan menurunkan salam dan
menaikan kembali, lakukan
gerakan ini selama 8 hitungan.

(10) Kesepuluh, lakukan gerakan


mengepal dan membuka jari – jari
tangan kanan dan kiri secara
bersamaan dengan posisi tangan
lurus kedepan selama 8 hitungan
seperti pada gambar di samping.

(11) Kesebelas, lakukan gerakan tepuk


bahu lengan kiri dengan tangan
kanan, kemudian lakukan
sebaliknya seperti pada gambar di
samping masing masing selama 8
hitungan.

(12) Kedua belas, lakukan gerakan


tepuk perut secara perlahan selama
8 hitungan

(13) Ketiga belas, lakukan gerakan


tepuk di depan paha kanan dan kiri
secara bersamaan dengan kedua
telapak tangan selama 8 hitungan
seperti pada gambar di samping.
93

(14) Keempat belas, lakukan gerakan


tepuk pinggul belakang dengan
kedua telapak tangan selama 8
hitungan seperti pada gambar di
samping.

(15) Kelima belas, lakukan gerakan


tepuk betis dari samping kanan dan
kiri secara bersamaan dengan
telapak tangan selama 8 hitungan
seperti pada gambar di samping.

(16) Keenam belas, lakukan gerakan


jongkok dengan tangan lurus ke
depan lalu berdiri dengan tangan
tetap luru kedepan seperti pada
gambar di samping selama 8
hitungan.

(17) Ketujuh belas, yaitu lakukan


gerakan terakhir dari Gerakan inti
adalah menjinjitkan kedua kaki
seperti gambar disamping selama 8
hitungan

Catatan : Gerakan inti ini harus dilakukan sebanyak 3 – 4 kali dalam satu
terapi, diulang dari Gerakan pertama sampai Gerakan terakhir secara
teratur. Sumber : (Nugraheni, 2019)

Setelah selesai melakukan senam hipertensi, klien melakukan pendinginan

dengan Latihan Tarik nafas dalam. Kemudian setelah klien tenang, dilakukan
94

pemeriksaan kembali terhadap tekanan darah klien untuk mengevaluasi intervensi

yang telah dilakukan.

3. 8 Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga

Setelah dilakukan intervensi terapi senam hipertensi selama 4 hari kepada

klien yang menderita hipertensi, maka di dapatkan hasil evaluasi terhadap tekanan

darah klien yang akan diuraikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 3. 13 Evaluasi Tekanan Darah Klien

Tekanan Darah Tekanan Darah


Hari/Tanggal Sebelum Terapi Sesudah Terapi

Minggu, 17 Juli 2022 160/100 150/90

Senin, 18 Juli 2022 160/100 150/90

Selasa, 19 Juli 2022 160/100 150/90

Rabu, 20 Juli 2022 150/90 140/80


BAB 4

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai asuhan keperawatan keluarga kepada

Ny. N yang dilakukan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi, dan alternatif pemecahan

masalah yang dapat dilakukan.

4. 1 Pengkajian Keperawatan Keluarga

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan kepada Ny. N yang berusia

59 tahun beserta keluarga dengan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga yang

beralamat di RT 03 RW 06 Desa Karyawangi. Tinggal bersama Suami dan

anak-anak dengan tipe Nuclear Family atau keluarga inti yang terdiri dari ayah,

ibu, anak yang diperoleh dari keturunannya. Tugas perkembangan keluarga

berada pada tahap perkembangan ke-VI yaitu, tahap perkembangan keluarga

yang melepas anak usia dewasa muda. Tugas perkembangan keluarga yang

belum terpenuhi yaitu mempertahankan kesehatan masing-masing anggota

keluarga, dan merawat anggota keluarga yang sakit, keluarga mengatakan tidak

dapat merawat anggota keluarganya sakit secara baik karena disibukkan oleh

pekerjaan masing-masing.
96

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 13 Juli 2022

kepada Ny.N yaitu dengan wawancara langsung didapatkan data pengkajian

yang mana Ny. N mengeluhkan terasa sakit pada kepala, pusing, leher belakang

terasa kaku, nyeri bertambah jika dibawa beraktivitas berat, dan membuat sulit

tidur. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara teoritis dan tinjauan

kasus yang didapatkan. Secara teoritis pada klien dengan hipertensi akan

merasakan sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di

pundak, sukar tidur, mata berkunang dan pusing (Manuntung, 2018).

Sedangkan pada kasus dan teori ditemukan kesamaan keluhan atau tanda dan

gejala yang didapatkan yaitu seperti kepala terasa sakit, pundak terasa berat,

pusing, mata berkunang dan sulit untuk tidur. Tidak terdapat kesenjangan atau

perbedaan yang signifikan.

4. 2 Diagnosa Keperawatan Keluarga

Berdasarkan hasil analisa dari pengkajian yang telah dilakukan kepada Ny.

N didapatkan masalah keperawatan yaitu Nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga. dan Manajemen Kesehatan

keluarga tidak efektif berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan anggota keluarga yang hipertensi. Hal ini disesuaikan dengan

hasil pengkajian yang didapatkan saat melakukan pengkajian. Diagnosa yang

diangkat pada kasus sesuai dengan diagnosa yang ada dalam teori Diagnosa

Keperawatan Keluarga namun tidak semua diagnosa yang ada dalam teori di

angkat karena disesuaikan dengan hasil data yang didapat pada saat melakukan

pengkajian pada anggota keluarga.


97

4. 3 Intervensi Keperawatan Keluarga

Intervensi yang diberikan kepada Ny. N berdasarkan prioritas masalah

yang telah dipecahkan dengan keluarga Ny. N yaitu tentang Nyeri akut

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang lebih ditekankan kepada intervensi pemberian terapi non farmakologi

yaitu terapi modalitas: melakukan senam hipertensi yang bertujuan untuk

menurunkan tekanan darah pada Ny. N. Intervensi yang diberikan kepada Ny.

N yaitu dengan mengajarkan dan memotivasi klien melakukan terapi senam

hipertensi untuk menurunkan tekanan darah yang diberikan selama 4 hari.

Sebelum melakukan senam, klien dilakukan edukasi dengan gambar senam

dalam bentuk leaflet (terlampir) dan pemeriksaan tekanan darah, selanjutnya

melakukan pemanasan seperti tarik nafas dan persiapan tempat dan musik,

ketika klien sudah siap untuk melakukan senam hipertensi, maka dapat

langsung di mulai ke gerakan inti. Gerakan inti ini harus dilakukan sebanyak 2-

4 kali diulang dari gerakan pertama sampai gerakan terakhir secara teratur.

Setelah selesai melakukan senam hipertensi, klien diajak pendinginan dan

peregangan tangan kanan tangan kiri dan kaki kanan kaki kiri. Kemudian

setelah klien tenang kita melakukan pemeriksaan kembali terhadap tekanan

darah klien untuk mengevaluasi intervensi.

4. 4 Implementasi Keperawatan Keluarga

Implementasi hari pertama dilakukan pada tanggal 17 Juli 2022 hingga

implementasi hari keempat dilakukan pada tanggal 20 Juli 2022. Tidak terdapat

kendala dalam implementasi keperawatan yang lainnya oleh karena klien dan
98

keluarga kooperatif sehingga asuhan keperawatan dapat dijalankan dengan

baik. Tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktik dalam

pelaksanaannya. Klien dan keluarga juga tampak antusias dalam menerima

setiap informasi yang diberikan. Karena keterbatasan alat untuk memutar

musik saat senam, klien diajarkan untuk menghitung dengan mulut ketika

melakukan gerakan senam hipertensi secara mandiri.

4. 5 Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi keperawatan merupakan hasil dari kegiatan yang terus

menerus dilakukan agar dapat menentukan rencana keperawatan yang efektif,

bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, dan memperbaiki atau

menghentikan rencana keperawatan yang diberikan. Penulis tidak mengalami

hambatan dalam melakukan evaluasi kepada klien karena tujuan diagnosa

keperawatan tercapai dan hasil yang diinginkan dapat dilihat ataupun diukur

dengan baik. Hal ini didukung oleh keikutsertaan yang baik dari keluarga klien

dalam asuhan keperawatan yang sejalan dengan pernyataan Iskandar (2020),

dalam penelitiannya mengenai dukungan keluarga dalam merawat klien

mampu meningkatkan status derajat kesehatan klien.

Pada tanggal 17 Juli 2022, tekanan Darah Ny. N sebelum dilakukan

terapi Senam Hipertensi yaitu 160/100 mmHg, setelah dilakukan terapi Senam

Hipertensi yaitu menjadi 150/90 mmHg. Hari kedua dilakukan pada tanggal 18

Juli 2022, Tekanan Darah Ny. N sebelum dilakukan terapi Senam Hipertensi

yaitu 160/100 mmHg, dan setelah dilakukan terapi menjadi 150/90 mmHg.

Hari ketiga dilakukan pada tanggal 19 Juli 2022, tekanan darah Ny. N yaitu
99

160/100 mmHg, setelah dilakukan terapi senam hipertensi 150/90 mmHg. Hari

keempat dilakukan pada tanggal 20 Juli 2022, tekanan darah Ny. N yaitu

150/90 mmHg, setelah dilakukan terapi senam Hipertensi menjadi 140/80

mmHg. Kemudian ketika diadakan kelas hipertensi pada tanggal 25 Juli 2022,

klien diundang untuk datang, dan klien dengan senang hati datang untuk belajar

bersama dengan klien yang lain. Tekanan darah Ny. N sebelum dilakukan

terapi Senam Hipertensi yaitu 150/90 mmHg, dan setelah dilakukan terapi

menjadi 140/80 mmHg.

Dari implementasi yang diberikan didapatkan penurunan tekanan darah

sistole 20 mmHg dan diastole 20 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terapi senam hipertensi dapat diberikan sebagai intervensi mandiri

keperawatan. Setelah mengalami penurunan tekanan darah, klien merasa lebih

baik dari sebelumnya. Klien mendapatkan manfaat-manfaat lain dari terapi

tersebut seperti mendapatkan kualitas tidur yang baik sehingga tidur lebih

nyenyak setiap malamnya. Klien juga mengatakan lebih rileks dan lebih tenang

dalam menjalani hari. Setelah dilakukan pengenalan dan pemahaman tentang

terapi ini, keluarga mampu mengenal penyakit, mengambil keputusan dan

mampu merawat anggota keluarga yang sakit. Dengan begitu klien dan

keluarga dapat memenuhi tugas perkembangan keluarga dengan baik, dapat

memenuhi kebutuhan sosial keluarga, dapat menjalankan peran maupun fungsi

keluarga masing-masing dengan baik. Khawatir yang dirasakan pun

menghilang, sehingga dapat disimpulkan klien dan keluarga menjadi lebih baik
100

dari sebelumnya dan terapi senam hipertensi yang dilakukan penulis berjalan

dengan baik.
BAB 5

PENUTUP

Penutup merupakan bab terakhir dalam KIA ini yang berisi kesimpulan

dan saran. Setelah melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Keluarga klien

Ny. N dengan menerapkan terapi senam hipertensi di Desa Karyawangi,

Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, maka penulis membuat

kesimpulan yang dapat diambil dari data tersebut dan memberikansaran – saran

yang diharapkan dapat berguna terutama pada bidang keperawatan.

5. 1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien Ny. N dan keluarga

dengan penerapan terapi senam hipertensi untuk menurunkan tekanan darah di RT

03/ RW 06 Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung

Barat, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari data

tersebut dan memberikan saran-saran yang dapat berguna terutama pada bidang

keperawatan. Berdasarkan pembahasan mengenai asuhan keperawatan yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1) Dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 13 Juli didapatkan data bahwa

Ny. N sudah menderita hipertensi kelas 2 sejak kurang lebih (±) 5 tahun yang

lalu, Ny. N mengeluh sakit kepala seperti pusing dan berat pada leher

belakang ketika tekanan darahnya naik. Ny. N suka mengonsumsi makanan

yang asin, bersantan, dan yang digoreng.


102

2) Diagnosa yang didapatkan pada keluarga Tn. O khususnya Ny. N di Desa

Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat yaitu Nyeri

akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dan Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan

dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota

keluarga yang hipertensi.

3) Intervensi yang diberikan kepada klien Ny. N dengan diagnosa Nyeri akut

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

dan Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga

yang hipertensi adalah sesuai dengan fungsi kesehatan keluarga yaitu

pendidikan kesehatan tentang hipertensi (pengertian, tanda dan gejala,

pencegahan, penyebab, komplikasi) mendemonstrasikan terapi senam

Hipertensi, dan meminta keluarga khususnya Ny. N untuk melakukan senam

hipertensi sebagai cara non-farmakologi untun menurunkan hipertensi,

anjurkan menghindari pikiran yang menyebabkan stress, anjurkan

menghindari kebisingan dan anjurkan banyak istirahat serta juga anjurkan

mengontrol tekanan darah secara rutin ke fasilitas Kesehatan terdekat.

4) Evaluasi yang didapatkan setelah 4 hari memberikan implementasi kepada Ny.

N yaitu terjadinya penurunan tekanan darah pada Ny. N. Intervensi hari

pertama dilakukan pada tanggal 17 Juli 2022 hingga intervensi hari keempat

dilakukan pada tanggal 20 Juli 2022, tekanan darah Ny. N sebelum dilakukan

terapi 160/100 mmHg, dan setelah dilakukan terapi senam Hipertensi menjadi
103

140/80 mmHg. Klien merasa lebih baik dari sebelumnya. Klien mendapatkan

manfaat-manfaat lain dari terapi tersebut seperti mendapatkan kualitas tidur

yang baik sehingga tidur lebih nyenyak setiap malamnya. Klien juga

mengatakan lebih rileks dan lebih tenang dalam menjalani hari. Keluarga

mampu mengenal penyakit, mengambil keputusan dan mampu merawat

anggota keluarga yang sakit. Klien dan keluarga dapat memenuhi tugas

perkembangan keluarga dengan baik, dapat memenuhi kebutuhan sosial

keluarga, dapat menjalankan peran maupun fungsi keluarga masing-masing

dengan baik, dan rasa hawatir yang dirasakan pun menghilang.

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil dari karya tulis serta kesimpulan yang diambil, maka

penulis memberi saran sebagai berikut:

1) Klien dan keluarga. Hasil penulisan KIA ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan bagi klien dan keluarga terhadap masalah

kesehatan yang dialami, sehingga lebih memahami cara untuk mencegah

hipertensi dengan terapi dan meningkatkan peran keluarga dalam

meningkatkan kesehatan khususnya dalam penanganan hipertensi.

2) Perawat. Hasil Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini diharapkan dapat digunakan

sebagai dasar dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga kepada klien

pada penyakit hipertensi, sehingga pelayanan di komunitas/keluarga tidak

hanya mengutamakan masalah fisik juga memperhatikan kebutuhan holistik

juga. Dapat menerapkan terapi Senam Hipertensi untuk menurunkan angka

kejadian hipertensi di masyarakat.


104

3) Mahasiswa. Hasil penelitian Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini diharapkan

dapat membantu sebagai dasar dalam penerapan intervensi mandiri

keperawatan bagi mahasiswa yang berpraktik. Serta dapat menerapkan

pengobatan hipertensi secara non farmakologi dengan terapi Senam

Hipertensi, Sehingga masyarakat yang dapat merasakan manfaat

pengobatan secara non farmakologis tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Alfitra, A. (2017). Peran Orang Tua dengan Kepatuhan Mencuci Tangan


Menggunakan Sabun Pada Anak Usia Sekolah. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, 1-62.
Arindari, D. R., & Alhafis, H. R. (2019). PENGARUH SENAM HIPERTENSI
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI. Jurnal Kesehatan : Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 81.
Bakri, M. H. (2017). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Pustaka Baru
Press.
Berliana, N. (2016). Hubungan Peran Orangtua, Pengaruh Teman Sebaya Dengan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Jurnal Endurance, 1(2), 75-80.
Budiyana, H. (2018). Perspektif Alkitab terhadap Keluarga Kristen. Jurnal
Pendidikan Agama Kristen Regula Fidei, 138.
Dahlia Indah Amareta, E. T. (201). Penyuluhan Kesehatan dengan Metode Emo
Demo Efektif Meningkatkan Praktik CTPS di MI Al-badri Kalisat
Kabupaten Jember. Seminar Nasional Hasil Penelitian , 248.
Dinkes Jabar, D. P. (2020). Profil Kesehatan Jawa Barat. Bandung: Dinkes
Provinsi Jawa Barat.
E, P. N. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Konsep Diri Anak Usia
Sekolah (10-12 tahun). ejournal-s1.Undip.ac.id, 1, 87-92.
Eka Puji, S. A. (2011). Hubungan Peran Orang Tua dengan Kebiasaan Mencuci
Tangan Pada Anak Prasekolah Di Taman Kanak Kanak Siwi Peni Guntur
demak. Jurnal Keperawatan FIKkeS, 113-115.
F, I. (27-30). Perkembangan Kognitif : Teori Jean Piaget. INTELEKTUALITA.
Faruca, D. K. (2014). Repository UM Surabaya. Retrieved from Repository UM
Surabaya: http://repository.um-surabaya.ac.id/257/3/bab_2.pdf
Febriana. D, A. A. (2019). Gambaran Motivasi dan Peran Orangtua tentang Cuci
Tangan Pakai Sabun Pada Anak di SD Negeri 19 Kota Jambi tahun 2019.
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 8(2), 206.
Friendman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: EGC.
106

Iskandar. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular : Hipertensi Dalam Pemberian Intervensi Manajemen
Energi. UNIMA.
Kemdikbud. (2020, Mei 29). Kemdikbud Terbitkan Pedoman Penyelenggaraan
Belajar dari Rumah. (Kemdikbud.go.id) Retrieved Februari 11, 2021,
from https://www.kemdikbud.go.id
Kemenkes RI. (2018, September 21). Mengapa harus mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun? (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia) Retrieved
Februari 07, 2021, from
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-
dan-pembuluh-darah/page/19/mengapa-harus-mencuci-tangan-dengan-air-
bersih-dan-sabun
Kemenkes RI, R. (2019). Kemenkes RI. Retrieved from Kemenkes RI:
https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html
Kemenkes, K. &. (2020). Panduan Cuci Tangan Tangan Pakai Sabun. Jakarta:
kesmas.kemenkes.go.id.
Kemkes. (2020, Mei 25). Cuci Tangan Pakai Sabun Efektif Bunuh virus Covid-19.
(kemkes.go.id) Retrieved Februari 11, 2021, from
https://www.kemkes.go.id/article/view/20052600003/cuci-tangan-pakai-
sabun-efektif-bunuh-virus-covid-19.html
Kholifah, & Widagdo. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kosim, A. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga. Retrieved from Repository
UMP : http://repository.ump.ac.id/1602/1/ABDUL%20KOSIM
%20COVER.pdf
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Vol. 3 Edisi 5. Jakarta: EGC Medical Publisher.
Manuntung. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Wineka
Media.
Maulina, N. &. (2021). Kesiapan, Edukasi dan Pendampingan Praktek Cuci
Tangan. 5(1), 64-68.
Murdoko, E. W. (2017). Orangtua Adalah Pemimpin. In Parenting with
Leadership Peran Orangtua dalam Mengoptimalkan dan Memberdayakan
Potensi Anak (pp. 1-5). Jakarta: Elex media Komputindo.
107

Murdoko, E. W. (2017). Orangtua Adalah Pemimpin. In Parenting with


Leadership Peran Orangtua dalam Mengoptimalkan dan Memberdayakan
Potensi Anak (pp. 1-5). Jakarta: Elex Media Komputindo.
Nugraheni, A. (2019). Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Perubaaha Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi di Kelompok Prolanis Wilayah Kerja
Puskesmas Sukorejo. Repository UMP, 38.
Nugraheni, A. (2019). PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP
PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI Di
Kelompok PROLANIS Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo. Ponogoro:
Repository UMP.
Nugraheni, A. (2019). PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP
PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI Di
Kelompok PROLANIS Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo. Ponogoro:
Repository UMP.
Nugraheni, A., Andarmoyo, S., & Nurhidayat, S. (2019). PENGARUH SENAM
HIPERTENSI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI KELOMPOK PROLANIS WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SUKOREJO. Prosiding 1st Seminar Nasional dan
Call for Paper, 24.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC JILID 2. Jogjakarta: Percetakan
Mediaction Publishing Jogjakarta.
Oktanti Putri Hapsari, R. P. (2017, September 28). Peran Penting Orang tua bagi
Pertumbuhan Anak. (indonesiabaik.id) Retrieved Februari 07, 2021, from
http://indonesiabaik.id/infografis/peran-penting-orang-tua-bagi-
pertumbuhan-anak
Oktanti Putri Hapsari, R. P. (2017, September 28). Peran Penting Orang Tua
Bagi Pertumbuhan Anak. (indonesiabaik.id) Retrieved Maret 23, 2021,
from http://indonesiabaik.id/infografis/peran-penting-orang-tua-bagi-
pertumbuhan-anak
Putri, Y., Safitri, W., & Sulistyawati, R. A. (2020). Pengaruh Air Rebusan Daun
Pandan Wangi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten II. Jurnal Kusuma Husada
Surakarta, 6.
Riasmini, N. M., Permatasari, H., Chairani, R., Astuti, N., Muara Ria, R. T., &
Handayani, T. W. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu,
Keluarga, Kelompok,dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP,
108

NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta: Penerbit


Universitas Indonesia.
Rokom. (2010, Oktober 15). Sehat Negeriku Sehatlah Bangsaku. (Kemkes)
Retrieved Februari 07, 2021, from
https://sehatnegeriku.lemles.go.id/baca/rilis-media/20101015/4517132/
cuci-tangan-pakai-sabun-perilaku-sederhana-berdampak-luar-biasa/
Rompas, C. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. J dengan Hipertensi :
Penerapan Terapi Rendam Kaki Air Hangat Di Kec. Wanea Kota Manado.
UNAI, 57.
S., N. D. (2021). Cuci Tangan yang Benar Mencegah Penyebaran COVID-19 di
RT01/RW01 Desa Sungai Segajah Jaya Kabupaten Rokan Hilir. Indonesia
Berdaya, 81.
Safitri, A. Z. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Tn.
R Di Desa Waru Mranggen Demak. UNISSULA, 1.
Safitri, W., & Astuti, H. P. (2017). PENGARUH SENAM HIPERTENSI
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DI DESA BLEMBEM
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANGREJO. Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada, 133.
Suprajitno. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC.
T, R. (2016). Peran Orang Tua dalam Kebiasaan Mencuci Tangan Pada Anak
Usia 6-8 Tahun. Jurnal Keperawatan , XII(1), 161-167.
Ulfa, P. (2020). Studi Literatur Senam Hipertensi. Repository UM Surabaya, 20.
Wahab, R. (2005). Peranan Irang Tua dan Pendidik dalam Mengoptimalkan
Potensi Anak Berbakat Akademik. Seminar Keterbakatan .
WHO. (2013). World Health Organization. (World Health Organization)
Retrieved Agustus 24, 2022, from https://lifepack.id/mengenal-hipertensi-
menurut-who-faktor-risiko-dan-pencegahannya/
WHO. (2021). Pertanyaan dan Jawaban terkait Coronavirus. (WHO) Retrieved
Februari 07, 2021, from https://www.who.int/indonesia/news/novel-
coronavirus/qa/qa-for-public
LAMPIRAN
Lampiran 1

LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Febe Imanuelita Panggabean


NIM : 2153012
Dosen Pembimbing : Palupi Triwahyuni, S.Kp., M.Kep
Tanggal Mulai Bimbingan : 8 Februari 2022
Tanggal Selesai Bimbingan : 11 September 2022
Judul KIA : Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Ny. N
Dengan Hipertensi: Penerapan Terapi Senam
Hipertensi Di Desa Karyawangi Kabupaten
Bandung Barat
NO TANGGA KETERANGA PARAF PARAF
. L N BIMBINGAN PEMBIMBIN MAHASISW
G A
1. 12 Juni Konsultasi
2022 memilih Klien
2. 19 Juni Konsultasi Judul
2022 KIA
3. 26 Juni Ajukan Judul
2022 KIA
4. 3 Juli 2022 Konsultasi
Rencana Asuhan
Keperawatan
5. 17 Juli 2022 Revisi Bab 1 – 5

6. 14 Agust Bimbingan
2022 Penulisan Format
KIA
7. 21 Agust Revisi Akhir
2022 KIA Bab 1 – 5
8. 19 Sept Bimbingan
2022 Terakhir
110

Lampiran 2

DOKUMENTASI KEGIATAN
111
112

Lampiran 3
SAP PENDIDIKAN KESEHATAN

Hari dan tanggal : 18 Juli 2022


Penyuluh : Febe Imanuelita Panggabean

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN


LAMA PERTEMUAN 35 Menit
SASARAN Keluarga Ny. N
TEMPAT Rumah Keluarga Ny. N
A. TUJUAN
Instruksional Umum Klien dan keluarga diharapkan dapat
mampu memahami tentang hipertensi
Instruksional Khusus Klien dan keluarga diharapkan dapat
mampu menyebutkan pengertian
hipertensi, penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan dari hipertensi, faktor
risikonya, pencegahan nya dan senam
hipertensi.
B. POKOK BAHASAN Cara mengendalikan dan mencegah
hipertensi, kondisi gawat darurat pada
stroke dan saat pingsan.
C. SUB POKOK - Pengertian hipertensi
BAHASAN - Tanda dan gejala hipertensi
- Komplikasi hipertensi
- Langkah pencegahan hipertensi
- Cara menangani pasien stroke
(langkah awal)
- Cara menangani pasien (langkah
awal)
- Senam Hipertensi
D. METODE Tatap muka, ceramah,demonstrasi,
diskusi, leaflet, video
E. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahapan Penyuluh Keluarga Media
Doa Buka Penyuluh meminta Mengikuti doa dalam hati -
(2 menit) salah satu anggota dengan khidmat dan
keluarga untuk berdoa mengaminkan doa
Pendahuluan Melakukan kontrak Mendengarkan dan Leaflet
113

(7 menit) waktu dengan menyetujui penjelasan (Terlampir)


keluarga dan kontrak waktu serta
menjelaskan tentang manfaat Pendidikan
manfaat penkes kesehatan
Penyajian - Pengertian Menyimak penjelasan Leaflet
(15 menit) hipertensi. penyuluh (Terlampir)
- Tanda dan gejala dan Video
hipertensi. senam
- Komplikasi hipertensi
hipertensi.
- Langkah
pencegahan
hipertensi
- Langkah-langkah
yang harus
dilakukan saat
menemukan
pasien stroke
mendadak
- Langkah-langkah
yang harus
dilakukan saat
menemukan
pasien pingsan
- Mengajarkan
senam hipertensi,
mendemonstrasik
an kemudian
diikuti oleh klien
Penutupan Melakukan tanya Menanyakan hal yang
(10 Menit) jawab, diskusi belum dimengerti,
mengenai hipertensi menjawab pertanyaan
untuk mengklarifikasi evaluasi yang diajukan,
pemahaman klien dan dan mendengarkan
keluarga, melakukan kesimpulan
post test, dan
menyimpulkan materi
penkes
Doa Tutup Meminta salah Menyimak doa dan
(1 Menit) seorang anggota mengaminkan
114

keluarga untuk
memimpin doa
F. EVALUASI Sumatif / formatif/ jenis evaluasi: Lisan
Pertanyaan:
- Apa yang dimaksud dengan
hipertensi?
- Sebutkan salah satu tanda atau
gejala dari terjadinya hipertensi?
Sebutkan salah satu cara mencegah
hipertensi
G. DAFTAR Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin
PUSTAKA Hipertensi. In Infodatin (Issue
Hipertensi).
https://doi.org/10.1177/1090198174002
00403
Mayo Clinic (2021). Disease &
Conditions. High Blood Pressure.
Lampiran 4

LEAFLET PENDIDIKAN KESEHATAN


116
Lampiran 3

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Febe Imanuelita Panggabean
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 28 November 1999
Agama : Kristen Advent
Alamat : Jl. Puskemas No. 5A RT 007/RW 006
Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur
Email : elitapanggabean99@gmail.com
No. HP : 0822-1305-8945
Status : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : Sarjana

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL


Sekolah Dasar : Dharma Putra Advent (2006 – 2012)
Sekolah Menengah Pertama : Dharma Putra Advent (2012 – 2015)
Sekolah Menengah Atas : SMA Perguruan Advent Salemba (2015 – 2018)
Sarjana (S1 Keperawatan) : Universitas Advent Indonesia (2018 – 2021)

PENGALAMAN ORGANISASI
1. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA PAS 2016 sebagai Ketua Sie
Mading
2. Ikatan Alumni Siswa Perguruan Advent Salemba UNAI 2019 sebagai Ketua
Sie Acara
3. Ikatan Alumni Siswa Perguruan Advent Salemba UNAI 2020 sebagai
Sekretaris
4. Himpunan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan 2020 sebagai Ketua
Bidang Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai