PO.71.20.3.19.040
PO.71.20.3.19.040
A. Latar Belakang
Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami dan
disebabkan oleh stress, mata lelah dan akibat makanan dan minuman tertentu. Selain
itu juga vertigo bisa bersifat fungsional dan tidak ada hubungannya dengan perubahan
organ dalam otak. Otak sendiri biasanya tidak peka terhadap nyer yang pada
umumnya vertigo tidak di sebabkan oleh kerusakan yang terjadi dalam otak. Namun
satu ketegangan ataupun tekanan pada selaput otak atau pembuluh darah besar
didalam kepala dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat pada kepala (Junaidi, 2013).
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau sensasi gerak tubuh dengan gejala
lain yang timbul terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan gangguan alat
umum, tidak spesifik, rasa goyah, kepala ringan, dan perasaan sulit dideskripsikan
Menurut (Priyono & Nusadewiarti (2020), kasus vertigo sebagian besar benign
Amerika sebesar 85% yang disebabkan Oleh gangguan sistem vestibular akibat
adanya perubahan posisi atau gerakan kepala. Prevalensi vertigo di Jerman, berusia 18
tahun hingga 79 tahun adalah 30%, 24% diasumsikan karena kelainan vestibuler.
al., 2013; Bissdorf, 2013). Prevalensi di Amerika, disfungsi vestibular sekitar 35%
populasi dengan umur 40 tahun ke atas (Grill et al., 2013). Pasien yang mengalami
vertigo vestibular, 75% mendapatkan Gangguan vertigo Perifer dan 25% mengalami
Di Indonesia angka kejadian vertigo dari usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50%
yang merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikeluhkan oleh penderita yang
datang ke praktek umum, setelah nyeri kepala dan stroke (Putri, Rahayu, & Sidharta,
2016). Di salah satu Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2019 menunjukan bahwa
vertigo mengenai semua golongan umur, 20% pada pasien usia lebih dari 25 tahun,
30% pada pasien usia lebih dari 40 tahun, dan 50% pada populasi berusia lebih dari
mengalami vertigo. Salah satunya yaitu terapi farmakologi atau obat. Seperti halnya
upaya yang sudah dilakukan di praktik mandiri dokter yang akan diteliti yaitu
Namun obat yang di konsumsi memiliki berbagai macam efek samping. Adapun
Salah satunya adalah terapi brandt daroff suatu latihan atau rehabilitasi yang
penyebab dari vertigo. Metode ini dapat dilakukan di rumah, berbeda dengan metode
latihan lain yang harus dikerjakan dengan pengawasan dokter atau tenaga medis.
memperbaiki fungsi alat keseimbangan tubuh dan memaksimalkan kerja dari sistem
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
menunjukkan bahwa pasien vertigo di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau dalam
waktu 3 tahun terakhir ini yaitu pada tahun 2019 berjumlah 13 orang pasien vertigo.
Tahun 2020 berjumlah 108 orang pasien vertigo dan tahun 2021 berjumlah 45 orang
pasien vertigo.
B. Rumusan Masalah
Daroff dapat mengatasi Resiko Jatuh pada Penderita Vertigo di Rumah Sakit Siti
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
mengatasi Resiko Jatuh pada Penderita Vertigo di Rumah Sakit Siti Aisyah Kota
Lubuklinggautahun 2022
2. Tujuan Khusus
Daroff dapat mengatasi Resiko Jatuh pada Penderita Vertigo di Rumah Sakit
D. Manfaat Penelitian
wawasan dalam menerapkan ilmu yang telah diterapakan selama kuliah dan
Vertigo.
kesehatan dan dapat memanfaatkan fasilitas jaringan internet sebagai salah satu sarana
A. Konsep Vertigo
1. Pengertian Vertigo
bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan vertigo
bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan
hart. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau gerakan dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit dengan demikian vertigo
bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi merupakan suatu kumpulan gejala atau
satu sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, untoble), otonomik (pucat,
peluh dingin, mual dan muntah dizziness lebih mencerminkan keluhan rasa gerakan
yang umum tidak spesifik, rasa goyah, kepala ringan dan perasaan yang sulit
dilukiskan sendiri oleh penderitanya. Pasien sering menyebutkan sensasi ini sebagai
nggliyer, sedangkan giddiness berarti dizziness atau vertigo yang berlangsung singkat
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau sensasi gerak tubuh dengan gejala
lain yang timbul terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan gangguan alat
Vertigo didefinisikan sebagai sensai gerak ilusi dari diri atau lingkungan tanpa
berputar yang dihasilkan oleh perubahan posisi kepala yang relative terhadap
gravitasi. BPPV didefinisikan sebagai gangguan telinga bagian dalam yang ditandai
dengan fase vertigo posisional yang berulang. Istilah dari benign dan paroxysmal
telah digunakan untuk mencirikan bentuk tertentu dari vertigo posisional. Bentuk
vertigo posisional bukan karena gangguan sistem saraf pusat yang serius dan bahwa
klinis dan kualitas hidup dari BPPV yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati
mungkin jauh dari jinak karena pasien dengan BPPV memiliki risiko lebih tinggi
2. Etiologi Vertigo
Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan antara telinga dengan otak dan di dalam otak sendiri. Vertigo juga
berhubungan dengan kelainan lainnya, selain kelainan pada telinga, saraf yang
menghubungkan telinga dalam dengan otak, serta di otak, misalnya kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba (Putri & Sidharta, 2016). Faktor yang
a. Usia : usia lanjut terjadi berbagai perubahan struktural berupa degenerasi dan atrofi
pada sistem vestibular, visual dan proprioseptif dengan akibat gangguan fungsional
pada ketiga sistem tersebut. Usia lanjut dengan gangguan keseimbangan memiliki
risiko jatuh 2-3 kali dibanding usia lanjut tanpa gangguan keseimbangan. Tiap tahun
berkisar antara 20-30% orang yang berusia lebih dari 65 tahun sering lebih banyak
berada di rumah saja karena masalah mudah jatuh. (Laksmidewi et al., 2016).
b. Stress berat : Tekanan stres yang terlampau besar hingga melampaui daya tahan
individu, maka akan timbul gejala-gejala seperti sakit kepala, gampang marah, dan
tidak bisa tidur. Salah satu respons yang muncul dari akibat stres adalah gangguan
e. Kelainan sirkulasi : transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri
basiler
f. Kelainan di telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
3. Manifestasi Klinis
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan weak dan
lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan tunm, lelah, lidah pucat
dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,
penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah
merah dengan selaput tipis. Menurut Dewanto (2015) Pasien Vertigo akan mengeluh
jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar
atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi
ke sisi lainnya, baaglcit dari teæpat üdur di pagi kari, mencapai sesuai yang tinggi
atau jika kepala digeiakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
dengan tidak melakukan gerakan yang dąpat menimbulkan vertigo. Vertigo ädak akan
teijadi jika kepala tegak lurtıs atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir
sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan
dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai
beberapa tahun.
pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis
vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya
berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum
tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
yang paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk
tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kcpala dijatubkan
mendadak sainbil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus
posisi dengan gejala Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti
berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan, Merasakan mual yang luar biasa,
Sering muntah behagar akibat dari rasa mual, Gerakan mata yang abnonnal, Tiba -
tiba muncul keringat dingin, Telinga sering terasa berdenging, Mengalami kesulitan
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa
yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Menurut Putri & Sidharta, (2016) ada
oleh tiga jenis reseptor, yaitu reseptor vestibuler, penglihatan, dan propioseptik.
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai
reseptor sensorik perifer yaitu antara mata, vestibulum dan proprioseptik, atau
dapat berupa nistagmus(usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan
(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari
sensasi kortikal).
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik. Menurut teori ini
otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada
suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah
tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru
tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga
d. Teori Otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan atau perubahan posisi gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu
e. Teori Sinap
adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stress yang akan
ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat
diawal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala
mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas
5. Klasifikasi Vertigo
dan non vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo perifer dan vertigo
1. Vertigo Vestibular Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga
yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
disebabkan oleh penyakit tertentu misalnya diabetes militus, hipertensi dan jantung.
Sementara itu, vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh
gangguan saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau
otolaringologis. Selain penyebab dari segi fisik penyebab lain munculnya vertigo
adalah pola hidup yang tidak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan
suatu masalah hingga stres. Vetigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional
disebut psikogenik. Perbedaan vertigo vestibur dan non vestibular sebagai berikut
Mual/muntah + -
Vertigo perifer terjadi jika terdapat gangguan di saluran yag disebut kanalis
c. Jantung berdebar
d. Hilang keseimbangan
i. Berkeringat
ada perubahan posisi kepala), minire disease (gangguan keseimbangan yang sering
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
a. Penglihatan ganda
b. Sukar menelan
e. Kesadaran terganggu
lain, stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang bekalang dan otak), tumor, trauma di
(penyakit kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan damak pada otak kecil.
Penyebab dan gejala keluhan vertigo biasanya datang mendadak, diikuti gejala klinis
tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual dan munahfaktor penyebab vertigo
adalah CT sean atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan kelainan tulang atau tumor
yang menekan saraf. Jika di duga suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga
atau sinus atan dari tulang belakang. Jika di duga terdapat penurunan aliran darah ke
otak, maka dilakukan pemeriksaan aagiograın, nutuk melihat adanya sumbatan pada
7. Penatalaksaan Vertigo
vertigo disebabkan pada gangguan telinga, maka diobati di bagian telinganya. Jika
diuretika, dan pembatasan konsumsi garam yang telah diketahui dapat mengurangi
Penanganan yang diberikan pada vertigo selama ini dapat dilakukan dengan
golongan antihistamin dan benzodiazepine. Salah satu terapi non farmakologi yaitu
menghilangkan sensasi vertigo dengan efek samping obat yang minimal. Terapi
a. Farmakoterapi
c. Bedah
a. Metode brandt-daroff
c. Latihan berjalan :
Reposisi kanalit
1. Antikolinergik
2. Antihistamin
glutamate dan bekerja langsung sebagai depressor labirin. Bisa untuk vertigo
amfetamin. Efedrin.
Contoh: diazepam
Motion sickneas
Sensasi seperti bergerak,
berputar
Gerakan berulang
dirasakan oleh otak
melalui N.Optikus,
Ketidakcocokan N. Vesitibularis, N.
Pusing, sakit Gg. Di sistem
informasi yang Spinovensitibularis
kepala saraf
Tumor non – disampaikan
kanker pada keotak oleh saraf
saraf atasan Spasme aferen
Peristalik Otak tidak bisa
meningkat saraf/peningkatan menkoordinasikan
intrakranial
Proaca pengobatan ke 3 input dengan
informasi baik
Mengenai N.VIII Nyeri, sakit terganggu
Mual, muntah
saraf/utama dari kepala
telinga bagian Konflik dalam
Tranmisi persepsi
dalam ke otak koordinasi ke 3
Intek tidak Disorientasi/ ke reseptor
propriocepites input
adekuat kurang
terganggu
konsentrasi
Peningkatan
tekanan intra Risiko tidak Kelebihan beban
kranial Kesadaran Kegagalan
keseimbangan elektrolit kerja
menurun koodinasi otot
Gangguan komunikasi
verbal
1. Pengertian
DPP PPNI).
2. Etiologi
Etiologi Jatuh Menurut (R. J. Mitchell et al., 2014), Kejadian jatuh disebabkan
(a) Lingkungan, seperti kamar mandi tanpa ada pegangan tangan, karpet yang
Penyebab dari kejadian jatuh pada seseorang juga dikarenakan penurunan daya
keseimbangan dan kekuatan otot ekstremitas yang ditandai dengan kelemahan fisik
dan gaya berjalan yang lemah, adanya gangguan pada area ekstremitas bawah (kaki)
dan penggunaan alas kaki yang tidak nyaman, adanya penurunan daya penglihatan
maupun pendengaran, adanya penurunan kognitif dan presepsi, adanya kondisi medis
yang serius, adanya perasaan takut akan jatuh, adanya riwayat jatuh sebelumnya,
adanya disorientasi ruangan maupun lingkungan (Willians, Perry, & Watkins, 2010).
3. Faktor Risiko
1) Usia > 65 tahun (pada dewasa) atau <2 tahun (pada anak)
2) Riwayat jatuh
9) Hipotensi ortostatik
11) Anemia
neuritisoptikus)
16) Neuropati
1) Osteoporosis
2) Kejang
3) Penyakit Sebrovaskuler
4) Katarak
5) Glaukoma
6) Demensia
7) Hipotensi
8) Amputasi
9) Intoksikasi
10) Preeklampsi
1. Pengkajian
pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali atau mendapatkan data utama
tentang kesehatan pasien baik itu fisik, psikologis, maupun emosional. (Debora, 2013)
Menurut Ardiyansyah, (2012) yang harus dikaji pada klien yang mengalami
a. Pengkajian (Anamnesis)
meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, alamat, umur pasien, jenis
menanyakan kepada pasien tentang tanda dan gejala yang dialami oleh
timbul.
lainnya.
kesehatan.
2) Pola nutrisi Mengidentifikasi masukan nutrisi dalam tubuh, balance
paru.
konsep diri yang meliputi: gambaran diri, harga diri, peran, identitas
10) Pola koping dan Toleransi Stres Menggambarkan tentang pola cara
11) Pola keyakinan dan nilai Menggambarkan tentang pola nilai dan
dianut.
berdaya.
2. Diagnosis Keperawatan
kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis
keperawatan adalah bagian vital dalam menentukan proses asuhan keperawatan yang
keperawatan yang bisa diterapkan secara nasional di Indonesia dengan mengacu pada
3. Intervensi Keperawatan
atau suatu perawatan yang di lakukan berdasarkan penilaian secara klinis dan
pengetahuan perawat yang bertujuan untuk meningkatkan outcome pasien atau klien.
langsung. Kedua perawatan ini ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat
dan orang-orang yang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberian
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Observasi :
1. Identifikasi faktor risiko jatuh (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat
sebaliknya
Teraupetik :
1. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci
berpindah
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Kemudahan dalam √
melakukan aktivitas
sehari-hari
Kekuatan tubuh √
bagian bawah
Observasi :
Teraupetik :
Edukasi :
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Asupan cairan √
Asupan makanan √
Observasi :
Teraupetik :
Edukasi :
Kolaborasi :
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien
yang dapat ditimbulkan oleh adanya masalah keperawatan serta kesehatan terhadap
5. Evaluasi keperawatan
terakhir yang berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan dengan
Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak Ajarkan penggunaan teknik
keperawatan sudah berjalan dengan baik dan tindakan berhasil dengan baik (Debora,
2013). Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada pasien vertigo dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman adalah dapat mengontrol terhadap adanya gejala, menyatakan
Resiko jatuh
Terapi Non
farmakologis
Mencegah
resiko jatuh
Terapi Brandt
Daroff
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan
menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran tentang studi keadaan secara objektif dan menganalisis lebih
mendalam tentang asuhan keperawatan pasien vertigo dengan resiko jatuh di di RSUD
B. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pasien dengan diagnosa medis
vertigo dengan intervensi terapi brandt daroff di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2015). Kriteria Inklusi :
d. Klien yang bersedia mengikuti dan menjalani terapi fisik selama penelitian
berlangsung
C. Fokus Studi
D. Definisi Operasional
1. Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau sensasi gerak tubuh dengan gejala lain
yang timbul terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan gangguan alat
keseimbangan tubuh.
2. Resiko jatuh adalah Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat
terjatuh.
3. Terapi brandt daroff adalah langkah mengatasi vertigo yang bisa dilakukan secara
Penelitian ini dilakukan di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau pada bulan
Sumber data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data primer dan data
sekunder, data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian terhadap responden.
Sedangkan data sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini diperoleh dari status
data subjektif dan objektif sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian
telah dilakukan pada hasil awal dan akhir dengan teori dan penelitian terdahulu.
(Nursalam, 2015).
H. Etika Penelitian
institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat
penelitian dalam hal ini RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau setelah mendapat
persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekan masalah etika penelitian yang
meliputi :
diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai judul penelitian, apabila
keputusan responden.
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data
4. Beneficience
5. Full disclosure
sukarela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan keputusan tersebut tidak
Junaidi, iskandar. Sakit kepala, migrain, dan vertigo Edisi revisi. Jakarta. Bhuana ilmu
populer. FK UNDIP. 2013
Widjajalaksmi K, dkk. 2015. Pengaruh latihan Brandt Daroff dan modifikasi manuver Epley
pada vertigo posisi paroksismal jinak Vol. 45 No. 1 Universitas Indonesia/Rumah
Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan kriteria hasil
keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI, (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI Tim Pokja, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Putri & Sidharta, (2016). Hubungan Antara Cedera Kepala Dan Terjadinya Vertigo.
(December).
Sri Sutarni, Rusdy Ghazali Malueka, Abdul Ghofir. 2015. Bunga Rampai Vertigo.
https://books.google.co.id/books?
id=2oFYDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=vertigo+bahasa+indonesia+sutarni&
hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjgma737fbaAhUDSI8KHXSxBcoQ6AEIKDAA#v=one
page&q&f=false. Diunduh 27 desember 2021
Grill E, Furman JM. Alghwiri AA., et al. Using score sets of the international classicfication
of functioning. Disability and healt (ICF) to measure disability in vistibular disorders:
studi protocol. J Vestib Res. 23 (6). 297-303 (2013).
Bisdorff, AR., Bosser, G., Gueguen, R., and Perrin,P. “The Epidemiologyof
Vertigo,Dizzines, and Unsteadiness and Its Links to Co-Morbidities”, Front. Neurol.
4.29 (2013)
Fransisca. (2013). Pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo di klinik sinergy mind health
surakarta
Herlina, A. Et al., (2017). Efektifitas Latihan Brandt Daroff Terhadap Kejadian Vertigo Pada
Subjek Penderita Vertigo. Jurnal Medika Saintika, 8(2).
Gunaidi, S. Et al., (2021). Pengaruh Posisi Brandt Daroff Terhadap Mual Muntah Pada
Pasien Vertigo Di Igd Klinik Griya Medika Utama Karanganyar. Vertigo, Brandt
Daroff, Mual-Muntah 48 (2011 – 2021)
A. Pengertian :
Latihan Brandt Daroff merupakan latihan fisik yang ditambahkan pada pasien dengan
vertigo setelah menjalani terapi standar di praktek dokter. Latihan Brandt Daroff ini
dapat dilakukan sendiri oleh pasien, sehingga pasien bisa mengulanginya setiap hari
di rumah.
B. Tahap Prainteraksi
1. Membaca status pasien
2. Menyiapkan diri dan alat yang dibutuhkan
C. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur
5. Kontrak waktu
D. Tahap Kerja
1. Pertama atur posisi pasien dengan posisi duduk di sisi tempat tidur
2. Kemudian berbaring kesamping dengan cepat 1-2 detik.
3. Lalu tetap pada posisi ini selama 30 detik
4. Kemudian kembali ke posisi duduk dan tunggu selama 30 detik
5. Sekarang baringkan tubuh seperti tadi kesamping dengan arah berlawanan dari
sebelumnya
6. Lalu tetap pada posisi ini tunggu sampai 30 detik
7. Kemudian kembali ke posisi duduk dan tunggu selama 30 detik
8. Lakukan gerakan ini sebanyak 3 kali pengulangan dalam sehari.
E. Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak waktu
4. Dokumentasi tindakan