Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi bimbingan
dan petunjuk kepada kita, sehingga kita dapat membuat Program Kerja Pelayanan
Kegawatdaruratan Komprehensif Maternal dan Neonatal (PONEK) untuk menurunkan angka
kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kematian akibat keterlambatan rujukan.
2. Dapat terus meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM serta sarana dan prasaran
PONEK.
Demikian program ini dibuat, dan diharapkan masukan untuk pencapaian program kerja
PONEK untuk periode selanjutnya.
Secara agregat AKI di Indonesia masih merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara,
Indonesia menduduki peringkat kedua (Kemenkes RI, 2021). AKI Indonesia pada tahun
2020 sebesar 97,61 KH, AKI tersebut masih belum memenuhi dari target global SDGs
untuk menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 KH pada tahun 2030. Berdasarkan data
Kementrian Kesehatan pada tahun 2020, jumlah kematian ibu pada tahun 2020 sebesar
4.627 kematian, jumlah ini menyatakan terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun
2019 sebesar 4.221 kematian (Kemenkes RI, 2021).
Seluruh negara berusaha menurunkan angka kematian bayi hingga tahun 2030,
dimana pada tahun tersebut target SDGs untuk AKB setiap negara setidaknya sudah
memenuhi target sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup. Tren angka kematian anak di
Indonesia dari tahun ke tahun sudah menunjukan penurunan. Secara agregat AKB di
Indonesia pada tahun 2020 sebesar 5,40 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2021).
Menurunnya AKB ini karena meningkatnya upaya kesehatan melalui pelayanan
kesehatan neonatal, imunisasi rutin pada anak, dan pelayanan kesehatan pada anak
(Kemenkes RI, 2021).
Dewasa ini setiap kehamilan dan persalinan dikatakan berisiko, untuk itu dalam
menghadapi terjadinya risiko terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
diperlukan suatu program yang dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.
Berdasarkan hasil observasi dalam pelayanan angka kematian dapat disebabkan
karena adanya keterlambatan keluarga pasien meminta bantuan petugas kesehatan atau
keterlambatan merujuk dari rumah bersalin, bidan, puskesmas, rumah sakit perujuk atau
dari dokter atau keterlambatan dan akomodasi karena jauhnya tempat merujuk.
B. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan salah satu organisasi pemberi jasa pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat yang semakin dituntut untuk bekerja secara professional sesuai
dengan standar pelayanan yang telah ditentukan. Mengacu pada visi dan misi dari
Sustainable Development Goals (SDGs) maka perlu disusun suatu rencana kerja,
sehingga kegiatan dari bagian ini menjadi lebih sistematis dan terorganisir. Program
kerja akan menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan maternal – perinatal yang
komprehensif dalam periode satu tahun.
Saat ini Rumah Sakit Universitas Tanjungpura telah siap melayani kasus
komplikasi maternal dan neonatal. Dengan adanya pelayanan obstetric dan neonatal
secara komprehensif di Rumah sakit diharapkan dapat mempercepat penurunan AKI
dan AKB serta meningkatkan kesehatan ibu.
Sebagai Rumah Sakit Rujukan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura
Pontianak banyak menerima rujukan dari berbagai daerah dan kabupaten, yang
pada akhirnya bisa mengalami masalah dalam pelayanan, diantaranya pasien yang
datang sudah dalam keadaan kritis dan tidak tertolong. Untuk mengurangi masalah
tersebut, maka Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak harus berbenah dan
berupaya untuk meningkatkan pelayanan maternal dan neonatal sesuai dengan
standar ponek 24 jam. Disamping itu ke depannya perlu dilakukan koordinasi dengan
institusi terkait, seperti Dinas Kesehatan Kota Pontianak dalam rangka melaksanakan
kerja sama Audit Maternal Perinatal (AMP) yang diikuti oleh dokter SpOG, SpA,
Bidan Praktek dan Dokter Puskesmas. Tujuan dari AMP adalah untuk membahas
masalah-masalah yang terkait dengan penanganan Maternal dan Perinatal di
wilayah masing-masingyang dilanjutkan dengan pembuatan perjanjian kerjasama.
Pada tahun 2023 di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak masih
belum memiliki fasilitas yang baik untuk menunjang pelayanan PONEK, yaitu belum
adanya fasilitas pelayanan NICU.
Di ruang perinatology untuk penanganan BBLR dilakukan dengan metode
kangguru. Tingginya kematian ibu dan bayi di Rumah Sakit Universitas Tanjugpura
Pontianak juga di pengaruhi oleh kompetensi tenaga pelayanan PONEK. Dari 15
anggota tim PONEK sebanyak 7 orang pernah mengikuti pelatihan PONEK pada
tahun 2018.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Rumah Sakit Universitas Tanjungpura
Pontianak berupaya menyelenggarakan PONEK 24 jam seoptimal mungkin, dengan
meningkatkan sarana yang diperlukan. Selain itu juga telah ditingkatkan sarana dan
prasarana di ruang perawatan nifas dan ruang perinatalogi dan juga menambah tenaga
perawat dan bidan. Upaya-upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan maternal dan neonatal yang lebih optimah, yang pada akhirnya untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tercapainya pelayanan maternal dan neonatal yang optimal melalui program
rumah sakit PONEK 24 jam dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Rumah Sakit Universitas
Tanjungpura.
2. Tujuan Khusus
a. Adanya Kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh Manajemen dalam
pelayanan PONEK
b. Terbentuknya tim PONEK Rumah Sakit Universitas Tanjungpura
c. Tercapainya kemampuan teknis tim PONEK sesuai standar PONEK
d. Melaksanakan perawatan antenatal, intranatal, post natal dan perinatal
lanjutan.
e. Melaksanakan pengelolaan persalinan resiko tinggi secara memadai.
f. Melaksanakan penanganan neonatus resiko tinggi secara memadai.
g. Melaksanakan rawat gabung.
h. Melaksanakan kegiatan deteksi dini kehamilan resiko tinggi.
i. Melaksanakan pelayanan kasus rujukan ibu hamil dan neonatus.
j. Melaksanakan perawatan BBLR dan menerapkan metode yang sesuai antara lain
metode kangguru.
F. INDIKATOR MUTU
1. Angka keterlambatan oprasi Sectio Caesaria (SC)
2. Angka keterlambatan penyediaan darah
3. Angka Kematian Ibu dan Bayi
4. Kejadian tidak dilakukan IMD pada bayi baru lahir
G. SASARAN
1. Menurunkan angka kematian maternal dan neonatal sebanyak 50 % dari kasus tahun
2017
2. 50% anggota PONEK mendapat pelatihan PONEK