Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK


PEMBERIAN INJEKSI INTRA MUSKULER PADA AKSEPTOR KB
SUNTIK DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

Oleh :

CANDRA IRAWATI
NPM : 230108080

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
PEMBERIAN INJEKSI INTRA MUSKULER PADA AKSEPTOR KB
SUNTIK DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

Laporan Kasus Stase Asuhan Kebidanan Akseptor KB


Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Tanggal Tanggal

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing Praktik Pembimbing Akademik

Dewi ngulandari , S.ST Nur Alfi Fauziah, S.ST,Bdn M.Tr.Keb


NIP. NIDN.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan Laporan Kasus Keterampilan Dasar Praktek
Klinik yang berjudul “Pemberian Injeksi Intra Muskuler Pada Akseptor Kb
Suntik Depo Medroxy Progesteron Asetat”, dapat saya selesaikan. Penyelesaian
Laporan Kasus Keterampilan Dasar Praktek Klinik ini juga berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis
menghaturkan rasa terimakasih kepada yang terhormat :
1. Sukarni, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Yayasan Aisyah Lampung.
2. Wisnu Probo Wijayanto, S.Kep, Ners, MAN, selaku Rektor Universitas Aisyah
Pringsewu Lampung.
3. Ikhwan Amirudin, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.
4. Yuni sulistiawati, S.ST., M.Tr.Keb, Selaku Kepala Program Studi Kebidanan
Program Profesi Kebidanan Aisyah Pringsewu Lampung.
5. Dewi ngulandari, S.ST, selaku pembimbing praktik

6. Nur Alfi Fauziah, S.ST.Bdn. M.Tr.Keb, selaku pembimbing akademik


7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Amin.

Pringsewu, September 2023


Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR ......................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

BAB II PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................... 3
C. Manfaat ....................................................................................... 3
D. Waktu dan Tempat ...................................................................... 3

BAB II TINJAUAN LITERATUR.............................................................. 4


A. Konsep Kotrasepsi ....................................................................... 4
B. Standar Pelayanan Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB ........... 17
C. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB ......................................... 18
D. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB ...................... 20

BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................... 23


A. Data Subjektif .............................................................................. 23
B. Data Objektif ............................................................................... 23
C. Analisis Data ............................................................................... 24
D. Plan Of Action/Penatalaksanaan .................................................. 24
E. Data Perkembangan ..................................................................... 25

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 26

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA
DOKUMETASI KDPK
LEMBAR KONSULTASI

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah utama kependudukan di Indonesia yaitu pertumbuhan
penduduk yang tinggi. Berdasarkan data Hasil Sensus Penduduk (SP2020)
pada September 2020 mencatat jumlah penduduk sebesar 270,20 juta jiwa.
Jumlah penduduk hasil SP2020 bertambah 32,56 juta jiwa dibandingkan hasil
SP2010. Dengan luas daratan Indonesia sebesar 1,9 juta km2, maka
kepadatan penduduk Indonesia sebanyak 141 jiwa per km2. Laju
Pertumbuhan Penduduk per Tahun selama 2010-2020 rata-rata sebesar 1,25
persen, melambat dibandingkan periode 2000-2010 yang sebesar 1,49 persen
(BPS, 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan
kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan
Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna
kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun
1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Diperkiraan 225 juta perempuan di
negara-negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi
tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai
berikut: terbatas pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping.
Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi.
Ketidakadilan didorong oleh pertumbuhan populasi (WHO, 2014).
Program KB bertujuan untuk menurunkan angka kelahiran,
menurunkan angka kematian ibu 2 (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
sehingga terwujud keluarga yang sehat dan berkualitas. Angka TFR Indonesia
tahun 2013 yaitu 2,6 per wanita subur, angka ini masih berada di atas rata-rata
TFR negara ASEAN, yaitu 2,4 per wanita. Tingginya angka TFR di Indonesia
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah program KB yang
belum berjalan secara optimal (Kemenkes RI, 2018).

1
2

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mencatat pada tahun 2018


penggunaan KB saat ini (cara modern maupun cara tradisional) untuk angka
nasional meningkat dari 55,8% (2010) menjadi 59,7% (2013), dengan variasi
antar provinsi mulai dari yang terendah di Papua (19,8%) sampai yang
tertinggi di Lampung (70,5%). Penggunaan KB saat ini adalah 59,7%,
diantaranya 59,3% menggunakan cara modern, 0,4% menggunakan cara
tradisional, 51,8% penggunaan KB hormonal, dan 7,5% KB non hormonal.
Penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) didapati sebesar
10,2% dan non-MKJP 49,1% (Riskesdas, 2018).
Sebagian besar peserta KB mengunakan kontrasepsi jangka pendek
yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga
kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi suntikan
cukup besar yaitu 54,2%, dikarenakan akses untuk memperoleh pelayanan
suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan
sampai di tingkat desa atau kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal
peserta KB.
Tindakan injeksi merupakan salah satu tindakan medis yang paling
sering dikerjakan. Lebih dari 90% tindakan injeksi dikerjakan untuk tujuan
terapeutik, sementara 5-10% untuk tindakan preventif termasuk keluarga
berencana. Tindakan injeksi harus dikerjakan secara aman. Penggunaan alat
injeksi yang berulang dapat menjadi sumber transmisi virus Hepatitis B, virus
Hepatitis C dan HIV. Karena itu WHO merekomendasikan pengunaan alat
injeksi sekali pakai (disposable). Tehnik yang tepat dapat mengurangi rasa
sakit akibat proses injeksi. Empat hal yang harus diperhatikan dalam tindakan
injeksi yaitu: rute injeksi, lokasi injeksi, tehnik dan alat. Injeksi adalah suatu
metode untuk memasukkan liquid ke dalam tubuh dengan menggunakan spuit
dan jarum melalui kedalaman kulit tertentu agar bahan-bahan dapat didorong
masuk kedalam tubuh.
Tindakan injeksi pun dapat dilakukan dengan rute IM (Intramuskular), IV
(Intravena), IC (Intracutan), dan SC(Subcutan). Injeksi itramuskular (IM),
memungkinkan adsorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena
3

pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Intramuskular (IM), rute IM


memungkinkan adsorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena
pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan
berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati
ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah.

B. Tujuan
Untuk Memberikan Asuhan Injeksi Intra muskuler Kepada akseptor KB
injeksi Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy Progesteron Asetat

C. Manfaat
Dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan asuhan kebidanan
pada akseptor KB dan dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswa sehingga
dapat memberi manfaat khususnya menambah wawasan dan menambah
refrerensi tentang asuhan kebidanan khususnya pada akseptor KB.

D. Waktu dan Tempat


Praktek dilakukan pada bulan September tahun 2023 tempat asuhan dilakukan
di PMB Dewi Ngulandari S.ST.
4

BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Kotrasepsi
1. Kontrasepsi
a. Pengertian KB
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
isteri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Affandi, 2012).
Pelaksanaan program Keluarga Berencana memiliki dua tujuan yaitu:
1) Tujuan umum, yaitu mewujudkan keluarga berkualitas, keluarga
yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Tujuan khusus, yaitu menurunkan angka kelahiran, serta
pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukan pelayanan keluarga berencana.
Sasaran gerakan KB Nasional adalah:
a) Pasangan usia subur (PUS) dengan prioritas PUS muda
dengan paritas rendah.
b) Generasi muda dan purna PUS
c) Pelaksana dan pengelola KB
d) Sasaran wilayah adalah dengan laju pertumbuhan penduduk
tinggi dan wilayah khusus seperti sentra industri, pemukiman
padat, daerah kumuh, daerah pantai dan daerah terpencil.

4
5

2. Akseptor Keluarga Berencana


a. Pengertian
Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana (Family Planning
Participant) yaitu pasangan usia subur dimana salah seorang
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan
pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program
(BKKBN, 2013).
b. Jenis-jenis akseptor KB (Affandi, 2012)
1) Akseptor aktif, yaitu akseptor yang ada pada saat ini
menggunakan cara atau alat kontrasepsi untuk menjarangkan
kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
2) Akseptor Aktif Kembali yaitu: Pasangan Usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama 3 bulan atau lebih yang tidak
diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara / alat
kontrasepsi baik dengan cara yang sama atau berganti cara setelah
berhenti 3 bulan berturut-turut bukan karena hamil.
3) Akseptor KB baru, yaitu: Akseptor yang baru pertama kali
menggunakan alat / obat kontrasepsi atau PUS yang kembali
menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus
4) Akseptor KB dini, yaitu: Para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau
abortus.
5) Akseptor Langsung, yaitu para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus
6) Akseptor drop out, yaitu: Akseptor yang menghentikan
kontrasepsi lebih dari 3 bulan.
3. Kontrasepsi Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)
a. Pengertian
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal
jenis KB suntik ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena
6

kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relative


murah dan aman (Affandi, 2012). Kontrasepsi suntik adalah
kontrasepsi yang menyuntikkan suatu sintesa progestin yang
mempunyai efek seperti progesterone asli dari tubuh wanita
(Sulistyawati, 2011).
Salah satu tujuan utama dari kontrasepsi ini adalah untuk
mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja
panjang (lama) yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari akan
bersenggama, tatapi tetap reversible (Manuaba, 2014). Kontrasepsi
suntik depo provera yang mengandung depo medroxy Progestin
acetate (DMPA) 150 mg hanya berisi hormone progesterone dan tidak
mengandung esterogen.
Daya kerja kontrasepsi DMPA ini adalah 150 mg setiap 3 bulan
dan merupakan dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg DMPA,
ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu (Siregar, 2019).
b. Cara Kerja KB Suntik
1) Mencegah ovulasi
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
3) Menjadikan selaput lender Rahim tipis dan atropi
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
c. Keuntungan
1) Sangat efektif
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
4) Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
5) Tidak mempengaruhi terhadap produksi ASI
6) Efek samping sedikit
7) Akseptor tidak perlu menyimpan obat suntik
7

8) Dapat digunakan oleh perempuan dengan usia lebih dari 35 tahun


sampai premenopause
9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
10) Menurunkan kejadian tumor jinak payudara
11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
d. Keterbatasan
1) Sering ditemukan gangguan haid seperti berikut :
a) Siklus haid yang memendek atau memanjang
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit
c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
d) Tidak haid sama sekali
2) Akseptor sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk disuntik)
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya
4) Sering menimbulkan efek samping masalah berat badan
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B atau infeksi virus HIV
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
penggunaan
7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena kerusakan atau
kelainan pada organ genetalia, tetapi karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)
8) Terjadi perubahan pada lipid serum dengan penggunaan jangka
panjang
9) Gangguan jangka panjangnya yaitu dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas)
10) Pada gangguan jangka panjang juga dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi
(jarang), sakit kepala, gugup ataupun jerawat.
8

e. Indikasi
1) Usia reproduksi
2) Telah memiliki anak
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektifitas tinggi
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
5) Setelah melahirkan dan menyusui
6) Setelah abortus atau keguguran
7) Telah memiliki banyak anak, tetapi belum menghendaki
tubektomi
8) Perokok
9) Tekanan darah <180/110 mmHg dengan masalah gangguan
pembekuan darah
10) Tidak dapat menggunakan kontraepsi yang mengandung estrogen
11) Sering lupa meggunakan pil kontrasepsi
12) Anemia defisiensi besi
13) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
f. Kontra Indikasi
1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada 7 janin per 100.000
kelahiran)
2) Memiliki riwayat perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenore
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5) Menderita diabetes mellitus disertai komplikasi
g. Efek Samping Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Efek samping adalah dampak dari obat-obatan yang tidak
diinginkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efek samping
adalah akibat atau gejala yang timbul secara tidak langsung disamping
9

proses utamanya. Efek samping Depo Medroxi Progesteron Acetate


(DMPA) adalah dampak dari DMPA yang tidak diinginkan.
Kontrasepsi suntik depo provera mengandung Depo Medroxy
Progesteron Acetate (DMPA) 150 mg yang hanya berisi hormon
progesterone dan tidak mengandung hormon estrogen (Arum, 2015).
Kontrasepsi suntik depo provera memiliki beberapa efek samping
antara lain :
1) Gangguan Haid (amenorhea) yaitu tidak datang haid setiap bulan
selama menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada
pemakaian cyclofem
2) Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi
selama menggunakan kontrasepsi suntikan
3) Metrorarghia adalah perdarahan yang berlebihan jumlahnya
4) Pusing dan sakit kepala : Rasa berputar atau sakit kepala, yang
dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari
bagian kepala, ini biasanya bersifat sementara.
5) Jerawat : Gejala dan keluhan dalam timbulnya jerawat yaitu
timbulnya jerawat di wajah atau badan yang dapat disertai infeksi
atau tidak.
6) Keputihan : Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari
jalan lahir dan terasa mengganggu (jarang terjadi).
7) Peningkatan berat badan : Wanita yang menggunakan KB Suntik
lebih sering mengeluhkan peningkatan berat badan dibandingkan
penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan pada
pengguna KB Suntik dikacaukan oleh perubahan olahraga, diet,
dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan dapat
dihubungkan dengan aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar
rendah implan agaknya tidak mempunyai dampak klinis apapun.
Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang
menggunakan KB Suntik dapat menunjukkan tidak adanya
10

peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan


antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat badan).
8) Peningkatan Tekanan Darah
4. Langkah pemberian Suntik KB
a. Alat dan Bahan
1) Kapas alkohol
2) Obat suntik kontrasepsi suntikan progestin sesuai pilihan
3) Jarum Suntik disposibel 3 ml
4) Air bersih hangat
5) Sphygmomanometer
6) Stetoskop
7) Timbangan BB
8) Tempat sampah medis
b. Prosedur
Prosedur Pelayanan Suntik KB :
1) Klien mendaftarkan diri
2) Petugas mengidentifikasi klien dengan menanyakan nama,
tanggal lahir atau alamat klien.
3) Petugas melakukan anamnesa kepada klien.
4) Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (tekanan
darah, suhu, nadi dan respirasi), timbang berat badan dan ukur
tinggi badan.
5) Berikan informasi umum tentang keluarga berencana
6) Petugas menjelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping
suntik KB, sampai benar-benar dimengerti oleh klien
7) Petugas menjelaskan prosedur dan maksud dari tindakan
8) Petugas mencuci tangan

9) Jika ada endapan Kocok Vial DMPA agar tercampur.


10) Buka tutup vial yang menutupi karet.
11) Buka spuit, sedot cairan DMPA.
12) Anjurkan Klien untuk mengatur posisi senyaman mungkin.
11

13) Anjurkan ibu untuk menurunkan sedikit pakaian yang menutupi


bagian bokong.
14) Tentukan bagian dari SIAS dekstra atau sinistra dan os cogcygic.
15) Desinfeksi terlebih dahulu bagian yang akan disuntik dengan
mengusapkan kapas alcohol secara sirkuler.
16) Memberitahu Ibu akan segera disuntik. Injeksi secara IM (sudut )
dengan perlahan dan tarik kembali secara perlahan.
17) Usap bekas suntikan.
18) Jelaskan pada ibu waktu kunjungan ulang untuk suntikan DMPA.
5. Injeksi Intra Muskuler (IM)
a. Pengertian
Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian
obat/cairan dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot
(muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian
tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk
saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan
bagian atas. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan
dilepas secara berkala dalam bentuk depot obat. Jaringan
intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris yang mempunyai
banyak vaskularisasi aliran darah tergantung dari posisi otot ditempat
penyuntikan. Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu agar
obat diabsrorbsi tubuh dengan cepat.
b. Prinsip Pemberian Obat Secara IM
Para petugas medis dituntut harus mengetahui semua komponen
dari perintah pemberian obat, termasuk 6 prinsip pemberian obat yang
benar. Adapun 6 prinsip tersebut antara lain:
1) Benar Klien/Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat
dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan program
pengobatan pada pasien.
12

2) Benar Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya perawat harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
3) Benar Dosis
Dosis yang diberikan klien harus sesuai dengan kondisi klien.
Dosis yang diberikan harus pula dalam batas yang
direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
4) Benar Waktu
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam
sehari. Misalnya seperti 2x sehari, 3x sehari, 4x sehari, dan 6x
sehari.
5) Benar Cara/Rute
Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat
dan memadai. Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang
berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik
ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.
6) Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku
c. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Obat Secara IM
Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan
pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Kontra indikasi
dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.
13

d. Daerah Pemberian Obat Secara IM


1) Paha (vastus lateralis)
Posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini
terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha. Otot
vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada orang
deawasa dan anak-anak. Bila melakukan injeksi pada bayi
disarankan menggunakan area ini karena pada area ini tidak
terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area injeksi
disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan
dengan cara membagi area antara trokanter mayor sampai dengan
kondila femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah
untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian dapat
diatur miring atau duduk.

2) Ventrogluteal
Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang
dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi
fleksi. Area ini juga disebut area von hoehstetter. Area ini paling
banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak
terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini jauh dari
anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi.
14

3) Dorsogluteal
Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti
dan hati- hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan
pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa
dan anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh
digunakan pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini
otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara menentukan
lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi kuadran-
kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja tetapi
memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada
kuadran area luar atas.

4) Otot Deltoid di lengan atas


Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah
fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan. Area ini
15

dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini jarang
digunakan untuk injeksi intramuscular karena mempunyai resiko
besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai
tulang atau serabut saraf. Cara sederhana untuk menentukan
lokasi pada deltoid adalah meletakkan dua jari secara vertical
dibawah akromion dengan jari yang atas diatas akromion. Lokasi
injekssi adalah 3 jari dibawah akromion.

e. Prosedur Pemberian Obat Secara IM


1) Alat dan Bahan
a) Spuid steril dengan isi dari 2 hingga 10 cc (untuk maksud
tertentu hingga 20 cc).
b) Jarum suntik steril dengan panjang yang cukup untuk dapat
menusuk otot dengan baik ( ± 6,5 cm).
c) Bak injeksi.
d) Bengkok.
e) Kassa.
f) Obat yang akan digunakan.
g) Gergaji kecil untuk memotong ampul (bila perlu).
h) Handscone.
i) Kapas alkohol.
j) Cairan pelarut atau cairan steril.
k) Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
16

2) Prosedur
a) Persiapkan alat terlebih dahulu.
b) Letakkan alat didekat pasien agar lebih mudah.
c) Pastikan apakah obat yang akan diberikan kepada pasien dan
pasiennya tepat dengan cara melihat label obat dan buku
catatan.
d) Jelakan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
e) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
f) Pakai handscoen.
g) Ambil spuit, kemudian lepaskan penutupnya.
h) Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan
dosis, setelah itu letakkan kedalam bak injeksi. Sebelum itu
pastikan lagi apakah obat yang akan diberikan sudah benar.
i) Periksa tempat yang akan dilakukan tindakan penyuntikan.
j) Desinfeksi dengan kapas alkohol daerah yang akan dilakukan
tindakan penyuntikan.
k) Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
l) Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada
darah, masukkan obat secara perlahan hingga habis.
m) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan
daerah penyuntikan dengan kapas alkohol, tutup spuit kembali
dan kemudian letakkan spuit yang telah digunakan kedalam
bengkok.
n) Lihat kembali obat yang telah diberikan kepada pasien.
o) Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
p) Lepaskan handscoen dan bersihkan peralatan yang telah
digunakan.
q) Cuci tangan.
17

B. Standar Pelayanan Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB


Menurut Emi Nurjasmi (2016) standar praktik bidan terdapat 31 standar
yaitu sebagai berikut:
1. Standar Praktik Bidan secara Umum
a. Standar 1 : Persiapan Kehamilan, Persalinan dan Periode Nifas Sehat
b. Standar 2 : Pendokumentasian.
2. Standar Praktik Bidan pada Kesehatan Ibu dan Anak
a. Standar Praktik Bidan pada Pelayanan Ibu Hamil
1) Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
2) Standar 4 : Pemeriksaan Antenatal dan Deteksi Dini Komplikasi
3) Standar 5 : Penatalaksanaan Anemia pada Kehamilan
4) Standar 6 : Persiapan Persalinan
5) Standar 7 : Pencegahan HIV dari Ibu dan Ayah ke Anak.
b. Standar Praktik Bidan pada Pelayanan Ibu Bersalin
1) Standar 8 : Penatalsanaan Persalinan
2) Standar 9 : Asuhan Ibu Post Partum
3) Standar 10 : Asuhan Ibu dan Bayi Selama Masa Postnatal
c. Standar Praktik Bidan pada Kesehatan Anak
1) Standar 11 : Asuhan Segera pada Bayi Baru Lahir Normal
2) Standar 12 : Asuhan Neonatus
3) Standar 13 : Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
4) Standar 14 : Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi, Anak Balita
5) dan Anak Prasekolah
6) Standar 15 : Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
3. Standar Praktik Kesehatan Reproduksi Perempuan dan KB
a. Standar 16 : Kesehatan Reproduksi Perempuan
b. Standar 17 : Konseling dan Persetujuan Tindakan Medis
c. Standar 18 : Pelayanan Kontrasepsi Pil
d. Standar 19 : Pelayanan Kontrasepsi Suntik
e. Standar 20 : Pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
f. (AKBK)/ Implan
18

g. Standar 21 : Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/


h. Intra Uterine Device (IUD)
4. Standar Praktik Bidan pada Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal
a. Standar 22 : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan Muda

C. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB


Dokumentasi adalah kebidanan pad ibu / akseptor keluarga berencana
(KB) merupakan bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang diberikan pada
ibu yang akan melaksanakan pemakian KB atau calon akseptor KB, seperti
pil, suntik, implant, metode operassi pria (MOP) dan lain sebagainya.
Beberapa teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan kebidanan pada
akseptor KB antara lain :
1. Mengumpulkan Data
Data yang dikumpulkan pada akseptor antara lain identitas pasien,
keluhan utama tentang keinginan menjadi akseptor, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehtana dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
menstruasi (bagi akseptor wanita), riwayat perkawinan, riwayat KB,
riwayat obsestri, keadaaan psikologis, pola kebiasaan sehari-hari; riwayat
sosial, budaya, dan ekonomi , pemeriksaan fisik dan penunjang.
2. Melakukan intrepestasi data
Interprestasi data dasar yang akan dilakukan adalah berasal dari
beberapa data yang ditemukan pada saat pengkajian ibu/akseptor KB.
3. Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan
mengantisipai penanganannya.
Beberapa hasil dari interprestasi data dasar dapat digunakan dalam
mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial kemungkinanan
sehingga ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial ibu atau
akseptor KB seperti ibu ingin menjadi akseptor KB pil dengan antisipasi
masalah potensial, seperti potensial terjadinya peningkatan berat badan,
potensial fluor albus meningkat, obesitas, mual dan pusing.
19

4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah


potensial pada ibu atau akseptor KB.
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan
konsultasi dan kolaborasi dengan kesehatan lain berdasarkan kondisi
pasien seperti kebutuhan KIE ( komunikasi, informasi dan edukasi).
5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan menyeluruh pada ibu atau akseptor KB yang
dilakukan sebagaimana contoh berikut : apabila ibu adalah akseptor KB
pil, maka jelaskan tentang pengertian dan keuntungan KB pil, anjurkan
menggunakan pil secara teratur dan anjurkan untuk periksa secara dini
bila ada keluhan.
6. Melaksankan perencanaan
Pada tahap ini dilakukan rencana asuhan kebidanan menyeluruh
yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada ibu / akseptor KB.
7. Evaluasi
Evaluasi pada ibu / akseptor KB dapat menggunakan bentuk SOAP
sebagai berikut :
S : Data subjektif, berisi tentang data dari pasien melalui anamesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau
masalah KB
O : Data objektif, data yang diapat dari hasil observasi melalui
pemeriksaaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB
A : Analisis dan interprestasi, berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipassi diagnosis
atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan segera
P : Perencanaan, merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium,
serta konseling untuk tindak lanjut.
20

D. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan, dalam rangkaian/tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien Proses
manajemen terdiri dari 7 langkah berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalahyang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, temuan, serta ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Sulistyawati,
2015).
Manajemen kebidanan terdiri atas langkah-langkah berikut ini:
1. Pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat pasien masuk dan
dilanjutkan secara terus-menerus selama proses asuhan kebidanan
berlangsung data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber melalui tiga
teknik, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.
Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain sebagai berikut:
a. Data Subjektif: biodata, alasan datang dan keluhan utama, Riwayat
kebidanan, Riwayat kesehatan, Kebiasaan, Kebutuhan sehari-hari
(pola makan, eliminasi, personal hygiene, aktivitas sehari-hari, pola
istirahat, dan pola seksual), respon ibu, suami, dan keluarga terhadap
kehamilan, status perkawinan, adat istiadat setempat yang berkaitan
dengan masa hamil, dan pengetahuan ibu tentang kehamilan.
b. Data Objektif: keadaan umum, kesadaran, tanda vital, pemeriksaan
kepala sampai kaki, pemeriksaan obstetric, pemeriksaan penunjang /
data laboratorium.
21

2. Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah,
dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan.
3. Diagnosis Kebidanan/Nomenklatur
Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain: paritas,
usia kehamilan dalam minggu, keadaan janin, normal atau tidak normal.
a. Masalah
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
b. Kebutuhan Pasien
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya.
c. Merumuskan Diagnosis/masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga.
4. Mengantisipasi Penanganan Segera
Pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera
(emergensi) bidan harus segera melakukan tindakan untuk
menyelamatkan pasien, tetapi kadang juga berada pada situasi pasien
yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter,
atau bahkan mungkin juga pasien yang memerlukan konsultasi dengan
tim kesehatan lain.
5. Merencanakan Asuhan kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang di buat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date,
perawatan berdasarkan bukti, serta divalidasikan dengan asumsi
mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien.
22

6. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan


Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah disusun
dilaksanakan secara efisien dan aman.
7. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang diberikan
kepada pasien (Sulistyawati, 2015).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. DATA SUBJEKTIF

PEMBERIAN INJEKSI INTRA MUSKULER PADA AKSEPTOR KB


SUNTIK DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

DI PMB DEWI NGULANDARI, SST

1. KELUARGA BERENCANA
Tanggal : 9 September 2023
Pukul : 09.00 WIB
Oleh : Candra Irawati

2. IDENTITAS
Nama ibu : Ny. E Nama Suami : Tn. R
Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : jawa / Indonesia Suku/Bangsa : jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Alamat : P.Mas Jaya

3. SUBJEKTIF (S)
a. Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik3 bulan
b. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular dan menurun
seperti jantung, hipertensi, DM, Asma, Hepatitis, dan TBC

B. DATA OBJEKIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV
TD : 120/80 mmHg R : 20 x/menit

23
24

N : 78 x/menit T : 37°C
4. Tinggi Badan :155 cm
5. BB sekarang : 55 kg
6. BB sebelum KB : 53 kg
7. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Simetris, tidak nyeri tekan, konjungtiva merah muda, skelera putih
b. Dada
Simetris antara kanan dan kiri, paru-paru tidak ada wheezing dan
ronchi, jantung normal (lup-dup)
c. Payudara
Simetris antara kanan dan kiri, aerola mamae hyperpigmentasi, putting
susu menonjol, bersih, tidak ada benjolan, pengeluaran ASI kanan dan
kiri
d. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi
e. Genetalia
Tidak ada keputihan, tidak ada hemoroid
f. Ekstremitas
a) Ekstremitas atas : Tidak ada oedema
b) Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema, tidak ada varises,
reflek patella (+) kanan dan kiri

C. ANALISIS DATA
Ny. E Usia 26 Tahun Dengan Akseptor KB suntik 3 bulan

D. PLAN OF ACTION/PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu
TD : 120/80 mmHg R : 20 x/menit
N : 78 x/menit T : 37°C
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
25

2. Memberitahu kepada ibu keuntungan dan kerugian dari KB suntik dan KB


lainnya.
Ibu sudah diberitahu dan tetap memilih kontrasepsi 3 bulan
3. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan penyuntikan secara IM
Ibu sudah diberitahu
4. Memberitahu ibu untuk jadwal kunjungan ulang yaitu pada tanggal 3
desember 2023
Ibu sudah diberitah dan ibu sudah mengerti
26

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan pada KB terhadap Ny.


E tidak ditemukan masalah dan komplikasi dan tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktek yang telah dilakukan,Pemberian injeksi intramuskuler
pada Ny E telah dilakukan dan ibu tidak memiliki keluhan seperti sakit kepala,
gangguan menstruasi, saat penyuntikan tidak ada masalah, obat yang disuntik
telah dilakukan pengecekan, penyuntikan telah di lakukan di daerah bokong
secara intra muskuler

26
27

BAB V
PENUTUP

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan
konsepsi yang berartipertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal
jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang
efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman. Jenis-jenis
KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain: suntikan / bulan
(cyclofem), suntikan / 3 bulan (Depoprovera, Depogeston).
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan
angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 2014). Suntikan KB tidak
mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali Cyclofem. Suntikan KB
mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi perlindungan
terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian dalam rahim.
Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak
berpengaruh pada hubungan suami-istri.

27
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. (2012). Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta :


Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Arum, D. NS, dan Sujiyatini. (2015). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.

Hartanto, H. (2014). Keluarga berencana dan kontrasepsi.

Manuaba, I. B. G. (2014). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan (Edisi 2). Jakarta: EGC, 421-424
.
Saifuddin, A. (2010). Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, edisi 3. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, Ari. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika:


Jakarta.
DOKUMENTASI KDPK
DOKUMENTASI KDPK

Mengecek jadwal suntikan dan memberi penjelasan kepada ibu keuntungan dan

kerugian dari kontrasepsi, dan ibu tetap memilih kontrasepsi suntik 3 bulan
Menyuntikkan secara IM
LEMBAR KONSULTASI PELAYANAN KEBIDANAN STASE KDPK

Nama Mahasiswa : Candra irawati


NIM 230108080
Pembimbing Akademik : Nur Alfi Fauziah, S.ST.Bdn. M.Tr.Keb

Catatan pembimbing TTD


Pembimbing
No Hari/tanggal Keterang
an
1 09 -09-2023 Kons Acc judul
ul
judul
stase
KDP
K
2 10 -09-2023 Konsul 1. Pada halaman 3
LP stase bagian tujuan agar
KDPK difokuskan
tindakan
injeksinya
2. Pada hal 23 bagian
tinjauan kasus agar
tetap focus pada
Tindakan
KDPKnya
3. Pada hal 26 bagian
pembahasan agar
tetap pada focus
Tindakan KDPK
nya
4. Pada hal 25 bagian
plan agar
ditambahkan lagi
tanggal kunjungan
3

Anda mungkin juga menyukai