OLEH :
MURTINI
PO. 71.20.3.17.124 RPL
OLEH :
MURTINI
PO. 71.20.3.17.124 RPL
Poltekkes Kemenkes Palembang. Pada Tanggal Juli 2018, dan Dinyatakan Telah
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan : Lubuklinggau
PadaTanggal : Juli 2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Palembang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
KTI yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar
Apabila ternyata dikemudian hari penulisan KTI ini merupakan hasil plagiat atau
MURTINI
NIM. PO.71.20.3.17.124 RPL
iii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
MURTINI
ABSTRAK
iv
MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
HEALTH POLYTECHNIC OF KEMENKES PALEMBANG
LUBUKLINGGAU NURSING STUDY PROGRAM
MURTINI
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Keefektifan Pemberian Posisi Semi
RSUD Muara Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2018”. Dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
simateri.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bantuan, bimbingan, saran, dan data baik secara tertulis maupun secara lisan.
Maka pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
2. Ibu drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku Direktur Poltekes Kemenkes
Palembang.
Palembang.
4. Bapak H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes. selaku Ketua Prodi Keperawatan
Lubuklinggau
vi
5. Bapak H. Ns. Jhon Feri, S.Kep, M.Kes. selaku Pembimbing I dalam
Ilmiah.
Lubuklinggau
Akhir kata kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, sekali
lagi saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang
lebih baik. Penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
Penulis
vii
DAFTAR ISI
vii
9. Penatalaksanaan ....................................................................... 14
B. Konsep Sesak Nafas ...................................................................... 16
1. Pengertian ............................................................................... 16
2. Klasifikasi ............................................................................... 16
C. Konsep Posisi Semi Fowler .......................................................... 17
1. Pengertian ............................................................................... 17
2. Tujuan ..................................................................................... 18
3. Fisiologi Posisi Semi Fowler .................................................. 18
4. Indikasi ................................................................................... 19
5. Kontraindikasi ........................................................................ 19
6. Prosedur .................................................................................. 19
D. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Asma Bronchiale .............. 21
1. Pengkajian .............................................................................. 21
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 27
3. Perencanaan Keperawatan ...................................................... 27
4. Implementasi Keperawatan .................................................... 33
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 34
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
A. Jenis / Desain/ Rancangan Studi Kasus ........................................ 36
B. Subyek Studi Kasus ....................................................................... 36
C. Fokus Studi Kasus ......................................................................... 37
D. Definisi Operasional Studi Kasus .................................................. 37
E. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 37
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .................................. 37
G. Analisa Data ................................................................................. 38
H. Penyajian Data .............................................................................. 38
I. Etika Studi Kasus........................................................................... 38
viii
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan ………………………………………………………. 62
A. Simpulan ………………………………………………………….. 79
B. Saran ……………………………………………………………… 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran udara yang terkait
dengan adanya obstruksi aliran udara dan peningkatan resistensi saluran udara
saluran napas (Iris Rengganis, 2008). Asma telah dikenal sejak ribuan tahun
yang lalu, para ahli mendefinisikan bahwa asma merupakan suatu penyakit
Pada penyakit asma, serangan umumnya datang pada malam hari, tetapi
dalam keadaan berat serangan dapat terjadi setiap saat tidak tergantung
keringat. Bentuk thorax terbatas pada saat inspirasi dan pergerakannya pun
juga terbatas, sehingga pasien menjadi cemas dan berusaha untuk bernafas
bahwa prevalensi asma secara umum sebanyak 5 % atau sebanyak 12,5 juta
1
Poltekkes Kemenkes Palembang
2
yang paling umum pada masa anak-anak dengan prevalensi sekitar 10%.
mengaami masa yang tidak produktif karena tidak bekerja akibat asma. bisa
dan singapura. Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada
anak dan 3-5% pada orang dewasa, dan pada 10 tahun terakhir ini
2008).
bronkhial dua kali lipat selama lebih dari dua belas tahun terakhir ini. Faktor
penyebab kesakitan dan kematian. Angka kejadian asma tertinggi dari hasil
penyakit asma masih belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa faktor
risiko umum yang menjadi pencetus terjadinya kekambuhan asma yaitu udara
dingin, debu, asap rokok, stress, infeksi, kelelahan, alergi obat dan alergi
kematian yang hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah
fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur), iritan seperti zat kimia, polusi
udara (CO, asap rokok, parfum), faktor emosional (takut, cemas dan tegang)
bertujuan agar tidak terjadi obstruksi jalan napas atau keadaan yang semakin
Pasien asma yang sering dikeluhkan adalah sesak napas. Sesak napas
baik dan adekuat tetapi sukar sekali melakukan ekspirasi akibat bronkiolus
yang sempit, mengalami edema dan terisi mukus (Price & Wilson, 2006).
Posisi yang paling efektif bagi klien dengan penyakit kardiopulmonari adalah
posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 45°, yaitu dengan menggunakan
Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma telah dilakukan sebagai
salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas. Keefektifan dari
angka normal yaitu 16-24x per menit pada usia dewasa (Ruth, 2005).
kenyamanan saat tidur dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas pada pasien
Tabel 1.1
Jumlah Penderita Asma Bronchiale DI RSUD Muara Rupit
Tahun 2016-2017
Tahun 2016 Tahun 2017
No Umur Jumlah Jumlah
L P L P
1 15 – 25 Tahun 3 1 4 1 - 1
2 25 – 35 Tahun 5 2 7 7 3 10
3 35 – 45 Tahun 6 2 8 9 3 12
4 45 – 55 Tahun 7 3 10 19 5 24
5 55 – 65 Tahun 10 3 13 18 10 28
Jumlah 31 11 42 54 21 75
B. Rumusan Masalah
Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma telah dilakukan sebagai
salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas. Keefektifan dari
angka normal yaitu 16-24x per menit pada usia dewasa (Ruth, 2005).
kenyamanan saat tidur dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas pada pasien
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
dengan sesak nafas di RSUD Muara Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara
Tahun 2018
dengan sesak nafas di RSUD Muara Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara
Tahun 2018
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
asma bronchiale
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi
asma bronchiale
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
yang ditandai inflamasi saluran dan spasme akut otot polos bronkiolus.
peradangan pada jalan nafas, dan peningkatan respon jalan nafas terhadap
2. Etiologi
asma bronchial:
1) Faktor predisposisi
8
Poltekkes Kemenkes Palembang
9
dengan adanya alergi ini, penderita akan sangat mudah terkena penyakit
2) Faktor presipitasi
a. Allergen
obatan.
b. Perubahan cuaca
yang berhubungan dengan arah mata angin adalah debu dan serbuk
bunga
c. Stress
selain itu juga bisa memperberta serangan asma yang sudah ada. Jika
stress masih belum bisa diatasi maka gejala asma juga belum bisa
diobati.
semakin cepat dan volume udara yang dihirup bertambah banyak. Hal
(Muzayin, 2006).
3. Penyebab Asma
Asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkus yang hiperresponsif iritan.
berbulu, debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi virus, asap, parfum,
2) Faktor Intrinsik : sakit, stres, atau fatigue yang juga mentriger dan
4. Klasifikasi Asma
yang sebentar
2) Mild Persiten, dimana kondisi klien dengan asma ringan yang terus
3) Moderat Persitent, dimana kondisi klien dengan asma sedang yang terus
4) Severe Persitent, dimana kondisi klien dengan asma berat yang terus
5) Manifestasi Klinis
6. Komplikasi
timbul adalah :
1) Pneumothoraks
yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini
2) Pneumomediastinum
kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang
3) Atelektasis
4) Aspergilosis
lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk
5) Gagal napas
6) Bronkhitis
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes fungsi paru. Spirometri dapat dilakukan pada anak usia 5 atau 6
tahun, dan setiap anak usia 1-2 tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan
putih selama fase asma akut, perubahan sel darah putih lebih dari
pemeriksaan fisik
8. Pemeriksaan Diagnostik
mengi, dada terhimpit, sesak nafas dan batuk. Semua gejala ini dapat
berulang, bertambah parah pada malam hari atau dini hari, atau dapat
dipicu oleh olahraga, zat iritan, alergen, atau infeksi virus. Namun gejala
asma sangat bervariasi antara pasien yang satu dengan yang lainnya, dan
hal yang paling penting yang harus diperhatikan adalah tidak adanya gejala
9. Penatalaksanaan
1) Pengobatan Farmakologi
Sesak nafas adalah suatu yang dirasakan oleh klien secara patofisiologis
2. Klasifikasi
hari, sesak nafas terjadi bila klien melakukan aktivitas jasmani yang
lebih berat dari biasanya. Pada tahap ini klien dapat melakukan
Sesak nafas ini terjadi bila klien melakukan aktivitas penting atau
tanpa bantuan orang lain. Sesak nafas tidak timbul saat klien
beristirahat.
Menurut Angela dalam Refi Safitri dan Annisa Andriyani (2008), saat
terjadi sesak nafas biasanya klien tidak dapat tidur dalam posisi berbaring,
adalah posisi semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikan dengan
1. Pengertian
Posisi semi fowler adalah posisi setengah duduk dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini untuk memepertahankan
Posisi semi fowler adalah posisi yang bertujuan untuk meningkatkan curah
dalam posisi ini tempat tidur ditinggikan 45-600 dan lutut klien agak
2. Tujuan
Posisi semi fowler dapat meningkatkan oksigen yang ada di dalam paru-
oksigen menjadi lebih optimal, sesak nafas akan berkurang dan akhirnya
4. Indikasi
5. Kontraindikasi
3) Memar otak
6. Prosedur
4) Siapkan alat-alat.
5) Cuci tangan.
7) Sesuaikan berat badan pasien dan perawat. Bila perlu, carilah bantuan
9) Atur tempat tidur pada posisi datar. Ambil semua bantal dan
pada tempat tidur pasien bagian atas. Pindahkan pasien ke bagian atas
tempat tidur.
dadanya.
tempat tidur.
10) Naikkan posisi tempat tidur bagian kepala 30-40o atau sesuai
kebutuhan.
13) Letakkan bantal kecil mulai dari bawah lutut sampai tumit.
16) Letakkan bantal untuk mendukung lengan dan tangan jika pasien
17) Evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan menilai rasa nyaman
pasien.
Bronchiale
1. Pengkajian
kebutuhan kesehatan klien serta keperawatan klien baik fisik, mental, sosial
a. Identitas.
pengkajian.
sumber biaya.
c. Riwayat Penyakit.
sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit
4) Riwayat Psikologis.
5) Riwayat Sosial.
6) Riwayat Spiritual.
kesembuhannya.
8) Pemeriksaan Fisik.
a. Keadaan umum
d. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem integument
akral hangat.
g. Sistem eliminasi
h. Sistem muskuloskeletal
Apakah ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah atau tidak
ada gangguan
i. Sistem endokrin
j. Sistem persyarafan
9) Pemeriksaan Penunjang
a. Tes fungsi paru. Spirometri dapat dilakukan pada anak usia 5 atau
darah putih selama fase asma akut, perubahan sel darah putih lebih
10) Terapi dan Pengobatan pada umumnya klien dengan asma bronchiale
jalan nafas.
2. Diagnosa Keperawatan
bronkospasme.
3. Perencanaan Keperawatan
bronkospasme.
Kriteria hasil :
Intervensi :
efektif
Tujuan : untuk membantu membuka jalan nafas agar tidak terlalu sesak
Kriteria hasil :
normal.
Intervensi :
mudah di keluarkan.
sekret.
Tujuan : tidak terjadi penyumbatan jalan nafas untuk pertukaran gas, dan
Ktiteria hasil :
Intervensi :
mudah di keluarkan.
sekret.
abnormal.
Kriteria hasil :
Intervensi :
yang di rencanakan.
dalam beraktifitas.
Kriteria hasil :
b. Cemas berkurang
Intervensi
mengurangi cemas
yang dialaminya.
4. Implementasi Keperawatan
pengumpulan data.
5. Evaluasi
melihat keberhasilan. Bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu
SOAP
METODELOGI PENELITIAN
Dimana dalam studi kasus ini, pemberian posisi semi fowler di tuangkan
pada pasien Asma Bronchiale di RSUD Muara Rupit Kabupaten Musi Rawas
Kasus dalam penelitian ini adalah pemberian posisi semi fowler pada
3. Pasien yang di rawat di RSUD Muara Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara
5. Pasien kooperatif
36
Fokus dalam penelitian ini adalah pasien yang sudah menjalani perawatan
thypus abdominalis. Serta upaya pemberian teknik Posisi Semi Fowler untuk
mengurangi sesak nafas yang diakibatkan oleh adanya sumbatan jalan nafas
Rawas Utara yang direncanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2018
ini adalah berupa lembar checklist untuk mengetahui proses sesak nafas
pada pasien asma bronchiale setelah dilakukan posisi semi fowler yang
G. Analisa Data
analisa data yang digunakan adalah teknik perhitungan (%), dan disajikan
H. Penyajian Data
Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data atau hasil
penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau tekstular dan tabel
Dignity)
Inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
bagi subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah
atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian
subjek penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tekhnis
Peraturan Bupati Musi Rawas No.30 tahun 2008 tentang penjabaran tugas
40
PoltekkesKemenkes Palembang
41
maka RSUD Rupit yang berada di wilayah kabupaten Musi Rawas Utara
VISI
MISI
lanjutan sesuai dengan kelas Rumah Sakit dan standar yang ditetapkan
Sedangkan Sarana dan Prasarana yang dimiliki RSUD Rupit dapat dilihat
PoltekkesKemenkes Palembang
42
Mushallah 1 Unit
Mobil Ambulance 2 Unit
Instalasi CSSD 1 Unit
Ground Tank dan Rumah Pompa 1 Unit
IPAL 1 Unit
Incinerator 1 Unit
TPS Limbah 1 Unit
Sumber : Data Bagian Umum RSUD Rupit
PoltekkesKemenkes Palembang
43
a. IGD
b. ICU
c. Kamar Operasi
d. Instalasi Radiologi
f. Instalasi Gizi
3. Pelayanan Penunjang
b. Laboratorium
c. USG, EKG
PoltekkesKemenkes Palembang
44
d. Ambulance
e. Rekam Medik
f. Administrasi
4. Rawat Inap
Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subyek studi kasus yaitu
Subyek I dan Subyek II. Kedua subyek ini sudah sesuai dengan kriteria
Subyek I
pendidikan terakhir SMA. Tn.S masuk rumah sakit pada tanggal 10 Juni 2018
Pukul 16.00 WIB dengan keluhan demam tinggi, kepala pusing, mual dan
muntah.
Subyek II
pendidikan SMA. Tn.T masuk rumah sakit pada tanggal 11 Juni 2018 Pukul
15.30 WIB dengan keluhan demam tinggi, perut kembung, tidak nafsu
PoltekkesKemenkes Palembang
45
awal yang dilakukan berfokus pada keterangan keluarga pasien dan hasil
pemeriksaan penunjang.
awal terhadap subyek dapat dilihat seperti pada tabel 4.1 dibawah ini :
TABEL 4.1
HASIL PENGKAJIAN AWAL DUA ORANG SUBYEK
PoltekkesKemenkes Palembang
46
PoltekkesKemenkes Palembang
47
120 x/menit, suhu 36 0C, dan kesadaran compos mentis. Sedangkan Tn.T
yaitu RR 31 x/menit yang disertai batuk, bibir tampak pucat, pols 125
PoltekkesKemenkes Palembang
48
ini dilakukan setiap hari selama 3 hari berturut-turut dan tidak ada
sesak nafas supaya yang dialami oleh kedua subjek dapat berkurang.
2. Analisa Data
PoltekkesKemenkes Palembang
49
3. Diagnosa Keperawatan
No Klien Diagnosa
1. Subjek I 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mocus
dalam jumlah berlebihan
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d mual dan muntah
3. Kurangnya pengetahuan b.d isif ekspetasi yang
salah informasi yang didapat tidak adekuat
2. Subjek II 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mocus
dalam jumlah berlebihan
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d mual dan muntah
3. Kurangnya pengetahuan b.d isif ekspetasi yang
salah informasi yang didapat tidak adekuat
PoltekkesKemenkes Palembang
50
4. Intervensi Keperawatan
TABEL 4.4
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA SUBJEK I
TABEL 4.5
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA SUBJEK II
2. Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan 1. Berikan makanan yang bervariasi 1. Membantu menyeimbangkan
nutrisi kurang dari tindakan kep. 3 x 24 2. Berikan makan sedikit tapi nutrisi
kebutuhan b.d mual dan jam gangguan sering 2. Menyediakan pilihan nutrisi
muntah pemenuhan nutrisi 3. Penkes mengenai kebutuhan yang dapat diberikan pada
kurang dari kebutuhan nutrisi pasien
dapat teratasi dengan 4. Kolaborasi dengan dokter/ahli 3. Membantu pemenuhan gizi
53
5. Implementasi Keperawatan
TABEL 4.6
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA SUBJEK I
TABEL 4.7
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA SUBJEK II
dalam jumlah berlebihan 15.15 2. mengatur posisi semi fowler Sudah berkurang dan mulai lega
6. Evaluasi
Subyek I
TABEL 4.8
EVALUASI PENERAPAN POSISI SEMI FOWLER UNTUK
UNTUK MENGURANGI SESAK NAFAS
PADA ASMA BRONCHIALE
nafas selama 3 (tiga) hari di RSUD Muara Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara,
diketahui keluarga dan pasien sudah bisa melakukan posisi semi fowle secara
mandiri terasa sesak nafas lagi dan setelah dilakukan posisi semi fowler
PoltekkesKemenkes Palembang
61
Subyek II
TABEL 4.9
EVALUASI PENERAPAN POSISI SEMI FOWLER UNTUK
UNTUK MENGURANGI SESAK NAFAS
PADA ASMA BRONCHIALE
nafas selama 3 (tiga) hari di RSUD Muara Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara,
diketahui keluarga dan pasien sudah bisa melakukan posisi semi fowle secara
mandiri terasa sesak nafas lagi dan setelah dilakukan posisi semi fowler
PoltekkesKemenkes Palembang
62
D. Pembahasan
evaluasi.
1. Pengkajian
yang dialami, pengetahuan tentang sistem keluarga dan kultur budaya serta
Dalam teori asuhan keperawatan, hal-hal yang dikaji terdiri dari data
PoltekkesKemenkes Palembang
63
Tn.S masuk RSUD Muara Rupit pada tanggal 10 Juni 2018 Pukul 16.00
WIB dengan keluhansesak nafas dan badan lemas disertai mual muntah.
Diagnosa dokter Asma Bronchiale, dan terlihat jelas oleh penulis bahwa
Tn.S lemas, pucat dan terlihat dipasang O2. Sedangkan pada subyek II
SMA, alamat Desa Karang Jayaa Kecamatan Muara Rupit. Tn.T masuk
RSUD Muara Rupit pada tanggal 11 Juni 2018 Pukul 15.30 WIB dengan
keluhan sesak nafas, kepala pusing dan lemas disertai mual muntah.
Diagnosa dokter Asma Bronchiale, keadaan umum terlihat lemas, pucat dan
terpasang O2
2. Diagnosa Keperawatan
sebagai berikut:
berlebihan
muntah
PoltekkesKemenkes Palembang
64
pada teori, yaitu diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mocus
b.d mocus dalam jumlah berlebihan ini muncul pada kedua subjek karena
kedua subjek mempunyai keluhan yang sama yaitu sama-sama sesak nafas
disertai mual dan muntah hal ini yang menyebabkan kedua subjek
saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi klien dengan penyakit
Keefektifan dari tindakan tersebut dapat dilihat dari Respiratory Rates yang
menunjukkan angka normal yaitu 16-24x per menit pada usia dewasa
(Ruth, 2005).
PoltekkesKemenkes Palembang
65
3. Perencanaan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh kedua subjek yaitu Tn.S dan
dengan keadaan atau situasi dan kondisi pasien, agar rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun dapat dilaksanakan dengan baik serta dapat
memperoleh hasil maksimal yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dan kreteria hasil yang ditentukan. Jadi tidak ada kesenjangan antara
intervensi teori dengan intervensi yang diberikan pada kedua subjek yaitu
4. Implementasi
asuhan keperawatan pada kedua subjek yaitu Tn.S dan Tn.T sesuai dengan
berlebihan
Pembahasan : pada diagnosa ini ada tiga intervensi yang dapat penulis
PoltekkesKemenkes Palembang
66
terjadi penurunan sesak nafas sedikit demi sedikit selama tiga hari
berturut-turut. Pada hari pertama subjek I sesak nafas masih berat, skala
posisi Semi Fowler selama 3 hari maka sesak nafas bisa turun menjadi
36.5ºC, RR 28 x/m, nadi 88 x/m, skala sesak nafas 1 dan acral terasa
hangat berkeringat.
Pada subyek II, juga terjadi penurunan sesak nafas yang sangat
posisi Semi Fowler selama tiga hari berturut-turut. Pada hari pertama
setelah dilakukan posisi Semi Fowler selama 3 hari maka sesak nafas
bisa turun menjadi 36.5ºC, RR 28 x/m, nadi 88 x/m, skala sesak nafas 1
pasien asma telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu
PoltekkesKemenkes Palembang
67
Sesak nafas akan berkurang, dan akhirnya proses perbaikan kondisi klien
lebih cepat.
5. Evaluasi
menyatakan bahwa masalah keperawatan pada kedua subjek yaitu Tn.T dan
berlebihan
sudah bisa lega keadaan umum klien bagus. Masalah teratasi sebagian,
mengatakan sesak nafas sudah berkurang dan bisa bernafas lega. Masalah
Hal ini sesuai dengan teori Supadi, Nurachmah, & Mamnuah (2008),
optimal. Sesak nafas akan berkurang dan akhirnya perbaikan kondisi pasien
lebih cepat.
PoltekkesKemenkes Palembang
68
E. Keterbatasan Penulis
penelitian ini adalah Peneliti tidak bisa melakukan observasi secara terus
PoltekkesKemenkes Palembang
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada pasien asma bronchiale yang dilakukan selama tiga hari secara
dengan baik. Pasien asma bronchiale dapat mengurangi sesak nafas dengan
B. Saran
1. Bagi Perawat
69
Poltekkes Kemenkes Palembang
70
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi
Barnes, K., & Kapoor, R. 2014. Paediatrics. London New York Oxford
Philadelphia, Sydney: Elsevier.
Mansjoer, A. 2008 Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi 3), Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Potter, P.A & Perry,A.G. 2008. Buku Ajar Fundamtal Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Purnomo, 2008. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma
bronchiale (Studi Kasus Di RS Kabupaten Kudus) Semarang: FKM
UNHAS UP
Sudoyo, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II, edk 4, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Nama Pasien :
Umur :
Jenis Kelamin :
No RM :
NO Tanggal Skala Sesak Skala Sesak Analisa Sesak Posisi semi fowler
Pengkajian nafas Pre nafas Post nafas (Berhasil / Tidak
Posisi Semi Posisi Semi (Tetap / berhasil
Fowler Fowler Berkurang)
1
2
3
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Pengertian : Posisi semi fowler adalah posisi setengah duduk dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini untuk
memepertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan
pasien
Tujuan : Tujuan mengurangi tegangan intra abdomen dan otot abdomen,
memperlancar gerakan pernafasan pada pasien mengatasi masalah
kesulitan pernapasan dan pasien dengan gangguan asma
Indikasi : 1) Pasien dengan sesak nafas
2) Pasien pasca operasi strauma, hidung, thorak
3) Pasien dengan gangguan tenggorokanyang memproduksi
sputum, aliran gelembung dan kotoran pada saluran pernafasan
4) Pasien imobilisasi, penyakit jantung, asma bronkhial, post partum.
Petugas : Peneliti
Peralatan : Alat ukur skala sesak nafas