Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDOKUMENTASIAN ASUHAN

KEBIDANAN
PADA KELUARGA BERENCANA (KB)

DOSEN PENGAMPU :

Mugiati,SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

1. Putri Lailatul Mahgfiro (2115401015


)
2. Belia Septi Anggraini (2115401028
)
3. Amalia Rossa Della (2115401046
)
4. Ayu Setyo Rini (2115401049
)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

TANJUNGKARANG PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
Dosen Pengampu serta rekan-rekan yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Penyusun

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
A...Latar Belakang Masalah...............................................................................................
B... Rumusan Masalah.........................................................................................................
C... Tujuan...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
1....Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga............................................................
A...Penggunaan Kartu Catatan Pasien................................................................................
B... Mekanisme Pelaporan...................................................................................................
C... Pendokumentasian Rujukan KB...................................................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................................


A...Kesimpulan...................................................................................................................
B... Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesehatan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum dan Sujiyatini, 2011). Agar dapat
mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah atau menunda
kehamilan. Cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan
keluarga. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi), atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telar dibuahi pada dinding rahim (Manan, 2011).

Pemilihan jenis kontrasepsi di dasarkan pada tujuan penggunaan yaitu menunda kehamilan
pasangan dengan istri di bawah 20 tahun, menjarangkan kehamilan (mengatur kehamilan),
mengakhiri kesuburan (Icemi dan Wahyu, 2013).

Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi terbanyak nomor 4 didunia pada tahun 2020 ini.
Menurut data Worldometers pada bulan maret 2020, jumlah penduduk sebesar 151 jiwa per km2
jumlah ini cenderung naik di bandingkan tahun 2019 yaitu sebesar 270,625,568 jiwa. Dalam mengatasi
masalah kependudukan, pemerintah membuat agenda prioritas

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 yaitu
meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui Pembangunan Kependudukan dan Keluarga
Berencana. Salah satu indikator keberhasilan adalah menurunnya kebutuhan Keluarga Berencana
(KB) yang tidak terpenuhi (unmet need) mencapai 9,9 % pada tahun 2019. Menurut WHO, Unmet
need adalah mereka yang subur dan aktif secara seksual tetapi tidak menggunakan metode kontrasepsi,
dan melaporkan tidak menginginkananak lagi atau ingin menunda anak berikutnya. Tingginya angkat
unmet needmasih menjadi salah satu masalah dalam pelaksanaan program KB di indonesia. Dampak
dari tingginya angka unmet needyaitu menyebabkan angka fertilitasyang tinggi pula. Apabila angkat
unmet needtinggi, hal ini dapat menyebabkan jumlah kelahiran semakin besar dan tak terkendali.
Indonesia menjadi salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar (Jidar, 2018)

Berdasarkan data SDKI 2017, masih terdapat 11 % wanita kawin yang kelahiran ber-KB mereka
belum terpenuhi, 4 % untuk menjarangkan kelahiran dan 7 % untuk membatasi kelahiran. Angka ini
jika sekitar di konservasikan dengan jumlah pasangan usia subur yang mencapai 36 juta, maka sekitar
4
juta pasangan membutuhkan KB tapi belum terlayani (SDKI, 2017).
Tahun 2017 menunjukkan persentase unmet needdi Provinsi Jawa Timur menunjukkan kecenderungan
mengalami penurunan secara perlahan. Pada awal tahun 2017 pada angka 10,79 % dan pada akhir
tahun
2017menjadi 9,48 %. Secara keseluruhan setiap tahun menurun secara perlahan pada akhir tahun.

Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana (DP3AKB) Jember, Pencapaian target peserta KB aktif di Jember pada tahun 2017
hingga bulan oktober adalah 3102 peserta. Peserta KB baru di Jember sebanyak 81,32% akseptor
memilih dan memutuskan menggunakan metode kontrasepsi non Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) antara lain suntik, pil, dan kondom hanya sebesar 18,68% saja dari jumlah seluruh
akseptor KB baru.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik ingin memberikan Asuhan Kebidanan secara
Komprehensif pada Asuhan keluarga Berencana.

B. Rumusan Masalah
Sebagai batasan dalam penyusunan laporan tugas akhir, penulis membatasi pembahasan yang akan
diuraikan yaitu tentang asuhan kebidanan Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan dengan pendokumentasian SOAP.

C. Tujuan

Mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada pasien pada program Keluarga Berencana (KB)
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian SOAP.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga Berencana

Pencatatan dan pelaporan keluarga berencana adalah suatu kegiatan mencatat dan
melaporkan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan
oleh klinik KB, BPS, atau tempat pelayanan lainnya.
Akses terhadap keluarga pelayanan berencana yang bermutu merupakan suatu
unsurpenting dalam upaya mencapai pelayanan reproduksi. Sementara itu, peran dan
tanggung jawab pria dalam keluarga berencana perlu ditingkatkan. Program keluarga
berencana perlu di tingkatkan agar pria dapat mendukung pilihan kontrasepsi oleh istrinya,
meningkatkan komunikasi diantara suami istri, meningkatkan penggunaan metode
kontrasepsi pria, meningkatkan upaya pencegahan IMS dll.
Pelayanan kelurga berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain:
 Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
 Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standard pelayanan
 Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
 Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lam untuk dilayani
 Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
 Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan dalam
melayani berbagai pilihan kontrasepsi
 Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang di tentukan

A. Penggunaan Kartu Catatan Pasien


a. Kartu Pendaftaran Klinik KB
Digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama bagi klinik KB baru pada saat didirikan
dan pendaftaran ulang bagi semua klinik KB lama. Dilakukan setiap akhir tahun anggaran
(setiap Maret). Kartu ini berisi informasi tentang identitas, jumlah tenaga, dan saran klinik
KB yang bersangkutan.
b. Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan data dan informasi tentang identitas, jumlah
tenaga, dan sarana klinik KB di wilayah kabupaten dan kotamadya.
c. Kartu peserta KB
Digunakan sebagai media pengenal dan bukti setiap peserta KB untuk status peserta KB juga
berguna bagi peserta KB untuk memperoleh pelayanan ulang di semua klinik KB. Kartu ini
merupakan sumber informasi bagi PPKBD atau sub PPKBD tentang kesertaan anggota
binaannya dalam ber-KB.
d. Kartu status peserta KB
Dibuat untuk setiap baru, khususnya peserta KB baru dan peserta KB baru pindahan dari
klinik atau tempat pelayanan KB lain. Kartu ini berfungsi untuk mencatat identitas peserta
KB, kunjungan ulang, dan informedconcent.
e. Registrasi klinik KB
Digunakan untuk mencatat hasil pelayanan kontrasepsi yang diberikan kepada peserta KB
pada setiap hari pelayanan dan untuk memudahkan petugas klinik KB dalam membuat
laporan bulanan klinik KB pada akhir bulan.
f. Laporan bulanan klinik
Digunakan sebagai sarana melaporkan kegiatan dan hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi oleh
klinik KB, dokter/bidan praktek swasta, serta tempat pelayanan lainnya.
Juga meliputi hasil pelayanan KB, peserta ganti cara, komplikasi, kegagalan, pencabutan
implant, serta persediaan alat kontrasepsi yang ada di klinik KB setiap bulan.
g. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan rekapitulasi kegiatan dan hasil-hasil kegiatan
pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB, dokter/bidan praktik swasta dan
tempat pelayanan lainnya yang berada di wilayah kabupaten dan kotamadya. Laporan ini
merupakan hasil rekapitulasi dari semua laporan bulanan klinik KB yang diterima oleh
BKKBN kabupaten kotamadya yang bersangkutan.
h. Buku bantu dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan lainnya
Digunakan sebagai sarana untuk mencatat hasil pelayanan peserta KB baru dan pencabutan
implant oleh dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lainnya.
i. Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi oleh dokter/bidan
praktek swasta dan tempat pelayanan lain.
Formulir ini digunakan sebagai sarana untuk mencatat dan melaporkan hasil pelayanan
kontrasepsi yang dilakukan oleh dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan lainnya.
Laporan ini dibuat oleh petugas penghubung DBS dan tempat pelayanan lainnya setiap bulan
dengan cara mengambil/mencatat data atau informasi dari buku bantu dokter/bidan praktik
swasta.

B. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi diharapkan dapat menyediakan
berbagai data dan informasi pelayanan kontrasepsi di seluruh wilayah sampai tingkat
kecamatan dan desa. Adapun mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
sebagai berikut.
a. Pada waktu mendaftar untuk pembukaan klinik KB dan pendaftaran ulang setiap bulan
Januari, semua klinik KB mengisi Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/OO)
b. Setiap peserrta KB baru dan pindahahn dibuat Kartu Status peserta KB (K/IV/KB/00) yang
antara lain memuat ciri-ciri peserta KB bersangkutan. Kartu ini disimpan di klinik dan
digunakan waktu kunjungan ulang.
c. Setiap peserta KB baru atau pindahan dari klinik KB dibuat Kartu Peserta KB (K/I/KB/00)
d. Setiap pelayanan KB di klinik KB, dicatat dalam Register klinik KB (R/I/KB/00) dan pada
akhir bulan dijumlahkan, karena register ini merupakan sumber data untuk membuat laporan
bulanan klinik
e. Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis alat kontrasepsi oleh klinik dicatat dalam Register
Alat kontrasepsi KB (R/II/OO). Setiap akhir bulan dijumlahkan sebagai sumber membuat
laporan bulanan
f. Pelayanan KB yang dilakukan oleh dokter/bidan praktik swasta setiap hari dicatat dalam
buku hasil pelayanan kontrasepsi pada dokter/bidan swasta (B/I/DBS/00). Setiap akhir bulan
dijumlahkan dan merupakan sumber data dalam membuat laporan bulanan petugas
penghubung DBS/PBS
g. Setiap bulan PKB/PLKB atau petugas yang ditunjuk sebagai petugas penghubung
dokter/bidan praktek swasta membuat laporan bulana. Hal ini merupakan sumber data untuk
pengisian laporan bulanan klinik KB.
h. Setiap bulan, petugas klinik KB membuat laporan klinik KB (F/II/KB/000) yang datanya
diambil dari Register Hasil Pelayanan di klinik KB (R/KB/00). Laporan bulanan petugas
Penghubung dokter/bidan praktik swasta (F/I/PH/-DBS/00) dan Register Alat Kontrasepsi
Klinik KB (R/II/KB/00).
C. Pendokumentasian Rujukan KB
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah
yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau, dan rasional. Tidak dibatasi oleh wilayah administrasi dengan
pengertian tersebut, maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada
fasilitas pelayanan yang lebih kompeten untuk penanggulangan masalah yang sedang
dihadapi. Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan:
 Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk
 Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan
 Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju
 Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat
ini dan riwayat sebelumnya dan riwayat serta upaya/tindakan yang telah diberikan.
1. Fasilitas pelayanan yang merujuk
a. Mencatat penderita yang dirujuk dalam register klinik
b. Membuat surat pengiriman pemerintah
c. Melaporkan jumlah penderita yang dirujuk dalam laporan bulanan klinik
2. Fasilitas pelayanan yang menerima rujukan
a. Membuat tanda terima penderita
b. Mencatat penderita dalam register
c. Memberikan informasi kepada fasilitas pelayanan yang merujuk tentang pemeriksaan yang
dilakukan terhadap penderita. Bila penderita yang dirujuk perlu perawatan dan pengobatan di
fasilitas pelayanan yang merujuk.
d. Membuat pengiriman kembali dan memberikan informasi tentang perawatan dan
pengobatan yang diberikan kepada penderita yang dirujuk, jika penderita memerlukan
lanjutan di fasilitas pelayanan yang merujuk.
Tujuan kebijakan pemberian pelayanan keluarga berencana adalah memberikan pelayanan
yang berkualitas, yang menempatkan keselamatan klien sebagai prioritas. Kebijakan tersebut
dilaksanakan melalui penyediaan tenaga pemberi pelayanan yang kompeten serta patuh
terhadap standar pelayanan yang sudah ditetapkan, pemenuhan sarana yang memadai,
pemberian pelayanan konseling yang berkualitas, penapisan klien, pelayanan pasca tindakan
serta pelayanan rujukan yang optimal. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem
jaringan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Tata laksana
Rujukan medis dapat berlangsung:
 Internal antar petugas di satu puskesmas
 Antara puskesmas pembantu & puskesmas
 Antara puskesmas dan masyarakat
 Antara satu puskesmas & puskesmas lain
 Antara puskesmas dan rumah sakit, lab/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
 Interrnal antara bagian/unit pelayanan di satu rumah sakit
 Antara rumah sakit/lab fasilitas pelayanan lain di rumah sakit
Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan tersebut berjenjang
lain yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan fasilitas pelayanan kesehatan
nasional dengan dasar pemikiran rujukan ditujukan secara timbal balik kesatuan fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah
administrasi.
Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien ke fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengharuskan pemberian
pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan upaya
penanggulangan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien
ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan:
 Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penaggulangan.
 Nasehat yang perlu diperhatikan klien mengenai lanjutan penggunaan kontrasepsi.
 Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien
berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran-saran upaya pelayanan
lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tantang penggunaan kontrasepsi.
Monitoring dan evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi

Dalam pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi masih dirasakan
adanya kelebihan dan kekurangan, sehingga perlu selalu dilakukan monitoring dan evaluasi.
Melalui sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi dan hasil monitoring dan
evauasi tersebut dapat diketahui hambatan dan permasalahan yang timbul, sehingga dapat
dilakukan perbaikan kegiatan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi sistem dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

 Cakupan laporan

Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporannya meliputi jumlah,
ketepatan pengisian dan ketepatan waktu data yang dilaporkan, mulai dari tingkat klinik,
lapangan sampai ke tingkat pusat.

 Kualitas data

Dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi perlu dilihat bagaiman melakukan laporannya, baik laporan bulanan maupun
tahunan serta bagaimana informasi yang disajikan setiap bulanan ataupun tahunan. Dalam hal
ini sering/dapat terjadi laporan atau mengenai keterlambatan dan cakupannya belum dapat
optimal maupun kualitas dan kuantitas datanya serta informasi yang disampaikan belum
optimal. Keterlambatan penyajian data dan informasi setiap bulannya dapat disebabkan oleh
proses pengumpulan laporannya terlambat serta banyaknya kesalahan pengolahan kebawah
dan kesamping sehingga memperlambat proses pengolahannya.

 Tenaga

Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan pelayanan


kontrasepsi, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas
tenaga:
- Ketersediaan/jumlah tenaga
Bagaiman kondisi jumlah petugas RR klinik yang melakukan pencatatan pelaporan pelayanan
kontrasepsi
- Kualitas tenaga
Apakah petugas RR klinik sudah mengikuti pelatihan RR

 Sarana

Dalam melakukan evaluasi terhadap sarana, perlu dilihat bagaimana sarana mendukung
kelancaran pelaksanaan pencatatan pelaporan di antaranya:
 Ketersediaan formulir dan kartu
 Ketersediaan Buku Petunjuk Teknis Pencatatan dan Pelaporan Sistem Pelayanan
Kontrasepsi
 Ketersediaan faksimil untuk seluruh Kabupaten/Kota untuk kecepatan pelaporan
 Ketersediaan komputer sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesmpulan dari hasil konseling Kb yang dilakukan adalah ibu masih belum memilih metode yang
tepat dan sesuai prioritas utama (AKDR) untuk menunda kehamilan sesuai dengan jangka waktu
yang diinginkan. Ibu lebih memilih metode kontrasepsi yang mayoritas digunakan oleh lingkungan
sekitarnya yakni KB suntik 3 bulanan dan pada saat dilakukan konseling KB ibu tidak di dampingi
oleh suami.

B. Saran
Diharapkan masyarakat sadar akan kesenatannya terutama pada ibu keluarga berencana, sehingga
meminimalisir terjadinya komplikasi pada ibu keluarga berencana. penulis dapat meningkatkan
wawasan, pengalaman, serta pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada
ibu keluarga berencana menggunakan asuhan kebidanan dengan pendokumentasian SOAP secara
benar.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Habafi hartono. 2010. Keluarga berencana dan kontrasepsi, pustaka sinar harapan:
Jakarta
Niken Meilani, dkk. 2010. Pelayanan keluarga berencana, fitramaya:yogyakarta

Prof. Dr. Abdul bari saifuddin. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, yayasan
bina pustaka sarwono prawirohardjo: Jakarta

Priyanti, S., & Syalfina, A. D. (2017). Buku ajar kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana. E-Book Penerbit STIKes Majapahit.

Anda mungkin juga menyukai