Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Asuhan Keperawatan pada pasien “GASTROINTESTINAL AKUT”
meskipun terdapat banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada para tutor yang ikut membantu dalam menyelesaikan tugas askep ini.
Kami s berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai cara mengkaji penyakit
“GASTROINTESTINAL AKUT”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah Asuhan Keperawatan sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah Asuhan Keperawatan yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.
5 November 2016
Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 3
1.2 Tujuan ......................................................................................... 4

BAB II KONSEP MEDIS


2.1 Definisi ....................................................................................... 5
2.2 Etiologi ....................................................................................... 5
2.3 Manifestasi Klinis ....................................................................... 6
2.4 Klasifikasi ................................................................................... 6
2.5 Patofisiologi ................................................................................ 7
2.6 Pathway ...................................................................................... 8
2.7 Komplikasi.................................................................................. 10
2.8 Pemeriksaan Dignostik................................................................ 10
2.9 Penatalaksanaan........................................................................... 10

BAB III KONSEP KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian .................................................................................. 12
3.2 Diagnosis .................................................................................... 13
3.3 Analisis data Fokus...................................................................... 13
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan.................................................... 17

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................ 29
4.2 Saran........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare sering disebut Gastroenteritis masih merupakan salah
satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Data survey tahun
2002 menunjukkan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare
diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat
ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian
besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah 5 th (±40 juta
kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian
diare (Suharyono dkk., 1994).
Di Indonesia, diare akut masih merupakan penyebab kesakitan dan
kematian yang penting pada anak. Di seluruh dunia diperkirakan diare
menyebabkan 1 billiun episode dengan angka kematian sekitar 3-5 miliyar
setahunnya. Pada tahun 1995 Depkes RI memperkirakan terjadi episode diare
sekitar 1,3 miliyar dan kematian pada anak balita sekitar 1,3 miliyar dan
kematian pada anak balita sebanyak 3,2 juta setiap tahunnya (Soebagyo,
2008).
Menurut WHO, diare didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang
mengalami mencret atau BAB cair sebanyak tiga kali sehari atau lebih, atau
mengalami frekwensi BAB yang lebih dari biasanya (WHO, 2013). Diare
akut menurut World Gastroenterology Organisation (WGO) didefinisikan
sebagai keluarnya kotoran semi padat atau cair dari dalam usus dengan
frekwensi abnormal yang berlangsung kurang dari 14 hari dan bila
berlangsung lebih dari 14 hari disebut diare persisten (WGO, 2012).
(Efektifitas Pemberian Probiotik Terhadap Durasi..) (Sri Mulyani, dkk,
hal.73)

3
1.2 Tujuan
A. Mahasiswa mampu mengetahui apa pengertian dari GEA
B. Mahasiswa mampu mengetahui apa etiologi dari GEA
C. Mahasiswa mampu mengetahui Manifestasi dari GEA
D. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja klasifikasi dari GEA
E. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi dan perjalanan penyakit dai
GEA
F. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari GEA
G. Mahasiswa mampu mengetahui Pemeriksaan penunjang dari GEA
H. Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan dari GEA
I. Mahasiswa mampu mengetahui pengkajian yang dilakukan pada GEA
J. Mahasiswa mampu mengetahui Diagnosa dari GEA
K. Mahasiswa mampu mengetahui Analisa data dari GEA
L. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi serta rasional terhadap
penyakit GEA

4
BAB II

KONSEP MEDIK

2.1 Definisi
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
Gastroenteritis akut merupakan peradangan pada lambung dan usus
yang ditandai dengan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah, dan
sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah
buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk
feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir. (Suratun, 2010)
2.2 Etiologi
1. Faktor Infeksi: Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan
makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi
internal, meliputi:
a. Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter,
yersinia, aeromonas dan sebagainya.
b. Infeksi virus: Entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis,
adenovirus, rotavirus, astovirus dan lain-lain.
c. Infeksi parasit: Cacing, protozoa, dan jamur.
2. Faktor Malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida
pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
3. Faktor Makanan: Makanan basi beracun dan alergi makanan
mengandung zat yang akan menganggu saluran pencernaan dan terdapat
berbagai macam parasit didalamnya.
4. Faktor Psikologi: Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena
dapat merangsang peningkatan peristaltik usus.

5
2.3 Manifestasi Klinis
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, disertai
lendir atau darah/ diare
2. Bibir kering akibat dehidrasi
3. Demam/ suhu tubuh meningkat akibat dari dehidrasi karena pengeluaran
tinja berlebihan
4. Mual dan muntah
5. Anoreksia/nafsu makan bekurang
6. Berat badan menurun
7. Lemah, pucat
8. Kram Abdominal/ nyeri abdomen
9. Perubahan TTD, Nadi dan pernafasan cepat
10. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering diare
11. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek(elastisitas kulit
menurun, ubun-ubun dan mata cekung, memran mukosa kering)
2.4 Klasifikasi
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi
a. Diare Infeksi: Terjadinya proses invasi dan sitotoksi di kolon dengan
manifes sindrom disentri disertai dengan lendir dan darah. Biasanya
gejala klinisnya nyeri abdomen, mual dan muntah serta demam.
b. Diare non-infeksi: Kelainan yang ditemukan di usus halus bagian
proximal. Adanya enterotoksin yang dapat menyebabkan diare tanpa
lendir dan darah. Gejala klinisnya cepat muncul dan adanya nyeri
abdomen.
2. Ditinjau dari lama waktu diare
a. Diare Akut: Diare yang dapat berlangsung selama kurang dari 2 minggu
yang terjadi secara mendadak.
b. Diare Kronik: Diare yang terjadi selama lebih dari 2 minggu
3. Ditinjau dari organ yang terkena

6
a. Diare Enteral: Infeksi bakteri, parasit, virus di usus sendiri
b. Diare Paranteral: Infeksi pada saluran lain selain usus (misalnya diare
karena bronkhitis)
2.5 Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke
lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Salmonella,
Escherichia coli, dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan
Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis

7
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia (kurang kadar glikogen) dan gangguan sirkulasi darah.

8
Pathway

Psikologi (Cemas, Malabsorbsi


Makanan(Beracun, basi)
Masuk bersama Berkembang Takut) (karbohidrat, protein)
Infeksi (Virus, Bakteri,
Makanan diusus
Parasit)
Produksi hormon Makanan tidak
Memproduksi adrenalin terserap oleh vili
enzim yang meningkat
merusak sel-sel
usus
Merangsang saraf Tekanan osmotik
parasimpatis dalam usus
meningkat
Hipersekresi
zat makanan Mempercepat
peristaltik usus
Pergeseran air dan
Hiperperistaltik elektrolit berlebihan
usus

Penyerapan makanan
terganggu

9
Dx Diare Frekuensi BAB Tinja encer Pergerakan usus
meningkat berlebihan

Hilang cairan dan Pengeluaran Pembengkakan usus


substansi nutrien Keasaman fases
elektrolit dalam
meningkat
tubuh
Hipokalemia, Memicu pelepasan
Sirkulasi darah mediator nyeri
Dehidrasi hipoglikemia
menurun Iritasi area anus

Reseptor nyeri
Malnutrisi energi
Dx Kekurangan Kerja jantung protein
Volume Cairan meningkat Dx Gangguan
Integritas kulit Presepsi nyeri
Nafsu makan
menurun
Dx Resiko Syok
(Hipovolemik)
Khawatir terhadap Dx Nyeri Akut
Berat badan
penyakit
Metabolisme tubuh
menurun
meningkat Dx Ansietas
Dx Ketakutan
Ketidakseimbangan
Dx Tubuh berkompensasi
Nurisi
Hipertermi meningkatkan suhu tubuh

10
2.6 Komplikasi
1. Dehidrasi : Pengeluaran fases encer yang berlebihan akan menyebabkan
tubuh kekurangan cairan hingga menyebabkan dehidrasi
2. Syok Hipovolemik : Kurangnya cairan dalam tubuh akan menyebabkan
gangguan pada sirkulasi hingga berdampak pada jantung yang akan bekerja
lebih cepat.
3. Hipokalemia (Kurang kadar kalsium dalam darah)
4. Hipoglikemia (Kurang kadar glikogen dalam darah)
5. Malnutrisi energi protein
2.7 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
2.8 Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Dalam jurnal Endang Poerti yang berjudul “Determinan Lama
Rawat Inap Pasien Balita dengan Diare” menulis tentang salah satu
kemajua di bidang medis yang berhubungan dengan diare ialah
dikembangkanya cairan rehidrasi oral/ Oral Rerydration Solution (ORS)
untuk pengobatan diare yang telah terbukti untuk pencegahan dan
pengobatan terhadap dehidrasi yang disebabkan oleh penyakit
diare.penggunaan cairan ORS ini telah direkomendasikan oleh WHO

11
selama tahun 2011 lalu. Adapun pemberian cairan IV sebagai penganti
cairan yang hilang / sebagai pemenuhan cairan dalam tubuh.
2. Diatetik : Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita
dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang
perlu diperhatikan :
a. Memberikan ASI pada balita yang terkena diare
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.
c. Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.
d. Obat-obatan : memberikan antibiotik, anti diare

12
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tahun tanggal lahir
dll.
2. Riwayat keperawatan.
a) Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
b) Keluhan utama : Feses semakin cair, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,kurang nafsu makan, berat badan
menurun. Turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer
hingga iritasi pada sekitar anus.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat
antidiare, terapi intravena, dan antibiotic.
6. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a) Persepsi Kesehatan : Pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
b) Nutrisi Metabolik: diawali dengan mual dan sering buang air, anoreksia
hingga penurunan berat badan
c) Pola eliminasi : Akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari, BAK sedikit.
d) Aktivitas : Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e) Tidur/istirahat : Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
f) Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
merasa cemas dan kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.

13
g) Persepsi diri/konsep diri : Pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri
tidak tercapai pada fase sakit.
h) Seksual/reproduksi : Mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
i) Peran hubungan : Pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami
gangguan.
j) Manajemen koping/stress : Pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
k) Keyakinan/nilai : Pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Diare (00013)
2. Kekurangan volume cairan (00027)
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
4. Hipetermia (00007)
5. Nyeri akut (00132)
6. Resiko Syok (Hipovolemik) (00205)
7. Ansietas (000146)
8. Kerusakan Integritas Kulit (000046)
3.3 Analisis Data

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN


DS: Faktor Diare (00013)
predisposisi(Infeksi
1. Fases semakin
makanan basi dan
cair
beracun)
2. BAB lebih dari
4 kali sehari
Bakteri, parasit masuk
3. BAK edikit atau
bersama makanan
jarang
4. Nyeri pada
Berkembang di usus
abdomen

14
5. Panas (suhu Memproduksi
tubuh enterotoksin yang
meningkat) mempengaruhi usus

DO: Hipersekresi zat makanan


1. Kehilangan
banyak air dan Hiperperistaltik usus
elektrolit
2. Dehidrasi Absorsbsi makanan
3. Bibir kering terganggu
4. Menurun turgor
kulit berkurang Pembuangan tinja encer
5. Muntah
Frekuensi BAB
meningkat

Dx Diare

DS: Frekuensi BAB Kekurangan volume cairan


meningkat (00027)
1. Fases semakin
cair
Kehilangan cairan dan
2. BAB lebih dari
elektrolit dalam tubuh
4 kali sehari
3. Panas
Kurang cairan dalam
DO:
tubuh
1. Kehilangan
banyak air dan Dehidrasi
elektrolit
2. Dehidrasi Dx Kekurangan Volume
3. Bibir kering cairan

DS: Frekuensi BAB Ketidakseimbangan Nutrisi


meningkat Kurang dari Kebutuhan Tubuh
1. Mual
(00002)
2. BAB lebih dari
Pengeluaran substansi
4 kali sehari
nutrien
DO:
1. Berat badan Hipokalemia,
menurun hipoklikemia
2. Penurunan nafsu
makan
Malnutrisi energi protein

Penurunan nafsu makan

15
Berat badan menurun

Dx Ketidakseimbangan
Nutri kurang dari
kebutuhan tubuh

DS: Frekuensi BAB Hipetermia (00007)


meningkat
1. Panas(Suhu
tubuh
Kehilangan cairan dan
meningkat)
elektrolit dalam tubuh
DO:
1. Dehidrasi Dehidrasi

Sirkulasi dalam darah


menurun

Kerja jantung meningkat

Metabolisme tubuh
meningkat

Tubuh berkompensasi
meningkatkan suhu

Dx Hipertermi

DS: Pergerakan usus Nyeri akut (00132)


1. Nyeri Abdomen berlebihan
DO:
1. Distensi Pembengkakan usus
Abdomen
Memicu pelepasan
mediator nyeri (histamin)

Merangsang nosiseptor

Medula oblongata

Presepsi nyeri

Dx Nyeri Akut
DS: Frekuensi BAB Resiko Syok (Hipovolemik)
1. Panas (Suhu meningkat
(00205)

16
tubuh meningkat)
DO: Kehilangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh

Dehidrasi

Sirkulasi dalam darah


menurun

Kerja jantung meningkat

Dx Resiko
Syok(Hipovolemik)
DS: Presepsi Nyeri Perut Ansietas (000146)
1. Merasa cemas
karena nyeri
Khawatir terhadap
abdomen
penyakit
DO: -
Takut

Dx Ansietas
DS: - Frekuensi BAB Kerusakan Integritas Kulit
meningkat
DO: (000046)
1. Iritasi disekitar
Keasaman fases
anus
meningkat

Membuat iritasi sekitar


anus

Dx Integritas Kulit

17
N
DIAGNOSA
O NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Diare (00013) NOC: Manajemen diare Manajemen diare
1. Tentukan riwayat diare 1. Untuk mengetahui adanya hubungan
Definisi : Pasase feses 1. Eleminasi usus
diare yang diderita sekarang dan penyakit
yang lunak dan tidak 2. Keseimbangan cairan
dahulu
berbentuk 3. Hidrasi
2. Identifikasi faktor yang dapat 2. Untuk melakukan pencegahan diare
4. Keseimbangan elektrolit dan
Domain 3: menyebabkan diare seperti hindari makanan yang
asam basa
Eliminasi dan menyebabkan diare (pedas)
Pertukaran Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor tanda dan gejala diare 3. Mengetahui adanya gejala seperti
Kelas 2: keperawatan selama ..... x24 jam, dehidrasi ditandai dengan bibir kering,
Fungsi Gastrointestinal) diharapkan agar diare pasien nyeri abdomen
teratasi dengan 4. Amati turgor kulit secara berkala 4. Untuk mengetahui adanya dehidrasi pada
Batasan karakteristik:
Kriteria hasil : penurunan turgor kulit
1. Nyeri abdomen 5. Timbang pasien secara berkala 5. Mengetahui penurunan berat badan
Sedikitnya tiga kali 1. Diare dapat dikendalikan atau akibat diare yang berlebihan
defekasi perhari dihilangkan 6. Anjurkan pasien menghindari 6. Makanan pedas mengandung capsaicin
2. Kram 2. Menunjukkan eliminasi fekal makanan pedas dan yang yang membuat iritasi usus membuat
3. Bising usus hiperaktif yang efektif mengandung laktosa gangguan pada absorbsi dan laktosa
4. Ada dorongan 3. Terhidrasi dengan baik tidak dapat dicerna secara sempurna oleh
4. Mempertahankan usus
Faktor yang
keseimbangan asam-basa 7. Berikan makanan dalam porsi kecil 7. Usus sulit melakukan peristaltik dengan
berhubungan
dalam batas normal dan lebih sering serta tingkatkan makanan yang banyak dan akan
Psikologis 5. Mempertahankan porsi secara bertahap menyebabkan malabsorbsi, makan porsi
1. Ansietas keseimbangan elektrolit dalam kecil akan mengurangi beban usus
2. Tingkat stres tinggi batas normal namun tetap memiliki makanan untuk di
absorsi
Situasional

18
1. Efek samping obat 8. Evaluasi kandungan nutrisi dari 8. Untuk mengetahui respon tubuh terhadap
2. Penyalahgunaan makanan yang sudah dikonsumsi kandungan makanan sebelumnya, seperti
alkohol sebelumnya makan serat tinggi menyebabkan tinja
3. kontaminan semakin encer seperti lendir.
4. Penyalahgunaan 9. Ajari pasien menurunkan stres, 9. Stress bisa serotonin yang akan
laksatif sesuai stres mempengaruhi pergerakan usus.
5. Radiasi 10. Lakukan tindakan untuk 10. Untuk mencegah kerja usus berlebihan
6. Toksin mengistirahatkan perut (diet atau
7. Melakukan perjalanan puasa)
slang makanan 11. Konsultasikan diet pasien dengan 11. Untuk mengetahui takaran atau porsi
Fisiologis ahli gizi yang dikonsumsi pasien sesuai resep
1. Proses infeksi 12. Instrusikan diet rendah serat, tinggi 12. Serat bersifat mengentalkan yang
2. Inflamasi protein, tinggi kalori, sesuai menyebabkan diare semakin banyak.
3. Iritasi kebutuhan Tinggi protein dan kalori akan membantu
4. Malabsorpsi tubuh dalam proses metabolisme sebagai
5. Parasit energi
13. Pemberian obat antidiare 13. Untuk pencegahan diare, misalnya obat
loperamide yang dapat membuat fases
labih padat dan mengurangi frekuensi
BAB
Manajemen Elektrolit dan cairan Manajemen Elektrolit dan cairan
14. Monitor perubahan status paru atau 14. Untuk mengetahui adanya kelebihan
jantung cairan atau dehidrasi yang
mengakibatkan pasien mendapat
gangguan pernafasan dan takikardi
15. Monitor tanda-tanda vital 15. Adanya peningkatan atau penurunan
suhu, nadi, nafas dan mengetahui kondisi
umum pasien

19
16. Monitor kehilangan cairan 16. Mengetahui dehidrasi pasien dan
melakukan input cairan sesuai kebutuhan
misalnya pemberian cairan IV
17. Berikan suplemen elektrolit sesuai 17. Untuk pemenuhan elektrolit dalam tubuh
resep sebagai penganti cairan yang hilang
2. Kekurangan volume NOC NIC NIC
cairan (00027) Manajemen cairan Manajemen cairan
1. Keseimbangan cairan
1. Monitor status hidrasi 1. Mengetahui kelembaban membran
Definisi: penurunan 2. Hidrasi
mukosa, turgor, nadi dan TD untuk
cairan intravaskular 3. Status Nutrisi: asupan
mengetahui berat dan ringanya
interstisial, dan/atau makanan dan minuman
kekurangan caiaran
intraselular. Ini mengacu Setelah dilakukan tindakan 2. Menjaga keseimbanagan makanan dan
pada dehidrasi, keperawatan selama .......x24 jam, 2. Monitor masukan makanan/cairan cairan dengan pedoman mengantikan
kehilangan cairan saja dan hitung intake kalori harian
kekurangan volume cairan pasien cairan
tanpa perubahan pada teratasi dengan 3. Untuk penambahan pemenuhan cairan
natrium
Kriteria hasil: elektrolit dalam tubuh dengan cepat.
Domain 2: Nutrisi 3. Kolaborasikan pemberian cairan IV
Manajemen Hipovolemi
kelas 5: Hidrasi 1. Kekurangan volume cairan 1. Adanya kekurangan cairan yang
Batasan karakteristik: teratasi berlebihan dan pemenuhan cairan yang
1. Perubahan status 2. Memiliki konsentrasi urine Manajemen Hipovolemi kurang atau lebih
mental yang normal 1. Monitor status cairan termasuk 2. Adanya penurunan berat badan atau naik
2. Penurunan tekanan 3. Tidak memiliki haus yang intake dan ourput cairan 3. Untuk penambahan cairan elektrolit
nadi tidak normal dalam tubuh dan adanya edema bila
3. Penurunan volume 4. Memiliki keseimbangan 2. Monitor berat badan volume berlebihan
nadi asupan dan haluaran yang 3. Pemberian cairan IV monitor 4. Untuk pemenuhan nutien dan cairan
4. Penurunan turgor seimbang dalam 24 jam adanya tanda dan gejala kelebihan dalam tubuh
kulit 5. Menampilkan hidrasi yang volume cairan 5. Mencegah adanya sisa makanan yang
5. Membran mukosa baik 4. Dorong pasien untuk menambah menimbulkan adanya parasit/bakteri
kering

20
6. Kulit kering 6. Memiliki asupan cairan oral intake oral 6. Untuk mengetahi respon dehidrasi
7. Peningkatan suhu dan/ atau intavena yang 5. Melakukan higine oral secara sering
tubuh adekuat
8. Peningkatan frekuensi 6. Menganjurkan pasien untuk
nadi menginformasikan bila haus
9. Peningkatan
konsentrasi urine
10.Penurunan berat
badan tiba-tiba
11.Kelemahan
Faktor yang
berhubungan:
Kegagalan mekanisme
regulasi
3. Ketidakseimbangan NOC: Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
Kebutuhan Nutrisi : 1. Status Nutrisi 1. Kaji adanya elergi makanan 1. Untuk pencegahan bila adanya gangguan
Kurang dari kebutuhan 2. Status Nutrisi: Aspan dalam tubuh akibat makanan
Tubuh (00002) Makanan dan minuman 2. Monitor jumlah nutrisi dan 2. Untuk mengetahui penyebab pemasukan
Definisi: 3. Status Nutrisi: Asupan Nutrisi kandungan nutrisi yang kurang sehingga dapat menentukan
Asupan nutrisi tidak 4. Kontrol berat badan intervensi yang sesuai
cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolic. Setelah dilakukan tindakan Pengaturan Nutrisi Pengaturan Nutrisi
Domain 2 : Nutrisi keperawatan selama 2x24 jam, 3. Monitor adanya penurunan berat 3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang
Kelas 1: Makan ketidakseimbangan kebutuhan badan bersih dapat diketahui melalui
Batasan karakteristik: nutrisi kurang dari kebutuhan peningkatan berat badan
1. Kram abdomen tubuh pasien teratasi dengan 4. Monitor tipe dan jumlah aktivitas 4. Untuk melakukan aktivitas ringan pasien
Kriteria hasil:

21
2. Nyeri abdomen 1. Mempertahankan berat badan yang biasa dilakukan sesuai kebutuhan
3. Menghindari 2. Menjelaskan komponen diet 5. Monitor interasksi anak atau orang 5. Untuk menginformasikan makanan apa
makanan bergizi adekuat tua selama makan saja yang harus dipenuhi oleh pasien
4. Berat badan 20% atau 3. Memiliki nilai laboratorium 6. Monitor lingkungan selama makan 6. Untuk mengurangi stres lingkungan
lebih di bawah berat dalam batas normal karena lingkungan yang nyaman lebih
badan ideal 4. Menoleransi diet yang kondusif untuk makan
5. Kerapuhan kapiler dianjurkan 7. Monitor turgor kulit 7. Mengetahui adanya dehidrasi sedang
6. Diare 5. Melaporkan tingkat energi atau berat karena penurunan turgor kulit
7. Bising usus hiperaktif yang adekuat merupakan tanda dehidrasi.
8. Kurang makan 8. Monitor kekeringan, rambut 8. Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi
9. Kurang informasi kusam,dan mudah patah yang kurang pada pasien, rambut yang
10. Kurang minat pada kusam dan mudah patah merupakan salah
makanan satu penyebab karena kurangnya asupan
11. Penurunan berat nutrsi dalam tubuh pasien
badan dengan asupan
makanan adekuat
12. Membran mukosa
pucat
13. Ketidakmampuan
memakan makanan
Faktor yang
berhubungan:
1. faktor biologis
2. faktor ekonomi
3. ketidakmampuan
untuk mengasorbsi
nutrien

22
4. ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
5. ketidakmampuan
menelan makanan
6. faktor psikologis
4. Ansietas (00146) NOC Penurunan kecemasan Penurunan kecemasan
Definisi: Perasaan tidak 1. Kontrol kecemasan diri 1. Identifikasi tingkat kecemasan 1. Mengetahui penyebab dari rasa ceman
nyaman atau kekawatiran 2. Tibgkat kecemasan dan menangani kecemasan pasien hingga
yang samar disertai 3. Pertahanan diri tingkat akhir (tidak ada kecemasan)
respon autonom(sumber 2. Bantu pasien mengenal situasi yang 2. Agar menggurangi kecemasan pasien
Setelah dilakukan tindakan
sering tidak spesifik atau menimbulkan kecemasan dengan memberikan penjelasan tentang
keperawatan selama ....x24 jam,
tidak diketahui oleh penyakit
hipetermia pasien teratasi dengan
individu) perasaan takut 3. Intruksikan pasien menggunakan 3. Relaksasi teknhik nafas dalam
yang disebabkan oleh Kriteria hasil: teknik relaksasi nafas dalam menggunakan diafragma memungkinkan
antisipasi terhadap 1. Klien mampu mengidentifikasi oksigen yang masuk lebih tinggi
bahaya. Hal ini dan mengungkapkan gejala membantu jantung untuk tidak bekerja
merupakan isyarat cemas cepat memompakan oksigen dengan
kewaspadaan yang 2. Mengidentifikasi denyut jantung yang normal akan
memperingatkan individu mengungkapkan dan mengurangi kecemasan
akan adanya bahaya yang menunjukan teknik untuk 4. Jelaskan semua prosedur dan apa 4. Untuk menginformasikan situasi selama
memabukan individu mengontrol cemas yang dirasakan selama prosedur tidakan keperawatan dan apa saja yang
untuk bertindak 3. Vital sign dalam batas normal harus dilakukan untuk mendapat
menghadapi ancaman 4. Postur tubuh, exspresi wajah, kepercayaan pasien
bahasa tubuh dan aktivitas 5. Gunakan pendekatan yang 5. Untuk membina hubungan saling percaya
Domain 9 : Koping / menunjukan berkurangnya menyenangkan serta dorong pasien antara perawat dan pasien dan
toleransi stress kecemasan untuk mengungkapkan perasaan, mengetahui penyebab dari perasaan takut
ketakutan, tersepsi

23
Kelas 2 : Respons pasien
koping 6. Kolaborasi dengan dokter ahli
dengan pemberian obat untuk 6. Untuk penganan cemas yang berat
Batasan karakteristik:
mengurangi kecemasan bila pemberian psikofarmakologi yaitu obat
Perilaku: Penurunan kecemasan memberat benzodiazepines atau obat antidpressant
produktivitas, Gerakan utnuk menghilangkan kecemasan
yang irelevan, Gelisah
Affektif: Gelisah,
distres, Perasaan tidak
adekuat, Peningkatan
kewaspadaan, Rasa nyeri
yang meningkatkan
ketidak berdayaan
Fisiologis : Wajah
tegang, Tremor tangan,
Peningkatan keringat,
Peningkatan ketegangan
Simpatik : Anoreksia,
Diare, mulut kering,
Jantung berdebar-debar,
Peningkatan denyut nadi,
Peningkatan frekwensi
pernafasan,pupil melebar
Parasimpatik :Nyeri
abdomen, Diare, mual,
vertigo, Letih, gangguan

24
tidur
Kognitif :Menyadari
gejala fisiologis,,
Penurunan lapang
persepsi
Faktor yang
berhubungan:
1. Perubahan
dalam(lingkungan,
status kesehatan)
2. Infeksi/konstamina
interpersonal
3. Stress
5. Hipertermia (00007) NOC: NIC: NIC:
Definisi: peningkatan Thermoregulation Penanganan Demam Penanganan Demam
suhu tubuh diatas kisaran Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu sesering mungkin 1. Mengetahui adanya perubahan suhu
normal keperawatan selama .....x24 jam, sebelum dan setelah tindakan seperti
Domain 11: hipetermia pasien teratasi dengan peningkatan suhu akibat dehidrasi
keamanan/perlindungan 2. Monitor warna dan suhu kulit 2. Mengetahui adanya panas dengan warna
Kriteria hasil:
kulit yang agak merah dan suhu diatas
Kelas 6: 1. Pasien menunjukkan normal
Resiko termogulasi 3. Monitor penurunan tingkat 3. Mengetahui adanya respon sadar apakah
ketidakseimbangan suhu 2. Menunjukkan metode yang kesadaran pasien masih dapat mendengar dan
tubuh) tepat untuk mengukur suhu konsentrasi atau kesadaran normal
3. Menjelaskan tindakan untuk maupun kesadaran rendah karena fokus
Batasan karakteristik:
mencegah atau meminimalkan pada panas

25
1. Konfusi peningkatan suhu tubuh 4. Monitor pola pernafasan abnormal 4. Mengetahui adanya masalah pada paru
2. Kulit kemerahan 4. Melaporkan tanda dan gejala 5. Indentifikasi penyebab dari 5. Untuk pencegahan terjadinya perubahan
3. Peningkatan suhu dini hipetermia perubahan vital sign TTV yang memburuk seperti suhu
tubuh diatas kisaran meningkat dan takikardia
normal 6. Berikan antiperektik jika perlu 6. Untuk menurunkan panas
4. Takikardia 7. Berikan pengobatan untuk 7. Menurunkan suhu tubuh pasien dan
5. Takipnea mengatasi penyebab demam mencegah adanya faktor lain sebagai
6. kulit terasa hangat penyebab demam
8. Selimuti pasien 8. Untuk pengeluaran keringat
Faktor yang
9. Kompres pasien pada lipat paha 9. Untuk membuka pori-pori dan
berhubungan
dan aksila melancarkan peredaran darah. Pada lipat
1. Dehidrasi paha dan aksila metupakan tempat
2. Penyakit berkumpulnya pembuluh darah.
3. Peningkatan laju 10. Tingkatkan intake cairan dan 10. Pemenuhan nutrisi sebagai energi
metabolisme nutrisi
11. Ajarkan pada pasien cara 11. Untuk mencegah adanya keletihan saat
mencegah keletihan akibat panas panas
12. Ajarkan indikasi dari hipertermi 12. Informasikan masalah yang timbul dan
dan penanganan yang diperlukan mencegahnya serta penganan untuk
pencegahan lebih lanjut
6 Nyeri akut (00132) NOC: NIC: NIC:
Definisi: Pengalaman 1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
sensori dan emosional 2. Kontrol nyeri 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Agar dapat melakukan penanganan dan
yang tidak 3. Tingkat kenyamanan konperensif termasuk lokasi, pencegahan lebih lanjut bila nyeri
menyenangkan yang Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi. frekuensi, dirasakan berat atau ringan serta lokasi
muncul akibat kerusakan keperawatan selama ......x24 jam, kualitas, dan faktor presivitasi bagian tubuh yang harus ditangani
jaringan yang aktual atau nyeri pasien teratasi dengan 2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Untuk mengetahui respon pasien
potensial atau

26
digambarkan dalam hal Kriteria hasil: ketidaknyamanan terhadap nyeri
kerusakan sedemikian 3. Kaji tipe dan sumber nyeri 3. Untuk menentukan intervensi yang akan
1. Memperlihatkan teknik
rupa (international dilakukan dengan mengetahui tipe dari
relaksasi secara individual
Association for the study nyeri dan sumber nyeri
yang efektif untuk mencapai
of pain); awitan yang 4. Kontrol lingkungan yang dapat 4. Suhu dingin menyebabkan nyeri
kenyamanan
tiba-tiba atau lambat dari mempengaruhi nyeri seperti suhu semakin parah, kebisingan akan
2. Mempertahankan tingkat nyeri
intesitas ringan hingga ruangan, pencerhayaan dan menganggu kenyamanan pasien
pada tau kurang
berat dengan akhir yang kebisingan
3. Melaporkan kesejahteraan
dapat diantisipasi atau 5. Gunakan teknik komunikasi 5. Mengetahui respon tentang nyeri yang
fisik dan psikologis
diprediksi dan terapeutik untuk mengetahui pernah dirasakan dengan pendekatan
4. Mengenali faktor penyebab
berlangsung >6 bulan pengalaman nyeri pasien komunikasi
dan menggunakan tindakan
6. Berikan analgetik 6. Untuk rasa megurangi nyeri
Domain 12: untuk memodifikasi faktor
7. Kolaborasikan dengan dokter jika 7. Untuk penaganan lebih lanjut bila nyeri
tersebut
kenyamanan ada keluhan dan tindakan nyeri tidak belum bisa di atasi
5. Menggunakan tindakan
kelas 1: berhasil
meredakan nyeri dengan
8. Tentukan lokasi karakteritik, 8. Untuk mengetahui adanyanya alokasi
kenyamanan fisik analgesik dan nonanalgesik
kualitas, dan derajat nyeri sebelum nyeri dan parah atau tidaknya nyeri
secara tepat
Batasan karakteristik pemberian obat
6. Melaporkan pola tidur yang
9. Monitor vital sign sebelum dan 9. Mengetahui adanya peningkatan atau
1. Perubahan selera baik
sesudah pemberian analgesik penurunan TTV serta dungsi jantung dan
makan pertama kali paru
2. Perubahan tekanan 10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda 10. Untuk mengetahui adanya kerja obat
darah dan gejala atau alergi terhadap obat
3. Perubahan frekuensi
jantung
4. Perubahan frekuensi
pernafasan
5. Sikap melindungi

27
area nyeri
6. Indikasi nyeri yang
dapat diamati
faktor yang
berhubungan:
Agens cedera ( mis:
biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)

7 Resiko NOC Pencegahan Syok Pencegahan Syok


syok(Hipovelemik) 1. Monitor status sirkulasi, warna 1. Mengethui adanya penurunan sirkulais
1. Pencegahan Syok
(00205) kulit,suhu kulit,denyut jantung, nadi, darah, dan gangguan pada jantung untuk
2. Manajemen syok
Definisi: Beresiko dan kapiler refill. intevensi selanjutnya
terhadap ketidakcukupan Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor suhu dan pernafasan 2. Untuk mengetahui adanya masalah pada
aliran darah kejaringan keperawatan selama ......x24 jam, paru dan adanya peningkatan suhu badan
tubuh, yang dapat nyeri pasien teratasi dengan 3. Monitor tanda awal syok 3. Adanya pendarahan berleihan dan
mengakibatkan disfungsi Kriteria hasil: melakukan pencegahan
seluler yang menganjam 4. Ajarkan kelurga dan pasien tanda- 4. Mengetahui tekanan darah yang rendah,
jiwa 1. Nadi dalam batas yang tanda dan gejala datangnya syok gangguan sirkulasi dan fungsi jantung
Domain 11: diharapkan 5. Ajarkan keluarga dan pasien tentang 5. Mengatur posisi tubuh sesuai gejala
Keamanan/ Perlindungan 2. Frekuensi nafas dalam batas langkah untuk mengatasi gejala syok pasien seperti baringkan pasien dengan
Kelas 2: yang diharapkan kaki lebih tinggi sehingga aliran darah
Cedera Fisik 3. Irama pernapasan dalam batas balik ke jantung
Faktor resiko: yang diharapkan Manajemen Syok Manajemen Syok
1. Hipovolemi 4. Natrium serum dbn 6. Monitor fungsi neurogis 6. Adanya respon kesadaran bila terjadi
2. Infeksi 5. Kalium serum dbn syok hipovolemik
7. Monitor tekanan nadi

28
3. Sindrom respons 6. Klorida dbn 7. Adanya gangguan pada jantung atau
inflamasi sistemik 7. Hidrasi 8. Memanfaatkan pemantauan jalur peningkatan kerja jantung
8. Indicator arteri 8. Meningkatkan arkulasi tekanan darah
9. Mata cekung tidak ditemukan
10.Demam tidak ditemukan
8 Kerusakan Integritas NOC Manajemen Penekanan Pressure Management
Kulit (00046) 1. Untuk mengetahui iritasi atau perubahan
1. Integritas jaringan 1. Monitor kulit adanya kemerahan
Definisi : Kerusakan padawarna kulit akibat frekuensi fases
2. Membran
pada epidermis dan/atau berlebihan
3. Hemodyalis akses
dermis. 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap 2. Mencegah kerusakan kulit / iritasi bila
Kulit Setelah dilakukan tindakan adanya kelembaban akan menyebabkan
bersih dan kering
(Domain 11 Keamanan keperawatan selama ......x24 jam, 3. Memandikan pasien dengan sabun muncul bakteri
Perlindungan, Kelas 2 nyeri pasien teratasi dengan 3. Mencegah atau mengurangi timbulnya
dan air hangat
Cedera Fisik) Kriteria hasil: bakteri atau jamur pada daerah iritasi
Batasan karakteristik : Perawatan daerah insisi Perawatan daerah insisi
1. Integritas kulit yang baik bisa 4. Monitor Standar dan gejala infeksi 4. Mencegah adanya bekas iritasi atau
1. Kerusakan integritas dipertahankan pada area insisi daerah yang terinfeksi
kulit (sensasi,elasititas,temperatur,h 5. Monitor proses kesembuhan area 5. Mengetahui penyembuhan insisi agar
2. Gangguan permukaan idrasi,pigmentasi) insisi tidak terjadi/ adanya infeksi karena
kulit 2. Perfusi jaringan baik bakteri
3. Invasi struktur tubuh 3. Menunjukan pemahaman 6. Membersihkan area iritasi atau insisi 6. Menjaga kebersihan agar tidak
dalam proses perbaikan kulit menimbulkan bakteri yang mempercepat
Faktor yang dan mencegah dan terjadinya proses luka/iritasi
berhubungan : sedera berulang
4. Mampu melindung kulit dan
Eksternal : Hipertermia mempertahankan kelembapan
Internal: Gangguan kulit dan perawatan alami
metabolisme, Gangguan

29
turgor kulit, Gangguan
volume cairan, Nutrisi
tidak adekuat, Perubahan
hormonal

30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastroenteritis atau diare adalah peradangan pada lambung dan usus
yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang oathogen dimana gejala
yang umum terjadi adalah diare (bentuk tinja yang encer) dalam frekuensi
yang lebih banyak dari biasanya. Gastroenteritis dapat menyerang semua usia.
Masalah keperawatan yang sering terjadi pada penderita gastroenteritis adalah
kekurangan volume cairan, nyeri akut, keseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.

4.2 Saran
Dalam upaya meningkatkan kualitas perawatan pada klien
gastroenteritis perlu di tingkatkan tentang keperawatan pada klien tersebut
sehingga asuhan keperawatan dapat lebih efektif secara komprehensif
meliputi bio-psiko-sosial-spitritual pada klien melalui pendekatan proses
keperawatan mencakup di dalamnya pelayanan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitative yang di landasi oleh ilmu dan kiat keperawatan professional
yang sesuai dengan nilai moral etika profesi keperawatan sehingga di masa
yang akan datang dapat mengantisipasi dan menjawab tantangan-tantangan
serta perubahan sosial yang menitikbertakan pada pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungannya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Amin H. Nurarif, Hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid
2, Jogjakarta: Januari
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Dive Pers:
Jogjakarta
Gunawan, S. G., 2007. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Melbourne’s Department of Health, 2010.Gastritis.
Melbourne: Victorian Government.
M. Clevo Rendy, Margareth TH Nuha Medika, 2012. Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Mei
Sukarmin, 2012.Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Leksana. 2015. Stategi Terapi Cairan (Jurnal). www.kalbemed.com

32
33

Anda mungkin juga menyukai