Anda di halaman 1dari 110

PENGARUH KOMBINASI PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI

BENSON DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP


KUALITAS TIDUR PADA PASIEN CKD on HD DI
RUMAH SAKIT UMUM BUNDA MARGONDA

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh :
DINA INDRIANI
11222257

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2023
SKRIPSI PENELITIAN

PENGARUH KOMBINASI PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI BENSON


DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP KUALITAS TIDUR
PADA PASIEN CKD on HD DI RUMAH SAKIT UMUM
BUNDA MARGONDA

Dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian


Tugas akhir pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Oleh
Dina Indriani
11222257

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

Pengaruh Kombinasi Pemberian Terapi Relaksasi Benson


dan Aromaterapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur
Pada Pasien CKD on HD Di Rumah Sakit
Umum Bunda Margonda

Telah mendapatkan persetujuan untuk dilaksanakan ujian skripsi


Jakarta, Februari 2024

Menyetujui,

Pembimbing Skripsi,

(Ns. Ratna Sari Dinaryanti, S.Kep.,M.Kep, Sp.Kep.KMB)

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

(Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep)


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil penelitian dengan judul “ Pengaruh Kombinasi Pemberian


Terapi Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender Terhadap Kualitas Tid
ur Pada Pasien CKD on HD Di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda. “
Skripsi ini telah diujikan dan dinyatakan LULUS dalam ujian sidang Hasil dihada
pan Tim Penguji pada tanggal Februari 2024.

Penguji I

(Ns. Ratna Sari Dinaryanti, S.Kep.,M.Kep, Sp.Kep.KMB)

Penguji II,

(Ns. Aat Yatnikasari, M.Kep.,)

Penguji III,

(Ns. Dewi Siti Oktavianti, M.Kep.,)


SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama : Dina Indriani
NPM : 11222257
Mahasiswa S1 Keperawatan /Angkatan : S1 Keperawatan Non Reguler XVI

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Lapor
an Penelitian Mata Ajaran Riset Keperawatan saya yang berjudul:

“ Pengaruh Kombinasi Pemberian Terapi Relaksasi Benson dan Aromaterap


i Lavender Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien CKD on HD Di Rumah
Sakit Umum Bunda Margonda. “

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya aka
n menerima sangsi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Depok, Februari 2024


Yang Membuat Pernyataan

(
D i
na Indriani)
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKH
IR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA (STI


Kes PERTAMEDIKA), saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dina Indriani
NIM : 11222257
Program Studi : S1 Keperawatan
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Se
kolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul :

“ Pengaruh Kombinasi Pemberian Terapi Relaksasi Benson dan Aromaterap


i Lavender Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien CKD on HD Di Rumah
Sakit Umum Bunda Margonda. “

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Noneks
klusif ini STIKes PERTAMEDIKA berhak menyimpan, mengalih media/formatka
n, mengelola dalam bentuk pangkalan data (Database), merawat dan mempublika
sikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pen
cipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan s
ebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : Februari 2024
Yang menyatakan

(Dina Indriani)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahm
at dan Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“ Pengaruh Kombinasi Pemberian Terapi Relaksasi Benson dan Aromaterap
i Lavender Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien CKD on HD Di Rumah
Sakit Umum Bunda Margonda. “

Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Skripsi pada Program
Studi S1 Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Peneli
ti menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai se
lesainya skripsi penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan u
capan terima kasih kepada

1. Drg. Mira Dyah Wahyuni MARS, selaku Direktur Utama PERTAMEDIK


A/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Asep Saefudin., SH., MM., CHRP., CHRA, selaku Ketua Pengurus Ya
yasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Sos., S.Kep., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ke
sehatan PERTAMEDIKA
4. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE., MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kese
hatan PERTAMEDIKA.
6. Ns. Achirman, S.Kep., SKM., M.Kep, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tin
ggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
7. Kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan P
ERTAMEDIKA.
8. Ns.Ratna Sari D,S.Kep,M.Kep Sp.KMB selaku Pembimbing Skripsi yang
dengan kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis selama pros
es penelitian ini.
9. Ns. Aat Yatnikasari, M.Kep, selaku penguji II yang telah memberikan
kritik dan saran untuk perbaikan skripsi penelitian.
10. Ns. Dewi Siti Oktavianti, M.Kep, selaku penguji III yang telah
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi penelitian.
11. dr. Selamat, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Umum Bunda Margonda
tempat penelitian.
12. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
13. Anak tercinta atas doa dan dukungannya selama ini, sehingga laporan pene
litian /skripsi ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
14. Orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam melak
ukan penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai den
gan waktunya.
15. Para responden atas keikutsertaan dan kerjasamanya, sehingga laporan pen
elitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
16. Teman-teman Angkatan Non Reguler 16 Program Studi S1 Keperawatan 2
022 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
17. Teman-teman di diruangan yang telah membantu dan mensupport, sehingg
a laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
18. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpa
rtisipasi sehingga selesainya penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini banyak sekali kekuran
gannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perba
ikan penulisan dan penyusunan hasil penelitian dimasa mendatang.

Jakarta, Februari 2024

Peneliti
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
Program studi S1 Keperawatan
Skripsi, Februari 2024
Dina Indriani
Pengaruh Kombinasi Pemberian Terapi Relaksasi Benson dan Aromaterapi
Lavender Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien CKD on HD Di Rumah
Sakit Umum Bunda Margonda.

VII BAB+90 Halaman+6 Tabel+2 Bagan+1 Gambar+11 Lampiran


ABSTRAK

Chronik Kidney Desease (CKD) adalah suatu proses penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Hemodialisa merupak
an terapi penganti ginjal yang paling banyak dilakukan. Masalah yang sering dite
mui pada pasien CKD on HD adalah gangguan tidur. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan kombinasi tera
pi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender pada pasien CKD on HD di RSU
Bunda Margonda. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian
Quasi Experiment, One Group Pretestposttest without kelompok kontrol. Populasi
penelitian ini adalah Pasien dengan CKD on HD yang sedang menjalani
hemodialisa di RSU Bunda Margonda. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 18 r
esponden dengan teknik pengambilan sampel yaitu Consecutive sampling. Penguk
uran kualitas tidur menggunakan kuesioner Pitssburg Sleep Quality Index (PSQI).
Analisa data menggunakan uji Paired T Test. Hasil Paried T Test p value = 0,000
artinya ada pengaruh signifikan kualitas tidur pasien sebelum dan sesudah
pemberian kombinasi terapi relaksai Benson dan aromaterapi lavender pada
pasien CKD on HD. Kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender
dapat digunakan sebagai terapi komplementer yang efektif untuk pasien CKD on
HD yang mengalami gangguan tidur.

Kata Kunci : CKD on HD, Kombinasi terapi relaksasi Benson dan


aromaterapi lavender
Daftar Pustaka : 40 ( 1995 -2023)
PERTAMEDIKA INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
BACHELOR OF NURSING STUDY PROGRAM
Thesis, February 2024
Dina Indriani
The Effect of the Combination of Benson Relaxation Therapy and Lavender
Aromatherapy on Sleep Quality in CKD Patients on HD at Bunda Margonda
General Hospital.
VII Chapter + 90 Pages +6 Tables +2 Charts + 1 Picture+11 Attachment
ABSTRACT
Chronic Kidney Disease (CKD) is a progressive decline in kidney function,
typically culminating in kidney failure. Hemodialysis is the most common renal
replacement therapy. Sleep disturbances are often encountered in CKD patients
undergoing hemodialysis. The purpose of this study is to investigate the influence
of sleep quality before and after the administration of a combination of Benson
relaxation therapy and lavender aromatherapy in CKD patients on hemodialysis
at Bunda Margonda Hospital. This quantitative research utilizes a Quasi-
Experimental design, specifically One Group Pretest-Posttest without a control
group. The study population comprises CKD patients on hemodialysis at Bunda
Margonda Hospital. The sample includes 18 respondents selected through
consecutive sampling. Sleep quality is measured using the Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI) questionnaire. Data analysis is conducted using the Paired
T Test. The Paired T Test shows a significant impact on patients' sleep quality
before and after the administration of the combination therapy (p value = 0.000).
The combination of Benson relaxation therapy and lavender aromatherapy can be
utilized as an effective complementary therapy for CKD patients on hemodialysis
experiencing sleep disturbances.

Keyword : CKD patients on hemodialysis, Combination of Benson Relaxation


Therapy and Lavender Aromatherapy
Bibliography 40 ( 1995-2023 )
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHI
R UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR BAGAN................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................7
C. Tujuan penelitian........................................................................9
D. Manfaat Penelitian.....................................................................9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...............................................................10
A. Konsep dan teori......................................................................10
1. CKD...................................................................................10
2. Hemodialisa.......................................................................16
3. Relaksasi Benson……………………………….………..21
4. Kualitas Tidur..................................................................23
5. Aromaterapi Lavender.......................................................23
B. Penelitian Terkait.....................................................................31
C. Kerangka Teori........................................................................34
BAB III : KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN H
IPOTESIS.............................................................................................................36
A. Kerangka Konsep.....................................................................36
B. Hipotesis...................................................................................37
C. Definisi Operasional................................................................39
BAB IV : METODE PENELITIAN............................................................42
A. Desain Penelitian......................................................................42
B. Populasi dan Sampel................................................................42
C. Tempat Penelitian....................................................................45
D. Waktu Penelitian......................................................................46
E. Alat Pengumpulan Data/Instrumen Penelitian.........................46
F. Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................48
G. Prosedur Pengumpulan Data....................................................49
BAB V : HASIL PENELITIAN..................................................................60
A. Analisa Univariat.....................................................................60
B. Analisa bivariat….....………………….…………………….63
BAB VI : PEMBAHASAN............................................................................64
A. Interpretasi dan diskusi hasil ..................... .............................64
1. Analisa Univariat...............................................................64
2. Analisa bivariat….....…………………………………….63
B. Keterbatasan penelitian ...........................................................69
BAB VII : PENUTUP.....................................................................................71
A. Kesimpulan..............................................................................71
B. Saran …....................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA

Bagan 2. 1 Kerangka Teori....................................................................................36


Bagan 3. 1 Kerangka Konsep.................................................................................37
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pathway Pasien CKD........................................................................15


DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Defini Operasional................................................................................39

Tabel 4. 1 Komponen PQSI 50


Tabel 4. 2 Uji Normalitas Shapiro-Wilk................................................................57
Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang HD RSU
Bunda Margonda Tahun 2023 (n=18)……………………………………………60
Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang
HD RSU Bunda Margonda Tahun 2023( n=18)…………………………………61
Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Hasil Pre -Test PSQI Responden di Ruang
Hemodialisa RSU Bunda MargondaTahun 2023 (n=18)………………………..61
Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Hasil Post- Test PSQI Responden di Ruang
Hemodialisa RSU Bunda MargondaTahun 2023 (n=18)………………………..62
Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Rata-rata Kualitas Tidur Pre dan Post Kombinasi
Terapi Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender di Ruang Hemodialisa RSU
Bunda MargondaTahun 2023 (n=18)……………………………………………62
Tabel 5. 6 Pengaruh Kombinasi Terapi Relaksasi Benson dan Aromaterapi Laven
der Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien CKD on HD di Ruang Hemodialisa R
SU Bunda MargondaTahun 2023 (n=18)………………………………………63
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pendahuluan


Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Responden Penelitian
Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Informed Consent
Lampiran 5 Kuisioner PSQI
Lampiran 6 Kisi kisi Instrumen Penelitian PSQI
Lampiran 7 Hasil SPSS
Lampiran 8 Alat pendukung penelitian
Lampiran 9 SOP Relaksasi Benson
Lampiran 10 Lembar Observasi
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Chronik Kidney Desease (CKD) adalah gangguan fungsi renal yang progresif d
an irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk memperhatikan metaboli
sme keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (LeMone, 2015). Chronic kidney disease
(CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, meng
gakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhi
r dengan gagal ginjal (Ketut, 2015).

Adapun tanda dan gejala dari CKD menurut Nursalam (2009) pada system gast
rointestinaal yaitu ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan, pada system ka
rdiovaskuler yaitu hipertensi dan perubahan EKG, pada system pernafasan yait
u Edema paru dan efusi pleura, pada system Neuromuskular yaitu kelemahan,
gangguan tidur, sakit kepala, letargi, neuropati perifer, bingung sampai dengan
koma, pada system Endokrin yaitu Inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hor
mone seks, impoten dan amenore, pada cairan dan elektrolit yaitu gangguan as
am basa menyebabkan kehilangan asidosis berdampak pada dehidrasi, asidosis,
hiperkalemia, hypermagnesemia dan hipokalemi, pada system Integumen yaitu
pucat, hiperpigmentasi, ekimosis dan uremia, pada system muskuloskeletal yait
u osteodistrofi pada ginjal menyebabkan osteomalaisia, pada system Hematoto
gi yaitu anemia dan perdarahan serta psikososial yaitu perubahan kepribadian d
an perilaku serta gangguan proses kognitif.

Penatalaksanaan CKD adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeos


tasis selama mungkin. Terapi penganti ginjal menjadi pilihan untuk mempertah
ankan fungsi ginjal, menghindari komplikasi dan memperpanjang usia hidup pa
sien (LeMone, 2015). Terdapat 3 pilihan terapi ginjal yakni dengan peritoneal
dialysis, hemodialisa, dan transplantasi ginjal.

1
2

Hemodialisa merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan


(Prince & Wilson, 2005). Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai ter
api pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu da
ri peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, uream, kreati
nin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemi
sah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, os
mosis dan ultra filtrasi (Smeltzer & Bare, 2018). Hemodialisa berasal dari kata
hemo (darah) dan dialisis (pemisahan atau filtrasi). Hemodialisa berarti proses
pembersihan darah dari zat-zat sampah melalui proses penyaringan diluar tubu
h. Hemodialisa menggunakan ginjal buatan mesin dialisis. Hemodialisa dikenal
secara awam denngan istilah cuci darah (Yasmara D, dkk. 2016).

Insiden pasien CKD on HD di dunia menurut WHO tahun 2018 mencapai 10


% dari populasi diperkirakan mencapai 1.5 juta orang diseluruh dunia. Angka k
ejadian diperkirakan meningkat 8 % setiap tahunnya. Di Indonesia pasien CKD
on HD menurut Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2018 mencapai 132.14
2 orang (Pernefri, 2018). Pasien CKD on HD di RSU Bunda Margonda
bertambah setiap tahunnya sejak berdiri ditahun 2019 dengan 4 mesin
hemodialisa dan di 2023 dengan 10 mesin hemodialisa dengan rata-rata pasien
setiap bulan 54 orang dari bulan Januarai sampai dengan Desember 2023.

Salah satu gejala yang sering dikeluhkan pasien CKD on HD adalah insomnia,
Penyebab insomnia pada penderita penyakit ginjal kronik seringkali multifakto
rial, antara lain faktor biologis dan psikologis. Pasien CKD yang mengalami in
somnia akan mempengaruhi kualitas tidur. Gangguan tidur pada pasien hemodi
alisa dapat mengakibatkan insomnia jangka panjang, penurunan kualitas hidup
dan kualitas tidur yang buruk, yang dapat mempengaruhi tubuh baik fisiologis,
psikologis, fisik, sosial, dan kematian. Gangguan tidur juga dapat menyebabka
n efek pada sistem endokrin, kardiovaskular, imun, dan sistem saraf (Muz et al.
2021; Aini & Maliya, 2020; Horenstein et al., 2019; Yamamoto et al., 2018).
3

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu mengh
asilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspe
k kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif da
ri tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan
keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang panta
s (Khasanah, 2012). Indikator atau ciri-ciri untuk mengetahui tidur yang berkua
litas adalah dengan merasakan apakah badan merasa segar dan fresh setelah ter
bangun dan tidur merasa lelap (Hidayat, 2015).

Tanda –tanda kualitas tidur yang kurang dapat dibagi menjadi tanda fisik dan ta
nda psikologis (Hidayat, 2015). Tanda fisik Ekspresi wajah (gelap di area sekit
ar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat ce
kung), kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu berkosentrasi
(kurangnya perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur,
mual dan pusing. Sedangkan tanda psikologis Menarik diri, apatis dan respon
menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat menurun, bing
ung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan me
mberikan keputusan atau pertimbangan menurun.

Untuk mengatasi kualitas tidur pada pasien hemodialisa dapat dilakukan secara
farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi yang dapat digunakan un
tuk mengatasi insomnia meliputi golongan Benzodiasepin, Ramelton. Sedangk
an terapi nonfarmakologi adalah memiliki beranekaragam jenis terapi seperti Sl
eep Restriction Therapy, Relaxation Therapy berguna untuk membuat seseoran
g rileks, salah satunya dengan kombinasi terapi relaksasi benson dan aromatera
pi lavender.

Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernafas


an dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu l
ingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehat
an dan kesejahteraan yang lebih tinggi (Benson & Proctor 2000, dalam Purwan
to, 2016). Cara kerja teknik relaksasi Benson ini adalah berfokus pada kata atau
4

kalimat tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme teratur yang diserta
i sikap pasrah pada Tuhan Yang Maha Esa sambil menarik nafas dalam.

Terapi nonfarmakologi lainnya yaitu dengan pemberian aromaterapi. Aromater


api merupakan salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-
bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum, gurih,
enak yang disebut minyak atsiri. Beberapa minyak atsiri yang umum digunaka
n dalam aroma terapi karena sifatnya yang serbaguna diantaranya adalah Langi
n Kleri (Salvia Scarea), Eukaliptus (Eucalyptus Globulus), Geranium (Pelargio
nium Graveolens), Lavender (Lavendula Vera Officianals), Lemon (Citrus Len
onem), Peppermint (Mentha Piperita), Petitgrain (Daun Citus Aurantium), dan
Rosmari (Rosmarinus Officinals), serta Pohon teh (Melalueca Alternifol), dari
minyak-minyak tersebut, minyak lavender merupakan essential oil yang paling
popular (Andria, 2014).

Aromaterapi minyak lavender diperoleh dengan cara distilasi bunga. Minyak la


vender bersifat serbaguna, sangat cocok untuk merawat kulit terbakar, terkelup
as, psoriasis, dan juga membantu kasus insomnia. Lavender beraroma ringan b
unga-bungaan dan merupakan essensial aroma terapi yang dikenal memiliki efe
k sedatif dan anti-neurodepresive. (Andria, 2014). Aromaterapi lavender memil
iki kandungan utama yaitu linalool asetat yang mampu mengendorkan dan mel
emaskan system kerja urat-urat saraf dan otot otot yang tegang. Mekanisme aro
ma terapi di mulai dari aroma yang dihirup hidung yang di dalamnya terdapat s
ilia-silia. Oleh silia bau diubah menjadi impuls listrik yang di pancarkan ke ota
k melalui sistem penghirup. Semua impuls mencapai system limbik di hipotala
mus selanjutnya akan meningkatkan gelombang alfa di dalam otak dan memba
ntu tubuh untuk rileks (McLain,2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Agus Wiwit Suwanto, Arlina Dewi, Falasifah A
ni Yuniarti tahun 2023 dengan judul penelitian Efektifitas Relaksasi Benson T
erhadap Penurunan Stres dan Peningkatan Kualitas Tidur pada Pasien Hemodia
5

lisa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif true eksperimental, pendek


atan pretest-postest design with kontrol group kepada 20 responden kelompok i
ntervensi dan 20 responden kelompok kontrol yang dipilih secara simple rando
m sampling. Kelompok intervensi diberikan terapi relaksasi Benson sedangkan
kelompok kontrol tidak. Stress diukur dengan DASS dan kualitas tidur dengan
PSQI. Data yang didapat dianalisa menggunakan Mann-Whitney test dengan si
gnifikansi ρ < 0.05. Penelitian ini didapatkan hasil yang signifikan pada skore s
tres dan kualitas tidur antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p
= 0.000). Kesimpulan: Terapi relaksasi Benson efektif dalam menurunkan stres
s dan meningkatkan kualitas tidur pasien hemodialisa di RSUD dr. Harjono S.,
Sp.OG Ponorogo.

Penelitian yang di lakukan oleh Nur Husnaeni tahun 2023 dengan judul peneliti
an Pengaruh Aromatherapy Lavender untuk Gangguan Pola Tidur Pasien Deng
an Gagal Ginjal Konis. Penelitian ini menggunakan metode Desain deskriptif
dengan pendekatan studi kasus asuhan keperawatan merupakan metode studi k
asus selama 1 minggu pemberian aroma terapi lavender dengan menggunakan
diffuser kepada subyek studi kasus. Penelitian menunjukkan adanya perubahan
kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pemberian aromaterapi
lavender menggunakan diffuser yaitu dari skor 15 (kualitas tidur buruk) menjad
i skor 9 (kualitas tidur ringan). Pemberian intervensi aromaterapi lavender pada
pasien gagal ginjal kronis dengan gangguan pola tidur selama 7 hari setiap mal
am menggunakan diffuser didapatkan adanya perubahan kualitas tidur dari peni
laian skor PSQI sebelum dan sesudah intervensi.

Selama peneliti melakukan observasi berdinas diruang HD dari 10 pasien yang


menjalani HD 6 pasien mengalami insomnia dan 4 pasien tidak mengalami ins
omnia. Ditemukan pasien dengan tanda-tanda vital abnormal seperti hipertensi,
hipotensi, bardikardi atau takikardi karena kualitas tidur kurang sehingga tidak
bisa dilakukan hemodialisa yang akan berakibat fatal pada pasien CKD on HD.
6

Berdasarkan observasi dan wawancara didapatkan hasil yaitu 40 persen pasien


yang memiliki kualitas tidur yang baik ditandai dengan tanda-tanda vital norma
l, terlihat segar dan fresh, sedangkan 60 persen sisanya memiliki kualitas tidur
yang kurang ditandai dengan tanda-tanda vital abnormal seperti hipertensi. hip
otensi, bradikardi, takikardi, lemas, mata cekung, dan kurang konsentrasi. Seca
ra umum 40 persen yang memiliki kualitas tidur baik rata-rata memakai obat-o
batan, selama ini mereka tidak tahu bagaimana cara mengatasinya hanya tahu
memakai obat-obatan, namun jika terus-menerus menggunakan obat tidur samp
ai bertahun-tahun dapat terjadi ketergantungan obat. Selama ini pasien tidak m
engetahui tehnik relaksasi dan aromaterapi dalam membantu kualitas tidur.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan wawancara
dan observasi tentang kualitas tidur mendapati hasil 4 orang memiliki kualitas
tidur baik, sementara 6 orang lainnya kualitas tidur kurang disebabkan karena
banyak minum dalam 24 jam sedangkan sudah tidak keluar urine, stress, badan
gatal-gatal (pruritus), terlalu banyak makan dan minum yang mengandung bua
h dan sayur. Intervensi yang dilakukan oleh 4 responden selama ini dengan me
nggunakan cara seperti pembatasan pemasukan cairan, mengkonsumsi makana
n cukup protein, mengurangi makanan dan minuman yang mengandung kaliu
m.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Pengaruh Kombinasi Terapi Relaksasi Benson dan Aromate
rapi Lavender terhadap kualitas tidur pada pasien di RSU Bunda Margo
nda”.
B. Rumusan Masalah

Chronic kidney disease (CKD) adalah merupakan suatu penyakit perubahan fu


ngsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversible yang tidak dapat lagi pulih at
au kembali sembuh secara total seperti sediakala yang dapat disebabakan oleh
berbagai hal dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metaboli
sme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang menyebabkan uremia.
7

Penatalaksanaan CKD adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeos


tasis selama mungkin. Terapi penganti ginjal menjadi pilihan untuk mempertah
ankan fungsi ginjal, menghindari komplikasi dan memperpanjang usia hidup pa
sien (LeMone, 2015). Hemodialisa merupakan terapi penganti ginjal yang palin
g banyak dilakukan (Prince & Wilson, 2005).

Insiden pasien CKD on HD di dunia menurut WHO tahun 2018 mencapai 10


% dari populasi diperkirakan mencapai 1.5 juta orang diseluruh dunia. Angka k
ejadian diperkirakan meningkat 8 % setiap tahunnya. Di Indonesia pasien CKD
on HD menurut Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2018 mencapai 132.14
2 orang. (Pernefri, 2018). Pasien CKD on HD di RSU Bunda Margonda
bertambah setiap tahunnya sejak berdiri ditahun 2019 dengan 4 mesin
hemodialisa dan di 2023 dengan 10 mesin hemodialisa dengan rata-rata pasien
setiap bulan 54 orang dari bulan Januarai sampai dengan Desember 2023.

Salah satu gejala yang sering dikeluhkan pasien CKD on HD adalah insomnia,
Penyebab insomnia pada penderita penyakit ginjal kronik seringkali multifakto
rial, antara lain faktor biologis dan psikologis. Pasien CKD yang mengalami in
somnia akan mempengaruhi kualitas tidur. Gangguan tidur pada pasien hemodi
alisa dapat mengakibatkan insomnia jangka panjang, penurunan kualitas hidup
dan kualitas tidur yang buruk, yang dapat mempengaruhi tubuh baik fisiologis,
psikologis, fisik, sosial, dan kematian. Gangguan tidur juga dapat menyebabka
n efek pada sistem endokrin, kardiovaskular, imun, dan sistem saraf. Selama pe
neliti melakukan observasi dan wawncaraberdinas diruang HD dari 10 pasien y
ang menjalani HD 6 pasien mengalami insomnia dan 4 pasien tidak mengalami
insomnia. Ditemukan pasien dengan tanda-tanda vital abnormal seperti
hipertensi, hipotensi, bradikardi atau takikardi yang diakibatkan karean kualitas
tidur kurang sehingga tidak bisa dilakukan hemodialisa yang akan berakibat
fatal pada pasien CKD on HD. Berdasarkan observasi dan wawancara didapatk
an hasil yaitu 40 persen pasien yang memiliki kualitas tidur yang baik ditandai
dengan tanda-tanda vital normal, terlihat segar dan fresh, sedangkan 60 persen
sisanya memiliki kualitas tidur yang kurang ditandai dengan tanda-tanda vital a
8

bnormal seperti hipertensi. hipotensi, bradikardi, takikardi, lemas, mata cekung


dan kurang konsentrasi.

Secara umum 40 persen yang memiliki kualitas tidur baik memakai obat-obata
n, selama ini mereka tidak tahu bagaimana cara mengatasinya hanya tahu mem
akai obat-obatan, namun jika terus-menerus menggunakan obat tidur sampai be
rtahun-tahun dapat terjadi ketergantungan obat. Selama ini pasien tidak menget
ahui tehnik relaksasi dan aromaterapi dalam membantu kualitas tidur.

Dari hasil observasi dan wawancara tentang kualitas tidur mendapati hasil 4 or
ang memiliki kualitas tidur baik, sementara 6 orang lainnya mendapat kualitas
tidur kurang disebsbkan karena banyak minum dalam 24 jam sedangkan sudah
tidak keluar urine, stress, badan gatal-gatal (pruritus), terlalu banyak makan da
n minum yang mengandung buah dan sayur. Intervensi yang dilakukan oleh 4 r
esponden selama ini dengan menggunakan cara seperti pembatasan pemasukan
cairan, mengkonsumsi makanan cukup protein, mengurangi makanan dan minu
man yang mengandung kalium.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dari penelitian adalah “Apa
kah ada Pengaruh Kombinasi Pemberian Terapi Relaksasi Benson dan Ar
omaterapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien CKD on HD d
i RSU Bunda Margonda?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh kombinasi terapi relaksasi Benson dan aroma
terapi lavender terhadap kualitas tidur pada pasien CKD on HD di RSU Bu
mda Margonda
2. Tujuan Khusus
9

a. Mengetahui identifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis


kelamin pada pasien CKD on HD di RSU Bunda Margonda.
b. Mengetahui identifikasi kualitas tidur sebelum di berikan kombinasi te
rapi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender pada pasien CKD on H
D di RSU Bunda Margonda.
c. Mengetahui identifikasi kualitas tidur sesudah di berikan kombinasi ter
api relaksasi Benson dan aromaterapi lavender pada pasien CKD on H
D di RSU Bunda Margonda.
d. Menganalisa pengaruh kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromater
api lavender terhadap kualitas tidur pada pasien CKD on HD di RSU B
unda Margonda.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan bagi manajemen khususn
ya bidang keperawatan untuk mendukung pelayanan keperawatan dalam p
enanganan masalah kualitas tidur pada pasien hemodialisa secara nonfarm
akologis.
2. Perkembangan Ilmu Keperawatan.
Hasil penelitian ini untuk menambah referensi ilmu keperawatan mengenai
pemberian terapi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender terhadap kual
itas tidur pada pasien hemodialisa. Bagi penelitian selanjutnya bisa menjad
i bahan referensi untuk pengembangan penelitian kualitas tidur pasien CK
D on HD.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan teori


1. Chronic Kidney Disease (CKD)
a. Pengertian Chronic Kidney Disease (CKD)
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah proses patofisilogis dengan
peyebab beragam, berupa kelainan struktural atau fungsional dengan
penurunan Laju Filtrasi Glomelurus (LFG) kurang dari 60
ml/menit/1,73 m3 sehingga berdampak menurunnya fungsi ginjal
yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan ginjal gagal
untuk mengeluarkan produk limbah metabolik dan menjaga cairan
dan elektrolit dapat mengakibatkan uremia (Han et al., 2020; Jo et
al., 2020; Ariyanto et al., 2018).. Chronik Kidney Desease (CKD)
adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk memperhatikan metabolisme
keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (LeMone, 2015).

Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis


dengan etiologi yang beragam, menggakibatkan penurunan fungsi
ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal
ginjal (Ketut, 2015).

b. Etiologi
Menurut Brunner and Sudarth, 2017, gagal ginjal kronik dapat
disebabkan oleh :
1) Infeksi
Misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih),
glomerulonefritis (penyakit peradangan). Pielonefritis adalah
proses infeksi peradangan yang biasanya mulai di renal pelvis,
disebabkan oleh salah satu dari banyak penyakit yang merusak
11

baik glomerulus maupun tubulus. Pada tahap penyakit berikut


nya keseluruhan kemampuan penyaringan ginjal sangat berkur
ang. Saluran ginjal yang menghubungkan ke saluran kencing
(ureter) parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefrit
is
2) Penyakit vaskuler hipertensif
Misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, steno
sis arteria renalis. Disebabkan karena terjadinya kerusakan vas
kulararisasi di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah a
kut dan kronik.
3) Gangguan jaringan ikat
Misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, skl
erosis sistemik progresif. Disebabkan oleh kompleks imun dal
am sirkulasi yang ada dalam membrane basalis glomerulus da
n menimbulkan kerusakan. Penyakit peradangan kronik diman
a sistem imun dalam tubuh menyerang jaringan sehat, sehingg
a menimbulkan gejala diberbagai organ.
4) Gangguan kongenital dan herediter
Misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal. Pe
nyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple, bilateral,
dan berekspansi yang lambat laun akan mengganggu dalam m
enghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan, sema
kin lama ginjal tidak mampu mempertahankan fungsi ginjal se
hingga ginjal akan menjadi rusak.
5) Penyakit metabolik
Misalnya DM (Diabetes Mellitus), gout, hiperparatiroidisme, a
miloidosis. Penyebab terjadinya dimana kondisi genetik yang
ditandai dengan adanya kelainan dalam proses metabolisme da
lam tubuh akibat defisiensi hormon dan enzim. Proses metabol
isme ialah proses memecahkan karbohidrat protein, dan lemak
dalam makanan untuk menghasilkan energi.
6) Nefropati toksik
12

Misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal. Penyeb


ab penyakit yang dapat dicagah bersifat refersibel, sehingga pe
nggunaan berbagai prosedur diagnostik.
7) Nefropati obstruktif
Misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibros
is netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah yaitu hipertro
pi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandu
ng kemih dan uretra.
8) Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis. Merup
akan penyebab gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk
oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran k
emih.

a. Tanda dan Gejala


Menurut Nursalam 2015 tanda dan gejala gagal ginjal sebagai beri
kut:
1) Gastrointestinal Ulserasi saluran pencernaan, perdarahan.
2) Kardiovaskuler Hipertensi, perubahan EKG
3) Pernafasan Edema paru,efusi pleura
4) Neuromuskular Kelemahan, gangguan tidur, sakit kepala, letar
gi, neuropati perifer, binggung, koma
5) Endokrin : Inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormone se
ks, impoten dan amenore.
6) Cairan dan elektrolit : Gangguan asam basa menyebabkan keh
ilangan asidosis berdampak pada dehidrasi, asidosis, hiperkale
mia, hipermagnesemia, hipokalem.
7) Integumen : Pucat, hiperpigmentasi, ekimosis, uremia.
8) Muskuloskeletal : Osteodistrofi pada ginjal menyebabkan oste
omalaisia
9) Psikososial : Perubahan kepribadian dan perilaku, gangguan pr
oses kognitif.
13

b. Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD)


Klasifikasi CKD menurut Suwitra (2016), penyakit ginjal kronik d
idasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit da
n atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi penyakit ginjal kronik a
tas dasar derajat (stage) penyakit:
1. CKD Stage I=Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 9
0
2. CKD Stage II=Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60 - 90
3. CKD Stage III=Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30 - 5
9
4. CKD Stage IV=Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15 - 29
5. CKD Stage V=Gagal ginjal < 15 atau dialisis

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Chronic Kidn
ey Disease (CKD), antara lain (Monika, 2019):
1) Hematologi
2) LFT (Liver Fungsi Test)
3) Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)
a) AGD : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7 : 2) ter
jadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksk
resikan hidrogen dan ammonia atau hasil akhir.
b) Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai de
ngan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jarin
gan hemolisis
4) RFT (Renal Fungsi Test) (Ureum dan Kreatinin)
a) BUN/ Kreatinin : Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL), kreat
inin serum (normal 0,5-1,5 mg/dL; 45- 132,5 µmol/ L [unit
SI]) biasanya meningkat dalam proporsi kadar
b) Kreatinin 10mg/dl, natrium (normal: serum 135-145 mmol
/L; urine: 40-220 mEq/L/24 jam), dan kalium (normal: 3,
5-5,0 mEq/L; 3-5,0 mmol/Lm [unit SI]) meningkat
14

5) Urine rutin
a) Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
b) Volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
c) Warna : secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri,
partikel, koloid dan fosfat.
d) Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,
mioglobin, porfirin.
e) Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015) menu
njukkan kerusakan ginjal berat.
6) EKG : mungkin abnormal untuk menunjukkan keseimbangan e
lektrolit dan asam basa.
7) Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopik untuk menentu
kkan pelvis ginjal, pengangkatan tumor selektif.
8) USG abdominal
9) CT scan abdominal
10) Renogram
RPG (Retio Pielografi) katabolisme protein bikarbonat menuru
n PC02 menurun Untuk menunjukkan abnormalis pelvis ginjal
dan ureter.

d. Penatalaksanaan CKD
Penatalaksanaan CKD adalah untuk mempertahankan fungsi ginja
l dan homeostasis selama mungkin. Terapi penganti ginjal menjad
i pilihan untuk mempertahankan fungsi ginjal, menghindari kompl
ikasi dan memperpanjang usia hidup pasien (LeMone, 2015). Terd
apat 3 pilihan terapi ginjal yakni:
1) Peritoneal dialysis
Peritoneal dialysis adalah metode cuci darah yang dilakukan le
wat perut atau yang lebih dikenal dengan sebutan CAPD (Con
tinuous Ambulatory Peritoneal Dialysis). Metode ini memanfa
atkan selaput dalam rongga perut (peritoneum) yang memiliki
15

permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah sebagai


filter alami ketika dilewati oleh zat sisa.
2) Hemodialisa
Hemodialisa berasal dari kata hemo (darah) dan dialisis (pemi
sahan atau filtrasi). Hemodialisa berarti proses pembersihan da
rah dari zat-zat sampah melalui proses penyaringan diluar tubu
h. Hemodialisa menggunakan ginjal buatan mesin dialisis. He
modialisa dikenal secara awam denngan istilah cuci darah (Ya
smara D, dkk. 2016).
3) Transplantasi ginjal.
Tranplantasi ginjal adalah terapi pengganti ginjal yang melibat
kan pencangkokan ginjal melalui jalan operasi dari orang hidu
p atau mati kepada orang yang membutuhkan.

Hemodialisa merupakan terapi penganti ginjal yang paling banyak


dilakukan (Prince & Wilson, 2005)

e. Patofisiologi CKD
Menurut Nursalam (2015) berdasarkan proses perjalanan penyakit
dari berbagai penyebab yaitu Glomerulonefritis, Diabetes Melitus,
yang pada akhirnya akan terjadi kerusakan nefron sehingga menye
babkan penurunan GFR (Glomelular Filtration Rate) dan menyeba
bkan CKD (Chronic Kidney Disease), yang mana ginjal mengala
mi gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi non eksresi. Fun
gsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang norma
lnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak ti
mbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltze
r & Bare, 2011), dari proses sindrom uremia terjadi pruritus
sehingga terjadi gangguan integritas kulit dan perubahan warna ku
lit sehingga terjadi resiko kerusakan integritas kulit. Sindrom ure
mia juga bisa menyebabkan asidosis metabolik akibat ginjal tidak
16

mampu menyekresi asam yang berlebihan sehingga produksi asam


meningkat terjadi asidosis metabolic yang bisa menyebabkan
gangguan pola tidur. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor
penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tu
lang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi ane
mia sehingga supply oksigen ke jaringan menurun dapat terjadi
gangguan perfusi jaringan. Retensi natrium dapat megakibatkan
CES meningkat sehingga terjadi tekanan kapiler meningkat dan
volume intertisial meningkat sehingga mengakibatkan edema dan
terjadi gangguan kelebihan volume cairan dan gangguan pola
tidur.

Gambar 2.1 Pathway CKD


17

Sumber: Nursalam (2015), Smeltzer & Bare, 2011).

2. Hemodialisa
a. Definisi Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran dar
ah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, uream, kreatinin, asam u
rat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah dar
ah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmo
sis dan ultra filtrasi (Smeltzer & Bare, 2018). Hemodialisa berasal dari kat
a hemo (darah) dan dialisis (pemisahan atau filtrasi). Hemodialisa berarti p
roses pembersihan darah dari zat-zat sampah melalui proses penyaringan d
iluar tubuh. Hemodialisa menggunakan ginjal buatan mesin dialisis. Hemo
dialisa dikenal secara awam denngan istilah cuci darah (Yasmara D, dkk. 2
016).

Hemodialisa merupakan suatu metode untuk mengeluarkan cairan yang be


rlebihan dan toksin saat darah pasien bersikulasi melalui ginjal buatan (alat
dialisis/dialyzer). Proses difusi memindahkan zat terlarut (misalnya kelebi
han kalium) dari darah melintasi membrane semipermeabel (filter alat diali
si) ke dalam dialisat untuk ekskresi dari tubuh (Hurst M, 2015).

b. Prinsip-prinsip Hemodialisa
Prinsip hemodialisa adalah menempatkan darah berdampingan dengan cair
an dialisat yang dipisahkan oleh suatu membrane (selaput tipis) yang diseb
ut membrane semi permeable. Membrane hanya dapat dilalui oleh air dan
zat tertentu (zat sampah) dengan BM kecil sampai sedang. Ada 3 prinsip d
asar dalam HD yang bekerja pada saat yang sama yaitu (Pardede, 2009):
1) Proses Difusi
Proses difusi adalah merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut
yang disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut
18

dalam darah dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang ber
konsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada HD perge
rakan molekul/zat ini melalui suatu membrane semi permeable yang m
embatasi kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Proses difusi
dipengaruhi oleh :
1) Perbedaan konsentrasi
2) Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu kelua
r)
3) QB (Blood Pump)
4) Luas permukaan membran
5) Temperatur cairan
6) Proses konveksik
7) Tahanan / resistensi membran
8) Besar dan banyaknya pori pada membran
9) Ketebalan / permeabilitas dari membrane

2) Proses Ultrafiltrasi
Proses ultrafiltrasi adalah Berpindahnya zat pelarut (air) melalui memb
rane semi permeable akibat perbedaan tekanan hidrostatik pada kompa
rtemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik /ultrafiltr
asi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen darah ke kompa
rtemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif dala
m kompartemen darah (positive pressure) dan tekanan negatif dalam k
ompartemen dialisat (negative pressure) yang disebut TMP (trans mem
brane pressure) dalam mmHg.
3) Proses Osmosis
Proses osmosis adalah berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang te
rjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah da
n dialisat. Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal d
ialysis (Haryati, 2010).

c. Indikasi Hemodialisa
19

Indikasi hemodialisa pada umumya terapi hemodialisa pada penyakit ginja


l kronis adalah laju filtrasi glomerulus (LFG) sudah kurang dari 5 mL/men
it, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai salah satu d
ari hal tersebut dibawah (Sylvia & Wilson, 2015):
a. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
b. K serum > 6 mEq/L 3) Ureum darah > 200 mg/Dl
c. pH darah < 7,1 5) Anuria berkepanjangan ( > 5 hari )
d. Fluid overloaded

d. Kontraindikasi Hemodialisa
Menurut PERNEFRI (2013), kontraindikasi dari hemodialisa adalah
a. Tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa
b. Akses vaskuler sulit
c. Instabilitas hemodinamik
d. Koagulasi.
e. Penyakit Alzheimer
f. Demensia multi infark,
g. Sindrom hepatorenal,
h. Sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut.

e. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang menjalani hemodialisa
adalah gangguan hemodinamik. Tekanan darah umumnya menurun denga
n dilakukannya ultrafiltrasi atau penarikan cairan saat hemodialisis. Hipote
nsi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang menjalani hemodialisis
regular, namun sekitar 5-15% dari responden hemodialisis tekanan darahn
ya justru meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik atau intradi
alytic hypertension (Agarwal dkk dalam Mahmudah, 2017)
a. Komplikasi Akut
Komplikasi akut hemodialisis adalah komplikasi yang terjadi selama h
emodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi diantaranya a
dalah
20

1) Hipotensi.
2) Kram otot.
3) Mual dan muntah.
4) Sakit kepala.
5) Sakit dada.
6) Sakit punggung.
7) Gatal.
8) Demam.
9) Menggigil.

b. Komplikasi kronik
Menurut Bieber dkk dalam Mahmudah, 2013 Komplikasi kronik yang
terjadi pada pasien hemodialisa yaitu:
1) Penyakit jantung
2) Malnutrisi
3) Hipertensi/volume excess
4) Anemia
5) Renal osteodystrophy
6) Neurophaty
7) Disfungsi reproduksi
8) Komplikasi pada akses
9) Gangguan perdarahan
10) Infeksi
11) Amyloidosis
12) Acquired Cystic Kidney disease.

f. Prinsip Kerja Hemodialisa


Prinsip Kerja Dialisis adalah Mesin hemodialisa memiliki spesialisasi filte
r disebut dialyzer (juga disebut ginjal tiruan) untuk membersihkan darah.
Darah dialirkan ke dialyzer dengan dibuat akses oleh ahli bedah pada pem
buluh darah melalui operasi minor biasanya pada tangan. Terdapat 2 jenis
akses untuk jangka panjang yaitu:
21

a. Fistula arteriovenosa (AV)


AV Fistula dibuat dengan menggabungkan arteri ke pembuluh darah te
rdekat di bawah kulit sehingga terbuatlah pembuluh darah yang lebih b
esar. Fistula merupakan jenis akses yang lebih diutamakan karena me
miliki lebih sedikit kendala dan bertahan lebih lama. Pasien harus diev
aluasi secara khusus oleh ahli bedah vaskular paling tidak enam bulan
sebelum dilakukan dialisis sehingga ada banyak waktu untuk menyem
buhkan dan fistula pun telah siap pada saat akan dialisis. Jika pembulu
h darah pasien tidak sesuai dengan fistula maka akan dilakukan pemas
angan AV graft.
b. Graft AV.
AV graft adalah yang melibatkan arteri bergabung dengan vena terdek
at dengan tabung lembut kecil yang terbuat dari bahan sistetis, kemudi
an diletakkan dibawah kulit. Setelah fistula atau graft disembuhkan, ba
ru setelah beberapa bulan dapat digunakan untuk dialisis. Setelah itu, p
asien akan ditusuk dengan 2 jarum yang dihubungkan ke plastik tabun
g. Satu tabung membawa darah ke dialyzer untuk dibersihkan dan tabu
ng lainnya mengembalikan darah yang telah dibersihkan.

Adapun untuk penggunan jangka pendek terdapat akses CDL (Cathete


r Double Lumen). CDL adalah tabung lembut yang dimasukkan ke dal
am vena besar di leher atau dada. Jenis akses ini umumnya digunakan
bila dialisis diperlukan hanya untuk periode singkat atau digunakan se
bagai
akses permanen ketika fistula atau graft tidak dapat dipasang. CDL bis
a dihubungkan langsung ke tabung dialisis tanpa menggunakan jarum.

Di dalam dialyzer atau filter, terdapat dua sisi yaitu untuk darah dan un
tuk cairan yang disebut dialisat. Dua sisi tersebut dipisahkan oleh selap
ut tipis yang juga menyebabkan sel darah, protein dan hal penting lain
tetap ada dalam darah. Hal ini disebabkan karena sel darah, protein dan
22

hal penting lain tersebut terlalu besar untuk dilewati melalui membran
permeabilitas (Cahyaningsih, 2014).

g. Durasi Hemodialisa
Durasi hemodialisa adalah waktu atau lamanya hemodialisa dan disesuaika
n dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4–5 jam dengan
frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10–15 jam/mi
nggu dengan QB 200–300 mL/menit. Hemodialisa regeluer dikatakan cuk
up bila dilaksanakan secara teratur, berkesinambungan, selama 9-12 jam se
tiap minggu (Suwitra, 2010). Menurut Nugraha dalam Mahmudah (2017),
klien baru (bila <1 tahun), dan klien lama (bila ≥ 1 tahun).

Dosis minimum durasi HD yang ditetapkan oleh KDOQI adalah 2,5 - 4,5 j
am, dan dilakukan 3x seminggu (NKF, 2006). Akan tetapi untuk pengobat
an awal, terutama ketika kadar blood urea nitrogen (BUN) sangat tinggi
(mis: diatas 125 mg/dL), durasi dialisis dan kecepatan aliran darah harus di
kurangi. URR harus ditargetkan ˂ 40%. Hal ini berarti menggunakan laju
aliran darah hanya 250 mL/menit dengan durasi dialysis selama 2 jam. Dur
asi dialisis yang lebih lama pada keadaan akut dapat menyebabkan disequi
librium syndrome, yang dapat menyebabkan kejang atau koma selama/ set
elah dialisis, hal ini diakibatkan pembuangan zat terlarut dalam darah yang
terlalu cepat (Daugirdas, 2007).

Setelah melewati terapi awal, pasien dapat dievaluasi kembali dan untuk d
urasi dialisis selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi 3 jam, asalkan kadar
BUN predialisis ˂ 100 mg/dL. Durasi dialisis selanjutnya dapat dilakukan
selama yang diperlukan, tetapi panjang pengobatan dialisis tunggal jarang
melebihi 6 jam kecuali tujuan dialisis adalah pengobatan overdosis obat (D
augirdas, 2007).

3. Relaksasi Benson
a. Pengertian Terapi Relaksasi Benson
23

Pengertian Terapi Relaksasi Benson Menurut Benson, H. and Proctor (200


0) tehnik Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi yang digabung den
gan keyakinan yang dianut oleh pasien, relaksasi Benson akan menghamba
t aktifitas saraf simpatis yang dapat menurunkan konsumsi oksigen oleh tu
buh dan selanjutnya otot-otot tubuh menjadi relaks sehingga menimbulkan
perasaan tenang dan nyaman. Relaksasi Benson merupakan pengembanga
n metode respon relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yan
g dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu
pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih tinggi (Purwan
to, 2006). Terapi Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi dengan me
libatkan unsur keyakinan dalam bentuk kata-kata keyakinan yang dianut ol
eh pasien. Manfaat Terapi Relaksasi Benson terbukti memodulasi stres ter
kait kondisi seperti marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi,
hipertensi dan insomnia serta menimbulkan perasaan menjadi lebih tenang.
(Benson, H. and Proctor, 2000).

b. Pendukung Terapi Relaksasi Benson


Pendukung Terapi Relaksasi Benson Menurut Benson, H. and Proctor, (20
00) Pendukung dalam Terapi Benson meliputi :
1) Perangkat Mental
Untuk memindahkan pikiran yang berada di luar diri, harus ada rangsa
ngan yang konstan. Rangsangan tersebut dapat berupa kata atau frase y
ang singkat yang diulang dalam hati sesuai dengan keyakinan. Kata ata
u frase yang singkat adalah fokus dalam melakukan relaksasi Benson.
Fokus pada kata atau frase tertentu akan meningkatkan kekuatan dasar
respon relaksasi dengan memberi kesempatan faktor keyakinan untuk
mempengaruhi penurunan aktifitas saraf simpatik.
2) Suasana tenang
Suasana yang tenang membantu efektifitas pengulangan kata atau frase
dengan demikian akan mudah menghilangkan pikiran yang yang meng
ganggu.
3) Sikap pasif
24

Sikap ini sangat penting karena berguna untuk mengabaikan pikiran-pi


kiran yang mengganggu sehingga dapat berfokus pada pengulangan ka
ta atau frase.

c. Prosedur Terapi Menurut Benson


Prosedur Terapi Menurut Benson, H. and Proctor (2000) prosedur terapi re
laksasi benson terdiri atas :
1) Usahakan situasi ruangan atau lingkungan tenang , atur posisi nyaman.
2) Pilih satu kata atau ungkapan singkat yang mencerminkan keyakinan.
Sebaiknya pilih kata atau ungkapan yang memiliki arti khusus.
3) Pejamkan mata, hindari menutup mata terlalu kuat. Bernafas lambat da
n wajar sambil melemaskan otot mulai dari kaki, betis, paha, perut dan
pinggang. Kemudian disusul melemaskan kepala.
4) Atur nafas kemudian mulailah menggunakan fokus yang berakar pada
keyakinan. Tarik nafas dari hidung, pusatkan kesadaran pada pengemb
angan perut, lalu keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan sambil
mengucapkan ungkapan yang sudah dipilih.
5) Pertahankan sikap pasif.

4. Kualitas Tidur
a. Definisi Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah perasaan segar kembali dan siap menghadapi kehidup
an lain setelah bangun tidur. Ide ini menggabungkan beberapa atribut, mis
alnya, waktu yang dibutuhkan untuk mulai tertidur, kedalaman istirahat da
n ketenangan (Adrianti, 2017). Kualitas tidur adalah suatu tindakan diman
a seseorang dapat dipastikan mulai mengantuk dan mengikuti istirahatnya,
kualitas tidur seseorang dapat digambarkan dengan alokasi waktu dia terti
dur, dan keberatan yang dirasakan selama istirahat atau setelah bangun tid
ur. Menurut Potter dan Perry (2005) kebutuhan tidur yang cukup ditentuka
n selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur), ditambah dengan ke
dalaman (kualitas tidur). (Serko AJi, 2015).
25

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu m
enghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur menca
kup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspe
k subjektif dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk
mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM
dan NREM yang pantas (Khasanah, 2012).

b. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur


Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur meliputi stress, depresi, ansietas,
penyakit yang diderita, lingkungan, kelelahan, makanan dan minuman ber
alkohol (Potter &Perry, 2005). Berbagai variabel yang mempengaruhi kual
itas tidur, misalnya faktor fisiologis, mental, dan faktor lingkungan secara
teratur mengubah kualitas dan jumlah istirahat. (Putri, 2016).
1) Obat dan Zat.
Kelesuan, kurang tidur, dan kelemahan sering terjadi sebagai akibat lan
gsung dari obat-obatan yang biasanya diminum. Resep yang dianjurka
n untuk istirahat secara teratur menyebabkan lebih banyak masalah dar
ipada manfaat. Lansia mengkonsumsi obat untuk mengontrol dan men
gobati penyakit kronis, dan efek gabungan beberapa obat bisa sangat m
engganggu tidur. Salah satu zat yang meningkatkan istirahat pada bany
ak orang adalah L-tryptophan, protein yang umum ditemukan dalam je
nis makanan seperti susu, keju dan daging. (Putri, 2016)
1) Gaya Hidup
Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Seorang individu y
ang berkerja secara total ( misalnya, 2 minggu siang hari diikuti oleh 1
minggu malam hari ) itu sering mengalami kesulitan menyesuaikan per
ubahan jadwal tidur. Sebagai contoh, jam internal tubuh di atas pada ja
m 11 malam, tapi jadwal kerja memaksa tidur di jam 9. Inidividu hany
a dapat tidur 3 atau 4 jam karena tubuh merasakan bahwa sudah waktu
nya untuk bangun dan aktif. Kesulitan mempertahankan kewaspadaan
selama waktu bekerja menghasilkan penurunan dan bahkan kinerja yan
g berbahaya. Rutinitas seseorang dapat mempengaruhi kulitas tidur. Ke
26

sulitan menjaga kesiapan selama waktu kerja menyebabkan eksekusi y


ang berkurang dan, bahkan kinerja yang berbahaya. (Putri, 2016).

2) Pola Tidur yang Lazim.


Abad sebelumnya jumlah istirahat malam yang dibutuhkan oleh pendu
duk Indonesia telah berkurang lebih dari 20%, menunjukkan bahwa ba
nyak orang Indonesia tidak bisa tidur dan mengalami kelesuan siang ha
ri yang ekstrim. Individu yang mengalami kurang tidur sementara kare
na aktifitas malam yang dinamis atau rencana panjang
untuk menyelesaikan pekerjaan, biasanya akan merasa lesu keesokan h
arinya. Namun, mereka dapat menaklukkan perasaan ini meskipun me
ngalami masalah dalam menyelesaikan pekerjaan dan tetap berhati-hati.
(Putri, 2016).

4) Stres Emosional
Stres emosional membuat individu menjadi tegang dan seringkali meni
mbulkan ketidakpuasan ketika tidak mampu untuk beristirahat. Stres ju
ga membuat seseorang berusaha keras untuk beristirahat, atau beristira
hat terlalu lama. Tekanan tanpa henti, menyebabkan kecenderungan ist
irahat yang buruk. Klien yang lebih muda pasti akan menghadapi kema
langan yang mendorong tekanan antusias seperti pensiun, dan kematia
n orang yang dicintai. Lansia dan orang yang mengalami masalah depr
esi suasana hati mengalami penundaan waktu tidur, tahap awal istiraha
t REM, kewaspadaan, waktu pemeliharaan istirahat yang diperluas, sen
timen istirahat yang tidak menguntungkan, dan pembaruan awal. (Putri,
2016).

5) Lingkungan
Lingkungan fisik di mana seorang individu tertidur pada dasarnya me
mpengaruhi kapasitas untuk memulai dan tetap tidak sadar. Ventilasi y
ang baik sangat penting untuk istirahat malam yang layak. Ukuran, ken
yamanan dan posisi tempat tidur mempengaruhi sifat istirahat. Jika ses
27

eorang biasanya berbaring dengan orang lain, tidur sendiri akan memb
uatnya terbangun secara teratur. Kemudian lagi, berbaring dengan tem
an tidur yang gelisah atau mengi dapat mempengaruhi istirahat. Di klin
ik dan kantor jangka panjang lainnya, keributan membuat satu masalah
lagi bagi pasien. Jadi pasien akan bangun tanpa masalah. Masalah ini s
ecara signifikan lebih penting pada malam pertama rawat inap, ketika p
asien mengalami peningkatan waktu bangun mutlak, pembaruan terus-
menerus, dan berkurangnya istirahat REM dan waktu istirahat total. (P
utri, 2016).

6) Latihan dan kelelahan


Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat beristirahat dengan nyenya
k, terutama dengan asumsi kelemahannya adalah efek samping dari pe
kerjaan atau olahraga yang menyenangkan. Berlatih 2 jam atau lebih se
belum tidur memungkinkan tubuh untuk bersantai, mengurangi kelelah
an, dan meningkatkan relaksasi. Bagaimanapun, kelemahan yang berle
bihan yang berasal dari pekerjaan yang terkuras atau stres membuatnya
sulit untuk beristirahat. Ini adalah masalah khas untuk anak sekolah da
n remaja. (Putri, 2016).

7) Makanan atau asupan kalori.


Makan malam yang besar, berat, dan juga lezat di malam hari sering m
enyebabkan refluks asam yang mengganggu istirahat. Kafein, minuma
n keras, dan nikotin yang dikonsumsi sekitar malam hari menghasilkan
gangguan tidur. Espresso, teh, cola, dan coklat yang mengandung kafei
n dan xanthenes menyebabkan kegelisahan. Menurunkan atau menamb
ah berat badan dapat memengaruhi desain istirahat. Berat badan mena
mbah apnea istirahat obstruktif karena ada peningkatan ukuran struktur
jaringan berminyak di saluran nafas bagian atas. Penambahan berat ba
dan menyebabkan kurang tidur dan berkurangnya istirahat. Masalah ist
irahat tertentu adalah efek samping dari diet semi-diet yang terkenal di
masyarakat yang sadar akan berat badan. (Putri, 2016).
28

8) Jenis Kelamin
Faktor hormonal, gangguan nyeri, dan masalah mental, terutama depre
si adalah bagian dari faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada wa
nita. Kualitas tidur yang buruk dan kurangnya istirahat mempengaruhi
kepuasan pribadi mereka. Wanita dua kali lebih logis daripada pria unt
uk mengalami masalah memulai atau mempertahankan istirahat, meski
pun fakta bahwa sebelum pubertas tidak ada perbedaan kritis. (Putri, 2
016).

9) Usia Pola tidur remaja perlu lebih dipertimbangkan karena terkait deng
an pelaksanaan sekolah. Selama 20 tahun terakhir, para ilmuwan lainn
ya telah melihat kontras dalam perubahan tema istirahat pada kaum mu
da. Perkembangan ini adalah jam organik pemuda atau disebut irama si
rkadian. Menjelang awal pubertas, tahap istirahat ternyata terlambat. U
ntuk tertidur nanti sekitar waktu malam dan bangun nanti menjelang a
wal hari. Juga remaja lebih siap sekitar waktu malam dan mengalami l
ebih banyak kesulitan tidur. Sementara pada lansia, lansia bangun lebi
h teratur di sekitar waktu malam dan membutuhkan banyak waktu untu
k tertidur kembali. Kecenderungan untuk beristirahat di siang.

c. Pola Tidur
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang
relative menetap dan meliputi jadwal tidur dan bangun, irama tidur, frekue
nsi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur,
Widiyanto (2016). Klasifikasi Pola Tidur Menurut Hidayat (2015), jenis ti
dur dibagi menjadi dua yaitu,
1) Slow wave sleep atau tidur gelombang lambat atau disebut pola tidur b
iasa dan pola tidur paradoks yang juga disebut Rapid eye movement
a) Pola tidur biasa
Pola tidur biasa juga disebut sebagai tidur Non-REM (Non-Rapid
Eye Movement). Pada keadaan ini, sebagian besar organ tubuh sec
29

ara berangsurangsur menjadi kurang aktif, pernapasan teratur, kece


patan denyut jantung berkurang, otot mulai berelaksasi, mata dan
muka diam tanpa gerak. Fase Non-REM berlangsung ± 1 jam, dan
pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sek
itarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidu
rnya (Hidayat. 2015).
b) Pola tidur paradoksal
Pola tidur paradoksal disebut juga sebagai tidur REM (Rapid Eye
Movement). Pada fase ini, akan terjadi gerakan-gerakan mata secar
a cepat, denyut jantung dan pernapasan yang naik turun, sedangkan
otototot mengalami pengendoran (relaksasi total). Proses relaksasi t
otal ini sangat berguna bagi pemulihan tenaga dan penghilangan se
mua rasa lelah. Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) berlangsung s
elama ±20 menit. Pada fase ini, sering timbul mimpi-mimpi, mengi
gau, atau bahkan mendengkur. Dalam tidur malam yang berlangsu
ng 6-8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan Non-REM) terjadi
secara bergantian sebanyak 4-6 siklus. (Mubarak, 2015).

5. Aromaterapi Lavender
a. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial atau sari
minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, me
mbangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga,
(Astuti, 2015). Aromaterapi lavender adalah terapi yang menggunakan mi
nyak essensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatas
i gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, stress, de
presi, gangguan tidur dan sebagainya, menurut jurnal Afrianti Wahyu Wid
iarti, Suhardi, (2015). Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengo
batan alternative dengan menggunakan sari tumbuhan aromatic lain dari tu
mbuhan (2013). Minyak yang digunakan dalam terapi komplementer ini b
unga lavender, orang yang berada dilingkungan akan mempunyai rasa perc
aya diri yang tinggi karena beraroma harum (Republika,2010).
30

b. Jenis-jenis aromaterapi
Beberapa minyak atsiri yang umum digunakan dalam aromaterapi karena s
ifatnya yang serbaguna diantaranya adalah Langin Kleri (Salvia Scarea), E
ukaliptus (Eucalyptus Globulus), Geranium (Pelargionium Graveolens), L
avender (Lavendula Vera Officianals), Lemon (Citrus Lenonem), Pepperm
int (Mentha Piperita), Petitgrain (Daun Citus Aurantium), dan Rosmari (R
osmarinus Officinals), serta Pohon teh (Melalueca Alternifol), dari minya
k-minyak tersebut, minyak lavender merupakan minyak essensial yang pal
ing popular (Andria, 2014).

c. Mekanisme aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur.


Lavender mengandung linool yang berfungsi sebagai efek sedative, sehing
ga ketika terhirup aroma yang di keluarkan akan menstimulasi reseptor sili
a saraf olfaktorius yang berada di epitel olfactory untuk menurunkan arom
a tersebut ke bulbus olfaktorius melalui saraf olfaktorius. Bulbus olfaktori
us berhubungan dengan sisitem limbic. Dampak positif aromaterapi terhad
ap kualitas tidur yang nyenyak akan lebih di rasakan secara langsung karen
a hidung mempunyai kontak langsung dengan bagian-bagian otak yang ber
tugas merangsang terbentuknya efek yang di timbulkan aromaterapi (Buck
le, 2015)

d. Metode Pemakaian aromaterapi lavender


1) Di hirup
Dihirup Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggu
naan aromaterapi yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi juga meru
pakan metode yang paling tua. Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke
dalam tubuh dengan satu tahap yang mudah, yaitu lewat paru – paru di
alirkan ke pembuluh darah melalui alveoli. Inhalasi sama dengan meto
de penciuman bau, di mana dapat dengan mudah merangsang olfaktori
pada setiap kali bernafas dan tidak akan mengganggu pernafasan norm
al apabila mencium bau yang berbeda dari minyak essensial. Aromate
31

rapi inhalasi dapat dilakukan dengan menggunakan elektrik, baterai, at


au lilin diffuser, atau meletakkan aromaterapi dalam jumlah yang sedi
kit pada selembar kain atau kapas. Hal ini berguna untuk minyak esse
nsial relaksasi dan penenang (Walls, 2009)

2) Penguapan
Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dengan cara pen
guapan ini mempunyai rongga seperti gua untuk meletakkan lilin kecil
atau lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan seperti cangkir b
iasanya terbuat dari kuningan untuk meletakkan sedikit air dan beberap
a tetes minyak esensial (Sharma, 2009). Cara penggunaannya adalah m
engisi cekungan cangkir pada tungku dengan air dan tambahkan bebera
pa tetes minyak esensial, kemudian nyalakan lilin, lampu minyak atau l
istrik. Setelah air dan minyak menjadi panas, penguapan pun terjadi da
n seluruh ruangan akan terpenuhi dengan bau aromatik (Sharma, 2009).

3) Pijatan
Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang sangat sering dikol
aborasikan dengan aromaterapi. Beberapa tetes minyak esensial dicam
purkan dalam minyak untuk pijat sehingga dapat memberikan efek sim
ultan antara terapi sentuhan dan terapi wangiwangian. Pijatan dapat me
mperbaiki peredaran darah, mengembalikan kekenyalan otot, membua
ng racun dan melepaskan energi yang terperangkap di dalam otot. Wan
gi-wangian memicu rasa senang dan sehat (Sharma, 2009).

4) Semprotan
untuk ruangan Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol
yang dapat merusak ozon dalam penggunaannya sebagai pewangi ru
angan. Penggunaannya adalah dengan menambahkan sekitar 10-12 te
tes minyak esensial ke dalam setengah liter air dan menyemprotkan c
32

ampuran tersebut ke seluruh ruangan dengan bantuan botol penyemp


rot (Hapsari, 2011)

5) Berendam
Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling mudah untuk
menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa tetes minyak aroma ke
dalam air berendam, kemudian berendamlah selama 20 menit. Minya
k esensial akan berefek pada tubuh dengan cara memasuki badan lew
at kulit. Campurkan minyak esensial dengan cara yang tepat, karena
beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam air (Sharma, 2009)

B. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang di lakukan oleh Agus Wiwit Suwanto, Arlina Dewi, Falasi
fah Ani Yuniarti (2023), dengan judul penelitian Efektifitas Relaksasi Ben
son Terhadap Penurunan Stres dan Peningkatan Kualitas Tidur pada Pasie
n Hemodialisa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif true eksperi
mental, pendekatan pretest-postest design with kontrol group kepada 20 re
sponden kelompok intervensi dan 20 responden kelompok kontrol yang di
pilih secara simple random sampling. Kelompok intervensi diberikan terap
i relaksasi Benson sedangkan kelompok kontrol tidak. Stress diukur denga
n DASS dan kualitas tidur dengan PSQI. Data yang didapat dianalisa men
ggunakan Mann-Whitney test dengan signifikansi ρ < 0.05. Hasil: Penelitia
n ini menunjukkan setelah dilakukan terapi relaksasi Benson, terjadi perbe
daan yang signifikan pada skore stres dan kualitas tidur antara kelompok i
ntervensi dengan kelompok kontrol (p = 0.000). Kesimpulan: Terapi relaks
asi Benson efektif dalam menurunkan stress dan meningkatkan kualitas tid
ur pasien hemodialisa di RSUD dr. Harjono S., Sp.OG Ponorogo.
2. Penelitian yang di lakukan oleh NUR HUSNAENI (2023), dengan judul p
enelitian Pengaruh Aromatherapy Lavender untuk Gangguan Pola Tidur P
asien Dengan Gagal Ginjal Konis. Penelitian ini menggunakan metode D
esain deskriptif dengan pendekatan studi kasus asuhan keperawatan merup
akan metode studi kasus selama 1 minggu pemberian aroma terapi lavende
33

r dengan menggunakan diffuser kepada subyek studi kasus. Penelitian men


unjukkan adanya perubahan kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi pemberian aromaterapi lavender menggunakan diffuser yaitu da
ri skor 15 (kualitas tidur buruk) menjadi skor 9 (kualitas tidur ringan). Pem
berian intervensi aromaterapi lavender pada pasien gagal ginjal kronis den
gan gangguan pola tidur selama 7 hari setiap malam menggunakan diffuser
didapatkan adanya perubahan kualitas tidur dari penilaian skor PSQI sebel
um dan sesudah intervensi.
3. Penelitian yang di lakukan oleh Valery Oktavia, dengan judul penelitian A
nalisis Asuhan Keperawatan dengan Aromaterapi Lavender untuk Mening
katkan Kualitas Tidur pada Pasien Hemodialisa. Metode yang digunakan d
alam penelitian ini dengan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQ
I) dan Visual Analog Scale (VAS) Daytime Sleepiness Level. Hasil evaluas
i menunjukan bahwa aromaterapi lavender efektif untuk meningkatkan kua
litas tidur pasien hemodialisa dibuktikan dengan skor PSQI dan skor VAS
Daytime Sleepiness Level pada kedua pasien menurun setelah diberikan int
ervensi aromaterapi lavender selama seminggu.
4. Penelitian yang di lakukan oleh Reshanda Affan Afsadien Muchammad (2
023), dengan judul penelitian Pemberian Aromatherapy Lavender dan Mu
rotal AR-Rahman untuk Mengatasi Gangguan Pola Tidur pada Pasien Lan
sia Gagal Ginjal Kronik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini me
rupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan metode studi kasus yang
mengeksplorasi asuhan keperawatan pada pasien lansia GGK dengan gang
guan pola tidur. Alat pengukuran kualitas tidur lansia menggunakan kuesio
ner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian ini didapatkan
hasil skor PSQI 17 (Severe Sleep Difficulty) menunjukan bahwa pasien me
ngalami gangguan pola tidur berat. Setelah diberikan aromatherapy lavend
er dan murottal ar rahman sebanyak 1 kali sehari selama 7 hari dengan dur
asi 30 menit, didapatkan kualitas tidur lansia gagal ginjal kronik mengala
mi peningkatan, ditunjukan dengan skor PSQI 7 (Mild Sleep Difficulty). Pe
mberian intervensi aromatherapy lavender dan murottal ar rahman dapat m
eningkatkan tingkat kualitas tidur pada pasien lansia GGK. Intervensi aro
34

matherapy lavender dan murottal ar rahman ini sangat mudah diterapkan o


leh perawat.
5. Penelitian yang di lakukan oleh Nata, NurhadiWijayanti, Tri, dengan judul
penelitian Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien CKD (Chroni
c Kidney Disease) dengan Intervensi Inovasi Teknik Relaksasi Benson pad
a Kualitas Tidur Kombinasi dengan Terapi Musik yang Menjalani Hemodi
alisa di Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Ta
hun 2018. Penelitian ini menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI). Sebelum diberi terapi relaksasi benson yang dikombinasi dengan t
erapi musik pada pertemuan pertama pasien diberi kuisioner PSQI terlebih
dahulu. Lalu, setelah diberi relaksasi benson kombinasi terapi musik pasie
n diberi kuisioner lagipada pertemuan ke 3. Hasil : Selama tiga kali pertem
uan dilakukan tindakan intervensi didapatkan hasil terjadi perubahan pada
penurunan kualitas tidur pasien. Yaitu pertemuan pertama Jum’at tanggal
28 Desember 2018, skor The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) 12 da
n setelah dilakukan intervensi inovasi pada pertemuan ke 3 tanggal 4 Janua
ri 2019 skor The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

C. Kerangka Teori

Tanda dan Gejala CKD


Derajat CKD
1. Stage I = Kerusakan ginjal d 1. Gastrointestinaal:Ulserasi saluran pence
engan LFG normal atau ↑ ≥ rnaan, perdarahan
90
2. Stagr II = Kerusakan ginjal d 2. Kardiovaskuler:Hipertensi, perubahan E
engan LFG ↓ ringan 60 - 90 KG
3. Stagr III = Kerusakan ginjal
dengan LFG ↓ sedang 30 - 5 3. Pernafasan:Edema paru, efusi pleura
94 4. Neuromuskular: Kelemahan,
4. Stage IV = Kerusakan ginjal
dengan LFG ↓ berat 15 - 29 gangguan tidur, sakit kepala, letargi, ne
5. Stage V = Gagal ginjal < 15 uropati perifer, binggung, koma
atau dialisis
5. Endokrin : Inti glukosa, hiperlipidemia,
35

Penatalaksanaan CKD:
1. Hemodialisa
2. Peritoneal Dyalisis
3. Transpalntasi Ginjal

Farmakologi
Obat-obatan golongan
Benzodiasepin, Ramelton

Non Farmakologi
1. Relakasai nafas dalam
2. Relaksasi otot progresif
3. Relaksasi Benson
4. Aromaterapi lavender

Relaksasi Benson Aromaterapi Lavender

Pernafasan yang panjang dapat memb Lavender mengandung linool ya


erikan energi yang cukup dan mendap ng berfungsi sebagai efek sedati
atkan oksigen untuk membersihkan da ve, sehingga ketika terhirup aro
rah dan mencegah kerusakan jaringan ma tersebut menempel pada
otak akibat kekurangan oksigen (hipok
rambut hidung.
sia).
36

otot-otot dinding perut menekan iga Dihantar ke sistem limbic dan hi


bagian bawah ke arah belakang serta potalamus menjadi impuls listrik
mendorong sekat diafragma ke atas d
apat berakibat meninggikan tekanan i
ntra abdominal, merangsang aliran da
rah baik vena cava inferior maupun a
orta abdominalis,
Menstimulasi thalamus untuk m
engeluarkan hormone enkefalin
dan merangsang saraf otonom

aliran darah (vaskularisasi) menjadi m


eningkat keseluruh tubuh terutama org
an - organ vital seperti otak, sehingga
O2 tercukupi didalam otak Menyebabkan vasodilatasi serta
memberikan efek relaksasi dan t
enang

Rileks

Kualitas Tidur

Bagan 2. 1KerangkaTeori

Sumber : ((Han et al., 2020; Jo et al., 2020; Ariyanto et al., 2018)(Buckle, 2015) .
(J.Buysse et al., 1989)
(Benson & Proctor, 2000 dalam Purwanto 2016)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu struktur konseptual yang digunakan


untuk merinci hubungan antara konsep-konsep utama yang akan diukur dan d
iamati dalam penelitian. Kerangka konsep memberikan pandangan konseptual
37

yang membantu peneliti memahami dan mengorganisir variabel-variabel serta


hubungan di antara mereka (Adiputra dkk., 2021). Kerangka konsep penelitia
n adalah keterkaitan antara konsep yang satu dengan konsep lainnya dari mas
alah yang ingin diteliti (Setiawan & Prasetyo,2015). Kerangka konsep penelit
ian merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan antara konsep satu deng
an konsep yang lainnya atau antara variabel satu dengan variabel lainnya dari
masalah yang ingin diteliti. Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur maka ko
nsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari variabel itula
h konsep dapat diamati dan diukur (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep pe
nelitian ini merupakan suatu uraian dan visualisasi pengaruh kombinasi pemb
erian terapi relaksasi benson dan aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur
pada pasien CKD on HD.

Variabel adalah suatu atribut atau sifat dari objek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemu
dian ditarik kesimpulanya (Sugiyono,2015). Variabel Independen adalah vari
abel yang mempengaruhi atau variabel lain atau di sebut sebagai variabel stim
ulus yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Su
giyono, 2014).

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah kombinasi terapi relaksasi B


enson dan aromaterapi lavender.

Variabel Dependen Adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel l


ain atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas dan sering disebut sebagai
variabel output, kriteria atau konsekuen (Sugiyono, 2014). Variabel dependen
pada penelitian ini adalah kualitas tidur
38

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Kombinasi Terapi
Kualitas Tidur
Relaksasi Benson dan Aro
materapi Lavender

Karakteristik Responden :
1. Umur
2. Jenis Kelamin

Bagan 3. 1Kerangka Konsep

Keterangan

: Variabel Tidak diteliti

: Variabel diteliti

B. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan atau dugaan yang dirumuskan untuk diuji
melalui penelitian ilmiah. Hipotesis biasanya merupakan jawaban sementara t
erhadap pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti. Tujuan utama hipo
tesis adalah untuk memberikan arahan dan struktur bagi proses penelitian sert
a mengarahkan pengumpulan data untuk menguji kebenarannya
(Adiputra dkk., 2021)
. Berikut hipotesis pada penelitian ini :

Ha : Adanya pengaruh kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromaterap


i lavender terhadap kualitas tidur pada pasien CKD on HD di RSU
Bunda Margonda.
39

Ho : Tidak ada pengaruh kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromater


api lavender terhadap kualitas tidur pada pasien CKD on HD di
RSU Bunda Margonda.

C. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel mendefisinikan secara operasional atau kejadian
agar peneliti dapat melakukan observasi atau pengukuran terhadap suatu obje
k. Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefisinikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati itul
ah kunci dari definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan pene
liti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam,
2013).

C. Definisi Operasional
40

Tabel 3. 1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Op Cara Uku Alat Ukur Hasil Ukur Skala U


erasional r kur
Variabel Dependen
Kualitas tid Suatu keada Responde Pittsburgh Sleep Q Nilai kualitas tid Interval
ur an dimana ti n mengisi
uality Index (PSQ ur sebelum dan s
dur yang dij kuesioner
alani tentang ku I) yang terdiri dari esudah pemberia
responden ≥ alitas tidur
7 (tujuh) kompone n intervensi kom
6 jam meng
hasilkan kes n binasi relaksasi b
egaran dan
1. Kualitas tidur enson dan aroma
kebugaran k
etika terban subjektif terapi lavender y
gun
2. Latensi tidur aitu: tidak ada ga
3. Durasi tidur nguan tidur (0) ,
4. Efisiensi tidur gangguan tidur ri
sehari hari ngan (1-7), gang
5. Gangguan tidu gan tidur sedang
r (8-14) dan gangg
6. Penggunaan o uan tidur berat (1
bat tidur 5-21).
7. Disfungsi akti
fitas siang hari
Variabel Independen
a. Terapi Suatu relaksa Responde Lembar observasi Semua responde Nominal
relaksa si pernafasan n melakuk
n melakukan tera
si bens dengan an relaksa
on memilih satu si benson pi relaksasi bens
kata atau ung pada mala
on
kapan singka m hari jam
t yang mence 21.00 WI
rminkan keya B atau seb
kinan pasien, elum tidur
diucapkan be selama 15
rulang kali d menit dan
engan ritme t dilakukan
eratur. sekali dala
m sehari s
elama 7 ha
41

Variabel Definisi Op Cara Uku Alat Ukur Hasil Ukur Skala U


erasional r kur
ri

b. Aroma Suatu kegiat Responde a. Alat uap Reed Responden diber Nominal
terapi an dengan n ikan aromaterapi
Diffuser
Lavend menghirup a menghirup lavender
er romaterapi l aromatera b. Essential oil ar
avender, me pi malam
oma lavender
nggunakan a hari jam 2
lat reed 1.00 WIB
diffuser atau
dengan cara sebelum
memasukan tidur sela
stikfiber ma 15 me
kedalam nit dalam
botol sehari sela
aromaterapi ma 7 hari
lavender
yang sudah
dibuka dan
Pasang
bunga krem
pada
stikfiber.
Karakteristik Responden
Usia Lamanya w Melihat C Lembar Karakteris Usia Responden Ordinal
aktu sejak s atatan yan tik responden 1. Usia=35 – 4
eseorang dil g terdapat
5 tahun.
ahirkan. Bia pada lemb
sanya diuku ar karakter 2. Usi= 46 – 55
r dalam tahu istik respo
tahun.
n. nden
3. Usia=56–65
tahun.
4. Usia=65– ata
s
Jenis Kelam Kategori ya Melihat C Lembar kuosioner Jenis Kelamin R Nominal
in ng membed atatan yan Karakteristik respo esponden
akan antara g terdapat nden 1. Laki-Laki
laki-laki dan pada lemb 2. Perempuan
perempuan ar karakter
dalam konte istik respo
ks organ rep nden
42

Variabel Definisi Op Cara Uku Alat Ukur Hasil Ukur Skala U


erasional r kur
roduksi dan
karakteristik
seksual seku
nder.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana atau strategi sistematis yang digunakan
untuk merencanakan dan melaksanakan penelitian agar dapat menjawab pertan
yaan penelitian atau menguji hipotesis. Desain penelitian mencakup berbagai k
eputusan strategi yang harus dibuat oleh peneliti sebelum memulai pengumpula
n data. Desain ini tidak hanya melibatkan pemilihan jenis penelitian, tetapi juga
metode pengumpulan data, populasi atau sampel yang akan diteliti, serta analisi
s statistik yang akan digunakan (Nalendra dkk., 2021). Desain penelitian merup
akan model atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu peneli
tian yang memberikan arah terhadap jalanya penelitian. Desain penelitian diteta
pkan berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian (Creswell, 2016).

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain kuantitatif adalah suatu pend
ekatan penelitian yang menggunakan metode pengumpulan dan analisis data be
rdasarkan angka atau statistik untuk menjawab pertanyaan penelitian atau men
guji hipotesis. Tujuan desain kuantitatif adalah untuk mengukur variabel-variab
el tertentu, mengidentifikasi hubungan sebab akibat, dan menyelidiki pola-pola
umum dalam populasi (Nalendra dkk., 2021). Desain penelitian yang di gunaka
n adalah quasi experimental (experiment semu). Penelitian ini meggunakan On
e Group pretest-postest Design without control yaitu peneliti hanya melakukan
intervensi pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding. Perlakuan dinilai
dengan cara membandingkan pre test dan post test.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi karakteristi
k yang ditentukan, Populasi juga tidak hanya merujuk pada jumlah individu
44

atau objek, tetapi juga mencakup seluruh karakteristik atau sifat yang dimili
ki oleh subjek atau objek tersebut (Adiputra dkk., 2021). Populasi merupaka
n wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempun
yai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk d
ipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017). Populasi adala
h subjek yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2
017). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalan
i terapi hemodialisa di RSU Bunda Margonda di rata-rata pasien dari bulan
Januari samapai dengan Desember sejumlah 54 orang pasien.

2. Sampel
Menurut (Adiputra dkk., 2021), Sampel penelitian adalah sekelompok indivi
du, objek, atau elemen yang diambil atau dipilih dari populasi yang lebih be
sar untuk di observasi, diukur, atau di analisis dalam suatu penelitian. Samp
el adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoa
tmodjo, 2010). Sampel adalah bagian populasi yang dapat digunakan sebaga
i subjek penelitian melalui sampling, sedangkan sampling adalah teknik yan
g digunakan untuk menyeleksi sampel yang dapat mewakili populasi (Nursa
lam, 2017).
penelitian ini menggunakan rumus Federer (Suhaerah, 2013. Hlm 73) :

t−1 ¿(r −1)=15

Keterangan
t = treatmeanrt (perlakuan)
r = replikasi (pengulangan)
15 = derajat kebebasan umum
(t-1) (r-1) = 15
(1-1) (r-1) = 15
(1-1) (r-1) =15
r – 1 = 15
r = 15 + 1
r = 16
45

Sampel yang akan terlibat dalam penelitian ini berdasarkan hasil


perhitungan menggunakan rumus Federer (1963) sebanyak 16 responden.
Untuk mengantisipasi hilangnya unit eksperimen maka dilakukan koreksi
dengan n’= (n/1-f) dimana f merupakan proporsi unit eksperimen yang
hilang atau mengundurkan diri atau drop out (Federer, 1963).
n’= (n/1-f)
= (16/1-0,1)
= (16/0,9) = 17,777 = 18
= 18 – 16 = 2 pasien
Keterangan:
n’ : jumlah sampel penelitian
n : besar sampel yang dihitung
f : perkiraan proporsi drop out (f=0,1)

Pada penelitian ini Sampel yang digunakan adalah 18 responden. Pada penel
itian ini menggunakan teknik Consecutive sampling yaitu cara pengambilan
sampel dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitia
n sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Hidayat,
2012) Sampel sebaiknya memenuhi kriteria yang sudah ditentukan yaitu krit
eria inklusi dan kriteria ekslusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum s
ubjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam, 2017). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berik
ut:
a) Pasien CKD yang menjalani hemodialisa di RSU Bunda Margonda deng
an gangguan kualitas tidur.
b) Kesadaran Compos Mentis, Pasien tidak mengalami afasia dan bisa berk
omunikasi verbal.
c) Responden dengan kondisi hemodinamik stabil.
d) Bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tida
k memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017). Kriteri
a eklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
46

a) Pasien CKD yang mendapatkan terapi hemodialisa yang mengalami pen


urunan kesadaran
b) Pasien CKD yang menjalani hemodialisa mengalami penurunan fungsi p
endengaran atau penciuman.
c) Menolak menjadi responden
d) Pasien tidak menyukai aroma lavender.
e) Berhenti melakukan hemodialisa di RSU Bunda Margonda

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di ruang hemodialsa RSU Bunda Margonda Jl.
Margonda raya No.28, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat
Ruang hemodialisa merupakan ruang khusus untuk pasien-pasien dengan diag
nosa CKD on HD. Berdasarkan hasil studi pendahuluan ditemukan banyak
pasien CKD on HD mengalami ganguan tidur sehingga mengakibatkan tanda-
tanda vital abnormal seperti hipertensi, hipotensi bradikardi, takikardi dan
selama ini pasien belum tahu untuk meningkatkan kualitas tidur. Oleh karena it
u, peneliti tertarik melihat hubungan antara Pengaruh Kombinasi Pemberian Te
rapi Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur Pad
a Pasien CKD on HD di RSU Bunda Margonda.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang terdiri dari penyusunan proposal, pelaksanaan atau peng
umpulan data dan penyusunan laporan dilaksanakan dari bulan Oktober-
Februari 2024.

E. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek pe
neliti) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian ters
ebut (Notoatmojo, 2018). Etika dalam penelitian ini meliputi:
1. Menghormati atau Menghargai Subjek (Respect For Person).
47

Pada penelitian ini, peneliti menghormati martabat dan hak-hak responden


dan memberikan informasi yang memadai kepada subjek responden. Mema
stikan bahwa responden memberikan persetujuan secara sukarela, dan mem
atuhi peraturan pada penelitian.
2. Autonomy
Pada penelitian ini, peneliti memberikan kebebasan responden untuk mene
ntukan pilihan ikut atau menolak penelitian. Tidak ada paksaan pada respon
den untuk bersedia ikut dalam penelitian.
3. Manfaat (Beneficence).
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi responden yaitu dapat mening
katkan kualitas tidur dan memberikan rasa nyaman responden.
4. Tidak Membahayakan Subjek Penelitian (Non Maleficence).
Pada penelitian ini tidak menimbulkan kerugian maupun efek samping. Sehi
ngga kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender aman dibe
rikan kepada responden dengan gangguan tidur
5. Keadilan (Justice).
Peneliti memberikan penjelasan dan aturan yang sama dalam memberikan in
tervensi kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender

F. Alat Pengumpulan Data/Instrumen Penelitian

1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau sarana yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Instrumen ini dirancang untuk mengukur variabel-variabel yang
relevan dengan tujuan penelitian dan membantu dalam pengumpulan data
yang valid dan reliabel. Instrumen penelitian dapat berupa kuesioner,
wawancara, lembar observasi, tes, atau metode lain yang sesuai dengan
desain penelitian (Notoatmodjo, 2018). Jenis instrumen yang akan digunakan
pada penelitian ini adalah
a. Kuesioner data demografi berisi usia dan jenis kelamin dengan metode
cek list
48

b. Lembar observasi dan SOP pemberian terapi relaksasi benson dan aromat
erapi lavender.
c. Kuesioner kualitas tidur PSQI Instrumen yang ketiga adalah instrumen ya
ng digunakan untuk mengetahui kualitas tidur yaitu menggunakan lembar
kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).Instrumen ini terdiri dar
i tujuh komponen yaitu kualitas tidur subjektif, tidur latensi, durasi tidur,
efsiensi tidur, gangguan tidur, pemakaian obat tidur, serta disfungsi siang
hari. Skor total diperoleh dengan menjumlahkan setiap skor komponen. P
embagian tingkat kualitas tidur dalam kuesioner PSQI meliputi tidak ada
ganguan tidur (0) , gangguan tidur ringan (1-7), ganggan tidur sedang (8-
14) dan gangguan tidur berat (15-21). Berikut penjelasan tujuh kompone
n PSQI, yaitu :

Tabel 4.1
Komponen PSQI
Komponen Pertanyaan Skoring Penelit
ian
Kualitas Tidur Subjektif 6 0 = Sangat baik
1 = Cukup baik
2= Kurang baik
3=Sangat buruk
Latensi tidur 2 + 5a Total skor laten
si tidur:
0=0
1=1-2
2=3-4
3=5-6
Durasi tidur 4 0 = > 7 jam
1 = 6 – 7 jam
2 = 5 – 6 jam
3 = < 5 jam
Efisiensi tidur Rumus: 4, 3 + 1 0 = > 85%
49

Jumlah lamanya tidur 1 = 75 – 84%


x 100 %
Jumlah lamanya di tempat tidur
2 = 65 – 74%
3 = < 65%
Gangguan tidur 5b, 5c, 5d, 0 = 0
5e, 5f, 5g, 1 = 1 – 9
5h, 5i, 5j 2 = 10 – 18
3 = 19 – 27
Penggunaan obat tidur 7 0 = Tidak ada s
elama sebulan t
erakhir
1 = Kurang dari
seminggu sekal
i
2 = Satu atau d
ua kali semingg
u
3 = Tiga kali at
au lebih dalam
seminggu
Disfungsi di siang hari 8+9 Total skor disfu
ngsi di siang ha
ri:
0=0
1=1–2
2=3–4
3=5–6

Sumber: Curcio et al, 2012

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Instrumen yang digunakan s
50

ebagai metode pengumpulan data dalam penelitian haruslah melalui proses uji
coba terlebih dahulu kepada responden yang telah ditentukan untuk menguji va
liditas nya. Sehingga instrumen yang telah teruji validitas nya dapat digunakan
sebagai alat untuk melengkapi pengumpulan data dalam penelitian (Hastono, 2
016). Uji reliabilitas menurut Sugiyono (2019), adalah sejauh mana hasil pengu
kuran dengan menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan data yang sa
ma. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pernyataa
n.

1) Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu proses yang dilakukan untuk menilai sejauh mana
suatu instrumen pengukuran atau tes dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur. Validitas adalah ukuran sejauh mana suatu instrumen benar-benar
mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Suatu instrumen atau tes di
anggap valid jika dapat memberikan hasil yang akurat dan relevan terhadap
konsep atau karakteristik yang sedang diukur. Berikut rumus yang digunak
an (Sugiyono, 2017)
51

Untuk menentukan apakah kuesioner dikatakan valid atau tidak, dengan meli
hat kriteria beriku :
a. Jika r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.
b. Jika r hitung < r tabel maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.
Nilai r tabel dilihat pada tabel “Distribusi Nilai R tabel”. Cara membaca R tab
el adalah dengan melihat pada probabilitas tertentu, dimana yang biasa diguna
kan adalah nilai 0,05 . Selanjutnya ditentukan berapa nilai DF (derajat kebeba
san) atau derajat kebebasan dengan rumus (df = n – 2). Dimana N adalah besa
rnya sampel (Sugiyono, 2017).

Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas karena instrumen yang digun
akan sudah baku Uji validitas PSQI yang dilakukan oleh Ratnasari & Hartati
(2016) terhadap 30 orang responden didapatkan hasil bahwa PSQI dapat digun
akan untuk mengukur kualitas tidur memiliki hasil yang valid karena memiliki
taraf signifikansi sebesar 0,361 dan rentang nilai r yaitu 0,365 - 0,733.

2) Uji Realibilitas
Uji reliabilitas adalah suatu metode untuk menilai sejauh mana suatu instrume
n pengukuran atau tes memberikan hasil yang konsisten dan dapat diandalkan
pada setiap pengukuran ulang. Dalam konteks uji reliabilitas, konsistensi men
gacu pada seberapa sering instrumen memberikan hasil yang sama atau setida
knya sangat mirip jika pengukuran dilakukan berulang kali dalam kondisi yan
g serupa (Sugiyono, 2017). Berikut rumus yang di gunakan. Pengujian reliabil
itas menggunakan Alpha Croncbach pada program SPSS. Tingkat reliabilitas
dengan metode Alpha Croncbach diukur berdasarkan skala Alpha
0 - 1. Rumus Alpha Croncbach (Nurgiyantoro,

Keterangan:
52

r : koefisien reliabilitas yang dicari

k : jumlah butir pernyataan

σi2 : varian butir-butir pernyataan

σ2 : varian skor pernyataan

Menurut Arikunto (2012), kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan rel


iabel dengan menggunakan teknik ini untuk uji reliabilitas antar observer d
iinterpretasikan koefisien korelasi sebagai berikut :

Penelitian ini tidak melakukan uji reliabilitas karena instrumen penelitian suda
h reliabel. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari & Hartati, (2
016) terhadap 30 orang responden didapatkan hasil bahwa kuesioner PSQI ter
masuk ke dalam kriteria reliabel tinggi dengan nilai 0,741.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilaksanakan di tempat penelitian dengan prosedur seb


agai berikut:
1. Prosedur administratif
a. Peneliti mengajukan surat izin penelitian ke STIKES PERTAMEDIKA
b. Peneliti akan menyerahkan surat izin penelitian ke RSU Bunda
Margonda
c. Peneliti akan melakukan penelitian sesudah surat izin dari RS
dikeluarkan
53

d. Bersama Kepala Instalasi hemodialisa di RSU Bunda Margonda, Depok.


peneliti akan meminta izin untuk bisa membantu kordinasi pasien CKD
on HD untuk ikut serta.

2. Prosedur teknis
a. Peneliti akan melibatkan asisten penelitian, Mencari dan memilih asisten
peneliti sebanyak 2 orang dengan kualifikasi mampu melaksanakan relak
sasi benson dan alat diffuser aromaterapi. Asisten peneliti pada penelitian
ini adalah perawat hemodialisa RSU Bunda Margonda. Adapun tugas asi
sten peneliti adalah membantu peneliti melaksanakan relaksasi benson da
n aromaterapi lavender sesuai ketentuan yaitu pemberian intervensi dimu
lai jam 21.00 WIB atau sebelum tidur selama 15 menit.
b. Peneliti akan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian kepada Kepala
Ruangan Instalasi hemodialisa.
c. Peneliti beserta asisten penelitian akan mengidentifikasi beberapa
responden yang akan dijadikan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan
eklusi.
d. Kemudian peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian
kepada calon responden yang memasuki syarat inklusi dan eklusi.
e. Setelah bertemu dengan responden, peneliti memberikan lembaran
persetujuan atau informed consent untuk ditandatangani oleh responden,
responden bersedia untuk ikut serta dalam penelitian, jika responden
menolak maka tidak di ikutsertakan sebagai responden dalam penelitian.
f. Setelah mendapatkan persetujuan, kemudian dilanjutkan melakukan peng
ukuran kualitas tidur sebelum melaksanakan relaksasi Benson dan aromat
erapi lavender dengan menggunakan PSQI H1, menjelaskan tata cara pen
gisian dan mendampingi responden saat mengisi kuisioner.
g. Tahap intervensi

1) Peneliti membuat grup whatshap setiap 6 responden dengan 2 asisten


peneliti masing masing 6 responden.
54

2) Peneliti menunjuk 1 orang asisten responden dari salah satu keluarga


untuk membantu mengingatkan dan menginformasikan kepada
peneliti ketika responden akan tidur.
3) Peneliti melakukan videocall selama 5 menit saat responden akan
tidur melakukam relaksasi Benson dan mendekatkan aromaterapi d
ilakukan 1x/hari selama 7 hari dimulai jam 21:00 atau sebelum tidur
selama 15 menit dilanjutkan dengan asisten responden. Apabila ada
responden berbarengan yang akan tidur peneliti langsung
menghubungkan dengan video call dan peneliti memastikan
intervensi dilakukan oleh responden.

h. Melakukan pengukuran kualitas tidur setelah diberikan kombinasi terapi


relaksasi Benson dan aromaterapi lavender dilakukan setelah 7 hari, pela
ksanaan pengisian kuesioner pada hari ke 8.
i. Setelah lembar kuesioner dikumpulkan , peneliti melakukan pengecekan
kelengkapan jawaban kuesioner.
j. Mengecek kembali data penelitian.
k. Data yang telah diperoleh didokumentasikan dan responden akan mendap
atkan souvenir sebagai bentuk ucapan terima kasih.
l. Mengolah dan menganalisis data.

I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data


Tahap-tahap yang dilakukan peneliti dalam pengolahan data adalah:
a. Editing
Peneliti melakukan pengecekan pengisian kuesioner PSQI, dari 7 kompo
nen semua terisi dengan lengkap. Sampai hari terakhir pelaksanaan penel
itian semua responden mengikuti sesuai program dan tidak ada yang men
gundurkan diri.
b. Coding
Data yang sudah didapatkan diberikan kode untk memudahkan dalam pe
ngolahan data penelitian. Pada hasil data yang didapat untuk karakteristik
55

responden untuk usia kode 1. 35-45 tahun; 2. 46-55 tahun; 3. 56-65 tahun;
4. > 65 tahun. Untuk karakteristik responden jenis kelamin diberikan ko
de 1. Laki-laki ; 2. Perempuan.
b. Entry Data
Memasukan seluruh data yang ada dari seluruh responden dalam bentuk
“kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software”
komputer. Bila terjadi kesalahan dalam kode, ketidak lengkapan atau hal
lain, maka dilakukan perbaikan.
c. Tabulasi Data
Melakukan penyusunan dan penghitungan data dari hasil coding untuk ke
mudian disajikan dalam bentuk tabel dan dilakukan evaluasi.
d. Processing
Memproses data yang sudah ditabulasi dengan menggunakan metode ko
mputerisasi.
e. Cleaning
Membersihkan data dan melihat variabel apakah data sudah benar atau be
lum. Melakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry, memastik
an data sudah lengkap dan pengecekan kembali yakni dengan melihat ke
mungkinan kesalahan saat melakukan pengkodean, ketidaklengkapan dat
a dan selanjutnya dilakukan koreksi. Setelah selesai dikoreksi peneliti mu
lai melakukan proses pengolahan data.

2. Analisa Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk me
nilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebar
an data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas merup
akan langkah penting dalam analisis statistik yang bertujuan untuk menil
ai apakah data yang dimiliki berasal dari populasi yang memiliki distribu
56

si normal atau tidak. Distribusi normal sendiri Merujuk pada distribusi da


ta yang bersifat simetris, di mana modus, mean, dan median berada pada
posisi yang sama di pusat distribusi. Dengan menggunakan uji normalitas,
peneliti dapat menentukan apakah asumsi normalitas dapat diterapkan pa
da data yang dimilikinya. Hasil uji normalitas ini sangat relevan dalam m
enentukan jenis analisis statistik yang paling sesuai untuk digunakan, kar
ena beberapa metode statistik memerlukan asumsi distribusi normal agar
hasil interpretasi nya dapat diandalkan (Nalendra dkk., 2021).

Pada penelitian ini Peneliti menggunakan uji Shaphiro Wilk. Metode Sha
piro Wilk adalah metode uji normalitas yang efektif dan valid digunakan
untuk sampel berjumlah kecil. Dasar pengambilan keputusan uji normalit
as sebagai berikut:
1) Jika nilai Sig.˃Alpha penelitian (0,05), maka data berdistribusi norma
l.
2) Jika nilai Sig.< Alpha penelitian (0,05), maka data tidak berdistribusi
normal.
Pada penelitian didapatkan data:

Tabel 4.2
Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Pre test PSQI .963 18 .749
Post test PSQI .883 18 .053

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan nilai p value pre test 0.749 dan p valu
e post test 0.053 dimana hasil tersebut menghasilkan p value > 0.05 maka
data tersebut adalah berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalita
s dan didapatkan hasil data terdistribusi normal sehingga uji bivariat yang
akan digunakan Uji Paired T Test
57

b. Analisa Univariat
Analisis univariat menjelaskan karakter dari setiap variabel penelitian. H
asil analisis univariat dalam bentuk distribusi frekuesi dan persentasi dari
setiap variabel penelitian. (Notoatmodjo, 2018). Analisa data univariat pe
nelitian ini meliputi umur dan jenis kelamin disajikan dalam bentuk distri
busi frekuensi serta nilai kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi di
sajikan dalam bentuk rata-rata/mean. Rumus yang digunakan pada analis
a univariat:
1) Distribusi Frekuensi
Hasil yang didapatkan dimasukan dalam tabel frekuensi. Analisis
univariat dilakukan menggunakan rumus distribusi frekuensi sebagai
berikut (Notoatmodjo, 2018):

f
P= x 100 %
N

Keterangan:
P = Presentase
f = Frekuensi
N = Jumlah seluruh observasi.

Dalam penelitian ini rumus Distribusi Frekuensi digunakan untuk men


getahui gambaran usia dan jenis kelamin,
2) Rumus Mean (Ukuran tengah)

∑ xi
x̅ =
n

Keterangan:
𝑥̆: Nilai rata-rata,
xi : Nilai data ke-I,
n : Banyaknya data
58

c. Analisa Bivariat
Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkolerasi antara variabel independen dan variabel dependen. Anali
sa bivariat dimaksudkan untuk memperlihatkan keeratan kombinasi terap
i relaksasi benson dan arometerapi lavender terhadap kualitas tidur pasien
CKD on HD. Uji yang akan digunakan Paired T test. Paried T test di gun
akan untuk mengkaji keefektifan perlakuan,ditandai adanya perbedaan ra
ta-rata sebelum dan rata-rata sesudah dilakukan intervensi. Pengujian dila
kukan dengan menggunakan significant 0,05 (Alpha=5%) antar variabel i
ndependen dengan variabel dependen.Rumus Paried T test

D
t=
( )
SD
√N

Keterangan:
t : Nilai t hitung
SD : Rata rata selisih pengukuran 1 & 2
N : Jumlah sampel
D : Standar deviasi selisih pengukuran 1 & 2

Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak Ho pada uji i


ni adalah sebagai berikut:
1) Nilai Sig. ˃ Alpha penelitian (0,05), maka Ho diterima atau Ha ditolak
(perbedaan kerja tidak signifikan) maka tidak terdapat pengaruh kombi
nasi terapi relaksasi benson dan aromaterapi lavender terhadap kualitas
tidur pada pasien CKD on HD di RSU Bunda Margonda.
2) Nilai Sig.<Alpha penelitian (0,05), maka Ho ditolak atau Ha diterima
(perbedaan kerja signifikan) maka terdapat pengaruh kombinasi terapi
relaksasi benson dan aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur pada
pasien CKD on HD di RSU Bunda Margonda.
BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab ini menyajikan data hasil penelitian mengenai pengaruh kombinasi pemberian
terapi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur pada
pasien CKD on HD di RSU Bunda Margonda. Pengumpulan data secara lengkap
melalui kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang diberikan kepada r
esponden untuk mengetahui kualitas tidur pasien CKD on HD. Penelitian ini men
gunakan Quasi Experiment dengan pendekatan rancangan One Group Pretest-Post
test Design tanpa group kontrol dalam satu kelompok. Responden dibandingkan s
ebelum dan sesudah pemberian kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromaterap
i lavender. Hasil pengumpulan dan pengolahan data telah dianalisa dalam dua bag
ian yaitu analisa univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan analisa
bivariat untuk melihat pengaruh variabel independent dan variabel dependen.

A. Analisa Univariat
Analisa dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa karakteristik responden
yaitu usia dan jenis kelamin sebelum dan sesudah dilakukan pemberian kombi
nasi terapi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender.
1. Umur .
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang HD R
SU Bunda Margonda Tahun 2024 (n=18)

NO Umur (Tahun) Frekuensi Persentase %

1 35-45 2 11.1

2 46-55 6 33.3

3 56-65 4 22.2

4 ˃65 6 33.3

Total 18 100.0
61

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan dari 18 responden paling banyak ber u


mur 46-55 dan > 65 tahun sejumlah 6 orang (33.3%), 4 orang (22.2%) ber
usia 56-65 tahun dan 2 orang (11.1%) berusia 35-45 tahun.

2. Jenis Kelamin.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang
HD RSU Bunda Margonda Tahun 2024( n=18)

NO Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %

1 Laki-laki 10 55.6

2 Perempuan 8 44.4

Total 18 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan dari 18 responden persentase paling ba


nyak responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 10 orang (55.6
%) sedangkan responden perempuan hanya 8 Orang (44.4%).

3. Kualitas Tidur
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Rata-rata Kualitas Tidur Pre kombinasi Terapi
Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender di Ruang Hemodialisa
RSU Bunda MargondaTahun 2024 (n=18)

Variabel Dependen Mean Std Deviation Min Max

Sebelum Tindakan 13.6 5.02 9 19


62

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa rata-rata kualitas tidur responde


n sebelum diberikan kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromaterapi la
vender adalah 13.6 dengan standar deviasi 5.02

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Rata-rata Kualitas Tidur Post kombinasi Terapi


Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender di Ruang Hemodialisa
RSU Bunda MargondaTahun 2024 (n=18)

Variabel Dependen Mean Std Deviation Min Max

Setelah Tindakan 9 7.32 5 16

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa rata-rata kualitas tidur responde


n setelah pemberian kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromaterapi la
vender rata-rata kualitas tidur 9 dengan standar deviasi 7.32.

B. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menguji pengaruh kombinasi pemberian tera
pi relaksasi Benson dan aromaterai lavender terhadap kualitas tidur pada pasie
n CKD on HD. Untuk menentukan pengaruh antara variabel independen denga
n variabel dependen digunakan uji Paired T Test.

Tabel 5.5
Pengaruh Kombinasi Terapi Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lave
nder Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien CKD on HD di Ruang
Hemodialisa RSU Bunda MargondaTahun 2024 (n=18)

Variabel Mean Std Std Error t df Sig. (2-


Deviation Mean tailed)
63

Sebelum 6.11 5.02 .118 5.169 17 .000


Tindakan
- Setelah T
indakan

Berdasarkan tabel 5.6 hasil uji T Test mean menunjukkan perbedaan rata
kualitas tidur sebelum dan sesuadh tindakan 6.11, std deviation
menunjukkan standar deviasi dari nilai perbedaan rata-rata yaitu sebesar
5.02, std error mean merupakan indeks variabilitas yaitu sebesar .118, t
merupakan hasil bagi antara nilai perbedaan rata rata dengan standar error
diperoleh nilai t sebesar 5.169, df menunjukkan derajat kebebasan atau
degree of freedom dengan nilai 17, sig. (2-tailed) P Value= 0.000 artinya a
da pengaruh yang signifikan kombinasi pemberian terapi Relaksasi
Benson dan Aromaterapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien
CKD on HD di Ruang Hemodialisa RSU Bunda Margonda.
BAB VI
PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan interpretasi hasil diskusi penelitian dan keterbatasan penel
iti. Interpretasi diskusi menerangkan hasil penelitian yang dikaitkan dengan pe
nelitian sebelumnya dan studi kepustakaan. Keterbatasan peneliti ditinjau berda
sarkan kelemahan desain penelitian, analisa bivariat, instrumen penelitian, refer
ensi terkait penelitian, dan generalisasi hasil penelitian. Penelitian ini adalah pe
nelitian kuantitatif. Desain kuantitatif adalah suatu pendekatan peneliti
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil
Hasil penelitian yang ditemukan akan dibahas dan diintepretasikan berdasar
kan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini akan menjela
skan tujuan penelitian yang sudah di tetapkan serta menjawab hipotesis yan
g sudah di rumuskan sebelumnya. Pembahasan hasil penelitian sebagai beri
kut
1. Hasil Univariat
a. Umur
Hasil penelitian menunjukan responden paling banyak berumur 46-55
tahun sejumlah 6 orang (33.3%) dan > 65 tahun sejumlah 6 orang
(33.3%), Hasil ini sesuai dengan penelitian Reshanda Affan Afsadien
Muchammad (2023), dengan judul penelitian Pemberian Aromathera
py Lavender dan Murotal AR-Rahman untuk Mengatasi Gangguan P
ola Tidur pada Pasien Lansia dengan karakteristik responden baling b
anyak berumur 55-59 tahun sebanyak 13 orang (43.3%). Menurut Not
oatmodjo (2014), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kem
atangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir da
n berkerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang dewas
a lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
PAGE \* MERGEFORMAT 7

Terdapat banyak perubahan fisiologis yang normal pada usia manula,


perubahan ini tidak bersifat patologis tetapi dapat membuat manula le
bih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan spesifik pada manu
la dipengaruhi kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor dan lingkunga
n. Manula sering mengeluh kesulitan untuk tidur, kesulitan untuk teta
p terjaga ,kesulitan untuk tidur kembali setelah terbangun dimalam ha
ri, terjaga terlalu cepat dan tidur siang yang berlebihan. Masalah ini d
iakibatkan oleh perubahan terkait usia dalam siklus tidur terjaga (pott
er & Perry 2009 )

Menurut Analisa peneliti bahwa karakteristik responden lebih banyak


lansia awal dan manula dikarenakan pengaruh faktor perubahan fisiol
ogi organ meliputi terjadi perubahan fungsi ginjal seiring dengan bert
ambahnya usia sesudah usia 40 tahun terjadi penurunan GFR secara p
rogresif hingga usia 70 tahun kurang lebih sekitar 50% dari normal, p
erubahan pada musculoskeletal, pendengaran, penglihatan, sel, kardio
vaskuler, respirasi, persyarafan, gastrointestinal, genitaurinaria, vesik
a urinaria, endokrin dan kulit serta pola hidup yang kurang aktif, tida
k menjaga berat badan ideal, kurang konsumsi makanan berserat, wak
tu istirahat yang kurang serta kurangnya kesadaran untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin sehingga berpengaruh kepada kesehatan
pasien tersebut.

b. Jenis kelamin
Dari hasil penelitian didapatkan data mayoritas responden berjenis ke
lamin laki-laki sebanyak 10 orang (55.6 %). Hasil ini sesuai dengan p
enelitian Agus Wiwit Suwanto, Arlina Dewi, Falasifah Ani Yuniarti
(2023), dengan judul penelitian Efektifitas Relaksasi Benson Terhada
p Penurunan Stres dan Peningkatan Kualitas Tidur pada Pasien Hemo
dialisa. Pada Wanita Lebih Rendah Daripada Laki-Laki, aitu Karakter
istik responden penderita CKD on HD yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 11 orang (55%).
PAGE \* MERGEFORMAT 7

Hal ini yang menyebabkan perkembangan CKD pada laki-laki lebih


pesat jika dibandingkan dengan perempuan. Hal ini seperti diungkapk
an Ganong (2003) dalam Satyaningrum (2011), bahwa laki-laki jauh l
ebih beresiko terkena penyakit gagal ginjal kronik daripada perempua
n, dikarenakan perempuan mempunyai hormon esterogen lebih banya
k. Hormon esterogen berfungsi untuk menghambat pembentukan cyto
kin tertentu untuk menghambat osteoklas agar tidak berlebihan meny
erap tulang, sehingga kadar kalsium seimbang. Kalsium memiliki efe
k protektik dengan mencegah penyerapan oksalat yang bisa membent
uk batu ginjal sebagai salah satu penyebab terjadinya gagal ginjal kro
nik. Gaya hidup antara laki-laki dan perempuan juga dapat menjadi al
asan mengapa jenis kelamin merupakan faktor resiko terjadinya CKD
Tingginya intake diet protein dan kalori pada laki-laki mempengaruh
i terjadinya kerusakan ginjal. Tingginya LDL, trigliserid, asam urat, d
an rendahnya HDL juga akan mempercepat kerusakan fungsi ginjal.
Faktor nutrisi dan gaya hidup merupakan kecenderungan yang terjadi
pada laki-laki.

Menurut analisa peneliti, perbedaan jenis kelamin laki-laki lebih bany


ak terkena CKD dapat dipengaruhi oleh berbagai pencetus penyakit
CKD yang lebih dominan dimiliki laki-laki seperti memiliki intake
diet protein dan kalori, mengkonsumsi minuman beralkohol, makan
makanan berlemak, kurang gerak, memiliki penyakit hipertensi dan d
iabetus melitus yang tidak terkontrol sehingga mempercepat
kerusakan fungsi ginjal.

c. Rata-rata Kualitas tidur sebelum kombinasi terapi relaksasi Benson d


an aromaterapi lavender.
Berdasarkan hasil penelitian kualitas tidur responden sebelum diberik
an kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender meng
alami gangguan tidur dengan nilai rata rata kualitas tidur 13.6. Hal ini
PAGE \* MERGEFORMAT 7

dikarenakan penyakit yang dideritanya, factor pskikologis dan faktor


lingkungan yang membuat pasien tidak nyaman.

Hal ini sesuai dengan penelitian Agus Wiwit Suwanto, Arlina Dewi,
Falasifah Ani Yuniarti (2023), yang berjudul Efektifitas Relaksasi Be
nson Terhadap Penurunan Stres dan Peningkatan Kualitas Tidur pada
Pasien Hemodialisa. Dengan hasil kecemasan pasien yang diukur den
gan instrumen DASS hasilnya 47,77 menjadi 25,05 (p 0.000) dan kua
litas tidur diukur dengan instrumen PSQI hasilnya 8.80 menjadi 6.35
(p 0.000). Hal ini didukung oleh teori (Putri, 2016) orang yang menga
lami masalah depresi suasana hati mengalami penundaan waktu tidur,
tahap awal istirahat REM, kewaspadaan, waktu pemeliharaan istiraha
t yang diperluas, sentimen istirahat yang tidak menguntungkan, dan p
embaruan awal. Asmadi (2016) mengatakan lingkungan bisa menamb
ah atau menghambat seseorang buat tidur. Lingkungan bersih, suhu ,
ruangan yang tenang serta lampu yang redup akan membantu seseora
ng agar tertidur.

d. Rata-rata Kualitas tidur sesudah kombinasi terapi relaksasi Benson da


n aromaterapi lavender.
Setelah diberikan kombinasi terapi relakssai Benson dan aromaterapi
lavender selama 7 hari berturut turut pasien yang mengalami ganggua
n tidur nilai rata rata kualitas tidur menjadi 9. Hal ini dikarenakan pas
ien menjadi lebih rileks dan merasa nyaman dengan lingkungan temp
atnya. Sejalan dengan penelitian Penelitian Nur Husnaeni (2023), den
gan judul Pengaruh Aromatherapy Lavender untuk Gangguan Pola Ti
dur Pasien Dengan Gagal Ginjal Konis. Berdasarkan hasil penelitia
n menunjukan kualitas tidur pasien Gagal Ginjal Kronis sebelum 15 d
an sesudah terapi 9 dengan P value 0,000 <0.05

Kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan p


ola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan ti
PAGE \* MERGEFORMAT 7

nggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kual
itas tidur yang baik akan memberikan perasaan tenang di pagi hari, pe
rasaan energic dan tidak mengeluh gangguan tidur. (Hsu et al.,2021)

Menurut peneliti setelah pasien melakukan kombinasi terapi relakssai


Benson dan aromaterapi lavender pasien menjadi lebih rileks dan ma
mpu untuk tidur ≥ 6 jam. Pasien yang melakukan terapi relakssai
Benson mengurangi pelepasan katekolamin dan terjadi pelepasan stre
ss released hormone sehingga terjadi relaksasi tubuh, begitu juga saat
mencium aromaterapi lavender tubuh akan mengeluarkan hormone en
kefalin yang menyebabkan vasodilatasi serta memberikan efek relaks
asi dan tenang.

2. Analisa Bivariat
Pengaruh kombinasi terapi relakssai Benson dan aromaterapi lavender. Berdas
arkan hasil penelitian didapatkan bahwa P value= 0,000 artinya ada pengaruh
kombinasi pemberian terapi relakssai Benson dan aromaterapi lavender terhad
ap kualitas tidur responden. Hasil ini sesuai dengan penelitian Agus Wiwit Su
wanto, Arlina Dewi, Falasifah Ani Yuniarti (2023) Efektifitas Relaksasi Bens
on Terhadap Penurunan Stres dan Peningkatan Kualitas Tidur pada Pasien He
modialisa. menunjukan setelah dilakukan terapi relaksasi Benson, terjadi perb
edaan yang signifikan pada skore stres dan kualitas tidur antara kelompok inte
rvensi dengan kelompok kontrol (p = 0.000) < Sig 0.05.

Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani responden ≥ 6
jam menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun. Kebutuhan tidu
r yang cukup ditentukan selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur), d
itambah dengan kedalaman (kualitas tidur). (Serko AJi, 2015).

Menurut Benson, H. and Proctor (2000) Relaksasi Benson merupakan


relakssai yang mampu membuat sesorang yang melakukan menjadi rileks.
Diawali dengan pernafasan yang panjang dengan satu kata atau ungkapan sing
PAGE \* MERGEFORMAT 7

kat yang mencerminkan keyakinan. Relaksasi Benson akan menghambat aktifi


tas saraf simpatis yang dapat menurunkan konsumsi oksigen oleh tubuh dan se
lanjutnya otot-otot tubuh menjadi relaks sehingga menimbulkan perasaan tena
ng dan nyaman. Sehingga dapat memberikan energi yang cukup dan mendapat
kan oksigen untuk membersihkan darah dan mencegah kerusakan jaringan ota
k akibat kekurangan oksigen (hipoksia). otot-otot dinding perut menekan iga
bagian bawah ke arah belakang serta mendorong sekat diafragma ke atas dapat
berakibat meninggikan tekanan intra abdominal, merangsang aliran darah baik
vena cava inferior maupun aorta abdominalis, aliran darah (vaskularisasi) men
jadi meningkat keseluruh tubuh terutama organ - organ vital seperti otak, sehin
gga O2 tercukupi didalam otak yang menyebabkan tubuh rileks.

Begitu pula dengan aromaterapi lavender. Lavender yang mengandung linool


berfungsi sebagai efek sedative, sehingga ketika terhirup aroma yang di keluar
kan akan menstimulasi reseptor silia saraf olfaktorius yang berada di epitel olf
actory untuk menurunkan aroma tersebut ke bulbus olfaktorius melalui saraf o
lfaktorius . Bulbus olfaktorius berhubungan dengan sistem limbik yang akan
menstimulasi thalamus untuk mengeluarkan hormone enkefalin yang berfungs
i memberikan efek relaksasi dan tenang. Dampak positif aromaterapi lavender
terhadap kualitas tidur yang nyenyak akan lebih di rasakan secara langsung ka
rena hidung mempunyai kontak langsung dengan bagian-bagian otak yang ber
tugas merangsang terbentuknya efek yang di timbulkan aromaterapi lavender
(Buckle, 2015)

Menurut peneliti, kombinasi pemberian relaksasi Benson dan aromaterapi lave


nder sangat membantu dalam meningkatkan kualitas tidur pada pasien CKD
on HD karena pemberian kedua tindakan tersebut membuat tubuh menjadi rel
aks . ketika tubuh rileks akan membuat denyut jantung, pernapasan, sirkulasi d
arah menjadi teratur sehingga menurunkan kecemasan, ketegangan dan gangg
uan tidur. Pemberian kombinasi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender m
erupakan salah satu jenis tindakan komplementer dimana perawat dapat berper
PAGE \* MERGEFORMAT 7

an langsung memberikan tindakan tersebut sesuai kebutuhan. Keuntungan lain


kombinasi pemberian relaksasi Benson dan aromaterapi lavender adalah tidak
mempunyai efek samping yang merugikan.

B. Keterbatasan Penelitian
Selama penelitian ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa keterbatasa
n yang diakibatkan oleh beberapa hal antara lain:
1. Peneliti tidak bisa melihat secara langsung apa yang dikerjakan
responden hanya melalui video call.
2. Jam tidur responden kadang berbarengan satu dengan yang lain
sehingga kurang maksimal saat observasi.
Penelitian dapat berjalan lancar dikarenakan instrument kuesioner Pittsbur
gh Sleep Quality Index (PSQI) sudah baku, teman sejawat, responden dan
asisten responden sangat membantu dalam pelaksanaan intervensi pemberi
an kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender pada
pasien CKD on HD di Rumah Sakit Bunda Margonda.
BAB VII
PENUTUP

Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan dan saran


A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal yang terkait dengan penelit
ian sesuai dengan tujuan khusus penelitian yaitu :
1. Gambaran karakteristik responden di ruang Hemodialisa RSU Bunda
Margonda berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki-laki sebanyak 10 o
rang (55.6%), dan paling banyak responden berusia 46-55 (33.3%)
dan > 65 tahun (33.3%).
2. Hasil penelitian di ruang Hemodialisa RSU Bunda Margonda didapatk
an bahwa sebelum dilakukan intervensi rata-rata kualitas tidur 13.6.
3. Hasil penelitian di ruang Hemodialisa RSU Bunda Margonda didapatk
an bahwa sesudah dilakukan intervensi rata-rata kualitas tidur 9.
4. Ada pengaruh kombinasi terapi relaksasi Benson dan aromaterapi lave
nder terhadap kualitas tidur pada pasien CKD on HD di ruang
Hemodialisa RSU Bunda Margonda dengan p value 0.000 (p<0,05).

B. Saran
Berdasarkan keterbatasan yang ditemukan oleh peneliti selama melakukan
penelitian, maka peneliti memberikan saran sehingga penelitian ini dapat d
ijadikan acuan untuk perkembangan keilmuan keperawatan selanjutnya.
1. Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan masu
kan bagi manajemen dalam melakukan pelayanan keperawatan pasien
CKD on HD yang mengalami gangguan kualitas tidur di ruang
Hemodialisa RSU Bunda Margonda dengan memberikan kombinasi te
rapi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender. Masukan materi
PAGE \* MERGEFORMAT 18

kombinasi relaksasi Benson dan aromaterapi lavender dalam program


Discharge Planing pasien yang mengalami gangguan tidur.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan. Pada peneliti selanjutnya dihar


apkan menggunakan kelompok kontrol dan subyek penelitian dengan j
umlah yang lebih banyak sehingga bisa didapatkan pembanding denga
n penelitian sebelumnya.
PAGE \* MERGEFORMAT 18

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, I. M. S., Oktaviani, N. W. T. N. P. W., Hulu, S. A. M. V. T., Budiastutik, I., Ra


mdany, A. F. R., Fitriani, R. J., Rahmiati, P. O. A. T. B. F., Susilawaty, S. A. L. A.,
Sianturi, E., & Suryana. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Dalam MET
ODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN (1st ed., Vol. 1). Yayasan Kita Menulis. http
//repositori. uin-alauddin. ac. id/19810/1/2021_Book Chapter_Metodologi Pe
nelitian Kesehatan. pdf. Yayasan Kita Menulis.

Agus Wiwit Suwanto, Arlina Dewi, Falasifah Ani Yuniarti. (2023). penelitia
n Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Stres dan Peningka
tan Kualitas Tidur pada Pasien Hemodialisa.
Amin, Hardhi (2013) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC, Jilid 1,2. Yogyakarta: MediAction Publishi
ng
Andria, Agustus (2014). AromaTerapi Cara sehat dengan Wewangian Alami.
Jakarta: PenerbaSwadaya.
Buckle, J. (2003). Clinical Aromateraphy: Essential Oils in Practice (2nd e
d., Vol. I). London: Churcill Livingstone.
Buysse, D.J., Reynolds, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., Kupfer, D.J. (2000)
The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). In Rush, J. et al. Handbook
of Psychiatric Measures. American Psychiatry Association. Washington
DC.
Creswell,John W.(2016). Research Design : Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif dan Campuran. Edisi keempat (Cetakan kesatu). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Darsini, D., Fahrurrozi, F., & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan; Artikel R
eview. Jurnal Keperawatan, 12(1), 13.
Ganong, William F.(1995) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gay,L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and Manag
ement, MacMillan Publishing Company,NewYork
Hidayat, A.A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa D
ata. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat. A. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Hsu,H.C. et. Al (2021) Effeck of aromatherapy with essential oil massase on
the sleep quality of critical care nurse: A randomized controlled trial, C
PAGE \* MERGEFORMAT 18

omplementary Therapies in Clinical Practice. Elsevier Ltd,43 (Februar


y).p.101358.doi: 10.1016/j.ctcp.2021.101358
Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku
Ajar Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, D
evi yulianti, yuyun yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta :EGC
McLain DE. (2009).Chronic Health Effects Assessment of Spike Lavender Oi
l. Walker Doney and Associates; 1-18
Nalendra, A. R. A., Rosalinah, Y., Priadi, A., Subroto, I., Rahayuningsih, R.,
Lestari, R., Kusamandari, S., Yuliasari, R., Astuti, D., Latumahina, J., P
urnomo, M. W., & Zede, V. A. (2021). Statistika Seri Dasar Dengan SP
SS. Media Sains Indonesia.
Nata, NurhadiWijayanti, Tri.(2018) penelitian Analisis Praktik Klinik Keper
awatan pada Pasien CKD (Chronic Kidney Disease) dengan Intervensi
Inovasi Teknik Relaksasi Benson pada Kualitas Tidur Kombinasi denga
n Terapi Musik yang Menjalani Hemodialisa di Ruang Hemodialisa RS
UD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan Tahun 2018. Rine
ke Cipta.
NUR HUSNAENI. (2023). penelitian Pengaruh Aromatherapy Lavender unt
uk Gangguan Pola Tidur Pasien Dengan Gagal Ginjal Konis
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Pr
aktis. (P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Valery Oktavia.(2023) penelitian Analisis Asuhan Keperawatan dengan Aro
materapi Lavender untuk Meningkatkan Kualitas Tidur pada Pasien He
modialisa.
Priyanto, dan Batubara,L..(2008) Farmakologi Dasar, 77-78, Leskonfi, Jakar
ta.
Potter, P. d. (2006). Fundamental Keperawatan volume 2, Edisi IV. Jakarta:
EGC
Ratnasari, P. I. (2012). Pengetahuan Pemustaka Upt Perpustakaan Universit
as Diponegoro Tentang Undang-Undang Hak Cipta.
Reshanda Affan Afsadien Muchammad. (2023). penelitian Pemberian Arom
atherapy Lavender dan Murotal AR-Rahman untuk Mengatasi Ganggua
n Pola Tidur pada Pasien Lansia Gagal Ginjal Kronik.
Sharma,S (2009) Aroma Terapi (Aroma Therapy). Tangerang Karisma Publi
shing Group
PAGE \* MERGEFORMAT 18

Setiawan D, Prasetyo H. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan untuk Ma


hasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfab
eta, CV.
Syapitri, H., Amila, N., Kep, M., Kep, S., Juneris Aritonang, S. S. T., & Keb,
M. (2021). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Ahlimedia Boo
k.
Swarjana, I.K. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Yogy
akarta: ANDI
Ulimudiin, B.A. (2016). Definisi tidur. Buku Fundamental Kedokteran. Edisi
3. Volum 2. Jakarta : EGC.
Widya G. (2016). Mengatasi Insomnia Cara Mudah Mendapatkan Kembali
Tidur nyenyak Anda. Yogyakarta: Kata Hati
PAGE \* MERGEFORMAT 18

SURAT IJIN STUDI PENDAHULUAN Lampiran 1Surat


Ijin Studi Pendahuluan
PAGE \* MERGEFORMAT 18
PAGE \* MERGEFORMAT 18

Penjelasan Penelitian Lampiran 2 Penje


lasan Kepada Responden Penelitian

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya, Dina Indriani, dari Program Studi S1 Keperawatan Non Reguler Sekolah Ti
nggi Ilmu Kesehatan Pertamedika Jakarta akan melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh kombinasi terapi relaksasi benson dan aroma terapi lavender terhadap
kualitas tidur pada pasien CKD on HD di RSU Bumda Margonda” Penelitian ini b
ertujuan untuk menganalisa Pengaruh kombinasi terapi relaksasi benson dan arom
a terapi lavender terhadap kualitas tidur pada pasien CKD on HD di RSU Bumda
Margonda dan menambah pengetahuan bagi karyawan khususnya yang menderita
ganguan kualitas tidur pada pasien CKD on HD.

Peneliti meminta bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam pen
elitian ini. Adapun Subjek penelitian ini adalah

A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian


Bapak/Ibu bersedia secara sukarela untuk berpartisipasi dalam penelitian ini ta
npa ada paksaan. Bila Bapak/Ibu tidak bersedia untuk berpartisipasi maka Bap
ak/Ibu tidak akan dilibatkan dalam penelitian ini.

B. Prosedur penelitian
Apabila Bapak/Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Bapak/Ibu dim
inta menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk Bapak/Ib
u simpan, dan satu untuk untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah Bapak/Ib
u dimohon untuk mengisi keusioner yang berisikan kualitas tidur.

C. Kewajiban informan penelitian


Sebagai responden penelitian, Bapak/Ibu berkewajiban mengikuti aturan atau
petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas, Ba
pak/Ibu bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti.
PAGE \* MERGEFORMAT 18

D. Resiko
Bapak/Ibu tidak akan mendapat resiko apapun dengan memberikan keterangan
dan informasi pada penelitian pada saat pengesian kuesioner, karena apapun
yang ibu/bapak isikan dalam kuesioner semata untuk penelitian dan perbaikan.

E. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden penelitian akan d
irahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipu
blikasikan tanpa identitas responden penelitian.

F. Kompensasi
Bapak/Ibu akan mendapatkan kompensasi berupa satu paket souvenir atas part
isipasinya dalam penelitian ini.

G. Pembiayaan.
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.

Depok, Januari 2024

Hormat Saya,

Dina Indriani
PAGE \* MERGEFORMAT 18

Lampiran 3 embrmohonanMe
njadRespon d

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang saya hormati

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Dina Indriani

NIM : 11222257

Adalah mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKes PERTAMEDIKA


Jakarta akan melakukan penelitian dengan judul “Untuk mengetahui pengaruh ko
mbinasi terapi relaksasi benson dan aroma terapi lavender terhadap kualitas tidur
pada pasien di RSU Bumda Margonda”.
Dengan ini saya mohon kepada responden untuk bersedia menandatangani lembar
persetujuan untuk menjadi responden dan melakukan pengesiankeusioner
mengenai tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet. Semua hasil penelitian akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas bantuan dan partisipasinya dari responden saya ucapkan terima kasih

Depok, Januari 2024

Hormat Saya,

Dina Indriani
PAGE \* MERGEFORMAT 18

Lampiran 3nt

LEMBAR INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


Nama Responden :
Umur :
Jenis kelamin :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta jawaban terhadap pertanyaan


yang saya ajukan mengenai penelitian ini, saya memahami tujuan penelitian ini un
tuk mengetahui pengaruh kombinasi terapi relaksasi benson dan aroma terapi lave
nder terhadap kualitas tidur pada pasien di RSU Bumda Margonda. Saya mengerti
bahwa peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai
responden dan saya menyadari penelitian ini tidak berdampak negatif bagi saya.

Dengan ditandatangani surat persetujuan ini, maka saya menyatakan untuk


berpartisipasi dalam penelitian ini.

Depok, Januari 2024

Peneliti, Yang Menyatakan

(Dina Indriani) (………………….)


PAGE \* MERGEFORMAT 18

Lampiran 4n
KUESIONER PENELITIAN
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

A. PETUNJUK
Pertanyaan berikut ini berkaitan dengan kebiasaan tidur yang biasa anda lakuk
an selama sebulan lalu. Jawaban dari anda akan mengindikasikan tanggapan y
ang paling akurat pada mayoritas sehari-hari atau malam-malam yang anda lal
ui sebulan lalu. Mohon anda menjawab semua pertanyaan.

B. DATA UMUM
▪ Usia :
▪ Jenis kelamin : Perempuan Laki-laki

C. Jawablah pertanyaan berikut ini! Selain pertanyaan no 1 dan 3 Berikan tanda


(√) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai!

1 Jam berapa biasanya a


nda tidur pada malam
hari?
≤15 menit 16-30 menit 31-60 menit >60 menit
2 Berapa lama (dalam m
enit)yang anda perluka
n untuk dapat mulai ter
tidur setiap malam? W
aktu Yang Dibutuhk
an Saat Mulai Berba
ring Hingga Tertidur
3 Jam berapa biasanya a
nda bangun di pagi har
i?
˃ 7 jam 6 – 7 jam 5 – 6 jam < 5 jam
4 Berapa jam lama tidur
anda pada malam hari?
(hal ini mungkin berbe
da No. 74 dengan juml
ah jam yang anda habi
PAGE \* MERGEFORMAT 18

skan ditempat tidur) Ju


mlah Jam Tidur Per M
alam
Selama sebulan terakhi Tidak per 1x semingg 2x semingg ≥ 3x semi
r seberapa sering anda nah u u nggu
mengalami hal di baw
ah
a. Tidak dapat tidur d
i malam hari dalam
waktu 30 menit
b. Bangun tengah mal
am atau dini hari
c. Harus bangun untu
k ke kamar mandi
d. Tidak dapat bernaf
as dengan nyaman
e. Batuk atau menden
gkur keras
f. Merasa kedinginan
g. Merasa kepanasan
h. Mimpi buruk
i. Merasakan nyer
j. Tolong jelaskan pe
nyebab lain yang b
elum disebutkan di
atas yang menyeba
bkan anda tergang
gu di malam hari d
an seberapa sering
anda mengalaminy
a?


6 Selama sebulan terakhi
r, seberapa sering anda
mengkonsumsi obat ti
dur(diresepkan oleh do
kter ataupun obat beba
s) untuk membantu an
da tidur?
7 Selama sebulan terakhi
r seberapa sering anda
merasa terjaga atau me
ngantuk ketika melaku
kan aktifitas mengemu
di, makan atau aktifita
s sosial lainnya?
Sangat ba Cukup baik Cukup buru Sangat bu
PAGE \* MERGEFORMAT 18

ik k ruk
8 Selama sebulan terakhi
r, bagaimana anda men
ilai kualitas tidur anda
secara keseluruhan?
Tidak Ad Hanya Mas Masalah Se Masalah
a Masalah alah Kecil dang Besar
9 Selama sebulan terakhi
r, adakah masalah yan
g anda hadapi untuk bi
sa berkonsentrasi atau
menjagarasa antusias u
ntuk menyelesaikan su
atu pekerjaan/tugas?

Skor komponen 1:
Skor komponen 2:
Skor komponen 3:
Skor komponen 4:
Skor komponen 5:
Skor komponen 6:
Skor komponen 7:
Skor Global PSQI:

Lampiran 5

Kisi-kisi Instrumen Penelitian PSQI

Komponen No Item Penilaian


1. Kualitas tidur secara subyektif 8 Sangat baik 0
Cukup baik 1
Cukup buruk 2
Sangat buruk 3
2. Durasi tidur (lamanya waktu tid 4 >7 jam 0
ur)
6-7 jam 1
5-6 jam 2
<5 jam 3
3. Latensi tidur 2 ≤15 menit 0
PAGE \* MERGEFORMAT 18

16-30 menit 1
31-60 menit 2
>60 menit 3
5a Tidak pernah 0
1x seminggu 1
2x seminggu 2
≥ 3x seminggu 3
Skor total 0 0
komponen3 1-2 1
3-4 2
5-6 3
4. Efisiensi tidur Rumus: 1+3+4 >85% 0
Jumlah lama tidur x100% 75-84% 1
Jumlah lama ditempat tidur 65-74% 2
<65% 3
5. Gangguan tidur 5b, 5c, 5d, 5 Tidak pernah 0
e,
5f, 5g, 5h, 5i, 1x seminggu 1
5j
2x seminggu 2
≥ 3x seminggu 3
Skor total 0 0
komponen5 1-9 1
10-18 2
19-27 3
6. Penggunaan obat tidur 6 0 0
1-2 1
3-4 2
5-6 3
7. Disfungsi siang hari 7 0 0
<1 1
1-2 2
>3 3
9 Tidak ada masalah 0
Hanya Masalah kecil 1
Masalah sedang 2
Masalah besar 3
Skor total 0 0
komponen 7 1-2 1
3-4 2
5-6 3
8. Skor Global PSQI 0-21
Lampiran 7
Data Responden dan Hasil Rangkuman Kuesioner Pistsburgh Sleep Quality Index

( PSQI) dari bulan Desember 2023- Januari 2024

Jenis kelamin Umur Hasil Pre - HAsil Post-


NO Nama Responden
(L/P) (Tahun) Test PSQI Test PSQI
1 Tn Ferdiansyah L 51 13 8
2 Ny. Polina P 60 14 7
3 Tn Jon L 68 18 10
4 Ny. Purtini P 64 15 10
5 Ny Yayah P 69 14 9
6 Tn Lukman L 73 9 7
7 Tn Maman L 74 19 15
8 Ny. Siti H P 68 15 9
9 Ny. Siti M P 50 17 11
10 Tn Jhon L 54 10 7
11 Tn Gunawan L 50 12 6
12 Ny. Khoiriah P 41 17 16
13 Tn Haryono L 69 10 5
14 Tn Rahmat L 56 11 6
15 Tn DK L 45 13 8
16 Ny. Etty P 50 16 13
17 Ny. AI P 53 11 7
18 Tn. Makmur L 63 11 8

Lampiran 8
PAGE \* MERGEFORMAT 40

Hasil SPSS

FrekuensiTabel

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 35-45 2 11.1 11.1 11.1

46-55 6 33.3 33.3 44.4

56-65 4 22.2 22.2 66.7

>66 6 33.3 33.3 100.0

Total 18 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid L 10 55.6 55.6 55.6

P 8 44.4 44.4 100.0

Total 18 100.0 100.0

Prettest PSQI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 8-14: Gangguan tidur 11 61.1 61.1 61.1


sedang

15-21: Gangguan tidur berat 7 38.9 38.9 100.0

Total 18 100.0 100.0

Post test PSQI


PAGE \* MERGEFORMAT 40

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1-7: Gangguan Tidur Ringan 7 38.9 38.9 38.9

8-14: Gangguan Tidur 8 44.4 44.4 83.3


Sedang

15-21: Gangguan Tidur 3 16.7 16.7 100.0


Berat

Total 18 100.0 100.0

Statistics

Prettest PSQI Post test PSQI

N Valid 18 18

Missing 0 0

Mean 13.6 9

Median 13.5 8

Descriptive Statistics

Mini Maxi Std. Varianc


N Range mum mum Mean Deviation e Skewness Kurtosis

Statisti Statisti Stati Stati Stati Std. Std. Std.


c c stic stic stic Error Statistic Statistic Statistic Error Statistic Error

Post test 18 11 5 16 9 .173 7.32 5.36 .383 .536 -.906 1.038


PSQI

Prettest 18 10 9 19 13.6 .118 5.02 2.52 .498 .536 -1.987 1.038


PSQI

Valid N 18
(listwise)
PAGE \* MERGEFORMAT 40

Statistics

Prettest PSQI Post test PSQI

N Valid 18 18

Missing 0 0

Mean 13.6 9

Std. Error of Mean .118 .173

Median 13.5 8

Std. Deviation 5.02 7.32

Variance .252 .536

Skewness .498 .383

Std. Error of Skewness .536 .536

Kurtosis -1.987 -.906

Std. Error of Kurtosis 1.038 1.038

Range 10 11

Minimum 9 5

Maximum 19 16

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov® Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre test PSQI .118 18 .200* .963 18 .749

Post test PSQI .167 18 .200* .883 18 .053


*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction


PAGE \* MERGEFORMAT 40

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Prettest PSQI 13.6 18 5.02 .118

Post test PSQI 9 18 7.32 .173

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Prettest PSQI & Post test 18 .730 .001


PSQI

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Std. Sig.
Difference
Deviatio Std. Error (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Prettest 6.11 5.02 .118 3.62 8.61 5.169 17 .000


PSQI - Post
test PSQI
PAGE \* MERGEFORMAT 40

Alat pendukung penelitian Lampiran 9

Alat Reed Diffuser Aromaterapi

Cara pemakaian :
1. Buka tutup botol reed diffuser
2. Masukan stikfiber kedalam botol aromaterapi lavender yang sudah dibuka
3. Pasang bunga krem pada stikfiber yang sudah terpasang
4. Letakan Reed diffuser dekat responden
5. Tunggu beberapa saat aromaterapi lavender akan tercium
92

SOP Terapi Relaksasi Benson Lampiran 10


Terapi Relaksasi Benson
NO PROSEDUR Dilakukan Tidak
dilakukan
1 Usahakan situasi ruangan atau lingkungan tena
ng.

2 Mengatur posisi nyaman

3 Pilih satu kata atau ungkapan singkat yang men


cerminkan keyakinan. Sebaiknya pilih kata ata
u ungkapan yang memiliki arti khusus.

4 Pejamkan mata, hindari menutup mata terlalu k


uat.

5 Bernafas lambat dan wajar sambil melemaskan


otot mulai dari kaki, betis, paha, perut dan ping
gang. Kemudian disusul melemaskan kepala.

6 Mengatur nafas kemudian mulailah mengguna


kan fokus yang berakar pada keyakinan.

7 Tarik nafas dari hidung, pusatkan kesadaran pa


da pengembangan perut, lalu keluarkan nafas
melalui mulut secara perlahan sambil menguca
pkan ungkapan yang sudah dipilih. Lakukan
selama 15 menit atau sampai tertidur.

8 Pertahankan sikap pasif (mengabaikan pikiran-


pikiran yang mengganggu sehingga dapat berfo
kus pada pengulangan kata).
Lembar Observasi Lampiran 11

Observasi Terapi Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender


Har Nama Prosedur YA TIDAK
i
1 Terapi Relaksasi Benson

Aromaterapi Lavender

2 Terapi Relaksasi Benson

Aromaterapi Lavender

3 Terapi Relaksasi Benson

Aromaterapi Lavender

4 Terapi Relaksasi Benson

Aromaterapi Lavender

5 Terapi Relaksasi Benson

Aromaterapi Lavender

6 Terapi Relaksasi Benson

Aromaterapi Lavender

7 Terapi Relaksasi Benson

Aromaterapi Lavender
94

Lampiran 12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dina Indriani


Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 26 Desember 1979
Tempat Tugas : RSU Bunda Margonda
Alamat : JL. Keramat Jaya 2B No. 46 Rt 01/12, Beji, Depok

Riwayat Pendidikan :
1. SDN Depok Jaya IV ( Lulus Tahun 1992)
2. SLTPN 1 Depok (Lulus Tahun 1995)
3. SPK-AL SEKESAL Jakarta ( Lulus Tahun 1998)
4. Stikkes Pertamedika D3 ( Lulus Tahun 2017)

Riwayat pekerjaan :
1. RS Marinir Cilandak (Tahun 1998-2002)
2. RSIA Bunda Jakarta (Tahun 2002-2005)
3. RSU Bunda Margonda (Tahun 2005-Sekarang)
95

Lampiran 13
Dokumentasi penenlitian

Anda mungkin juga menyukai