Anda di halaman 1dari 118

HASIL PENELITIAN

FAKTOR RISIKO GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN


HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIR
PANJANG KECAMATAN KOTA LAMA KOTA KUPANG

OLEH:
SARI TANGGELA
1738010020

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala anugerah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan hasil penelitian dengan judul “Faktor Risiko Gaya Hidup Terhadap

Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota

Lama Kota Kupang”. Penulisan hasil penelitian ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sigit Purnawan, S.KM.,

M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Enjelita M. Ndoen, S.KM., MPH selaku

Pembimbing II dan Ibu Deviarbi Sakke Tira, S.KM., M.Kes selaku Penguji yang

telah memberikan arahan dan petunjuk serta saran penulisan hasil penelitian ini

dapat terselesaikan. Penulis juga berterima kasih kepada:

1. Bapak Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes selaku dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang;

2. Ibu Dr. Luh Putu Ruliati, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana;

3. Bapak Soni Doke S.Pt., M.Kes selaku Dosen Penasihat Akademik yang

telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan;

4. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat yang

memberikan bekal ilmu kepada penulis;

5. Pihak Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang beserta seluruh staf yang

telah memberikan izin usulan penelitian bagi penulis;

ii
6. Pihak Kepala Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota

Kupang beserta seluruh staf yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian dalam wilayah kerja Puskesmas Pasir

Panjang;

7. Keluarga tercinta Bapak Marten Ngongo Togola dan Ibu Soli Padaka serta

Bapak Yonathan Tanggu Reba dan Ibu Margaretha Geli sebagai orang tua,

serta saudara/i yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan, doa, dan

kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini;

8. Rekan-rekan seperjuangan di lembaga kemahasiswaan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang yang telah mendukung

dalam penyusunan hasil penelitian dan mewarnai kehidupan berlembaga

penulis;

9. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan hasil penelitian

ini, baik langsung dan tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Masukan dan kritikan yang membangun dari semua pihak sangat

penulis harapkan demi melengkapi hasil penelitian ini.

Kupang, Maret 2022

Penulis

iii
ABSTRAK

FAKTOR RISIKO GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIR PANJANG KECAMATAN
KOTA LAMA KOTA KUPANG. Sari Tanggela, Sigit Purnawan, Enjelita M.
Ndun. ix. + 101 halaman + 12 lampiran

Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai


oksigen dan nutrisi yang dibawah oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkannya. Kejadian hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup
yang tidak baik yang dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara faktor risiko gaya hidup
terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang,
Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang tahun 2020. Desain penelitian ini adalah
penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Sampel
penelitian ini berjumlah 102 responden yang terdiri dari sampel kasus 51
responden dan sampel kontrol 51 responden dengan perbandingan 1:1. Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel yaitu
simple random sampling dengan randomisasi menggunakan ms. Excel. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat tiga variabel yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
yaitu perilaku merokok (p-value=0,047, nilai OR=2,417 (CI 95%=1,088-5,368)),
aktivitas fisik (p-value=0,026, nilai OR=2,749 (CI 95%=1,205-6,268)), serta
konsumsi garam (p-value=0,047, nilai OR=2,406 (CI 95%=1,086-5,332)).
sedangkan variabel yang tidak terdapat hubungan dengan kejadian hipertensi
adalah perilaku konsumsi kopi (p-value= 0,109, nilai OR=2,080 (CI 95%=0,934-
4,630)), serta konsumsi alkohol (p-value=0,058, nilai OR=2,873 (CI 95%=1,065-
7,756)). Puskesmas Pasir Panjang perlu meningkatkan kegiatan preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap pengendalian hipertensi.
Kata kunci: Hipertensi, Gaya Hidup.
Referensi : 41 (2013-2021).

iv
ABSTRACT

RISK FACTORS OF LIFESTYLE AND THE INCIDENCE OF HYPERTENSION


IN THE WORK AREA OF PASIR PANJANG PUBLIC HEALTH CENTER, KOTA
LAMA SUB-DISTRICT, KUPANG CITY. Sari Tanggela, Sigit Purnawan, Enjelita
M. Ndun. ix + 102 page + 12 attachment

Hypertension is a disorder of the blood vessels that results in the supply of oxygen
and nutrients being carried by the blood to the body tissues that need it. The
incidence of hypertension is closely related to an unhealthy lifestyle that can
increase the risk of hypertension. The purpose of this study was to analyze the
relationship between lifestyle risk factors and the incidence of hypertension in the
work area of the Pasir Panjang Public Health Center, Kota Lama District,
Kupang City in 2020. The design of this study was an analytical observational
study with a case control. The sample of this study amounted to 102 respondents
consisting of a case sample of 51 respondents and a control sample of 51
respondents with a ratio of 1:1. Data collection techniques using a questionnaire.
The sampling technique is simple random sampling with randomization using ms.
Excel. Data analysis in this study used the chi-square. The results showed that
there were three variables related to the incidence of hypertension, namely
smoking behavior (p-value= 0.047, OR value = 2.417 (CI = 1.088-5.368)),
physical activity (p value= 0.026, OR value = 2.749 (CI 95% = 1,205-6,268)),
and salt consumption (p-value= 0.047, OR value = 2.406 (CI 95% = 1.086-
5.332)). while the variables that have no relationship with the incidence of
hypertension are coffee consumption behavior (p-value= 0.109, OR value = 2.080
(CI = 0.934-4.630)), and alcohol consumption (p-value= 0.058, OR value = 2.873
(CI  =1.065-7.756)). Pasir Panjang Public Health Center needs to increase
preventive, promotive, curative, and rehabilitative activities for controlling
hypertension.  
Keywords: Hypertension, Lifestyle.  

Reference : 41 (2013-2021).

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................i


KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
ABSTRAK.......................................................................................................iv
ABSTRACT........................................................................................................v
DAFTAR ISI....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................5
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis.....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................7
2.1 Tinjauan Umum Hipertensi.....................................................................7
2.1.1 Definisi Hipertensi................................................................................7
2.1.2 Pengertian Tekanan Darah....................................................................7
2.1.3 Epidemiologi Penyakit Hipertensi........................................................8
2.1.4 Alat Pengukuran Tekanan Darah........................................................10
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi......................................................................12
2.1.6 Gejala Hipertensi................................................................................13
2.1.7 Faktor Risiko.......................................................................................14
2.1.8 Penegakan Hipertensi.........................................................................15
2.1.9 Manajemen Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi.........................15
2.2 Tinjauan Umum Gaya Hidup.................................................................18

vi
2.3 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Terkait Faktor Gaya Hidup yang
Berhubungan dengan Hipertensi..................................................................26
2.4 Kerangka Teori......................................................................................28
2.5 Kerangka Konsep...................................................................................31
2.5.2 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti..............................................31
2.5.3 Kerangka Hubungan antar Variabel...................................................33
2.5.4 Hipotesis Penelitian............................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................35
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................35
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................35
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................36
3.3.1 Populasi...............................................................................................36
3.3.2 Sampel................................................................................................36
3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif............................................39
3.5 Jenis Data, Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data............................41
3.5.1 Jenis Data............................................................................................41
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data..................................................................41
3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data.............................................................42
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data...........................................45
3.6.1 Teknik Pengolahan Data.....................................................................45
3.6.2 Analisis dan Penyajian Data...............................................................46
BAB IV HASIL DAN BAHASAN.................................................................50
4.1 Hasil Penelitian......................................................................................50
4.2 Pembahasan...........................................................................................63
4.3 Keterbatasan Penelitian..........................................................................73
BAB V PENUTUP..........................................................................................74
5.1 Kesimpulan............................................................................................74
5.2 Saran......................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................77

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi hipertensi menurut JNC7................................................. 86


Tabel 2 Defini Operasional Variabel Penelitian............................................. 110
Tabel 3 Persebaran penduduk di wilayah UPT Puskesmas Pasir Panjang
menurut kelurahan tahun 2020......................................................... 122
Tabel 4 Rincian tenaga kesehatan Puskesmas Pasir Panjang tahun 2020....... 124
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan alamat........................................... 125
Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin................................ 126
Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan perilaku merokok......................... 126
Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan perilaku aktivitas fisik.................. 127
Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan perilaku mengkonsumsi garam.... 127
Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan perilaku mengkonsumsi kopi....... 128
Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan perilaku mengkonsumsi alkohol.. 128
Tabel 12 Hubungan antara perilaku merokok terhadap kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama
Kota Kupang...................................................................................... 129
Tabel 13 Hubungan antara perilaku aktivitas fisik terhadap kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan
Kota Lama Kota Kupang.................................................................. 130
Tabel 14 Hubungan antara perilaku konsumsi garam terhadap kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan
Kota Lama Kota Kupang.................................................................... 131
Tabel 15 Hubungan antara perilaku konsumsi kopi terhadap kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan
Kota Lama Kota Kupang.................................................................... 132
Tabel 16 Hubungan antara perilaku konsumsi alkohol terhadap kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan
Kota Lama Kota Kupang.................................................................... 133

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar penjelasan kuesioner.................................................. 153


Lampiran 2 Lembar persetujuan responden................................................ 154
Lampiran 3 Kuesioner penelitian................................................................ 155
Lampiran 4 Master tabel responden yang berumur ≥18-49 tahun di
Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota
Kupang Tahun 2020................................................................ 159
Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner................................. 162
Lampiran 6 Hasil analisis data ................................................................... 164
Lampiran 7 Lembar dokumentasi penelitian.............................................. 173
Lampiran 8 Sertifikat keterangan kaji etik................................................. 174
Lampiran 9 Surat ijin mohon penelitian..................................................... 175
Lampiran 10 Surat persetujuan melakukan penelitian di Puskesmas Pasir
panjang ................................................................................... 176
Lampiran 11 Lampiran 12. Surat keterangan selesai penelitian dari
177
Puskesmas Pasir Panjang .......................................................
Lampiran 12 Lampiran 12. Surat keterangan selesai penelitian dari Dinas
178
Kesehatan Kota Kupang..........................................................

ix
DAFTAR SINGKATAN

JNC VII : Joint National Commettee

MmHg : Milimeter air raksa

NTT : Nusa Tenggara Timur

Dinkes : Dinas Kesehatan

WHO : World Health Organization

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

TDS : Tekanan darah sistolik

TDD : Tekanan darah diastolic

PJK : Penyakit jantung coroner

MSG : Monosodium glutamate

mg : Miligram

RAAS : Rennin-Angiotensi Aldosteron System

LVH : Left Ventricle Hypertrophy

BB : Berat badan

ACE : Anti Converting Enzime

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh

darah meningkat secara kronis. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja lebih

keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular umumnya paling banyak

dialami oleh masyarakat. Hipertensi yang tidak segera ditangani akan

menimbulkan beberapa komplikasi dan menjadi salah satu pintu masuk atau

faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke (Kartika et al.,

2020). Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada

kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik

≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Kriteria hanya berlaku

untuk umur ≥18 tahun, maka prevalensi hipertensi berdasarkan perhitungan

tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur ≥18 tahun (Dinkes NTT,

2019).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 menunjukan bahwa pada

penduduk umur >18 tahun yang menderita penyakit hipertensi sebesar 34,11%

kasus dan di Provinsi NTT sebesar 27,72% kasus (Kemenkes RI, 2018). Profil

kesehatan Provinsi NTT tahun 2017 menunjukkan penderita hipertensi sebanyak

14,3% kasus (Dinkes NTT, 2017). Penderita hipertensi kemudian meningkat pada

1
tahun 2018 menjadi 27,72% kasus dan menempati urutan ke-3 dari 10 seluruh

penyakit terbesar di NTT (Dinkes NTT, 2018).

Kasus hipertensi di Kota Kupang juga menunjukkan kecenderungan

peningkatan dalam kurun waktu 2017-2020. Profil kesehatan Kota Kupang tahun

2017 yang menderita hipertensi sebesar 24,35% kasus (Dinkes Kota Kupang,

2017). Kasus hipertensi kemudian meningkat menjadi 29,3% pada tahun 2018

(Dinkes Kota Kupang, 2018), dan mengalami peningkatan dua kali lebih besar di

tahun 2019 menjadi 64,4% kasus (Dinkes Kota Kupang, 2019). Kasus hipertensi

kemudian meningkat lagi di tahun 2020 menjadi 65,3% kasus (Dinkes Kota

Kupang, 2020). Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Kupang

tahun 2020 penyakit hipertensi menempati urutan pertama di Puskesmas Pasir

Panjang dengan jumlah penderita sebesar 2.079 kasus dari 11 jumlah Puskesmas

di Kota Kupang (Dinkes Kota Kupang, 2020).

Gaya hidup memiliki hubungan dengan kejadian suatu penyakit salah

satunya hipertensi. Hal ini dikarenakan adanya transisi epidemiologi masyarakat

yang telah mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup tidak sehat

tersebut, meliputi pola makan yang tidak baik, proporsi istirahat yang tidak

seimbang dengan aktivitas yang dilakukan, minimnya olahraga, kebiasaan-

kebiasaan tidak sehat seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi

garam, kopi, dan stres. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan yang

menjurus ke makanan cepat saji yang mengandung banyak lemak, protein, dan

garam tinggi tetapi rendah serat pangan dapat meningkatkan risiko penyakit

hipertensi (Ali et al., 2015).

2
Berbagai penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan gaya hidup

seseorang dengan kejadian hipertensi. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Wijaya et al., (2020), menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan

merokok dan mengkonsumsi garam dapur dengan kejadian hipertensi. Penelitian

Maulidiyah et al., (2018), juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan mengkonsumsi kopi dengan kejadian

hipertensi. Selain itu, penelitian Grace et al., (2018), menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara mengkonsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi.

Karakteristik masyararakat di wilayah Puskesmas Pasir Panjang masih

banyak di temukan perilaku masyarakat yang tidak mematuhi anjuran dan

larangan dari petugas kesehatan seperti tidak minum obat antihipertensi secara

teratur, masih mengkonsumsi garam, alkohol, kopi, dan rendahnya aktivitas fisik.

Masyarakat beranggapan bahwa makanan akan terasa hambar tanpa garam, mata

sering mengantuk dan sakit kepala jika tidak mengkonsumsi kopi dan merokok,

mengkonsumsi alkohol hanya untuk bersenang-senang, dan tidak ada waktu luang

untuk berolahraga, serta mereka juga mengatakan sering tidak minum obat

antihipertensi pengaruh lupa atau karena ada kesibukan lainnya (Puskesmas Pasir

Panjang, 2020).

Berdasarkan gambaran lokasi wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang, ada

sebanyak 91 tempat makan/restoran siap saji yang tersebar di wilayah tersebut

(Puskesmas Pasir Panjang, 2020). Banyaknya rumah makan dapat memberikan

alternatif pilihan tempat makan yang akan mendorong lebih tingginya perilaku

makan di luar rumah. Perilaku tersebut tentunya dapat meningkatkan konsumsi

3
menu makanan tinggi garam yang akhirnya berpotensi meningkatkan risiko

hipertensi. Kondisi ini juga diduga dapat terjadi pada masyarakat yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang. Berdasarkan uraian latar belakang

masalah, penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “Faktor Risiko

Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir

Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara

faktor risiko gaya hidup seseorang terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara

faktor risiko gaya hidup terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan antara merokok terhadap kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.

2. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.

4
3. Menganalisis hubungan antara mengkonsumsi garam terhadap kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama

Kota Kupang.

4. Menganalisis hubungan antara mengkonsumsi kopi terhadap kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama

Kota Kupang.

5. Menganalisis hubungan antara mengkonsumsi alkohol terhadap kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama

Kota Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

sumber perkembangan ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan ilmiah,

khususnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi,

serta sebagai bahan bacaan dan pembanding bagi peneliti berikutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan di

perpustakaan Universitas Nusa Cendana Kupang dan menjadi sumber informasi

bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat.

5
1.4.2.2 Bagi Peneliti

Bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga dalam

mengaplikasikan ilmu dan menambah wawasan mengenai penyakit tidak menular

khususnya hipertensi.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan tambahan

pengetahuan bagi masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

hipertensi sehingga dapat dijadikan referensi untuk mencegah dan mengobati

hipertensi.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawah

oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

Peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit (Hastuti,

2019).

Menurut WHO batas tekanan darah yang dianggap normal adalah 130/85

mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi

(batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun). Menurut JNC VII Report

2003, dignosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik

(TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDS) ≥90 mmHg pada dua

kali pengukuran dalam waktu yang berbeda (Tarigan et al., 2018).

2.1.2 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang

berkontraksi seperti pompa, sehingga darah terus mengalir di dinding pembuluh

darah dan beredar di seluruh tubuh yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan

kembali ke jantung (pembuluh balik). Kekuatan itu mendorong dinding pembuluh

arteri atau nadi. Tekanan darah ini diperlukan agar darah tetap mengalir dan

7
mampu melawan gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri. Tanpa adanya

kekuatan secara terus menerus dalam sistem peredaran darah, darah segar tidak

dapat terbawa ke otak dan ke jaringan seluruh tubuh. Hal ini disebabkan peredaran

darah merupakan suatu sistem yang tertutup. Artinya setelah sampai di ujung

jaringan akan kembali lagi ke jantung. jadi, dalam peredaran darah diperlukan

suatu tekanan minimum (Rahmawati, 2014).

Tekanan darah sitolik adalah tekanan yang dihasilkan otot jantung saat

mendorong darah dari ventrikel kiri ke aorta (tekanan padasaat otot ventrikel

jantung kontraksi). Tekanan darah diastolik adalah tekanan pada dinding arteri

dan pembuluh darah akibat mengendornya otot ventrikel jantung (tekanan

padasaat otot atrium jantung kontraksi dan darah menuju ventrikel) (Aprillia,

2020).

2.1.3 Epidemiologi Penyakit Hipertensi

Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan

distribusi (penyebaran) masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat

serta determinannya (faktor-faktor yang mempengaruhinya) (Ismah, 2018).

1. Frekuensi penyakit hipertensi

Data penyakit hipertensi menurut WHO secara global sebesar 22% dari

total penduduk dunia. Wilayah Afrika memiliki penderita hipertensi tertinggi

sebesar 27%, Mediterania Timur 26%, Asia Tenggara 25%, Eropa 23%, Pasifik

Barat 19%, Amerika 18%. Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan

penderita sebesar 25% terhadap total penduduk (WHO, 2019).

8
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 menunjukan bahwa pada

penduduk umur >18 tahun yang menderita penyakit hipertensi sebesar 34,11%

kasus dan di Provinsi NTT sebesar 27,72% kasus (Kemenkes RI, 2018). Profil

kesehatan Provinsi NTT tahun 2017 penderita hipertensi sebanyak 14,3% kasus

(Dinkes NTT, 2017). Penderita hipertensi kemudian meningkat pada tahun 2018

menjadi 27,72% kasus dan menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbesar di

NTT (Dinkes NTT, 2018). Profil kesehatan Kota Kupang tahun 2017 yang

menderita hipertensi sebesar 24,35% kasus (Dinkes Kota Kupang, 2017). Kasus

hipertensi kemudian meningkat menjadi 29,3% pada tahun 2018 (Dinkes Kota

Kupang, 2018), dan mengalami peningkatan lagi di tahun 2019 menjadi 64,4%

kasus (Dinkes Kota Kupang, 2019). Kemudian meningkat lagi di tahun 2020

menjadi 65,3% kasus (Dinkes Kota Kupang, 2020).

2. Distribusi penyakit hipertensi

Distribusi penyebaran masalah kesehatan adalah menunjuk kepada

pengelompokan masalah kesehatan menurut orang (man), tempat (place), dan

waktu (time). Penyakit hipertensi dapat menyerang/diderita oleh semua orang

(Ismah, 2018).

Penyakit hipertensi menjadi masalah utama dalam ranah kesehatan

masyarakat di Indonesia dan dunia. Diperkirakan, sekitar 80% kenaikan kasus

hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025; dari jumlah

total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi

1,15 miliar di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita dan

pertambahan penduduk saat ini (Dewi, 2018).

9
3. Determinan penyakit hipertensi

Penyebab penyakit hipertensi terbagi menjadi dua macam yaitu hipertensi

yang tidak atau belum diketahui penyebabnya (primer/esensial) dan hipertensi

yang disebabkan oleh adanya penyakit lain (hipertensi sekunder). Hampir 90%

penyakit hipertensi esensial tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Hipertensi

jenis ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti genetik, lingkungan, sistem

reninangiotensi, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas,

merokok, mengkonsumsi alkohol, kopi, garam, kurang aktivitas fisik, dan

polistemia. Sementara itu, hanya terdapat 5% penderita hipertensi sekunder yang

diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini dapat disebabkan karena penggunaan

estrogen, penyakit ginjal hipertensi vascular renal, hiperaldosterinsme primer, dan

sindrom cushing, feokromositomo, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan, dan lain-lain (Susanti, 2019).

2.1.4 Alat Pengukuran Tekanan Darah

Alat pengukur tekanan darah di sebut sphygmomanometer dengan tipe air

raksa (merkuri). Sesuai namanya, “anometer” berarti alat untuk mengukur tekanan

cairan, dan “sphygmos” dalam bahasa latin berarti pulsa atau denyut nadi. Tapi

pada umumnya orang menyebut alat ukur ini dengan istilah tensimeter. Tipe air

raksa adalah jenis sphygmomanometer yang paling umum di gunakan karena

dianggap paling akurat, sehingga disebut sebagai “standar emas (gold standar)”.

Alat ini terdiri dari manset yang bisa digembungkan dengan cara memompanya

dengan pompa tangan yang berbentuk bola karet, dan dihubungkan dengan tabung

panjang berisi air raksa. Ukuran tekanan darah akan di perlihatkan dalam

10
milimeter air raksa (mmHg) pada tabung, yang akan bergerak ke atas jika di

lakukan pemompaan (Hastuti, 2019).

1. Melingkarkan manset alat pengukur pada lengan bagian atas, dan

menempelkan stetoskop pada arteri tepat dibawah manset tersebut.

2. Kemudian memompa manset sehingga menggembung dan memblokade

aliran darah melalui arteri, hingga denyut nadi pada lengan yang diukur tidak

terasa lagi.

3. Kemudian memompa sedikit lagi hingga bacaan pada tabung air raksa kurang

dari 20 mmHg lebih tinggi dibandingkan titik pada saat denyut nadi berhenti.

4. Kemudian secara perlahan melepas udara dari manset. Bunyi detak yang

teratur akan terdengar melalui stetoskop.

5. Tingkat bacaan di mana bunyi detak tersebut terdengar pertama kali adalah

tekanan sistolik, dan angka yang terbaca pada alat pengukur di catat.

6. Melepaskan udara dari manset lagi, dan bunyi detak akan menghilang pada

tekanan 50-100 mmHg (mirip udara berdesir yang perlahan terdengar).

Tingkat di mana bunyi detak menghilang adalah diastolik, yang terjadi ketika

jantung rileks.

7. Sekali lagi, bacaan pada alat pengukur di catat. Dengan cara ini, tingkat tinggi

dan rendah dari tekanan darah tercatat.

11
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi penyakit hipertensi sebagai berikut (Eriana et al., 2017).

1. Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru.

2. Darah yang mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian

dipompakan keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut

arteri.

3. Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-

pembuluh darah lebih kecil hingga berukuran mikroskopik yang akhirnya

membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah sangat kecil

yang disebut kapiler.

4. Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen

untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup.

5. Kemudian, darah yang sudah tidak beroksigen kembali ke jantung melalui

pembuluh darah vena, dan dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil

oksigen lagi. Pembuluh darah mirip dengan tabung karet yang mengalirkan

darah terus menerus kemana pun dibutuhkan.

6. Arteri yang mengalirkan darah keluar dari jantung harus menahan tekanan

yang tinggi ketika darah dipompakan keluar.

7. Jika tekanan darah lebih tinggi daripada biasanya selama bertahun-tahun,

seperti pada hipertensi yang tidak diobati, pembuluh darah tersebut menjadi

rusak.

8. Lapisan pada arteri dapat menjadi kasar dan tebal, dan pada akhirnya

menimbulkan penyempitan pembuluh darah sehingga menjadi kurang lentur

12
dari pada sebelumnya yang menghambat gangguan peredaran darah perifer.

Hal ini dikenal sebagai arteriosclerosis.

9. Jika arteri menjadi terlalu sempit, darah tidak dapat melaluinya dengan benar,

dan bagian tubuh yang bergantung pada arteri tersebut mengalami

kekurangan darah dan oksigen yang dibutuhkan.

10. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung

bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya

pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah

dalam sistem sirkulasi.

11. Ketika arteri menyempit terjadi peningkatan kecenderungan darah membeku

(trombosis) yang dapat menyebabkan penyumbatan total pada arteri sehingga

bagian tubuh yang dilayaninya menjadi mati.

12. Organ yang paling beresiko adalah jantung dan otak. Tekanan darah yang

tinggi pada ginjal dan otak mengakibatkan kerusakan kedua organ tersebut.

2.1.6 Gejala Hipertensi

Hipertensi dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (silent killer) karena

tidak semua penderita hipertensi mengenali atau merasakan keluhan maupun

gejala (WHO, 2019). Keluhan penderita hipertensi antara lain:

1. Sakit kepala

2. Gelisah

3. Jantung berdebar-debar

4. Sering buang air kecil, terutama di malam hari

5. Sulit bernapas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat

13
6. Pusing

7. Penglihatan kabur

8. Rasa sakit di dada

9. Mudah lelah

Hipertensi berbahaya karena jika tidak terkontrol dapat menimbulkan

komplikasi, seperti (Aprillia, 2020):

1. Penyakit jantung koroner

2. Stroke

3. Penyakit ginjal

4. Retinopati (kerusakan saraf mata)

5. Penyakit pembuluh darah tepi

6. Gangguan saraf otak/serebral

7. Diabetes melitus

2.1.7 Faktor Risiko


Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh dua faktor risiko. Faktor

risiko tersebut antara lain faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol

(unchanged risk faktor), dan faktor risiko yang dapat diubah (changed risk

faktor). Umur, jenis kelamin, genetik merupakan faktor risiko yang tidak dapat

diubah/dikontrol (unchanged risk factor). Faktor risiko yang dapat diubah (change

risk factor) berhubungan dengan perilaku atau gaya hidup, seperti kebiasaan

merokok, mengkonsumsi garam, mengkonsumsi lemak jenuh, mengkonsumsi

alkohol, kurang berolahraga, stress dan kondisi lingkungan yang berpengaruh

terhadap kesehatan (Nugroho et al., 2019).

14
2.1.8 Penegakan Hipertensi

Penegakkan hipertensi dilakukan minimal 2 kali pemeriksaan dengan jeda

waktu 5 menit dalam posisi santai (tidak cemas, tidak menahan sakit, tidak

sesudah aktivitas fisik (Hastuti, 2019).

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC7

Tekanan darah
No Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolik
1 Normal 120 80
2 Pre hipertensi >120–139 >80–89
3 Hipertensi tingkat 1 140–159 90-99
4 Hipertensi tingkat 2 >160 >100
5 Hipertensi emergensi >180 (dengan keluhan) >110
6 Hipertensi urgensi >180 (tanpa keluhan) >110
Sumber: (Hastuti, 2019).

2.1.9 Manajemen Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

1. Pencegahan hipertensi

Hipertensi adalah masalah yang relatif terselubung (silent) tapi

mengandung potensi yang besar untuk masalah yang lebih besar. Hipertensi

adalah awal untuk proses lanjut mencapai target organ untuk memberi kerusakan

yang lebih berat. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan

mengendalikan faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku dan

kebiasaan hidup. Apabila seseorang mau menerapkan gaya hidup sehat, maka

kemungkinan besar akan terhindar dari hipertensi. Manajemen yang tepat dalam

upaya pencegahan penyakit hipertensi (Saputra & Anam, 2016).

15
1) Setiap orang dewasa harus memeriksa tekanan darah secara rutin minimal.

2) Jika tekanan darahnya tinggi, segeralah berkonsultasi dengan tenaga

kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

3) Sebagian penderita hipertensi dapat mengontrol tekanan darah dengan

melakukan perubahan gaya hidup saja. Namun sebagian lainnya memerlukan

tambahan obat.

Pengendalian hipertensi (Kemenkes RI, 2013):

1) Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam, dan lemak

2) Mempertahankan berat badan & lingkar pinggang ideal: pria <90 cm, dan

wanita < 80 cm

3) Gaya hidup aktif/olahraga teratur

4) Stop merokok

5) Hindari konsumsi alkohol, konsumsi kopi

Kendalikan hipertensi dengan patuh (WHO, 2019):

1) Periksa kesehatan secara rutin, dan ikuti petunjuk dokter.

2) Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur.

3) Tetap diet dengan gizi seimbang

4) Upayakan aktivitas fisik yang aman

5) Hindari asap rokok, alkohol, dan zat pemicu kanker lainnya

2. Pengobatan

Pengobatan hipertensi yang ideal diharapkan mempunyai sifat-sifat seperti

(Harahap, 2017):

1) Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.

16
2) Mampu menurunkan darah secara multifaktoral.

3) Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.

4) Melindungi organ-organ vital.

5) Mendukung pengobatan penyakit penyerta.

6) Mengurangi faktor risiko PJK dalam hal memperbaiki LVH (Left Ventricle

Hypertrophy) dan mencegah pembentukan atherosklerosis.

7) Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.

8) Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.

9) Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, edema, rasa

lelah, mual, dan muka merah.

10) Dapat membuat jantung bekerja lebih efisiensi.

11) Melindungi jantung terhadap risiko infark.

12) Tidak mengganggu gaya dan kualitas hidup penderita misalnya ngantuk dan

batuk.

Jenis-jenis obat hipertensi dapat berupa (Kemenkes RI, 2013):

1) Antihipertensi nonfarmakologik

Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National Commettee

on Detenction and Treatment of High Blood Pressure:

(1) Turunkan BB pada obesitas

(2) Pembatasan konsumsi garam dapur

(3) Kurangi alkohol

(4) Menghentikan merokok

(5) Olahraga teratur

17
(6) Diet rendah lemak jenuh

(7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)

2) Obat antihipertensi:

(1) Diuretika: pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input.

Pemberian diuretika sudah tidak terlalu dianjurkan sebagai langkah pertama

dalam manajemen hipertensi.

(2) Penyekat Beta (B-blocker).

(3) Antagonis kalsium.

(4) Inhitor ACE (Anti Converting Enzyme), misalnya Inhibace.

(5) Obat anti hipertensi sentral (simpatokolitika).

(6) Obat penyekat alpha.

(7) Vasodilatator (pengendor pembuluh darah).

2.2 Tinjauan Umum Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan pola perilaku individu sehari-hari yang terbentuk

sejak dini diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya dengan tujuan untuk

mempetahankan hidup. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya (Ali et al., 2015). Gaya hidup

sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya

memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif.

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya

(Eriana et al., 2017).

18
Era globalisasi saat ini cenderung merubah gaya hidup seseorang termasuk

dalam hal pola makan. Sebenarnya tujuan manusia makan adalah agar dapat

memenuhi kebutuhan tubuhnya supaya bisa bertahan hidup. Kalau makan

disebabkan karena tututan biologis, biasanya berasal dari lapar dan dengan

memakan suatu makanan maka rasa lapar itu bisa terobati. Namun, dalam

kenyataannya sering dijumpai orang makan tidak hanya sekedar karena tuntutan

biologis semata. Tujuan seseorang untuk makan tidak mempertimbangkan rasa

lapar saja tetapi lebih mempertimbangkan kepuasan atau kesenangan seseorang

tersebut semata demi menjaga gengsi. Makan merupakan salah satu pilihan dari

sekian banyak aktivitas waktu luang yang tersedia (Maulidia & Harti, 2021).

Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan

terjadinya hipertensi misalnya makanan, aktivitas fisik, stres, dan merokok.

Perubahan gaya hidup seperti pada perubahan pola makan, diantaranya makanan

siap saji yang mengandung banyak lemak, protein, dan garam yang tinggi tetapi

rendah serat pangan, dapat mengakibatkan berkembangnya penyakit degeratif

seperti hipertensi. Makanan yang dikonsumsi merupakan faktor penting yang

dapat mempengaruhi tekanan darah (Nugroho et al., 2019). Meskipun demikian,

pola makan merupakan salah satu faktor yang bersifat dapat diubah (changerisk

factor). Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis

seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup sehat seperti pola

makan yang tidak baik, proporsi istrahat yang tidak seimbang dengan aktivitas

yang dilakukan, minimnya olahraga, kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti

19
merokok, minum-minuman beralkohol, mengkonsumsi minuman berkafein, obat-

obatan tertentu dan stres merupakan faktor risiko dari hipertensi (Eriana et al.,

2017).

Berikut ini merupakan beberapa gaya hidup yang merupakan faktor risiko

kejadian hipertensi:

1. Merokok

Merokok merupakan suatu aktivitas buruk yang sangat merugikan

kesehatan. Salah satunya yaitu dapat menyebabkan hipertensi. Merokok dapat

menimbulkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Rokok

mengandung ribuan zat kimia berbahaya bagi kesehatan tubuh, diantaranya yaitu

tar, nikotin, dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut yang masuk kedalam aliran

darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan

proses ateroklerosis dan hipertensi. Studi autopsi menunjukkan kaitan erat antara

kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada pembuluh darah.

Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen otot jantung

(Harahap, 2017).

Asap rokok juga mengandung nikotin yang dapat menyebabkan

rangsangan terhadap hormon epinefrin (adrenalin) yang bersifat memacu

peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung,

serta menyebabkan gangguan irama jantung. Tembakau memiliki efek cukup

besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat menyebabkan penyempitan

pembuluh darah. Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan

oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat dan

20
peningkatan kebutuhan oksigen karena jantung dipaksa memompa untuk

memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh lainnya

dikarenakan adanya karbonmonoksida dalam tubuh (Kartika et al., 2020).

Merokok sama halnya dengan membunuh diri sendiri secara perlahan-

lahan. Rokok mengandung banyak bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh.

Salah satunya nikotin yang bersifat toksin terhadap jaringan saraf yang

menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sitolik maupun diastolik. Selain

berbahaya bagi diri sendiri, rokok juga berbahaya bagi orang lain karena karbon

monoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah. Rokok juga

merupakan faktor risiko berbagai macam penyakit yang mematikan diantaranya

jantung koroner, ginjal, hipertensi dan berbagai penyakit mematikan lainnya

(Eriana et al., 2017).

2. Kurang aktivitas fisik

Aktifitas fisik merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan

terencana untuk memelihara kehidupan, meningkatkan kualitas hidup dan

mencapai tingkat kemampuan jasmani yang sesuai dengan tujuan. Aktivitas fisik

sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Aktivitas yang di maksudkan yaitu

olahraga. Seseorang yang tidak aktif melakukan kegiatan olahraga cenderung

mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut

mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras lagi pada kontraksi. Semakin

keras usaha otot jantung dalam memompa darah, maka semakin besar pula

tekanan darah yang dibebankan pada dinding arteri sehingga tekanan perifer yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah (Ali et al., 2015)

21
Aktivitas fisik secara teori memengaruhi tekanan darah seseorang.

Semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik, maka semakin kecil resiko

terkena penyakit hipertensi. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan tepat

dengan frekuensi dan lamanya waktu yang sesuai akan membantu seseorang

dalam menurunkan tekanan darahnya. Aktivitas yang cukup dapat membantu

menguatkan jantung sehingga dapat memompa darah lebih baik tanpa harus

mengeluarkan energi yang besar. Semakin ringan kerja jantung semakin sedikit

tekanan darah pada pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan tekanan darah

menurun (Grace et al., 2018).

Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan

yang merupakan salah satu faktor risiko hipertensi dan penyakit degeneratif

lainnya. Orang dengan aktivitas fisik yang kurang cenderung memiliki frekuensi

nadi yang lebih tinggi, sehingga otot jantung memompa darah lebih keras dan

sering. Hal ini akan menyebabkan tekanan pada dinding arteri semakin besar.

Contoh aktivitas fisik (olahraga) yang dapat dilakukan untuk tekanan darah tinggi

adalah jalan pagi, jalan kaki, senam, bersepeda, berenang, sepak bola. Kegiatan

aktivitas ini disarankan agar dilakukan ≥30 menit perhari dan lebih dari ≥3 hari

perminggu (Wijaya et al., 2020).

3. Mengkonsumsi garam

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis

hipertensi (Artiyaningrum & Nurkhalida, 2015). Natrium dalam klorida yang

terdapat dalam garam dapur dalam jumlah normal dapat membantu tubuh

mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh untuk mengatur tekanan

22
darah (Eriana et al., 2017). Terlalu sering mengonsumsi makanan yang diawetkan,

mengonsumsi garam berlebih serta penggunaan bumbu penyedap seperti

monosodium glutamat (MSG) dalam jumlah yang tinggi dapat mengakibatkan

kenaikan tekanan darah karena banyaknya natrium yang terkandung dalam

makanan tersebut. Konsumsi natrium berlebih dapat menahan air (resistensi)

sehingga terjadi peningkatan jumlah volume darah, yang karena peningkatan

jumlah volume darah tersebut jantung harus bekerja lebih keras untuk

memompanya dan tekanan darah menjadi naik (Wahyuni et al., 2020).

Salah satu makanan yang tinggi kandungan natriumnya adalah makanan

olahan atau makanan instan. Asupan natrium secara berlebihan dan terus menerus

akan mengakibatkan ketidak seimbangan natrium yang dapat berdampak pada

tekanan darah. Asupan natrium yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan natrium dalam darah. Menurut penelitian Nugroho et al., (2019),

penggunaan garam dalam makanan instan atau makanan olahan sebagai bumbu

penyedap lebih sering dikonsumsi oleh responden, dan menyatakan bahwa ada

hubungan antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi.

Risiko terjadinya hipertensi bagi orang yang mengkonsumsi garam lebih

dari 6 gram per hari 5–6 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang

mengkonsumsi garam dalam jumlah yang rendah yaitu kurang dari 3 gram per

hari. Batasan asupan konsumsi garam yang dianjurkan maksimal 6 gram per hari

setara dengan 2.400 mg natrium (Ratnasari et al., 2015).

23
4. Mengkonsumsi kopi

Kopi merupakan minuman yang telah dikonsumsi dari jaman dulu dan kini

kopi merupakan salah satu minuman favorit didunia dan pada umumnya orang

Indonesia dan bahkan ada yang menjadi pecandu kopi. Kopi dapat memberikan

efek kebugaran dan kesegaran bagi badan, badan yang lemah dan rasa kantuk

menjadi hilang setelah meminum kopi panas. Namun dibalik kenikmatan tersebut

ternyata kopi merupakan faktor risiko dari hipertensi. Konsumsi kopi

menyebabkan hipertensi telah lama menjadi perdebatan karena kopi mengandung

kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Faktor

kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi (ukuran 150 ml)

mengandung 75-200 mg kafein, dimana dalam satu cangkir tersebut berpotensi

meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg (Wahyuni et al., 2020).

Kopi dapat mempengaruhi tekanan darah karena kandungan polifenol,

kalium dan kafein. Peningkatan tekanan darah ini terjadi melalui mekanisme

biologi antara lain kafein mengikat reseptor adenosin, mengaktifkan sistem

simpatik dengan meningkatkan konsentrasi cathecolamines dalam plasma, dan

menstimulasi kelenjar adrenalin serta meningkatkan produksi kortisol. Konsumsi

kopi lebih dari dua cangkir perhari menyebabkan vasokontriksi atau

menyempitnya pembuluh darah karena efek kafein yang memblokir adenosin serta

meningkatkan produksi hormon adrenalin. Makin sempitnya pembuluh darah

maka makin tinggi tahanan terhadap aliran darah sehingga akan mengakibatkan

makin meningkatnya tekanan darah (Warni et al., 2020).

24
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah et al., (2018) faktor

resiko hipertensi ditinjau dari kebiasaan minum kopi menyatakan bahwa orang

yang memiliki kebiasaan minum kopi sehari 2-3 cangkir perhari terbukti

meningkatkan risiko hipertensi sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibanding subjek

yang tidak memiliki kebiasaan minum kopi. Kafein merupakan zat yang dapat

mengatasi kelelahan dan meningkatkan konsentrasi serta mengembirakan suasana

hati. Namun konsumsi kafein yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan

jumlah yang banyak diketahui dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi atau

penyakit kardiovaskular. Peningkatan resistensi pembuluh darah tepi dan

vasokontriksi disebabkan oleh kafein yang memiliki sifat antagonis endogenus

adenosin. Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh dosis kafein yang

dikonsumsi (Eriana et al., 2017).

5. Mengkonsumsi alkohol

Alkohol merupakan zat yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan

mental, zat yang dapat membuat merasa santai dan senang namun dapat berakibat

masalah kesehatan yang serius. Konsumsi minuman alkohol secara berlebih akan

berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang. Konsumsi dalam jangka

panjang dapat menyebabkan kerusakan biologis parah antara lain kerusakan

kelenjar endokrin dan pankreas, gagal jantung, hipertensi, dan stroke. Selain itu,

konsumsi minuman beralkohol dapat menyebabkan kemunduran fungsi-fungsi

memori karena bagian otak mengalami banyak kerusakan. Mengkonsumsi

minuman beralkohol sangat berbahaya bagi kesehatan (Wardah et al., 2013).

25
Konsumsi alkohol dalam jangka pendek dapat menyebabkan mabuk dan

keracunan. Alkohol merupakan salah satu penyebab hipertensi karena alkohol

memiliki efek yang sama dengan karbondioksida yang dapat meningkatkan

keasaman darah, sehingga darah menjadi kental dan jantung dipaksa untuk

memompa. Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang

akan berpengaruhi pada peningkatan kadar kortisol dalam darah sehingga aktivitas

rennin-angiotensi aldosteron system (RAAS) meningkat dan mengakibatkan

tekanan darah meningkat. Mengkonsumsi 30 ml atau lebih minuman beralkohol

perhari dapat meningkatkan risiko hipertensi sebesar dua kali (Grace et al., 2018).

Menurut penelitian Memah et al., (2019) kebiasaan mengkonsumsi alkohol

pada pasien di Puskesmas Kombi tergolong tinggi karena meminum minuman

beralkohol telah menjadi budaya yang dianut oleh masyarakat secara turun

temurun, masyarakat mengenal minuman beralkohol sebagai minuman yang dapat

menambah nafsu makan, menghangatkan tubuh dan dapat mendorong semangat

untuk bekerja.

2.3 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Terkait Faktor Gaya Hidup


yang Berhubungan dengan Hipertensi

Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya et al., (2020) menunujukkan bahwa

terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.

Sebagian besar responden dalam penelitian tersebut yang memiliki kebiasaan

merokok menderita hipertensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Khoiriyah (2019) menunjukkan bahwa

mayoritas responden yang tidak melakukan aktifitas fisik juga mengalami

26
hipertensi dan sebaliknya hanya sebagian kecil (22,4%) responden yang

melakukan aktivitas fisik yang mengalami hipertensi. Hasil uji statistik penelitian

tersebut menunjukkan ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian

hipertensi (Khoiriyah, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et al., (2020) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian penyakit

hipertensi. Sebanyak 68 dari 114 (59,6) responden yang memiliki kebiasaan

konsumsi natrium sering menderita hipertensi. Sementara itu, penelitian yang

dilakukan oleh Warni et al., (2020) menunjukkan bahwa 56,8% responden yang

memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan kategori mengalami hipertensi.

Sebaliknya, hampir seluruh responden yang tidak mengkonsumsi kopi, tidak

mengalami hipertensi. Berdasarkan hasil uji statistik penelitian tersebut diketahui

bahwa terdapat hubungan perilaku konsumsi kopi dengan risiko terjadinya

hipertensi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sarumaha & Diana (2018)

menunjukkan bahwa sebagian besar responden (69,4%) yang mengkonsumsi

alkohol mengalami hipertensi, dan yang tidak mengkonsumsi alkohol tidak

mengalami hipertensi. Hasil uji statistik penelitian tersebut menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi.

Keterbatasan dari beberapa hasil penelitian tersebut yaitu terkait dengan

variabel yang diteliti. Variabel dari beberapa hasil penelitian sebelumnya tidak

mengukur lima variabel sekaligus karena terdapat beberapa penelitian yang hanya

mengukur dua variabel saja terkait tentang gaya hidup dengan kejadian hipertensi.

Berdasarkan keterbatasan dari hasil penelitian diatas peneliti tertarik untuk

27
meneliti lima variabel sekaligus tentang gaya hidup dan di Puskesmas Pasir

Panjang belum ada peneliti yang meneliti lima variabel tersebut yaitu perilaku

merokok, aktivitas fisik, konsumsi garam, konsumsi kopi dan konsumsi alkohol.

2.4 Kerangka Teori


H. L. Blum menyebutkan terdapat empat pilar yang mempengaruhi derajat

kesehatan seseorang, diantaranya adalah keturunan, lingkungan, pelayanan

kesehatan, dan perilaku. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan

dan perilaku (Adliyani, 2015 ; Saraswati et al., 2021).

1. Lingkungan (Environment)

Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku,

fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya

digolongkan menjadi dua kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik

dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah,

air, udara, tanah, iklim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial

merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan,

ekonomi, dan sebagainya.

2. Perilaku (Behaviour)

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,

keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.

Contoh perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah gaya hidup dan

personal hygiene.

3. Pelayanan kesehatan (Health Care Services)

28
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan

dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit,

pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan

pelayanan kesehatan. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat

preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi

oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga

kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk

mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan

kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang

memerlukan.

4. Genetik (Heredity)

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia

yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti

hipertensi, diabetes melitus dan asma bronehial.

29
Berikut ini gambar konsep H. L. Blum yang menggambarkan status

kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat faktor:

Lingkungan

Hereditas Derajat Perilaku


Kesehatan

Pelayanan
Kesehatan

Gambar 1. Konsep H. L. Blum yang mempengaruhi derajat kesehatan


seseorang

Keempat faktor diatas saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan

perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor gaya

hidup manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar

ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Gaya hidup atau life style

seseorang berbeda-beda. Seperti halnya merokok. Kebiasaan merokok dapat

mempengaruhi kesehatan seseorang. Merokok dapat memicu timbulnya berbagai

penyakit salah satunya yaitu hipertensi. Tidak hanya gaya hidup merokok yang

berbahaya bagi kesehatan, namun alkoholik atau peminum alkohol,

mengkonsumsi kopi dan mengkonsumsi garam juga merupakan gaya hidup yang

tidak baik karena merupakan faktor risiko penyakit hipertensi. Aktivitas fisik

30
sebagai life style seseorang juga akan berdampak terhadap kesehatan seseorang

(Saraswati et al., 2021).

2.5 Kerangka Konsep


2.5.2 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan

kesakitan yang tinggi. Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah

kesehatan karena beberapa hal antara lain, meningkatnya prevalensi hipertensi,

masih banyak pasien yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah

diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target serta adanya penyakit lain

yang mempengaruhi hipertensi sehingga dapat meningkatkan morbidatas dan

mortalitas (Saputra & Anam, 2016). Hipertensi sering disebut the silent killer

karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya

tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali. Hipertensi bisa menyebabkan

beberapa komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan terhadap timbulnya

penyakit jantung, stroke, dan ginjal (WHO, 2019).

H. L. Blum menyebutkan terdapat empat pilar yang mempengaruhi derajat

kesehatan seseorang, diantaranya adalah keturunan, lingkungan, pelayanan

kesehatan, dan perilaku. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan

dan perilaku. Perilaku merupakan faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,

keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri

(Adliyani, 2015).

31
Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dengan

upaya dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Meningkatnya kasus

hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Faktor risiko dari gaya

hidup tidak sehat yang mengakibatkan terjadinya hipertensi antara lain merokok,

aktivitas fisik, konsumsi garam, konsumsi kopi, konsumsi alkohol, stress, dan

pola makan (Wahyuni et al., 2020).

Landasan teori menurut H. L. Blum (1986) menunjukkan bahwa dari

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia, tidak

semuanya akan diteliti pada penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan dan

melihat situasi di lapangan bahwa variabel yang diambil harus dapat diukur dan

sesuai dengan kepustakaan yang ada menurut peneliti. Variabel yang diambil

adalah variabel perilaku gaya hidup yang meliputi merokok, aktifitas fisik,

konsumsi garam, konsumsi kopi, dan konsumsi alkohol.

32
2.5.3 Kerangka Hubungan antar Variabel

Variabel independen Variabel dependen

Lingkungan (Environment):

1. Lingkungan fisik

2. Lingkungan sosial

Perilaku/gaya hidup (Behaviour):

1. Merokok

2. Aktivitas fisik

3. Konsumsi garam

4. Konsumsi kopi

5. Konsumsi alkohol

Kejadian hipertensi

Pelayanan kesehatan:

1. Preventif

2. Promotif

3. Kuratif

4. Rehabilitatitif

Genetik (Heredity):

1. Diabetes melitus

33
Gambar 2. Hubungan keterkaitan antar variabel independen dengan variabel
dependen
Keterangan :

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel independen yang tidak diteliti

: Variabel dependen yang diteliti

2.5.4 Hipotesis Penelitian

1) Ada hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit hipertensi.

2) Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian penyakit hipertensi.

3) Ada hubungan antara mengkonsumsi garam dengan kejadian penyakit

hipertensi.

4) Ada hubungan antara mengkonsumsi kopi dengan kejadian penyakit

hipertensi.

5) Ada hubungan antara mengkonsumsi alkohol dengan kejadian penyakit

hipertensi.

34
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan

pendekatan case control yang bersifat retrospektif yang berarti mengikuti

perjalanan penyakit ke arah belakang berdasarkan urutan waktu atau dari akibat ke

sebab, yaitu studi untuk mempelajari pengaruh kolerasi antara variabel dependen

dengan variabel independen (Harahap, 2017). Variabel dependen yaitu kejadian

hipertensi dan variabel independen yaitu faktor merokok, aktivitas fisik, konsumsi

garam, konsumsi kopi, konsumsi alkohol. Metode yang digunakan pada penelitian

ini yaitu kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang

Kecamatan Kota Lama Kota Kupang pada bulan Oktober hingga bulan

November tahun 2021.

35
3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi pada

penelitian ini terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol. Populasi kasus

penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang menderita penyakit hipertensi

yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang (dari bulan Januari

sampai dengan bulan Desember 2020) sebesar 2.079 kasus. Populasi kontrol pada

penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang tidak menderita penyakit

hipertensi yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang (dari bulan

Januari sampai dengan bulan Desember 2020) sebesar 5771 jiwa.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populsi

(Sugiyono, 2016). Sampel pada penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel

kontrol yang di rumuskan dengan rumus Lemeshow:

n=¿ ¿

(¿)P2
P1=
( ¿ ) P +(1−P )
2 2

3,42 x 0,5
P1=
3,42 x 0,5+( 1−0,5)

36
P1=0,77

{1,96 √2 x 0,5 ( 1−0,5 ) +0,84 √ 0,77 ( 1−0,77 )+ 0,5(1−0,5)} ²


n=
( 0,77−0,5) ²

n=51,355460

n=51

Keterangan :

n = Besar sampel

Z1-α/2 = Nilai distribusi normal standar dengan tingkat kepercayaan 95% = 1,96

Z1-β = Nilai distribusi standar, power of test 80% = 0,84

P1 = Proporsi paparan kelompok kasus 0,77

P2 = Proporsi paparan kelompok kontrol 0,5

OR = Odds ratio (dari penelitian terdahulu) 3,42 (Artiyaningrum & Nurkhalida,

2015)

Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan perbandingan

jumlah kasus dan kontrol yaitu 1:1 dengan desain studi case control, sehingga

didapatkan besar sampel untuk kelompok kasus sebanyak 51 pasien rawat jalan

yang menderita penyakit hipertensi yang berobat di wilayah kerja Puskesmas

Pasir Panjang dan kelompok kontrol sebanyak 51 pasien rawat jalan yang tidak

menderita penyakit hipertensi yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Pasir

Panjang. Total sampel pada penelitian ini sebanyak 102 pasien. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu simple random

sampling, dimana pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada didalam populasi (Sugiyono, 2016).

37
Cara/teknik yang digunakan untuk randomisasi yaitu menggunakan ms.

Excel. Caranya double klik ms. excel→masukkan jumlah sampel frame→klik

data→lalu klik analisis→pilih dan klik menu sampling lalu ok→klik pada bagian

input range, lalu blok data sampel frame kemudian close→lalu klik random

number of singles, kemudian masukkan jumlah sampel yang

dibutuhkan→kemudian klik output range, lalu klik di tempat lain yang kosong,

lalu klik close, kemudian ok→maka data sampel hasil randomisasi akan tampil.

Kriteria inklusi dan ekslusi sampel kasus dan kontrol yaitu :

1. Kriteria inklusi

1) Sampel kasus merupakan kasus hipertensi baru

2) Berusia produktif ≥18-49 tahun

3) Penduduk tetap dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pasir

Panjang

4) Bersedia menjadi subyek/responden penelitian

5) Bisa membaca dan menulis

2. Kriteria ekslusi

1) Bukan merupakan penduduk tetap di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang

2) Tidak bersedia menjadi subyek/responden penelitian

3) Tidak bisa membaca dan menulis

38
3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel dependen dari penelitian ini adalah kejadian hipertensi sedangkan

variabel independen adalah mengkonsumsi rokok, konsumsi garam, konsumsi

kopi, aktivitas fisik, konsumsi alkohol.

Tabel 2. Defini Operasional Variabel Penelitian

Nama Definisi Kriteria Cara Alat Skala


No
Variabel Operasional Obyektif Pengukuran Ukur Data
1 Kejadian Peningkatan 1. Hipertensi: Pengukuran tekanan  Lembar Ordinal
Hipertensi tekanan darah ≥140/≥90 darah menggunakan observasi
sistolik ≥140 2. Normal: tensi meter atau
mmHg dan 120/80 – spygmomanometer
diastolik ≥90 139/89. yang di lakukan
mmHg pada lengan
berdasarkan responden
rekam medis (Rekam medis).
dari
Puskesmas
Pasir
Panjang.
2 Mengkonsumsi Banyaknya 1. Tinggi Wawancara Kuesioner Ordinal
garam asupan (jika
natrium yang asupan
dikonsumsi garam
sehari-hari. sehari ≥6
gram atau
≥3 sendok
teh).
2. Normal
(jika
asupan
garam
sehari <6
gram atau
<3 sendok
teh).
3 Mengkonsumsi Kebiasaan 1. Ya (jika Wawancara Kuesioner Nominal
kopi atau perilaku responden
responden mengkonsu
mengkonsum msi kopi
si kopi sehari ≥2
sehari-hari. gelas

39
ukuran 150
ml).
2. Tidak (jika
responden
mengkonsu
msi kopi
sehari <2
gelas
ukuran 150
ml).
4 Mengkonsumsi Perilaku 1. Ya (jika Wawancara Kuesioner Nominal
alkohol responden responden
mengkonsum mengkonsu
si alkohol msi
sehari-hari. alkohol 
≥30 ml
dalam
sehari).
2. Tidak (jika
responden
mengkonsu
msi
alkohol 
<30 ml
dalam
sehari).
5 Aktivitas Aktivitas 1. Buruk (jika Wawancara Kuesioner Ordinal
olahraga yang <30 menit
melibatkan per hari, <3
kegiatan fisik kali per
yang minggu.
dilakukan 2. Baik (jika
responden ≥30 menit
secara rutin, per hari, ≥3
frekuensi, kali per
durasi dan minggu.
jenis aktivitas
yang
dilakukan
dalam sehari
6 Merokok Perilaku 1. Ya (jika Wawancara Kuesioner Nominal
responden responden
dalam merokok).
mengkonsum 2. Tidak (jika
si rokok responden
tidak

40
merokok).

3.5 Jenis Data, Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data

1. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen

(Sugiyono, 2016). Data sekunder dari penelitian ini adalah data penderita penyakit

hipertensi dan tidak penderita hipertensi yang diperoleh peneliti dari instansi

kesehatan Puskesmas Pasir Panjang.

2. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sugiyono, 2016). Data primer dari penelitian ini adalah data

yang diperoleh melalui wawancara berdasarkan pertanyaan dalam kuesioner yang

telah dipersiapkan peneliti saat melakukan penelitian meliputi variabel-varabel

yang akan diteliti yaitu variabel perilaku merokok, aktivitas fisik, konsumsi

garam, konsumsi kopi dan perilaku konsumsi alkohol.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara,

observasi, dan dukumentasi kepada responden yang menjadi sasaran penelitian.

Wawancara dalam penelitian ini yaitu calon peneliti melakukan wawancara

terhadap pasien yang menderita hipertensi dan tidak menderita hipertensi yang

berobat di Puskesmas Pasir Panjang dengan menggunakan kuesioner yang telah

disiapkan tentang hubungan perilaku merokok, aktivitas fisik, konsumsi garam,

41
konsumsi kopi, dan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Sedangkan

observasi dalam penelitian ini yaitu observasi tekanan darah pasien yang berobat

di Puskesmas Pasir Panjang yang di peroleh melalui rekam medis.

3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan dari responden. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan instrumen

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepeda responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2016).

Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden dan variabel-

variabel penelitian seperti: perilaku merokok, aktivitas fisik, konsumsi garam,

konsumsi kopi, dan perilaku konsumsi alkohol.

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu sebagai berikut (Dewi, 2018):

1. Uji validitas

Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau keaslian suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid

apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji

validitas yaitu menggunakan korelasi bivariete pearson (produk momen pearson):

n ( ∑ xy ) −(∑ x ∑ y)
r xy=
√ (n ∑ x −( ∑ x ) ) (n ∑ y −( ∑ y ) )
2 2 2 2

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel x dan y

n : jumlah responden

42
∑x : jumlah skor butir soal

∑y : jumlah skor total soal

Item pertanyaan dinyatakan valid apabila r yang diperoleh dari hasil

pengujian setiap item lebih besar dari r tabel (r hasil > r tabel). Pengujian validitas

instrumen pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS, dimana hasil akhirnya

(r hitung) di bandingkan dengan nilai r tabel Product moment pearson.

Dasar pengambilan keputusan dari uji validitas tersebut adalah:

1) Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut

valid.

2) Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel

tersebut tidak valid.

Kuesioner diujikan kepada responden yang memiliki karakteristik hampir

sama dengan responden yang akan diteliti maka dipilih Puskesmas Oesapa

sebagai tempat uji validitas karena karakteristik masyarakat di wilayah Puskesmas

Oesapa banyak di temukan juga perilaku masyarakat yang sering merokok,

mengkonsumsi garam tinggi, alkohol, kopi, dan rendahnya aktivitas fisik, serta

ada sebagian masyarakat yang memilih mengkonsumsi makanan siap saji

dibandingkan dengan memasak sendiri di rumah. Berdasarkan hasil uji validitas

kepada 20 responden (10 responden kasus hipertensi dan 10 responden kontrol)

yang telah dilakukan uji validitas. Hasil analisis di dapatkan nilai skor item

dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingan dengan nilai r tabel. R tabel

dicari pada signifikan 5% dengan uji dua sisi dan n=20 maka di dapatkan r tabel

sebesar 0,444. Jika nilai r hitung kurang dari (<) r tabel, maka dapat disimpulkan

43
bahwa item-item tersebut tidak berkolerasi signifikan dengan skor total

(dinyatakan tidak valid) dan harus dikeluarkan atau diperbaiki.

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas di gunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika

pengukuran tersebut diulang. Uji reliabilitas instrumen untuk pertanyaan yang

valid diuji dengan rumus alpha cronbach dengan bantuan aplikasi SPSS. Rumus

yang digunakan adalah:

( )( ( ))
2
k ∑σ b
r tt = 1−
k −1 2
∑σ t

Keterangan:

rtt : koefisien reliabilitas instrument

k : banyaknya butir pertanyaan

∑σ²b : jumlah varian butir

∑σ²t : varian skor total

Perhitungan uji reliabilitas skala diterima, jika hasil perhitungan r hitung>r

tabel 5%. Berdasarkan hasil uji pada 20 responden yang telah dilakukan pengujian

reliabilitas, dari hasil analisis di dapatkan hasil alpha sebesar 0,841, sedangkan

nilai r kritis (uji dua sisi) pada signifikan 5% dengan n=20 di dapatkan r tabel

0,444, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrument penelitian tersubut

reliable.

44
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu hal penting dalam penelitian karena

data yang diperoleh langsung oleh peneliti belum memberikan informasi apa-apa.

Pengolahan data dilakukan untuk mengubah data mentah menjadi informasi dan

kesimpulan dari hasil penelitian (Sugiyono, 2016). Agar penelitian menghasilkan

informasi yang fakta, ada 5 tahapan dalam pengolahan data yang harus dilakukan

yaitu editing, coding, entry data, tabulasi, dan cleaning (Artiyaningrum &

Nurkhalida, 2015).

1. Editing

Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk pengecekan data hasil

jawaban dari isi kuesioner yang diberikan kepada responden dan kemudian

dikoreksi apakah isi kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari

responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, dan konsisten. Editing ini

dilakukan dilapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuia dapat

segera di lengkapi.

2. Coding

Coding adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikjan kode-kode

pada data yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.

Pemberian kode ini bertujuan untuk mempermudah dalam menganalisis data dan

entry data.

45
3. Entry data

Entry data adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan data yang

telah diperoleh ke dalam perangkat komputer untuk selanjutnya diolah.

4. Tabulasi

Tabulasi data yang di maksudkan adalah mengentri data ke dalam tabel-

tabel dan mengatur angka-angka serta mengelompokkan data sesuai variabel dan

kategori penelitian sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.

5. Cleaning

Cleaning data ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada

saat memasukkan data ke dalam program komputer. Proses pembersihan data

dilakukan dengan mengecek kembali data yang sudah di-entry. Tujuan dari

pengecekan untuk melihat kemungkinan apakah ada data yang hilang, kesalahan

kode, ketidak kelengkapan data dan sebagainya.

3.6.2 Analisis dan Penyajian Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan

(Sugiyono, 2016).

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat dan bivariat (Adiputra et al., 2021).

46
1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan variabel penelitian

dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, baik

variabel independen (perilaku merokok, konsumsi kopi, alkohol, garam, dan

perilaku aktivitas fisik) dan variabel dependen (kejadian hipertensi) kemudian

dideskripsikan dalam bentuk tabel atau grafik, dan penyebaran data untuk melihat

gambaran umum hasil penelitian dan melihat ada atau tidaknya perbedaan antara

kedua kelompok penelitian.

2. Analisis Bivariat

Analisi bivariat ini bertujuan untuk menguji hubungan masing-masing

variabel yaitu variabel independen dan dependen. Analisis bivariat dilakukan

dengan uji Chi-Square untuk menguji hipotesis hubungan yang signifikan antara

perilaku merokok, konsumsi kopi, alkohol, garam, dan perilaku aktivitas fisik

dengan kejadian penyakit hipertensi. Uji statistik yang di gunakan dalam analisis

ini adalah uji Chi-Square (X2). Dasar pengambilan keputusan penerimaan

hipotesis penelitian berdasarkan tingkat kemaknaan α = 0,05 dan tingkat

kepercayaan 95% dengan ketentuan:

1) P-value > 0,05 berarti Ha ditolak (P Value > α). Uji statistik menunjukkan

tidak ada hubungan yang signifikan.

2) P-value < 0,05 berarti Ha diterima (P Value < α). Uji statistik menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan.

Berikut untuk mengetahui besar OR digunakan analisis odds ratio dengan

menggunakan tabel 2 x 2 yaitu sebagai berikut:

47
Tabel 2 x 2 Penentu OR

Kasus Kontrol Jumlah


Faktor Ya A B a+b
risiko Tidak C D c+d
Jumlah a+c b+d a + b+ c+ d

Rumus menghitung OR sebagai berikut:

a c
:
a+ c a+c
¿=
b d
:
b+ d b +d

a
c
¿=
b
d

ad
¿=
bc

Studi kasus kontrol, ukuran efek OR harus disertai dengan nilai

Confidence Interval (CI 95%). Interpretasi data pada studi kasus juga terdapat

bebarapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

(1) Apabila nilai OR = 1 dan CI 95%, artinya variabel tersebut bukan faktor risio

terjadinya hipertensi.

(2) Apabila nilai OR > 1 dan CI 95%, artinya variabel tersebut sebagai fakor

risiko terjadinya hipertensi.

(3) Apabila nilai OR < 1 dan CI 95%, artinya variabel tersebut merupakan faktor

protektif terjadinya hipertensi.

(4) Apabila nila OR mencakup angka 1 dan CI 95%, artinya belum dapat

disimpulkan bahwa variabel tersebut merupakan faktor risiko.

48
Penentuan Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) untuk penentuan

kemaknaan: jika nilai LL dan UL berada di bawah nilai 1 (0,345 - 0,979), maka

nilai OR yang diperoleh merupakan merupakan faktor protektif. Sebaliknya, jika

nilai LL dan UL berada di atas nilai 1 (1,3 - 4,9), maka nilai OR merupakan faktor

risiko terjadinya hipertensi. Tetapi, jika nilai LL dan UL mencakup nilai 1 (0,879 -

1,676), maka nilai OR yang diperoleh belum dapat disimpulkan sebagai faktor

risiko (Lapau, 2015).

49
BAB IV

HASIL DAN BAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Kondisi geografis Puskesmas Pasir Panjang

Puskesmas Pasir Panjang terletak di jalan Maumere RT 23/RW 07,

Kelurahan Nefonaek, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, Provinsi NTT,

dengan wilayah kerja mencakup 5 Kelurahan yakni Kelurahan Pasir Panjang,

Nefonaek, Oeba, Fatubesi dan Tode Kisar dengan luas wilayah kerja sebesar 2,2

km2. Wilayah kerja UPT Puskesmas Pasir Panjang berbatasan dengan wilayah-

wilayah sebagai berikut:

1) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Lima.

2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Merdeka.

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kupang.

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Oebobo.

2. Kondisi demografi Puskesmas Pasir Panjang

Berdasarkan data dari kantor BPS Kota Kupang, jumlah penduduk di

wilayah UPT Puskesmas Pasir Panjang pada tahun 2020 berjumlah 25.025 jiwa,

dengan jumlah laki-laki 12.871 jiwa dan perempuan 12.154 jiwa. Penyebaran

penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir Panjang tidak merata, dari 5

Kelurahan yang ada, pemukiman terpadat terdapat di Kelurahan Pasir Panjang

dengan jumlah penduduk sebanyak 8.091 jiwa, dibandingkan dengan 4 Kelurahan

50
lainnya. Gambaran tentang perkembangan penduduk menurut kelurahan dan jenis

kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Persebaran penduduk di wilayah berdasarkan UPT Puskesmas


Pasir Panjang menurut Kelurahan tahun 2020

Jumlah penduduk
No Kelurahan
Laki-laki Perempuan Total
1 Pasir Panjang 4.200 3.891 8.091
2 Nefonaek 2.190 2.209 4.399
3 Oeba 2.957 2850 5.807
4 Fatubesi 2.850 2.550 5.400
5 Tode Kisar 674 654 1.328
Puskesmas Pasir Panjang 12.871 12.154 25.025
Sumber: Puskesmas Pasir Panjang, 2020

3. Sarana kesehatan Puskesmas Pasir Panjang

Sarana kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas Pasir Panjang diantaranya:

1) Puskesmas pembantu, ada 3 Puskesmas pembantu di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Pasir Panjang yakni Pustu Oeba yang berada di Kelurahan Oeba,

Pustu Fatubesi yang berada di Kelurahan Fatubesi, dan Pustu Tode Kisar

yang berada di Kelurahan Tode Kisar.

2) Puskesmas keliling dan ambulance hingga tahun 2020 UPTD Puskesmas

Pasir Panjang memiliki sarana transportasi pendukung pelayanan Puskesmas

berupa 1 unit mobil puskesmas keliling dan 1 unit ambulance untuk

puskesmas rawat inap, disamping itu juga terdapat 1 mobil operasional

puskesmas.

3) Kelurahan siaga, terdapat 2 kelurahan siaga yakni Kelurahan Fatubesi dan

Kelurahan Nefonaek, tetapi selama tahun 2020, kedua-duanya belum

51
berperan aktif dalam mendukung program kesehatan yang ada di UPTD

Puskesmas Pasir Panjang.

4) Sarana kesehatan Bersumber Daya Manusia (UKBM)

Rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya

yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

(UKBM) diantaranya adalah Posyandu, Kelurahan siaga, Posbindu, dan lain

sebagainya. Jumlah Posyandu balita sebanyak 19 pos dan Posyandu Usila

sebanyak 10 pos. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu

dikelompokkan ke dalam 4 strata yaitu Posyandu Pratama, Posyandu

Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri.

4. Tenaga kesehatan Puskesmas Pasir Panjang

Pelaksanaan kegiatan sehari-hari tenaga kesehatan merupakan tenaga yang

di butuhkan berdasarkan rasio standar. Kebutuhan tenaga ini dikaitkan dengan

rencana pengembangan fasilitas kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di UPT

Puskesmas Pasir Panjang tahun 2020 sebanyak 77 orang, dengan rincian tenaga

kesehatan berjumlah 67 orang dan tenaga penunjang berjumlah 10 orang (Tabel

4).

52
Tabel 4. Rincian tenaga kesehatan Puskesmas Pasir Panjang tahun 2020

Target renstra
2018-2020
Yang ada Status
No Jenis tenaga (Rasio nakes Kekurangan
sekarang kepegawaian
terhadap
penduduk)
I. Puskesmas Induk
1 Dokter 1/10.000 pddk 5 Pns
2 Dokter gigi 1/1.000 pddk 1 2 Pns
3 Sarjana/D3 Pns
1) SKM 1/10.000 pddk 2 Pns
2) Perawat 1/1.000 pddk 22 2 Pns
3) Bidan 1/1.000 pddk 23 1 Pns
4) Nutrisionis 1/5.000 pddk 2 3 Pns
5) Asist. Apoteker 2/10.000 pddk 4 Pns
6) Terapis gigi dan 2/10.000 pddk 3 Pns
mulut
7) Sanitarian 1/5.000 pddk 3 2 Pns
8) Analisis 2/10.000 pddk 2 Pns
kesehatan
4 Lain-lain 7 PPT
II. Puskesmas
Pembantu
1 Perawat 3 Pns
2 Bidan 4 Pns
Sumber: Puskesmas Pasir Panjang, 2020

4.1.2 Analisis Data Responden


Responden dalam penelitian ini yaitu merupakan penduduk yang

bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Pasir Panjang berusia produktif ≥18-49

tahun, terdiri dari responden yang mengalami kasus hipertensi baru sebanyak 51

orang dan responden yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 51 orang. Berikut

merupakan analisis data responden:

53
1. Karakteristik responden

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan alamat dan jenis kelamin

disajikan pada Tabel 5 dan 6.

1) Karakteristik responden berdasarkan alamat

Karakteristik responden berdasarkan alamat dapat dilihat pada Tabel 7

berikut ini:

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan alamat

Kejadian Hipertensi
Total
Alamat Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Kelurahan Pasir 14 27,4% 18 35,3% 32 31,4%
Panjang
Kelurahan Nefonaek 7 13,7% 12 23,5% 19 18,6%
Kelurahan Oeba 8 15,7% 8 15,7% 16 15,7%
Kelurahan Fatubesi 11 21,6% 6 11,8% 17 16,7%
Kelurahan Tode Kisar 11 21,6% 7 13,7% 18 17,6%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%

Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan alamat

yang paling banyak terdapat di Kelurahan Pasir Panjang dengan total responden

sebesar 32 jiwa (31,4%) yang terdiri dari 14 kasus (27,4%) dan 18 kontrol

(35,3%). Distribusi responden terendah terdapat di Kelurahan Oeba dengan total

responden sebesar 16 jiwa (15,7%) yang terdiri dari 8 kasus (15,7%) dan 8 kontrol

(15,7%).

54
2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Kejadian Hipertensi
Total
Jenis Kelamin Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Laki-laki 22 43,1% 19 37,3% 41 40,2%
Perempuan 29 56,9% 32 62,7% 61 59,8%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan, dengan total responden sebesar 61 jiwa (59,85%) yang terdiri dari 29

kasus (56,9%) dan 32 kontrol (62,7%).

2. Analisis univariat

Deskripsi variabel penelitian yang mencakup perilaku merokok, aktivitas

fisik, konsumsi garam, konsumsi kopi dan perilaku konsumsi alkohol disajikan

pada tabel 7-11.

1) Distribusi responden berdasarkan perilaku merokok

Distribusi responden berdasarkan perilaku merokok dapat dilihat pada

Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan perilaku merokok

Kejadian Hipertensi
Total
Merokok Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Ya 33 64,7% 22 43,1% 55 53,9%
Tidak 18 35,3% 29 56,9% 47 46,1%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%

55
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku

merokok sebesar 55 jiwa (53,9%) yang terdiri dari 33 kasus (64,7%) dan 22

kontrol (43,1%).

2) Distribusi responden berdasarkan perilaku aktivitas fisik

Distribusi responden berdasarkan perilaku aktivitas fisik dapat dilihat pada

Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan perilaku aktivitas fisik

Kejadian Hipertensi
Total
Aktvitas Fisik Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Buruk 37 72,5% 25 49,0% 62 60,8%
Baik 14 27,5% 26 51,0% 40 39,2%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%

Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku

aktivitas fisik yang buruk sebesar 62 jiwa (60,8%) yang terdiri dari 37 kasus

(72,5%) dan 25 kontrol (49,0%).

3) Distribusi responden berdasarkan perilaku konsumsi garam

Distribusi responden berdasarkan perilaku konsumsi garam dapat dilihat

pada Tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan perilaku mengkonsumsi garam

Kejadian Hipertensi
Total
Konsumsi Garam Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Tinggi 32 62,7% 21 41,2% 53 52,0%
Normal 19 37,3% 30 58,8% 49 48,0%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%

56
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku

mengkonsumsi garam tinggi sebesar 53 jiwa (52,0%) yang terdiri dari 32 kasus

(62,7%) dan 21 kontrol (41,2%).

4) Distribusi responden berdasarkan perilaku konsumsi kopi

Distribusi responden berdasarkan perilaku mengkonsumsi kopi dapat

dilihat pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan perilaku mengkonsumsi kopi

Kejadian Hipertensi
Total
Konsumsi Kopi Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Ya 26 51,0% 17 33,3% 43 42,2%
Tidak 25 49,0% 34 66,7% 59 57,8%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak

mengkonsumsi kopi yaitu sebesar 59 jiwa (57,8%) yang terdiri dari 25 kasus

(49,0%) dan 34 kontrol (66,7%).

5) Distribusi responden berdasarkan perilaku konsumsi alkohol

Distribusi responden berdasarkan perilaku konsumsi alkohol dapat dilihat

pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan perilaku mengkonsumsi alkohol

Kejadian Hipertensi
Total
Konsumsi Alkohol Kasus Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Ya 16 31,4% 7 13,7% 23 22,5%
Tidak 35 68,6% 44 86,3% 79 77,5%
Total 51 100,0% 51 100,0% 102 100,0%

57
Tabel 11 menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak mengkonsumsi

alkohol yaitu sebesar 79 jiwa (77,5%) yang terdiri dari 35 kasus (68,6%) dan 44

kontrol (86,3%).

3. Analisis bivariat

Faktor-faktor risiko gaya hidup yang berhubungan terhadap kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota

Kupang dapat diketahui dengan melakukan analisis Chi-Square dan Odds Ratio.

Hasil analisis hubungan variabel independen yaitu perilaku merokok, aktivitas

fisik, konsumsi garam, konsumsi kopi dan perilaku konsumsi alkohol dengan

variabel dependen yaitu kejadian hipertensi disajikan pada Tabel 12-16.

1) Analisis hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang

Analisis hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Tabel   I2.  Hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian


hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan
Kota Lama Kota Kupang

Kejadian Hipertensi
Merokok Kasus Kontrol p-value OR (95% CI)
Jumlah Persen Jumlah Persen
Ya 33 64,7% 22 43,1% 2,417
Tidak 18 35,3% 29 56,9% 0,047 (1,088-5,368)
Total 51 100,0% 51 100,0%

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok

kasus kejadian hipertensi memiliki perilaku merokok sebesar 33 responden

(64,7%). Sebaliknya, sebagian besar responden pada kelompok kontrol tidak

58
memiliki perilaku merokok sebesar 29 responden (56,9%). Hasil uji statistik

penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian

hipertensi pada responden yang berobat di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan

Kota Lama, Kota Kupang, dengan nilai p-value = 0,047 < α = 0,05. Nilai OR =

2,417 (95% CI = 1,088-5,368). Hal ini berarti, responden yang merokok

mempunyai peluang atau berisiko mengalami hipertensi 2,417 dibandingkan

responden yang tidak merokok.

2) Analisis hubungan antara perilaku aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kupang

Analisis hubungan antara perilaku aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang dapat dilihat pada Tabel 13

berikut ini:

Tabel   I3.  Hubungan antara perilaku aktivitas fisik dengan kejadian


hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan
Kota Lama Kota Kupang

Kejadian Hipertensi
Aktvitas Fisik Kasus Kontrol p-value OR (95% CI)
Jumlah Persen Jumlah Persen
Buruk 37 72,5% 25 49,0% 2,749
Baik 14 27,5% 26 51,0% 0,026 (1,205-
Total 51 100,0% 51 100,0% 6,268)

Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok

kasus kejadian hipertensi memiliki perilaku aktivitas fisik buruk sebesar 37

responden (72,5%). Sebaliknya, sebagian besar responden kelompok kontrol

memiliki perilaku aktivitas fisik baik sebesar 26 responden (51,0%). Hasil uji

statistik penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku aktivitas fisik

59
dengan kejadian hipertensi pada responden yang berobat di Puskesmas Pasir

Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, dengan nilai p-value = 0,026 > α

= 0,05. Nilai OR = 2,749 (95% CI = 1,205-6,268). Hal ini berarti, responden

yang beraktivitas fisik buruk mempunyai peluang atau berisiko mengalami

hipertensi 2,749 kali dibandingkan responden yang memiliki perilaku aktivitas

fisik baik.

3) Analisis hubungan antara perilaku konsumsi garam dengan kejadian hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota

Kupang

Analisis hubungan antara perilaku mengkonsumsi garam dengan kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang dapat dilihat pada Tabel 14

berikut ini:

Tabel   I4.  Hubungan antara perilaku konsumsi garam dengan kejadian


hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan
Kota Lama Kota Kupang

Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
Konsumsi Garam p-value OR (95% CI)
Jumla
Jumlah Persen Persen
h
Tinggi 32 62,7% 21 41,2% 2,406
Normal 19 37,3% 30 58,8% 0,047 (1,086-5,332)
Total 51 100,0% 51 100,0%

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok

kasus kejadian hipertensi memiliki perilaku konsumsi garam tinggi sebesar 32

responden (62,7%). Sebaliknya, sebagian besar responden pada kelompok kontrol

memiliki perilaku konsumsi garam normal sebesar 30 responden (58,8%). Hasil

uji statistik penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku mengkonsumsi

60
garam dengan kejadian hipertensi pada responden yang berobat di puskesmas

Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, dengan nilai p-value = 0,047

< α = 0,05. Nilai OR = 2,406 (95% CI = 1,086-5,332). Hal ini berarti, responden

yang mengkonsumsi garam tinggi mempunyai peluang atau berisiko mengalami

hipertensi 2,406 dibandingkan responden yang mengkonsumsi garam normal.

4) Analisis hubungan antara perilaku konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Pasir Kecamatan Kota Lama Kota Kupang

Analisis hubungan antara perilaku mengkonsumsi kopi dengan kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang dapat dilihat pada Tabel 15

berikut ini:

Tabel   I5.  Hubungan antara perilaku konsumsi kopi dengan kejadian


hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan
Kota Lama Kota Kupang

Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
Konsumsi Kopi p-value OR (95% CI)
Jumla
Jumlah Persen Persen
h
Ya 26 51,0% 17 33,3% 2,080
Tidak 25 49,0% 34 66,7% 0,109 (0,934-4,630)
Total 51 100,0% 51 100,0%

Tabel 15 menunjukkan bahwa persentase responden pada kelompok kasus

yang mengkonsumsi kopi dan tidak mengkonsumsi kopi hampir sama, yaitu

masing-masing sebesar 51% dan 49%. Kecenderungan berbeda ditemukan pada

kelompok kontrol. Sebagian besar responden (66,7%) tidak memiliki perilaku

konsumsi kopi. Hasil uji statistik penelitian menunjukkan tidak ada hubungan

antara perilaku mengkonsumsi kopi dengan kejadian hipertensi pada responden

yang berobat di Puskesmas Pasir panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang,

61
dengan nilai p-value = 0,109 > α = 0,05. Nilai OR = 2,080 (95% CI = 0,934-

4,630).

5) Analisis antara perilaku konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang

Analisis hubungan antara perilaku mengkonsumsi alkohol dengan kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang dapat dilihat pada Tabel 16

berikut ini:

Tabel   I6.  Hubungan antara perilaku konsumsi alkohol dengan kejadian


hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan
Kota Lama Kota Kupang

Kejadian Hipertensi
Konsumsi Alkohol Kasus Kontrol p-value OR (95% CI)
Jumlah Persen Jumlah Persen
Ya 16 31,4% 7 13,7% 2,873
Tidak 35 68,6% 44 86,3% 0,058 (1,065-7,756)
Total 51 100,0% 51 100,0
%

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok

kasus kejadian hipertensi tidak memiliki perilaku mengkonsumsi alkohol sebesar

35 responden (68,6%). Sebaliknya, mayoritas responden pada kelompok kontrol

tidak memiliki perilaku mengkonsumsi alkohol sebesar 44 responden (86,3%).

Hasil uji statistik penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara perilaku

mengkonsumsi allkohol dengan kejadian hipertensi pada responden yang berobat

di Puskesmas Pasir Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, dengan

nilai p-value = 0,058> α = 0,05. Nilai OR = 2,873 (95% CI = 1,065-7,756). Hal

ini berarti, responden yang mengkonsumsi alkohol mempunyai peluang atau

62
berisiko mengalami hipertensi 2,873 kali dibandingkan responden yang tidak

mengkonsumsi alkohol.

4.2 Pembahasan
Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh

darah meningkat secara kronis. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja lebih

keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh.

Hipertensi yang tidak segera ditangani akan menimbulkan beberapa komplikasi

dan menjadi salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung,

gagal ginjal, diabetes, stroke (Kartika et al., 2020).

Hipertensi merupakan salah satu kejadian penyakit yang berhubungan

dengan gaya hidup. Hal ini dikarenakan adanya transisi epidemiologi masyarakat

yang telah mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit hipertensi menjadi

masalah utama dalam ranah kesehatan masyarakat di Indonesia dan dunia. Sekitar

80% kenaikan kasus hipertensi diperkirakan terjadi terutama terjadi di negara

berkembang pada tahun 2025; dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000.

Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar di tahun 2025 (Dewi,

2018).

4.2.1 Analisis Hubungan antara Variabel Perilaku Merokok dengan


Kejadian Hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota
Lama, Kota Kupang Tahun 2020
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku merokok

dengan kejadian hipertensi pada responden yang berobat di Puskesmas Pasir

Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Sebagian besar responden pada

kelompok kasus kejadian hipertensi memiliki perilaku merokok. Sebaliknya,

63
sebagian besar responden pada kelompok kontrol tidak memiliki perilaku

merokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh

Wijaya et al., (2020) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan

merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian Maulidiyah et al., (2018) juga

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kartika et al., (2020) juga

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok terhadap

kejadian hipertensi.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku merokok

merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada responden yang berobat di

Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Responden yang

merokok mempunyai peluang atau berisiko mengalami hipertensi sebesar 2,417

kali dibandingkan responden yang tidak merokok. Merokok merupakan suatu

aktivitas buruk yang sangat merugikan kesehatan. Merokok dapat menimbulkan

beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Studi autopsi menunjukkan

kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada

pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan hipertensi (Harahap, 2017).

Rokok mengandung ribuan zat kimia berbahaya bagi kesehatan tubuh,

diantaranya yaitu tar, nikotin, dan karbon monoksida. Zat-zat kimia tersebut yang

masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri

dan mengakibatkan proses ateroklerosis dan hipertensi (Harahap, 2017). Secara

khusus, nikotin yang bersifat toksin terhadap jaringan saraf yang menyebabkan

peningkatan tekanan darah baik sitolik maupun diastolik. Asap rokok yang

64
mengandung nikotin yang dapat menyebabkan rangsangan terhadap hormon

epinefrin (adrenalin) yang bersifat memacu peningkatan frekuensi denyut jantung,

tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama

jantung dan penyempitan pembuluh darah (Eriana et al., 2017). Selain itu, karbon

monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal

tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat dan peningkatan kebutuhan

oksigen karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang

cukup kedalam organ dan jaringan tubuh lainnya (Kartika et al., 2020).

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis rokok yang biasa di hisap

oleh responden yaitu rokok jenis filter. Rokok jenis nonfilter dan filter keduanya

dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi. Namun, seseorang yang

mempunyai kebiasaan merokok jenis nonfilter cenderung lebih berisiko

mengalami hipertensi dibandingkan yang menghisap rokok jenis filter. Rokok

jenis nonfilter, tidak disertai penyaringan pada pangkal batang rokok sehingga

potensi masuknya nikotin dan tar kedalam paru-paru lebih besar. Filter berfungsi

sebagai penyaring asap rokok yang akan dihisap sehingga tidak terlalu banyak

bahan kimia yang akan masuk sampai ke paru-paru (Gayatri, 2020).

Hasil penelitian menemukan bahwa dalam sehari responden dapat

menghabiskan rata-rata >11 batang/hari. Jumlah rata-rata batang rokok yang

dihisap dalam sehari merupakan salah satu indikator untuk menilai risiko tekanan

darah. Semakin banyak jumlah batang rokok yang dihisap dan lama seseorang

merokok, semakin besar risiko dapat mengalami peningkatan tekanan darah

(Kartika et al., 2020).

65
4.2.2 Analisis Hubungan antara Variabel Perilaku Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota
Lama, Kota Kupang Tahun 2020
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku aktivitas fisik

dengan kejadian hipertensi pada responden yang berobat di Puskesmas Pasir

Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Sebagian besar responden pada

kelompok kasus kejadian hipertensi memiliki perilaku aktivitas fisik buruk.

Sebaliknya, sebagian besar responden pada kelompok kontrol memiliki perilaku

aktivitas fisik baik. Jenis olahraga yang sering dilakukan yaitu squat jump, fitnes,

sit up, lari pagi, lari sore, main bola kaki, bola voli, dan senam. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Maulidiyah et al., (2018)

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara perilaku aktivitas fisik terhadap

kejadian hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh Khoiriyah (2019) juga

menunjukkan bahwa mayoritas responden yang tidak melakukan aktifitas fisik

juga mengalami hipertensi, dan sebaliknya hanya sebagian kecil (22,4%)

responden yang melakukan aktivitas fisik yang mengalami hipertensi. Hasil uji

statistik penelitian tersebut menunjukkan ada hubungan antara aktifitas fisik

dengan kejadian hipertensi (Khoiriyah, 2019).

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku aktivitas fisik merupakan

faktor risiko terjadinya hipertensi pada responden yang berobat di Puskesmas

Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Responden yang

beraktivitas fisik buruk mempunyai peluang atau berisiko mengalami hipertensi

sebesar 2,749 kali dibandingkan responden yang memiliki perilaku aktivitas fisik

baik.

66
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Seseorang

yang tidak aktif melakukan kegiatan olahraga cenderung mempunyai frekuensi

denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja

lebih keras lagi pada kontraksi (Ali et al., 2015). Semakin keras usaha otot jantung

dalam memompa darah, maka semakin besar pula tekanan darah yang dibebankan

pada dinding arteri sehingga tekanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan

darah (Wijaya et al., 2020).

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar responden memiliki

aktivitas fisik yang buruk. Alasan sebagian besar responden tidak melakukan

aktivitas fisik adalah tidak mempunyai waktu luang untuk berolahraga. Jikapun

memiliki waktu luang untuk melakukan aktivitas fisik (berolahraga), maka

aktivitas fisik hanya dapat dilakukan <30 menit per hari dan <3 kali per minggu.

Idealnya, aktivitas fisik disarankan untuk dilakukan selama ≥30 menit per hari dan

≥3 kali per minggu (Eriana et al., 2017). Orang dengan aktivitas fisik yang kurang

cenderung memiliki frekuensi nadi yang lebih tinggi, sehingga otot jantung

memompa darah lebih keras dan sering. Hal ini akan menyebabkan tekanan pada

dinding arteri semakin besar. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan

risiko kelebihan berat badan yang merupakan salah satu faktor risiko hipertensi

dan penyakit degeneratif lainnya (Wijaya et al., 2020).

4.2.3 Analisis Hubungan antara Variabel Perilaku Mengkonsumsi Garam


dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan
Kota Lama, Kota Kupang Tahun 2020
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku

mengkonsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada responden yang berobat di

67
puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Sebagian besar

responden pada kelompok kasus kejadian hipertensi memiliki perilaku konsumsi

garam tinggi. Sebaliknya, sebagian besar responden pada kelompok kontrol

memiliki perilaku konsumsi garam normal. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuni et al., (2020) menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian penyakit hipertensi.

Sebanyak 68 dari 114 responden (59,6%) yang memiliki kebiasaan konsumsi

natrium dalam penelitian tersebut menderita hipertensi. Selain itu, penelitian

Wijaya et al., (2020) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan

konsumsi garam dengan kejadian hipertensi.

Penelitian ini juga menunjukkan perilaku konsumsi garam merupakan

faktor risiko terjadinya hipertensi pada responden yang berobat di Puskesmas

Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Responden yang

mengkonsumsi garam tinggi mempunyai peluang atau berisiko mengalami

hipertensi sebesar 2,406 kali dibandingkan responden yang mengkonsumsi garam

normal.

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis

hipertensi. Terlalu sering mengkonsumsi makanan yang diawetkan,

mengkonsumsi garam berlebih serta penggunaan bumbu penyedap, seperti

monosodium glutamat (MSG) dalam jumlah yang tinggi dapat mengakibatkan

kenaikan tekanan darah karena banyaknya natrium yang terkandung dalam

makanan tersebut. Konsumsi natrium berlebih dapat menahan air (resistensi)

sehingga terjadi peningkatan jumlah volume darah, yang karena peningkatan

68
jumlah volume darah tersebut jantung harus bekerja lebih keras untuk

memompanya dan tekanan darah menjadi naik (Wahyuni et al., 2020).

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar responden

mengkonsumsi garam tinggi. Jenis garam yang sering digunakan responden pada

saat memasak yaitu garam biasa, dikarenakan letak rumah yang dekat dengan

pabrik garam. Responden yang mengkonsumsi garam tinggi juga mempunyai

kebiasaan makan makanan asin seperti ikan asin, dan makanan yang diawetkan

lainnya. Selain itu, ditemukan juga responden yang memilih mengkonsumsi

makanan siap saji karena praktis dan cepat di masak atau disajikan.

Makanan olahan atau makanan instan merupakan salah satu makanan yang

tinggi kandungan natriumnya. Asupan natrium secara berlebihan dan terus

menerus dapat menyebabkan gangguan keseimbangan natrium dalam darah

(Nugroho et al., 2019). Batasan asupan konsumsi garam yang dianjurkan

maksimal 6 gram per hari setara dengan 2.400 mg natrium. Risiko terjadinya

hipertensi bagi orang yang mengkonsumsi garam lebih dari 6 gram per hari 5–6

kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi garam dalam

jumlah yang rendah, yaitu kurang dari 3 gram per hari (Ratnasari et al., 2015).

4.2.4 Analisis Hubungan antara Variabel Perilaku Mengkonsumsi Kopi


dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan
Kota Lama, Kota Kupang Tahun 2020
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara perilaku

mengkonsumsi kopi dengan kejadian hipertensi pada responden yang berobat di

Puskesmas Pasir panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Nilai OR juga

menunjukkan bahwa perilaku mengkonsumsi kopi belum bisa disimpulkan

69
sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada responden yang berobat di

Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Jumlah

responden kelompok kasus yang mengkonsumsi dan tidak mengkomsumsi kopi

hampir sama. Sebaliknya, sebagian besar responden pada kelompok kontrol

memiliki perilaku tidak mengkonsumsi kopi. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Eriana et al., (2017) yang menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan kejadian penyakit hipertensi.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et al., (2020) juga

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan

kejadian hipertensi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Warni et al., (2020). Penelitian tersebut menunjukkan terdapat

hubungan perilaku konsumsi kopi dengan risiko terjadinya hipertensi. Sebagian

besar responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi dalam penelitian

tersebut mengalami hipertensi. Sebaliknya, hampir seluruh responden yang tidak

mengkonsumsi kopi, tidak mengalami hipertensi.

Hasil penelitian ini menemukan sebagian besar responden tidak

mengkonsumsi kopi. Adapun pada responden yang mengkonsumsi kopi, sebagian

besarnya tidak mengkonsumsi kopi secara rutin setiap hari. Kopi hanya

dikonsumsi ketika ada keinginan minum kopi dengan jumlah dan frekuensi

kurang dari 2 gelas dalam sehari. Tepung kopi yang digunakan untuk segelas kopi

yaitu <1 sendok kopi. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maulidiyah et

al., (2018) menyatakan bahwa kebiasaan minum kopi 2-3 cangkir perhari terbukti

70
meningkatkan risiko hipertensi sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibandingkan

kebiasaan tidak meminum kopi.

Kopi dapat memberikan efek kebugaran dan kesegaran bagi badan yang

lemah, dan rasa kantuk menjadi hilang setelah meminum kopi panas. Namun,

konsumsi kopi lebih dari dua cangkir perhari menyebabkan vasokontriksi atau

menyempitnya pembuluh darah karena efek kafein yang memblokir adenosin serta

meningkatkan produksi hormon adrenalin. Makin sempitnya pembuluh darah

maka makin tinggi tahanan terhadap aliran darah sehingga akan mengakibatkan

makin meningkatnya tekanan darah (Warni et al., 2020).

4.2.5 Analisis Hubungan antara Variabel Perilaku Mengkonsumsi Alkohol


dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan
Kota Lama, Kota Kupang Tahun 2020
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara perilaku

mengkonsumsi allkohol dengan kejadian hipertensi pada responden yang berobat

di Puskesmas Pasir Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang.

Mayoritas responden penelitian tidak mengkonsumsi alkohol. Sebagian kecil

responden mengkonsumsi alkohol, namun tidak mengkonsumsi setiap hari dengan

jumlah ≥30 ml dalam sehari. Sebagian besar responden pada kelompok kasus

kejadian hipertensi tidak memiliki perilaku mengkonsumsi alkohol.

Kecenderungan yang sama juga ditunjukkan pada kelompok kontrol, dimana

mayoritas responden tidak memiliki perilaku mengkonsumsi alkohol.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Harahap, (2017) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara

konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Faktor lain diduga mempengaruhi

71
kejadian hipertensi pada responden yang berobat di Puskesmas Pasir Pasir

Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Mekanisme peningkatan tekanan

darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar

kortisol, dan peningkatan volume sel darah, serta kekentalan darah berperan

dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan

langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan

bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol

sekitar dua gelas ukuran standar setiap harinya (Harahap, 2017).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh

Grace et al., (2018) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

mengkonsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh Sarumaha & Diana (2018) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Sebagian besar responden

(69,4%) yang mengkonsumsi alkohol dalam penelitian tersebut mengalami

hipertensi, dan yang tidak mengkonsumsi alkohol tidak mengalami hipertensi.

Meskipun tidak berhubungan, nilai OR dalam penelitian ini menunjukkan

perilaku konsumsi alkohol merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada

responden yang berobat di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama,

Kota Kupang. Responden yang mengkonsumsi alkohol mempunyai peluang atau

berisiko mengalami hipertensi sebesar 2,873 kali dibandingkan responden yang

tidak mengkonsumsi alkohol. Alkohol merupakan salah satu faktor risiko

hipertensi karena alkohol memiliki efek yang sama dengan karbondioksida yang

dapat meningkatkan keasaman darah, sehingga darah menjadi kental dan

72
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tingi (Grace

et al., 2018).

Alkohol merupakan zat yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan

mental. Alkohol dapat menimbulkan rasa santai dan senang, namun dapat

berakibat masalah kesehatan yang serius. Konsumsi alkohol dalam jangka pendek

dapat menyebabkan mabuk dan keracunan. Konsumsi minuman alkohol secara

berlebih akan berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang. Konsumsi dalam

jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan biologis parah dan kemunduran

fungsi-fungsi memori karena bagian otak mengalami banyak kerusakan (Wardah

et al., 2013).

4.3 Keterbatasan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian observasional analitik dengan rancangan case control, yang faktor

ditanyakan pada waktu atau masa lampau, sehingga informasi yang diperoleh dari

responden kurang lengkap tentang kejadian yang terjadi di masa lampau.

Kesulitan dalam berkomunikasi dengan beberapa responden kasus karena letak

rumah sulit dijangkau.

73
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan

di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1 Ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian hipertensi di

Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang.

5.1.2 Ada hubungan antara perilaku aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di

Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang.

5.1.3 Ada hubungan antara perilaku mengkonsumsi garam dengan kejadian

hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota

Kupang.

5.1.4 Tidak ada hubungan antara perilaku mengkonsumsi kopi dengan kejadian

hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kota

Kupang.

5.1.5 Tidak ada hubungan antara perilaku mengkonsumsi alkohol dengan

kejadian hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama,

Kota Kupang.

74
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat

Masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan agar timbul suatu

pemahaman bahwa penyakit hipertensi adalah suatu penyakit yang tidak bisa

disembuhkan tapi dapat dikontrol dengan pola/gaya hidup sehat yang harus

dijalani seumur hidup supaya terhindar dari risiko komplikasi. Diharapkan

masyarakat timbul kesadaran dan pola hidup sehat di sepanjang hidupnya dan

menjadikannya sebagai suatu keharusan yang tidak memberatkan serta

menghindari kebiasaan merokok, melakukan aktivitas fisik secara teratur, tidak

mengkonsumsi garam, kopi, dan alkohol.

5.2.2 Bagi Puskesmas

Tenaga kesehatan di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama,

Kota Kupang dapat memberikan informasi terkait penyakit hipertensi kepada

masyarakat. Perawat dapat memberikan arahan dan anjuran kepada penderita

hipertensi untuk dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan

melakukan pola hidup sehat.

5.2.3 Bagi Peneliti Lain

Diharapkan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut

untuk memperhatikan kembali variabel penelitian yang akan digunakan seperti

perilaku konsumsi kopi dan konsumsi alkohol, karena berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti tidak ada hubungan antara perilaku konsumsi kopi

dan alkohol dengan kejadian hipertensi sebab sebagian besar responden yang

ditemukan peneliti tidak mempunyai perilaku mengkonsumsi kopi dan alkohol.

Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis

75
penelitian atau desain penelitian yang berbeda dengan variabel lain seperti

konsumsi makanan berlemak, obesitas, dan stres yang dapat memicu terjadinya

penyakit hipertensi.

76
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, I. M. S., Faridi, A., & Budiastutik, I. (2021). Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jawa Tengah: Yayasan Kita Menulis.
Adliyani, Z. O. N. (2015). Pengaruh Perilaku Individu Terhadap Hidup Sehat.
Majority |, 4, 109–111.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download
Ali, M. H., Asih, S. W., & Shodikin, M. (2015). Hubungan Gaya Hidup Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Slawu Kecamatan Patrang
Kabupaten Jember. 9. http://repository.unmuhjember.ac.id/id/eprint/933
Aprillia, Y. (2020). Gaya Hidup Dan Pola Makan Terhadap Kejadian Hipertensi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9, 1045. https://doi.org/10.35816/
jiskh.v10i2.459
Artiyaningrum, B., & Nurkhalida. (2015). Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Yang
Melakukan Pemeriksaan Rutin Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
Tahun 2014. Skripsi, 37–39.http://lib.unnes.ac.id/20420/1/6411410092-S.pdf
Dewi, D. A. N. N. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas. Jawa Tengah: Citations.
Dewi, S. R. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. M Dengan Kasus
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Jurang Ombo Kota Magelang
[Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang]. In Skripsi. http://repository.polt
ekkes-smg.ac.id/repository/087_Suci Restia Dewi.pdf
Dinkes Kota Kupang. (2017). Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun 2017. Dinas
Kesehatan Kota Kupang. https://dinkes-kotakupang.web.id/bank-data/
category/1-profil-kesehatan.html?download=27:profil-kesehatan-kota-
kupang-tahun-2017
Dinkes Kota Kupang. (2018). Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun 2018. Dinas
Kesehatan Kota Kupang. https://dinkes-kotakupang.web.id/bank-data/
category/1-profil-kesehatan.html?download=36:profil-kesehatan-tahun-2018
Dinkes Kota Kupang. (2019). Profil Dinas Kesehatan Kota Kupang Tahun 2019.
Dinas Kesehatan Kota Kupang.

77
Dinkes Kota Kupang. (2020). Profil Dinas Kesehatan Kota Kupang Tahun 2020.
Dinas Kesehatan Kota Kupang.
Dinkes NTT. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2017. Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://dinkes.nttprov.go.id/index.php/
publikasi/publikasi-data-dan-informasi%3Fdownload%3D14:profil-kesh-ntt-
2017
Dinkes NTT. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Tahun 2018.
Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://dinkes.nttprov.go.id/index.php/
publikasi/publikasi-data-dan-informasi%3Fdownload%3D17:profil-
kesehatan-tahun-2018
Dinkes NTT. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Tahun 2019.
Profil Kesehatan NTT Tahun 2019, 121.
Eriana, I., Lisnawati, Notoatmodjo, Sriani, Quarino, Suiraoka, & Pusparani.
(2017). Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pegawai
Negeri Sipil UIN Alauddin Makassar Tahun 2017. Makassar: UIN Alauddin.
Skripsi, 1, 3, 18–22, 69, 72. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/11505/1/Ina
Eriana.pdf
Gayatri, S. (2020). Kajian Literatur: Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan
Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/
Grace, T. G., Kalesaran, A. F. C., Kaunang, W. P. J., Kesehatan, F., Universitas,
M., & Ratulangi, S. (2018). Hubungan Antara Konsumsi Alkohol Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Kolongan
Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. 7(5). https://ejournal.unsra
t.ac.id/index.php/kesmas/article/view/22526
Harahap, R. A. (2017). Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Merokok, Dan Konsumsi
Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa Awal Di
Wilayah Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017. Medan: [Universitas Sumat
era Utara]. In Thesis. http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1006

78
Hastuti, A. P. (2019). Hipertensi. Jawa Tengah: Lakeisha.
Ismah, Z. (2018). Dasar Epidemiologi. http://repository.uinsu.ac.id/5523/1/
DIKTAT DASAR EPID.PDF
Kartika, M., Subakir, & Mirsiyanto, E. (2020). Faktor-faktoir Risiko Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota
Sungai Penuh Tahun 2020. Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 2–3. https://online-
journal.unja.ac.id/jkmj/article/view/12396
Kemenkes RI. (2013). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.
http://p2ptm.kemkes.go.id
Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Riskesdas 2018, 159.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://dinkes.kal
barprov.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Laporan-Riskesdas-2018-
Nasional.pdf
Khoiriyah, I. (2019). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Pekerja Di Pasar Beringharjo Yogyakarta. Yogyakarta: Naskah Publikasi, 3.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib2.un
isayogya.ac.id
Lapau, B. (2015). Metodologi Penelitian Kebidanan: Panduan Protokol dan
Laporan Hasil Penelitian (1st ed.). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia. https://books.google.co.id/books?id=-
x9IDAAAQBAJ&pg=PA270&dq=Interpretasi+nilai+Odds+ratio&hl=id
Maulidia, R., & Harti. (2021). Preferensi Gaya Hidup dan Kelompok Referensi
Terhadap Keputusan Memilih Merek Makanan Fast Food di Surabaya.
Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN), 9(2), 1300. https://www.google.com/
url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/
jptn/article/download
Maulidiyah, F., Ayu, & Khotimah. (2018). Analisis Faktor Yang Berkontribusi
Terhadap Risiko Hipertensi Pada Mahasiswa Unuversitas Airlangga
Surabaya. Skripsi, 25–26, 32–33. http://repository.unair.ac.id/84818/4/full
text.pdf
Memah, M., Kandou, G. D., & Nelwan, J. E. (2019). Hubungan Antara Kebiasaan

79
Merokok Dan Konsumsi Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas
Kombi Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa. Manado: Jurnal KESMAS,
8(1), 72. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/23953
Nugroho, K. P. A., Sanubari, T. P. E., Rumondor, J. M., Agnesia, Suzana, Arif,
Sony, Sitomorang, Choong, Syahrini, & Andi. (2019). Faktor Risiko
Penyebab Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Lor
Kota Salatiga. Jawa Tengah: Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 32–33, 38.
http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/download/326/276
Puskesmas Pasir Panjang. (2020). Profil Kesehatan Puskesmas Pasir Panjang
Tahun 2020. Puskesmas Pasir Panjang.
Rahmawati, M. (2014). Grade II Hypertension In Elderly. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, 2, 53. https://juke.kedokteran.unila.ac.id
Ratnasari, D., Maryanto, S., Paundrianagari, M. D., Petter, & Lani. (2015).
Hubungan Kebiasaan Konsumsi Ikan Pindang Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Lansia Usia 55-64 Tahun Di Dusun Madak Desa Candikmalaya
Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Gizi Dan Kesehatan,
7(15), 184. http://ejournalnwu.ac.id/unggahartikel/84fc6bbbcccb887a13fe96
3ad198de7f.pdf
Saputra, O., & Anam, K. (2016). Gaya Hidup sebagai Faktor Risiko Hipertensi
pada Masyarakat Pesisir Pantai. Lampung: Majority, 5, 1. http://juke.kedokte
ran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1047
Saraswati, S. K., Rahmaningrum, F. D., Pahsya, M. N. Z., Wulansari, A.,
Ristantya, A. R., Sinabutar, B. M., Pakpahan, E., & Nandini, N. (2021).
Literature Review: Faktor Risiko Penyebab Obesitas. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 21–73. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/
article/download
Sarumaha, E. K., & Diana, V. E. (2018). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada
Usia Dewasa Muda Di UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam
Kabupaten Nias selatan. Medan: Depertemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia. Jurnal Kesehatan Global, 1(2), 5. http://

80
ejournal.helvetia.ac.id
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&T (ke-24).
Bandung: Alfabeta.
Susanti, N. (2019). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. http://
repository.uinsu.ac.id./8753/1/DIKTAT EPTM dr.NOFI SUSANTI2C
M.Kes.pdf
Tarigan, A. R., Lubis, Z., Syarifah, Adib, & Indrayani. (2018). Pengaruh
Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di
Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. JURNAL KESEHATAN,
11(1), 10. https://www.researchgate.net/publication/328023861.pdf
Wahyuni, Yusran, S., & Harleli. (2020). Hubungan Pola Makan dan Gaya Hidup
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani Di Wilayah Kerja Puskesmas
Basala Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2020. Kendari: Jurnal Gizi Dan
Kesehatan Indonesia, 1(2), 69–70.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/gikes/article/view/17324
Wardah, F. R., Surjaningrum, E. R., Davidson, Neale, & Kring. (2013). Pengaruh
Ekspektansi Pada Minuman Beralkohol Terhadap Konsumsi Minuman
Beralkohol. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 02(02), 97.
http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpkkdb347c7f7ffull.pdf
Warni, H., Sari, N. N., & Agata, A. (2020). Perilaku Konsumsi Kopi dengan
Resiko Terjadinya Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI),
1(1), 3–4. http://www.jurnal.umitra.ac.id/index.php/JIKSI/article/view/329
WHO. (2019). Infodatin Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://dinkes-
kotakupang.web.id/bank-data/category/1-profil-kesehatan.html
%3Fdownload%3D36:profil-kesehatan-tahun-2018
Wijaya, I., Kurniawan, R. N., & Haris, H. (2020). Hubungan Gaya Hidup Dan
Pola Makan Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Towata Kabupaten Takalar. 3(1). Makassar: MPPKI. http://repository.unmu
hjember.ac.id/id/eprint/933

81
Lampiran 1. Lembar penjelasan kuesioner

82
Lampiran 2. Lembar persetujuan responden

83
Lampiran 3. Kuesioner penelitian

84
85
86
87
Lampiran 4. Master tabel responden yang berumur ≥18-49 tahun di
Puskesmas Pasir Panjang Kecamatan Kota Lama Kota Kupang Tahun 2020
Jenis Kejadian
Umu Kelami Alama Hipertens Meroko Aktivita Konsums Konsums Konsums
N0 Nama r n t i k s Fisik i Garam i Kopi i Alkohol
1 AK 29 1 1 2 2 1 1 2 1
2 JJK 18 2 2 2 2 1 1 2 2
MGP
3 T 47 2 4 2 1 2 1 1 2
4 SA 40 2 3 1 2 1 2 1 2
5 MS 29 2 1 2 2 1 1 2 2
6 EG 48 2 1 1 2 2 2 2 2
7 EF 19 2 2 2 1 1 2 2 2
8 YST 30 2 4 1 2 2 2 2 2
9 EH 29 1 1 1 1 2 2 2 2
10 LT 35 1 3 1 1 1 1 1 1
11 R 25 2 5 1 2 2 1 2 2
12 MB 40 2 1 1 2 1 1 1 2
13 NJ 24 1 3 2 2 1 2 2 1
14 HK 28 2 5 1 2 1 2 2 2
15 LMA 38 2 1 1 2 2 2 2 2
16 SS 19 2 5 2 1 2 2 2 2
17 YN 18 2 2 1 2 2 2 1 2
18 M 38 2 1 2 1 2 2 2 2
19 F 41 2 1 2 2 2 2 1 2
20 TJ 45 1 4 2 1 2 2 1 2
21 MR 37 2 2 2 2 2 2 1 2
22 DA 23 2 1 2 2 1 2 1 2
23 MM 27 2 5 2 2 1 2 2 2
24 NH 26 2 5 2 2 1 2 2 2
25 MA 25 1 3 2 1 2 1 2 2
26 SN 32 2 1 2 2 2 2 2 2
27 AYO 49 1 5 2 1 2 2 2 2
28 NN 47 1 4 2 1 2 2 2 2
29 A 32 2 1 2 1 2 2 2 2
30 LD 23 2 3 1 1 1 2 1 2
31 NEL 42 1 5 1 1 2 2 1 1
32 MS 27 1 3 1 1 1 1 1 1
33 FB 49 1 5 1 1 2 1 2 1
34 RM 32 1 3 2 1 1 1 2 2
35 YN 29 2 1 2 2 1 2 2 2
36 FM 26 2 1 2 2 1 1 2 2
37 CN 22 2 5 2 2 2 2 2 2
38 AF 32 2 4 2 1 2 2 2 2

88
39 SMN 49 2 1 2 1 1 1 2 2
40 S 28 2 1 1 2 1 2 2 2
41 MFA 27 2 1 2 2 1 2 1 2
42 MW 20 2 4 1 1 2 1 2 2
43 BJ 25 1 2 1 2 1 2 2 2
44 YM 46 1 4 1 2 2 2 2 2
45 EP 34 2 1 2 2 1 2 2 2
46 BA 22 2 1 2 1 1 1 2 2
47 ST 23 2 1 1 2 1 1 1 2
48 DL 29 2 2 2 2 1 1 2 2
49 AP 47 2 2 2 2 2 2 2 2
50 YJD 45 1 1 1 1 2 2 1 1
51 SF 48 2 4 1 2 2 2 2 2
52 FSP 41 1 4 1 1 1 2 1 1
53 DF 19 2 4 1 1 1 1 1 1
54 JT 27 1 2 2 1 2 1 1 2
55 AT 27 2 4 2 1 1 1 1 2
56 PK 21 1 1 2 1 2 2 2 1
57 IM 44 2 2 1 1 1 1 1 2
58 B 39 1 3 1 1 1 1 2 1
59 A 32 1 2 2 1 2 1 2 1
60 VB 30 2 1 2 2 1 1 1 2
61 FN 30 2 2 2 2 2 2 2 2
62 D 33 1 5 1 1 1 1 1 2
63 EL 35 2 1 1 2 2 1 2 2
64 DK 27 2 1 1 1 1 1 2 2
65 V 24 1 3 2 2 2 1 1 1
66 MM 39 2 2 2 2 1 2 2 2
67 AM 42 1 5 2 2 2 2 1 2
68 YT 47 1 2 1 1 2 1 1 2
69 FL 28 2 4 1 1 1 1 1 2
70 AT 24 2 4 1 1 1 1 2 2
71 ID 38 2 4 1 1 1 1 1 2
72 N 30 2 3 2 2 2 1 2 2
73 BM 46 1 5 2 1 2 1 1 2
74 MBK 45 1 5 2 1 1 1 1 1
75 MM 20 2 1 1 1 2 1 1 2
76 WA 42 2 1 1 2 2 2 2 2
77 E 27 1 2 2 1 2 2 2 2
78 Y 27 2 1 2 2 1 1 2 2
79 PS 27 1 1 2 1 2 2 1 2
80 AB 28 1 4 2 2 1 2 2 2

89
81 ENB 31 2 1 1 2 2 1 1 2
82 RL 22 2 2 1 1 1 1 2 2
83 RT 23 1 2 1 1 2 2 1 1
84 YW 32 2 3 1 1 1 1 2 2
85 YB 30 1 3 1 1 1 2 1 2
86 LS 43 2 3 1 2 1 1 2 2
87 YT 43 1 2 1 1 1 1 1 1
88 RT 25 1 4 1 1 1 1 1 1
89 IL 43 2 2 2 2 1 1 2 2
90 YRK 40 1 1 2 2 2 1 1 2
91 JT 45 1 5 1 1 1 1 1 1
92 ADO 21 2 4 1 1 1 1 2 2
93 MB 21 2 2 2 2 1 2 1 2
94 LBT 44 1 1 1 1 1 2 2 1
95 OWH 36 1 3 1 1 1 1 1 1
96 AN 30 2 5 1 1 2 1 2 2
97 YRW 25 1 3 1 1 1 1 1 1
98 YTR 29 1 3 1 2 1 2 2 2
99 KA 35 1 3 2 1 1 1 1 1
10
0 MT 36 1 5 1 1 1 1 1 1
10
1 MTD 23 2 3 2 2 1 2 2 2
10
2 AD 23 2 1 1 1 1 1 2 2

90
Lampiran 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Validity Statistick
butir butir butir butir butir butir butir butir butir butir butir skor
soal 1 soal 2 soal 3 soal 4 soal 5 soal 6 soal 7 soal 8 soal 9 soal 10 soal 11 total
butir Pearson Correlation 1 .882** .350 .642** .436 .286 .150 -.089 .350 .350 .350 .761**
soal 1
Sig. (2-tailed) .000 .130 .002 .054 .222 .527 .709 .130 .130 .130 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .882 **
1 .397 .728 **
.577 **
.378 .132 .000 .397 .397 .397 .862**
soal 2 Sig. (2-tailed) .000 .083 .000 .008 .100 .578 1.000 .083 .083 .083 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .350 .397 1 .546 *
.229 .350 .053 .281 -.053 -.053 -.053 .538*
soal 3 Sig. (2-tailed) .130 .083 .013 .331 .130 .826 .230 .826 .826 .826 .014
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .642** .728** .546* 1 .420 .336 .096 -.057 -.096 -.096 -.096 .654**
soal 4 Sig. (2-tailed) .002 .000 .013 .065 .147 .686 .811 .686 .686 .686 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .436 .577** .229 .420 1 .655** .229 .204 .229 .229 .229 .782**
soal 5 Sig. (2-tailed) .054 .008 .331 .065 .002 .331 .388 .331 .331 .331 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .286 .378 .350 .336 .655 **
1 .150 .134 .350 .350 .350 .709**
soal 6 Sig. (2-tailed) .222 .100 .130 .147 .002 .527 .574 .130 .130 .130 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .150 .132 .053 .096 .229 .150 1 -.281 .053 .053 .053 .114
soal 7 Sig. (2-tailed) .527 .578 .826 .686 .331 .527 .230 .826 .826 .826 .632
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation -.089 .000 .281 -.057 .204 .134 -.281 1 -.187 -.187 -.187 .271
soal 8 Sig. (2-tailed) .709 1.000 .230 .811 .388 .574 .230 .429 .429 .429 .248
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .350 .397 -.053 -.096 .229 .350 .053 -.187 1 1.000** 1.000** .430
soal 9 Sig. (2-tailed) .130 .083 .826 .686 .331 .130 .826 .429 .000 .000 .059
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .350 .397 -.053 -.096 .229 .350 .053 -.187 1.000 **
1 1.000 **
.430
soal 10 Sig. (2-tailed) .130 .083 .826 .686 .331 .130 .826 .429 .000 .000 .059
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
butir Pearson Correlation .350 .397 -.053 -.096 .229 .350 .053 -.187 1.000 **
1.000 **
1 .430
soal 11 Sig. (2-tailed) .130 .083 .826 .686 .331 .130 .826 .429 .000 .000 .059
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
skor Pearson Correlation .761 **
.862 **
.538 *
.654 **
.782 **
.709 **
.114 .271 .430 .430 .430 1
total
Sig. (2-tailed) .000 .000 .014 .002 .000 .000 .632 .248 .059 .059 .059
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

91
Tabel Rangkuman Hasil Uji Validitas

No Butir R Hitung R Tabel Interpretasi


1 0,761 0,444 Valid
2 0,862 0,444 Valid
3 0,538 0,444 Valid
4 0,654 0,444 Valid
5 0,782 0,444 Valid
6 0,709 0,444 Valid
7 0,114 0,444 Tidak valid
8 0,271 0,444 Tidak valid
9 0,430 0,444 Tidak valid
10 0,430 0,444 Tidak valid
11 0,430 0,444 Tidalk valid

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.841 6

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
butir soal 1 8.75 2.408 .685 .801
butir soal 2 8.70 2.326 .816 .772
butir soal 3 8.50 3.211 .460 .846
butir soal 4 8.60 2.674 .685 .805
butir soal 5 8.95 2.366 .634 .815
butir soal 6 8.75 2.618 .519 .837

92
Lampiran 6. Hasil analisis penelitian
Frequencies
Statistics

SkorPointPerilak SkorPointAktivita SkorPointKonsu SkorPointKonsu SkorPointKonsu


uMerokok sFisik msiGaram msiKopi msiAlkohol

N Valid 102 102 102 102 102

Missing 0 0 0 0 0

Mean 13.55 5.42 10.25 6.39 5.53

Alamat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kelurahan Pasir Panjang 32 31.4 31.4 31.4

Kelurahan Nefonaek 19 18.6 18.6 50.0

Kelurahan Toda Kisar 18 17.6 17.6 67.6

Kelurahan Fatubesi 17 16.7 16.7 84.3

Kelurahan Oeba 16 15.7 15.7 100.0

Total 102 100.0 100.0

Jenis Kelamin Kejadian Hipertensi

Valid Cumulativ Percen Valid Cumulative


Frequency Percent Percent e Percent Frequency t Percent Percent

Valid Laki-laki 41 40.2 40.2 40.2 Valid Kasus 51 50.0 50.0 50.0

Perempuan 61 59.8 59.8 100.0 Kontrol 51 50.0 50.0 100.0

Total 102 100.0 100.0 Total 102 100.0 100.0

93
Aktivitas Fisik
Merokok
Valid Cumulative
Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent
Frequency Percent Percent Percent
Valid Buruk 62 60.8 60.8 60.8
Valid Ya 55 53.9 53.9 53.9
Baik 40 39.2 39.2 100.0
Tidak 47 46.1 47.1 100.0
Total 102 100.0 100.0
Total 102 100.0 100.0

Konsumsi Kopi
Konsumsi Garam
Valid Cumulative
Valid Cumulativ
Frequency Percent Percent Percent
Frequency Percent Percent e Percent
Valid Ya 43 42.2 42.2 42.2
Valid Tinggi 53 52.0 52.0 52.0
Tidak 59 57.8 57.8 100.0
Normal 49 48.0 48.0 100.0
Total 102 100.0 100.0
Total 102 100.0 100.0

Konsumsi Alkohol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 23 22.5 22.5 22.5

Tidak 79 77.5 77.5 100.0

Total 102 100.0 100.0

Crosstabs

94
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Merokok * Kejadian Hipertensi 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%

Aktivitas Fisik * Kejadian


102 100.0% 0 .0% 102 100.0%
Hipertensi

Konsumsi Garam * Kejadian


102 100.0% 0 .0% 102 100.0%
Hipertensi

Konsumsi Alkohol * Kejadian


102 100.0% 0 .0% 102 100.0%
Hipertensi

Konsumsi Kopi * Kejadian


102 100.0% 0 .0% 102 100.0%
Hipertensi

Jenis Kelamin * Kejadian


102 100.0% 0 .0% 102 100.0%
Hipertensi

Alamat * Kejadian Hipertensi 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%

Merokok * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol Total

Merokok Ya Count 33 22 55

% within Merokok 60.0% 40.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 64.7% 43.1% 53.9%

Tidak Count 18 29 47

% within Merokok 38.3% 60.4% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 35.3% 56.9% 46.1%

Total Count 51 51 102

% within Merokok 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

95
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.774a 1 .029

Continuity Correctionb 3.946 1 .047

Likelihood Ratio 4.813 1 .028

Fisher's Exact Test .046 .023

Linear-by-Linear Association 4.728 1 .030

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Merokok (Ya /


2.417 1.088 5.368
Tidak)

For cohort Kejadian


1.567 1.027 2.390
Hipertensi = Kasus

For cohort Kejadian


.648 .437 .962
Hipertensi = Kontrol

N of Valid Cases 102

Aktivitas Fisik * Kejadian Hipertensi
Crosstab

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol Total

Aktivitas Fisik Buruk Count 37 25 62

% within Aktivitas Fisik 59.7% 40.3% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 72.5% 49.0% 60.8%

Baik Count 14 26 40

% within Aktivitas Fisik 35.0% 65.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 27.5% 51.0% 39.2%

96
Total Count 51 51 102

% within Aktivitas Fisik 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.923a 1 .015

Continuity Correctionb 4.977 1 .026

Likelihood Ratio 5.993 1 .014

Fisher's Exact Test .025 .013

Linear-by-Linear Association 5.865 1 .015

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Aktivitas Fisik


2.749 1.205 6.268
(Buruk / Baik)

For cohort Kejadian


1.705 1.066 2.726
Hipertensi = Kasus

For cohort Kejadian


.620 .425 .906
Hipertensi = Kontrol

N of Valid Cases 102

97
Konsumsi Garam * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol Total

Konsumsi Garam Tinggi Count 32 21 53

% within Konsumsi Garam 60.4% 39.6% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 62.7% 41.2% 52.0%

Normal Count 19 30 49

% within Konsumsi Garam 38.8% 61.2% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 37.3% 58.8% 48.0%

Total Count 51 51 102

% within Konsumsi Garam 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.752a 1 .029
Continuity Correctionb 3.928 1 .047
Likelihood Ratio 4.790 1 .029
Fisher's Exact Test .047 .023
Linear-by-Linear Association 4.706 1 .030
N of Valid Cases b
102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Konsumsi
2.406 1.086 5.332
Garam (Tinggi / Normal)
For cohort Kejadian
1.557 1.029 2.356
Hipertensi = Kasus
For cohort Kejadian
.647 .434 .966
Hipertensi = Kontrol
N of Valid Cases 102

98
Konsumsi Kopi * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol Total

Konsumsi Kopi Ya Count 26 17 43

% within Konsumsi Kopi 60.5% 39.5% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 51.0% 33.3% 42.2%

Tidak Count 25 34 59

% within Konsumsi Kopi 42.4% 57.6% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 49.0% 66.7% 57.8%

Total Count 51 51 102

% within Konsumsi Kopi 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 3.257a 1 .071

Continuity Correctionb 2.573 1 .109

Likelihood Ratio 3.276 1 .070

Fisher's Exact Test .108 .054

Linear-by-Linear Association 3.225 1 .073

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,50.

b. Computed only for a 2x2 table

99
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Konsumsi


2.080 .934 4.630
Kopi (Ya / Tidak)

For cohort Kejadian


1.427 .937 2.094
Hipertensi = Kasus

For cohort Kejadian


.686 .446 1.054
Hipertensi = Kontrol

N of Valid Cases 102

Konsumsi Alkohol * Kejadian Hipertensi
Crosstab

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol Total

Konsumsi Alkohol Ya Count 16 7 23

% within Konsumsi Alkohol 69.6% 30.4% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 31.4% 13.7% 22.5%

Tidak Count 35 44 79

% within Konsumsi Alkohol 44.3% 55.7% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 68.6% 86.3% 77.5%

Total Count 51 51 102

% within Konsumsi Alkohol 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

100
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.547a 1 .033

Continuity Correctionb 3.593 1 .058

Likelihood Ratio 4.645 1 .031

Fisher's Exact Test .057 .028

Linear-by-Linear Association 4.502 1 .034

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Konsumsi


2.873 1.065 7.756
Alkohol (Ya / Tidak)

For cohort Kejadian


1.570 1.089 2.265
Hipertensi = Kasus

For cohort Kejadian


.546 .286 1.045
Hipertensi = Kontrol

N of Valid Cases 102

101
Lampiran 7. Lembar dokumentasi penelitian

Foto bersama responden pada saat wawancara


kuesioner

102
Lampiran 8. Sertifikat keterangan kaji etik

103
Lampran 9. Surat ijin mohon penelitian

104
Lampiran 10. Surat persetujuan melakukan penelitian di Puskesmas Pasir
panjang

105
Lampiran 11. Surat keterangan selesai penelitian dari Puskesmas Pasir
Panjang

106
Lampiran 12. Surat keterangan selesai penelitian dari Dinas Kesehatan Kota
Kupang

107

Anda mungkin juga menyukai