OLEH:
SARI TANGGELA
1738010020
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
penyusunan hasil penelitian dengan judul “Faktor Risiko Gaya Hidup Terhadap
Lama Kota Kupang”. Penulisan hasil penelitian ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Enjelita M. Ndoen, S.KM., MPH selaku
Pembimbing II dan Ibu Deviarbi Sakke Tira, S.KM., M.Kes selaku Penguji yang
telah memberikan arahan dan petunjuk serta saran penulisan hasil penelitian ini
2. Ibu Dr. Luh Putu Ruliati, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
3. Bapak Soni Doke S.Pt., M.Kes selaku Dosen Penasihat Akademik yang
5. Pihak Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang beserta seluruh staf yang
ii
6. Pihak Kepala Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota
Panjang;
7. Keluarga tercinta Bapak Marten Ngongo Togola dan Ibu Soli Padaka serta
Bapak Yonathan Tanggu Reba dan Ibu Margaretha Geli sebagai orang tua,
penulis;
kesempurnaan. Masukan dan kritikan yang membangun dari semua pihak sangat
Penulis
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
Hypertension is a disorder of the blood vessels that results in the supply of oxygen
and nutrients being carried by the blood to the body tissues that need it. The
incidence of hypertension is closely related to an unhealthy lifestyle that can
increase the risk of hypertension. The purpose of this study was to analyze the
relationship between lifestyle risk factors and the incidence of hypertension in the
work area of the Pasir Panjang Public Health Center, Kota Lama District,
Kupang City in 2020. The design of this study was an analytical observational
study with a case control. The sample of this study amounted to 102 respondents
consisting of a case sample of 51 respondents and a control sample of 51
respondents with a ratio of 1:1. Data collection techniques using a questionnaire.
The sampling technique is simple random sampling with randomization using ms.
Excel. Data analysis in this study used the chi-square. The results showed that
there were three variables related to the incidence of hypertension, namely
smoking behavior (p-value= 0.047, OR value = 2.417 (CI = 1.088-5.368)),
physical activity (p value= 0.026, OR value = 2.749 (CI 95% = 1,205-6,268)),
and salt consumption (p-value= 0.047, OR value = 2.406 (CI 95% = 1.086-
5.332)). while the variables that have no relationship with the incidence of
hypertension are coffee consumption behavior (p-value= 0.109, OR value = 2.080
(CI = 0.934-4.630)), and alcohol consumption (p-value= 0.058, OR value = 2.873
(CI =1.065-7.756)). Pasir Panjang Public Health Center needs to increase
preventive, promotive, curative, and rehabilitative activities for controlling
hypertension.
Keywords: Hypertension, Lifestyle.
Reference : 41 (2013-2021).
v
DAFTAR ISI
vi
2.3 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Terkait Faktor Gaya Hidup yang
Berhubungan dengan Hipertensi..................................................................26
2.4 Kerangka Teori......................................................................................28
2.5 Kerangka Konsep...................................................................................31
2.5.2 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti..............................................31
2.5.3 Kerangka Hubungan antar Variabel...................................................33
2.5.4 Hipotesis Penelitian............................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................35
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................35
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................35
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................36
3.3.1 Populasi...............................................................................................36
3.3.2 Sampel................................................................................................36
3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif............................................39
3.5 Jenis Data, Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data............................41
3.5.1 Jenis Data............................................................................................41
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data..................................................................41
3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data.............................................................42
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data...........................................45
3.6.1 Teknik Pengolahan Data.....................................................................45
3.6.2 Analisis dan Penyajian Data...............................................................46
BAB IV HASIL DAN BAHASAN.................................................................50
4.1 Hasil Penelitian......................................................................................50
4.2 Pembahasan...........................................................................................63
4.3 Keterbatasan Penelitian..........................................................................73
BAB V PENUTUP..........................................................................................74
5.1 Kesimpulan............................................................................................74
5.2 Saran......................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................77
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR SINGKATAN
mg : Miligram
BB : Berat badan
x
BAB I
PENDAHULUAN
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh.
menimbulkan beberapa komplikasi dan menjadi salah satu pintu masuk atau
faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke (Kartika et al.,
2020). Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada
kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik
≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Kriteria hanya berlaku
tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur ≥18 tahun (Dinkes NTT,
2019).
penduduk umur >18 tahun yang menderita penyakit hipertensi sebesar 34,11%
kasus dan di Provinsi NTT sebesar 27,72% kasus (Kemenkes RI, 2018). Profil
14,3% kasus (Dinkes NTT, 2017). Penderita hipertensi kemudian meningkat pada
1
tahun 2018 menjadi 27,72% kasus dan menempati urutan ke-3 dari 10 seluruh
peningkatan dalam kurun waktu 2017-2020. Profil kesehatan Kota Kupang tahun
2017 yang menderita hipertensi sebesar 24,35% kasus (Dinkes Kota Kupang,
2017). Kasus hipertensi kemudian meningkat menjadi 29,3% pada tahun 2018
(Dinkes Kota Kupang, 2018), dan mengalami peningkatan dua kali lebih besar di
tahun 2019 menjadi 64,4% kasus (Dinkes Kota Kupang, 2019). Kasus hipertensi
kemudian meningkat lagi di tahun 2020 menjadi 65,3% kasus (Dinkes Kota
Kupang, 2020). Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Kupang
Panjang dengan jumlah penderita sebesar 2.079 kasus dari 11 jumlah Puskesmas
yang telah mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup tidak sehat
tersebut, meliputi pola makan yang tidak baik, proporsi istirahat yang tidak
garam, kopi, dan stres. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan yang
menjurus ke makanan cepat saji yang mengandung banyak lemak, protein, dan
garam tinggi tetapi rendah serat pangan dapat meningkatkan risiko penyakit
2
Berbagai penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan gaya hidup
hipertensi. Selain itu, penelitian Grace et al., (2018), menunjukkan bahwa terdapat
larangan dari petugas kesehatan seperti tidak minum obat antihipertensi secara
teratur, masih mengkonsumsi garam, alkohol, kopi, dan rendahnya aktivitas fisik.
Masyarakat beranggapan bahwa makanan akan terasa hambar tanpa garam, mata
sering mengantuk dan sakit kepala jika tidak mengkonsumsi kopi dan merokok,
mengkonsumsi alkohol hanya untuk bersenang-senang, dan tidak ada waktu luang
untuk berolahraga, serta mereka juga mengatakan sering tidak minum obat
antihipertensi pengaruh lupa atau karena ada kesibukan lainnya (Puskesmas Pasir
Panjang, 2020).
alternatif pilihan tempat makan yang akan mendorong lebih tingginya perilaku
3
menu makanan tinggi garam yang akhirnya berpotensi meningkatkan risiko
hipertensi. Kondisi ini juga diduga dapat terjadi pada masyarakat yang berada di
masalah, penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “Faktor Risiko
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara
faktor risiko gaya hidup seseorang terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja
faktor risiko gaya hidup terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.
wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.
4
3. Menganalisis hubungan antara mengkonsumsi garam terhadap kejadian
Kota Kupang.
Kota Kupang.
Kota Kupang.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
5
1.4.2.2 Bagi Peneliti
khususnya hipertensi.
hipertensi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawah
Peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit (Hastuti,
2019).
Menurut WHO batas tekanan darah yang dianggap normal adalah 130/85
mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi
(batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun). Menurut JNC VII Report
(TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDS) ≥90 mmHg pada dua
darah dan beredar di seluruh tubuh yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan
arteri atau nadi. Tekanan darah ini diperlukan agar darah tetap mengalir dan
7
mampu melawan gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri. Tanpa adanya
kekuatan secara terus menerus dalam sistem peredaran darah, darah segar tidak
dapat terbawa ke otak dan ke jaringan seluruh tubuh. Hal ini disebabkan peredaran
darah merupakan suatu sistem yang tertutup. Artinya setelah sampai di ujung
jaringan akan kembali lagi ke jantung. jadi, dalam peredaran darah diperlukan
Tekanan darah sitolik adalah tekanan yang dihasilkan otot jantung saat
mendorong darah dari ventrikel kiri ke aorta (tekanan padasaat otot ventrikel
jantung kontraksi). Tekanan darah diastolik adalah tekanan pada dinding arteri
padasaat otot atrium jantung kontraksi dan darah menuju ventrikel) (Aprillia,
2020).
Data penyakit hipertensi menurut WHO secara global sebesar 22% dari
sebesar 27%, Mediterania Timur 26%, Asia Tenggara 25%, Eropa 23%, Pasifik
Barat 19%, Amerika 18%. Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan
8
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 menunjukan bahwa pada
penduduk umur >18 tahun yang menderita penyakit hipertensi sebesar 34,11%
kasus dan di Provinsi NTT sebesar 27,72% kasus (Kemenkes RI, 2018). Profil
kesehatan Provinsi NTT tahun 2017 penderita hipertensi sebanyak 14,3% kasus
(Dinkes NTT, 2017). Penderita hipertensi kemudian meningkat pada tahun 2018
menjadi 27,72% kasus dan menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbesar di
NTT (Dinkes NTT, 2018). Profil kesehatan Kota Kupang tahun 2017 yang
menderita hipertensi sebesar 24,35% kasus (Dinkes Kota Kupang, 2017). Kasus
hipertensi kemudian meningkat menjadi 29,3% pada tahun 2018 (Dinkes Kota
Kupang, 2018), dan mengalami peningkatan lagi di tahun 2019 menjadi 64,4%
kasus (Dinkes Kota Kupang, 2019). Kemudian meningkat lagi di tahun 2020
(Ismah, 2018).
hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025; dari jumlah
total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi
1,15 miliar di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita dan
9
3. Determinan penyakit hipertensi
yang disebabkan oleh adanya penyakit lain (hipertensi sekunder). Hampir 90%
jenis ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti genetik, lingkungan, sistem
raksa (merkuri). Sesuai namanya, “anometer” berarti alat untuk mengukur tekanan
cairan, dan “sphygmos” dalam bahasa latin berarti pulsa atau denyut nadi. Tapi
pada umumnya orang menyebut alat ukur ini dengan istilah tensimeter. Tipe air
dianggap paling akurat, sehingga disebut sebagai “standar emas (gold standar)”.
Alat ini terdiri dari manset yang bisa digembungkan dengan cara memompanya
dengan pompa tangan yang berbentuk bola karet, dan dihubungkan dengan tabung
panjang berisi air raksa. Ukuran tekanan darah akan di perlihatkan dalam
10
milimeter air raksa (mmHg) pada tabung, yang akan bergerak ke atas jika di
aliran darah melalui arteri, hingga denyut nadi pada lengan yang diukur tidak
terasa lagi.
3. Kemudian memompa sedikit lagi hingga bacaan pada tabung air raksa kurang
dari 20 mmHg lebih tinggi dibandingkan titik pada saat denyut nadi berhenti.
4. Kemudian secara perlahan melepas udara dari manset. Bunyi detak yang
5. Tingkat bacaan di mana bunyi detak tersebut terdengar pertama kali adalah
tekanan sistolik, dan angka yang terbaca pada alat pengukur di catat.
6. Melepaskan udara dari manset lagi, dan bunyi detak akan menghilang pada
Tingkat di mana bunyi detak menghilang adalah diastolik, yang terjadi ketika
jantung rileks.
7. Sekali lagi, bacaan pada alat pengukur di catat. Dengan cara ini, tingkat tinggi
11
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi
arteri.
oksigen lagi. Pembuluh darah mirip dengan tabung karet yang mengalirkan
6. Arteri yang mengalirkan darah keluar dari jantung harus menahan tekanan
seperti pada hipertensi yang tidak diobati, pembuluh darah tersebut menjadi
rusak.
8. Lapisan pada arteri dapat menjadi kasar dan tebal, dan pada akhirnya
12
dari pada sebelumnya yang menghambat gangguan peredaran darah perifer.
9. Jika arteri menjadi terlalu sempit, darah tidak dapat melaluinya dengan benar,
12. Organ yang paling beresiko adalah jantung dan otak. Tekanan darah yang
tinggi pada ginjal dan otak mengakibatkan kerusakan kedua organ tersebut.
1. Sakit kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
13
6. Pusing
7. Penglihatan kabur
9. Mudah lelah
2. Stroke
3. Penyakit ginjal
7. Diabetes melitus
risiko tersebut antara lain faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol
(unchanged risk faktor), dan faktor risiko yang dapat diubah (changed risk
faktor). Umur, jenis kelamin, genetik merupakan faktor risiko yang tidak dapat
diubah/dikontrol (unchanged risk factor). Faktor risiko yang dapat diubah (change
risk factor) berhubungan dengan perilaku atau gaya hidup, seperti kebiasaan
14
2.1.8 Penegakan Hipertensi
waktu 5 menit dalam posisi santai (tidak cemas, tidak menahan sakit, tidak
Tekanan darah
No Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolik
1 Normal 120 80
2 Pre hipertensi >120–139 >80–89
3 Hipertensi tingkat 1 140–159 90-99
4 Hipertensi tingkat 2 >160 >100
5 Hipertensi emergensi >180 (dengan keluhan) >110
6 Hipertensi urgensi >180 (tanpa keluhan) >110
Sumber: (Hastuti, 2019).
1. Pencegahan hipertensi
mengandung potensi yang besar untuk masalah yang lebih besar. Hipertensi
adalah awal untuk proses lanjut mencapai target organ untuk memberi kerusakan
yang lebih berat. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan
mengendalikan faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku dan
kebiasaan hidup. Apabila seseorang mau menerapkan gaya hidup sehat, maka
kemungkinan besar akan terhindar dari hipertensi. Manajemen yang tepat dalam
15
1) Setiap orang dewasa harus memeriksa tekanan darah secara rutin minimal.
tambahan obat.
2) Mempertahankan berat badan & lingkar pinggang ideal: pria <90 cm, dan
wanita < 80 cm
4) Stop merokok
2. Pengobatan
(Harahap, 2017):
16
2) Mampu menurunkan darah secara multifaktoral.
6) Mengurangi faktor risiko PJK dalam hal memperbaiki LVH (Left Ventricle
9) Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, edema, rasa
12) Tidak mengganggu gaya dan kualitas hidup penderita misalnya ngantuk dan
batuk.
1) Antihipertensi nonfarmakologik
17
(6) Diet rendah lemak jenuh
2) Obat antihipertensi:
sejak dini diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya dengan tujuan untuk
dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya (Ali et al., 2015). Gaya hidup
memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif.
18
Era globalisasi saat ini cenderung merubah gaya hidup seseorang termasuk
dalam hal pola makan. Sebenarnya tujuan manusia makan adalah agar dapat
disebabkan karena tututan biologis, biasanya berasal dari lapar dan dengan
memakan suatu makanan maka rasa lapar itu bisa terobati. Namun, dalam
kenyataannya sering dijumpai orang makan tidak hanya sekedar karena tuntutan
tersebut semata demi menjaga gengsi. Makan merupakan salah satu pilihan dari
sekian banyak aktivitas waktu luang yang tersedia (Maulidia & Harti, 2021).
Perubahan gaya hidup seperti pada perubahan pola makan, diantaranya makanan
siap saji yang mengandung banyak lemak, protein, dan garam yang tinggi tetapi
pola makan merupakan salah satu faktor yang bersifat dapat diubah (changerisk
factor). Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis
seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup sehat seperti pola
makan yang tidak baik, proporsi istrahat yang tidak seimbang dengan aktivitas
19
merokok, minum-minuman beralkohol, mengkonsumsi minuman berkafein, obat-
obatan tertentu dan stres merupakan faktor risiko dari hipertensi (Eriana et al.,
2017).
Berikut ini merupakan beberapa gaya hidup yang merupakan faktor risiko
kejadian hipertensi:
1. Merokok
mengandung ribuan zat kimia berbahaya bagi kesehatan tubuh, diantaranya yaitu
tar, nikotin, dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut yang masuk kedalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
proses ateroklerosis dan hipertensi. Studi autopsi menunjukkan kaitan erat antara
Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen otot jantung
(Harahap, 2017).
pembuluh darah. Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan
oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat dan
20
peningkatan kebutuhan oksigen karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh lainnya
lahan. Rokok mengandung banyak bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh.
Salah satunya nikotin yang bersifat toksin terhadap jaringan saraf yang
berbahaya bagi diri sendiri, rokok juga berbahaya bagi orang lain karena karbon
mencapai tingkat kemampuan jasmani yang sesuai dengan tujuan. Aktivitas fisik
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras lagi pada kontraksi. Semakin
keras usaha otot jantung dalam memompa darah, maka semakin besar pula
tekanan darah yang dibebankan pada dinding arteri sehingga tekanan perifer yang
21
Aktivitas fisik secara teori memengaruhi tekanan darah seseorang.
Semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik, maka semakin kecil resiko
terkena penyakit hipertensi. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan tepat
dengan frekuensi dan lamanya waktu yang sesuai akan membantu seseorang
menguatkan jantung sehingga dapat memompa darah lebih baik tanpa harus
mengeluarkan energi yang besar. Semakin ringan kerja jantung semakin sedikit
tekanan darah pada pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan tekanan darah
yang merupakan salah satu faktor risiko hipertensi dan penyakit degeneratif
lainnya. Orang dengan aktivitas fisik yang kurang cenderung memiliki frekuensi
nadi yang lebih tinggi, sehingga otot jantung memompa darah lebih keras dan
sering. Hal ini akan menyebabkan tekanan pada dinding arteri semakin besar.
Contoh aktivitas fisik (olahraga) yang dapat dilakukan untuk tekanan darah tinggi
adalah jalan pagi, jalan kaki, senam, bersepeda, berenang, sepak bola. Kegiatan
aktivitas ini disarankan agar dilakukan ≥30 menit perhari dan lebih dari ≥3 hari
3. Mengkonsumsi garam
terdapat dalam garam dapur dalam jumlah normal dapat membantu tubuh
22
darah (Eriana et al., 2017). Terlalu sering mengonsumsi makanan yang diawetkan,
jumlah volume darah tersebut jantung harus bekerja lebih keras untuk
olahan atau makanan instan. Asupan natrium secara berlebihan dan terus menerus
tekanan darah. Asupan natrium yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan
penggunaan garam dalam makanan instan atau makanan olahan sebagai bumbu
penyedap lebih sering dikonsumsi oleh responden, dan menyatakan bahwa ada
dari 6 gram per hari 5–6 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang
mengkonsumsi garam dalam jumlah yang rendah yaitu kurang dari 3 gram per
hari. Batasan asupan konsumsi garam yang dianjurkan maksimal 6 gram per hari
23
4. Mengkonsumsi kopi
Kopi merupakan minuman yang telah dikonsumsi dari jaman dulu dan kini
kopi merupakan salah satu minuman favorit didunia dan pada umumnya orang
Indonesia dan bahkan ada yang menjadi pecandu kopi. Kopi dapat memberikan
efek kebugaran dan kesegaran bagi badan, badan yang lemah dan rasa kantuk
menjadi hilang setelah meminum kopi panas. Namun dibalik kenikmatan tersebut
kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Faktor
kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi (ukuran 150 ml)
kalium dan kafein. Peningkatan tekanan darah ini terjadi melalui mekanisme
menyempitnya pembuluh darah karena efek kafein yang memblokir adenosin serta
maka makin tinggi tahanan terhadap aliran darah sehingga akan mengakibatkan
24
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah et al., (2018) faktor
resiko hipertensi ditinjau dari kebiasaan minum kopi menyatakan bahwa orang
yang memiliki kebiasaan minum kopi sehari 2-3 cangkir perhari terbukti
meningkatkan risiko hipertensi sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibanding subjek
yang tidak memiliki kebiasaan minum kopi. Kafein merupakan zat yang dapat
hati. Namun konsumsi kafein yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan
jumlah yang banyak diketahui dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi atau
5. Mengkonsumsi alkohol
mental, zat yang dapat membuat merasa santai dan senang namun dapat berakibat
masalah kesehatan yang serius. Konsumsi minuman alkohol secara berlebih akan
kelenjar endokrin dan pankreas, gagal jantung, hipertensi, dan stroke. Selain itu,
25
Konsumsi alkohol dalam jangka pendek dapat menyebabkan mabuk dan
keasaman darah, sehingga darah menjadi kental dan jantung dipaksa untuk
memompa. Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang
akan berpengaruhi pada peningkatan kadar kortisol dalam darah sehingga aktivitas
perhari dapat meningkatkan risiko hipertensi sebesar dua kali (Grace et al., 2018).
beralkohol telah menjadi budaya yang dianut oleh masyarakat secara turun
untuk bekerja.
26
hipertensi dan sebaliknya hanya sebagian kecil (22,4%) responden yang
melakukan aktivitas fisik yang mengalami hipertensi. Hasil uji statistik penelitian
dilakukan oleh Warni et al., (2020) menunjukkan bahwa 56,8% responden yang
hipertensi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sarumaha & Diana (2018)
variabel yang diteliti. Variabel dari beberapa hasil penelitian sebelumnya tidak
mengukur lima variabel sekaligus karena terdapat beberapa penelitian yang hanya
mengukur dua variabel saja terkait tentang gaya hidup dengan kejadian hipertensi.
27
meneliti lima variabel sekaligus tentang gaya hidup dan di Puskesmas Pasir
Panjang belum ada peneliti yang meneliti lima variabel tersebut yaitu perilaku
merokok, aktivitas fisik, konsumsi garam, konsumsi kopi dan konsumsi alkohol.
kesehatan, dan perilaku. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan
1. Lingkungan (Environment)
digolongkan menjadi dua kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik
dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah,
air, udara, tanah, iklim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial
2. Perilaku (Behaviour)
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.
Contoh perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah gaya hidup dan
personal hygiene.
28
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
pelayanan kesehatan. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat
oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga
memerlukan.
4. Genetik (Heredity)
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia
yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti
29
Berikut ini gambar konsep H. L. Blum yang menggambarkan status
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat faktor:
Lingkungan
Pelayanan
Kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor gaya
hidup manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar
ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Gaya hidup atau life style
penyakit salah satunya yaitu hipertensi. Tidak hanya gaya hidup merokok yang
mengkonsumsi kopi dan mengkonsumsi garam juga merupakan gaya hidup yang
tidak baik karena merupakan faktor risiko penyakit hipertensi. Aktivitas fisik
30
sebagai life style seseorang juga akan berdampak terhadap kesehatan seseorang
kesakitan yang tinggi. Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah
masih banyak pasien yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah
diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target serta adanya penyakit lain
mortalitas (Saputra & Anam, 2016). Hipertensi sering disebut the silent killer
tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali. Hipertensi bisa menyebabkan
kesehatan, dan perilaku. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri
(Adliyani, 2015).
31
Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dengan
hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Faktor risiko dari gaya
hidup tidak sehat yang mengakibatkan terjadinya hipertensi antara lain merokok,
aktivitas fisik, konsumsi garam, konsumsi kopi, konsumsi alkohol, stress, dan
semuanya akan diteliti pada penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan dan
melihat situasi di lapangan bahwa variabel yang diambil harus dapat diukur dan
sesuai dengan kepustakaan yang ada menurut peneliti. Variabel yang diambil
adalah variabel perilaku gaya hidup yang meliputi merokok, aktifitas fisik,
32
2.5.3 Kerangka Hubungan antar Variabel
Lingkungan (Environment):
1. Lingkungan fisik
2. Lingkungan sosial
Perilaku/gaya hidup (Behaviour):
1. Merokok
2. Aktivitas fisik
3. Konsumsi garam
4. Konsumsi kopi
5. Konsumsi alkohol
Kejadian hipertensi
Pelayanan kesehatan:
1. Preventif
2. Promotif
3. Kuratif
4. Rehabilitatitif
Genetik (Heredity):
1. Diabetes melitus
33
Gambar 2. Hubungan keterkaitan antar variabel independen dengan variabel
dependen
Keterangan :
hipertensi.
hipertensi.
hipertensi.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
perjalanan penyakit ke arah belakang berdasarkan urutan waktu atau dari akibat ke
sebab, yaitu studi untuk mempelajari pengaruh kolerasi antara variabel dependen
hipertensi dan variabel independen yaitu faktor merokok, aktivitas fisik, konsumsi
garam, konsumsi kopi, konsumsi alkohol. Metode yang digunakan pada penelitian
ini yaitu kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
Kecamatan Kota Lama Kota Kupang pada bulan Oktober hingga bulan
35
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol. Populasi kasus
penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang menderita penyakit hipertensi
yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang (dari bulan Januari
sampai dengan bulan Desember 2020) sebesar 2.079 kasus. Populasi kontrol pada
penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang tidak menderita penyakit
hipertensi yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang (dari bulan
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populsi
(Sugiyono, 2016). Sampel pada penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel
n=¿ ¿
(¿)P2
P1=
( ¿ ) P +(1−P )
2 2
3,42 x 0,5
P1=
3,42 x 0,5+( 1−0,5)
36
P1=0,77
n=51,355460
n=51
Keterangan :
n = Besar sampel
Z1-α/2 = Nilai distribusi normal standar dengan tingkat kepercayaan 95% = 1,96
2015)
jumlah kasus dan kontrol yaitu 1:1 dengan desain studi case control, sehingga
didapatkan besar sampel untuk kelompok kasus sebanyak 51 pasien rawat jalan
Pasir Panjang dan kelompok kontrol sebanyak 51 pasien rawat jalan yang tidak
Panjang. Total sampel pada penelitian ini sebanyak 102 pasien. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu simple random
acak tanpa memperhatikan strata yang ada didalam populasi (Sugiyono, 2016).
37
Cara/teknik yang digunakan untuk randomisasi yaitu menggunakan ms.
data→lalu klik analisis→pilih dan klik menu sampling lalu ok→klik pada bagian
input range, lalu blok data sampel frame kemudian close→lalu klik random
dibutuhkan→kemudian klik output range, lalu klik di tempat lain yang kosong,
lalu klik close, kemudian ok→maka data sampel hasil randomisasi akan tampil.
1. Kriteria inklusi
Panjang
2. Kriteria ekslusi
38
3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
39
ukuran 150
ml).
2. Tidak (jika
responden
mengkonsu
msi kopi
sehari <2
gelas
ukuran 150
ml).
4 Mengkonsumsi Perilaku 1. Ya (jika Wawancara Kuesioner Nominal
alkohol responden responden
mengkonsum mengkonsu
si alkohol msi
sehari-hari. alkohol
≥30 ml
dalam
sehari).
2. Tidak (jika
responden
mengkonsu
msi
alkohol
<30 ml
dalam
sehari).
5 Aktivitas Aktivitas 1. Buruk (jika Wawancara Kuesioner Ordinal
olahraga yang <30 menit
melibatkan per hari, <3
kegiatan fisik kali per
yang minggu.
dilakukan 2. Baik (jika
responden ≥30 menit
secara rutin, per hari, ≥3
frekuensi, kali per
durasi dan minggu.
jenis aktivitas
yang
dilakukan
dalam sehari
6 Merokok Perilaku 1. Ya (jika Wawancara Kuesioner Nominal
responden responden
dalam merokok).
mengkonsum 2. Tidak (jika
si rokok responden
tidak
40
merokok).
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen
(Sugiyono, 2016). Data sekunder dari penelitian ini adalah data penderita penyakit
hipertensi dan tidak penderita hipertensi yang diperoleh peneliti dari instansi
2. Data primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono, 2016). Data primer dari penelitian ini adalah data
yang akan diteliti yaitu variabel perilaku merokok, aktivitas fisik, konsumsi
terhadap pasien yang menderita hipertensi dan tidak menderita hipertensi yang
41
konsumsi kopi, dan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Sedangkan
observasi dalam penelitian ini yaitu observasi tekanan darah pasien yang berobat
Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden dan variabel-
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
1. Uji validitas
apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji
n ( ∑ xy ) −(∑ x ∑ y)
r xy=
√ (n ∑ x −( ∑ x ) ) (n ∑ y −( ∑ y ) )
2 2 2 2
Keterangan :
n : jumlah responden
42
∑x : jumlah skor butir soal
pengujian setiap item lebih besar dari r tabel (r hasil > r tabel). Pengujian validitas
instrumen pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS, dimana hasil akhirnya
1) Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut
valid.
2) Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel
sama dengan responden yang akan diteliti maka dipilih Puskesmas Oesapa
mengkonsumsi garam tinggi, alkohol, kopi, dan rendahnya aktivitas fisik, serta
yang telah dilakukan uji validitas. Hasil analisis di dapatkan nilai skor item
dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingan dengan nilai r tabel. R tabel
dicari pada signifikan 5% dengan uji dua sisi dan n=20 maka di dapatkan r tabel
sebesar 0,444. Jika nilai r hitung kurang dari (<) r tabel, maka dapat disimpulkan
43
bahwa item-item tersebut tidak berkolerasi signifikan dengan skor total
2. Uji reliabilitas
alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika
valid diuji dengan rumus alpha cronbach dengan bantuan aplikasi SPSS. Rumus
( )( ( ))
2
k ∑σ b
r tt = 1−
k −1 2
∑σ t
Keterangan:
tabel 5%. Berdasarkan hasil uji pada 20 responden yang telah dilakukan pengujian
reliabilitas, dari hasil analisis di dapatkan hasil alpha sebesar 0,841, sedangkan
nilai r kritis (uji dua sisi) pada signifikan 5% dengan n=20 di dapatkan r tabel
reliable.
44
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengolahan data merupakan salah satu hal penting dalam penelitian karena
data yang diperoleh langsung oleh peneliti belum memberikan informasi apa-apa.
Pengolahan data dilakukan untuk mengubah data mentah menjadi informasi dan
informasi yang fakta, ada 5 tahapan dalam pengolahan data yang harus dilakukan
yaitu editing, coding, entry data, tabulasi, dan cleaning (Artiyaningrum &
Nurkhalida, 2015).
1. Editing
jawaban dari isi kuesioner yang diberikan kepada responden dan kemudian
dikoreksi apakah isi kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari
dilakukan dilapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuia dapat
segera di lengkapi.
2. Coding
pada data yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.
Pemberian kode ini bertujuan untuk mempermudah dalam menganalisis data dan
entry data.
45
3. Entry data
Entry data adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan data yang
4. Tabulasi
tabel dan mengatur angka-angka serta mengelompokkan data sesuai variabel dan
kategori penelitian sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.
5. Cleaning
dilakukan dengan mengecek kembali data yang sudah di-entry. Tujuan dari
pengecekan untuk melihat kemungkinan apakah ada data yang hilang, kesalahan
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang
(Sugiyono, 2016).
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
46
1. Analisis Univariat
dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, baik
dideskripsikan dalam bentuk tabel atau grafik, dan penyebaran data untuk melihat
gambaran umum hasil penelitian dan melihat ada atau tidaknya perbedaan antara
2. Analisis Bivariat
dengan uji Chi-Square untuk menguji hipotesis hubungan yang signifikan antara
perilaku merokok, konsumsi kopi, alkohol, garam, dan perilaku aktivitas fisik
dengan kejadian penyakit hipertensi. Uji statistik yang di gunakan dalam analisis
1) P-value > 0,05 berarti Ha ditolak (P Value > α). Uji statistik menunjukkan
2) P-value < 0,05 berarti Ha diterima (P Value < α). Uji statistik menunjukkan
47
Tabel 2 x 2 Penentu OR
a c
:
a+ c a+c
¿=
b d
:
b+ d b +d
a
c
¿=
b
d
ad
¿=
bc
Confidence Interval (CI 95%). Interpretasi data pada studi kasus juga terdapat
(1) Apabila nilai OR = 1 dan CI 95%, artinya variabel tersebut bukan faktor risio
terjadinya hipertensi.
(2) Apabila nilai OR > 1 dan CI 95%, artinya variabel tersebut sebagai fakor
(3) Apabila nilai OR < 1 dan CI 95%, artinya variabel tersebut merupakan faktor
(4) Apabila nila OR mencakup angka 1 dan CI 95%, artinya belum dapat
48
Penentuan Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) untuk penentuan
kemaknaan: jika nilai LL dan UL berada di bawah nilai 1 (0,345 - 0,979), maka
nilai LL dan UL berada di atas nilai 1 (1,3 - 4,9), maka nilai OR merupakan faktor
risiko terjadinya hipertensi. Tetapi, jika nilai LL dan UL mencakup nilai 1 (0,879 -
1,676), maka nilai OR yang diperoleh belum dapat disimpulkan sebagai faktor
49
BAB IV
Nefonaek, Oeba, Fatubesi dan Tode Kisar dengan luas wilayah kerja sebesar 2,2
km2. Wilayah kerja UPT Puskesmas Pasir Panjang berbatasan dengan wilayah-
wilayah UPT Puskesmas Pasir Panjang pada tahun 2020 berjumlah 25.025 jiwa,
dengan jumlah laki-laki 12.871 jiwa dan perempuan 12.154 jiwa. Penyebaran
penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir Panjang tidak merata, dari 5
50
lainnya. Gambaran tentang perkembangan penduduk menurut kelurahan dan jenis
Jumlah penduduk
No Kelurahan
Laki-laki Perempuan Total
1 Pasir Panjang 4.200 3.891 8.091
2 Nefonaek 2.190 2.209 4.399
3 Oeba 2.957 2850 5.807
4 Fatubesi 2.850 2.550 5.400
5 Tode Kisar 674 654 1.328
Puskesmas Pasir Panjang 12.871 12.154 25.025
Sumber: Puskesmas Pasir Panjang, 2020
Puskesmas Pasir Panjang yakni Pustu Oeba yang berada di Kelurahan Oeba,
Pustu Fatubesi yang berada di Kelurahan Fatubesi, dan Pustu Tode Kisar
puskesmas.
51
berperan aktif dalam mendukung program kesehatan yang ada di UPTD
Puskesmas Pasir Panjang tahun 2020 sebanyak 77 orang, dengan rincian tenaga
4).
52
Tabel 4. Rincian tenaga kesehatan Puskesmas Pasir Panjang tahun 2020
Target renstra
2018-2020
Yang ada Status
No Jenis tenaga (Rasio nakes Kekurangan
sekarang kepegawaian
terhadap
penduduk)
I. Puskesmas Induk
1 Dokter 1/10.000 pddk 5 Pns
2 Dokter gigi 1/1.000 pddk 1 2 Pns
3 Sarjana/D3 Pns
1) SKM 1/10.000 pddk 2 Pns
2) Perawat 1/1.000 pddk 22 2 Pns
3) Bidan 1/1.000 pddk 23 1 Pns
4) Nutrisionis 1/5.000 pddk 2 3 Pns
5) Asist. Apoteker 2/10.000 pddk 4 Pns
6) Terapis gigi dan 2/10.000 pddk 3 Pns
mulut
7) Sanitarian 1/5.000 pddk 3 2 Pns
8) Analisis 2/10.000 pddk 2 Pns
kesehatan
4 Lain-lain 7 PPT
II. Puskesmas
Pembantu
1 Perawat 3 Pns
2 Bidan 4 Pns
Sumber: Puskesmas Pasir Panjang, 2020
tahun, terdiri dari responden yang mengalami kasus hipertensi baru sebanyak 51
orang dan responden yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 51 orang. Berikut
53
1. Karakteristik responden
berikut ini:
Kejadian Hipertensi
Total
Alamat Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Kelurahan Pasir 14 27,4% 18 35,3% 32 31,4%
Panjang
Kelurahan Nefonaek 7 13,7% 12 23,5% 19 18,6%
Kelurahan Oeba 8 15,7% 8 15,7% 16 15,7%
Kelurahan Fatubesi 11 21,6% 6 11,8% 17 16,7%
Kelurahan Tode Kisar 11 21,6% 7 13,7% 18 17,6%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%
yang paling banyak terdapat di Kelurahan Pasir Panjang dengan total responden
sebesar 32 jiwa (31,4%) yang terdiri dari 14 kasus (27,4%) dan 18 kontrol
responden sebesar 16 jiwa (15,7%) yang terdiri dari 8 kasus (15,7%) dan 8 kontrol
(15,7%).
54
2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Kejadian Hipertensi
Total
Jenis Kelamin Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Laki-laki 22 43,1% 19 37,3% 41 40,2%
Perempuan 29 56,9% 32 62,7% 61 59,8%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%
perempuan, dengan total responden sebesar 61 jiwa (59,85%) yang terdiri dari 29
2. Analisis univariat
fisik, konsumsi garam, konsumsi kopi dan perilaku konsumsi alkohol disajikan
Kejadian Hipertensi
Total
Merokok Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Ya 33 64,7% 22 43,1% 55 53,9%
Tidak 18 35,3% 29 56,9% 47 46,1%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%
55
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku
merokok sebesar 55 jiwa (53,9%) yang terdiri dari 33 kasus (64,7%) dan 22
kontrol (43,1%).
Kejadian Hipertensi
Total
Aktvitas Fisik Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Buruk 37 72,5% 25 49,0% 62 60,8%
Baik 14 27,5% 26 51,0% 40 39,2%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%
aktivitas fisik yang buruk sebesar 62 jiwa (60,8%) yang terdiri dari 37 kasus
Kejadian Hipertensi
Total
Konsumsi Garam Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Tinggi 32 62,7% 21 41,2% 53 52,0%
Normal 19 37,3% 30 58,8% 49 48,0%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%
56
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku
mengkonsumsi garam tinggi sebesar 53 jiwa (52,0%) yang terdiri dari 32 kasus
Kejadian Hipertensi
Total
Konsumsi Kopi Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Ya 26 51,0% 17 33,3% 43 42,2%
Tidak 25 49,0% 34 66,7% 59 57,8%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%
mengkonsumsi kopi yaitu sebesar 59 jiwa (57,8%) yang terdiri dari 25 kasus
Kejadian Hipertensi
Total
Konsumsi Alkohol Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Ya 16 31,4% 7 13,7% 23 22,5%
Tidak 35 68,6% 44 86,3% 79 77,5%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%
57
Tabel 11 menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak mengkonsumsi
alkohol yaitu sebesar 79 jiwa (77,5%) yang terdiri dari 35 kasus (68,6%) dan 44
kontrol (86,3%).
3. Analisis bivariat
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota
Kupang dapat diketahui dengan melakukan analisis Chi-Square dan Odds Ratio.
fisik, konsumsi garam, konsumsi kopi dan perilaku konsumsi alkohol dengan
wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang
wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:
Kejadian Hipertensi
Merokok Kasus Kontrol p-value OR (95% CI)
Jumlah Persen Jumlah Persen
Ya 33 64,7% 22 43,1% 2,417
Tidak 18 35,3% 29 56,9% 0,047 (1,088-5,368)
Total 51 100,0% 51 100,0%
58
memiliki perilaku merokok sebesar 29 responden (56,9%). Hasil uji statistik
Kota Lama, Kota Kupang, dengan nilai p-value = 0,047 < α = 0,05. Nilai OR =
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang dapat dilihat pada Tabel 13
berikut ini:
Kejadian Hipertensi
Aktvitas Fisik Kasus Kontrol p-value OR (95% CI)
Jumlah Persen Jumlah Persen
Buruk 37 72,5% 25 49,0% 2,749
Baik 14 27,5% 26 51,0% 0,026 (1,205-
Total 51 100,0% 51 100,0% 6,268)
memiliki perilaku aktivitas fisik baik sebesar 26 responden (51,0%). Hasil uji
59
dengan kejadian hipertensi pada responden yang berobat di Puskesmas Pasir
Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, dengan nilai p-value = 0,026 > α
fisik baik.
Kupang
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang dapat dilihat pada Tabel 14
berikut ini:
Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
Konsumsi Garam p-value OR (95% CI)
Jumla
Jumlah Persen Persen
h
Tinggi 32 62,7% 21 41,2% 2,406
Normal 19 37,3% 30 58,8% 0,047 (1,086-5,332)
Total 51 100,0% 51 100,0%
60
garam dengan kejadian hipertensi pada responden yang berobat di puskesmas
Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, dengan nilai p-value = 0,047
< α = 0,05. Nilai OR = 2,406 (95% CI = 1,086-5,332). Hal ini berarti, responden
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang dapat dilihat pada Tabel 15
berikut ini:
Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
Konsumsi Kopi p-value OR (95% CI)
Jumla
Jumlah Persen Persen
h
Ya 26 51,0% 17 33,3% 2,080
Tidak 25 49,0% 34 66,7% 0,109 (0,934-4,630)
Total 51 100,0% 51 100,0%
yang mengkonsumsi kopi dan tidak mengkonsumsi kopi hampir sama, yaitu
konsumsi kopi. Hasil uji statistik penelitian menunjukkan tidak ada hubungan
yang berobat di Puskesmas Pasir panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang,
61
dengan nilai p-value = 0,109 > α = 0,05. Nilai OR = 2,080 (95% CI = 0,934-
4,630).
wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang dapat dilihat pada Tabel 16
berikut ini:
Kejadian Hipertensi
Konsumsi Alkohol Kasus Kontrol p-value OR (95% CI)
Jumlah Persen Jumlah Persen
Ya 16 31,4% 7 13,7% 2,873
Tidak 35 68,6% 44 86,3% 0,058 (1,065-7,756)
Total 51 100,0% 51 100,0
%
Hasil uji statistik penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara perilaku
di Puskesmas Pasir Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, dengan
62
berisiko mengalami hipertensi 2,873 kali dibandingkan responden yang tidak
mengkonsumsi alkohol.
4.2 Pembahasan
Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh.
dan menjadi salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung,
dengan gaya hidup. Hal ini dikarenakan adanya transisi epidemiologi masyarakat
yang telah mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit hipertensi menjadi
masalah utama dalam ranah kesehatan masyarakat di Indonesia dan dunia. Sekitar
berkembang pada tahun 2025; dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000.
Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar di tahun 2025 (Dewi,
2018).
Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Sebagian besar responden pada
63
sebagian besar responden pada kelompok kontrol tidak memiliki perilaku
merokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh
Wijaya et al., (2020) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan
hipertensi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kartika et al., (2020) juga
kejadian hipertensi.
Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Responden yang
beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Studi autopsi menunjukkan
diantaranya yaitu tar, nikotin, dan karbon monoksida. Zat-zat kimia tersebut yang
masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri
khusus, nikotin yang bersifat toksin terhadap jaringan saraf yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah baik sitolik maupun diastolik. Asap rokok yang
64
mengandung nikotin yang dapat menyebabkan rangsangan terhadap hormon
jantung dan penyempitan pembuluh darah (Eriana et al., 2017). Selain itu, karbon
monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal
cukup kedalam organ dan jaringan tubuh lainnya (Kartika et al., 2020).
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis rokok yang biasa di hisap
oleh responden yaitu rokok jenis filter. Rokok jenis nonfilter dan filter keduanya
jenis nonfilter, tidak disertai penyaringan pada pangkal batang rokok sehingga
potensi masuknya nikotin dan tar kedalam paru-paru lebih besar. Filter berfungsi
sebagai penyaring asap rokok yang akan dihisap sehingga tidak terlalu banyak
dihisap dalam sehari merupakan salah satu indikator untuk menilai risiko tekanan
darah. Semakin banyak jumlah batang rokok yang dihisap dan lama seseorang
65
4.2.2 Analisis Hubungan antara Variabel Perilaku Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota
Lama, Kota Kupang Tahun 2020
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku aktivitas fisik
Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Sebagian besar responden pada
aktivitas fisik baik. Jenis olahraga yang sering dilakukan yaitu squat jump, fitnes,
sit up, lari pagi, lari sore, main bola kaki, bola voli, dan senam. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Maulidiyah et al., (2018)
responden yang melakukan aktivitas fisik yang mengalami hipertensi. Hasil uji
sebesar 2,749 kali dibandingkan responden yang memiliki perilaku aktivitas fisik
baik.
66
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Seseorang
denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja
lebih keras lagi pada kontraksi (Ali et al., 2015). Semakin keras usaha otot jantung
dalam memompa darah, maka semakin besar pula tekanan darah yang dibebankan
pada dinding arteri sehingga tekanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan
aktivitas fisik yang buruk. Alasan sebagian besar responden tidak melakukan
aktivitas fisik adalah tidak mempunyai waktu luang untuk berolahraga. Jikapun
aktivitas fisik hanya dapat dilakukan <30 menit per hari dan <3 kali per minggu.
Idealnya, aktivitas fisik disarankan untuk dilakukan selama ≥30 menit per hari dan
≥3 kali per minggu (Eriana et al., 2017). Orang dengan aktivitas fisik yang kurang
cenderung memiliki frekuensi nadi yang lebih tinggi, sehingga otot jantung
memompa darah lebih keras dan sering. Hal ini akan menyebabkan tekanan pada
dinding arteri semakin besar. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan
risiko kelebihan berat badan yang merupakan salah satu faktor risiko hipertensi
67
puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Sebagian besar
penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuni et al., (2020) menyatakan bahwa
Wijaya et al., (2020) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan
normal.
68
jumlah volume darah tersebut jantung harus bekerja lebih keras untuk
mengkonsumsi garam tinggi. Jenis garam yang sering digunakan responden pada
saat memasak yaitu garam biasa, dikarenakan letak rumah yang dekat dengan
kebiasaan makan makanan asin seperti ikan asin, dan makanan yang diawetkan
makanan siap saji karena praktis dan cepat di masak atau disajikan.
Makanan olahan atau makanan instan merupakan salah satu makanan yang
maksimal 6 gram per hari setara dengan 2.400 mg natrium. Risiko terjadinya
hipertensi bagi orang yang mengkonsumsi garam lebih dari 6 gram per hari 5–6
kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi garam dalam
jumlah yang rendah, yaitu kurang dari 3 gram per hari (Ratnasari et al., 2015).
Puskesmas Pasir panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Nilai OR juga
69
sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada responden yang berobat di
penelitian yang dilakukan oleh Eriana et al., (2017) yang menyatakan bahwa tidak
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et al., (2020) juga
kejadian hipertensi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
besarnya tidak mengkonsumsi kopi secara rutin setiap hari. Kopi hanya
dikonsumsi ketika ada keinginan minum kopi dengan jumlah dan frekuensi
kurang dari 2 gelas dalam sehari. Tepung kopi yang digunakan untuk segelas kopi
yaitu <1 sendok kopi. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maulidiyah et
al., (2018) menyatakan bahwa kebiasaan minum kopi 2-3 cangkir perhari terbukti
70
meningkatkan risiko hipertensi sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibandingkan
Kopi dapat memberikan efek kebugaran dan kesegaran bagi badan yang
lemah, dan rasa kantuk menjadi hilang setelah meminum kopi panas. Namun,
konsumsi kopi lebih dari dua cangkir perhari menyebabkan vasokontriksi atau
menyempitnya pembuluh darah karena efek kafein yang memblokir adenosin serta
maka makin tinggi tahanan terhadap aliran darah sehingga akan mengakibatkan
jumlah ≥30 ml dalam sehari. Sebagian besar responden pada kelompok kasus
71
kejadian hipertensi pada responden yang berobat di Puskesmas Pasir Pasir
darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar
kortisol, dan peningkatan volume sel darah, serta kekentalan darah berperan
langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan
bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh
dilakukan oleh Sarumaha & Diana (2018) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
hipertensi karena alkohol memiliki efek yang sama dengan karbondioksida yang
72
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tingi (Grace
et al., 2018).
mental. Alkohol dapat menimbulkan rasa santai dan senang, namun dapat
berakibat masalah kesehatan yang serius. Konsumsi alkohol dalam jangka pendek
berlebih akan berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang. Konsumsi dalam
et al., 2013).
ditanyakan pada waktu atau masa lampau, sehingga informasi yang diperoleh dari
73
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan
di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang maka dapat
5.1.2 Ada hubungan antara perilaku aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di
Kupang.
5.1.4 Tidak ada hubungan antara perilaku mengkonsumsi kopi dengan kejadian
Kupang.
Kota Kupang.
74
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat
pemahaman bahwa penyakit hipertensi adalah suatu penyakit yang tidak bisa
disembuhkan tapi dapat dikontrol dengan pola/gaya hidup sehat yang harus
masyarakat timbul kesadaran dan pola hidup sehat di sepanjang hidupnya dan
hipertensi untuk dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan
Diharapkan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
yang dilakukan oleh peneliti tidak ada hubungan antara perilaku konsumsi kopi
dan alkohol dengan kejadian hipertensi sebab sebagian besar responden yang
Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis
75
penelitian atau desain penelitian yang berbeda dengan variabel lain seperti
konsumsi makanan berlemak, obesitas, dan stres yang dapat memicu terjadinya
penyakit hipertensi.
76
DAFTAR PUSTAKA
77
Dinkes Kota Kupang. (2020). Profil Dinas Kesehatan Kota Kupang Tahun 2020.
Dinas Kesehatan Kota Kupang.
Dinkes NTT. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2017. Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://dinkes.nttprov.go.id/index.php/
publikasi/publikasi-data-dan-informasi%3Fdownload%3D14:profil-kesh-ntt-
2017
Dinkes NTT. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Tahun 2018.
Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://dinkes.nttprov.go.id/index.php/
publikasi/publikasi-data-dan-informasi%3Fdownload%3D17:profil-
kesehatan-tahun-2018
Dinkes NTT. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Tahun 2019.
Profil Kesehatan NTT Tahun 2019, 121.
Eriana, I., Lisnawati, Notoatmodjo, Sriani, Quarino, Suiraoka, & Pusparani.
(2017). Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pegawai
Negeri Sipil UIN Alauddin Makassar Tahun 2017. Makassar: UIN Alauddin.
Skripsi, 1, 3, 18–22, 69, 72. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/11505/1/Ina
Eriana.pdf
Gayatri, S. (2020). Kajian Literatur: Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan
Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/
Grace, T. G., Kalesaran, A. F. C., Kaunang, W. P. J., Kesehatan, F., Universitas,
M., & Ratulangi, S. (2018). Hubungan Antara Konsumsi Alkohol Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Kolongan
Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. 7(5). https://ejournal.unsra
t.ac.id/index.php/kesmas/article/view/22526
Harahap, R. A. (2017). Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Merokok, Dan Konsumsi
Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa Awal Di
Wilayah Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017. Medan: [Universitas Sumat
era Utara]. In Thesis. http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1006
78
Hastuti, A. P. (2019). Hipertensi. Jawa Tengah: Lakeisha.
Ismah, Z. (2018). Dasar Epidemiologi. http://repository.uinsu.ac.id/5523/1/
DIKTAT DASAR EPID.PDF
Kartika, M., Subakir, & Mirsiyanto, E. (2020). Faktor-faktoir Risiko Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota
Sungai Penuh Tahun 2020. Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 2–3. https://online-
journal.unja.ac.id/jkmj/article/view/12396
Kemenkes RI. (2013). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.
http://p2ptm.kemkes.go.id
Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Riskesdas 2018, 159.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://dinkes.kal
barprov.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Laporan-Riskesdas-2018-
Nasional.pdf
Khoiriyah, I. (2019). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Pekerja Di Pasar Beringharjo Yogyakarta. Yogyakarta: Naskah Publikasi, 3.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib2.un
isayogya.ac.id
Lapau, B. (2015). Metodologi Penelitian Kebidanan: Panduan Protokol dan
Laporan Hasil Penelitian (1st ed.). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia. https://books.google.co.id/books?id=-
x9IDAAAQBAJ&pg=PA270&dq=Interpretasi+nilai+Odds+ratio&hl=id
Maulidia, R., & Harti. (2021). Preferensi Gaya Hidup dan Kelompok Referensi
Terhadap Keputusan Memilih Merek Makanan Fast Food di Surabaya.
Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN), 9(2), 1300. https://www.google.com/
url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/
jptn/article/download
Maulidiyah, F., Ayu, & Khotimah. (2018). Analisis Faktor Yang Berkontribusi
Terhadap Risiko Hipertensi Pada Mahasiswa Unuversitas Airlangga
Surabaya. Skripsi, 25–26, 32–33. http://repository.unair.ac.id/84818/4/full
text.pdf
Memah, M., Kandou, G. D., & Nelwan, J. E. (2019). Hubungan Antara Kebiasaan
79
Merokok Dan Konsumsi Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas
Kombi Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa. Manado: Jurnal KESMAS,
8(1), 72. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/23953
Nugroho, K. P. A., Sanubari, T. P. E., Rumondor, J. M., Agnesia, Suzana, Arif,
Sony, Sitomorang, Choong, Syahrini, & Andi. (2019). Faktor Risiko
Penyebab Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Lor
Kota Salatiga. Jawa Tengah: Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 32–33, 38.
http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/download/326/276
Puskesmas Pasir Panjang. (2020). Profil Kesehatan Puskesmas Pasir Panjang
Tahun 2020. Puskesmas Pasir Panjang.
Rahmawati, M. (2014). Grade II Hypertension In Elderly. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, 2, 53. https://juke.kedokteran.unila.ac.id
Ratnasari, D., Maryanto, S., Paundrianagari, M. D., Petter, & Lani. (2015).
Hubungan Kebiasaan Konsumsi Ikan Pindang Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Lansia Usia 55-64 Tahun Di Dusun Madak Desa Candikmalaya
Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Gizi Dan Kesehatan,
7(15), 184. http://ejournalnwu.ac.id/unggahartikel/84fc6bbbcccb887a13fe96
3ad198de7f.pdf
Saputra, O., & Anam, K. (2016). Gaya Hidup sebagai Faktor Risiko Hipertensi
pada Masyarakat Pesisir Pantai. Lampung: Majority, 5, 1. http://juke.kedokte
ran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1047
Saraswati, S. K., Rahmaningrum, F. D., Pahsya, M. N. Z., Wulansari, A.,
Ristantya, A. R., Sinabutar, B. M., Pakpahan, E., & Nandini, N. (2021).
Literature Review: Faktor Risiko Penyebab Obesitas. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 21–73. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/
article/download
Sarumaha, E. K., & Diana, V. E. (2018). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada
Usia Dewasa Muda Di UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam
Kabupaten Nias selatan. Medan: Depertemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia. Jurnal Kesehatan Global, 1(2), 5. http://
80
ejournal.helvetia.ac.id
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&T (ke-24).
Bandung: Alfabeta.
Susanti, N. (2019). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. http://
repository.uinsu.ac.id./8753/1/DIKTAT EPTM dr.NOFI SUSANTI2C
M.Kes.pdf
Tarigan, A. R., Lubis, Z., Syarifah, Adib, & Indrayani. (2018). Pengaruh
Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di
Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. JURNAL KESEHATAN,
11(1), 10. https://www.researchgate.net/publication/328023861.pdf
Wahyuni, Yusran, S., & Harleli. (2020). Hubungan Pola Makan dan Gaya Hidup
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani Di Wilayah Kerja Puskesmas
Basala Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2020. Kendari: Jurnal Gizi Dan
Kesehatan Indonesia, 1(2), 69–70.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/gikes/article/view/17324
Wardah, F. R., Surjaningrum, E. R., Davidson, Neale, & Kring. (2013). Pengaruh
Ekspektansi Pada Minuman Beralkohol Terhadap Konsumsi Minuman
Beralkohol. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 02(02), 97.
http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpkkdb347c7f7ffull.pdf
Warni, H., Sari, N. N., & Agata, A. (2020). Perilaku Konsumsi Kopi dengan
Resiko Terjadinya Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI),
1(1), 3–4. http://www.jurnal.umitra.ac.id/index.php/JIKSI/article/view/329
WHO. (2019). Infodatin Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://dinkes-
kotakupang.web.id/bank-data/category/1-profil-kesehatan.html
%3Fdownload%3D36:profil-kesehatan-tahun-2018
Wijaya, I., Kurniawan, R. N., & Haris, H. (2020). Hubungan Gaya Hidup Dan
Pola Makan Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Towata Kabupaten Takalar. 3(1). Makassar: MPPKI. http://repository.unmu
hjember.ac.id/id/eprint/933
81
Lampiran 1. Lembar penjelasan kuesioner
82
Lampiran 2. Lembar persetujuan responden
83
Lampiran 3. Kuesioner penelitian
84
85
86
87
Lampiran 4. Master tabel responden yang berumur ≥18-49 tahun di
Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang Tahun 2020
Jenis Kejadian
Umu Kelami Alama Hipertens Meroko Aktivita Konsums Konsums Konsums
N0 Nama r n t i k s Fisik i Garam i Kopi i Alkohol
1 AK 29 1 1 2 2 1 1 2 1
2 JJK 18 2 2 2 2 1 1 2 2
MGP
3 T 47 2 4 2 1 2 1 1 2
4 SA 40 2 3 1 2 1 2 1 2
5 MS 29 2 1 2 2 1 1 2 2
6 EG 48 2 1 1 2 2 2 2 2
7 EF 19 2 2 2 1 1 2 2 2
8 YST 30 2 4 1 2 2 2 2 2
9 EH 29 1 1 1 1 2 2 2 2
10 LT 35 1 3 1 1 1 1 1 1
11 R 25 2 5 1 2 2 1 2 2
12 MB 40 2 1 1 2 1 1 1 2
13 NJ 24 1 3 2 2 1 2 2 1
14 HK 28 2 5 1 2 1 2 2 2
15 LMA 38 2 1 1 2 2 2 2 2
16 SS 19 2 5 2 1 2 2 2 2
17 YN 18 2 2 1 2 2 2 1 2
18 M 38 2 1 2 1 2 2 2 2
19 F 41 2 1 2 2 2 2 1 2
20 TJ 45 1 4 2 1 2 2 1 2
21 MR 37 2 2 2 2 2 2 1 2
22 DA 23 2 1 2 2 1 2 1 2
23 MM 27 2 5 2 2 1 2 2 2
24 NH 26 2 5 2 2 1 2 2 2
25 MA 25 1 3 2 1 2 1 2 2
26 SN 32 2 1 2 2 2 2 2 2
27 AYO 49 1 5 2 1 2 2 2 2
28 NN 47 1 4 2 1 2 2 2 2
29 A 32 2 1 2 1 2 2 2 2
30 LD 23 2 3 1 1 1 2 1 2
31 NEL 42 1 5 1 1 2 2 1 1
32 MS 27 1 3 1 1 1 1 1 1
33 FB 49 1 5 1 1 2 1 2 1
34 RM 32 1 3 2 1 1 1 2 2
35 YN 29 2 1 2 2 1 2 2 2
36 FM 26 2 1 2 2 1 1 2 2
37 CN 22 2 5 2 2 2 2 2 2
38 AF 32 2 4 2 1 2 2 2 2
88
39 SMN 49 2 1 2 1 1 1 2 2
40 S 28 2 1 1 2 1 2 2 2
41 MFA 27 2 1 2 2 1 2 1 2
42 MW 20 2 4 1 1 2 1 2 2
43 BJ 25 1 2 1 2 1 2 2 2
44 YM 46 1 4 1 2 2 2 2 2
45 EP 34 2 1 2 2 1 2 2 2
46 BA 22 2 1 2 1 1 1 2 2
47 ST 23 2 1 1 2 1 1 1 2
48 DL 29 2 2 2 2 1 1 2 2
49 AP 47 2 2 2 2 2 2 2 2
50 YJD 45 1 1 1 1 2 2 1 1
51 SF 48 2 4 1 2 2 2 2 2
52 FSP 41 1 4 1 1 1 2 1 1
53 DF 19 2 4 1 1 1 1 1 1
54 JT 27 1 2 2 1 2 1 1 2
55 AT 27 2 4 2 1 1 1 1 2
56 PK 21 1 1 2 1 2 2 2 1
57 IM 44 2 2 1 1 1 1 1 2
58 B 39 1 3 1 1 1 1 2 1
59 A 32 1 2 2 1 2 1 2 1
60 VB 30 2 1 2 2 1 1 1 2
61 FN 30 2 2 2 2 2 2 2 2
62 D 33 1 5 1 1 1 1 1 2
63 EL 35 2 1 1 2 2 1 2 2
64 DK 27 2 1 1 1 1 1 2 2
65 V 24 1 3 2 2 2 1 1 1
66 MM 39 2 2 2 2 1 2 2 2
67 AM 42 1 5 2 2 2 2 1 2
68 YT 47 1 2 1 1 2 1 1 2
69 FL 28 2 4 1 1 1 1 1 2
70 AT 24 2 4 1 1 1 1 2 2
71 ID 38 2 4 1 1 1 1 1 2
72 N 30 2 3 2 2 2 1 2 2
73 BM 46 1 5 2 1 2 1 1 2
74 MBK 45 1 5 2 1 1 1 1 1
75 MM 20 2 1 1 1 2 1 1 2
76 WA 42 2 1 1 2 2 2 2 2
77 E 27 1 2 2 1 2 2 2 2
78 Y 27 2 1 2 2 1 1 2 2
79 PS 27 1 1 2 1 2 2 1 2
80 AB 28 1 4 2 2 1 2 2 2
89
81 ENB 31 2 1 1 2 2 1 1 2
82 RL 22 2 2 1 1 1 1 2 2
83 RT 23 1 2 1 1 2 2 1 1
84 YW 32 2 3 1 1 1 1 2 2
85 YB 30 1 3 1 1 1 2 1 2
86 LS 43 2 3 1 2 1 1 2 2
87 YT 43 1 2 1 1 1 1 1 1
88 RT 25 1 4 1 1 1 1 1 1
89 IL 43 2 2 2 2 1 1 2 2
90 YRK 40 1 1 2 2 2 1 1 2
91 JT 45 1 5 1 1 1 1 1 1
92 ADO 21 2 4 1 1 1 1 2 2
93 MB 21 2 2 2 2 1 2 1 2
94 LBT 44 1 1 1 1 1 2 2 1
95 OWH 36 1 3 1 1 1 1 1 1
96 AN 30 2 5 1 1 2 1 2 2
97 YRW 25 1 3 1 1 1 1 1 1
98 YTR 29 1 3 1 2 1 2 2 2
99 KA 35 1 3 2 1 1 1 1 1
10
0 MT 36 1 5 1 1 1 1 1 1
10
1 MTD 23 2 3 2 2 1 2 2 2
10
2 AD 23 2 1 1 1 1 1 2 2
90
Lampiran 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Validity Statistick
butir butir butir butir butir butir butir butir butir butir butir skor
soal 1 soal 2 soal 3 soal 4 soal 5 soal 6 soal 7 soal 8 soal 9 soal 10 soal 11 total
butir Pearson Correlation 1 .882** .350 .642** .436 .286 .150 -.089 .350 .350 .350 .761**
soal 1
Sig. (2-tailed) .000 .130 .002 .054 .222 .527 .709 .130 .130 .130 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .882 **
1 .397 .728 **
.577 **
.378 .132 .000 .397 .397 .397 .862**
soal 2 Sig. (2-tailed) .000 .083 .000 .008 .100 .578 1.000 .083 .083 .083 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .350 .397 1 .546 *
.229 .350 .053 .281 -.053 -.053 -.053 .538*
soal 3 Sig. (2-tailed) .130 .083 .013 .331 .130 .826 .230 .826 .826 .826 .014
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .642** .728** .546* 1 .420 .336 .096 -.057 -.096 -.096 -.096 .654**
soal 4 Sig. (2-tailed) .002 .000 .013 .065 .147 .686 .811 .686 .686 .686 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .436 .577** .229 .420 1 .655** .229 .204 .229 .229 .229 .782**
soal 5 Sig. (2-tailed) .054 .008 .331 .065 .002 .331 .388 .331 .331 .331 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .286 .378 .350 .336 .655 **
1 .150 .134 .350 .350 .350 .709**
soal 6 Sig. (2-tailed) .222 .100 .130 .147 .002 .527 .574 .130 .130 .130 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .150 .132 .053 .096 .229 .150 1 -.281 .053 .053 .053 .114
soal 7 Sig. (2-tailed) .527 .578 .826 .686 .331 .527 .230 .826 .826 .826 .632
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation -.089 .000 .281 -.057 .204 .134 -.281 1 -.187 -.187 -.187 .271
soal 8 Sig. (2-tailed) .709 1.000 .230 .811 .388 .574 .230 .429 .429 .429 .248
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .350 .397 -.053 -.096 .229 .350 .053 -.187 1 1.000** 1.000** .430
soal 9 Sig. (2-tailed) .130 .083 .826 .686 .331 .130 .826 .429 .000 .000 .059
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .350 .397 -.053 -.096 .229 .350 .053 -.187 1.000 **
1 1.000 **
.430
soal 10 Sig. (2-tailed) .130 .083 .826 .686 .331 .130 .826 .429 .000 .000 .059
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .350 .397 -.053 -.096 .229 .350 .053 -.187 1.000 **
1.000 **
1 .430
soal 11 Sig. (2-tailed) .130 .083 .826 .686 .331 .130 .826 .429 .000 .000 .059
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
skor Pearson Correlation .761 **
.862 **
.538 *
.654 **
.782 **
.709 **
.114 .271 .430 .430 .430 1
total
Sig. (2-tailed) .000 .000 .014 .002 .000 .000 .632 .248 .059 .059 .059
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
91
Tabel Rangkuman Hasil Uji Validitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.841 6
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
butir soal 1 8.75 2.408 .685 .801
butir soal 2 8.70 2.326 .816 .772
butir soal 3 8.50 3.211 .460 .846
butir soal 4 8.60 2.674 .685 .805
butir soal 5 8.95 2.366 .634 .815
butir soal 6 8.75 2.618 .519 .837
92
Lampiran 6. Hasil analisis penelitian
Frequencies
Statistics
Missing 0 0 0 0 0
Alamat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 41 40.2 40.2 40.2 Valid Kasus 51 50.0 50.0 50.0
93
Aktivitas Fisik
Merokok
Valid Cumulative
Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent
Frequency Percent Percent Percent
Valid Buruk 62 60.8 60.8 60.8
Valid Ya 55 53.9 53.9 53.9
Baik 40 39.2 39.2 100.0
Tidak 47 46.1 47.1 100.0
Total 102 100.0 100.0
Total 102 100.0 100.0
Konsumsi Kopi
Konsumsi Garam
Valid Cumulative
Valid Cumulativ
Frequency Percent Percent Percent
Frequency Percent Percent e Percent
Valid Ya 43 42.2 42.2 42.2
Valid Tinggi 53 52.0 52.0 52.0
Tidak 59 57.8 57.8 100.0
Normal 49 48.0 48.0 100.0
Total 102 100.0 100.0
Total 102 100.0 100.0
Konsumsi Alkohol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
94
Case Processing Summary
Cases
Merokok * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Merokok Ya Count 33 22 55
Tidak Count 18 29 47
95
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,50.
Risk Estimate
Aktivitas Fisik * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Baik Count 14 26 40
96
Total Count 51 51 102
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,00.
Risk Estimate
97
Konsumsi Garam * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Normal Count 19 30 49
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.752a 1 .029
Continuity Correctionb 3.928 1 .047
Likelihood Ratio 4.790 1 .029
Fisher's Exact Test .047 .023
Linear-by-Linear Association 4.706 1 .030
N of Valid Cases b
102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
98
Konsumsi Kopi * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Tidak Count 25 34 59
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,50.
99
Risk Estimate
Konsumsi Alkohol * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Tidak Count 35 44 79
100
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50.
Risk Estimate
101
Lampiran 7. Lembar dokumentasi penelitian
102
Lampiran 8. Sertifikat keterangan kaji etik
103
Lampran 9. Surat ijin mohon penelitian
104
Lampiran 10. Surat persetujuan melakukan penelitian di Puskesmas Pasir
panjang
105
Lampiran 11. Surat keterangan selesai penelitian dari Puskesmas Pasir
Panjang
106
Lampiran 12. Surat keterangan selesai penelitian dari Dinas Kesehatan Kota
Kupang
107