Anda di halaman 1dari 136

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


LATIHAN ISOMETRIK UNTUK PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MEGANG KOTA
LUBUKLINGGAU TAHUN 2018

Disusun Oleh :
MAYANG SARI B
PO.71.20.3.15.035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


LATIHAN ISOMETRIK UNTUK PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MEGANG KOTA
LUBUKLINGGAU TAHUN 2018

Disusun untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

Disusun Oleh :
MAYANG SARI B
PO.71.20.3.15.035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2018
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama Mahasiswa : Mayang Sari B
NIM : PO.71.20.3.15.035
Jurusan : Keperawatan Lubuklinggau
Judul KTI : Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Latihan Isometrik Untuk Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd. Kep) pada Program Studi Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang. Pada tanggal 06 Juli 2018, dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima.

DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes (……………………)

Pembimbing II : Hj. Susmini, SKM, M.Kes (……………………)

Penguji I : Zuraidah, SKM, M.KM (……………………)

Penguji II : H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes (……………………)

Ditetapkan : Lubuklinggau
Pada tanggal: Juli 2018

PERNYATAAN PERSETUJUAN SEMINAR


KARYA TULIS ILMIAH

Judul KTI : Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Latihan


Isometrik Untuk Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018
Nama Mahasiswa : Mayang Sari B
NIM : PO.71.20.3.15.035
Pembimbing : 1. Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes
2. Hj. Susmini, SKM, M.Kes
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan
diseminarkan dalam seminar KTI Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Akademik 2017/2018.

Lubuklinggau, Juni 2018


Pembimbing I Pembimbing II

Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes Hj. Susmini, SKM.M,Kes


NIP. 19770422 199603 1 001 NIP. 19721005 199403 2 003

Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes


NIP. 19760509 199502 1 001
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


LATIHAN ISOMETRIK UNTUK PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MEGANG KOTA
LUBUKLINGGAU TAHUN 2018

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya Keperawatan


Pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes
Palembang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
Karya Tulis Ilmiah yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan di lingkungan Prodi D-3
Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang maupun di
Perguruan Tinggi maupun Instansi manapun. Apabila ternyata di kemudian hari
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Prodi D-3
Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang.

Lubuklinggau, 02 Juni 2018


Yang menyatakan

Mayang Sari B
NIM : PO.71.20.3.15.035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

KARYA TULIS ILMIAH, JULI 2018

Mayang Sari B

Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Latihan Isometrik Untuk


Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018

xiv + 123 Halaman, 13 Tabel, 3 Gambar, 11 Lampiran

ABSTRAK

Hipertensi adalah peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah


arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode, dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah >140/90 mmHg. Hal ini diakibatkan karena penebalan dinding
arteri yang mengurangi ukuran lumen arteri dan penurunan elastisitas arteri, serta
faktor gaya hidup seperti merokok, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan,
kurang berolahraga, dan stress yang berkepanjangan. Latihan isometrik
bermanfaat menurunkan tekanan darah istirahat sistolik dan diastolik, apabila
dilakukan secara teratur. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran
penerapan latihan isometrik dalam penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus dengan
menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Subyek dalam penelitian ini
adalah dua orang penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas megang kota
Lubuklinggau. Adapun kriteria subyek dalam studi kasus ini adalah klien dalam
keadaan gejala hipertensi, klien dengan hipertensi ringan sampai sedang, klien
dengan tahap perkembangan anak usia remaja. Penatalaksanaan hipertensi yang
dilakukan adalah intervensi non farmakologi yaitu penerapan latihan isometrik.
Intervensi pendukung yang dilakukan adalah lakukan pemeriksaan tekanan darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah setelah
dilakukan intervensi penerapan latihan isometrik pada penderita hipertensi.
Diharapkan kepada seluruh staf Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau untuk
dapat melaksanakan intervensi keperawatan penerapan latihan isometrik pada
pasien hipertensi.

Kata Kunci : Hipertensi, Tekanan Darah, Latihan Isometrik


Daftar Pustaka : 36 (2004-2018)

HEALTH DEPARTEMENT OF REPUBLIC INDONESIA


POLYTECHNIC OF HEALTH PALEMBANG
THE FIELD OF NURSING

MASTERPIECE WRITE ERUDITELY, JULI 2018

Mayang Sari B

Application Of Family Nursing Care With Isometric Exercise For Decreased


Blood Pressure On Hypertension Patient In Working Area Puskesmas
Megang Lubuklinggau City In 2018

xiv + 123 Pages, 13 List of Tables, 3 List of Images, 11 List of Attachments

ABSTRACT
Hypertension is an abnormal increase in blood pressure in the arteries more and
more continuously over a period, said hypertension if blood pressure> 140/90
mmHg. This is due to the thickening of the arterial wall which reduces the size of
the arterial lumen and decreases the elasticity of the arteries, as well as lifestyle
factors such as smoking, obesity, excessive alcohol consumption, lack of exercise,
and prolonged stress. Isometric exercise is useful in lowering systolic and
diastolic blood pressure, if done regularly. The purpose of this research was to
obtain a description of the application of isometric exercise in the reduction of
blood pressure in hypertensive patients. This research method using case study
design using nursing care approach that is assessment, nursing diagnoses,
interventions, implementation and evaluation. The subjects in this research there
are two people with hypertension in the work area of the Puskesmas megang
Lubuklinggau city. The subject criterion in this case study is the client in a state of
symptoms of hypertension, clients with mild to moderate hypertension, clients
with the stage of development of teenage children. Management of hypertension
what it does is non-pharmacological intervention is the application of isometric
exercise. Intervention what it does is do check blood pressure.The research result
showed there was a decrease blood pressure after intervention application
isometric exercise on hypertension patient. It is expected that all Puskesmas
Megang Kota Lubuklinggau staff can implement nursing intervention in isometric
exercise in hypertension patients.

Keyword : Hypertension, Blood Pressure, Isometric Exercise


References : 36 (2004-2018)

KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb

Puji syukur Kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan Ridho-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam Karya Tulis
Ilmiah ini penulis meneliti tentang “Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Latihan Isometrik Untuk Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun
2018”.
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dari teknik penulisan
maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang
sifatnya membangun guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah di mana yang akan
datang.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan, saran, keterangan dan data-data baik secara tertulis maupun
lisan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Palembang.
2. Bapak H. Budi Santoso M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Palembang.
3. Bapak H. Jhon Feri S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Lubuklinggau Politeknik KesehatanKemenkes Palembang.
4. Bapak Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes selaku pembimbing I yang juga telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing saya guna kesempurnaan
dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Hj. Susmini, SKM. M.Kes selaku pembimbing II yang juga telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing saya guna kesempurnaan dalam
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Kepada Ayahanda Bambang Irawan dan Ibunda Nurbaiti yang telah banyak
membantu dalam segala hal baik materil maupun moril.
7. Kepada Adikku Yudha Sandewa yang telah mensupport dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan XIV yang telah banyak memberikan
bantuan baik tenaga maupun pikiran.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat


bermanfaat bagi kita semua, Aamiin. Wassalammualaikum Wr. Wb.

Lubuklinggau, Juni 2018

Mayang Sari B

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR............................................. iii
LEMBAR KEASLIAN TULISAN....................................................... iv
ABSTRAK.............................................................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................ vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus................................................................. 5
D. Manfaat Studi Kasus............................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi....................................................... 8
2. Etiologi Hipertensi.......................................................... 9
3. Manifestasi Klinis Hipertensi.......................................... 11
4. Patofisiologi Hipertensi................................................... 12
5. WOC Hipertensi.............................................................. 16
6. Komplikasi Hipertensi..................................................... 18
7. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi................................. 21
8. Penatalaksanaan Hipertensi............................................. 22
B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga......................................................... 23
2. Struktur Keluarga ............................................................ 23
3. Fungsi Keluarga............................................................... 24
4. Tugas Keluarga................................................................ 28
5. Ciri-ciri Keluarga............................................................. 28
6. Tipe Keluarga................................................................... 29
7. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga...................... 30
8. Strategi Koping Keluarga................................................ 35
C. Konsep Keperawatan Keluarga
1. Pengertian ....................................................................... 36
2. Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan....................... 36
3. Tugas Keluarga Dalam Kesehatan................................... 36
4. Tahap Dengan Perkembangan Anak Usia Remaja.......... 39
D. Konsep Perkembangan Anak Usia Remaja
1. Pengertian ....................................................................... 40
2. Peran, Tanggung Jawab dan Masalah Orang Tua............ 41
3. Masalah Yang Terjadi Pada Keluarga Dengan Tahap Perkembangan
Anak Usia Remaja........................................................... 41
E. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian ....................................................................... 43
2. Diagnosa Keperawatan.................................................... 49
3. Intervensi Keperawatan................................................... 50
4. Implementasi ................................................................... 62
5. Evaluasi ........................................................................... 63
F. Konsep Tekanan Darah
1. Pengertian Tekanan Darah............................................... 66
2. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah.......................... 66
3. Tekanan Darah Normal dan Abnormal............................ 68
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah......... 70
5. Alat Pengukur Tekanan Darah......................................... 72
6. Teknik Pengukuran Tekanan Darah................................. 75
E. Latihan Isometrik
1. Pengertian Latihan Isometrik........................................... 78
2. Tujuan Latihan Isometrik................................................. 79
3. Prinsip Latihan Isometrik................................................ 81
4. Keuntungan dan Kerugian Latihan Isometrik.................. 82
5. Pengaruh Latihan Isometrik terhadap Tekanan Darah..... 82
F. Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis/Desain Studi Kasus........................................................ 85
B. Subyek Studi Kasus................................................................ 86
C. Fokus Studi Kasus.................................................................. 86
D. Definisi Operasional Fokus Studi........................................... 86
E. Pengumpulan Data dan Instrumen Studi Kasus...................... 87
F. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus.............................................. 87
G. Analisa Data Dan Penyajian Data........................................... 88
H. Etika Studi Kasus.................................................................... 88
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil........................................................................................ 90
B. Pembahasan............................................................................ 91
C. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................. 120
B. Saran....................................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Penderita Hipertensi.................................................... 3
Tabel 2.1 Skala Untuk Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan ...... 49
Tabel 2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga Hipertensi........ 49
Tabel 2.3 Perkiraan Hipertensi Berdasarkan Tingkatan Usia.................. 69
Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan Darah ...................................................... 72
Tabel 2.5 Ukuran Bladder ...................................................................... 73
Tabel 2.6 Suara Korotkof ....................................................................... 78
Tabel 4.1 Data Umum Subyek Penelitian .............................................. 91
Tabel 4.2 Komposisi Keluarga................................................................ 92
Tabel 4.3 Komposisi Keluarga................................................................ 92
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik.................................................................... 93
Tabel 4.5 Analisa Data............................................................................. 94
Tabel 4.6 Skoring Masalah...................................................................... 96
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Perbedaan Manometer Aneroid dan Merkuri...................... 73
Gambar 2.2 Berbagai Ukuran Manset ................................................... 74
Gambar 2.3 Stetoskop ............................................................................ 75
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Karya Tulis Ilmiah


Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Karya Tulis Ilmiah Dari Dinas Kesehatan
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Karya Tulis Ilmiah Dari Dinas Kesehatan
Lampiran 4 : Lembar Informed Consent
Lampiran 5 : Surat Pernyataan UKM
Lampiran 6 : Surat Usulan Seminar LTA
Lampiran 7 : Undangan Ujian Seminar KTI
Lampiran 8 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing
Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Proposal Penguji
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi KTI Penguji
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. Berusahalah dengan sungguh-sungguh karena usahamu

tidak akan sia-sia, serta berdo’alah agar usahamu

dipermudah.
2. Nikmati proses mu saat ini, sesulit apa pun itu berusahalah

untuk tidak menyerah karena suatu saat kamu akan

mencapai puncak yang kamu inginkan.

PERSEMBAHAN :

Karya tulis ini kupersembahkan kepada :

1. Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya sehingga karya tulis ini

dapat diselesaikan dengan baik, semoga Allah selalu

melimpahkan berkah dan rahmat-Nya. Aamiin.


2. Kedua orang tua ( Bambang Irawan dan Nurbaiti ) yang

tercinta dan tersayang yang telah mendidik dan

membesarkan serta lelah memberikan dukungan materi,


do’a, kekuatan, kecintaan serta kasih sayangnya kepadaku

hingga aku berhasil sampai saat ini.


3. Untuk adikku Yudha Sandewa yang sudah mau direpotkan

selama ini, yang sudah aku repotkan buat kemana mana,

beli ini dan itu.


4. Untuk Pembimbing Akademikku dan juga sekaligus

pembimbing 1 karya tulis ilmiah ku Bapak Nadi Aprilyadi,

S.Sos, M.Kes, terima kasih untuk bimbingannya, saran, dan

nasehatnya selama 3 tahun ini.


5. Untuk pembimbing 2 ku ibu Hj, Susmini, S.KM, M.Kes.

Terima kasih telah sabar membimbingku dan mengajariku

sehingga dapat menyelesaikan KTI ini.


6. Untuk pengujiku Ibu Zuraidah, S.KM, M.KM dan Bapak H.

Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes. Terima kasih atas kritik dan

sarannya, serta nasehat dan bimbingannya yang sangat

membangun dalam penyelesaian KTI ini.


7. Bapak/Ibu Staf Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi

Keperawatan Lubuklinggau yang telah memberikan

bimbingan selama mengikuti pendidikan di Prodi

Keperawatan Lubuklinggau.
8. Untuk sahabat-sahabatku MAMAA (Mita Prasetya AM, Aipa

Della Saira, Andjany Azhari, Ayu Putri Sundari) Terima

kasih sudah menemani dan membantuku dari awal masuk

sampai wisuda bareng dan semangat, ingat perjuangan

masih panjang, masa depan menunggu kita.


9. Untuk sahabatku dari SMA (Zulva Priska Muzairi,

Khairunnisa, Dwi Rentisiah, Restia Triani Aulia, Rahmalili

Efrida S) Terima kasih selama ini selalu memberi semangat

sampai aku bisa melewati semuanya.


10. Untuk adik bimbinganku (Adik Dewi dan Adek Icha)

Terima kasih untuk semangat dan do’anya buat kakak

selama ini, semoga kalian cepat wisuda juga.


11. Untuk teman-teman se-almamater (Angkatan XIV)

Terima kasih untuk kebersamaannya maupun bantuannya

selama 3 tahun ini, ini adalah awal perjuangan kita dan

masa depan menunggu kita. Sukses untuk kita semua.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI
Nama : Mayang Sari B
NIM : PO.71.20.3.15.035
Tempat tanggal lahir : Lubuklinggau, 20 Januari 1997
Agama : Islam
Alamat : Jln. Pembangunan Kelurahan Pelita
Jaya Kecamatan Lubuklinggau Barat I
Kota Lubuklinggau
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2002-2003 : TK N Pembina
Tahun 2003-2009 : SD N 10 Lubuklinggau
Tahun 2009-2012 : SMP N 7 Lubuklinggau
Tahun 2012-2015 : MAN 1 Lubuklinggau
Tahun 2015-2018 : Politeknik Kesehatan Palembang
Program Studi Keperawatan
Lubuklinggau

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang

berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga

74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui

penyebabnya (Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus

hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025, dari


jumlah 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat

menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2015 (Ardiansyah, 2012).


Pada orang yang berusia di atas 50 tahun, tekanan darah sistolik lebih

besar dari 140 mmHg lebih berisiko terjadinya penyakit kardiovaskular bila

dibandingkan dengan tekanan darah diastolik, namun pada tahun 2008

terdapat sekitar 40% orang dewasa di seluruh dunia berusia 25 tahun ke atas

di diagnosa mengalami hipertensi. Angka kejadian hipertensi begitu

meningkat, dari sekitar 600 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 1 miliar jiwa

pada tahun 2008 (WHO, 2013).


Data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia

Tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas mengalami

hipertensi pada tahun 2014 (WHO, 2015).


Hampir 1 miliar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi.

Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini di seluruh dunia.

Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi.

Hipertensi membunuh hampir 8 miliar orang disetiap tahun didunia dan

hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar

sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita hipertensi

(WHO, 2015).
Berdasarkan data dari Litbang Depkes (2013), hipertensi di Indonesia

merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar

25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan

Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%), dan

Gorontalo (29,4%) (Kemenkes RI, 2014).


Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan Provinsi Sumatera

Selatan, penderita hipertensi pada tahun 2009 sebanyak 35.820 orang, dengan
prevalensi sebesar 53,36% dan proporsi 36,66%. Sedangkan pada tahun 2010

sebanyak 35.716 orang dengan prevalensi sebesar 54,3% (Dinkes Provinsi

Sumsel, 2012).
Salah satu penyakit tidak menular yang banyak dialami oleh masyarakat

yaitu hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi paling umum yang terlihat

pada tingkat perawatan primer dan dapat memicu terjadinya infark

myocardium, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak dideteksi secara

dini dan dirawat secara tepat, penderita hipertensi harus mempunyai

keinginan untuk menjaga dan pengontrolan tekanan darah penderita yang

akan mengurangi beban penyakit penderita (James, 2014).


Faktor faktor yang berkaitan dengan hipertensi antara lain penebalan

dinding arteri, yang mengurangi ukuran lumen arteri, dan penurunan

elastisitas arteri serta faktor gaya hidup seperti merokok, obesitas, konsumsi

alkohol yang berlebihan, kurang berolahraga, peningkatan kadar kolesterol

darah, dan stres yang berkepanjangan (Kozier, 2010).


Penelitian yang dilakukan oleh (Parlindungan, Lukitasari, dan Mudatsir,

2016) menyatakan bahwa latihan isometrik telah menunjukkan pengurangan

tekanan darah istirahat. Keuntungan melakukan latihan isometrik dalam

jangka waktu ± 13 menit, menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung

mencapai nilai yang stabil. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh latihan isometrik terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

TABEL 1.1
JUMLAH PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
DINAS KESEHATAN KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2017
2017
JUMLAH
NO PUSKESMAS PERSENTASE
PENDERITA
(%)
HIPERTENSI
1 PERUMNAS 1.550 jiwa 18%
2 SIDOREJO 657 jiwa 8%
3 MEGANG 1.575 jiwa 18%
4 PETANANG 1.313 jiwa 15%
5 SWASTI TABA 467 jiwa 5%
6 TABA 788 jiwa 9%
7 CITRA MEDIKA 1.331 jiwa 15%
8 SUMBER WARAS 241 jiwa 3%
9 SIMPANG PERIUK 830 jiwa 9%
JUMLAH 8.752 jiwa 100%

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lubuklingau Tahun 2017

Berdasarkan tabel 1.1 Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun

2017 menduduki kasus hipertensi terbesar pertama dengan jumlah penderita

sebanyak 1.575 jiwa (18%) dalam satu tahun, 131 jiwa dalam satu bulan, dan

4 jiwa dalam satu hari.


Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana

penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan latihan isometrik pada

penderita hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018. Penelitian terkait latihan isometrik dapat

menurunkan tekanan darah istirahat. Di wilayah kerja Puskesmas Megang

Kota Lubuklinggau belum pernah dilakukan latihan isometrik pada penderita

hipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Alasan tersebut membuat

peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan

keluarga dengan latihan latihan isometrik untuk penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah di jelaskan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi setelah dilakukan intervensi latihan isometrik di

Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan

latihan isometrik untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau

Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pengkajian pada penerapan asuhan keperawatan keluarga

dengan latihan isometrik untuk penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018.


b. Diketahui diagnosa keperawatan pada penerapan asuhan

keperawatan keluarga dengan latihan isometrik untuk penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018.


c. Diketahui intervensi pada penerapan asuhan keperawatan keluarga

dengan latihan isometrik untuk penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018.


d. Diketahui implementasi pada penerapan asuhan keperawatan

keluarga dengan latihan isometrik untuk penurunan tekanan darah


pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018.


e. Diketahui evaluasi pada penerapan asuhan keperawatan keluarga

dengan latihan isometrik untuk penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018.

D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

yang bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran yang

berhubungan dengan penyakit hipertensi dan dapat memberikan

masukan yang postif bagi perkembangan ilmu dan praktik

keperawatan komunitas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

bagi mahasiswa/I Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi

Keperawatan Lubuklinggau.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi perpustakaan

untuk mengembangkan wawasan serta pengetahuan.


2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan sumbangan

pemikiran untuk tenaga kesehatan khususnya yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi.

3. Bagi Masyarakat
a. Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau untuk mengetahui tentang

cara penurunan tekanan darah.


b. Untuk menambah wawasan, pengetahuan serta keterampilan di

dalam menganalisa permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat

terutama mengenai penyakit hipertensi.


4. Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan sumbangan

pemikiran bagi ilmu dan teknologi keperawatan agar dapat semakin

berkembang.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus

lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi.

Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan

tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung

dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan

pembuluh darah. (Udjianti, 2011).


Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140

mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang terjadi pada

seorang klien pada tiga kejadian terpisah (Ignatavicius, 1994 dalam

Udjianti, 2011). Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih

dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥160/95

mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi

dan hipertensi disebut borderline hypertension (Garis Batas Hipertensi).

Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin.

Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia

dan jenis kelamin (Soeparman, 1999; 205 dalam Udjianti, 2011).


a. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada

waktu berbaring ≥ 130/90 mmHg.


b. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya >

145/95 mmHg.
c. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.

2. Etiologi Hipertensi
Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui. Namun,

sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait. Defek awal

diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh

ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana ketidakmampuan

genetik dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium

dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah jantung.

Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui

kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi adalah

hasil awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan

pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan

tahanan perifer.

Etiologi hipertensi sekunder pada umunya diketahui. Berikut ini

beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder.


a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen).
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi

melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion.

Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali

setelah beberapa bulan.


b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal.
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi

renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri

besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90%

lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh

aterosklerosis atau fibrous displasia (pertumbuhan abnormal jaringan


fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi,

dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.


c. Gangguan endokrin.
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan

hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan

kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada

aldosteron primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan

hipokalemia . aldosteron primer biasanya timbul dari benign adenoma

korteks adrenal. Pheochromocytomas pada medula adrenal yang

paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan.

Pada Sindrom Cushing, kelebihan glukokortikoid yang dieksresi dari

korteks adrenal. Sindrom Cushing’s mungkin disebabkan oleh

hiperplasi adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.


d. Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi

beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.

Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.


e. Neurogenik : tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
f. Kehamilan.
g. Luka bakar.
h. Peningkatan volume intravaskular.
i. Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan

katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut

jantung, dan menyebabkan vasokontriksi, yang mana pada akhirnya

meningkatkan tekanan darah. (Udjianti, 2011).

3. Manifestasi Klinis Hipertensi


Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi. Pada hipertrofi

konsentrik lama, iktus bertambah. Bila terjadi dilatasi ventrikel kiri, iktus

kordis bergeser ke kiri bawah. Pada auskultasi pasien dengan hipertrofi

konsentrik dapat ditemukan S dan bila sudah terjadi dilatasi jantung

didapatkan tanda-tanda insufisisensi mitral relatif.


Pada stadium dini hipertensi, tampak tanda-tanda akibat rangsangan

simpatis yang kronik. Jantung berdenyut cepat dan kuat. Terjadi

hipersirkulasi yang mungkin diakibatkan peningkatan aktivitas sistem

neurohumoral disertai hipervolemia. Pada stadium selanjutnya, timbul

mekanisme kompensasi pada otot jantung berupa hipertrofi ventrikel kiri

yang difus dan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.


Gambaran klinis seperti sesak napas adalah salah satu gejala gangguan

fungsi diastolik, dan peningkatan tekanan pengisian ventrikel walaupun

fungsi sistolik masih normal. Bila berkembang terus, terjadi hipertrofi

eksentrik dan akhirnya menjadi dilatasi ventrikel kemudian timbul gejala

payah jantung. Stadium ini kadangkala disertai dengan gangguan sirkulasi

pada cadangan aliran darah darah koroner dan akan memperburuk kelainan

fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif (Mansjoer, dkk, 2001).

4. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output

(curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah

jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate

(denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem

saraf otonom dan sirkulasi hormon.


Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan

darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan

tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular.


Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga

dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat

tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri

melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respons vagal (stimulasi

parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh

karena itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik

bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik

bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa kontrol ini

gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan untuk menaikkan

re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara

tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.


Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila

tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat

melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena

ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal

berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan

diuresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah

ambang tekanan pada ginjal dalam mengeksresikan garam dan air akan

meningkatkan tekanan arteri sistemik.


Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan

darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada

substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian


diubah oleh converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II

kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi

vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan

mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat

bermakna dalam hipertensi terutama pada aldoteronisme primer. Melalui

peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga

mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada eksresi garam

(Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.


Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya

tahanan perifer vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah

tinggi, kadar renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar

renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian

besar orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.


Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi

esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ

vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan)

arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan

menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan

infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.


Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam

hipertensi. Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang

mempertahankan perfusi jaringan dalam tahanan vaskular dan

mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan

tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi


vaskular nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan

hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air.


Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang

secara progresif. Seseorang dengan hipertensi maligna biasanya memiliki

gejala-gejala morning headaches, penglihatan kabur, dan sesak napas atau

dispnea, dan/atau gejala uremia. Tekanan darah diastolik > 115 mmHg,

dengan rentang tekanan diastolik antara 130-170 mmHg. Hipertensi

maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri, dan stroke.

(Udjianti, 2011).
5. WOC Hipertensi
Aliran darah makin
cepat keseluruh tubuh
Beban kerja jantung sedangkan nutrisi
meningkat dalam sel sudah
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang mencukui kebutuhan
olahraga, genetic, alkohol, konsentrasi garam, obesitas

Kerusakan vaskuler Tekanan sistemik


Hipertensi darah meningkat
pembuluh darah

Perubahan struktur Perubahan nutrisi Krisis situasional Metode koping tidak efektif

Penyumbatan pembuluh Informasi yang MK : Defisit Ketidakefektifan Koping


darah minim Pengetahuan

Resistensi pembuluh
Vasokontriksi darah otak meningkat MK : Nyeri Akut

Suplai O2 ke otak Resiko ketidakefektifan


Gangguan sirkulasi Otak menurun perfusi jaringan otak
Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi Spasme arteriol


pembuluh darah Sistemik Koroner
ginjal
MK : Risiko
Cidera Vasokontriksi Iskemia miokard
Blood flow darah
menurun
MK : Risiko Penurunan
Afterload meningkat Nyeri
Curah Jantung

Respon RAA
Fatigue

Merangsang
aldosteron Kelebihan Volume Cairan
MK : Intoleransi
Aktivitas

Retensi Na Edema

Sumber : (Amin, H. N & Hardhi, K, 2015)


6. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit

jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan

penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko

terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan

mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan

hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat

apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke

beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit

jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.


Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai

mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,

gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan

kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan

koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi stroke dimana terjadi

perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat

mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses

tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic

Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi

yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

a. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang

diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan


intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari

pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak

mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke

daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri

diotak yang mengalami arterosklerosis melemah sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Ensefalopati

juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi

dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong

cairan masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf

pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron-neuron disekitarnya kolap

dan terjadi koma bahkan kematian.


b. Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami

arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah yang nelalui pembuluh darah tersebut, sehingga

miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.

Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan

terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.


c. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerulus.

Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-

unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut


menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran

glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin

sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik

koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut teutama terjadi pada

hipertensi kronik.
d. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan

pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin

lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula

kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan pada retina yang terjadi

akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau

kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi

arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan

vena retina. Penderita retinopati hipertensif pada awalnya tidak

menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada

stadium akhir.

Kerusakan yang lebih parah pada mata terjadi pada kondisi

hipertensi maligna, di mana tekanan darah meningkat secara tiba-tiba.

Manifestasi klinis akibat hipertensi maligna juga terjadi secara

mendadak, antara lain nyeri kepala, double vision, dim vision, dan

sudden vision loss. (Nuraini, 2015)

7. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


Pada foto toraks posisi hipertrofi konsentrik, besar jantung dalam

batas normal. Pembesaran jantung ke kiri terjadi bila sudah ada dilatasi

ventrikel kiri. Terdapat elongasi aorta pada hipertensi yang kronik dan
tanda-tanda bendungan pembuluh paru pada stadium payah jantung

hipertensi.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperlukan adalah Ht serta

ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal. Selain itu juga elektrolit

untuk melihat kemungkinan adanya kelainan hormonal aldosteron.

Pemeriksaan laboratorium urinalisis juga diperlukan untuk melihat adanya

kelainan pada ginjal.


Pada EKG tampak tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri dan strain.

Ekokardiografi dapat mendeteksi hipertrofi ventrikel kiri secara dini

mencakup kelainan anatomik dan fungsional jantung pasien hipertensi

asimtomatik yang belum didapatkan kelainan pada EKG dan radiologi.

Perubahan-perubahan yang dapat terlihat adalah sebagai berikut:


a. Tanda-tanda hipersirkulasi pada stadium dini, seperti hiperkinesis,

hipervolemia.
b. Hipertrofi yang difus (konsentrik) atau yang iregular eksentrik.
c. Dilatasi ventrikel yang dapat merupakan tanda-tanda payah jantung,

serta tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat.

Tanda-tanda iskemia seperti hipokinesis dan pada stadium lanjut

adanya diskinetik. (Mansjoer, dkk, 2001)

8. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi

normal, mengobati payah jantung karena hipertensi, mengurangi

morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit kardiovaskular, dan

menurunkan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular semaksimal

mungkin. (Mansjoer, dkk, 2001).


Pengobatan tanpa obat dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai

berikut :
a. Diet
b. Aktivitas fisik
c. Pendidikan kesehatan (penyuluhan)

B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat

di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung (Departemen

Kesehatan RI, 1988 dalam Ali, 2009). Keluarga adalah dua atau lebih

individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi

dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam

peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan

Maglaya, 1989 dalam Ali, 2009).

2. Struktur Keluarga
Menurut Harnilawati (2013), struktur keluarga menggambarkan

bagaimana keluarga melaksanakan fungsi, keluarga di masyarakat.

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya adalah:


a. Patrilineal.
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.


b. Matrilineal.
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ibu.


c. Matrilokal.
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.
d. Patrilokal.
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.
e. Keluarga kawin.
Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Padila (2012), membagi fungsi

keluarga menjadi 5, yaitu :


a. Fungsi Afektif.
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan

konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta

merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan support dipelajari

dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.


Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi

fungsi afektif adalah:


1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan

mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang


dan dukungan, maka kemampuannya untuk memberi akan

meningkat sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling

mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan

menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain diluar

keluarga.
2) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif

dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui

dan dihargai keberadaan dan haknya.


3) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat

hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan

berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai

sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan

dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak dan antar anak

melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan

kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses identifikasi

yang positif dimana anak meniru perilaku orang tua melalui interaksi

mereka.

b. Fungsi Sosialisasi.
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan (Gegas, 1979 dan Friedman, 1998),

sedangkan Soekanto (2000) mengemukakan bahwa sosialisasi adalah


suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-

norma masyarakat dimana dia menjadi anggota.


Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah

meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan

sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai

melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi.

Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan

perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu

berperan di masyarakat.
c. Fungsi Reproduksi.
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain

banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan

sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua (single parent)
d. Fungsi Ekonomi.
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan

(Gakin atau pra keluarga sejahtera). Perawat berkontribusi untuk

mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan keluarga

meningkatkan status kesehatan mereka.


e. Fungsi perawatan keluarga.
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain

keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan rumah, keluarga juga

berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk

mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.


Keluarga mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau

pertolongan tenaga profesional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi

status kesehatan individu dan keluarga.


Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang

dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Friedman,

1998) :
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

4. Tugas Keluarga
Menurut Jhonson R & Leny R (2010) pada dasarnya tugas keluarga

ada delapan tugas pokok sebagai berikut:


a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan
h. semangat para anggotanya.

5. Ciri-ciri Keluarga
Menurut Ali, 2009 ciri-ciri keluarga adalah sebagai berikut :
a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri dari 2 orang atau lebih dalam satu atap yang mempunyai

hubungan yang intim, pertalian darah/perkawinan.


c. Terorganisasi dibawah asuhan kepala rumah tangga (biasanya bapak

atau ibu atau keluarga lain yang dominan)yang saling berhubungan satu

dengan yang lainnya, saling bergantung antar anggota keluarga.


d. Setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing-masing

yang dikoordinasikan oleh kepala keluarga.


e. Mempunyai keunikan masing-masing serta nilai dan norma hidup yang

didasari sistem kebudayaan.


f. Mempunyai hak otonomi dalam mengatur keluarganya, misalnya dalam

hal kesehatan keluarga.

6. Tipe Keluarga
Beberapa tipe keluarga menurut Allender & Spradley (2001) dalam

Komang, sebagai berikut :


a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak

angkat.
2) Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai

hubungan darah. Misalnya, kakek, nenek, paman dan bibi.


3) Keluarga tanpa Anak (Dyad Family)
Rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
4) Keluarga dengan Orang Tua Tunggal (Single Parents)
Rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung

atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.

5) Single Adult
Rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup

sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti:

perceraian atau ditinggal mati.


b. Keluarga Non Tradisional
1) Commune Family
Lebih dari satu keluarga (dengan anak) tanpa pertalian darah hidup

bersama.
2) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan hidup

bersama dalam satu rumah tangga.


3) Homoseksual
Dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah

tangga.

7. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti

individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan

yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang

berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan keluarga berdasarkan

konsep Duvall dan Miller (Friedman, 1998) dalam Andromoyo (2012)

adalah:

a. Tahap I
Keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai

bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal

atau status lajang ke hubungan baru yang inti,


Tugas perkembangan :
1) Membangun perkawinan memuaskan.
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang

tua).
b. Tahap II
Keluarga sedang mengasuh anak (dimulai dengan kelahiran anak

pertama hingga bayi berusia 30 bulan)

Tugas perkembangan :
1) Perubahan peran menjadi orang tua, perubahan hidup yang sulit,

masa transisi, tugas kritis.


Masalah: suami merasa diabaika, peningkatan perselisihan dan

argumentasi suami dan istri, interupsi dalam jadwal yang continue,

kehidupan seksual dan sosial terganggu.


2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: Peran, interaksi

kebutuhan-kebutuhan, keselamatan, keterbatasn, toilet training,

komunikasi bayi.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya:

Pembentukan kembali pola komunikasi, pembentukan perasaan,

perkawinan, hubungan seksual menurun, konseling KB, hubungan

perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas

dan moral keluarga.


c. Tahap III
Keluarga dengan anak usia pra sekolah (dimulai ketika anak

pertama berusia 2,5-5 tahun)

Tugas perkembangan :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi dan keamanan.


2) Mensosialisasikan anak.
3) Menanamkan nilai dan norma kehidupan.
4) Mulai mengenalkan kultur keluarga.
5) Menanamkan keyakinan beragama.
6) Memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV
Keluarga dengan anak usia sekolah (dimulai ketika anak pertama

berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia

13 tahun, awal dari masa remaja).


Tugas perkembangan :
1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang

sehat.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
4) Membiasakan belajar teratur.
5) Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V
Keluarga dengan anak remaja yang dimulai ketika anak pertama

melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap

ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau

lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 tahun

atau 20 tahun.
Tugas perkembangan :
1) Menyeimbangkan antara kebebasan dan tanggung jawab remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri.


2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
f. Tahap VI
Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda. Keluarga yang

melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh anak pertama

meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”,

ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau

agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum

menikah yang masih tinggal dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-

tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan

dewasa yang mandiri.


Tugas perkembangan :
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga

baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.


2) Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun

istri.
g. Tahap VII
Orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian

salah satu pasangan.


Tugas perkembangan :
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh

arti dengan orang tua (lansia) dan anak-anak.


c. Memperkokoh hubungan perkawinan.
h. Tahap VIII
Keluarga dalam masa pensiun dan lansia, merupakan tahap akhir

dan perkembangan keluarga yang dimulai dengan salah satu atau kedua

pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan

meninggalkan dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.


Tugas perkembangan :
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan.

8. Strategi Koping Keluarga


Menurut Andarmoyo (2012) ada dua strategi koping keluarga yaitu :
a. Strategi koping keluarga internal (dalam keluarga inti):
1) Mengandalkan kelompok keluarga.
2) Penggunaan humor.
3) Pengungkapan bersama yang semakin meningkat (memelihara

ikatan).
4) Mengontrol arti/makna dari masalah: pembentukan kembali kognitif

dan penilaian pasif.


5) Pemecahan masalah keluarga secara bersama-sama.
6) Fleksibilitas peran.
7) Normalisasi.
b. Strategi koping keluarga eksternal (diluar keluarga inti)
1) Mencari informasi.
2) Memelihara hubungan aktif dengan komunitas.
3) Mencari dukungan sosial.
a) Penggunaan jaringan dukungan sosial informal.
b) Penggunaan sistem-sistem sosial formal.
c) Penggunaan kelompok-kelompok mandiri.
4) Mencari dukungan spiritual.
C. Konsep Keperawatan Keluarga
1. Pengertian
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang

dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran atau

penyalur (Jhonson R & Leny R, 2010).

2. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan


a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang

menyangkut kehidupan masayarakat.


b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya.
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan

apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan dan

berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.


d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu

(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam

memelihara para anggotanya.

3. Tugas Keluarga dalam Kesehatan


Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang untuk dapat

mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga

mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan

saling memelihara. Friedman (1998) dalam Jhonson R & Leny R (2010):


a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

4. Peran Perawatan Keluarga


Menurut Jhonson R & Leny R (2010) perawat keluarga juga ikut berperan

aktif dalam perawatan keluarga, seperti yang tertera dibawah ini, antara

lain:
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga

agar :
1) Keluarga dapat melakukan program asuhan keperawatan secara

mandiri.
2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
b. Kordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk

mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar

tidak terjadi tumpang tindi dan pengulangan.


c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah,

klinik maupun dirumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan

perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui

anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada

keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga

nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang

sakit.
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite

atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau

melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.


e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam mengatasi

masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasihat kepada

perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik,

perawat harus bersikap terbuka dan dapat di percaya.


f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayan rumah

sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap

kesehatan keluarga yang optimal.


g. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk

meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran

fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui

sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).


h. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak

terjadi ledakan atau wabah.


i. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta

lingkungan yang sehat.

5. Tahap dengan Perkembangan Anak Usia Remaja


Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain sebagai berikut:
a. Menyeimbangkan antara kebebasan dan tanggung jawab remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri.


b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
d. Mempertahankan etika dan standar moral keluarga.
e. Mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

D. Konsep Perkembangan Anak Usia Remaja


1. Pengertian
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus

kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7

tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan

keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah

hingga berumur 19 tahun atau 20 tahun (Friedman, 1998).


Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak

berusia 19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi

dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya terhadap

orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahapan ini

seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak

remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan

selanjutnya. (Setiawati dan Dermawan, 2008).


Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan

biasanya berakhir sampai pada usia 19 sampai 20 tahun, pada saat anak

meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak

remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar

untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa (Mubarak, 2009).


Berlangsung di usia 13-19 tahun (selama 6-7 tahun). Metamorfosis:

pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi,

pergeseran dimulai dengan kematangan fisik remaja, sejalan dengan peran

orang tua memasuki pertengahan hidup (Preto, 1988).


2. Peran, Tanggung Jawab dan Masalah Orang Tua
Menurut Duval (1977) tugas-tugas perkembangan yang penting

karena masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan bertanggung

jawab ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri mereka sendiri.

Sedangkan menurut Friedman (1988) bahwa tugas orang tua selama tahap

ini adalah belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.


Ketika orang tua menerima remaja apa adanya, dengan segala

kelemahan dan kelebihan mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah

peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa konflik atau sensitivitas

yang tidak pantas, mereka membentuk pola untuk semacam menerima diri

yang sama. Hubungan orang tua dan remaja seharusnya lebih mulus bila

orang tua merasa produktif, puas, dan dapat mengendalikan kehidupan

mereka sendiri dan orang tua/keluarga berfungsi secara fleksibel (Preto,

1988 dalam Friedman, 1988).

3. Masalah Yang Terjadi Pada Keluarga Dengan Tahap Perkembangan

Anak Usia Remaja


Menurut Friedman (1988), pada tahap ini kesehatan fisik anggota

keluarga biasanya baik. Tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal yang

penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan dibicarakan dengan

keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat mulai dari

usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria

dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan

terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan

perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi

kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil


merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena

atletik juga umum terjadi.


Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana,

kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks

merupakan bidang perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini

dengan keluarga, perawat dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah

antara orang tua dan kaum muda, remaja biasanya mencari pelayanan

kesehatan mencakup uji kehamilan, menggunaka obat-obatan, uji AIDS,

keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin.

Bila orang tua diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum

mereka dikumpulkan.
Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang hubungan dan

bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja

dengan orang tua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai

rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga

pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin

diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan.

E. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Menurut Gusti (2013), pengkajian asuhan keperawatan keluarga

meliputi :
a. Data Umum
1) Identitas Kepala Keluarga
Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat dan telepon jika

ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga

yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, agama, pendidikan,

status imunisasi dan genogram.


2) Tipe Keluarga
Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga tradisional atau

tipe keluarga non tradisional).


3) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa atau kebiasaan-kebiasaan terkait dengan

kesehatan.
4) Agama
Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga

yang dapat mempengaruhi kesehatan.

5) Status Sosial Ekonomi Keluarga


Status sosial ekonomi keluarga juga ditentukan oleh pendapatan

seluruh anggota keluarga baik dari kepala keluarga maupun anggota

keluarga lainnya.
6) Aktivitas Rekreasi
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, tetapi juga

penggunaan waktu luang dan senggang keluarga.


b. Riwayat dan tahap Perkembangan Keluarga (Widyanto, 2004)
1) Tahap Perkembang Keluarga Saat Ini
Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan mengapa

belum terpenuhi.
3) Riwayat Keluarga Inti
Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga, status imunisasi, sumber

kesehatan biasa digunakan serta pengalamannya menggunakan

pelayanan kesehatan.
4) Riwayat Keluarga Sebelumnya
Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami dan

istri.
c. Data Lingkungan (Gusti, 2013)
1) Karakteristik dan Denah Rumah
Menjelaskan gambaran tipe rumah luas bangunan, pembagian

dan pemanfaatan ruang, ventilasi kondisi rumah, tata perabotan,

kebersihan dan sanitasi lingkungan, ada atau tidak sarana air bersih

dan sistem pembangunan limbah.


2) Karakteristik Tetangga dan Komunitasnya
Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat tinggal, nilai

dan norma atau aturan penduduk setempak serta budaya setempat

yang mempengaruhi kesehatan.


3) Mobilitas Keluarga
Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap dalam satu

tempat atau mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.


4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul

atau berinteraksi dengan masyarakat lingkungan tempat tinggal.


5) Sistem Pendukung Keluarga
Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau

dukungan masyarakat setempat serta jaminan pemeliharaan

kesehatan yang dimiliki keluarga untuk meningkatkan upaya

kesehatan.

d. Struktur Keluarga
1) Pola Komunikasi Keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga

menggunakan sistem tertutup atau terbuka, kualitas dan frekuensi

komunikasi yang berlangsung serta isi pesan yang disampaikan.


2) Struktur Kekuatan Keluarga
Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan

keluarga membuat keputusan.


3) Struktur dan Peran Keluarga
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal.


4) Nilai dan Norma Keluarga
Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok

atau komunikasi serta bagaimana nilai dan norma tersebut

mempengaruhi status kesehatan keluarga.


e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki

dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan

psikososial dalam keluarga, dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi Sosial
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, nilai, norma dan budaya serta

perilaku yang berlaku dikeluarga dan masyarakat.


3) Fungsi Pemenuhan (Perawatan/Pemeliharaan) Kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan

perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit.


4) Fungsi Reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota,

metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah

anggota keluarga.
5) Fungsi Ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan sandang, pangan dan papan serta pemanfaatan lingkungan

untuk meningkatkan penghasilan keluarga.


f. Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor Jangka Pendek dan Panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

Sedangkan, stressor jangka panjang yaitu stressor yang saat ini

dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

2) Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi Stressor


Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi

stressor yang ada.


3) Strategi Koing yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.
4) Strategi Adaptasi Disfungsional
Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga yang

tidak adaptif) ketika keluarga menghadapi masalah.


g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga tidak

berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau rumah

sakit yang meliputi pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan

penunjang.
h. Harapan Keluarga
pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses

kehidupan yang aktual dan potensial (Andarmoyo, 2012).

TABEL 2.1
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA
KRITERIA SKOR BOBOT
1. Sifat masalah: 1
a. Tidak /Kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Krisis atau keadaan 1
sejahtera
2. Kemungkinan masalah dapat 2
diubah:
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk 1
dicegah:
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah: 1
a. Masalah berat harus 2
segera ditangani
b. Ada masalah, tetapi 1
tidak perlu harus segera
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Andarmoyo, 2012
Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan
Skor x Bobot
Angka tertinggi
TABEL 2.2
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI
No Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada
anggota keluarga yang sakit
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakmampuan keluarga memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit
3. Risiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada
anggota keluarga yang sakit
4. Risiko penurunan curah jantung b.d ketidakmampuan keluarga memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit
5. Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat
3. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA NOC NIC RASIONALISASI
O
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Membantu dalam
ketidakmampuan keluarga keperawatan selama 3x24
komprehensif yang menentukan kebutuhan
memberi perawatan pada jam, pasien dapat
meliputi lokasi, manajemen nyeri dan
anggota keluarga yang sakit mengontrol nyeri dengan
karakteristik, onset/durasi, keefektifan program
kriteria:
2. Membantu dalam
1. Pasien dapat frekuensi, intensitas atau
menemukan kebutuhan
menggambarkan faktor beratnya nyeri dan faktor
manajemen nyeri dan
penyebab nyeri pencetus
2. Pasien dan keluarga 2. Gali pengetahuan dan keefektifan program
3. Membantu dalam
dapat melaporkan nyeri kepercayaan pasien
menemukan kebutuhan
yang terkontrol mengenai nyeri
3. Tentukan akibat dari manajemen nyeri dan
pengalaman nyeri keefektifan program
4. Membantu dalam
terhadap kualitas hidup
menemukan kebutuhan
pasien (misalnya, tidur,
manajemen nyeri dan
nafsu makan, pengertian,
keefektifan program
perasaan, hubungan,
5. Membantu pasien
performa kerja, dan mengerti akan apa yang
tanggung jawab peran) dialami
4. Gali bersama pasien 6. Meningkatkan relaksasi,
faktor-faktor yang dapat meningkatkan
menurunkan atau kemampuan koping
7. Meningkatkan
memperberat nyeri
5. Berikan informasi pengetahuan dan respon
mengenai nyeri, seperti keluarga terhadap
penyebab nyeri, berapa pengalaman nyeri
8. Dukungan dari
lama nyeri akan dirasakan,
keluarga/orang lain dapat
dan antisipasi dari
meningkatkan pemulihan
ketidaknyamanan akibat
maksimal
prosedur
9. Membantu mempercepat
6. Dukung istirahat/tidur
pemulihan
yang adekuat untuk
Peningkatan Latihan
membantu penurunan
1. Menghargai keyakinan
nyeri
7. Berikan informasi yang individu meningkatkan
akurat untuk kepercayaan pasien
2. Awal motivasi yang baik
meningkatkan
dapat meningkatkan awal
pengetahuan dan respon latihan yang baik
3. Dampingan dari
keluarga terhadap
keluarga/orang lain dapat
pengalaman nyeri
8. Libatkan keluarga dalam meningkatkan pemulihan
modalitas penurunan maksimal
4. Dukungan dari
nyeri, jika memungkinkan
9. Kolaborasi dengan pasien, keluarga/orang lain dapat
orang terdekat dan tim meningkatkan pemulihan
kesehatan lainnya untuk maksimal
5. Meningkatkan
memilih dan
pengetahuan dan respon
mengimplementasikan
keluarga terhadap
tindakan penurunan nyeri
pengalaman nyeri
non farmakologi, sesuai
6. Meningkatkan relaksasi
kebutuhan 7. Mengetahui respon
Peningkatan Latihan individu terhadap latihan
1. Hargai keyakinan individu
terkait latihan fisik
2. Pertimbangkan motivasi
individu untuk memulai
atau melanjutkan program
latihan
3. Dampingi individu pada
saat mengembangkan
program latihan untuk
memenuhi kebutuhannya
4. Libatkan keluarga/orang
yang memberi perawatan
dalam merencanakan dan
meningkatkan program
latihan
5. Informasikan individu
mengenai manfaat
kesehatan dan efek
fisiologis latihan
6. Instruksikan individu
untuk melakukan
pemanasan dan
pendinginan dengan
cukup pada saat latihan
7. Monitor respon individu
terhadap program latihan
2. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji respons klien 1. Tanda dan gejala tersebut
ketidakmampuan keluarga keperawatan selama 3x24 terhadap aktivitas dan mengindikasikan
memberi perawatan pada jam, pasien mampu catat denyut nadi (denyut penurunan curah jantung
anggota keluarga yang sakit beraktivitas tanpa keluhan jantung aktivitas ≤ 20 bpm dan perfusi jaringan,
yang berarti dengan kriteria dari denyut jantung akibat peningkatan
hasil: istirahat); catat tekanan preload dan afterload
1. Pasien meningkat
darah pasca aktivitas ventrikel kiri.
dalam aktivitas fisik 2. Penghematan energi
(sistolik meningkat 40
mengurangi konsumsi
mmHg dan diastolik
oksigen pada miokard.
meningkat 20 mmHg);
3. Kemajuan aktivitas
keluhan sesak napas, nyeri
bertahap mencegah
dada, keletihan yang
peningkatan kerja jantung
sangat, diaforesis, pusing
tiba-tiba. Memberikan
atau syncope.
bantuan hanya sebatas
2. Anjurkan klien kebutuhan akan
menggunakan teknik mendorong kemandirian
penghematan tenaga saat dalam melakukan
beraktivitas, seperti aktivitas.
mandi, menyisir rambut,
atau menggosok gigi
dengan posisi duduk, dan
lain-lain. Bantu
pemenuhan aktivitas
sehari-hari sesuai
kebutuhan. Anjurkan
aktivitas secara bertahap
sesuai toleransi klien.
3. Berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas atau
perawatan diri bertahap
jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai
kebutuhan.

3. Risiko cedera b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Pertahankan bed rest 1. Bed rest adekuat dan
ketidakmampuan keluarga keperawatan selama 3x24 selama fase akut. tindakan kenyamanan
2. Berikan tindakan
memberi perawatan pada jam, pasien dan keluarga membantu
kenyamanan untuk
anggota keluarga yang sakit mampu mengontrol nyeri merelaksasikan otot dan
mengurangi sakit kepala
dengan kriteria hasil: menurunkan kecemasan.
1. Mengurangi nyeri seperti masase punggung 2. Bed rest adekuat dan
2. Menurunkan tekanan
dan leher, elevasi kepala, tindakan kenyamanan
pembuluh darah otak.
kompres hangat di dahi membantu
atau leher, teknik merelaksasikan otot dan
relaksasi, meditasi, menurunkan kecemasan.
3. Bed rest adekuat dan
imaginasi terbimbing,
tindakan kenyamanan
distraksi, dan aktivitas
membantu
diversional.
3. Kurangi aktivitas yang merelaksasikan otot dan
merangsang aktivitas menurunkan kecemasan.
4. Bed rest adekuat dan
simpatis yang makin
tindakan kenyamanan
memperberat sakit kepala
membantu
seperti batuk lama,
merelaksasikan otot dan
ketegangan saat defekasi.
4. Bantu klien saat menurunkan kecemasan.
5. Menghentikan
ambulasi.
perdarahan, akibat
pecahnya kapiler nasal.
5. Berikan tampon hidung
dan kompres dengan es
bila terjadi epistaksis.
4. Risiko penurunan curah Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tekanan darah, 1. Peningkatan tekanan
jantung b.d keperawatan selama 3x24 ukur pada kedua darah meningkatkan
ketidakmampuan keluarga jam, pasien mampu ekstremitas baik lengan preload dan beban kerja
memberi perawatan pada mempertahankan tekanan maupun kaki pada awal jantung
2. Peningkatan tekanan
anggota keluarga yang sakit darah dengan kriteria hasil: evaluasi
1. Irama jantung dan 2. Catat kualitas denyutan darah meningkatkan
denyut jantung dalam sentral dan perifer preload dan beban kerja
3. Auskultasi suara napas
batas normal jantung
dan bunyi jantung 3. Peningkatan tekanan
4. Observasi warna kulit,
darah meningkatkan
kelembapan, suhu kulit,
preload dan beban kerja
dan pengisian kembali
jantung
perifer 4. Lingkungan nyaman dan
5. Berikan diet rendah
pembatasan aktivitas
garam dan pembatasan
menurunkan konsumsi
cairan
oksigen miokard
5. Diet rendah garam dan
pembatasan cairan
mencegah peningkatan
volume cairan
ekstraseluler yang dapat
meningkatkan tekanan
darah
5. Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan asuhan Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan
1. Tekankan manfaat 1. Memberikan pengetahuan
ketidakmampuan keluarga keperawatan selama 3x24
kesehatan positif yang manfaat dari yang
menggunakan fasilitas jam, pasien dan keluarga
langsung atau manfaat dilakukan untuk
kesehatan yang ada di mengetahui tentang
jangka pendek yang bisa kesembuhan penyakit
masyarakat penyakit yang diderita
2. Memberikan penjelasan
diterima oleh perilaku
pasien dan keluarganya
tentang memilih mana
kesehatan atau gaya hidup
dengan kriteria hasil:
2. Ajarkan strategi yang yang baik dilakukan dan
1. Pasien dan keluarga
dapat digunakan untuk mana yang tidak baik
dapat menjelaskan
menolak perilaku yang untuk dilakukan
tentang pengertian,
3. Memberikan pengetahuan
tidak sehat atau beresiko
penyebab, tanda dan
tentang penyakit yang
dari pada memberikan
gejala, serta
dialami
saran untuk menghindari
penatalaksanaan pada 4. Mempermudah
atau mengubah perilaku
penyakit hipertensi pemahaman tentang
3. Berikan ceramah untuk
2. Pasien dan keluarga
sesuatu yang dijelaskan
menyampaikan informasi
mengetahui 5. Keluarga membantu
dalam jumlah besar, pada
penggunaan perangkat menemukan pengobatan
keselamatan yang saat yang tepat yang terbaik untuk
4. Gunakan instruksi dibantu
benar keluarganya
3. Pasien dan keluarga komputer, televisi, vidio
Pencegahan Jatuh
mengetahui interaktif, dan teknologi-
1. Membantu dalam
penggunaan prosedur teknologi lainnya untuk
menentukan faktor risiko
perpindahan yang aman menyampaikan informasi
jatuh
5. Manfaatkan sistem
2. Membantu dalam
dukungan sosial dan
menentukan faktor risiko
keluarga
jatuh
Pencegahan Jatuh 3. Mengurangi risiko jatuh
1. Identifikasi perilaku dan yang akan terjadi
4. Mengurangi risiko jatuh
faktor yang
yang akan terjadi
mempengaruhi risiko
5. Mengurangi risiko jatuh
jatuh
yang akan terjadi
2. Identifikasi karakteristik
dari lingkungan yang
mungkin meningkatkan
potensi jatuh (misalnya,
licin dan tangga terbuka)
3. Pindahkan barang-barang
yang diletakkan rendah
(misalnya tempat
menyimpan sepatu dan
meja) yang
membahayakan
4. Hindari meletakkan
sesuatu secara tidak
teratur dipermukaan lantai
5. Sarankan menggunakan
alas kaki yang aman
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan

keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan

minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat

(Gusti, 2013).
Pada kegiatan implementasi ini, terdahulu perawat perlu melakukan

kontrak sebelumnya agar keluarga lebih siap baik fisik maupun psikologis

dalam menerima asuhan keperawatan. Kontrak meliputi waktu

pelaksanaan, materi, siapa yang melaksanakan, siapa anggota keluarga

yang perlu mendapat pelayanan, serta peralatan yang dibutuhkan jika ada.

Kegiatan selanjutnya adalah implementasi sesuai dengan rencana

keperawatan yang telah disusun berdasarkan diagnosa yang diangkat

(Widyanto, 2014).
Menurut Padila (2012), implementasi keperawatan terhadap keluarga

mencakup hal-hal dibawah ini:


a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah

kebutuhan kesehatan, dengan cara:


1) Memberikan informasi: penyuluhan atau konseling
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, dengan cara:


1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan/perawatan
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat dengan cara:


1) Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada, dengan cara:


1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan

keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu

disusun rencana keperawatan yang baru (Gusti, 2013).


Faktor yang perlu dievaluasi dalam keperawatan keluarga bisa

meliputi beberapa ranah, meliputi:


a. Ranah Kognitif (pengetahuan)
Lingkup evaluasi pada ranah kognitif ini menitik tekankan pada

pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang masalahnya, misalnya:

pengetahuan keluarga tentang penyakit, tanda dan gejala yang

menyertainya, pengobatan, perilaku pencegahan, upaya

meminimalkan komplikasi, dsb.


b. Ranah Afektif (emosional)
Hal ini bisa dilihat ketika perawat melakukan wawancara dengan

klien. Dalam hal ini perawat bisa mengamati ekspresi wajah, nada

suara, isi pesan yang disampaikan, dsb.


c. Ranah Psikomotor
Dapat dilakukan dengan melihat bagaimana keluarga melakukan

tindakan yang sudah direncanakan, apakah sesuai atau sebaliknya

tidak sesuai dengan harapan.


Terdapat 3 (tiga) kemungkinan keputusan pada tahap evaluasi ini,

(Andarmoyo, 2012) yaitu:


1) Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan

sehingga rencana mungkin dihentikan


2) Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan

sehingga diperlukan penambahan waktu, resources, dan intervensi

sebelum tujuan berhasil


3) Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan

sehingga perlu :
a) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat
b) Membuat outcome yang baru, mungkin outcome yang

pertama tidak realistis


c) Evaluasi intervensi keperawatan dalam hal ketetapan untuk

mencapai tujuan
Metode evaluasi keperawatan (Widyanto, 2014):
1) Evaluasi formatif (berjalan)
Adalah evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian catatan

perkembangan berorientasi pada masalah yang dialami klien.

Format yang digunakan dalam evaluasi formatif adalah SOAP.


2) Evaluasi sumatif (akhir)
Adalah evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan antara

tindakan yang telah dikerjakan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Jika terjadi kesenjangan, maka proses keperawatan dapat ditinjau

kembali untuk mendapatkan data guna memodifikasi

perencanaan. Format yang digunakan dalam evaluasi sumatif

adalah SOAPIER.
D. Konsep Tekanan Darah
1. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tenaga yang digunakan darah untuk melawan

dinding pembuluh. Tekanan maksimum darah digunakan pada dinding

arteri ketika ventrikel kiri pada jantung mendorong darah melalui katup

aorta ke dalam aorta selama sistole. Tekanan tertinggi tersebut dinamakan

tekanan sistolik. Pada orang dewasa yang sehat normalnya adalah 120

mmHg. (Eviana dan Deswani, 2012).


Ketika jantung istirahat di antara denyutan (diastole), maka tekanan

akan menurun. Tekanan terendah pada dinding arteri pada saat ini disebut

tekanan diastolik. Pada orang dewasa normalnya adalah 80 mmHg.

Tekanan darah diukur dalam milimeter, numeratornya adalah tekanan

sistolik sementara adenominatornya adalah tekanan diastolik. Sebagai

contoh tekanan darah 120/80, maka 120 adalah tekanan sistolik dan 80

adalah tekanan diastolik.


Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik adalah tekanan nadi.

Jika tekanan nadi kecil menunjukkan adanya stroke volume yang kecil atau

peningkatan resistensi perifer atau keduanya. (Eviana dan Deswani, 2012).

2. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah


Berikut merupakan faktor-faktor yang terlibat dalam mempertahankan

tekanan darah. Adanya perubahan dari tekanan darah normal dapat

menghasilkan gangguan pada faktor-faktor di bawah ini baik sendiri atau

kombinasi.
a. Resistensi perifer
Setiap darah meninggalkan jantung akan diedarkan melalui suatu

ikatan dari pembuluh darah yang terdiri atas arteri, arterioles (cabang
arteri kecil), kapiler, dan vena. Arterioles berbentuk selang yang

elastis dengan kapasitas berkontraksi atau dilatasi untuk mengatur

distribusi darah ke berbagai organ, jaringan atau sel. Secara normal,

arterioles dalam keadaan tidak sepenuhnya berkontraksi, dalam arti

kata tidak secara total berkontraksi ataupu relaksasi. Keadaan

semikontraksi ini disebut resisten perifer. Resisten perifer

menimbulkan suatu keadaan hambatan aliran darah yang relatif

konstan. Resisten perifer adalah salah satu dari faktor utama yang

memengaruhi tekanan darah.


b. Pemompaan jantung
Ketika terjadi peningkatan darah yang dipompakan ke dalam arteri

(seperti ketika curah jantung meningkat), maka arteri akan lebih

membesar (menggelembung), menghasilkan peningkatan darah.

Ketika darah yang dipompakan ke dalam arteri sedikit, maka tekanan

darah akan turun.


c. Volume darah
Ketika volume darah rendah, seperti yang terjadi pada perdarahan atau

dehidrasi, tekanan darah akan rendah dikarenakan terjadi penurunan

cairan dalam arteri. Peningkatan jumlah darah meningkatkan tekanan

karena pada saat ini akan terdapat peningkatan volume cairan yang

dapat menimbulkan tekanan dalam arteri.


d. Viskositas darah
Suatu keadaan pekat/kepekatan darah. Viskositas darah tergantung

dari proporsi sel darah dalam plasma. Semakin pekat darah, makan

tekanan darah akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena jantung
membutuhkan kekuatan yang lebih untuk menggerakkan cairan yang

pekat melalui sistem sirkulasi.


e. Elastisitas dinding pembuluh darah
Arteri merupakan jaringan yang elastis yang mempunyai kemampuan

meregang/memanjang dan membesar/menggelembung. Makin elastis,

maka makin kecil tekanan yang diperlukan karena resistensi makin

kecil. Seiring dengan bertambahnya usia, maka dinding arterioles

menjadi lebih elastis, yang mana mengganggu kemampuan elastisitas

pembuluh darah untuk meregang/memanjang dan membesar. (Eviana

dan Deswani, 2012).

3. Tekanan Darah Normal dan Abnormal


a. Tekanan darah normal
Sangat penting untuk mengetahui tekanan darah normal seseorang

karena adanya perbedaan tekanan darah pada setiap individu.

Peningkatan atau penurunan 20-30 mmHg pada tekanan darah

seseorang adalah bermakna, bahkan walaupun itu masih dalam

rentang normal.

TABEL 2.3
PERKIRAAN TEKANAN DARAH DAN HIPERTENSI BERDASARKAN
TINGKATAN USIA
Rata-rata Tekanan Darah
Usia Perkiraan Hipertensi
Normal
Bayi baru lahir 40 mmHg sistolik Tidak dapat ditentukan
1 bulan 85/54 mmHg Tidak dapat ditentukan
1 tahun 95/65 mmHg ≥ 110/75 mmHg
6 tahun 105/65 mmHg ≥ 120/80 mmHg
10-13 tahun 110/65 mmHg ≥ 125/85 mmHg
14-17 tahun 120/80 mmHg ≥ 135/90 mmHg
18 tahun ke atas 120/80 mmHg ≥ 140/90 mmHg
Sumber : (Taylor, C, 1997 dalam Eviana dan Deswani, 2012).
b. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas normal. Bila

penyebab hipertensi dihubungkan dengan patologis penyakit yang


diketahui, maka disebut Hipertensi Sekunder. Sementara itu, bila

penyebab tidak diketahui, maka disebut sebagai Hipertensi Primer

atau Essensial. Hipertensi merupakan penyakit umum. Hipertensi

diastolik persisten yang berkepanjangan (menetap) adalah gangguan

tekanan darah yang sangat serius. Sebagian besar menyebabkan

kematian dini dan kecacatan yang cukup serius.


c. Tekanan darah rendah (hipotensi)
Tekanan darah rendah adalah tekanan darah di bawah normal. Tekanan

darah rendah yang konsisten dapat terjadi umunya pada usia lanjut,

misalkan pada sistolik terbaca 90-115 mmHg namun terlihat tidak ada

efek sakit. Dikatakan sebagai Hipotensi Ortostatik (postural) apabila

tekanan darah rendah, dihubungkan dengan kelemahan pada saat

berada dalam posisi berdiri atau tegak. Hal ini merupakan hasil dari

vasodilatasi perifer tanpa peningkatan kompensasi dalam curah

jantung. Hipotensi tipe ini dapat dicegah dengan cara berdiri atau

bergerak dengan perlahan-lahan,terutama setelah bangun dari tempat

tidur. Selain itu, dapat pula dikoreksi dengan merendahkan kepala,

untuk memulihkan aliran darah ke otak. Beberapa obat-obatan, seperti

meperidine hydrochloride (Demerol) menyebabkan hipotensi, begitu

pula pada beberapa kondisi sakit seperti perdarahan, luka bakar,

muntah berat, dan diare atau ketika terjadi gangguan curah jantung

setelah terjadi serangan penyakit jantung. (Eviana dan Deswani,

2012).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Faktor-faktor yang memengaruhi tekanan darah pada orang sehat di

antaranya adalah sebagai berikut:


a. Usia seseorang. Tekanan darah akan rendah pada saat lahir, meningkat

pada masa remaja, dan sedikit menurun pada masa usia tua. Pada usia

dewasa yang lebih tua akan terjadi penurunan elastisitas arteri

sehingga dapat meningkatkan resistensi perifer dan selanjutnya

meningkatkan tekanan darah.


b. Fluktuasi normal terjadi sepanjang hari. Tekanan darah umunya

rendah pada pagi hari (sehabis bangun pagi), kemudian akan

meningkat sekitar 5-10 mmHg pada sore hari menjelang malam dan

selanjutnya akan turun kembali pada saat tidur.


c. Wanita biasanya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah

daripada pria pada usia yang sama.


d. Tekanan darah meningkat setelah makan.
e. Tekanan darah sistolik meningkat selama periode latihan dan aktivitas

yang kuat/berat.
f. Tekanan darah baisanya tinggi pada orang-orang yang gemuk

dibandingkan dengan orang yang kurus.


g. Emosi, seperti marah, takut, atau gembira yang berlebihan, secara

umum menyebabkan tekanan darah meningkat, tetapi tekanan darah

akan kembali turun ke arah normal ketika situasi tersebuh telah lewat.
h. Tekanan darah seseorang cenderung menjadi rendah ketika dalam

posisi prone (tengkurap) atau supine (telentang) dibandingkan dalam

posisi duduk atau berdiri.


Oleh karena banyaknya faktor yang memengaruhi tekanan darah,

maka pengukuran tekanan darah tidak terlalu bermakna apabila hanya

dilakukan satu kali pengukuran. The American Heart Association

merekomendasikan pembacaan/pengukuran tekanan darah sebanyak 2


hingga 3 kali sebelum memutuskan seseorang tersebut mengalami tekanan

darah tinggi. Pengukuran sebaiknya diambil setelah klien istirahat sekitar 5

menit dan tidak sedang mengonsumsi kafein atapun merokok dalam

jangka waktu 30 menit sebelum diukur. Pada orang dewasa (lebih 18

tahun) bial tekanan diastolik di bawah 95 mmHg berarti normal, bila

tekanan diastolik antar 95 hingga 104 mmHg dipertimbangkan sebagai

batas kenaikan (Kenaikan borderline), sementara tekanan diastolik diatas

104 mmHg dikatakan sebagai peningkatan tekanan darah. Pada orang

dengan peningkatan tekanan darah diatas 104 mmHg, diperlukan

perawatan dan evaluasi yag lebih sering.

TABEL 2.4
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH DAN KRITERIA PEMERIKSAAN
LANJUT
Kategori Sistolik Diastolik Rekomendasi pemeriksaan lanjut
(mmHg) (mmHg)
Normal <130 <85 Evaluasi tiap 2 tahun
Di atas normal 130-139 85-89 Evaluasi tiap tahun dan diskusikan
modifikasi perubahan gaya hidup
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99 Evaluasi dalam 2 bulan
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-108 Evaluasi atau rujuk dalam 1 bulan
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119 Evaluasi atau rujuk dalam 1 minggu
Evaluasi atau rujuk sesegera mungkin
Stadium 4 (sangat berat) ≥210 ≥120
Sumber : (Eviana dan Deswani, 2012).

5. Alat Pengukur Tekanan Darah


Sphigmomanometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

tekanan darah. Bagian-bagian dari sphigmomanometer adalah sebagai

berikut:
a. Manometer. Ada 2 macam manometer yaitu Manometer Aneroid dan

Manometer Merkuri. Jenis yang sering digunakan adalah manometer


merkuri. Pada saat awal pengukuran, air raksa harus berada pada

angka 0 (nol) agar mendapatkan hasil yang akurat.

GAMBAR 2.1
PERBEDAAN MANOMETER ANEROID DAN MANOMETER MERKURI

Sumber : (Media Kesehatan, 2018)

b. Manset mempunyai ukuran yang berbeda-beda dan penggunaan

ukuran ini berdasarkan diameter lingkar lengan atas. Adapun ukuran

lebarnya 20% lebih besar dari ukuran diameter lingkar lengan atas,

sedangkan panjangnya 2 kali lebih besar dari lingkar lengan atas.

TABEL 2.5
UKURAN BLADDER YANG DIREKOMENDASIKAN UNTUK CUFF
TEKANAN DARAH
Luas Panjang
Lingkar Lengan Pada
Nama Manset Bladder Bladder
Pertengahan (Cm)
(Cm) (Cm)
5-7,5 Bayi baru lahir 3 5
7,5-13 Bayi 5 8
13-20 Anak-anak 8 13
24-32 Dewasa 13 24
32-42 Dewasa yang lebih besar 17 32
(gemuk)
45->50 Pada paha 20 42
*Pertengahan lengan didefinisikan sebagai pertengahan jarak dari acromion ke olecranon
Sumber : (Taylor, C, 1997. Dalam Eviana dan Deswani, 2012).
GAMBAR 2.2
BERBAGAI UKURAN MANSET YANG BERBEDA

Sumber : (Masthamedica, 2016)

Selain sphigmomanometer, alat yang juga digunakan adalah stetoskop,

terdiri atas earpiace, tabung, dan chestpiece (terdiri atas bell dan

diafragma). Earpiace harus terletak nyaman di telinga. Tabung panjangnya

antara 20 sampai dengan 40 cm. ukuran yang lebih panjang dapat

mengakibatkan pengurangan transmisi suara. Diafragma menyalurkan

frekuensi suara yang tinggi seperti yang dihasilkan oleh paru-paru maupun

usus. Bila diaphgram diletakkan pada tubuh pasien, suara yang dihasilkan

oleh bagian tubuh akan menggetarkan diaphgram, menciptakan tekanan

gelombang akustik yang berjalan sampai ke tabung lalu ke telinga

pendengar. Bell dari stetoskop memperkuat suara frekuensi rendah seperti

yang dihasilkan oleh jantung dan darah dalam pembuluh darah. Bila “bell”
diletakkan pada tubuh pasien, getaran secara langsung memproduksi

gelombang tekanan akustik yang berjalan ke telinga pendengar.

GAMBAR 2.3
STETOSKOP (A). STETOSKOP (B). BAGIAN DARI CHESTPIECE: BELL
DAN DIAFRAGMA

Sisi bell Sisi diafragma

(A) (B)
Sumber : (Stetostore, 2016)

6. Teknik Pengukuran Tekanan Darah


Pengkajian yang perlu dilakukan sebelum melakukan pengukuran

tekanan darah adalah sebagai berikut:


a. Mengkaji adanya tanda dan gejala perubahan pada tekanan darah

seperti pada hipertensi meliputi: sakit kepala, muka kemerahan,

perdarahan di hidung, lelah (untuk orang tua), tetapi kadang-kadang

tanpa gejala. Beberapa tanda dan gejala hipotensi adalah pusing,

kekacauan mental, lemas, kulit dan membran mukosa pucat dan

sianosis, serta dingin.


b. Mengkaji faktor-faktor yang secara normal memengaruhi tekanan

darah seperti: umur (semakin tua, semakin tinggi, normal pada dewasa

120/80 mmHg), stimulus sistem saraf pusat (dapat meningkatkan


tekanan darah), jenis kelamin (pada saat menstruasi, tekanan darah

cenderung meningkat), obat-obatan: diuretik, narkotika, antihipertensi,

dan antiaritmia (mengakibatkan penurunan tekanan darah), variasi

suhu (pagi hari cenderung tekanan darah lebih rendah, sementara pada

sore hari, tekanan darah cenderung lebih tinggi), stres kerja (dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan darah), perubahan posisi, dan

merokok (mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah yang

mengakibatkan peningkatan tekanan darah).


1) Persiapan Alat
a) Sphigmomanometer
b) Cuff dan pompa
c) Stetoskop
d) Pena
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Cuci tangan (untuk mengurangi penyebaran

mikroorganisme).
b) Jelaskan tujuan dan manfaat, serta prosedur singkat

pengukuran (agar dapat lebih bekerja sama).


c) Sanggah lengan depan atas (ketika klien sedang duduk atau

terlentang) setinggi jantung (penempatan tangan di atas

jantung akan mengakibatkan penurunan palsu tekanan darah).


d) Buka lengan baju yang dapat menyempitkan lengan (untuk

meletakkan manset dan agar pengukuran tidak salah).


e) Pasang manset dengan cukup rapat (2 cm di atas antekubital),

tidak boleh terlalu keras atau kendur (jika terlalu keras atau

kendur dapat mengakibatkan pengukuran yang salah).


f) Letakkan manometer sejajar dengan mata dan tidak boleh

lebih jauh dari 1 meter (untuk mendapatkan hasil pengukuran

yang adekuat).
g) Palpasi arteri radial sambil memompa hingga air raksa naik

30 mmHg di atas dari nilai di mana nadi radial berhenti

berdenyut (untuk mendapatkan nilai maksimum dari sistolik

yang didapat agar pengukuran lebih akurat.


h) Turunkan air raksa dan tunggu hingga 30 detik (mencegah

kongesti vena).
i) Pasang stetoskop di telinga dengan benar.
j) Palpasi arteri brakial hingga didapatkan denyutan dan

letakkan stetoskop di arteri brakial dengan tepat/tidak

menyentuh manset atau baju (penempatan diafragma

stetoskop yang tidak benar dapat mengakibatkan pembacaan

sistolik menjadi lebih rendah dan diastolik menjadi lebih

tinggi).
k) Pompa dan naikkan air raksa hingga 30 mmHg lebih tinggi

dari korotkof satu yang terdengar (sistolik).


l) Turunkan air raksa dengan 2-3 mmHg tiap denyutnya

(penurunan yang terlalu cepat atau terlalu lama dapat

mengakibatkan kesalahan pengukuran).


m) Dengarkan bunyi denyutannya hingga bunyi yang terakhir

(korotkof 4) yang menandakan diastolik.

TABEL 2.6
SUARA KOROTKOF
Fase Gambaran
Fase I Dikarakteristikkan dengan pemunculan pertama, yang ditandai dengan
ketukan ritmis yang jernih (tajam) bersamaan dengan frekuensi nadi yang
berangsur-angsur meningkat intensitasnya. Awitan bunyi bersamaan dengan
tekanan sistolik.
Fase II Dikarakteristikkan dengan bunyi murmur atau Swishing terjadi saat manset
terus mengempis. Saat arteri distensi, ada turbulensi dalam aliran darah.
Ditandai dengan bunyi hembusan atau whoosing.
Fase III Pada fase III bunyi korotkof III menjadi lebih sering. Ditandai bunyi
ketukan yang lebih lembut dari fase I.
Fase IV Bunyi ketukan menjadi lebih rendah jika manset dikempeskan terus.
Tekanan manset turun di bawah tekanan dalam dinding pembuluh. Pada
bayi dan anak, bunyi ini adalah tekanan diastolik. Ditandai dengan bunyi
hembusan lebih lembut yang menghilang.
Fase V Tidak ada bunyi. Pada remaja dan dewasa, fase V merupakan bunyi
diastolik.
Sumber : (Taylor, C, 1997 dalam Eviana dan Deswani, 2012).

E. Latihan Isometrik
1. Pengertian Latihan Isometrik
Latihan isometrik adalah suatu kegiatan terarah untuk melatih

kekuatan otot dan juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi (Taufik,

2014). Kontraksi isometrik adalah salah satu dari kontraksi otot tanpa

terjadinya perubahan panjang otot, sedangkan tonusnya mengalami

peningkatan (Afriwardi, 2010). Latihan isometrik adalah latihan yang

memerlukan kekuatan otot tubuh baik untuk latihan pemanasan atau untuk

program latihan rehabilitasi. Latihan isometrik dapat mencegah terjadinya

atrofi otot. (Sumaryanti, 2009).


Latihan isometrik adalah bentuk latihan statis yang mengkontraksikan

otot dan menghasilkan tahanan tanpa perubahan panjang otot dan tanpa

gerakan sendi (Kisner & Colby, 2007; Millar, McGowan, Cornelisse,

Araujo & Swaine, 2013 dalam Susiladewi, 2015). Tekanan dan tahanan

dihasilkan otot tanpa tegangan mekanis (tahanan x jarak). Sumber

resistensi pada latihan isometrik meliputi menggenggam dan melawan

tahanan secara manual, menggenggam beban pada posisi khusus,

mengatur posisi melawan berat tubuh atau menarik dan mendorong objek

yang tak dapat bergerak. (Kisner & Colby, 2007 dalam Susiladewi, 2015).

2. Tujuan Latihan Isometrik


Latihan isometrik merupakan bagian penting dalam desain program

rehabilitasi untuk meningkatkan kemampuan fungsional. Menurut Taufik

(2014), tujuan melakukan latihan isometrik adalah :


a. Menurunkan tekanan darah istirahat sistolik dan diastolik apabila

dilakukan secara teratur.


b. Memperbaiki massa otot dan kekuatan tubuh bagian atas dan bawah,

penurunan lemak tubuh, meningkatkan kepadatan tulang, mencegah

patah tulang, dan peningkatan kualitas hidup.


Sedangkan menurut Kisner dan Colby (2007) dalam Susiladewi

(2015), tujuan melakukan latihan isometrik adalah:


a. Untuk mencegah dan meminimalisir atropi otot ketika pergerakan

sendi tidak memungkinkan akibat imobilisasi eksternal (gips, bidai,

traksi skeletal).
b. Untuk memperbaiki massa otot, kekuatan tubuh bagian atas dan

bawah, meningkatkan kepadatan tulang. Perubahan yang sangat

bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dan membuat mereka lebih

mobile serta meningkatkan kualitas hidup dengan latihan isometrik.

Berdasarkan perubahan tersebut bahwa latihan isometrik dapat

dikombinasikan dengan olahraga yang dinamis dianjurkan pada

penderita hipertensi dan menjadi bagian dari rejimen perawatan yang

komprehensif.
c. Untuk mengaktifkan otot untuk memulai mengembalikan kontrol

neuromuskuler dengan tetap menjaga jaringan yang mengalami

penyembuhan ketika pergerakan sendi tidak diperbolehkan setelah

cedera jaringan lunak atau operasi.


d. Untuk meningkatkan stabilitas postural dan sendi.
e. Untuk meningkatkan kekuatan otot ketika penggunaan latihan tahanan

dinamik dapat mengganggu integritas sendi atau menyebabkan nyeri

sendi.
f. Untuk mengembangkan kekuatan otot statis khususnya pada titik

ROM sesuai dengan kebutuhan tertentu yang diinginkan.

3. Prinsip Latihan Isometrik


a. Intensitas latihan
Dalam beberapa penelitian, para peneliti memberikan latihan

dengan intensitas 30% untuk penderita hipertensi (Owen, Wiles &

Swaine, 2010 dalam Susiladewi, 2015). Variasi intensitas kontaksi

yang digunakan pada beberapa penelitian dalam yang dikaji dengan

meta analisis oleh Millar, McGowan, Corneilissen, Araujo dan

Swaine, (2013) adalah antara 10%-50% dengan hasil menurunkan

tekanan darah sistolik sebesar 4-15 mmHg, tekanan darah diastolik

sebesar 3-9 mmHg.


b. Durasi aktivasi otot
Untuk mendapatkan perubahan adaptif pada performa otot statis,

kontraksi otot harus diimbangi dengan waktu jeda. Hal ini

memungkinkan adanya istirahat agar tidak terjadi kelelahan otot.

Waktu ini juga memberikan kesempatan untuk terjadinya perubahan

metabolik di otot setelah tekanan puncak (Davies, 2013; Kisner &

Colby, 2007 dalam Susiladewi, 2015).


Menurut Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir (2016) durasi

kontraksi otot untuk pasien hipertensi adalah ± 13 menit setiap kali

latihan dan dilakukan 3 kali dalam seminggu.

4. Keuntungan dan Kerugian Latihan Isometrik


Latihan isometrik oleh pasien dengan posisi statik memiliki beberapa

keuntungan, diantaranya memiliki risiko injuri lebih kecil dibandingkan

latihan lain, memerlukan waktu yang minimal sehingga mengefisiensi

waktu, dapat dilakukan dimana saja asalkan ruang gerak cukup, alat yang

digunakan sedikit atau tidak ada, serta membantu pasien/klien untuk

meningkatkan rentang kontraksi statis (Fair, 2011; Pearl, 2005).


Kerugian yang mungkin dari latihan isometrik adalah bahwa otot yang

terbentuk hanya pada sudut yang dilatih pasien/klien (Fair, 2011 dalam

Susiladewi, 2015).

5. Pengaruh Latihan Isometrik terhadap Tekanan Darah


Penurunan tekanan darah ini disebabkan oleh adanya adaptasi sistem

pembuluh darah yang menurunkan resistensi perifer total yang dapat

mempengaruhi cardiac output. Selain itu, adanya mekanisme neural

mengakibatkan adaptasi yang mempengaruhi aliran darah (McGowan,

Levy, McCartney & MacDonald, 2007). Penelitian terkini menunjukkan

adanya efek penurunan tekanan darah yang signifikan pada tekanan darah

sistolik 13 menit setelah menyelesaikan satu kali latihan. Hasil ini penting

untuk meningkatkan adaptasi tekanan darah jangka panjang (Millar,

MacDonald, Bray & McCartney, 2009 dalam Susiladewi, 2015).


Latihan isometrik mengakibatkan penekanan otot pada pembuluh

darah sehingga menghasilkan stimulus iskemik dan menstimulasi

mekanisme shear stress (Guyton & Hall, 2006). Stimulus iskemik

menginduksi peningkatan aliran arteri brakialis untuk menurunkan efek

langsung iskemia pada pembuluh darah tersebut. Ketika tekanan

dilepaskan, aliran darah pembuluh darah lengan bawah membesar

dikarenakan dilatasi pembuluh darah distal yang menginduksi stimulus

shear stress pada arteri brakialis (McGowan, et al, 2007 dalam Susiladewi,

2015).
Selain itu dalam latihan, kekuatan tekanan akibat sumbatan pada

pembuluh darah, meningkatkan perfusi dan pasokan oksigen selama oklusi

pembuluh darah sehingga menurunkan stimulus aliran (Guyton & Hall,

2006; McGowan, Levy, McCartney & MacDonald, 2007). Jadi, penurunan

puncak reaktivitas aliran darah hiperemia dapat mempengaruhi perubahan

fungsi otot polos pembuluh darah dan mendasari perubahan struktur

pembuluh darah sehingga menyebabkan penurunan resistensi perifer

(McGowan, Levy, McCartney & MacDonald, 2007 Susiladewi, 2015)

F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep membahas ketergantungan antar variabel atau

visualisasi hubungan yang berkaitan atau dianggap perlu antara satu konsep
Diagnosa Keperawatan:
1.
dengan konsep lainnya Risiko
atautinggi
variabel satu dengan variabel lainnya untuk
terhadap penurunan
melengkapi dinamikacurah jantung
situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti.
Pengkajian : 2. Intoleransi aktivitas
3. Perubahan Evaluasi :
1. (Notoadmodjo,
Identitas 2010).
Tekanan
pasien kenyamanan (nyeri
kepala akut) darah
2. Riwayat Intervensi : penderita
kesehatan 4. Risiko tinggi
Berikan hipertensi
3. Pemeriksaan terhadapHipertensi
injuri atau
dorongan menurun
fisik trauma fisik
untuk dengan
5. Perubahan nutrisi
melakukan penerapan
(lebih dari kebutuhan
aktivitas latihan
tubuh)
(Latihan isometrik
6. Kurang pengetahuan
Isometrik)
BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Jenis/Desain Studi Kasus


Rancangan penelitian deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau

menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik

tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status

perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-lain. Atau dengan kata lain,

rancangan ini mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi

saat itu. Deskripsi tersebut dapat terjadi pada lingkup individu di suatu daerah

tertentu, atau lingkup kelompok pada masyarakat di daerah tertentu.

Penelitian ini dapat bersifat kuantitatif dan dapat juga kualitatif (Hidayat,

2011).
Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan meneliti suatu

permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal

dapat berarti satu orang atau sekelompok penduduk yang terkena suatu

masalah (Notoatmodjo, 2012). Desain penelitian ini menggunakan penelitian

deskriptif dalam bentuk studi kasus.


Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

B. Subyek Studi Kasus


Subyek dalam penelitian ini adalah dua orang penderita hipertensi di

Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau.


Kriteria Inklusi :
1. Klien yang di diagnosa hipertensi di Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau.
2. Klien dengan hipertensi ringan sampai hipertensi sedang (140/90 mmHg

sampai 180/110 mmHg)


3. Klien dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
4. Klien dengan tahap perkembangan anak usia remaja. .
5. Klien kooperatif dan dapat berkomunikasi dengan baik.
Kriteria Eklusi :
a. Klien tidak bersedia menjadi responden.
b. Klien yang menderita penyakit selain hipertensi.

C. Fokus Studi Kasus


Perubahan tekanan darah klien hipertensi yang mendapat tindakan latihan

isometrik.

D. Definisi Operasional Fokus Studi


1. Tekanan darah adalah suatu keadaan dimana pembuluh darah mengalami

tekanan ketika dipompa oleh jantung untuk dialirkan ke seluruh tubuh.


2. Pasien hipertensi adalah seseorang yang mengalami peningkatan tekanan

darah yang ditandai oleh rasa sakit kepala (rasa berat di tengkuk),

berkeringat serta sulit tidur akibat meningkatnya tekanan darah.


3. Latihan isometrik adalah suatu aktivitas olahraga yang dapat digunakan

untuk sedikit menurunkan tekanan darah, dengan menggunakan alat yang

sedikit atau tidak ada serta menggunakan waktu yang minimal sehingga

dapat mengefisiensi waktu.

E. Pengumpulan Data Dan Instrumen Studi Kasus


1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi, setelah dilakukan pemberian

latihan isometrik.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Pada penelitian ini instrumen pengumpulan data yang digunakan

adalah dengan melakukan observasi pemberian latihan isometrik dengan

ceklist.
F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Penelitian dilakukan di Puskesmas Megang Kota Lubuk linggau tahun

2018 yang direncanakan pada bulan April 2018.

G. Analisa Data Dan Penyajian Data


Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data atau

hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau teks (tekstular) dan

tabel.

H. Etika Studi Kasus


Menurut Notoadmodjo, 2012. Secara garis besar dalam melaksanakan

sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh yakni :
1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human

Dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian. Disamping itu, peneliti

juga memberikan kebebasan kepada subyek untuk berpartisipasi atau

tidak berpartisipasi dalam penelitian.


2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subyek Penelitian (Respect

for Privacy and Confidentially)

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subyek.

3. Keadilan dan Inklusivitas / Keterbukaan (Respect for Justice an

Inclusiveness)
Prinsip keterbukaan perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan peneliti perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa

semua obyek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang

sama tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya.


4. Memperhatikan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan

(Balancing Harms and Benefits)


Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subyek penelitian pada

khususnya. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah

atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian

subyek penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Studi Kasus
Penelitian ini di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Megang

terletak di Jalan Nangka Lintas RT.01 Kelurahan Ponorogo Kecamatan

Lubuklinggau Utara II. Wilayah kerjanya meliputi 10 kelurahan di

Kecamatan Lubuklinggau Utara II. Wilayah kerja Puskesmas Megang

terdiri dari dataran tinggi, dataran rendah dan perkebunan karet. Dengan

luas wilayah kerja ±1236,12 Ha.


Dalam penelitian ini peneliti mengambil di wilayah kerja Kelurahan

Ulak Surung dengan luas wilayah 1210 km2 dan dengan jumlah

penduduk 4833 jiwa pada tahun 2017.

2. Karakteristik Subyek Studi Kasus


Dalam studi kasus ini dipilih dua orang pasien sebagai subyek studi

kasus. Kedua subyek ini sesuai dengan kriteria inklusi yang telah

ditetapkan.
a. Subyek I
Subyek I dengan nama inisial Ny. L yang berumur 38 tahun. Ny.

L tinggal di Jln. Bengawan Solo Rt. 05 Kelurahan Ulak Surung

Kecamatan Lubuklinggau Utara II. Ny. L bekerja sebagai pedagang

di rumahnya. Ny. L memiliki dua orang anak dengan anak pertama

berada pada usia tahap perkembangan usia remaja.

b. Subyek II
Subyek II dengan nama inisial Ny. D yang berumur 39 tahun.

Ny. D tinggal di Jln. Bengawan Solo Rt. 05 Kelurahan Ulak Surung

Kecamatan Lubuklinggau Utara II. Ny. D membuka usaha dagang

kecil-kecilan dirumah untuk membantu suaminya yang bekerja

sebagai petani. Ny. D memiliki satu orang anak dengan usia tahap

perkembangan usia remaja.

B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian (tanggal) : 20 Mei 2018
a. Data umum

TABEL 4.1
DATA UMUM SUBYEK PENELITIAN

No Subyek I Subyek II
1 Nama KK : Tn. B Nama KK : Tn. I
2 Usia : 39 tahun Usia : 39 tahun
3 Alamat : Kelurahan Ulak Alamat : Kelurahan Ulak
Surung Surung
4 Pekerjaan KK : Buruh Pekerjaan KK : Petani
5 Pendidikan KK : SMA Pendidikan KK : SD

TABEL 4.2
KOMPOSISI KELUARGA
SUBYEK I

Jenis
No Hubungan Pendidika
Nama Kelami Dengan Umur Pekerjaan
. KK n
n
1. Ny. L P Istri 38 SMP Pedagang
2. An. A L Anak 14 SMP Masih sekolah
3. An. H L Anak 13 SMP Masih sekolah

TABEL 4.3
KOMPOSISI KELUARGA
SUBYEK II
Jenis
No Hubungan Pendidika
Nama Kelami Dengan Umur Pekerjaan
. KK n
n
1. Ny. D P Istri 39 SMP Ibu Rumah
Tangga
2. An. P P Anak 16 SMA Masih sekolah

b. Tipe Keluarga
Subyek Penelitian I Keluarga Tn. B termasuk tipe keluarga the

nuclear family / keluarga inti. Tn. B sebagai kepala keluarga dan Ny.

L sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.


Subyek Penelitian II Keluarga Tn. I termasuk tipe keluarga the

nuclear family / keluarga inti. Tn. I sebagai kepala keluarga dan Ny.

D sebagai istri dan ibu dari anaknya.


c. Pemeriksaan Fisik
TABEL 4.4
PEMERIKSAAN FISIK

No
Komponen Subyek I Subyek II
.
1. Tanda-tanda TD : 150/90 TD : 140/90
vital mmHg, Suhu : mmHg, Suhu :
37,4ºC, Nadi : 89 36,3ºC, Nadi : 88
x/m, RR : 21 x/m x/m, RR : 20 x/m
2. Kepala Rambut hitam, Rambut hitam,
lurus, kulit kepala lurus, kulit kepala
bersih, distribusi bersih, distribusi
rambut merata, rambut merata,
tidak ada benjolan, tidak ada
tidak ada lesi. benjolan, tidak
ada lesi.
3. Mata Sklera tidak ikterik, Sklera tidak
konjungtiva tidak ikterik,
anemis, isokor, konjungtiva tidak
fungsi penglihatan anemis, isokor,
baik. fungsi
penglihatan baik.
4. Telinga Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
serumen, tidak ada serumen, tidak
tanda-tanda ada tanda-tanda
peradangan, fungsi peradangan,
pendengaran baik. fungsi
pendengaran baik.
5. Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
tanda-tanda tanda-tanda
peradangan, tidak peradangan, tidak
ada pernafasan ada pernafasan
cuping hidung. cuping hidung.
6. Mulut Tidak ada tanda- Tidak ada tanda-
tanda infeksi, tidak tanda infeksi,
ada pembesaran tidak ada
tonsil, gigi pembesaran
lengkap. tonsil, gigi
lengkap.
7. Leher Tidak ada Tidak ada
pembesaran vena pembesaran vena
jugularis, suara jugularis, suara
terdengar jelas. terdengar jelas.
8. Dada dan Paru Bentuk thoraks Bentuk thoraks
normal, irama normal, irama
pernafasan normal. pernafasan
normal.
9. Jantung Bunyi jantung Bunyi jantung
terdengar normal. terdengar normal.
10. Abdomen Tidak ada tanda Tidak ada tanda
acites. acites.
11. Ekstremitas Simetris kanan kiri, Simetris kanan
tidak ada edema. kiri, tidak ada
edema.

2. Analisa data
TABEL 4.5
ANALISA DATA

Analisa Data Etiologi Masalah


Klien 1
Data Subyektif : Ketidakmampuan Intoleransi aktivitas
 Ny. L mengatakan sering keluarga memberi
timbul rasa pusing setelah perawatan pada
melakukan aktivitas yang anggota keluarga
berat yang sakit dengan
 Klien mengatakan jika pusing Hipertensi
pandangannya menjadi kabur

Data Obyektif :
 Klien terlihat lemah
 TD : 150/90 mmHg
 Suhu : 37,4ºC
 Nadi : 89 x/m
 RR : 21 x/m

Data Subyektif : ketidakmampuan Risiko cedera


 Klien mengatakan jika keluarga memberi
pusing pandangannya perawatan pada
menjadi kabur anggota keluarga
Data Obyektif : yang sakit
 Klien terlihat berhati-hati
saat berdiri dan berjalan
 TD : 150/90 mmHg
 Suhu : 37,4ºC
 Nadi : 89 x/m
 RR : 21 x/m
Klien 2
Data Subyektif : Ketidakmampuan Intoleransi aktivitas
 Ny. D mengatakan jika keluarga memberi
melakukan aktivitas berat perawatan pada
sering merasa sakit kepala anggota keluarga
 Klien mengatakan jika sakit yang sakit dengan
kepala timbul pandangannya Hipertensi
menjadi kabur saat berdiri
dari duduk dan saat berjalan

Data Obyektif :
 Klien terlihat lemah
 TD : 140/90 mmHg
 Suhu : 36,3ºC
 Nadi : 88 x/m
 RR : 20 x/m
Data Subyektif : Ketidakmampuan Resiko terjadinya
 Ny. D mengatakan keluarga mengenal komplikasi
mengalami tekanan darah masalah anggota
tinggi keluarga yang sakit
 Keluarga masih bingung dengan Hipertensi
tentang penyebab dan
komplikasi yang dapat terjadi
 Ny. D merasa tidak perlu
diperiksakan terus, asal tidak
memakan makan yang asin
dan jeroan tekanan darahnya
tidak akan kambuh lagi

Data Obyektif :
 Ny. D tampak terlihat
bingung
 Keluarga Ny. D tampak
bingung tentang perawatan
dan pengobatan pada
penyakit Hipertensi
 TD : 140/90 mmHg
 Suhu : 36,3ºC
 Nadi : 88 x/m
 RR : 20 x/m

3. Skoring Masalah
TABEL 4.6
SKORING MASALAH

Klien 1

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit dengan Hipertensi
N
Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
o
1 a. Sifat masalah : Masalah sudah
3 1 3/3x1=1
Tidak/kurang terjadi. Ny. L sering
sehhat mengalami pusing
sehingga sulit
untuk beraktivitas
karena takut jatuh.
Keluarga
mengatakan tidak
begitu banyak tahu
tentang bagaimana
merawat anggota
keluarga yang
sedang menderita
Hipertensi
2 b. Kemungkinan Masalah dapat
2 2 2/2x2=2
masalah dapat diubah dengan
diubah : Dengan mudah, karena
mudah tingkat pendidikan
keluarga yang
cukup tinggi,
perekonomian
keluarga yang
mencukupi,
dekatnya rumah
dengan pelayanan
kesehatan dan
adanya rasa ingin
lebih mengetahui
tentang bagaimana
perawatan
sederhana dari
penyakit Hipertensi
sehingga dapat
diberikan informasi
melalui pendidikan
kesehatan serta
mendemonstrasika
n cara perawatan
penyakit
Hipertensi.
3 c. Potensial Masalah dapat
3 1 3/3x1=1
masalah dapat dicegah, karena
dicegah : Tinggi masalah yang
terjadi pada
keluarga tidak
terlalu berat, terjadi
dalam waktu yang
singkat, serta
adanya dukungan,
motivasi dan
tingkat pendidikan
yang baik dari
keluarga sehingga
keluarga dapat
menjelaskan dan
mendemonstrasika
n cara perawatan
penyakit
Hipertensi.
4 d. Menonjolnya Keluarga
1 1 1/2x1=1/2
masalah : Ada merasakan ada
masalah, tetapi masalah, tetapi
tidak perlu harus tidak perlu segera
segera ditangani ditangani, karena
keluarga
menganggap
penyakit Hipertensi
hanya penyakit
biasa dan nantinya
sembuh dengan
sendiri.
Total 4½

b. Risiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada


anggota keluarga yang sakit
N
Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
o
1 a. Sifat masalah : Adanya ancaman
2 1 2/3x1=2/3
Ancaman kesehatan, apabila
Kesehatan masalah tidak
segera diatasi akan
membahayakan Ny.
L karena jika
pusing
pandangannya
menjadi kabur
2 b. Kemungkinan Masalah dapat
2 2 2/2x2=2
masalah dapat diubah dengan
diubah : Dengan mudah, karena
mudah anggota keluarga
menganjurkan Ny.
L istirahat jika
timbul rasa pusing
3 c. Potensial Keluarga cukup
2 1 2/3x1=2/3
masalah dapat mampu untuk
dicegah : Cukup mengatasi masalah
yang ada
4 d. Menonjolnya Masalah tidak
0 1 0/2x1=0
masalah : dirasakan keluarga
Masalah tidak karena masalah
dirasakan tersebut merupakan
hal yang wajar dan
keluarga tidak akan
menyebabkan Ny.
L terjatuh karena
rasa pusingnya
Total 3 1/3

Klien 2

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit dengan Hipertensi
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1 a. Sifat Masalah sudah
3 1 3/3x1=1
masalah : terjadi. Ny. D
Tidak/kurang sering mengalami
sehhat pusing sehingga
sulit untuk
beraktivitas karena
takut jatuh.
Keluarga
mengatakan tidak
begitu banyak tahu
tentang bagaimana
merawat anggota
keluarga yang
sedang menderita
Hipertensi
2 b. Kemungkinan Masalah dapat
2 2 2/2x2=2
masalah dapat diubah dengan
diubah : mudah, karena
Dengan tingkat pendidikan
mudah keluarga yang
cukup tinggi,
perekonomian
keluarga yang
mencukupi,
dekatnya rumah
dengan pelayanan
kesehatan dan
adanya rasa ingin
lebih mengetahui
tentang bagaimana
perawatan
sederhana dari
penyakit Hipertensi
sehingga dapat
diberikan informasi
melalui pendidikan
kesehatan serta
mendemonstrasika
n cara perawatan
penyakit
Hipertensi.
3 c. Potensial Masalah dapat
3 1 3/3x1=1
masalah dapat dicegah, karena
dicegah : masalah yang
Tinggi terjadi pada
keluarga tidak
terlalu berat, terjadi
dalam waktu yang
singkat, serta
adanya dukungan,
motivasi dan
tingkat pendidikan
yang baik dari
keluarga sehingga
keluarga dapat
menjelaskan dan
mendemonstrasika
n cara perawatan
penyakit
Hipertensi.
4 d. Menonjolnya Keluarga
1 1 1/2x1=1/2
masalah : Ada merasakan ada
masalah, tetapi masalah, tetapi
tidak perlu tidak perlu segera
harus segera ditangani, karena
ditangani keluarga
menganggap
penyakit Hipertensi
hanya penyakit
biasa dan nantinya
sembuh dengan
sendiri.
Total 4½

b. Resiko terjadinya komplikasi pada keluarga Tn. I khususnya Ny. D


berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
anggota keluarga yang sakit dengan Hipertensi
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1 a. Sifat Masalah
2 1 2/3x1=2/3
masalah : merupakan
Ancaman ancaman. Ny. D
kesehatan sering
mengalami
pusing, tengkuk
terasa berat,
sulit tidur. Ny. D
merasa tidak
perlu
diperiksakan
terus, asal tidak
memakan
makan yang asin
dan jeroan
tekanan
darahnya tidak
akan kambuh
lagi.
2 b. Kemungkinan Masalah dapat
1 2 1/2x2=1
masalah dapat diubah hanya
diubah : sebagian, karena
Hanya Ny. D belum
sebagian mengetahui
penyebab dan
komplikasi dari
Hipertensi,
dengan
memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
Hipertensi
terhadap
keluarga Ny. D
sehingga resiko
komplikasi
dapat dikurangi
3 c. Potensial Potensi masalah
2 1 2/3x1=2/3
masalah dapat untuk dicegah :
dicegah : cukup, karena
Cukup didalam
keluarga adanya
anak kecil yang
masih rentan
terhadap
penyakit,
sehingga resiko
komplikasi
penyakit
Hipertensi pada
Ny. D dapat
dicegah apabila
keluarga Ny. D
segera
menanganinya
dan mempunyai
pengetahuan
mengenai
penyakit
Hipertensi.
4 d. Menonjolnya Keluarga
1 1 1/2x1=1/2
masalah : Ada merasakan
masalah, tetapi sudah ada
tidak harus masalah tetapi
segera di tidak perlu harus
tangani segera ditangani
karena keluarga
belum tahu
penyebab dan
komplikasi yang
akan terjadi.
Total 2 5/6

4. Diagnosa Keperawatan
No Klien Diagnosa
1 Klien 1 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit dengan
Hipertensi
2. Risiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga
memberi perawatan pada anggota keluarga yang
sakit
2 Klien 2 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit dengan
Hipertensi
2. Resiko terjadinya komplikasi pada keluarga Tn. I
khususnya Ny. D berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
anggota keluarga yang sakit dengan Hipertensi

5. Perencanaan
Dx Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Klien 1
Intoleransi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji respons klien
aktivitas keperawatan selama 3 kali terhadap aktivitas .
R : Tanda dan gejala
berhubungan kunjungan rumah, pasien
tersebut
dengan mampu beraktivitas tanpa
mengindikasikan
ketidakmampuan keluhan yang berarti
penurunan curah
keluarga memberi dengan kriteria hasil:
perawatan pada 1. Klien meningkat dalam jantung dan
anggota keluarga aktivitas fisik perfusi jaringan,
2. Klien mampu
yang sakit dengan akibat peningkatan
melakukan latihan
Hipertensi preload dan
isometrik
afterload ventrikel
3. Klien mampu
kiri.
menerapkan latihan
2. Anjurkan klien
isometrik secara rutin
menggunakan teknik
penghematan tenaga saat
beraktivitas, seperti
mandi, menyisir rambut,
atau menggosok gigi
dengan posisi duduk,
dan lain-lain.
R : Penghematan
energi mengurangi
konsumsi oksigen
pada miokard.
3. Berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas
(dengan melakukan
latihan isometrik ).
R : Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah
peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
Memberikan
bantuan hanya
sebatas kebutuhan
akan mendorong
kemandirian dalam
melakukan
aktivitas.
Risiko cedera b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Ukur tanda-tanda vital
ketidakmampuan keperawatan selama 1 kali Ny. L
R : Mengetahui
keluarga memberi kunjungan rumah, pasien
keadaan umum
perawatan pada dan keluarga mampu
klien
anggota keluarga mencegah resiko cedera
2. Diskusikan tentang
yang sakit dengan kriteria hasil:
bahaya lantai yang licin
1. Keluarga menyediakan
R : Mengetahui hal-hal
sarana yang aman bagi
yang dapat beresiko
klien
membuat klien
2. Ny. L tidak terjatuh
terjatuh
ketika berjalan saat
3. Diskusikan cara
pusing
mencegah Ny. L terjatuh
R : Mendapatkan cara
untuk mencegah
resiko cedera pada
klien

Klien 2
Intoleransi 1. Kaji respons klien
aktivitas terhadap aktivitas .
R : Tanda dan gejala
berhubungan
tersebut
dengan
mengindikasikan
ketidakmampuan
penurunan curah
keluarga memberi
jantung dan
perawatan pada
perfusi jaringan,
anggota keluarga
akibat peningkatan
yang sakit dengan
preload dan
Hipertensi
afterload ventrikel
kiri.
2. Anjurkan klien
menggunakan teknik
penghematan tenaga saat
beraktivitas, seperti
mandi, menyisir rambut,
atau menggosok gigi
dengan posisi duduk,
dan lain-lain.
R : Penghematan
energi mengurangi
konsumsi oksigen
pada miokard.
3. Berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas
(dengan melakukan
latihan isometrik ).
R : Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah
peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
Memberikan
bantuan hanya
sebatas kebutuhan
akan mendorong
kemandirian dalam
melakukan
aktivitas.
Resiko terjadinya 1. Kaji pengetahuan
komplikasi pada keluarga tentang
keluarga Tn. I komplikasi penyakit
khususnya Ny. D Hipertensi
R : Keluarga belum
berhubungan
mengetahui
dengan
komplikasi dari yang
ketidakmampuan
mungkin terjadi pada
keluarga mengenal Hipertensi
2. Jelaskan pada keluarga
masalah anggota
Ny. D tentang
keluarga yang sakit
kemungkinan penyebab
dengan Hipertensi
terjadinya Hipertensi
R : Keluarga
mendengarkan
penjelasan mengenai
penyebab dari
Hipertensi
3. Diskusikan kepada
keluarga tentang
komplikasi penyakit
Hipertensi
R : Keluarga tampak
mendengarkan
penjelasan mengenai
komplikasi yang
mungkin terjadi pada
Hipertensi seperti
stroke
4. Beri penjelasan kepada
keluarga tentang cara
pencegahan komplikasi
penyakit Hipertensi
R : Keluarga mengerti
bagaimana agar tidak
terjadi komplikasi
yaitu dengan rajin
melakukan aktivitas
olahraga dan segera
berobat ke pelayanan
kesehatan jika
terserang Hipertensi
5. Motivasi keluarga untuk
merawat anggota
keluarga yang sakit serta
memeriksakan
kesehatannya
kepuskesmas
R : Memberikan
dorongan semangat
dan promosi
kesehatan mengenai
cara perawatan
sederhana pada
Hipertensi serta
memotivasi keluarga
agar dapat
memanfaatkan
pelayanan kesehatan
yang terdekat seperti
puskesmas
6. Pelaksanaan
Diagnosa
21 Mei 2018 22 Mei 2018 23 Mei 2018
Keperawatan
Klien 1
Intoleransi aktivitas Implementasi Implementasi Implementasi
Jam : 07.00 wib Jam : 07.00 wib Jam : 07.00 wib
berhubungan dengan
1. Mengkaji respons klien 1. Memberikan dorongan untuk 1. Memberikan dorongan untuk
ketidakmampuan
terhadap aktivitas . melakukan aktivitas (dengan melakukan aktivitas (dengan
keluarga memberi 2. Menganjurkan klien
melakukan latihan isometrik ) melakukan latihan isometrik )
perawatan pada menggunakan teknik 2. Menganjurkan menerapkan 2. Menganjurkan menerapkan
anggota keluarga penghematan tenaga saat latihan isometrik 3 kali dalam latihan isometrik 3 kali dalam
yang sakit dengan beraktivitas, seperti mandi, seminggu seminggu
Hipertensi menyisir rambut, atau
menggosok gigi dengan posisi
duduk, dan lain-lain.
3. Memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas (dengan
melakukan latihan isometrik )

Klien 2
Intoleransi aktivitas Implementasi Implementasi Implementasi
Jam : 07.00 wib Jam : 07.00 wib Jam : 07.00 wib
berhubungan dengan 1. Mengkaji respons klien 1. Memberikan dorongan untuk 1. Memberikan dorongan untuk
ketidakmampuan terhadap aktivitas . melakukan aktivitas (dengan melakukan aktivitas (dengan
2. Menganjurkan klien
keluarga memberi melakukan latihan isometrik ) melakukan latihan isometrik )
menggunakan teknik 2. Menganjurkan menerapkan 2. Menganjurkan menerapkan
perawatan pada
penghematan tenaga saat latihan isometrik 3 kali dalam latihan isometrik 3 kali dalam
anggota keluarga
beraktivitas, seperti mandi, seminggu seminggu
yang sakit dengan
menyisir rambut, atau
Hipertensi
menggosok gigi dengan posisi
duduk, dan lain-lain.
3. Memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas (dengan
melakukan latihan isometrik )

7. Evaluasi
Diagnosa Keperawatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Klien 1
Intoleransi aktivitas Jam : 07.30 Wib Jam : 07.30 Wib Jam : 07.30 Wib
berhubungan dengan S : - Ny. L mengatakan belum S : - Ny. L mengatakan sudah S : - Ny. L mengatakan sudah
ketidakmampuan keluarga hapal gerakan latihan sedikit hapal gerakan hapal gerakan latihan
memberi perawatan pada isometrik latihan isometrik namun isometrik namun masih
anggota keluarga yang sakit - Ny. L mengatakan tubuh masih kadang-kadang kadang-kadang lupa
dengan Hipertensi terasa segar setelah lupa gerakannya. urutan gerakannya.
melakukan latihan - Ny. L mengatakan - Ny. L mengatakan akan
isometrik merasakan tubuhnya menerapkan latihan
terasa ringan setelah isometrik agar tekanan
O : - Ny. L mampu mengikuti
melakukan latihan darah menjadi normal
latihan isometrik
isometrik, dan sakit
- TTV: TD: 144/86 mmHg O : - Ny. L mampu mengikuti
kepala sudah jarang
Suhu : 36,8ºC
latihan isometrik
Nadi : 90 x/m timbul
RR : 20 x/m - TTV: TD: 130/80 mmHg
- Ny. L tampak kooperatif Suhu : 36,8ºC
O : - Ny. L mampu mengikuti
Nadi : 86 x/m
latihan isometrik RR : 20 x/m
A : Intoleransi Aktivitas belum
- TTV: TD: 135/83 mmHg A : Intoleransi Aktivitas
teratasi
Suhu : 37,4ºC
teratasi
P : Anjurkan Klien Ny. L untuk Nadi : 87 x/m
RR : 21 x/m P : Anjurkan Klien Ny. L untuk
menerapkan latihan
A : Intoleransi Aktivitas belum menerapkan latihan
isometrik secara rutin 3 kali
teratasi isometrik secara rutin 3 kali
dalam seminggu.
P : Anjurkan Klien Ny. L untuk dalam seminggu.
menerapkan latihan
isometrik secara rutin 3 kali
dalam seminggu.
Klien 2
Intoleransi aktivitas Jam : 07.30 Wib Jam : 07.30 Wib Jam : 07.30 Wib
berhubungan dengan S : - Ny. D mengatakan sudah S : - Ny. D mengatakan sudah S : - Ny. D mengatakan sudah
ketidakmampuan keluarga sedikit hapal gerakan hapal gerakan latihan hapal gerakan latihan
memberi perawatan pada latihan isometrik namun isometrik namun masih isometrik.
anggota keluarga yang sakit masih kadang-kadang kadang-kadang lupa - Ny. D mengatakan
dengan Hipertensi lupa gerakannya. urutan gerakannya. terbiasa untuk
- Ny. D mengatakan - Ny. D mengatakan badan melakukan latihan
belum merasakan terasa segar setelah isometrik di pagi hari
- Ny. D mengatakan
perubahan dari latihan melakukan latihan
tengkuknya tidak terasa
isometrik. isometrik.
berat lagi
O : - Ny. D mampu mengikuti O : - Ny. D mampu mengikuti
O : - Ny. D mampu mengikuti
latihan isometrik latihan isometrik
latihan isometrik
- TTV: TD: 134/85 mmHg - TTV: TD: 131/82 mmHg
Suhu : 36,3ºC Suhu : 36,9ºC - TTV: TD: 127/78 mmHg
Nadi : 88 x/m Nadi : 84 x/m Suhu : 37,2ºC
RR : 21 x/m RR : 22 x/m Nadi : 85 x/m
- Ny. D tampak kooperatif A : Intoleransi Aktivitas belum RR : 21 x/m
teratasi A : Intoleransi Aktivitas
A : Intoleransi Aktivitas belum
P : Anjurkan Klien Ny. D untuk teratasi
teratasi
mnerapkan latihan P : Anjurkan Klien Ny. D untuk
P : Anjurkan Klien Ny. D untuk
isometrik secara rutin 3 kali menerapkan latihan
menerapkan latihan
dalam seminggu dan isometrik secara rutin 3 kali
isometrik secara rutin 3 kali
menerapkan pola makan dalam seminggu
dalam seminggu, mengatur
yang baik
pola makan yang baik
Subyek I
TABEL 4.7
EVALUASI PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA NY. L
SETELAH DILAKUKAN INTERVENSI KEPERAWATAN
PENERAPAN LATIHAN ISOMETRIK

No Hari/Tanggal Kondisi Pre Kondisi Post


TD TD
1 Minggu ke-1 150/90 mmHg 144/86 mmHg
2 Minggu ke-2 144/86 mmHg 135/83 mmHg
3 Minggu ke-3 135/83 mmHg 130/80 mmHg

Subyek II
TABEL 4.8
EVALUASI PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA NY. D
SETELAH DILAKUKAN INTERVENSI KEPERAWATAN
PENERAPAN LATIHAN ISOMETRIK

No Hari/Tanggal Kondisi Pre Kondisi Post


TD TD
1 Minggu ke-1 140/90 mmHg 134/85 mmHg
2 Minggu ke-2 134/85 mmHg 131/82 mmHg
3 Minggu ke-3 131/82 mmHg 127/78 mmHg

8. Pembahasan
Setelah melakukan pengkajian awal terkait masalah yang dihadapi

oleh subjek atau pasien, maka dilakukan intervensi keperawatan dengan


penerapan latihan isometrik untuk penurunan tekanan darah. Penerapan

latihan isometrik ini dilakukan tiga kali dalam satu minggu selama 3

minggu berturut-turut dan lama penerapan latihan isometrik kurang lebih

selama 13 menit. Setelah selesai melakukan intervensi keperawatan

dengan penerapan latihan isometrik, maka dilakukan evaluasi tetapi

sebelumnya terlebih dahulu lansia di suruh istirahat sekitar 10-15 menit

kemudian baru dilakukan evaluasi untuk mengetahui perubahan atau

pengurangan tekanan darah yang dialami oleh kedua subjek.


Dari hasil penelitian tentang penerapan latihan isometrik untuk

menurunkan tekanan darah diperoleh hasil yaitu adanya penurunan

tekanan darah pada kedua subjek dengan tekanan darah tinggi setelah

dilakukan penerapan latihan isometrik.


Pada subjek I, terjadi penurunan tekanan darah setelah dilakukan

intervensi keperawatan dengan penerapan latihan isometrik 3 kali dalam

seminggu selama 3 minggu berturut-turut. Pada minggu pertama tekanan

darah subjek I adalah 150/90 mmHg, setelah dilakukan penerapan latihan

isometrik maka tekanan darah menjadi 144/86 mmHg. Pada minggu

kedua kembali terjadi penurunan tekanan darah ada subjek menjadi

135/83 mmHg, dan pada minggu ketiga tekanan darah pada subjek

kembali turun menjadi 130/80 mmHg. Maka penurunan tekanan darah

sistole pada subjek I yaitu 20 mmHg dan penurunan tekanan darah

diastole pada subjek I yaitu 10 mmHg.


Pada subjek II, juga terjadi penurunan tekanan darah setelah

dilakukan latihan isometrik 3 kali dalam seminggu selama 3 minggu

berturut-turut. Pada minggu pertama tekanan darah subjek II adalah


140/90 mmHg, setelah dilakukan penerapan latihan isometrik maka

tekanan darah menurun 134/85 mmHg. Pada minggu kedua terjadi

penurunan tekanan darah ada subjek menjadi 131/82 mmHg, dan pada

minggu ketiga tekanan darah pada subjek kembali turun menjadi 127/78

mmHg. Maka penurunan tekanan darah sistole pada subjek II yaitu 13

mmHg dan penurunan tekanan darah diastole pada subjek II yaitu 12

mmHg.
Menurut Kozier (2010) terdapat faktor faktor yang berkaitan dengan

hipertensi antara lain penebalan dinding arteri, yang mengurangi ukuran

lumen arteri, dan penurunan elastisitas arteri serta faktor gaya hidup

seperti merokok, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kurang

berolahraga, peningkatan kadar kolesterol darah, dan stres yang

berkepanjangan.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir (2016) dan juga menurut Millar,

McGowan, Corneilissen, Araujo dan Swaine, (2013) adalah bahwa

latihan isometrik dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan

darah diastolik dengan melakukan latihan isometrik 3 kali dalam satu

minggu selama 3 minggu.

C. Keterbatasan Penelitian
Selama melakukan pengkajian ada beberapa faktor penghambat karena

pada saat akan melakukan pemeriksaan fisik, ada salah satu anggota keluarga

Tn. B tidak ada dirumah yaitu Tn. B dikarenakan ia sibuk bekerja dan

anggota keluarga Tn. I tidak ada dirumah yaitu Tn. I dikarenakan ia bekerja di
kebun dan An. P dikarenakan sedang keluar rumah. Sehingga penulis harus

membuat janji supaya bisa melakukan pemeriksaan fisik tersebut.


Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini, ada sedikit hambatan yang

dihadapi peneliti yaitu anggota keluarga Tn. B dan Tn. I tidak semuanya ada

dirumah karena sibuk bekerja sehingga implementasi keperawatan hanya bisa

dilakukan kepada klien Ny. L dan Ny.


Kesenjangan antara teori dengan kenyataan pada tahap evaluasi ini

adalah penulis hanya menggunakan evaluasi formatif pada tahap ini karena

penulis hanya menilai hasil implementasi secara bertahap dengan kegiatan

yang dilakukan dan penulis tidak bisa menilai secara keseluruhan hasil dari

implementasi ini dengan waktu yang singkat. Penulis menggunakan

pendekatan SOAP dalam melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah

dilakukan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. B

khususnya Ny. L dan keluarga Tn. I khusunya Ny. D dengan Hipertensi di

Wilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018 selama 9

hari yang dilaksanakan mulai dari pengkajian, analisa data, intervensi,

implementasi dan evaluasi keperawatan, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :


1. Pengkajian
Dalam melaksanakan pengkajian penulis menggunakan berbagai

metode untuk memperoleh data yaitu wawancara, observasi, penelusuran

data sekunder dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada 20 Mei 2018,

dari pengkajian penulis mendapatkan data bahwa pasien Ny. L dan Ny. D

mengalami tekanan darah tinggi karena pola makan dan gaya hidup yang

tidak terjaga.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny. L dengan

Hipertensi terdiri dari 1 diagnosa aktual dan 1 diagnosa yang bersifat

ancaman kesehatan :
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit dengan

Hipertensi
b. Risiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga memberi perawatan

pada anggota keluarga yang sakit


Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny. D

dengan Hipertensi terdiri dari 1 diagnosa aktual dan 1 diagnosa ancaman

kesehatan :
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit dengan

Hipertensi
b. Resiko terjadinya komplikasi pada keluarga Tn. B khususnya Ny. L

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

anggota keluarga yang sakit dengan Hipertensi


3. Perencanaan
Semua masalah keperawatan dapat dibuat perencanaan sesuai

dengan teori dan kondisi pasien pada keluarga Tn. B khususnya Ny. L

dan pada keluarga Tn. I khususnya Ny. D.


4. Implementasi
Pada saat melaksanakan tindakan tersebut penulis mengikutsertakan

pasien, keluarga pasien, dan seluruh rencana tindakan keperawatan dapat

penulis laksanakan dengan optimal.


5. Evaluasi
Evaluasi atas tindakan keperawatan telah penulis lakukan sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai dan menggunakan metode evaluasi

formatif yang terdiri dari SOAP. Hasil evaluasi yang didapatkan semua

masalah teratasi, diperlukan tindakan yang telah dilakukan bisa

diteruskan oleh keluarga dan intervensi dihentikan pada tanggal 09 juni

2018

B. Saran
1. Bagi Keluarga
Dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga haruslah dapat

memperhatikan hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan dalam

mencapai taraf kesehatan yang optimal, diharapkan keluarga segera

menanggulangi sedini mungkin apabila ada anggota keluarga yang sakit

sehingga tidak terjadi kondisi yang lebih serius, selalu mempertahankan

lingkungan rumah yang sehat sehingga dapat menunjang status kesehatan

para anggota keluarga dan dapat lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada.

2. Bagi Institusi Prodi Keperawatan Lubuklinggau


Diharapkan hasil studi kasus ini bisa untuk memberikan masukkan

bagi pengembangan IPTEK dan bisa dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya, dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan referensi


tambahan bagi mahasiswa/I dalam melaksanakan asuhan keperawatan

keluarga khusunya pada keluarga dengan Hipertensi.

3. Bagi Mahasiswa/I Prodi Keperawatan Lubuklinggau


Untuk membina keluarga agar tujuan dapat tercapai mahasiswa/i

haruslah dapat menerapkan ilmu dan kiat yang telah diperoleh dibangku

perkuliahan dengan baik dan benar, selain itu mahasiswa/I juga mesti

memiliki keterampilan dalam melakukan pendekatan dan asuhan

keperawatan keluarga.

4. Bagi Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau


Puskesmas diharapkan dapat melengkapi pencatatan klien yang

nantinya akan berguna sebagai bukti pendokumentasian, dan untuk

mengetahui perkembangan kasus penyakit khusunya penyakit Hipertensi

diwilayah kerjanya.
DAFTAR PUSTAKA

Afriwardi, 2010. Pengertian latihan isometrik. https://www.google.com/url?sa=t&


rct=j&q=&eAOvVaw2IUxyz9lTK4x4khjmy8Zqm. Tanggal 17 jam 23.55

Ali, M. Zaidin. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Andarmoyo. & Sulistyo., 2012 . Keperawatan Keluarga, Konsep Teori, dan


Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ardiansyah, 2012. World Health Organization. https://www.google.com/url?sa=


2Funand.ac.id. Tanggal 15 jam 20.45

Baross, Willes, and Swaine, 2013. Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan
Volume 4 Nomor 1, (2338-6371).

Bianti, N. 2015. Risk Factors Of Hypertension. Jurnal Majority Volume 4 Nomor


5, (14-16).

Dahlan, 2013. BAB III Metode Penelitian. http://repository.umy.ac.id/bitstream/


handle/123456789/7340/g.%20Bab%20III.pdf?
sequence=7&isAllowed=y.tanggal 19 jam 21.36.

Dinkes Kota Lubuklinggau, 2017. Profil Kesehatan Kota Lubukinggau tentang


Penyakit Hipertensi 2017.

Dinkes Provinsi Sumsel, 2012. Profil Kesehatan Sumatera Selatan tentang


Penyakit Hipertensi 2012.

Eviana, S.T. & Deswani, K., 2012. Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Greenwich, 2010. Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan Tekanan Darah


Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4 Nomor 1,
(2338-6371).

Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:


Pustaka As Salam.
Haryanto. 2011. Konsep Dasar Keperawatan Dengan Pemetaan Konsep
(Concept Mapping). Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.A.A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis


Data. Jakarta: Salemba Medika.

Ida, A. M. V. S., 2015. Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Tekanan Darah


Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Banjarangkan I.
Skripsi Keperawatan. Universitas Udayana, Denpasar.

James, 2014. Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan Tekanan Darah Pada


Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4 Nomor 1,
(2338-6371).

Kemenkes RI, 2014. World Health Organization. https://www.google.com/url?sa


=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahA
OvVaw13gz0YQqwxx22Y_DFYNwak. Tanggal 15 jam 20.45

Kozier, 2010. Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan Tekanan Darah Pada


Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4 Nomor 1,
(2338-6371).

Mansjoer, A, Triyanti, K, Savitri, R, Wardhani, W.I. & Setiowulan, W., 2001.


Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Masthamedica, 2016.

http://www.mastamedica.com/paket-manset-tensi-tensimete
r-multi-manset-tensimeter-asher-aser-tas.html#/imageproduct/img373315
170410 68.jpg. Tanggal 17 jam 22.00.

Media Kesehatan, 2018. Perbedan Manometer Aneroid dan Manometer Merkuri.


http://www.medkes.com/2018/02/cara-menggunakan-tensimetersphygmo
manometer.html. Tanggal 17 jam 22.00.

Notoadmodjo, 2013. BAB III Metode Penelitian. http://repository.umy.ac.id/bitstr


eam/handle/123456789/7340/g.%20Bab%20III.pdf?
sequence=7&isAllowed=y. tanggal 19 jam 21.36.

Notoadmodjo, 2010. BAB III Metode Penelitian. http://repository.umy.ac.id/bitstr


eam/handle/123456789/7340/g.%20Bab%20III.pdf?
sequence=7&isAllowed=y. tanggal 19 jam 21.36.
Nurarif, A.H. & Kusuma, H., 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Ed. Revisi Jilid 2. Jakarta: Media
Action.

Nursalam, 2013. BAB III Metode Penelitian. http://repository.umy.ac.id/bitstream


/handle/123456789/7340/g.%20Bab%20III.pdf?
sequence=7&isAllowed=y. tanggal 19 jam 21.36.

Prastowo, 2011. BAB III Metode Penelitian.


etheses.uinmalang.ac.id/791/7/10410
049%20Bab%203.pdf . tanggal 19 jam 22.40.

Randika, A, Ruliando, H. P, Rina, A. D., 2016. Pengertian latihan isometrik.


https://www.google.com/url?AOvVaw25EXOVLARlqP7guasQSZGG.
Tanggal 17 jam 23.50.

Riskesdas Litbang Depkes, 2013. World Health Organization.


https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&AOvVaw13gz0YQqwxx22Y_DFYNwak.
Tanggal 15 jam 20.45

Stetostore, 2016. http://www.socimage.com/user/stetostore/1536443367/909455


643095900369_1536443367. Tanggal 17 jam 22.00.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Taufik, Nur. 2014. Latihan Kebugaran Jasmani.


http://www.olahragakesehatanjasmani.com/2014/07/6-kelebihan-latihan-
isometrik.html. Tanggal 15 jam 20.50

Udjianti, W. J. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Sumaryanti, 2009. Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan Tekanan Darah


Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4 Nomor 1,
(2338-6371).

WHO, 2013. Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/han


dle/123456789/56311/Chapter
%20I.pdf;jsessionid=6C7DC68F6D3AF9B3E2E03384DE89965F?
sequence=5. Tanggal 17 jam 09.35

WHO, 2015. Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/han


dle/123456789/56311/Chapter
%20I.pdf;jsessionid=6C7DC68F6D3AF9B3E2E03384DE89965F?
sequence=5. Tanggal 17 jam 09.35

WHO, 2015. World Health Organization. http://www.google.com/url?sa=t&rct=


j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjOt
k. Tanggal 15 jam 20.45
LAMPIRAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

LEMBAR KONSULTASI
KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Mayang Sari B


NIM : PO.71.20.3.15.035
Judul KTI : Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Latihan Isometrik Untuk Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018
Pembimbing I : Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes
Pembimbing II : Hj. Susmini, SKM, M.Kes
No Hari/TG Kegiatan Saran Paraf
L Bimbing Perbaika
an n
Pemb I Pemb II Mhs

Mengetahui Lubuklinggau, Juni 2018


Pembimbing I Pembimbing II
Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes Hj. Susmini, SKM, M.Kes
NIP. 197704221996031001 NIP. 197210051994032003
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

LEMBAR KONSULTASI
KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Mayang Sari B


NIM : PO.71.20.3.15.035
Judul KTI : Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Latihan Isometrik Untuk Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018
Penguji I : Zuraidah, S.KM, M.KM
Penguji II : H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes
No Hari/TG Kegiatan Saran Paraf
L Bimbing Perbaika
an n
Penguji I Penguji II Mhs

Mengetahui Lubuklinggau, Juli 2018


Pembimbing I Pembimbing II

Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes Hj. Susmini, SKM, M.Kes


NIP. 197704221996031001 NIP. 197210051994032003
LEMBAR INFORMED CONSENT
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
LATIHAN ISOMETRIK UNTUK PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MEGANG KOTA
LUBUKLINGGAU TAHUN 2018

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh MAYANG SARI B dengan judul Penerapan Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Latihan Isometrik Untuk Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota
Lubuklinggau Tahun 2018.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya ingin
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun.

Lubuklinggau, Juni 2018


Saksi Yang memberi Persetujuan

(……………………..……) (……………….………….)

Peneliti

MAYANG SARI B
PO.71.20.3.15.035

Anda mungkin juga menyukai