Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

KELENGKAPAN PENGISIAN ANC DI PUSKESMAS KERTEK 1

WONOSOBO TAHUN 2020

LAPORAN MINI PROJECT

Untuk memenuhi Persyaratan Program Dokter Internship Indonesia

Disusun oleh:

Dr. Uswatun Khasanah

3521100120227213

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA PUSKESMAS

KERTEK 1 KABUPATEN WONOSOBO 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, Akhirnya penulis dapat

menyelesaikan Mini Project ini guna memenuhi persyaratan program

dokter internship Indonesia di Puskesmas Kertek 1 dengan judul

“Kelengkapan Pengisian Anc” di Puskesmas Kertek, Kabupaten

Wonosobo tahun 2020

Mini project ini dapat diselesaikan melalui berbagai pihak, karena

itu penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu selama proses berlangsung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa mini project ini masih

memiliki kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang

membangun dari semua pihak yang membaca mini project ini.Harapan

penulis semoga mini project ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang membacany

Wonosobo , November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
C. Manfaat Penelitian...........................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
Antenatal Care......................................................................................................4
a. Pengertian......................................................................................................4
b. Tujuan ANC..................................................................................................4
c. Kegiatan antenatal care.................................................................................4
d. Kunjungan Antenatal care.............................................................................5
BAB III
HASIL DAN EVALUASI PROGRAM................................................................19
Indikator , Target, dan Pencapaian Program di Puskesmas Kertek 1.................19
BAB IV
KESIMPULAN......................................................................................................21
A. Kesimpulan.................................................................................................21
B. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pelayanan Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan kepada perempuan selama

kehamilannya. Pelayanan Antenatal ini dinilai sangat penting dalam memastikan bahwa baik ibu maupun

janin yang dikandungnya akan selamat baik selama kehamilan maupun saat persalinan. Pemeriksaan

kehamilan atau ANC bukan saja dinilai penting tetapi merupakan suatu keharusan bagi perempuan selama

proses kehamilannya. Melalui ANC yang rutin baik ibu maupun tenaga kesehatan dapat mengetahui

kondisi ibu hamil dan perkembangan janin yang ada dalam kandungan dengan lebih detail, jika ditemukan

suatu ganjalan atau gangguan yang berkaitan dengan kehamilan tersebut bisa segera diatasi1.

Pemeriksaan kehamilan atau ANC adalah pemeriksaan atas kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan fisik dan mental ibu hamil, agar keselamatan ibu dan anak selama kehamilan

terjaga, juga mampu menghadapi persalinan dan masa nifas. Diharapkan dengan itu keadaan ibu hamil

dan anaknya tetap sehat dan normal baik fisik maupun mentalnya2.

Tujuan Antenatal Care yang utama adalah memastikan setiap ibu hamil akan memperoleh

pelayanan antenatal yang berkualitas, agar mampu menjalankan proses kehamilan dengan sehat, bersalin

dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat3, dengan kata lain tujuan Antenatal Care ini adalah

menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.

Pemerintah menyadari bahwa masih sulit mengharapkan ibu hamil bisa memeriksakan

kehamilannya secara rutin. Setiap ibu hamil diwajibkan sedikitnya melakukan empat kali kunjungan ANC

selama kehamilan, yaitu satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali

selama trimester kedua (14-28 minggu) dan dua kali selama trimester ketiga (28-36 minggu)6.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (2013) memperlihatkan

bahwa selama periode 2010-2013, untuk ANC trimester I jumlah kunjungan hanya berkisar antara 72,3%

(tahun 2010) sampai dengan 81,3% (2013), untuk trimester III (cakupan K4) jumlah kunjunganhanya

berkisar antara 61,4% (2010) s/d 70,0% (2013). Masih sangat jauh dari target nasional yang harusnya
1
minimal 95%7. Ini menunjukkan bahwa perilaku masyarakat untuk memeriksakan kehamilannya belum

sesuai dengan harapan dan target nasional yaitu 95%. Mengingat pentingnya kebiasaan memeriksakan

kehamilan secara rutin setidak-tidaknya sesuai target nasional, oleh karena itu perlu ditelaah faktor- faktor

apa saja yang mempengaruhi perilaku ibu hamil terhadap ketepatan Antenatal Care.

Laporan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota wonosobo (2017) Cakupan kunjungan ibu hamil

pertama (K1) di Kabupaten Wonosobo tahun 2017 sebesar 99,98% mengalami sedikit penurunan di

bandingkan tahun 2016 sebesar 99,99% sedangkan untuk kunjungan keempat (K4) tahun 2017 sebesar

89,37% juga mengalami penurunan sebesar 90,27 % di tahun 2016 .

Data dari Puskesmas kertek bahwa pelayanan kesehatan bagi bumil (kunjungan K1) dengan

target 100%, capaian 82,34% ,presentase capaian 82,34% dan untuk (kunjungan K4 ) dengan target 100%

, capaian 77,26%, presentase capaian 977,26% dengan demikian untuk kelengkapan pengisian Anc yaitu

sangat baik. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian

dengan judul “Kelengkapan Pengisian Anc di Puskesmas Kertek Tahun 2020

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap
ketepatan kunjungan Antenatal care di Puskesmas Kertek, Kabupaten Wonosobo tahun
2020

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan paritas

b. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan dukungan suami terhadap ketepatan kunjungan

Antenatal Care di Puskesmas Kertek tahun 2020

c. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang pemeriksaan

kehamilan terhadap ketepatan kunjungan ANC di Puskesmas Kertek Tahun 2020

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

2
ibu hamil terhadap ketepatan kunjungan ANC.

2. Bagi peneliti

Melalui Mini proyek ini peneliti belajar melakukan penelitian secara ilmiah. Hasil penelitiannya dapat

memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana memotivasi ibu hamil dalam melakukan ANC.

3. Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukkan bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam

membuat perencanaan dan kebijakan yang berkaitan dengan program Kesehatan Ibu dan Anak.

4. Bagi masyarakat khususnya ibu hamil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat

mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sesuai standar, mengikutinya agar dapat

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Antenatal Care

a. Pengertian

Asuhan antenal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan5. Antenatal Care (ANC) adalah

suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medis

pada ibu-ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan

persalinan yang aman dan memuaskan.

b. Tujuan ANC

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d) Mempersiapkan persiapan cukup bukan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh berkembang secara normal3

c. Kegiatan antenatal care

Konsep antenatal care antara lain :

1. Anamnesis meliputi : data biologis, keluhan hamil, fisiologis, patologis atau

abnormal.

2. Pemeriksaan fisik meliputi :

4
a) Pemeriksaan fisik umum

b) Pemeriksaan fisik khusus: obstetric, pemeriksaan dalam, pemeriksaan

ultrasonografi

3. Pemeriksaan laboratorium :

a) Laboratorium rutin (darah lengkap, urine lengkap, tes kehamilan)

b) Laboratorium khusus (pemeriksaan TORCH, pemeriksaan serologis, pemeriksaan

fungsi hati dan ginjal, pemeriksaan protein darah, pemeriksaan golongan darah,

pemeriksaan infeksi AIDS)

d. Kunjungan Antenatal care

Menurut WHO kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali

selama kehamilan17, yaitu :

- Satu kali pada trimeseter pertama (0- 12 minggu)

- Satu kali pada trimester kedua (13 – 27 minggu)

- Dua kali pada trimester ketiga (28- 40 minggu)

Pandangan seperti di atas menyatakan bahwa perilaku hasil hubungan

antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons). Skinner membedakan

adanya dua jenis respons, yaitu:

a. Respondent respons atau Reflexive respons

Yaitu respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan

rangsangan seperti ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-

respons yang relatif tetap.

5
b. Operant respons atau instrumental respons

Merupakan respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh

perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau

reinforcer. Karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons

yang telah dilakukan oleh organisme.

Secara garis besar bentuk perilaku ada dua, yaitu: pertama, perilaku

tertutup (cover behaviour) maksudnya respons atau tanggapan seseorang

terhadap stimulus masih dalam bentuk tertutup (covert). Respons masih

sebatas perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap. Kedua,

perilaku terbuka (over behaviour)13. Maksudnya respons seseorang tersebut

terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons seperti

ini akan dengan mudah diamati.

Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang atau suatu kelompok 14 terdiri

dari :

a. Faktor yang mempengaruhi (predisposing factor)

Faktor predisposing merupakan suatu faktor yang melatarbelakangi

perubahan perilaku

yang memberikan pemikiran rasional atau motivasi terhadap suatu kegiatan,

juga sebagai faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang antara

lain: pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan

lain-lain.

b. Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor pemungkin merupakan suatu faktor yang memfasilitasi penampilan

dari suatu aksi atau tindakan individu atau organisasi. Faktor ini mendukung

atau memungkinkan terwujudnya perilaku sehat. Faktor ini meliputi:

6
ketersediaan sumber daya, keterjangkauan pelayanan kesehatan, pengetahuan

dan keterampilan petugas kesehatan.

c. Faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor penguat merupakan suatu faktor yang mengikuti suatu perilaku yang

memberikan

pemasukan secara berkala untuk pengulangan perilaku. Faktor ini meliputi: keluarga, guru, petugas

kesehatan, tokoh masyarakat.

3.1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Antenatal Care

3.1.1 Umur ibu

Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

saat berulangtahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja15.

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk

kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah 20–35 tahun. Umur ibu salah

satu faktor penentu mulai proses kehamilan sampai persalinan. Mereka yang

berumur kurang dari 20 tahun. dikhawatirkan mempunyai resiko yang erat

dengan kesehatan reproduksinya. Gangguan ini bukan hanya bersifat fisik

karena belum optimalnya perkembangan fungsi organ-organ reproduksi,

namun secara fisiologi belum siap menanggung beban moral, mental dan

gejolak emosional yang timbul serta kurang pengalaman dalam melakukan

pemeriksaan ANC. Begitu pula dengan kehamilan pada umur tua (> 35 tahun)

mempunyai risiko tinggi karena adanya kemunduran fungsi alat reproduksi.

7
Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan

tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil

harus siap fisik, emosi, psikologi, social, dan ekonomi16.

Kehamilan remaja dengan usia di bawah 20 tahun mempunyai risiko17 :

- Sering mengalami anemia

- Gangguan tumbuh kembang janin

- Keguguran, prematuritas,atau BBLR

- Gangguan persalinan

- Preeklampsi

- Perdarahan antepartum

Sedangkan usia lebih dari 35 tahun risiko keguguran spontan. Semakin lanjut

usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin

kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin.

3.1.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting

untuk mengembangkan diri, umumnya semakin tinggi Pendidikan seseorang

semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Seorang ibu yang berpendidikan

tinggi akan berbeda tingkah lakunya dengan ibu yang berpendidikan rendah.

Hal ini disebabkan ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih banyak

mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kesehatan terutama

dalam keadaan hamil yang merupakan kondisi berisiko18.

Peran ibu yang berpendidikan rendah lebih bersifat pasrah, menyerah

pada keadaan tanpa ada dorongan untuk memperbaiki nasibnya. Mereka

pasrah mengabaikan berbagai tanda dan gejala yang penting dan dapat
8
menyebabkan keadaan berbahaya, karena hal demikian dianggap biasa.

Pada kunjungan pemeriksaan kehamilan, faktor Pendidikan termasuk dalam

faktor predisposisi18.

Pendidikan seseorang dapat berpengaruh terhadap perilaku individu

dalam mengambil setiap keputusan dan sikapnya yang selalu berpedoman

pada apa yang mereka dapatkan melalui proses belajar dan pengalaman yang

diterimanya. Ibu yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide

baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

proporsional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari

sepenuhnya18.

Perubahan perilaku kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan lebih

mudah diterima pada kelompok orang yang berpendidikan rendah. Tingkat

Pendidikan formal mempengaruhi perbedaan pengetahuan dan keputusan.

Pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang8.

3.1.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan

umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra manusia,

yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga19.

3.1.4 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsir terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

9
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu perilaku sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang

menyangkut aspek emosional, sedangkan komponen perilaku atau konatif

merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap

yang dimiliki seseorang.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan

merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi,atau nilai. Sikap merupakan

suatu reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi merupakan “predisposisi” tindakan atau perilaku8. Hal ini

menunjukkan sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan

reaksi terbuka (tingkah laku yang terbuka). Sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan12, yaitu:

3.1.4.1 Menerima (Receiving)

Menerima berarti subjek (orang tersebut)mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

3.1.4.2 Merespon (Responding)

Merespon menunjukkan seseorang memberikan jawaban atau reaksi

terhadap stimulus, misalnya memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha

seseorang tersebut menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan menunjukkan orang tersebut menerima ide tersebut.

10
3.1.4.3 Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

3.1.4.4 Merespon (Responding)

Merespon menunjukkan seseorang memberikan jawaban atau reaksi

terhadap stimulus, misalnya memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha

seseorang tersebut menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan menunjukkan orang tersebut menerima ide tersebut.

3.1.4.5 Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

3.1.4.6 Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap

ada beberapa13, yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang

dianggap penting, dan kebudayaan. Selain itu, pengaruh media massa,

lembaga pendidikan, lembaga agama dan faktor emosional.

Untuk meningkatkan sikap positif ibu terhadap pentingnya

Antenatal care, dapat melalui penyuluhan kesehatan, serta pendekatan

terhadap tokoh masyarakat,organisasi keagamaan,dan sebagainya.

Dengan terbentuknya sikap positif terhadap pentingnya Antenatal

Care ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan kehamilan

11
pada tenaga kesehatan sehingga dapat memantau kondisi ibu

dan janin, sehingga cakupan K1 dan K4 tercapai sesuai target.29

3.1.5 Paritas

Paritas adalah keadaan seorang yang melahirkan janin dari satu

kali. Ibu yang pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru

sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga

kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari

satu kali mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman

sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilan18.

3.1.6 Jarak Rumah ke Pelayanan Kesehatan

Jarak adalah sela antara dua benda atau tempat yaitu jarak

antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Keterjangkaun

masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan

mempengaruhi pemilihan kesehatan. Jarak juga merupakan komponen

kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan

pengobatan18. Jarak dari rumah ke pelayanan kesehatan dapat diukur

melalui satuan panjang.

3.1.7 Dukungan Keluarga (Suami)

Dukungan keluarga (suami) adalah sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga, dalam hal ini suami atas kondisi istrinya yang

hamil dengan segala konsekuensinya. Dukungan seorang suami

terhadap istrinya yang hamil misalnya dengan menemani istri

memeriksa kehamilannya, mengingatkan istri untuk rajin

memeriksakan kehamilannya, dan sebagainya.

12
Bagaimanapun keluarga, dalam hal ini suami merupakan orang

paling dekat dengan ibu hamil. Keluarga diyakini akan selalu

berfungsi sebagai pendukung utama, orang yang siap membagikan

pertolongan saat diperlukan. Dukungan keluarga dapat diberikan

dalam beberapa bentuk, yaitu21 :

3.1.7.1 Dukungan Informasi

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator

informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan

suatu masalah. Dukungan informasi yang diberikan keluarga juga

dapat digunakan oleh seseorang dalam menganggulangi persoalan-

persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasihat, pengarahan, ide-

ide atau informasi lain yang dibutuhkan dan informasi ini dapat

disampaikan kepada orang lain yang mungkin sedang mengalami

persoalan.

3.1.7.2 Dukungan Penghargaan

Dalam hal ini keluarga bertindak sebagai pembimbing yang

membimbing dan menengahi masalah, serta sebagai sumber validator

identitas anggota keluarga, diantaranya memberikan support,

pengakuan, penghargaan, dan perhatian. Dukungan penghargaan dapat

bersifat positif maupun negatif.

3.1.7.3 Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit

seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah

mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang

menurun. Selain itu, individu akan merasa bahwa masih ada perhatian
13
atau kepedulian dari keluarga terhadap kondisi yang dihadapinya.

Dukungan instrumental juga bertujuan mempermudah seseorang

dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan

yang dihadapi.

3.1.7.4 Dukungan Emosional

Keluarga merupakan tempat yang paling aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu pengusaan terhadap emosi.

Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, dan

didengarkan. Dengan dukungan emosional seseorang yang menghadapi

persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih

ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengarkan segala keluhan,

bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan

mau membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

2.2 Standar Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal sesuai standar yang termasuk dalam fokus

program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu maternal adalah

melalui ANC terpadu. Antenatal care terpadu merupakan pelayanan

antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu

hamil. Implementasi pelayanan ANC terpadu telah diperkuat dengan

dikeluarkannya kebijakan Menteri Kesehatan yang tertuang dalam pasal

6 ayat 1 huruf b Permenkes No. 25 tahun 2014 tentang upaya kesehatan

anak, dimana salah satunya dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan janin

dalam kandungan dilaksanakan melalui pemeriksaan antenatal pada ibu

hamil dan pelayanan terhadap ibu hamil tersebut dilakukan secara

berkala sesuai standar yaitu paling sedikit 4 (empat) kali selama masa
14
kehamilan (K1-K4).

Dalam pemeriksaan antenatal, selain kuantitas (frekuensi

kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya. Jenis

pemeriksaan pelayanan ANC terpadu adalah sebanyak 18 jenis

pemeriksaan yaitu keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat

badan, lingkar lengan atas (LILA), tinggi fundus uteri (TFU), presentasi

janin, denyut jantung janin (DJJ), kadar hemoglobin (Hb), golongan

darah, kadar protein urin, kadar gula darah/reduksi, pemeriksaan darah

malaria, pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA), pemeriksaan darah

sifilis, tes serologi HIV, dan ultrasonografi (USG). Indikator kesehatan

ibu hamil dapat terpantau melalui pelayanan Antenatal, pelayanan

antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan

antenatal.Penerapan operasional standar minimal “14T” untuk pelayanan

antenatal yaitu :

1) Timbang Berat Badan (T1)

Pengukuran berat badan diwajibkan setiap ibu hamil melakukan

kunjungan. Kenaikan berat bada normal pada waktu kehamilan

sebesar 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.

2) Ukur Tekanan darah (T2)

Tekanan darah yang normal adalah 110/80 hingga 140/90 mmHg,

apabila diketahui tekanan darah ibu hamil melebihi 140/90 mmHg

maka perlu diwaspadai adanya preeklamsi.

3) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)

Merupakan suatu cara untuk mengukur besar rahim dari tulang

15
kemaluan ibu hingga batas pembesaran perut tepatnya pada puncak

fundus uteri. Dari pemeriksaan tersebut dapat diketahui pertumbuhan

janin sesuai dengan usia kehamilan.

4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

Tablet Fe merupakan tablet penambah darah. Selama masa

pertengahan kehamilan, tekanan sistolik dan diastolik menurun 5

hingga 10 mmHg. Hal ini biasa terjadi karena vasodilatasi perifer

akibat perubahan hormonal selama kehamilan (Indriyani, 2013).

5) Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (T5)

Pemberian imunisasi ini sangat dianjurkan untuk mencegah

terjadinya infeksi tetanus neonatorum. Penyakit tetanus neonatorum

yang disebabkan oleh masuknya kuman Clostridium Tetani ke tubuh

bayi merupakan penyakit infeksi yang dapat mengakibatkan

kematian bayi dengan gejala panas tinggi, kaku kuduk, dan kejang.

Imunisasi TT dianjurkan 2 kali pemberian selama kehamilan, yaitu

TT1 diberikan pada kunjungan awal dan TT2 dilakukan pada 4

minggu setelah suntukan TT1(Bartini, 2012).

6) Pemeriksaan Hb (T6)

7) Pemeriksaan VDRL (T7)

8) Perawatan Payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara (T8)

9) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil (T9)

10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)

Biasanya dokter atau bidan akan memberikan informasi mengenai

rujukan apabila diketahui adanya masalah dalam kehamilan

16
termasuk rencana persalinan.

11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)

12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)

13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok

(T13)

14) Pemberian terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria (T14)

3.2 GAMBARAN UMUM SITUASI PUSKESMAS KERTEK 1

1. Letak Geografis
Kecamatan Kertek adalah salah satu kecamatan terbesar di Kabupaten
Wonosobo.Secara geografis letak Kecamatan Kertek sangat strategis berjarak 8
Km dari kotaKabupaten Wonosobo, sebagai lintas jalur Wonosobo - Purworejo
dan Purwokerto – Semarang Kecamatan Kertek juga sebagai pintu gerbang
Kabupaten Wonosobo. Dari keuntungan letak geografis tersebut perkembangan
perekonomian kertek tergolong maju dan menjadi pusat perekonomian setelah
Wonosobo.
Luas wilayah Kecamatan Kertek sekitar 6.214.365 Ha dengan
ketinggian 700 s/d 1.150 m dari permukaan laut, suhu udara berkisar 26 - 29
˚C. Kecamatan Kertek memiliki potensi dalam bidang pertanian seperti sayur
mayur, jagung, palawija, tembakau dan cabe. Dari keadaan alam yang
mendukung tersebut mayoritas penduduk Kecamatan Kertek bermata
pencaharian sebagai petani.
2. Wilayah Kerja Puskesmas Kertek 1
Kecamatan Kertek terdiri dari 19 Desa dan 2 Kelurahan yang terbagi
menjadi dua wilayah kerja. Puskesmas Kertek 1 memiliki 2 kelurahan dan 11
desa, yaitu:
a. Kelurahan Kertek
b. Kelurahan Wringinanom
c. Desa Banjar
d. Desa Bejiarum
e. Desa Bojasari

17
f. Desa Karangluhur
g. Desa Sumberdalem
h. Desa Sindupaten
i. Desa Tlogodalem
j. Desa Surengede
k. Desa Ngadikusuman
l. Desa Purwojati
m. Desa Sudungdewo

3. Peta Wilayah Puskesmas Kertek 1

PETA WILAYAH PUSKESMAS KERTEK 1

WILAYAH
WONOSOBO PUSKESMAS KERTEK 2

SELOMERTO
KALIKAJAR

Puskesmas Kertek 1 terletak antara 700 meter sampai dengan 1.150


meter di atas permukaan laut dengan tingkat kemiringan antara 8 sampai 40
% dan beriklim dingin. Secara geografis Puskesmas Kertek 1 berbatasan
dengan:
a. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Selomerto
b. Sebelah Utara dengan Kabupaten Temanggung
c. Sebelah Timur dengan Kecamatan Kalikajar
d. Sebelah Barat dengan Kecamatan Wonosobo

18
BAB III

HASIL DAN EVALUASI PROGRAM

Indikator , Target, dan Pencapaian Program di Puskesmas Kertek 1

Berikut merupakan capaian standart pelayanan minimal

kesehatan Permenkes RI No. 43 tahun 2016 di Puskesmas Kertek

1 tahun 2018

Tabel 1 Upaya KIA Puskesmas Kertek 1

Komponen Upaya Kesehatan Presentase Tingkat


No Target Capaian
Wajib Capaian Kinerja
Pelay.Kesh. bagi Bumil
100% 106,69% 106,69% Baik
 1 ( Kunjungan K1 )
Pelay.Kesh. bagi Bumil
100% 96,96% 96,96% Baik
 2 ( Kunjungan K4 )
Pelay. Persalinan oleh Naskes
100% 98,98% 98,98% Baik
 3 sesuai Standar
Penangan Komplikasi
100% 67,68% 67,68% Cukup
 4 Kebidanan
 5 Pelay.Kesh.Bayi ( KN2 ) 100% 104,27% 104,27% Baik
Penanganan Neonatal
100% 44,51% 44,51% Kurang
 6 Komplikasi
TOTAL 100,00% 86,52% 86,52% Baik

19
1.2

0.8
KOMPONEN UPAYA KE-
0.6 SEHATAN WAJIB
TARGET
0.4 CAPAIAN

0.2

0
 1  2  3  4  5  6

Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat dalam kegiatan Upaya KIA terdapat nilai
capaian Kinerja Cukup yaitu Penangan Komplikasi Kebidanan 67.68% dan capaian
Kinerja yang Kurang yaitu Penanganan Neonatal Komplikasi 44.51%

Tabel 2. Analisa Hasil Kinerja Mutu Pelayanan

Tingkat
No Kinerja Mutu Pelayanan Capaian
Kinerja
1 Droup out pelayanan ANC(K1-K4) 10 Baik
2 Persalinan oleh tenaga kesehatan 10 Baik
3 Penanganan komplikasiobstetri/resiko tinggi 10 Baik
4 Error rate pemeriksaan BTA 10 Baik
5 Kepatuhan terhadap standart ANC 10 Baik
6 Kepatuhan terhadap Standart pemeriksaan TB 10
Baik
Paru
7 Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan 7
Cukup
Puskesmas
Total 9.6 Baik

20
Dari tabel diatas dapat dinilai hasil Kinerja Mutu Pelayanan Puskesmas

adalah Baik yaitu dengan nilai capaian 9.6 yang belum mencapai nilai baik hanya 1

kegiatan yaitu pelaksanaan Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan.

21
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi

usia 0-4 bulan sebanyak 40 ibu dengan mayoritas berusia 20-35

tahun, tingkat pendidikan Perguruan Tinggi dan multigravida.

2. Untuk Target dan Pencapaian KI dengan capaian 106,69%

dengan tingkat kinerja baik ,dan K4 dengan capaian 96.96 %

dengan tingkat kinerja baik

3. Tingkat pengetahuan responden mayoritas memiliki tingkat

pengetahuan tinggi ,sikap negatif terhadap ketepatan Kunjungan

ANC minimal dan yang mendapat dukungan dari suami untuk

melakukan kunjungan ANC tepat waktu sudah cukup baik

4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan

kunjungan ANC di Puskesmas Kertek 1

5. Ada hubungan antara sikap ibu dengan ketepatan kunjungan

ANC di Puskesmas Kertek 1

6. Ada hubungan antara dukungan suami dengan ketepatan

kunjungan ANC di Puskemas Kertek 1

B. Saran

1. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengambil manfaat dari penelitian ini dalam

memperkaya pengetahuan sehingga dapat diaplikasikan dalam duni


22
DAFTAR PUSTAKA

1. Mufdlilah. ANC Fokus. Yogyakarta : Nuha Medika; 2009.

2. Winkjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka; 2007.

3. Anggita Sari, et. Al. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan untuk Mahasiswa
Kebidanan. Bogor : In Media.

4. Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional


(BKKBN), Kementerian Kesehatan. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.
Jakarta; 2013. Diakses tanggal 5 Mei 2017 dari chnrl.org/pelatihan-
demografi/SDKI-2012.pdf.

5. Saifuddin, Abdul B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.

6. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2009.

7. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta; 2013.

8. Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.


Jakarta : Rineka Cipta; 2010.

9. Chaerunnisa AR. Dkk. “Hubungan Perilaku Ibu Hamil terhadap Pemanfaaatan


ANC di Puskesmas Mamajang, Kota Makassar” Makalah (tidak dipublikasikan);
2014.

10. Ayudiyah Eka Astuti. “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Ekonomi Ibu
Hamil dengan Kunjungan K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Duren, Kabupaten
Semarang” Skripsi (Tidak diterbitkan); 2014.

11. Nurul Syamsiah dan Atikah Pustikasari. “Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
Kunjungan ANC pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat” Makalah (tidak diterbitkan); 2014.

12. Kementerian Kesehatan RI. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Selatan:
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; 2015.

13. Wawan, Dewi. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika; 2015.

23
14. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2012.

15. Arini, H. Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan terhadap Pemberian ASI
Eksklusif. http://aperlindraha.wordpress.com (diakses pada tanggal 5 Mei 2017);
2012.

16. Ruswana. Ibu Hamil Resiko Tinggi (Artikel Online), diakses tanggal 5 Mei
2017.http://medicastore.com/penyakit569Kehamilan_ResikoTinggi.html/; 2006.

17. Rukiah, A.Y.,Yulianti, L., Maemunah, & Susilawati, L. Asuhan Kebidanan


Kehamilan. Jakarta:CV. Trans Info Media. 2013

18. Padila. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika: 2014.

19. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;
2007.

20. Arikunto, Suharsimin. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta; 2010.

21. Setiadi. Konsep dan Proses Perawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu; 2008.

22. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta :


Penerbit Salemba Medika; 2016.

23. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian Kesehatan. Bandung : Alfabeta; 2010.

24. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika; 2010.

25. Hidayat, A.A. Metode Penelitian Kesehatan. Surabaya: Salemba Media; 2007.

26. Wasis. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC; 2008.

27. Green,L.W. and Kreuter, M.W. Health Program Planning: An Education and
Ecological Approach. 4th edition. Ny: McGraw-Hill Higher Education, 2005.

28. Rury Narulita Sari, Eny Pemilu Kusparlina. Hubungan Dukungan suami dengan
ketepatan Antenatal care di Desa Bagi Kabupaten Madiun

23
2
4

29. Fasiha. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pentingnya
pemerikasaan Antenatal care di Puskesmas Namtabung Kecamatan
Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Global Heakth Science vol.2;
2017

30. Ida Ayu. Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana; 2013

24

Anda mungkin juga menyukai