Anda di halaman 1dari 86

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG


HIPERTENSI DENGAN KETAATAN BEROBAT PENDERITA
HIPERTENSI DI PUSKESMAS PENGALIHAN KERITANG

NAMA : FAIZAL IKHSAN

NIM : 2021141

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TENGKU MAHARATU PEKANBARU
2021
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG


HIPERTENSI DENGAN KETAATAN BEROBAT PENDERITA
HIPERTENSI DI PUSKESMAS PENGALIHAN KERITANG

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

NAMA : FAIZAL IKHSAN

NIM : 2021141

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TENGKU MAHARATU PEKANBARU
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Faizal Ikhsan

NIM : 2021141

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Hipertensi

dengan Ketaatan Berobat Penderita Hipertensi di Puskesmas

Pengalihan Keritang

Proposal ini telah disetujui oleh Pembimbing dan siap untuk dipertahankan di

depan Penguji.

Menyetujui,

Pembimbing Pembimbing II

Ns. Shinta Dewi Kasih Bratha, M.Kep Ns. Erika, M. Kep, Sp. Mat, PhD
PANITIA SIDANG UJIAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES TENGKU MAHARATU
PEKANBARU

Pekanbaru, September 2021

Ketua

Ns. Shinta Dewi Kasih Bratha, M.Kep

Anggota

Ns. Erika, M. Kep, Sp. Mat, PhD

Anggota

Ns. M.Irwan, M.Kep

Anggota

Ns. Anita Syarifah, M.Kep

Anggota
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Hipertensi

dengan Ketaatan Berobat Penderita Hipertensi di Puskesmas

Pengalihan Keritang

Nama : Faizal Ikhsan

NIM : 2021141

Tanggal Sidang :

Tanggal Lulus :

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Shinta Dewi Kasih Bratha, M.Kep Ns. Erika, M. Kep, Sp. Mat, PhD

Penguji I Penguji II

Ns. M.Irwan, M.Kep Ns. Anita Syarifah, M.Kep


STIKes TENGKU MAHARATU
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, November 2021


Faizal Ikhsan

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Hipertensi dengan


Ketaatan Berobat Penderita Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang
xv + 60 halaman + 2 skema + 8 tabel + 28 lampiran

ABSTRAK

Penyakit hipertensi saat ini merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Penyakit ini
banyak terdapat di negara maju, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan
pola hidup. Saat ini jumlah penderita tekanan darah tinggi diseluruh dunia semakin
meningkat setiap tahun, tekanan darah tinggi menyumbangkan angka kematian
hampir 9,4 juta orang akibat penyakit jantung dan stroke. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang hipertensi terhadap ketaatan
berobat penderita hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang. Penelitian ini
merupakan penelitian dalam survey yang bersifat observasional dengan metode
pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pengalihan Keritang yaitu sebanyak 181
orang. Sampel yang sebanyak 125 orang dengan cara pengambilan sampling adalah
dengan menggunakan teknik random sampling. Analisa data menggunakan uji chi
square. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan pengetahuan dengan
ketaatan berobat penderita hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang dengan nilai
ρvalue = 0,000, ada hubungan sikap dengan ketaatan berobat penderita hipertensi di
Puskesmas Pengalihan Keritang dengan nilai ρvalue = 0,000. Diharapkan Puskesmas
Pengalihan Keritang dapat memberikan penyuluhan kepada responden tentang
hipertensi dan pentingnya ketaatan berobat

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Hipertensi


Daftar bacaan : 15 (2010-2019)
STIKes TENGKU MAHARATU
SCIENCE STUDY PROGRAM OF NURSING

Research, November 2021


Faizal Ikhsan

The Relationship between Knowledge Levels and Attitudes About Hypertension


with Obedience to Treat Hypertension Patients at Pengalihan Keritang Health
Center
xv + 60 pages + 2 scheme + 8 tables + 28 attachments

ABTRACT

Hypertension is currently the number one killer in the world. This disease is widely
available in developed countries, along with the times and changes in lifestyle.
Currently the number of people with high blood pressure around the world is
increasing every year, high blood pressure contributes to the death rate of nearly 9.4
million people due to heart disease and stroke. The purpose of this study was to
determine the relationship between knowledge and attitudes about hypertension on
adherence to treatment of hypertension sufferers at the Pengalihan Keritang
Community Health Center. This research is an observational survey research with a
cross-sectional approach. The population in this study were all patients with
hypertension in the working area of Puskesmas Pengalihan Keritang, as many as 181
people. The sample of 125 people by means of sampling is by using the random
sampling technique. Data analysis using chi square test. The results showed that
there was a relationship between knowledge and adherence to treatment of
hypertension patients at Pengalihan Keritang Health Center with a value of ρvalue =
0,000, there was a relationship between attitude and obedience to treatment of
hypertension sufferers at Pengalihan Keritang Health Center with a value of ρvalue =
0,000. It is hoped that the Pengalihan Keritang Health Center can provide counseling
to respondents about hypertension and the importance of adherence to treatment.

Keywords : Knowledge, Attitude, Hypertension


Reading list : 15 (2010-2019)
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan karuniaNya,

peneliti dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Hubungan Tingkat

Pengetahuan dan Sikap Tentang Hipertensi dengan Ketaatan Berobat

Penderita Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang”.

Peneliti banyak mengalami kendala, hambatan dan kesulitan dalam

menyelesaikan proposal ini, namun berkat dorongan dan dukungan baik secara moril

maupun materil dari semua pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan proposal

ini, untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Ibu Ns. Erika, M. Kep, Sp.Mat, PhD selaku Ketua Yayasan Tengku Maharatu

2. Bapak Ns. Carles, S.Kep, M.Si selaku ketua STIKes Tengku Maharatu

Pekanbaru

3. Ns. Nurjihan, S.Kep Kepala Puskesmas Pengalihan Keritang yang telah

memberikan kesempatan pada peneliti hingga bisa menyelesaikan proposal ini.

4. Ns. Shinta Dewi Kasih Bratha, M.Kep selaku pembimbing I yang telah

memberikan fasilitas kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan proposal

Proposal ini.

5. Ns. Erika, M.Kep, Sp.Mat, PhD selaku pembimbing II yang telah memberikan

fasilitas kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan proposal Proposal ini.

6. Bapak Ns. Awaluddin, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tengku Maharatu Pekanbaru


7. Seluruh keluarga yang sangat saya cintai, terima kasih peneliti ucapkan yang

sebesar-besarnya karena telah banyak membantu peneliti baik secara moril

maupun materil dan terima kasih atas kasih sayang ayah dan ibu berikan selama

ini.

8. Rekan-rekan sesama mahasiswa program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Tengku Maharatu Pekanbaru yang telah memberi banyak

masukan dan bantuan dalam menyelesaikanproposal ini.

Tiada kata yang dapat peneliti rangkaikan melainkan hanyalah do’a, semoga

Allah SWT memberikan rahmat hidayah-Nya sehingga kita semua dalam lindungan-

Nya. Akhir kata dengan segala kerendahan hati serta kekurangan yang ada, atas

bantuan yang telah diberikan peneliti mengucapkan terima kasih dan

semogaproposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Tembilahan 10 November 2021

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. ii
LEMBAR SIDANG............................................................................................... iii
LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR.....................................................................................…. vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR SKEMA ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 9


B. Kerangka Teori ................................................................................ 38
C. Kerangka Konsep ............................................................................ 40
D. Hipotesis........................................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian.............................................................................. 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 41
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 42
D. Etika Penelitian ............................................................................... 45
E. Alat Pengumpulan Data .................................................................. 45
F. Pengolahan Data .............................................................................. 46
G. Definisi Operasional......................................................................... 46
H. Analisa Data .................................................................................... 47
I. Uji Validitas dan Reliabilias............................................................ 49

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Analisa Univriat.................................................................................. 53
B. Analisa Bivariat ............................................................................... 54

BAB V PEMBAHASAN
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian......................................... 56
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 59

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 60
B. Saran ................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel. 3.1 Definisi Operasional.....................................................................…… 26

Tabel. 4.1 karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin


penderita Hipertensi dengan Ketaatan Berobat Penderita
Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang..................................... 52

Tabel. 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan penderita


Hipertensi dengan Ketaatan Berobat Penderita Hipertensi di
Puskesmas Pengalihan Keritang........................................................... 53

Tabel. 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan sikap penderita Hipertensi


dengan Ketaatan Berobat Penderita Hipertensi di Puskesmas
Pengalihan Keritang.............................................................................. 53

Tabel. 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan Ketaatan Berobat Penderita


Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang..................................... 54

Tabel. 4.5 hubungan pengetahuan penderita Hipertensi dengan Ketaatan


Berobat Penderita Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang........ 54

Tabel. 4.6 hubungan sikap penderita Hipertensi dengan Ketaatan Berobat


Penderita Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang..................... 55
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Kerangka Teori..................................................................................20

Skema 2.2 Kerangka Konsep...............................................................................21


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar konsultasi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting

dalam menunjang aktifitas sehari-hari.Sehat menurut World Healthy

Organization (WHO) tahun 1984 adalah segala bentuk kesehatan badan,

rohani/mental dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat atau

kelemahan-kelemahan (Junaidi, 2012). Berbagai macam upaya dan program

dilaksanakan untuk menekan angka kesakitan baik di Indonesia maupun di

dunia akan tetapi masalah kesehatan masih menjadi topik utama dalam

perbincangan diseluruh dunia. Masalah kesehatan saat ini mulai bergeser dari

penyakit-penyakit infeksi kepenyakit-penyakit degeneratif. Kelompok usia

yang mengalami penyakit degeneratif juga mengalami pergeseran yaitu dari

kelompok usia tua ke kelompok usia muda (Gunawan, 2011). Era baby boom

generation akan berkontribusi pada bertambahnya kelompok usia yang

beresiko terkena penyakit degeneratif pada 10 atau 20 tahun ke depan

(Depkes, 2017). Salah satu penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada

saat ini yaitu penyakit tekanan darah atau hipertensi.

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat

sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya, hal ini mengakibatkan


jantung harus bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan
tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, muncullah

gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi (Vitahealth, 2015).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi telah menjadi penyakit yang

umum, apalagi bagi orang-orang yang tinggal di perkotaan.Tekanan darah

tinggi atau hipertensi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit

komplikasi seperti stroke, serangan jantung, dan juga gagal ginjal dan akibat

terburuknya adalah kematian (Gunawan, 2015). Hipertensi atau tekanan darah

tinggi merupakan problem kesehatan masyarakat dan memerlukan penanganan

secara sungguh-sungguh untuk mengurangi angka kematian akibat komplikasi

langsung maupun tak langsung (Junaidi, 2012).

Penyakit hipertensi saat ini merupakan pembunuh nomor satu di dunia.

Penyakit ini banyak terdapat di negara maju, seiring dengan perkembangan

zaman dan perubahan pola hidup (Gunawan, 2012). Saat ini jumlah penderita

tekanan darah tinggi diseluruh dunia semakin meningkat setiap tahun, tekanan

darah tinggi menyumbangkan angka kematian hampir 9,4 juta orang akibat

penyakit jantung dan stroke. Kedua penyakit ini merupakan penyebab

kematian nomor satu di dunia. Hipertensi juga meningkatkan risiko gagal

ginjal, kebutaan, dan beberapa kondisi lain. Hipertensi kerap terjadi

bersamaan dengan faktor-faktor risiko lain seperti obesitas, diabetes, dan

kolesterol tinggi yang meningkatkan risiko kesehatan (Lancet, 2014).

Pengetahuan dan kesadaran pasien tentang hipertensi merupakan faktor

penting dalam mencapai kontrol tekanan darah (Alexander, 2013).

Pengetahuan individu mengenai hipertensi membantu dalam pengendalian


hipertensi karena dengan pengetahuan ini individu akan sering mengunjungi

dokter dan patuh pada pengobatan (Elhadi, 2017). Pada hipertensi,

pengetahuan dan sikap pasien bisa mempengaruhi kepatuhan, pengendalian

tekanan darah, morbiditas dan mortalitas pasien (Busari, 2017). Beberapa

alasan yang berpengaruh pada kurangnya pengenalan dan kepatuhan untuk

melakukan kontrol hipertensi adalah kurangnya pengetahuan orang-orang dan

sikap negatif mengenai berbagai macam aspek dari tekanan darah tinggi.

Kepatuhan pengobatan merupakan perilaku kesehatan sendiri yang

dipengaruhi banyak faktor. Proporsi penderita hipertensi di Indonesia

khususnya Palembang masih cukup tinggi dan proporsi ini terus meningkat

setiap tahunnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan

angka morbiditas hipertensi adalah konsumsi obat antihipertensi, namun

masih sedikit penderita yang patuh terhadap pengobatan ini (Busari, 2017).

Menurut data kemenkes tahun 2019 terdapat 77.119.697 kasus hipertensi dan

kematian sebanyak 577 ribu karena hipertensi. Sedangkan berdasarkan

analisis prevalensi yang dilakukan oleh Puslitbang dan Kebijakan Kesehatan

(2019), hasilnya menunjukkan bahwa 44.7% penduduk Indonesia terkena

hipertensi. Tingginya angka hipertensi menyebar diseluruh provinsi di

Indonesia dan provinsi Riau merupakan salah satu provinsi dengan angka

hipertensi yang masih tinggi.

Berdasarkan data profil Kesehatan Provinsi Riau tahun 2019

menunjukan bahwa di Riau hipertensi banyak terjadi pada kelompok umur

45‐54 tahun (1.150 kasus), kedua kelompok umur 55‐59 tahun (940 kasus)
dan ketiga kelompok umur 60‐69 tahun (819 kasus). Pada hipertensi ini tidak

ditemukan pada kelompok umur 0‐9 tahun. Jika dilihat dari jenis kelaminnya

maka diketahui bahwa terdapat 2.286 kasus dari jenis kelamin perempuan

lebih tinggi dibandingkan laki‐laki yang hanya 1.921 kasus. Data Dinas

Kesehatan Kabupaten Indragiri hilir kasus hipertensi termasuk kasus yang

cukup tinggi, dilaporkan bahwa jumlah penderita hipertensi pada tahun 2020

sebanyak 36,546 kasus dengan prevalensi 12% dari rekapitulasi seluruh

penyakit terbanyak tahun 2020. Hipertensi termasuk urutan penyakit nomor

dua terbesar setelah nasafaringitis akut sebesar 69,732 kasus di Kabupaten

Indragiri hilir.

Di Kabupaten Indragiri hilir terdapat beberapa puskesmas dengan

angka hipertensi tertinggi salah satunya yaitu puskesmas Pengalihan Keritang.

Angka hipertensi 140/90 mmHg menurut WHO merupakan angka paling

tinggi yang bisa ditolerir jika diukur pada saat beristirahat (Junaidi, 2013).

Berdasarkan data medis Puskesmas Pengalihan Keritang selama 3 bulan

terakhir Juli – September tahun 2020 terdapat data kunjungan berobat ke

puskesmas yang menurun. Pada 3 bulan sebelumnya data kunjungan berobat

pasien hipertensi sebanyak 181 orang, namun pada 3 bulan terakhir yaitu

bulan juli-september data kunjungan hanya sebanyak 137 orang.

Menurut Adil dan dkk tahun 2015, dalam hal penanggulangan

hipertensi. Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi

obat penurun hipertensi, diet garam, memberikan edukasi terkait hipertensi

agar penderita hipertensi memiliki pengetahuan. Penderita hipertensi harus


melakkukan pengobatan secara rutin agar hipertensi dapat sembuh secara total

agar dapat mencegah penderita hipertensi dari mortalitas dan morbiditas

penyakit hipertensi. Oleh karena itu ketaatan berobat penderita hipertensi

merupakan hal yang penting. Hal-hal lain yang tidak kalah penting adalah

pengetahuan dan sikap yang dimiliki seseorang terkait penyakit hipertensi.

Dari studi pendahuluan yang dilakuakn terhadap 8 orang penderita

hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas Pengalihan Keritang diantaranya

didapati 5 orang tidak melakukan kunjungan ke puskesmas ataupun tenaga

kesehatan lainnya untuk berobat secara rutin, hal ini terjadi karena kurangnya

pengetahuan dan sikap yang masih negatif penderita hipertensi tentang

penyakit ini dan pengelolaannya. Dari fakta tersebut dapat timbul suatu

pertanyaan, apakah terdapat hubungan pengetahuan dan sikap tentang

hipertensi terhadap ketaatan berobat penderita hipertensi di Puskesmas

Pengalihan Keritang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

“apakah terdapat hubungan pengetahuan dan sikap tentang hipertensi

terhadap ketaatan berobat penderita hipertensi di Puskesmas Pengalihan

Keritang?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang hipertensi terhadap

ketaatan berobat penderita hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap tentang hipertensi dan tingkat

ketaatan berobat penderita hipertensi di Puskesmas Pengalihan

Keritang

b. Mengetahui hubungan pengetahuan tentang hipertensi terhadap

ketaatan berobat penderita hipertensi di Puskesmas Pengalihan

Keritang

c. Mengetahui hubungan sikap tentang hipertensi terhadap ketaatan

berobat penderita hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ketaatan

berobat para penderita hipertensi sehingga pengendalian serta pencegahan

kematian akibat hipertensi dapat dilakukan.

2. Bagi Puskesmas Pengalihan Keritang

Bagi Puskesmas Pengalihan Keritang hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran tentang penyuluhan/ edukasi terhadap

tingkat pengetahuan penderita hipertensi agar ketaatan berobat penderita


hipertensi meningkat di wilayah tersebut. Pengetahuan yang baik

diharapkan berdampak pada sikap yang positif.

3. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

selama mengikuti pembelajaran terutama tentang tindakan yang benar

dalam mengatasi dan mengendalikan tekanan darah tinggi di wilayah kerja

Puskesmas pengalihan keritang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Tekanan Darah

a. Definisi Tekanan Darah

Menurut Garnadi (2012), tekanan darah adalah tekanan di dalam

pembuluh darah ketika jantung memompakan keseluruh tubuh.

Umumnya semakin rendah tekanan darah, semakin sehat anda untuk

jangka panjang (kecuali dalam kondisi tertentu ketika tekanan darah

sangat rendah merupakan bagian suatu penyakit).

Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang

mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan

keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut

arteri.Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi

pembuluh darah yang lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang

akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh

darah yang sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan

darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan

energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang

tidak beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan

dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi (Junaidi,

2010).
Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke

seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik.

Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini paling

rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik ini

diukur ketika kita memeriksakan tekanan darah, tekanan sistolik dan diastolik

bervariasi untuk tiap individu. Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari

batasan normal. Jika melebihi nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah

tinggi/hipertensi. Sebaliknya, jika kurang dari nilai normal, orang tersebut menderita

tekanan darah rendah/hipotensi (Muhummadun, 2010).

b. Faktor yang Mempertahankan Tekanan Darah

Menurut Garnadi (2012), ada beberapa yang mempertahankan tekanan darah,

yaitu:

1) Kekuatan memompa jantung

Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol dan

pengendoran atau diastol.Kontraksi dari kedua atrium terdiri serentak dan disebut

sistol atrial, pengendorannya adalah diastol atrial.Serupa dengan itu kontraksi

dan pengendoran ventrikel disebut juga sistol dan diastol ventrikel.Kontraksi

kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih

kuat.Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong

darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik.

Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi

tugasnya hanya mengirimkannya ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh

lebih rendah.
2) Viskositas (kekentalan) darah

Viskositas disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang

berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan

merubah tekanan darah. Besarnya geseran yang ditimbulkan oleh cairan terhadap

dinding tabung yang dilaluinya, berbeda-beda sesuai dengan viskositas

cairan.Makin pekat cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk

mendorongnya melalui pembuluh.

3) Elastisitas dinding pembuluh darah

Di dalam arteri tekanan lebih besar dari yang ada dalam vena sebab otot

yang membungkus arteri lebih elastis daripada yang ada pada vena.

4) Tahanan tepi (resistensi perifer)

Tahanan tepi adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang

mengalir dalam pembuluh.Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem

sirkulasi besar berada di dalam arteriol dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada

tempat ini.Arteriol juga menghaluskan denyutan yang keluar dari tekanan darah

sehingga denyutan tidak kelihatan di dalam kapiler dan vena.

5) Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit

Arteri-arteri kecil di kulit akan mengalami dilatasi (melebar) kalau kena

panas dan mengadakan kontraksi (mengecil) apabila kena dingin, sehingga

bekerja seperti termostat yang mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.

Kalau arteri-arteri kecil ini mangalami dilatasi, tekanan darah akan turun, oleh

karena itu panas akan menurukan tekanan darah. Apabila tekanan darah turun,

sel-sel otak menjadi kurang aktif karena sel-sel ini tidak mendapatkan cukup

oksigen dan glukosa yang biasanya tersedia.


c. Pengukuran Tekanan Darah

Kebanyakan orang memeriksakan tekanan darahnya paling sedikit sekali

seumur hidupnya, baik dilakukan oleh dokter, bidan ataupun sendiri dengan

menggunakan alat khusus. Meskipun metode yang ideal adalah mengukur tekanan

darah di dalam arteri, hal ini tidak dapat dilakukan secara mudah karena

menggunakan jarum. Namun, gambaran tekanan yang akurat saat darah sedang

dipompakan dapat diperoleh dengan pendekatan yang kurang invasif. Biasanya

seseorang diminta untuk duduk dan pada lengan akan dililitkan manset karet, kira-

kira sama tingginya dengan jantung pasien. Pasien harus benar-benar rileks dan

lengan akan bertopang pada siku yang diletakkan di atas meja. Karena gerakan

mengangkat tangan dapat menghasilkan pengukuran yang tidak tepat (Garnadi,

2012).

Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi. Tekanan darah akan dapat

meningkat jika seseorang merasa cemas atau stress. Jadi cobalah untuk serileks

mungkin ketika dilakukan pengukuran.Orang yang memeriksa tekanan darah akan

melilitkan semacam manset karet, bagian dari alat yang disebut sphygmomanometer,

di lengan dan memompanya dengan menggunakan sebuah pompa tangan kecil untuk

menghentikan sebentar aliran darah di lengan. Stetoskop di tempelkan pada arteri

tepat di bawah manset tersebut untuk mendengarkan suara saat manset dikempiskan

secara perlahan-lahan dan darah mengalir kembali ke lengan (Junaidi, 2010).

Ketika manset dipompa sampai pada tekanan di antara tekanan sistolik dan

diastolik, darah dalam arteri mengalir dengan cepat pada tiap detak jantung. Aliran

inilah yang menimbulkan suara. Tekanan dalam manset ketika terdengar pertama

kali berkaitan dengan tekanan darah sistolik. Hilangnya suara berkaitan dengan

tekanan darah diastolik yang terjadi ketika jantung rileks. Suara yang di dengar
melalui stetoskop ditimbulkan oleh pergolakan darah di dalam arteri di depan engsel

siku (denyut pada lengan atas), dan disebut suara Korotkoff sebagai penghargaan

kepada dokter tentara Rusia Nicholas Korotkoff, yang pertama kali menggunakan

cara ini pada tahun 2005. Sebuah pengukur merkuri yang ditempelkan di manset

tersebut membuat ke dua tekanan tersebut dapat diukur dan dicatat.Tekanan dalam

manset tersebut diukur dengan satuan milimeter merkuri (mmHg), yang merupakan

tinggi merkuri yang dapat dipompa dalam tabung kaca (Junaidi, 2010).

2. Konsep Dasar Hipertensi

a. Definisi Hipertensi

Tekanan darah tinggi adalah peningkatan pada tekanan sistolik 140 mmHg

atau lebih dan tekanan diastolik 120 mmHg (Gunawan, 2011).Menurut Sorensen

(Junaidi, 2013), tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.

Menurut WHO (1999) dalam Halim(2011), tekanan darah tinggi merupakan suatu

keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih dan

tekanan darah diastolik 95mmHg atau lebih. Tekanan darah tinggi merupakan

gangguan asimptomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan

darah secara persisten (Potter & Perry, 2015).

b. Klasifikasi Hipertensi

1) Berdasarkan Penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya, tekanan darah tinggi dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu:


a) Tekanan darah tinggi esensial

Tekanan darah tinggi esensial adalah tekanan darah tinggi yang tidak

jelas atau belum diketahui pasti penyebabnya (Rusyanuddin, 2016).Tekanan

darah tinggi esensial disebut juga tekanan darah tinggi primer atau

idiopatik.Lebih dari 90% kasus tekanan darah tinggi termasuk dalam

kelompok tekanan darah tinggi esensial (Setiawati, 2015). Penyebab tekanan

darah tinggi esensial adalah multifaktor, antara lain faktor genetik, faktor

perilaku, faktor usia dan faktor psikis (Sobel, 2015).

b) Tekanan darah tinggi sekunder

Tekanan darah tinggi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang

disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan

tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal,

dan penggunaan obat-obatan (Setiawati, 2015).

2) Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

Berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan mmHg

tekanan darah dibagi menjadi beberapa kategori seperti yang tertera pada tabel

2.1.

Tabel 2.1
Kategori tekanan darah berdasarkan tekanan darah
sistolik dan diastolik

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
PreHipertensi 120–139 80–90
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan) 140–159 90–99
Tingkat 2 (sedang) ≥160 ≥100
Sumber: JNC VII (2013)
c. Penyebab Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain:

1) Faktor Genetik

Menurut Muhummadun (2010), faktor genetik mempunyai hubungan

dengan terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi pada orang-orang yang

mempunyai riwayat keluarga penderita hipertensi. Seseorang dengan orangtua

yang menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita

hipertensi dari pada yang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

2) Faktor Perilaku

Faktor perilaku yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau

hipertensi adalah gaya hidup yang kurang baik misalnya:

a) Mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolestrol

Jika seseorang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

lemak dan kolesterol dapat menyebabkan penimbunan lemak disepanjang

pembuluh darah. Penimbunan lemak tersebut akan menyebabkan aliran darah

menjadi kurang lancar dan menyempitkan aliran pembuluh darah tersebut.

Penyempitan dan penyumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa

darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke

jaringan.Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat (Muhummadun, 2010).

b) Obesitas

Semakin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan

untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti bahwa

volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat


sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding pembuluh darah dengan

kata lain tekanan darah akan meningkat (Muhummadun, 2010).

c) Mengkonsumsi Alkohol

Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi (Sheps,

2012).Muhummadun (2010) menyebutkan, apabila saraf pusat terganggu,

maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula. Pada

seseorang yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan

darah mudah berubah dan cenderung meningkat tinggi.Alkohol juga bisa

meningkatkan keasaman darah.Darah menjadi lebih kental.Kekentalan darah

ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai

ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup.Akibatnya tekanan darah jadi

meningkat.

d) Merokok

Merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, hal ini disebabkan

karena rokok banyak mengandung zat kimia yang berbahaya bagi tubuh

seperti tar, nikotin dan gas karbonmonoksida.Nikotin merangsang sekresi

hormon adrenalin yang menyebabkan jantung berdebar-debar, meningkatkan

tekanan darah serta kadar kolesterol dalam darah (Muhummadun, 2010).

e) Tingginya asupan garam

Mengkonsumsi garam secara berlebihan (5-15 gr/hari) dapat

meningkatkan tekanan darah.Pengaruh asupan garam terhadap tekanan darah

tinggi terjadi melalui peningkatan volumeplasma, curah jantung dan tekanan

darah.Garam menarik cairan di luar sel agar tidak keluar.Hal ini menyebabkan

penumpukan cairan dalam tubuh. Penumpukan cairan ini akan meningkatkan

volume dan tekanan darah (Muhummadun, 2010).


f) Kurang olah raga

Aktifitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan

darah.Aktifitas fisik dapat membuat jantung lebih kuat.Jantung mampu

memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha.Makin ringan kerja

jantung untuk memompa darah maka makin sedikit pula beban tekanan pada

arteri (Muhummadun, 2010).

g) Faktor Usia

Faktor usia juga menjadi faktor penyebab hipertensi karena pada usia

yang semakin tua, pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu,

sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium

dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat,

sehingga tekanan darah menjadi meningkat (Muhummadun, 2010).Endapan

kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menyebabkan

penyempitan pembuluh darah (Sheps, 2010).Akibatnya, aliran darah menjadi

terganggu.Hal ini dapat memacu peningkatan tekanan darah.Bertambahnya

usia juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak dapat lentur

dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang

lancar.Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus

memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan di pembuluh darah

meningkat (Muhummadun, 2010).

h) Faktor psikis

Faktor psikis, misalnya stress. Pada saat stress seseorang akan merasa

cemas dan mudah marah. Saat stress tubuh melepaskan hormon

catecholamine. Hormon ini berpengaruh terhadap peningkatan

resistensiperifer dan pembuluh darah sehingga tekanan darah akan meningkat.


Pada saat keadaan stress, saraf simpatis juga merangsang pengeluaran hormon

adrenalin.Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan

menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi.Hal ini bisa mengakibatkan

terjadinya peningkatan tekanan darah (Muhummadun, 2010).

d. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi di dalam tubuh dikendalikan oleh

baroreseptor, pengaturan volume cairan tubuh, system rennin-angiotensin dan

autoregulasi (Junaidi, 2010). Berdasarkan penjelasan tentang etiologihipertensi atau

tekanan darah tinggi, hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti obesitas,

kurang olah raga, keturunan, konsumsi garam yang berlebih, makanan yang

berlemak dan kolesterol tinggi, alkohol, merokok, penyakit ginjal, penggunaan obat-

obatan dan kelainan hormonal (Setiawati & Bustami, 2005).

Seseorang dalam keadaan seperti diatas tersebut akan merangsang pelepasan

hormon rennin dan angiotensinogen. Rennindiproduksi oleh ginjal.Angiotensinogen

merupakan protein yang tidak aktif di dalam darah dan diproduksi di hati.Rennin

bertemu dengan angiotensinogenakan diubah menjadi angiotensin I.ACE

(Angitensin Converting Enzyme) yang terdapat di paru-paru, memegang peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Angiotensin I oleh ACE diubah

menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki kunci peranan penting

dalam menaikkan tekanan darah (Asdie, 2010).

Angiotensin II menstimulasisekresialdosteron dari korteksadrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada

ginjal.Aldosteron berfungsi mengatur keseimbangan volume cairan dalam

tubuh.Aldosteronakan mengurangi ekskresi NaCl untuk mengatur volume cairan

ekstra seluler. Aldosteronakanmereabsorpsi NaCl dari tubulus ginjal sehingga


konsentrasi NaCl meningkat. Angiotensin II juga meningkatkan sekresiantidiuretik

hormone (ADH). ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar puitari).ADH bekerja

pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin (Muhummadun, 2010).

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar

tubuh (antidiuresis).Urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya (Asdie, 2010).

Konsentrasi NaCl dan osmolalitas urin yang meningkat akan diencerkan

(Muhummadun, 2010). Volume cairan ekstraselulerakan ditingkatkan dengan cara

menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat.

Volume darah meningkat, tekanan darah juga akan meningkat (Asdie, 2010).

e. Gejala Hipertensi

Sebagian besar penderita tekanan darah tinggi tidak mengalami gejala

spesifik yang menunjukkan peningkatan tekanan darah.Jika hipertensinya berat dan

tidak segera diobati, maka timbul gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual,

muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur dan penurunan kesadaran

(Rusyanudin, 2016).

f. Komplikasi Hipertensi

Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat dari semakin lamanya

tekanan yang berlebihan pada dinding arteri antara lain pada organ-organ vital,

seperti:

1) Sistem Kardiovaskuler

a) Arteriosklerosis

Kata arteriosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti

pengerasan arteri. Tingginya tekanan pada dinding pembuluh darah akan


mengakibatkan pembuluh darah menjadi tebal dan kaku. Pada penderita

hipertensi hal ini akan berlangsung lama sehingga terjadi pengerasan

pembuluh darah atau arteriosklerosis (Sheps, 2012).

b) Aterosklerosis

Kata aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti

bubur.Arterosklerosis merupakan timbunan lemak di dalam pembuluh

darah.Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak di dalam dan di

bawah lapisan dinding arteri.Hal ini dapat terjadi karena pada penderita

tekanan darah tinggi volume dan tekanan darah meningkat. Meningkatnya

volume dan tekanan darah akan membanyak lemak dan kolestrol yang melekat

pada dinding pembuluh darah. Pada penderita hipertensi hal ini akan

berlangsung lama sehingga menimbulkan timbunan lemak di dalam darah

yang disebut dengan aterosklerosis (Sheps, 2012).

c) Aneurisma

Pada penderita hipertensi kerja pompa jantung dan tekanan pada

pembuluh darah meningkat.Meningkatnya kerja jantung dan pembuluh darah

mengakibatkan pembuluh darah menjadi tidak elastis. Pada pembuluh darah

yang tidak elastis akan ditemukan titik-titik tertentu pada dinding yang

menggelembung, dan titik-titik tersebut akan mudah robek ataupun bocor, hal

seperti ini disebut dengan aneurisma (Sheps, 2012).

d) Gagal jantung

Pada penderita hipertensi, volume dan tekanan darah meningkat

sehingga kerja otot-otot jantung semakin berat. Jantung berusaha

menormalkan beban pada sel otot jantung, hal ini merupakan suatu mekanisme

adaptasi jantung sehingga terjadi hiperteropi otot-otot jantung.Hiperteropi


otot-otot jantung yang cukup luas akan menyebabkan takikardia, pengisian

ventrikel memanjang dan kekuatan kontraksi ventrikel berkurang, curah

jantung yang rendah dan penumpukan cairan atau edema (Sheps, 2012).

e) Otak

1) Stroke Iskemik

Menurut Sheps (2012), tekanan darah tinggi juga bisa

mengakibatkan aterosklerosis yaitu penumpukan lemak (plak) di dinding

pembuluh darah seperti yang dijelaskan sebelumnya. Plak ini membuat

permukaan dalam arteri menjadi kasar sehingga terjadi pusaran aliran darah

di sekitar plak.Hal ini merangsang terjadinya pembentukan gumpalan

darah.Gumpalan darah ini berjalan mengikuti aliran darah dari pembuluh

darah yang lebih besar ke yang lebih kecil di dalam otak. Gumpalan

tersebut akan tersangkut dalam pembuluh darah yang tidak bisa dilaluinya

lagi. Penyumbatan tersebut akan menghambat suplai darah ke sebagian otak

dan menyebabkan stroke iskemik.

2) Stroke Hemoragis

Menurut Sheps (2012), tekanan darah tinggi menyebabkan

aneurisma yaitu robek atau bocornya pembuluh darah. Jika pembuluh

darah robek atau pecah di dalam otak, darah akan mengalir keluar dari

pembuluh darah dan mengenai jaringan otak dan sekitarnya. Jaringan-

jaringan otak akan rusak karena kekurangan darah dan mengakibatkan

terjadinya stroke hemoragis.


f) Ginjal

Lesi arteriosklerotik dari arterioleafferent dan efferent dan jumbai

kapiler glomerulus adalah lesi vaskulerrenal yang paling sering pada

hipertensi. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan turunnya tingkat

filtrasiglomerulus dan disfungsi tubulus. Aliran darah ke nefron juga akan

menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produksi sisa dari

dalam darah. Lama-kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam darah, ginjal

akan mengecil dan berhenti berfungsi (Muhummadun, 2010).

g) Mata

Hipertensi mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam

mata.Arteri-arteri kecil ini akan menebal dan menyempit. Pembuluh-pembuluh

darah akan membentuk sumbatan yang menekan vena di sekitarnya dan

mengganggu aliran darah di dalam vena. Hipertensi juga menyebabkan

pembuluh darah halus dalam retina robek.Darah menembus jaringan disekitar

retina. Syaraf-syaraf yang membawa sinyal-sinyal dari mata ke otak akan

mulai membengkak hingga menyebabkan kebutaan (Sheps, 2012).

g. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan

darah tinggi dapat dilakukan dengan farmakologi dan nonfarmakologi.

1) Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan tekanan darah tinggi

dengan menggunakan obat-obatan kimiawi. Beberapa jenis obat antihipertensi

yang beredar saat ini, antara lain:


a) Diuretik

Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu ginjal

meningkatkan ekskresinatrium, klorida dan air (Setiawati & Bustami, 2005).

Meningkatkan ekskresi pada ginjal akan mengurangi volume cairan di seluruh

tubuh sehingga menurunkan tekanan darah (Sheps, 2012).

b) Penghambat Adrenergik

Menurut Sheps (2012), penghambat adrenergik merupakan

sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta-bloker, dan alfa-beta-

bloker (abetol). Penghambat adrenergik berguna untuk menghambat pelepasan

rennin, angiotensin juga tidak akan aktif. Angiotensin I tidak akan dibentuk

dan angiotensin II juga tidak akan berubah. Angiotensin II inilah yang

memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah (Setiawati &

Bustami, 2015).

c) Vasodilator

Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya memperlebar

pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung.Obat

vasodilatormempengaruhi pembuluh darah untuk melebar dengan

merelaksasikan otot-otot polos arteriol (Setiawati & Bustami, 2015).

d) Penghambat EnzimKonversiAngiotensin (ACE)

Penghambat EnzimKonversiAngiotensin (ACE) mengurangi

pembentukan angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan

sekresialdosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresinatrium dan air, serta

retensikalsium.Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi (Setiawati dan Bustami, 2015).


e) AntagonisKalsium

Menurut Sheps (2012), cara kerja antagonis kalsium hampir sama

dengan vasodilator. Antagoniskalsium adalah obat antihipertensi yang

memperlebar pembuluh darah.

2) Penatalaksanaan Nonfarmakologis

Penatalaksanaan nonfarmakologis merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Beberapa contoh

penatalaksanaan nonfarmakologis,antara lain:

a) Berhenti Merokok

Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi. Obat

bisa tidak bekerja dengan optimal atau tidak memberi efek sama sekali.

Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Sheps, 2012).

b) Tidak Mengkonsumsi Alkohol

Alkohol dalam darah merangsang pelepasan epineprin (adrenalin) dan

hormon-hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit dan

penumpukan lebih banyak natrium dan air.Minum-minuman beralkohol yang

berlebihan jugamenyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadarkalsium

dan magnesium (Sheps, 2012).

c) Diet rendah garam

Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr/hari) menjadi 80–100

mmol (4.7–5.8 gr/hari)dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-6 mmHg

(Joewono, 2013). Untuk mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi

asupan natrium dalam makanan. Selain membatasi natrium, mengurangi

makanan berlemak, makan lebih banyak biji-bijian, buah-buahan, sayuran dan


produk susu rendah lemak akan meningkatkan kesehatan kita secara

menyeluruh dan memberikan manfaat khusus bagi penderita tekanan darah

tinggi (Sheps, 2012).

d) Olahraga teratur

Olahraga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta

meningkatkan kekuatan otot terutama otot jantung.Berkurangnya lemak dan

volume tubuh, berarti mengurangi resiko tekanan darah tinggi juga (Sheps,

2012).

e) Penanganan Faktor Psikologis dan Stress

Hormon epineprin dan kortisol yang dilepaskan saat stress

menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh

darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya peningkatan tekanan darah

tergantung pada beratnya stress dan sejauh mana kita dapat mengatasinya.

Penanganan stress yang adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan

tekanan darah (Gunawan, 2011)

f) Cara Lain

Cara lain untuk menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan

darah tinggi salah satunya adalah dengan mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan

herbal yang dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Beberapa

contoh tumbuhan herbal yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi antara

lain bunga rosella, buah mengkudu, kumis kucing, mentimun, bawang putih,

pegagan, belimbing daun dan buah alpukat, daun seledri, daun selada air,

bawang putih, dan lain-lain (Sheps, 2012).


3. Konsep Dasar Pengetahuan

A. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dalam rangka pembinaan

dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, pendekatan edukasi (pendidikan

kesehatan) lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan koersi. Konsep umum yang

digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Notoatmodjo (2012)

yaitu perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama:

1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi, dan lain-lain.

2) Faktor Pemungkin (Enambling Factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah,

tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dan lain-lain.

3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor)


Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas petugas kesehatan.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini

didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku

tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama (Notoatmodjo, 2012).

B. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut

secara benar.Orang yang tidak paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, mengumpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan metode, hukum-hukum, rumus,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.


4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan berobat penderita hipertensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Latipun (2011),

yaitu:

1) Faktor Internal

a) Umur

Lama hidup yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin bertambah umur

seseorang, semakin pula bertambah daya tanggapnya. Tetapi akan kembali

menurun ketika menginjak usia lanjut.


b) Jenis Kelamin

Perempuan atau laki-laki mempunyai perbedaan sikap dan sifat dalam

mendapatkan pengetahuan.

c) Intelegensia

Daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat baik secara fisik

maupun mental terhadap pengalaman dan situasi yang dimiliki siap untuk

dipakai bila didapatkan pada faktor-faktor atau kondisi seseorang.

2) Faktor Eksternal

a) Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan

respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpengetahuan

tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang

datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin diperoleh

dari gagasan tersebut.

b) Paparan media massa

Informasi dapat diterima oleh masyarakat melalui berbagai media baik

media cetak atau media elektronik. Akibatnya, seseorang yang lebih sering

terpapar media massa akan memperoleh informasi lebih banyak dibanding

orang yang tidak terpapar media massa.

c) Ekonomi

Status ekonomi sebuah keluarga mempengaruhi pemenuhan kebutuhan

primer atau sekunder. Keluarga dengan status ekonomi rendah tentu

mengesampingkan kebutuhan terhadap informasi karena itu bukan termasuk

kebutuhan primer. Akibatnya, keluarga dengan status ekonomi rendah

mempunyai pengetahuan lebih sedikit.


d) Hubungan sosial

Hubungan seseorang mempengaruhi seseorang dalam berinteraksi dan

mendapat informasi. Semakin banyak hubungan sosialnya, semakin banyak

pula komunikasi yang terjalin. Komunikasi inilah jalan masuk informasi.

e) Pengalaman

Pengalaman seseorang tentang beberapa hal dapat diperoleh dari

lingkungan, proses perkembangan, organisasi, dan kegiatan menambah

pengetahuan seperti mengikuti seminar. Hal-hal tersebut dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang.

D. Cara mengukur pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa perilaku seseorang atau masyarakat

tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi

sebagai faktor predisposisi disamping factor pendukung seperti lingkungan fisik,

prasarana atau faktor pendorong yaitu sikap dan prilaku petugas kesehatan atau

petugas lainnya.

Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2016), dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif di gambarkan

dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka,

hasil perhitungan ataupengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan,

dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah

dipersentasekan lalu ditafsirkankedalam kalimat yang bersifat kualitatif.

1) Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan

2) Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan.


3) Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan.

4. Konsep Sikap

a. Pengertian Sikap.

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu. Sebagai contohnya yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi

yang bersangkutan atau senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak

(unfavorable) pada objek tertentu (Azwar, 2018).

b. Tingkatan sikap

1) Menerima (receiving).

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek)

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan meyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti bahwa orang menerima ide

tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan

sikap yang paling tinggi.


c. Indikator Sikap Terhadap Kesehatan.

Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan,

antara lain : (Notoatmodjo, 2012)

1) Sikap terhadap sakit dan penyakit.

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang tehadap gejala atau

tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan

sebagainya.

2) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat.

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara

dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau

penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, istirahat cukup dan

sebagainya.

3) Sikap terhadap kesehatan lingkungan.

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan

pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air

bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya. Pengukuran sikap dapat

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dapat melalui wawancara atau

angket.

4) Pengukuran Sikap.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu

mengenai objek sikap yang hendak diungkapkan (Azwar, 2018).

Menurut Notoatmodjo (2012), pengukuran sikap dapat juga dilakukan

dengan secara langsung yaitu dengan bertanya bagaimana pendapat responden

terhadap suatu objek atau dengan tidak langsung dimana dapat dilakukan

dengan memberikan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan kepada


responden, bagaimana pendapatnya terhadap pernyataan tersebut. Dari teori

tersebut diatas, maka melalui pengukuran sikap, dapat dipahami proses

kesadaran seseorang yang sedang melakukan tindakan nyata dan tindakan yang

mungkin dilakukan oleh individu.

Skala likert merupakan metode sederhana dibandingkan dengan skala

Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poin disederhanakan menjadi 2

kelompok yaitu favorable dan unfavorable sedangkan item yang netral tidak

disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, likert menggunakan

teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan

diminta melakukan agreemen masing-masing item dalam skala yang terdiri dari

5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua

item yang favorable kemudian diubah nilainya dalam angka sangat setuju

adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5.


B. Kerangka Teori

Kerangka teori pada penelitian ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka

bahwa dalam Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis (P2TB) perlu adanya

analisis manajemen SDM untuk penerapan programnya supaya dapat terlaksana

dengan baik, dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

1. Faktor Internal
 Umur
 Jenis Kelamin
 Intelegensia
2. Faktor Eksternal Ketaatan berobat
 Pengetahuan Penderita Hipertensi
 Pendidikan
 Sikap
 Paparan mediamassa
 Ekonomi
 Hubungan Sosial
 Pengalaman

Skema 2.1
Kerangka Teori
Latipun (2017)
C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Berikut ini adalah kerangka konsep yang dilakukan:

1. Pengetahuan Ketaatan berobat


2. Sikap penderita hipertensi

Skema 2.2
Kerangka Konsep

D. Hipotesis 

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua

variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis adalah suatu kesimpulan

sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian. Biasanya hipotesis terdiri

dari pernyataan terhadap ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu

variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable)

(Notoatmodjo, 2012). Hipotesis dari penelitian ini adalah:

Ha1: Ada hubungan pengetahuan tentang hipertensi terhadap ketaatan berobat penderita

hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang

Ho1: Tidak ada hubungan pengetahuan tentang hipertensi terhadap ketaatan berobat

penderita hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang

Ha2: Ada hubungan sikap tentang hipertensi terhadap ketaatan berobat penderita

hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang

Ho2: Tidak ada hubungan sikap tentang hipertensi terhadap ketaatan berobat penderita

hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan

penelitian dan mengidentifikasikan beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama

proses penelitian (Nursalam, 2015). Penelitian ini merupakan penelitian dalam survey

yang bersifat observasional dengan metode pendekatan cross-sectional, yaitu suatu

penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode waktu

tertentu dan setiap subjek hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian.

Subjek penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi yang di wilayah kerja Puskesmas

Pengalihan Keritang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pengalihan Keritang

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2021

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kualitas maupun kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Pengalihan Keritang yaitu sebanyak 181 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2012). Sampel

yang diambil adalah penderita hipertensi wilayah kerja Puskesmas

Pengalihan Keritang. Besarnya sampel dalam penelitian ini dapat dihitung

dengan rumus slovin sebagai berikut:

Keterangan :

N = Jumlah Populasi

n = Jumlah Sampel yang diteliti

d = Tingkat signifikasi 5% (0,05%)

= 181
1 + 181 (0,05)2

= 181
1 + 181 (0,0025)

= 181
1,4525

= 124,61

= 124,61atau di bulatkan menjadi 125 orang


Untuk cara pengambilan sampling adalah dengan menggunakan teknik

random sampling, yaitu teknik pengembilan sampel secara acak. Peneliti

mengambil sampel berdasarkan sistem arisan. Jika pada saat penelitian

dilakukan, peneliti menemukan rumah yang kosong ataupun responden

menolak diteliti maka peneliti mengambil kembali sampel yang baru dengan

cara semula. Hal ini berkenaan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang

diterapkan pada penelitian ini.

a. Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang

layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi

penelitian ini adalah:

1) Merupakan penderita hipertensi yang berdomisili dan memiliki rumah

di wilayah kerja Puskesmas Pengalihan Keritang

2) Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden.

b. Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah subjek penelitian yang tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah Penderita hipertensi dengan penyakit

komplikasi lain.

D. Etika Penelitian

Masalah penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, karena penelitian keperawatan berpengaruh langsung dengan


manusia. Oleh sebab itu, etika penelitian harus diterapkan. Adapun masalah

etika penelitian yang harus diperhatikan sebagai berikut:

1. Lembar Persetujuan Responden

Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti

selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan, sedangkan responden menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak melaksanakan penelitian dan tetap

menghormati hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data, cukup dengan memberikan kode pada masing-masing

lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti.

E. Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner

dan observasi langsung kepada responden.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:


1. Skripsi yang telah disetujui pembimbing, kemudian peneliti meminta izin

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir dengan menyerahkan

surat izin yang telah ditandatangani oleh pihak akademik.

2. Meminta izin kepada Kepala Puskesmas Pengalihan Keritang untuk

melakukan studi dokumentasi terhadap data penderita hipertensi yang ada

di Puskesmas tersebut.

3. Meminta izin kepada Kepala Puskesmas Pengalihan Keritang untuk

melakukan kegiatan pengumpulan data.

4. Mendatangi responden langsung kerumahnya untuk melakukan penelitian

dan menjelaskan kuesioner yang telah disiapkan.

5. Menjelaskan kegiatan penelitian dan jaminan terhadap hak-hak responden

untuk dirahasiakan.

6. Meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan.

7. Mulai melakukan penelitian.


G. Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independent)

dan variabel terikat (dependent).

Tabel 3.1
Definisi Operasional

N Skala
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
o Ukur

1. Pengetahuan Hasi l dari tahu Kuesioner wawancara Ordinal - Baik, jika


responden menjawab
tentang pertanyaan
hipertensi, pengetahuan
yang dapat dengan benar
diketahui sebesar
melalui 76-100%
jawaban - Cukup, jika
responden menjawab
pertanyaan
pengetahuan
dengan benar
sebesar
56-75%
-Kurang, jika
menjawab
pertanyaan
pengetahuan
dengan benar
sebesar
- ≤ 55%
2. Sikap Respon yang Mengisi Kuesioner Ordinal 0: Negatif jika
masih tertutup kuesioner yang nilai <mean/
dari responden berisikan 10 median
yang berbentuk pertanyaan 1: Positif jika
pernyataan yang diajukan nilai benar ≥
setuju atau tidak kepada mean/
setuju tentang responden median
pengobatan menggunakan
hipertensi skala likert

3. Ketaatan Responden Kuesioner wawancara Ordinal - Ketaatan


berobat patuh untuk tinggi bila
melakukan total skor
pegobatan ≥mean/medi
kepelayanan an
kesehatan - Ketaatan
rendah bila
total skor <
mean/median
H. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Memperoleh data atau angka ringkasan dengan menggunakan

cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Menurut Hidayat (2017),

pengolahan data meliputi:

a. Editing

Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas kategori.Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

komputer.Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode

dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari variabel.

c. Data Entry

Setelah data dikumpulkan, kemudian data dimasukkan dan

diolah dalam analisa data dengan menggunakan program komputer

(SPSS).
d. Cleaning

Data yang sudah dimasukkan akan diperiksa lagi

kelengkapannya. Untuk data yang tidak lengkap, maka sampel

tersebut dianggap gugur.

e. Processing

Data diproses dengan mengelompokkan data kedalam variabel

yang sesuai, dengan menggunakan program komputer (SPSS).

A. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang

karakteristik responden serta distribusi tingkat pengetahuan penderita

hipertensi dan ketaatanya dalam berobat.

b. Analisa Bivariat

Data nilai tingkat pengetahuan yang didapat kemudian diubah

kedalam skala interval dengan kategori tingkat pengetahuan baik yaitu

menjawab benar 76%-100%, cukup yaitu menjawab benar 56%-75%,

dan kurang yaitu menjawab benar <56% (Arikunto, 2016). Apabila dari

uji statistik didapatkan p value< α, maka dapat dikatakan ada hubungan

tingkat pengetahuan terhadap ketaatan berobat penderita hipertensi.

Apabila dari uji statistik didapatkan p value> α, maka dapat dikatakan


tidak ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap ketaatan berobat

penderita hipertensi.

B. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah

kusioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak

kita ukur (Notoatmodjo, 2015). pertanyan pada kusioner dapat

dikatakan valid apabila skor dari pertanyaan berkolerasi dignifikan

dengan skor total, untuk menetukan keputusan uji statistik apakah Ho

ditolak maka dapat dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dan

r tabel. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel )

maka Ho ditolak dan keputusan uji adalah pertanyaan valid. Sebaliknya

apabila r hitung kebih kecil dari r tabel (r hitung< r tabel) maka Ho

diterima dan keputusan uji adalah pernyataan tidak valid (Najmah,

2018).

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan di Puskesmas

pengalihan keritang karena di puskesmas ini memiliki kriteria yang

hampir sama dengan puskesmas pengalihan keritang yang akan

dijadikan sampel penelitian. Penelitian untuk uji validitas ini rencana

akan dilakukan pada akhir oktober 2021 yang diujikan pada 20 orang

penderita hipertensi. Hasil uji validitas terhadap pertanyaan variabel


pengetahuan dan sikap dan diperoleh nilai rhitung > rtabel (untuk n = 20,

rtabel = 0,444), dengan demikian semua pertanyaan dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu konsisten atau tetap asas

(ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).

pertannyaan yang sudah vadil dilakukan uji realibilitas dengan cara

membandingkan r tabel dengan r hasil. Jika nilai r hasil adalah α yang

terletak diawal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) sehingga item

kuisioner dikatakan valid jika α lebih besar dari konstanta (0,6) (Rianto,

2013 dalam Kiki Navela, 2014). Hasil uji reliabilitas variabel pengetahuan

didapatkan nilai cronbach’s alpha = 0,900 dan variabel sikap didapatkan

nilai cronbach’s alpha = 0,867. Kedua nilai cronbach’s alpha variabel

tersebut berada di atas rh itung (cronbach’s alpha if item deleted), sehingga

semua variabel dinyatakan reliabel.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik responden

Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin
Penderita Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 Dewasa awal 14 11.2
2 Dewasa akhir 38 30.4
3 Lansia awal 48 38.4
4 Lansia akhir 25 20.0
Total 125 100
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 53 42.4
2 Perempuan 72 57.6
Total 125 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden

berada pada fase atau masa usia dewasa awal sebanyak 48 orang (38.4%),

dewasa akhir sebanyak 38 orang (30.4%), lansia awal sebanyak 25 orang

(20%) dan dewasa awal sebanyak 14 orang (11.2%). Hasil penelitian juga

menunnjukkan bahwa mayoritas penderitas hipertensi berjenis kelamin

perempuan sebanyak 72 orang (57.6%) dan laki-laki sebanyak 53 orang

(42.4%).
B. Analisa Univariat

1. Pengetahuan

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan Penderita
Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 25 20.0
2 Cukup 46 36.8
3 Kurang 54 43.2

Total 125 100

Hasil analisis data dari variabel pengetahuan menunjukkan paling

banyak responden berada pada tingkat pengetahuan kurang sebanyak 54

(43.2%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 46 (36.8%) dan tingkat

pengetahuan baik sebanyak 25 (20.0%).

2. Sikap
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi berdasarkan sikap responden Penderita
Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang

No. Sikap Frekuensi Persentase (%)

1 Positif 45 36.0
2 Negatif 80 64.0

Total 125 100

Hasil analisis data dari variabel sikap menunjukkan paling banyak

responden berada pada sikap negatif sebanyak 80 (64.0%) dan sikap

positif sebanyak 45 (36.0%).


3. Ketaatan Berobat
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketaatan Berobat Penderita
Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang

No. Ketaatan Berobat Frekuensi Persentase (%)

1 Tinggi 33 26.4
2 Rendah 92 73.6

Total 125 100

Hasil analisis data dari variabel ketaatan berobat menunjukkan

paling banyak responden berada pada tingkat ketaatan rendah sebanyak 92

dan tingkat ketaatan tinggi sebanyak 33 (26.4%).

C. Analisa Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Ketaatan Berobat Pasien


Hipertensi

Tabel 4.5
Hubungan Pengetahuan Dengan Ketaatan Berobat Pasien
Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang

Pengetahuan Ketaatan Berobat Total P


Tinggi Rendah value
n % n % n %
Baik 21 16.8 4 3.2 25 20.0
Cukup 4 3.2 42 33.6 46 36.8 0.000
Kurang 8 6.4 46 36.8 54 43.2
Total 33 26.4 92 73.6 125 100

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan ketaatan berobat

didapatkan hasil dari 92 (73.6%) responden dengan ketaatan berobat

rendah terdapat 46 responden (36.8%) memiliki pengetahuan kurang, 42

responden (33.6%) memiliki pengetahuan cukup dan 4 responden (3.2%)


memiliki pengetahuan baik. Hasil uji statistik menggunakan Chi Square

didapatkan nilai ρvalue = 0,000 ≤ α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan pengetahuan dengan ketaatan berobat Penderita Hipertensi di

Puskesmas Pengalihan Keritang.

2. Hubungan Sikap Dengan Ketaatan Berobat Pasien


Hipertensi

Tabel 4.6
Hubungan Sikap Dengan Ketaatan Berobat Pasien Hipertensi di
Puskesmas Pengalihan Keritang

Sikap Ketaatan Berobat Total P


value
Tinggi Rendah

n % n % n %

Positif 30 24.0 15 12.0 45 36.0

Negatif 3 2.4 77 61.6 80 64.0 0.000

Total 33 26.4 92 73.6 125 100

Hasil analisis hubungan sikap dengan ketaatan berobat didapatkan

hasil dari 92 (73.6%) responden dengan ketaatan berobat rendah terdapat

77 responden (61.6%) memiliki sikap negatif dan 15 responden (12.0%)

memiliki sikap postif. Hasil uji statistik menggunakan Chi Square

didapatkan nilai ρvalue = 0,000 ≤ α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan sikap dengan ketaatan berobat Penderita Hipertensi di

Puskesmas Pengalihan Keritang.


BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti akan

membahas hubungan pengetahuan dan sikap dengan ketaatan berobat Penderita

Hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang dengan membandingkan teori-teori

yang ada dengan kenyataan yang peneliti temui serta membandingkan dengan

penelitian terkait sebagai hasil akhir dapat dinyatakan sebagai berikut:

A. Interpretasi dan Hasil Diskusi

1. Karakteristik Responden

a. Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berada

pada fase atau masa usia dewasa awal sebanyak 48 orang (38.4%), dewasa

akhir sebanyak 38 orang (30.4%), lansia awal sebanyak 25 orang (20%) dan

dewasa awal sebanyak 14 orang (11.2%). Hasil penelitian juga

menunnjukkan bahwa mayoritas penderitas hipertensi berjenis kelamin

perempuan sebanyak 72 orang (57.6%) dan laki-laki sebanyak 53 orang

(42.4%).

Hasil penelitian didapatkan data bahwa dari 94 responden berjenis

kelamin perempuan 80 (51,6%) responden menderita hipertensi esensial

(primer) dan dari 94 responden berjenis kelamin perempuan 14 (9,0%)

responden menderita hipertensi sekunder. Hasil uji statistic didapatkan nilai


p-value sebesar 0,04, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi esensial

(primer) di Desa Karang Anyar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Rinawang (2011) yang mengemukakan bahwa orang yang berjenis kelamin

perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan lakilaki

terutama pada penderita hipertensi dewasa tua dan lansia. Sebelum

memasuki masa menopouse, perempuan mulai kehilangan hormon estrogen

sedikit demi sedikit dan sampai masanya hormone estrogen harus

mengalami perubahan sesuai dengan umur perempuan, yaitu dimulai sekitar

umur 45-55 tahun. Hal tersebut didukung oleh Mansjoer Arief (2000), yang

mengemukakan bahwa perempuan menopause memiliki pengaruh sama

pada terjadinya hipertensi. Perempuan menopause mengalami perubahan

hormonal yang menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah

menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi natrium, sehingga mengakibatkan

peningkatan tekanan darah.

Menurut Sutanto (2010), kaum lakilaki lebih banyak mengalami

kemungkinan menderita hipertensi dibandingkan kaum perempuan. Namun,

bila ditinjau dari segi perbandingan antara perempuan dan lakilaki, secara

umum kaum perempuan masih lebih banyak menderita hipertensi

dibandingkan laki-laki. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula

dipengaruhi oleh faktor psikologis. Perempuan seringkali mengadopsi

perilaku tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang

sehingga menyebabkan kelebihan berat badan, depresi, dan rendahnya status


pekerjaan. Sedangkan pada kaum pria, hipertensi lebih berkaitan erat

dengan pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan

pengangguran.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sundari (2018) bahwa usia

dan jenis kelamin memiliki hubungan signifikan terhadap ketaatan berobat

pasien hipertensi dengan nilai p value 0,003. Penelitian dari Eko, dkk (2019)

menyatakan bahwa usia dan jenis kelamin menjadi factor yang

mempengaruhi ketaatan berobat pada pasien hipertensi dengan nilai p value

0,000.

Asumsi peneliti bahwa saat memasuki usian lansia khususnya yang

berjenis kelamin perempuan harus melakukan pola hidup sehat agar

terhindar dari penyakit hipertensi. Apabila seseorang sudah terkena

hipertensi tentunya harus meningkatkan pengetahuannya tentang bahaya

hipertensi supaya terbentuk sikap yang positif dalam melakukan ketaatan

berobat.

2. Analisa Univariat

a. Pengetahuan

Hasil analisis data dari variabel pengetahuan menunjukkan paling banyak

responden berada pada tingkat pengetahuan kurang sebanyak 54 (43.2%),

tingkat pengetahuan cukup sebanyak 46 (36.8%) dan tingkat pengetahuan

baik sebanyak 25 (20.0%).


Hal inisesuai dengan pendapat Green bahwa tingkat kesehatan seseorang

dapat ditentukan oleh tingkat pengetahuan dari orang tersebut, sehingga

semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka tingkat kesehatan orang

tersebut juga akan semakin baik (Notoatmodjo, 2017).

Hasil penelitian Dewi bahwa pengetahuan tentang hipertensi berpengaruh

terhadap ketaatan berobat pasien hipertensi. Semakin baik pengetahuan

pasien tentang hipertensi maka ketaatan semakin tinggi (Dewi, 2018). Hasil

penelitian Robby (2018) menyatakan bahwa pengetahuan menjadi salah satu

factor risiko dalam mematuhi pengobatan pasien hipertensi.

Asumsi peneliti bahwa pengetahuan sangat penting untu ditingkatkan

pada pasien hipertensi. Hal ini dikarenakan pengetahuan mempengari

ketaatan berobat agar tidak terjadi penyakit komplikasi.

b. Sikap

Hasil analisis data dari variabel sikap menunjukkan paling banyak

responden berada pada sikap negatif sebanyak 80 (64.0%) dan sikap positif

sebanyak 45 (36.0%).

Soekidjo Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa kesehatan seseorang

ditentukan oleh niat atau sikap orang tersebut terhadap pelayanan kesehatan

(behaviour intention) dukungan sosial dari masyarakat sekitar, ada atau

tidaknya informasi tentang kesehatan dan fasilitas kesehatan. Lebih lanjut

Green menyatakan bahwa perilaku kesehatan atau tingkat kesehatan

seseorang ditentukan oleh sikap seseorang terhadap obyek kesehatan.


Semakin baik sikap seseorang terhadap kesehatan maka tingkat kesehatan

seseorang tersebut juga akan semakin baik .

Sesuai penelitian Yayuk (2019) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan

seseorang berpengaruh terhadap sikapnya. Semakin baik pengetahuan

seseorang maka sikap orang tersebut juga akan semakin taat dalam

pengobatan penyakitnya karena orang tersebut mempunyai keinginan untuk

sembuh. Hasil analisis yangmenggunakan Rank Spearman menunjukan nilai

p=0,003, karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat

hubunganyang bermakna antara sikap dengan kepatuhan berobat. Penelitian

Andrea (2019) menyatakan bahwa sikap mempengaruhi ketaatan penderita

hipertensi untuk melakukan pengobatan secara rutin.

Asumsi peneliti bahwa sikap positif seseorang sangat penting dalam

mewujudkan sebuah perilaku atau tindakkan misalnya perilaku pengobatan

secara rutin.

3. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Ketaatan Berobat Pasien Hipertensi

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan ketaatan berobat

didapatkan hasil dari 92 (73.6%) responden dengan ketaatan berobat rendah

terdapat 46 responden (36.8%) memiliki pengetahuan rendah, 42

responden (33.6%) memiliki pengetahuan cukup dan 4 responden (3.2%)

memilikipengetahuan baik. Hasil uji statistik menggunakan Chi Square

didapatkan nilai ρvalue = 0,000 ≤ α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan pengetahuan dengan ketaatan berobat Penderita Hipertensi di

Puskesmas Pengalihan Keritang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dewi (2017) bahwa

pengetahuan tentang hipertensi berpengaruh terhadap ketaatan berobat.

Semakin baik pengetahuan pasien tentang hipertensi maka ketaatan berobat

semakin tinggi.

Menurut Green tahun 2016 bahwa tingkat kesehatan seseorang dapat

ditentukan oleh tingkat pengetahuan dari orang tersebut, sehingga semakin

baik tingkat pengetahuan seseorang maka tingkat kesehatan orang tersebut

juga akan semakin baik. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya perilaku ketaatan seseorang. Perilaku ketaatan

yang didasari oleh pengetahuan yang baik akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang

harus dimiliki oleh pasien hipertensi meliputi pengertian penyakit

hipertensi, penyebab hipertensi, gejala yang sering menyertai dan

pentingnya melakukan terapi baik farmakologi maupun non farmakologi.

Masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang

penyakit hipertensi seharusnya memiliki kesadaran lebih tinggi, sehingga

orang tersebut cenderung memiliki kepatuhan/ ketaatan yang tinggi untuk

melakukan pengobatan dan menghindari hal–hal yang dapat memicu

terjadinya hipertensi.

Menurut asumsi peneliti bahwa pengetahuan dan kesadaran akan faktor

risiko pemicu hipertensi penting karena nantinya terkait dengan perubahan


perilaku ketaatan dalm berobat, dengan pengetahuan baik yang dimiliki

maka akan terbentuk suatu sikap seseorang terhadap penyakit yang

dideritanya termasuk pula dalam hal timbulnya suatu sikap untuk patuh

dalam melaksanakan terapi baik farmakologi maupun non farmakologi yang

diberikan oleh dokter yang selanjutnya akan membentuk tingkat kepatuhan

seseorang.

b. Hubungan Sikap Dengan Ketaatan Berobat Pasien Hipertensi

Hasil analisis hubungan sikap dengan ketaatan berobat didapatkan hasil

dari 92 (73.6%) responden dengan ketaatan berobat rendah terdapat 77

responden (61.6%) memiliki sikap negatif dan 15 responden (12.0%)

memiliki sikap postif. Hasil uji statistik menggunakan Chi Square

didapatkan nilai ρvalue = 0,000 ≤ α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan sikap dengan ketaatan berobat Penderita Hipertensi di Puskesmas

Pengalihan Keritang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahayu

(2017) bahwa sikap dan perilaku berpengaruh terhadap ketaatan berobat

pada pasien hipertensi.

Menurur Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa kesehatan seseorang

ditentukan oleh niat atau sikap orang tersebut terhadap pelayanan kesehatan

(behaviour intention) dukungan sosial dari masyarakat sekitar, ada atau

tidaknya informasi tentang kesehatan dan fasilitas kesehatan. Lebih lanjut

Green menyatakan bahwa perilaku kesehatan atau tingkat kesehatan

seseorang ditentukan oleh sikap seseorang terhadap obyek kesehatan.

Semakin baik sikap seseorang terhadap kesehatan maka tingkat kesehatan


seseorang tersebut juga akan semakin baik. Kepatuhan pasien merupakan

faktor utama penentu keberhasilan dalam suatu terapi. Kepatuhan

merupakan perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan

ke perilaku yang mentaati peraturan.

Menurut asumsi peneliti bahwa semakin tinggi tingkat sikap maka akan

semakin tinggi pula kepatuhannya pengobatan secara farmakologi maupun

non farmakologi, seperti mengubah perilaku dan gaya hidup.

B. Keterbatasan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif,

dimana pertanyaan yang diajukan bersifat tertutup dan kadang-kadang apa yang

tertera di kuesioner tidak sesuai dengan apa yang dirasakan oleh responden.

Selain itu, responden tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasa secara bebas atau

leluasa karena pertanyaan bersifat tertutup dengan jawaban yang sudah ada atau

tersedia (bukan pertanyaan bersifat terbuka).


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan

dan sikap dengan ketaatan berobat penderita hipertensi di Puskesmas

Pengalihan Keritang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan penderita hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang

pada mayoritas berada pada kategori kurang sebanyak 54 (43.2%)

2. Sikap penderita hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang pada

mayoritas memiliki sikap negatif sebanyak 80 (64.0%)

3. Ada hubungan pengetahuan dengan ketaatan berobat penderita

hipertensi di Puskesmas Pengalihan Keritang dengan nilai ρvalue = 0,000

4. Ada hubungan sikap dengan ketaatan berobat penderita hipertensi di

Puskesmas Pengalihan Keritang dengan nilai ρvalue = 0,000

a. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan kepada penderita hipertensi untuk dapat menjaga pola

makannya dan menghindari makanan yang dapat memicu terjadinya

hipertensi serta menjaga melakukan pengobatan secara rutin untuk

menurunkan hipertensi yang diderita.


2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi wilayah kerja

Puskesmas Pengalihan Keritang sehingga petugas kesehatan khususnya perawat

dapat memberikan penyuluhan kepada responden tentang hipertensi dan

pentingnya ketaatan berobat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk melakukan pengembangan penelitian

ini, terutama variabel-variabel lain yang berkaitan dengan ketaatan berobat pada

penderita hipertensi seperti dukungan keluarga, lama sakit, status ekonomi dan

akses menuju fasilitas kesehatan serta menggunakan pengembangan desain

penelitian kualitatif dan kualitatif.


DAFAR PUSTAKA

Admodiwiro, S. 2012. Manajemen Pendidikan. Jakarta : PT Ardadizya.

Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depkes. 2019. Penyakit degeneratif dan resikonya

Effendi, I. 2015. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Buku ajar penerbit Universitas


Lampung. Bandar Lampung.

Garnadi, T. 2012. Waspada Hipertensi di Usia Dini. Jakarta. Bumi Aksara.

Gunawan, R. 2012. Penyakit Degeneratif. Bandung: Refika Aditama.

Junaidi, Y.2012. Tips hidup sehat. Buku ajar penerbit Universitas Lampung. Bandar
Lampung.

Lancet. 2018. Komplikasi pada penyakit degeneratif. Jakarta. Bumi Aksara.

Muhummadun. 2010. Hubungan factor genetik terhadap kejadian hipertensi

Rusyanudin, A. 2016. Hipertensi dan gejalanya. Jakarta. Bumi Aksara.

Vitahealth. 2015. Hipertensi dan Penanganannya. Jakarta: Pt. Rineka Cipta. Jakarta:
Rineka Cipta

Setiawati, S.2013. Konsep Edukasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Notoadmojo, Soekidjo. 2012. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.
Jakarta: Rineka Cipta

Reber. S. Arthur & Reber. S. Emily. 2010. Kamus Psikologi.Yogyakarta : Pustaka


Pelajar
Sarwono, Sarlito W., Meinarno, Eko A. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Faizal Ikhsan


Pendidikan : S1 Ilmu Keperawatan

Dengan ini kiranya bapak/ibu berpartisipasi dalam penelitian saya yang berjudul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Ketaatan Berobat Penderita Hipertensi Di
Puskesmas Pengalihan Keritang”, dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Kerahasiaan identitas bapak/ibu pada penelitian ini akan dijamian sepenuhnya oleh
peneliti.

Demikianlah surat permohonan ini saya sampaikan, kiranya bapak/ibu dapat berkenan
berpartispasi dalam penelitian saya.

Pekanbaru, September 2021


Hormat saya,
Peneliti
Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah saya membaca surat permohonan menjadi responden dari :

Nama : Faizal Ikhsan

Pendidikan : S1 Ilmu Keperawatan

Dengan judul penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Ketaatan
Berobat Penderita Hipertensi Di Puskesmas Pengalihan Keritang”, maka saya bersedia menjadi
respondennya.

Pekanbaru, September 2021

Responden

(………………….)
KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI
DENGAN KETAATAN BEROBAT PENDERITA HIPERTENSI DI
PUSKESMAS PENGALIHAN KERITANG

A. PENGETAHUAN HIPERTENSI
Petunjuk : isilah dengan menggunakan tanda centang (√)

NO PERNYATAAN BENAR SALAH

1 Tekanan darah tinggi adalah peningkatan pada tekanan sistolik


140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 120 mmHg

2 Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya terdiri dari 2


golongan yaitu tekanan darah essensial dan tekanan darah tinggi
sekunder

3 Penyebab hipertensi dalah satunya yaitu karena faktor genetik

4 Faktor perilaku merupakan salah satu penyebab hipertensi

5 Mengkonsumsi garam secara berlebihan (5-15 gr/hari) dapat


meningkatkan tekanan darah

6 Hipertensi atau tekanan darah tinggi, hipertensi dapat


disebabkan oleh beberapa hal seperti obesitas, kurang olah raga,
keturunan, konsumsi garam yang berlebih, makanan yang
berlemak dan kolesterol tinggi, alkohol, merokok, penyakit
ginjal, penggunaan obat-obatan dan kelainan hormonal

7 Sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah,


pandangan kabur dan penurunan kesadaran merupakan gejala
hipertensi berat

8 Gagal jantung merupakan salah satu komplikasi penyakit


hipertensi
9 Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi minuman
beralkhohol merupakan cara penatalaksanaan hipertensi

10 Penderita hipertensi harus melakukan diet rendah garam

11 Penyakit yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi adalah


penyakit ginjal, kelainan hormonal, dan penggunaan obat-obatan

12 Hipertensi ringan jika tekanan darah Sistolik 140–159 mmHg


dan diastolik 90–99
13 Hipertensi ringan jika tekanan darah Sistolik ≥160 mmHg dan
diastolik ≥100
14 Jika seseorang mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung lemak dan kolesterol dapat menyebabkan
penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah
15 Pada seseorang yang sering minum minuman dengan kadar
alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung
meningkat tinggi
16 Merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, hal ini
disebabkan karena rokok banyak mengandung zat kimia yang
berbahaya bagi tubuh seperti tar, nikotin dan gas
karbonmonoksida dan Nikotin
17 Aktifitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan
darah.Aktifitas fisik dapat membuat jantung lebih kuat
18 Stress dapat memicu seseorang mengalami kenaikan tekanan
darah
19 Gejala yang timbul pada hipertensi berat antara lain sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur
dan penurunan kesadaran
20 Hipertensi mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam
mata
B. SIKAP
Berilah tanda checklist (√) yang menurut anda benar :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS


1. Saya pergi ke fasilitas kesehatan untuk mengecek rutin
tekanan darah
2. Saya minum obat saat tekanan darah mengalami
kenaikkan saja
3. Saya minum obat penurun hipertensi sesuai dosis
anjuran dokter
4. Saya tidak perlu membawa obat hipertensi saat
bepergian
5. Saya mengurangi dosis obat hipertensi saat saya
merasa sudah sehat
6. Saya akan kembali kepuskesmas/klinik saat obat
hipertensi habis

C. KETAATAN BEROBAT
No Pertanyaan YA TIDAK

1 Apakah anda pergi ke puskesmas/klinik untuk melakukan


pengobatan hipertensi?

2 Apakah anda melakukan kunjungan ulang untuk berobat


saat obat antihipertensi anda habis?

3 Apakah kunjungan berobat anda dilakukan secara rutin?

4 Pernahkah anda mengurangi atau berhenti minum obat


tanpa memberitahu dokter anda?

5 Ketika anda bepergian atau meninggalkan rumah, apakah


kadang-kadang anda lupa membawa obat hipertensi?
Frequencies
[DataSet0]

Statistics
Pengetahuan

Valid 125
N
Missing 0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

baik 25 20.0 20.0 20.0

cukup 46 36.8 36.8 56.8


Valid
kurang 54 43.2 43.2 100.0

Total 125 100.0 100.0

Frequencies
[DataSet0]

Statistics
Sikap

Valid 125
N
Missing 0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

positif 45 36.0 36.0 36.0

Valid negatif 80 64.0 64.0 100.0

Total 125 100.0 100.0

Frequencies
[DataSet0]
Statistics
Ketaatan Berobat

Valid 125
N
Missing 0

Ketaatan Berobat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tinggi 33 26.4 26.4 26.4

Valid rendah 92 73.6 73.6 100.0

Total 125 100.0 100.0

Crosstabs
[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Ketaatan 125 100.0% 0 0.0% 125 100.0%


Berobat
Pengetahuan * Ketaatan Berobat Crosstabulation

Ketaatan Berobat Total

tinggi rendah

Count 21 4 25

Expected Count 6.6 18.4 25.0

baik % within Pengetahuan 84.0% 16.0% 100.0%

% within Ketaatan Berobat 63.6% 4.3% 20.0%

% of Total 16.8% 3.2% 20.0%

Count 4 42 46

Expected Count 12.1 33.9 46.0

Pengetahuan cukup % within Pengetahuan 8.7% 91.3% 100.0%

% within Ketaatan Berobat 12.1% 45.7% 36.8%

% of Total 3.2% 33.6% 36.8%

Count 8 46 54

Expected Count 14.3 39.7 54.0

kurang % within Pengetahuan 14.8% 85.2% 100.0%

% within Ketaatan Berobat 24.2% 50.0% 43.2%

% of Total 6.4% 36.8% 43.2%


Count 33 92 125

Expected Count 33.0 92.0 125.0

Total % within Pengetahuan 26.4% 73.6% 100.0%

% within Ketaatan Berobat 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 26.4% 73.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point
sided) sided) sided) Probability

Pearson Chi-Square 53.838 a


2 .000 .000
Likelihood Ratio 49.832 2 .000 .000
Fisher's Exact Test 48.237 .000
Linear-by-Linear 30.141 b
1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 125

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.60.
b. The standardized statistic is 5.490.
Crosstabs
[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sikap * Ketaatan Berobat 125 100.0% 0 0.0% 125 100.0%

Sikap * Ketaatan Berobat Crosstabulation

Ketaatan Berobat Total

tinggi rendah

Count 30 15 45

Expected Count 11.9 33.1 45.0

positif % within Sikap 66.7% 33.3% 100.0%

% within Ketaatan Berobat 90.9% 16.3% 36.0%

% of Total 24.0% 12.0% 36.0%


Sikap
Count 3 77 80

Expected Count 21.1 58.9 80.0

negatif % within Sikap 3.8% 96.3% 100.0%

% within Ketaatan Berobat 9.1% 83.7% 64.0%


% of Total 2.4% 61.6% 64.0%
Count 33 92 125

Expected Count 33.0 92.0 125.0

Total % within Sikap 26.4% 73.6% 100.0%

% within Ketaatan Berobat 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 26.4% 73.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. Point Probability
sided) sided) (1-sided)

Pearson Chi- 58.674 a


1 .000 .000 .000
Square
Continuity 55.480 1 .000
Correction b

Likelihood Ratio 61.427 1 .000 .000 .000


Fisher's Exact .000 .000
Test
Linear-by-Linear 58.204c 1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 125

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.88.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 7.629.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN TENGKU MAHARATU PEKANBARU
TAHUN 2021

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Faizal Ikhsan


NIM : 2021141
Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Hipertensi

dengan Ketaatan Berobat Penderita Hipertensi di Puskesmas

Pengalihan Keritang

Pembimbing I : ………………
Tanda Tangan
No Tanggal Materi Konsultasi Masukan Pembimbing

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN TENGKU MAHARATU PEKANBARU
TAHUN 2021

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Faizal Ikhsan


NIM : 2021141
Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Hipertensi

dengan Ketaatan Berobat Penderita Hipertensi di Puskesmas

Pengalihan Keritang

Pembimbing II :
No Tanggal Materi Konsultasi Masukan Pembimbing Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai