Anda di halaman 1dari 77

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGKONSUMSI KOPI DENGAN

DERAJAT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS PERUMNAS I KECAMATAN
PONTIANAK BARAT

SKRIPSI

OLEH:
JABALUL RAHMAN
NIM: 821181007

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2022
HUBUNGAN KEBIASAAN MENGKONSUMSI KOPI DENGAN
DERAJAT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PERUMNAS I KECAMATAN
PONTIANAK BARAT

SKRIPSI
Diajukan sebagai persyaratan untuk
Menyelesaikan Pendidikan S1 Keperawatan

OLEH:
JABALUL RAHMAN
NIM: 821181007

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2022

i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu wa ta’ala, Tuhan pemilik alam
semesta yang selalu memberikan limpahan rahmat dan hidayat-Nya yang telah
memberikan kesehatan dan keselamatan, hingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi, yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi
Dengan Derajat Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas 1
Kecamatan Pontianak Barat Kalimantan Barat ”. Proposal skripsi ini merupakan
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program studi keperawatan
tahap akademik di STIKes YARSI Pontianak.
Shalawat dan salam tercurahkan kepada baginda Rasulullah shallallahu alaihi
wasallah, sebagai tauladan kita semua. Teriring ucapan terima kasih, penulis
ucapkan kepada orang-orang yang telah memberikan bantuan, dukungan serta kritik
dan saran kepada penulis. Semoga allah Subhanahu wa ta’ala, senatiasa
membimbing kita dalam usaha serta niat dalam rangka menjadi hamba yang
berlomba-lomba dalam kebaikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Orang tua saya yaitu Bapak H. Suhar dan Ibu Hj. Atika, serta seluruh keluarga
saya dengan kasih sayang, doa, didikan, finansial dari merekalah yang
memberikan dorongan dan motivasi sehingga membuat penulis terus
bersemangat dalam menyelesikan proposal skripsi pada penelitian ini.
2. Bapak Ns. Uti Rusdian Hidayat, M.Kep selaku Ketua STIKes YARSI
Pontianak
3. Ibu Ns. Yunita Dwi Anggreini, M.Kep selaku Ketua Prodi Ners STIKes
YARSI Pontianak.
4. Bapak Ns. Nurpratiwi, M.Kep selaku pembimbing I yang telah membimbing
penulisan dengan penuh kesabaran, ketelitian, bijaksana dan cermat dalam
memberikan saran dan motivasi dalam penyelesaikan proposal skripsi ini.
5. Ibu Nisma, S,ST. M.Kes selaku pembimbing II yang telah membimbing
penulis dengan kesabaran, ketelitian, dan cermat dalam memberikan saran dan
motivasi dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

iv
6. Teman saya Muhammad Fatha Maulana Al Mufry, Nurhillah, Iva Anggreini
Putri, Zumardi Azzra, Islamiati dan Sri Wahyuni yang penuh kesabaran
membantu dalam membuat proposal skripsi ini
7. Teman-teman seperjuangan Prodi Ners Angkatan sepuluh yang telah memberi
semangat dan dukungan penulis dalam menbuat penulis terus mampu
menyelesaikan proposal ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga dukungan
dan motivasi kalian semua, dibalas Allah Subhanahu wa ta’ala, dengan kasih
sayang-Nya.

Proposal skripsi ini terbuka untuk siapa saja yang ingin memberikan kritik dan
saran yang membangun proposal skripsi. Semoga skripsi ini dapat menjadi
sumbangan pengetahuan yang berarti bagi perkembangan ilmu keperawatan.

v
HUBUNGAN KEBIASAAN MENGKONSUMSI KOPI DENGAN
DERAJAT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PERUMNAS 1 PONTIANAK BARAT

Jabalul Rahman1, Nurpratiwi2, Nisma3


STIKes YARSI Pontianak

Jabalul Rahman: Program studi pendidikan ners, STIKes YARSI


Pontianak, Jln Panglima A’im, No. 1 Pontianak Timur,
Kota Pontianak, Kalimantan Barat- E-mail:
jabalrahman924@gmail,com

Abstract

Tujuan: Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan
kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi pada masyarakat di
Puskesmas Perumnas 1, Metode: penelitian kuantitatif dengan deskriptif
analitik.diperoleh nilai p 0,000 karena nilai p 0,05, maka Ha diterima yang berate
ada hubungan yang signifikan antara variabel mengkonsumsi kopi dengan derajat
hipertensi di Puskesmas Perumnas 1. Hasil penelitian mengedentifikasi kebiasaan
mengkonsumsi kopi terhadap 107 responden menunjukan bahwa responden
terbanyak mengkonsumsi kopi lebih sama dengan tiga cangkir/hari yaitu sebesar
75,7%). Berdasarkan mengedentifikasi derajat hipertensi terhadap 107 responden,
menunjukan bahwa banyak memiliki derajat 2 yaitu sebesar (728%). Hasil
Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 107 responden
yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi dengan
menggunakan uji T di dapatkan nilai p vlue 0,000 karena nilai p 0,05, maka Ha
diterima yang berati ada hubungan yang signifikan antara variabel mengkonsumsi
kopi dengan derajat hipertensi.

Kata Kunci: Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi Dengan Derajat Hipertensi

vi
HUBUNGAN KEBIASAAN MENGKONSUMSI KOPI DENGAN
DERAJAT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PERUMNAS 1 PONTIANAK BARAT

Jabalul Rahman1, Nurpratiwi2, Nisma3


STIKes YARSI Pontianak

Jabalul Rahman: Program studi pendidikan ners, STIKes YARSI


Pontianak, Jln Panglima A’im, No. 1 Pontianak Timur,
Kota Pontianak, Kalimantan Barat- E-mail:
jabalrahman924@gmail,com

Abstract

Purpose: In this study, researchers wanted to find out whether there is a relationship
between coffee consumption habits and the degree of hypertension in the
community at Perumnas 1 Public Health Center. Method: quantitative research
with analytical descriptive. The p-value is 0.000 because the p-value is 0.05, then
Ha is accepted which means there is a relationship. There is a significant difference
between the variables of coffee consumption and the degree of hypertension in the
Public Health Center of Perumnas 1. The results of the study identified the coffee
consumption habits of 107 respondents. Based on identifying the degree of
hypertension of 107 respondents, it shows that many have degree 2 that is equal to
(72,8%). Research Results: Based on the results of research conducted on 107
respondents who have the habit of consuming coffee with a degree of hypertension
by using the T test, the p value of 0.000 is obtained because the p value is 0.05, then
Ha is accepted which means there is a significant relationship between the variables
consuming coffee with degree of hypertension.
Keywords: Coffee Consuming Habit with Hypertension Degree

vii
DAFTAR ISI

Lembar pengesahan ............................................................................................ ii


Kata pengantar ................................................................................................... iv
Abstrak ................................................................................................................ vi
Daftar isi ............................................................................................................ viii
Daftar Tebel .......................................................................................................... x
Daftar gambar/ skema ........................................................................................ xi
Daftar lampiran ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................ 4
D. Manfaat penelitian ...................................................................................... 5
E. Keaslian penelitian ......................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
A. Konsep Dasar Hipertensi ............................................................................ 8
1. Pengertian Hipertensi ........................................................................... 8
2. penyebab Hipertensi ............................................................................. 9
3. Klasifikasi Hipertensi ......................................................................... 13
4. Patofisiologi Hipertensi ...................................................................... 14
5. Pathway Hipertensi .............................................................................15
6. Manifestasi klinis hipertensi .............................................................. 16
7. Komplikasi Klinis Hipertensi.............................................................. 16
8. Penatalaksanaan Hipertensi ................................................................ 17
B. Konsep dasar kebiasaan ........................................................................... 18
1. Definisi kebiasaan .............................................................................. 18
2. Jenis kebiasaan manusia ..................................................................... 18
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebiasaan ................................. 20
4. Tahapan kebiasaan .............................................................................. 21

viii
C. Konsep dasar kopi .................................................................................... 21
1. Definisi kopi .......................................................................................21
2. Jenis kopi ............................................................................................21
3. Karateristik kopi ...................................................................................22
4. Kandungan kopi ...................................................................................22
5. Kandungan kafein dalam kopi .............................................................23
6. Efek positif dalam tubuh ......................................................................23
7. Efek negatif dalam tubuh .....................................................................24
D. Kerangka teori ............................................................................................25
BAB III KERANGKA KONSEP ...........................................................................
A. Kerangka Konsep ..................................................................................... 25
B. Hipotesis ................................................................................................... 25
C. Definisi Operasional ................................................................................. 25
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 27
B. Waktu dan Tempat penelitian .................................................................. 27
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 28
D. Jenis data .................................................................................................. 29
E. Teknik Pengumpulan ............................................................................... 30
F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 31
G. Pengolahan Data ....................................................................................... 32
H. Analisi data ............................................................................................... 33
I. Etika Penelitian ........................................................................................ 35
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 35
B. Pembahasan .............................................................................................. 37
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................. 43
B. Saran.......................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TEBEL

Tabel 1.1 Keaslian penelitian ................................................................................. 6

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi ........................................................................... 13

Tabel 3.1 Definisi oprasional ................................................................................ 27

Tabel 4.1 instrumen penelitian .............................................................................. 32

Tabel 5.1 Distribusi proporsi responden rata-rata umur ....................................... 35

Tabel 5.2 Distribusi proporsi responden jenis kelamin ......................................... 36

Tabel 5.3 Distribusi proporsi responden kebiasaan mengkonsumsi kopi ............. 36

Tabel 5.4 Distribusi proporsi responden dengan derajat hipertensi ...................... 37

Tabel 5.5 Hubungan kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi ... 37

x
DAFTAR GAMBAR/SKEMA

Skema 2.1 Pathway hipertensi .............................................................................. 15


Skema 2.2 Kerangka teori .................................................................................... 25
Skema 3.1 Kerangka konsep ................................................................................. 26

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan ............................................................ 49
Lampiran 2 Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan ............................................... 50
Lampiran 3 Permberian izin pengambilan data ................................................... 51
Lampiran 4 Keterangan lolos etik ......................................................................... 52
Lampiran 5 Informed Consent ............................................................................. 53
Lampiran 6 Kuesioner A ...................................................................................... 54
Lampiran 7 Lembar Observasi ............................................................................. 55
Lampiran 8 Hasil uji statistik ................................................................................ 56
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Kasus .................................................................. 57
Lampiran 10 Dokumentasi .................................................................................... 60

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas), hipertensi di dunia
memiliki prevalensi bervariasi antar daerah dan kelompok. WHO Wilayah
Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi (27%) sedangkan Wilayah
WHO Amerika memiliki prevalensi hipertensi terendah (18%). Pada tahun
2019 Negara dengan prevalensi klasifikasi pria yaitu Negara Paraguay
dengan 62% dan prevalensi klasifikasi wanita di Negara Paraguay tertinggi
51%, sedangkan angka prevalensi klasifikasi terendah pria di Negara Eritrea
22% dan prevalensi klasifikasi wanita Negara Switzerland 17%,(WHO,
2021).
Hipertensi prevalesi di dunia diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa
berusia 30-79 tahun menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga)
tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sedangkan 46%
orang dewasa dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka memiliki
kondisi tersebut. Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di
seluruh dunia. Salah satu target global penyakit tidak menular adalah
menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun 2010 dan 2030
Jumlah orang dewasa dengan hipertensi meningkat dari 594 juta pada tahun
1975 menjadi 1,13 miliar pada tahun 2015, dengan peningkatan yang
sebagian besar terlihat di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh faktor risiko
mengkonsumsi kopi yang berlebihan (WHO, 2021).
Berdasarkan angka prevelensi hipertensi di Indonesia menurut hasil
Riskesdas (2018) menyatakan bahwa angka prevalensi hipertensi pada
penduduk >18 tahun secara nasional sebesar 34,1%. Data tertinggi di
Indonesia diduduki oleh provinsi Kalimantan Selatan (44,1) diikuti oleh
provinsi Jawa Barat (39,6%) dan Kalimantan Timur (39,3%), sedangkan

1
untuk data terendah yaitu di Papua (22,2%) diikuti Maluku Utara (24,6%)
dan Sumatra Barat (25,1%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 75+
tahun (69,5%), 65-74 tahun (63,2%), 55-64 tahun (55,2%) (Kemenkes,
2019).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak, angka
prevalensi di Kota Pontianak pada tahun 2021 mencapai 34.744 kasus. Dari
data capaian penderita hipertensi yang dilayani diseluruh Puskesmas yang
ada di kota Pontianak tahun 2021 dengan data tertinggi berada pada
Puskesmas Gang Sehat dengan jumlah kasus 3.670 dengan 25,6%, tertinggi
kedua pada Puskesmas KomYos dengan kasus jumlah 3.535 dengan 37,7%,
tertinggi ketiga pada Puskesmas Alianyang dengan jumlah kasus 2.305
dengan 24,6%, sedangkan tertinggi keempat pada Puskesmas Perumnas I
dengan jumlah kasus 2.209 dengan 21,6%.
Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan
darah yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Salah satu faktor
penyebab hipertensi adalah pola hidup. Pola hidup yang dimaksud ialah
mengkomsumsi makanan yang tidak sehat, jarang melakukan olahraga,
merokok, dan salah satu faktor yang sering terjadi adalah dengan
mengkomsumsi kopi (Kurniawaty dan Insan, 2016). Peneltian (Melizza,
2021), mengatakan cukup kuat antara hubungan mengkomsumsi kopi
dengan tekanan darah semakin bertambah frekuensi kopi akan semakin
menambah peningkatan tekanan darah. Berbagai macam faktor resiko
penyebab hipertensi, terutama yaitu pola hidup. Pola hidup yang dimaksud
dalam penelitian tersebut yaitu mengkonsumsi kopi berlebihan.
Menurut penelitian Rahmawati (2016) kopi merupakan salah satu
minuman favorit di dunia. Konsumsi kopi mempengaruhi hipertensi telah
lama menjadi perdebatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada
frekuensi tertentu kebiasaan minum kopi dapat meningkatkan tekanan darah
(hipertensi). Kopi dapat mempengaruhi tekanan darah karena adanya

2
kandungan kafein. Kafein memiliki efek terhadap tekanan darah secara akut,
terutama pada penderita hipertensi.
Penelitian Difran & Yadis (2018) kopi menjadi salah satu minuman
paling popular dan digemari semua kalangan serta menganggap bahwa kopi
adalah minuman yang harus dinikmati setiap hari baik kalangan elit maupun
kalangan menengah kebawah kebiasaan ini juga dilakukan oleh anak muda
hingga orangtua. Kebiasaan ini dimulai dari segelas kopi hingga minum
kopi lebih dari empat cangkir sehari dapat meningkatkan tekanan darah
sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg.
Disisi lain kopi sering dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko penyakit
jantung koroner, termasuk meningkatkan tekanan darah dan kadar
kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium dan
kafein. Kafein dikatakan sebagai penyebab berbagai penyakit khususnya
hipertensi.
Kebiasaan minum kopi yang berlebih sangat mempengaruhi
peninggian tekanan darah. Diperkuat kembali dengan penelitian (Bella
Puspita 2021) Kebiasaan konsumsi kopi dapat mempengaruhi tekanan darah
karena kandungan di dalam kopi ada yang bernama polifenol, kalium, dan
kafein. Tetapi, di antara ketiga kandungan tersebut hanya kafein yang
berhubungan dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi karena kafein
memiliki sifat antagonis (jahat) yang dapat meningkatkan tekanan darah
seseorang. Di sisi lain, polifenol dan kalium bersifat melawan efek kafein.
Karena polifenol bertindak sebagai antioksidan, mereka dapat menghambat
aterosklerosis dan meningkatkan fungsi pembuluh darah. Kalium dapat
mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik dengan menghambat
pelepasan renin yang menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan air.
Penurunan curah jantung, volume plasma, dan tekanan perifer yang
menyebabkan penurunan tekanan darah.
Kebiasaan minum kopi akibat peninggian tekanan darah ini sangat
Berlawanan dari penilitian Mullo (2018) hasil penelitian ini menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian

3
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Paniki Bawah. Penelitian ini sama
juga dilakukanoleh Sariana (2014) dalam penelitian Mullo (2018), dengan
hasil yang didapat bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan minum
kafein dengan kejadian hipertensi. Efek samping kafein menyebabkan
perubahan tekanan darah sangat kecil dan singkat, dan kafein tidak
menyebabkan gangguan pembuluh darah yang bisa memicu tekanan darah
tinggi.
Berdasarkan studi pendahuluan di UPT Puskesmas Perumnas 1
Pontianak Barat kejadian penderita hipertensi pada tahun 2021 sebanyak
10309 orang, tetapi penderita hipertensi yang dilayani sesuai standar UPT
Puskesmas Perumnas I sebanyak 2209. Peneliti menggali informasi dengan
menanyakan ke salah satu petugas kesehatan, didapatkan data bahwa yang
mengalami hipertensi tergolong banyak, tetapi yang memeriksakan diri
hanya sebagian dan saat kunjungan ke puskesmas terdapat 10 orang yang
mengalami hipertensi. Ketika dilakukan wawancara, didapatkan 8 orang
mengatakan memiliki kebiasasaan mengkonsumsi kopi setiap pagi lebih
dari 3-4 gelas kopi. Kemudian 2 orang lainnya mengatakan hipertensi nya
keturunan dan diperburuk dengan pola makan yang salah. Hal ini
merupakan salah satu faktor dari resiko hipertensi. Berdasarkan hal itu,
peneliti masih perlu melakukan penelitian mengenai apakah ada hubungan
kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi yang diduga
menjadi penyebab terjaadinya hipertensi yang kian menambah tiap
tahunnya.
Uraian di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul "Hubungan kebiasaan Mengkonsumsi Kopi Dengan
Derajat Hipertensi pada Masyarakat Puskesmas Perumnas I.

B. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan
kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi pada masyarakat
di Puskesmas Perumnas 1?

4
C. Tujuann Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahuan apakah ada “Hubungan Kebiasaan
Mengkonsumsi Kopi Dengan Derajat Hipertensi Pada Masyarakat Di
Wilayah Puskesmas Perumnas 1”.
2. Tujuan khusus
a. Mengedentifikasi karakteristik jenis kelamin dan umur.
b. Mengedentifikasi kebiasaan mengkonsumsi kopi di wilayah
Puskesmas Perumnas 1
c. Mengedentifikasi derajat hipertensi di wilayah Puskesmas
Perumnas 1
d. Menganalisis hubungan kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan
derajat hipertensi di wilayah Puskesmas Perumnas 1

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat menjadi pedoman atau patokan bagi masyarakat
untuk lebih mengetahui hubungan kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan
derajat hipertensi pada masyarakat di wilayahPuskesmas Perumnas 1.
2. Bagi pengembangan keilmuan
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi ilmia yang
dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai hubungan kebiasaan
mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi pada masyarakat di
wilayah Puskesmas Perumnas 1.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan acuan untuk
melaksanakan penelitian selanjutnya dengan menggunakan penelitian
lebih dalam mengetahui hubungan kebiasaan mengkonsumsi kopi
dengan derajat hipertensi pada masyarakat di wilayah Puskesmas
Perumnas 1. Seperti menggali hal apa saja yang menjadi mengetahui

5
hubungan kebiasaan terkait mengkonsumsi kopi dengan derajat
hipertensi
4. Bagi institusin pelayanan kesehehat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukkan
bagi institusi pelayanan kesehatan dalam upaya hubungan kebiasaan
terkait mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi. Seperti melakukan
penyuluhan ke masyarakat mengenai pentingnya hubungan kebiasaan
terkait mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi.

E. Keaslian Peneliti
Table 1.1
No Nama Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti penelitian Penelitian Penelitian
1. Oldry Enda Hubungan Penelitian ini Hasil dari Menganalisis Jenis peneliti
Mullo, Dkk, antara merupakan studi potong peneliti antara menggunakan
(2018) kebiasaan lintang atau 73 pasie bahwa tidak hubungan kopi 2 uji chi square
minum dengan usia ≥ 45 dan ada dengan kopi, dan Continuity
kopi telah di uji dengan chi hubungan dan jenis Correction.
dengan square dan Continuity kopi dengan penelitian
kejadian Correction. hipertensi sama
hipertensi dengan 73 menggunakan
di wilayah responden chi square
kerja pada umur ≥
Puskesmas 45 tahun
Paniki
Bawah
Kota
Manado
2. Rahma wati, Hubungan Metode yang digunakan Ada Kebiasaan Pengambilan
Rita, Dkk, kebiasaan adalah metode cross hubungan minum kopi data
(2016) minum sectional, subjek antara kopi dilihat dengan menggunakan
kopi penelitian sebanyak 58 dengan lama minum wawancara,
terhadap orang dan di ambil hipertensi kopi dan di dan subyek
secara purposive ambil yang di umur

6
tingkat sampling, analisis yang menggunakan 45-65 tahun
hipertensi digunakan uji statistic kuesioner, (lansia)
sperarmans rho dengan lembar
hasil <0,05. observasi
3. Difran Nobel, Hubungan Metode yang digunakan Tidak ada Menggunakan Pengumpulan
Dkk, (2018) Kebiasaan adalah metode cross hubungan kuesioner, dan data statistic
Mengkoms sectional, variabel kebiasaan lembar yang
umsi Kopi independen adalah mengkomsu observasi digunakan
Dengan kebiasaan msi kopi pada
Tekanan mengkomsumsi kopi dengan penelitian ini
Darah Pada dan variabel dependen tekanan adalah
Dewasa tekanan darah, besar darah pada spearman
Muda sempel yang di ambil dewasa rank, hasil uji
40 menggunakan muda statistic bahwa
kuesioner dan lembar di tidak ada
observasi, dengan hubungan
teknik purposive kebiasaan
sampling, skala mengkomsum
pengumpulan data si kopi dengan
ordinal hipertensi
Statistik pada penelitian
ini adalah Korelasi
Sperman Rank

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian hipertensi
Seseorang dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik
≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Pada
pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukur
utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi (Apriyani, 2019).
Pengertian hipertensi menurut Manutung (2018) dapat didefinisikan
sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 90 mmHg. Tekanan darah manusin secara alami berfluktuasi sepanjang
hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah
tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan
organ yang dapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana sesang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan suatu kondisi ketika tekanan darah seseorang
sama atau melebihi 140 mmHg pada sistolik dan 90 mmHg pada diastolik.
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah di dalam pembuluh nadi
(arteri) (Junaedi, Dkk. 2013).
Dari definisi diatas disimpulkan bahwa hipertensi biasa dikenal
dengan tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan yang terjadi di
pembuluh darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi dapat terhambat untuk
sampai keseluruh jaringan tubuh. Dapat dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah sistolik dan diastolic > 140/90 mmHg.

8
2. Penyebab hipertensi
Penyebab hipertensi menurut Budi (2015) hipertensi dapat
dibedakan menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat
dimodifikasi antara lain :
a. Faktor yang dapat di modifikasi
1) Pendidikan

Hipertensi berhubungan terbalik dengan tingkat pendidikan,


orang berpendidikan tunggi yang mempunyai informasi kesehatan
termasuk hipertensi dan lebih mudah menerima gaya hidup sehat
seperti diet sehat, olah raga, dan berat badan ideal. Sebanyak 66 juta
orang Amerika mengalami peningkatan tekanan darah (tekanan
darah sistolik 2). 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90
mmHg: di mana 72% menyadari penyakit mereka, tetap hanya 61
mendapat pengobatan dan hanya 35% yang terkontrol di bawah
40/90 mmHg.

2) Obesitas

Obesitas terjadi pada 64% pasien hipertensi. Lemak badan


mempengaruhi kenaikan tekanan darah dan hipertensi. Penurunan
berat badan menurunkan tekanan darah pada pasien obesitas dan
memberikan efek menguntungkan pada faktor risiko yang terkait,
seperti resistensi insulin, diabetes melitus, hiperlipidemia, dan
hipertrofi ventrikel kiri. Penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada penurunan berat badan 5,1 kg adalah 4,4 dan 3,6
mmHg. Insiden obesitas lebih tinggi pada perempuan 34,4%
dibandingkan pada laki-laki 28,6%. Obesitas, sebuah masalah
kesehatan dunia, telah diidentifikasi sebagai faktor risiko sangat
penting untuk hipertensi. Individu obesitas mempunyai risiko lebih
tinggi terjadi hipertensi. Obesitas diketahui sebagai hasil kombinasi
disfungsi pusat makan di otak, ketidakseimbangan asupan energi
dan pengeluaran, dan variasi genetik. Gen obesitas (ob) yang

9
ditemukan pada tahun 1950 merupakan gen pertama yang
diidentifikasi berkaitan dengan onset obesitas. Obesitas dan
hipertensi mempunyai gen yang sama.

3) Diet garam

Natrium meningkat intraselular dalam sel darah dan


jaringan lain pada hipertensi primer (esensial). Hal ini dapat
disebabkan oleh ketidaknormalan pertukaran Na-K dan transpor Na
lain, Peningkatan Na intraseluler dapat meningkatkan Ca
intraselular sebagai hasil pertukaran yang difasilitasi dan dapat
menjelaskan peningkatan tekanan otot polos vaskular yang
berhubungan dengan hipertensi. Pasien dengan tekanan darah
normal atau tinggi sebaiknya tidak konsumsi lebih dari 100 mmol
garam per harı (2,4 gram natrium, 6 gram natrium klorida perhari).
Asupan garam dapat menyebabkan rigiditas otot polos vaskular,
oleh karena itu asupan garam berlebihan dapat menyebabkan
hipertensi.

4) Alkohol

Konsumsi alkohol akan meningkatkan risiko hipertensi,


namun mekanismenya belum jelas, kemungkinan bahaya
transportasi kalsium ke dalam otot polos dan melalui peningkatan
katekolamin plasma. Terjadinya hipertensi lebih berat pada
peminum alkohol akibat aktivasi simpatetik. Studi di Jepang pada
tahun 1990, didapatkan 34% hipertensi yang disebabkan oleh
minum alkohol, di mana efek alkohol terhadap tekanan darah
revesibel. Peminum alkohol lebih dari dua gelas sehari akan
memiliki risiko hipertensi dua kali lipat dibandingkan bukan
peminum, dan tidak optimalnya efek dari obat anti hipertensi. Pada
pasien hipertensi yang mengonsumsi alkohol, disarankan kurang
dari 30 ml per hari atau 40 mg etanol per hari.

10
5) Kopi (Kafein)

Kopi merupakan minuman stimulan yang dikonsumsi


secara luas di seluruh dunia. Di mana kopi dapat meningkatkan
secara akut tekanan darah dengan memblok reseptor vasodilatasi
adenosin dan meningkatkan norepinefrin plasma. Minum dua
sampai tiga cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah secara
akut, dengan variasi yang antara individu dari 3/4 mmHg sampai
15/13 mimHg. Di mana tekanan darah akan mencapai puncak
dalam satu jam dan kembali ke tekanan darah setelah empat jam.

6) Stress

Prevalensi tinggi dari hipertensi pada individu obesitas


terkait dengan faktor psikososial, termasuk stres kronik. Aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal merupakan kunci yang terhubung
obesitas, hipertensi, dan stres kronik. Oleh karena itu, orang
seharusnya mengurangi stres untuk menghindari lingkaran setan
stres mental, obesitas, hipertensi, dan diabetes. Pada manusia,
Stimulasi Sistem Saraf Simpatetik (SSS), disebabkan stres kronik,
meningkatkan frekuensi nadi dan curah jantung dan juga
mengaktivasi System Hormone Yang Mengatur Tekanan Darah
Dan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit (RAAS), yaitu atau
pressor penting lain. Peningkatan aktivitas SSS juga berperan
dalam gangguan metabolisme dan lemak.

b. Faktor yang tidak dapat di modifikasi


1) Jenis kelamin
Hipertensi terkait dengan jenis kelamin laki-laki dan usia.
Namun, pada usia, risiko hipertensi tajam pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Hipertensi terkait dengan indeks massa
tubuh (IMT). Laki-laki obesitas lebih mempunyai risiko hipertensi
lebih besar dibandingkan perempuan obesitas dengan berat badan

11
sama. Tekanan darah sistolik rata lebih tinggi pada laki-laki anak
perempuan sepanjang awal dewasa, walaupun pada individu yang
lebih tua peningkatan terkait usia lebih tinggi pada perempuan.
2) Usia
Jumlah penduduk di atas 65 tahun meningkat secara cepat
dan, pada kurang dari 30 tahun, satu dari lima orang di Amerika
Serikat akan berusia di atas 65 tahun. Tekanan darah sistolik
meningkat progresif sesuai usia dan orang lanjut usia dengan
hipertensi merupakan risiko besar untuk penyakit kardiovaskular.
Prevalensi hipertensi meningkat sesuai dengan usia dan lebih sering
pada kulit hitam dibandingkan kulit putih. Angka mortalitas untuk
stroke dan penyakit jantung koroner yang merupakan komplikasi
mayor hipertensi, telah menurun 50-60% dalam 3 dekade terakhir
tetapi saat ini menetap. Jumlah pasien dengan penyakit ginjal
stadium akhir dan gagal jantung, di mana hipertensi merupakan
penyebab mayor terus meningkat.
3) Genetik
Hipertensi pada orang yang mempunyai riwayat hipertensi
dalam keluarga sekitar 15-35%. Suatu penelitian pada orang
kembar, hipertensi terjadi pada 60% laki-laki dan 30-40%
perempuan. Hipertensi usia di bawah 55 tahun terjadi 3,8 kali lebih
sering pada orang dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. 15
Hipertensi dapat disebabkan mutasi gen tunggal, berdasarkan
hukum mendel. Walaupun jarang, kondisi ini memberikan
pengetahuan penting tentang regulasi darah dan mungkin dasar
genetik hipertensi esensial. Glukokortikoid (aldosteronisme yang
dapat aldosteronisme remediable dipertahankan oleh
glukokortikoid) merupakan penycbab dominan autosomal dari
hipertensi tahap awal dengan aldosteron normal atau tinggi dan
renin yang rendah.

12
4) Ras
Risiko hipertensi lebih tinggi pada kulit hitam menunjukkan.
bahwa perhatian lebih besar harus diberikan walaupun derajat
hipertensi lebih rendah pada ketompok ini, tetapi hal ini tidak cukup
untuk menggunakan kriteria berbeda untuk mendiagnosis hipertensi
pada kulit hitam.

3. Klasifikasi hipertensi
Menurut Tjokroprawiro (2015), klasifikasi tekanan darah untuk
dewasa berusia >18 tahun. Seventh Joint National Committee (JNC-7)
memperkenalkan klasifikasi prehipertensi bagi tekanan darah sistolik yang
berkisar antara 120-139 mmHg dan atau diastolik antara 80-89 mmHg
yang berlawan dengan klasifikasi JNC-6 yang memasukkan dalam
kategori normal dan normal tinggi. Kategori prehipertensi mempunyai
peningkatan risiko untuk menjadi hipertensi.

Table 2.1
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Tekanan Darah (Sistolik)mmHg (Diastolik) mmHg

Normal < 120 < 80

Pre hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 >160 >100

Sumber : Yanita,2017 dalam (Alfaqih, 2022)

13
4. Patofisiologi

Tekanan darah normal dapat terjadi karena mekanisme tubuh yang


bekerja secara sinergi dan dalam keseimbangan. Apabila terjadi gangguan
atas mekanisme ini, tekanan darah akan meningkat. Meningkatnya tekanan
darah di dalam arteri terjadi karena jantung memompa darah lebih kuat
dari biasa nya, karena ada sumbatan atau hambatan aliran darah, arteri
besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat
mengembang ketika jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dan menyebabkan kenaikan tekanan. Inilah yang
terjadi pada usia lanjut, ketika dinding arteri telah menebal dan kaku
karena arteriosklerosis, dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil
(arteriolar) mengerut untuk sementara waktu karena rangsangan saraf atau
hormon di dalam darah. (Nuryati Ermi, 2021).

Faktor-faktor yang berperang dalam pengendalian tekanan darah,


pada dasarnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rumus dasar.
Tekanan darah dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem
sirkulasi yang merupakan hasil dari aksi pompa jantung atau yang sering
disebut curah jantung (cardiac output) dan tekanan dari arteri perifer atau
sering disebut resistensi perifer. Kedua penentu primer adanya tekanan
darah tersebut masing-masingjuga ditentukan oleh berbagai interaksi
faktor-faktor serial yang sangat kompleks (Budi, Dkk. 2015)

14
5. Pathway
Skema 2.1
Patway

Umur Jenis kelamin Life style Obesitas

Hipertensi

Vasokontruks
i

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah

Resistesis pembuluh Retensi NA Sistemik Fatigue


darah otak
meningkat
Hipervolemi Vasokontroks
Nyeri Akut a i Intoleransi
Aktivitas
Aflerload
meningkat

Penurunan curah
jantung

Sumber (Mediarti, 2022)

15
6. Manifestasi klinis
Pada sebagian penderita hipertensi tidak menimbul kangejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi padapenderita hipertensi,
maupun pada seorang dengan tekanan darah normal. Jika hipertensinya
berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak napas
f. Gelisah
g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal
Kadang penderita hipertensi beat mengalami penurunan kesadaran
dan bahikan kora karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini
disebut Ensepalopati Hipertensif, yang memerlukan penanganan segera
(Manutung, 2018).

7. Komplikasi hipertensi
Komplikasi dari hipertensi sering dirujuk sebagai kerusakan akhir
organ karena kerusakan pada organ-organ ini adalah hasil akhir dari
tekanan darah tinggi kronis. Oleh karena itu, diagnosa tekanan darah tinggi
sangat penting sehingga usaha-usaha dapat dibuat untuk membuat tekanan
darah menjadi normal dan mencegah terjadinya komplikasi. Tekanan
darah tinggi berkepanjangan berbahaya, karena penyakit ini bisa
menyebabkan komplikasi yang sering kali mematikan antara lain serangan
jantung, stroke, dan gagal ginjal (Carlson Wade, 2016).

16
8. Penatalaksanaan hipertensi

Pengobatan hipertensi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah.


Pengobatan terhadap hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan
nonfarmakologis. Pengobatan farmakologis pada hipertensi biasanya
melibatkan berbagai obat anti hipertensi, sedangkan pengobatan
nonfarmakologis biasanya dilakukan dengan penerapan gaya hidup sehat
dan terapi herbal. Sebenarnya, penggabungan antara pengobatan
farmakologis dan nonfarmakologis dapat dilakukan untuk
memaksimalkan pengobatan hipertensi, tentunya dengan anjuran tenaga
medis. (Yanita, 2017)
a. Pengobatan Farmakologis
Terapi obat bagi penderita hipertensi dilakukan dengan
menggunakan obat anti hipertensi. Beberapa jenis obat anti hipertensi
yang biasa diresepkan oleh dokter adalah sebagai berikut:
1) Diuretik.
Obat ini digunakan untuk membantu ginjal mengeluarkan cairan dan
garam yang berlebih dari dalam tubuh melalui urin.
2) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor.
Digunakan untuk mencegah produksi hormon angiotensin II, karena
hormon tersebut dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
3) Beta Blocker.
Digunakan untuk memperlambat detak jantung dan kontraksi
menurunkan kekuatan jantung sehingga aliran darah yang terpompa
lebih sedikit dan tekanan darah berkurang.
4) Calsium Chanel Blocker
Digunakan untuk memperlambat laju kalsium yang melalui otot
jantung dan yang masuk ke dinding pembuluh darah.(CCB).
5) Vasodilator.
Digunakan untuk menimbulkan relaksasi otot pembuluh sehingga
tidak terjadi darah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah
pun berkurang.

17
b. Pengobatan Nonfarmakologis
Pola hidup sehat terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan
secara umum dapat menurunkan risiko kardiovaskuler. Pada pasien
hipertensi stadium awal, tanpa ada faktor risiko lain. Menjalankan pola
hidup sehat merupakan tata laksana di awal yang harus dijalani selama
kurang lebih 4-6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut tekanan
darah juga tidak terjadi penurunan maka faktor risiko kardiovaskuler
akan meningkat sehingga terpi nonfarmakologi juga sangat mendukung
terhadap terapi farmakologi. Selain itu terapi nonfarmakologi juga
dapat dilakukan seperti terapi komplementer, terapi herbal dan terapi
relaksasi progresif (Gunawan, 2012).

B. Konsep Dasar Kebiasaan


1. Definisi Kebiasaan

Kebiasaan atau "habits"di sisi lain adalah rutinitas perilaku karena


perilaku tersebut terjadi secara rutin dan berulang kali namun secara
teratur. Fitur penting lainnya dari kebiasaan adalah bahwa hal itu terjadi
tanpa sadar, lagi pula jika kita terlibat dalam kebiasaan maka kita
sebenarnya tidak sadar tentang rutinitas perilaku itu. Sangat menarik untuk
dicatat bahwa kadang kadang kebiasaan itu bersifat wajib (Liliweri, 2021)

2. Jenis kebiasaan manusia


Seorang psikologi (Suryaningtyas, 2019) menyatakan bahwa yaitu:
kebiasaan itu terbagi menjadi tiga kelompok,
1) Kebiasaan yang bersifat otomatis
Kebiasaan yang bersifat otomatis sepert gerakan berjalan dan yang
sejenis dengannya. Kebiasaaan ini menyerupai dengan gerak reflek,
hanya saja ada beberapa hal yang membedakan antara keduanya.
2) Kebiasaan gerak indera tubuh
Dalam kebiasaan ini perasaan sedikit memerankannya, seperti
kebiasaan makan, berpakaian, dan apa yang menyerupai kebiasaan itu

18
sendiri. Dalam hal ini, penglihatan seseorang terhadap mandorong ia
untuk memakannya.
3) Kebiasaan gerakan berfikir
Kebiasaan ini berbeda dengan dua jenis yang disebutkan diatas,
pendorongnya adalah pikiran atau sesuatu yang bersifat bukan materi.
Contoh kebiasaan ini seperti kebiasaan berbicara atau berkolaborasi.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan

Faktor yang mempengaruhi kebiasaan menurut Albert Bandura


dalam penelitian Nunu Nurfirdaus (2019):
a) Lingkungan
Faktor lingkungan atau tempat tinggal (misalnya rumah)
mempengaruhi kita dalam membentuk suatu kebiasaan beraktivitas ng
akhirnya
b) Pendidikan
Pendidikan baik yang berlangsung secara formal di madrasah atau di
sekolah maupun yang berlangsung secara informal dilingkungan
keluarga memiliki peranan penting dalam mengembangkan psikososial.
c) Usia
Walaupun faktor ini bukan faktor penentu tetapi usia dapat
mempengaruhi kebiasaan seseorang.
d) Jenis Kelamin
Kesadaran jenis kelamin akan dapat membantu memahami diri dan
menumbuhkan motivasi sesuai dengan keadaan dirinya
e) Sikap
Sikap bisa diartikan sebagai perasaan dan juga pikiran seseorang dalam
bertingkah laku saat sedang tidak menyukai atau menyukai sesuatu.
f) Perilaku
Kebiasaan merupakan suatu perilaku yang lakukan secara berulang-
ulang daam cara yang sama secara terus menerus, tanpa sadar, karena
sesuatu tersebut tetanam di dalam fikiran dan jiwa seseorang karena

19
sifatnya yang terus-menerus selalu dilakukan, sehingga menimbulkan
suatu kebiasaan yang merupakan tabiat seseorang.
4. Tahapan Kebiasaan
Menurut Civilization (2020) pembentukan kebiasaan yang dikenal
dengan sebutan Habit Loop. Terdapat empat tahapan yang perlu dilalui
dalam membentuk sebuah kebiasaan:
1) Cue merupakan stimulus awal terhadap orak untuk menginisiasi
kebiasaan atau sinyal dalam memulai sesuatu.
2) Craving merupakan tahapan memotivasi setiap kebiasaan yang terjadi
dan menjadi alasan awal memulai sebuah kebiasaan.
3) Response merupakan bentuk nyata. atau implementasi berupa aktivitas
yang dilakukan.
4) Reward merupakan akhir dari tujuan dari kebiasaan kita. Keempat
tahapan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
sebab keempat proses tersebut saling berintegrasi.

C. Konsep Dasar Kopi


1. Definisi kopi
Kopi adalah minuman yang berasal dari biji kopi yang dipanggang,
kemudian diseduh dengan cara infusi atau perkolasi dengan air panas. Itu
adalah definisi kopi menurut Mernam Webster Dictionary. Adapun biji kopi
berasal dari tanaman kopi dengan genus Coffea, terutama Coffea Arabica
dan Coffen canephora, yang biasa tumbuh di daerah yang beriklim hangat
dan panas. Pohon kopi tidak tinggi, merupakan tanaman perdu dan berbuah
di batangnya. Buah ini dapat dengan mudah dipetik oleh petani kopi
(Surjani, 2022).

20
2. Jenis-jenis Kopi
Menurut Pudji (2012) ada empat jenis kelompok kopi yang dikenal,
yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika, dan kopi ekselsa. Kelompok
kopi yang dikenal memiliki nilai ekonomis dan diperdagangkan secara
komersial, yaltu kopi arabika dan kopi robusta. Sementara itu, kelompok
kopi liberika dan kopi ekselsa kurang ekonomis dan kurang komersial. Kopi
arabika dan kopi robusta memasok sebagian besar perdagangan kopi dunia.
Jenis kopi arabika memiliki kualitas cita rasa tinggi dan kadar kafein lebih
rendah dibandingkan dengan robusta sehingga harganya lebih mahal.
Kualitas cita rasa kopi robusta di bawah kopi arabika, tetapi kopi robusta
tahan terhadap penyakit karat daun.
Kopi liberika dan kopi ekselsa dikenal kurang ekonomis dan
komersial karena memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran biji serta
kualitas cita rasanya. Kegiatan seleksi terhadap jenis kopi liberka masih
mungkin dilakukan untuk membuktikan nilai ekonomis dan komersialnya
agar dikenal masyarakat luas.

3. Karakteristik Kafein
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam
biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman
penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia
CaH₁0N8O₂ dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek
langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang
ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan
jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses),
tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak beraturan. Dari
beberapa literatur, diketahui bahwa kopi dan teh banyak mengandung kafein
dibandingkan jenis tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh
menghasilkan biji kopi dan daun teh dengan sangat cepat, sementara
penghancurannya sangat lambat (Edy wihuwo, 2021).

21
4. Kandungan Kopi
Kafein dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Kebiasaan
minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75–400 mg
kafein, sehingga minum kopi lebih dari empat cangkir sehari dapat
meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah
diastolik sekitar 8 mmHg (Rita, 2016).
Senyawa paling popular yang dipercaya ada dalam secangkir
seduhan kopi adalah kafein. Kadar kafein dalam biji kopi sebelum di sangrai
bervasriasi antara 2,2-2,8,% untuk robusta dan 0,6-1,2%. Secangkir seduhan
kopi siap dinikmati mangandung 70-140 mg kafein, yang sangat bergantung
pada proses penyeduhan, spesies kopi, baik sigle origin maupun blended,
dan tentu saja ukuran cangkir kopi yang siap dinikmati (Enade, 2021).

5. Kandungan Kafein Dalam Kopi


Dalam jurnal Elfariati (2020) beberapa penelitian sebelumnya telah
menganalisis kandungan kafein dalam minuman kopi. Maramis, dkk. (2013)
melakukan analisis kandungan kafein pada kopi kemasan bubuk yang dijual
di kota Manado, hasilnya dari 6 sampel yang diuji rata-rata kandungan
kafein dalam satu porsi/sajian sebesar 34,76 mg. Selanjutnya penelitian
yang dilakukan oleh Suryani, dkk. (2016) menganalisis kandungan kafein
pada kopi kemasan yang beredar di kota Banten. Hasilnya dari 5 sampel
yang diuji rata-rata kandungan kafein sebesar 45,87 mg/sajian. Begitu pula
penelitian yang dilakukan oleh Crismaaji (2018) yang dilakukan di
Yogyakarta pada kopi bubuk robusta, didapati kadar kafein sebesar 23,45
mg/sajian.
Di tubuh kita, sistem saraf melihat kafein mirip dengan adenosin
sehingga kafein kemudian akan berikatan reseptor adenosin di otak. Tetapi
kerja kafein bertolak belakang dengan kerja adenosin. Kafein akan
menggunakan semua reseptor adenosin yang ada di otak sehingga sel-sel
tubuh kita tidak lagi dapat mendeteksi adenosin. Hasilnya, kerja sel-sel

22
tubuh akan menjadi lebih aktif karena tidak ada adenosin yang bersifat
merelaksasi. Ini membuat otak menginterpretasi terjadi bahaya pada tubuh
sehingga memicu dihasilkannya adrenalin, hormon yang berkerja dalam
mikanisme (Tri Wahyuni, 2013).

6. Efek Positif Dalam Tubuh


Kafein diketahui memiliki efek ketergantungan dan memiliki efek
positif pada tubuh manusia dengan dosis rendah yaitu ≤ 400 mg seperti
peningkatan gairah, peningkatan kegembiraan, kedamaian dan kesenangan.
Selain itu, kafein juga memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara
klinis, seperti menstimulasi susunan pusat relaksasi otot polos terutama otot
polos bronkus dan stimulasi otot jantung (Elfariayati, 2020).

7. Efek Negatif Dalam Tubuh


Selain memberikan efek positif kafein juga dapat memberikan efek
negatif bagi tubuh manusia. Penggunaan kafein secara berlebihan dapat
menyebabkan kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan rutin.
Lebih jauhnya, pengonsumsian kafein secara berlebihan dapat memberikan
efek negatif berupa detak jantung yang tidak normal, sakit kepala,
munculnya perasaan was-was dan cemas, tremor, gelisah, ingatan
berkurang, insomnia dan dapat menyebabkan gangguan pada lambung dan
pencernaan (Elfariayati, 2020).

23
D. Kerangka Teori

Skema 2.2
Kerangka Teori

Faktor yang Macam kebiasaan


mempengaruhi manusia:
kebiasaan 1. Kebiasaan yang
1. Lingkungan otomatis
2. Pendidikan 2. Kebiasaan indra
3. Usia gerak tubuh
4. Jenis kelamin 3. Kebiasaan gerak
5. Sikap berfikir
6. Prilaku

Klasifikasi hipertensi:
Tahapan kebiasaan:

1. Derajat 1,130-80 1. Cue


2. Craving Derajat Hipertensi
2. Derajat 2 ,140-90 3. Response
3. Derajat 3 ,180-120 4. reward

Sumber: Henny, Dkk, (2021), AHA (2017), Suryaningtyas, (2019),


Nunu Nurfirdaus (2019), Civilization (2020).

24
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep menggambarkan hubungan-hubungan yang lebih
terbatas dan spesifik antara variabel-variabel yang diteliti (Machfoedz,
2019). Kerangka konsep pada penelitian ini menjelaskan keterikatan antara
variabel independen dan variabel dependen digambarkan secara skematis
pada skema berikut ini:

Variable Independen:
Variable Dependen:
Kebiasaan
Derajat hipertensi
mengkomsumsi kopi

Skema 3.1
Kerangka konseptual

B. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis
alternative (Ha) yaitu, adanya hubungan kebiasaan mengkomsumsi kopi
dengan derajat hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Perumnas I
Kecamatan Pontianak Barat.
C. Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan
parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sementara cara
pengukuran merupakan cara yaitu variabel dapat diukur dan ditentukan
karakteristiknya (Hidayat, 2017).

25
Table 3.1
Definisi Oprasional

No Variable Definisi Alat dan Cara Hasil Ukur Skala


Penelitian Oprasional Ukur
Independen
1. Kebiasaan Kopi yang di Alat ukur : 1. < 1 canngkir/hari Rasio
mengkomsu gunakan Kuesioner dengan 3 2. 1-2 cangkir/hari
msi kopi merupakan kopi pertanyaan
3. 3-4 cangkir/hari 5
bubuk seduh Cara ukur :
hari cangkir/hari
Exeto Robusta, Pengukuran
dosis kopi yang dilakukan dengan
digunakan menggunakan skala
sebanyak 19,5 guttmen
gram dan
dilarutkan
dengan air panas
hingga
terbentuk kopi
200ml.
Dependen
2. Derajat Pengukuran Pengukuran 1. Hipertensi derajat 1 Ordinal
Hipertensi tekanan darah tekanan darah Sistolik: 140-159 mmHg
sistolik ≥ 140 sitolik dan distolik Distolik: 90-99mmHg
mmHg dan dengan 2. Hipertensi derajat 2
distolik ≥ 90 menggunakan Sistolik : > 160 mmHg
mmHg pada spygnomanometer, Diatolik : > 100 mmHg
responde yang stetoskop dan
berada di dicatat di lember
puskesmas observasi
perumnas 1

26
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan digunakan dalam peneliti ini adalah penelitian
kuantitatif dengan deskriptif analitik. Deskriptif analitik adalah penelitian
deskriptif suatu penelitian yang digunakan untuk mencari gambaran atau hasil
dari suatu peristiwa, situasi, perilaku, subjek, atau fenomena pada masyarakat.
Penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang apa, kapan, siapa,
di mana, dan bagaimana berkaitan dengan suatu permasalahan yang diteliti
(Mawarti 2021). Penelitian menggunakan desain cross-sectional merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada
saat yang bersamaan, atau melakukan pemeriksaan status paparan dan status
penyakit pada titik yang sama, penelitian ini umumnya dilakukan pada
hubungan penyebab dengan penyakit tersebut (Aziz, 2018).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kebiasaan
mengkomsumsi kopi dengan derajat hipertensi, di wilayah kerja Puskesmas
Perumnas I Kecamatan Pontianak Barat.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan Juni hingga bulan Juli 2022.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskemas Perumnas I
Kecamatan Pontianak Barat.

27
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu semua
masyarakat di wilayah puskesmas Perumnas I Kecamatan Pontianak Barat.
Jumlah populasi sebesar 2209 pengambilan data ini berdasarkan data yang
di berikan oleh pihak Puskesmas Pontianak barat.
2. Sampel
Dalam penelitian sampel, yang dimaksud sampel adalah sebagian
populasi yang di ambil dengan menggunakan teknik sampling, jumlahnya
ditentukan oleh rumus atau suatu formula, dengan tujuan untuk mewakili
populasi dalam suatu uji olah data dari suatu penelitian tertentu (Ircham,
2019). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
non probality sampling dengan metode purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016).
Besaran sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin:

n= N
1+N (d²)

Keterangan:
n = Besar sample
N = Besar populasi
d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (10% = 0,1)
Perhitungan sample:
n= N
1+ N (d²)
n= 2209
1+ 2209 (0,1²)
n= 2209
1+ 2209 x 0,01

n = 95,6, n = 96

28
Dalam mengoreksi perhitungan jumlah sample berdasarkan rumus di
atas, maka peneliti melakukan perkiraan sample drop out dengan prediksi
10% dengan rumus berikut ( ):
n= n
1+ f
n= 96
1+ 0,16
n = 107 orang
Sehingga, sample yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah 107 orang responden penelitian.
3. Kriteria sampel
Kreteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi pda penelitian ini adalah:
1) Responden yang bisa membaca dan menulis
2) Responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1) Responden yang menolak untuk berpatisipasi
2) Responden menderita gangguan jiwa
3) Responden yang terdapat gejalah covid-19

D. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, data yang diperoleh yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden langsung
dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi yang telah dibuat di
wilayah Puskemas Perumnas I Kecamatan Pontianak Barat.

29
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
studi pendahuluan dengan mengumpulkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Puskesmas
Perumnas I dan referensi-referensi yang mendukung yang diambil dari
literatur seperti E-book, jurnal nasional, teks book, serta buku panduan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian (Notoadmojo, 2018). Pengumpulan data dilakukan secara langsung
terhadap responden. Teknik pengumpulan data yang disebarkan kepada
responden dengan cukup menjawab pertanyaan pada kolom yang sudah
disediakan menggunakan Skala Guttman.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap responden sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Ketua
STIKes Yarsi Pontianak yang ditunjukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan untuk melakukan penelitian di Puskemas Perumnas I
b. Setelah mendapat izin dari Dinas Kesehatan, selanjutnya peneliti
telah meminta izin kepada Puskemas Perumnas I
2. Tahap pelaksanaan
a. Setelah mendapat izin untuk melakukan penelitian, peneliti
menetapkan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.
b. Peneliti meminta data-data hipertensi di Puskesmas Perumnas 1
untuk mendatangi pasien hipertensi ke rumah-rumah
c. Peneliti menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan
masker serta menganjurkan responden untuk menggunakan masker
dan memberikan handsanitizer sebelum mengisi kuesioner

30
d. Peneliti melakukan pendekatan dan membina hubungan saling
percaya dengan responden di wilayah Puskesmas Perumnas I
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
e. Responden yang sesuai kriteria diberikan penjelasan tentang
maksud, tujuan dan manfaat dari penelitian. Setelah responden
mendapat penjelasan peneliti memberikan lebar infromed consent
dan meminta responden menandatangani, setelahnya peneliti
memberikan lembar kuesioner kepada responden untuk diisi sesuai
keterangan yang ada pada lembar kuesioner.
f. Setelah semua jawaban terisi peneliti mengucapkan terimakasih
kepada responden.
g. Setelah dirasa lengkap peneliti melakukan analisis dan pembahasan
dari hasil peneliti yang telah dilakukan.

F. Instrument Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat
kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun
demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan
sebagai bentuk penelitian (Sugiono, 2019). Instrument penelitian terdiri dari 2
intrumen yaitu A dan B.
1. Instrumen A
Instrumen A adalah instrumen minum kopi yang terdiri dari 3 pertanyaan

Tabel 4.1
≥ 3 cangkir/hari ≥ 600ml 1

< 3 cangkir/hari < 600ml 2

2. Instrumen B
Intrumen B adalah instrumen mengecek tekanan darah dan ditulis dalam
lembar observasi.

31
G. Pengelolahan Data
Proses pengelolahan data dalam penelitian ini dapat dilakukan
melalui bebera tahapan, antara lain (Hidayah, 2018):
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti melakukan
pengecekan isi kuesioner berupa kelengkapan pengisian responden,
kejelasan jawaban responden, relevan jawaban dengan pertanyaan dan
konsisten. Data yang dilakukan editing adalah data kebiasan
mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi dengan menganalisis data
statistik menggunakan SPSS (Statistical program for social science).
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengobatan dan analisis data menggunakan
komputer.
Setelah kuesioner diedit, tahap selanjutnya dilakukan pengkodean
yaitu mengubah data angka atau huruf menjadi data angka atau bilangan
yang digunakan untuk memasukkan data. Setalah dilakukan editing maka
peneliti langsung melakukan coding pada lembar kuesioner tersebut agar
mudah dilakukan pengolahan dan analisa. Memberi kode terhadap item-
item pada masing-masing variabel pada kriteria:
a. Hipertensi: kode 1 (derajat 1), kode 2 (derajat 2).
b. Kebiasaan kengkonsumsi kopi: kode 1 (≥ 3 cangkir/hari), kode 2 (<
3 cangkir/hari).

32
3. Data entry
Pada penelitian ini data yang telah dikumpulkan ke dalam master
table atau database computer, kemudian distribusi frekuensi sederhana atau
dengan membuat tabel kontigensi. Jawaban dari tiap-tiap responden yang
dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam aplikasi statistik secara komputer.
4. Skoring
Memberikan nilai atau skor pada setiap item pertanyaan yang ada di
kuesioner kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi
sehingga menghasilkan nilai yang akan diteliti. Dengan nilai skor pada
kuesioner kebiasaan mengkonsumsi kopi jika responden mengkonsumsi
kopi berapa cangkir/hari.
5. Tabulating
Tabulating merupakan menyusun data yang sudah diolah kedalam
tabel distribusi frekuensi, sehingga dihitung mean, median dan modus
dengan menggunakan aplikasi pengolah data.

H. Analisa Data
Menurut (Hidayat, 2017), analisa data adalah cara megolah data agar
dapat disimpulkan atau diinterpretasikan yang akan menjadi informasi, dalam
melakukan analisa data harus terlebih dahulu data harus diolah. Analisa data
yang di lakukan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis
univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai
mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel. Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan: umurdan
jenis kelamin (Hidayat, 2017). Dalam penelitian ini dilakukan untuk analisis
univariat mendeskripsikan karateristik jenis kelamin dan umur variabel
kebiasaan mengkomsumsi kopi dengan derajat hipertensi.

33
2. Analisis Bivariat
Analisis bevariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Misalnya variabel umur dengan variabel
penyakit jantung, variabel jenis kelamin dengan variabel jenis penyakit
lainnya (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini mengalisa hubungan
kebiasaan mengkomsumsi kopi dengan derajat hipertensi di puskesmas
perumnas 1. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji T.
I. Etika Penelitian
Etika penelitian secara garis besar menurutda (Notoadmodjo, 2018),
etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti atau
responden dan msyarakat yang memperoleh dampak hasil penelitian tersebuut.
Secara garis besar. Melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang
harus dipegang yaitu (Sumantri, 2015).
Penelitian ini sudah lulus Etik dengan No surat :
019/KEPK/STIKes.YSI/VII/2022.

34
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian memaparkan distribusi variabel antara hubungan kebiasaan
mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi di Puskesmas Perumnas 1
Pontianak Barat. Penelitian ini disajikan dengan menampilkan analisis
univariat dan bivariate. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26-30 Juli 2022
di wilayah kerja Puskesmas Perumnas dengan jumlah responden 107 orang
yang sudah terdata dengan pasien hipertensi.
1. Analisa Univariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik masing-
masing variabel yang diteliti antara usia, jenis kelamin, pendidikan.
a. Usia
Hasil analisis univariat terhadap karakteristik responden pada usia
sebagai berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Proporsi Rata-Rata Umur Responden
(n = 107)
karakteristik Frekuensi (N) Mean Min-Max
Usia 107 52,46 40-68
Sumber: Data primer 2022
Tabel 5.1 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan usia
memiliki rata-rata 52, 46 atau 52 tahun dengan usia terendah 40 tahaun
dan usi tertinggi 70 tahun.
b. Jenis kelamin
Hasil analisis univariat terhadap karakteristik responden pada jenis
kelamin sebagai berikut:

35
Tabel 5.2
Distribusi Proporsi Rata-Rata Kelamin Responde
(n = 107)
Karakteristik Frekuensi (N) Presentase (%)
Laki-laki 65 67,7
Perempuan 42 39,2
Total 107 100
Sumber: Data primer 2022
Tabel 5.2 menunjukan jumlah responden laki-laki sebanyak 65 orang
(67,7%) dan perempuan sebanyak 42 orang (39,2).

c. Kebiasaan mengkonsumsi kopi di puskesmas perumnas 1


Table 5.3
Distribusi Proporsi Responden Kebiasaan Mengkonsumsi
Kopi Di Puskesmas Perumnas 1
(n = 107)
Mengkonsumsi kopi Frekuensi (N) Presentasi (%)
≥ 3 Cangkir/Hari 81 75,7
< 3 Cangkir/Hari 26 24,2
Total 107 100
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 5.3 menunjukan bahwa responden terbanyak yang mengkonsumsi
kopi lebih atau sama dengan tiga cangkir/hari yaitu sebesar (75,7%).
d. Derajat hipertensi di puskesmas perumnas 1
Table 5.4
Distribusi proporsi responden dengan derajat hipertensi di
puskesmas perumnas 1
(n = 107)
Derajat Hipertensi Frekuensi (N) Presentase (%)
Derajat 1 29 27,1
Derajat 2 78 72,8

36
Total 107 100
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 5.4 menunjukan bahwa responden terbanyak memiliki derajat 2
yaitu sebesar (72,8%).
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dengan Uji T yang digunakan untuk mengetahui kebiasaan
mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi di wilayah Puskesmas
Perumnas 1.
Tabel 5.5
Hubungan kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi
di wilayah kerja puskesmas perumnas 1
(n = 107)
Variabel Derajat hipertensi
Mengkonsumsi kopi Derajat 2 Derajat 1 Total Nilai p
n (%) n (%) n (%)
≥ 3 gelas /hari 85,3% 42,6% 40% 0,000
< 3 gelas/ hari 14,7% 57,4% 59,3%
Total 100% 100% 100%
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 5.5 dari hasil diatas, diperoleh nilai p 0,000 karena nilai p <0,05, maka
Ha diterima yang berate ada hubungan yang signifikan antara variabel
mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi di Puskesmas Perumnas 1.

B. Pembahasan
1. Gambaran karakteristik responden
a. Usia
Berdasarkan umur dari 107 responden terbanyak yaitu berumur 52
tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian Sundari (2015) dimana hasil uji
statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,01, dimana nilai p-value
<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara usia dengan kejadian hipertensi. usia merupakan salah

37
satu faktor risiko hipertensi, dimana usia 52 tahun rentan mengalami
hipertensi. Hal ini juga didukung oleh Notoatmodjo (2014) yang
menyatakan bahwa usia seseorang erat kaitannya dengan pengetahuan.
Semakin cukup usia seseorang, tingkat pengetahuannya akan lebih
matang dalam berfikir dan bertindak. Wawan & Dewi (2011)
menyatakan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Hal ini menggambarkan bahwa tingkat resiko pada pasien yang


memiliki hipertensi semakin tinggi karena berkaitan dengan faktor usia
yang sudah semakin tinggi. Salah satu faktor penyebab hipertensi yaitu
usia (Junaedi, Dkk. 2013).

b. Jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin dari 107 responden
terbanyak yaitu laki-laki sebesar 65 orang (67,7%). Hal ini juga
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) yang mengemukakan bahwa
hal tersebut dikarenakan pada wanita terdapat hormon estrogen yang
berperan dalam mengatur sistem renin angiotensin-aldosteron yang
memiliki dampak yang menguntungkan pada sistem kardiovaskular.
Kadar estrogen memiliki peranan protektif terhadap perkembangan
hipertensi. Meningkatnya kejadian hipertensi pada laki-laki diakibatkan
karena perilaku yang dilakukan oleh laki-laki kurang sehat (seperti
merokok, konsumsi alkohol, depresi dan stress pekerjaan) (Kurnia,
2020).
Hal ini dapat dikaitkan dengan ketersediaan waktu dan
kesempatan bagi responden untuk mengikuti kegiatan yang berkaitan
dengan hipertensi misalnya promosi kesehatan, pendidikan kesehatan
dan lain-lain. hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja. Sehingga
ketersediaan waktu untuk mengikuti kegiatan seperti promosi

38
kesehatan tidak banyak atau bisa dikatakan banyak dari responden
tersebut aktif pada pekerjaan mereka.
2. Kebiasaan mengkonsumsi kopi di wilayah kerja Puskesmas Perumnas 1
Berdasarkan kuesioner minum kopi dengan 107 responden pada
pernyataan ≥3 gelas/hari didapatkan nilai sebanyak 75,7%. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan minum kopi dengan kejadian hipertensi. Hasil
penelitian oleh (Rahmawati, 2018) yang mengatakan ada hubungan
kebiasaan minum kopi terhadap tingkat hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas nelayan kabupaten gresik yang dilihat dari frekuensi kopi, jenis
kopi, lama minum kopi dan kekentalan kopi, rata-rata pasien yang
mempunyai kebiasaan minum kopi berat mengalami hipertensi.
Kebiasaan minum kopi yang berlebih sangat mempengaruhi
peninggian tekanan darah. Diperkuat kembali dengan penelitian (Bella
Puspita 2021) Kebiasaan konsumsi kopi dapat mempengaruhi tekanan
darah karena kandungan di dalam kopi ada yang bernama polifenol,
kalium, dan kafein. Tetapi, di antara ketiga kandungan tersebut hanya
kafein yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi
karena kafein memiliki sifat antagonis (jahat) yang dapat meningkatkan
tekanan darah seseorang.
Penggunaan kafein secara berlebihan dapat menyebabkan
kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan rutin. Lebih jauhnya,
mengkomsumsi kafein secara berlebihan dapat memberikan efek negatif
berupa detak jantung yang tidak normal, sakit kepala, munculnya perasaan
was-was dan cemas, tremor, gelisah, ingatan berkurang, insomnia dan
dapat menyebabkan gangguan pada lambung dan pencernaan (Santika E.
E., 2020). Konsumsi kafein yang berlebihan dapat menyebabkan dampak
negatif bagi kesehatan seperti agitasi psikomotor, insomnia, sakit kepala,
dan keluhan gastrointestinal (Saragih, 2016 ).
Hal ini masyarakat yang mengkonsumsi kopi itu sendiri didapatkan
adanya program-program yang diadakan oleh pihak puskesmas. Dimana

39
program tersebut juga sebagai upaya promotif dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat bagi yang mengkonsumsi kopi.
3. Derajat hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Perumnas 1
Berdasarkan derajat hipertensi terhadap 107 responden, sebagian
besar memiliki derajat 2 sebesar (72,8%). Klasifikasi tekanan darah untuk
dewasa berusia >18 tahun. Seventh Joint National Committee (JNC-7)
memperkenalkan klasifikasi prehipertensi bagi tekanan darah sistolik yang
berkisar antara 120-139 mmHg dan atau diastolik antara 80-89 mmHg yang
berlawan dengan klasifikasi JNC-6 yang memasukkan dalam kategori
normal dan normal tinggi. Kategori prehipertensi mempunyai peningkatan
risiko untuk menjadi hipertensi Menurut (Tjokroprawiro 2015).
Kebiasaan minum kopi yang berlebih sangat mempengaruhi
peninggian tekanan darah. Dengan penelitian (Bella Puspita 2021)
Kebiasaan konsumsi kopi dapat mempengaruhi tekanan darah karena
kandungan di dalam kopi ada yang bernama polifenol, kalium, dan kafein.
Tetapi, di antara ketiga kandungan tersebut hanya kafein yang berhubungan
dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi karena kafein memiliki sifat
antagonis (jahat) yang dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Di sisi
lain, polifenol dan kalium bersifat melawan efek kafein. Karena polifenol
bertindak sebagai antioksidan, mereka dapat menghambat aterosklerosis
dan meningkatkan fungsi pembuluh darah. Kalium dapat mengurangi
tekanan darah sistolik dan diastolik dengan menghambat pelepasan renin
yang menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan air. Penurunan curah
jantung, volume plasma, dan tekanan perifer yang menyebabkan penurunan
tekanan darah.
Hal ini dapat dikatakan bahwa derajat hipertensi itu sangat penting
dalam upaya pencegahan hipertensi dan komplikasinya. Dengan
melakukan penerapan yang baik dan benar dapat membuat masyarakat
lebih fokus terhadap kesehatan dirinya sendiri dan akan selalu menjaga
kesehatan hal seperti ini dapat membuat masyarakat lebih dekat hidup sehat

40
yang dimana nantinya dapat menurunkan angka peningkatan hipertensi
tersebut.
4. Hubungan kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi di
wilayah kerja Puskemas Perumnas 1
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 107
responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat
hipertensi dengan menggunakan uji T didapatkan nilai p value 0,000 karena
nilai p <0,05, maka nilai ha diterima yang berarti ada hubungan kebiasaan
mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi.
Sejalan dengan penelitian (Melizza, 2021), mengatakan cukup kuat
antara hubungan mengkomsumsi kopi dengan tekanan darah semakin
bertambah frekuensi kopi akan semakin menambah peningkatan tekanan
darah. Berbagai macam faktor resiko penyebab hipertensi, terutama yaitu
pola hidup. Pola hidup yang dimaksud dalam penelitian tersebut yaitu
mengkonsumsi kopi berlebihan

Penelitian Difran & Yadis (2018) kopi menjadi salah satu minuman
paling popular dan digemari semua kalangan serta menganggap bahwa kopi
adalah minuman yang harus dinikmati setiap hari baik kalangan elit maupun
kalangan menengah kebawah kebiasaan ini juga dilakukan oleh anak muda
hingga orangtua. Kebiasaan ini dimulai dari segelas kopi hingga minum
kopi lebih dari empat cangkir sehari dapat meningkatkan tekanan darah
sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg.
Disisi lain kopi sering dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko penyakit
jantung koroner, termasuk meningkatkan tekanan darah dan kadar
kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium dan
kafein. Kafein dikatakan sebagai penyebab berbagai penyakit khususnya
hipertensi.
Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak mengkonsumsi kopi
secara berlebihan maka semakin tinggi juga angka kejadian hipertensi dan
sebaliknya semakin kurang mengkonsumsi kopi maka semakin kurang
angka kejadian hipertensi.

41
C. Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini dengan mamandang karakteristik responden melihat
bagaimana masyarakat Puskesmas Perumnas 1 dengan responden yang
megkonsumsi kopi peneliti juga sangat kesusahan dalam menentukan jenis
kopi yang di konsumsi dan jumlah takaran yang di konsumsi oleh responden
dengan hal ini peneliti juga masih kurangnya literature-literatur tentang
pengetahuan kopi dengan derajat hipertensi.

42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan kebiasaan
mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Perumnas 1, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan karakteristik dari 107 responden yang berjenis kelamin paling
banyak yaitu laki-laki sebanyak 65 orang (67,7%), umur terbanyak yaitu
52 tahun.
2. Hasil penelitian mengedentifikasi kebiasaan mengkonsumsi kopi terhadap
113 responden menunjukan bahwa responden terbanyak mengkonsumsi
kopi lebih sama dengan tiga cangkir/hari yaitu sebesar 75,7%)
3. Berdasarkan mengedentifikasi derajat hipertensi terhadap 113 responden,
menunjukan bahwa banyak memiliki derajat 2 yaitu sebesar (72,8%).
4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 113 responden yang
memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi dengan
menggunakan uji T di dapatkan nilai p vlue 0,000 karena nilai p <0,05,
maka Ha diterima yang berati ada hubungan yang signifikan antara variabel
mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi.

B. Saran
1. Bagi masyarakat hipertensi
Masyarakat yang mengkonsumsi kopi yang mengalami hipertensi harus
lebih banyak melakukan hal positif salah satunya dengan mengurangi
mengkonsumsi kopi, dengan cara menerapkan hal-hal yang sudah di dapat
pada saat pendidikan kesehatan tentang hipertensi serta mencari informasi
dari berbagai media dengan cara memanfaatkan segala bentuk kegiatan
maupun program-program khusus yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
baik Puskesmas maupun pelayanan kesehatan lainya. Hal tersebut dapat
dilakukan setiap saat ketika seseorang memiliki waktu luang dan dengan ini

43
harapannya akan dapat berupaya menjaga prilaku sehari-hari agar tidak
semakin berisiko menderita hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Saran yang bisa saya berikan bagi institusi pendidikan Menekan lagi
testbook, buku, dan jurnal yang mendukung terkait hipertensi. Serta
meningkatkan media pembelajaran terkait pendidikan kesehatan agar
mahasiawa dapat memberikan edukasi atau promosi kesehatan yang optimal
khususnya tentang hipertensi.
3. Bagi Puskesmas
Petugas tenaga kesehatan dan keperawatan dapat melaksanakan program-
program edukasi pencegahan mengkonsumsi kopi terhadap hipertensi
dengan media yang lebih menarik. Selain itu, tenaga kesehatan hendaknya
lebih memperhatikan bentuk dengan cara memberi informasi diberikan
kepada masyarakat agar dapat diterima dengan mudah misalnya dengan
membuat sebuah leafleat yang mengambarkan tentang sebuah penyakit
hipertensi sehingga dapat menarik perhatian masyarakat agar keinginan
untuk mengetahui tentang hipertensi lebih meningkat.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya diharapkam penelitian ini bisa menjadi salah
satu referensi untuk kedepanya dan juga dapat dikemabangkan, misalnya
jumlah variabelnya, dan populasi yang lebih banyak lagi sehingga bisa
mendapatkan hasil yang baik. Selain itu juga dapat melanjutkan penelitian
dengan peneliti dengan meneliti atau melakukan pengukuran variabel yang
lebih detail untuk menggarkan presepsi masyarakat terhadap faktor faktor
yang mempengaruhi kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan derajat
hipertensi.

44
DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri. 2021. Antara Nilai Normal Dan Adat Kebiasaan. Surabaya:
NUSAMEDIA
Alfaqih, M. F. (2022). Terapi Herbal Anti Hipertensi . Depok : Guepedia.
Aziz Alimul Hidayat. 2017. Metode Penelitian Keperawatan Dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika
Budi. Dkk. 2015. Hipertensi Manajemen Komprehensif. Surabaya: Airlangga
University Press (AUP)
Darma. K. K. (2017). Metode Penelitian Keperawatan: Pedoman Melaksanakan
Dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta Timur: Trans Info Media
Dinas Kesehatan Indonesia. (2021). Capaian Penderita Hipertensi Mendapat
Pelayanan Sesuai Standar. Dinkes kota Pontianak: Pontianak. Diakses 14
maret 2022
Difran. Yanis. (2018). Hubungan kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan tekanan
darah pada dewasa muda. Jurnal Kesehatan Vokasional: Surabaya. Jurnal
kesehatan vokasional, Vol: 3, No: 1, Diakses: 18 Maret 2022
Edy Wibowo Kurniawan. 2021. Pengetahuan Bahan Hasil Perkebunan dan
Teknologi Pasca Panen. Jakarta: PT Bank BPTP Tbk
Elfariyati. Dkk. analisis kandungan kafein pada kopi seduhan warung kopi kota
banda aceh. Bandah Aceh. Lantanita Jurnal. Vol: 8, No: 1, Diakses 9 juni
2022
Evi Kurniawati. A. (2016). Pengaruh Kopi Terhadap Hipertensi. Majorty. No: 2,
Vol: 2, Diakses: 2 juni 2022
Fandinata. selly septi. dkk. 2020, Managemen Terapi Pada Penyakit Degeneratif.
Gresik: Graniti
Hastuti Puji Apriyani. 2019. Hipertensi. Jawa tengah: (Anggota IKAPI No.
181/JTE/)
Hill Ansley. (2018). How Does Coffee Affect Your Blood Pressure: Health Line:
United Kingdom, Diakses: 17 maret 2022

45
Irwan. 2017. Etika dan Prilaku Kesehatan. Yogyakarta: Panggungharjo Sewon
Bentul
Irchan. Machfod. 2019. Metode Penelitian Kuntitatif Daan Kualitatif, Bidang
kesehatan, keperawatan, kebidanan, kedokteran, Yogyakarta: Fitramaya
Istyastono, P,e. 2021. Secangkir Kopi Dan Penemuan Obat Diabetis: Studi
Diamika Molekul. Yogyakarta: Sanata Dharma Press
James. Dkk. (2018). Effects of Habitual Coffee Consumption on Cardiometabolic
Disease, Cardiovascular Health, and All-Cause Mortality. United Stated:
Journal of the American College of Cardiology. Diakses: 18 maret 2022
Juenaidi. Dkk. 2013. hipertensi kandas berkat herbal. Jakarta, Fmedia
Kementrian kesehatan republik indoonesia. (2019). Hipertensi Penyakit Yang
Paling Bnyak Diidap Masyarakat. Jakarta: Diakses pada tanggal: 17,
maret, 2022
Kurnia, Anih 2020. Self –majemen hioertensi. Surabaya: CV. Jakad media
publiscing
Manutung. Alfeus. (2018). Trapi prilaku kongnitif pada pasien hipertensi.
Malang: Winika Media
Marliani. lili & tantan. (2013). Question & answer hipertensi. Jakarta: PT elek
media komputindo
Machfoedz. Ircham. 2019. Metode penelitian. Yogyakarta: Fitramaya
Nur Melizza. Dkk. 2021. Prevalensi Komsumsi Kopi Dan Hubungan Dengan
Tekanan Darah, Health Journal, Vol: 8, No: 1, Diakses 9 maret 2022
Noatmodjo, Sukiedjo. 2014. Promosi Kesehatan Dan Prilaku Kesehatan, Jakarta:
Renika cipta
Oldry. E.M. (2018). Hubungan Kebiasaan Mengkomsumsi Kopi Dengan
Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Peniki Bawah Kota
Manado, Jurnal KEMAS, No: 5, Vol: 7, Diakses: 7 juni 2022
Pudji Raharjo. 2012. Kopi Panduan Budi Daya dan Pengelolahan Kopi Arabika
dan Robusta. Swadaya: Anggota IKAPI
Rita. Dian. (2016). Hubungan kebiasaan minum kopi terhadap tingkat hipertensi.
Journal of Ners Community: Gresik. Diakses: 18 maret 2022

46
Tribun News. (2018). Indonesia salah satu penghasil kopi terbesar, tapi bukan
peminum kopi terbanyak. BBC News, Diakses: 18 maret 2022
Triyanto. Ending. 2014. Pelayanan Kesehatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sitomorang. paskah Rina. (2015). Faktor-Faktor Yang Yang Berhubungan
Dengan Kejadia Hipertensi Pada Penderita Rawat Inap Di Rumah Sakit
Umum, Sari Mutiara Medan Tahun 2014. No1, vol,2. Diakses pada
tanggal: 17, maret, 2022
Suswati. Irma. dkk. (2018). Interprofesional education IPE. Panduan tutorial dan
home visit keperawatan keluarga. Malang: universitas muhammadiyah
malang. Diakses 19 maret 2022
Suekidjo. Notoatmodjo. Dkk. 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
RENIKA CIPTA
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatit Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfdabeta
Surjana Wanoraharjo. 2022. Kimia Kopi Monograf Disruftif Masyarakat Modern.
Jakarta: Akademi Permata
Shofianti Nur Zama. 2018. Pengaruh Kebiasaan Yang Efektif Terhadap
Kemampuan Mengelolah Waktu Pribadi Pada Mahasiswa, Diakses 9
maret 2022
Wayan Candra. Dkk. 2017. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan.
Yogyakarta: ANDI (Anggota IKAPI)
WHO. (2021). Hipertensi. Spayol: WHO: Availeble: Diakses pada tanggal: 17,
maret, 2022.

47
PENJELASAN PENELITIAN
Saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Jabalul Rahman
Nim : 821181007
Saya mahasiswa program Studi Ners STIKes Yarsi Pontianak melakukan
penelitian yang berjudul "Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi Dengan
Derajat Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas 1"
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan saudara/i untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dalam penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan
mengkonsumsi kopi dengan derajat hipertensi. Manfaat dari penelitian ini yaitu
menjadi dasar asuhan keperawatan sehingga mendapatkan untervensi yang tepat
dalam penanganannya bagi pelayanan kesehatan. Responden dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang mengkonsumsi kopi. Responden yang mengikuti
penelitian ini tetap menjaga jarak dengan peneliti. Pengambilan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner dan lembar observasi.
Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara door to door ke rumah
responden dengan catatan tetap mematuhi protokol kesehatan. Memungkinkan
responden akan mengalami capek, serta kerugian terhadap waktu dan tenaga.
Setelah selesai pengisian kuesioner responden, Peneliti akan menjaga kerahasiaan
setiap individu yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini keputusan untuk ikut
serta diserahkan kepada individu masing masing dan berhak untuk mengundurkan
diri dari proses penelitian jika ada hal yang tidak berkenan bagi responden.

Pontianak 30 juli 2022

Peneliti

Jabalul Rahman

48
Lampiran I
Surat Izin Pengambilan Data

49
Lampiran II

50
Lampiran III
Surat Izin Pengambilan Data

51
Lampiran IV

52
Lampiran V
Keterangan lolos Etik

53
Lampiran V
Informed Consent

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden kepada:
Nama : Jabalul Rahman
NIM : 821181007
Instansi : Prodi Pendidikan Profesi Ners
Bermaksud akan melaksanakan penelitian mengenai “Hubungan
Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi Dengan Derajat Hipertensi Di Wilayah
Puskesmas Perumnas 1”. Segala informasi yang anda berikan akan dijamin
kerahasiaannya dan saya bertanggung jawab apabila informasi yang di berikan
tidak merugikan saudara/i. dengan hal tersebut, apabila saudara/i setuju ikut serta
dalam penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.
Atas kesediaannya saya mengucapkan terima kasih.

Pontianak, ……………….2022

Peneliti Responden

Jabalul Rahman …………………………


NIM: 821181007
54
Lampiran VI
Kusioner A
Berikan tanda (√) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan
anda:
D. Kebiasaan minum kopi
No Pertanyaan Pilihan
1 anda mengkomsumsi kopi 󠅉 Ya
󠅉 Tidak

2 Jika iya, berapa cangkir kopi rata- 󠅉< 1 canngkir/hari


rata yang anda minum dalam sehari? 󠅉1-2 cangkir/hari
󠅉3-4 cangkir/hari
󠅉≥ 5 hari cangkir/hari

55
Lampiran VII

FORMULIR OBSERVASI HIPERTENSI


Hubungan kebiasaan mengkomsumsi kopi dengan derajat hipertensi di wilayah
Puskesmas Perumnas I
Observasi ini diisi oleh peneliti
Petunjuk pengisian :
Isilah titik – titik atau beri tanda silang (x) pada option pilihan jawaban seseuai
hasil observasi
IDENTITAS RESPONDEN
A. No responden : ………………………………………….
B. Nama responden (inisial) : …………………………………………..
C. Alamat respoden : …………………………………………..
HASIL PEMERIKSAAN
A. Tekanan Darah
1. Tekanan darah sistolik :
………………mmHg
2. Tekanan darah diastolik
………………mmHg
B. Kategori Hipertensi
1. Hipertensi derajat I :
(Sistolik 140-159 mmHg)
Ya Tidak
(Diastolik 90 – 99 mmHg )
Ya Tidak
2. Hipertensi derajat II :
(sistolik >160 mmHg)
Ya Tidak
(Diastolik > 100 mmHg )
Ya Tidak

56
HASIL UJI STATISTIK PENELITIAN

jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulati
ve
Percent
Valid laki - laki 65 67,7 67,7 67,7
perempuan 42 39,2 39,2 100.0
Total 107 100.0 100.0

Umur tesponden

N Valid 107
Missing 0

Mean 52.46
Std. Deviation 8.514
Minimum 40
Maximum 68

Kebiasaan mengkonsumsi kopi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ≥ 3 cangkir/hari 81 74.3 74.3 74.3
< 3 cangkir/hari 26 25.7 25.7 100.0
Total 107 100.0 100.0

derajat hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid derajat 1 29 28.3 28.3 28.3
derajat 2 78 71.7 71.7 100.0
Total 107 100.0 100.0

Variables Entered/Removeda

57
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 kebiasaan . Enter
mengkonsumsi
kopib
a. Dependent Variable: derajat hipertensi
b. All requested variables entered.

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .935a .874 .873 .161
a. Predictors: (Constant), kebiasaan mengkonsumsi kopi

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 20.045 1 20.045 769.142 .000b
Residual 2.893 106 .026
Total 22.938 107
a. Dependent Variable: derajat hipertensi
b. Predictors: (Constant), kebiasaan mengkonsumsi kopi

58
Lampiran VIII

59
60
Lampiran IX

61
Lampiran
Dokumentasi

62
63
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jabalul Rahman


Tempat & Tanggal Lahir : Sungai Ambawang, 18 Juni 2000
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat Rumah : Simpang Kiri RT/RW 003/002 Desa Korek
Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu
Raya
No Hp/Email : 089607847923 / jabalulrahman924@gmail.com
Riwayat Pendidikan : Babussalam II
MI Mis
MTS Darun Nasyi’in
SMA Darun Nasyi’in
Menempuh Pendidikan Sarjana S1 di STIKes Yarsi
Pontianak

Pontianak, 11 Juli 2022

Jabalul Rahman
NIM 821181007

64

Anda mungkin juga menyukai