Anda di halaman 1dari 79

KARYA TULIS AKHIR

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN MODEL ADAPTASI VIRGINA


HENDERSON PADA LANSIA NY. L. D. L. DENGAN HIPERTENSI GRADE III
DI RT 016 RW 04 WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS BAKUNASE

OLEH
Yohana Jesica Daliman
Yubilianti, S.Tr.Kep
NIM :
PO5303211211567

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2022

i
KARYA TULIS AKHIR
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN MODEL ADAPTASI
VIRGINA HENDERSON PADA LANSIA NY. L. D. L. DENGAN
HIPERTENSI GRADE III DI RT 016 RW 04 WILAYAH KERJA UPTD
PUSKESMAS BAKUNASE
Karya Tulis Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Program Profesi Keperawatan Pada Program Studi
Ners Keperawatan Polteknik Kesehatan Kemenkes Kupang

OLEH
Yohana Jesica Daliaman Yubilianti, S.Tr.Kep
NIM : PO5303211211567

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2022

i
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Karya Tulis Akhir oleh Yohana Jesica Daliman Yubilianti,S.Tr.Kep.


NIM : PO. 5303211211567 Dengan Judul “Penerapan Asuhan Keperawatan
Model Adaptasi Virgina Henderson Pada Lansia NY. L. D.L Dengan Hipertensi
Grade III di RT 016 RW 04 Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bakunase”

Disusun oleh :

Yohana Jesica Daliman, S.Tr.Kep.


PO.5303211211567

Telah Disetujui Untuk Diseminarkan Didepan Dewan Penguji Prodi Profesi


Ners Keperawatan Kupang Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Pada
Tanggal … Agustus 2022.

Pembimbing I Pembimbing II

Yustinus Rindu, S.kep.,Ns.,M.Kep Rohana Mochsen, S.Kp.,M.Kes


NIP. 196612311989011001 NIP. 195704161980102001
Mengetahui :

Mengesahkan :
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi ners

Dr. Florentianus Tat, SKp., M.Kes Ns. Yoani M.V.B Aty., S.Kep.,M.Kep
NIP:196911281993031005 NIP: 197908052001122001

ii
BIODATA PENULIS

I. IDENTITAS
Nama : Yohana Jesica Daliman Yubilianti
Tempat Tanggal Lahir : Kupang, 09 Januari 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Asal : Manggarai
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Maria Hellena-Bello Kupang Tahun 2004-2005
2. SD Inpres Maulafa Kupang Tahun 2005-2011
3. SMP Negeri 7 Kupang Tahun 2011-2014
4. SMA Negeri 6 Kota Kupang Tahun 2014-2017
5. Sejak Tahun 2017 Kuliah di Jurusan Keperawatan Program
Studi Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang

MOTTO
“Keep Running though Haunted by fatigue, keep learning despite being
approached by boredom, because the things we do for sure there will always
be obstacles that hinder ”
“Tetap berlari meski dihantui rasa lelah, tetap belajar meski dihampiri rasa
bosan, karena hal yangkita lakukan pasti akan selalu ada hambatan yang
menghalangi.”

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan Ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir tentang
“Penerapan Asuhan Keperawatan Model Adaptasi Virgina Henderson Pada
Lansia NY. L. D. L. Dengan Hipertensi Grade III di RT 016 RW 04 Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Bakunase” dengan baik dan tepat pada waktu. Karya
Tulis Akhir ini dibuat untuk menyelesaikan studi Profesi Ners dan mendapat
gelar Profesi.
Laporan studi ini berisikan tentang konsep dasar penyakit Hipertensi,
konsep teori keperawatan dan hasil pengkajian penyakit hipertensi yang
didapat dari lahan praktik yang meliputi pengkajian data kesehatan pasien,
analisis masalah kesehatan dari data yang diperoleh, menegakkan diagnosa
keperawatan, menyusun rencana pemecahan masalah, melakukan
implementasi dan evaluasi dari rencana pemecahan masalah yang dibuat.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Yustinus Rindu, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 1


yang telah dengan sabar membimbing penulis sejak ujian praktik,
proses penyusunan studi kasus hingga saat ujian sidang.
2. Ibu Rohana Mochsen, S.Kp.,M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang
telah dengan sabar membimbing penulis sejak ujian praktik, proses
penyusunan studi kasus hingga saat ujian sidang.
3. Ibu Dr. Ina Debora Ratu Ludji, SKp.,M.Kes selaku penguji institusi
yang telah memberikan masukan sangat bermanfaat dan berguna
untuk perbaikan studi kasus ini.
4. Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang Ibu Dr. R.H Kristina,
SKM.,M.Kes, selaku pelindung dalam ujian akhir program
mahasiswa/mahasiswi Prodi Ners.
5. Bapak Dr. Florentianus Tat, SKp., M.Kes, selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.

iv
6. Ibu Ns. Yoani M. V. B. Aty, S.kep.,M.Kep, selaku Ketua Prodi Ners
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
7. Bapak ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kupang Jurusan Keperawatan
Prodi Ners Keperawatan yang telah memberikan materi dan praktik
selama dalam proses perkuliahan.
8. Kedua orang tua, Bapak Mikael Samin dan Ibu Gaudensia Ugentia
serta saudara (Beatrix E.D Suryanti, Victoriano K.D Mbula, Gabrielo
M.D Mbula, dan Emanuelo Y.D Mbula), dan Paschalino A.E Nahak,
yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan doa sehingga pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi kasus ini dengan baik.
9. Angkatan 3 Ners Poltekkes Kupang tahun 2022, yang selalu setia
memberikan dukungan dan semangat buat penulis dalam
menyelesaikan studi kasus ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf jika dalam
pembuatan laporan ini masih banyak kekurangan yang penulis lakukan.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan studi kasus ini.
Kupang, Agustus 2022

Penulis

v
ABSTRAK
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN MODEL ADAPTASI
VIRGINA HENDERSON PADA LANSIA NY. L. D. L. DENGAN
HIPERTENSI GRADE III DI RT 016 RW 04 WILAYAH KERJA UPTD
PUSKESMAS BAKUNASE
Oleh: Yohana Jesica Daliman Yubilianti, S.Tr.Kep
Mahasiswi Jurusan Keperawatan Prodi Ners Poltekkes Kemenkes Kupang
email: saminlianti@gmail.com

Latar Belakang: Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit


jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.
Teori Virgina Henderson, perawat membantu individu, sakit atau sehat,
dalam melakukan aktivitas berkontribusi pada kesehatan atau pemulihannya
yang akan dia lakukan tanpa bantuan jika dia memiliki kekuatan, kemauan
atau pengetahuan yang diperlukan. Tujuan: Mengidentifikasi konsep lansia
Hipertensi dan asuhan keperawatan lansia dengan hipertensi dengan
pendekatan teori Virgina Henderson Pada Lansia Ny. L.D.L Di RT 016 RW
04 Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase. Metode: Rancangan studi adalah
studi kasus. Dilaksanakan pada 25-27 November 2021 di Puskesmas
Bakunase dan rumah Ny. L.D.L Pengambilan data melalui wawancara,
pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi, lalu data dianalisa dengan
pendekatan teori Virgina Henderson. Hasil: Hasil pengkajian ditemukan Ny.
L.D.L pasien nyeri tengkuk skala nyeri 5 ( nyeri sedang), pusing saat
melakukan aktifitas berlebihan, pasien sulit tidur jika nyeri pada tengkuk,
pasien tidak melakukan diit seperti mengurangi makan daging dan
mengkonsumsi tinggi garam, dan mengkonsumsi obat darah tinggi captropil
jika nyeri saja. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisiologis : resistensi pembuluh darah ,
risiko perfusi perifer tidak efektif b.d hipertensi, dan ketidakpatuhan
berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman pelaksanaan asuhan
keperawatan menggunakan pendektan teori Virginia Henderson mencakup 14
komponen kebutuhan dasar manusia pada setiap proses keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan dapat dilakukan dengan baik.
Simpulan: perawat membantu individu, sakit atau sehat, dalam melakukan
aktivitas berkontribusi pada kesehatan atau pemulihannya (atau kematian
yang damai) yang akan dia lakukan tanpa bantuan jika dia memiliki kekuatan,
kemauan atau pengetahuan yang diperlukan. Dia medefinisikan pasien
sebagai seorang yang membutuhkan asuhan keperawatan, tetapi tidak
membatasi keperawatan pada perawatan penyakit
Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Hipertensi, teori Virgina Henderson

vi
ABSTRACT

APPLICATION OF NURSING CARE ADAPTATION MODEL


VIRGINA HENDERSON IN ELDERLY NY. L. D. L. WITH
HYPERTENSION GRADE III IN RT 016 RW 04 WORK AREA UPTD
PUSKESMAS BAKUNASE
By: Yohana Jesica Daliman Yubilianti, S.Tr.Kep
Student of the Nursing Department of the Health Polytechnic of the Ministry
of Health, Kupang
email: saminlianti@gmail.com

Background: Hypertension is not only a high risk of suffering from heart


disease, but also suffering from other diseases such as diseases of the nerves,
kidneys, and blood vessels and the higher the blood pressure, the greater the
risk. According to Virginia Henderson's theory, the nurse assists an
individual, sick or well, in carrying out activities contributing to his health or
recovery that he would do unaided if he had the requisite strength, will or
knowledge. Objective: To identify the concept of the elderly with
hypertension and nursing care for the elderly with hypertension with the
Virgina Henderson theory approach in the Elderly Ny. L.D.L In RT 016 RW
04 Work Area of Bakunase Health Center. Methods: The study design is a
case study. It will be held on 25-27 November 2021 at the Bakunase Health
Center and Mrs. L.D.L Collecting data through interviews, physical
examinations, and documentation studies, then the data were analyzed using
Virgina Henderson's theoretical approach. Results: The results of the study
found that Mrs. L.D.L patients have neck pain on a pain scale of five
(moderate pain), dizziness when doing excessive activities, patients have
difficulty sleeping if they have pain in the neck, patients do not do diets such
as eating less meat and consuming high salt, and taking captropil high blood
drugs if it hurts. The nursing diagnosis established is acute pain related to
physiological injury agents: vascular resistance, risk of ineffective peripheral
perfusion related to hypertension, and non-compliance related to inadequate
understanding of the implementation of nursing care using the Virginia
Henderson theoretical approach covering 14 components of basic human
needs in each nursing process including assessment, nursing diagnosis,
nursing intervention, nursing implementation and nursing evaluation can be
done properly. Conclusion: the nurse assists the individual, sick or well, in
carrying out activities contributing to his health or recovery (or peaceful
death) which he would do unaided if he had the requisite strength, will or
knowledge. She defined the patient as a person in need of nursing care, but
did not limit nursing to the treatment of illness

Keywords: Nursing Care, Hypertension, Virgina Henderson theory

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ........................................................................................i


LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................ii
BIODATA PENULIS......................................................................................iii
MOTTO...........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................viii
BAB I..............................................................................................................10
PENDAHULUAN..........................................................................................10
1.2. Tujuan...................................................................................................13
1.3. Manfaat................................................................................................14
BAB II.............................................................................................................16
TINJAUAN TEORITIS..................................................................................16
2.1 Konsep Dasar Lansia.............................................................................16
2.2 Konsep Penyakit Hipertensi..................................................................19
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................26
2.4 Model Konsep Teori Virgina Henderson..............................................32
BAB III...........................................................................................................41
METODE PENULISAN KARYA TULIS AKHIR.......................................41
3.1 Jenis dan Rancangan Studi....................................................................41
3.2 Tempat dan Waktu Pengambilan Data..................................................41
3.3 Cara Pengambilan Data.........................................................................42
3.4 Analisa Data..........................................................................................42
3.5 Kerangka Konsep..................................................................................44
BAB IV...........................................................................................................46
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN............................................46
4.3 Analisa Data..........................................................................................50
4.4 Diagnosa Keperawatan..........................................................................51
4.5 Intervensi Keperawatan Kasus..............................................................52

viii
4.6 Implementasi Keperawatan...................................................................55
4.8 Pembahasan..........................................................................................62
BAB V............................................................................................................72
PENUTUP.......................................................................................................72
5.2 Saran.....................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................75
LAMPIRAN....................................................................................................77

ix
BAB I.
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan jumlah lansia berdampak pada munculnya masalah


kesehatan yang berhubungan dengan proses menua, sehingga terjadinya
perubahan fisik, kognitif, perasaan, lingkungan/social, terutama pada system
kardiovaskuler yang menyebabkan peningkatan penyakit hipertensi pada
lansia sehingga perlu penanganan yang lebih serius karena terdiagnosa
hipertensi akan membawa penderita dalam proses pengobatan dalam waktu
yang lama bahkan seumur hidup. Puskesmas Bakunase memilki cakupan
penderita hipertensi yang belum teratasi akibat dari pola makan yang tidak
sesuai dengan anjuran, aktivitas yang terganggu, dan kualitas tidur yang juga
terganggu.
Menurut data WHO 2021 menyatakan terdapat 24,7% penduduk asia
tenggara dan 23,3%. Prevalensi hipertensi yang tinggi tidak hanya terjadi di
Negara maju tetapi juga dinegara berkembang seperti di Indonesia
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukan
angka prevalensi hipertensi mencapai 34.1% meningkat tajam dari 26,3%
pada tahun 2013, dengan angka pervaiensi tertinggi diprovinsi Kalimantan
Selatan sebesar 44,1% dan terendah di provinsi Papua sebesar 22.24 provinsi
NTT sendiri pada hasil viskesdas 2018 mencapai 27,72°. Prevelensi
berdasarkan hasil pengukuran menurut usia, secara umum diindonesia
prevelensi berdasarkan hasil pengukuran menurut usia, secara umum di
indonesia prevelensi tertinggi adalah pada usia >75 tahun, yakni sebesar
69,53 % (Riskesdas 2019). Kabupaten Sikka (33,36), dan kabupaten Nagekeo
(30,97).
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan Kota Kupang
memiliki prevelensi hipertensi sebesar 35,61 % yang didominasi oleh jenis

10
kelamin perempun yakni sebesar 29,03%, sedangkan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 26,33%. Prevalensi hipertensi di Kota Kupang berdasarkan hasil
pengkuran menurut usia, secara umum yang terbanyak adalah pada usia > 75,
sebesar 57,77% (Riskesdas, 2019) dan berada pada urutan ke 28 dari 34
provinsi (Kemenkes RI, 2021). Sementara berdasarkan pengambilan data
pada tanggal 30 November 2021 di Puskesmas Bakunase oleh pengelolahan
penyakit tidak menular (PTM) tercatat jumlah hipertensi di puskesmas
Bakunase sebanyak 46 orang.
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Sylvia A.price, 2015).
Hipertensi pada lansia yaitu hipertensi sistolik terisolasi (HST), meningkatnya
tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian
stroke dan infark miokard walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal
(isolated systolic hypertension) (Siti Widyaningrum, 2019). (
Menurut Wenny Lazdia (2020), faktor-faktor yang berhubungan
dengan hipertensi adalah faktor genetik, umur, jenis kelamin, obesitas, asupan
garam, kebiasaan merokok dan aktifitas fisik. Individu dengan riwayat
keluarga hipertensi mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan pria
memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Obesitas
juga dapat meningkatkan kejadian hipertensi, hal ini disebabkan lemak dapat
menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah secara bertahap. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah hipertensi adalah dengan dua pendekatan yaitu secara farmakologi
dan non farmakologi. Pengobatan secara non farmakologi dapat dilakukan

11
dengan menggunakan pengobatan komplementer yang telah dikenal di
kalangan masyarakat. Secara farmakologis, Obat-obat kimia banyak
digunakan untuk mengatasi hipertensi, akan tetapi sering menimbulkan efek
samping seperti :bronkopasme, insomnia, memperburuk gangguan pembuluh
darah perifer, hipertrigliserida, dan lain-lain.
Kesehatan lansia bila tidak di tangani dengan baik, akan menyebabkan
penurunan fungsi fisik dan fisiologis sehingga terjadi kerusakan tubuh yang
lebih parah, menimbulkan banyak komplikasi dan mempercepat kematian.
Hipertensi pada lansia bila tidak segera diobati dapat menyebabkan gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal (Potter dan Perry, 2005). Faktor yang dapat
mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu, faktor yang dapat dikendalikan
seperti obesitas, medikasi, gayahidup, stress dan faktor yang tidak dapat di
kenali seperti usia, riwayat keluarga, jenis kelamin (Junaedi, E dkk, 2013).
Virginia Henderson memperkenalkan definition of nursing (definisi
keperawatan). Ia mengatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan
prinsip keseimbangan fisologis. Di samping itu Henderson juga
mengembangkan sebuh model keperawatan yang di kenal sebagai “ The
Activities of Living”. Pada model tersebut terdapat empat belas kebutuhan
dasar Virgina Henderson yang dapat diklasifikasikan menjadi empat
komponen yaitu biologis, fisiologis, sosiologis, dan spiritual (Krageloh et al,
2015). Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu
individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. perawat
menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan
tetapi, perawat membantu individu, sakit atau sehat, dalam melakukan
aktivitas berkontribusi pada kesehatan atau pemulihannya (atau kematian
yang damai) yang akan dia lakukan tanpa bantuan jika dia memiliki kekuatan,
kemauan atau pengetahuan yang diperlukan. Dia medefinisikan pasien
sebagai seorang yang membutuhkan asuhan keperawatan, tetapi tidak
membatasi keperawatan pada perawatan penyakit (Rofli, 2021).

12
Solusi pemerintah dalam mengatasi hipertensi tertuang dalam program
puskesmas Bakunase dan sudah dilaksanakan sesuai aturan namun belum
memberikan nilai positif seperti kegiatan senam hipertensi dalam
meningkatkan system peredaran darah, kurangnya pelaksanan penyuluan
kesehatan/KIE, dan deteksi dini factor risiko PTM.
Peran perawat dalam kasus ini merupakan sebagai pengenal kesehatan
(Health Monitor). Perawat mampu memberikan klien dan keluarga untuk
mengenal penyakit yang dialami klien, anjurkan untuk perilaku hidup bersih
dan sehat, mengatur pola makan klien (Kementrian Kesehatan, 2017).
Pemberihan asuhan keperawatan, koordinator, sebagai fasilator dengan cara
menjadikan pelayanan kesehatan mudah di jangkau dan sebagai pendidik
kesehatan tentang hipertensi untuk membantu perilaku yang tidak sehat
menuju hidup yang sehat, serta sebagi penyuluh dan konsultan yang berperan
dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan
masalah adalah “Penerapan Asuhan Keperawatan Model Adaptasi Virgina
Henderson Pada Lansia Ny. L. D. L. Dengan Hipertensi Grade III di RT 016 RW
04 Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bakunase”.
1.2. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi konsep lansia Hipertensi, teori Virgina Henderson
dan asuhan keperawatan lansia dengan hipertensi dengan pendekatan teori
Virgina Henderson Pada Lansia Ny. L.D.L Di RT 016 RW 04 Wilayah Kerja
Puskesmas Bakunase
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi Konsep Teori pada lansia
2) Menidentifikasi Konsep teori Hipertensi
3) Mengidentifikas model konsep teori Virgina Henderson

13
4) Melaksanakan asuhan keperawatan pada Lansia teori Virgina Henderson
Pada Lansia Ny. L.D.L Di RT 016 RW 04 Wilayah Kerja Puskesmas
Bakunase Kupang berdasarkan proses keperawatan yang meliputi :
a) Mampu melakukan pengkajian secara lengkap
b) Mampu merumuskan dan memprioritaskan masalah keperawatan
dengan tepat
c) Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan sesuai terori
d) Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telag di
tetapkan
e) Mampu melakukan evaluasi dengan menggunakan metode SOAP
f) Mampu melakukan dokumentasi secara menyeluruh terhadap proses
keperawatan yang telah dilakukan
1.3. Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam pengembangan aplikasi
terhadap ilmu dan praktik keperawatan terkhususnya dalam pemberian
asuhan keperawatan dengan pendekatan konsep model teori keperawatan
Viirgina Henderson terhadap pasien dengan hipertensi.
2) Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien hipertensi di Puskesmas Bakunase.
1.3.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Meningkatakan pengetahuan dan pengalaman dalam penyusunan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah Hipertensi mengunakan
pendekatan teori Virgina Henderson

14
2) Bagi masyarakat
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi kesehatan guna menambah
wawasan, pengetahuan bagi masyarakat dalam menyikapi masalah
kesehatan yang ada, terkhususnya masalah penyakit degeneratif
Hipertensi.

15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut
usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
2.1.2 Batasan Lansia
1) WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut:
a) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
b) Usia tua (old): 75-90 tahun, dan
c) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

16
2) Kemenkes RI (2019) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu:
a) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
b) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan.
2.1.3 Ciri-Ciri Lansia menurut (Agustian Maunaturrohmah, 2020)
1) Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik,
akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap
sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap social
masyarakat menjadi positif.
3) Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat
sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia
sebagai ketua RW karena usianya.

17
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh: lansia
yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan
keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan
bahkan memiliki harga diri yang rendah.
2.1.4 Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,
termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan
degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas,
mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan
dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan
pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada
umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor
genetik (Siti Nur Kholifah, 2016).

18
2.2 Konsep Penyakit Hipertensi
2.2.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). (Triyanto E,
2014)
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi berarti tekanan tinggi di
dalam arteri-arteri. Arteri-arteri adalah pembuluh-pembuluh yang
mengangkut darah dari jantung yang memompa ke seluruh jaringan dan
organ-organ tubuh. (Pudiastuti, 2016).
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh
darah dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Pudiastuti, 2016).
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak dungkapkan oleh para ahli,
diantaranya WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat
yaitu tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gela-gejala dari gangguan
atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan
gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan
atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan darah meningkat
dengan gejala-gejala yang jelas dari kerusakan dan ganggguan faal dari
target organ. Sedangkan JVC VII, klasifikasi hipertensi adalah :
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi
Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolic
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi :
Stage I (ringan) 140-159 90-99
Stage II (sedang) 160-179 100-109
Stage III (berat) 180-209 110-120
19
Berdasarkan penyebab Hipertensi dibedakan menjadi dua bagian
yaitu:
1. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer
a) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamin (laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan), ras (ras kulit
hitam lebih banyak dari ras kulit putih).
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gram),
kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok, minum alkohol,
minum obat-obatan (Ephedrine, Prednison, Epineprin).
2. Hipertensi Sekunder
Menurut Aspiani (2014), Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat
diketahui sebagai berikut :
a) Penyakit ginjal: glomerulonefritis, piyelonefritis, nekrosis tubular
akut, tumor
b) Penyakit vaskuler: atreosklerosis, hyperplasia, thrombosis, aneurisma,
emboli kolestrol dan Vaskulitis
c) Kelainan endokrin: diabetes mellitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme
d) Penyakit syaraf: stroke, encephalitis, sindrom gulian barre
e) Obat-obatan: kontrasepsi oral, kortikosteroid

20
2.2.3 Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi 3 yaitu (Pudiastuti, 2016):
1) Secara genetis menyebabkan kelainan berupa:
a) Gangguan fungsi barostat renal Sensitifitas terhadap konsumsi garam
b) Abnormalitas transportasi natrium kalium
c) Respon SSP (Sistem Saraf Pusat) terhadap stimulasi psiko-sosial
d) Gangguan metabolisme (glukosa, lipid, dan resistensi insulin)
2) Faktor lingkungan
a) Faktor psikososial: kebiasaan hidup, pekerjaan, stress mental, aktivitas
fisik, status sosial ekonomi, keturunan, kegemukan, dan konsumsi
minuman keras
b) Faktor konsumsi garam
c) Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cartison)
dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat anti radang (anti-
inflamasi) secara terus-menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan
darah seseorang, merokok dan minum minuman beralkohol juga
termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya
tekanan darah tinggi
3) Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah
a) Pada jantung: terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit
b) Pada pembuluh darah: terjadi vaskuler hypertropi
2.2.4 Manifestasi Klinis (Kemenkes RI, 2019)
1. Gejala hipertensi
Manifestasi klinis hipertensi, tidak semua penderita hipertensi mengenali
atau merasakan keluhan maupun gejala, sehingga hipertensi sering dijuluki
sebagai pembunuh diam-diam (silent killer). Keluhan-keluhan pada
penderita hipertensi antara lain :
1) Penglihatan kabur
2) Sakit kepala
3) Jantung berdebar-debar
21
4) Pusing
5) Rasa sakit di dada
6) Mudah lelah
7) Gelisah
2. Gejala komplikasi pada hipertensi :
1) Gangguan penglihatan
2) Gangguan saraf
3) Gangguan jantung
4) Gangguan ginjal
5) Gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang, perdarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, dan
gangguan kesadaran hingga koma
2.2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jelas saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergetar ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini neuron pre-ganglion ke pumbuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pumbuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pumbuluh darah
terhadap rangsangan vasokonstriktor.
Pasien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktifitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresikan efinefrin,
yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pumbuluh
22
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin (Aspiani, 2014).
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan volume intravaskular.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan terjadinya hipertensi (Aspiani,
2014). Digital Repository Universitas Jember 19 Peningkatan tekanan darah
biasanya tidak teratur serta terjadi peningkatan secara terus menerus.
Hipertensi biasanya dimulai sebagai penyakit yang ringan lalu perlahan
berkembang ke kondisi yang parah atau berbahaya (Williams & Wilkins, 2011)
dalam (Mulyadi, 2016). Gejala yang sering muncul pada hipertensi salah
satunya adalah nyeri kepala. Pada nyeri kepala yang diderita oleh pasien
hipertensi disebabkan karena suplai darah ke otak mengalami penurunan dan
peningkatan spasme pembuluh darah (Setyawan & Kusuma, 2014).
Perubahan struktur dalam arteri-arteri kecil dan arteriola menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah. Bila pembuluh darah menyempit maka aliran
arteri akan terganggu Price dan Wilson, 2006 dalam (Setyawan & Kusuma,
2014). Hal tersebut mengakibatkan spasme pada pembuluh darah (arteri) dan
penurunan O2 (oksigen) yang akan berujung pada nyeri kepala atau distensi
dari struktur di kepala atau leher Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012 dalam
(Setyawan & Kusuma, 2014). Nyeri kepala atau sakit kepala merupakan gejala
penting dari berbagai kelainan tubuh organik maupun fugsional. (Ballenger,
2010) dalam (Mulyadi, 2016).
Nyeri kepala ini sering ditandai dengan sensasi prodromal misal mual,
pengelihatan kabur, auravisual, atau tipe sensorik halusinasi. Salah satu teori
penyebab nyeri kepala migrain ini akibat dari emosi atau ketegangan yang
berlangsung lama yang akan menimbulkan reflek vasospasme beberapa
pembuluh arteri kepala termasuk pembuluh arteri yang memasok ke otak.

23
Secara teoritis, vasospasme yang terjadi akan menimbulkan iskemik pada
sebagian otak sehingga terjadi nyeri kepala. Hall, 2012 dalam (Mulyadi, 2016).
2.2.6 Pathway (Terlampir)
2.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan untuk Hipertensi bertujuan mengurangi morbiditas dan
mortalitas dan mengontrol tekanan darah. Menurut Pudiastuti (2016) dalam
pengobatan Hipertensi ada 2 cara yaitu:
1. Pengobatan nonfarmakologik. Pengobatan ini dilakukan dengan cara:
a) Pengurangan berat badan: penderita Hipertensi yang obesitas
dianjurkan untuk menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori
dan peningkatan pemakaian kalori dengan latihan fisik yang teratur
b) Menghentikan merokok: merokok tidak berhubungan langsung dengan
Hipertensi tetapi merupakan faktor utama penyakit kardiovaskuler.
c) Menghindari alkohol: alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan
menyebabkan resistensi terhadap obat anti Hipertensi.
d) Melakukan aktivitas fisik: penderita Hipertensi tanpa komplikasi dapat
meningkatkan aktivitas fisik secara aman.
e) Membatasi asupan garam: kurangi asupan garam sampai kurang dari
100 mmol perhari atau kurang dari 2,3 gram natrium atau kurang dari 6
gram NaCl.
2. Pengobatan Farmakologi
Pengobatan farmakologi pada setiap penderita Hipertensi
memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya Hipertensi,
kelainan organ dan faktor resiko lain. Berdasarkan cara kerjanya, obat
Hipertensi terjadi beberapa golongan, yaitu diuretik yang dapat mengurangi
curah jantung, beta bloker, penghambat ACE, antagonis kalsium yang dapat
mencegah vasokonstriksi. Pada beberapa kasus, dua atau tiga obat
Hipertensi dapat diberikan. Pengobatan Hipertensi biasanya dikombinasikan
dengan beberapa obat:

24
a) Diuretic (Tabel Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)).
Merupakan golongan obat Hipertensi dengan proses pengeluaran
cairan tubuh via urine. Tetapi karena potassium berkemungkinan
terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium
harus dilakukan.
b) Beta-blockers (Atenolol (Tenorim), Capoten (Captropil)). Merupakan
obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui
proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (Vasodilatasi)
pembuluh darah.
c) Calcium Channel blockers (Norvasc (amlopidine), Angiotensin
Converting Enzyme (ACE)). Merupakan salah satu obat yang biasa
dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui
proses relaksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh
darah.
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
1) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2) Pemeriksaan retina
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung.
4) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
5) Urinalisasi untuk mengetahui protein dalam urin darah, glukosa
6) Pemeriksaan: renogram, pielogram dan penentuan kadar urin.
7) Foto dada dan CT scan.

25
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Merupakan tahapan dasar dari seluruh proses keperawatan dengan
tujuan mengumpulkan informasi dan data pasien supaya dapat menidentifikasi
masalah-masalah, kebuthan Kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik,
mental, social dan lingkungan
1. Identitas klien:
Nama merupakan pemberian orangutan sejak lahir sebagai sapaan dalam
keluarga dan mempererat hubungan dengan orang lain dan lingkungan,
umur jumlah tahun hidup seseorang yang terhitung sejak hari pertama lahir
sampai saat ini, jenis kelamin adalah atribut-atribut fisiologi dan anatomis
yang membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam mempermudah
dalam mnejaga privasi lansia, alamat adalah domisili alamat tempat tinggal
sekarang, pekerjaan adalah aktifitas atau rutinitas seseorang untuk
mendapatkan pendapatan atau gaji untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
suku/bangsa adalah suatu golongan atau kelompok manusia yang anggota-
anggotanya mengidentifikasi dirinya dengan sesamanya, biasanya
berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama, agama adalah system
yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupa.
2. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal,
stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta

26
biasanya : sakit kepala, pusing, penglihatan buram, mual, detak jantung tak
teratur, nyeri dada.
4. Keluahan utama
Keluhan yang dapat muncul karena lansia tidak mampu diatasi sendiri
seperti nyeri tengkuk/kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku,
penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.
5. Pemeriksaan Fisik
Sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam
rekam medis. Pemeriksaan fisik dan rekam medis akan membantu dalam
penegakan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. (Barara dan Jauhar,
2011)
1) Umum Inspeksi adanya kelelahan, perubahan nafsu makan, kesulitan
tidur.
2) Integumen : Inspeksi pada lansia terdapat perubahan kelembapan pada
kulit (kering, elastisitas kulit menurun) kulit menjadi tipis, ada perubahan
warna rambut, perubahan kuku.
3) Hemopoetik : Tidak ada pendarahan, tidak ada pembengkakan kelenjar
limfa, tidak ada Riwayat tranfusi darah.
4) Kepala : Inspeksi terdapat sakit kepala, pusing, tidak ada trauma pada
masa lalu
5) Mata : Inspeksi bentuk mata simetris, biasanya pada penderita hipertensi
terdapat adanya gangguan penglihatan, pupil isokor, konjungtiva anemis,
pada lansia juga bisa mengalami gangguan penglihatan seperti rabun jauh
atau rabun dekat.
6) Telinga : Inspeksi bentuk telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat
kelainan, tidak ada lesi, biasanya pada lansia mengalami gangguan
pendengaran. Palpasi tidak terdapat nyeri tekan.

27
7) Hidung dan Sinus : Inspeksi bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, tidak
dijumpai kelainan, apistaksis. Palpasi tidak ada nyeri tekan.
8) Mulut dan Tenggorokan : Inspeksi bentuk mulut biasanya tidak simetris
jika terjadi CVA, tidak ada lesi, tidak ada kesulitan menelan.
9) Leher : Inspeksi tidak ada benjolan. Palpasi terdapat kekakuan bagian
belakang, terdapat nyeri tekan pada bagian belakang.
10) Payudara : Inspeksi tidak ada lesi, tidak keluar cairan dari putting susu.
Palpasi tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
11) Sistem Pernafasan Inspeksi tidak ada batuk, tidak ada sesak, tidak ada
sputum, tidak ada mengi. Auskultasi Sonor
12) Sistem Kardiovaskular : Inspeksi tidak ada nyeri dada, tidak ada sesak,
tidak ada edema palpasi tidak ada nyeri tekan, vocal premitus kanan kiri
sama, Auskultasi bunyi jantung pekak
13) Gastrointestinal : Inspeksi anoreksia, tidak toleran terhadap makan,
hilangnya nafsu makan, mual, muntah, perubahan berat badan, perubahan
kelembapan kulit.
14) Perkemihan : Inspeksi tidak ada edema pada pasien, inkotinensia urine.
15) Genitalia : Reproduksi wanita Inspeksi: tidak ada lesi, riwayat
mentruasi, riwayat menopause, tidak ada penyakit kelamin. Palpasi tidak
ada nyeri tekan pelvic.
16) Muskuloskeletal Inspeksi kelemahan, letih, ketidakmampuan
mempertahankan kebiasaan rutin, perubahan warna kulit, gerak tangan
empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat.
17) Sistem saraf pusat Inspeksi terdapat sakit kepala, kejang, kaku kuduk,
serangan jantung, stroke, tremor.
18) Sistem endokrin Inspeksi pada pasien penderita hipertensi tidak
ditemukan adanya pembesaran pada kelenjar tiroid dan karotis
6. Pemeriksanaan penunjang

28
Studi Diagnostik adalah mendeteksi penyakit, menentukan factor resiko
penyakit, memantau perkembang penyakit dan memantau efektivitas
pengobatan melalui pemeriksaan darah, urine, feses, dan cairan tubuh
lainnya.
1. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan
indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. Kimia darah.
a. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi
atau faal renal.
b. Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes melitus adalah presipitator
hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
c. Kadar kolestrol atau trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
d. Kadar serum aldosteron: menilai adanya aldosteronisme primer.
e. Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
f. Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko
hipertensi.
3. Elektrolit.
a. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya
aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).
b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
4. Urine.
a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine
mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.
b. Urine VMA (catecholamine metabolite): peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

29
c. Steroid urine: peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, Sindrom Cushing’s;
kadar renin juga meningkat.
5. Radiologi.
a. Intra Venous Pyelografi (IVP): mengidentifikasi penyebab hipertensi
seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, benign prostate
hyperplasia (BPH).
b. Rontgen toraks: menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup jantung,
deposit kalsium pada aorta dan pembesaran jantung.
6. EKG: menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan
konduksi atau disritmia.
2.3.2 Analisa Data
Analisa data merupakan metode yang dilakukan untuk mengkaitkan
data klien serta menghubungankan dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan dalm menentukan masalah
kesehatan pasien dan keperawatan pasien. Analisa data terdiri dari data,
etiologi, dan masalah keperawatan. Data terbagi menjadi dua yaitu : data
subjektif (DS) dan data objektif (DO). Data subjektif merupakan data yang
diperoleh dari keluhan pasien atau keluarga. Sedangkan data objektif
merupakan data hasil pemeriksaan fisik yang didapat oleh perawat.
2.3.3 Diagnosa keperawatan
Merupakan bagian dari proses keperawatan yang merupakan bagian
dari penilaian klinis tentang pengalaman/tanggapan individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehtan actual/potensial /proses kehidupan
(Tim pokja SDKI PPNI, 2017).
2.3.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
30
mengimplementasikan intervensi keperawatan.Tindakan pada intervensi
keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi
(PPNI, 2018) Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI
PPNI (2017).
2.3.5 Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangakian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari maslah status Kesehatan
yang dihadapi. Status Kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Tim pokja SDKI PPNI, 2018).
2.3.6 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status
kesehatan pasien dengan kriteria hasil yang diinginkan. Evaluasi adalah
aktivitas yang terus-menerus, berkelanjutan, dan terencana yang melibatkan
pasien, keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lain (Christensen &
Kenney, 2009). Evaluasi memiliki beberapa tujuan. Tujuan utamanya adalah
menentukan kemajuan pasien dalam mencapai kriteria hasil yang sudah
dirancang. Tujuan penting lainnya adalah menilai efektivitas komponen
proses keperawatan dalam membantpu Pasien mencapai kriteria hasil
(Christensen & Kenney, 2009).
Evaluasi melibatkan perbandingan respons pasien saat ini dengan
perilaku dasar untuk menentukan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan
jangka pendek dan jangka panjang. Penilaian mengenai kemajuan pasien
dibuat dengan menganalisis dan menilai data objektif dan subjektif oleh
perawat, pasien, keluarga, dan anggota tim. Jika kemajuan tidak cukup
dalam mencapai kriteria hasil, maka pasien dan perawat memperbaiki
rencana asuhan (Christensen & Kenney, 2009).

31
2.4 Model Konsep Teori Virgina Henderson
2.4.1 Gambaran model konseptual keperawatan
Menurut Virginia Hendorson dalam Sutandio (2016) antara lain
konsep keperawatan. Hal tersebut berkaitan dengan pemberian bantuan
kepada individu agar bisa mewujudkan kesehatan yang baik atau sehat
sehingga memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mandiri.
Kemudian alasan tindakan keperawatan. Dari ketidaktercapainya itu
maka alasan tindakan ini untuk mewujudkan pemenuhan dari 14 kebutuhan
dasar manusia. Alasan tersebut yang menjadi alasan dari tindakan itu
sendiri. (Sutandio,2016).
Selain alasan tindakan yakni Sehat, yang berarti kecapaian atau hasil
yang diharapakan dari tindakan keperawatan berdasarkan fungsi dari 14
kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson (Sutandio, 2016).
Konsep individu berkaitan dengan keadaan biologis itu sendiri. Dan
konsep lingkungan berkaitan dengan tindakan dimana lingkungan sangat
berpengaruh dan bisa membuat individu bisa memiliki kekuatan (Sutandio,
2016).
2.4.2 Model sumplementasi dan komplementasi
Menurut model teori Virginia Henderson dalam Sutandio (2016)
meliputi tujuan keperawatan dimana kepuasan individu dalam mencapai hal
yang diinginkan sehingga bisa mandiri dalam 14 konsep kebutuhan dasar
manusia.
Selain tujuan keperawaatan pasien juga merupakan komponen bio,
psiko, kultur, dan spiritual. Dari komponen itu menjadikan tidakan
pemenuhan secara fisik dan rohani. Sutandio. Tidak hanya pasien peran
perawat juga penting dalam meembantu pasien memepertahankan
kemampuanunya untuk mandiri (Sutandio, 2016).
Penyebab kesulitan pasien merupakan bagian dari model
sumplementasi dimana berkaitan dengan menurunnya kondisi pasien. Maka

32
dibutuhkan fokus intevensi yang berkaitan dengan cara mengurangi
penyebab itu (Sutandio, 2016)
Dengan mengurangi penyebab itu maka dibutuhkan pola intervensi
untuk mengembalikan kondisi awal yang sehat. Namun dalam tindakannya
ada konsekuensi tindakan, bisa meningkatkan kemandirian atau menjadikan
kematian yang tenang (Sutandio, 2016).
2.4.3 Komponen kebutuhan dasar manusia Virginia Henderson
1. Bernafas dengan Normal
Memberikan bantuan yang diberikan kepada klien oleh perawat
merupakan dengan membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok,
serta menggunakan bantal, alas dan yang lainnya sebagai alat pembantu
klien agar dapat bernafas dengan normal. Dan perawat harus waspada
terhadap tand-tanda jalan nafas dan siap memberikan bantun dalam
keadaan tertentu (Dwidiyanti,2020)
2. Kebutuhan akan Nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat
badan yang normal, kebutuhan yang diperlukan adalah dengan pemilihan
dan penyediaan makanan. Pendididkan kesehatan akan berhasil apabila
diperhatikan latar belakng budaya dan sosial klien. Dengan itu perawat
harus mengetahui kebiasaan dan kepercayaan klien tentang nutrisi.
Perawat juga harus mengetahui pengetahuan yang cukup tentang nutrisi
dan tumbuh kembang (Dwidiyanti, 2020)
3. Kebutuhan Eliminasi
Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan
normalnya, jarak waktu pengeluaran dan frekwensi normalnya, yang
meliputi keringat, udara yang keluar saat bernafas. Menstruasi, muntah,
buah air besar dan buang air kecil (Dwidiyanti, 2020).
4. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan tubuh,
miring dan bersandar. Artinya perawat harus bisa memberikan rasa
33
nyaman dalam semua posisi, dan perawat tidak membiarkan pasien
berbaring terlalu lama pada satu posisi. Artinya perawat harus dapat
melindungi pasiennya selama sakit dengan berhati-hati saat memindahkan
dan mengangkat (Dwidiyanti, 2020).
5. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidut sebagian besar tergantung pada relaksasi otot, untuk itu
perawat harus bisa mengetahui tentang pergerakan badan yang baik. Di
samping pergerakan badan juga dapat dipengaruhi oleh emosi (stres),
dimana stres merupakan keadaan normal dari aktifitas kreatif. (Dwidiyanti,
2020).
6. Kebutuhan Berpakaian
Tugas dari perawatan dasarnya membantu klien memilih pakaian yang
tepat dan sesuai dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk
bagaimana cara memkainya. Perawat juga tidak boleh memaksaan kepada
klien pakaian yang tidak dia sukai karena al itu dapat menghilangkan rasa
kebebasan klien (Dwidiyanti, 2020).
7. Mempertahankan Temperatur Tubuh atau Sirkulasi
Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa mendorong kearah
tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan mengubah temperatur,
kelembaban atau pergerakan udara. Menu makanan dan pakaian yang
dipakai juga ikut mempengaruhi temperatur suhu. (Dwidiyanti, 2020).
8. Kebutuhan akan Personl Hygiene
Klien harus disediakan fasilitas-fasilitas peralatan dan bantuan dari
perawat sangat dibutuhkan klien untuk membersihkan kulit, rambut, kuku,
hidung, mulut dan giginya. Cara-cara mengenail kebersihan berbeda
dengan tiap klien tetapi tidak perlu menurunkan hanya karena sakit.
Perawat haus bisa menjaga pasiennya agar tetap bersih terlepas dari
besarnya badan klien, kedudukan, keadaan fisik dan jiwanya (Dwidiyanti,
2020).

34
9. Kebutuhan Rasa Amanan Nyaman
Dalam keadaan sehat setiap orang bebas mengontrol keadaan sekililingnya
atau mengubah keadaan itu bila beranggapan sudah tidak cocok lagi.
Ketidaktahun dapat menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu baik
dalam keadaan sehat maupun sakit. Seorang klien mungkin mempunyai
pantangan yang tidak diketahui petugas kesehatan. Seperti adat istiadat,
kasta, maupun kepercayaan serta agama juga mempengaruhi. Perawat
dasarnya meliputi melndungi klien dri trauma dan bahaya yang timbul
mikroorganime patogen. (Dwidiyanti, 2020)
10. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan,
rasa takut dan pendapat.
Perawat mempunyai tugas yang baik yang bersifat pribadi maupun yang
menyangkut keseluruhan personalitas dalam memberikn bantuan kepada
klien. Perawat merupkan penterjemah dalam hubungn klien dengan tim
kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya. Tugas terberat perawat
adalah membuat klien mengerti dirinya sendiri, mengeri perlunya
perubahan sikap yang memperburuk kesehatannyadan menerima keadaan
yang tidak dapat dirubah. Penciptaan lingkungan yang terapeutik
(komunikasi) sangat membantu dalam hal ini (Dwidiyanti, 2020)
11. Kebutuhan Spiritual
Dalam memberikan perawatan dalam situasi apapun kebutuhan spiritual
klien harus dihormati dan perawat harus membantu dalam pemenuhan
kebutuhan itu. Perawat dan petugas kesehatan harus menyadari bahwa
keyakinan, kepercayaan, dan gama sangat berpengaruh terhadap upaya
penyembuhan bagi klien. Dwidiyanti (1998 )
12. Kebutuhan Bekerja
Sakit bisa menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja. Rasa
keberatan terhadap terapi bed rest ( istirahat ) didasarkan pada
meningkatanya perasaann tidak berguna karena tidak aktif. Rehabilitasi

35
pada klien berarti menempatkan kembali pada pekerjaannya yang
produktif. Dwidiyanti (1998)
13. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Sering kali keadaan sakit menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan
menikmati variasi dan udara yang segar serta rekreasi. Oleh sebab itu perlu
dipilihkan beberapa ativitas yang sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin,
umur, kecerdasan, pengalaman dan elera klien, kondisi, serta keadaan
penyakitnya. Dwidiyanti (1998)
14. Kebutuhan Belajar
Bimbingan latihan atau pendidikan merupakan bagian dari pelayanan
dasar. Fungsi perawat adalah membantu klien belajar dalam mendorong
usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan serat kuat memperkuat
dan menikuti rencana terapi yang diberikan. Fungsi perawat sebagai
pendidik nampak dalam pemberian bimbinga dengan memberikan contoh-
contoh dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Pembimbing dapat
dilakukan setiap saat ketika perawat memberikan asuhan (Dwidiyanti,
2020).
Menurut Henderson, ke-14 kebutuhan dasar yang harus menjadi fokus
tersebut dipengaruhi oleh : Usia ,Kondisi emosional (mood &
temperamen), Latar belakang sosial dan budaya dan Kondisi fisik dan
mental, termasuk berat badan, kemampuan dan ketidakmampuan sensorik,
kemampuan dan ketidakmampuan lakomotif, dan status mental Henderson
juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan keperawatan.
Didalam modelnya ia menggambarkan rencana keperawatan, metode
skematik untuk pengawasan asuhan. Perencanaan yang cermat akan
mengklarifikasikan hal-hal berikut :
1. Urutan aktifitas yang harus dilakukan.
2. Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan
3. Perubahan-perubahan yang telah dibuat.

36
Sebagai ringkasannya, prinsip-prinsip dasar dari model Henderson
adalah sebagai berikut :
a) Fungsi unik dari perawat
b) Upaya pasien kearah kemandirian
c) Asuhan keperawatan dasar berdasarkan kebutuhan dasar manusia
d) Perencanaan yang akan diberikan.
Prinsip-prinsip dasar tersebut menandai era baru bagi keperawatan.
Perawat menyadari fungsi dan keunikannya, dan kesadaran ini menandai era
baru ketika profesi keperawatan mulai menelaah sifat aktual dari kerja
keperawatan secara lebih kritis dari sebelumnya. Komitmen menuju
kemandirian dan autonomi pada pasien juga menandai era tersebut.
Sebelumnya, terdapat kecenderungan bagi perawat untuk mencoba
melakukan semuanya bagi pasien. Secara umum,aktifitas keperawatan harus
didukung atau ditentukan oleh tindakan terpeautik dokter.
2.4.4 Tujuan Keperawatan Menurut Henderson
Tujuan keperawatan yang dikemukakan oleh Handerson adalah untuk
bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan dan
membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat
mungkin. Dimana pasien merupakan mahkluk sempurna yang dipandang
sebagai komponen bio, psiko, cultural, dan spiritual yang mempunyai empat
belas kebutuhan dasar (Aplikasi model konseptual keperawatan, Meidiana D).
Menurut Handerson peran perawat adalah menyempurnakan dan membantu
mencapai kemampuan untuk mempertahankan atau memperoleh kemandirian
dalam memenuhi empat belas kebutuhan dasar pasien. Faktor menurunnya
kekuatan, kemauan dan pengetahuan adalah penyebab kesulitan pasien dalam
memperoleh kemandiriannya. Untuk itu diperlukan fokus intervensi yaitu
mengurangi penyebab dimana pola intervensinya adalah mengembalikan,
menyempurnakan, melengkapi, menambah, menguatkan kekuatan, kemauan,
dan pengetahuan.
2.4.5 Theoretical Assertions
37
1. Hubungan Perawat dengan Pasien
Ada tiga tingkat hubungan antara perawat dengan pasien yang
diidetifikasikan oleh Henderson dari hubungan ketergantungan sampai
ketidaktergantungan. Hubungan tersebut meliputi :
1) Perawat sebagai pengganti pasien (substitute)
Pada saat sakit perawat menggantikan kebutuhan pasien yang
diakibatkan oleh karena kehilangan kekuatan fisik, ketidakmauan dan
kurangnya pengetahuan. Henderson mengungkapkan hal ini statmennya
bahwa 'Perawat, kesadaran bagi ketidaksadaran, kehidupan dari
kematian, tangan dari orang yang teramputasi, mata bagi orang buta,
pemberi kehangatan bagi bayi, juru bicara bagi orang bisu, dan
sebagainya.
2) Perawat sebagai pembantu pasien (helper)
Selama kondisi tidak sadar, perawat membantu pasien menemukan
kemandiriannya. Henderson mengatakan ”Kemandirian adalah suatu
hal yang relative, tidak satupun kita tidak bergantung pada orang lain,
tetapi kita mencoba memberi kemandirian dalam kesehatan, bukan
ketergantungan dalam kesakitan”.
3) Perawat sebagai teman pasien (partner)
Sebagai partner, pasien dan perawat bersama-sama memformulasikan
rencana keperawatan kebutuhan dasar yang didiagnosis. Juga
dimodifikasi sesuai kondisi, usia, temperamen, emosi, status sosial,
kebudayaan, dan kapasitas intelektual pasien.
Perawat juga harus dapat mengatur lingkungan sekitar bila diperlukan.
Henderson percaya 'Perawat yang tahu reaksi fisiologis dan patologis
dari perubahan temperature, pencahayaan, tekanan gas, bau, kebisingan,
bau zat kimia, dan organisme akan mengorganisasikan lingkungan dan
memaksimalkan fungsi fasilitas yang ada, perawat dan pasien harus
selalu bekerja sama untuk mencapai tujuan, baik dalam mencapai

38
kemandirian atau kematian yang tenang. Salah satu tujuan perawat
adalah menjaga aktifitas sehari-hari pasien senormal mungkin.
Peningkatan status kesehatan adl tujuan penting dari perawatan.
Menurut Henderson, lebih penting membantu seseorang bagaimana
menjadi sehat daripada mengobati ketika sakit.
2. Hubungan perawat dengan dokter
Henderson menyatakan bahwa perawat mempunyai fungsi yang unik,
berbeda dengan dokter, dimana keperawatan, diatur oleh perawat dan
pasien bersama-sama saling mendukung dengan rencana atau program
therapy dokter. Henderson menekankan, Perawat tidak hanya mengikuti
perintah dokter. Suatu pertanyaan 'Mengapa dokter selalu memberi
perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lain?'. Bahkan perawat
mampu membantu pasien ketika dokter tidak ada. Henderson juga
menyatakan bahwa perawat ataupun dokter sangat melebihi batas.
3. Perawat sebagai anggota Tim Kesehatan
Perawat bekerja saling bergantung pada tenaga kesehatan yang lain.
Perawat dan tenaga kesehatan lain membantu menjalankan seluruh
program perawatan pasien. Henderson mengingatkan bahwa diantara
team kesehatan mempunyai sumbangsih yang sama dalam perawatan
pasien. Tak ada yang lebih besar, masing-masing mempunyai fungsi
unik sendiri- sendiri.
2.4.6 Aplikasi Teori Virgina Henderson Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian
a. Core/inti
Data diri pasien yang terdiri dari: umur, pendidikan, jenis
kelamin, agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya
penyakit.
b. Perawat mengkaji ke-14 komponen dasar, komponen pertama
dinilai secara penuh kemudian menuju pada komponen
39
selanjutnya. Untuk mengkaji data dari ke-14 komponen ini,
perawat membutuhkan pengetahuan dari apa yang normal dalam
kesehatan, juga pengetahuan tentang apa-apa yang menyebabkan
sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa dirumuskan berdasarkan dari analisis data dari ke-14
komponen kebutuhan dasar manusia / pasien.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan melibatkan pembuatan rencana agar sesuai dengan
kebutuhan individu, memperbaharui jika diperlukan, dan menjamin
bahwa ini sesuai dengan yang ditentukan dokter. Sebuah rencana yang
baik mengintregasikan pekerjaan dari semua yang ada dalam tim
kesehatan.
4. Implementasi
Perawat membantu pasien melaksanakan aktifitas untuk memelihara
kesehatan, untuk menyembuhkan dari sakit, atau untuk membantu
dalam kematian yang tenang. Bersifat individu, tergantung pada prinsip
fisiologis, umum, latar belakang budaya, keseimbangan fisik dan
intelektual.
5. Evaluasi
Menurut Henderson, perawat akan melakukan evaluasi berdasar pada
tingkatan dimana pasien dapat mandiri.
2.4.5 Manfaat Teori Virginia Henderson Dalam Praktik Keperawatan
1. Teori Virginia Henderson memberikan pernyataan tentang profesi
perawat yang unik, terlepas dari profesi kedokteran, sehingga perawat
dapat menentukan rencana keperawatannya dengan mandiri tanpa
menunggu instruksi dari dokter.
2. Melengkapi model konseptual keperawatan yang telah ada.

40
BAB III.
METODE PENULISAN KARYA TULIS AKHIR

3.1 Jenis dan Rancangan Studi

Jenis penelitian yang digunakan dalam karya tulis akhir ini adalah
penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus. Menurut Nursalam
(2015), penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang keadaan klien secara
objektif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan
penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif
misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas atau institusi. Rancangan
suatu studi kasus bergantung pada suatu keadaan, namun harus tetap
memperhatikan faktor penelitian waktu. Keuntungan yang besar dari
rancangan ini meskipun jumlah respondennya sedikit, sehingga akan
didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas (Nursalam, 2015). Karya
tulis akhir ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan
gerontik melalui penerapan teori Virgina Henderson pada lansia (Ny. L.D.L)
dengan hipertensi grade 3 di RT 016 RW 04 wilayah kerja puskesmas
Bakunase Kupang

3.2 Tempat dan Waktu Pengambilan Data

3.2.1 Tempat Pengambilan Data


Tempat pengambilan data atau pelaksanaan asuhan keperawatan pada studi
kasus ini dilakukan di RT 016 RW 04 wilayah kerja puskesmas Bakunase
Kupang
3.2.2 Waktu Pengambilan Data
Waktu pengambilan data atau waktu pelaksanaan asuhan keperawatan
dilakukan selama 3 hari perawatan yaitu sejak 25-27 November 2021

41
3.3 Cara Pengambilan Data

Pengambilan data atau pengumpulan data merupakan suatu proses


pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah pengumpulan data
bergantung rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan
(Nursalam, 2015).
Pengumpulan data pada studi kasus ini dilakukan dengan menggunakan
metode berikut:
1. Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan informasi dari klien
dengan mengkaji data dan bekerja sama dengan tim untuk memformulasi
diagnosis keperawatan dan merencanakan asuhan keperawatan. Tujuan
wawancara adalah untuk merencanakan asuhan yang efektif yang akan
memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2015).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah bagian dari pengumpulan data yang
dilakukan dengan tujuan pemeriksaan secara umum untuk dijadikan
sebagai data dasar. Pemeriksaan fisik diperoleh lewat 4 cara pemeriksaan
yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
3. Studi dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari
dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, tabel atau
daftar periksa, dan status pasien.

3.4 Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya


membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam
opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan
42
dari studi kasus yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam
yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah studi kasus (Nursalam,
2015). Urutan dalam analisis adalah:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada
subyek dan proses pengumpulan data tergantung dari desain penelitiaan.
Proses pengumpulan data studi kasus ini terdapat tiga tahapan yaitu : data
dikumpulkan dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
Data yang dikumpulkan sesuai dengan format standar asuhan keperawatan
yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2. Reduksi data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting (Sugiyono, 2016). Data yang
terkumpul dijadikan dalam bentuk stdui laporan asuhan keperawatan.
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan teks naratif. Kerahasiaan dari klien
dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari partisipan.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data
yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan dan evaluasi (Nursalam, 2015).

43
3.5 Kerangka Konsep
Teori asuhan Keperawatan Teori Virgina Henderson

Pengkajian 14 komponen kebutuhan dasar manusia

1. Bernafas dengan Normal

2. Kebutuhan akan Nutrisi

3. Kebutuhan Eliminasi

4. Gerak dan Keseimbangan Tubuh

5. Kebutuhan Istirahat dan Tidur

6. Kebutuhan Berpakaian

7. Mempertahankan Temperatur Tubuh

8. Kebutuhan akan Personl Hygiene

9. Kebutuhan Rasa Amanan Nyaman

10. Berkomunikasi dengan orang lain dan


mengekspresikan emosi, keinginan, rasa takut
dan pendapat.
11. Kebutuhan Spiritual

12. Kebutuhan Bekerja

13. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi

14. Kebutuhan Belajar

Analisa Data 44
Diagnosa dirumuskan berdasarkan dari analisis data
Diagnosa dari ke-14 komponen kebutuhan dasar manusia/
keperawatan pasien.

Intervensi Intervensi keperawatan disesuaikan dengan 14


Keperawatan komponen kebutuhan dasar manusia/ pasien

Implementasi Implementasi
Keperawatan Keperawatan

Evaluasi Evaluasi
Keperawatan Keperawatan

Keterangan

: Dikaji

: Tidak dikaji

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

45
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum


Asuhan Keperawatan lansia pada Ny. L.D.L dengan masalah utama
hipertensi grade III di UPTD wilayah kerja Puskesmas Bakunase, bertempat
tinggal di Jl. Kapadala RT.16/RW. 04, Kelurahan Airnona Kecematan Kota
Raja.
4.2.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 November 2021 di RT. 16/
RW. 04, Kelurahan Airnona, kecematan Kota Raja di UPTD wilayah kerja
Puskesmas Bakunase Kota Kupang dengan dengan metode wawancara dan
observasi mendapatkan data sebagai berikut:
1). Identitas Klien
Nama Ny. L.D.L, umur 60 tahun, Jenis kelamin perempuan, status
perkawinan sudah menikah , suku/bangsa Sabu/Indonesia, beragam
katolik, pendidikan terakhir S1/sarjana, pekerjaan pensiuan guru, alamat
tempat tinggal Jl. Airnona, diagnosa medis : Hipertensi grade III.
2) Riwayat penyakit
a) Keluhan utama : nyeri tengkuk
b) Riwayat keluhan utama : Pasien mengeluh merasa kepalanya pusing
setiap bangun tidur, nyeri tengkuk sudah 2 hari yang lalu setelah
mengkonsumsi daging, nyeri dirasakan nyut-nyutan dan hilang timbul,
leher tegang, skala nyeri 5 dari rentang 0-10 (nyeri sedang). Nyeri saat
pasien melakukan aktifitas berlebihan, dan capek. Pasien mengatakan
mengkonsumsi obat captrofil 10 mg 1 x 1, jika merasa nyeri tengkuk dan
pusing, nyeri bertambah saat pasien merasa capek karena melakukan
aktifitas berlebih.

46
c) Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh
Ny. L.D.L adalah hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, dan Ny. L.D.L
biasanya berobat ke puskesmas, dengan obat yang biasa didapatkan dari
puskesmas adalah amlodipine 1x10mg/oral namun jarang dikonsumsi
oleh pasien. NY. L.D.L tidak memiliki riwayat alergi, tidak ada riwayat
operasi, tidak merokok dan tidak minum alkohol. Pasien mengkonsumsi
kopi 1 gelas/hari di pagi hari.
d) Pemeriksaan fisik : Tingkat kesadaran Compos Metis (V:4, M:5, E:6).
Tanda-tanda Vital, TD: 180/100 mmHg, N: 92 kali/menit, RR: 20
kali/menit dan S: 36,7 OC. Berat badan 65 kg, tinggi badan 159 cm, IMT :
26 dan status gizi baik. Kepala dan leher: bentuk kepala simetris , ada
sakit kepala dan pusing, tidak ada lesi dan massa, observasi wajah:
simetris. Mata: konjungtiva, merah, sklera putih, tidak pakai kaca mata,
penglihatan tidak kabur, tidak ada nyeri, tidak ada peradangan, dan tidak
pernah operasi. Telinga: tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada nyeri
pada telinga. Hidung: tidak ada alergi rhinnitus, tidak ada riwayat polip,
sinusitis dan epistaksis. Tenggorokan dan mulut : keadaan gigi bersih,
tidak ada caries, tidak emakai gigi palsu, tidak ada gangguan bicara, tidak
ada gangguan menelan, dan tidak ada pembesaran kelenjar leher. Sistem
Kardiovaskuler: nyeri dada tidak ada. Inspeksi: bentuk dada simetris,
bibir basah, kuku normal, capillary refill time (CRT) normal (< 3 detik),
tidak ada edema pada tangan, kaki, sendi , apical pulse teraba, vena
jugularis teraba, palpasi tidak ada pembesaran jantung, auskultasi BJ I:
normal (lub), BJ II: normal (dup), tidak ada murmur (suara jantung
tambahan), clubbing finger normal dan tidak terjadi pendarahan spontan.
Sistem Respirasi: tidak ada keluhan sesak napas. Inspeksi: tidak adanya
batuk, dispnea, takipnea, sputum, dan pergerakan dada simetris.
Auskultasi: Tidak adanya suara napas tambahan whezing atau ronchi.
Sistem Pencernaan: Inspeksi: Pasien mengalami mual dan tidak muntah,

47
elastisitas turgor kulit baik, mukosa bibir basah, tidak ada luka/
perdarahan, tidak ada tanda-tanda radang, keadaan gusi normal, keadaan
abdomen: warna kulit sawo matang, dinding perut lembek, tidak ada
nyeri tekan pada abdomen. Auskultasi: terdengar bising usus normal 25
x/menit. Perkusi: perut tidak kembung. Sistem Persyarafan: pasien
mengeluh nyeri ditengkuk dan kepala. P : paliatif/provokatif (yang
mengurangi/meningkatkan nyeri), pasien mengatakan nyeri di tengkuk
dirasakan sejak 2 hari yang lalu setelah mengkonsumsi daging babi.
Nyeri berkurang saat pasien banyak beristirahat dan minum obat
hipertensi yang selama ini dikonsumsi, dan nyeri bertambah saat pasien
merasa capek karena melakukan aktifitas berlebih. Q : qualitas/quantitas
(frekuensi dan lamanya keluhan dirasakan serta deskripsi sifat nyeri yang
dirasakan: Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti nyut-nyut,
dirasakan hilang timbul. R : region/tempat (lokasi sumber &
penyebarannya): Nyeri dirasakan di tengkuk dan menjalar ke kepala. S :
severity/tingkat berat nyeri (skala nyeri 0-10): Nyeri dirasakan pada skala
5 dari rentang 0-10 (nyeri sedang). T : time (kapan keluhan dirasakan dan
lamanya) : Pasien mengatakan nyeri di tengkuk dirasakan sejak 2 hari
yang lalu. Tingkat kesadaran compos mentis, GCS (E/M/V): 4/5/6 = 15.
pupil isokor, tidak ada kejang, tidak ada jenis kelumpuhan, tidak ada
parasthesia, koordinasi gerak normal dan reflexes normal. Sistem
Musculoskeletal: tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada nyeri sendi
dan nyeri otot, refleksi sendi normal, skala kekuatan normal (5). Sistem
Integument: tidak adanya lesi dan gatal-gatal pada permukaan kulit.,
kuku pendek dan bersih. Sistem Perkemihan: Inspeksi: tidak ada
hematuria, urin warna kuning jernih. Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada
kandung kemih, produksi urine baik, intake cairan (oral) : 1000-1500
cc/hari. Sistem Endokrin: tidak ada keluhan, pembesaran kelenjar tidak
ada, pasien sudah menupouse sejah 3 tahun yang lalu, keadaan umum

48
payudara normal, persalinan normal 3 kali, abortus tidak ada. Pola
kegiatan sehari-hari (ADL) : Pola makan 3x kali sehari, frekuensi makan
3x1 porsi makan, napsu makan baik, makanan pantangan daging-daging
dan tinggi garam, makanan yang disukai daging, banyak minum dalam
sehari ±8 gelas/hari, BB : 65 kg, TB : 157 cm, IMT : 26,42 (overweight),
tidak ada kenaikan atau penurunan BB selama sakit. Eliminasi :kebiasan
Buang Air Kecil (BAK) frekuensi dalam sehari 5x, warna kuning jernih,
bau khas, jumlah/hari ±1500 cc dan tidak ada perubahan selama sakit.
Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) : frekuensi dalam sehari 1x, warna
kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi lunak, tidak perubahan selama
sakit. olahraga dan aktifitas : kegiatan olahraga yang disukai jalan pagi,
yang dilakukan secara teratur. tidur malam jam 21:00, bangun jam 03.00,
tidur siang jam 13:30 bangun jam 14:00 , pasien mudah terbangun jika
nyeri tengkuk dan pusing yang tidak tertahan. Pengkajian spiritual :
Ny. L mengatakan tetap menjalankan sembhayang dirumah
maupun tempat ibadah. Status Fungsional : pemeriksaan indeks
Barthel padanya Ny. L.D.L dari hasil pengkajian menggunakan
modifikasi dari Barthel didapatkan skor 130 poin, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ny. L mandiri. Status Kognitif dari hasil
pengkajian status mental dengan menggunakan SPMSQ Ny. L.D.L
bisa menjawab 10 pertanyaan dengan benar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa fungsi intelektualnya masih utuh. Mini mental
status exam (MMSE), dari hasil identifikasi aspek kognitif
menggunakan MMSE diperoleh skor 28, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada gangguan kognitif pada Ny. L.D.L
Status Fungsi social.
e) Pemeriksaan penunjang : pasien tidak melakukan pemeriksaan
laboratorium karena pasien berobat dan memeriksa kesehatan di
puskesmas Bakunase dan Pustu Kapadala

49
2. Pengkajian Keperawatan Menurut Virgina Henderson
Menurut model teori Virgina Henderson, perawat mengkaji ke-14 komponen
dasar, komponen pertama dinilai secara penuh kemudian menuju pada komponen
selanjutnya. Untuk mengkaji data dari ke-14 komponen ini, perawat
membutuhkan pengetahuan dari apa yang normal dalam kesehatan, juga
pengetahuan tentang apa-apa yang menyebabkan sakit. Pengkajian 14 komponen
dasar keperawatan menurut Virgina Henderson di dapatkan 5 masalah yaitu :
1. Kebutuhan akan Nutrisi : BB : 65 kg, TB : 157 cm, IMT : 26,42 (overweight);
kulit turgor baik, pasien mengkonsumsi daging, dan tinggi garam, pasien
riwayat mengkonsumsi kopi 1 gelas setiap pagi 3 tahun lalu
2. Gerak dan Keseimbangan Tubuh : Pasien mengatakan mudah lelah, pusing
dan capek jika beraktivitas berlebihan. Tanda-tanda Vital, TD: 180/100
mmHg
3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur : Pasien mengalami sulit tidur dan istirahat jika
nyeri tengkuk. Pasien mengatakan tidur 5 jam dan sering terbangun karena
nyeri.
4. Kebutuhan Rasa Amanan Nyaman : Pasien mengatakan sering pusing saat
beraktivitas berlebihan
5. Kebutuhan Belajar : Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat darah
tinggi secara rutin.
4.3 Analisa Data
Tabel 4.1 Analisa Data Kasus
Data-data Pendukung Penyebab Masalah
DS : pasien mengatakan nyeri Agen pencedera Nyeri akut
tengkuk hilang timbul seperti fisiologis : resistensi
tertusuk-tusuk dengan skala 5 pembuluh darah
dirasakan sejak 2 hari yang
lalu, kurang tidur karena nyeri
yang dirasakan
DO : Pasien tampak meringgis
menahan nyeri, memegang
daerah nyeri, gelisah. TTV :
TD : 180/100 mmHg, N :

50
92x/mnt, RR: 20x/mnt dan S:
36,7 OC, skala nyeri 5, bantalan
hitam di bawah kelopak mata.
DS: Ny. L juga mengatakan Factor risiko : Risiko perfusi
terkadang mengalami leher Hipertensi serebral tidak
tegang, pusing, mudah lelah efektif
setelah melakukan aktifitas
berlebih.
DO : KU : Baik, TD :
180/100 mmHg
DS : pasien mengatakan tidak Ketidakadekutan Ketidakpatuhan
mengkonsumsi obat yang pemahaman
dianjurkan oleh petugas
kesehatan dan sering
mengkonsumsi daging dan
tinggi garam.
DO : perilaku tidak megikuti
program diit dan pengobatan
sesuai di anjurkan, perilaku
tidak menjalankan anjuran

Pada teori Virgina Henderson tidak memilki pengelompokkan data


sehingga tidak menggunakan analisa data.

4.4 Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan Kasus


f) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis :
resistensi pembuluh darah (D.0077) yang ditandai dengan DS : pasien
mengatakan nyeri tengkuk hilang timbul seperti tertusuk-tusuk dengan
skala 5 dirasakan sejak 2 hari yang lalu, kurang tidur karena nyeri yang
dirasakan. Pasien tampak meringgis menahan nyeri, memegang daerah
nyeri, gelisah. TTV : TD : 180/100 mmHg, N : 92x/mnt, RR: 20x/mnt
dan S: 36,7 OC, skala nyeri 5, bantalan hitam di bawah kelopak mata
g) Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi
(D. 0017) yang ditandai dengan Ny. L juga mengatakan mengalami

51
leher tegang, pusing, mudah lelah setelah melakukan aktifitas
berlebih. KU : Baik, TD : 180/100 mmHg.
h) Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekutan
pemahaman (D.0114) dibuktikan dengan pasien mengatakan tidak
mengkonsumsi obat yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dan sering
mengkonsumsi daging dan tinggi garam. Perilaku tidak megikuti
program diit dan pengobatan sesuai di anjurkan, perilaku tidak
menjalankan anjuran
2. Diagnosa Keperawatan Menurut Virgina Handerson
Diagnosa dirumuskan berdasarkan dari analisis data dari ke-14 komponen
kebutuhan dasar manusia / pasien. Terdapat 5 komponen kebutuhan dasar
pasien yang tidak sesuai yaitu :
1. Kebutuhan akan Nutrisi
2. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
4. Kebutuhan Rasa Amanan Nyaman
5. Kebutuhan Belajar
4.5 Intervensi Keperawatan Kasus
1. Intervensi keperawatan kasus
Diagnose keperawatan 1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi :
resistensi pembuluh darah dintentukan dengan goal : pasien akan bebas dari
nyeri selama dalam perawatan; objektif : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x30 menit pasien akan bebas dari nyeri akut dengan
luaran yang dipilih yaitu Tingkat Nyeri (L. 08066): Keluhan nyeri berkurang,
pasien tidak meringis menahan nyeri, pasien tidak gelisah, frekuensi nadi
dalam batas normal, pola napas dalam batas normal. Intervensi yang dipilih
yaitu Manajemen Nyeri (I. 08238) dengan tindakan yang ditentukan untuk
tindakan observasi: Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuansi, kualitas,
intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi faktor yang memperberat

52
dan memperingan nyeri, identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri;
tindakan terapeutik: Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hipnotis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
teknik imajenasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain, teknik
napas dalam), pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri; tindakan edukasi yang dipilih yaitu: Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri, anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. Berikan pemberian analgetik,
Jika perlu.
Diagnose keperawatan 2) Resiko perfusi jaringan serebral tidak
efektif berhubungan dengan hipertensi ditentukan dengan goal: Pasien akan
bebas dari risiko perfusi serebral tidak efektif selama dalam perawatan;
objektif: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak ada
tanda-tanda perfusi serebral tidak efektif; dan luaran yang dipilih yaitu Perfusi
Serebral (L.02014), dengan kriteria hasil: Tingkat kesadaran compos mentis,
tidak sakit kepala, pasien tidak gelisah, pasien tidak cemas, tekanan darah
sistolik dalam batas normal, tekanan darah diastolik dalam batas normal.
Intervensi yang dipilih yaitu pemantauan tanda vital (I.02060) dengan tindakan
yang ditentukan untuk tindakan observasi: Monitor tekanan darah, monitor
nadi (frekuensi, kekuatan, irama), monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman),
monitor suhu tubuh, monitor penyebab perubahan tanda vital; tindakan
teraputik: dokumentasi hasil pemantauan; tindakan edukasi: Jelaskan tujuan
dan prosedur pemantauan, informasikan hasil pemantauan.
Diagnose keperawatan 3) Ketidakpatuhan berhubungan dengan
ketidakadekutan pemahaman (D.0114) ditentukan dengan goal: Pasien akan
patuh mengkonsumsi obat dalam perawatan; objektif: Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam tingkat pengetahuan meningkat; dan
luaran yang dipilih yaitu tingkat pengetahuan (L.12110), dengan kriteria
hasil:verbilisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan

53
meningkat, verbalisasi mengikuti anjuran meningkat, perilaku mengikuti
program perawatan/pengobatan membaik, perilaku menjalankan anjuran
membaik, tanda dan gejala membaik. Intevensi yang dipilih yaitu : dukungan
kepatuhan program pengobatan (I. 12361). Dengan tindakan yang ditentukan
untuk tindakan observasi : identifikasi kepatuahn menjalani program
pengobatan. Tindakan teraupetik : buat komitmen menjalani program
pengobatan dengan baik, buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian
menemani pasien selama menjalankan program pengobatan, jika perlu,
dokumentasikan aktivitas selama mejalani proses pengobatan, diskusikan hal-
hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya program pengobatan,
libatkan keluarga untuk medukung program pengobatan yang dijalani.
Tindakan edukasi : informasikan program pengobatan yang harus dijalani,
informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalankan program
pengobatan, anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama
menjalankan program pengobatan, anjurkan pasien dan keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat, jika perlu.
2. Intervensi Teori
Perawat membantu pasien melaksanakan aktifitas untuk memelihara
kesehatan, untuk menyembuhkan dari sakit, atau untuk membantu dalam
kematian yang tenang. Bersifat individu, tergantung pada prinsip fisiologis,
umum, latar belakang budaya, keseimbangan fisik dan intelektual. Menurut
Henderson Perencanaan melibatkan pembuatan rencana agar sesuai dengan
kebutuhan individu, memperbaharui jika diperlukan, dan menjamin bahwa ini
sesuai dengan yang ditentukan dokter. Sebuah rencana yang baik
mengintregasikan pekerjaan dari semua yang ada dalam tim kesehatan.
1) Kebutuhan akan nutrisi : Konsumi makan dan minum yang cukup :
Informasikan program pengobatan diet yang harus dijalani, informasikan
manfaat yang diperoleh jika teratur menjalani pengobatan diet.

54
2) Kebutuhan istirahat dan tidur : Tidur dan Istirahat : Identifkasi pola tidur,
identifikasi factor pengganggu tidur (fisik dan/psikologis), identifikasi
makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis, kopi, teh, alkohol,
mkanan mendekati tidur, minum dan makanan mendekati tidur, minum
banyak air sebelum tidur), lakukan prsoder untuk meningkatkan
kenyamanan (mis, pijat, pengaturan posisi tidur)
3) Gerakan keseimbangan tubuh : Gerak dan mempertahankan posisi yang
nyaman : identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan, monitor kelelahan fisik dan emosional, monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, anjurkan melakukan aktivitas
secara bertaha, dan anjurkan menghubungi perawatan jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4) Kebutuhan rasa aman nyaman : hindari bahaya dilingkungannya dan
menghindari cedera yang lain
5) Kebutuhan belajar : Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu
yang mendukung pengembangan diri dan kesehatan yang normal, serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia : anjurkan pasien
mengkonsumsi obat sesuai dengan jadwal dan menganjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang tersedia.
4.6 Implementasi Keperawatan
4.6.1 Implementasi hari pertama
Pada hari kamis, 25 Novemeber 2021 dilakukan implementasi
keperawatan dengan diagnosa keperawatan nyeri akut dan ansietas pada
Ny. Y. N. dengan diagnosa medis hipertensi yaitu : diagnose 1) Nyeri akut
b.d agen pencedera fisiologi. Implementasi : Jam 11.00 karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri
PQRST: P: Penyebab nyeri karena adanya stres, Q: Nyeri dirasakan
tertusuk-tusuk, R: Lokasi nyeri di kepala dan leher, S: Skala nyeri 5, T:
Nyeri dirasakan sewaktu-waktu., Jam 11.15 mengidentifikasi respons

55
nyeri non verbal, Jam 11.30 mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri, Jam 11.35 menjelaskan penyeb, periode, dan
pemicu nyeri, Jam 11.40 menjelaskan strategi meredakan nyeri, Jam 11.50
menanjurkan memonitor nyeri secara mandiri, Jam 11. 55 menganjurkan
menggunakan analgetik secara tepat, Jam 12.00 mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. Diagnose Diagnose 2)
Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan
hipertensi. Implementasi : Jam 12.40 Memonitoring TTV (TD,N,S,RR),
Jam 12.50 memonitoring peningkatan TD, Jam 13.00 mengatur interval
sesuai pemantauan kondisi pasien, Jam 13.05 mendokumentasikan hasil
pemantauan, Jam 13. 15 menjelaskan tujuan dan prosedur pemamntauan,
Jam 13.25 menginformasikan hasil pemantauan jika perlu. 3)
Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekutan pemahaman.
Implementasi: 10.00 mengidentifikasi kepatuhan menjalani program
10.15 membuat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik,
buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani pasien
selama menjalankan program pengobatan,10.25 mengdokumentasikan
aktivitas selama mejalani proses pengobatan, 10:30 mengdiskusikan hal-
hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya program
pengobatan, 10:50 melibatkan keluarga untuk mendukung program
pengobatan yang dijalani. 11:00 menginformasikan program pengobatan
yang harus dijalani, 11.25 Menginformasikan manfaat yang akan diperoleh
jika teratur menjalankan program pengobatan, 11.30 Menganjurkan
keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama menjalankan
program pengobatan, 11.35 mengaanjurkan pasien dan keluarga
melakukan konsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat.
4.6.2 Implementasi hari kedua
Pada hari Jumat, 26 Novemeber 2021 dilakukan implementasi keperawatan
dengan diagnosa keperawatan nyeri akut dan ansietas pada Ny. Y. N.

56
dengan diagnosa medis hipertensi yaitu : diagnose 1) Nyeri akut b.d agen
pencedera fisiologi. Implementasi : Jam 11.00 karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri PQRST:
P: Penyebab nyeri karena adanya stres, Q: Nyeri dirasakan tertusuk-tusuk,
R: Lokasi nyeri di kepala dan leher, S: Skala nyeri 2, T: Nyeri dirasakan
sewaktu-waktu., Jam 11.15 mengidentifikasi respons nyeri non verbal, Jam
11.30 mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,
Jam 11.35 menjelaskan penyeb, periode, dan pemicu nyeri, Jam 11.40
menjelaskan strategi meredakan nyeri, Jam 11.50 menanjurkan memonitor
nyeri secara mandiri, Jam 11. 55 menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat, Jam 12.00 mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. Diagnose Diagnose 2) Resiko perfusi jaringan
serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi. Implementasi : Jam
12.40 Memonitoring TTV (TD,N,S,RR), Jam 12.50 memonitoring
peningkatan TD, Jam 13.00 mengatur interval sesuai pemantauan kondisi
pasien, Jam 13.05 mendokumentasikan hasil pemantauan, Jam 13. 15
menjelaskan tujuan dan prosedur pemamntauan, Jam 13.25
menginformasikan hasil pemantauan jika perlu. 3) Ketidakpatuhan
berhubungan dengan ketidakadekutan pemahaman. Implementasi: 10.00
mengidentifikasi kepatuhan menjalani program 10.15 membuat komitmen
menjalani program pengobatan dengan baik, buat jadwal pendampingan
keluarga untuk bergantian menemani pasien selama menjalankan program
pengobatan,10.25 mengdokumentasikan aktivitas selama mejalani proses
pengobatan, 10:30 mengdiskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau
menghambat berjalannya program pengobatan, 10:50 melibatkan keluarga
untuk medukung program pengobatan yang dijalani. 11:00
menginformasikan program pengobatan yang harus dijalani, 11.25
Menginformasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalankan
program pengobatan, 11.30 Menganjurkan keluarga untuk mendampingi

57
dan merawat pasien selama menjalankan program pengobatan, 11.35
mengaanjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat.
4.6.3 Implementasi hari ketiga
Pada hari sabtu, 27 Novemeber 2021 dilakukan implementasi keperawatan
dengan diagnosa keperawatan nyeri akut pada Ny.L.D.L dengan diagnosa
medis hipertensi yaitu : diagnose 1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi.
Implementasi : Jam 11.00 karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri PQRST: P: Penyebab nyeri
karena adanya hipertensi, Q: Nyeri dirasakan tertusuk-tusuk, R: Lokasi
nyeri di tengkuk, S: Skala nyeri 1, T: Nyeri dirasakan sewaktu-waktu., Jam
11.15 mengidentifikasi respons nyeri non verbal, Jam 11.30
mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, Jam
11.35 menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jam 11.40
menjelaskan strategi meredakan nyeri, Jam 11.50 menanjurkan memonitor
nyeri secara mandiri, Jam 11. 55 menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat, Jam 12.00 mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. Diagnose Diagnose 2) Resiko perfusi jaringan
serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi. Implementasi : Jam
12.40 Memonitoring TTV (TD,N,S,RR), Jam 12.50 memonitoring
peningkatan TD, Jam 13.00 mengatur interval sesuai pemantauan kondisi
pasien, Jam 13.05 mendokumentasikan hasil pemantauan, Jam 13. 15
menjelaskan tujuan dan prosedur pemamntauan, Jam 13.25
menginformasikan hasil pemantauan jika perlu. 3) Ketidakpatuhan
berhubungan dengan ketidakadekutan pemahaman. Implementasi: 10.00
mengidentifikasi kepatuhan menjalani program 10.15 membuat komitmen
menjalani program pengobatan dengan baik, buat jadwal pendampingan
keluarga untuk bergantian menemani pasien selama menjalankan program
pengobatan,10.25 mengdokumentasikan aktivitas selama mejalani proses

58
pengobatan, 10:30 mengdiskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau
menghambat berjalannya program pengobatan, 10:50 melibatkan keluarga
untuk medukung program pengobatan yang dijalani. 11:00
menginformasikan program pengobatan yang harus dijalani, 11.25
Menginformasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalankan
program pengobatan, 11.30 Menganjurkan keluarga untuk mendampingi
dan merawat pasien selama menjalankan program pengobatan, 11.35
mengaanjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat.
2. Implementasi Teori
Perawat membantu pasien melaksanakan aktifitas untuk memelihara
kesehatan, untuk menyembuhkan dari sakit, atau untuk membantu dalam
kematian yang tenang. Bersifat individu, tergantung pada prinsip fisiologis,
umum, latar belakang budaya, keseimbangan fisik dan intelektual.
1) Kebutuhan akan nutrisi : mengkonsumi makan dan minum yang cukup :
memberikan informasikan program pengobatan diet yang harus dijalani,
memberikan nformasikan manfaat yang diperoleh jika teratur menjalani
pengobatan diet
2) Kebutuhan istirahat dan tidur : Tidur dan Istirahat : mengidentifkasi pola
tidur, mengidentifikasi factor pengganggu tidur (fisik dan/psikologis),
mengidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis,
kopi, teh, alkohol, mkanan mendekati tidur, minum dan makanan
mendekati tidur, minum banyak air sebelum tidur), melakukan prosedur
untuk meningkatkan kenyamanan (mis, pijat, pengaturan posisi tidur)
3) Gerakan keseimbangan tubuh : meggerakan dan mempertahankan posisi
yang nyaman : mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan, meonitoring kelelahan fisik dan emosional,
memonitoring lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas,
menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahp, dan menganjurkan
menghubungi perawatan jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
59
4) Kebutuhan rasa aman nyaman : menghindari bahaya dilingkungannya dan
menghindari cedera yang lain : beristirahat saat pasien merasa lelah
5) Kebutuhan belajar : Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu
yang mendukung pengembangan diri dan kesehatan yang normal, serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia : menganjurkan pasien
mengkonsumsi obat sesuai dengan jadwal dan menganjurkan
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
4.7 Evaluasi Keperawatan
Menurut Henderson, perawat akan melakukan evaluasi berdasar pada
tingkatan dimana pasien dapat mandiri.
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Evaluasi pada hari pertama tanggal 25 November 2021, ditemukan
hasil S : Ny. L mengatakan sakit pada kepala, pusing dan leher tegang.
PQRST: P: Penyebab nyeri karena adanya stres, Q: Nyeri dirasakan
tertusuk-tusuk, R: Lokasi nyeri di kepala dan leher, S: Skala nyeri 5, T:
Nyeri dirasakan sewaktu-waktu. Tampak pasien sering memegang daerah
yang sakit yaitu kepala. O : Tampak wajah pasien meringis kesakitan,
Tanda-tanda Vital TD: 180/100 mmHg, N: 89 kali/menit, RR: 18
kali/menit dan S: 36,7 OC. A : Masalah nyeri akut belum teratasi. P :
Intervensi dilanjutkan
Evaluasi pada hari kedua tanggal 26 November 2021, ditemukan
hasil S : Ny. L mengatakan sakit pada kepala, pusing dan leher tegang
berkurang. PQRST: P: Penyebab nyeri karena adanya hipertensi , Q:
Nyeri dirasakan tertusuk-tusuk, R: Lokasi nyeri di kepala dan leher, S:
Skala nyeri 3, T: Nyeri dirasakan sewaktu-waktu. O : Tampak wajah
pasien meringis kesakitan, Tampak pasien sering memegang daerah yang
sakit yaitu kepala. Tanda-tanda Vital TD: 160/90 mmHg, N: 92
kali/menit, RR: 20 kali/menit dan S: 36,0 OC. A : masalah nyeri akut
belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan

60
Evaluasi pada hari ketiga tanggal 27 November 2021 ditemukan
hasil S : Ny. L mengatakan sakit pada kepala, pusing dan leher tegang
sudah berkurang O : Pasien mengeluh nyeri dan tampak tidak meringgis.
Tanda-tanda Vital TD: 140/90 mmHg, N: 80 kali/menit, RR: 18
kali/menit dan S: 36,0 OC. A : nyeri teratasi. P : Intervensi
dipertahankan dan dilanjutkan oleh keluarga
2) Risiko Perfusi serebral tidak efektif d.d Hipertensi
Evaluasi pada hari pertama tanggal 25 November 2021, ditemukan
S: Ny. L juga mengatakan terkadang mengalami leher tegang,
pusing, mudah Lelah. O : KU : Baik, TD : 180/100 mmHg, Nadi:
89 x / menit. A: masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan
Evaluasi pada hari kedua tanggal 26 November 2021, ditemukan
S: Ny. L juga mengatakan leher tegang, pusing, mudah Lelah
berkurang. O : KU : Baik, TD: 160/90 mmHg, Nadi: 84 x/menit. A
: Masalah risiko perfusi serebral belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan
Evaluasi pada hari ketiga tanggal 27 November 2021, ditemukan
S: Ny. L juga mengatakan leher tegang, pusing, mudah Lelah
sudah tidak terasa O : KU : Baik, TD : 140/90 mmHg, Nadi : 89
x/menit. A : Masalah risiko perfusi serebral teratasi. P : Intervensi
dilanjutkan
3) Kepatuhan b.d ketidakadekutan pemahaman
Evaluasi hari pertama tanggal 25 November 2021, ditemukan : S :
Pasien mengatakan ia masih belum mengetahui makanan yang dapat
dimakan oleh penderita hipertensi sehingga ia sering kali tidak
melakukan diet hipertensi dengan baik. Pasien mengatakan masih
memakan makanan seperti daging, dan mengkonsumsi obat saat pasien
merasa nyeri tengkuk. O : Pasien tampak bingung ketika ditanya
mengenai penyakit hipertensi yang ia derita dan bertanya mengenai

61
makanan yang boleh dimakan oleh penderita hipertensi. A: masalah
kepatuhan belum teratasi. P: intervensi dilanjutkan.
Evaluasi hari kedua 26 November 2021, ditemukan : S : pasien
mengatakan mengerti tentang penyakit yang dideritanya yaitu harus
meminum obat seumur hidup dan teratur, mengurangi makanan tinggi
garam dan lemak, dan harus rajin berolahraga. O : kemampuan
menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic meningkat, perilaku sesuai
dengan pengetahuan meningkat, menjadwalkan meminum obat setiap
hari dan pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun.A: masalah
kepatuhan teratasi. P: intervensi dihentikan.

4.8 Pembahasan

Pada bagian ini membuat pembahasan mengenai adanya kesenjangan


antara teori dan proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal
25 November 2021 sampai dengan 27 November 2021 di UPTD wilayah kerja
Puskesmas Bakunase, Kota Kupang. Pembahasan yang dimaksud adalah
meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
4.8.1. Pengkajian
Henderson dalam teorinya mengategorikan empat belas kebutuhan dasar
semua orang dan mengikutsertakan fenomena dari ruang lingkup klien berikut
ini: fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual, dan perkembangan. Bersama
perawat dan klien bekerjasama untuk mendapatkan semua kebutuhan dan
mencampai tujuannya.Tujuan keperawatan menurut Virginia Henderson 1955
bekerja secara bebas dengan pekerja pelayan kesehatan lainnya (Tomey dan
Alligood, 2006).
Henderson menghubungkan hal-hal tersebut dengan kegiatan sehari-hari
dan Ia juga memberikan gambaran tentang bagaimana tugas perawat harus
bisa mengkaji, menganalisis dan mengobservasi untuk bisa memberikan

62
dukungandalam kesehatan dan proses penyembuhan atau pemulihan dengan
demikian individu tersebut mendapatkan kembali kemandirian dan kebebasan
yang merupakan tujuan mendasar dari teori tersebut. Ia juga berpendapat dalam
sudut Epistemologi karakteristik ilmu keperawatan, manusia adalah makhluk
yang unik, dan tidak ada yang memiliki kebutuhan dasar yang sama yang
dalam pemenuhannya memerlukan bantuan orang lain (Kusuma, 2014).
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan adalah Ny. L.D.L
mengalami sakit yang sedang, pada saat dilakukan pengkajian dan pemeriksaan
fisik pada pada tanggal 25 November 2021 sampai dengan 27 November 2021
pada Ny. L.D.L, yaitu : pasien mengatakan nyeri tengkuk dirasakan sejak 2
hari yang lalu setelah mengkonsumsi daging. Nyeri berkurang saat pasien
banyak beristirahat dan minum obat hipertensi yang selama ini dikonsumsi,
dan nyeri bertambah saat pasien merasa karena melakukan aktifitas berlebih.
Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti nyut-nyut, dirasakan hilang timbul.
Pasien mengatakan nyeri dirasakan pada skala 5 dari rentang 0-10 (nyeri
sedang). Pasien mengatakan nyeri ditengkuk dirasakan sejak 2 hari lalu. Pasien
tampak meringgis. Pasien Nampak menahan nyeri. Pasien tampak gelisah.
TTV : TD : 180/100 mmHg, N : 92x/mnt, RR: 20x/mnt dan S: 36,7 OC.
Pada kasus Ny. L.D.L bahwa setelah dilakukan pengkajian 14 komponen
kebutuhan dasar manusia ditemukan adanya masalah 5 komponen kebutuhan
dasar manusia yaitu Ny. L.D.L mengalami seperti :
1) Gangguan kebutuhan akan Nutrisi, dimana Ny. L.D.L tidak melakukan
program diit makan yang sesuai seperti mengkonsumsi daging dan tinggi
garam. Menurut penelitian Agrina et al (2011), makanan yang dimakan
secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kestabilan
tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium memiliki
kaitan yang erat dengan munculnya hipertensi. Pelaksaanaan diet yang
teratur dapat menormalkan hipertensi, yaitu dengan mengurangi makanan

63
dengan tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan
yang tinggi serat dan melakukan aktivitas olahraga.
2) Gangguan gerak dan keseimbangan tubuh Ny. L.D.L mengatakan merasa
nyeri tengkuk, pusing dan mudah lelah saat beraktivitas lebih. Berdasarkan
penelitian Andria (2018) bahwa bagi penderita yang telah diketahui
menderita hipertensi dianjurkan untuk menghindari aktifitas yang berat.
Penderita yang menderita penyakit jantung koroner, diperlukan bimbingan
seorang supervisor untuk menilai dampak yang mungkin timbul seperti
kelainan irama jantung atau kelainan lain yang mungkin terjadi akibat
iskemia atau kekurangan oksigen saat beraktifitas berlebihan. Pada latihan
ringan tidak ada perubahan kadar aktivitas rennin dalam plasma,
perubahan konsentrasi aldosteron serum, maupun perubahan aktivitas
angiotensin converting enzyme yang bermakna, sehingga melalui latihan
ringan tekanan darah dapat menurun. Dengan kata lain, efek stimulasi
sistem rennin angiotensin bisa diatasi dengan latihan yang ringan.
Kegagalan latihan untuk menurunkan tekanan darah pada beberapa
individu mungkin karena perbedaan fungsi hemodinamik dan
neuroendokrin (Kusmana, 2019).
3) Gangguan Kebutuhan istirahat dan tidur, Ny. L.D.L mengatakan
mengalami sulit tidur dan istirahat jika nyeri tengkuk sehingga. Pasien
mengatakan tidur 5 jam dan sering terbangun karena nyeri. Tidur adalah
fenomena alami yang menjadi kebutuhan manusia. Pada saat tidur kita
memberikan waktu istirahat untuk organ tubuh serta menjaga
keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Tidur merupakan
proses yang dibutuhkan bagi tubuh untuk pembentukan sel-sel baru dan
perbaikan selsel yang rusak (Natural Healing Mechanism). Waktu yang
digunakan untuk tidur oleh manusia rata-rata seperempat sampai sepertiga
waktu dalam sehari (Asmadi, 2018). Hasil penelitian dari Hidayat (2018)
bahwa faktor yang dapat memengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur

64
seseorang, diantaranya penyakit yang menyebabkan nyeri atau distress
fisik, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress, emosional, diet, alkohol,
merokok, dan motivasi Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan
faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku berupa
kebiasaan hidup salah satunya pola tidur. Apabila seseorang menerapkan
pola hidup yang baik, maka hipertensi bisa dihindari (Susalit dan Lubis,
2011).
4) Gangguan Kebutuhan rasa aman dan nyaman pasien mengatakan pusing
dan nyeri tengkuk saat melakukan aktivitas berlebih. Kegiatan fisik yang
dilakukan secara teratur dapat menyebabkan perubahan-perubahan
misalnya jantung akan bertambah kuat pada otot polosnya sehingga daya
tampung besar dan konstruksi atau denyutannya kuat dan teratur, selain itu
elastisitas pembuluh darah akan bertambah karena adanya relaksasi dan
vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan berkurang dan meningkatkan
kontrksi otot dinding pembuluh darah tersebut (Marliani & Tantan dalam
Karim, 2018).
5) Gangguan Kebutuhan belajar, pasien mengatakan tidak rutin
mengkonsumsi obat captopril 10 mg. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang penelitian yang dilakukan Harahap et al (2019) mengatakan belum
tentu pasien dengan pendidikan tinggi mempunyai kepatuhan tinggi dalam
menjalani pengobatan, akan tetapi dapat juga pasien dengan pendidikan
rendah mempunyai kepatuhan yang tinggi dalam menjalani pengobatan.
Jika seseorang yang mempunyai pengetahuan baik tentang penyakit
hipertensi seperti mengetahui dampak dari jika mereka tidak
mengkonsumsi obat hipertensi maka penderita hipertensi akan berusaha
sebisa mungkin menghindari komplikasi dari hipertensi dengan
meluangkan sedikit waktu untuk rutin pergi ke puskesmas dan
mengkonsumsi obat secara teratur. Hal ini didukung oleh dilakukan
Rasajati, Raharjo, dan Ningrum (2015) responden yang berpengetahuan

65
tinggi maupun rendah sama- sama ingin sembuh dari penyakit sehingga
tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kepatuhan melakukan pengobatan.
Borgault, C., et al dalam Susanto Borgault, C., et al dalam Susanto
mengatakan tingkat kepatuhan rendah dalam mengkonsumsi obat
antihpertensi terjadi karena rendahnya pemahaman pasien dalam
memahami tujuan terapi dan pasien mengatur sendiri jadwal minum obat
yang tidak sesuai anjuran tenaga kesehatan.
Hal ini menunjukan bahwa tahap pengkajian pada Ny. L.D.L sesuai
dengan teori Virginia Henderson dimana, pentingnya perawat untuk melakukan
pengkajian secara menyeluruh terkhususnya 14 komponen kebutuhan dasar
manusia, dimana perawat melihat dan mengobservasi apakah pasien dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri atau tidak. Apabila pasien
tidak dapat memenuhi salah satu dari kebutuhan dasar secara mandiri, maka
perawat berperan penting untuk menjadi helper (penolong) untuk dapat
memenuhi kebutuhannya.
4.8.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan, menurut Harmer, B., & Henderson, V. A. (1955)
dibuat dengan mengenali kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya
dengan atau tanpa bantuan serta dengan mempertimbangkan kekuatan atau
pengetahuan yang dimiliki individu. Menurut Doengoes (2000) dalam Ibrahim
(2015) didapatkan beberapa diagnosa. 1) Resiko tinggi terhadap penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventrikular. 2) Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
3) Gangguan rasa nyaman: nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral. 4) Potensial perubahan perfusi jaringan:
serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Namun pada kasus Ny. L.D.L hanya ditegakkan 2 diagnosa keperawatan
yang disesuaikan dengan data yang ditemukan pada saat pengkajian. 2

66
diagnosa yang ditegakan pada Ny. L.D.L yaitu Gangguan rasa nyaman: nyeri
(sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
Berdasarkan pemahaman dari defenisi SDKI 2016 diagnosa keperawatan
pada penyakit hipertensi antara lain PK : Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologi, resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan
dengan hipertensi dan ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekutan
pemahaman
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas terdapat kesesuaian data dan
ketidak sesuaian data antara teori dan kasus nyata yang dialami oleh Ny. L
yaitu pada kasus nyata ditemukan satu masalah keperawatan yang terdapat
dalam teori yaitu: Nyeri akut, resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif dan
satu masalah keperawatan yang tidak terdapat dalam teori yaitu:
ketidakpatuhan
4.8.3. Intervensi Keperawatan
Setelah masalah keperawatan pasien ditentukan perawat menyusun
rencana keperawatan. Fokus perencanaan menurut Virginia Henderson pada
pasien Ny. L.D.L yaitu perawat berperan untuk membantu pasien dalam
memenuhi 14 komponen kebutuhan dasar manusia.
Perencanaan tindakan pada kasus Ny. L.D.L diawali dengan menetapkan
tujuan dan kriteria hasil, dan kemudian membuat rencana tindakan yang akan
dilaksanakan pada Ny. L.D.L Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh (Wedho & Ati, 2016), bahwa, sebuah rencana dapat dikatakan bagus bila
ditetapkan prioritas masalahnya, tujuan, tujuan jangka pendek (objektif) atau
biasa disebut sebagai kriteria hasil/evaluasi. Berdasarkan tujuan yang
dirumuskan seorang perawat perencana dapat memilih altervative tindakan
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, sumber daya perawat, sarana
yang tersedia, dan waktu.

67
Berdasarkan SIKI dan SLKI edisi pertama tahun 2016, perencanaan
keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan. Diharapakan
perawat mampu memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan/hasil yang
diharapkan, memilih intervensi yang paling tepat, dan menulis dan
mendokumentasikan rencana keperawatan. Prioritas pertama di artikan bahwa
masalah ini perlu mendapat perhatian, karena dapat mempengaruhi status
kesehatan pasien secara umum dan memperlambat penyelesaian masalah yang
lain.
Pada kasus Ny. L.D.L dengan penyakit hipertensi, tiga (3) masalah
keperawatan yang berurutan sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yaitu
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
konsentrasi atau suplay oksigen ke otak, Nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera biologis (iskemia), Ansietas berhubungan dengan krisis situasi.
Intervensinya: diagnose 1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi dengan
intervensi : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri non verbal,
identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri ,identifikasi
pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri, identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup, monitor
keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan monitor efek samping
penggunaan analgetik Terapeutik: Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain), kontrol ingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), fasilitasi istirahat dan tidur,
pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan strategi meredakan
nyeri. Edukasi : Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan
strategi meredakan nyeri, anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, anjurkan
menggunakan analgetik secara tepat, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

68
mengurangi rasa nyeri. Diagnose 2) Resiko perfusi jaringan serebral tidak
efektif berhubungan dengan hipertensi dengan intervensi: Observasi:
Monitor TTV (TD,N,S,RR) dan Monitor peningkatan TD. Terapeutik:
Atur interval sesuai pemantauan kondisi pasien dan dokumentasikan hasil
pemantauan. Edukasi : Jelaskan tujuan dan prosedur pemamntauan dan
informasikan hasil pemantauan jika perlu. Diagnose 3) Ketidakpatuhan
berhubungan dengan ketidakadekutan pemahaman (D.0114) ditentukan
dengan goal: Pasien akan patuh mengkonsumsi obat dalam perawatan; objektif:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tingkat pengetahuan
meningkat; dan luaran yang dipilih yaitu tingkat pengetahuan (L.12110),
dengan kriteria hasil:verbilisasi kemauan mematuhi program perawatan atau
pengobatan meningkat, verbalisasi mengikuti anjuran meningkat, perilaku
mengikuti program perawatan/pengobatan membaik, perilaku menjalankan
anjuran membaik, tanda dan gejala membaik. Intevensi yang dipilih yaitu :
dukungan kepatuhan program pengobatan (I. 12361). Dengan tindakan yang
ditentukan untuk tindakan observasi : identifikasi kepatuahn menjalani
program pengobatan. Tindakan teraupetik : buat komitmen menjalani program
pengobatan dengan baik, buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian
menemani pasien selama menjalankan program pengobatan, jika perlu,
dokumentasikan aktivitas selama mejalani proses pengobatan, diskusikan hal-
hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya program pengobatan,
libatkan keluarga untuk medukung program pengobatan yang dijalani.
Tindakan edukasi : informasikan program pengobatan yang harus dijalani,
informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalankan program
pengobatan, anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama
menjalankan program pengobatan, anjurkan pasien dan keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat, jika perlu.

69
4.8.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Yogiantoro, 2016).
Pada tahap implementasi pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah ditetapkan atau ditentukan, pelaksanaan dilakukan dengan
memperhatikan keadaan atau kondisi pasien dan sarana yang tersedia.
Pelaksanaan dilaksanakan oleh selama 3 hari yaitu pada Kamis, 25 November
2021 sampai sabtu, 27 November 2021. Semua intervesi keperawatan yang
dipilih, diterapkan pada Ny. L.D.L karena sejak awal pemilihan intervensi
sudah disesuaikan dengan kebutuhan tinndakan yang dibutuhkan oleh Ny.
L.D.L.
Teori Henderson mengatakan bahwa perawat berperan sebagai Perawat
sebagai substitusi (pengganti) bagi pasien, pada saat penyakitnya gawat perawat
menggantikan apa saja yang kurang, yang terjadi karena ketidakmampuan
fisik, ketidaktahuan dan ketidakmauan.Perawat sebagai helper (penolong) dan
Perawat sebagai partner (rekan) pasien, perawat dan pasien bersama-sama
merumuskan rencana keperawatan. Perawat bertanggung jawab membuat
asuhan keperawatan menjadi optimal, dengan merumuskan tujuan dimana
selama asuhan keperawatan dan proses penyembuhan pada Ny. L.D.L
diharapakan akan membantu pasien dalam proses penyembuhan.
4.8.5 Evaluasi Keperawatan
Menurut Yogiantoro (2016), evaluasi keperawatan adalah penilaian
dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati)
dengan kriteria yang dibuat pada tahap perencanaan mengenai masalah
keperawatan rasa nyaman nyeri, risiko jatuh dan potensial komplikasi
hipertensi. Evaluasi yang diharapkan sebagian sesuai teori antara lain tidak

70
pusing, tekanan darah dalam kisaran normal, nyeri berkurang dan tidak risiko
jatuh.
Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari dari tanggal 25-27 November
2021, pasien mengatakan nyeri berkurang dan mengatakan akan mengikuti
semua anjuran dan latihan yang sudah diberikan. Skala nyeri 0, tidak pusing,
tampak pasien tidak cemas dan ekspresi wajah segar.
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan evaluasi pada kasus
Ny. L.D.L sudah sesuai dengan teori Virginia Henderson dimana, Henderson
menyatakan evaluasi yaitu catatan akhir yang berupa perkembangan dalam
criteria yang diharapkan, dalam pencapaian kemandirian pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari berdasarkan 14 kebutuhan dasar tersebut.
Kemudian perawat akan menyusun kembali rencana keperawatan untuk
meningkatkan maupun mempertahankan kenyamanan yang telah sampai pada
level trancedence (Wardani, 2017).

71
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil kasus yang telah menguraikan tentang Asuhan Keperawatan
pada Ny. L.D.L dengan hipertensi di Puskesmas Bakunase Kota Kupang, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dapat bermanfaat dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada Ny.L.D.L dengan hipertensi
sebagai berikut :
5.1.1 Pengkajian pada kasus Ny. L.D.L dengan hipertensi yaitu keluhan utama :
Pasien mengatakan sakit pada kepala, pusing dan leher tegang. Tampak
wajah pasien meringis kesakitan, skala nyeri 5, tampak pasien sering
memegang daerah yang sakit yaitu kepala dan leher, Tekana darah:
180/100 mmHg, N: 92 kali/menit, RR: 20 kali/menit dan S: 36,7OC.
5.1.2 Dalam diagnosa keperawatan, semua diagnosa yang tercantum dalam
tinjauan pustaka tercantum pada tinjauan kasus, sehingga penulis
menetapkan diagnosa sesuai masalah yang di alami oleh Ny. L.D.L
dimana diagnosa yang muncul yaitu : Nyeri akut b.d agen pencedera
fisiologi, resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d hipertensi dan
kepatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pengetahuan
5.1.3 Dari standar intervensi SIKI edisi keperawatan 2016 Pada kasus Ny. L.D.L
dengan penyakit hipertensi, tiga (3) masalah keperawatan yang berurutan
sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yaitu Ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan konsentrasi atau
suplay oksigen ke otak, Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera
biologis (iskemia), Ansietas berhubungan dengan krisis situasi.
Intervensinya: diagnose 1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi
dengan intervensi : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri

72
non verbal, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri ,identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri identifikasi
pengaruh budaya terhadap respon nyeri, identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup, monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik: Berikan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain),
kontrol ingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan), fasilitasi istirahat dan tidur, pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi : Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi
meredakan nyeri, anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, anjurkan
menggunakan analgetik secara tepat, ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri. Diagnose 2) Resiko perfusi jaringan
serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi dengan
intervensi: Observasi: Monitor TTV (TD,N,S,RR) dan Monitor
peningkatan TD. Terapeutik: Atur interval sesuai pemantauan kondisi
pasien dan dokumentasikan hasil pemantauan. Edukasi : Jelaskan tujuan
dan prosedur pemamntauan dan informasikan hasil pemantauan jika perlu
5.1.4 Pada implementasi keperawatan Implementasi di buat sesuai dengan
intervensi yang telah ditetapkan, di harapkan bahwa intervensi yang telah
di tetapkan bisa dilakukan oleh perawat. Implementasi menurut teori
Henderson dilakukan dengan cara menilai apakah Ny. L.D.L sudah
memenuhi 14 komponen kebutuhan dasar tersebut.
5.1.5 Evaluasi yang dilakukan dengan menggunaka metode subjektif, Objektif,
Assesment dan Planning (SOAP). Hasil yang didapatkan yaitu Evaluasi
yang diharapkan sebagian sesuai teori antara lain tidak pusing, tekanan
darah dalam kisaran normal, nyeri berkurang dan tidak risiko jatuh.

73
Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari dari tanggal 25-27 November
2021, pasien mengatakan nyeri berkurang dan mengatakan akan mengikuti
semua anjuran dan latihan yang sudah diberikan. Skala nyeri 0, tidak
pusing, tampak pasien tidak cemas dan ekspresi wajah segar.
5.2 Saran
1. Pasien dan Keluarga.
Diharapkan pasien dan keluarga dapat selalu meningkatkan pengetahuan
dan memperbaiki perilaku sehingga dapat mencegah terjadinya hipertensi
pada anak dan dapat mengatasinya secara langsung.
2. Rumah Sakit
Diharapkan agar dalam melaksanakan tugasnya sebagai salah satu
penyedia layanan kesehatan, perawat dapat mengembangkan ilmu
keperawatan dan mengaplikasikan proses asuhan keperawatan sesuai
dengan Pendekatan konsep model teori Virgina Henderson.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan poltekkes kemenkes kupang dapat
menambah bahan referensi bagi perpustakaan dan dapat menjadi bahan
masukan mengenai Asuhan Keperawatan Pada lansia Ny. L.D.L Dengan
hipertensi Menggunakan Pendekatan Konsep Model teori Virgina
Henderson.
4. Penulis/peneliti selanjutnya
Saran yang penulis bisa berikan perluh adanya metode penelitian lebih
lanjut mengenai konsep teori asuhan keperawatan menurut para ahli,
sebagai salah satu cara dalam memaksimalkan pengetahuan serta asuhan
keperawatan.

74
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

75
1. Kegiatan hari pertama

2. Kegiatan hari kedua

3. Kegiatan hari ketiga

76
4. Kegiatan hari keempat

77
78

Anda mungkin juga menyukai