Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

STUDI PREFERENSI PANGAN DAN PENGARUHNYA


TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDUDUK
LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA BAJAWA

OLEH:

REDO NAGA PUPUT MELANIA


1307012228

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018

i
SKRIPSI

STUDI PREFERENSI PANGAN DAN PENGARUHNYA


TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDUDUK
LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA BAJAWA

OLEH:

REDO NAGA PUPUT MELANIA


1307012228

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa karena

atas segala anugerah dan kasih karunia-Nya, sehingga Skripsi dengan judul “Studi

Preferensi Pangan dan Pengaruhnya terhadap Kejadian Hipertensi pada Penduduk

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bajawa” dapat terselesaikan dengan

baik dan sesuai dengan harapan penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. S. P. Manongga,

MS selaku pembimbing I dan Ibu Rut R. Riwu, S.KM., M.P.H. selaku

pembimbing II yang telah dengan setia dan dengan senang hati memberikan

arahan serta petunjuk dan saran dalam penulisan Hasil Penelitian ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Engelina Nabuasa, M.S selaku dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Nusa Cendana;

2. Ibu Dr. Luh Putu Ruliati, S.KM., M.Kes selaku ketua Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat;

3. Ibu Anna H. Talahatu, S.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik

dan penguji yang telah bersedia menguji, memberikan arahan dan petunjuk

serta saran kepada penulis;

4. Bapak/Ibu dosen yang telah membagikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama masa perkuliahan;

iv
5. Kepala Puskesmas Kota Bajawa dan Kepala Dinas Kesehatan Kota

Bajawa beserta staf yang telah bersedia memberikan informasi kepada

penulis berupa data-data yang diperlukan;

6. Bapak dan ibu lanjut usia di lokasi penelitian yang bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini;

7. Bapak Andreas Redo dan Mama Paula Cornelia, Kakak Justian, Kakak

Reinaldo dan kakak Sanita, adik Edo Mone, Angela serta Gamaliel, yang

telah membantu serta memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang

kepada penulis, dan;

8. Keluarga besar KMK St. Thomas Aquinas FKM Undana, rekan-rekan

seperjuangan Higea dan Dclass 13, serta PSM Vox Gaudentia FKM

Undana yang telah mendukung penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari dalam penulisan ini terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu penulis bersedia menerima kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Tuhan Yesus Yang Maha Kasih

memberkati.

Kupang, April 2018

Penulis

v
ABSTRAK

STUDI PREFERENSI PANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP


KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDUDUK LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KOTA BAJAWA. Redo Naga Puput Melania, S. P.
Manongga dan Rut R. Riwu. Xii + 61 halaman + 8 lampiran

Preferensi pangan merupakan tindakan/ukuran suka atau tidak suka terhadap


makanan. Preferensi pangan yang dikonsumsi lansia dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh preferensi pangan
yang dikonsumsi terhadap kejadian hipertensi pada penduduk lansia di wilayah
kerja Puskesmas Kota Bajawa dan dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2017. Jenis
penelitian berupa survei analitik dengan desain penelitian cross sectional study.
Populasi adalah semua lansia di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa. Besar
sampel sebanyak 84 orang. Data dianalisis menggunakan uji Regresi Logistik
Sederhana. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar lansia pria dan wanita
baik usia pertengahan maupun usia tua memiliki pendidikan dan pendapatan yang
tinggi serta pengetahuan gizi yang baik. Sebagian besar lansia memiliki tingkat
preferensi pangan yang baik dan menilai pangan berdasarkan rasa, aroma, tekstur
dan tampilan pangan. Terdapat pengaruh yang signifikan (p-sig≤0.05) antara
preferensi pangan terhadap kejadian hipertensi. Disarankan bagi instansi terkait
untuk mengupayakan diversifikasi konsumsi pangan pada lansia agar dapat
meningkatkan taraf kesehatan dan gizi kesehatan masyarakat lansia.

Kata kunsi : preferensi pangan, lansia hipertensi


Daftar Pustaka : 2002-2017

vi
ABSTRACT

STUDY OF FOOD PREFERENCES AND ITS EFFECT TOWARD THE


OCCURENCE OF HYPERTENSION ON THE ELDERLY IN THE
WORKING AREA OF BAJAWA PUBLIC HEALTH CENTER. Redo Naga
Puput Melania, S. P. Manongga and Rut R. Riwu. Xii + 61 pages + 8
attachments
Food preference is an action/measure of likes or dislikes of food. Food
preferences that are consumed by the elderly are influenced by several factors.
This study aimed to determine the effect of food preferences on the incidence of
hypertension in elderly residents in the working area of Bajawa Public Health
Center and conducted from May to July 2017. This was an analytical survey with
cross-sectional design. The population was all the elderly in the working area of
Bajawa Public Health Center. The sample was 84 people. The data were analyzed
using Simple Logistic Regression. The results of showed that most of the elderly
people, both middle-aged and older, had high level of education, income and
good nutritional knowledge. Most of the elderly people had a good level of dietary
preference and evaluate foods based on taste, appetizing, texture and appearance
of foods. There was a significant (p≤0.05) between food preferences towards the
occurence of hypertension influence. It was suggested for related institutions to
seek diversification of food consumed in elderly people in order to improve the
health and nutritional status of the elderly people's health.

Key Words : food preferences, elderly, hypertension


References : 2002 - 2017

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL LUAR .............................................................................. i


HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ...................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Lansia ..................................................................................... 6
B. Tinjauan tentang Preferensi Pangan ................................................................. 10
C. Tinjauan tentang Hipertensi ............................................................................. 13
D. Kerangka Konsep ............................................................................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................... 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 23
C. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 23
D. Definisi Operasional ......................................................................................... 26
E. Jenis Data, Teknik dan Instrumen Pengambilan Data ...................................... 28
F. Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data ............................................ 28
BAB IV HASIL DAN BAHASAN
A. Hasil.................................................................................................................. 32
B. Bahasan ............................................................................................................ 54

viii
BAB V PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pengelompokkan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan


Pedoman JNC VII 2013............................................................... 16
Tabel 2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.................................. 25
Tabel 3. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Desa/Kelurahan, Jumlah Rumah
Tangga dan Kepadatan Penduduk dalam Wilayah Kerja Puskesmas
Kota............................................................................................... 33
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Bajawa.................................................................................. 38
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Bajawa................................................................ 38
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Bajawa................................................................ 39
Tabel 7. Distribusi Pengeluaran Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Bajawa.................................................................................. 40
Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Pendapatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Bajawa................................................................ 40
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Bajawa...................................................... 41
Tabel 10. Tabel Tingkat Pengetahuan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Bajawa.................................................................................. 42
Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Preferensi Pangan pada
Penduduk Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Bajawa........................................................................................... 44
Tabel 12. Distribusi Responden Menurut Preferensi Rasa, Aroma, Tekstur
dan Tampilan Pangan yang Dikonsumsi....................................... 47
Tabel 13. Pengaruh Preferensi Konsumsi Pangan terhadap Kejadian
Hipertensi pada Penduduk Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Bajawa.................................................................................. 51

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Dasar Pemikiran Variabel................................................................ 19

Gambar 2. Kerangka Hubungan Antarvariabel................................................. 20

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent


Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Master Tabel
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5. Surat Ijin Melakukan Penelitian
Lampiran 6. Surat Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 7. Riwayat Hidup

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas hidup

manusia. Pada umumnya setiap pribadi ingin mencapai usia panjang dan tetap

sehat serta bahagia. Menjadi tua dan memiliki segala keterbatasan adalah salah

satu fase yang mau tidak mau harus dijalani manusia dalam kehidupannya. Lansia

atau lanjut usia merupakan seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas,

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut

usia bab I pasal I ayat 2. Menjadi tua seperti halnya fase kehidupan lainnya yakni

dari anak-anak hingga dewasa, ditandai dengan penurunan fungsi tubuh akibat

proses penuaan sehingga penyakit menular maupun tidak menular banyak muncul

pada lanjut usia. Penyakit terbanyak yang biasanya diderita oleh lansia adalah

penyakit tidak menular, salah satunya yakni penyakit hipertensi (Riskesdas,

2013).

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh

darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi

menyebabkan kematian dan kesakitan yang serius, yang memiliki insiden yang

sangat berbeda-beda pada setiap daerah. Berdasarkan data dari World Health

Organization (WHO) pada tahun 2014, sekitar 600 juta penghuni bumi mengidap

penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu sekitar

30% dan prevalensi terendah terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%. Secara
2

umum, laki-laki memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dari pada wanita.

Di Indonesia, Riset Dasar Kesehatan Nasional (RISKESDAS) tahun 2013

mencatat bahwa hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 25,8%.

Sementara itu prevalensi hipertensi di daerah Nusa Tenggara Timur adalah

sebesar 7,2%, ditambah dengan penderita yang sedang minum obat hipertensi

sendiri meskipun belum pernah didiagnosis dokter, prevalensi seluruh hipertensi

di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah 7,4% dan berada di bawah prevalensi

nasional yang mencapai 9,5% (Riskesdas, 2013).

Meningkatnya umur harapan hidup seseorang semakin kompleks pula

penyakit yang diderita, termasuk lebih sering terkena penyakit degeneratif. Dari

hasil penelitian modern penyakit degeneratif memiliki korelasi yang cukup kuat

dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang meski faktor keturunan

cukup berperan besar (Widyaningrum, 2012). Hal ini terjadi karena adanya

perubahan gaya hidup termasuk preferensi pangan. Preferensi pangan merupakan

salah satu faktor yang memainkan peran yang sangat penting dalam menjelaskan

pola makan seseorang, sebagaimana kaitannya dengan penerimaan makanan

(Birch, 1999). Preferensi terhadap suatu pangan dipengaruhi oleh karakteristik

individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, umur,

tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan. Sedangkan karakteristik lingkungan

meliputi musim, lokasi geografi, suku, mobilitas, dan tingkat urbanisasi (Tyas,

2014).

Preferensi pangan menunjukkan tindakan suka atau tidak suka seseorang

terhadap makanan. Hasil penelitian Thah dan Yuwono (2014) menunjukkan


3

bahwa 86% preferensi konsumen ditentukan oleh karakteristik fisik pangan yang

meliputi rasa, aroma, tekstur, dan warna pangan yang menyebabkan pilihan

terhadap makanan menjadi berbeda-beda. Adanya tindakan suka atau tidak suka

seseorang terhadap makanan dapat mempengaruhi pola makan seseorang tersebut.

Perubahan pola makan dapat menyebabkan terjadinya gizi salah pada seseorang

terutama lansia yang telah mengalami penurunan fungsi tubuh (Tnaauni, 2014)

Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi pangan lansia adalah umur,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi, serta tekstur,

rasa, aroma dan penampilan makanan itu sendiri. Pemilihan makanan berdasarkan

rasa suka atau tidak terhadap tekstur, aroma, rasa dan penampilan makanan itu

sendiri tanpa mempertimbangkan keadaan gizi pada makanan akan menimbulkan

gangguan atau dapat menyebabkan gangguan gizi lebih atau gizi kurang. Tingkat

pendidikan, pendapatan dan pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap

preferensi pangan. Semakin banyak atau semakin tinggi tingkat pendidikan,

pendapatan dan pengetahuan gizi, maka semakin beragam pula jenis makanan

yang dikonsumsi sehingga dapat mempertahankan kesehatan individu (Sanjur,

1982).

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Studi Preferensi Pangan dan Pengaruhnya terhadap

Kejadian Hipertensi pada Penduduk Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota

Bajawa”.
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik lansia ditinjau berdasarkan umur, jenis kelamin,

pendidikan, pendapatan dan pengetahuan gizi?

2. Bagaimana karakteristik preferensi konsumsi pangan penduduk lansia?

3. Apakah ada pengaruh antara preferensi konsumsi pangan terhadap kejadian

hipertensi pada penduduk lansia?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan umum untuk mengetahui

pengaruh preferensi pangan terhadap kejadian hipertensi pada penduduk

lansia di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik lansia ditinjau berdasarkan umur, jenis

kelamin, pendidikan, pendapatan dan pengetahuan gizi.

b. Mengetahui karakteristik tingkat preferensi pangan pada penduduk

lansia.

c. Menganalisis pengaruh preferensi konsumsi pangan terhadap kejadian

hipertensi pada penduduk lansia.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penerapan

keanekaragaman pangan rumah tangga dalam rangka peningkatan gzi

kesehatan masyarakat lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi Terkait

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dalam

mewujudkan upaya penganekaragaman pangan dalam rangka

meningkatkan taraf kesehatan dan gizi masyarakat setempat.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan

yang bermanfaat bagi masyarakat agar dapat mempertimbangkan

pemilihan pangan yang baik untuk dikonsumsi.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi untuk menambah

pengetahuan di bidang pengetahuan gizi khususnya preferensi konsumsi

pangan lansia.

d. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau informasi

bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan

preferensi pangan yang dikonsumsi lansia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Lansia

1. Definisi Lanjut Usia

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas

(UU Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia). Lansia

merupakan kelanjutan dari usia dewasa (Nugroho, 2000). Kedewasaan dapat

dibagi menjadi empat bagian pertama fase infentus antara 25 dan 40 tahun,

kedua fase verilitas antara 40 dan 50 tahun ketiga, fase prasenium antara 55

dan 65 tahun dan keempat fase senium, antara 65 hingga tutup usia.

Menurut Reimer et al., (1999); Stanley dan Beare (2007) mendefinisikan

lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa

orang telah tua jika menunjukkan ciri-ciri fisik seperti rambut beruban,

kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi

melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat

dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi

tugas rumah tangga.

Glascock dan Feinman (1981); Stanley dan Beare (2007),

menganalisis kriteria lanjut usia dari 57 negara di dunia dan menemukan

bahwa kriteria lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia

kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh

perubahan status fungsional seseorang.


7

2. Batasan lanjut usia

WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis

atau biologis menjadi empat kelompok yaitu usia pertengahan (middle age)

antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan

74 tahun, lanjut usia (old) usia 75-90 tahun dan sangat tua (very old) di atas

90 tahun. Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur

berdasarkan pendapat para ahli bahwa yang disebut lansia adalah orang

yang berumur 65 tahun ke atas.

3. Karakteristik lansia

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui

keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:

a. Usia atau umur

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambahnya umur maka resiko hipertensi menjadi lebih tinggi

(Ma’nifatul, 2011).

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin berpengaruh terhadap terjadinya penyakit hipertensi (Susilo,

2011).

c. Pendidikan

Merupakan tingkatan sekolah yang pernah dialami oleh lansia dalam

kegiatan belajar mengajar dan menuntut ilmu dipendidikan formal

berdasarkan kategori SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan

perguruan tinggi/sederajat (BPS, 2015).


8

d. Pendapatan

Jumlah uang yang diperoleh untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari berupa

kebutuhan pangan, transportasi, pendidikan, kesehatan, tabungan dan lain

sebagainya (Yulizawaty, 2013). Pendapatan juga merupakan penghasilan

keluarga yang diterima dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi,

ongkos dan laba (Marbun, 2003). Meningkatnya pendapatan seseorang akan

sangat berpengaruh terhadap jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsinya.

e. Pengetahuan gizi

Informasi yang diperoleh yang diketahui dan disadari tentang gizi

(Widyaningrum, 2012).

f. Riwayat penyakit

Keterangan mengenai ada tidaknya keluarga yang menderita suatu penyakit

(Susilo, 2011).

4. Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia

Dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya

dengan proses menua (Ma’nifatul, 2011), yakni:

a. Gangguan sirkulasi darah, seperti: hipertensi, kelainan pembuluh darah,

gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal

b. Gangguan metabolisme hormonal, seperti diabetes melitus,

klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid

c. Gangguan pada persendian, seperti osteoarthritis, gout arthritis maupun

penyakit kolagen lainnya


9

d. Berbagai macam neoplasma.

5. Pemenuhan gizi pada lansia

Gizi merupakan suatu zat yang terdapat dalam makanan yang

mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang penting

bagi kesehatan manusia khususnya pertumbuhan dan perkembangan,

memelihara proses-proses yang terjadi dalam tubuh dan sebagai penyedia

energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Zat-zat yang terdapat di dalam

makanan yang mempengaruhi kesehatan itulah yang dinamakan zat-zat gizi.

Asupan energi pada usia lanjut sangat mempengaruhi ketahanan tubuh. Pada

usia lanjut dapat terjadi perubahan tingkat berbagai hormon dan penurunan

metabolisme sehingga terjadi “penundaan” kemunculan penyakit kronik

yang berhubungan langsung dengan pertambahan umur (Ma’nifatul, 2011).

Kebutuhan lansia terhadap unsur-unsur gizi pada umumnya sudah jauh

berkurang jika dibandingkan dengan kebutuhan orang dewasa (Ma’nifatul,

2011). Pada usia lanjut, misalnya basal metabolisme mereka berkurang

antara 10-30%. Di samping itu, umumnya aktivitas mereka sudah jauh

berkurang. Hal ini tentu saja mempengaruhi kebutuhan kalori mereka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia antara lain:

1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau

ompong

2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap

cita rasa manis, asin, asam dan pahit

3. Esophagus atau kerongkongan mengalami pelebaran


10

4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun

5. Gerakan usus atau gerakan peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan

konstipasi

6. Penyerapan makanan di usus menurun.

B. Tinjauan tentang Preferensi Pangan

1. Definisi Preferensi Pangan

Preferensi pangan atau food preference merupakan tindakan/ukuran

suka atau tidak suka terhadap makanan. Tingkat kepuasan atau kesenangan

diperoleh berdasarkan pengalaman terhadap pangan tertentu yang memberi

pengaruh kuat terhadap rating preferensi makanan. Pengukuran terhadap

preferensi pangan dilakukan dengan menggunakan skala, di mana responden

ditanya untuk dapat mengindikasikan seberapa besar dia menyukai pangan

berdasarkan kriteria. Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi sangat

tidak suka, tidak suka, kurang suka, suka dan sangat suka. Skala hedonik

merupakan salah satu cara mengukur derajat suka maupun tidak suka

seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalaman terhadap

makanan, yang akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap angka

preferensinya (Sanjur, 1982).

Preferensi memainkan peran yang sangat penting dalam menjelaskan

pola makan seseorang, sebagaimana kaitannya dengan penerimaan makanan

(Birch, 1999). Deaton et al., (1985) mengemukakan bahwa preferensi pada

makanan tidak hanya berpengaruh pada sosial budaya tetapi juga dari sifat

fisik makanan itu sendiri.


11

Preferensi pangan dipengaruhi beberapa faktor seperti ketersediaan

pangan di suatu tempat, pembelian makanan untuk anggota keluarga yang

lain khususnya orang tua, pembelian makanan yang mencerminkan

hubungan kekeluargaan dan budaya, rasa makanan, tekstur dan tempat,

tidak membosankan, berharga murah, enak dan memberikan status dan

mudah diperoleh (Pradnyawati, 1997).

Daya terima terhadap makanan secara umum juga dapat dilihat

jumlah makanan yang habis dikonsumsi. Daya terima makanan dapat

diterima dari jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan

makanan yang dikonsumsi. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya

terima seseorang terhadap makanan yang disajikan adalah faktor internal

dan eksternal (Ratnasari, 2003).

Faktor internal adalah kondisi dalam diri seseorang yang dapat

mempengaruhi konsumsi makanan, seperti nafsu makan yang dipengaruhi

oleh kondisi fisik dan psikis seseorang misalnya sedih dan lelah, kebiasaan

makan, dan kebosanan yang muncul karena konsumsi makanan yang kurang

bervariasi. Kebosanan juga didapatkan oleh tambahan makanan dari luar

yang dikonsumsi dalam jumlah banyak dan dekat dengan waktu makan

utama (Ratnasari, 2003). Faktor eksternal adalah faktor dari luar individu

yang dapat mempengaruhi makannya. Faktor tersebut antara lain cita rasa

makanan, penampilan makanan, variasi menu, cara penyajian, kebersihan

makanan, alat makan dan pengaturan waktu makan. Untuk mengetahui

tingkat preferensi makanan, dilakukan uji hedonik skala verbal. Uji hedonik
12

verbal adalah uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu

sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang menyukainya

(Hardinsyah et al., 1989).

2. Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Pangan

Faktor yang mempengaruhi cita rasa seseorang terhadap makanan

salah satunya adalah faktor eksternal. Cita rasa mencakup penampilan

makanan sewaktu dihidangkan, rasa makanan waktu dimakan, variasi menu

dan cara penyajian makanan. Cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya

rangsangan terhadap berbagai indera dalam tubuh manusia, terutama indera

penglihatan, indera penciuman dan indera pengecap. Makanan yang

memiliki cita rasa tinggi adalah makanan yang disajikan menarik,

menyebarkan aroma yang lezat dan rasa yang sedap (Winarno, 1997).

Komponen yang berperan dalam penampilan makanan antara lain yaitu

warna makanan, bentuk makanan, konsistensi dan tekstur, serta porsi

makanan (Nasoetion, 1989). Sementara itu komponen yang berperan dalam

penentuan rasa makanan antara lain aroma, rasa bumbu, kematangan atau

keempukan, dan temperatur atau suhu.

3. Pengukuran Preferensi Makanan

Skala yang digunakan untuk uji ini adalah skala hedonik (tingkat

kesukaan). Dalam analisis skala ini ditransformasikan menjadi skala

numerik. Skala hedonik yang dipakai terdiri atas sangat suka (5), suka (4),

agak suka (3), netral (2) dan tidak suka (1). Skala hedonik dapat

direntangkan atau diciutkan menurut rentang yang kita kehendaki. Skala


13

hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu

menurut kesukaan, penggunaan skala hedonik dalam praktiknya untuk

mengetahui perbedaan sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai

secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan.

Uji hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir. Penilaian dalam

uji hedonik ini bersifat spontan yang berarti penilaian dilakukan secara

langsung tanpa membandingkan dengan produk sebelum atau sesudahnya

(Setyaningsih, 2010).

Preferensi makanan ditentukan oleh rangsangan dan indera

penglihatan, penciuman, dan pendengaran. Faktor utama yang dinilai dari

cita rasa di antaranya rupa yang meliputi tampilan, bentuk, ukuran, aroma

dan rasa. Preferensi terhadap makanan dapat diketahui melalui uji

penerimaan yang salah satunya adalah uji hedonik skala verbal. Uji hedonik

mengemukakan tanggapan seseorang tentang suka atau tidaknya terhadap

kualitas makanan yang dinilai (Hardinsyah et al., 2001).

C. Tinjauan tentang Hipertensi

1. Defenisi Hipertensi

Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap

dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap

dinding atreri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar

tekanan bervariasi pada pembuluh darah dan denyut jantung. Tekanan darah

paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan

paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik). Pada keadaan


14

hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena darah

dipompakan melalui pembulu darah dengan kekuatan berlebih (Susilo,

2011).

Hipertensi diartikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan

sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (JNC VII,

2013). Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah melebihi

batas normal di mana tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Tekanan

darah dipengaruhi oleh curah jantung, tekanan perifer pada pembuluh darah

dan volume atau isi darah yang bersirkulasi. Hipertensi dapat menimbulkan

komplikasi seperti penyakit jantung koroner, left ventricle hypertrophy, dan

stroke yang merupakan pembawa kematian yang tinggi. Hipertensi

merupakan penyakit yang tidak memiliki gejala yang khusus (Bustan,

2015). Meskipun tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan hipertensi padahal sesungguhnya bukan

hipertensi. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat

dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin dan umur, serta faktor yang

dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok,

pola konsumsi makanan dan lain-lain (Susilo, 2011).

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan angka mortalitas

dan menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital seperti jantung (infark

miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, otak (stroke, enselopati

hipertensif), jantung (gagal ginjal kronis) dan mata (retinopati hipertensif)

(Bustan, 2015).
15

2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi digolongkan menjadi dua yaitu

hipertensi utama (primary hypertension) atau yang disebut juga hipertensi

esensial atau idiopatik dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi.

Hipertensi primer terjadi karena peningkatan peristen tekanan arteri akibat

ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal. Hipertensi primer

dapat pula disebut dengan hipertensi idiopatik. Faktor-faktor genetik

diperkirakan menjadi faktor penyebab yang menonjol dalam pengembangan

hipertensi primer. Selain itu hipertensi primer memiliki penyebab lain yakni

perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkin bersama-sama

menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui

maka disebut hipertensi sekunder. Sedangkan hipertensi sekunder atau

hipertensi renal merupakan hipertensi yang penyebabnya diketahui dan

terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus kejadian hipertensi. Hipertensi

sekunder terjadi sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Hampir semua

hipertensi sekunder berhubungan dengan gangguan sekresi hormon dan

fungsi ginjal (Susilo, 2011). Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara

lain penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,

hiperaldesteronisme primer, sindroma cusing, feokromositoma, dan

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Bustan, 2015).

Klasifikasi hipertensi berdasarkan perjalanan penyakit dibagi atas

hipertensi benigna dan hipertensi maligna. Bila timbulnya berangsur disebut

benigna, dan bila tekanannya naik secara progresif dan cepat disebut
16

hipertensi maligna dengan banyak komplikasi seperti gagal ginjal, CVA,

hemoragi retina, dan ensefalopati (Bustan, 1995). Hipertensi benigna

merupakan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya

ditemukan saat penderita melakukan check up. Hipertensi maligna

merupakan yang membahayakan yang biasanya disertai keadaan kegawatan

sebagai akibat komplikasi pada organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal

(Bustan, 1995).

Hipertensi juga dapat digolongkan sebagai hipertensi ringan,

hipertensi sedang dan hipertensi berat, berdasarkan tekanan diastol.

Hipertensi ringan bila tekanan darah diastol 95-104, hipertensi sedang

tekanan diastolnya 105-114, sedangkan hipertensi berat tekanan diastolnya

>115 (JNC VII, 2013).

Berdasarkan pedoman The Sevent Joint National Committee (JNC

VII) tekanan darah dan hipertensi dikelompokkan sesuai tabel di bawah ini:

Tabel 1. Pengelompokkan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan


Pedoman JNC VII 2013
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 > 160 > 100
Sumber: (Kowalski, 2013)

3. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding

pembuluh darah (Bustan, 2015). Pengaturan tekanan darah adalah proses

yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan


17

retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah.

Ada dua faktor utama yang mengatur tekanan darah yaitu darah yang aliran

dan tahanan pembuluh darah perifer. Tekanan darah dipengaruhi oleh

volume sekuncup dan total peripheral resistance. Apabila terjadi

peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka

dapat menyebabkan timbulnya hipertensi (Bustan, 2015).

Tubuh memiliki 3 metode pengendalian tekanan darah. Pertama

adalah reseptor tekanan di berbagai organ yang dapat mendeteksi berbagai

perubahan kekuatan maupun kontraksi jantung, serta resistensi total

terhadap tekanan tersebut. Kedua adalah ginjal yang harus bertanggung

jawab atas penyesuaian tekanan darah dalam jangka panjang melalui

reninangiotensin yang melibatkan banyak senyawa kimia. Kemudian

sebagai respon terhadap tingginya kadar kalium atau angiotensin, steroid

aldosteron dilepas dari kelenjar adrenal, yang salah satunya berada di

puncak setiap ginjal dan meningkatkan resistensi (penahanan) natrium

dalam tubuh (Susilo, 2011).

Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan

oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan

veskuler perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer.

Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tekanan terhadap aliran darah,

makin besar dilatasinya makin tinggi kurang tahanan terhadap aliran darah.

Jadi semakin sempit pembuluh darah, semakin meningkat tekanan darah.

Dilatasi dan konstriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh sistem


18

saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin. Apabila sistem saraf simpatis

dirangsang, katekolamin seperti epinefrin dan norepenefrin akan

dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan meningkatnya curah jantung

dan kekuatan kontraksi ventrikel. Sama halnya pada sistem renin-

angiotensin yang apabila distimulasi juga dapat menyebabkan vasokontruksi

pada pembuluh-pembuluh darah (Susilo, 2011).

Tubuh juga memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan

tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan

mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang (Susilo,

2011). Sistem pengendalian darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai

dari sistem reaksi cepat refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks

kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium

dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi

lambat melalui perpindahan cairan antara kapiler dan rongga intertisial yang

dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopressin. Kemudian dilanjutkan

sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan

oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ

(Bustan, 2015).

D. Kerangka Konsep

1. Dasar pemikiran Variabel

Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer karena individu yang

mengalami hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Ketika penyakit

hipertensi ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan teratur
19

karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner&Suddarth,

2001). Tekanan sistolik dan diastolik bervariasi pada tingkat individu.

Namun disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah yang sama atau

lebih besar dari 140/90 mmHg adalah hipertensi (JNC VII, 2003). Faktor

risiko dan level dari hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni

faktor yang dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin, suku, serta

keturunan dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti gaya hidup

(kebiasaan konsumsi pangan, kebiasaan merokok dan minum alkohol,

mengkonsumsi caffein, aktivitas fisik, serta faktor psikososial dan faktor

lingkungan) (Wahyuningsih, 2013).

Menurut Sanjur (1982), gaya hidup adalah hasil pengaruh peubah

bebas yang terjadi didalam individu atau keluarga. Gaya hidup sangat

mempengaruhi perilaku seseorang dalam berbagai hal salah satunya

konsumsi makanan. Konsumsi makanan pada seseorang dipengaruhi pula

oleh derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan. Makanan atau

minuman disukai karena adanya karakteristik makanan seperti memiliki

rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk dan lain sebagainya. Selain

itu, dalam pemilihan makanan berdasarkan karakteristik makanan juga

dipengaruhi oleh adanya karakteristik individu dan karakteristik lingkungan

(Sanjur, 1982).

Adanya perubahan gaya hidup yang sangat mempengaruhi kebiasaan

konsumsi pangan serta aktivitas fisik dapat berpengaruh terhadap status gizi

seseorang sehingga dapat memicu terjadinya penyakit hipertensi. Pada


20

kebanyakan orang yang berusia di atas 65 tahun tekanan darah dapat

meningkat dengan cepat (Spillman & Lubitz, 2000). Tekanan darah sistol

meningkat dengan cepat berhubungan dengan usia (Burt et al., 1995).

Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang meningkat

merupakan faktor risiko bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di masa

mendatang (WHO, 2001).

Konsumsi makanan

Preferensi Makanan
Konsumsi Makanan

Karakteristik Karakteristik Karakteristik


Individu: Umur, Makanan: Rasa, Lingkungan:
jenis kelamin, rupa, tekstur, harga, Musim atau iklim,
pendidikan, tipe makanan, pekerjaan,
pendapatan, bentuk, bumbu dan perpindahan
pengetahuan kombinasi makanan. penduduk, jumlah
gizi, anggota keluarga,
Gambar 1. Kerangka dasar pemikiran
keterampilan variabel
dan tingkat sosial
(Elizabeth
memasak dan & Sanjur, 1981 diacu dalam pada
Suhardjo, 1989)
masyarakat.
kesehatan.
21

2. Kerangka Hubungan Antarvariabel

Karakteristik
Individu: Karakteristik
Pangan:
1. Umur
2. Jenis kelamin 1. Tekstur

3. Pendidikan 2. Rasa Preferensi Pangan Hipertensi

4. Pendapatan 3. Aroma

5. Pengetahuan 4. Penampilan

gizi

Gambar 2. Kerangka Hubungan Antarvariabel (Modifikasi Teori

Elizbeth & Sanjur, 1981)

Keterangan:

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel dependen yang diteliti


22

3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan dan kerangka konsep antara variabel penelitian

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pengetahuan gizi, mempengaruhi

penyakit hipertensi pada penduduk lanjut usia.

2. Preferensi pangan mempengaruhi penyakit hipertensi pada penduduk

lanjut usia.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, di mana variable

independen dan dependennya diteliti sekaligus dalam waktu yang sama

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari kolerasi antara faktor risiko dengan efek melalui pendekatan,

observasi dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, sehingga objek

penelitian hanya diobservasi sekali saja. Jenis penelitian ini adalah survei analitik

atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi

atau bagaimana variabel-variabel penelitian diamati kemudian dilakukan

pengujian secara statis.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa

Kabupaten Ngada dengan waktu dilaksanakannya penelitian adalah tiga bulan

yaitu pada bulan Mei-Juli 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dari penelitian ini adalah semua lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bajawa yaitu sebanyak 659 orang (Dinkes

Ngada, 2016).
24

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obek yang akan

diteliti dan mewakili seluruh populasi. Sampel pada penelitian ini adalah

lansia penderita hipertensi yang masuk dalam kriteria inklusi dan kriteria

ekslusi.

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Responden termasuk penduduk lanjut usia yang berumur 60-74 tahun

(WHO, 1999)

2. Bisa membaca dan menulis agar mempermudah pengisian kuesioner

3. Berdomisili di wilayah penelitian atau warga tetap di lokasi penelitian.

Dan kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

1. Penderita hipertensi mengalami komplikasi yang dapat menyebabkan

proses penelitian terganggu

2. Mengalami kemunduran daya ingat

3. Mengalami kesulitan berkomunikasi

4. Sedang sakit sehingga dapat menghambat jalannya penelitian.

Pengambilan sampel menggunakan teknik simpel random

sampling. Simpel random sampling yaitu suatu tipe sampling probabilitas, di

mana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang

sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota

sampel (Notoatmodjo, 2010). Peneliti menggunakan teknik simpel random

sampling ini karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.
25

Perhitungan besar sampel penelitian ini menggunakan rumus besar sampel

dengan jumlah populasi yang telah diketahui.

𝑍2 1 − 𝛼 2 𝑃 1 − 𝑃 𝑁
𝑛=
𝑑2 𝑁 − 1 + 𝑍 2 − 𝛼 2 (1 − 𝑃)

n : besar sampel

N : jumlah populasi

Z : skor z pada kepercayaan 95% = 1,96

p : maksimal estimasi = 0,5

d : alpha (0,10) atau sampling eror 10%

𝑍2 1 − 𝛼 2 𝑃 1 − 𝑃 𝑁
𝑛=
𝑑2 𝑁 − 1 + 𝑍 2 − 𝛼 2 (1 − 𝑃)

1,962 . 0,5 1 − 0,5 659


=
0,12 659 − 1 + 1,962 . 0,5(1 − 0,5)

632,9036
𝑛= = 83,93 = 84 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 (Lemeshow,
7,5404

1997).
26

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga peneliti dapat melakukan

pengukuran yang tepat terhadap suatu fenomena yang ada. Defenisi Operasional

dan kriteria objektif dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

No Variabel Defenisi Operasional Kriteria Objektif Alat Ukur Skala


data
Variabel
Terikat
1. Hipertensi Tekanan darah tinggi 1. Hipertensi Kuesioner Nominal
berlaku apabila jika tekanan dan rekam
tekanan darah sistolik di atas medic
140 mmHg
persisten dengan
dan diastolik
tekanan sistolik di atas > 90 mmHg
140 mmHg dan 2. Tidak
tekanan diastolik di hipertensi jika
atas 90 mmHg. tekanan
(JNC VII, 2013) sistolik ≤ 120,
dan diastolik
≤ 80 mmHg.

Variabel Bebas
Karakteristik
2. Lansia
a. Umur Lama waktu hidup 1. Middle age Kuesioner Nominal
lansia saat dilakukan (45-59 tahun)
wawancara. 2. Elderly (60-74
tahun)
(WHO, 1999)

Jenis kelamin
b. Jenis Ciri fisik dan biologis Kuesioner Nominal
kelamin dikategorikan
responden untuk
menjadi 2, yaitu
membedakan gender
1. Pria
pada penderita 2. Wanita
hipertensi.
27

c. Pendidikan Jenjang pendidikan 1. Rendah: ≤ Kuesioner Nominal


formal tertinggi yang SMP
pernah ditempuh 2. Tinggi: ≥
responden SMA
(BPS, 2010)
1. Rendah: < Rp
d. Pendapatan Jumlah pengeluaran 1.010.000,- Kuesioner Nominal
keluarga yang 2. Tinggi: ≥ Rp
1.010.000,-
diketahui dari total
pengeluaran keluarga
(BPS Kabupaten
selama sebulan untuk
Ngada, 2016)
pangan dan non
pangan yang
dinyatakan dalam
Rp/kapita/bulan

e. Pengetahuan 1. Kurang jika


Informasi yang < 50% Kuesioner Nominal
Gizi
diketahui dan disadari 2. Baik jika >
lansia tentang gizi 50%
(Widyaningrum, Diukur dengan
2012) menggunakan
kuesioner.

3. Preferensi Tindakan atau ukuran Dengan Kriteria: Kuesioner Nominal


Konsumsi suka atau tidak suka 1. Tidak suka
Makanan terhadap makanan 2. Suka
yang meliputi:
rasa, aroma, tekstur,
dan penampilan
(Setyaningsih, 2010)
28

E. Jenis Data, Teknik dan Instrumen Pengambilan Data

1. Jenis Data
a. Data primer diperoleh dengan melakukan metode wawancara menggunakan

kuesioner yaitu data karakteristik responden, pendidikan, pendapatan,

pengetahuan gizi serta preferensi pangan pada lansia penderita hipertensi.

b. Data sekunder diperoleh dari instansi yang termasuk di dalam sampel

penelitian yaitu Puskesmas Kota Bajawa dan Dinas Kesehatan Kota Bajawa.

Data sekunder yang diperoleh adalah data lansia penderita hipertensi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara

dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui karakteristik lansia,

pengetahuan gizi lansia dan preferensi pangan lansia. Data sekunder

dikumpulkan dengan cara mengutip data yang berasal dari kantor Dinas

Kesehatan Kota Bajawa dan Puskesmas Kota.

3. Instrumen yang digunakan

Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data penelitian ini

adalah kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data identitas

responden, pengetahuan gizi responden dan preferensi pangan responden

F. Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

a. Editing: Penyuntingan data dilakukan di lapangan agar data yang salah

dapat ditelusuri kembali pada responden yang bersangkutan.


29

b. Coding: Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Data mengenai hipertensi dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1.Hipertensi jika tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan diastolik > 90

mmHg

2.Tidak hipertensi jika tekanan sistolik ≤ 120 mmHg dan diastolik ≤ 80

mmHg

Data umur lansia di bagi menjadi dua kategori yaitu:

1.Middle age (45-59 tahun)

2.Elderly (60-74 tahun)

Data jenis kelamin di bagi menjad dua kategori yaitu:

1.Pria

2.Wanita

Data pendidikan lansia dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1.Rendah (≤ SMP)

2.Tinggi (≥ SMA)

Data pendapatan lansia di bagi menjadi dua kategori yaitu:

1.Rendah (< Rp 1.010.000,-)


30

2.Tinggi (≥ Rp 1.010.000,-)

Data pengetahuan gizi lansia di bagi menjadi dua kategori yaitu:

1.Kurang jika < 50%

2.Baik jika ≥ 50%

Data preferensi konsumsi makanan di bagi menjadi dua kategori yaitu:

1.Tidak suka

2.Suka

c. Entry: memasukkan data ke computer dengan menggunakan program

Microsoft Office Exel 2007 dan SPPS 16,0 for window

d. Cleaning: apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2012).

2. Analisis Data

a. Univariabel

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan lembaran distribusi dan

frekuensi dari masing-masing variabel. Data disajikan dalam bentuk tabel

(Notoatmodjo, 2012).

b. Bivariabel
Analisis ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariabel


31

dilakukan untuk menilai hubungan karakteristik lansia dengan preferensi

pangan yang dikonsumsi lansia di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa

menggunakan uji Regresi Logistik Sederhana.

Uji Regresi Logistik Sederhana dilakukan untuk mengetahui

pengaruh preferensi pangan terhadap kejadian hipertensi penduduk lanjut

usia dengan derajat kepercayaan 90%. Jika α ≤ 0,05 maka menolak

hipotesis nol (𝐻0 ) dan jika α≥ 0,05 maka menerima hipotesis nol (𝐻0 ).

Rumus regresi logistik sederhana:

𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑋1

Keterangan:

Y = variabel terikat/tergantung

𝛼 = konstanta

𝛽1 = koefisien regresi

𝑋1 = Variabel bebas pertama

(Hastono, 2011)

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS 16,0 for

window.

3. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel

dan narasi.
BAB IV

HASIL DAN BAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran lokasi penelitian

a) Keadaan Geografis

Puskesmas Kota adalah salah satu puskesmas rawat jalan yang

berada di wilayah Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada. Adapun batas-

batas wilayah kerja Puskesmas Kota:

1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bajawa Utara

2) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Langagedha Kecamatan

Bajawa

3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Aimere

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Faubata Kecamatan

Bajawa

Luas wilayah kerja Puskesmas Kota adalah 52 km² di mana

wilayah puskesmas induk berada di Kelurahan Jawameze Kecamatan

Bajawa. Jumlah desa yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Kota

sebanyak 8 kelurahan dan 3 desa, yakni Kelurahan Jawameze, Kisanata,

Tanalodu, Ngedukelu, Lebijaga, Bajawa, Trikora, Susu, Desa Wawowae,

Beiwali dan Ngoranale. Jarak desa/kelurahan terdekat ke puskesmas 500

m yaitu Kelurahan Jawameze dan jarak desa terjauh ke puskesmas 7 km

yaitu Desa Ngoranale. Keadaan topografi wilayah kerja Puskesmas Kota


33

pada umumnya berdataran tinggi dengan rata-rata ketinggian pemukiman

1.000 m di atas permukaan laut.

b) Keadaan Demografi
Penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kota sesuai data BPS

tahun 2016 berjumlah 26.173 jiwa yang tersebar di 11 desa dan

kelurahan dengan kepadatan penduduk rata-rata 502 jiwa per km².

Tabel 3. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Desa/Kelurahan, Jumlah


Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk dalam Wilayah Kerja
Puskesmas Kota
Luas
Jumlah Penduduk Rata- Kepadatan
Wila Jumlah
No Desa/Kel Rata Penduduk
yah KK
L P Jumlah Jiwa/RT per km²
(km²)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Bajawa 5,5 1.507 1.546 3.053 664 4,60 555,09
2 Tanalodu 0,7 1.611 1.607 3.218 605 5,32 4597,12
3 Kisanata 0,2 738 743 1.481 337 4,39 7405,00
4 Jawameze 1,6 729 783 1.521 276 5,48 945,00
5 Trikora 0,3 1.480 1.504 2.984 607 4,92 9946,67
6 Ngedukelu 0,3 1.584 1.575 3.159 688 4,59 10430,00
7 Lebijaga 0,3 1.624 1.646 3.270 656 4,98 10900,00
8 Susu 20 1.090 1.143 2.233 478 4,67 111,65
9 Beiwali 13,4 797 819 1.616 286 5,65 120,60
10 Wawowae 9,8 1.138 1.163 2.301 374 6,15 234,80
11 Ngoranale 0,1 653 693 1.346 257 5,24 132,00
Total 52,1 12.951 13.222 26.173 5.228 5,01 502,36
Sumber: BPS Kabupaten Ngada, 2016

1. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Kota adalah sebagai berikut:

a. Puskesmas : 1 buah (Puskesmas Kota)


34

b. Polindes : 4 buah (Polindes Watujaji, Polindes Beiwali, Polindes

Wawowae, Polindes Susu)

c. Sarana transportasi:

1) Kendaraan roda empat: 1 buah (kondisi baik)

2) Kendaraan roda dua: 4 buah di puskesmas, 2 buah di polindes, (semua

dalam kondisi baik)

Sarana pelayanan kesehatan swasta yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kota

sebagai berikut:

a.) Praktek Dokter : dr. Aty, drg. Andi, drg. Sonya, dr. Martinus, dr. Ansel, dr.

Mayun, dr. Doni, dr. Ivan,

b.) Apotek : 3 buah (Avila, Ratu Farma, Mulia Farma)

c.) Klinik : 1 buah (Maria Fatima)

d.) Laboratorium : 1 buah (Klinik Samaria)

2. Program Puskesmas

Program kesehatan dasar merupakan program wajib (minimal) yang harus

dilaksanakan oleh puskesmas. Program kesehatan dasar terdiri dari enam program

yakni:

a. Program Promosi Kesehatan

Program promosi kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan

pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif (kemauan) dan perilaku

(kesadaran) individu, keluarga dan masyarakat secara mandiri untuk

memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan sendiri dan

lingkungannya.
35

b. Program Kesehatan Lingkungan

Tujuan program kesehatan lingkungan adalah untuk mewujudkan

lingkungan hidup yang sehat agar masyarakat dapat terlindungi dari

ancaman dan bahaya penyakit yang berasal dari lingkungan.

c. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Penyelenggaraan program pemberantasan penyakit menular

dimaksudkan untuk mencegah terjadinya dan tersebarnya penyakit menular

serta menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit

menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

d. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

Program kesehatan ibu dan anak bertujuan untuk meningkatkan status

kesehatan ibu dan anak sejak dalam kandungan. Sasaran program adalah ibu

hamil, ibu melahirkan dan bayi serta ibu menyusui dan wanita usia subur.

e. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Program perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan dengan tujuan untuk

meningkatkan status gizi masyarakat melalui penemuan dan

perbaikan/penanggulangan gizi buruk terutama pada balita dan ibu hamil.

f. Program UKS/UKGS

Program usaha kesehatan sekolah/usaha kesehatan gigi sekolah adalah

untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan

gigi dan mulut yang di dalamnya mencakup memiliki pengetahuan, sikap


36

dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berperan

aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan, terutama kesehatan gigi dan

mulut di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat.

3. Program Kesehatan Pengembangan

a. Program Pelayanan Keluarga Miskin (GAKIN)

Program pelayanan kesehatan GAKIN diselenggarakan secara

nasional dan kabupaten. Program ini mendapatkan pembiayaan sepenuhnya

dari pemerintah pusat (Jamkesmas, Jampersal) dan pembiayaan dari

kabupaten berupa Jaminan Kesehatan Masyarakat Ngada (JKMN).

b. Program Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (USILA)

Program ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan para

lanjut usia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

c. Program Pelayanan Puskesmas Keliling

Program ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan

masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

d. Program Perawatan Kesehatan Masyarakat

Program ini tujuannya adalah meningkatkan kemandirian individu,

keluarga, kelompok/masyarakat (rawan kesehatan) untuk mengatasi masalah

kesehatan/keperawatannya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat

yang optimal.
37

e. Program Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

Terintegrasinya upaya program perkesmas ke dalam program wajib

maupun pengembangan, diharapkan pelayanan kesehatan dapat lebih

bermutu karena diberikan secara kholistik, komprehensif pada semua

tingkatan pencegahan.

f. Program Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) merupakan

salah satu upaya puskesmas yang mendukung peningkatan derajat kesehatan

masyarakat dengan memadukan ilmu/praktik keperawatan dengan kesehatan

masyarakat lewat dukungan peran serta aktif masyarakat yang

mengutamakan pelayanan promotif dan preventif.

g. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada

umumnya.

2. Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bajawa

a) Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kota

Bajawa

Umur dalam penelitian ini merupakan lama waktu hidup responden

saat dilakukan wawancara. Distribusi responden berdasarkan umur di

wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa dapat dilihat pada tabel 4.


38

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Kerja


Puskesmas Kota Bajawa
Umur Jumlah (n=84) (%)
Middle age (45-59 tahun) 39 46,4
Elderly (60-74 tahun) 45 53,6

Data pada tabel 4 menunjukkan lebih banyak responden berusia 60-74

tahun (53,6%), sedangkan lansia dengan umur 45-59 tahun sebanyak 9

orang atau 46,4%.

b) Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja

Puskesmas Kota Bajawa

Jenis kelamin dalam penelitian ini adalah ciri fisik dan biologis

responden untuk membedakan gender. Distribusi responden berdasarkan

jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa dapat dilihat pada

tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja


Puskesmas Kota Bajawa

Jenis Kelamin Jumlah (n=84) (%)


Pria 31 36,9
Wanita 53 63,1

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui lansia dengan jenis kelamin

wanita lebih banyak (63,1%) daripada lansia dengan jenis kelamin pria

(36,9%).

c) Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kota Bajawa.

Pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal

yang pernah dilalui atau ditempuh responden dihitung dalam lama tahun
39

menempuh pendidikan. Distribusi responden berdasarkan pendidikan di

wilayah kerja puskesmas kota Bajawa dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja


Puskesmas Kota Bajawa
Pendidikan Jumlah (n=84) (%)
Rendah (≤ SMP) 29 34,5
Tinggi (≥ SMA) 55 65,5

Berdasarkan tabel 6 lebih banyak lansia berpendidikan tinggi

(65,5%) dibandingkan lansia berpendidikan rendah (34,5%).

d) Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kota Bajawa

Tingkat pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah jumlah

penghasilan keluarga yang diketahui dari total pengeluaran keluarga

selama sebulan untuk pangan dan non pangan yang dinyatakan dalam

Rp/kapita/bulan. Berdasarkan tabel 7 tingkat pengeluaran responden yang

paling tinggi dari tingkat pengeluaran untuk non pangan. Jenis non pangan

yang tingkat pengeluarannya memiliki proporsi tertinggi yakni bidang

pendidikan sedangkan jenis pangan yang tingkat pengeluarannya cukup

tinggi, yakni pangan pokok, khususnya beras.


40

Tabel 7. Distribusi Pengeluaran Responden di Wilayah Kerja Puskesmas


Kota Bajawa

Pengeluaran Rata-Rata Pengeluaan/Kapita/Bulan


Pangan 68.3
Non Pangan 31.6
Total (Rp/bulan) 2.312.883,0±372.976,0
Tingkat pengeluaran yang terlihat pada tabel 7 menunjukkan bahwa

pengeluaran pangan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengeluaran

non pangan. Jenis pangan yang tingkat pengeluarannya memiliki proposi

tinggi meliputi pangan beras, lauk pauk, khususnya daging, ikan dan sayur-

sayuran sedangkan non pangan yang tingkat pengeluarannya memiliki

proporsi tertinggi, meliputi bidang pendidikan.

Distribusi responden menurut pendapatan di wililayah kerja

Puskesmas Kota Bajawa dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Responden menurut Pendapatan di Wilayah Kerja


Puskesmas Kota Bajawa

Pendapatan Jumlah (n=84) (%)


1. Rendah (<Rp 1.010.000) 16 19,0
2. Pendapatan Tinggi (≥Rp 1.010.000) 68 81,0

Tingkat pendapatan keluarga yang dapat dilihat dalam tabel 8

menunjukkan lebih dari 50% keluarga memiliki pendapatan dalam kategori

yang tinggi, sedangkan sisanya memiliki tingkat pendapatan dalam kategori

rendah.
41

e) Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi di Wilayah Kerja

Puskesmas Kota Bajawa

Pengetahuan gizi yang baik akan menunjang pemilihan dan

penyediaan makanan untuk dikonsumsi baik dari segi kualitas maupun

kuantitas. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan gizi di wilayah

kerja Puskesmas Kota Bajawa dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi di Wilayah


Kerja Puskesmas Kota Bajawa
Pengetahuan Gizi Jumlah (n=84) (%)
Kurang (<50% jawaban benar) 21 25,0
Baik (≥50% jawaban benar) 63 75,0

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa responden dengan

pengetahuan gizi tinggi lebih banyak (75%) dibandingkan dengan

responden berpengetahuan gizi rendah.

Tingkat pengetahuan gizi dalam penelitian ini adalah kemampuan

lansia untuk memahami hal-hal mengenai pangan dan gizi. Tingkat

pengetahuan gizi pada lansia di wilayah kerja puskesmas Kota Bajawa dapat

dilihat pada tabel 10.


42

Tabel 10. Tingkat Pengetahuan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota


Bajawa
No Item pertanyaan Benar Salah
(%) (%)
1. Apa itu makanan yang beranekaragam? 95.2 4.7
2. Mengapa harus mengkonsumsi makanan yang 77. 22.6
beranekaragam?
3. Apa manfaat mengonsumsi makanan yang bergizi 65.4 34.5
seimbang?
4. Manakah yang merupakan menu makanan gizi 70.2 29.7
seimbang?
5. Terdiri dari apa sajakah kelompok zat-zat gizi yang 64.2 35.7
lengkap?
6. Manakah di antara pangan di bawah ini yang 64.2 35.7
merupakan sumber zat pembangun?
7. Apa fungsi dari zat pembangun? 57.1 42.8
8. Apakah fungsi utama dari air? 72.6 27.3
9. Apa saja gejala dari kekurangan energi? 53.5 46.4
10. Apa penyebab langsung dari terjadinya gizi buruk? 63.0 39.6

Berdasarkan tabel 10, sebanyak 95.2% responden menjawab benar

pada pertanyaan nomor satu, 77.3% menjawab benar pada pertanyaan

nomor dua, 72.6% menjawab benar pertanyaan nomor delapan, 70.2%

menjawab benar pertanyaan nomor empat, 65.4% menjawab benar

pertanyaan nomor tiga, 64.2% menjawab benar pertanyaan nomor lima dan

enam, 63% menjawab benar pertanyaan nomor sepuluh, 57.1% menjawab

benar pertanyaan nomor tujuh, dan sebanyak 53.5% responden menjawab

benar pertanyaan nomor sembilan.


43

3. Preferensi Pangan yang Dikonsumsi Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Kota Bajawa

Preferensi pangan dalam penelitian ini adalah sikap responden dalam

memilih jenis pangan untuk dikonsumsi yang dikelompokkan berdasarkan sumber

zat gizi esensial (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dan sumber zat

gizi lainnya.

a) Preferensi Pangan yang Dikonsumsi


Preferensi pangan adalah derajat suka atau tidak suka terhadap beberapa jenis

pangan. Preferensi pangan dapat menunjukkan permintaan masyarakat terhadap

pangan yang kemudian akan berpengaruh pada pola konsumsi pangan. Tabel 13

menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyukai semua jenis pangan

yang dikonsumsi. Pangan yang cenderung lebih disukai meliputi, beras, ubi jalar,

dan ubi talas (karbohidrat), daging ayam, telur ayam, ikan segar dan susu (protein

hewani), tahu dan tempe (protein nabati), minyak goreng dan kelapa (lemak),

sayur sawi, bayam, daun singkong, pisang, dan pepaya (vitamin dan mineral) serta

gula pasir dan kopi (zat gizi lainnya).


44

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Preferensi Pangan yang


Dikonsumsi pada Penduduk Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Bajawa
Preferensi Pangan
Total
Sumber Zat Gizi Jenis Pangan
(%)
Tidak Suka Suka
Karbohidrat Beras 0,0 100,0 100,0
Jagung 38,1 61,9 100,0
Mie 54,8 45,2 100,0
Roti 33.3 66,7 100,0
Bihun 60,7 39,3 100,0
Singkong 47,6 52,4 100,0
Ubi Jalar 7,1 92,9 100,0
Ubi Talas 11,9 88,1 100,0
Kentang 48,4 51,6 100,0
Protein Hewani Daging Sapi 52,4 47,6 100,0
Daging Ayam 3,6 96,4 100,0
Telur Ayam 6,0 94,0 100,0
Ikan Segar 2,4 97,6 100,0
Ikan Asin 73,8 26,2 100,0
Susu 17,9 82,1 100,0
Protein Nabati Kacang Tanah 85,7 14,3 100,0
Kacang Hijau 86,9 13,1 100,0
Tahu 9,5 90,5 100,0
Tempe 2,4 97,6 100,0
Lemak Minyak Goreng 7,1 92,9 100,0
Mentega 73,8 26,2 100,0
Kelapa 8,3 91,7 100,0
Coklat 82,1 17,9 100,0
Vitamin dan Mineral Sayur Sawi 10,7 89,3 100,0
Sayur Kangkung 82,1 17,9 100,0
Sayur Bayam 8,3 91,7 100,0
Sayur Daun Singkong 21,4 78,6 100,0
Pisang 8,3 91,7 100,0
Pepaya 8,3 91,7 100,0
Mangga 76,2 23,8 100,0
Jeruk 36,9 63,1 100,0
Zat Gizi Lainnya Gula Pasir 1,2 98,8 100,0
Gula Merah 82,1 17,9 100,0
Kopi 10,7 83,9 100,0
Teh 85,7 14,3 100,0
Minuman kemasan 52,4 47,6 100,0
Keterangan: Preferensi (1= Tidak Suka, 2=Suka)

b) Preferensi Rasa, Aroma, Tekstur, dan Tampilan Pangan yang Dikonsumsi


Rasa adalah sifat fisik pangan yang sangat berpengaruh terhadap preferensi

pangan. Rasa pangan merupakan rasa enak maupun tidak enak dari suatu pangan
45

yang dikonsumsi yang ditentukan oleh selera konsumen sendiri. Selera tersebut

kemudian dapat membedakan seseorang dengan yang lainnya dalam menilai rasa

pangan. Terpenuhinya selera makan seseorang merupakan faktor penting yang

dapat memenuhi salah satu tujuan konsumsi pangan itu sendiri, yakni kebutuhan

psikologis yang berkaitan dengan kepuasan emosional. Apabila pangan yang

dikonsumsi merupakan pangan yang dinilai memiliki rasa enak, maka kepuasan

emosional seseorang akan terpenuhi. Rasa pangan sering dihubungkan dengan

aksepbilitas seseorang terhadap pangan sehingga mengkonsumsi pangan yang

enak akan lebih memenuhi selera makan seseorang. Pada tabel 12 menunjukkan

kurang dari 95% responden di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa menyukai

rasa sebagian besar pangan yang dikonsumsi. Rasa pangan yang cenderung

disukai menurut zat gizi yang dikandungnya meliputi singkong, ubi jalar, ubi

talas, kentang dan roti sebagai sumber karbohidrat, daging ayam dan ikan segar

sebagai sumber protein hewani, tahu dan tempe sebagai protein nabati, minyak

goreng dan kelapa sebagai sumber minyak, sayur bayam, pisang dan pepaya

sebagai sumber vitamin dan mineral, dan gula pasir sebagai sumber gizi lainnya.

Aroma merupakan bau-bauan yang ditangkap oleh indera pembau (Wan

Nah, 2010). Pada tabel 12 juga menunjukkan sebagian responden di wilayah kerja

Puskesmas Kota Bajawa pada umumnya juga menyukai aroma sebagian besar

jenis pangan yang dikonsumsi. Lebih dari 90% responden menyukai aroma

pangan singkong, ubi jalar, roti, jagung, daging ayam, ikan segar, tahu, tempe,

sayur bayam, pisang dan kopi. Sedangkan aroma pangan yang cenderung tidak

disukai adalah ikan asin (sumber protein hewani).


46

Sebagian responden di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa juga

menyukai sebagian besar tekstur pangan yang dikonsumsi (tabel 12). Tekstur

merupakan struktur kelembutan dan kekasaran suatu pangan. Tekstur suatu

pangan juga dinilai menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas pangan,

apakah pangan tersebut akan terus dikonsumsi atau tidak. Apabila tekstur pangan

sesuai dengan selera, maka kebutuhan akan konsumsi pangan tersebut akan

semakin meningkat, karena tekstur pangan sangat berkaitan denngan proses

pengolahan pangan. Pada tabel 12 tekstur pangan yang paling disukai, meliputi

singkong, daging ayam, tempe, bayam dan gula pasir. Sedangkan tekstur daging

sapi (sumber protein hewani) justru cenderung tidak disukai. Sebagian besar

responden menyatakan bahwa tekstur yang disukai adalah pangan yang proses

pengolahannya tidak memakan waktu lama dan praktis.

Tampilan pangan juga berpengaruh dalam pemilihan pangan untuk

dikonsumsi dalam suatu keluarga atau rumah tangga. Lebih dari 90% responden

di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa cenderung lebih menyukai tampilan

daging ayam dan ikan segar dan telur ayam (protein hewani), tempe dan tahu

(protein nabati), kelapa (lemak), sayur sawi, sayur bayam, pisang dan pepaya

(vitamin dan mineral), serta gula pasir (zat gizi lainnya). Sebagian besar

responden menyatakan bahwa tampilan pangan tidak menjadi persoalan dalam

pemilihan makanan asalkan makanan tersebut memiliki rasa yang enak dan bisa

dikonsumsi, maka pangan tersebut akan cenderung dipilih.

Umumnya kebiasaan mengkonsumsi pangan bagi responden tidak

didasarkan pada kebutuhan fisiologis, yaitu pemenuhan fisik akan zat-zat gizi
47

yang terkandung dalam pangan masing-masing responden. Kebiasaan

mengkonsumsi pangan lebih didasarkan pada kebutuhan psikologis yaitu

pemenuhan kepuasan emosional.

Tabel 12. Distribusi Responden menurut Preferensi Rasa, Aroma, Tekstur


dan Tampilan Pangan yang Dikonsumsi
Preferensi Rasa, Aroma, Tekstur, dan
Tampilan
Sumber Zat Gizi Jenis Pangan Preferensi
Rasa Aroma Tekstur Tampilan

Karbohidrat Beras 1 0,0 0,0 0,0 0,0


2 100,0 100,0 100,0 100,0
Jagung 1 20,0 21,4 26,2 23,8
2 79,2 76,6 73,8 76,2
Mie 1 57,1 59,5 57,1 57,1
2 42,9 40,5 42,9 42,9
Roti 1 6,0 6,0 7,1 7,1
2 94,0 94,0 92,9 92,9
Bihun 1 57,1 61,9 58,3 60,7
2 42,9 38,1 41,7 39,3
Singkong 1 6,0 8,3 8,3 7,1
2 94,0 91,7 91,7 92,2
Ubi Jalar 1 7,1 7,1 7,1 7,1
2 92,9 92,9 92,9 92,9
Ubi Talas 1 13,1 11,9 11,9 11,9
2 86,9 88,1 88,1 88,1
Kentang 1 15,5 15,5 15,5 15,5
2 84,5 84,5 84,5 84,5
Protein Hewani Daging Sapi 1 92,9 92,9 92,9 92,9
2 7,1 7,1 7,1 7,1
Daging Ayam 1 3,6 3,6 3,6 4,8
2 96,4 96,4 96,4 95,2
Telur Ayam 1 6,0 6,0 6,0 7,1
2 94,0 94,0 94,0 92,9
Ikan Segar 1 2,4 2,4 2,4 2,4
2 97,6 97,6 97,6 97,6
Ikan Asin 1 71,4 73,8 72,6 73,8
2 28,6 26,2 27,4 26,2
Susu 1 17,9 17,9 17,9 17,9
2 82,1 82,1 82,1 82,1
Protein Nabati Kacang Tanah 1 15,5 14,3 14,3 14,3
2 84,5 85,7 85,7 85,7
Kacang Hijau 1 15,5 13,1 13,1 14,3
2 84,5 86,9 86,9 85,7
Tahu 1 9,5 10,7 9,5 9,5
2 90,5 89,3 90,5 90,5
Tempe 1 4,8 2,4 2,4 2,4
2 95,2 97,6 97,6 97,6
48

Lemak Minyak Goreng 1 4,8 13,1 7,1 6,0


2 92,1 86,9 92,9 94,0
Mentega 1 76,2 73,8 73,8 73,8
2 23,8 26,2 26,2 26,2
Kelapa 1 8,3 8,3 8,3 8,3
2 91,7 91,7 91,7 91,7
Coklat 1 81,0 82,1 82,1 82,1
2 19,0 17,9 17,9 17,9
Vitamin dan Sayur Sawi 1 15,5 11,9 9,5 9,5
Mineral 2 84,5 88,1 90,5 95,5
Sayur kangkung 1 81,0 83,3 82,1 82,1
2 19,0 16,7 17,9 17,9
Sayur bayam 1 8,3 8,3 8,3 8,3
2 91,7 91,7 91,7 91,7
Sayur Daun 1 20,2 19,0 20,2 20,2
Singkong 2 79,8 81,0 79,8 79,8
Pisang 1 9,5 9,5 8,3 7,1
2 90,5 90,5 91,7 92,9
Pepaya 1 8,3 8,3 8,3 8,3
2 91,7 91,7 91,7 91,7
Mangga 1 75,0 76,2 76,2 76,2
2 25,0 23,8 23,8 23,8
Jeruk 1 35,7 36,9 36,9 36,9
2 64,3 63,1 63,1 63,1
Zat Gizi Gula Pasir 1 1,2 1,2 1,2 1,2
Lainnya 2 98,8 98,8 98,8 98,8
Gula Merah 1 79,8 81,0 82,1 82,1
2 20,2 19,0 17,9 17,9
Kopi 1 10,7 10,7 10,7 10,7
2 89,3 89,3 89,3 89,3
Teh 1 85,7 86,9 85,7 85,7
2 14,3 13,1 14,3 14,3
Minuman 1 52,4 52,4 52,4 52,4
Kemasan 2 47,6 47,6 47,6 47,6
Keterangan: Preferensi (1= Tidak Suka, 2=Suka)
49

3. Pengaruh Preferensi Pangan terhadap Kejadian Hipertensi pada

Penduduk Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bajawa

Preferensi merupakan derajat suka atau tidak suka terhadap jenis pangan.

Preferensi terhadap pangan dapat menunjukkan permintaan masyarakat terhadap

pangan yang kemudian akan berpengaruh pada pola konsumsi pangan. Preferensi

pangan dalam penelitian ini adalah sikap responden dalam memilih jenis pangan

untuk dikonsumsi yang dikelompokkan berdasarkan sumber zat gizi esensial

(karbohidrat, potein, lemak, vitamin dan mineral). Tabel 13 menunjukkan bahwa

sebagian besar lansia baik yang menderita hipertensi maupun yang tidak

menderita hipertensi menyukai semua jenis pangan. Pangan yang cenderung

disukai meliputi pangan beras, singkong, kentang, ubi talas, ubi jalar, roti dan

jagung (sumber zat gizi karbohidrat), daging sapi, daging ayam, telur ayam, ikan

segar dan susu (sumber zat gizi protein hewani), tempe, tahu dan kacang hijau

(sumber zat gizi protein nabati), kelapa dan minyak goreng (lemak), sayur sawi,

sayur bayam, sayur daun singkong, pisang, pepaya dan mangga (vitamin dan

mineral) serta gula pasir, kopi dan teh (sumber zat gizi lainnya).

Preferensi pangan masyarakat lansia di wilayah kerja puskesmas Kota

Bajawa pada Tabel 13, menyatakan bahwa dari pangan sumber zat gizi kelompok

padi-padian yang paling disukai adalah beras. Berdasarkan tabel 13, sebagian

besar (≥ 50%) lansia hipertensi maupun tidak hipertensi di wilayah kerja

puskesmas Kota Bajawa menyukai pangan beras sedangkan jagung lebih banyak

disukai (88.4%) oleh lansia tidak hipertensi dibandingkan dengan lansia yang

menderita hipertensi (48.8%). Pada tabel 13, kelompok pangan umbi-umbian yang
50

paling banyak disukai oleh lansia yang menderita hipertensi dan tidak hipertensi

adalah singkong (91.7%), ubi jalar 92.9%), ubi talas (70.5%) dan kentang

(84.5%). Sedangkan jenis pangan sumber zat gizi karbohidrat lainnya disukai

sebagian besar lansia yakni roti (92.9%), dan sebagian kecil lainnya menyukai

mie (41.7%) dan bihun (50.0%).

Hasil penelitian pada tabel 13 dapat dilihat bahwa lebih dari 50% lansia

penderita hipertensi menyukai menyukai daging sapi (41.7%), daging ayam

(42.9%), telur ayam (46,4%), ikan segar (46.4%), dan sebagian kecil menyukai

ikan asin (14.3%) dan susu (33.3) sedangkan sebagian besar lansia tidak

hipertensi menyukai daging sapi (51.2%), daging ayam (50.0%), telur ayam

(50.05), ikan segar (51.2%), dan susu (48.8%) dan sebagian kecil menyukai ikan

asin (14.3%).

Hasil penelitian pada tabel 13 dapat dilihat bahwa lebih dari 50% lansia

menyukai kacang tanah (66.7%), kacang hijau (70.2%), tahu (97.6%) dan tempe

(97.6%). Hasil penelitian pada tabel 13 juga menunjukkan bahwa sebagian besar

lansia di wilayah kerja puskesmas Kota Bajawa menyukai minyak goreng

(68.9%), kelapa (82.1%), sedangkan pangan mentega (78.9%) dan cokelat

(82.1%) tidak disukai lansia baik lansia hipertensi (39.3%) maupun lansia tidak

hipertensi (42.5%).

Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa sebesar 89.3% lansia di wilayah

kerja puskesmas Kota Bajawa menyatakan suka terhadap sayur sawi, 91.7%

menyukai sayur bayam, 91.7% menyukai sayur daun singkong, 91.7% menyukai
51

buah pisang, 76.2% menyukai buah mangga, 91.7% menyukai pepaya, dan 63.1%

menyukai buah jeruk serta 58.3% lansia menyatakan suka terhadap sayur

kangkung. Tabel 13 juga menunjukkan bahwa sebesar 98.8% lansia di wilayah

kerja puskesmas Kota Bajawa menyukai gula pasir, 95.2% menyukai kopi, 95.2%

menyukai teh dan 58.% menyukai minuman kemasan sedangkan sebesar 82.1%

lansia tidak menyukai gula merah.

Tabel 13. Hasil Uji Regresi Logistik Sederhana Pengaruh Preferensi Pangan
terhadap Kejadian Hipertensi pada Penduduk Lansia
Jumlah Responden
Sumber Zat Jenis Tidak p.Sign
Preferensi Hipertensi
Gizi Pangan Hipertensi Total
(OR)
Karbohidrat Beras 1 0.00 0,00 0.00 0,229
2 100.0 100.0 100.0 (1.737)
Jagung 1 51,2 11,6 31,0 0.120
2 48,8 88,4 69,0 (0.112)
Mie 1 75.6 41.9 58.3 0.093
2 24.4 58,1 41.7 (3.788)
Roti 1 9.8 4.7 7.1 0.360
2 90.2 95.3 92.9 (2.216)
Bihun 1 68.3 32.6 50.0 0.090
2 31.7 67.4 50.0 (4.021)
Singkong 1 12.2 4.7 8.3 0.205
2 87.8 95.3 91.7 (2874)
Ubi Jalar 1 7.3 7.0 7.1 0.952
2 92.7 93.0 92.9 (1.053)
Ubi Talas 1 29.3 20.9 25.0 0.377
2 70.7 79.1 75.0 (1.563)
Kentang 1 26.8 4.7 15.5 0.099
2 73.2 95.3 84.5 ((7.521)
52

Protein Daging 1 7.1 0.00 7.1 0.003


Hewani Sapi 2 41.7 51.2 92.9 (1.985)
Daging 1 6.0 1.2 7.1 0.045
Ayam 2 42.9 50.0 92.9 (2.154)
Telur 1 2.4 1.2 3.6 0.525
Ayam 2 46.4 50.0 96.4 (2109)
Ikan Segar 1 2.4 0.0 2.4 0.087
2 46.4 51.2 97.6 (1789)
Ikan Asin 1 36.9 36.9 73.8 0.714
2 14.3 14.3 26.2 (1.200)
Susu 1 15.5 2.4 17.9 0.081
2 33.3 48.8 82.1 (9.518)
Protein Kacang 1 17.9 15.5 33.3 0.537
Nabati Tanah 2 31.0 35.7 66.7 (2.171)
Kacang 1 19.0 10.7 29.8 0.069
Hijau 2 29.8 40.5 70.2 (2.418)
Tahu 1 10.7 14.3 25.0 0.696
2 38.1 36.9 75.0 (0.818)
Tempe 1 2.4 0.00 2.4 0.087
2 46.4 51.2 97.6 (1.781)
Lemak Minyak 1 11.9 1.2 13.1 0.003
Goreng 2 36.9 50.0 68.9 (1.812)
Mentega 1 39.3 40.5 78.9 0.099
2 9.5 10.7 20.2 (0.941)
Kelapa 1 17.9 0.00 17.9 0.000
2 31.0 51.2 82.1 (2.573)
Coklat 1 39.3 42.9 82.1 0.699
2 9.5 8.3 17.9 (0.699)
Vitamin dan Sayur 1 8.3 2.4 10.7 (0.060)
Mineral Sawi 2 40.5 95.3 89.3 (0.633)
Sayur 1 17.9 23.8 41.7 0.356
Kangkung 2 31.0 27.4 58.3 (1.441)
Sayur 1 4.8 3.6 8.3 0.465
Bayam 2 44.0 47.6 91.7 (0.599)
Sayur 1 8.3 13.1 21.4 0.340
Singkong 2 40.5 38.1 78.6 (0.599)
Pisang 1 4.8 3.6 8.3 0.645
2 44.0 47.6 91.7 (1.441)
Pepaya 1 6.0 2.4 8.3 0.205
2 42.9 48.8 91.7 (2874)
Mangga 1 8.3 15.5 23.8 0.154
2 40.5 35.7 76.2 (0.475)
Jeruk 1 20.2 16.7 36.9 0.398
2 28.6 34.5 63.1 (1.467)
53

Zat Gizi Gula 1 2.4 0.00 1.2 0.669


Lainnya Pasir 2 97.6 100.0 98.8 (0.802)
Gula 1 80.5 83.7 82.1 0.299
Merah 2 19.5 16.3 17.9 (1.737)
Kopi 1 19.5 2.3 4.8 0.011
2 80.5 97.7 95.2 (4.182)
Teh 1 7.3 2.3 4.8 0.279
2 92.7 97.7 95.2 (3.316)
Minuman 1 61.0 23.3 41.7 0.234
Kemasan 2 39.0 76.7 58.3 (5.156)
Keterangan: Preferensi (1= Tidak Suka, 2=Suka)

Hasil uji regresi sederhana pada tabel 13 menyatakan bahwa ada pengaruh

yang signifikan (p≤0.05) antara preferensi pangan daging sapi (p=0.003;

OR=1.985) dengan resiko sebesar 1.985 kali mengalami kejadian hipertensi, dan

daging ayam (p=0.045; OR=2.154) dengan resiko sebesar 2.154 kali mengalami

kejadian hipertensi, minyak goreng (p=0.003; OR=1.821) dengan resiko sebesar

1.821 kali mengalami kejadian hipertensi dan kelapa (p=0.000; OR=2.573)

dengan resiko sebesar 2.573 kali mengalami kejadian hipertensi, serta kopi

(p=0.011; OR=4.182) dengan resiko sebesar 4.182 kali mengalami kejadian

hipertensi.
54

B. Bahasan

Preferensi pangan didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan

terhadap makanan dan akan berpengaruh terhadap konsumsi makanan

(Burhanuddin dan Atmakusuma, 2002). Preferensi konsumen dapat mengukur

tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu produk. Kecenderungan pemilihan

makanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik instrinsik maupun ekstrinsik.

Adapun faktor internal terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendapatan,

tingkat pengetahuan gizi, umur dan tingkat pendidikan dan faktor eksternal

diantaranya adalah karakteristik pangan berupa rasa, aroma, tekstur, dan tampilan

pangan (Martianto dkk, 2007).

Preferensi pangan yang baik dapat menunjang terjadinya pola konsumsi

pangan yang beragam. Pola konsumsi yang beragam diharapkan dapat

mewujudkan terjadinya diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan yang dimaksud

adalah adanya keragaman pola konsumsi di mana terdapat keanekaragaman bahan

pangan yang dikonsumsi sehingga memenuhi kebutuhan gizi yang bermutu dan

seimbang (kandungan karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin) dan,

keanekaragaman sumber bahan pangan untuk masing-masing jenis gizi, sumber

protein dapat diperoleh dari hewan, ikan maupun nabati (Widyawati, 2009).

1. Preferensi Pangan yang Dikonsumsi Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas


Kota Bajawa
Widyawati (2009) menjelaskan bahwa preferensi pangan didefenisikan

sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap suatu makanan. Preferensi


55

atau pemilihan pangan seseorang dalam mengkonsumsi suatu pangan biasanya

disesuaikan dengan ketersediaan pangan yang ada.

Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan sebagian besar lansia

memiliki preferensi yang baik terhadap jenis pangan yang dikonsumsi, lansia

cenderung menyukai semua jenis pangan yang dikonsumsi. Berdasarkan model

seleksi pangan yang dikembangkan Ellisabeth dan Sanjur (1982), faktor-faktor

yang mempengaruhi preferensi pangan berpusat pada karakteristik individu,

lingkungan dan pangan itu sendiri.

Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa pada umumnya merupakan

lansia yang berusia 60-74 tahun. Umur seseorang akan mempengaruhi kebiasaan

makan orang tersebut. Banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang

kebutuhan tubuh akan gizi dipengaruhi oleh beberapa masa dalam perjalanan

hidup seseorang (Wulansari, 2009). Umur juga akan mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam pemilihan pangan dan

pengembangan cara pemanfaatan pangan yang sesuai.

Penelitian Wansink, dkk (2003) menunjukkan umur memiliki peranan

penting dalam pemutusan penggunaan jenis pangan. Semakin besar umur.

Seseorang cenderung memilih makanan yang lebih sehat bagi tubuhnya. Umur

sering dikaitkan dengan pengalaman seseorang terhadap pangan. Semakin besar

umur seseorang, banyak pangan yang telah dikonsumsi. Penelitian Bakrie, dkk

(2006) menyebutkan bahwa pengalaman dalam membeli produk merupakan

faktor yang paling mempengaruhi preferensi pangan seseorang.


56

Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa juga memiliki pendidikan,

pendapatan dan pengetahuan gizi yang baik sehingga tidak sulit bagi masyarakat

dalam memilih pangan untuk dikonsumsi. Perbedaan tingkat pendidikan akan

mempengaruhi tingkat konsumsi pangan seseorang dalam memilih bahan pangan

demi memenuhi kebutuhan hidupnya (Widyawati, 2009). Rumah tangga yang

dikepalai seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung lebih

miskin dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai oleh yang

berpendidikan.

Sulistyawati (2004) menyatakan bahwa tingkat pendapatan mempunyai

pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Faktor pendapatan dikatakan

berpengaruh besar terhadap kebiasaan konsumsi pangan baik dari kualitas

maupun kuantitas, karena berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam rumah

tangga. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli sehingga seseorang

mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan akhirnya berdampak

positif terhadap status gizi. Masyarakat dengan pendapatan rendah cenderung

mengalokasikan pendapatannya untuk pemenuhan konsumsi pangan sehari-hari.

Karena terbatasnya anggaran yang dimiliki oleh keluarga miskin untuk memenuhi

kebutuhan pangannya, maka keluarga tersebut akan berusaha memenuhi

kebutuhannya dengan jalan memilih pangan yang harganya relatif murah dan

mencukupi bagi semua anggota keluarga. Keadaan ini dikarenakan rendahnya

pendapatan dan banyaknya anggota keluarga yang harus diberi makan, padahal

tidak seimbang dengan penghasilannya (Kartasapoetra, 2005).


57

Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

penyediaan makanan bagi keluarga (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2005), apakah

pangan tersebut bergizi atau tidak. Individu yang berpendidikan tinggi akan

mampu menerapkan pengetahuan gizi yang diperolehnya di dalam pemilihan

maupun pengolahan pangan (Pratiwi, 2006). Kurangnya pengetahuan gizi dapat

menyebabkan adanya perubahan pola konsumsi pangan bergizi akibat

ketidaktahuan terhadap fungsi pangan dan zat gizi itu sendiri.

Preferensi pangan juga tidak terlepas dari faktor pangan itu sendiri.

Karakteristik pangan sering menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih

pangan. Hasil penelitian yang terlihat pada tabel 12 menunjukkan bahwa pangan

yang cenderung disukai lansia diasumsikan karena faktor ketersediaan, kebiasaan

dan faktor sosial ekonomi lainnya. Sanjur dalam Widyawati (2009) menjelaskan

bahwa terdapat 3 faktor utama, yakni faktor individu, faktor pangan dan faktor

lingkungan.

Karakteristik fisik pangan itu sendiri (rasa, aroma, tekstur dan tampilan

pangan) merupakan salah satu faktor yang sering menjadi pertimbangan

konsumen dalam pemilihan makanan untuk dikonsumsi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di wilayah kerja Puskesmas Kota

Bajawa menyukai rasa, aroma, tekstur dan tampilan pangan yang dikonsumsi

(tabel 12). Sebagian besar responden menyatakan tampilan pangan tidak menjadi

persoalan dalam pemilihan makanan asalkan makanan tersebut memiliki rasa

yang enak dan bisa dikonsumsi. Rasa pangan yang cenderung disukai menurut zat

gizi yang dikandungnya meliputi, singkong (94,0%), ubi jalar (92,9%), ubi talas
58

86,9%), kentang (84,5%) dan roti (94,0%) sebagai sumber zat karbohidrat, daging

ayam (96,4%) dan ikan segar (97,6%) sebagai sumber protein hewani, tahu

(90,5%) dan tempe (95,2%) sebagai sumber protein nabati, minyak goreng

(92,1%) dan kelapa (91,7%) sebagai sumber lemak, sayur bayam (91,7%), pisang

(90,5%) dan pepaya (91,7%) sebagai sumber vitamin dan mineral, dan gula pasir

(98,8%) sebagai sumber zat gizi lainnya. Menurut sebagian besar responden,

tekstur yang disukai adalah pangan yang proses pengolahannya tidak memakan

waktu lama dan praktis.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa preferensi pangan yang dikonsumsi

penduduk lansia di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa tidak selalu sejalan

dengan pola konsumsi terutama frekuensi konsumsi makanan. Beras, ubi talas dan

ubi jalar cenderung paling disukai sebagai sumber karbohidrat. Namun dalam pola

konsumsi sehari-hari beras masih menjadi pangan sumber tenaga yang paling

esensial dibandingkan dengan pangan sumber tenaga lainnya. Hal ini berarti

sekalipun preferensi pangan yang dikonsumsi lansia baik atau sudah memenuhi

prinsip pangan yang beragam, tetapi dalam implementasinya konsumsi pangan

sebagian besar lansia masih dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti salah

satunya adalah kebiasaan konsumsi pangan. Dengan demikian perlu dilakukan

upaya diversifikasi pangan bagi lansia yang merupakan adanya keragaman pola

konsumsi di mana terdapat keanekaragaman bahan pangan yang dikonsumsi

sehingga memenuhi kebutuhan gizi yang bermutu dan seimbang (kandungan

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dan keanekaragaman sumber

bahan pangan untuk masing-masing zat gizi (Tyas, 2009).


59

2. Pengaruh Preferensi Pangan terhadap Kejadian Hipertensi pada

Penduduk Lansia

Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat

gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan

memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup

bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi

(Depkes, 2014). Almatsier (2009) menjelaskan bahwa zat gizi adalah ikatan kimia

yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yang menghasilkan energi,

membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.

Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu:

karbohidat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Hasil uji regresi sederhana pada tabel 13 menyatakan bahwa ada pengaruh

yang signifikan (p≤0.05) antara preferensi pangan daging sapi (p=0.003;

OR=1.985) dengan resiko sebesar 1.985 kali mengalami kejadian hipertensi, dan

daging ayam (p=0.045; OR=2.154) dengan resiko sebesar 2.154 kali mengalami

kejadian hipertensi, minyak goreng (p=0.003; OR=1.821) dengan resiko sebesar

1.821 kali mengalami kejadian hipertensi dan kelapa (p=0.000; OR=2.573)

dengan resiko sebesar 2.573 kali mengalami kejadian hipertensi, serta kopi

(p=0.011; OR=4.182) dengan resiko sebesar 4.182 kali mengalami kejadian

hipertensi.

Adanya pengaruh yang signifikan antara preferensi pangan daging sapi,

daging ayam, minyak goreng, kelapa dan kopi terhadap kejadian hipertensi pada
60

penduduk lansia diasumsikan karena kebiasaan masyarakat lansia dalam

pemilihan pangan dan bahan pengolahan pangan yang hendak dikonsumsi.

Sebagian besar responden menuturkan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi

daging serta makanan yang diolah dengan cara digoreng dengan frekuensi makan

daging 3-4 kali perbulan dan makanan yang digoreng sebanyak 2 kali perhari,

dikarenakan daging memiliki rasa yang enak dan dapat diolah dengan mudah.

Jauhari (2013) menjelaskan bahwa lemak dalam hidangan memberikan

kecenderungan meningkatkan kolesterol darah. Lemak dari daging dan unggas

lebih banyak mengandung lemak jenuh. Kolesterol dan lemak jenuh diperlukan

tubuh terutama tubuh anak-anak tetapi perlu dibatasi asupannya pada orang

dewasa. Kolesterol yang tinggi berhubungan dengan peningkatan prevalensi

penyakit hipertensi.

Lemak ditinjau dari sumbernya, terbagi atas lemak nabati yang dikenal

dengan istilah minyak dan lemak hewani. Sumber utama lemak nabati adalah

minyak tumbuh-tumbuhan, seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah,

jagung dan sebagainya. Sedangkan sumber utama lemak hewani seperti mentega,

margarin, dan lemak hewan (Almatsier, 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang

dapat dilihat pada tabel 13 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

antara preferensi pangan minyak goreng dan kelapa dengan kejadian hipertensi

pada penduduk lansia di wilayah kerja puskesmas Kota Bajawa. Hal ini

diasumsikan karena adanya kebiasaan masyarakat lansia memilih minyak goreng

sebagai bahan untuk mengolah pangan menjadi masakan. Irianto (2006)

menjelaskan bahwa lemak bukan hanya berpotensi tinggi kalori tetapi juga relatif
61

lama berada dalam sistem pencernaan dibandingkan karbohidrat dan protein,

sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama. Jika seseorang

mengkonsumsi lemak secara berlebihan, maka akan mengurangi konsumsi

makanan lain.

Sebagian besar responden menyatakan kopi dikonsumsi karena adanya

kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsi kopi sebagai minuman yang harus

dikonsumsi sehari-hari. Kurniawaty (2016) menjelaskan bahwa konsumsi kopi

merupakan faktor resiko kejadian hipertensi. Mengkonsumsi kopi berbahaya

karena senyawah kafein dalam kopi bisa menyebabkan tekanan darah meningkat

tajam. Seseorang yang biasa mengkonsumsi kopi dengan dosis kecil mempunyai

adaptasi yang rendah terhadap efek kafein.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi pangan masyarakat lansia

baik yang menderita hipertensi maupun yang tidak menderita hipertensi tidak

selalu sejalan dengan pola konsumsi terutama frekuensi konsumsi pangan. Dalam

pola konsumsi sehari-hari beberapa pangan masih menjadi pangan yang paling

esensial dibandingkan dengan pangan sumber tenaga lainnya. Hal ini berarti

sekalipun preferensi pangan masyarakat lansia sudah memenuhi prinsip yang

beragam, namun dalam implementasinya sebagian besar responden masih

dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya, seperti ketersediaan, kebiasaan

konsumsi pangan dan sebagainya. Diversifikasi pangan merupakan upaya untuk

mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi beras serta

meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat. Diperlukan

dukungan produksi wilayah, nilai-nilai budaya dan kebiasaan makan


62

beranekaragam pangan agar terjadi preferensi pangan yang baik dan beragam

bukan cuma terhadap satu jenis pangan saja (Yuniarti, 2013).


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Sebagian besar lansia pria dan wanita di wilayah kerja Puskesmas Kota

Bajawa baik usia pertengahan maupun usia tua memiliki pendidikan dan

pendapatan yang tinggi serta pengetahuan gizi yang baik.

2. Sebagian besar penduduk lansia di ilayah kerja puskesmas Kota Bajawa

lebih menyukai beras, ubi jalar, ubi talas, daging ayam, daging sapi, tahu,

tempe, minyak goreng, kelapa, sayur sawi, sayur bayam, sayur daun

singkong, pisang pepaya, gula pasir dan kopi

3. Sebagian besar penduduk lansia di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa

memiliki tingkat preferensi pangan baik dan menilai pangan berdasarkan

rasa, aroma, tekstur dan tampilan pangan

4. Preferensi pangan daging sapi, daging ayam, minyak goreng, kelapa dan

kopi berpengaruh signifikan terhadap kejadian hipertensi pada penduduk

lansia di wilayah kerja puskesmas Kota Bajawa

B. Saran

1. Bagi instansi terkait diharapkan agar perlu dilakukan upaya diversifikasi

konsumsi pangan pada lansia agar dapat meningkatkan taraf kesehatan dan

gizi masyarakat lansia.


64

2. Bagi masyarakat khususnya lansia diharapkan agar dapat

mempertimbangkan pemilihan pangan yang baik untuk dikonsumsi.

Konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang perlu ditingkatkan

oleh setiap lansia guna tercukupinya kebutuhan gizi.

3. Penelitian ini hanya terbatas pada pengaruh preferensi konsumsi pangan

dengan kejadian hipertensi pada lansia. Diharapkan peneliti lain dapat

meneliti lebih dalam lagi mengenai pengaruh preferensi pangan terhadap

kejadian penyakit degeneratif lainnya pada masyarakat lansia.


65

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia


Pustaka Utama.

Bakrie, B., Andayani, D., dan Zainuddin, D. (2006). Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Preferensi Konsumen terhadap Produk Peternakan di
Wilayah Perkotaan Jakarta. Disajikan dalam Seminar Nasional Tekhnologi
Peternakan dan Veteriner 2008, Jakarta.

Birch, L. (1999). Defelopment Of Food Preferance. Annual Rev Nutrition.

Burt V., Whelton P., Roccellla E.J., Brown C., Cutler J.A., dan Haggins M.
(1995). Prevalence of Hypertension in the US Adult Population. Result From
the 3 National Health and Nutrition Examination Survey. Hipertensi.

Burhanuddin, S.M. dan Atmakusuma, J. (2002). Analisis Preferensi dan Pola


Konsumsi Daging Kerbau pada Konsumen Rumah Tangga di Kabupaten
Pandeglang. Med. Pet. Jurnal Vol. 25 No.1.

BKP2. (2014). Data Tingkat Konsumsi Energi dan Protein serta Pola Pangan
Harapan Provinsi NTT. Kupang: BKP2 Provinsi NTT.

BPS Kabupaten Ngada. (2015). Ngada dalam Angka tahun 2014. Bajawa: BPS
Kabupaten Ngada.

BPS Kabupaten Ngada. (2016). Ngada dalam Angka tahun 2015.Bajawa: BPS
Kabupaten Ngada.

BPS Kabupaten Ngada. (2016). Standar UMR Kabupaten Ngada Tahun 2015.
Bajawa: BPS Kabupaten Ngada

Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bustan, N. M. (1995). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT


RINEKA CIPTA.

Bustan, N. M. (2015). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT


RINEKA CIPTA.

Deaton, B. J., Driskel, J. A Harper, L. J. (1985). Pangan Gizi dan Pertanian.


Jakarta: UI-Press.

DINKES Ngada. (2016). Data Lansia Penderita Hipertensi Tahun 2015.


66

Depertemen Gizi dan Kesehatan, 2013. "Gizi dan Kesehatan Masyarakat".


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ginting IB. (2006). Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi, Motivasi, Preferensi


Pangan, dan Kebiasaan Makan Sayuran Ibu Rumah Tangga di Kota dan
Desa Bogor. Skripsi.

Hardinsyah., Baliwati, Y.F., Martianto, D., Rachman, H.S., Widodo, A., dan
Subiyakto. (2001). Aspek Gizi dan Daya Terima Menu Makanan Pokok
Beragam dalam Upaya Penyelenggaraan Konsumsi Pangan. kesehatan.
Institut Pertanian Gizi, Bogor.

Hastono, S. (2011). statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Irianto, P. (2006). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.


Yogyakarta: Gelanggang Pess.

Jauhari, A. (2013)."Dasar-Dasar Ilmu Gizi". Yogyakarta: Ilmu Jaya.

JNC VII. (2003). The Seventh Report Of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Plessure.
Arch Intern Med.

JNC VII. (2013). The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure.

Kartasapoetra, G., Marsetyo, H. (2005). ILMU GIZI : Korelasi Gizi, Kesehatan


dan Produktivitas Kerja.Jakarta: Rineka Cipta.

Kadir, S. (2011). Preferensi Konsumen terhadap Hasil Olahan Daging Kuda di


Makasar. Jurnal AGRIBISNIS, Volume 10(3):82-84.
Http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/502/agriX5.pdf?se
quence=1. Diakses pada Tanggal 19 Oktober 2017, Pukul 18.37 WITA.

Khasanah, N. (2012). Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola


Makan. Yogyakarta: Laksana.

Kurniawaty, E. (2016). Pengaruh Kopi terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal


Kedokteran. Universitas Lampung, Lampung.

Kowalski, R. E. (2013). Terapi Hipertensi. Jakarta: Mizan Pustaka.

Lemeshow, S. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada


University, Yogyakarta.

Ma’nifatul, L. A. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.


67

Madanijah. (2014). Pola Asuh Makan Ibu serta Preferensi dan Konsmsi Sayur
dan Buah Anak Usia Sekolah di Bogor.Jurnal Gizi Pangan, Volume
9(3):151-158.

Marbun. (2003). Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Martianto D., Ariani, M. (2004). Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola


Konsumsi Pangan Masyarakat dalam Dekade Terakhir. Widyakraya
Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta.

Martianto, D., Ariani, M., Briawan, D., Yualianis, N. (2007). Laporan Kajian
Preferensi Pangan Masyarakat. Jakarta: Pusat Konsumsi dan Keamanan
Pangan-Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Nasoetion, A. (1989). Cara Penilaian Kualitas Hidangan dan Konsumsi Pangan.


Institut Pertanian Bogor.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitain Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: Penerbit EGC.

Pradnyawati. (1997). Preferensi dan Sikap Remaja di dalam Memilih Makanan


Siap Santap Tradisional dan Modern. Institut Pertanian Bogor.

Pratiwi, W. E. (2006). Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi, Sikap dan


Preferensi dengan Kebiasaan Makan Sayuran Ibu RUmah Tangga di
Perkotaan dan Pedesaan Bogor. Skripsi.

Ratnasari, L. (2003). Daya Terima Makanan dan Tingkat Konsumsi Protein


Pasien Rawat Inap Penderita Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Cilacap. Skripsi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Riskesdas. (2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.

Sanjur, D. (1982). Social and Cultural Perspective in Nutrition. New York:


Prentice Hall, Inc. New York, USA.

Setyaningsih, D. (2010). Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro.


Bogor: IPB Pers.

Spillman, B. C., & Lubitz, J. (2000). The Effect of Longevity on Spending for
Acute and Long-term Care. The New England Journal of Medicine.
68

Stanley dan Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Sudarma, Momon. (2009). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Suhardjo. (1989). Sosiobudaya Gizi. Bogor: IPB-PAU Pangan dan Gizi.

Supariasa, IDN., Dewa, N., Bakri, B., dan Fajar, I., (2002). Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC.

Susilo, Y. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Thah, dan Yuwono. (2014). Analisis Preferensi, Perilaku Mahasiswa dan


Keamanan Pangan terhadap Produk Bakso di Sekitar Universitas
Brawijaya. Jurnal Pangan dan Agroindustri, Volume 2.

Tnaauni, K. (2014). Studi Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Penduduk
Lanjut Usia pada Berbagai Tingkat Pendidikan di Kota Kefamenanu.
Kesehatan.

Tyas, Y. T. (2009). Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor


(sripsi). Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Wan, Nah. (2010). Senyawa Aroma dan Cita Rasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Wansink, B., Chandon, P., & Lurent, G. (2003). Exploring Comfort Food
Preferences Across Age and Gender. physiology & Behavior 79 (2003).

Wahyuningsih. (2013). Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut.


Ners Dan Kebidanan Indonesia.

Widyaningrum, S. (2012). Hubungan antara Konsumsi Makanan dengan Kejadian


Hipertensi pada Lansia. Kesehatan.

Widyawati, Ira Kusuma. (2009). Analisis Preferensi Pangan Masyarakat dan


Daya Dukung Gizi menuju Pecapaian Diversifikasi Pangan Kabupaten
Bogor.(Skripsi).

Winarno. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Wulansari, N. D. (2009). Konsumsi serta Preferensi Buah dan Sayur pada


Remaja SMA dengan status Sosial Ekonomi yang Berbeda di Bogor (Skripsi
yang Dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

World Health Organization (WHO). (2001). Pengendalian Hipertensi. Bandung:


Penerbit ITB
69

Yulizawaty, R. (2013). Keterkaitan Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Status


Kesehatan Lansia di Kota Bandung. Kesehatan.

Yuniarti. (2013). Subsistem Konsumsi Pangan.


http://yenniyuniartips.blogspot.com/2013/05/subsistem-konsumsi-
pangan.html. Diakses 15 November 2017, 16.55 WITA.
Lampiran 1
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Alamat :
Jalan…………………………………………………….
RT……..RW………Kelurahan…………………………
Kec………………………………………………………
Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian
ini, saya (*bersedia/tidak bersedia) berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian mengenai studi peferensi pangan dan pengaruhnya terhadap kejadian
hipertensi pada penduduk lansia di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa tahun
2016. Saya dengan sukarela ikut tanpa paksaan dan bersedia memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa
paksaan, sebab saya memahami keikutsertaan ini akan memberikan manfaat dan
kerahasiaan akan tetap terjaga.
Kupang,…………………………
Peneliti Responden

(Redo N. P. Melania) …………………………


Tlp. 082342755309

Keterangan:
(*Coret yang tidak perlu)
Lampiran 2

LEMBARAN KUESIONER
STUDI PREFERENSI KONSUMSI PANGAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDUDUK LANSIA DI
KOTA BAJAWA
I. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

3. Umur : tahun

4. Tanggal Lahir :

5. No.tlp/hp :

6. Alamat :

7. Pendidikan :

a. Tidak sekolah d. SMP

b. Tidak tamat SD e. SMA

c. Tamat SD f. D III/PT

8. Pekerjaan :

9. Jumlah anggota keluarga …… orang

10. Berapa kali makan dalam sehari

a. 1-2 kali

b. > 2 kali

II. Antropometri

1. Berat Badan : kg

2. Tinggi Badan : cm
3. IMT : kg/cm (diisi oleh peneliti)

Petunjuk Pengisian :

Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan saudara untuk menjawab seluruh

pertanyaan yang ada. Hanya dengan satu jawaban. Pilihlah jawaban yang paling

tepat dengan member tanda silang (X).

III. Hipertensi
1. Apakah selama tahun 2015/2016 bapak/ibu pernah memeriksakan diri ke
Puskesmas Kota Bajawa atau fasilitas kesehatan terdekat lainnya ?
a. Ya
b. Tidak (lain-lain)
2. Apakah bapak/ibu didiagnosis menderita hipertensi ?
a. Ya
b. Tidak
3. Berapa tekanan darah bapak/ibu ketika terakhir kali melakukan pengukuran?
a. ≥ 140/90 mmHg
b. ≤ 140/90 mmHg
4. Apakah bapak/ibu sedang minum obat hipertensi ?
a. Ya
b. Tidak
IV. Tingkat Pendapatan ( dilihat dari pengeluaran rumah tangga)

Jenis Harian Mingguan Bulanan


A. Pangan
1. Padi padian
2. Umbi-umbian
3. Ikan
4. Daging
5. Telur dan susu
6. Kacang-kacangan
7. Buah-buahan
8. Minyak
9. Bahan minuman
10. Bumbu-bumbu
11. Makanan dan
minuman jadi
12. Konsumsi lainnya
B. Non Pangan
1. Pendidikan
2. Penerangan
3. Bahan bakar
4. Kesehatan
5. Rokok
6. Perlengkapan
mandi dan cuci
7. Iuran (gereja dan
sosial)
8. Arisan/tabungan
9. Transportasi
10. Lainnya

Total A+B
V. Preferensi (tingkat kesukaan) Pangan

No Kelompok Jenis Pangan Rasa Aroma Tekstur Penampilan


Pangan
1 2 1 2 1 2 1 2
1. Padi-padian Beras
Jagung
Mie
Roti
Bihun

2. Umbi- Singkong
umbian Ubi jalar
Ubi talas
Kentang

3. Pangan Daging sapi


hewani Daging ayam
Telur ayam
Ikan segar
Ikan asin

Susu

4. Minyak & Minyak


lemak goreng
Mentega/marg
arin
5. Buah/biji kelapa
berminyak
cokelat

6. Kacang- Kacang tanah


kacangan Kacang hijau
Tahu
Tempe
7. Gula Gula merah
Gula pasir
8. Sayur dan Sawi
buah Kangkung
Bayam
Daun singkong
Pisang
Papaya

Mangga
Jeruk

9. Lain-lain Kopi
Teh

Minuman jadi

Tingkat Kesukaan (preferensi) pangan

1. Suka

2. Tidak suka
IV. Pengetahuan Gizi

1. Apa itu makanan yang beranekaragam?

a. Makanan yang banyak mengandung zat energi dan zat pembangun yang

sangat dibutuhkan tubuh

b. Makanan yang mengandung semua unsur zat-zat gizi yang diperlukan tubuh

baik kualitas maupun kuantitasnya

c. Makanan yang terdiri dari berbagai macam cara pengolahan baik

pendinginan maupun pemanasan

d. Makanan yang mengandung zat gizi yang dapat menyembuhkan penyakit

dan memberikan kekuatan

2. Mengapa harus mengkonsumsi makanan yang beranekaragam?

a. Karena tidak semua unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas

maupun kuantitasnya terdapat pada satu jenis makanan saja

b. Karena semua unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun

kuantitasnya terdapat pada satu jenis makanan saja

c. Karena makanan yang beragam menggambarkan tingkat sosial ekonomi

seseorang

d. Karena makanan yang beagam tidak menggambarkan tingkat sosial

ekonomi seseorang

3. Apa manfaat mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang?

a. Agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat terpenuhi sesuai dengan

angka kecukupan gizi tiap individu


b. Agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat terpenuhi melebihi angka

kecukupan zat gizi tiap individu

c. Agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat terpenuhi kurang dari

angka kecukupan zat gizi tiap individu

d. Agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat terpenuhi tanpa

memperhatikan angka kecukupan gizi tiap individu

4. Manakah yang merupakan menu makanan gizi seimbang?

a. Nasi, tumis kangkung, ikan goreng, jeruk dan susu

b. Nasi, tumis kangkung, mie goreng, jeruk dan susu

c. Nasi, tumis kangkung, telur rebus, ikan goreng dan susu

d. Singkong rebus, tempe goreng, mie rebus, pisang dan teh

5. Terdiri dari apa sajakah kelompok zat-zat gizi yang lengkap?

a. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral

b. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air

c. Karbohidrat, lemak, protein nabati, vitamin A, vitamin B, vitamin C dan

mineral

d. Karbohidrat, lemak, protein nabati, protein hewani, vitamin dan mineral

makro.

6. Manakah diantara pangan di bawah ini yang merupakan sumber zat

pembangun?

a. Tempe, tahu, jagunag, dan ubi jalar

b. Bayam,kangkung, apel dan jeruk

c. Tempe, tahu, ikan asin dan telur


d. Jagung, ubi jalar, minyak ikan dan margarin

7. Apa fungsi dari zat pembangun

a. Berperan dalam pertumbuhan dan menjaga kelancaran fungsi-fungsi organ

tubuh

b. Berperan dalam pembangunan dan perkembangan manusia

c. Berperan dalam pertumbuhan dan memberikan kekuatan bagi tubuh

d. Berperan dalam perkembangan dan menjaga kelancaran fungsi-fungsi organ

tubuh

8. Apa fungsi utama dari air?

a. Sebagai bahan pembentukkan sel darah merah

b. Berperan dalam perbaikan sel-sel tubuh yang rusak

c. Berperan dalam pembekuan darah

d. Sebagai pelarut dan menjaga stabilitas temperatur tubuh.

9. Apa saja gejala dari kekurangan energi?

a. Tubuh lemas dan kurang bergairah dalam beraktivitas

b. Tubuh lemas dan sulit bernapas

c. Kurang bergairah dalam beraktivitas dan sulit buang air besar

d. Kurang bergairah dalam beraktivitas dan kenaikan suhu tubuh

10. Apa penyebab langsung dari terjadinya gizi buruk?

a. Kekurangan asupan gizi dan sanita lingkungan yang buruk

b. Kekurangannya asupan gizi dan penyakit infeksi

c. Penyakit infeksi dan sanitasi lingkungan yang buruk

d. Penyakit infeksi dan tidak tersedianya air bersih


Lampiran 3.

MASTER TABEL

1. Karakteristik Responden

Nama Pengetahuan Preferensi


No J.K Umur Pendidikan Hipertensi Pendapatan
Responden Gizi Pangan
1 AB 1 2 1 1 1 1 2
2 AM 2 1 2 1 2 2 1
3 AT 1 2 1 1 2 2 2
4 AL 2 2 2 1 2 2 2
5 AL 1 1 1 1 2 1 2
6 AN 2 1 2 2 2 2 2
7 AJ 1 2 1 2 2 1 2
8 AF 2 2 2 1 2 2 2
9 AL 2 1 1 1 2 2 2
10 BW 2 2 2 2 2 2 2
11 CA 2 1 2 1 2 1 2
12 DM 2 2 2 1 2 2 2
13 DK 2 1 1 1 2 2 2
14 DA 1 2 1 1 2 2 2
15 DM 2 1 2 1 2 1 2
16 DW 1 2 2 1 2 2 2
17 DR 1 1 2 2 2 2 1
18 DB 1 1 1 2 2 2 1
19 EO 2 2 1 1 2 2 2
20 EM 2 2 2 1 2 2 2
21 ES 2 1 2 2 2 2 1
22 ES 2 1 1 2 1 1 1
23 HS 1 2 2 1 2 2 2
24 HDK 1 2 1 1 1 1 2
25 HR 1 1 2 1 2 2 1
26 HM 2 1 1 2 1 1 1
27 IL 2 1 1 2 1 1 1
28 KU 2 2 2 1 2 2 2
29 KG 2 2 2 2 2 2 2
30 KD 2 2 2 2 2 2 2
31 KK 1 1 2 1 2 2 1
32 KL 2 2 2 2 2 2 2
33 KW 1 2 1 1 1 1 2
34 KL 2 1 2 2 2 2 2
35 KG 2 2 2 1 2 2 2
36 KK 1 2 2 1 2 2 2
37 LW 1 1 2 1 2 2 1
38 LL 1 2 1 1 1 1 2
39 LM 2 1 2 2 2 2 1
40 MMJ 2 2 2 1 2 2 2
41 Maria Noi 2 2 2 1 2 2 2
42 MKS 2 1 1 1 1 1 1
43 MB 2 1 2 2 2 2 1
44 ML 2 2 2 2 2 2 2
45 MI 2 1 2 2 2 2 1
46 MB 2 1 1 2 1 1 1
47 MB 2 2 2 2 2 2 2
48 MB 1 2 2 2 2 2 2
49 MOE 2 2 2 1 2 2 2
50 MMM 2 2 1 2 2 2 2
51 ME 2 2 2 1 2 2 2
52 ML 2 2 2 2 2 2 2
53 MR 2 1 1 2 2 1 1
54 MGD 2 1 2 2 2 2 1
55 MML 2 2 2 2 2 2 2
56 NN 1 2 1 1 1 1 2
57 PF 1 1 1 1 1 1 1
58 PN 1 1 1 1 1 1 1
59 PP 1 2 2 2 2 2 2
60 PM 1 1 1 2 1 1 1
61 PPW 1 1 2 1 2 2 1
62 PB 2 2 1 1 2 2 2
63 PD 2 2 2 1 2 2 2
64 PW 2 1 2 2 2 2 1
65 PG 1 2 2 1 2 2 2
66 RD 2 2 1 1 1 1 2
67 RN 2 1 2 2 2 2 1
68 RN 2 1 2 2 2 2 1
69 SW 2 1 2 2 2 2 1
70 SB 2 2 2 2 2 2 2
71 TL 1 2 2 2 2 2 2
72 TW 2 1 1 2 2 2 1
73 TN 2 1 1 2 2 2 2
74 TN 2 2 2 2 2 2 2
75 VO 2 1 2 2 2 2 1
76 VE 2 2 2 2 2 2 2
77 WD 1 2 2 2 2 2 2
78 YB 1 2 2 2 2 2 2
79 YD 2 1 2 2 2 2 1
80 YW 1 2 2 1 2 2 2
81 YD 1 1 1 1 1 1 1
82 YNF 1 1 1 1 1 1 1
83 YR 2 2 2 2 2 2 2
84 ZN 1 1 2 2 2 2 2

Anda mungkin juga menyukai