Anda di halaman 1dari 25

MODUL 5

PEMELIHARAAN FASILITAS DAN


PENANGANAN BAHAN

DISUSUN OLEH :
SANDRIMI BETTY
(2001080046)

MATA KULIAH MANAJEMEN PRODUKSI


PEMELIHARAAN FASILITAS
Dua fungsi pelayanan penting dalam kegiatan produksi adalah
pemeliharaan (maintenance) dan penanganan bahan (material
handling). Pemeliharaan yang
baik menjamin bahwaf asilitas-fasilitas produksi akan dapat
beroperasi secara efektif. Hal ini dihasilkan dari suatu kombinasi
pemeliharaan preventif yang mengantisipasi daya pakai mesin-mesin
dan perbaikan kerusakan, bila produktif dan tenaga kerja menganggur
dapat diminimumkan.

Berbagai sistem penanganan bahan juga esensial bagi produksi


efektif. Apakah bahan-bahan dipindahkan dengan truk pengangkut
bahan, atau sistem ban berjalan kompleks yang dikendalikan
komputer. Kegiatan utama adalah mengoordinasi perpindahan atau
pergerakan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi dari
satu fasilitas kefasilitas lain agar bahan dapat tersedia pada waktu
yang tepat dan dalam kuantitas yang tepat.
A. Pemeliharaan Sebagai Masalah
Rehabilit Asisistem
Kegiatan pemeliharaan yang cenderung untuk memperbaiki rehabilitasi sistem
termasuk dua kategori kebijakan pokok yang dapat diperinci sebagai berikut:
1. Kebijakan yang cenderung untuk mengurangi frekuensi kerusakan-
kerusakan.
a. Pemeliharaanpreventif(termasukpemeliharaankondisional).
b. Seimplikasi operasi.
c. Penggantianawal.
d. Perancangan reliabilitas kedalam komponen-komponen sistem.
e. Instruksi yang tepat kepada para operator.
2. Kebijakan yang cenderung untuk mengurangi akibat kerusakan-
kerusakan:
a. Percepatan pelaksanaan reparasi (yaitu, meningkatkan jumlah
tenagareparasi).
b. Mempermudah tugas reparasi (yaitu, desain “modular” peralatan)
c. Penyediaan keluaran alternatif selama waktu reparasi (yaitu, peralatan
cadangan).
B. Analisis Antrian Dalam
Pemeliharaan Preventif
Kita sering menghadapi kesulitan untuk
mendapatkan bukti mengenai manfaat pemeliharaan
preventif paling tidak melalui rumusan-rumusan
matematika karena prosesnya terlalu kompleks. Analisis
garis tunggu dengan model-model antrian dan simulasi
sering dapat digunakan dalam kasus-kasus seperti ini.
Berbagai kebijakan dan hubungan biaya dapat dievaluasi
untuk mengetahui kombinasi mana akan menghasilka
biaya paling rendah. Contoh-contoh metode ini disajikan
dalam metode kuantitatif.
C. Pelaksanaan Versus “Pembelian” Pemeliharaan
Secara normal para karyawan suatu organisasi dalam departemen
memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan reparasi dari hari ke hari kecuali bila
diperlukan tingkat kemampuan teknikal sangat tinggi dan
kebutuhan-kebutuhan adalah “tidak biasa”. Sebagai contoh,
banyak perusahaan tidak mereparasi telepon atau komputer atau
elevato rsendiri. Begitu juga, hampir semua perusahaan sekarang
sering menggunakan jasa (pelayanan) pembersihan (yang kita
kenal sebagai cleaning services) untuk melakukan pencucian
jendela, pembersihan lantai atau kamar mandi, pemeliharaan taman
dan sebagainya. Dalam menyusun perencanaan kontrak
“pembelian” pemeliharaan ini perlu diperimbangkan dengan
seksama komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul, seperti
keberatan para karyawan bagian pemeliharaan perusahaan karena
mereka dapat kehilangan upah lembur.
D. Pemeliharaan Dalam Produksi Lini Perakitan
Dan Otomatisasi
Produksi lini perakitan mempunyai karakteristik penting, yaitu semuanya
beroperasi atau semuanya menganggur karena itu pemeliharaan preventif
menjadi sangat penting. Pemeliharaan preventif harus mulai dengan
menerapkan konsep kemudahan dipelihara pada desain mesin dan
peralatan. Kemudahan pemeliharaan (maintainbility) berkenan dengan
perancangan mesinmesin yang akan bebas kerusakan dan mudah
dipelihara. Mesin-mesin harus dirancang untuk beroperasi secara tidak
tergantung, akurat dan siap bagi periode waktu operasi panjang tanpa
kerusakan Komponen-komponen cadangan, serta modular harus dicakup
dalam keputusan-keputusan desain, sehingga memungkinkan penggantian
komponen dapat dilakukan dengan cepat. Dalam hal produksi, mekanik
mesin seharusnya selalu siap dekat mesin untuk menangani kerusakan-
kerusakan. Istilah yang lebih tepat untuk menggambarkan situasi ini adalah
pemeliharaan produksi (maintaining production) dan bukan pemeliharaan
mesin (maintaining machines).
E. Sentralisasi Versus
Desentralisasi Pemeliharaan
Pemeliharaan “daerah” pada umumnya, semakin dekat dengan tempat
dimana orang-orang akan dibutuhkan, semakin baik pelayanan yang
dapat mereka berikan, karena mereka tidak akan selalu mengerjakan
sepenuhnya pada tingkat keterampilan tertinggi.Pemborosan akan
terjadi jika bagian pemeliharaan tidak didayagunakan sepenuhnya.
Hal ini juga akan menyangkut peralatan yang digunakan pada bagian
pemeliharaan ditingkat daerah area maintenance. Namun keuntungan
yang diperoleh dari pemeliharaan daerah ini, petugas pemeliharaan di
tingkat daerah akan lebih bertanggung jawab terhadap daerah yang
dipercayakan kepadanya serta pelaksanaan pengawasan dapat
dilakukan dengan lebih mudah. Sedangkan pemeliharaan pusat tidak
kalah pentingnya dengan departemen pemeliharaan tingkat daerah,
karena central maintenance ini aka nmengoordinasikan seluruh
kegiatan pemeliharaan cabang (daerahnya),
F. Penganggaran Biaya
Pemeliharaan
Hampir semua perusahaan besar atau kecil akan selalu
mencoba mengendalikan biaya pemeliharaan dengan
anggaran (budget), yang dialokasikan secara terpisah
untuk setiap departemen. Dengan demikian setiap
kepala departemen bertanggung jawab atas
pengendalian biaya pemeliharaan dalam jumlah yang
dianggarkan.
II. PENANGANAN BAHAN
(MATERIALS HANDLING)

Setiap perusahaan akan terlibat dalam masalah transportasi (pengangkutan) bahan

atau penanganan bahan. Bahan-bahan harus dipindah dari mobil-mobil pengangkut

yang datang dan kemudian diangkut ke gudang penyimpanan bahan mentah. Dari

sana, bahan-bahan dipindahkan ke operasi pertama kemudian kepenyimpanan

sementara diantara berbagai operasi, dan ke gudang penyimpanan barang jadi, ke

ruang pengiriman, dan akhirnya ke atas truk atau mobil pengangkut kelangganan

atau distributor. Selama “perjalanan” dalam pabrik ini barang-barang diambil,

dipindahkan dan diletakkan banyak sering sekali. Setiap jenis penanganan atau

transportasi bahan adalah tidak produktif dalam artian bahwa kegiatan tersebut tidak

mengubah bentuk produk. Penghapusan setiap bagian perpindahan ini akan

meningkatkan efisiensi.
A. Pemilihan Peralatan Penanganan Bahan
Faktor-faktor pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Jalur pengangkutan yang akan diikuti oleh bahan atau orang yang akan
meninggalkan lokasi tertentu. Jalur ini dapat variabel atau tetap, yang
biasanya terdapat dalam produksi terus menerus, sebaliknya bila jalur yang
harus dilalui bersifat variabel, itu merupakan karakteristik produksi yang
terputus-putus.

2. Sifat objek yang diangkut, bila mengangkut orang-orang, peralatan seperti


evalator, eskalator, dan bus adalah alternatif peralatan yang dapat dipilih,
mengangkut bahan-bahan perlu dipertimbangkan tentang bentuk, ukuran,
ketajaman, berat dan daya tahannya misalnya bahan cair sebaiknya diangkut
melalui pipa
3. Karakteristik-karakteristik bangunan, kapasitas beban lantai akan mempengaruhi berat

peralatan penanganan bahan yang dapat digunakan. Ketinggian atap dan kekuatan tiang-

tiang penyangga, penempatan lorong-lorong dan ukuran pintu sering membatasi jenis

dan ukuran peralatan yang dapat digunakan. Disamping itu bentuk bangunan yang

bertingkat memerlukan peralatan khusus dan sistem ventilasi mempengaruhi

penggunaan peralatan tersebut.

4. Keadaan ruangan yang tersedia, bila luas lantai terbatas, tetapi ruangan di atap tersedia.

5. Kapasitas peralatan penanganan yang diperlukan, faktor ini akan menentukan jumlah

peralatan tipe tertentu yang dibutuhkan, dimana ini juga tergantung pada jumlah bahan

yang diangkut per periode.

Lima faktor pertimbangan di atas akan sangat membantu untuk membuat keputusan-

keputusan peralatan yang digunakan bagi pelaksanaan kegiatan penanganan bahan. Sebagai

contoh perusahaan mungkin perlu memutuskan apakah peralatan sekarang harus diganti oleh

peralatan dengan desain lebih efisien.


B. Sistem Penanganan Bahan Otomatis

Semakin banyak perusahaan yang memasang sistem penanganan


bahan otomatis pada fasilitas-fasilitas terutama di gudang-gudang
mereka. Dua tipe utama sistem “guiderail”dan “guidewire”. Sistem
“guiderail” merupakan sistem mekanika, dan mempergunakan rel-rel
yang menempel pada sisi gang-gang untuk mengendalikan truk tetap
pada jalur melalui pemasangan roda-roda yang dicocokkan dengan
rel-rel tersebut .Sistem ini dapat menaikkan luas lantai yang lebih
sedikit, mengurangi kecelakaan, dan memungkinkan operator untuk
berkonsentrasi pada tugasnya bukan pada kemudi truk.
Sistem “guidewire” di lain pihak, memungkinkan penanganan bahan
menjadi lebih otomatis sepenuhnya. Sistem ini menggunakan peralatan
elektronik (sering melalui komputer) dengan truk dan operator untuk
menentukan jalur, mengemudikannya, mengendalikan kecepatan,
menentukan dimana berhenti, dan apa yang diletakkan di suatu tempat,
atau apa dan berapa banyak yang di “ambil”, dan ke mana
mengirimkannya. Sistem “guide wire” semakin banyak digunakan karena
manfaatmanfaat ekonomisnya yang tinggi.

Sistem ini juga menghemat ruangan, memerlukan tenaga kerja lebih


sedikit, mengurangi kesalahan-kesalahan dan bahan-bahan atau komponen
hilang, mengurangi bahaya dan lebih aman.
C. Pengadaan Bahan
Pembelian material yang teratur akan membawa akibat-akibat yang

positif. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar pembelian dasar yang

dibutuhkan tersebut dapat dibeli secara teratur. Apabila penggunaan bahan

dasar di pabrik adalah dilaksanakan secara teratur, maka pengaturan

pembelian bahan akan lebih mudah yaitu tinggal mengikuti penggunaan

bahan saja. Apabila penggunaan bahan tidak teratur, maka metode

pembelian bahan baku secara teratur harus diikuti dengan usaha penyediaan

yang lain untuk menjaga ketidakteraturan penggunaan tersebut, usaha

tersebut tidak lain adalah pemeliharaan safety stock atau persediaan besi

bahan dasar
Pengadaan material secara teratur dan ekonomis akan dilakukan dengan
melaksanakan kebijakan pembelian yang sering disebut EOQ (Economic
Order Quantity). EOQ merupakan jumlah pembelian secara teratur sebesar
EOQ itu maka perusahaan aka nmenanggung biaya-biaya pengadaan bahan
yang minimal. Dalam hal ini EOQ dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

1. faktor biaya pembelian (Q).

2. faktor biaya penyimpanan (C).


Kedua faktor biaya itu akan menentukan besarnya EOQ. Secara ringkas EOQ
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
dimana:

R = jumlah kebutuhan dalam1 tahun.

O= biaya pembelian setiap kali melakukan pembelian.

C = biaya penyimpanan tiap unit bahan selama satu tahun.


Dalam hal penjualan bahan ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Standardisasi Bahan Baku Beberapa negara besar di dunia seperti Amerika Serikat,
Inggris, Perancis, Jepang, dan Jerman memiliki standar mutu tersendiri. Sering
terdapat perbedaan spesifikasi antara standar negara-negara tersebut tetapi memiliki
mutu produk yang sama. Sebagai contoh dalam standar JIS (Jepang), bahan baku
untuk produk paku adalah Low Carbon WireRod JISG 3505SWRM12, yang dapat
dikatakan sama dengan standar Amerika AISI 1012. Dengan data seperti itu maka
dalam era globalisasi, kegiatan jaminan mutu menjadi lebih penting dan diusahakan
mengacu pada sistem yang diakui bersama dalam dunia internasional. Salah satu
standar acuan yang mendapat pengakuan secara internasional adalah yang
dikeluarkan oleh Internasional Organization for Standarization (ISO). Organisasi ini
telah mengeluarkan suatu seri standar sistem mutu yang dapat digunakan sebagai
acuan, standar ini dikenal dengan ISO seri 9000.
2. Supplyer Bahan Baku

Sebuah perusahaan yang memerlukan bahan baku yang cukup banyak, akan
berusaha untuk mencari sumber bahan baku yang lebih mudah, memiliki
kualitas baik, dan dapat terjangkau dengan sarana transportasi dengan mudah.
Jika kriteria- kriteria tersebut tidak dapat dipenuhi, maka biaya yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan akan lebih tinggi, akibatnya produk jadi yang akan
dijual ke pasar kemungkinan akan lebih mahal (tidak dapat bersaing dengan
produk lainnya yang sejenis).
3. Syarat Pembelian
Ada berbagai syarat pembelian yang menarik dari masing-masing supplyer.
Berbagai keterangan mengenai hal itu harus dijelaskan. Untuk menggambarkan
hal ini perlu diperhatikan tentang bahan baku seperti pabrik pengalengan ikan
laut, ikan laut sebagai bahan baku harus diangkut dengan kapal khusus yaitu
kapal yang dilengkapi dengan alat pendingin.
4. Cara Penyimpanan Syarat-syarat penyimpanan bahan baku yang harus
diperhatikan seperti; temperatur, ruang yang tersedia, dan syarat
kelembaban, hal ini harus dipenuhi. Jika syarat tersebut diabaikan akibatnya
akan lebih buruk, baik untuk bahan baku yang disimpan tersebut maupun
untuk potensi pasar yang diharapkan perusahaan, karena bahan baku yang
disimpan akan mengalami kerusakan. Dengan demikian konsumen yang
membutuhkan bahan baku akan membatalkan transaksi pembeliannya, maka
pada akhirnya perusahaan dalam jangka panjang akan mengalami kerugian
yang tidak sedikit. Sebagai contoh sekalipun semen merupakan barang jadi
tetapi merupakan bahan baku bagi usaha pengadaan rumah, maka semen
harus memiliki sistem penyimpanan dalam gudang tertutup, berlantai
kering,dan diletakkan 20 sampai 40 cm di atas permukaan lantai.
5. Kemasan/Pembungkus(Packaging) Pembungkus/kemasan (packaging)
sering dihubungkan dengan label atau merek, karena label atau merek
sering dicantumkan dalam pembungkus tersebut. Di samping itu
pembungkus merupakan salah satu fungsi pemasaran, artinya
pembungkus tersebut dapat melindungi barang selama dalam
pengangkutan, melindungi dari kerusakan, risiko hilang/tumpah dan
lebihp raktis. Pembungkus dapat dijadikan sebagai program pemasaran,
dengan tujuan untuk mempromosikan suatu barang kepada calon
konsumennya dalam rangka memperluas pasar.

6. Spesifikasi Bahan Spesifikasi bahan yang dimaksud disini adalah


keterangan mengenai koefisien pemuaian, sifat kimiawinya, cara
pemakaian, komposisi pembuatan dan sebagainya.
D. Penggunaan Bahan
Setelah membahas masalah pengadaan bahan maka suatu hal
yang penting diperhatikan dalam mengendalikan material adalah
masalah pemakaian bahan. Bahan merupakan bagian yang integral
dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Pengendalian
terhadap bahan ini akan dapat menjamin peningkatan efisiensi
penggunaan material. Ketidakefisienan dalam pemakaian bahan akan
sangat berpengaruh atas tingginya harga pokok barang yang
dihasilkan. Bahan yang dijadikan dalam proses produksi perlu selalu
dicatat sehingga kita dapat mengetahui informasi tentang efisiensi
penggunaan material tersebut.
Dalam satu periode produksi tertentu, dapat terjadi adanya fluktuasi harga pembelian bahan,
sehingga harga pembelian per satuan pada pembelian yang satu berbeda dengan harga
pembelian berikutnya. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam hal mengadakan penilaian
dari sisa barang yang ada di gudang maupun didalam memperhitungkan biaya pemakaian
bahan dalam proses produksi. Untuk mengatasi hal ini sering dipergunakan beberapa cara
penilaian bahan baku,yaitu:
1. metode first in first out (FIFO);

2. metode last in first out (LIFO);

3. metode rata-rata;
4. metode rata-rata bergerak;
5. metode standar harga.

Kelima metode tersebut tentu saja akan membawa konsekuensi penilaian biaya pemakaian
bahan yang berbeda dan akhirnya memberikan nilai harga pokok produk yang berbeda pula.
Suatu perusahaan yang memproduksi sesuatu barang,pada umumnya
barang hasil produksinya tersebut terdiri dari berbagai bagian,(parts)
atau suku cadang. Bagian-bagian suku cadang tersebut kemudian
dipasangatau di-assembling sehingga menjadi satu kesatuan barang.
Perusahaan tersebut dapat saja membuat seluruh bagian yang
diperlukan untuk di-assembling sehingga menjadi satu kesatuan
barang. Perusahaan tersebut dapat saja membuat seluruh bagian yang
diperlukan untuk membentuk barang hasil produksin yaitu, akan
tetapi tidak jarang pula perusahaanperusahaan itu tidak membuat
seluruh bagian yang diperlukan dalam hal ini perusahaan cukup
memesan (membeli) kepada perusahaan lain atas bagian atau
onderdil.yang diperlukan dalam proses produksi itu.
Sebagai contoh dalam hal ini dapat kita lihat perusahaan lain atas bagian atau onderdil

yang diperlukan dalam proses produksi itu. Sebagaicontohdalamhalinidapatkitalihat

perusahaan atas yang bahannya terdiri dari kulit, benang, kancing, kain, dan lain-lain.

Pertimbangan itu akan didasari oleh adanya pertimbangan ekonomis yaitu masalah

untung ruginya pembuatan sendiri dengan membeli dari luar. Kedua alternatif tindakan

itu akan membawa konsekuensi biaya yang berbeda terhadap perusahaan. Apabila kita

membuat sendiri bahan yang kita butuhkan itu maka tentu saja kita akan menanggung

biaya-biaya tetap serta biaya-biaya variabel guna memproduksi barang-barang

tersebut. Untuk membuat sendiri suatu barang tentu saja harus dibeli mesin-mesin

untuk membuatnya danuntukituperlubebanbiayatetapyangberupadepresiasi,

pemeliharaan, reparasi dan sebagainya. Di samping itu, biaya variabel harus juga

ditanggung yaitu bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Lain halnya apabila kita

memesan saja dari perusahaan lain maka kita tidak perlu menanggung beban tetap.
Dalam hal membeli saja dari perusahaan lain maka beban biaya yang
ditanggung oleh perusahaan hanya berupa biaya variabel saja yaitu setinggi
harga beli persatuan barang yang dibutuhkan itu. Di samping pertimbangan-
pertimbangan biaya tersebut di atas perlu diperhatikan pula faktor-faktor yang
tidak bersifat biaya. Suatu perusahaan akan lebih baik membuat sendiri apabila:

1. terdapat ketidakstabilan penawaran (supply) bahan;


2. kualitas yang dibeli sering tidak baik, sehingga sering mengganggu
kelancaran proses produksi;

3. terdapat keharusan untuk merahasiakan proses produksi;


4. terdapat pengangguran kapasitas mesin yang dapat digunakan untuk
keperluan tersebut;
5. kebutuhan untuk mempertahankan dan memperoleh hubungan baik
terhadap tenaga kerja.
Suatu perusahaan akan lebih baik membeli saja bahan atau
bagian/onderdil yang itu dari perusahaan lain apabila:
1. tidak tersedia dana/kapital yang dibutuhkan;

2. tidak memiliki pengalaman dalam membuat barang;


3. terdapat alternatif penggunaan bahan lain yang cukup baik.

Dalam hal ini berarti terdapat substitusi bahan yang diperlukan.


Dengan banyak terdapatnya bahan substitusi itu maka kesulitan untuk
memperoleh bahan yang cukup baik mutu serta harganya tidak akan
mengalami hambatan. Hal ini berarti membeli bahan tersebut dari
perusahaan lain akan banyak memperoleh keuntungan,d an dalam hal
seperti itu membuat sendiri bahan akan memperbesar risiko usaha.

Anda mungkin juga menyukai