Anda di halaman 1dari 84

PROPOSAL

LITERATURE REVIEW

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE WATER TEPID SPONGE

TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH

PADA ANAK HIPERTERMI

AINUN DYAH PITALOKA

173210042

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE WATER TEPID SPONGE

TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK HIPERTERMI

PROPOSAL LITERATURE REVIEW/ TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Studi

S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

AINUN DYAH PITALOKA

173210042

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Ainun Dyah Pitaloka

NIM : 173210042

Jenjang : Sarjana

Program Studi : S1 Keperawatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyatakan bahwa karya tulis ilmiah

saya yang berjudul :

“Efektivitas Penerapan Metode Water Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu

Tubuh Pada anak Hipertermi”

Merupakan karya tulis ilmiah dan artikel yang secara keseluruhan adalah hasil

karya penelitian penulis, kecuali teori yang dirujuk dari sumber informasi aslinya.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jombang 27 Mei 2021

Saya yang menyatakan

Ainun Dyah Pitaloka


NIM 173210042
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL

LITERATURE REVIEW

Judul : EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE WATER

TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH

PADA ANAK HIPERTERMI

Nama Mahasiswa : AINUN DYAH PITALOKA

NIM : 173210042

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING

PADA TANGGAL 27 MEI 2021

Pembimbing Ketua Pembimbing Anggota

Hindyah Ike Suhariati,S.K ep.,Ns.,M.K ep Anita Rahmawati,S.K ep.,Ns.,M.K ep

NIDN. 0707057901
NIDN. 0707108502

Mengetahui,

Ketua Program Studi

S1 Ilmu Keperawatan

Inayatur Rosyidah,S.K ep.,Ns.,M.K ep


NIDN. 0703048301
PROPOSAL

LITERATURE REVIEW

Karya Tulis Ilmiah ini telah diajukan oleh :

Nama Mahasiswa : Ainun Dyah Pitaloka

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul : EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE WATER

TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH

PADA ANAK HIPERTERMI

Telah berhasil dipertahankan dan diuji di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada

Program Studi

S1 Ilmu Keperawatan

Komisi Dewan Penguji

TANDA
NAMA
TANGAN

Ketua Dewan : Dr. Hariyono,M.Kep


( )
Penguji NIDN.0718028101

Penguji I : Hindyah Ike Suhariati,S.Kep.,Ns.,M.Kep

( )
NIDN.070705901

Penguji II : Anita Rahmawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIDN.0707108502
Ditetapkan di : JOMBANG

Pada Tanggal : 27 MEI 2021


MOTTO

“ Jangan lupa berdoa, bersyukur, senyum dan bahagia”


PERSEMBAHAN

Seiring dengan doa dan puji syukur kepada allah SWT yang telah memberikan

kemudahan, kelancaran, kesehatan sehingga dapat menyelesaikan karya ini.saya

persembahkan karya ini kepada :

1. Orang tua saya Bapak Atan Samanuli dan Ibu Suprapti yang selalu

mendoakan, mensuport, mendampingi, mengasuh dan menjaga saya setiap

saat, sekalipun jarak memisahkan bapak dan ibu selalu memberikan doa

dan semangat dalam menempuh pendidikan yang terbaik hingga saat ini.

2. Adik dan keluarga besar saya, mohon maaf tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, saya mengucapkan terimakasih banyak atas doa dan suportnya

selama ini, sudah memberikan ruang kepada saya untuk menerapkan ilmu

saya kepada masyarakat khususnya keluarga saya, semoga ilmu saya

bermanfaat buat semua orang.

3. Bapak Dr. Hariyono, M.Kep, Ibu Hindyah Ike Suhariati,

S.Kep.,Ns.,M.Kep, Ibu Anita Rahmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah

sabar membimbing, mensuport dan mengarahkan, memberikan ilmu serta

semangat dalam menyelesaikan karya tulis ini. saya mengucapkan banyak

terimakasih untuk semua ilmu pengetahuan, pengalaman yang telah

diberikan kepada saya, sehingga karya ini dapat selesai.

4. Indah nur rohmawati dan Prisca kartika yuniar, terimakasih banyak selama

ini sudah baik banget membantunku, mendoakan, mensuport, memberiku

ruang untuk curhat, dan selalu ada disaat suka dan dukaku, semoga kalian

selalu menjadi teman terbaikku.


5. Teman – teman bermain saya yang sudah mensuport sampai saat ini,

memberikan semangat saya untuk selalu berusaha dan beroda agar segara

selesai dalam mengerjakan tugas akhir ini.

6. Teman dekat saya Danang Eko handoko Putro, terimakasih sudah

menemaniku dari semester 2 sampai saat ini, terimaksih selalu mendoakan

dan mensuport semua kegitatan, yang selalu sabar menghadapi emosiku

dan selalu meluangkan waktu liburnya untuk mengajakku traveling setiap

minggu.

7. Teman – teman seperjuangan angkatan 2017 prodi S1 keperawatan kelas

8B dan 8A khususnya teman sepembimbingan dengan saya, terimakasih

banyak atas doa, semangat, kekompakan dan kerjasamanya, selalu sharing

setiap hari, mendukung, menghibur, menemani sampai bisa di puncak

pencapaian kuliah selama 4 tahun.


Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

NYA sehingga Tugas Akhir Literature Review dengan judul “Efektivitas

Penerapan Metode Water Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada

Anak Hipertermi” ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Penyusunan Literature Review ini diajukan sebagai salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan

Cendekia Medika Jombang. Dalam penyusunan Tugas Akhir Literature Review

ini penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu

saya mengucapkan terimakasih kepada H. Imam Fatoni,S.KM.,MM. selaku Ketua

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, Dr. Hariyono,

M.Kep selaku Ketua Dewan Penguji. Ibu Inayatur Rosyidah, S,Kep.,Ns.,M.Kep,

selaku Kaproodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia

Medika Jombang, Ibu Hindyah Ike Suhariati,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku

pembimbing ketua yang telah banyak memberi pengarahan, motivasi dan

masukan dalam penyusunan Literature Review ini. Ibu Anita Rahmawati

S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing anggota yang telah banyak memberi

motivasi, pengarahan dan ketelitian dalam penyusunan Literatue Review ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Literature

Review ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis

mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Literature

Review ini.

Jombang, 27 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4

1.3 Tujuan.....................................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN TEORI.....................................................................................5

2.1 Demam Tifoid........................................................................................................5

2.2 Kompres Tepid Sponge Water...........................................................................17

2.3 Konsep Anak.......................................................................................................25

BAB 3 METODE PENELITIAN..........................................................................31

3.1 Strategi Pencarian Literature..............................................................................31

3.2 Seleksi studi dan penilaian kualitas...................................................................32

Tabel 3.4 Daftar artikel hasil pencarian.................................................................36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang menular

dan menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah[ CITATION

Nur16 \l 1057 ]. Penyakit tifoid sering terjadi pada anak sampai orang dewasa [

CITATION Sar17 \l 1057 ]. Penularan penyakit demam tifoid ditularkan melalui

makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella

typhi[ CITATION Pra18 \l 1057 ]. Gejala seorang anak yang terinfeksi oleh

kuman salmonella diantaranya diawali dengan perasaan tidak enak badan,

lesu, nyeri kepala, tidak nafsu makan yang disebabkan luka pada usus

sehingga nutrisi untuk tubuh berkurang, kemudian mengalami demam.

Dampak yang muncul demam akan lebih tinggi pada sore dan malam hari

daripada pagi atau siang hari dan berlangsung lebih dari seminggu, demam

bersifat naik turun. Pada minggu kedua demam terus tinggi sehingga lidah

sering kotor, mulut berbau serta bibir pecah-pecah. Dampak tersebut akan

menjadi masalah hipertermi[ CITATION Mah16 \l 1057 ]. Demam tifoid banyak

ditemukan dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di

pedesaan. Penyakit demam tifoid berkaitan erat dengan sanitasi lingkungan

yang kurang, hygiene pribadi dan perilaku masyarakat[ CITATION Mut16 \l

1057 ].

WHO menyatakan penyakit demam tifoid di dunia mencapai 11- 20 juta

kasus per tahun yang mengakibatkan sekitar 128.000 - 161.000 kematian

1
setiap tahunnya[CITATION WHO18 \t \l 1057 ]. Penyakit ini mencapai tingkat

prevalensi 358 - 810/100.000 penduduk di Indonesia. Kasus demam tifoid

ditemukan di Jakarta sekitar 182,5 kasus setiap hari. Diantaranya, sebanyak

64% infeksi demam tifoid terjadi pada penderita berusia 3 - 19 tahun

(Typhoid Fever: Indonesia’s Favorite Disease, 2016). Berdasarkan data

Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Kementerian Kesehatan

tahun 2016, kasus demam tifoid di Jawa Tengah cenderung fluktuatif. Pada

tahun 2014 terdapat 17.606 kasus, turun pada tahun 2015 terdapat 13.397

kasus, dan naik kembali pada tahun 2016 menjadi 244.071 kasus. Beberapa

Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 ke-3 dengan jumlah penderita

sebanyak 41.081 orang yaitu 19.706 laki-laki dan 21.375 perempuan.

Sebanyak 274 penderita meninggal dunia [ CITATION Ang18 \l 1057 ]. Hasil

data yang diperoleh dari Ruang Rekam Medis (2019) menunjukan terdapat

69 kasus demam typhoid yang terjadi di RSUD Kabupaten Temanggung pada

tahun 2018, dan 62 kasus pada tahun 2019 pada bulan Januari sampai dengan

September.

Faktor yang dapat menyebabkan masyarakat terkena demam tifoid

merupakan rendahnya pengetahuan tentang kebersihan diri seperti tidak

mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, kebiasaan

makan di luar rumah, pola istirahat, rendahnya tingkat pendidikan, dan

riwayat kontak langsung dengan seseorang yan terinfeksi demam tifoid,

sehingga dapat menyebabkan vektor menularkan melalui makanan yang

terkontaminasi bakteri salmonella typhi. Faktor lain yang berpengaruh adalah

sanitasi lingkungan yang belum sesuai seperti kualitas sumber air bersih,

2
kualitas jamban keluarga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan

pengelolaan makanan dan minuman rumah tangga. Personal hygiene, riwayat

kontak langsung dan sanitasi lingkungan merupakan salah satu penyebab

terjadinya kejadian demam tifoid dapat terlihat dari keadaan sanitasi

lingkungan yang masih kurang memadai [CITATION Kar191 \t \l 1057 ].

Upaya penanganan demam terbagi menjadi dua tindakan yaitu tindakan

farmakologis dan non farmakologis. Tindakan farmakologis yaitu tindakan

pemberian obat sebagai penurun demam atau yang sering disebut dengan

antipiretik. Tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan dengan

pemberian kompres hangat atau water tepid sponge. Menurut[ CITATION

Bul18 \l 1057 ] dalam NIC (Nursing Interventions Classifications) yaitu

intervensi aplikasi panas atau dingin. Aplikasi panas atau dingin merupakan

stimulasi kulit dan jaringan dibawahnya dengan menggunakan aplikasi panas

atau dingin untuk mengurangi rasa sakit, kejang otot, atau gejala peradangan.

Water tepid sponge merupakan suatu prosedur untuk meningkatkan kontrol

kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi, yang biasanya

dilakukan pada pasien yang mengalami demam tinggi. Rata-rata suhu tubuh

sebelum pemberian sponge bath 37,60C dan suhu tubuh sesudah pemberian

sponge bath 37,30C turun sebesar 0,30C yang dilakukan selama 15

menit[ CITATION Zah17 \l 1057 ] . Tujuan dilakukan tindakan tepid sponge yaitu

untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien yang mengalami hipertermia

[ CITATION Hid14 \l 1057 ]. Water tepid sponge merupakan contoh dari aplikasi

panas atau dingin yang artinya sebuah teknik kompres blok pada pembuluh

darah superfisal dengan teknik seka[ CITATION Eni16 \l 1057 ]. Berdasarkan

3
penelitian peningkatan suhu tubuh pada anak lebih efektif dilakukan tindakan

tepid sponge yang dapat menurunkan suhu sebesar 0,7°C, dibandingkan

dengan menggunakan kompres hangat yang dapat menurunkan suhu 0,5°C,

namun dalam melakukan tindakan tepid sponge anak sering merasa tidak

nyaman[CITATION War16 \t \l 1057 ].

1.2 Rumusan Masalah

Apakah penerapan metode water tepid sponge efektif untuk

menurunkan suhu tubuh pada anak hipertermi berdasarkan studi empiris

dalam lima tahun terakhir ?

1.3 Tujuan

Mengidentifikasi efektivitas penerapan metode water tepid sponge

terhadap penurunan suhu tubuh pada anak hipertermi berdasarkan studi

empiris dalam lima tahun terakhir.

4
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Demam Tifoid

2.1.1 Pengertian Demam Tifoid

Demam tifoid atau Typhoid fever merupakan suatu penyakit infeksi

akut yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Demam tifoid

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena

penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,

kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar

kebersihan industri pengolahan makanan yang masih rendah. Penularan

penyakit ini hampir selalu melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi[ CITATION Paw08 \l 1057 ].

Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh

salmonella typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang

terkontaminasi. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada

usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan

kesadaran [ CITATION Mag16 \l 1057 ]. Salah satu penyakit menular yang

terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di banyak

negara berkembang yaitu demam tifoid [ CITATION Pat18 \l 1057 ]. Dalam

masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama tipes atau thypus, tetapi

dalam dunia kedokteran disebut typhoid fever atau thypus abdominalis

5
karena berhubungan dengan usus didalam perut [CITATION WHO182 \t \l

1057 ].

2.1.2 Etiologi

Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman salmonella

typhi[CITATION WHO18 \t \l 1057 ]. Salmonella enterica serotype typhi

adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang, berflagela yang satu-

satunya reservoar adalah tubuh manusia. Bakteri menyebar dari usus

untuk menyebabkan penyakit sistemik[CITATION Ash19 \l 1057 ].

2.1.3 Patofisiologi

Salmonella typhi merupakan bakteri yang dapat hidup di dalam

tubuh manusia. Manusia yang terinfeksi bakteri salmonella typhi dapat

mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam

jangka waktu yang bervariasi[ CITATION Ard19 \l 1057 ]. Infeksi

salmonella enterica serotype typhi pada orang sehat berkisar antara

1.000 dan 1 juta organisme tetapi tergantung kondisi imun tubuh

manusia[ CITATION Ash19 \l 1057 ].

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses mulai dari

penempelan bakteri ke lumen usus, bakteri bermultiplikasi di makrofag

Peyer’s patch, bertahan hidup di aliran darah, dan menghasilkan

enterotoksin yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke lumen

intestinal. Bakteri salmonella typhi bersama makanan atau minuman

masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung

dengan suasana asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih

hidup akan mencapai usus halus, melekat pada sel mukosa kemudian

6
menginvasi dan menembus dinding usus tepatnya di ileum dan jejunum.

Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch merupakan tempat

bertahan hidup dan multiplikasi salmonella typhi. Bakteri mencapai

folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa usus. Tukak

dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Kemudian

mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang

melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan Reticulo Endothelial

System (RES) di organ hati dan limpa. Setelah periode inkubasi,

salmonella typhi keluar dari habitatnya melalui duktus torasikus masuk

ke sirkulasi sistemik mencapai hati, limpa, sumsum tulang, kandung

empedu, dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Ekskresi bakteri di

empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui

feses. Endotoksin merangsang makrofag di hati, limpa, kelenjar limfoid

intestinal, dan mesenterika untuk melepaskan produknya yang secara

lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel hati dan secara

sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid[ CITATION

Ard19 \l 1057 ].

Penularan salmonella typhi sebagian besar jalur fecal-oral, yaitu

melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri yang

berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama

dengan feses. Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari seorang

ibu hamil yang berada pada keadaan bakterimia kepada bayinya

[ CITATION Pru161 \l 1057 ].

2.1.4 Tanda dan Gejala

7
a. Masa Inkubasi

Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada

umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala

penyakit tidaklah khas, berupa[ CITATION Har12 \l 1057 ] :

1. Anoreksia

2. Rasa malas

3. Sakit kepala bagian depan

4. Nyeri otot

5. Lidah kotor

6. Gangguan perut

b. Gambaran Klasik Demam Tifoid (Gejala Khas)

Menurut Soedarto (2015) gambaran klinis klasik yang sering

ditemukan pada penderita tifoid dapat dikelompokkan pada gejala

yang terjadi pada minggu pertama, minggu kedua, minggu ketiga

dan minggu keempat sebagai berikut:

1) Minggu Pertama (awal infeksi)

Demam tinggi lebih dari 40oC, nadi lemah bersifat dikrotik,

denyut nadi 80- 100 per menit.

2) Minggu Kedua

Suhu badan tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah

tampak kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah

menurun dan limpa teraba.

3) Minggu Ketiga

8
Keadaan penderita membaik jika suhu menurun, gejala dan

keluhan berkurang. Sebaliknya kesehatan penderita memburuk

jika masih terjadi delirium, stupor, pergerakan otot yang terjadi

terus-menerus, terjadi inkontinensia urine atau alvi. Selain itu

tekanan perut meningkat. Terjadi meteorismus dan timpani,

disertai nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps

akhirnya meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi

miokardial toksik.

4) Minggu Keempat

Penderita yang keadaannya membaik akan mengalami

penyembuhan.

5) Kekambuhan

Seorang yang sudah sembuh dari demam tifoid dapat beresiko

mengalami kekambuhan. Kekambuhan ini terjadi sehubungan

dengan pengobatan yang tidak adekuat baik dosis atau lamanya

pemberian antibiotika. Kekambuhan dapat timbul dengan gejala

klinis yang lebih ringan atau lebih berat[CITATION Kem16 \l

1057 ]. Sekitar 1% hingga 5% pasien akan menjadi pembawa

kronis salmonella typhi meskipun terapi antimikroba yang

memadai [ CITATION Ash19 \l 1057 ].

6) Sumber Penularan dan Cara Penularan

Sumber penularan demam tifoid tidak selalu harus penderita

yang sedang sakit. Ada penderita yang sudah mendapat

pengobatan dan sembuh, tetapi di dalam air seni dan fesesnya

9
masih mengandung bakteri tanpa diikuti gejala klinis

(asimtomatik). Penderita ini disebut sebagai pembawa atau

karier. Meski tidak lagi menderita penyakit demam tifoid, orang

ini masih dapat menularkan penyakit pada orang lain[ CITATION

Sud16 \l 1057 ].

Cara penularan tifoid adalah melalui melalui fecal-oral. Bakteri

salmonella typhi menular ke manusia melalui makanan dan

minuman yang dikonsumsi yang telah tercemar oleh komponen

feses atau urin dari pengidap tifoid[ CITATION Kem16 \l 1057 ].

Bakteri salmonella typhi bersama makanan atau minuman

masuk ke dalam tubuh melalui mulut melewati lambung dengan

suasana asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih

hidup akan mencapai usus halus, melekat pada sel mukosa

kemudian menginvasi dan menembus dinding usus tepatnya di

ileum dan jejunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s

patch merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi

salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus

menimbulkan tukak pada mukosa usus. Tukak dapat

mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Kemudian

mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang

melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan Reticulo

Endothelial System (RES) di organ hati dan limpa. Setelah

periode inkubasi, salmonella typhi keluar dari habitatnya

melalui duktus torasikus masuk ke sirkulasi sistemik mencapai

10
hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s

patch dari ileum terminal. Ekskresi bakteri di empedu dapat

menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui feses.

Endotoksin merangsang makrofag di hati, limpa, kelenjar

limfoid intestinal, dan mesenterika untuk melepaskan produknya

yang secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel

hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam

tifoid[ CITATION Ard19 \l 1057 ].

Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan

pada penularan demam tifoid adalah[ CITATION Kem16 \l 1057 ] :

1. Personal hygiene yang rendah, seperti budaya cuci tangan

yang tidak terbiasa. Hal ini jelas pada anak-anak, penyaji

makanan serta pengasuh anak.

2. Hygiene makanan dan minuman yang rendah. Faktor ini

paling berperan pada penularan demam tifoid. Banyak sekali

contoh untuk ini diantaranya: makanan yang dicuci dengan

air yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-

buahan), sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia,

makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi

lalat, air minum yang tidak masak, dan sebagainya.

3. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air

limbah, kotoran, dan sampah, yang tidak memenuhi syarat-

syarat kesehatan.

4. Penyediaan air bersih untuk warga yang tidak memadai.

11
5. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.

6. Pasien atau karier demam tifoid yang tidak diobati secara

sempurna.

7. Belum membudaya program imunisasi untuk demam tifoid.

2.1.5 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis demam tifoid, dapat ditentukan

melalui tiga dasar diagnosis, yaitu berdasar diagnosis klinis, diagnosis

mikrobiologis, dan diagnosis serologis[ CITATION Soe15 \l 1057 ].

a. Diagnosis Klinis

Diagnosis klinis adalah kegiatan anamnesis dan pemeriksaan fisik

untuk mendapatkan sindrom klinis demam tifoid. Diagnosis klinis

adalah diagnosis kerja yang berarti penderita telah mulai dikelola

sesuai dengan managemen demam tifoid[ CITATION Kem16 \l 1057 ].

b. Diagnosis Mikrobiologis

Metode ini merupakan metode yang paling baik karena spesifik

sifatnya. Pada minggu pertama dan minggu kedua biakan darah dan

biakan sumsum tulang menunjukkan hasil positif, sedangkan pada

minggu ketiga dan keempat hasil biakan tinja dan biakan urine

menunjukkan positif kuat[ CITATION Soe15 \l 1057 ].

c. Diagnosis Serologis

Tujuan metode ini untuk memantau antibodi terhadap antigen O dan

antigen H, dengan menggunakan uji aglutinasi Widal[ CITATION

Soe15 \l 1057 ]. Antigen somatik, atau "O" (Ohne), yang terletak di

lapisan luar tubuh kuman. Struktur kimianya terdiri dari

12
lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100 °C

selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer. Sedangkan Antigen

flagellar, atau antigen "H" (Hauch), terbuat dari protein yang disebut

flagellin. merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau

fili salmonella typhi dan berstruktur kimia protein. Salmonella typhi

mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki beberapa

salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu

60 °C dan pada pemberian alkohol atau asam.

a. Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu): dinyatakan

positif (+).

b. Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah

ada kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan positif (+).

c. Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung

dinyatakan positif (+) pada pasien dengan gejala klinis khas.

(Bakr WM et al., 2011).

2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu pemberian antibiotik,

istirahat dan perawatan, dan diet dan terapi penunjang[ CITATION

Sud16 \l 1057 ].

a. Pemberian Antibiotik

Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab tifoid.

Obat yang sering dipergunakan adalah[ CITATION Kem16 \l 1057 ] :

1. Kloramfenikol

Dewasa : 4 x 500 mg (2 gr) selama 14 hari

13
Anak : 50-100 mg/Kg BB/hr. Maksimal 2 gr selama 10-14 hari

dibagi 4 dosis.

2. Seftriakson

Dewasa : 2-4 gr/hr selama 3-5 hari

Anak : 80 mg/Kg BB/hr. Dosis tunggal selama 5 hari

3. Ampisilin dan Amoksisilin

Dewasa : 3-4 gr/hr selama 14 hari

Anak : 100 mg/Kg BB/hr selama 10 hari

4. TMP – SMX (Kotrimoksasol)

Dewasa : 2 x (160-800) mg selama 14 hari

Anak : TMP 6-10 mg/Kg BB/hr atau SMX 30-50 mg/Kg/hr

selama 10 hari

5. Quinolone

- Siprofloksasin : 2 x 500 mg 7 hari

- Ofloksasin : 2 x (200-400) 7 hari

- Pefloksasin : 1 x 400 mg 7 hari

- Fleroksasin : 1 x 400 mg 7 hari

6. Cefixime

Anak : 15-20 mg/Kg BB/hr dibagi 2 dosis selama 10 hari

7. Tiamfenikol

Dewasa : 4 x 500 mg

Anak : 50 mg/Kg BB/hr selama 5-7 hari bebas panas

2.1.7 Istirahat dan Perawatan

14
Tirah baring dan perawatan bertujuan untuk mencegah untuk

mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya

ditempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, dan buang air

besarakan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam

perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan

perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk

mencegah decubitus dan pneumonia ortostatik serta personal hygiene

tetap perlu diperhatikan dan dijaga[ CITATION Sud16 \l 1057 ].

2.1.8 Diet dan Terapi Penunjang

Penatalaksanaan ini untuk mengembalikan rasa nyaman dan

kesehatan pasien secara optimal. Pemberian diet diatur secara bertahap

untuk menghindari komplikasi pendarahan saluran cerna atau

perforasi usus. Pada tahap awal penderita diberi diet bubur saring,

kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan

nasi, yang perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat

kesembuhan pasien [ CITATION Sud16 \l 1057 ].

2.1.9 Cara Pencegahan

Tindakan preventif sebagai upaya pencegahan penularan dan

peledakan kejadian luar biasa (KLB) demam tifoid mencakup banyak

aspek mulai dari segi kuman salmonella typhi sebagai agen penyakit

dan faktor penjamu (host) serta faktor lingkungan. Secara garis besar

ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu:

a. Identifikasi dan eradikasi salmonella typhi pada pasien demam

tifoid asimtomatik, karier, dan akut.

15
Cara pelaksanaannya dapat secara aktif yaitu mendatangi

sasaran maupun pasif menunggu bila ada penerimaan pegawai di

suatu instalasi atau swasta. Sasaran aktif lebih diutamakan pada

populasi tertentu seperti pengelola sarana makanan-minuman baik

tingkat usaha rumah tangga, restoran, hotel sampai pabrik beserta

distributornya. Sasaran lainnya adalah terkait dengan pelayanan

masyarakat, yaitu petugas kesehatan, guru, petugas kebersihan,

pengelola sarana umum lain[ CITATION Sud16 \l 1057 ].

b. Pencegahan transmisi langsung dari penderita terinfeksi

salmonella typhi akut maupun karier.

Kegiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik maupun di

rumah dan lingkungan sekitar orang yang telah diketahui pengidap

kuman salmonella typhi[ CITATION Sud16 \l 1057 ].

c. Proteksi pada orang yang beresiko tinggi tertular dan

terinfeksi.

Sarana proteksi pada populasi ini dilakukan dengan cara

vaksinasi demam tifoid di daerah endemik maupun hiperendemik.

Sasaran vaksinasi tergantung daerah endemis atau non-endemis,

tingkat resiko tertularnya yaitu berdasarkan tingkat hubungan

perorangan dan jumlah frekuensinya, serta golongan individu

beresiko yaitu golongan imuno kompromais maupun golongan

rentan[ CITATION Sud16 \l 1057 ].

Tindakan preventif berdasarkan lokasi daerah, yaitu:

1. Daerah non-endemik

16
Tanpa ada kejadian outbreak atau epidemi demam tifoid

a. Sanitasi air dan kebersihan lingkungan

b. Penyaringan pengelola pembuatan atau distributor atau

penjualan makanan-minuman

c. Pencarian dan pengobatan kasus demam tifoid karier bila

ada kejadian epidemi demam tifoid:

1. Pencarian dan eliminasi sumber penularan

2. Pemeriksaan air minum dan mandi-cuci-kakus

3. Penyuluhan hygiene dan sanitasi pada populasi umum

daerah tersebut.

2. Daerah endemik

a. Memasyarakatkan pengelolaan bahan makanan dan minuman

yang memenuhi standar prosedur kesehatan, perebusan > 57

°C, iodisasi, dan klorinisasi.

b. Masyarakat pengunjung ke daerah ini harus minum air yang

telah memenuhi pendidihan, menjauhi makan segar (sayur

atau buah).

c. Vaksinasi secara menyeluruh pada masyarakat setempat

maupun masyarakat pengunjung[ CITATION Sud16 \l 1057 ].

2.2 Kompres Tepid Sponge Water

2.2.1 Pengertian Kompres Tepid Sponge Water

Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang

menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial

dengan teknik seka[ CITATION Alv18 \l 1057 ]. Kompres tepid sponge

17
bekerja dengan cara vasodilatasi (melebarnya) pembuluh darah perifer

diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan

sekitar akan lebih cepat, dibandingkan hasil yang diberikan oleh

kompres hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari stimulus

hipotalamus[ CITATION Dew18 \l 1057 ] . Tepid sponge merupakan suatu

prosedur untuk meningkatkan kontrol kehilangan panas tubuh melalui

evaporasi dan konduksi, yang biasanya dilakukan pada pasien yang

mengalami demam tinggi[CITATION War161 \t \l 1057 ].

Sponge basah yang hangat adalah cara lain yang dianjurkan untuk

mengurangi suhu tubuh yang tinggi karena infeksi (hipertermia).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa kompres hangat memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap penurunan suhu tubuh akibat

demam. Anak yang sedang demam sebaiknya diberikan lingkungan

yang senyaman mungkin, orang tua perlu mendampingi anak selama

demam agar anak merasa nyaman dan aman. Selain itu berikan

minuman yang lebih banyak dari biasanya, mengingat adanya

penguapan cairan yang berlebihan melalui keringat. Kegiatan fisik tidak

perlu dibatasi kecuali untuk aktifitas fisik yang berat. Termasuk dalam

pembatasan makanan, tetapi cobalah untuk memberikan anak makanan

dengan gizi yang seimbang[ CITATION Sod12 \l 1057 ].

2.2.2 Manfaat Kompres

Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan

sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Sistem efektor

mengeluarkan sinyal untuk berkeringat dan vasodilatasi perifer.

18
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan energi atau

panas melalui keringat karena seluruh tubuh dan kulit dikompres atau

dibilas dengan air. Kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk

keseimbangan suhu tubuh, sehingga dengan membilas seluruh tubuh

atau kulit menyebabkan kulit mengeluarkan panas dengan cara

berkeringat dan dengan berkeringat suhu tubuh yang awalnya

meningkat menjadi turun bahkan sampai mencapai batas

normal[ CITATION Cor17 \l 1057 ]. Pada prinsipnya pemberian tepid

sponge dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses penguapan dan

dapat memperlancar sirkulasi darah, sehingga darah akan mengalir dari

organ dalam kepermukaan tubuh dengan membawa panas. Kulit

mempunyai banyak pembuluh darah, terutama tangan, kaki dan telinga.

Aliran darah melalui kulit dapat mencapai 30% dari darah yang

dipompakan jantung. Kemudian panas berpindah dari darah melalui

dinding pembuluh darah kepermukaan kulit dan hilang kelingkungan

sehingga terjadi penurunan suhu tubuh[CITATION Pot16 \l 1057 ].

a. Langkah-langkah Kompres Hangat (Tepid Sponge Water)

Menurut Sodikin (2012) langkah-langkah pemberian kompres

adalah sebagai berikut:

1.Beri kesempatan anak untuk menggunakan urinal atau pispot

sebelum kompres dilakukan

2.Ukur suhu tubuh anak dan catat

3.Buka seluruh pakaian anak

4.Lakukan:

19
a) Basahi kedua handuk mandi besar dengan air hangat, peras

sehingga handuk lembab.

b) Letakkan perlak di atas tempat tidur, kemudian letakkan handuk

yang lembab.

c) Tidurkan anak pada handuk lembab, kemudian tutup bagian atas

badan anak dengan handuk lembab lainnya, diamkan kurang

lebih 5 menit.

d) Ganti secara bergilir bagian handuk bawah dan atas setelah suhu

dingin.

e) Lakukan prosedur a-d secara teratur 2-4 kali dengan melihat

kondisi anak.

f) Hentikan prosedur jika anak kedinginan atau menggigil, atau

segera setelah suhu tubuh anak mendekati normal.

g) Pakaikan anak baju yang tipis dan mudah menyerap keringat.

b. Lama pemberian kompres

1. Kompres 10 menit

Hasil penelitian Kusnanto, Ika, dan Indah (2008) yang

berjudul “Efektifitas tepid sponge bath suhu 32°C dan 37°C

dalam menurunkan suhu tubuh anak demam di ruang anggrek

RSU Dr. Iskak Tulungagung” yang didapatkan hasil bahwa

pemberian tepid sponge bath dengan menggunakan air hangat

suhu 32°C menunjukan rerata penurunan suhu tubuh sebesar

0,523°C dan rerata penurunan suhu tubuh setelah dilakukan

pemberian tepid sponge bath dengan air hangat dengan suhu 37°C

20
sebesar 0,815°C yang dilakukan selama 10 menit. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa pemberian tepid sponge bath menggunakan

suhu 32°C atau 37°C selama 10 menit efektif menurunkan suhu

tubuh pada anak demam, hal ini ditunjukan dengan analisis

statistik dengan menggunakan mann whitney u test yang

menunjukan p=0,016.

2. Kompres 15 menit

Hasil penelitian (Zahroh dan Ni’matul (2017) yang berjudul

“Efektifitas pemberian kompres air hangat dan sponge bath

terhadap perubahan suhu tubuh pasien anak gastroenteritis” yang

didapatkan hasil bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum diberikan

kompres hangat 37,40C dan suhu sesudah pemberian kompres

hangat 37,30C turun sebesar 0,10C. Sedangkan rata-rata suhu

tubuh sebelum pemberian sponge bath 37,60C dan suhu tubuh

sesudah pemberian sponge bath 37,30C turun sebesar 0,30C yang

dilakukan selama 15 menit. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

sponge bath yang dilakukan selama 15 menit lebih efektif

terhadap penurunan suhu gastroenteritis daripada kompres

hangat, hal ini didapatkan dari standar deviasi (SD) post kompres

air hangat sebesar 0,483 sedangkan SD sponge bath 0,675. Hasil

penelitian Wardiyah, Setiawati, dan Dwi (2016) yang berjudul

“Perbandingan efektifitas pemberian kompres hangat dan tepid

sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami

demam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung” yang

21
didapatkan hasil rata-rata suhu tubuh sebelum diberi tindakan

kompres hangat adalah 38,50C, sesudah diberi kompres hangat

turun sebesar 0,50C menjadi 38,00C sedangkan rata-rata suhu

tubuh sebelum diberi tindakan tepid sponge adalah 38,80C,

sesudah diberi kompres tepid sponge turun sebesar 0,80C menjadi

38,00C. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan efektifitas

penurunan suhu tubuh pada kompres hangat dan tepid sponge

yang diberikan selama 15 menit dengan hasil uji statistik

independen tsample T Test dengan nilai p-value = 0,003 pada

alpha 5%.

3. Kompres 20 menit

Hasil penelitian Maling, Sri, dan Syamsul (2012) yang

berjudul “Pengaruh kompres tepid sponge hangat terhadap

penurunan suhu tubuh anak umur 1-10 tahun dengan hipertermi

di RS Tugurejo Semarang” yang didapatkan hasil nilai rata-rata

suhu tubuh sebelum diberikan tepid sponge sebesar 38,50C

dengan standar deviasi 0,40C. Nilai rata-rata setelah diberikan

tepid sponge sebesar 37,10C dengan standar deviasi 0,50C

sehingga dapat diketahui ada penurunan nilai rata - rata suhu

tubuh sebesar 1,40C dengan hasil analisis wilcoxon didapatkan

nilai p-value sebesar 0,0001 (<0,05) sehingga dapat disimpulkan

terjadi penurunan suhu tubuh setelah diberikan tepid sponge

selama 20 menit. Hasil penelitian Bardu dan Tito (2015) yang

berjudul “Perbandingan efektifitas tepid sponging dan plester

22
kompres dalam menurunkan suhu tubuh pada anak usia balita

yang mengalami demam di Puskesmas Salaman 1 Kabupaten

Magelang” yang didapatkan hasil rata-rata suhu tubuh sebelum

diberikan tepid sponging 38,140C, ratarata suhu tubuh setelah

diberikan tepid sponging adalah 37,050C dan rata-rata jumlah

penurunan suhu tubuh adalah 1,080C sedangkan ratarata suhu

tubuh sebelum diberikan plester kompres 38,060C, sesudah

diberikan 37,460C dan rata-rata jumlah penurunan suhu adalah

0,600C. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan suhu tubuh

antara pemberian tepid sponging dan plaster kompres dengan

jumlah selisih penurunan suhu tubuh 0,410C yang dilakukan

selama 20 menit.

2.2.3 Kerangka Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori comfort,

menurut Kolcaba (2003) cit Hasanah (2013) menjelaskan bahwa

comfort adalah perasaan atau pengalaman langsung yang diperkuat

dengan perasaan lega, kemudahan dan transendensi bertemu dalam

empat konteks (fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan). Teori

kolcaba (2003) cit Hasanah (2013) menjelaskan bahwa klien memiliki 3

kebutuhan, yaitu:

a. Relief (lega) didefinisikan sebagai pengalaman pasien yang telah

memiliki kebutuhan kenyamanan tertentu terpenuhi

b. Ease (nyaman) didefinisikan sebagai keadaan tenang atau kepuasan

23
c. Renewal/transcendence (pembaharuan/transendensi) didefinisikan

sebagai kondisi dimana orang bisa bangkit atau sembuh dari masalah

atau rasa sakit.

Keadaan dimana comfort terjadi menurut Kolcaba (2003) cit

Wirastri, Nani, dan Elfi (2014) :

a. Fisik: berkaitan dengan sensasi tubuh, mekanisme homeostatis,

fungsi kekebalan tubuh dan lain-lain.

b. Psikospiritual: berkaitan dengan kesadaran internal diri, termasuk

seksualitas, harga diri, identitas, keberartian dalam hidup seseorang

dan seseorang yang mengerti hubungan ke suatu tatanan yang lebih

tinggi.

c. Lingkungan: berkaitan dengan pengalaman masa lalu manusia

(temperatur, cahaya, suara, bau, warna, dan lain-lain).

d. Sosiokultural: berkaitan dengan hubungan interpersonal keluarga

dan masyarakat juga tradisi keluarga, ritual dan praktik-praktik

keagamaan.

Tipe perawatan dalam teori comfort Kolcaba (2003) cit Hasanah

(2013) meliputi: technical, coaching dan comforting. Technical adalah

tindakan technical yang dirancang untuk mempertahankan homeostatis

dan mengelola rasa sakit. Dalam penelitian ini teknik technical

digunakan untuk memberikan rasa nyaman pada pasien demam yang

dilakukan dengan penerapan kompres tepid sponge water. Coaching

adalah tindakan yang dirancang untuk mengurangi kecemasan,

memberikan jaminan dan informasi, menumbuhkan harapan,

24
mendengarkan dan membantu merencanakan realistis untuk pemulihan.

Comforting adalah tindakan yang meliputi sikap dan pemberian

dukungan. Pada penelitian yang akan diteliti ini penerapan kompres

tepid sponge water pada anak demam dengan gastroenteritis akut

termasuk dalam kategori tindakan perawatan tehnical.

2.3 Konsep Anak

2.3.1 Definisi Anak

Anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali

berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa

usia dewasa dicapai lebih awal[CITATION Kem14 \l 1057 ].

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa

anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai

dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/ toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah

(2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun).

Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar

belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan

pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan

lambat[ CITATION Hid09 \l 1057 ].

2.3.2 Filosofi Keperawatan Anak

Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan

yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada

anak yang berfokus pada keluarga (family centered care), pencegahan

terhadap trauma (atraumatic care), dan manajemen kasus.

25
a. Family Centered Care

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak

mengingat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat

ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak

harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai

konstanta tetap dalam kehidupan anak[ CITATION Won02 \l 1057 ] .

Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan anak,

harus mampu menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk

pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan

langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak.

b. Atraumatic Care

Atraumatic care yang dimaksud disini adalah perawatan yang

tidak menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga.

Perawatan tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma

yang merupakan bagian dalam keperawatan anak. Dalam pemberian

water tepid sponge tidak akan menimbulkan trauma pada anak.

2.3.3 Manajemen Kasus

Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama

dalam pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya

pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi dari berbagai kasus baik yang akut maupun kronis.

Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik tentu

berdampak dalam proses penyembuhan anak, mengingat anak

memiliki kebutuhan yang spesifik, dan berbeda satu dengan yang

26
lain. Keterlibatan orang tua dalam pengelolaan kasus juga

dibutuhkan, karena proses perawatan dirumah adalah bagian

tanggung jawabnya dengan meneruskan program perawatan dirumah

sakit. Pendidikan dan keterampilan mengelola kasus pada anak

selama dirumah sakit, akan mampu meberikan keterlibatan secara

penuh bagi keluarga (orang tua)[ CITATION Hid09 \l 1057 ].

2.3.4 Prinsip-prinsip Keperawatan Anak

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang

dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan

anak. Perawat harus memahaminya, mengingat ada beberapa prinsip

yang berbeda dalam penerapan asuhan.

Diantara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut

adalah Pertama, anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai

individu yang unik. Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik

dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan.

Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang

berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang.

Ketiga, pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya

pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan

hanya mengobati anak yang sakit. Keempat, keperawatan anak

merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan

anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif

dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Untuk

mensejahterakan anak, keperawatan selalu mengutamakan

27
kepentingan anak. Kelima, praktik keperawatan anak mencakup

kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji,

mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan

menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral

(etik) dan aspek hokum (legal). Keenam, tujuan keperawatan anak

dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan

yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan

spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Ketujuh, pada

masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus

pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang

akan mempelajari aspek kehidupan anak[ CITATION Hid09 \l 1057 ].

2.3.5 Peran Perawat dalam Keperawatan Anak

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak, perawat

mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat anak diantaranya :

1. Pemberi perawatan

Peran perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan anak,

sebagai perawat anak, pemberian pelayanan keperawatan dapat

dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti

kebutuhan asah, asih, dan asuh.

2. Sebagai advocat keluarga

Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak, perawat juga

mampu sebagai advocate keluarga sebagai pembela keluarga dalam

beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien.

3. Pencegahan penyakit

28
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan

keperawatan sehingga setiap dalam melakukan asuhan keperawatan

perawat harus selalu mengutamakan tindakan pencegahan terhadap

timbulnya masalah baru sebagai dampak dari penyakit atau masalah

yang diderita.

4. Pendidikan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak, perawat harus

mampu berperan sebagai pendidik, sebab beberapa pesan dan cara

mengubah perilaku pada anak atau keluarga harus selalu dilakukan

dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan.

Melalui pendidikan ini diupayakan anak tidak lagi mengalami

gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat.

5. Konseling

Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya dengan

memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang

dialami oleh anak maupun keluarga. Berbagai masalah tersebut

diharapkan mampu diatasi dengan cepat dan diharapkan pula tidak

terjadi kesejangan antara perawat, keluarga maupun anak itu sendiri.

Konseling ini dapat memberikan kemandirian keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan.

6. Kolaborasi

Merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang

akan dilaksanakan oleh perawat dengan tim kesehatan lain.

Pelayanan keperwatan anak tidak dapat dilaksanakan secara mandiri

29
oleh tim perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan lain seperti

dokter, ahli gizi, psikolog dan lain-lain, mengingat anak merupakan

individu yang kompleks yang membutuhkan perhatian dalam

perkembangan.

7. Pengambil keputusan etik

Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang

sangat penting sebab perawat selalu berhubungan dengan anak

kurang lebih 24 jam selalu di samping anak, maka peran sebagai

pengambil keputusan etik dapat dilakukan oleh perawat, seperti akan

melakukan tindakan pelayanan keperawatan.

8. Peneliti

Peran ini sangat penting yang harus dimiliki oleh semua perawat

anak. Sebagai peneliti perawat harus melakukan kajian-kajian

keperawatan anak, yang dapat dikembangkan untuk perkembangan

teknologi keperawatan. Peran sebagai peneliti dapat dilakukan dalam

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan anak[ CITATION Hid09 \l

1057 ].

30
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Strategi Pencarian Literature

3.1.1 Framework yang digunakan

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS

Framework.

1. Population/ problem, populasi atau masalah dalam literature review ini

adalah pada anak yang mengalami masalah hipertermi.

2. Intervention, tindakan dalam literature review ini adalah pemberian

water tepid sponge.

3. Comparation, tidak ada faktor pembanding.

4. Outcome, adanya penurunan suhu tubuh.

5. Study design, menggunakan desain Quasy Eksperiment, Pre

Eksperiment , Literature Review and Systematic review.

3.1.2 Kata kunci

Pencarian artikel atau jurnal dengan memasukkan keyword dan

boolean operator (AND, OR, NOT,or AND NOT) yang digunakan untuk

memperluas atau menspesifikan pencarian, sehingga memudahkan dalam

penentuan artikel jurnal yang digunakan. Kata kunci yang dipergunakan

dalam penelitian jurnal Internasional yaitu, “hyperthermia” AND “water

31
tepid sponge” AND “children", sementara kata kunci jurnal nasional yaitu,

“hipertermi” AND “water tepid sponge” AND “anak”.

3.1.3 Database atau Search engine

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

yang diperoleh bukan dari pengamatan lansung, akan tetapi diperoleh dari

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Sumber data sekunder yang didapatkan berupa artikel atau jurnal yang

relevan dengan topik dilakukan menggunakan database melalui Google

Schoolar, Scopus, ScienceDirect yang berupa artikel atau jurnal.

3.2 Karakteristik inklusi dan eksklusi

Tabel 3.2 kriteria inklusi dan ekslusi dengan format PICOS

Kriteria Inklusi Eksklusi

Population / Problem Populasi atau masalah Jurnal nasional dan

dalam literature review internasional dari

ini adalah pada anak database yang berbeda

yang mengalami masalah dan tidak ada kaitan

hipertemi dengan variabel

penelitian
Pemberian Kompes
Intervention/ instrument Pemberian water tepid
hangat
sponge

Comparation Tidak ada faktor Tidak ada faktor

pembanding pembanding

32
Outcome Adanya penurunan suhu Adanya faktor yang

tubuh hipertermi pada mempengaruhi

anak penurunan suhu tubuh

demam tifoid pada anak


Deskriptif, Studi
Study Design Quasi eksperimental,
kasus/case study and
Pre eksperimen and
Book Chapters
Literature review/

Systematic review

Tahun Terbit Jurnal yang terbit setelah Jurnal yang terbit

tahun 2016 sebelum tahun 2016

Bahasa Bahasa Indonesia dan Selain Bahasa Indonesia

Bahasa Inggris dan Bahasa Inggris

3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

3.2.1 Hasil pencarian dan seleksi studi

Berdasarkan hasil pencarian literature review melalui publikasi

Google Scholar, Scopus, dan ScienceDirect menggunakan kata kunci jurnal

internasional yaitu “hyperthermia” AND “water tepid sponge” AND

“children” sedangkan jurnal nasional yaitu “hipertermi” AND “water tepid

sponge” AND “anak” dalam pencarian peneliti menemukan 550 jurnal yang

sesuai dengan kunci tersebut. Jurnal penelitian tersebut kemudian diskrining

sebanyak 473 jurnal dieksklusi karena terbitan tahun 2016 kebawah,

menggunakan bahasa selain bahasa inggris dan bahasa indonesia. Kemudian

jurnal dipilih kembali berdasarkan kriteria inklusi yang sudah ditentukan

33
oleh peneliti, seperti jurnal yang memiliki judul yang sama ataupun

memiliki tujuan peneliti yang hampir sama dengan penelitian ini dengan

mengidentifikasi abstrak pada jurnal – jurnal tersebut. Jurnal yang tidak

memenuhi kriteria maka dieksklusi sehingga didapatkan 13 jurnal yang akan

dilakukan ulasan pada setiap jurnalnya.

Pencarian menggunakan Excluded ( N = 77)


keyword melalui database
Google Scholar , Scopus , - Google Schoolar ( n = 60 )
ScienceDirect - Scopus ( n = 5 )
N = 550 - ScienceDirect (n = 12 )

Excluded ( N = 350 )
Seleksi jurnal 5 tahun
Problem/ populasi :
terakhir (2016-2020),
menggunakan bahasa inggris
dan bahasa indonesia - Tidak sesuai dengan topik
N = 473 ( n = 250 )
Intervention :
n=
- Pemberian Water Tepid Sponge
( n = 55)
Outcome :
Seleksi judul dan duplikat
n = 396 - Ada penurunan suhu tubuh
demam tifoid ( n = 37 )

Study design :
- Deskriptif ( n = 2)
Identifikasi abstrak - Studi kasus/case study ( n = 2)
n = 46 - Book Chapters ( n = 4 )

Jurnal akhir yang dapat Excluded ( N = 33 )


dianalisa sesuai rumusan
masalah dan tujuan - Respon tidak sesuai ( n =
n = 13 15 )
- Tujuan penelitian tidak
sesuai ( n = 18 )
34
Gambar 3.1 Diagram flow hasil pencarian dan seleksi studi

3.2.2 Daftar artikel hasil pencarian

Literature review ini disintesis menggunakan metode naratif dengan

mengelompokkan data- data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil

yang diukur untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. jurnal peneliti yang

sesuai dengan kriteria dikumpulkan dan diuat ringkasan jurnal yang meliputi

author, tahun terbit, judul, metode penelitian yang meliputi : desain

penelitian, sampling, variabel, instrumen dan analisis, hasil penelitian serta

datbase.

35
Tabel 3.4 Daftar artikel hasil pencarian

No Author Tahun Volume Judul Metode (Desain, Hasil Penelitian Database Link
Angka Sampel, Variabel,
Instrumen, Analisis)

1. Risa 2020 Vol 1, No Literature D : Tinjauan pustaka a. Memaparkan artikel Google https://ju
Yuniawati, 1 (2020) Review Metode (literature revie|) penelitian mengenai Scholar rnal.akpe
Tri Water Tepid S: SLR (systematic upaya penurunan suhu ralkautsa
Suraning Sponge Untuk literature review) atau hipertermi pada r.ac.id/in
Wulandari Mengatasi V: anak yang mengalami dex.php/
, Parmilah Masalah VI : Water Tepid demam typhoid melalui JIKKA/a
Keperawatan Sponge tindakan water tepid rticle/vie
Hipertermi Pada VD : Hipertermi sponge. w/19
Pasien Typhoid I : Observasi b. Dari penerapan water
A: Database Google tepid sponge pada
scholar, Garuda penderita demam
Garba dan PubMed typhoid menunjukan
adanya penurunan suhu.
c. Hasil penelitian water
tepid sponge mampu
menurunkan suhu tubuh
minimal 1 oC pada
pasien yang mengalami
demam dengan suhu
tubuh 40 oC, pemberian
seka dengan waktu

36
selama 15 menit, dengan
adanya seka tubuh pada
teknik tersebut akan
mempercepat
vasodilatasi pembuluh
darah perifer di sekujur
tubuh sehingga
evaporasi panas dari
kulit ke lingkungan
sekitar akan lebih cepat
dibandingkan hasil yang
diberikan oleh kompres
air hangat yang hanya
mengandalkan reaksi
dari stimulasi
hipotalamus.
http://ejo
2. Anggraeni 2019 Vol VIII Efektivitas Water D : Pre eksperimen a. Hasil penurunan dapat Google urnal.pol
Dwi Nomor 2 Tepid Sponge S: Accidental dilihat dari mean rank Scholar tekkes-
Lestari, (2019) Suhu 37 °C Dan Sampling water tepid sponge yang smg.ac.i
Bambang 50-55 Kompres Hangat V: hasil nya 22,82 °C d/ojs/ind
Sarwono, 37 °C Terhadap VI : Water tepid sedangkan hasil ex.php/j
Adi Penurunan Suhu sponge suhu dan penurunan kelompok km/articl
Isworo Hipertermia kompres hangat kompres hangat hasilnya e/view/5
VD : Penurunan Suh 38,18 °C. 846
u Hipertermia b. Hasil Uji Wilcoxon
I : Observasi mendapatkan hasil 0.001

37
A : Uji Mann (p < 0.05) yang artinya
Whitney terdapat pengaruh
tindakan water tepid
sponge terhadap
penurunan suhu pada
anak dengan hipertermia.
http://jur
3. Siti 2018 Vol. 7, Pengaruh Tepid D : Quasi a. Hasil suhu sebelum Google nal.stike
Haryani , No. 1 Sponge Terhadap eksperimental dilakukan tepid sponge Scholar scendeki
Eka Maret, Penurunan Suhu S : Pre and post test sebagian besar ( 73, 34 autamak
Adimayant 2018 Tubuh Pada with control %) berada pada suhu 38- udus.ac.i
i , Ana Anak Pra group 39 °C. d/index.
Puji Astuti Sekolah Yang V: b. Suhu tubuh setelah php/stike
Mengalami VI : Tepid sponge dilakukan tepid sponge s/article/
Demam Di Rsud VD : Penurunan sebagian besar (63 %) view/212
Ungaran Suhu tubuh berada pada suhu 37 -38
I: Observasi °C.
A : Paired T-Test c. Perbedaan suhu tubuh
anak pada uji t
berpasangan untuk
kelompok intervensi
diperoleh nilai
signifikansi 0.000 (p <
0.05). Pemberian
kompres water tepid
sponge berpengaruh
terhadap penurunan suhu

38
tuhuh.
http://eju
4. Linawati 2019 Volume Efektivitas D: Quasi Experiment a. Rata-rata nilai suhu Google rnalmala
Novikasari 13, No.2, Penurunan Suhu S: Acidental sebelum kompres hangat Scholar hayati.ac
, Edita Juni Tubuh Sampling 38,7 °C, setelah kompres .id/index
Revine 2019: Menggunakan V: hangat 37,7 °C. .php/holi
Siahaan , 143-153 Kompres Hangat VI: Penurunan suhu b. Rata-rata nilai suhu stik/artic
Maryustia Dan Water Tepid tubuh sebelum water Tepid le/view/1
na Sponge Di VD: Kompres hangat sponge 38,6 °C, setelah 035
Rumah Sakit Dkt dan Water water Tepid sponge 37,4
Tk Iv 02.07.04 tepid sponge °C.
Bandar Lampung I: Observasi. c. Hasil uji statistik
A: Uji statistik uji t didapatkan nilai p-value
independent. 0,000 < 0,05. Ada
pengaruh sebelum dan
sesudah water Tepid
sponge dengan beda
mean adalah 1,2 ºC.
Hasil uji statistik
didapatkan nilai p-value
0,000 < 0,05.
https://sc
5. Aryanti 2016 Vol 10, Perbandingan D : Quasi a. Rerata suhu tubuh anak Google holar.go
Wardiyah , No 1, Efektivitas eksperiment sebelum dilakukan Scholar ogle.co.i
Setiawati , Januari Pemberian S : Purposive pemberian kompres d/scholar
Umi 2016 : Kompres Hangat sampling hangat adalah 38,5 °C. ?
Romayati 36-44 Dan Tepid V: Rerata suhu tubuh anak

39
hl=id&a
Sponge Terhadap VI : Kompres sesudah dilakukan s_sdt=0
Penurunan Suhu Hangat dan pemberian kompres %2C5&
Tubuh Anak Tepid Sponge hangat adalah 38,0 °C. q=Perba
Yang Mengalami VD : Penurunan b. Rerata suhu tubuh anak ndingan
Demam Di Suhu tubuh sebelum dilakukan tepid +Efektifi
Ruang Alamanda anak sponge adalah 38,8 °C. tas+Pem
Rsud Dr. H. I : Observasi Rerata suhu tubuh anak berian+
Abdul Moeloek A : Dependent T test sesudah dilakukan tepid Kompres
Provinsi dan Independent T sponge adalah 38,0 °C. +Hangat
Lampung Tahun test c. Ada perbedaan rerata +Dan+T
2015 suhu tubuh sebelum dan epid+Sp
sesudah tindakan onge+Te
kompres hangat dengan rhadap+
mean 0,5 °C (p value < Penurun
α, 0,000 < 0,05). Ada an+Suhu
perbedaan rerata suhu +Tubuh
tubuh sebelum dan +Anak+
sesudah tindakan tepid Yang+M
sponge dengan mean 0,7 engalami
°C (p value < α, 0,000 < +Dema
0,05). m+Di+R
d. Ada perbedaan uang+Al
efektifitas pemberian amanda+
kompres hangat dan Rsud+Dr
tepid sponge terhadap .+H.
penurunan suhu tubuh +Abdul+
anak yang mengalami

40
Moeloek
demam (p value < α, +Provins
0,003 < 0,05). i+Lampu
ng+Tahu
n+2015
&btnG=

a. Rata-rata suhu tubuh pre https://e-


6. Aulya 2019 Vol. 14, The Difference D: Quasi test kompres hangat Google journal.u
Kartini Dg No. 3, Between the Eksperimental konvensional adalah 37,83 Scholar nair.ac.id
Karra, Special Conventional S : Purposive °C sedangkan rata-rata /JNERS/
Muh. Issue Warm Compress sampling suhu tubuh pre test article/vi
Aswar 2019 and Tepid V: kompres hangat ew/1717
Anas, Sponge VI : Komres hangat konvensional adalah 38,04 3
Muh. Technique Warm dan Kompres °C.
Anwar Compress in the Tepid Sponge b. Berdasarkan hasil
Hafid, and Body VD : Penurunan pengujian dengan
Rosdiana Temperature suhu tubuh menggunakan Univariate-
Rahim Changes of I : Observasi General Linear Model
Pediatric Patients A : Uji General didapatkan nilai p <α
with Typhoid Linear Model- (0,03 <0,05) yang
Fever Univariate. menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan antara
kompres hangat
konvensional dengan
teknik tepid sponge ( H0

41
ditolak).
c. Hasil uji signifikansi
dengan menggunakan
General pengukuran
berulang model linier
(nilai p 0,03 untuk hangat
konvensional kompres dan
nilai p 0,01 pada teknik
kompres hangat spons
hangat).

7. Witri 2020 Vol 2 No Tepid sponge and D: Quasi-experiment a.Hasil suhu tubuh anak Google https://ju
Hastuti , 2, June sponge bath to S: Purposive sebelum teknik tepid Scholar rnal.uni
Novi 2020/ change body sampling sponge memiliki suhu mus.ac.i
Murdiana page 15- temperature V: terendah 37,8 °C dan suhu d/index.
Sari, Indah 18 children with VI: Tepid sponge dan tertinggi 39 °C. php/SEA
Wulanings dengue fever sponge bath Sedangkan suhu tubuh NR/articl
ih VD: Penurunan suhu anak setelah teknik tepid e/view/5
tubuh sponge memiliki suhu 685
I: Observasi terendah 37,5 °C dan suhu
A: Paired T Test, tertinggi 38,7 °C.
Wilcoxon and
Mann Whitney b. Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan
antara suhu tubuh anak

42
sebelum dan sesudah
“teknik tepid sponge” (p
<0,05). Disimpulkan
bahwa “teknik tepid
sponge” mampu
menurunkan suhu tubuh
anak sebesar 0,2 °C.

c. Hasil suhu tubuh anak


sebelum teknik mandi
spons memiliki suhu
terendah 37,9 °C dan suhu
tertinggi 40°C. Sedangkan
suhu tubuh anak setelah
teknik sponge bath
memiliki suhu terendah 37
°C dan suhu tertinggi 39,5
°C.

d. Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan
antara suhu tubuh anak
sebelum dan sesudah
teknik mandi spons (p
<0,05). Disimpulkan
bahwa “teknik mandi

43
spons” mampu
menurunkan suhu tubuh
anak sebesar 0,09 °C.

8. Heriaty 2019 Volume : Pengaruh D : Quasi a. Hasil penelitian dengan Google http://ejo
Berutu, II1 No : 6 Kompres Tepid Eksperimen keenam subyek Scholar urnal.ak
Sst, Mkm Desembe Water Sponge S : One group pre mengalami demam perkesda
r 2019 Terhadap post test design sebelum dilakukan m-
Penurunan Suhu V: kompres Tepid Water binjai.ac.
Tubuh Pada VI : Kompres Tepid Sponge dengan suhu pada id/index.
Anak Yang Water Sponge subyek I yaitu 39 ºC. php/Jur_
Mengalami VD : Penurunan subyek II dengan suhu Kes_Da
Hipertermi Di suhu tubuh 38,6 ºC, subyek III dengan m/article
Ruang Melur I : Observasi suhu 38 ºC, subyek IV /view/74
Rumah Sakit A : Uji t dengan suhu 37,8 ºC,
Umum Daerah subyek V dengan suhu
Sidikalang 37,8 ºC, subyek VI dengan
suhu 38 ºC.
b.Setelah dilakukan
kompres Tepid Water
Sponge pada keenam
subyek maka terdapat
penurunan suhu yaitu pada
subyek I turun menjadi 37
ºC, subyek II menjadi 37,3

44
ºC, subyek III menjadi 37
ºC, subyek IV menjadi 37
ºC, subyek V menjadi 36,5
ºC, subyek VI menjadi 37
ºC.
c.Hal ini membuktikan
bahwa kompres tepid
water sponge ada
pengaruh untuk
menurunkan suhu tubuh
pada pasien hipertermi.

9. Riska 2020 Vol 12 Differences in D : Quasy a.Hasil suhu rata-rata Scopus http://w
Hediya the Effectiveness experiment sebelum kompres hangat ww.ijpro
Putri1 , of Warm S : Accidental adalah 38,4 ºC setelah nline.co
Yetty Dwi Compresses with Sampling kompres hangat adalah m/View
Fara , Water Tepid V: 37,5 ºC. ArticleD
Rusmala Sponge in VI : Kompres hangat b.Suhu rata-rata sebelum etail.asp
Dewi , Reducing Fever dan water spons air hangat adalah x?
Komalasar in Children: A tepid sponge 38,6 ºC dan setelah spons ID=1836
i, Riona Study Using a VD : Penurunan air hangat adalah 37,3 ºC. 4
Sanjaya , Quasi- suhu tubuh c.Ada pengaruh antara
Hamid Experimental I : Observasi sebelum dan sesudah
Mukhlis Approach A:Kolmogorov kompres hangat dengan
Smirnov perbedaan rata-rata 0.85
ºC (p-value 0.001).
d. Ada pengaruh sebelum

45
dan sesudah spons air
hangat dengan perbedaan
rata-rata 1,36 ºC (p-value
0,001).
e.Ada perbedaan antara
kompres hangat dan spons
air hangat, yaitu 0,25 ºC.

10. Dwi 2021 Volume Effectiveness Of D : Quasi- a.Suhu tubuh rata-rata Google https://k
Hastuti, 2021 Tepid Sponge experimental sebelum dan sesudah Scholar nepublis
Dewi Compresses And diberikan kompres tepid hing.co
Ummu Plaster S: Pre and post test sponge adalah 38,75 ºC m/index.
Kulsum, Compresses On two design dan 38,08 ºC dengan php/KnE
Siti Child Typhoid groups perbedaan temperatur 0,67 -
Rahmawat Patients with ºC. Life/artic
i Ismuhu, Fevers V: b.Sedangkan suhu tubuh le/view/8
and Oop rata-rata sebelum dan 784
Ropei VI : Kompres Tepid sesudah diberikan
sponge dan kompres palster adalah
kompres 38,80 ºC dan 38,57 ºC
plester dengan perbedaan
temperatur 0,23 ºC
VD : Penurunan suhu c.Hasil uji Mann-Withney
tubuh didapatkan nilai p value =
0,000 < α = 0,05 yang
I : Observasi berarti kompres tepid
sponge lebih efektif dalam

46
A: Uji Wilcoxon, Uji menurunkan suhu tubuh
dependen t dan pada anak usia sekolah
Mann-Withney dibandingkan dengan
kompres plester.

11. Arie 2016 Vol 1, No Perbedaan D : Quasy a.Kelompok pertama yaitu Google http://jou
Kusumo 1 (2016)  Penurunan Suhu eksperimen responden yang Scholar rnal.um-
Dewi Tubuh Antara S: Pre test and post mengalami peningkatan surabaya
Pemberian test design suhu tubuh >38 ºC .ac.id/ind
Kompres Air V : diberikan tindakan ex.php/J
Hangat Dengan VI : Penurunan Suhu kompres air hangat selama KM/artic
Tepid Sponge tubuh ± 10 menit. le/view/
Bath Pada Anak VD: Kompres air b.Kelompok kedua yaitu DW
Demam hangat dan tepid responden yang
sponge bath mengalami peningkatan
I : Observasi suhu tubuh >38 ºC
A : Uji statistik diberikan tindakan tepid
anova 1 sponge bath ± 10 menit.
c.Berdasarkan hasil analisis
uji anova tunggal
didapatkan hasil nilai
signifikansi (p) sebesar
0,000.
d.Hal ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan
penurunan suhu yang
signifikan antara

47
kelompok pemberian
kompres air hangat
dengan kelompok
pemberian tepid sponge
bath pada anak demam.

12 Pavithra 2018 IJSAR, 5 Effect of Tepid D: Eksperimental a.Kelompok. Student 't' test Google https://sc
C.* (6), 2018; Vs Warm S: Pre test post test digunakan untuk Scholar holar.go
25-30 sponging on V: menganalisis perubahan ogle.com
body temperature VI : Tepid dan suhu tubuh antara kedua /scholar?
and comfort Spons hangat kelompok. hl=id&a
among children VD : Penurunan b.Dihitung “t" nilai-nilai di s_sdt=0
with Pyrexia at suhu tubuh 15ke, menit  30ke, menit  45th %2C5&
Sri Ramakrishna I : Observasi menit dan menit60ke- q=Effect
hospital, A : Uji t adalah 0,04, 0,62, 0,8 dan +of+Tep
Coimbatore 1,12 masing-masing tidak id+Vs+
signifikan pada taraf 0,05 Warm+s
yang menunjukkan bahwa ponging
tidak ada perbedaan antara +on+bod
spons hangat dan hangat y+tempe
dalam menurunkan suhu rature+a
tubuh. nd+comf
c.Analisis pengaruh spons ort+amo
hangat vs hangat terhadap ng+child
kenyamanan telah ren+with
dilakukan. Nilai 't' yang +Pyrexia
dihitung sebesar 6,69 +at+Sri+

48
untuk kenyamanan Ramakri
signifikan pada tingkat shna+ho
0,001, yang menunjukkan spital
bahwa spons hangat %2C+C
efektif dalam oimbator
meningkatkan e&btnG
kenyamanan di antara =
anak-anak.

13 Hendrawat 2019 Volume Effect of Tepid D : Quasi Experiment a. Sebelum diberikan Tepid Science https://w
i∗, 29, Sponge on S : One group Sponge seluruh balita direct ww.scie
Mariza Supplem changes in body pretest-posttest mengalami suhu tinggi ncedirect
Elvira ent 1, temperature in V: (100%) sebanyak 12 .com/sci
March children under VI : Tepid Sponge responden, setelah ence/arti
2019, five who have VD : Penurunan diberikan Tepid Sponge cle/abs/p
Pages 91- fever in Dr. suhu tubuh satu kali, suhu seluruh ii/S1130
93 Achmad Mochtar I : Observasi responden menjadi 8621193
Bukittinggi normal (100%). 00294
Hospital A :  Paired sample T-
test b. Hasil paired sampel - test
T menunjukkan bahwa
ada 38,31 ºC dari suhu
tubuh dengan deviasi
standard dari 0,436
sebelum memberikan
Hangat Sponge. Setelah
pemberian Tepid Sponge

49
terjadi penurunan suhu
tubuh yaitu 37,17 ºC
dengan standar deviasi
0,46 dan nilai p 0,000
(p-value <0,05).

c. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada
perbedaan suhu tubuh
yang signifikan sebelum
dan sesudah pemberian
Tepid Sponge terhadap
penurunan suhu tubuh
(p-value = 0,000). Ho
ditolak dan Ha diterima,
artinya pemberian Tepid
Sponge berpengaruh
signifikan terhadap
perubahan suhu tubuh.

50
BAB 4

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Hasil

4.1.1 Karakteristik Umum Literature

Pada bagian ini terdapat literature yang keasliannya dapat

dipertanggungjawabkan dengan tujuan penelitian. Tampilan hasil

literature dalam tugas akhir literature review berisi tentang ringkasan dan

pokok – pokok hasil dari setiap artikel yang terpilih dalam bentuk tabel,

kemudian dibawah bagian tabel dijabarkan apa yang ada didalam tabel

tersebut berupa makna dan trend dalam bentuk paragraf ( Hariyono et al.,

2020).

No Kategori N %

.
A. Tahun Publikasi
1. 2016 2 15,38
2. 2018 2 15,38
3. 2019 5 38,46
4. 2020 3 23,07
5. 2021 1 7,69
Total 13 100
B. Desain Literature Review
1. Quasi eksperimental 10 76,92
2. Pre eksperimen 1 7,69
3. Literature review/ Systematic review 1 7,69
4. Eksperimental 1 7,69
Total 13 100
C. Sampling Literature Review
1. Systematic literature review 1 7,69
2. Accidental Sampling 3 23,07
3. Pre and post test with control group 2 15,38
4. Purposive Sampling 3 23,07
5. One group pre post test 3 23,07
6. Pre test and post test design 1 7,69

51
Total 13 100
Instrumen Literature Review
1. Lembar Observasi 12 92,30
2. Kuesioner 1 7,69
Total 13 100
E. Analisis Statistik Penelitian
1. Database Google scholar, Garuda Garba dan 1 7,69
PubMed
2. Uji Mann Whitney 1 7,69
3. Paired T- Test 2 15,38
4. Uji Statisik Uji t independent 1 7,69
5. Dependent T test and independent T test 1 7,69
6. Uji General Linear Model – Univariate 1 7,69
7. Paired T test, Wilcoxon and Mann Whitney 1 7,69
8. Uji t 2 15,38
9. Kolmogrov Smirnov 1 7,69
10. Uji Wilcoxon, Uji dependent t and Mann 1 7,69
Whitney
11. Uji Statistik anova 1 1 7,69
Total 100

Penelitian ini yang dilakukan dengan literature review hampir setengahnya

sebesar 50% dipublikasikan pada tahun 2019 dengan sebagian kecil (10%)

menggunakan desain penelitian Quasi eksperimental . Penelitian literature review

ini rata – rata (30%) menggunakan teknik Accidental Sampling, Purposive

Sampling dan One group pre post test. Hampir seluruhnya (120%) menggunakan

lembar observasi dengan sebagian kecil (20%) mengunakan analisis Paired T-

Test dan Uji t.

4.1.2 Penerapan Water Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada

Anak Hipertermi

Water Tepid Sponge


No
Terhadap Penurunan Sumber
. Analisis Literature
Suhu Tubuh Pada Empiris
Anak Hipertermi
1.
Literature Review a. Memaparkan artikel Yuniawati

52
Metode Water Tepid penelitian mengenai upaya et. al (2020)
Sponge Untuk penurunan suhu atau Vol 1, No 1
Mengatasi Masalah hipertermi pada anak yang
Keperawatan mengalami demam typhoid
Hipertermi Pada Pasien melalui tindakan water tepid
Typhoid sponge.
b. Dari penerapan water tepid
sponge pada penderita
demam typhoid menunjukan
adanya penurunan suhu.
c. Hasil penelitian water tepid
sponge mampu menurunkan
suhu tubuh minimal 1 oC
pada pasien yang mengalami
demam dengan suhu tubuh
40 oC, pemberian seka
dengan waktu selama 15
menit, dengan adanya seka
tubuh pada teknik tersebut
akan mempercepat
vasodilatasi pembuluh darah
perifer di sekujur tubuh
sehingga evaporasi panas
dari kulit ke lingkungan
sekitar akan lebih cepat
dibandingkan hasil yang
diberikan oleh kompres air
hangat yang hanya
mengandalkan reaksi dari
stimulasi hipotalamus.
2. Efektivitas Water Tepid Lestari et.
Sponge Suhu 37 °C dan a. Hasil penurunan dapat dilihat al (2019)
Kompres Hangat 37 °C dari mean rank water tepid Vol VIII
Terhadap Penurunan sponge yang hasil nya 22,82 Nomor 2
o
Suhu Hipertermia C sedangkan hasil
penurunan kelompok
kompres hangat hasilnya
38,18 oC.
b. Hasil Uji Wilcoxon
mendapatkan hasil 0.001 (p <
0.05) yang artinya terdapat
pengaruh tindakan water
tepid sponge terhadap
penurunan suhu pada anak
dengan hipertermia.

53
3. Pengaruh Tepid Sponge Haryani et.
Terhadap Penurunan a. Hasil suhu sebelum al (2018)
Suhu Tubuh Pada Anak dilakukan tepid sponge Vol. 7, No.
Pra Sekolah Yang sebagian besar ( 73, 34 %) 1
Mengalami Demam di berada pada suhu 38-39 °C.
Rsud Ungaran b. Suhu tubuh setelah dilakukan
tepid sponge sebagian besar
(63 %) berada pada suhu 37
-38 °C.
c. Perbedaan suhu tubuh anak
pada uji t berpasangan untuk
kelompok intervensi
diperoleh nilai signifikansi
0.000 (p < 0.05). Pemberian
kompres water tepid sponge
berpengaruh terhadap
penurunan suhu tuhuh.

4. Efektifitas Penurunan Novikasari


Suhu Tubuh a. Rata-rata nilai suhu sebelum et. al
Menggunakan Kompres kompres hangat 38,7 °C, ( 2019)
Hangat dan Water setelah kompres hangat 37,7 Volume 13,
Tepid Sponge di Rumah °C. No. 2
Sakit Dkt Tk Iv b. Rata-rata nilai suhu sebelum
02.07.04 Bandar water tepid sponge 38,6 °C,
Lampung setelah water tepid sponge
37,4 °C.
c. Hasil Uji statistik didapatkan
nilai p-value 0,000 < 0,05.
Ada pengaruh sebelum dan
sesudah water tepid sponge
dengan beda mean adalah 1,2
ºC. Hasil Uji statistik
didapatkan nilai p-value
0,000 < 0,05.

5. Perbandingan Wardiyah
Efektifitas Pemberian a. Rerata suhu tubuh anak et. al (2016)
Kompres Hangat dan sebelum dilakukan Vol 10, No
Tepid Sponge Terhadap pemberian kompres hangat 1
Penurunan Suhu Tubuh adalah 38,5 °C. Rerata suhu
Anak Yang Mengalami tubuh anak sesudah
Demam di Ruang dilakukan pemberian
Alamanda Rsud Dr. H. kompres hangat adalah 38,0
Abdul Moeloek °C.
Provinsi Lampung b. Rerata suhu tubuh anak
Tahun 2015 sebelum dilakukan tepid
sponge adalah 38,8 °C.

54
Rerata suhu tubuh anak
sesudah dilakukan tepid
sponge adalah 38,0 °C.
c. Ada perbedaan rerata suhu
tubuh sebelum dan sesudah
tindakan kompres hangat
dengan mean 0,5 °C (p value
< α, 0,000 < 0,05). Ada
perbedaan rerata suhu tubuh
sebelum dan sesudah
tindakan tepid sponge dengan
mean 0,7 °C (p value < α,
0,000 < 0,05).
d. Ada perbedaan efektifitas
pemberian kompres hangat
dan tepid sponge terhadap
penurunan suhu tubuh anak
yang mengalami demam (p
value < α, 0,003 < 0,05).

6. The Difference Between a. Rata-rata suhu tubuh pre test Karra et. al
the Conventional Warm kompres hangat konvensional (2019) Vol.
Compress and Tepid adalah 37,83 °C, sedangkan 14, No. 3
Sponge Technique rata-rata suhu tubuh pre test
Warm Compress in the kompres hangat konvensional
Body Temperature adalah 38,04 °C.
Changes of Pediatric b. Berdasarkan hasil pengujian
Patients with Typhoid dengan menggunakan
Fever Univariate-General Linear
Model didapatkan nilai p <α
(0,03 <0,05) yang
menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan antara
kompres hangat konvensional
dengan teknik tepid sponge
(Ho ditolak).
c. Hasil uji signifikansi dengan
menggunakan General
pengukuran berulang model
linier (nilai p 0,03 untuk
hangat konvensional kompres
dan nilai p 0,01 pada teknik
kompres hangat spons
hangat).
7. Tepid sponge and Hastuti et.
sponge bath to change a. Hasil suhu tubuh anak al (2020)
body temperature sebelum teknik tepid sponge Vol 2 No 2

55
children with dengue
fever memiliki suhu terendah 37,8
°C dan suhu tertinggi 39 °C.
Sedangkan suhu tubuh anak
setelah teknik tepid sponge
memiliki suhu terendah 37,5
°C dan suhu tertinggi 38,7
°C.

b. Hasil analisis menunjukkan


bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara suhu tubuh
anak sebelum dan sesudah
“teknik tepid sponge” (p
<0,05). Disimpulkan bahwa
“teknik tepid sponge”
mampu menurunkan suhu
tubuh anak sebesar 0,2 °C.

c. Hasil suhu tubuh anak


sebelum teknik mandi spons
memiliki suhu terendah 37,9
°C dan suhu tertinggi 40 °C.
Sedangkan suhu tubuh anak
setelah teknik sponge bath
memiliki suhu terendah 37
°C dan suhu tertinggi 39,5
°C.

d. Hasil analisis menunjukkan


bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara suhu tubuh
anak sebelum dan sesudah
teknik mandi spons (p
<0,05). Disimpulkan bahwa
“teknik mandi spons” mampu
menurunkan suhu tubuh anak
sebesar 0,09 ºC.
8. Pengaruh Kompres Berutu, et.
Tepid Water Sponge a. Hasil penelitian dengan al (2019)
Terhadap Penurunan keenam subyek mengalami Volume : III
Suhu Tubuh Pada Anak demam sebelum dilakukan No : 6
Yang Mengalami kompres tepid water sponge
Hipertermi di Ruang dengan suhu pada subyek I
Melur Rumah Sakit yaitu 39 ºC, subyek II dengan
Umum Daerah suhu 38,6 ºC, subyek III
Sidikalang dengan suhu 38 ºC, subyek
IV dengan suhu 37,8 ºC,

56
subyek V dengan suhu 37,8
ºC, subyek VI dengan suhu
38 ºC.
b. Setelah dilakukan kompres
tepid water sponge pada
keenam subyek maka
terdapat penurunan suhu
yaitu pada subyek I turun
menjadi 37 ºC, subyek II
menjadi 37,3 ºC, subyek III
menjadi 37 ºC, subyek IV
menjadi 37 ºC, subyek V
menjadi 36,5 ºC, subyek VI
menjadi 37 ºC.
c. Hal ini membuktikan bahwa
kompres tepid water sponge
ada pengaruh untuk
menurunkan suhu tubuh pada
pasien hipertermi.
9. Differences in the Putri et. al
Effectiveness of Warm a. Hasil suhu rata-rata sebelum (2020) Vol
Compresses with Water kompres hangat adalah 38,4 12
Tepid Sponge in ºC setelah kompres hangat
Reducing Fever in adalah 37,5 ºC.
Children: A Study b. Suhu rata-rata sebelum spons
Using a Quasi- air hangat adalah 38,6° C dan
Experimental Approach setelah spons air hangat
adalah 37,3 ºC.
c. Ada pengaruh antara sebelum
dan sesudah kompres hangat
dengan perbedaan rata-rata
0.85 ºC (p-value 0.001).
d. Ada pengaruh sebelum dan
sesudah spons air hangat
dengan perbedaan rata-rata
1,36 ºC (p-value 0,001).
e. Ada perbedaan antara
kompres hangat dan spons air
hangat, yaitu 0,25 ºC.
10. Effectiveness Of Tepid Hastuti et.
Sponge Compresses a. Suhu tubuh rata-rata sebelum al (2021)
And Plaster dan sesudah diberikan Volume
Compresses On Child kompres tepid sponge adalah 2021
Typhoid Patients with 38,75 ° C dan 38,08 ° C
Fevers dengan perbedaan temperatur
0,67 ° C.
b. Sedangkan suhu tubuh rata-

57
rata sebelum dan sesudah
diberikan kompres palster
adalah 38,80 ºC dan 38,57
ºC dengan perbedaan
temperatur 0,23 °.
c. Hasil Uji Mann-Withney
didapatkan nilai p value =
0,000 < α = 0,05 yang berarti
kompres tepid sponge lebih
efektif dalam menurunkan
suhu tubuh pada anak usia
sekolah dibandingkan dengan
kompres plester.
11. Perbedaan Penurunan Dewi (2016)
Suhu Tubuh Antara a. Kelompok pertama yaitu Vol 1, No 1
Pemberian Kompres responden yang mengalami
Air Hangat Dengan peningkatan suhu tubuh >38
Tepid Sponge Bath ºC diberikan tindakan
Pada Anak Demam kompres air hangat selama ±
10 menit.
b. Kelompok kedua yaitu
responden yang mengalami
peningkatan suhu tubuh >38
diberikan tindakan tepid
sponge bath ± 10 menit.
c. Berdasarkan hasil analisis
Uji anova tunggal didapatkan
hasil nilai signifikansi (p)
sebesar 0,000.
d. Hal ini menunjukkan bahwa
ada perbedaan penurunan
suhu yang signifikan antara
kelompok pemberian
kompres air hangat dengan
kelompok pemberian tepid
sponge bath pada anak
demam.
12. Effect of Tepid Vs Pavithra C.*
Warm sponging on a. Kelompok. Student 't' test (2018)
body temperature and digunakan untuk IJSAR, 5 (6)
comfort among menganalisis perubahan suhu
children with Pyrexia tubuh antara kedua
at Sri Ramakrishna kelompok.
hospital, Coimbatore b. Dihitung “t” nilai-nilai di 15
menit, 30 menit  45 menit
dan 60 menit adalah 0,04,
0,62, 0,8 dan 1,12 masing-

58
masing tidak signifikan pada
taraf 0,05 yang menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan
antara spons hangat dan
hangat dalam menurunkan
suhu tubuh.
c. Analisis pengaruh spons
hangat vs hangat terhadap
kenyamanan telah dilakukan.
Nilai 't' yang dihitung sebesar
6,69 untuk kenyamanan
signifikan pada tingkat 0,001,
yang menunjukkan bahwa
spons hangat efektif dalam
meningkatkan kenyamanan
di antara anak-anak.
13. Hendrawati
Effect of Tepid Sponge a. Sebelum diberikan tepid et. al (2019)
on changes in body sponge seluruh balita Volume 29,
temperature in children mengalami suhu tinggi Supplement
under five who have (100%) sebanyak 12 1
fever in Dr. Achmad responden, setelah diberikan
Mochtar Bukittinggi tepid sponge satu kali, suhu
Hospital seluruh responden menjadi
normal (100%).

b. Hasil Paired sampel - test T


menunjukkan bahwa ada
38,31 ºC dari suhu tubuh
dengan deviasi standard dari
0,436 sebelum memberikan
hangat sponge. Setelah
pemberian tepid sponge
terjadi penurunan suhu tubuh
yaitu 37,17 ºC dengan
standar deviasi 0,46 dan nilai
p 0,000 (p-value <0,05).

c. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada
perbedaan suhu tubuh yang
signifikan sebelum dan
sesudah pemberian tepid
sponge terhadap penurunan
suhu tubuh (p-value = 0,000).
Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya pemberian tepid

59
sponge berpengaruh
signifikan terhadap
perubahan suhu tubuh.

Penelitian yang dilakukan Yuniawati et. al (2020) tentang literature

review metode water tepid sponge untuk mengatasi masalah keperawatan

hipertermi pada pasien typhoid. Memaparkan artikel penelitian mengenai upaya

penurunan suhu atau hipertermi pada anak yang mengalami demam typhoid

melalui tindakan water tepid sponge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil

water tepid sponge mampu menurunkan suhu tubuh minimal 1 oC pada pasien

yang mengalami demam dengan suhu 40 oC, pemberian seka dengan waktu

selama 15 menit, dengan adanya seka tubuh pada teknik tersebut akan

mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer di sekujur tubuh sehingga

evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan

hasil yang diberikan oleh kompres air hangat yang hanya mengandalkan reaksi

dari stimulasi hipotalamus. Dalam artikel ini menjelaskan mengenai upaya

penurunan suhu atau hipertermi pada anak yang mengalami demam typhoid

melalui tindakan water tepid sponge.

Lestari et. al ( 2019 ) tentang efektivitas water tepid sponge suhu 37 ºC

dan kompres hangat 37 ºC terhadap penurunan suhu tubuh hipertermia. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hasil penurunan dapat dilihat dari mean rank

water tepid sponge yang hasilnya 22,82 ºC sementara hasil penurunan kelompok

kompres hangat hasilnya 38,18 ºC. Hasil Uji Wilcoxon mendapatkan hasil 0,001

( p < 0,005 ) yang artinya adanya pengaruh tindakan water tepid sponge tehadap

penurunan suhu pada anak dengan hipertermia.

60
Haryani et. al (2018) tentang pengaruh tepid sponge terhadap penurunan

suhu tubuh pada anak pra sekolah yang mengalami demam di Rsud ungaran. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hasil suhu sebelum dilakukan tepid sponge

sebagian besar ( 73, 34 %) berada pada suhu 38 – 39 ºC. Suhu tubuh setelah

dilakukan tepid sponge sebagian besar ( 63%) berada pada suhu 37 – 38 ºC.

Perbedaan suhu tubuh anak pada Uji t berpasangan untuk kelompok intervensi

diperoleh nilai signifikasi 0.000 ( p < 0.05 ). Pemberian kompres water tepid

sponge berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh.

Novikasari et.al ( 2019 ) tentang efektifitas penurunan suhu tubuh

menggunakan kompres hangat dan water tepid sponge di Rumah Sakit Dkt Tk Iv

02.07.04 Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil rata – rata

nilai suhu sebelum kompres hangat 38,7 ºC, setelah kompres hangat 37,7 ºC. Rata

– rata nilai suhu sebelum water tepid sponge 38,6 ºC, setelah water tepid sponge

37,4 ºC. Hasil Uji statistik didapatkan nilai p – value 0, 0001 < 0, 05 artinya ada

pengaruh sebelum dan sesudah water tepid sponge dengan beda mean adalah 1,2

ºC. Hasil Uji statistik didapatkan nilai p – value 0, 000 < 0,05.

Wardiyah et. al ( 2016) tentang perbandingan efektifitas pemberian

kompres hangat dan tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang

mengalami demam di ruang alamanda RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi

Lampung tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil rerata suhu

tubuh anak sebelum dilakukan pemberian kompres hangat adalah 38,5ºC. Rerata

suhu tubuh anak sesudah dilakukan pemberian kompres hangat adalah 38,0ºC.

Rerata suhu tubuh anak sebelum dilakukan tepid sponge adalah 38,8ºC. Rerata

suhu tubuh anak sesudah dilakukan tepid sponge adalah 38,0ºC. Ada perbedaan

61
rerata suhu tubuh sebelum dan sesudah tindakan kompres hangat dengan mean 0,5

ºC ( p value < α, 0, 000 < 0,05). Ada perbedaan rerata suhu tubuh sebelum dan

sesudah tindakan tepid sponge dengan mean 0,7 ºC ( p value < α, 0,000 < 0,05).

Ada perbedaan efektifitas pemberian kompres hangat dan tepid sponge terhadap

penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam ( p value < α, 0,003 < 0,05).

Karra et. al ( 2019) tentang the difference between the conventional warm

compress and tepid sponge technique warm compress in the body temperature

changes of pediatric patients with typhoid fever. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hasil rata – rata suhu tubuh pre test kompres hangat konvensional adalah

37, 83 ºC sedangkan rata – rata suhu tubuh pre test kompres hangat konvensional

adalah 38,04 ºC. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Univariate –

General Linear Model didapatkan nilai p < α ( 0,03 < 0,05) yang menyimpulkan

bahwa terdapat perbedaan antara kompres hangat konvensional dengan teknik

tepid sponge ( Ho ditolak). Hasil Uji signifikansi dengan menggunakan General

pengukuran berulang model linier ( nilai p 0, 03 untuk hangat konvensional

kompres dan nilai p 0, 01 pada teknik kompres hangat spons hangat).

Hastuti et. al (2020) tentang tepid sponge bath to change body temperature

children with dengue fever. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil suhu tubuh

anak sebelum teknik tepid sponge memiliki suhu terendah 37,8 ºC dan suhu

tertinggi 39 ºC. Sedangkan suhu tubuh anak setelah teknik tepid sponge memiliki

suhu terendah 37,5 ºC dan suhu tertinggi 38,7 ºC. Hasil analisis menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh anak sebelum dan

sesudah “teknik tepid sponge” ( p < 0,05). Disimpulkan bahwa “teknik tepid

sponge” mampu menurunkan suhu tubuh anak sebesar 0,2 ºC. Hasil suhu tubuh

62
anak sebelum teknik mandi spons memiliki suu terendah 37,9 ºC dan suhu

tertinggi 40 ºC. Sedangkan suhu tubuh anak setelah teknik sponge bath memiliki

suhu terendah 37 ºC dan suhu tertinggi 39 ºC. Hasil analisis menunjukkan bahwa

ada perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh anak sebelum dan sesudah

teknik mandi spons ( p < 0,05). Disimpulkan bahwa “teknik mandi spons” mampu

menurunkan suhu tubuh anak sebesar 0,09 ºC.

Heriaty et. al ( 2019 ) tentang pengaruh kompres tepid sponge water

sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermi di

ruang melur Rumah Sakit umum daerah Sidikalang. Hasil penelitian menujukkan

bahwa hasil penelitian dengan keenam subyek mengalami demam sebelum

dilakukan kompres tepid water sponge dengan suhu pada subyek I yaitu 39 ºC,

Subyek II dengan suhu 38,6 ºC, subyek III dengan suhu 38 ºC, subyek IV dengan

suhu 37,8 ºC, subyek V dengan suhu 37,8 ºC, subyek VI dengan suhu 38 ºC.

Setelah dilakukan kompres tepid water sponge pada keenam subyek maka

terdapat penurunan suhu yaitu pada subyek I turun menjadi 37 ºC, subyek II

menjadi 37,3 ºC, subyek III menjadi 37 ºC, subyek IV menjadi 37 ºC, subyek V

menjadi 36,5 ºC, subyek VI menjadi 37 ºC. Hal ini membuktikan bahwa kompres

tepid sponge ada pengaruh untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien hipertermi.

Putri et. al (2020) tentang differences in the effectiveness of warm

compresses with water tepid sponge in reducing fever in children : a study using a

quasi – experimental approach. Hasil penelitian menujukkan bahwa hasil suhu

rata – rata sebelum kompres hangat adalah 38,4 ºC setelah kompres hangat adalah

37,5 ºC. Suhu rata – rata sebelum spons air hangat adalah 38,6 ºC dan setelah

spons air hangat adalah 37,3 ºC. Ada pengaruh antara sebelum dan sesudah

63
kompres hangat dengan perbedaan rata – rata 0,85 ºC ( p – value 0,001). Ada

pengaruh sebelum dan sesudah spons air hangat dengan perbedaan rata – rata 1,36

ºC ( p – value 0,001). Ada perbedaan antara kompres hangat dan spons air hangat,

yaitu 0,25 ºC.

Hastuti et. al ( 2021 ) tentang effectiveness tepid sponge compresses and

plaster compresses on child typhoid patients with fevers. Hasil penelitian

menujukkan bahwa hasil suhu tubuh rata – rata sebelum dan sesudah diberikan

kompres tepid sponge adalah 38,75 °C dan 38,08 °C dengan perbedaan temperatur

0,67 °C. Sedangkan suhu tubuh rata – rata sebelum dan sesudah diberikan

kompres plaster adalah 38,80 ºC dan 38,57 ºC dengan perbedaan temperatur 0,23

ºC. Hasil Uji Mann – Withney didapatkan nilai p value = 0,000 < α = 0,05 yang

berarti kompres tepid sponge lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada

anak usia sekolah dibandingkan dengan kompres plester.

Dewi et. al ( 2016 ) tentang perbedaan penurunan suhu tubuh antara

pemberian kompres air hangat dengan tepid sponge bath pada anak demam. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hasil kelompok pertama yaitu responden yang

mengalami peningkatan suhu tubuh > 38 ºC diberikan tindakan kompres air

hangat selama ± 10 menit. Kelompok kedua yaitu responden yang mengalami

peningkatan suhu tubuh > 38 ºC diberikan tindakan tepid sponge bath ± 10 menit.

Berdasarkan hasil analisis Uji anova tunggal didapatkan hasil nilai signifikansi ( p

) sebesar 0, 000. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan penurunan suhu yang

signifikan antara kelompok pemberian kompres air hangat dengan kelompok

pemberian tepid sponge bath pada anak demam.

64
Pavithra ( 2018 ) tentang effect of tepid vs warm spoging on body

temperature and comfort among children with pyrexia at Sri Ramakrishna

Hospital, Coimbatore. Hasil penelitian menujukkan bahwa hasil kelompok student

‘t’ test digunakan untuk menganalisis perubahan suhu tubuh anatar kedua
ke
kelompok. Dihitung “t” nilai – nilai di 15 menit, 30 ke menit, 45 th menit dan

menit 60 ke adalah 0,04, 0,62, 0,8 dan 1,12 masing – masing tidak signifikan pada

taraf 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara spons hangat dan

hangat dalam menurunkan suhu tubuh. analisis pengaruh spons hangat Vs hangat

terhadap kenyamanan telah dilakukan nilai ‘t’ yang dihitung sebesar 6,69 untuk

kenyamanan signifikan pada tingkat 0, 001, yang menunjukkan bahwa spons

hangat efektif dalam meningkatkan kenyamanan di antara anak – anak.

Hendrawati et, al ( 2019 ) tentang effect of tepid sponge on changes in

body temperature in childen under five who have fever in Dr, Acmad Mochtar

Bukittinggi Hospital. Hasil penelitian menujukkan bahwa hasil sebelum diberikan

tepid sponge seluruh balita mengalami suhu tinggi ( 100 % ) sebanyak 12

responden, setelah diberikan tepid sponge satu kali, suhu seluruh responden

menjadi normal ( 100 % ). Hasil paired sampel – test T menunjukkan bahwa ada

38,31 ºC dari suhu tubuh dengan deviasi standart dari 0, 436 sebelum memberikan

hangat sponge. Setelah pemberian tepid sponge terjadi penurunan suhu tubuh

yaitu 37, 17 ºC dengan standar deviasi 0,46 dan nilai p 0,000 (p – value < 0,05 ).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan suhu tubuh yang signifikan

sebelum dan sesudah pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh ( p

– value = 0,000 ). Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pemberian tepid sponge

berpengaruh signifikan terhadap perubahan suhu tubuh.

65
BAB 5

PEMBAHASAN

66
5.1 Efektivitas Penerapan Metode Water Tepid Sponge Terhadap Penurunan

Suhu Tubuh Berdasarkan Studi Literature

Efektivitas Penerapan Metode Water Tepid Sponge terhadap penurunan

suhu tubuh pada anak hipertermi sesuai dengan literature review dari hasil

penelitian ( Yuniawati, 2020 ) yang membuktikan tentang penerapan tindakan

water tepid sponge untuk menurunkan hipertermi pada pasien demam tifoid. Hasil

penelitian water tepid sponge mampu menurunkan suhu tubuh minimal 1 ºC pada

pasien yang mengalami demam dengan suhu tubuh 40 ºC, pemberian seka dengan

waktu selama 15 menit. Seperti yang dilakukan oleh penelitian ( Anggraeni Dwi

Lestari, 2019 ) bahwa penerapan water tepid sponge merupakan kombinasi teknik

blok dengan seka teknik ini tidak hanya diterapkan di satu tempat saja, melainkan

diberikan langsung pada bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah besar.

Water tepid sponge merupakan prosedur dalam meningkatkan kontrol kehilangan

panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi dilakukan pada pasien yang

mengalami demam tinggi. Penelitian menurut Siti Haryani ( 2018 ) bahwa

pemberian tepid sponge lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan

demam dibandingkan dengan kompres air hangat. Sama dengan penelitian yang

dilakukan ( Linawati Novikasari 2019 ) dan ( Arie Kusumo Dewi 2016 ) jumlah

luas waslap yang kontak dengan pembuluh darah perifer yang berbeda antara

teknik kompres air hangat dengan tepid sponge akan turut memberikan perbedaan

hasil terhadap penurunan suhu tubuh. Menurut penelitian (Aryanti Wardiyah 2016

) Perbedaan luas rasio body surface area dengan jumlah luas washlap yang kontak

dengan pembuluh darah perifer yang berbeda antara teknik kompres hangat dan

67
tepid sponge akan turut memberikan perbedaan hasil terhadap percepatan

penurunan suhu tubuh. Teknik spons hangat lebih baik digunakan untuk

manajemen demam pada anak penderita demam tifoid dibandingkan kompres

hangat konvensional karena penurunan suhu tubuh terjadi dari 5 menit hingga 30

menit sedangkan penurunan suhu tubuh kompres hangat konvensional hanya

berlangsung selama 15 menit setelah pengompresan ( Aulya Kartini Dg Karra

2019 ) Sama dengan hasil penelitian ( Witri Hastuti 2020 ), ( Peneliti Pavithra C

2018 ) dan Hendrawati ( 2019 ) Menemukan bahwa mandi spons dengan teknik

menyeka seluruh tubuh lebih efektif dibandingkan dengan kompres hangat karena

rata – rata mandi spons diberikan lebih cepat berkeringat karena seluruh

permukaan tubuh dan kulit dibilas menggunakan air hangat. Menurut penelitian

( Heriaty Berutu 2019 ) Ketidakstabilan suhu yang dialami keenam subyek

merupakan suatu pertanda adanya gangguan kesehatan. Keadaan tersebut bisa

menyebabkan suhu tubuh diatas 38ºC apabila hipertermi terjadi maka dibutuhkan

penanganan segera agar tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut dengan cara

dilakukan Kompres Tepid Water Sponge sehingga dapat memberikan rasa

nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Sodikin, 2016). Dengan perlunya

pengetahuan mengenai teknik kompres hangat yang tepat menurut penelitian

( Riska Hediya Putri 2020 ) sesuai dengan kondisi anaknya. Orang tua bisa

memberikan watert tepid sponge pada anaknya yang sedang demam ataupun

kejang demam sebelum menjangkau pelayanan kesehatan lebih lanjut. Perawat

dapat melakukan dan mengajarkan penggunaan kompres hangat dan tepid sponge

yang benar pada pasien dan juga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai masukan untuk standar operasional prosedur (SOP) dalam menurunkan

68
suhu tubuh anak yang mengalami demam secara non farmakologis. Adapun

Keunggulan teknik spons air hangat dengan menyeka tubuh pasien adalah

permukaan tubuh yang lebih lebar yang bersentuhan dengan media kompres

(waslap) sehingga sangat efektif dalam menurunkan demam dengan cepat. Karena

faktor lain salah satunya adalah suhu ruangan, dimana pergeseran suhu antara

manusia dengan lingkungan atau suhu ruangan sebagian besar terjadi melalui kulit

menurut ( Dwi Hastuti ( 2021 ) dan (Tamsuri, et. al 2015).

Dari tiga belas artikel yang telah di review diatas membahas bahwa

pemberian kompres water tepid sponge berpengaruh dalam menurunkan suhu

tubuh pada anak hipertermi. Hal ini disebabkan dengan diberikan kompres water

tepid sponge dengan cara menyeka tubuh dengan air hangat selama 15 menit akan

membuat penurunan suhu tubuh dengan konveksi dan evaporasi. Melalui metode

ini panas yang dihantarkan air hangat akan membuat pori – pori pada tepi kulit

melebar sehingga mempercepat pengeluaran panas melalui evaporasi.

Menggunakan cara lain yaitu dengan konveksi dimana penerapan air hangat yang

suhunya lebih rendah dari suhu tubuh akan mempengaruhi pusat termoregulasi di

dalam tubuh, sehingga otomatis tubuh akan bekerja untuk menurunkan suhu tubuh

menjadi normal. Hal ini didukung oleh peneliti Anggraeni ( 2019 ) dimana

meneliti menggunakan water tepid sponge suhu 37 oC dan kompres hangat 37 oC

terdapat pengaruh tindakan water tepid sponge terhadap penurunan suhu pada

anak dengan hipertermi. Peneliti Linawati ( 2019 ) dimana peneliti menggunakan

kompres water tepid sponge dengan menggunakan kompres hangat air hangat

lebih efektif dalam menurunkan demam pada pasien hipertermi dan Heriaty

( 2019 ) dimana peneliti membuktikan bahwa kompres tepid sponge ada pengaruh

69
untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien hipertermi. Water tepid sponge juga

dapat menurunkan demam terutama demam tifoid.

BAB 6

PENUTUP

70
6.1 Kesimpulan berdasarkan literature review dari 13 jurnal penelitian dapat

diambil kesimpulan bahwa penerapan metode water tepid sponge lebih efektif

untuk menurunkan suhu tubuh pada anak hipertermi dan dapat disimpulkan

bahwa penerapan metode water tepid sponge berpengaruh dalam menurunkan

suhu tubuh pada pasien demam terutama demam tifoid. Dari hasil penelitian

water tepid sponge mampu dalam menurunkan suhu dari 39 oC sampai 37oC.

DAFTAR PUSTAKA

Alves, D. (2018). Konsep Kompres Tepid Water Sponge. Jurnal Kesehatan, 18.

71
Anggit. (2018). Literature Review Penerapan Metode Water Tepid Sponge untuk
Mengatasi Masalah Keperawatan Hipertermi pada Pasien Typhoid.
Akademi Keperawatan Al Kautsar.
Ardiaria. (2019). Patofisiologi Demam Typhoid. Jurnal Keperawatan, 4.
Ashurst, T. W. (2019). Penerapan Metode Water Tepid Sponge terhadap
Penurunan Suhu Tubuh. Jurnal Kesehatan, 6-10.
Bulechek. (2018). Nursing Intervention Classification (NIC ; alih bahasa, Intan
Nurjanah, Roxsana Devi Tumanggor. Akademi Al Kautsar.
Corwin, Z. (2017). Kompres Tepid Sponge Water. Jurnal Kesehatan, 19.
Dewi. (2018). Kompres Tepid Sponge Water. Jurnal Kesehatan, 18.
Eni. (2016). Literature Review Penerapan Metode Water Tepid Sponge untuk
Mengatasi Masalah Keperawatan Hipertermi pada Pasien Typhoid.
Akademi Keperawatan, 40-45.
Handayani, M. S. (2016). Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu
Tubuh pada anak Pra sekolah yang Mengalami Demam. Jurnal
Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat, 44.
Haryono. (2012). Tanda dan Gejala Demam Typhoid. Jurnal Keperawatan, 7.
Hidayat. (2009). Konsep Dasar Anak. Jurnal Keperawatan, 25.
Hidayati. (2014). Efektivitas Water Tepid Sponge suhu 37 dan Kompres Hangat
terhadap Penurunan Suhu Tubuh. Jurnal Keperawatan, 50-55.
Kare. (2019). Hubungan Personal Hygiene dan Riwayat Kontak dengan Kejadian
Demam Typhoid . Kesehatan, 3 .
Kare. (2019). Hubungan Personal Hygiene dan Riwayat Kontak dengan Kejadian
Demama Tifoid . Kesehatan , 1-3.
Kemenkes. (2016). Tanda dan gejala Demam Typhoid. Jurnal Keperawatan, 8.
Kesehatan, K. (2014). Konsep Dasar Anak. Jurnal Kesehatan, 25.
Maghfiroh. (2016). Hubungan Personal Hygiene dan Sumber Air Bersih dengan
Kejadian Demam Typhoid Pada Anak. Jurnal ‘Aisyiyah Medika , 328.
Mahayu. (2016). Asuhan Keperawatan pada Anak Demam Typhoid dengan
Masalah Keperawatan Hipertermi. Kesehatan, 6-12.
Nurvina. (2016). Hubungan Personal Hygiene dan Sumber Air Bersih dengan
Kejadian Demam Tyhpoid Pada Anak . Jurnal ‘Aisyiyah Medika , 6-13.
Patungan. (2018). Hubugan Personal Hygiene dan Sumber Air Bersih dengan
Kejadian Demam Typhoid pada Anak. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 328.
Pawito. (2008). Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Typhoid. Jurnal
Kesehatan Al-Irsyad, 2.
Potter, & Perry, W. (2016). Kompres Tepid Sponge Water. Jurnal Kesehatan, 19.
Pratama. (2018). Hubungan Personal Hygiene dan Sumber Air Bersih dengan
Kejadian Demam Typhoid Pada Anak. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 6-13.
Pruss. (2016). Patofosiologi Demam Typhoid. Jurnal Keperawatan, 5.
Sarwahita. (2017). Hubungan Personal Hygiene dan Sumber Air Bersih dengan
Kejadian Demam Typhoid Pada Anak. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 6-13.
Sodikin. (2012). Kompres Tepid Sponge Water. Jurnal Kesehatan, 19.
Soedarto. (2015). Diagnosis Demam Typhoid. Jurnal Keperawatan, 11.
Sudoyo. (2016). Tanda dan Gejala Demam Typhoid. Jurnal Keperawatan, 9.
Wardiyah. (2016). Hubungan Kompres hangat dengan Water tepid sponge
Penurun Suhu Tubuh Anak. Jurnak Keperawatan, 50-55.
Wardiyah. (2016). Kompres Tepid Sponge Water. Jurnal Kesehatan, 18.

72
WHO. (2018). Demam Typhoid. Jurnal Keperawatan, 3.
WHO. (2018). Literature Review Penerapan Metode Water Tepid Sponge untuk
Mengatasi Masalah Keperawatan Hipertermi pada Pasien Typhoid.
Akademi Keperawatan Al Kausar.
Wong, P. (2002). Family Centered Care. Jurnal Keperawatan, 26.
Zahroh, & Ni'matul. (2017). Efktivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan
Kompres dan Water tepid. Jurnal Kesehatan.

73

Anda mungkin juga menyukai