Anda di halaman 1dari 127

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN SENAM ERGONOMIK TERHADAP RISIKO


PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CITRA MEDIKA KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2022

WIWIN SEPTALIANI

P0.71.20.3.19.077

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

TAHUN 2021/2022
LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN SENAM ERGONOMIK TERHADAP RISIKO


PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CITRA MEDIKA KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2022

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Progam Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

WIWIN SEPTALIANI

P0.71.20.3.19.077

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

TAHUN 2021/2022
PENERAPAN SENAM ERGONOMIK TERHADAP RISIKO PERFUSI
PERIFER TIDAK EFEKTIF PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CITRA MEDIKA
KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2022

Wiwin Septaliani
Program Studi D3 Keperawatan Lubuklinggau
Jl. Lapter Silampari Lubuklinggau
Email : wiwinseptaliani@student.poltekkespalembang.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan tekanan
darah sistole 140 mmHg dan tekanan darah diastole 90 mmHg. Faktor utama yang
mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tekanan darah perifer dan
volume/aliran darah. Penatalaksanaan hipertensi non-farmakologis salah satunya
yaitu melakukan senam ergonomik yang bermanfaat untuk memperbaiki posisi
sistem syaraf dan aliran darah. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui penerapan
senam ergonomik terhadap risiko perfusi perifer tidak efektif pada penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau Tahun
2022. Metode penelitian: Metode penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk
studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april 2022. Subjek dalam studi
kasus adalah dua klien yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian: Setelah
dilakukan penerapan senam ergonomik terhadap risiko perfusi perifer tidak efektif
pada penderita hipertensi, Hasil penelitian menunjukan tekanan darah dan risiko
perfusi perifer tidak efektif pada subjek mengalami penurunan. Kesimpulan:
Penerapan senam ergonomik ini efektif untuk menurunkan risiko perfusi perifer
tidak efektif pada penderita hipertensi. Saran: Diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang risiko perfusi perifer tidak efektif pada penderita hipertensi
dan dapat dilakukan secara mandiri untuk menurunkan risiko perfusi tidak efektif
pada penderita hipertensi.

Kata kunci : Hipertensi, Risiko perfusi perifer tidak efektif, Senam ergonomik
APPLICATION OF ERGONOMIC GYMNASTIC AGAINST THE RISK
OF IN EFFECTIVE PERIPHERAL PERFUSION TO THE
HYPERTENSION PATIENTS IN THE WORK AREA
OF PUBLIC HEALTH CENTER CITRA
MEDIKA LUBUKLINGGAU
CITY 2022

Wiwin Septaliani
Nursing Study Program (D3) Lubuklinggau
Lapter Silampari Street Lubuklinggau
Email : wiwinseptaliani@student.poltekkespalembang.ac.id

ABSTRACT

Background: Hypertension or high blood pressure was a state of 140 mmHg


systolic blood pressure and 90 mmHg diastolic blood pressure. The main factors
affecting blood pressure were cardiac output, peripheral blood pressure and blood
volume/flow. One of the non-pharmacological management of hypertension was
doing ergonomic exercise which was useful for improving the position of the
nervous system and blood flow. Research Puspose: To determined the
Application of ergonomic gymnastic against the risk of ineffective peripheral
perfusion in patients with hypertension in the work area of the Citra Medika
Health Center, Lubuklinggau City 2022. Research method: This research method
was descriptive in the form of a case study. This research was conducted in April
2022. The subjects in the case study were two clients who met the inclusion
criteria. Research Results: After applying ergonomic gymnastic to the risk of
ineffective peripheral perfusion in patients with hypertension, the results showed
that blood pressure and the risk of peripheral perfusion were ineffective in
subjects decreased. patients The implementation of this ergonomic gymnastic is
effective in reducing the risk of ineffective peripheral perfusion to the
hypertension patients. Suggestion: It was hoped that it could increase knowledge
about the risk of ineffective peripheral perfusion in patients with hypertension and
could be done independently to reduce the risk of ineffective perfusion in patients
with hypertension.

Keywords: Hypertension, Risk of ineffective peripheral perfusion, Ergonomic


gymnastic
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga penyusun Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Penerapan Senam
Ergonomik Terhadap Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau
Tahun 2022” dapat selesai tepat pada waktunya.
Laporan Tugas Akhir ini di ajukan sebagai syarat menyelesaikan
pendidikan gelar Diploma III Keperawatan Program Studi D III Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang. Dalam proses penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini penulis mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak terkait. Bersama ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar- besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si,Apt, MM, M.Kes selaku Direktur
Poltekkes Kemenkes Palembang.
2. Ibu Devi Mediarti, Spd. S.Kep, M.Kes selaku ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.
3. Bapak H. Ns. Jhon Feri, S.Kep, M.Kes selaku ketua Prodi Keperawatan
Lubuklinggau.
4. Bapak Ns. Jhon Feri, S.Kep, M.Kes selaku dosen Pembimbing I yang telah
dengan sabar membimbing dan memberikan saran yang amat berarti serta
pengarahan yang sangat dibutuhkan dalam proses penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
5. Ibu Ns,Eva Oktaviani,M.Kes,Sp.An selaku Dosen Pembimbing II yang
telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan saran sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang telah
memberikan bimbingan, serta pengarahan dengan penuh perhatian dan
kesabaran berhubungan dengan proses perkuliahannya.
7. Kedua Orangtuaku, dan saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan
semangat dan dorongan baik materil maupun spiritual.
8. Teman – teman seperjuangan satu almamater yang telah membantu
tersusunnya Laporan Tugas Akhir.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima
kasih telah membantu menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, semoga
Allah SWT membalas kebaikan kalian, Aamiin. Semoga Laporan Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lubuklinggau, Januari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan tekanan darah

berada pada nilai 140/90 mmHg. Hipertensi dapat di klasifikasikan

menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer (esensial) faktor yang

mempengaruhinya seperti faktor genetik, stress, dan lingkungan,

sedangkan hipertensi sekunder faktor yang mempengaruhinya seperti

penyakit endokrin, penyakit jantung dan gangguan pada ginjal (Purwono

et al., 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) di tahun 2019,

Berjumlah satu miliar penduduk dunia menderita hipertensi, dua pertiga

diantaranya berada di Negara berkembang yang berpenghasilan rendah

sedang. Hipertensi diprediksi pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang

dewasa didunia akan menderita hipertensi, sehingga akan mengakibatkan

kematian sekitar 8 juta orang, setiap tahunnya 1,5 juta kematian akan

terjadi di Asia Tenggara, yang sepertiga penduduknya menderita hipertensi

(Wulan & Khomsah, 2021).

Menurut American Heart Association (AHA) di tahun 2018,

Hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-

macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain.

Gejalanya bisa saja merasa sakit kepala atau merasa berat ditengkuk,
telinga berdenging, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan

kabur, dan mimisan (Telaumbauna & Rahayu, 2021).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018, Hipertensi di

Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai 2018 dengan

persentase 25,8% menjadi 34,1%. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki

yang menderita hipertensi sebanyak 31,1% dan perempuan yang menderita

hipertensi sebanyak 36,9% (Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018).

Hasil data studi pendahuluan di wilayah kerja puskesmas citra

medika kota lubuklinggau pada tahun 2022, didapatkan data bahwa

penyakit hipertensi masuk kedalam 10 penyakit terbanyak dalam 3 tahun

terakhir ini, terbukti pada tahun 2018 pederita hipertensi berjumlah 4.009

orang, pada tahun 2019 penderita hipertensi berjumlah 5.437 orang, dan

pada tahun 2020 penderita hipertensi berjumlah 7.345 orang (Profil

puskesmas citra medika, 2022).

Faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah

jantung, tekanan darah perifer dan volume/aliran darah. Rata-rata tekanan

darah arteri ditentukan oleh curah jantung dan resistensi perifer total.

Penurunan resistensi perifer total tampaknya menjadi mekanisme utama

yang menjadikan penurunan tekanan darah setelah olahraga (Wulan &

Khomsah, 2021)

Resiko perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi

darah pada level kapiler yang dapat menganggu metabolisme tubuh (PPNI,

2017).
Penatalaksanaan hipertensi dilakukan dengan dua cara yaitu secara

farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan dengan dengan

farmakologis menggunakan beragam obat anti hipertensi, sedangkan

penatalaksanaan dengan non farmakologis meliputi penurunan kelebihan

berat badan, mengurangi asupan garam, berhenti merokok, mengurangi

mengkonsumsi alkohol, dan melakukan olahraga (Wahyuni et al., 2020).

sehingga senam ergonomik dapat dilakukan sebagai penatalaksaan non-

farmakologis dalam menurunkan tekanan darah.

Wratsongko, M, Pencipta senam ergonomik dari Indonesia

Egonomik Gymand Health Care, Senam ergonomik bermanfaat mencegah

dan menyembuhkan berbagai penyakit. Senam ini dilakukan kurang lebih

30 menit yang bermanfaat untuk memperbaiki posisi dan kelenturan

sistem saraf dan aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke otak.

Gerakan senam ergonomic sesuai dengan kaidah-kaidah gerakan sholat

sehingga mudah untuk dilakukan (Syahfitri et al., 2015).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Wulan dan Khomsah

(2021) tentang penerapan senam ergonomik pada subjek I dan II yaitu,

subjek I sebelum senam ergonomik memiliki tekanan darah 160/100

mmHg, dan subjek II memiliki tekanan darah 150/100 mmHg, sesudah

dilakukan senam ergonomik subjek I terjadi penurunan tekanan darah

menjadi 150/100 mmHg dan subjek II penurunan tekanan darah menjadi

140/90 mmHg. Penelitian lain oleh Wahyuni (2020) menunjukan bahwa


tekanan darah pre test adalah 180/120 mmHg dan sesudah post test turun

menjadi 160/110 mmHg.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka

didapatkan rumusan masalah yaitu, Bagaimanakah penerapan senam

ergonomik terhadap Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Penderita

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau

Tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui implementasi senam ergonomik terhadap Resiko Perfusi

Perifer Tidak Efektif pada penderita hipertensi di wilayah kerja

puskesmas citra medika kota Lubuklinggau tahun 2022

2. Tujuan khusus

a. Diketahui pengkajian pada pasien hipertensi di wilayah kerja

puskesmas citra medika kota Lubuklinggau tahun 2022

b. Diketahui diagnosa pada pasien hipertensi di wilayah kerja

puskesmas citra medika kota Lubuklinggau tahun 2022

c. Diketahui intervensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja

puskesmas citra medika kota Lubuklinggau tahun 2022

d. Diketahui implementasi pada pasien hipertensi di wilayah kerja

puskesmas citra medika kota Lubuklinggau tahun 2022


e. Diketahui evaluasi pada pasien hipertensi di wilayah kerja

puskesmas citra medika kota Lubuklinggau tahun 2022

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis sendiri

Hasil Laporan Tugas Akhir dapat digunakan sebagai pengalaman yang

nyata dalam memberikan asuhan keperawatan dengan pasien hipertensi

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan

Lubuklinggau

Hasil dari penelitian ini sebagai bahan informasi dan masukan untuk

meningkatkan mutu pendidikan keperawatan

3. Bagi puskesmas

Hasil Laporan Tugas Akhir ini sebagai standar pengembangan dalam

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan melakukan

senam ergonomik di wilayah kerja puskesmas citra medika kota

Lubuklinggau tahun 2022

4. Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

sebagai acuan serta informasi bagi peneliti


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian hipertensi

World Health Organization (WHO) 2019, Hipertensi atau tekanan

Darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah berada 140/90 mmHg

atau lebih. Jika tidak ditangani dengan segera, hipertensi bisa

menyebabkan munculnya penyakit serius yang mengancam nyawa,

seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan stroke. 1 miliar orang di

dunia menderita hipertensi, dua pertiga di antaranya berada di Negara

berkembnag yang berpenghasilan rendah sedang. Pravelansi hipertensi

akan terus meningkat tajam pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang

diseluruh dunia menderita hipertensi. Sehingga akan mengakibatkan

kematian sekitar 8 juta orang, setiap tahun 1,5 juta kematian terjadi di

Asia Tenggara, yang sepertiga penduduk nya menderita hipertensi.

Menurut American Heart Association (AHA) dalam kemenkes

(2018), hipertensi merupakan silent killer diamana gejalanya sangat

bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan

penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau terasa

berat dibagian tengkuk, jantung berdebar-debar, mudah lelah,

penglihatan kabur, telinga berdenging, dan mimisan.


Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan hipertensi adalah

kondisi tekanan darah berada pada 140/90 mmHg, dimana angka 140

mmHg disebut tekanan darah sistolik dan angka 90 mmHg disebut

tekanan darah diastolik, dan gejala dari hipertensi hampir sama dengan

penyakit lain seperti, sakit kepala atau berat dibagian tengkuk, jantung

berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging

dan mimisan.

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan sebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Hipertensi Esensial (primer)

Terdapat 90% orang penderita hipertensi esensial dan belum

diketahui penyebabnya secara pasti. Faktor yang mempengaruhi

seperti, faktor genetik, stress, faktor lingkungan dan diet

(peningkatkan penggunaan garam dan kurang asupan kalium dan

kalsium).

b. Hipertesni Sekunder

Hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dapat

dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder

berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,kelainan endokrin,

seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroid, dan pemakaian obat

seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.

(Brunner & Suddart, 2015)


3. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi derajat hipertensi menurut Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia (2016)

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal 120 – 129 80 – 89
Normal tinggi 130 – 139 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥100
Hipertensi derajat 3 ≥180 ≥110
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016)

4. Patofisiologi Hipertensi
Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga ikut serta

menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi. faktor

diantaranya yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer

adalah faktor genetik, stress, obesitas, mengkonsumsi alcohol, kopi,

obata-obatan, merokok, dan aktivitas fisik yang kurang. Sedangkan

faktor sekunder adalah kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor medulla otak. Dari pusat vasomotor

ini bermula jarak saraf simpatik, yang berlanjut ke bawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan


dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis

ke ganglia sipmatis. Pada titik ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal itu

bisa terjadi.

Perubahan struktual dan fungsional pada pembuluh darah perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yabg terjadi.

Perubahan tersebut seperti aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan

ikat, dan penurunan relaksasi otot polos dalam darah. Konsekuensi nya

aorta dan arteri berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa jantung, yang akan terjadi penurunan

curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Wijaya & Putri, 2013).
5. Pathway Hipertensi

Gaya hidup Jenis kelamin Obesitas

ansietas

hipertensi Perubahan situsi

Kerusakan Informasi Sirkulasi darah


vaskuler meminimin otot jantung
pembuluh tidak cukup
darah MK : Kurang

pengetahuan Suplai O2 tidak


Perubahan struktur seimbang

Penyumbatan pembuluh darah Keadaan lemah

vasokontriksi MK : Intoleransi
aktivitas
Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah retina

Resistensi Suplai Vasokontrik SISTEMIK KORONER Spasme


Pembuluh O2 ke si pembuluh arteriol
darah otak otak darah ginjal
menurun vasokontriksi Iskemia
MK : Nyeri MK : Blood flow miokard
Resiko menurun
MK: perfusi Afterload MK :
Hipervolem perifer Respon meningkat Nyeri
ia tidak RAA
efektif
edema
MK : Resiko MK :
Rangsangan penurunan Resiko
Retensi
aldosteron curah jantung cidera
Na
Sumber : Huda, 2016
6. Manifestasi klinis
Pada pemeriksaan fisik penderita hipertensi biasanya tidak

dijumpai kelainan apapun kecuali tekanan darah tinggi, tetapi dapat

juga dijumpai perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat

(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan biasanya pada

kasus berat seperti edema pupil (edema pada diskus optikus).

Dengan manifestasi yang khas sesuai dengan system organ yang


bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi
sebagai nokturia (peningkatan urinasi dimalam hari) dan azetoma
(peningkatan nitrogen urea atau (BUN) dan kreatin). Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke atau serangan iskemik
transien

Crowin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul

seperti :

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang disertai mual dan muntah,

akibat peningkatan tekanan darah intrakarnial

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan system

saraf pusat

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan

tekanan kapiler.

(Wijaya & Putri, 2013).


7. Komplikasi
Tekanan darah tinggi apabila tidak di obati maka dalam jangka

panjang akan menyebabkan kerusakan arteri dalam tubuh. Komplikasi

hipertensi dapat terjadi pada organ-organ berikut :

1. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal

jantung dan penyakit jantung coroner. Pada penderita

hipertensi, jantung akan bekerja lebih cepat, otot jantung akan

mengendor, jantung tidak mampu lagi memompa sahingga

banyak cairan tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang

dapat menyebabkan sesak napas atau edema, dan kondisi ini

disebut dengan kondisi gagal jantung.

2. Otak

Komplikasi pada otak menimbulkan resiko stroke, apabila tidak

diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

3. Ginjal

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system

penyaringan di dalam ginjal, akibatnya ginjal tidak mampu

membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh.

4. Mata

Pada penderita hipertensi mengakibatkan terjadinya retinopatri

hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan

(Wijaya & Putri, 2013).


8. Pemeriksaan penunjang
1. Hitung darah lengkap (Complete Blood Cells Count)

Meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematocrit untuk

menilai viskositas dan indicator faktor risiko seperti

hiperkoagulabilitas, anemia.

2. Kimia darah

a. BUN, kreatinin : peningkatan kadar menandakan

penurunan perfusi atau faal renal

b. Serum glukosa : hiperglikesia (diabetes mellitus adalah

presipiator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar

katekolamin

c. Kadar kolesterol atau trigliserida : peningkatan kadar

mengidikasikan predisposisi pembentukan plaque

atheromatus

d. Kadar serum aldoseteron : menilai adanya aldesteroisme

primer. Studi tiroid (T3 dan T4), menilai adanya

hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap vasokontriksi

dan hipertensi

e. Asam urat hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko

hipertensi

3. Elektrolit

a. Serum potassium atau kalium (hypokalemia

mengindikasika adanya aldoseronisme atau efek samping

terapi direutik)
b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap

hipertensi

4. Urine

a. Analisis urine adanya darah, proein, glikosa dalam urine

mangindikasikan disfungsi renal atau diabetes

b. Urine VMA (catecholamine metabolite) peningkatan kadar

mengidentifikasi adanya pheochromacytoma

c. Steroid urine : peningkatan kadar mengindikasikan

hiperadrenalisme, pheochromacytoma, disfungsi pituitary,

syndrome cushings kadar renin juga meningkat.

5. Radiologi

a. Rontgen torak : menilai adanya klasifikasi obstruksi katup

jantung, deposit kalsium pada aorta dan pembesaran

jantung

b. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain,

gangguan konduksi atau disritmia.

9. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non-farmakologis :

Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari

berbagai macam cara penurunan tekanan darah yaitu :

a. Mempertahankan berat badan ideal

BMI (Body Mass Index) dapat diketahui dengan membagi

berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam

satuan meter. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat


dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun

kaya akan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat

badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolic dapat diturunkan

sebanyak 5 mmHg.

b. Kurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet

garam. Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok

teh/hari, dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg

dan tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg

c. Batasi konsumsi alcohol

Mengkonsumsi alcohol harus dibatasi karena dapat

meningkatkan tekanan darah. Para peminum alcohol berisiko

mengalami hipertensi empat kali lebih besar.

d. Makan K dan ca yang cukup dari diet

Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan

jumlah natrium yang terbuang bersama urine. Dengan

setidaknya mengkonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali

dalam sehari.

e. Menghindari rokok

Merokok memang tidak berhubungan langsung dengan

timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan

risiko komplikasi seperti stroke dan penyakit jantung. Nikotin

dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena


penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi

denyut jantung serta tekanan darah.

f. Penurunan stress

Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan

berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi yang

dapat mengontrol system saraf yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah.

g. Penerapan senam ergonomic

Senam ergonomic adalah salah satu teknik senam untuk

mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturann

system saraf dan aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen

ke otak, membuka system kecerdasan, system keringat, system

pemanas tubuh, system pembakaran asam urat, kolestrol, gula

darah, asam laktat, system kesegaran tubuh, dan system

kekebalan tubuh, mengalirnya darah ke otak sehingga otak

tidak kekurangan oksigen dan nutrisi, terhindar dari kerusakan

pembuluh darah di otak (Wulan & Khomsah, 2021).

2. Pengobatan farmakologi

a. Diuretik (Hidroklorotiazid)

Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan tubuh

berkurang dan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

b. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)


Menghambat aktivitas saraf simpatis.

c. Betabloker (Metoprolol, propranolol dan Atenolol)

1. Menurunkan daya pompa jantung

2. Pada penderita gangguan pernapasan seperti asma bronkial

tidak dianjurkan

3. Bisa menutupi gejala hipoglekimia pada penderita diabetes


mellitus.
d. Vasodilator (prasosin, hidralasin)

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot

polos pembulh darah

e. ACE inhibilator (captopril)

1. Menghambat pembentukan zat Angiotensinal

2. Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan

lemas.

f. Penghambat reseptor Angiotensin II (valsartan)

Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor

sehingga meringankan kerja jantung.

g. Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)

Menghambat kontraksi jantung (Wijaya & Putri, 2013).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Definisi keluarga

Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi,

seperti ikatan darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan


social (hidup bersama) dam adanya hubungan psikologis (ikatan

emosional)

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga, dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di

suatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan (Widagdo,

2016).

2. Tipe keluarga

a. Tipe keluarga tradisional :

1. The nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri

dari suami, istri dan anak

2. The dyad family (keluarga dyad), yaitu keluarga yang terdiri

dari suami, istri dan tanpa anak. Keluarga ini mungkin belum

mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jika ditemukan

keluarga tipe ini perlu di klasifikasi lagi datanya.

3. Sigle parent, yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan

anak. Kondisi ini disebabkan oleh perceraian atau kematian.

4. Sigle adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu

orang dewasa. Tipe ini terjadi pada seorang dewasa yang tidak

menikah.

5. Extended family, yaitu keluarga yang terdiri dari keluarga inti

ditambah dengan keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek,

nenek, dan lain sebagainya.


6. Middle-aged or elderly couple, yaitu orang tua yang tinggal

sendiri (baik suami, istri atau keduanya), karena anak-anaknya

sudah menikah

7. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama

atau berdekatan dan menggunakan pelayanan bersama, seperti

dapur dan kamar mandi.

b. Tipe keluarga non-tradisional :

1. Unmarried parent and child family

yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak dari

hubungan tanpa pernikahan.

2. Cohabitating couple

yaitu orang dewasa yang tinggal bersama tanpa ada ikatan

perkawinan karena alasan tertentu.

3. Gay and lesbian family

Orang yang tinggal bersama sebagai suami istri dan berjenis

kelamin yang sama.

4. The non-marital heterosexual cohabiting family, keluarga yang

hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa ikatan

pernikahan.

5. Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada

hubungan keluarga/saudara dalam sementara waktu, pada saat

orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk

menyatukan kembali keluarga yang aslinya.


3. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman, fungsi keluarga terdiri dari :

a. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui fungsi ini, maka

keluarga akan mencapai tujuan utamanya, membentuk sifat

kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian

dan tingkah laku, menjadi lebih akrab dan harga diri.

b. Fungsi sosialisasi dan penempatan social

Sosialisasi dimulai sejak lahir dan diakhiri saat kematia.

Sosialisasi merupakan proses perkembangan yang dialami oleh

seseorang individu sebagai hasil dari interaksi social.

c. Fungsi reproduksi

Berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber

daya manusia.

d. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan

1. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan

keluarga

2. Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi

keluarga

3. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan


4. Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau

menciptakan suasana rumah yang sehat

5. Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

4. Pengkajian Keluarga
1. Data Pengenalan Keluarga

Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga,

alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang

budaya, identitas agama, status kelas social, dan rekreasi keluarga.

2. Data Perkembangan dan sejarah keluarga

Data yang perlu dikumpulkan adalah tahap perkembangan

keluarga saat ini, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga

sebelumnya dari kedua orang tua termasuk riwayat kesehatan.

3. Data Lingkungan

Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik

tetangga, komunitas dan denah rumah Menjelaskan gambaran tipe

rumah, luas bangunan, pembagian dan pemanfaatan ruang,

ventilasi, kondisi rumah, tata perabotan, kebersihan dan sanitasi

lingkungan, ada atau tidak sarana air bersih dan sistem

pembuangan limbah.

4. Data struktur keluarga

a. Data yang perlu dikaji adalah data struktur keluarga, antara

lain pola komunikasi, meliputi penggunaan komunikasi antar

anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam


menyampaikan pendapat, dan perasaannya selama

berkomunikasi

b. Struktur kekuatan keluarga, yang perlu dikaji adalah siapa

yang membuat keputusan dalam keluarga

c. Struktur peran, meliputi data peran formal dan informal dalam

keluarga yang meliputi bagaimana perasaan dalam

menjalankan tugasnya

d. Nilai – nilai keluarga, yaitu nilai yang dianut keluarga

misalnya, siapa yang mencari nafkah, kegemaran keluarga,

bagaimana nilai – nilai keluarga, dan bagaimana nilai – nilai

mempengaruhi kesehatan keluarga.

5. Data fungsi keluarga

a. Fungsi afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki

dan dimiliki dalam keluarga, dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

b. Fungsi sosial

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, nilai, norma dan budaya

serta perilaku yang berlaku dikeluarga dan masyarakat.

c. Fungsi pemenuhan (perawatan / pemeliharaan) kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan

perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit.


.Pengetahuan keluarga mengenai sehat saki kesanggupan

keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga.

d. Mengenal masalah kesehatan keluarga dengan Hipertensi

Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah

kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan

yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.

e. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Sejauh

mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,

apakah masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan

penyakit, mempunyai sifat negatif terhadap masalah

kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada,

kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat

informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi

masalah.

f. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakitt Sejauh

mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui

tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,

mengetahui sumber yang ada dalam keluarga, mengetahui

keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan

sikap keluarga terhadap yang sakit.


g. Fungsi reproduksi

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota

keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

h. Stress dan Koping Keluarga

1. Stresor jangka pendek dan panjang

a. Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

kurang dari 6 bulan.

b. Stresor jangka panjang yaitu stresor yang saat ini

dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6

bulan.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stresor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi

stresor yang ada.

3. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan

i. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga

tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada klien di

klinik atau rumah sakit yang meliputi pemeriksaan fisik head

to toe dan pemeriksaan penunjang.


j. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada

5. Analisa Data
Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan

masalah kesehatan yang ada pada keluarga sesuai dengan data yang

didapatkan pada saat pengkajian, lalu menetapkan penyebab masalah

tersebut yang diangkat dari lima tugas keluarga, yaitu :

a. Mengenai masalah kesehatan keluarga

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

e. Menggunakan fasilitas yang ada di masyarakat

6. Diagnosa Keperawatan

a. Perumusan Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang semua

respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah kesehatan

actual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan

untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan

perawat. Semua diagnosis keperawatan harus didukung oleh data. Data

diartikan sebagai definisi karakteristik. Definisi karakteristik

dinamakan “Tanda dan gejala”, tanda adalah suatu yang dapat


diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien

(Widagdo, 2016).

b. Kategori Diagnosis Keperawatan Keluarga

1. Diagnosis keperawatan actual

Diagnosis keperawatan aktual dirumuskan apabila masalah

keperawatan sudah terjadi pada keluarga. Tanda dan gejala dari

masalah keperawatan sudah dapat ditemukan oleh perawat

berdasarkan hasil pengkajian keperawatan.

2. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan

Kategori diagnosis keperawatan keluarga ini diangkat ketika

kondisi klien dan keluarga sudah baik dan mengarah pada

kemajuan. Meskipun masih ditemukan data maladatif, tetapi

klien dan keluarga sudah mempunyai motivasi untuk

memperbaiki kondisinya, maka diagnosis keperawatan promosi

kesehatan ini sudah bisa diangkat. Setiap label diagnosis

promosi kesehatan diawali dengan frase : “Kesiagaan

Meningkat…”

3. Diagnosis keperawatan risiko

Diagnosis keperawatan risiko yaitu, menggambarkan respon

manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan

yang mungkin berkembang dalam kerentanan individu,


keluarga, dan komunitas. Hal ini didukung oleh faktor-faktor

resiko yang berkontribusi pada peningkatan kerentanan. Setiap

label diagnosis risiko diawali frase : “Risiko”

4. Diagnosis keperawatan sejahtera

Diagnosis keperawatan sejahtera ini menggambarkan respon

manusia terhadap level kesejahteraan individu, keluarga, dan

komunitas yang telah memiliki kesiapan meningkatkan status

kesehatan mereka. diagnosis keperawatan sejahtera ini diawali

dengan frase : “Kesiangaan meningkat…”

c. Diagnosis keperawatan

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga hipertensi :

1. Resiko perfusi perifer tidak efektif d.d ketidakmampuan keluarga

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

2. Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada

anggota keluarga yang sakit

3. Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit


Tabel 2 Kriteria prioritas masalah dengan skoring

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah

Skala :
Keperawatan potensial 1
Keperawatan risiko 2
Keperawatan actual 3
1
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah

Skala :
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
2
3. Potensi masalah untuk
dicegah

Skala :
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
1
4. Menonjolnya masalah

Skala :
Segera 2
Tidak perlu disegerakan 1
Tidak dirasakan 0
1

Cara perhitungannya sebagai berikut :

1. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah

keperawatan yang terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan


nilai tertinggi, kemudian dikalikan dengan bobot dari masing-masing

kriteria. Bobot adalah nilai konstanta dari tiap kriteria dan tidak bisa

diubah

Rumus bobot :

(skor / angka tertinggi x bobot)

2. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis

keperawatan keluarga

3. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga

yang prioritas (Widagdo, 2016).

6. Intervensi keperawatan keluarga


a. Tujuan umum :

Setelah dilakukan pertemuan kunjungan rumah, keluarga

diharapkan tekanan darah menurun dan mampu meningkatkan

kemampuan manajemen kesehatan diri pada keluarga klien dengan

hipertensi.

b. Tujuan khusus :

Setelah dilakukan pertemuan sebanyak kali beberapa menit

keluarga mampu merawat anggota keluarga yang dengan

hipertensi.
TABEL 3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Jangka panjang Jangka pendek kriteria Standar

Risiko perfusi Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon 1. Klien dapat Siki : Edukasi latihan fisik
perifer tidak efektik kunjungan selama tindakan verbal dan mengetahui
Observasi :
d.d ketidakmampuan 5 hari diharapkan keperawatan selama tindakan apa itu
keluarga memberi risiko perfusi 1x60 menit hipertensi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
perawatan pada perifer teratasi diharapkan risiko informasi
2. Keluarga
anggota keluarga perfusi perifer
klien dapat Edukasi :
yang sakit menurun
mengetahui
2. Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisologis olahraga
penyebab
hipertensi 3. Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang
diinginkan
3. Keluarga
klien dapat 4. Ajarkan teknik pernapasan yang tepat
mengetahui
strategi
mengatasi
hipertensi
Diagnosa Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan
keperawatan
Jangka panjang Jangka pendek Kriteria Standar

Ansietas b.d Setelah dilakukan Setelah Respon 1. Klien dapat Siki : Terapi relaksasi
ketidakmampuan kunjungan selama 5 dilakukan verbal dan mengetahui
Observasi :
keluarga memberi hari diharapkan tindakan tindakan penyabab
perawatan pada ansietas dapat teratasi keperawatan ansietas pada 1. Periksa frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu tubuh
anggota keluarga yang selama 1x60 hipertensi
Terapeutik :
sakit menit
2. Keluarga
diharapakan 2. Gunakan pakaian longgar
klien dapat
ansietas dapat
mengetahui Edukasi :
menurun
penyebab
3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
ansietas pada
hipertensi 4. Anjurkan sering mengulangi atau melatih fisik

3. Keluarga
klien dapat
mengetahui
strategi yang
dapat
mengastasi
ansietas pada
hipertensi
Diagnosa Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan
keperawatan
Jangka panjang Jangka pendek Kriteria Standar

Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon 1. Klien dapat Siki : Edukasi kesehatan
b.d kunjungan selama tindakan verbal dan mengetahui
Terapeutik :
ketidakmampuan 5 hari diharapkan keperawatan selama tindakan penyebab
keluarga memberi defisit pengetahuan 1x60 menit hipertensi 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
perawatan pada teratasi diharapkan defisit
2. Keluarga 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
anggota keluarga pengetahuan
klien dapat
yang sakit meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
mengetahui
penyebab Edukasi :
hipertensi
4. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Keluarga
klien dapat
mengetahui
cara
mengatasi
hipertensi
7. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah proses keperawatan keluarga dimana

perawat mampu membangkitkan minat keluarga untuk melakukan

perilaku hidup sehat, adapun kesulitan, kebingungan, serta

ketidakmampuan yang dihadapi keluarga dijadikan perhatian.

Tujuan pelaksanaan ini adalah membantu pasien dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping (Widagdo, 2016).

8. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana

tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun tahap

evaluasi diletakan pada akhir proses keperawatan (Widagdo, 2016).

a. Proses evaluasi

1. Kognitif (pengetahuan)

Untuk mengukur pemahaman klien dan keluarga setelah

diajarkan teknik-teknik perawatan tertentu. Metode yang

dilakukan misalnya dengan wawancara pada klien dan

keluarga. Contoh, setelah dilakukan pendidikan kesehatan

tentang pencegahan TB paru, klien dan keluarga ditanya

kembali tentang bagaimana pencegahan TB paru.

2. Afektif (status emosional)


Cenderung penilaian subjektif yang sangat sulit diukur.

Metode yang dapat dilakukan adalah observasi respon verbal

dan nonverbal dari klien dan keluarga.

3. Psikomotor (tindakan yang dilakukan)

Mengukur kemampuan klien dengan cara mempraktekan

kembali apa yang telah dicontohkan.

c. Metode dan Sumber Data Evaluasi

1. Observasi

Melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku dari

anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

2. Memeriksa laporan atau dokumentasi keperawatan

Perawat perlu memeriksa kembali laporan yang telah ditulis

oleh tim perawat setelah melaksanakan intervensi keperawatan.

3. Wawancara dan angket

Membuat daftar pertanyaan yang diajukan pada keluarga untuk

mengetahui kemajuan kondisi kesehatan. Metode yang

dilakukan adalah wawancara.

4. Latihan / simulasi / redemontrasi

Perawat mengevaluasi kemampuan dalam melakukan tindakan

untuk merawat anggota keluarga yang sakit dengan meminta

keluarga untuk melakukan tindakan keperawatan yang

dianjurkan.
C. Konsep Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif

1. Definisi

Resiko perfusi perifer tidak efektik merupakan penurunan sirkulasi

darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme

tubuh (PPNI, 2017)

2. Faktor resiko

a. Hiperglikemia

b. Gaya hidip kurang gerak

c. Hipertensi

d. Merokok

e. Prosedur endovaskuler

f. Trauma

g. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis.

Merokok, gaya hidup kurang hidup gerak, obesitas, imobilitas)

(PPNI, 2017).

4. Kondisi klinis terkait

a. Raynauds disease

b. Thrombosis arteri

c. Atritis rheumatoid

d. Leriches syndrome
e. Aneurisma

f. Buergers disease

g. Varises

h. Diabetes mellitus

i. Hipertensi

j. Kanker

(PPNI, 2017).

D. Konsep Senam Ergonomik

1. Definisi

Senam ergonomic adalah suatu metode yang praktis, efektif,

efisien, dan logis dalam memelihara kesehatan tubuh manusia. Senam

ergonomic mampu mengembalikan dan memperbaiki posisi dan

kelenturan system saraf dan aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen

ke otak. Gerakan-gerakan senam ergonomic sesuai dengan kaidah-kaidah

penciptaan tubuh yang yang di ilhami dari gerkan sholat sehingga lansia

semua orang mudah untuk melakukan gerakan senam ini. Gerakan senam

ergonomic ini sangat efektif dalam memelihara kesehatan karena

gerakannya sangat anatomis, simple, dan tidak berbahaya sehingga dapat

dilakukan oleh semua orang dari anak-anak sampai orang tua (Wulan &

Khomsah, 2021).
2. Manfaat Senam Ergonomik

a. Mengembalikan posisi saraf

b. Memberi sirkulasi oksigen malalui aliran darah ke otak

c. Mengaktifkan kelenjar keringat

d. Sistem pemanas tubuh

(Wulan & Khomsah, 2021).

E. Kerangka Konsep

Hipertensi Pengkajian

Diagnose keperawatan

Intervensi penerapan
senam ergonomik

Evaluasi penerapan Implementasi penerapan


senam sergonomik senam ergonomik
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus


Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode

pendekatan case studi (studi kasus). Studi kasus adalah penelitian yang

dilakukan dengan meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang

terdiri dari unit tunggal dengan pokok pertanyaan yang bekenan “how”

atau “why”. Unit tunggal dapat berupa satu orang atau sekelompok

penduduk yang terkena suatu masalah (Notoatmodjo, 2012).

Studi kasus ini bertjuan untuk menganalisis intervensi keperawatan

yang akan dilakukan yaitu Penerapan Senam Ergonomik Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau Tahun 2022.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah dua responden dengan diagnosa

medis Hipertensi dan dengan intervensi Penerapan Senam Ergonomik

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau Tahun 2022 yang

memiliki kriteria subjek sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi :

1. Pasien yang bersedia menjadi respondend penelitian

2. Pasien dengan diagnosa hipertentensi

3. Pasien berusia 30-60 tahun


4. Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran

5. Komunikatif dan kooperatif

b. Kriteria Eksklusi :

1. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

2. Pasien dengan penyakit komplikasi yang tidak mampu melakukan

senam ergonomik

C. Definisi Operasional

1. Hipertensi adalah peningkatakan tekanan darah dari 140/90 mmHg.

2. Senam ergonomic adalah salah satu teknik senam untuk

mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturann system saraf

dan aliran darah serta gerakannya yang mudah untuk dilakukan oleh

anak-anak maupun lansia.

D. Lokasi dan Waktu

1. Studi kasus ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika

Kota Lubuklinggau Tahun 2022.

2. Waktu penelitian dimulai sejak pembuatan proposal pada februari

2022

E. Instrument Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data yang digunakan penulis pada

penelitian ini menggunakan pedoman lembar checklist untuk

mengobservasi tekanan darah pada pasien penderita hipertensi sebelum

dan sesudah dilakukan Penerapan Senam Ergonomik, dan terlampir

Standar Operasional Prosedur (SOP) Senam ergonomic.


F. Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

mengobservasi langsung terhadap pasien hipertensi yang mengalami

peningkatan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam

ergonomic.

2. Langkah Pengumpulan Data

a. Mengurus perijinan Institusi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Poltekkes Kemenkes Palembang untuk melakukan penelitian.

b. Mengurus perijinan dengan Puskesmas Citra Medika Kota

Lubuklinggau untuk melakukan penelitian.

c. Menjelaskan maksud, tujuan dan waktu penelitian pada kepala

ruang atau perawat, penanggung jawab di tempat penelitian dan

melibatkan subjek kedalam penelitian.

d. Meminta kepada responden untuk menandatangani infromed

consent sebagai bukti persetujuan mewakili subjek dalam hal ini

adalah keluarga.

e. Mengidentifikasi atau mendiskusikan kepada subjek tentang senam

ergonomic untuk menurunkan tekanan darah.

f. Melakukan Pemeriksaan tekanan darah pada pasien hipertensi.

g. Melakukan intervensi Senam ergonomik selama kurang lebih 15-

30 menit.
h. Peneliti menilai respon klien terhadap senam ergonomik

i. Setelah dilakukan senam ernomik selama kurang lebih 15-30

menit, dilakukan evaluasi mengukur tekanan darah kembali

j. Melakukan pengolahan data

k. Menyajikan hasil pengolahan data atau hasil penelitian dalam

bentuk tabel dan narasi.

G. Analisa Data

Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif. Analisis

deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendiskripsikan data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan

(Notoatmodjo, 2012 )

H. Penyajian Data

Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data

atau hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi dan table.

I. Etika studi kasus

Menurut Notoatmodjo (2012), penelitian memeliki empat prinsip yang

harus dipegang yaitu :

1. Menghormati harkat dan martabat manuasia (Respect For Human

Dignity)

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (Respect for

Privacy and Confidentially)

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (Respect for Justice an

inclusiveness)
4. Memperhatikan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(Balancing Harms and Benefits)


BAB IV

STUDI KASUS
A. Hasil penelitian

1. Gambaran puskesmas citra medika

Puskesmas Citra Medika terletak di kecamatan Lubuklinggau

Timur I , Di Jln.Yos-sudarso Gg. Binjai No. 104 RT.01 Kelurahan

Batu Urip Taba. Mempunyai wilayah kerja seluas 1390.41 Ha/13,90

km2

Tabel 4. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika

No Nama Kelurahan Luas wilayah (Ha)


1. Taba koji 9.81
2. Taba Jemekeh 920.28

3. Batu Urip Taba 54


4. Watervang 74.25
5. Majapahit 59
6. Air Kuti 199.50
7. Nikan Jaya 34.37

8. Taba Lestari 29.20

Wilayah kerja Puskesmas Citra Medika ini berbatasan dengan :

Sebelah utara : Kecamatan Lubuklinggau Utara II

Sebelah selatan : Kecamatan Lubuklinggau Selatan II

Sebelah Timur : Kecamatan Lubu klinggau Selatan I

Sebelah Barat : Kecamatan Lubuklinggau Timur I


2. Karakteristik Subjek Studi Kasus

Dalam studi kasus ini dipilih dua orang pasien sebagai subyek

menggunakan teknik random sampling. Kedua subyek ini sesuai

dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

a. Subjek I

Subyek I dengan nama Inisial Ny. L yang berumur 45

tahun. Ny. L tinggal di Jl. Binjai Rt 01 Kelurahan Taba

Jemekeh Kecamatan Lubuklinggau Timur I. Ny. L bekerja

sebagai Ibu rumah tangga, Suami Ny. L bekerja sebagai petani.

Ny. L memiliki tiga orang anak. Ny. L memiliki riwayat

penyakit hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan hanya

mengkonsumsi obat amlodipine setiap sebelum tidur. Ny. L

sering mengeluh nyeri ekstremitas bagian bawah dan

punggung, TD : 150/100 mmHg, RR : 22 x/menit, temperatur :

36,5˚c, nadi : 96x/menit, akral dingin, CRT < 3 detik, kulit

tampak pucat.

b. Subjek II

Subyek II dengan nama Inisial Ny. Y yang berumur 45

tahun. Ny. Y tinggal di Jl. Gedang Rt 02 Kelurahan Taba

Jemekeh Kecamatan LubukLinggau Timur I. Ny. Y bekerja

sebagai Ibu rumah tangga, Suami Ny. Y bekerja sebagai petani.

Ny. Y memiliki dua orang anak. Ny. Y memiliki riwayat

penyakit hipertensi sejak 21 tahun yang lalu dan hanya minum


obat amlodipine setiap sebelum tidur. Ny. Y sering mengeluh

nyeri ekstremitas bagian bawah dan pinggang, TD : 140/90

mmHg, RR : 22 x/menit, temperatur : 36,5˚c, nadi : 86x/menit,

akral dingin, CRT < 3 detik, kulit tampak pucat.

B. Pembahasan

1. Hasil Pengkajian

Berdasarkan tahapan proses keperawatan maka langkah pertama

yang harus dilakukan pada kedua subjek adalah pengkajian. Dalam

studi kasus ini pengkajian awal yang dilakukan berfokus pada

penanganan masalah Resiko perfusi perifer tidak efektif dengan

penerapan senam ergonomik pada keluarga yang menderita hipertensi.

Berdasarkan hasil studi kasus, dapat diketahui bahwa saat pengkajian

awal terhadap subjek dapat dilihat seperti tabel 3 dibawah ini :

Tabel 5. Hasil Pengkajian Awal Dua Orang Subjek Studi Kasus

a. Identitas Umum

Indikator pengkajian Subjek I Subjek II

Tanggal pengkajian 12 april 2022 12 April 2022

Nama Kepala Keluarga Tn. M Tn. K

Nama Subjek Ny. L Ny. Y

Umur 45 tahun 45 tahun

Agama Islam Islam


Pendidikan SMP SMP

Pekerjaan IRT IRT

Penghasilan Keluarga 1,5 juta/bulan 1,5 juta/bulan

Suku Bangsa Indonesia Indonesia

Alamat Taba jemekeh Taba jemekeh

b. Komposisi keluarga

Komposisi Nama Umur Hunbungan Pendidikan Pekerjaan Keadaan


keluarga
dengan KK terakhir fisik

Subjek I Tn. M 60 Kepala SMK Petani Baik


keluarga

Ny. L 45 Istri SD IRT Baik

Nn. J 21 Anak SMA Karyawan Baik

Tn. A 17 Anak SMK Pelajar Baik

An. D 10 Anak SD Pelajar Baik

Komposisi Nama Umur Hunbungan Pendidikan Pekerjaan Keadaan


keluarga
dengan KK terakhir fisik

Subjek II Tn. K 49 Kepala SMK Petani Baik


keluarga
Ny. Y 45 Istri SMP IRT Baik

Ny. A 24 Anak S1 Honorer Baik

Tn. M 21 Anak SMA Honorer Baik

c. Genogram

Subjek I

Subjek II

Keterangan :

: Perempuan : Klien

: Laki-laki : Tinggal serumah

: Meninggal
d. Tipe Keluarga

Subjek I Subjek II
Keluarga Tn. M termasuk kedalam tipe Keluarga Tn. K termasuk kedalam tipe
keluarga inti keluarga inti

e. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan Subjek I Subjek II


keluarga

Tahap perkembangan Keluarga Tn. K termasuk Keluarga Tn. K termasuk


keluarga saat ini kedalam tahap kedalam tahap
perkembangan keluarga perkembangan keluarga
usia lanjut usia lanjut

f. Riwayat Kesehatan Inti

Riwayat kesehatan inti Subjek I Subjek II

Riwayat keluarga saat ini Ny. L saat ini menderita Ny. Y saat ini menderita
hipertensi hipertensi

Riwayat penyakit Ny. L memiliki penyakit Ny. Y memiliki penyakit


keturunan keturunan hipertensi keturunan hipertensi

g. Riwayat masing-masing anggota keluarga

Subjek Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Upaya yang


fisik kesehatan dilakukan

Subjek Tn. M 60 65 Baik Lengkap Tidak ada Berobat ke


I puskesmas
Ny. L 45 70 Baik Lengkap Hipertensi Berobat ke
puseksmas

Nn. J 21 50 Baik Lengkap Tidak ada Berobat ke


puskesmas

Tn. M 17 50 Baik Lengkap Tidak ada Berobat ke


puskesmas

An. D 10 21 Baik Lengkap Tidak ada Berobat ke


puskesmas

Subjek Tn. K 49 65 Baik Lengkap Tidak ada Berobat ke


II puskesmas

Ny. Y 45 60 Baik Lengkap Hipertensi Berobat ke


puskesmas

Ny. A 24 53 Baik Lengkap Tidak ada Berobat ke


puskesmas

Tn. M 21 57 Baik Lengkap Tidak ada Berobat ke


puskesmas

h. Sumber pelayanan yang dimanfaatkan :

Sumber pelayanan yang Subjek I Subjek II


dimanfaatkan

Fasilitas kesehatan Puskesmas Puskesmas


i. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan Subjek I Subjek II


keluarga

Keluarga Tn. M hanya Keluarga Tn. M hanya


hanya Ny. L yang Ny. Y yang menderita
menderita hipertensi hipertensi

j. Pengkajian Lingkungan Keluarga

Karakteristik Subjek I Subjek II

Luas Rumah 6 x 12 m2 10 x 12 m2

Tipe rumah permanen Permanen

Kepemilikan milik sendiri milik sendiri

Jumlah kamar 3 5

Ventilasi Baik Baik

Pemanfaatan ruang sesuai fungsi sesuai fungsi

Septik tank ada ada

Sumber Air sumur sumur

Kamar madi bersih bersih

WC Jongkok Jongkok

Sampah Dibakar Dibakar

Kebersihan bersih bersih


k. Struktur Keluarga

Struktur keluarga Subjek I Subjek II

Pola komunikasi Menerapkan komunikasi Menerapkan komunikasi


terbuka, dan terbuka, dan
menguunakan bahasa menguunakan bahasa
daerah daerah

Struktur kekuatan Tn. M sebagai kepala Tn. K sebagai kepala


keluarga keluarga, suami dan juga keluarga, suami dan juga
ayah ayah
Tn. M sebagai kepala Tn. M sebagai kepala
Struktur peran keluarga
keluarga keluarga
Peran formal : Peran formal :
Sebagai penanggung Sebagai penanggung
jawab keluarga jawab keluarga
Peran informal : Peran informal :
Membantu istri
Membantu istri
Ny. L sebagai seorang Ny. L sebagai seorang
istri istri
Peran formal : Peran formal :
Sebagai ibu rumah tangga Sebagai ibu rumah tangga
Peran informal : Peran informal :
Membantu suami Membantu suami

Nilai dan Norma Keluarga Tn. M Keluarga Tn. K


memegang peratutan memegang peratutan
asusila yang ada asusila yang ada
A. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif Subjek I Subjek II

Kerukunan hidup Keluarga Tn. M termasuk Keluarga Tn. M termasuk


keluarga yang harmonis keluarga yang harmonis

Interaksi hubungan dalam Keluarga Tn. M Keluarga Tn. K


keluarga berinteraksi sangat baik berinteraksi sangat baik

Anggota Keluarga Yang Tn. M sebagai kepala Tn. K sebagai kepala


dominan Dalam keluarga mempunyai keluarga mempunyai
mengambil keputusan peran besar dalam peran besar dalam
mengambil keputusan mengambil keputusan

Kegiatan keluarga Waktu Keluarga Tn. M mengisi Keluarga Tn. K mengisi


senggang waktu senggang waktu senggang
menonton tv menonton tv

Partisipasi dalam Keluarga Tn. M selalu Keluarga Tn. M selalu


Kegiatan social datang dalam acara datang dalam acara
gotong royong gotong royong

2. Fungsi perawatan keluarga

Subjek I Subjek II

Mengenal masalah Keluarga mampu Keluarga mampu


Kesehatan mengenal dari tanda Dan mengenal dari tanda Dan
gejala gejala

Mengambil keputusan keluarga mengambil keluarga mengambil


Mengenai tindakan yang keputusan dengan keputusan dengan
tepat berobat ke puskesmas berobat ke puskesmas
atau pelayanan kesehatan atau pelayanan kesehatan
lainnya lainnya

Merawat anggota Keluarga bingung dalam Keluarga bingung dalam


Keluarga yang Sakit merawat anggota merawat anggota
keluarga yang sakit, yang keluarga yang sakit, yang
biasa dilakukan hanya biasa dilakukan hanya
mengkonsumsi obat mengkonsumsi obat
amlodipine amlodipine

Memelihara Lingkungan keluarga selalu keluarga selalu


Rumah yang sehat membersihkan rumah membersihkan rumah
setiap hari setiap hari

Menggunakan Pelayanan keluarga menggunakan keluarga menggunakan


Kesehatan di Masyarakat pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
masyarakat (puskesmas) masyarakat (puskesmas)

3. Fungsi reproduksi

Subjek I Subjek II

pasangan yang belum menopause pasangan yang belum menopause

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi Subjek I Subjek II

Pemenuhan sandang keluarga Tn. M keluarga Tn. M


Pengan memenuhi sandang memenuhi sandang
pangan dari hasil pangan dari hasil
Berkebun Berkebun

Pemanfaatan sumber Keluarga mempunyai Keluarga mempunayi


yang ada di masyarakat kebun kebun karet

l. Stress dan koping keluarga

Stress dan koping Subjek I Subjek II

Stressor jangka pendek kondisi yang diderita kondisi yang diderita

Stress jangka panjang Tidak ada Tidak ada

Respon keluarga Selalu bermusyawarah Selalu bermusyawarah


Terhadap stressor dalam mengahadapi dalam mengahadapi
masalah masalah

Strategi koping Keluarga bertukar Keluarga bertukar


pendapat Dalam pendapat Dalam
menyikapi masalah menyikapi masalah

m. Pemeriksaan fisik

Pemerikasaan Fisik Subjek I Subjek II

Keadaan umum :

1. Kesadaran Composmetis Composmetis

2. GCS 5 5

3. Tekanan darah 150/100 mmHg 140/90 mmHg

4. Denyut Nadi 96 x/menit 86 x/menit


5. Pernapasan 22 x/menit 22 x/menit

6. Suhu badan 36,5 ˚c 36,5˚c

Kepala :

1. Bentuk Bulat Bulat

2. Keluahan Tidak ada nyeri kepala Tidak ada nyeri kepala

Mata :

1. Kelopak mata Tidak ada infeksi Tidak ada infeksi

2. Konjungtiva Ananemis Ananemis

3. Sclera Anikterik Anikterik

4. Pupil Isokor Isokor

Hidung :

1. Reaksi alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi

2. Sinus Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan

Mulut dan tenggorokan


:

1. Gigi Tidak ada karies Tidak ada karies

2. Nyeri telan Tidak ada Tidak ada

Dada dan axilla :

1. Mamae Simetris Simetris


2. Kelainan Tidak ada Tidak ada

Pernapasan :

1. Jalan napas Tidak ada sumbatan Tidak ada sumbatan

2. Suara napas Vesikuler Vesikuler

3. Alat bantu napas Tidak ada Tidak ada

Sirkulasi jantung :

1. Irama Lup dup Lup dup

2. Kelainan bunyi Tidak ada Tidak ada

Abdomen :

1. Inspeksi Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan

2. Auskultasi Normal Normal

3. Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan

4. Perkusi Normal Normal

Ekstremitas :

1. Turgor kulit Baik Baik

2. Warna kulit Pucat Pucat

3. Kesulitan Tidak ada Tidak ada


Tabel 6. Analisa Data

Subjek I. Ny. L

No Data Sifat Masalah Kemungkinan


masalah penyebab

1. Subjektif : Aktual Nyeri akut Ketidakmampuan


keluarga memberi
- Ny. L
perawatan pada
mengatakan
anggota keluarga
sering nyeri
yang sakit
ekstremitas
bawah dan
punggung
Objektif :

- TTV :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 36,5˚c
RR : 22 x/menit

2. Subjektif : Aktual Defisit Ketidakmampuan


pengetahuan keluarga memberi
- Klien bertanya
penyebab perawatan pada

nyeri anggota keluarga

ekstremitas yang sakit

yang terjadi
Objektif :

- Klien tampak
bertanya
tentang cara
pencegahan
risiko perfusi
perifer tidak
efektif

3. Subjektif : Risiko Risiko perfusi Ketidakmampuan


perifer tidak keluarga memberi
- Ny. L sering
efektif perawatan pada
mengeluh
anggota keluarga
nyeri
yang sakit
ekstremitas
bawah dan
punggung
Objektif :

- Pengisian
kapiler < 3
detik
- Nadi teraba
- Akral dingin
- Turgor kulit
baik
- TTV :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 36,5˚c
RR : 22 x/menit
Subjek II. Ny. Y

No Data Sifat Masalah Kemungkinan


masalah penyebab

1. Subjektif : Aktual Nyeri akut Ketidakmampuan


keluarga memberi
- Ny. Y
perawatan pada
mengatakan
anggota keluarga
sering nyeri
yang sakit
ekstremitas
bawah dan
pinggang
Objektif :

- TTV :
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,5˚c
RR : 22 x/menit

2. Subjektif : Aktual Defisit Ketidakmampuan


pengetahuan keluarga memberi
- Klien bertanya
penyebab perawatan pada

nyeri anggota keluarga

ekstremitas yang sakit

yang terjadi
Objektif :

- Klien tampak
bertanya
tentang cara
pencegahan
risiko perfusi
perifer tidak
efektif

3. Subjektif : Risiko Risiko perfusi Ketidakmampuan


perifer tidak keluarga memberi
- Ny. Y sering
efektif perawatan pada
mengeluh
anggota keluarga
nyeri
yang sakit
ekstremitas
bawah dan
pinggang
Objektif :

- Pengisian
kapiler < 3
detik
- Nadi teraba
- Akral dingin
- Turgor kulit
baik
- TTV :
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,5˚c
RR : 22 x/menit
Skoring Prioritas Masalah

Masalah : (Subjek I) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Tabel 7 .Tabel Skoring Diagnosa (Baylon& Maglaya)

No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat Masalah : Masalah


bersifat
Aktual 3 1 3/3x1
aktual karena
=1
Resiko 2 Ny. L
mengalami
Sejahtera / Sehat 1
nyeri
ekstremitas

2. Kemugkinan masalah Adanya rasa


dapat di rubah : ingin tau cara
2 2 2/2x2
untuk
Mudah =2
1 mencegah
Sebagian resiko perfusi
0
perifer tidak
Tidak Dapat
efektif pada
hipertensi

3. Potensial untuk dicegah : Masalah


dapat
Tinggi 3 1 1/3x1
dicegah
= 0,3
Cukup 2 karena
masalah yang
Rendah 1
terjadi tidak
terlalu berat

4. Menonjolnya Masalah : Masalah


harus segera
Masalah dirasakan dan 2 1 2/2x1
ditangani
harus segera ditangani =1
supaya hal-
Ada masalah tetapi hal yang
1
Tidak perlu ditangani tidak
0 diinginan
Masalah tidak dirasakan
tidak terjadi

Jumlah 4,3

Masalah : (Subjek I) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Tabel 8. Tabel Skoring Diagnosa (Baylon& Maglaya)

No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat Masalah : Masalah


bersifat
Aktual 3 1 3/ 3x1
aktual karena
=1
Resiko 2 Ny. L tidak
mengetahui
Sejahtera / Sehat 1
penyebab
penyakitnya

2. Kemugkinan masalah Adanya rasa


dapat di rubah : ingin tahu
2 2 2/2x2
cara
Mudah =2
mencegah
Sebagian 1 risiko perfusi
perifer tidak
Tidak Dapat 0
efektif pada
hipertensi

3. Potensial untuk dicegah Masalah


: dapat
1 3/3x1
dicegah
Tinggi =
3 dengan
Cukup 1 edukasi yang
2
telah
Rendah
1 diberikan

4. Menonjolnya Masalah : Menyadari


masalah yang
Masalah dirasakan dan 2 1 2/2x1
ada
harus segera ditangani =1

Ada masalah tetapi


1
Tidak perlu ditangani
0
Masalah tidak dirasakan

Jumlah 5
Masalah : (Subjek I) Risiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Tabel 9. Tabel Skoring Diagnosa (Baylon& Maglaya)

No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat Masalah : Masalah


bersifat
Aktual 3 1 3/3x1
risiko karena
=1
Resiko 2 Ny. L
mengalami
Sejahtera / Sehat 1
nyeri
ekstremitas

2. Kemugkinan masalah Adanya rasa


dapat di rubah : ingin tau cara
2/2x2
untuk
Mudah =2
2 2 mencegah
Sebagian resiko perfusi
1
perifer tidak
Tidak Dapat
0 efektif pada
hipertensi

3. Potensial untuk dicegah : Masalah


dapat
Tinggi 3 1 3/3x1
dicegah
=1
Cukup 2 karena
masalah yang
Rendah 1
terjadi tidak
terlalu berat
4. Menonjolnya Masalah : Masalah
harus segera
Masalah dirasakan dan 2 1 2/2x1
ditangani
harus segera ditangani =1
supaya hal-
Ada masalah tetapi hal yang
1
Tidak perlu ditangani tidak
0 diinginan
Masalah tidak dirasakan
tidak terjadi

Jumlah 5

Masalah : (Subjek II) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Tabel 10. Tabel Skoring Diagnosa (Baylon& Maglaya)

No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat Masalah : Masalah


bersifat
Aktual 3 1 3/3x1
aktual karena
=1
Resiko 2 Ny. Y
mengalami
Sejahtera / Sehat 1
nyeri
ekstremitas

2. Kemugkinan masalah Adanya rasa


dapat di rubah : ingin tau cara
2 2 2/2x2
untuk
Mudah =2
1 mencegah
Sebagian 0 nyeri

Tidak Dapat

3. Potensial untuk dicegah : Masalah


dapat
Tinggi 3 1 1/3x1
dicegah
= 0,3
Cukup 2 karena
masalah yang
Rendah 1
terjadi tidak
terlalu berat

4. Menonjolnya Masalah : Masalah


harus segera
Masalah dirasakan dan 2 1 2/2x1
ditangani
harus segera ditangani =1
supaya hal-
Ada masalah tetapi hal yang
1
Tidak perlu ditangani tidak
0 diinginan
Masalah tidak dirasakan
tidak terjadi

Jumlah 4,3
Masalah : (Subjek II) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Tabel 11. Tabel Skoring Diagnosa (Baylon& Maglaya)

No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat Masalah : Masalah


bersifat
Aktual 3 1 3/ 3x1
aktual karena
=1
Resiko 2 Ny. L tidak
mengetahui
Sejahtera / Sehat 1
penyebab
penyakitnya

2. Kemugkinan masalah Adanya rasa


dapat di rubah : ingin tahu
2 2 2/2x2
cara
Mudah =2
1 mencegah
Sebagian risiko perfusi
0
perifer tidak
Tidak Dapat
efektif pada
hipertensi

3. Potensial untuk dicegah Masalah


: dapat
1 3/3x1
dicegah
Tinggi =
3 dengan
Cukup 1 edukasi yang
2
telah
Rendah
1 diberikan
4. Menonjolnya Masalah : Menyadari
masalah yang
Masalah dirasakan dan 2 1 2/2x1
ada
harus segera ditangani =1

Ada masalah tetapi


1
Tidak perlu ditangani
0
Masalah tidak dirasakan

Jumlah 5

Masalah : (Subjek II) Risiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Tabel 12. Tabel Skoring Diagnosa (Baylon& Maglaya)

No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat Masalah : Masalah


bersifat
Aktual 3 1 3/3x1
risiko karena
=1
Resiko 2 Ny. L
mengalami
Sejahtera / Sehat 1
nyeri
ekstremitas

2. Kemugkinan masalah Adanya rasa


dapat di rubah : ingin tau cara
2/2x2
untuk
Mudah =2
2 2 mencegah
Sebagian resiko perfusi
Tidak Dapat 1 perifer tidak
efektif pada
0
hipertensi

3. Potensial untuk dicegah : Masalah


dapat
Tinggi 3 1 3/3x1
dicegah
=1
Cukup 2 karena
masalah yang
Rendah 1
terjadi tidak
terlalu berat

4. Menonjolnya Masalah : Masalah


harus segera
Masalah dirasakan dan 2 1 2/2x1
ditangani
harus segera ditangani =1
supaya hal-
Ada masalah tetapi hal yang
1
Tidak perlu ditangani tidak
0 diinginan
Masalah tidak dirasakan
tidak terjadi

Jumlah 5
5. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada subjek I, berdasarkan hasil

pengkajian adalah risiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan

ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga

yang sakit dan Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Dan

diagnosa keperawatan pada subjek II adalah risiko perfusi perifer tidak

efektif ditandai dengan ketidakmampuan keluarga memberi perawatan

pada anggota keluarga yang sakit dan Defisit Pengetahuan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota

keluarga yang sakit. Kedua Subjek penelitian mempunyai masalah

keperawatan dengan dua diagnosa keperawatan, yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit

b. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

c. risiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit


Tabel 13. Intervensi Keperawatan

Subjek I. Ny. L

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi


Keperawatan
Tujuan umum Tujuan khusus Kriteria Standar
1. Nyeri akut berhungan Setelah Setelah dilakukan Respon / verbal - Keluarga dapat Manajemen Nyeri
dengan dilakukan 3x tindakan mengetahui Observasi :
ketidakmampuan kunjungan keperawatan tentang masalah 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
keluarga merawat rumah, selama 1× 60 menit kesehatan : durasi, frekuensi, kualitas,
anggota keluarga yang Diharapkan keluarga mampu : Hipertensi intensitas nyeri
sakit nyeri - Mengenal - Keluarga dapat 2. Identifikasi skala nyeri
menurun masalah mengambil Terapeutik :
kesehatan : keputusan/tindak 3. Berikan teknik non
hipertensi an yang tepat farmakologis untuk mengurangi
- Mengambil - Keluarga dapat rasa nyeri
keputusan yang merawat anggota Edukasi :
tepat, keluarga keluarga yang 4. Ajarkan teknik non
mampu Sikap sakit farmakologis untuk mengurangi
menyebutkan rasa nyeri
akibat dari
penyakit
hipertensi
- Merawat anggota tindakan
keluarga dengan
masalah
kesehatan

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon/verbal - Keluarga dapat Edukasi kesehatan :
berhubungan dengan 3x kunjungan tindakan mengetahui Observasi :
ketidakmampuan rumah, Diharapkan keperawatan tentang masalah 1. Identifikasi Kesiapan dan
keluarga merawat tingkat selama 1× 60 menit kesehatan : kemampuan menerima
anggota keluarga yang pengetahuan keluarga mampu : Hipertensi informasi
sakit meningkat. - Mengenal - Keluarga dapat 2. Identifikasi Faktor Faktor yang
masalah mengambil dapat meningkatkan dan
kesehatan : keputusan/tindak menurunkan motivasi dalam
hipertensi Sikap an yang tepat hidup sehat.
- Mengambil - Keluarga dapat Terapeutik :
keputusan yang merawat anggota 3. Jadwalkan pendidikan
tepat, keluarga keluarga yang kesehatan tentang hipertensi
mampu sakit sesuai kesepakatan.
menyebutkan Edukasi :
akibat dari 4. Jelaskan Faktor resiko yang
penyakit dapat mempengaruhi kesehatan
hipertensi
- Merawat anggota Tindakan
keluarga dengan
masalah
kesehatan
3. Risiko perfusi perifer Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon/verbal - Keluarga dapat Edukasi kesehatan :
tidak efektif Ditandai kunjungan rumah tindakan mengetahui Observasi :
dengan 3x diharapkan keperawatan tentang masalah 1. Identifikasi Kesiapan dan
ketidakmampuan keluarga dapat selama 1 x 60 kesehatan : kemampuan menerima
anggota keluarga Mengatasi masalah menit, keluarga Hipertensi informasi
merawat anggota risiko perfusi perifer mampu : - Keluarga dapat 2. Identifikasi Faktor Faktor yang
keluarga yang sakit tidak efektif - Menyebutkan mengambil dapat meningkatkan dan
kembali hal- Sikap keputusan/tindak menurunkan motivasi dalam
hal yang telah an yang tepat hidup sehat.
di diskusikan - Keluarga dapat Terapeutik :
- Merawat merawat anggota 3. Jadwalkan pendidikan
keluarga yang
anggota kesehatan tentang hipertensi
sakit
keluarga yang sesuai kesepakatan.
sakit Edukasi :
Mampu melakukan 4. Jelaskan Faktor resiko yang
senam ergonomik Tindakan dapat mempengaruhi kesehatan

terhadap risiko
perfusi perifer tidak
efektif
Tabel 14. Intervensi keperawatan

Subjek II. Ny. Y

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi


Keperawatan
Tujuan umum Tujuan khusus Kriteria Standar
1. Nyeri akut berhungan Setelah Setelah dilakukan Respon / verbal - Keluarga dapat Manajemen Nyeri
dengan dilakukan 3x tindakan mengetahui Observasi :
ketidakmampuan kunjungan keperawatan tentang masalah 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
keluarga merawat rumah, selama 1× 60 menit kesehatan : durasi, frekuensi, kualitas,
anggota keluarga yang Diharapkan keluarga mampu : Hipertensi intensitas nyeri
sakit nyeri - Mengenal - Keluarga dapat 2. Identifikasi skala nyeri
menurun masalah mengambil Terapeutik :
kesehatan : keputusan/tindak 3. Berikan teknik non
hipertensi an yang tepat farmakologis untuk mengurangi
- Mengambil - Keluarga dapat rasa nyeri
keputusan yang merawat anggota Edukasi :
tepat, keluarga keluarga yang 4. Ajarkan teknik non
mampu Sikap sakit farmakologis untuk mengurangi
menyebutkan rasa nyeri
akibat dari
penyakit
hipertensi
- Merawat anggota tindakan
keluarga dengan
masalah
kesehatan

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon/verbal - Keluarga dapat Edukasi kesehatan :
berhubungan dengan 3x kunjungan tindakan mengetahui Observasi :
ketidakmampuan rumah, Diharapkan keperawatan tentang masalah 1. Identifikasi Kesiapan dan
keluarga merawat tingkat selama 1× 60 menit kesehatan : kemampuan menerima
anggota keluarga yang pengetahuan keluarga mampu : Hipertensi informasi
sakit meningkat. - Mengenal - Keluarga dapat 2. Identifikasi Faktor Faktor yang
masalah mengambil dapat meningkatkan dan
kesehatan : keputusan/tindak menurunkan motivasi dalam
hipertensi Sikap an yang tepat hidup sehat.
- Mengambil - Keluarga dapat Terapeutik :
keputusan yang merawat anggota 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan
tepat, keluarga keluarga yang tentang hipertensi sesuai
mampu sakit kesepakatan.
menyebutkan Edukasi :
akibat dari 4. Jelaskan Faktor resiko yang
penyakit dapat mempengaruhi kesehatan
hipertensi
- Merawat anggota Tindakan
keluarga dengan
masalah
kesehatan
3. Risiko perfusi perifer Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon/verbal - Keluarga dapat Edukasi kesehatan :
tidak efektif Ditandai kunjungan rumah tindakan mengetahui Observasi :
dengan 3x diharapkan keperawatan tentang masalah 5. Identifikasi Kesiapan dan
ketidakmampuan keluarga dapat selama 1 x 60 kesehatan : kemampuan menerima
anggota keluarga Mengatasi masalah menit, keluarga Hipertensi informasi
merawat anggota risiko perfusi perifer mampu : - Keluarga dapat 6. Identifikasi Faktor Faktor yang
keluarga yang sakit tidak efektif - Menyebutkan mengambil dapat meningkatkan dan
kembali hal- Sikap keputusan/tindak menurunkan motivasi dalam
hal yang telah an yang tepat hidup sehat.
di diskusikan - Keluarga dapat Terapeutik :
- Merawat merawat anggota 7. Jadwalkan pendidikan
keluarga yang
anggota kesehatan tentang hipertensi
sakit
keluarga yang sesuai kesepakatan.
sakit Edukasi :
Mampu melakukan 8. Jelaskan Faktor resiko yang
senam ergonomik Tindakan dapat mempengaruhi kesehatan

terhadap risiko
perfusi perifer tidak
efektif
Tabel 15. Implementasi Keperawatan

Subjek I

No Hari / tanggal Diagnosa keperawatan Implemantasi Evaluasi


1. Kamis / 14 april Risiko perfusi perifer Jam : 10.00 WIB Jam : 11.00 WIB
2022 tidak efektif ditandai 1. Memeriksa sirkulasi perifer S : Ny. L mengeluh nyeri ekstremitas bagian bawah dan
dengan ketidakmampuan punggung
2. Mengidentifikasi faktor risiko
anggota keluarga merawat O:
gangguan sirkulasi (mis.
anggota keluarga yang - KU baik
Hipertensi)
sakit - CRT < 3 detik
3. Memonitor nyeri ekstremitas - Pre Senam ergonomik 150/100 mmHg
- Post Senam ergonomik 140/100 mmHg
4. Melakukan hidrasi
- T : 36,5 c
Jam 10.10 - P : 80 x/menit
- Akral dingin
5. Menganjurkan olahraga rutin
- Turgor kulit baik
6. Menganjurkan minum obat A : Risiko perfusi perifer belum teratasi
penurun tekanan darah Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Denyut nadi perifer √
Nyeri ekstremitas √
Pengisian kapiler √
Akral √
Turgor kulit √
Tekanan darah sistolik √
Tekanan darah diastolik √
P : Intervsensi dilanjutkan
1, 2, 3, 5, 6
2. Jumat / 15 april Risiko perfusi perifer tidak Jam : 16.00 WIB Jam : 17.00 WIB
2022
efektif ditandai dengan 1. Memeriksa sirkulasi perifer S : Ny. L mengeluh nyeri ekstremitas bagian bawah dan
ketidakmampuan anggota punggung sedikit berkurang
2. Mengidentifikasi faktor risiko
keluarga merawat anggota O:
gangguan sirkulasi (Mis.
keluarga yang sakit - KU baik
Hipertensi)
- Pre senam ergonomik 140/100 mmHg
3. Memonitor nyeri ekstremitas - Post senam ergonomik 140/100 mmHg
- T : 36,5 c
Jam 16.10
- P : 95 x/menit
4. Menganjurkan olahraga rutin - Pengisian kapiler < 3 detik
- Akral hangat
5. Menganjurkan minum obat
- Turgor kulit baik
penurun tekanan darah
A : Risiko perfusi perifer belum teratasi
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Denyut nadi perifer √
Nyeri ekstremitas √
Pengisian kapiler √
Akral √
Turgor kulit √
Tekanan rah sistolik √
Tekanan darah diastolik √
P : Intervensi dilanjutkan 1, 2, 3, 4, 5

3. Senin / 18 april Risiko perfusi perifer Jam : 16.00 WIB Jam : 17.00 WIB
2022 tidak efektif ditandai 1. Memeriksa sirkulasi perifer S : Ny. L mengeluh nyeri ekstremitas bagian bawah dan
dengan ketidakmampuan punggung berkurang
2. Mengidentifikasi faktor risiko
anggota keluarga merawat O:
gangguan sirkulasi (mis.hipertensi)
anggota keluarga yang - Pre senam ergonomik TD : 140/100 mmHg
sakit 3. Memonitor nyeri ekstremitas - Post senam ergonomik TD : 140/90 mmHg
- T : 36,5 c
bagian punggung sedikit berkurang
- P : 94 x/menit
Jam 16.10 - Pengisian kapiler < 3 detik
- Akral hangat
4. Menganjurkan olahraga rutin
- Turgor kulit baik
5. Menganjurkan minum obat A : Risiko perfusi perifer belum teratasi
penurun tekanan darah Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Denyut nadi perifer √
Nyeri ekstremitas √
Pengisian kapiler √
Akral √
Turgor kulit √
Tekanan darah sistolik √
Tekanan darah diastolik √

P : Intervsensi dihentikan
Tabel 16. Implementasi keperawatan

Subjek II

No Hari / tanggal Diagnosa keperawatan Implemantasi Evaluasi


1. Kamis / 14 april Risiko perfusi perifer Jam : 16.00 WIB Jam : 17.00 WIB
2022 tidak efektif ditandai 1. Memeriksa sirkulasi perifer S : Ny. Y mengeluh nyeri ekstremitas bagian bawah dan
dengan ketidakmampuan pinggang
2. Mengidentifikasi faktor risiko
anggota keluarga O:
gangguan sirkulasi (mis.
merawat anggota - Pre senam ergonomik TD : 140/90 mmHg
Hipertensi)
keluarga yang sakit - Post senam ergonomik TD : 140/90 mmHg
3. Memonitor nyeri ekstremitas - T : 36,5 c
- P : 90 x/menit
4. Melakukan hidrasi
- Pengisian kapiler < 3 detik
Jam 16.10 - Akral hangat
- Turgor kulit baik
5. Menganjurkan olahraga rutin
A : Risiko perfusi perifer belum teratasi
6. Menganjurkan minum obat Kriteria hasil 1 2 3 4 5
penurun tekanan darah Denyut nadi perifer √
Nyeri ekstremitas √
Pengisian kapiler √
Akral √
Tu gor kulit √
Tekanan darah sistolik √
Tekanan darah diastolik √
P : Intervsensi dilanjutkan 1, 2, 3, 5, 6

2. Jumat / 15 april Risiko perfusi perifer Jam : 10.00 WIB Jam : 11.00 WIB
2022
tidak efektif ditandai 1. Memeriksa sirkulasi perifer S : Ny. Y mengeluh nyeri ekstremitas bagian bawah dan
dengan ketidakmampuan pinggang sedikit berkurang
2. Mengidentifikasi faktor risiko
anggota keluarga O:
gangguan sirkulasi (Mis.
merawat anggota - Pre senam ergonomik 140/100 mmHg
Hipertensi)
keluarga yang sakit - Post senam ergonomik TD : 140/90 mmHg
3. Memonitor nyeri ekstremitas - T : 36,5 c
- P : 90 x/menit
Jam 10.10
- Pengisian kapiler < 3 detik
4. Menganjurkan olahraga rutin - Akral hangat
- Turgor kulit baik
5. Menganjurkan minum obat
A : Risiko perfusi perifer belum teratasi
penurun tekanan darah
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Denyut nadi perifer √
Nyeri ekstremitas √
Pengisian kapiler √
Akral √
Turgor kulit √
Te ana darah sistolik √
Tekanan darah diastolic √

P : Intervsensi dilanjutkan 1,2, 3, 4, 5


3. Senin / 18 april Risiko perfusi perifer Jam : 10.00 WIB Jam : 11.00 WIB
2022 tidak efektif ditandai 1. Memeriksa sirkulasi perifer S : Ny. Y mengeluh nyeri ekstremitas bagian bawah dan
dengan ketidakmampuan pinggang berkurang
2. Mengidentifikasi faktor risiko
anggota keluarga O:
gangguan sirkulasi
merawat anggota - Pre senam ergonomik 140/100 mmHg
(mis.hipertensi)
keluarga yang sakit - Post senam ergonomik TD : 130/80 mmHg
3. Memonitor nyeri ekstremitas - T : 36,5 c
- P : 94 x/menit
Jam 10.10
- Pengisian kapiler < 3 detik
4. Menganjurkan olahraga rutin - Akral hangat
- Turgor kulit baik
5. Menganjurkan minum obat
A : Risiko perfusi perifer belum teratasi
penurun tekanan darah
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Denyut nadi perifer √
Nyeri ekstremitas √
Pengisian kapiler √
kral √
Turgor kulit √
Tekanan darah sistolik √
Tekanan darah diastolik √
P : Intervsensi dihentikan

Tabel 17. Evaluasi Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Ny. L

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Ergonomik

Subjek I

No Hari / tanggal PENURUNAN RISIKO PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF


Sebelum dilakukan senam Sesudah dilakukan senam Hasil
ergonomik ergonomic
1. Kamis, 14 april 2022 - Nyeri ekstremitas - Nyeri ekstremitas Klien masih merasakan nyeri, akral
bagian bawah dan berkurang hangat dan tekanan darah sistolik
punggung - Akral hangat menurun 10 mmHg
- Akral dingin - TD : 140/100 mmHg
- TD : 150/100 mmHg
2. Jumat, 15 april 2022 - Nyeri ekstremitas - Nyeri ekstremitas Nyeri ekstremitas dan punggung
bagian bawah dan bagian bawah dan sedikit berkurang, akral hangat dan
punggung punggung sedikit tekanan darah belum menurun
- Akral hangat berkurang
- TD : 140/100 mmHg - Akral hangat
- TD : 140/100 mmHg
3. Senin, 18 april 2022 - Nyeri ekstremitas - Nyeri ekstremitas Nyeri ekstremitas berkurang, akral
bagiang bawah dan berkurang hangat dan tekanan darah diastolic
punggung sedikit - Akral hangat menurun 10 mmHg
berkurang - TD : 140/90 mmHg
- Akral hangat
- TD : 140/100 mmHg

Tabel 18. Evaluasi Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Ny. Y

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Ergonomik

Subjek II

No Hari / tanggal PENURUNAN RESIKO PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF


Sebelum dilakukan senam Sesudah dilakukan senam Hasil
ergonomik ergonomic
1. Kamis, 14 april 2022 - Nyeri ekstremitas - Nyeri ekstremitas Klien masih merasakan nyeri, akral
bagian bawah dan berkurang hangat dan tekanan darah belum
punggung - Akral hangat menurun
- Akral dingin - TD : 140/90 mmHg
- TD : 140/90 mmHg
2. Jumat, 15 april 2022 - Nyeri ekstremitas - Nyeri ekstremitas Nyeri ekstremitas dan punggung
bagian bawah dan bagian bawah dan sedikit berkurang, akral hangat dan
punggung punggung sedikit tekanan darah diastolic menurun 10
- Akral hangat berkurang mmHg
- TD : 140/100 mmHg - Akral hangat
- TD : 140/90 mmHg
3. Senin, 18 april 2022 - Nyeri ekstremitas - Nyeri ekstremitas Nyeri ekstremitas berkurang, akral
bagiang bawah dan berkurang hangat dan tekanan darah diastolic
punggung sedikit - Akral hangat menurun 10 mmHg
berkurang - TD : 130/80 mmHg
- Akral hangat
- TD : 140/90 mmHg
Berdasarkan tabel 17 pada subjek I diketehui bahwa terjadi penurunan

tekanan darah dan risiko perfusi perifer tidak efektif setelah dilakukan intervensi

keperawatan dengan penerapan senam ergonomik dalam tiga hari berturur-turut.

Pada hari pertama evaluasi yang didapatkan yaitu ada penurunan tekanan darah

dari 150/100 mmHg menjadi 140/100 mmHg, pada evaluasi hari kedua

didapatkan penurunan tekanan darah dari 140/100 mmHg menjadi 140/90 mmHg,

serta pada hari ketiga didapatkan penurunan tekanan darah dari 140/100 mmHg

menjadi 140/90 mmHg.

Berdasarkan tabel 18 pada subjek II diketahui perubahan tekanan darah

Pada hari pertama dilakukan penerapan senam ergonomik didapatkan belum ada

penurunan tekanan darah pada klien tetap pada tekanan darah 140/90 mmHg ,

pada hari kedua di dapatkan penurunan tekanan darah dari 140/200 menjadi

140/90 mmHg, Pada hari ketiga didapatkan penurunan tekakan darah dari 140/90

mmHg menjadi 130/80 mmHg.

Pada setiap dilakukan penerapan senam ergonomik dengan waktu 15-20

menit di dapatkan hasil perubahan tekanan darah setelah dilakukan penerapan

senam ergonomic karena menurut Wulan & Khomsah (2021) senam ergonomik

ini dapat menurunkan risiko perfusi perifer tidak efektif dan tekanan darah pada

penderita hipertensi.
BAB V

PEMBAHASAN
A. Pembahasan

Pembahasan ini meliputi penguraian tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan kepada kedua subjek dengan keluarga yang mengalami

masalah risiko perfusi perifer tidak efektif pada penderita hipertensi.

Dalam proses asuhan keperawatan keluarga meliputi Pengkajian,

Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi, dan

Evaluasi.

B. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang

dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan keluarga yang terdiri dari beberapa tahapan (Widagdo, 2016).

Peneliti melakukan pengkajian pada keluarga pada hari Senin

tanggal 11 April 2022. Pengkajian masalah risiko perfusi perifer tidak

efektif ini bertujuan untuk mengetahui dan dapat membantu dalam

menentukan implementasi selanjutnya. Pengkajian ini dilakukan hari

pertama kunjungan rumah 12 April 2022 dengan wawancara didapatkan

data tentang daftar anggota keluarga, riwayat dan tahap perkembangan

keluarga, struktur dan fungsi keluarga, stress dan koping keluarga.

Sedangkan hasil observasi didapatkan tentang keadaan rumah dan

lingkungan sekitar rumah serta keadaan fisik anggota keluarga yang


didapat dengan cara lain seperti pemeriksaan fisik yang terdiri dari

pengukuran tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, tinggi badan dan berat

badan.

Pada subjek I dengan inisial klien Ny. L , umur 45 tahun, hasil

pemeriksaan terhadap subjek I diketahui bahwa subjek mengeluh sering

merasa nyeri ekstremitas bagian bawah dan pinggang, agama Islam,

pendidikan SMP , Jenis kelamin perempuan. Subjek tinggal bersama

suami dan ketiga anaknya. Ny. L memiliki riwayat penyakit hipertensi

sejak 10 tahun yang lalu. Keluhan sering mengeluh nyeri ekstremitas

bagian bawah dan punggung, TD : 150/100 mmHg, RR : 22 x/menit,

temperatur : 36,5˚c, nadi : 96x/menit, akral dingin, CRT < 3 detik, kulit

tampak pucat.

Pada subjek II dengan inisial klien Ny. Y , umur 49 tahun, hasil

pemeriksaan terhadap subjek II diketahui bahwa subjek mengeluh sering

merasa nyeri ekstremitas bagian bawah dan punggung, agama Islam,

pendidikan SMP, Jenis kelamin perempuan. Subjek tinggal bersama

suami dan kedua anaknya. Keluhan sering mengeluh nyeri ekstremitas

bagian bawah dan pinggang, TD : 140/90 mmHg, RR : 22 x/menit,

temperatur : 36,5˚c, nadi : 86x/menit, akral dingin, CRT < 3 detik, kulit

tampak pucat.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan tekanan darah

berada pada nilai 140/90 mmHg. Hipertensi dapat di klasifikasikan

menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer (esensial) faktor yang


mempengaruhinya seperti faktor genetik, stress, dan lingkungan,

sedangkan hipertensi sekunder faktor yang mempengaruhinya seperti

penyakit endokrin, penyakit jantung dan gangguan pada ginjal (Purwono

et al., 2020).

Hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat

bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit

lain. Gejalanya bisa saja merasa sakit kepala atau merasa berat ditengkuk,

telinga berdenging, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan

kabur, dan mimisan (Telaumbauna & Rahayu, 2021).

Hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013

sampai 2018 dengan persentase 25,8% menjadi 34,1%. Berdasarkan jenis

kelamin, laki-laki yang menderita hipertensi sebanyak 31,1% dan

perempuan yang menderita hipertensi sebanyak 36,9% (Wulan &

Khomsah, 2021).

Menurut SDKI 2016 gejala dan tanda mayor ataupun minor dari

risiko perfusi perifer tidak efektif diantaranya nyeri ekstremitas, pengisian

kapiler < 3 detik, nadi menurun, akral teraba dingin, warna kulit pucat, dan

turgor kulit menurun (PPNI, 2017).

Adapun pada kedua subjek tanda dan gejala risiko perfusi perifer

tidak efektif adalah nyeri ekstremitas, akral dingin, dan kulit pucat.
C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon

individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual dan potensial (Widagdo, 2016).

Diagnosa keperawatan keluarga menurut (PPNI, 2017) yang ditemukan

pada kedua Subyek sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit

b. Defisit pengetahuan berhungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit

c. Risiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Pada kasus Ny. L diagnosa yang muncul ada dua yaitu nyeri akut

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit dan risiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (PPNI,

2017).

pada kasus Ny. Y diagnosa yang muncul ada dua juga yaitu nyeri

akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit dan risiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (PPNI,

2017).

Dari 2 diagnosa keperawatan keluarga yang muncul pada kedua


subjek penulis hanya memfokuskan pada I diagnosa keperawatan keluarga

yang menjadi masalah pada kedua subjek saja, risiko perfusi perifer tidak

efektif ditandai dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit (PPNI, 2017).

D. Intervensi Keperawatan

Menurut Siregar et, al, 2020 perencanaan keperawatan keluarga

merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat bersama-

sama sasaran yaitu keluarga untuk dilaksanakan, sehingga masalah

kesehatan dan masalah keperawatan yang telah di identifikasi dapat

diselesaikan. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh peneliti

perencanaan dilakukan dengan melibatkan keluarga klien.

Berdasarkan refrensi (PPNI, 2018) intervensi keperawatan yang

dilakukan untuk mengatasi risiko perfusi perifer tidak efektif ini dengan

penerapan senam ergonomik.

Intervensi ini dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan

risiko perfusi perifer tidak efektif pada kedua subjek yang mengeluhkan

nyeri ekstremitas. Penerapan ini diawali dengan memposisikan klien

dalam posisi duduk di kursi, kemudian mengukur tekanan darah, lalu

memeriksa pengisisan kapiler, akral dan turgor kulit, lalu menyiapkan

karpet kemudian melakukan pemanasan dilanjutkan dengan melakukan

senam ergonomik selama 15-20 menit, pertama dimulai dari gerakan

lapang dada, kedua gerakan syukur dilakukan 5 kali, ketiga gerakan duduk

syukur dilakukan 5 kali, keempat gerakan duduk perkasa dilakukan 5 kali,


dan yang terakhir gerakan berbaring pasrah dilakukan 5 kali. Selain

mengajarkan senam ergonomik peneliti juga akan melakukan penkes

tentang hipertensi dan pencegahannya pada kedua keluarga subjek supaya

bisa melakukan penerapan tersebut secara mandiri.

E. Implementasi Keperawatan

Tindakan yang telah peneliti rencanakan untuk diagnosa tindakan

keperawatan untuk diagnosa risiko perfusi perifer tidak efektif yaitu

dengan menjelaskan apa itu hipertensi, mengajarkan cara mencegah risiko

perfusi perifer dengan penerapan senam ergonomik (PPNI, 2018).

Implementasi yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan rencana

yang telah dibuat, dilakukan selama 3 hari. Subjek I dan II dilaksanakan

pada tanggal 11 April 2022 sampai 1 April 2022. Dilaksanakan dengan

kontrak waktu yang telah disepakati sebelumnya. Implementasi peneliti

lakukan dengan memberikan edukasi pada keluarga tentang apa itu

hipertensi, selanjutnya dilanjutkan dengan tiga hari implementasi senam

ergonomik pada klien. Hasil penelitian tentang penerapan senam

ergonomik juga menyebutkan efektif menurunkan risiko perfusi perifer

tidak efektif pada penderita hipertensi.

Mengkaji tanda-tanda vital (tekanan darah, respirasi, nadi, suhu).

Melakukan penerapan senam ergonomik 15-20 menit. Melakukan

pemeriksaan tekanan darah, akral, turgor kulit sebelum dan setelah

tindakan senam ergonomik.

Senam ergonomik yang dilakukan pada pasien diawali dengan


gerakan lapang dada, kedua gerakan syukur, ketiga gerakan sujud syukur,

keempat gerakan duduk perkasa, kelima gerakan berbaring pasrah,

sebelum dilakukan penerapan senam ergonomik tekanan darah diukur

terlebih dahulu, pada klien I didapatkan hasil tekanan darah 150/100

mmHg, dan pada klien II didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg,

Setelah dilakukan penerapan senam ergonomik selama 15-20 menit,

kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah kembali, pada klien I

didapatkan hasil 140/90 mmHg dan pada klien II didapatkan hasil 140/80

mmHg setelah tiga hari dilakukan penerapan senam ergonomik.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Wulan & Khomsah,

2021) yang berjudul “ Penerapan Senam Ergonomik Terhadap Tekanan

Darah Yang Mengalami Hipertensi Di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar

Lampung Selatan“ berdasarkan hasil penelitian menunjukan penurunan

tekanan sistolik dan daistolik sebesar 10 mmHg.

Hal ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan (Wahyuni et

al., 2020) yang berjudul “Penerapan Senam Ergonomik Dalam

Menurunkan Tekanan Darah Pada Ny. M Dengan Hipertensi” berdasarkan

hasil penelitian menunjukan penurunan tekanan sistolik dan diastolik

sebesar 10 mmHg.

F. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi yang didapatkan berdasarkan evaluasi formatif,

penulis menggunakan pendekatan SOAP dalam melakukan evaluasi

terhadap penerapan tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi yang dapat


dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk

menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang

dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertjuan

menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa keperatawatan,

apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan

perubahan intervensi, atau dihentikan (Widagdo, 2016).

Masalah keperawatan pada kedua subjek tersebut adalah risiko

perfusi perifer tidak efektif. Hasil pengukuran tekanan darah pada subjek I

setelah dilakukan senam ergonomik setiap 3 kali penerapan dengan waktu

antara 15-20 menit didapatkan hasil perubahan tekanan darah 10 mmHg

setelah dilakukan penerapan senam ergonomik. Dari tekanan darah

150/100 mmHg dilakukan penerapan senam ergonomik selama 3 hari

turun menjadi 140/90 mmHg.

Adapun perubahan tekanan darah pada subjek II setelah dilakukan

senam ergonomik setiap 3 kali penerapan dengan waktu antara 15-20

menit didapatkan hasil perubahan tekanan darah 10 mmHg setelah

dilakukan penerapan senam ergonomik. Dari tekanan darah 140/90 mmHg

dilakukan penerapan senam ergonomik selama 3 hari turun menjadi

130/80 mmHg.

Penulis melakukan tindakan keperawatan senam ergonomik

bertujuan untuk mengurangi risiko perfusi perifer tidak efektif pada klien.

Sebelum dilakukan penerapan senam ergonomik kepada kedua subjek,

penulis telah memberikan penjelasan tentang implementasi yang akan


dilakukan yaitu penerapan senam ergonomik untuk mengurangi risiko

perfusi perifer tidak efektif.

Kedua subjek telah dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Pada saat

pengkajian penulis mendapatkan data penyakit genetik hipertensi dari

kedua subjek dan kebiasaan mengkonsumsi garam. Hal ini selaras antara

teori dengan hasil pengkajian yang didapatkan pada kedua subjek tentang

penyakit keturunan dan kebiasaan makan yang menyebabkan hipertensi

pada kedua subjek.

Sebelum dilakukan tindakan keperawatan senam ergonomik

didapatkan hasil pengkajian subjek I dengan inisial Ny. L mengatakan

sering nyeri ekstremitas bagian bawah dan punggung, Ny. L hanya

mengkonsumsi obat amlodipin 5mg setiap malam sebelum tidur.

sedangkan pada subjek II dengan inisial Ny. Y mengatakan sering nyeri

ekstremitas bagian bawah dan bagian punggung, Ny. Y hanya

mengkonsumsi obat amlodipin 5mg setiap malam sebelum tidur.

Pada subjek II dengan inisial klien Ny. Y , umur 49 tahun, hasil

pemeriksaan terhadap subjek II diketahui bahwa subjek mengeluh sering

merasa nyeri ekstremitas bagian bawah dan punggung, agama Islam,

pendidikan SMP, Jenis kelamin perempuan. Subjek tinggal bersama

suami dan kedua anaknya. Keluhan sering mengeluh nyeri ekstremitas

bagian bawah dan pinggang, TD : 140/90 mmHg, RR : 22 x/menit,

temperatur : 36,5˚c, nadi : 86x/menit, akral dingin, CRT < 3 detik, kulit

tampak pucat.
Pada penelitian Subjek I dan Subjek II, bahwa terjadi penurunan

Tekanan darah dan penurunan risiko perfusi perifer tidak efektif dengan

penerapan senam ergonomik. Pada Subjek 1 setelah dilakukan penerapan

senam ergonomik setiap 3 kali perlakuan dengan waktu antara 15-20 menit

didapatkan hasil perubahan tekanan darah 10 mmHg setelah dilakukan

Penerapan senam ergonomik. Dari tekanan darah 150/100 mmHg

dilakukan Penerapan senam ergonomik selama 3 hari turun menjadi

140/90 mmHg, penerapan senam ergonomik dapat menurunkan tekanan

darah dan risiko perfusi perifer tidak efektif (Wulan & Khomsah, 2021).

Adapun perubahan tekanan darah pada subyek II pada hari pertama

dilakukan Penerapan senam ergonomik didapatkan belum ada penurunan

tekanan darah pada subjek II, pada hari kedua tekanan darah diastolic yang

menurun 10 mmHg sedangkan tekanan darah sistolik belum ada

penurunan. Pada hari ketiga didapatkan tekanan darah diastolik menurun

10 mmHg.

Pada hari ketiga penulis juga melakukan edukasi kesehatan kepada

subjek I dan subjek II tentang kepatuhan memeriksakan kesehatan di

fasilitas kesehatan terdekat, kepatuhan meminum obat, menjaga pola

konsumsi garam dan melakukan olahraga seperti senam ergonomik yang

dapat mencegah tekanan darah tinggi dan mencegah risiko perfusi perifer

tidak efektif pada klien.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wulan &

Khomsah yang berjudul “ Penerapan Senam Ergonomik Terhadap


Tekanan Darah Yang Mengalami Hipertensi Di UPTD PSLU Tresna

Werdha Natar Lampung Selatan“ berdasarkan hasil penelitian menunjukan

penurunan tekanan sistolik dan daistolik sebesar 10 mmHg (Wulan &

Khomsah, 2021).

Hal ini juga serupa dengan penelitian lain yang dilakukan Wahyuni

yang berjudul “Penerapan Senam Ergonomik Dalam Menurunkan

Tekanan Darah Pada Ny. M Dengan Hipertensi” berdasarkan hasil

penelitian menunjukan penurunan tekanan sistolik dan diastolik sebesar 10

mmHg (Wahyuni et al., 2020).


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada

partisipan I keluarga Ny. L dan partisipan II keluarga Ny. Y dengan

risiko perfusi perifer tidak efektif pada penderita hipertensi peneliti

dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian pada keluarga Ny. L didapatkan

mengalami hipertensi dengan hasil pengkajian sering

merasa nyeri ekstremitas bagian bawah dan bagian

punggung. Sedangkan keluarga Ny. Y didapatkan bahwa

Ny. Y menderita hipertensi dengan keluhan sering merasa

nyeri ekstremitas bagian bawah dan pinggang .

2. Diagnosa keperawatan prioritas adalah risiko perfusi perifer

tidak efektif ditandai dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan

masalah yang ditemukan pada keluarga Ny. L dan Ny.y

yaitu Manajemen non farmakologi dengan penerapan senam

ergonomik.

4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan yang telah disusun. Implementasi keperawatan


dilakukan selama 3 hari dengan penerapan senam

ergonomik pada kedua subjek.

5. Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga

hari dalam bentuk SOAP. Diagnosa keperawatan pada

keluarga Ny. L dan Ny.Y teratasi pada hari ke 3.

B. Saran

1. Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Diharapkan dapat menambah bahan bacaan atau referensi

di perpustakaan Poltekes Kemenkes Lubuklinggau terutama

mengenai senam ergonomik.

2. Bagi Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau

Diharapkan puskesmas dapat memfasilitasi penelitian bagi

tenaga keperawatan yang ada di Puskesmas Citra Medika Kota

Lubuklinggau, serta diharapkan Puskesmas Citra Medika dapat

memberikan pendidikan dan pembinaan pada para penderita

Hipertensi tentang penerapan senam ergonomic sebagai tata

laksana mandiri bila mengalami masalah Hipertensi.

3. Bagi mahasiswa Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Data dan hasil penelitian sebagai acuan dan pengembangan

penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini dapat menginspirasi

mahasiswa untuk mengggali lebih lanjut tentang Konsep perawatan

keluarga dan beberapa tindakan mandiri yang dapat dikembangkan


untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat masa

depan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Data dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan

dan pengembangan penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini

dapat menginspirasi peneliti selanjutnya untuk menggali lebih

lanjut tentang konsep perawatan keluarga dan beberapa tindakan

mandiri yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan perawat masa depan.


DAFTAR PUSTAKA

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st Ed.).

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
Ed.).

Purwono, J., Sari, R., Ratna, S., & Budianto, A. (2020). pola konsumsi garam
dengan kejadia hipertensi pada lansia salt consumpation pattern with
hypertension in eldely. Jurnal Wacana Kesehatan, 5.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian RI.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf

Syahfitri, M., Safri, & Jumaini. (2015). Penerapan Senam Jantung Sehat Dan
Senam Ergonomik Kombinasi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. 2.

Telaumbauna, A. C., & Rahayu, Y. (2021). Penyuluhan Edukasi Tentang Penyakit


Hipertensi. Jurnal Abdimas Saintika, 3.

Wahyuni, tiara sri, Syamsudin, & Nurhayati, L. (2020). penerapan snam


ergonomik dalam menurnkan tekanan darah pada ny. m dengan hipertensi.
Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 6, 25–34.

Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga Dan Komunitas. In Modul Bahan


Ajar Cetak Keperawatan.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa).
Wulan, sarinah sri, & Khomsah, ida yatun. (2021). penerapan senam egrenomik
terhadap tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi di UPTD
PSLU tresna werdha natar lampung selatan. Jurnal Kesehatan Baitul
Hikmah, 1, 17–23.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SENAM ERGONOMIK
1. PENGERTIAN Senam ergomik adalah teknik senam untuk
mengembalikan atau membetulkan posisi
dan kelenturan dalam sitem saraf, dan aliran
darah, memaksimalkan supply oksigen ke
otak, membuka system keringat, system
pemanasan tubuh, dan sebagainya.
2. TUJUAN a. Mengoptimalkan suplai darah dan
oksigen ke otak, sehingga fungsi
organ paru, jantung, ginjal, lambung,
usus, dan liver.
b. Meningkatkan kemampuan memori
c. Meningkatkan kemampuan system
saraf
d. Mobilisasi sendi, jaringan lunak
e. Mengurangi nyeri sendi
f. Menurunkan kadar asam urat
g. Mengembalikan dan melenturkan
posisi system saraf dan aliran darah.
3. INDIKASI a. Hipertensi
b. Asam urat
c. Diabetes mellitus
d. Kolesterol
e. Membuka system kecerdasan
f. Dan penyakit lainnya
4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN a. Memperkenalkan diri dan
PASIEN mengidentifikasi klien
b. Jelaskan prosedur tindakan, dan
berikan kesempatan klien untuk
bertanya
c. Siapkan peralatan yang dibutuhkan
d. Atur kenyaman klien
6. ALAT DAN MEDIA Alas lantai, laptop, kamera, video senam
ergonomic
7. LANGKAH- 1. Gerakan lapang dada
LANGKAH Berdiri tegak, kedua lengan diputar,
saat kedua lengan diatas kepala, jari
kaki jinjit. rasakan keluar masuk
nafas dengan rileks.

2. Gerakan syukur
Dimulai dari gerakan berdiri tegak,
lalu badan dibungkukan dan kedua
tangan berpegangan pada kaki.
Ulangi gerakan sebanyak 5 kali

3. Gerakan duduk syukur


Posisi duduk simpuh dengan kedua
tangan mengenggam pergelangan
kaki, tarik nafas lalu badan
membungkung
Ulangi gerakan sebanyak 5 kali.
4. Gerakan duduk perkasa
Menarik nafas dalam lalu tahan lalu
badan membungkuk dan kedua
tangan bertumpu pada paha
Ulangi gerakan sebnyak 5 kali

5. Garakan berbaring pasrah


Posisi kaki ditekuk dilanjutkan
dengan berbaring pasrah. Punggung
menyentuh lantai, dua lengan lurus
ke atas, nafas rileks

8. HAL YANG a. Kenyaman dan kekuatan kondisi


DIPERHATIKAN fisik klien harus selalu diawasi
untuk mengetahui keadaan klien
selama prosedur
b. Perhatikan kontraindikasi tindakan.
Lampiran Foto

Subjek I

Hari pertama :

Hari kedua :

Hari ketiga :
Subjek II

Hari pertama :

Hari kedua :

Hari ketiga :

Anda mungkin juga menyukai