Anda di halaman 1dari 143

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN KOMPRES HANGAT UNTUK MEMBANTU


MENGATASI HIPERTERMIA PADA PASIEN DEMAM
TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR
BELITI KABUPATEN MUSI RAWAS
TAHUN 2019

Disusun Oleh :
MUALIMIN
PO.71.20.3.18.107.RPL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2019
KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN KOMPRES HANGAT UNTUK MEMBANTU


MENGATASI HIPERTERMIA PADA PASIEN DEMAM
TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR
BELITI KABUPATEN MUSI RAWAS
TAHUN 2019

Disusun untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Program Studi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

Disusun Oleh :
MUALIMIN
PO.71.20.3.18.107.RPL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2019
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

PENERAPAN KOMPRES HANGAT UNTUK MEMBANTU


MENGATASI HIPERTERMIA PADA PASIEN DEMAM
TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR
BELITI KABUPATEN MUSI RAWAS
TAHUN 2019

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya Keperawatan

pada Program Studi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau, Poltekkes Kemenkes

palembang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari

KTI yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar

Ahli Madya Keperawatan di lingkungan Prodi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau

Poltekkes Kemenkes Palembang maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi

manapun. Apabila ternyata di k emudian hari penulisan KTI ini merupakan hasil

plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan

aturan tata tertib di Prodi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes

Palembang.

Lubuklinggau, Juli 2019


Yang Menyatakan

MUALIMIN
PO.71.20.3.18.107.RPL
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

- TIADA KESUKSESAN TANPA PERJUANGAN DAN


KERIDHOAAN ALLAH.
- UJIAN ADALAH PROSES MENCAPAI KESUKSESAN.

PERSEMBAHAN :

DENGAN MENGUCAPKAN RASA SYUKUR KARYA TULIS ILMIAH INI


SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA :

1. Kedua orang tuaku, terimakasih atas dukungan dan


supportnya sehingga saya dapat menyelesaikan study ini.
2. Istri dan anak-anak ku yang senantiasa mendukung baik
moril maupun materiil.
3. Kepada Pembimbing Karya tulis ilmiah saya, Ibu
Rumentalia, S.Kep.Ns.M.Kep dan Ibu Zuraidah SKM.MKM,
terima kasih atas bimbingannya selama proses
penyelesaian karya Tulis Ilmiah ini.
4. Rekan-rekan Angkata ke 2 program Recognisi
Pembelajaran Lampau (RPL) yang senantiasa saling
menguatkan selama studi ini.
5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas, yang
telah memberikan izin dan mensupport dalam program
studi ini.
6. Kepala Upt. Puskesmas Air Beliti Ibu Mellyanti, SKM yang
telah memberikan izin dan toleransinya selama saya
mengikuti studi ini.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PRODI STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

KARYA TULIS ILMIAH, JULI 2019

MUALIMIN

PENERAPAN KOMPRES HANGAT UNTUK MEMBANTU


MENGATASI HIPERTERMIA PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR BELITI KABUPATEN MUSI
RAWAS TAHUN 2019

xiii + 106 Halaman, 16 Tabel, 2 Bagan, 7 Lampiran

ABSTRAK

Keluhan peningkatan suhu tubuh pada demam tifoid dapat mengakibatkan


dehidrasi, berakibat fatal tanpa penanganan yang baik, turunnya suhu tubuh
dipermukakan tubuh ini dapat terjadi bila panas tubuh diuapkan. Demam tifoid
merupakan manifestasi infeksi. Demam merupakan peningkatan suhu tubuh
sentral diatas variasi normal harian dalam respons terhadap bermacam keadaan
patologis yang berbeda. Tujuan Penelitian ini Diketahuinya asuhan keperawatan
pada Pasien dengan Demam Tifoid dalam mengatasi Hipertermia dengan
Kompres hangat Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada
2 orang subjek laki laki di wilayah kerja puskesmas Air Beliti kabupaten Musi
Rawas pada bulan Juni 2019. Hasil penelitian bahwa terjadi penurunan suhu tubuh
dengan penerapan kompres hangat dalam mengatasi hipertermia pada subjek
dengan demam Tifoid.. Saran bagi institusi prodi keperawatan Lubuklinggau dan
Puskesmas Air Beliti bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi
untuk penelitian selanjutnya dan dapat digunakan dalam membuat standar
operasional prosedur dalam asuhan keperawatan keluarga dan penerapan kompres
hangat pada para penderita dengan hipertermia.

Kata Kunci : Kompres hangat, Hipertermia, Tifoid


Daftar Pustaka : 20 (2002 – 2018)
THE MINISTRY OF HEALTH OF REPUBLIC OF INDONESIA
POLYTECHNIC OF HEALTH MINISTRY OF PALEMBANG
SCHOOL OF DIPLOMA THREE OF NURSING OF LUBUKLINGGAU

PAPER, JULY 2019


MUALIMIN

APPLICATION OF WARM COMPRESSES TO OVERCOME


HYPERTHERMIA IN PATIENTS WITH TYPHUS ABDOMINALIS IN
THE WORKING AREA OF THE AIR BELITI HEALTH CENTER IN
MUSI RAWAS REGENCY IN 2019

xiii + 106 pages, 16 tables, 2 charts, 7 attachment

ABSTRACT

Complaints of increased body temperature in thypus abdominalis can result in


dehydration, fatal result without good handling, a decrease in body temperature on
the surface of the body can occur when body heat is evaporated. Thypus
abdominalis is a manifestation of infection. Fever is an increase in central body
temperature above daily normal variations in response to variety of different
pathological conditions. The purpose of this study is to conduct nursing care for
clients with thypus abdominalis to overcome hypertermia. Descriptive research
method with a case study approach on 2 person subjects in the working area of
the Air beliti health center in Musi Rawas regency in June 2019. The result of the
study a derease in body temperature with the application of warm compresses in
over cooming hyperthermia in subjek with thypus abdominalis. Suggestions for
Lubuklinggau nursing study program and Air Beliti Health Center are that the
results of this study can be used as sources of information for further research and
can be used in creating standard operating procedures in family nursing care and
intensive application of warm compresssess so that family development programs
can be carried out well and touched on the sufferers.

Keywords: Hyperthermia, Typhus abdominalis, Warm compresses


Bibliography: 20 (2002 - 2018)
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa Penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa

Ta’ala, yang mana atas perkenan dan ridhonya, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan Karya Tullis Ilmiah dengan Judul ” Penerapan Kompres Hangat

untuk membantu mengatasi Hipertermia pada Pasien Demam Tifoid di Wilayah

Kerja Puskesmas Air Beliti Kabupaten Musi Rawas tahun 2019 “.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Penelitian Karya Tulis

Ilmiah ini, masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu Penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan Karya Tulis ini.

Dalam menyelesaikan karya Tulis Ilmiah ini, Penulis banyak mendapat

bantuan, bimbingan dan saran baik tertulis maupun lisan. Untuk itu, bersama ini

perkenankan Penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si. Apt. MM. M.Kes selaku Direktur

Poltekkes Kemenkes Palembang.

2. Ibu Hj. Devi Mediarti, S.Pd. M.Kes selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Palembang sekaligus selaku Penguji II.

3. Bapak H. Jhon Feri, S.Kep, Ners, M.Kes selaku Ketua Prodi

Keperawatan Lubuklinggau.

4. Ibu Mellyanti, SKM selaku Ka Upt Puskesmas Air Beliti Kabupaten

Musi Rawas.

5. Ibu Rumentalia, S.Kep.Ns. M.Kep selaku Pembimbing I.

6. Ibu Zuraidah, SKM.MKM selaku Dosen Pembimbing II.


7. Bapak Nadi Aprilyadi, S.Sos.M.Kes selaku Penguji I.

8. Bapak / Ibu Dosen dan Staf Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang

turut membantu dalam Proses Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Kedua orang Tuaku, Istri dan Anak-anakku yang telah banyak

memberikan dorongan baik moril maupun materiil dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Sahabat seperjuangan yang senantiasa saling memotivasi dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan

yang telah diberikan dengan rahmat yang tak terhingga.

Akhir kata Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi

kita semua. Amin

Lubuklinggau, Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul ..................................................................................................... i


Halaman Pengesahan Panitia Sidang ................................................................. ii
Lembar Pengesahan Sidang KTI ......................................................................... iii
Lembar Keaslian Tulisan .................................................................................... iv
Abstrak ................................................................................................................ v
Abstract ............................................................................................................... vi
Kata Pengantar .................................................................................................... vii
Daftar Isi............................................................................................................ ix
Daftar Tabel ........................................................................................................ xi
Daftar Bagan ....................................................................................................... xii
Daftar Lampiran .................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5
1.3 Tujuan Studi Kasus .............................................................. 5
1.4 Manfaat Studi Kasus ............................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Demam Typoid 8
2.1.1 Pengertian Demam Typoid .................................... 8
2.1.2 Etiologi .................................................................. 8
2.1.3 Manifestasi klinis ................................................... 9
2.1.4 Patofisiologi ........................................................... 10
2.1.5 WOC (Web of Causes) .......................................... 13
2.1.6 Komplikasi ............................................................. 14
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ......................................... 15
2.1.8 Penatalaksanaan ..................................................... 18
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga 19
2.2.1 Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga ........... 19
2.2.2 Tujuan asuhan Keperawatan Keluarga .................. 19
2.2.3 Langkah-langkah dalam Asuhan Keperawatan
Keluarga ................................................................. 20
2.2.4 Peran Perawat dalam Perawatan Keluarga ............ 21
2.2.5 Fungsi dan Tugas Keluarga ................................... 23
2.2.6 Tugas Kesehatan Keluarga .................................... 25
2.3 Langkah-langkah Asuhan Keperawatan keluarga . 26
2.3.1 Pengkajian ............................................................. 26
2.3.2 Analisa Data .......................................................... 34
2.3.3 Diagnosa Keperawatan .......................................... 34
2.3.4 Rencana asuhan Keperawata ................................. 42
2.3.5 Implementasi ......................................................... 47
2.3.6 Evaluasi ................................................................. 47
2.4 Masalah Keperawatan dengan Hipertermia ......................... 48
2.4.1 Hipertermia ............................................................ 48
2.4.2 Intervensi Kompres hangat .................................... 51
2.5 Kerangka Konsep ................................................................. 56
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................... 57
3.2 Subjek Penelitian ................................................................... 57
3.3 Fokus Studi ............................................................................ 58
3.4 Definisi Operasional .............................................................. 58
3.5 Lokasi dan Waktu .................................................................. 59
3.6 Metode dan Instrumen Pengumpulan data ............................. 59
3.7 Prosedur Penelitian ............................................................... 59
3.8 Keabsahan Data.................................................................... 60
3.9 Etika Penelitian .................................................................... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ..................................................................................... 78
4.1.1 Gambaran Puskesmas Air Beliti ............................. 78
4.1.2 Karateristik Subjek Penelitian ................................. 79
4.1.3 Pengkajian Data asuhan Keperawatan 80
4.1.4 Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas .................. 96
4.1.5 Intervensi asuhan keperawatan ................................ 97
4.2 Pembahasan ........................................................................... 112
4.2.1 Pengkajian ............................................................... 112
4.2.2 Diagnosis ................................................................. 112
4.2.3 Perencanaan ............................................................. 114
4.2.4 Pelaksanaan ............................................................. 114
4.2.5 Hasil evaluasi .......................................................... 115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 117
5.1.1 Pengkajian ............................................................... 117
5.1.2 Diagnosa ................................................................. 117
5.1.3 Perencanaan ............................................................ 117
5.1.4 Implementasi ........................................................... 118
5.1.5 Evaluasi ................................................................... 118
5.2 Saran ...................................................................................... 118
5.2.1 Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau .................. 118
5.2.2 Bagi Mahasiswa ...................................................... 118
5.2.3 Bagi Puskesmas Air Beliti ....................................... 119
5.2.4 Bagi Masyarakat ...................................................... 119
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Kasus Penyakit Demam Typoid Di Puskesmas Air 4


Beliti Kabupaten Musi Rawas Tahun 2017 Dan 2018 ............
Tabel 2.1 Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga Baylonmaglaya ...... 38
Tabel 2.2 Intervensi Asuhan Keperawatan Keluarga .............................. 46
Tabel 4.1 Hasil Pengkajian Awal 2 Orang Subjek Studi Kasus ............... 69
Tabel 4.2 Analisa Data ............................................................................. 80
Tabel 4.3 Skoring Diagnosa 1 .................................................................. 82
Tabel 4.4 Skoring Diagnosa 2 .................................................................. 83
Tabel 4.5 Intervensi Asuhan Keperawatan Subjek 1 ................................ 85
Tabel 4.6 Intervensi Asuhan Keperawatan Subjek 2 ................................ 87
Tabel 4.7 Implementasi Asuhan Keperawatan Subjek 1 .......................... 89
Tabel 4.8 Implementasi Asuhan Keperawatan Subjek 2 .......................... 92
Tabel 4.9 Evaluasi Efektifits Kompres Hangat Subjek I .......................... 95
Tabel 4.10 Evaluasi Efektifits Kompres Hangat Subjek II ........................ 96
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Pathway Demam Typoid .......................................................... 13


Bagan 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 58
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengantar Pengambilan Data dan Persetujuan Judul


Proposal
Lampiran 2 Format Lembar permintaan menjadi Responden (inform consent)
Lampiran 3 Format Pengkajian asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 4 Format Pengukuran Peningkatan Suhu Tubuh
Lampiran 5 Format Evaluasi efektifitas Kompres hangat
Lampiran 6 SOP Kompres Hangat
Lampiran 7 Lembar Konsultasi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam merupakan manifestasi penting infeksi. Demam merupakan

peningkatan suhu tubuh sentral diatas variasi normal harian dalam respons

terhadap bermacam keadaan patologis yang berbeda. Hampir 30%

kunjungan ke dokter dan lebih dari 5 juta kunjungan ke emergensi karena

keluhan demam (Sodikin, 2011).

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

Batasan karakteristiknya meliputi kulit kemerahan, konvulsi, peningkatan

suhu tubuh diatas kisaran normal, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa

hangat. Penyebabnya antara lain anasthesia, penurunan perspirasi, dehidrasi,

pemajanan lingkungan yang panas, pemakaian pakaian yang tidak sesuai

dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme, penyakit, medikasi,

trauma, aktivitas berlebihan (Herdman, 2009).

Demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1 minggu, gangguan pada

pencernaan dan gangguan kesadaran (Sodikin, 2011). Penyakit Demam

Tifoid yang biasa dikenal dengan istilah awam sebagai Demam Tifus atau

gejala tipes merupakan penyakit yang banyak diemukan pada masyarakat

baik didaerah perkotaan maupun dipedesaan. Penyakit ini memiliki

hubungan yang erat dengan kualitas kebersihan pribadi dan santasi

lingkungan yang kurang baik.


Demam Tifoid mengacu pada peningkatan suhu tubuh sebagai akibat

dari infeksi atau peradangan sebagai respons terhadap invasi mikroba, sel-

sel darah putih tertentu mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai

pirogen endogen yang memiliki banyak efek untuk melawan infeksi.

Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga 38˚C

atau lebih. Ada juga yang mengalami batasan lebih dari 37,8˚C, sedangkan
o
bila suhu tubuh lebih dari 40 C disebut Demam tinggi atau hiperpireksia

(Julia, 2010).

Pemberian kompres hangat dengan air dapat dilakukan pada daerah

axilaris agar lebih efektif, karena pada daerah axilaris terdapat pembuluh

darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin. Sesuai dengan

teori radiasi, vasodilatasi perifer juga meningkatkan aliran darah ke kulit

untuk memperluas penyebaran suhu tubuh yang meningkat keluar. Dengan

kompres hangat pada daerah yang mempunyai vaskular yang banyak, maka

akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi. Vasodilatasi yang

kuat pada kulit, akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari

tubuh ke kulit, hingga delapan kali lipat lebih banyak (Tamsuri, 2007).

Badan kesehatan dunia World Health Organization memperkirakan

jumlah kasus Demam Tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan

500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit

infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa (WHO, 2017)

Di Indonesia, Demam Tifoid harus mendapat perhatian serius dari

berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat endemis dan mengancam


kesehatan masyarakat. Permasalahannya semakin kompleks dengan

meningkatnya kasus-kasus karier (caerrier) atau relaps dan resistensi

terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga menyulitkan upaya pengobatan

dan pencegahan. Penderita demam tifoid di Indonesia tercatat 81,7 per

100.000 (Kemenkes RI, 2018).

Kejadian Demam Tifoid di Indonesia sepanjang tahun selalu ada,

dimana diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap

tahun dan sepanjang tahun ditemukan mengalami demam tifoid sehingga

Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid. Seluruh wilayah

Indonesia dapat ditemukan penyakit ini dengan insidensi yang hampir sama

antara daerah. Penyakit ini penyerangannya bersifat sporadis (Widoyono,

2011). Anak merupakan yang paling rentan terkena Demam Tifoid,

walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir

semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak

usia 5-19 tahun.

Dinas Kesehatan kabupaten Musi Rawas, menyatakan bahwa pada

tahun 2018 jumlah kasus Demam Tifoid yang datang ke sarana kesehatan

sebanyak 1467 kasus. Penyakit Demam Tifoid sampai saat ini termasuk

dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Musi rawas. Kecamatan

Tuah Negeri Air Beliti termasuk merupakan kecamatan dengan angka

kejadian Demam Tifoid cukup tinggi di kabupaten Musi Rawas.


TABEL 1.1
JUMLAH KASUS PENYAKIT DEMAM TIFOID
DI PUSKESMAS AIR BELITI KABUPATEN
MUSI RAWAS TAHUN 2017 DAN 2018

Tahun Umur (tahun) / Jenis Kelamin Jumlah


1-5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 ≥ 21
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
2017 - - 8 4 6 8 15 3 1 - 45
2018 2 3 10 7 6 9 15 11 4 8 75

Sumber : Data Penyakit Typoid Puskesmas Air Beliti Kabupaten Musi

Rawas

Berdasarkan data yang diambil dari Puskesmas Air Beliti Kabupaten

Musi Rawas bahwa kasus Demam Tifoid telah terjadi peningkatan dari

tahun sebelumnya,yaitu sebesar 60 % dari tahun sebelumnya.

Keluhan yang sering terjadi pada Demam Tifoid adalah peningkatan

suhu tubuh yang dapat mengakibatkan dehidrasi, berakibat fatal bila tanpa

penanganan yang baik, turunnya suhu tubuh dipermukakan tubuh ini dapat

terjadi bila panas tubuh diuapkan. Intervensi keperawatan lebih ditekankan

pada pemberian tindakan mandiri, yaitu kompres hangat. Hal ini dapat

dilihat dari intervensi keperawatan pada standar intervensi keperawatan

Indonesia (SIKI, 2018).

Tindakan penatalaksanaan Demam Tifoid secara medis sebagaimana

yang selalu dilakukan dipusat pelayanan kesehatan di puskesmas Muara

Beliti adalah dengan pemberian antibiotik golongan Clorampenicol dan

Golongan Antipiretik Golongan Paracetamol 500 mg, sementara tindakan

non farmakologi yang dapat dilakukan secara mandiri seperti melakukan


Kompres hangat jarang dilakukan dan hanya di edukasikan kepada

masyarakat.

Purwanti (2008) dalam penelitiannya di RSUD Dr.Moewardi

Surakarta tentang kompres hangat menyimpulkan bahwa setelah memberi

tindakan kompres hangat selama 10 menit, terjadi perubahan suhu rerata

sebesar 0,97 o c, sehingga dibuktikan bahwa ada pengaruh kompres hangat

terhadap perubahan suhu tubuh.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian “ Penerapan Kompres Hangat untuk membantu

menurunkan Hipertermia Pada Penderita Demam Tifoid di Wilayah Kerja

Puskesmas Air Beliti Kabupaten Musi Rawas Tahun 2019 “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

permasalahan studi kasus deskriptif tersebut dengan “ Bagaimanakah

Penerapan Kompres hangat untuk membantu menurunkan Hipertermia Pada

Penderita Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Air Beliti Kabupaten

Musi Rawas Tahun 2019 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya asuhan keperawatan pada Pasien dengan

Demam Tifoid dalam mengatasi Hipertermia dengan Kompres


hangat di Wilayah Kerja Puskesmas Air Beliti Kabupaten Musi

Rawas tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan

Hipertermia pada kasus Demam Tifoid di wilayah kerja

Puskesmas Air Beliti Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.

b. Diketahuinya Perumusan Diagnosa Keperawatan pada

pasien dengan Hipertermia pada kasus Demam Tifoid di

wilayah kerja Puskesmas Air Beliti Kabupaten Musi Rawas

tahun 2019.

c. Diketahuinya Intervensi asuhan keperawatan pada pasien

dengan Hipertermia pada kasus Demam Tifoid di wilayah

kerja Puskesmas Air Beliti Kabupaten Musi Rawas tahun

2019.

d. Diketahuinya Implementasi asuhan keperawatan pada pasien

dengan Hipertermia pada kasus Demam Tifoid di wilayah

kerja Puskesmas Air Beliti Kabupaten Musi Rawas tahun

2019.

e. Diketahuinya Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien

dengan Hipertermia pada kasus Demam Tifoid di wilayah

kerja Puskesmas Air Beliti tahun 2019.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau.

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi laporan

kasus bagi pengembangan praktik keperawatan, juga memberikan

sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu dalam penelitian

lebih lanjut.

1.4.2 Bagi Puskesmas Air Beliti Kabupaten Musi Rawas

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran untuk meningkatkan kinerja pada para tenaga perawat

dalam menangani asuhan perawatan pasien dengan Demam Tifoid.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai cara Pengelolaan dan terapi non

farmakologi pada Demam Tifoid.

1.4.4 Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan acuan dan kerangka

untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Demam Tifoid

2.1.1 Pengertian Demam Tifoid

Demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1

minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran

(Sodikin, 2011).

Tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang

disebabkan oleh Salmonella Typhi A, B dan C yang dapat menular

melalui oral, fekal, makanan dan minuman yang terkontaminasi

(Padila, 2013).

2.1.2 Penyebab

Penyebab penyakit ini adalah jenis salmonella typhosa,

kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Sodikin, 2011) :

a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak

berspora.

b. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen, yaitu antigen O

(somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida),

antigen H (flegella), dan antigen Vi. Berdasarkan hasil


pemeriksaan laboratorium pasien, biasanya terdapat zat anti

(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

2.1.3 Manisfestasi Klinis

Menurut Padila (2013), tanda dan gejala Demam Tifoid

adalah sebagai berikut:

a. Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore

hari dan malam hari.Dengan keluhan dan gejala demam,

nyeri otot, nyeri kepala, anoreksia dan mual, batuk,

epistaksis, obstipasi/diare, perasaan tidak enak diperut.

b. Minggu II

Pada Minggu ke II gejala sudah jelas dapat berupa

demam, brakikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya

hiperemia), hepatomegali, meteorismus, penurunan

kesadaran.

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), tanda dan gejala

Demam Tifoid adalah sebagai berikut :

1. Gejala pada anak: inkubasi antara 5-40 hari dengan

rata-rata 10-14 hari

2. Demam meninggi sampai akhir Minggu pertama

3. Demam turun pada Minggu ke empat, kecuali demam

tidak tertangani akan menyebabkan syok, stupor dan

koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertambah selam

2-3 hari.

5. Nyeri kepala, nyeri perut

6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi

7. Pusing, brakikardi, nyeri otot

8. Batuk

9. Epistaksis

10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid ujung

merah serta tremor)

11. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus

12. Gangguan mental berupa samnolen

13. Delirium atau psikosis

14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama

pada bayi muda sebagai penyakit demam akut dengan

disertai syok dan hipotermia.

2.1.4 Patofisiologi

Menurut Sodikin (2011), mekanisme masuknya kuman

diawali dengan infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan, basil

diserap oleh usus melalui pembuluh limfe lalu masuk kedalam

peredaran darah sampai di organ-organ lain, terutama hati dan

limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati

dan limfa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai

dengan rasa nyeri pada perabaan, kemudian basil masuk kembali ke


dalam darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama

ke dalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak

berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak peyeri; tukak tersebut

dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam

disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran

pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.

Menurut Sodikin (2011) penularan Slmonella Typhi dapat

ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu:

Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),

Fly (lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita tifoid dapat menularkan

kuman Salmonella Typhi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat

ditularkan memalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap

dimakankan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila

orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti

mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella

Typhi masuk ke tubuh orang sehat melalui mulut. Kemudian kuman

masuk kedalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh

asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal

mencapai jaringan limpoid. Didalam jaringan limpoid ini kuman

berkembang bak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel

retikuloendotelial.Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian

melepaskan kuman kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan


bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan

kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada tifoid

disebabkan oleh endotoksemia.Tetap berdasarkan penelitian

eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan

penyebab utama demam pada tifoid. Endotoksemia berperan pada

patogenesis tifoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada

usus halus. Demam disebabkan karena Salmonella Typhi dan

endotoksinnya merangsanag sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh

leukosit pada jaringan yang meradang.


2.1.5 Web Of Causation Demam Tifoid

Bakteri Salmonella Typhi Intoleransi Aktivitas

Masuk bersama makanan ke saluran cerna


Mudah letih & lesu ,
malaise, perasaan tidak
Dilambung (sebagian bakteri mati oleh enak badan
asam lambung)
EnergiMenurun
Masuk ke usus halus (Limpoid usus halus, terjadi
proses infeksi) Metabolisme menurun

Inflamasi pada plak peyeri (Limpoid usus halus)

Defisit Nutrisi
DEMAM TIFOID

Nafsu makan menurun


Bakteri masuk ke aliran darah dan pembuluh limfe
(bakterimia perifer)
Peristaltik dan bising usus
menurun
Bakteri yang tidak fagosit akan masuk dan
berkembang di hati dan limfe

Inflamasi hati dan limfe

Hipertermia Hepatomegali dan Spenomegali

Gangguan termogulator Nyeri tekan

Merangsang Hipotalamus Nyeri Akut Masa inkubasi 5 – 9 hari

Pirogen beredar dalam


Bakterimia skunder
darah

Peradangan lokal Bakteri mengeluarkan


Endotoksin merangsang
sintesa & pelepasan zat meningkat endotoksin
pirogen oleh leukosit
pada jaringan radang

Sumber : Sodikin (2011) BAGAN 2.1


WOC DEMAM TYFOID
2.1.6 Komplikasi

Menurut Sodikin (2011) komplikasi Demam Tifoid, yakni :

a. Komplikasi intestinal

1. Perdarahan usus

Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit,

perdarahan tersebut hanya dapat ditemukan jika

dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin; jika

perdarahan banyak, maka dapat terjadi melena yang

bisa disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

2. Perforasi usus

Perforasi usus biasanya timbul pada Minggu

ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian usus

distal ileum.Perforasi yang tidak disertai peritonitis

hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga

peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat

udara diantara hati dan diafragma pada foto Rongten

abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun

dapat juga terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan

gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat,

dinding abdomen tegang (defence musculair), dan nyeri

tekan.
b. Komplikasi di luar usus

Terjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis

(bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis, ensefelopati, dan

lain-lain.Komplikasi di luar usus ini terjadi karena infeksi

sekunder, yaitu bronkopneumonia

c. Komplikasi extra intestinal

1. Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi

(renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis

2. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia,

dan syndroma uremia hemolitik.

3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu :

hepatitis, kolesistitis.

5. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis

dan perinepritis.

6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis,

spondilitis dan arthritis.

7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus,

meningitis, pelineuritis perifer, sindroma guillain bare

dan sindroma katatonia.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Padila (2013) pemeriksaan penunjang pada klien

dengan Demam Tifod adalah pemeriksaan laboratorium, yaitu


terdiri dari :

a. Pemeriksaan Leukosit

Didalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam

tifoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi

kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai.Pada

kebanyakan kasus demam tifoid, jumlah leukosit pada

sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan

kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

komplikasi atau infeksi sekunder.Oleh karena itu

pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa

demam tifoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam tifoid sering kali

meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya

tifoid.

c. Biakan Darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam

tifoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup

kemungkinan akan terjadi demam tifoid. Hal ini dikarenakan

hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

1. Teknik Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda

dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh


perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.

Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat

demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakan darah terhadap Salmonella Thypi terutama

positif pada Minggu pertama dan berkurang pada

Minggu-minggu berikutnya.Pada waktu kambuh biakan

darah dapat positif kembali

3. Vaksinasi dimasa lampau

Vaksinasi terhadap demam tifoid dimasa lampau

dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien,

antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan

darah negatif.

4. Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah

mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman

dalam media biakan terhambat dan hasil biakan

mungkin negatif.

d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara

antigen dan antibodi (aglutinin).Aglutinin yang spesifik

terdapat Salmonella Thypi terdapat dalam serum klien dengan

tifoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.


Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium.

Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid,

kenaikan titer aglutinin >4 kali terutama aglutinin O dan H

bernilai diagnostik penting untuk demam tifoid. Akibat

infeksi oleh Salmonella Typhi, klien memuat antibodi atau

aglutinin yaitu :

1. Aglutinin O, yang dibut karena rangsangan antigen O

(berasal dari tubuh kuman)

2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H

(berasal dari flagel kuman)

3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen

Vi (berasal dari simpai kuman)

2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut Sodikin(2011) penatalaksanaan Demam Tifoid

yakni:

a. Tirah baring atau bed rest.

b. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan

buah), kecuali komplikasi pada intestinal.

c. Obat-obat :

1. Antimikroba

Kloramfenikol 4 x 500 mg sehari/iv, Tiamfenikol


4x500 mg sehari oral, Kotrimoksazol 2x2 tablet sehari

oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim

80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250

ml cairan infus., Ampisilin atau amoksilin 100 mg/kg

BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis,

Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7

hati bebas demam.

2. Antipiretik seperlunya

3. Vitamin B kompleks dan vitamin C

d. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

2.2.1 Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian

kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan pada klien

sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan

menggunakan proses keperawatan dalam lingkup wewenang serta

tanggung jawab keperawatan (Gusti, 2013).

2.2.2 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga

Tujuan Asuhan keperawatan kesehatan keluarga terdiri dari :

a. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam

memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat


meningkatkan status kesehatan keluarganya.

b. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi

oleh keluarga.

2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menghadapi

masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil

keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah

kesehatan para anggotanya.

4. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota

keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah

kesehatan anggota keluarganya.

5. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam

meningkatkan mutu hidupnya.

2.2.3 Langkah-langkah dalam Asuhan Keperawatan Keluarga

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga

ada beberapa langkah yang harus diperhatikan perawat antara lain

(Suprajitno, 2004) :

a. Membina Hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga.

b. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah

kesehatan keluarga.
c. Menganalisis data keluarga untuk menentukan masalah-

masalah kesehatan dan perawatan keluarga.

d. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga berdasarkan

sifat masalah kesehatan keluarga.

e. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan

keluarga untuk melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam

bidang kesehatan.

f. Menentukan / menyusun skala prioritas masalah kesehatan

dan keperawatan keluarga.

g. Menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga sesuai

dengan urutan prioritas.

h. Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai

dengan rencana yang telah disusun.

i. Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan

yang dilakukan.

j. Meninjau kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang

belum dapat teratasi dan merumuskan kembali rencana

asuhan keperawatan yang baru.

2.2.4 Peran Perawat dalam Perawatan Keluarga

Peran perawat dalam perawatan keluarga terdiri dari

(Suprajitno, 2004) :

a. Pendidik

Mengajarkan secara formal maupun informal kepada


keluarga tentang kesehatan dan penyakit.

b. Pemberi pelayanan atau pengawas

Memberikan pelayanan langsung dan melakukan

pengawasan / pembinaan terhadap pelayanan yang diberikan.

c. Advokat keluarga

Mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu

keamanan dan akses untuk mendapatkan pelayanan.

d. Penemu kasus

Mendeteksi penyakit dan menjalankan peran utama

dalam pengamatan dan pengawasan penyakit.

e. Peneliti

Mengidentifikasi masalah praktis dan mencari

penyelesaian melalui investigasi ilmiah secara mandiri

maupun kolaborasi.

f. Manajer atau koordinator

Mengelola dan bekerja sama dengan anggota keluarga,

pelayanan kesehatan dan sosial serta sektor lain untuk

mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

g. Fasilitator

Menjalankan peran terapeutik untuk membantu

mengatasi masalah dan mengidentifikasi sumber.

h. Konselor

Konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi dan


memfasilitasi keterjangkauan keluarga / masyarakat

terhadap sumber yang diperlukan.

i. Modifikasi lingkungan.

Agar dapat meningkatkan mobilitas dan

menerapkan asuhan mandiri.

2.2.5 Fungsi dan Tugas Keluarga

a. Fungsi Dasar Keluarga (Harmoko, 2012)

1. Fungsi Afektif

Berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif

berguna untuk memenuhi kebutuhan psikologis.

Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga

yang gembira dan bahagia. Fungsi afektif merupakan

sumber energi yang menentukan kebahagiaan

keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga

untuk fungsi afektif antara lain.

2. Memelihara saling asuh

a) Keseimbangan saling menghargai

b) Pertalian dan identifikasi

c) Keterpisahan dan kepaduan

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri

dengan kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang


berlangsung seumur hidup, dimana individu secara kontinyu

mengubah perilaku mereka sebagai respons terhadap situasi

yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi

mencakup semua proses dalam sebuah komunitas tertentu

atau kelompok dimana manusia, berdasarkan sifat

kelenturannya, melalui pengalaman-pengalaman yang

diperoleh selama hidup, mereka memperoleh karateristik

yang terpola secara sosial.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan

adannya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit

terkontrol. Disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan

atau diluar ikatan perkawinan, sehingga lahirlah keluarga

baru dengan satu orang tua.

d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi keluarga seperti makanan, pakaian,

dan perumahan, maka keluarga memerlukan sumber

keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga yang

berbeda dibawah garis kemiskinan. Perawat bertanggung

jawab untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang

dapat digunakan oleh keluarga dalam meningkatkan status

kesehatan.
e. Fungsi perawatan keluarga

Bagi para profesional kesehatan keluarga fungsi

perawatan kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam

pengkajian keluarga. Guna menempatkan dalam sebuah

perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga

yang menyediakan kebutuhan fisik, seperti makanan,

pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

2.2.6 Tugas Kesehatan Keluarga (Harmoko,2012)

a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak

boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak

akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara

tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan

yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah

kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi.


c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Keluarga sering mengalami keterbatasan, maka anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu

memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah

yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di

institusi pelayanan kesehatan.

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan

bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga

akan memiliki waktu lebih banyak berhubungan dengan

lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu kondisi rumah

haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan, dan

dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan

dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya.

2.3 Langkah-langkah Asuhan Keperawatan Keluarga (Suprajitno,2004)

Pada tahap pengkajian, data yang perlu diperoleh oleh perawat, yaitu

data yang berhubungan dengan keluarga .


2.3.1 Pengkajian dan Pengumpulan data

a. Pengumpulan Data Umum

1. Identitas Kepala Keluarga

Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat

dan telpon jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala

keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas nama

atau inisial, jenis kelamin, umur, hubungan dengan

kepala keluarga, agama, pendidikan, status imunisasi

dan genogram.

2. Tipe Keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga

tradisional atau tipe keluarga non tradisional).

3. Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa atau kebiasaan-

kebiasaan terkait dengan kesehatan.

4. Agama

Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut

oleh keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan.

5. Status Sosial ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga

ditentukan oleh pendapatan seluruh anggota keluarga

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga


lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang

dimiliki oleh keluarga.

6. Aktifitas Rekreasi

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan

keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi

tempat rekreasi, tetapi juga penggunaan waktu luang

atau senggang keluarga.

b. Riwayat dan Tahap perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga

inti.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi

dan mengapa belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga inti

Data ini menjelaskan mengenai penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, status imunisasi, sumber kesehatan

biasa digunakan serta pengalamannya menggunakan

pelayanan kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya

Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari

pihak suami dan istri.

c. Data Lingkungan

1. Karateristik dan denah rumah

Menjelaskan gambaran tipe rumah, luas

bangunan, pembagian dan pemanfaatan ruang,

ventilasi, kondisi rumah, tata perabotan, kebersihan dan

sanitasi lingkungan, ada atau tidak sarana air bersih dan

sistem pembuangan limbah.

2. Karateristik tetangga dan komunitasnya

Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat

tinggal, nilai dan norma atau aturan penduduk setempat

serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3. Mobilitas Keluarga

Ditentukan dengan apakah keluarga hidup

menetap dalam satu tempat atau mempunyai kebiasaan

berpindah-pindah tempat tinggal.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga

untuk berkumpul atau berinteraksi dengan

masyarakat lingkungan tempat tinggal.


5. Sistem pendukung keluarga

Sumber dukungan dari anggota keluarga dan

fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat

serta jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki

keluarga untuk meningkatkan upaya kesehatan.

d. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota

keluarga menggunakan sistem tertutup atau terbuka,

kualitas dan frekuensi komunikasi yang berlangsung

serta isi pesan yang disampaikan.

2. Struktur kekuatan keluarga

Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang

digunakan keluarga dalam membuat keputusan.

3. Struktur dan peran keluarga

Menjelaskan peran dari masing-masing aqnggota

keluarga baik secara formal maupun informal.

4. Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga

dengan kelompok atau komunitas serta bagaimana nilai

dan norma tersebut mempengaruhi status kesehatan

keluarga.
e. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial

dalam keluarga, dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

2. Fungsi social

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga,

sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, nilai,

norma dan budaya serta perilaku yang berlaku

dikeluarga dan masyarakat.

3. Fungsi pemenuhan ( perawatan / pemeliharaan)

kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

dan perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit.

Pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit,

kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas

perawatan keluarga.

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga dengan

Demam Typoid.

Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta

dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda


dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi

serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang

tepat.

Sejauh mana keluarga mengerti mengenai

sifat dan luasnya masalah, apakah masalah yang

dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit,

mempunyai sifat negatif terhadap masalah

kessehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan

yang ada, kurang percaya terhadap tenaga

kesehatan dan mendapat informasi yang salah

terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sakit

Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan

penyakitnya, mengetahui tentang sifat dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan,

mengetahui sumber yang ada dalam keluarga,

mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan

untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap

yang sakit.

d) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk

menjamin kesehatan keluarga.


e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

disekitarnya bagi keluarga.

4. Fungsi reproduksi

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan

jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan

keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota

keluarga.

5. Fungsi ekonomi

Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan

serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk

meningkatkan penghasilan keluarga.

f. Stress dan Koping Keluarga

1. Stresor jangka pendek dan panjang

Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

kurang dari 6 bulan.

Stresor jangka panjang yaitu stresor yang saat ini

dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6

bulan.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi

stressor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon


terhadap situasi stresor yang ada.

3. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

4. Strategi adaptasi disfungsional

Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku

keluarga yang tidak adaktif) ketika keluarga

menghadapi masalah.

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota

keluarga tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada

klien di klinik atau rumah sakit yang meliputi pemeriksaan

fisik head to toe dan pemeriksaan penunjang.

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan

keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.3.2 Analisa Data

Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan

masalah kesehatan yang ada pada keluarga sesuai dengan data yang

didapatkan pada saat pengkajian, lalu menetapkan penyebab

masalah tersebut yang diangkat dari lima tugas keluarga,yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat


c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

a. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang

respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial

(Gusti, 2013).

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan

berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian.

Komponen diagnosa keperawatan meliputi :

1. Problem atau Masalah

Adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga

atau anggota keluarga.

2. Ethiologi atau Penyebab

Adalah suatu pernyataan yang dapat

menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima

(5) tugas keluarga, yaitu :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang

tepat.
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sakit.

d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

dimasyarakat.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan

atau ethiologi dari diagnosis keperawatan keluarga

adalah adanya :

a) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan,

pemahaman, kesalah persepsi).

b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).

c) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan

terhadap suatu prosedur atau tindakan, kurangnya

sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas,

sistem pendukung, lingkungan fisik dan

psikologis).

3. Tanda (sign) dan Gejala (Symptom)

Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif

yang diperoleh perawat dari Keluarga secara

langsung atau tidak langsung.Tipologi diagnosa

keperawatan meliputi :

a) Diagnosa actual

Adalah masalah keperawatan yang sedang


dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan

dari perawat dengan cepat.

b) Diagnosa resiko / resiko tinggi

Adalah masalah keperawatan yang

belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah

keperawatan aktual dapat terjadi cepat apabila

tidak segera mendapat bantuan perawat.

c) Diagnosa potensial

Adalah suatu keadaan sejahtera dari

keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi

kebutuhan kesehatannya dan mempunyai

sumber penunjang kesehatan yang

memungkinkan dapat ditingkatkan.

b. Penilaian (Skoring) Diagnosa keperawatan

Skoring diagnosis keparawatan menurut Bailon dan

Maglaya, 1978 (Suprajitno, 2004).


TABEL 2.1
SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

KRITERIA SKOR BOBOT


1. Sifat Masalah
a. Tidak / kurang sehat 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahter 1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Mudah 2 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah berat harus segera 2 1
ditangani
b. Ada masalah, tetapi tidak 1
perlu ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0

Proses skoring dilakukan bila perawat merumuskan

diagnosa keperawatan lebih dari satu.

Proses skoring dilakukan untuk tiap diagnosis

keperawatan :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.

2. Selanjutnya skor dibagi dengan angka skor tertinggi

dan dikalikan dengan nilai bobot.

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor tertinggi

sama dengan jumlah bobot, yaitu 5).


Skor yang diperoleh

X Bobot

Skor tertinggi

c. Diagnosis Keperawatan dengan Demam Tifoid

Diagnosa keperawatan keluarga dengan penyakit

Demam Tifoid diantaranya adalah (SDKI, 2017) :

1. Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Definisi :

Adalah Suhu tubuh meningkat diatas rentang

normal.

Penyebab :

Dehidrasi, Terpapar lingkungan panas, Proses

penyakit (misal infeksi, kanker), Ketidaksesuaian

pakaian dengan suhu lingkungan, Peningkatan laju

metabolisme, Respon trauma, Aktivitas berlebihan,

Penggunaan inkubator.

Gejala dan Tanda :

Secara Mayor ditandai dengan suhu tubuh

diatas nilai normal, dan tanda minor ditandai dengan

kulit merah, kejang, takikardi, takipnnea, kulit terasa

hangat.
Kondisi Klinis terkait :

Proses infeksi, Hipertiroid, Stroke, Dehidrasi,

Trauma, Prematuritas

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Definisi (SDKI, 2017) :

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme.

Penyebab :

Ketidakmampuan menelan makanan,

Ketidakmampuan mencerna makanan,

Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, Peningkatan

kebutuhan metabolisme, Faktor ekonomi, Faktor

psikologis.

Gejala dan tanda :

Secara Mayor ditandai Berat badan menurun

minimal 10 % dibawah rentang ideal.

Secara Minor ditandai Cepat kenyang setelah

makan, Kram / nyeri abdomen, Nafsu makan

menurun, Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah

lemah, Otot menelan lemah, Membran mukosa lembab,


Sariawan, Serum albumin turun, Rambut rontok

berlebihan, Diare.

Kondisi klinis terkait :

Stroke, Parkinson, Mobius Syndrome, Cerebral

palsy, Cleft lip, Cleft palate, Amyotropic lateral

sclerosis, Kerusakan neuomuskular, Luka bakar,

Kanker, Infeksi, AIDS, Penyakit crohn’s, Enterokolitis,

Fibrosis kistik.

3. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Definisi :

Adalah Pengalaman sensorik atau emosional

yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

Penyebab :

Agen pencedera fisiologis, Agen pencedera

kimiawi, Agen pencedera fisik.

Gejala dan Tanda :

Secara Mayor ditandai Tampak meringis,

Bersikap protektif, Gelisah, Frekuensi nadi meningkat,

Sulit tidur.
Secara Minor ditandai Tekanan darah meningkat,

Pola Napas berubah, Nafsu makan berubah, Proses

berpikir terganggu, Menarik diri, Berfokus pada diri

sendiri, Diaforesis.

Kondisi klinis terkait :

Kondisi pembedahan, Cedera traumatis, Infeksi,

Sindrom koroner akut, Glaukoma.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit.

Definisi :

Ketidakcukupan energi untuk melakukan

aktivitas sehari-hari.

Penyebab :

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen, Tirah baring, Kelelahan, Imobilitas, Gaya

hidup.

Gejala dan tanda :

Gejala Mayor ditandai Mengeluh lelah, Frekuensi

jantung meningkat >20 % dari kondisi istirahat.

Gejala Minor ditandai Dispnea saat / setelah

aktivitas, Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,

Marasa lemah, Tekanan darah berubah >20 % dari


kondisi istirahat, Gambaran EKG menunjukkan aritmia

saat / setelah aktivitas, Gambaran EKG menunjukkan

iskemia, Sianosis.

Kondisi klinis terkait :

Anemia, Gejala jantung kongestif, Penyakit

jantung koroner, Penyakit katup jantung, Aritmia,

Penyakit paru obstruktif kronis, Gangguan metabolik,

Gangguan muskuloskeletal.

2.3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan

yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan

masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi dari

masalah keperawatan yang sering muncul.

2.3.5 Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :

a. Menentukan sasaran atau goal

Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan

akhir yang akan dicapai melalui segala upaya, dimana

masalah (Problem) digunakan untuk merumuskan tujuan

akhir.

b. Menentukan tujuan atau objek

Merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih

terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan


perawatan yang akan dilakukan, dimana penyebab (ethiologi)

digunakan untuk merumuskan tujuan.

c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang

akan dilakukan.

Dalam memilih tindakan keperawatan sangat

tergantung kepada sifat masalah dan sumber-sumber yang

tersedia untuk memecahkan masalah.

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.

Kriteria merupakan tanda atau indikator yang

digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan

standar menunjukkan tingkat performance yang diinginkan

untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan

tindakan keperawatan telah tercapai.

e. Standar mengacu pada 5 tugas keluarga, sedangkan kriteria

mengacu pada 3 hal, yaitu :

1. Pengetahuan (kognitif)

Intervensi ini ditujukan untuk memberikan

informasi, gagasan, motivasi dan saran kepada keluarga

sebagai target asuhan keperawatan keluarga.

2. Sikap (afektif)

Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga

dalam berespon emosional, sehingga dalam keluarga


terdapat perubahan sikap terhadap masalah yang

dihadapi.

3. Tindakan (psikomotor)

Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota

keluarga dalam perubahan perilaku yang merugikan ke

perilaku yang menguntungkan.


TABEL 2.2
INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DEMAM TIFOID
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Standar Evaluasi Intervensi
Umum Khusus
1. Hipertermia berhubungan Setelah Setelah dilakukan
dengan Ketidakmampuan dilakukan tindakan keperawatan
keluarga dalam Memberi tindakan Keluarga mampu :
perawatan pada anggota keperawatan 1. Mengetahui 1. Keluarga dapat 1. Keluarga memahami 1. Identifikasi
keluarga yang sakit. 2 x 30 menit penyebab mengetahui penyebab Hipertermia. penyebab
selama 5 hari hipertermia. penyebab hipertermia.
kunjungan hipertermia
suhu tubuh
kembali normal 2. Mengambil 2. Keluarga mampu 2. Keluarga secara 2. Identifikasi tindakan
keputusan untuk memutuskan bijaksana menentukan keluarga terhadap
mengatasi mencari bantuan tindakan yang tepat penanganan
kondisi untuk mengatasi dalam mengatasai hipertermia..
hipertermia masalah ke masalah.
fasilitas kesehatan
atau tenaga
kesehatan.
3. Mengatasi 3. Keluarga mampu 3. Keluarga dapat 3. Ajarkan keluarga
hipertermia mempraktekkan melakukan kompres tentang kompres
dengan tindakan tindakan kompres hangat. hangat.
mandiri kompres hangat.
hangat.
4. Mencari bantuan 4. Keluarga dapat 4. Keluarga dapat 4. Kolaborasi ke
dengan menggunakan menentukan dan tepat Puskesmas untuk
menggunakan fasilitas layanan menggunakan layanan mendapatkan
fasilitas kesehatan yang kesehatan untuk bantuan dalam
kesehatan yang ada mengatasi masalah pemberian
ada. yang ada. antipiretik.
2. Nyeri Akut berhubungan Setelah Setelah dilakukan
dengan Ketidakmampuan dilakukan tindakan keperawatan
keluarga dalam Memberi tindakan Keluarga mampu :
perawatan pada anggota keperawatan 1. Mengetahui 1. Keluarga dapat 1. Keluarga dapat 1. Identifikasi
keluarga yang sakit. selama 2 x 30 penyebab nyeri mengetahui menganalisa penyebab nyeri.
menit selama 5 penyebab nyeri. perjalanan nyeri.
hari kunjungan
nyeri hilang. 2. Mengetahui 2. Keluarga mampu 2. Keluarga dapat 2. Ajarkan keluarga
manajemen nyeri. melakukan menerapkan teknik tentang relaksasi,
manajemen nyeri manajemen nyeri distraksi., dan
dengan relaksasi atau kompres hangat /
distraksi. dingin.
3. Mencari bantuan 3. Keluarga mampu 3. Keluarga dapat 3. Konsultasikan
dengan menentukan menentukan fasilitas dengan tim medis
menggunakan fasilitas kesehatan pelayanan yang tepat. dalam pemberian
fasilitas yang tepat. terapi analgetik
kesehatan yang (paracetamol 500
ada. mg oral atau asam
mefenamat).

3. Defisit Nutrisi berhubungan Setelah Setelah dilakukan


dengan ketidakmampuan dilakukan tindakan perawatan
keluarga memberi perawatan tindakan Keluarga mampu :
pada anggota keluarga yang keperawatan 1. Mengetahui 1. Keluarga 1. Keluarga mampu 1. Identifikasi
sakit. selama 2 x 30 pengaturan diit memahami merawat keluarga pengetahuan keluarga
menit selama 5 pengaturan pola dengan gangguan tentang diit.
hari kunjungan diit. nutrisi.
Nutrisi menjadi 2. Merawat masalah 2. Keluarga mampu 2. Keluarga mampu 2. Diskusikan dengan
adekuat. gangguan nutrisi merawat masalah melakukan tata keluarga tentang
gangguan nutrisi. laksana pada kasus tanda gangguan
gangguan nutrisi. nutrisi.
3. Mengatasi 3. mengatasi 3. Keluarga mampu 3. Ajarkan keluarga
ganguan masalah gangguan mengatur pemenuhan tentang pengaturan
Kebutuhan nutrisi dengan kebutuhan diit. pola diit pemenuhan
Nutrisi dengan manajemen diit. kebutuhan nutrisi.
tindakan
pengaturan pola
Diit.
4. Mencari bantuan 4. Keluarga mampu 4. Keluarga dapat 4. Kolaborasi ke ahli
ke Ahli gizi di mencari bantuan mencari bantuan ke gizi di Puskesmas
sarana fasilitas ke ahli gizi. ahli gizi untuk mendapatkan
kesehatan yang informasi dan cara
ada. pengaturan pola diit
pada penderita
gangguan nutrisi.

4. Intoleransi Aktifitas Setelah Setelah dilakukan


berhubungan dengan dilakukan tindakan keperawatan
ketidakmampuan keluarga tindakan Keluarga mampu :
mengenal masalah kesehatan keperawatan 1. Mengenal tanda 1. Keluarga dapat 1. Keluarga dapat 1. Identifikasi tanda
keluarga selama 2 x 30 intoleransi memahami tentang memahami tentang gangguan aktifitas.
menit selama 5 aktifitas. tanda intoleransi masalah intoleransi
hari kunjungan aktifitas. aktifitas.
aktifitas 2. Mengantisipasi 2. Keluarga dapat 2. Keluarga dapat 2. Berikan informasi
kembali normal. terjadinya mengantisipasi mengambil tindakan tentang masalah
intoleransi terjadinya untuk menghindari intoleransi aktifitas
aktifitas intoleransi terjadinya intoleransi dan Ajarkan
aktifitas. aktifitas. keluarga dalam
aktifitas latihan
rentang gerak.
3. Mencari bantuan 3. Keluarga mampu 3. Keluarga dapat 3. Konsultasikan
dengan menentukan menentukan fasilitas dengan tim medis
menggunakan fasilitas kesehatan pelayanan yang tepat. dalam pemberian
fasilitas yang tepat terapi latihan fisik
kesehatan yang rentang gerak.
ada.
2.3.6 Implementasi (Suprajitno, 2004)

Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan

kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis

keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan

dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi / topik

yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga

yang perlu mendapat informasi (sasaran langsung implementasi),

dan peralatan yang perlu disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan

agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan

psikis pada saat implementasi.

2.3.7 Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara

hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah

ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak

atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang

baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan

beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula

direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional

dengan pengertian “S” adalah ungkapan perasaan dn keluhan yang

yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan

implementasi keperawatan. “O” adalah keadaan objektif yang dapat

diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan atau


pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan. “A”

merupakan analisis perawat setelah mengetahui respons subjektif

dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan

standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana

keperawatan keluarga. “P” adalah perencanaan selanjutnya setelah

perawat melakukan analisis.

Pada tahap ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh

perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil

implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang

dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang

bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa

keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian,

diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan.

2.4 Masalah Utama Keperawatan dengan Hipertermia

2.4.1 Hipertermia

a. Definisi

Adalah Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal.

b. Penyebab

1. Dehidrasi

2. Terpapar lingkungan panas

3. Proses penyakit (misal infeksi, kanker)

4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan


5. Peningkatan laju metabolisme

6. Respon trauma

7. Aktivitas berlebihan

8. Penggunaan inkubator

c. Gejala dan Tanda

Tanda mayor ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai

normal, dan tanda minor ditandai dengan kulit merah, kejang,

takikardi, takipnnea, kulit terasa hangat.

d. Kondisi Klinis terkait

1. Proses infeksi

2. Hipertiroid

3. Stroke

4. Dehidrasi

5. Trauma

6. Prematuritas

e. Faktor yang mempengaruhi Peningkatan suhu tubuh (Potter

& Perry, 2005)

1. Usia

Suhu tubuh bayi dapat berespons secara drastis

terhadap perubahan suhu lingkungan. Bayi baru lahir

pengeluaran lebih dari 30 % panas tubuhnya melalui

kepala dan oleh karena itu perlu menggunakan tutup

kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Produksi


panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan

bayi memasuki masa anak-anak. Perbedaan secara


o o
individu 0.25 - 0.55 C adalah normal. Lansia

mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit dari

pada dewasa awal. Lansia terutama sensitif terhadap

suhu yang ekstrem karena kemunduran mekanisme

kontrol terutama pada kontrol voasomotor.

2. Aktifitas Fisik / Kerja Jasmani

Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu

tubuh akan naik terkait dengan kerja yang dilakukan

oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh

dapat mencapai 40 oC.

3. Jenis Kelamin

Sesuai dengan kegiatan metabolisme, Suhu

Tubuh pria lebih tinggi dari pada wanita. Suhu tubuh

wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu

tubuh wanita pada saat bangun pagi hari meningkaat

0.3 – 0.5 oC.

4. Stres

Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh

melalui stimulasi hormonal dan persarapan. Perubahan

fisiologi tersebut meningkatkan panas.


5. Lingkungan

Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan

suhu tubuh. Udara lingkungan yang lembab juga akan

meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan

hambatan penguapan keringat, sehingga panas tertahan

didalam tubuh.

2.4.2 Intervensi Kompres Hangat

a. Definisi (SIKI, 2018) :

Melakukan stimulasi kulit dan jaringan dengan panas

untuk mengurangi nyeri, spasme otot, dan mendapat efek

terapeutik lainnya melalui paparan panas (SIKI, 2018).

b. Tindakan (SIKI, 2018). :

Observasi :

1. Identifikasi kontra indikasi kompres panas (misal

penurunan sensasi, penurunan sirkulasi).

2. Identifikasi kondisi kulit yang akan dilakukan kompres

panas

3. Periksa suhu alat kompres.

4. Monitor iritasi kulit atau kerusakan jaringan selama 5

menit pertama.

Terapeutik :

1. Pilih metode kompres yang nyaman dan mudah didapat

(misal kantong plastik tahan air, botol air panas,


bantalan pemanas listrik).

2. Pilih lokasi kompres.

3. Balut alat kompres panas dengan kain pelindung (jika

perlu).

4. Lakukan kompres panas pada daerah yang cedera.

5. Hindari penggunaan kompres pada jaringan yang

terpapar terapi radiasi.

Edukasi :

1. Jelaskan prosedur penggunaan kompres panas.

2. Anjurkan tidak menyesuaikan pengaturan suhu secara

mandiri tanpa pemberitahuan sebelumnya.

3. Ajarkan cara menghindari kerusakan jaringan akibat

panas.

c. Tujuan Kompres Hangat (Kusyati, E, 2006).

1. Memperlancar sirkulasi darah.

2. Menurunkan Suhu Tubuh / meningkatkan suhu tubuh.

3. Mengurangi rasa sakit.

4. Memperlancar pengeluaran eksudat.

5. Merangsang Peristaltik usus.

6. Mengurangi peradangan dan spasme otot.

7. Meningkatkan aktifitas sel.

d. Indikasi Kompres Hangat

1. Pasien yang mengalami penyakit peradangan.


2. Pasien dengan Spasme Otot, adanya abses,

hematoma.

3. Pasien dengan perut kembung.

4. Pasien yang kedinginan.

Beberapa Teknik yang dapat dilakukan dengan

Kompres Hangat adalah :

1. Kompres Hangat Basah

2. Kompres Hangat Kering

3. Kompres Hangat dengan Bantal Listrik (elektrik).

e. Prosedur Pelaksanaan Kompres Hangat Basah

adalah memberikan rasa hangat pada klien dengan

menggunakan cairan / air hangat dengan menggunakan lap /

kain kasa yang dicelupkan dalam air hangat pada tempat yang

dikeluhkan.

1. Persiapan kompres hangat basah adalah :

a) Baskom berisi cairan hangat sesuai kebutuhan

(suhu air antara 40 – 45 oc).

b) Baki berisi, sarung tangan dan kasa dan pincet

(bila diperlukan = 2 buah).

c) Pengalas / Perlak

d) Nier beken (sesuai kebutuhan).

e) Sampiran (Bila diperlukan).

f) Termometer (untuk mengukur suhu air).


2. Prosedur pelaksanaan Kompres hangat sebagai berikut :

a) Berikan penjelasan kepada klien tentang perasat

yang akan dilakukan dan minta persetujuannya.

b) Siapkan air hangat dalam baskom suhu 40 – 45


o
c.

c) Bawa alat kedekat klien.

d) Pasang sampiran jika perlu.

e) Bantu klien pada posisi yang nyaman dan tepat.

f) Cuci tangan sebelum tindakan.

g) Pasang pengalas pada area yang akan dilakukan

kompres.

h) Pakai sarung tangan.

i) Ambil kasa dengan pincet, dan masukkan

kedalam air hangat dalam kom, selanjutnya peras

dengan menggunakan pincet.

j) Selanjutnya kasa lembab dan hangat tersebut

diletakkan pada area yang akan dikompres.

k) Perhatikan reaksi klien, apakah ada rasa

ketidaknyamanan dalam beberapa detik setelah

kasa hangat menempel di kulit, bila klien

mentoleransi, lakukan berulang tindakan ini, 15 –

30 menit atau sesuai program, dan ganti balutan

setiap kering atau kurang lebih setiap 5 menit.


l) Lepas handscoen dan masukkan pada tempatnya.

m) Atur klien kembali dengan nyaman.

n) Bereskan alat dan bersihkan alat-alat dan simpan

pada tempatnya.

o) Cuci tangan.

p) Dokumentasikan seluruh tindakan yang telah

dilakukan.

3. Kompres Hangat Kering

Bertujuan untuk mengurangi / membebaskan rasa

nyeri, spasme otot, peradangan atau kongesti, dan

memberikan rasa hangat. Dilakukan pada klien yang

kedinginan dan persiapan aether bed, dan alat yang

digunakan adalah Buli-buli panas dan sarungnya,

termos berisi air panas, Lap dan termometer air panas

(bila diperlukan).

4. Kompres Hangat dengan Bantal Listrik (Elektrik).

Dilakukan pada klien yang sakit perut pada

keadaan tertentu dan pada klien yang kedinginan. Alat

yang digunakan adalah bantal listrik dengan sarungnya,

handuk.
2.5 Kerangka Konsep

PASIEN
DEMAM TIFOID

PENGKAJIAN

Masalah Keperawatan

Hipertermia

Penelitian
Studi Kasus Keperawatan

Intervensi Penerapan
Kompres Hangat

Subjek I Subjek II

Implementasi
Kompres Hangat

EVALUASI
Efektifitas Penerapan
Kompres hangat

Bagan 2.2
Kerangka Konsep
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan

secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmojo, 2010).

Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah untuk melihat

bagaimana Kompres hangat dapat membantu menurunkan Hipertermia

pada penderita Demam Tifoid.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian

(Arikunto, 2006).

Subjek penelitian pada studi kasus ini adalah 2 orang pasien yang

memiliki kriteria sebagai berikut :

3.2.1 Kriteria Inklusi

a. Pasien yang bersedia sebagai Responden.

b. Pasien yang berumur 16 – 20 tahun.


c. Pasien yang mengalami masalah Hipertermia pada Demam

Tifoid di Wilayah Puskesmas Air Beliti Kabupaten Musi

Rawas.

3.2.2 Kriteria Eklusi

a. Pasien yang mengalami Demam Tifoid dengan komplikasi

penyakit Gastroenteritis.

3.3 Fokus Studi

Pemenuhan kebutuhan suhu tubuh dalam rentang normal pada

penderita Demam Tifoid dengan penerapan Kompres hangat.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,

2013).

3.4.1 Demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1

minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran

3.4.2 Hipertermia adalah suhu tubuh meningkat diatas rentang normal

tubuh.

3.4.3 Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi

kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,


mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa

hangat pada daerah tertentu dengan cara mengompres.

3.5 Lokasi Dan Waktu

Studi kasus ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Air Beliti

Kabupaten Musi rawas pada tanggal 24 Mei – 1 Juni 2019.

3.6 Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yang digunakan

adalah dengan Wawancara langsung kepada Pasien dan Observasi

langsung terhadap Penderita Demam Tifoid dengan Hipertermia.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese,

pemeriksaan fisik, dan observasi langsung. Instrumen pengumpulan

data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa format

inform consent, format pengkajian asuhan keperawatan keluarga

yang berlaku, Checklist masalah Hipertermia, dan Format Checklist

Evaluasi Intervensi Kompres hangat, SOP Kompres hangat.

3.7 Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan Penyusunan usulan penelitian dengan

menggunakan metode studi kasus. Setelah disetujui oleh penguji maka


penelitian dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Data penelitian

berupa hasil observasi, wawancara terhadap Penderita Demam Tyfoid

dengan penerapan Kompres hangat, dengan langkah-langkah kegiatan

pengumpulan data :

37.1 Mengurus perizinan pada Puskesmas untuk melakukan penelitian.

37.2 Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian pada subjek dan

selanjutnya meminta subjek menandatangani lembar inform

consent sebagai persetujuan menjadi subjek penelitian.

37.3 Mengidentifikasi dan mendiskusikan dengan subjek tentang

penerapan Kompres hangat untuk mengatasi Hipertermia pada

Demam Tyfoid.

37.4 Melakukan Kompres hangat basah dengan air hangat diarea Frontal

dan axila yang dilakukan sebelum minum obat selama 5 hari

kunjungan..

37.5 Melakukan pemeriksaan Vital sign.

37.6 Mengumpulkan data dan melakukan pengolahan data.

37.7 Menyajikan data hasil pengolahan dan hasil penelitian secara

objektif dalam bentuk narasi dan tabel.

37.8 Menyimpulkan hasil dengan mengsinkronkan temuan dengan teori.

3.8 Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data /

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data


dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti, uji keabsahan data

dilakukan dengan :

3.8.1 Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan

3.8.2 Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.9 Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh

bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak

responden harus dilindungi. Dalam melaksanakan penelitian ini :penulis

menggunakan prinsip etika yang meliputi :

3.9.1 Prinsip Manfaat (Nursalam, 2011)

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan pada subjek, khususnya jika

menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan

dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus

diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau

informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan


dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk

apapun.

c. Resiko (benefit ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko

dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada

setiap tindakan.

3.9.2 Prinsip Menghargai hak azazi manusia (Nursalam, 2011)

a. Hak untuk ikut / tidak menjadi Responden (right to self

determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi, subjek

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun

atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka

seorang klien.

b. Hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan

(right to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara

rinci dan bertanggung jawab jika sesuatu yang terjadi

kepada subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara

lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,

mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak


menjadi responden. Pada inform consent juga perlu

dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3.9.3 Prinsip Keadilan (Nursalam, 2011)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment).

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum,

selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa

adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia

atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data

yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya

tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Puskesmas Air Beliti

a. Geografis

Puskesmas Air Beliti terletak di desa Dharma Sakti

Kecamatan Tuah Negeri, Kabupaten Musi Rawas. Jarak

wilayah Puskesmas Air Beliti dengan ibukota Kabupaten

Musi Rawas ± 10 KM dan dapat ditempuh dengan kendaraan

bermotor selama ± 15 menit.

Puskesmas Air Beliti memberikan pelayanan Kesehatan

Dasar hanya bersifat Poli Umum / Rawat Jalan. Batas

wilayah Kerja Puskesmas Air Beliti adalah sebelah utara

berbatasan dengan kecamatan Megang Sakti, Sebelah selatan

berbatasan dengan kecamatan Sukakarya, Sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Muara Kelingi, Sebelah barat

berbatasan dengan kecamatan Muara Beliti dan kecamatan

Tugumulyo.

Wilayah Kerja Puskesmas Air Beliti meliputi 11 Desa,

4 Puskesmas Pembantu (Pustu), 10 Pos Kesehatan

Desa(Poskesdes), 4 Pondok Bersalin Desa (Polindes), 24 Pos


Pelayanan Terpadu (Posyandu). 11 Sekolah Dasar

(SD), dan 4 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

b. Demografi

1. Agama dan Suku

Penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Air Beliti

mayoritas menganut agama Islam. Tetapi ada juga yang

menganut agama Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan

Budha. Dan Secara kesukuan, Penduduk di wilayah

Puskesmas Air Beliti termasuk Multi etnis, dengan

mayoritas bersuku Musi, dan lainya ada yang bersuku

Jawa, Minang, Sunda, Batak, Bali dan Tionghoa.

2. Mata Pencaharian Penduduk

Pekerjaan Mayoritas Penduduk adalah Petani,

Buruh, Pegawai Negeri, Wiraswasta, dan Dagang.

4.1.2 Karateristik Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Studi Kasus ini, adalah 2 orang penderita

Demam Thypoid dengan Hipertermia.

Subjek I :

Subjek I dengan initial Tn. A berusia 18 tahun, Jenis kelamin

Laki-laki, beragama islam, pendidikan terakhir sebagai pelajar

SMA, pekerjaan Pelajar, keluhan Riwayat Demam sejak 1 hari

sebelum berobat, bibir kering dan pecah-pecah, pusing dan nyeri

kepala, skala nyeri dinyatakan pada skala 5,


Tekanan Darah : 130 / 60 mmHg, Nadi 76 x / menit, Pernapasan ;

16 x / menit, Suhu : 38 7 o c, Tanggal berobat ke Puskesmas 23 Mei

2019, Tanggal pengkajian 24 Mei 2019 di rumah klien.

Subjek II :

Subjek II dengan initial Tn. B berusia 18 tahun, Jenis kelamin

Laki-laki, beragama Islam, pendidikan terakhir sebagai pelajar

SMA, pekerjaan Pelajar, keluhan Riwayat Demam sejak 2 hari

sebelum berobat ke puskesmas, Pusing, Skala nyeri dinyatakan

pada skala 3, TD ; 120 / 70 mmHg, Nadi : 80 x / menit, RR : 16 x /


5 o
menit, Temp : 38 c, Tanggal berobat ke Puskesmas 27 Mei

2019, Tanggal pengkaian 28 Mei 2019 di rumah klien.

4.1.3 Pengkajian Data asuhan Keperawatan

a. Identitas Umum

Berdasarkan tahapan proses keperawatan, maka

langkah awal yang harus dilakukan pada kedua subjek adalah

pengkajian. Dalam studi kasus ini pengkajian yang dilakukan

berfokus pada keterangan klien dan keluarganya.

Berdasar hasil anamnese dan wawancara, dapat

diketahui bahwa data pengkajian terhadap subjek penelitian I

dan Subjek penelitian II dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah

ini :
TABEL 4.1
HASIL PENGKAJIAN AWAL
DUA ORANG SUBJEK STUDI KASUS

Indikator Pengkajian Subjek


Subjek I Subjek II
Tanggal Ke Puskesmas 23 Mei 2019 27 Mei 2019
Tanggal Pengkajian 24 Mei 2019 28 Mei 2019
Nama Kepala keluarga Tn. K Tn. J
Nama Subjek Penelitian I Tn. A Tn. B
Umur 18 Tahun 18 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Pelajar Pelajar
Penghasilan Keluarga ± 2.5 Juta / bulan ± 3,5 Juta / bulan
Suku Bangsa Musi Jawa
Alamat Dusun IV, Darma Dusun II, Darma
Sakti, Tuah Negeri. Sakti, Tuah Negeri.

b. Komposisi Keluarga

Subjek Nama Umur Hubungan Pendidik Peker KB Keadaan


anggota Lk Pr dalam an jaan Fisik
keluarga keluarga
Subjek Tn. K 47 Ayah SD KK - Baik
I Ny. E 46 Ibu SD IRT - Baik
Tn. A 18 Anak Pelajar TOT - Sedang
SMA
Subjek Tn. J 48 Ayah SMP KK Baik
II Ny. T 48 Istri SMP IRT - Baik
Tn. B 18 Anak Pelajar TOT - Sedang
SMA
Nn. D 15 Anak Pelajar TOT - Baik
SMP
An. T 10 Anak Pelajar TOT - Baik
SD
c. Genogram

Subjek I :

Keterangan :

= Laki-laki
= Perempuan
= Penderita

Subjek II :

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Penderita

d. Tipe Keluarga

Keluarga Subjek I Keluarga Subjek II


Tipe Keluarga Keluarga Tn. A termasuk Keluarga Tn. B termasuk
tipe keluarga Inti tipe keluarga Inti
e. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap Keluarga Subjek I Keluarga Subjek II


perkembangan
keluarga
Tahap Tahap perkembangan Tahap perkembangan
perkembangan keluarga Tn. A adalah keluarga Tn. B adalah
keluarga saat ini dalam tahap dalam tahap
perkembangan keluarga perkembangan keluarga
dengan anak remaja dengan anak remaja

Tahap Tahap dengan anak Tahap dengan anak


perkembangan dewasa, tahap keluarga dewasa, tahap keluarga
keluarga yang usia pertengahan dan usia usia pertengahan dan usia
belum terpenuhi lanjut. lanjut.
dan kendalanya

f. Riwayat Kesehatan Inti :

Riwayat Keluarga Subjek I Keluarga Subjek II


Kesehatan Inti
Riwayat Anak Pertama Tn. A, saat Anak pertama Tn. B, saat
Keluarga saat ini menderita sakit Demam ini menderita sakit
ini Thypoid dengan Demam Thypoid dengan
Hipertermia. Hipertermia.
Riwayat Keluarga Tn. A, Tidak ada Keluarga Tn. B, Tidak ada
Penyakit yang menderita penyakit yang menderita penyakit
Keturunan keturunan. keturunan.

g. Riwayat masing-masing anggota Keluarga :

Subjek Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Upaya


(kg) Kesehatan Kesehatan yang
dilakukan
Subjek Tn. K 47 60 Baik - - -
I Ny.E 46 60 Baik - - -

Tn. A 18 50 Sedang Lengkap Demam Berobat ke


Thypoid Puskesmas
Subjek Tn. J 48 60 Baik - - -
II Ny. T 48 65 Baik - - -
Tn. B 18 48 Sedang - Demam Berobat ke
Thypoid puskesmas
Nn. D 15 42 Baik - - -
An. T 10 33 Baik - - -
h. Sumber Pelayanan Yang dimanfaatkan :

Sumber Pelayanan yang Keluarga Subjek


dimanfaatkan Subjek I Subjek II
Falitas Kesehatan Puskesmas Puskesmas

i. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya :

Keluarga Subjek
Subjek I Subjek II
Riwayat kesehatan Keluarga Tn. A, tidak Keluarga Tn. B tidak
keluarga ada yang menderita ada yang menderita
penyakit kronis dan penyakit kronis dan
penyakit keturunan penyakit keturunan
j. Pengkajian Lingkungan Keluarga

1. Karateristik Rumah

Karateristik Keluarga Subjek


Subjek I Subjek II
Luas Rumah 6 x 10 m2 7 x 12 m2
Tipe rumah Permanen Permanen
Kepemilikan Hak milik Pribadi Hak milik Pribadi
Jumlah kamar 3 kamar tidur 3 kamar tidur
Ventilasi Baik Baik
Pemanfaatan ruang Sesuai fungsi Sesuai fungsi
Septik tank >10 meter >10 meter
Sumber Air Sumur Sumur
Kamar madi Bersih Bersih
WC Leher angsa Leher angsa
Sampah Dibakar Dibakar
Kebersihan lingkungan Bersih Bersih
Denah rumah
R.Tamu KT
KT R.Tamu
R. Tengah
R. Tengah
KT

K.T
K.T

Dapur
Dapur
K. Mandi

K. Mandi
2. Karateristik Tetangga dan Komunitas RW

Karateristik
Tetanga Subjek I Tetangga Subjek II
Kebiasaan Kehidupan Kehidupan
masyarakat dan masyarakat dan
tetangga tetangga
dilingkungan Tn. A dilingkungan Tn. B
sebagai Petani. Dan sebagai Petani. Dan
Pekebun dan Pekebun dan
sebagian Pegawai. sebagian Pegawai.

Aturan Masyarakat dan Masyarakat dan


tetangga selalu tetangga selalu
bermusyawarah bermusyawarah
dalam dalam
menyelesaikan menyelesaikan
segala permasalahan segala permasalahan
dilingkungan dilingkungan

Kebersihan Masyarakat dan Masyarakat dan


tetangga peduli tetangga peduli
terhadap kebersihan terhadap kebersihan
lingkungan lingkungan

Budaya Tradisi mayoritas Tradisi mayoritas


masyarakat masyarakat
dilingkungan Tn. A dilingkungan Tn. B
menganut tradisi menganut tradisi
Sumatera (adat Jawa
Musi)

Mobilitas Geografi Keluarga Semenjak lahir Semenjak lahir


hingga sekarang, hingga sekarang,
Tn.A dan keluarga Tn.B dan keluarga
tinggal menetap dan tinggal menetap dan
tidak berpindah tidak berpindah
tempat dari tempat dari
Desanya. Desanya.

Sistem Pendukung Terdapat fasilitas Terdapat fasilitas


kesehatan kesehatan
(Puskesmas) dengan (Puskesmas) dengan
SDM yang cukup. SDM yang cukup.
k. Struktur Keluarga

Struktur Keluarga Subjek


Keluarga Subjek I Subjek II
Pola / menerapkan komunikasi menerapkan komunikasi
cara secara terbuka.Bahasa yang secara terbuka.Bahasa yang
komunik digunakan dirumah adalah digunakan dirumah adalah
asi Bahasa Musi Bahasa Jawa
keluarga
Struktur Tn. K sebagai Kepala Tn. J sebagai Kepala
kekuatan keluarga, keluarga,
keluarga

Struktur Tn. K sebagai Kepala Tn. J sebagai Kepala


peran Keluarga (suami) Keluarga (suami)
keluarga Peran Formal : Peran Formal :
Penanggung Jawab keluarga / Penanggung Jawab keluarga /
pencari nafkah. pencari nafkah.

Peran Informal : Peran Informal :


Pendidik anak (turut Pendidik anak (turut
mengawasi) mengawasi)

Ny. E sebagai Ibu rumah Ny. T sebagai Ibu rumah


tangga (istri) tangga (istri)
Peran Formal : Peran Formal :
Melaksanakan kewajiban Melaksanakan kewajiban
sebagai istri dan ibu sebagai istri dan ibu

Peran Informal : Peran Informal :


Membantu suami di kebun Membantu suami di kebun

Tn. A sebagai Anak tunggal Tn. B, Nn. D dan An. T


Peran formal : sebagai anak.
Pelajar Peran Formal :
Sebagai Pelajar
Peran informal : Peran Informal :
Membantu pekerjaan ringan Membantu pekerjaan ringan
orang tua. orang tua.
Nilai dan Keluarga Tn. A memegang Keluarga Tn. B memegang
norma aturan susila yang berlaku aturan susila yang berlaku
keluarga
l. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif Subjek


Subjek I Subjek II
Kerukunan hidup dalam Keluarga Tn. A Keluarga Tn.
keluarga termasuk keluarga Btermasuk keluarga
yang Harmonis. yang Harmonis

Interaksi hubungan Tn. A dan keluarga Tn. B dan keluarga


dalam keluarga saling berkomunikasi saling berkomunikasi
dengan wajar dan dengan wajar dan
baik. baik.

Anggota keluarga yang Tn. A selaku kepala Tn. B selaku kepala


dominan dalam keluarga mempunyai keluarga mempunyai
keputusan peran besar dan peran besar dan
pengambilan pengambilan
keputusan keputusan

Kegiatan Keluarga Keluarga Tn. A Keluarga Tn. B


waktu senggang memanfaatkan waktu memanfaatkan waktu
senggang dengan senggang dengan
menonton TV dan menonton TV dan
Berinteraksi dengan Berinteraksi dengan
Tetangga Tetangga

Pastisipasi dalam Keluarga Tn. A selalu Keluarga Tn. B selalu


kegiatan Sosial hadir dalam acara hadir dalam acara
persedekahan ataupun persedekahan ataupun
kemalangan di kemalangan di
desanya desanya
2. Fungsi Perawatan Kesehatan

Subjek
Subjek I Subjek II
Mengenal masalah Keluarga mampu Keluarga mampu
kesehatan mengidentifikasi mengidentifikasi
masalah kesehatan masalah kesehatan
yang timbul meskipun yang timbul meskipun
secara awam, dari secara awam, dari
tanda dan gejala yang tanda dan gejala yang
dirasakan dirasakan

Mengambil keputusan Keluarga segera Keluarga segera


mengenai tindakan mencari bantuan mencari bantuan
kesehatan yang tepat tindakan dalam tindakan dalam
menyelesaikan menyelesaikan
keluhan secara tepat, keluhan secara tepat,
dengan berobat ke dengan berobat ke
Puskesmas atau Puskesmas atau
tenaga kesehatan tenaga kesehatan

Merawat anggota Keluarga peduli dan Keluarga peduli dan


keluarga yang sakit saling membantu saling membantu
untuk menolong untuk menolong
keluarga yang sakit, keluarga yang sakit,
sesuai arahan Petugas sesuai arahan Petugas
kesehatan Namun kesehatan Namun
keluarga belum keluarga belum
mampu menerapkan mampu menerapkan
tindakan non tindakan non
farmakologi untuk farmakologi untuk
merawat keluahan merawat keluahan
sakit yang dialami sakit yang dialami
keluarga. keluarga.

Memodifikasi lingkungan Keluarga begitu rajin Keluarga begitu rajin


keluarga untuk menjamin membersihkan membersihkan
kesehatan keluarga. lingkungan lingkungan

Menggunakan pelayanan Keluarga Tn. A Keluarga Tn. B


kesehatan di masyarakat menggunakan menggunakan
fasilitas pelayanan fasilitas pelayanan
kesehatan kesehatan
(Puskesmas) yang ada (Puskesmas) yang ada
diwilayahnya diwilayahnya
3. Fungsi Reproduksi

Subjek
Subjek I Subjek II
Fungsi Reproduksi Merupakan usia Merupakan usia
produkstif dan subur Produktif dan subur
(remaja) (remaja)

4. Fungsi Ekonomi

Subjek
Subjek I Subjek II
Upaya pemenuhan Keluarga ini dalam Keluarga ini dalam
sandang pangan memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan
sandang dan pangan dari sandang dan pangan dari
hasil berkebun dan gaji hasil berkebun

Pemanfaatan Keluarga Tn. A Keluarga Tn .B


sumber yang ada di mempunyai kebun Karet mempunyai kebun
masyarakat juga kerja di Perkebunan Sawit
(Penghasilan 2,5 juta) ( Penghasilan 3.5 juta)

m. Stress dan Koping Keluarga

Subjek
Subjek I Subjek II
Stresor jangka pendek Kondisi sakit demam Kondisi sakit demam
thypoid yang dialami thypoid Tn. B
Tn. A

Stresor jangka Panjang Belum mempunyai Belum mempunyai


target target

Respon keluarga Selalu bermusyawarah Selalu bermusyawarah


terhadap stresor untuk menyelesaikan untuk menyelesaikan
masalah masalah

Strategi Kooping Tn. A dan keluarga Tn. B dan keluarga


bertukar pendapat bertukar pendapat
dalam menyikapi dalam menyikapi
permasalahan yang ada permasalahan yang ada

Strategi adaptasi Tn. A dapat Tn. B dapat


disfungsi mengendalikan diri mengendalikan diri
dalam menghadapi dalam menghadapi
masalah dan tidak masalah dan tidak
pernah melakukan pernah melakukan
tindak kekerasan tindak kekerasan
n. Harapan Keluarga

Keluarga Subjek
Subjek I Subjek II
Terhadap masalah Keluarga Tn. A selalu Keluarga Tn. B selalu
kesehatan berharap dijauhkan dari berharap dijauhkan dari
sakit sakit

Terhadap petugas Keluarga Tn. A Keluarga Tn. B


kesehatan yang ada berharap petugas berharap petugas
kesehatan kesehatan
memperhatikan memperhatikan
kesehatan masyarakat kesehatan masyarakat
dan mampu dan mampu
memberikan pelayanan memberikan pelayanan
yang prima, peduli dan yang prima, peduli dan
cepat tanggap cepat tanggap

Berdasarkan data Pengkajian, didapatkan bahwa masalah

keperawatan subjek I adalah keluhan Demam sejak 1 hari yang lalu,

bibir kering dan pecah-paecah, pusing dan nyeri kepala, skala nyeri

dinyatakan pada skala 5, Tekanan Darah : 130 / 60 mmHg, Nadi 76 x /


7o
menit, Pernapasan ; 16 x / menit, Suhu : 38 c dan subjek II adalah

keluhan Demam sejak 2 hari yang lalu, Pusing, Skala nyeri dinyatakan

pada skala 3, Tekanan darah ; 120 / 70 mmHg, Nadi : 80 x / menit,

Pernapasan : 16 x / menit, Suhu : 38 5 o c.


TABEL 4.2
ANALISA DATA
Subjek I

Subjek DATA SIFAT MASALAH KEMUNGKINAN


MASALAH PENYEBAB
Subjek Data Subjektif : Aktual Hipertermia Ketidakmampuan
I Tn. A mengatakan keluarga merawat
Demam sejak 1 hari anggota keluarga
yang lalu, bibir yang sakit
kering dan pecah-
paecah

Data objektif :
 Tekanan Darah:
130 / 60 mmHg
 Nadi 76 x /
menit
 Pernapasan ;
16 x / menit
 Suhu : 38 7 o c

Data Subjektif : Aktual Nyeri akut Ketidakmampuan


pusing dan nyeri keluarga merawat
kepala anggota keluarga
yang sakit
Data objektif :
 skala 5
 Tekanan Darah :
130 / 60 mmHg
 Nadi 76 x / menit
 Pernapasan : 16
x / menit
 Suhu : 38 7 o c
Subjek II

Subjek DATA SIFAT MASALAH KEMUNGKINAN


MASALAH PENYEBAB
Subjek Data Subjektif : Aktual Hipertermia Ketidakmampuan
II Tn. B mengatakan keluarga merawat
Demam sejak 2 anggota keluarga
hari yang lalu, yang sakit

Data Objektif :
 TD ; 120 / 70
mmHg
 Nadi : 80 x /
menit
 Pernapasan : 16
x / menit
 Suhu : 38 5 o c.

Data Subjektif : Aktual Nyeri akut Ketidakmampuan


Tn. B mengatakan keluarga merawat
Pusing, Skala nyeri anggota keluarga
dinyatakan pada yang sakit
skala 3

Data Objektif :
 Tekanan Darah ;
120 / 70 mmHg
 Nadi : 80 x /
menit
 Pernapasan : 16 x
/ menit
 Suhu : 38 5 o c.
Skala Prioritas Masalah

Masalah : (Subjek I dan Subjek II)


Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
TABEL 4.3
SKORING DIAGNOSA
(BAYLON & MAGLAYA)

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah : Bila keadaan tersebut
Aktual 3/3x1 1 tidak segera diatasi akan
Resiko membahayakan
Sejahtera / Sehat penderita.

2. Kemungkinan masalah Tindakan untuk


dapat di rubah : 2/2x2 2 mengatasi mudah
Mudah dilakukan dan mudah
Sebagian mendapat sarananya.
Tidak Dapat

3. Potensial untuk dicegah : Keluarga mempunyai


Tinggi 3/3x1 1 waktu untuk merawat
Cukup keluarga yang sakit.
Rendah

4. Menonjolnya Masalah : Keluarga merasakan


Masalah dirasakan 2/2x1 1 masalah tersebut butuh
dan harus segera penanganan segera agar
ditangani tidak menimbulkan
ada masalah tetapi masalah baru.
tidak perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH 5
Masalah : (Subjek I dan Subjek II)
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
TABEL 4.4
SKORING DIAGNOSA
(BAYLON & MAGLAYA)

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah : Bila keadaan tersebut
Aktual 3/3x1 1 tidak diatasi akan
Resiko menimbulkan masalah.
Sejahtera / Sehat

2. Kemungkinan masalah Tindakan untuk


dapat di rubah : 2/2x2 2 mengatasi mudah
Mudah dilakukan dan mudah
Sebagian mendapat sarananya.
Tidak Dapat

3. Potensial untuk dicegah : Keluarga mempunyai


Tinggi 3/3x1 1 waktu untuk merawat
Cukup keluarga yang sakit.
Rendah

4. Menonjolnya Masalah : Keluarga merasakan


Masalah dirasakan 2/2x1 1 masalah tersebut butuh
dan harus segera penanganan segera agar
ditangani tidak menimbulkan
ada masalah tetapi masalah baru.
tidak perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH 5
4.1.4 Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada subjek I,

berdasarkan hasil pengkajian adalah Hipertermia berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga meranwat anggota keluarga

yang sakit, dan Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan diagnosa

keperawatan pada subjek II adalah Hipertermia berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga meranwat anggota keluarga

yang sakit, dan Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mrawat anggota keluarga yang sakit

Kedua Subjek penelitian mempunyai masalah keperawatan

dengan dua diagnosa keperawatan, yaitu :

a. Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

b. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.


4.1.5 Intervensi asuhan keperawatan

TABEL 4.5
INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN
Subjek I :

Diagnosa Evaluasi Rencana


Keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus Tindakan
Kriteria Standar
Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
dengan Ketidakmampuan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
keluarga dalam Memberi 1 x 30 menit selama 5 Keluarga mampu : Observasi :
perawatan pada anggota hari kunjungan suhu 5. Mengetahui 5. Keluarga dapat 5. Keluarga memahami 5. Identifikasi
keluarga yang sakit. tubuh kembali normal penyebab mengetahui penyebab Hipertermia. penyebab
hipertermia. penyebab hipertermia.
hipertermia
Terapeutik :
6. Mengambil 6. Keluarga mampu 6. Keluarga secara 6. Pilih metode
keputusan untuk memutuskan bijaksana menentukan kompres yang
mengatasi kondisi mencari bantuan tindakan yang tepat nyaman dan mudah
hipertermia untuk mengatasi dalam mengatasai didapat.
masalah ke fasilitas masalah.
kesehatan atau Edukasi :
tenaga kesehatan.
7. Mengatasi 7. Keluarga mampu 7. Keluarga dapat 7. Ajarkan keluarga
hipertermia dengan mempraktekkan melakukan kompres tentang kompres
tindakan mandiri tindakan kompres hangat. hangat.
kompres hangat. hangat. Kolaborasi :
8. Mencari bantuan 8. Keluarga dapat 8. Keluarga dapat 8. Kolaborasi ke
dengan menggunakan menentukan dan tepat Puskesmas untuk
menggunakan fasilitas layanan menggunakan layanan mendapatkan
fasilitas kesehatan kesehatan yang ada kesehatan untuk bantuan dalam
yang ada. mengatasi masalah pemberian
yang ada. antipiretik dan
antibiotik.
Paracetamol 500 mg
3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x
1 tablet.

Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan


dengan Ketidakmampuan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
keluarga dalam Memberi selama 2 x 30 menit Keluarga mampu : Observasi :
perawatan pada anggota selama 5 hari 4. Mengetahui 4. Keluarga dapat 4. Keluarga dapat 4. Identifikasi
keluarga yang sakit. kunjungan nyeri penyebab nyeri mengetahui menganalisa penyebab nyeri.
hilang. penyebab nyeri. perjalanan nyeri. Edukasi :
5. Keluarga mampu 5. Keluarga dapat 5. Ajarkan keluarga
5. Mengetahui melakukan menerapkan teknik tentang relaksasi,
manajemen nyeri. manajemen nyeri manajemen nyeri distraksi., dan
dengan relaksasi atau kompres hangat /
distraksi dingin.
Kolaborasi :
6. Mencari bantuan 6. Keluarga mampu 6. Keluarga dapat 6. Konsultasikan
dengan menentukan menentukan fasilitas dengan tim medis
menggunakan fasilitas kesehatan pelayanan yang tepat. dalam pemberian
fasilitas kesehatan yang tepat. terapi analgetik
yang ada. (paracetamol 500
mg oral atau asam
mefenamat).
TABEL 4.6
INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN
Subjek II :

Diagnosa Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus
Kriteria Standar
Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
dengan Ketidakmampuan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
keluarga dalam Memberi 5 x 30 menit selama 5 Keluarga mampu : Observasi :
perawatan pada anggota hari kunjungan suhu 1. Mengetahui 1. Keluarga dapat 1. Keluarga memahami 1. Identifikasi
keluarga yang sakit. tubuh kembali normal penyebab mengetahui penyebab Hipertermia. penyebab
hipertermia. penyebab hipertermia.
hipertermia
Terapeutik :
2. Mengambil 2. Keluarga mampu 2. Keluarga secara 2. Pilih metode
keputusan untuk memutuskan bijaksana menentukan kompres yang
mengatasi kondisi mencari bantuan tindakan yang tepat nyaman dan mudah
hipertermia untuk mengatasi dalam mengatasai didapat.
masalah ke fasilitas masalah.
kesehatan atau Edukasi :
tenaga kesehatan.
3. Mengatasi 3. Keluarga mampu 3. Keluarga dapat 3. Ajarkan keluarga
hipertermia dengan mempraktekkan melakukan kompres tentang kompres
tindakan mandiri tindakan kompres hangat. hangat.
kompres hangat. hangat. Kolaborasi :
4. Mencari bantuan 4. Keluarga dapat 4. Keluarga dapat 4. Kolaborasi ke
dengan menggunakan menentukan dan tepat Puskesmas untuk
menggunakan fasilitas layanan menggunakan layanan mendapatkan
fasilitas kesehatan kesehatan yang ada kesehatan untuk bantuan dalam
yang ada. mengatasi masalah pemberian
yang ada. antipiretik dan
antibiotik.
Paracetamol 500 mg
3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x
1 tablet.

Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan


dengan Ketidakmampuan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
keluarga dalam Memberi selama 5 x 30 menit Keluarga mampu : Observasi :
perawatan pada anggota selama 5 hari 1. Mengetahui 1. Keluarga dapat 1. Keluarga dapat 1. Identifikasi
keluarga yang sakit. kunjungan nyeri penyebab nyeri mengetahui menganalisa penyebab nyeri.
hilang. penyebab nyeri. perjalanan nyeri. Edukasi :
2. Ajarkan keluarga
2. Mengetahui 2. Keluarga mampu 2. Keluarga dapat tentang relaksasi,
manajemen nyeri. melakukan menerapkan teknik distraksi., dan
manajemen nyeri manajemen nyeri kompres hangat /
dengan relaksasi atau dingin.
distraksi. Kolaborasi :
3. Mencari bantuan 3. Keluarga mampu 3. Keluarga dapat 3. Konsultasikan
dengan menentukan menentukan fasilitas dengan tim medis
menggunakan fasilitas kesehatan pelayanan yang tepat. dalam pemberian
fasilitas kesehatan yang tepat. terapi analgetik
yang ada. (paracetamol 500
mg oral atau asam
mefenamat).
TABEL 4.7
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Subjek I

NO DIAGNOSA HARI / IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


TANGGAL /
JAM
1. Hipertermia berhubungan dengan Jum’at (Hari Ke 1) Jam 16.00 wib Jam 16.30 wib
Ketidakmampuan keluarga dalam 24 Mei 2019 Observasi : 16.00 wib Subjectif :
Memberi perawatan pada anggota 1. Mengidentifikasi penyebab Subjek I mengatakan demam
keluarga yang sakit. hipertermia. sedikit berkurang.
Terapeutik : 16.10 wib
2. Memilih metode kompres yang Objectif :
nyaman dan mudah didapat. Suhu tubuh sebelum 38.7 o c
Edukasi :16.15 wib Suhu tubuh sesudah 38.2 o c
3. Mengajarkan keluarga tentang
kompres hangat. Suhu 38 7 o c. Assesment :
Kolaborasi : Demam berkurang sebagian kecil
4. Berkolaborasi ke Puskesmas
untuk mendapatkan bantuan Planning :
dalam pemberian antipiretik Intervensi dilanjutkan
dan antibiotik. Paracetamol
500 mg 3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.

2. Hipertermia berhubungan dengan Sabtu (Hari Ke 2) Jam 16.00 wib Jam 16.30 wib
Ketidakmampuan keluarga dalam 25 Mei 2019 Observasi : 16.00 wib Subjectif :
Memberi perawatan pada anggota 1. Mengidentifikasi penyebab Subjek I mengatakan berkurang
keluarga yang sakit. hipertermia.
Terapeutik : 16.10 wib Objectif :
2. Memilih metode kompres yang Suhu tubuh sebelum 38 o c
nyaman dan mudah didapat. Suhu tubuh 37 o c
Edukasi :16.15 wib
3. Mengajarkan keluarga tentang Assesment :
kompres hangat. Suhu 38 o c. Suhu tubuh turun ke batas normal
Kolaborasi :
4. Berkolaborasi ke Puskesmas Planning :
untuk mendapatkan bantuan Intervensi dilanjutkan
dalam pemberian antipiretik
dan antibiotik. Paracetamol
500 mg 3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.

3. Hipertermia berhubungan dengan Minggu (Hari Ke 3) Jam 16.00 wib Jam 16.30wib
Ketidakmampuan keluarga dalam 26 Mei 2017 Observasi : 16.00 wib Subjectif :
Memberi perawatan pada anggota 1. Mengidentifikasi penyebab Subjek I mengatakan demam
keluarga yang sakit. hipertermia. berkurang dan hilang
Terapeutik : 16.10 wib
2. Memilih metode kompres yang Objectif :
Suhu tubuh sebelum 38 o c
nyaman dan mudah didapat.
Suhu tubuh sesudah 37 o c
Edukasi :16.15 wib
3. Mengajarkan keluarga tentang Assesment :
kompres hangat. Suhu 38 o c Demam hilang
Kolaborasi :
4. Berkolaborasi ke Puskesmas Planning :
untuk mendapatkan bantuan Intervensi dilanjutkan
dalam pemberian antipiretik
dan antibiotik. Paracetamol
500 mg 3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.
4. Hipertermia berhubungan dengan Senin ( hari ke 4) Jam 16.00 wib Jam 16.30 wib
Ketidakmampuan keluarga dalam 27 Mei 2019 Observasi : 16.00 wib Subjectif :
Memberi perawatan pada anggota 1. Mengidentifikasi penyebab Subjek I mengatakan demam
keluarga yang sakit. hipertermia. berkurang dan hilang
Terapeutik : 16.10 wib
2. Memilih metode kompres yang Objectif :
nyaman dan mudah didapat. Suhu tubuh sebelum 37.8 oc
Edukasi :16.15 wib Suhu tubuh sesudah 36. 8 o c
3. Mengajarkan keluarga tentang Assesment :
Demam hilang
kompres hangat. Suhu 37 8 o c
Kolaborasi : Planning :
4. Berkolaborasi ke Puskesmas Intervensi dilanjutkan
untuk mendapatkan bantuan
dalam pemberian antipiretik
dan antibiotik. Paracetamol
500 mg 3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.

5. Hipertermia berhubungan dengan Selasa (hari ke 5) Jam 16.00 wib Jam 16.30wib
Ketidakmampuan keluarga dalam 28 Mei 2019 Observasi : 16.00 wib Subjectif :
Memberi perawatan pada anggota 1. Mengidentifikasi penyebab Subjek I mengatakan demam
keluarga yang sakit. hipertermia. hilang
Terapeutik : 16.10 wib
2. Memilih metode kompres yang Objectif :
Suhu tubuh sebelum 37.8 o c
nyaman dan mudah didapat.
Suhu tubuh sesudah 36. 8 o c
Edukasi :16.15 wib Assesment :
3. Mengajarkan keluarga tentang Demam hilang
kompres hangat.
Kolaborasi : Planning :
4. Berkolaborasi ke Puskesmas Intervensi dihentikan, edukasikan
untuk mendapatkan bantuan penanganan kompres hangat dan
dalam pemberian antipiretik anjuran selalu cukup
dan antibiotik. Paracetamol mengkonsumsi air.
500 mg 3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.
TABEL 4.8
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Subjek II

NO DIAGNOSA HARI / IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


TANGGAL /
JAM
1. Hipertermia berhubungan dengan Selasa (Hari Ke 1) Jam 17.00 wib Jam 17.30 wib
Ketidakmampuan keluarga dalam 28 Mei 2019 Observasi : 16.00 wib Subjectif :
Memberi perawatan pada anggota 1. Mengidentifikasi penyebab Subjek I mengatakan demam
keluarga yang sakit. hipertermia. sedikit berkurang.
Terapeutik : 16.10 wib
2. Memilih metode kompres yang Objectif :
nyaman dan mudah didapat. Suhu tubuh sebelum 38.5 o c
Edukasi :16.15 wib Suhu tubuh 37.7 o c
3. Mengajarkan keluarga tentang
kompres hangat. Suhu 38 7 o c. Assesment :
Kolaborasi : Demam berkurang sebagian kecil
4. Berkolaborasi ke Puskesmas
untuk mendapatkan bantuan Planning :
dalam pemberian antipiretik Intervensi dilanjutkan
dan antibiotik. Paracetamol
500 mg 3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.

2. Hipertermia berhubungan dengan Rabu (Hari Ke 2) . Jam 16.00 wib Jam 16.30 wib
Ketidakmampuan keluarga dalam 29 Mei 2019 Observasi : 16.00 wib Subjectif :
Memberi perawatan pada anggota 1. Mengidentifikasi penyebab Subjek I mengatakan berkurang
keluarga yang sakit. hipertermia.
Terapeutik : 16.10 wib Objectif :
2. Memilih metode kompres yang Suhu tubh sebelum 38 o c
Suhu tubuh sesudah 37.2 o c
nyaman dan mudah didapat.
Edukasi :16.15 wib Assesment :
3. Mengajarkan keluarga tentang Suhu tubuh turun ke batas normal
kompres hangat.
Planning :
Kolaborasi :
Intervensi dilanjutkan
Berkolaborasi ke Puskesmas
untuk mendapatkan bantuan
dalam pemberian antipiretik
dan antibiotik. Paracetamol
500 mg 3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.

3. Hipertermia berhubungan dengan Kamis (Hari Ke 3) Jam 16.00 wib Jam 16.30 wib
Ketidakmampuan keluarga dalam 30 Mei 2019 Observasi : 16.00 wib Subjectif :
Memberi perawatan pada anggota 1. Mengidentifikasi penyebab Subjek I mengatakan demam
keluarga yang sakit. hipertermia. berkurang dan hilang
Terapeutik : 16.10 wib
2. Memilih metode kompres yang Objectif :
Suhu tubuh sebelum 38.2 o c
nyaman dan mudah didapat.
Suhu tubuh sesudah 37.5 o c
Edukasi :16.15 wib
3. Mengajarkan keluarga tentang Assesment :
kompres hangat. Demam hilang
Kolaborasi :
Berkolaborasi ke Puskesmas Planning :
untuk mendapatkan bantuan Intervensi dilanjutkan
dalam pemberian antipiretik
dan antibiotik. Paracetamol
500 mg 3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.
4. Hipertermia berhubungan dengan Jum’at (hari ke 4) Jam 16.00 wib Jam 16.30 wib
Ketidakmampuan keluarga dalam 31 Mei 2019 Observasi : 16.00 wib Subjectif :
Memberi perawatan pada anggota 1. Mengidentifikasi penyebab Subjek I mengatakan demam
keluarga yang sakit. hipertermia. berkurang dan hilang
Terapeutik : 16.10 wib
2. Memilih metode kompres yang Objectif :
nyaman dan mudah didapat. Suhu tubuh sebelum 38 o c
Suhu tubuh sesudah 36. 5 o c
Edukasi :16.15 wib
Assesment :
3. Mengajarkan keluarga tentang
Demam hilang
kompres hangat.
Kolaborasi : Planning :
Berkolaborasi ke Puskesmas Intervensi dilanjutkan
untuk mendapatkan bantuan
dalam pemberian antipiretik
dan antibiotik. Paracetamol
500 mg 3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.
5. Hipertermia berhubungan dengan Sabtu (hari ke 5) Jam 16.00 wib Jam 16.30wib
Ketidakmampuan keluarga dalam 01 Juni 2019 Observasi : 16.00 wib Subjectif :
Memberi perawatan pada anggota 1. Mengidentifikasi penyebab Subjek I mengatakan demam
keluarga yang sakit. hipertermia. hilang
Terapeutik : 16.10 wib
2. Memilih metode kompres yang Objectif :
Suhu tubuh sebelum 37.8 o c
nyaman dan mudah didapat.
Suhu tubuh sesudah 36.5 o c
Edukasi :16.15 wib Assesment :
3. Mengajarkan keluarga tentang Demam hilang
kompres hangat.
Kolaborasi : Planning :
Berkolaborasi ke Puskesmas Intervensi dihentikan, edukasikan
untuk mendapatkan bantuan penanganan kompres hangat dan
dalam pemberian antipiretik anjuran selalu cukup
dan antibiotik. Paracetamol mengkonsumsi air.
500 mg 3 x 1 tablet,
Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.
TABEL 4.9
EVALUASI EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT
UNTUK MEMBANTU MENGURANGI
HIPERTERMIA

Subjek I

HARI / TANGGAL SKALA HIPERTERMIA


SEBELUM SESUDAH KETERANGAN

Jum’at 38 7 o c 38 2 o c Kompres hangat


(Hari Ke 1) mampu
24 Mei 2019 menurunkan suhu.
0.5 o c

Sabtu 38 o c 37 o c Kompres hangat


(Hari ke 2) mampu
25 Mei 2019 menurunkan suhu.
1 oc

Minggu 38 o c 37 o c Kompres hangat


(Hari ke 3) mampu
26 Mei 2019 menurunkan suhu.
1 oc

Senin 37 8 o c 36 6 o c Kompres hangat


(Hari ke 4) mampu
27 Mei 2019 menurunkan suhu.
1.2 o c

Selasa 37 8 o c 36 8 o c Kompres hangat


(Hari ke 5) mampu
28 Mei 2019 menurunkan suhu.
1 oc
TABEL 4.10
EVALUASI EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT
UNTUK MEMBANTU MENGURANGI
HIPERTERMIA

Subjek II

HARI / TANGGAL SKALA HIPERTERMIA


SEBELUM SESUDAH KETERANGAN

Selasa 38 5 o c 37 7 o c Kompres hangat


(Hari Ke 1) mampu
28 Mei 2019 menurunkan suhu.
0.8 o c

Rabu 38 o c 37 2 c Kompres hangat


(Hari ke 2) mampu
29 Mei 2019 menurunkan suhu.
0.8 o c

Kamis 38 2 o c 37 5 o c Kompres hangat


(Hari ke 3) mampu
30 Mei 2019 menurunkan suhu.
0.7 o c

Jum’at 38 o c 36 5 o c Kompres hangat


(Hari ke 4) mampu
31 Mei 2019 menurunkan suhu.
1.5 o c

Sabtu 37 8 o c 36 5 o c Kompres hangat


(Hari ke 5) mampu
01 Juni 2019 menurunkan suhu.
1.3 o c

Kompres hangat yang dilakukan pada area Frontal dan kedua

Axila pada subjek I dan Subjek II pada hari pertama hanya

menurun derajat suhu tubuh kedua penderita antara 0.5 - 0,8 o C.

Hipertermia yang terlihat pada hari kedua telah berkurang,

Subjek I dan Subjek II mengatakan demam terasa tidak begitu

mengganggu sebelum pelaksanaan kompres hangat, dan kemudian


o
menurun menjadi anntara 0. 8 – 1 C setelah dilakukan kompres

hangat pada kedua axila dan area frontal selama 15 menit.

Demam yang terlihat pada hari ketiga telah berkurang,

Subjek I dan Subjek II mengatakan suhu tubuh dirasakan stabil

dalam rentang normal sebelum tindakan, dan selanjutnya kompres

hangat kembali dilakukan selama 15 menit, hasil yang didapatkan

setelah tindakan, subjek I dan subjek II mengatakan demam

tubuhnya hilang dan terasa nyaman. Pemberian kompres hangat

yang dilakukan teratur pada kondisi Demam Tifoid memberikan

hasil yang efektif. Efek fisiologis kompres hangat adalah terjadinya

Vasodilatasi atau meningkatkan aliran darah sehingga membantu

mempercepat proses penguapan (Potter, 2006).


4.2 Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai penerapan kompres

hangat untuk mengatasi hipertermia pada penderita dengan demam thypoid

diwilayah kerja puskesmas Air Beliti yang dilakukan pada tanggal 24 Mei

2019 sampai 1 Juni 2019. Pembahasan penelitian ini meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi dengan

membandingkan antara teori dengan fakta nyata ketika dilakukan aplikasi

terapi kompres hangat terhadap masalah hipertermia.

4.2.1 Pengkajian

Dari hasil pengkajian Subjek I dan Subjek II didapatkan data

umum dan keluhan berhubuhan dengan masalah Hipertermia dan

Nyeri akut, namun fokus penelitian ini di tujukan pada masalah

Hipertermia.

Keluhan Hipertermia merupakan reaksi alamiah terhadap

proses infeksi yang terjadi pada sistem pencernaan. Tubuh akan

membuat reaksi adaptasi secara termoregulasi atas dampak infeksi

kuman atau virus (Atkinson, L. Rita, 2010).

Keluhan yang ada selaras dengan konsep tanda penyakit

infeksi khusunya pada penyakit Demam Tifoid.

4.2.2 Diagnosis

Diagnosa keperawatan dengan Demam Tifoid secara konsep

(SDKI, 2017) terdapat 4 diagnosa keperawatan, adapun diagnosa

keparawatatan tersebut adalah :


a. Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

c. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Sementara Diagnosis keperawatan keluarga yang didapatkan

pada pengkajian terhadap subjek I dan Subjek II, berdasarkan

keluhan yang disampaikan terdapat 2 diagnosa pada kasus dengan

Demam Tifoid ini, yaitu: Hipertermia dan nyeri akut berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.

Namun fokus pembahasan pada kasus ini, terpusat pada

diagnosa Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Diagnosa yang ada sesuai sebagaimana yang terdapat dalam

konsep SDKI (2017), namun terdapat ketidakselarasan antara teori

yang ada dengan yang ditemukan pada subjek I dan subjek II,

karena secara teori terdapat 4 diagnosa sementara pada penelitian

hanya ditemukan 2 diagnosa saja.


4.2.3 Perencanaan (intervensi)

Dengan berdasar pada referensi SIKI (2017), intervensi

keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi hipertermia ini

dengan kompres hangat.

Pada penelitian ini, intervensi disusun sesuai sesuai dengan

kondisi pasien dan fasilitas yang ada. Sehingga rencana

keperawatan dapat dijalankan dan diterapkan sesuai tujuan. Penulis

menyusun rencana keperawatan 5 x 30 menit dalam 5 hari,

dikarenakan masalah hipertermia tidak dapat diatasi dalam waktu

singkat, sebelum faktor yang menjadi pemicu teratasi. Intervensi

untuk mengatasi hipertermia menurut SIKI, 2017 yaitu :

a. Identifikasi penyebab hipertermia.

b. Identifikasi tindakan keluarga terhadap penanganan

hipertermia.

c. Ajarkan keluarga tentang kompres hangat.

d. Kolaborasi ke Puskesmas untuk mendapatkan bantuan dalam

pemberian antipiretik. Paracetamol 500 mg 3 x 1 tablet dan

terapi Clhoramfenicol 3 x 1 tablet.

Pada penelitian ini, intervensi yang dilakukan selaras dengan

konsep teori yang ada, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan intervensi yang diberikan pada subjek I dan subjek II.


4.2.4 Pelaksanaan (implementasi)

Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan

kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis

keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan

dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi / topik

yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga

yang perlu mendapat informasi (sasaran langsung implementasi),

dan peralatan yang perlu disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan

agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan

psikis pada saat implementasi. Pada tahap implementasi

keperawatan, dilaksanakan sesuai intervensi prioritas agar semua

kebutuhan subjek terpenuhi secara optimal dan menghasilkan hasil

yang efektif (Gusti,2013).

a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia.

b. Mengidentifikasi tindakan keluarga terhadap penanganan

hipertermia.

c. Mengajarkan keluarga tentang kompres hangat.

d. Berkolaborasi ke Puskesmas untuk mendapatkan bantuan

dalam pemberian antipiretik. Paracetamol 500 mg 3 x 1

tablet.

Pada fokus penelitian ini, Subjek I dan Subjek II menerima

penerapan tindakan kompres hangat. Artinya terdapat keselarasan

antara teori dan penelitian.


4.2.5 Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi yang didapatkan berdasarkan evaluasi

formatif, penulis menggunakan pendekatan SOAP dalam

melakukan evaluasi terhadap penerapan tindakan yang telah

dilakukan. evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu

evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi

secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai

kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai

secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa keperawatan

apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan

perubahan intervensi, atau dihentikan (Gusti,2013).

Setelah melakukan implementasi keperawatan selama 5 hari,

penulis dapat menyatakan bahwa masalah keperawatan dapat

teratasi secara penuh dan evaluasi akhir yang didapatkan adalah

sebagai berikut :

Pada penelitian Subjek I dan Subjek II, bahwa terjadi

penurunan suhu tubuh dengan penerapan kompres hangat dalam

mengatasi hipertermia pada subjek dengan demam Tifoid..

Penelitian ini menguatkan penelitian yang telah dilakukan

oleh Purwanti (2008) dalam penelitiannya di RSUD Dr.Moewardi

Surakarta tentang kompres hangat menyimpulkan bahwa setelah

memberi tindakan kompres hangat selama 10 menit, terjadi


perubahan suhu rerata sebesar 0,97 o c, sehingga dibuktikan bahwa

ada pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan fokus studi dan pembahasan tentang Pemberian

Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada Demam Tifoid

dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1 Pengkajian

Dari hasil pengkajian pertama kali penulis diketahui kedua

subyek yaitu subyek I berinisial Tn. A dan subyek II berinisial Tn.

B yang sama-sama dilakukan tindakan kompres hangat pada

penderita Demam Tifoid. Didapatkan keluhan pada subyek I yaitu,

klien mengatakan demam sudah 3 hari, tidak mau makan dan nyeri

kepala. Pada subyek II yaitu, ibu klien mengatakan anaknya

demam sudah 2 hari, perut kembung dan nyeri perut.

5.1.2 Diagnosa keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua

subyek yaitu hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

5.1.3 Perencanaan keperawatan

Perencanaan yang dibuat penulis untuk menyelesaikan

masalah pada kedua subyek dapat dilaksanakan dengan baik karena

sesuai dengan kebutuhan kedua subyek yaitu kompres hangat untuk

menurunkan suhu tubuh.


5.1.4 Implementasi keperawatan

Kedua subyek mendapatkan implementasi yang sama yaitu,

kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.

5.1.5 Evaluasi keperawatan

Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan

memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang

belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus

dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang mulai

berkeringat dan vasodilatasi perifer. (Wolf, 2009). pada subyek I

setelah dilakukan tindakan kompres hangat suhu tubuh menurun

menjadi normal, pada subyek II setelah dilakukan tindakan

kompres hangat suhu tubuh menurun menjadi normal.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Penelitian ini dapat dijadikan data dasar dan sumber

informasi untuk penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini

dapat dibakukan sebagai tindakan keperawatan mandiri.

5.2.2 Bagi Mahasiswa

Data dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dan

pengembangan penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini dapat

menginspirasi mahasiswa untuk menggali lebih lanjut tentang

konsep perawatan keluarga dan beberapa tindakan mandiri yang


dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan perawat masa depan.

5.2.3 Bagi Puskesmas Air Beliti

Puskesmas diharapkan mempunyai standar operasional

prosedur dalam pengelolaan asuhan keperawatan keluarga,

sehingga masalah keperawatan keluarga dapat dilaksanakan secara

maksimal, juga diharapkan puskesmas dapat memfasilitasi

penelitian bagi tenaga keperawatan yang ada di puskesmas Air

Beliti, serta diharapkan puskesmas Air Beliti dapat memberikan

pendidikan dan pembinaan pada para keluarga penderita tentang

perawatan hipertermia dan tata laksana mandiri kompres hangat

bila mengalami masalah Demam Tifoid.

5.2.4 Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan mampu melakukan tindakan mandiri

kompres hangat untuk menurunkan Hipertermia khususnya bila

mengalami Demam Tifoid.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI,
Rineka Cipta, Jakarta

Gusti . S, 2013, Asuhan Keperawatan Keluarga, Trans Info Media, Jakarta

Harmoko, 2012, Asuhan Keperawatan Keluarga, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Herdman.H.T dan Kamitsuru.S, 2015, Nanda Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10, EGC, Jakarta

Kemenkes, 2018, Data dan informasi Profil kesehatan Indonesia 2017, Pusat data
dan informasi Kemenkes, Jakarta

Kusyati, E., 2006, Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan dasar,


EGC, Jakarta

Notoatmojo. S. 2010, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, edisi 2, Salemba Medika, Jakarta

Padila, 2013, .Asuhan keperawatan penyakit dalam. Graha Ilmu, Yogyakarta

Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan konsep,proses,dan


praktik, Edisi 4, EGC, Jakarta

Purwanti, S, (2008), Pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh


pada pasien hipertermia di ruang rawat inap RSUD Dr.Moewardi
Surakarta, Berita Ilmu Keperawatan Volume I No. 2, 2008 :
http://publikasi ilmiah ums.ac.id. diakses 22 maret 2019

Setiadi, 2013, Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan , Edisi 2 , Graha
Ilmu, Yogyakarta

Smeltzer. S.C, dan Bare. B. G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth, Volume 1 Edisi 8, EGC, Jakarta
Sodikin, 2011, Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier, Salemba Medika, jakarta

Sudoyo. W.A, Setiyobadi. B, Alwi. I, dan Setiati, S, 2007, Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid 1I Edisi 4, Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik, EGC,


Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik, Cetakan II, DPP PPNI, Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Deefinisi dan Tindakan Keperawatan, Cetakan II, DPP PPNI, Jakarta

WHO, 2017, Global Report Thypus Abdominalis 2017, WHO, Jenewa Swiss

Wilkinson, M.J dan Ahern, R.N., 2012, Buku saku Diagnosis Keperawatan
Diagnosis nanda NIC NOC, Edisi 9, EGC, Jakarta
Lampiran 2. Form Inform Consent

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Bapak / Ibu Calon Responden(Tn / Ny. .........)

Di desa / Kelurahan .....................................

Wilayah Kerja Puskesmas Muara Beliti

Dengan hormat,

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa D III Keperawatan Poltekkes


Kemenkes Palembang, Program Studi Keperawatan Lubuklinggau, Saya akan
melakukan Penelitian “Penerapan Kompres hangat untuk membantu menurunkan
Hipertermia pada pasien Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Beliti
Kabupaten Musi rawas tahun 2019 “. Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk
Mengetahui Tentang Perawatan Keluarga dengan Hipertermia Pada Penderita
Demam Tifoid dengan penerapan Kompres hangat.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak / Ibu untuk dapat
membantu dalam pengisian kuesioner dan kesediaan Bapak / Ibu menjadi
Responden. Kiranya Bapak / Ibu dapat mengisi atau memberikan tanggapan
secara jujur dan apa adanya. Jawaban yang Bapak / Ibu berikan akan kami jamin
kerahasiaannya.
Demikianlah Permohonan saya ini, atas segala bantuan dan partisipasi Bapak / Ibu
saya ucapkan terima kasih.

Lubuklinggau, Juni 2019


Responden

(.......................................................)
Lampiran 3. Lembar Asuhan Keperawatan Keluarga
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Peneliti / : Desa :


Observer
Tanggal / Bulan : Dusun :
/ Tahun

A. PENGKAJIAAN
I. Identitas Umum Keluarga
1.1. Identitas Kepala Keluarga (KK)
Nama Kepala keluarga :
Umur : Tahun
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan :
Suku Bangsa :
Alamat :

1.2. Komposisi Keluarga


No Nama umur Hubungan Pendi Pekerjaan K Keadaan
anggota L Pr dalam dikan B Fisik
keluarga k keluarga
1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.3. Genogram
1.4. Tipe Keluarga
a. Jenis Tipe Keluarga

b. Masalah Yang Terjadi dengan Tipe Keluarga

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


2.1 Tahap Perkembangan Keluarga saat ini :

2.2 Tahap Keluarga yang belum terpenuhi dan Kendalanya :

2.3 Riwayat Kesehatan Inti :


a. Riwayat Keluarga saat ini :

b. Riwayat Penyakit Keturunan :


c. Riwayat masing-masing anggota Keluarga :

No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Upaya


(kg) Kesehatan Kesehatan yang
dilakukan
1. -

2.

3.

4.

d. Sumber Pelayanan Yang dimanfaatkan :

e. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya :

III. Pengkajian Lingkungan Keluarga


3.1 Karateristik Rumah
a. Luas Rumah :
b. Tipe Rumah :
c. Kepemilikan :
d. Jumlah Kamar :
e. Ventilasi :
f. Pemanfaatan ruang :
g. Septik tank : < 5 meter >5
meter
h. Sumber Air : PDAM Sumur
Lain-lain :
.......................................

i. Kamar Mandi : Bersih Kotor


Berlumut
j. WC : Cemplung Leher angsa
Duduk Sungai
k. Sampah : Dibakar Ditimbun
Dibuang disungai

l. Kebersihan Lingkungan :

m. Denah Rumah :

3.2 Karateristik Tetangga dan Komunitas RW


a. Kebiasaan :

b. Aturan :

c. Kebersihan :
d. Budaya :

3.3 Mobilitas Geografi Keluarga :

3.4 Sistem Pendukung :

IV. Struktur Keluarga


4.1 Pola / Cara Komunikasi Keluarga :

4.2 Struktur Kekuatan Keluarga :

4.3 Struktur Peran Keluarga :


a. ......................................
Peran Formal :

Peran Informal :

b. .......................................
Peran Formal :

Peran Informal :
c. ...........................
Peran Formal :

Peran Informal :

d. ..............................
Peran Formal :

Peran Informal :

4.4 Nilai dan Norma Keluarga :

V. Fungsi Keluarga
5.1 Fungsi Afektif
a. Kerukunan Hidup dalam Keluarga

b. Interaksi hubungan dalam Keluarga

c. Anggota Keluarga yang dominan dalam pengambilan


keputusan

d. Kegiatan Keluarga waktu senggang


e. Pastisipasi dalam kegiatan Sosial

5.2 Fungsi Perawatan Kesehatan


a. Mengenal masalah Kesehatan

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang


tepat

c. Merawat anggota Keluarga yang sakit

d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat

e. Menggunakan Pelayanan kesehatan dimasyarakat

5.3 Fungsi Reproduksi

5.4 Fungsi Ekonomi


a. Upaya Pemenuhan sandang Pangan

b. Pemanfaatan Sumber yang ada di Masyarakat


VI. Stress dan Koping Keluarga
6.1 Stresor Jangka Pendek

6.2 Stresor Jangka Panjang

6.3 Respon Keluarga terhadap Stresor

6.4 Strategi Koping

6.5 Strategi Adaptasi Disfungsi

VII. Harapan Keluarga


7.1 Terhadap Masalah Kesehatan

7.2 Petugas Kesehatan yang ada


B. ANALISA DATA
NO DATA SIFAT MASALAH KEMUNGKINAN
MASALAH PENYEBAB
1. Data Subjektif :

Data objektif :

2. Data Subjektif :

Data Objektif :
C. SKALA PRIORITAS MASALAH
MASALAH :

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah :
Aktual
Resiko
Sejahtera / Sehat

2. Kemungkinan
masalah dapat di
rubah :
Mudah
Sebagian
Tidak Dapat

3. Potensial untuk
dicegah :
Tinggi
Cukup
Rendah

4. Menonjolnya
Masalah :
Masalah
dirasakan dan
harus segera
ditangani
ada masalah
tetapi tidak
perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH
D. SKALA PRIORITAS MASALAH
MASALAH ;

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah :
Aktual
Resiko
Sejahtera / Sehat

2. Kemungkinan
masalah dapat di
rubah :
Mudah
Sebagian
Tidak Dapat

3. Potensial untuk
dicegah :
Tinggi
Cukup
Rendah

4. Menonjolnya
Masalah :
Masalah
dirasakan dan
harus segera
ditangani
ada masalah
tetapi tidak
perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS


Lampiran 4. Format Penilaian Peningkatan Suhu Tubuh
FORMAT PENILAIAN PENINGKATAN SUHU TUBUH
Nama Observer :

Tanggal / Bulan / Tahun :

Lokasi Penelitian :

NO Subjek Derajat Suhu Tubuh Keterangan


< 36 o c 36 – 37,5 oc 37,6 – 38 oc 38,1 – 40 oc >40 Oc
1. Subjek I

2. Subjek II

Catatan : Diisi dengan Keterangan Hasil Observasi sesuai peningkatan suhu tubuhnya
Lampiran 5. Format Observasi Evaluasi Intervensi Kompres Hangat
FORMAT OBSERVASI EVALUASI EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT UNTUK
MENURUNKAN SUHU TUBUH PADA DEMAM TIFOID
Nama Observer :
Tanggal :
Pertemuan Ke :
Lokasi Penelitian :
Nama Pasien : Subjek I : Subjek II :

No Karakter Suhu Nama Penderita Keterangan


Subjek : Subjek II :
........................................... ........................................
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan Efektif Tidak
( 0 Menit) (15 Menit) ( 0 Menit) (15 Menit) Efektif
1. Hipotermia ( < 35 o c )

2. Normal ( 36 – 37,5 oc)

3. Sub Febris ( 37 , 6 – 38,5 o c)

4. Febris ( > 38,6 o c)

Catatan :
1. Isi hasil intervensi sesuai dengan yang disampaikan secara Verbal oleh Subjek dengan angka.
2. Pada kolom keterangan disi dengan efektif atau tidak efektif (tdak ada perubahan = tidak efektif, Penurunan = efektif).
Lampiran 6. SOP Kompres Hangat
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KOMPRES HANGAT

KOMPRES HANGAT

Definisi Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk


memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau
membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah spasme
otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu.

Kompres Hangat Basah adalah memberikan rasa hangat


pada klien dengan menggunakan cairan / air hangat
dengan menggunakan lap / kain kasa yang dicelupkan
dalam air hangat pada tempat yang dikeluhkan.
(Suhu air 40 – 45 oC).
Jenis a. Kompres Hangat Basah.
b. Kompres Hangat Kering.

Tujuan a. Memperlancar sirkulasi darah.


b. Menurunkan Suhu Tubuh / meningkatkan suhu
tubuh.
c. Mengurangi rasa sakit.
d. Memperlancar pengeluaran eksudat.
e. Merangsang Peristaltik usus.
f. Mengurangi peradangan dan spasme otot.
g. Meningkatkan aktifitas sel.

Indikasi a. Pasien yang mengalami penyakit peradangan.


b. Pasien dengan Spasme Otot, adanya abses,
hematoma.
c. Pasien dengan perut kembung.
d. Pasien yang kedinginan.
Prosedur kerja Kompres Hangat Basah
Tahap Persiapan :

1. Baskom berisi cairan hangat sesuai kebutuhan


2. Baki berisi handuk kecil, sarung tangan dan kasa
3. Pengalas / Perlak
4. Waslap
5. Handscoen.
6. Form asuhan keperawatan dan alat tulis.
7. Termometer Air
8. Termometer

Tahap pelaksanaan :

1. Berikan penjelasan kepada pasien tentang perasat


yang akan di lakukan dan minta persetujuannya.
2. Lakukan diruang privasi, dan dekatkan alat yang
akan digunakan.
3. Atur posisi nyaman saat tindakan (posisi
setengah duduk atau berbaring).
4. Pasang pengalas di bawah area punggung dan
kepala pasien (area yang akan dilakukan
Kompres).
5. Buka dan bebaskan area yang akan dikompres
dari pakaian (axila).
6. Cuci Tangan dan kenakan Handscoen.
7. Basahi handuk dengan air hangat yang telah
disediakan (Dengan suhu 40 – 45 oc), kemudian
peras namun masih lembab.
8. Balutkan pada area frontal dan axial, lakukan
berulang hingga demam berkurang, basahi
balutan hingga lembab setiap kering (tindakan
dilakukan 15 – 30 menit)
9. Bersihkan selalu area frontal dan axial setiap
tindakan,
10. Lepaskan Handscoen dan letakkan pada
tempatnya, Rapikan pasien..

Tahap Terminasi:

1. Bereskan dan bersihkan peralatan, simpan kembali


pada tempatnya.
2. Perawat Cuci tangan, dan Dokumentasikan
seluruh tindakan yang dilakukan
3. Izin Pamit dengan Pasien
Sumber Pustaka Kusyati, E., 2006, Ketrampilan dan Prosedur
Laboratorium Keperawatan Dasar, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai