Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUGAS LAPANGAN

KIE KB-ALKON
DI MASYARAKAT

Instruktur : Asep Novianto, S.KM., M.PH

Disusun Oleh :
Sinta Mustika 14.17.4294
Siti Masluroh 14.17.4295
Siti Khotimatul M. 14.17.4276
Siti Rokhmah 14.17.4297
A/KM/III

KONSENTRASI KESEHATAN REPRODUKSI


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
SITIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN..........................................................................................
B. TUJUAN KIE. ...............................................................................................
C. LOKASI & SASARAN.................................................................................
D. MATERI KIE YANG DISAMPAIKAN.......................................................
E. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................
1. IDENTITAS SASARAN.........................................................................
a. Peserta KB..........................................................................................
b. Bukan peserta KB..............................................................................
2. KARAKTERISTIK SASARAN..............................................................
a. Riwayat Penyakit...............................................................................
b. Riwayat Kesehatan.............................................................................
c. Riwayat Reproduksi...........................................................................
3. KEIKUT SERTAAN DALAM PROGRAM KB....................................
a. Alasan ber-KB....................................................................................
b. Alasan tidak ber-KB...........................................................................
4. ASUHAN PELAYANAN KONTRASEPSI............................................
5. RENCANA TINDAK LANJUT..............................................................
6. PEMBAHASAN......................................................................................
F. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................
G. DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
H. LAMPIRAN..................................................................................................
1. Foto-foto dokumentasi.............................................................................
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Lapangan KIE KB-
ALKON Di Masyarakat.
Laporan ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata kami berharap Laporan Lapangan KIE KB-ALKON Di Masyarakat dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

   
                                                                                      Yogyakarta,  November 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak no. 4
di dunia, yaitu 249 juta jiwa. Di antara negara ASEAN, Indonesia menjadi
negara dengan jumlah penduduk terbanyak dengan luas wilayah terbesar, jauh
diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate
(TFR) 2,6. Angka ini berada diatas rata-rata TFR negara ASEAN yaitu 2,4
(World Population Data Sheet, 2013).

Indonesia sedang menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas


sumber daya manusia dengan kelahiran 5 juta per tahun. Untuk dapat
mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilakukan secara bersamaan
pembangunan ekonomi dan keluarga berencana (KB). Bila gerakan KB tidak
dilakukan bersama dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil
pembangunan tidak akan berarti (Manuaba et al., 2013).

Program keluarga berencana (KB) yang digalakkan oleh pemerintah


menjadi sangat penting sebagai pengendalian peledakan penduduk. Data
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada
tahun 2013 mendapatkan 8.500.247 PUS (Pasangan Usia Subur) yang
merupakan peserta KB baru, dengan rincian pengguna kontrasepsi suntik
4.128.115 peserta (48,56%), pil 2.261.480 peserta (26,60%), implan 784.215
peserta (9,23 %), kondom 517.638 peserta(6,09% ), alat kontrasepsi dalam
rahim 658.632 peserta (7,75%), MOW (metode operasi wanita) 128.793 peserta (1,52%),
MOP (metode operasi pria) 21.374 peserta (0,25%), dari data
diatas dapat kita lihat metode kontrasepsi suntik adalah metode yang
terbanyak yang digunakan (Kemenkes RI, 2015).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya


itu dapat bersifat sementara, dan permanen. Yang bersifat permanen pada
wanita disebut dengan tubektomi sedangkan pada pria disebut vasektomi
(Prawirohardjo, 2009). Jika pasangan seksual yang di perkiraan subur tidak
menggunakan kontrasepsi apa pun, sekitar 90% perempuan akan hamil dalam
1 tahun (Cunningham et al., 2013).

Menurut UU no 52 tahun 2009, keluarga berencana (KB) adalah upaya


mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (UUD RI, 2009). Keluarga
berencana (KB) memungkinkan pasangan usia subur untuk mengantisipasi
kelahiran, mencapai jumlah anak yang mereka inginkan, dan mengatur jarak
dan waktu kelahiran mereka. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan metode
kontrasepsi dan tindakan infertilitas (WHO, 2016).
Jika ibu yang melahirkan dengan usia yang terlalu muda atau tua, terlalu
banyak anak dan terlalu dekat jarak kelahirannya, keadaan ini akan menjadi
kehamilan yang berisiko terhadap terjadinya komplikasi dalam kehamilan,
persalinan dan nifas, yang dapat berkontribusi terhadap kematian ibu dan juga
kematian bayi (Mujiati, 2013).

B. Tujuan KIE
1. Meningkatkan pengetahuan, dan sikap KB
2. Mendorong proses perubahan masyarakat sehingga melaksanakan nya mantap sesuai
perikaku sehat dan bertanggung jawab

C. Lokasi dan Sasaran


1. Lokasi
a. Di Kampus STIKes Surya Global
b. Di Desa Banguntapan
2. Sasaran
Pasangan Usia Subur

D. Materi KIE yang disampaiakan


a. KIE untuk pemakai KB Suntik
1. Definisi KB Suntik
KB suntik adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah kehamilan selama jangka
waktu tertentu (antara 1 – 3 bulan). Cairan tersebut merupakan hormon sistesis
progesteron. Pada saat ini terdapat dua macam suntikan KB, yaitu golongan progestin
seperti Depo-provera, Depo-geston, Depo Progestin, dan Noristat, dan golongan
kedua yaitu campuran progestin dan estrogen propionat, misalnya Cyclo Provera.
Hormon ini akan membuat lendir rahim menjadi kental, sehingga sel sperma tidak
dapat masuk ke rahim. Zat ini juga mencegah keluarnya sel telur (ovulasi) dan
membuat uterus (dinding rahim) tidak siap menerima hasil pembuahan.

2. CARA KERJA
 Mencegah pematangan dan pelepasan sel telur dari indung telurr wanita
 Mengentakan lendir mulut rahim sehingga spermatozoa tidak dapat masuk dalam
rahim
Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan

3. KEUNTUNGAN
 Pemberian sederhana tiap 8 samapi 12 minggu
 Hubungan seksual dengan suntikan KB bebas
 Tingkat efektifitasnya tinggi
 Pengawasan medis ringan
 Dapat dipakai dan diberikan pasca persalinan, pasca keguguran, dan pasca
menstruasi
 Tidak menggangu pengeluaran ASI dan tumbang bayi
 Suntikan KB cycliferm diberikan setiap bulan dan peserta KB tetap menstruasi
4. KERUGIAN
 Pendarahan tidak menentu
 Terjadi amenorhe berkepanjangan
 Masih terjadi kemungkinan hamil

5. EFEK SAMPING
a. Gangguan Haid
Gejala : tidak mengalami haid, pendarahan bercak-bercak, perdarahan di luar siklus
haid, perdarahan yang lebih lama
Penyebabnya : karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium
mengalami perubahan histologi, keadaan amenorhea disebabkan atropi endrometrium
b. Depresi
Gejala : perasaan lesu, tidak semanga
Penyebab : diperkirakan adanya hormon progesteron terutama yang berisi lg- non
steroid menyebabkan kekurangan Vit B6 dalam tubuh, dan adanya retensi garam
c. Perubahan Libido
Gejala : terjadi pnurunan / peningkatan dorongan seksual
Penyebab : penurunan libido terjadi karena efek progesteron terutama yang bersifat
lg – non steroid menyebabkan vagina kering, namun demikian faktor psikis dapat
juga berpengaruh dalam hal ini. Sebetulnya libido ini meningkat / menurun sangat
subjektif sifatnya, oleh karena itu gejala ini harus di waspadai dengan cermat dan
seksama untuk memastikan bahwa klien telah mengalami penurunan / peningkatan
libido
d. Keputihan
Gejala : keluarnya cairan berwarna putih dari vagina atau adanya cairan putih dari
mulut vagina
Penyebab : oleh karena efek progesteron merubah pH vagina, sehingga jamur mudah
tumbuh di vagina dan menimbulkan keputihan
Catatan khusus : Keluarnya lendir fisiologi, keputihan fisiologi
e. Jerawat
Gejala : timbul jerawat pada wajah
Penyebab : terutama lg – na progestine menyebabkan kadar lemak meningkat
Catatan Khusus : jerawat bisa timbul juga karena : alergi terhadap kosmetik,
perawatan kulit yang kurang hygiene dan kulit berminyak
b. KIE untuk yang tidak ber-KB
Risiko kehamilan di atas usia 35 tahun

Kehamilan pada saat usia sudah di atas 35 tahun mungkin sulit tercapai. Ovum atau sel
telur yang dimiliki wanita di atas usia 35 tahun mungkin sudah tidak sesubur ketika ia
masih berusia muda. Selain itu, wanita mempunyai jumlah ovum yang terbatas, sehingga
jumlah ovum wanita semakin lama semakin menurun mengikuti usia. Jika Anda sudah
berusia di atas 35 tahun dan sedang hamil, itu merupakan suatu karunia yang harus dijaga
mengingat kehamilan di atas usia 35 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi
dibandingkan dengan usia di bawahnya.

Beberapa risiko yang dapat dialami wanita hamil yang usianya lebih dari 35 tahun adalah:

1. Penyakit diabetes gestasional

Wanita hamil di atas usia 35 tahun memiliki risiko terkena penyakit diabetes gestasional
yang lebih tinggi karena pengaruh hormon kehamilan. Oleh karena itu, Anda harus
mengontrol kadar gula dalam darah Anda melalui asupan makanan yang sehat. Jangan
lupa untuk tetap melakukan olahraga untuk mencegah penyakit tersebut memburuk.
Beberapa kondisi mungkin mengharuskan Anda untuk mengonsumsi obat. Diabetes
gestasional yang tidak diobati dapat menyebabkan bayi tumbuh lebih besar dan akan
mempersulit proses kelahiran.

2. Penyakit hipertensi gestasional

Wanita hamil di atas usia 35 tahun juga rentan menderita hipertensi gestasional (tekanan
darah tinggi selama kehamilan). Hipertensi gestasional dapat mengurangi suplai darah ke
plasenta. Periksakan selalu kehamilan Anda ke dokter secara rutin. Dokter akan selalu
memantau tekanan darah Anda serta pertumbuhan dan perkembangan janin.

3. Kelahiran prematur dan bayi BBLR

Kehamilan di usia 35 tahun atau lebih berisiko untuk melahirkan bayi prematur. Hal ini
dapat disebabkan oleh kondisi medis, bayi kembar, atau masalah lainnya. Wanita di atas
35 tahun mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk hamil kembar atau lebih, terutama
jika kehamilan terjadi dengan bantuan terapi kesuburan. Bayi lahir prematur (sebelum
usia kandungan 37 minggu) biasanya mengalami BBLR (Berat Badan Bayi Rendah). Hal
ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan bayi belum sempurna saat dilahirkan.
Bayi yang lahir terlalu kecil dapat meningkatkan risiko bayi memiliki masalah kesehatan
pada usia selanjutnya.

4. Bayi lahir caesar

Kehamilan pada usia lebih tua atau di atas 35 tahun meningkatkan risiko ibu menderita
komplikasi penyakit saat hamil sehingga bayi harus dilahirkan dengan operasi caesar.
Salah satu keadaan yang menyebabkan bayi harus dilahirkan lewat operasi caesar adalah
plasenta previa, yaitu keadaan plasenta yang menghalangi leher rahim (serviks).

5. Ketidaknormalan kromosom

Bayi yang lahir dari wanita yang hamil di usia 35 tahun atau lebih dapat meningkatkan
risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti Down
syndrome. Semakin tua usia ibu saat hamil, semakin besar kemungkinan bayi terkena
Down syndrome.

6. Keguguran atau kematian saat lahir

Kedua hal ini dapat disebabkan oleh kondisi medis ibu atau kelainan kromosom pada
bayi. Risiko ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia ibu di atas usia 35 tahun.
Untuk mencegah hal ini terjadi sebaiknya periksakan kehamilan Anda secara rutin,
terutama selama minggu-minggu terakhir kehamilan.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
IDENTITAS SASARAN
1.Peserta KB
Nama : Ibu Feli
Umur :31 tahun
Nama suami: Isnawan
Umur :31 tahun
Pekerjaan : PNS
Jumlah Anak: 2 (7,5 tahun dan 2,2 tahun)
Jenis KB yang digunakan: Suntik

c. Bukan peserta KB
Nama : Ibu Nora
Umur :37 tahun
Nama suami: Susanto
Umur :60 tahun
Pekerjaan : PNS
Jumlah Anak: -
Jenis KB yang digunakan: tidak ber-KB
KARAKTERISTIK SASARAN
d. Riwayat Penyakit
Dari kedua probandus tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit.
e. Riwayat Kesehatan
Dari kedua probandus memiliki kondisi yang sehat.
f. Riwayat Reproduksi
Peserta KB : jumlah hamil 2 kali dan melahirkan 2 kali
Bukan peserta KB : belum pernah hamil
KEIKUT SERTAAN DALAM PROGRAM KB
c. Alasan ber-KB
Untuk menjarangkan jumlah anak. Memilih KB suntik karena tidak ingin
memakai IUD ataupun MOW karena takut proses tindakkannya.
d. Alasan tidak ber-KB
Karena masih berharap bisa mempunyai anak sehingga tidak ber-KB.
ASUHAN PELAYANAN KONTRASEPSI
RENCANA TINDAK LANJUT

B. Pembahasan
Jika seseorang menggunakan kontrasepsi maka ia tidak akan khawatir mengalami
kehamilan serta mengurangi kadar stres yang biasa muncul setiap perempuan mau
menstruasi. Kondisi ini membuat hidup seseorang menjadi lebih tenang sehingga ia akan
makan lebih banyak dan membuat tubuhnya menjadi lebih gemuk.

Namun tubuh gemuk yang terjadi merupakan salah satu efek yang menandakan
bahwa seseorang cocok dengan metode kontrasepsi tersebut. Meski begitu sebenarnya
ada banyak manfaat lain yang bisa didapatkan jika seseorang memilih menggunakan
kontrasepsi KB suntik masalh yamg di alami ibu irt ketika memmaki konterasepsi KB
suntik adalah kenaikan berat badan yang signifikan apalagi ibu irt ini ibu rumah tangga
dan jualan makan masak jadi kalau lapar atau ingin makan sesutau di beli di makan ini
yang menggakibatkan ibu ini berat badan nya semakin naik .

Keluhan lain yang lain dari ibu IRT adalah jarang menggalami haid jadi berat
badannya seperti berat beda halya bila ibu ini haid badannya lebih ringan dan juga perut
tidak kelihatan buncit. .

Alasan ibu ini tidak ingin mengguanakan IUD atau pun KB karena peroses
pemasangannya yang menakutkan ,juga di karnakan suaminya melarang ibu ini memaki
IUD karena di kuatirkan menggangu peroses senggama dan jugga kalau menggunakan
metode MOW takutnya mereka nati menghendaki memiliki keturunan lagi. Dan alasan
yang alin kenapa enggak suaminya aja yang ber KB menggunakan metode MOP karena
ada kekuatiran apa bila mengguanakn metode MOP takut kejantannaya hilang.
Kalo ibu yang tidak ber-KB adalah di karenakan ibu N ini belum mempunyai
keturunan ibu ini menikah sudah cukup lama tapi belum mempunayai anak karena
banyak faktor lain kenapa ibu ini enggak kunjung mempunyai anak pertama karena ibu
ini sama suaminya jauh dan juga ummur suaminya denggan ibu nora umurnya terpaut
jauh ibu ini sanggat berharap suatu saat nati dapat di berikan anak sudah berbagai
metode di usahakan untuk punyya anak dari datang di dokter kandunagn,makai metode
teradisional.

Ibu ini banyak menggaliami tekan dari pihak keluarga dan juga tengga karena belum
mempunyai anak sampai sampi ibu ini menggalami depresi maka dari itu ibu N datang ke
konseling untuk mehilingkan tekan dari pihak keluargga dan tetangga sekitar ibu ini
terpau umur denggan suaminya sanggat jauh sekitar 23 tahun.

Untuk menghilangkan kejenuhan ibu ini mengadopsi anak. Anak angakat ibu N sudah
besar ketika di anggakat menjadi anak yaitu murid nya sendiri waktu ibu ini menjadi
dosen di mata kuliah nya, sekarang sudah menikah dan mempunyai anak jadi seakan akan
ibu N udah punya cucu.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Untuk keluarga yang pro KB Kelurga Berencana (KB) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan obyektif-
obyektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kehamilan yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Sedangkan untuk yang keluarga yang
kontra terhadap KB itu sebenarnya tidak masalah asalkan dapat mengontrol
kehamilannya, namun orang yang kontra terhadap KB dan masih ingin
mempunyai anak harus memerhatikan hal- hal yang akan terjadi apabila nantinya
akan hamil, misalnya Kehamilan pada saat usia sudah di atas 35 tahun mungkin
sulit tercapai. Ovum atau sel telur yang dimiliki wanita di atas usia 35 tahun
mungkin sudah tidak sesubur ketika ia masih berusia muda. Selain itu, wanita
mempunyai jumlah ovum yang terbatas, sehingga jumlah ovum wanita semakin
lama semakin menurun mengikuti usia. Jika Anda sudah berusia di atas 35 tahun
dan sedang hamil, itu merupakan suatu karunia yang harus dijaga mengingat
kehamilan di atas usia 35 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan
dengan usia di bawahnya.

B. Saran
Untuk keluarga yang pro KB alangkah baiknya untuk terus memeriksakan KBnya
atau sekedar berkonsultasi agar Kb yang digunakan tetap dalam keadaan aman,
sedangkan untuk yang kontra terhadap KB harus dapat mengontrol
kehammilannya misalnya dengan cara kalender, dan apabila mengingikan anak
hendaknya memerhatikan factor factor yang akan terjadi terlebih dahulu, misalnya
usia yang beresiko untuk hamil.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. (2008). Panduan Penggunaan Alat Kontrasepsi Jangka Panjang


(MKJP) dan Hormonal. Jakarta: BKKBN

Darmawati. (2012). Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan


Kenaikan Berat Badan. Jakarta : UI

Kemenkes RI. (2013). Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Jakarta :


Kemenkes RI

Kememkes RI. (2013). Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.


Jakarta : Ditjen kesehatan ibu dan anak

Siswosudarmo. (2007). Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta : UGM


Sulistyawati, A. (2012). Pelayanan KIE. Jakarta: Salemba Medika
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai