A. LATAR BELAKANG .
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN)
di Indonesia masih tertinggi diantara negara ASEAN dan penurunanya sangat lambat. Pada
Konfrensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 2000 disepakati bahwa
terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium ( Millenium Development Goals) pada tahun
2015. Dua diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan
kesehatan ibu, bayi dan anak. Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun
tetap dapat dicapai apabila dilakukan upaya terobosan yang inivatifuntuk mengatasi
penyebab utama kematian tersebut yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam
mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini. Kematian bayi baru lahir umumnya
dapat dihindari penyebabnya seperti Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia dan
infeksi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan,
merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian ibu umumnya disebabkan perdarahan, infeksi,
pre-eklamsia/ eklamsia, persalinan macet dan abortus. Mengingat kematian bayi
mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka proses persalinan dan
perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu di tingkat nasional dan regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu
dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di rumah sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar
(PONED) di tingkat Puskesmas. Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari
sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat
berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan
PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana dan
manajemen yang handal.
B.TUJUAN PEDOMAN
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang pelayanan obstetrik neonatal emergensi
komprehensif
2. Agar mengetahui bagaimana sisitem pelayanan PONEK
3. Untuk mengetahui apa saja yang harus di tangani oleh tim PONEK rumah sakit
4. Untuk mengetahui kriteria rumah sakit yang boleh melakukan PONEK
- Pelayanan kehamilan
- Pelayanan nifas
- NICU
- Endoskopi
Masa antenatal:
Program Kerja Ruang Instalasi Bersalin Page 2
- Perdarahan pada kehamilan muda/abortus
- Hipertensi, pre-eklamsia/Eklamsia
- Kehamilan metabolik
- Kelainan Vaskular/jantung
Masa Intranatal
- Persalinan dengan parut uterus
- Persalinan macet
- Ekstraksi cunam
- Seksio sesarea
- Episiotomi
- Distosia bahu
- Plasenta manual
- Histerektomi
- Sukar bernapas
- Keluarga Berencana
- Hiperbilirubinemia
- Asfiksia
- Trauma kelahiran
- Kejang
- Sepsis neonatal
- Gangguan pernapasan
- Gangguan perdarahan
- Renjatan (shock)
- Koma
- Resusitasi Neonatus
- Kelainan bawaan
4. Pelayanan Ginekologis
- Kehamilan ektopik
- Perdarahan menoragia
- Abses pelvik
- HIV-AIDS
Ada dokter jaga yang terlatih di IGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara umum
maupun emergensi obstetrik-neonatal
Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di rumah sakit meliputi
resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus
Mempunyai standar respon time di IGD selama 10 menit, di kamar bersalin kurang dari 30
menit, pelayanan darah kurang dari 1 jam
Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi, bila ada kasusu
emergensi obstetrik atau umum
Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu kurang dari 30
menit
Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas sewaktu waktu,
meskipun on call
Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain dokter
kebidanan, dokter anak,dokter/ petugas anastesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis
lain serta dokter umum, bidan dan perawat
Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK, seperti Laboratorium
dan Radiologi selama 24 jam, recovery room 24 jam, obat dan alat penunjang yang selalu
siap tersedia
D.BATASAN OPERASIONAL
Instalasi Ruang PONEK Rumah Sakit Vita Insani buka selama 24 jam yang menerima
pasien IGD (Instalasi Rawat Jalan,datang sendiri, rujukan dokter yang punya SIP/Surat Ijin
Praktek ). Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Vita Insani sebagai pusat pelayanan
medical,anak,bedah dan memenuhi undang undang dan peraturan serta ada perjanjian tertulis
yang menyangkut keselamatan pasien dan mutu pelayanan.
1. Berperan serta dalam pemantapan mutu internal dan eksteranl
2. Benar –benar menerapkan 6 sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit.
3. Dibawah tanggung jawab Kepala Instalasi Ruang Kebidanan dan Bidang Kebidanan.
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Instalasi Ruang PONEK membawahi secara langsung penanggung jawab PONEK
IGD dan langsung membawahi bidan pelaksana .
Cara perhitungan ketenagaan di instalasi ruang bersalin adalah berdasarkan jam kerjabidan
dan Jumlah rata-rata pasien /hari
Jlh Bidan = Rata rata jumlah pasien/hariX 4jam/ps = =
7 Jam/Hr
Loss Day = 52+12+16 × =
286
Non nursing Job = Jumlah Bidan + Los day × 25% = + 25%=
100 100
MAKA : Jumlah TB = Jlh TB Tersedia + Lossday + Non Nursing Job
= + + =
.Jadwal dinas ruangan diserahkan ke kepala ruang IGD tgl 25 setiap bulan. Jumlah penghitungan
tenaga berdasarkan jumlah ketergantungan pasien diserahkan ke SDM Ketenagaan setiap
tanggal 5 perbulan.
Program Kerja Ruang Instalasi Bersalin Page 8
C. Pengaturan jaga.
Instalasi Ruang PONEK dalam pengaturan jam jaga dibagi menjadi 3 shift dimana pada
shift I jaga mulai Jam 08.00 wib s/d jam 14.00 wib, shift 2 jaga mulai Jam 14.00 wib s/d
jam 20.00 wib dan shift 3 jaga mulai 20.00 wib s/d jam 08.00 wib
.
D.PROGRAM DIKLAT KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
1. Ketenagaan
a. Rekruitmen
Yang menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan rekruitmen SDMdi Istalasi Kebidanan
adalah :
1) Jumlah operasional Tempat Tidur atau jumlah kunjungan
2) BOR atau beban kerja ruangan
3) Tingkat ketergantungan pasien
4) Spesifikasi tertentu berdasarkan kebutuhan yang disesuaikan dengan ruang lingkup
pelayanan di ruangan, diantaranya ruangan yang memerlukan kualifikasi tertentu.
5) Pengganti yang cuti melahirkan dan melanjutkan pendidikan
6) Estimasi Turn Over
7) Perhitungan berdasarkan standar kebutuhan tenaga yang mengacu pada standar perhitungan
dari Depkes untuk tenaga fungsional dan WISN untuk tenaga struktural dan Pembimbing Klinik
Kebidanan.
1) Pendidikan
2) Masa kerja
3) Kompetensi
4) Diklat yang pernah diikuti
Kebutuhan ruangan terhadap SDM Kebidanan dapat dipenuhi berdasarkan kualifikasi tersebut
sehingga tuntutan pekerjaan dengan kualifikasi yang dimiliki bidan dan bidan akan sesuai.
b. Orientasi
Kegiatan orientasi dilakukan sebagai upaya untuk membantu bidan dalam pengenalan terhadap
lingkungan dan pekerjaan, melalui tahapan orientasi umum yang dilakukan secara klasikal dan
orientasi khusus dengan target pencapaian kompetensi tertentu.Pelaksanaan kegiatan orientasi
ini dikoordinir oleh Bidang SDM, bekerjasama dengan Bidang Diklalit dan seluruh instalasi
yang terkait.
1. Mutasi sementara
a)Dilakukan dalam rangka pemerataan bidan non shift sebelum dan setelah melahirkan.
b)Bidan dengan gangguan kesehatan yang membutuhkan penanganan atau Kebidanan khusus.
2. Mutasi tetap
Dilakukan bagi bidan ruangan dengan masa kerja lebih dari 2 tahun, kecuali untuk ruangan
khusus seperti ICU, NICU, UGD, OK dan HCU dilakukan paling cepat setelah 3 tahun di
ruangan tersebut.
3. Mobilisasi
Pelaksanaan mobilisasi dilakukan untuk mengatasi kekurangan tenaga di satu ruangan pada saat-
saat tertentu apabila terjadi pelonjakan pasien atau ada bidan yang tidak bisa berdinas karena
sesuatu hal (prosedur terlampir
4. Promosi
Salah satu upaya untuk pengembangan bidan di rumah sakit VITA INSANI adalah melalui
pengkaderan, seleksi dan pendampingan untuk promosi baik melaui jenjang fungsional maupun
structural(prosedur terlampir )
1. SPO Manajerial, yang berkaitan dengan sistem dan lingkup kerja di bidang Kebidanan,
diantaranya SPO rekruitmen, SPO orientasi, SPO rotasi mutasi, SPO seleksi pendidikan,
dll.
2. SPOPelayanan Kebidanan dibuat sebagai pedoman bagi bidan untuk melakukan tindakan
Kebidanan (SPO terlampir)
3. SPO umum yang berkaitan dengan lintas unit, untuk menunjang pelaksanaan pelayanan
Kebidanan
a. Perencanaan
Perencanaan pemenuhan logistik Kebidanan di ruangan dibuat berdasarkan ketentuan sebagai
berikut :
1. Spesifikasi ruangan
2. Perkembangan dan pertumbuhan pelayanan rumah sakit dan penambahan jumlah tempat
tidur.
3. Pergantian alat atau barang yang rusak, hilang dan penghapusan karena perkembangan
teknologi.
a) Bahan seragam pakaian tidak tipis dan dapat menyerap keringat, kerudung menutupi
aurat dan tidak menimbulkan infeksi nosokomial, formal dan fleksibel tanpa meninggalkan
keindahan.
b) Warna seragam tidak mencolok, cocok dipakai oleh laki-laki maupun perempuan.
c) Model seragam berdasarkan kesepakatan bersama dengan syarat utama menutup aurat,
rapih, formal, fleksibel dan tanpa meninggalkan estetik.
6) Alat kesehatan
Alat kesehatan yang habis pakai disediakan di instalasi farmasi atas permintaan ruangan dan
pemenuhannya disesuaikan dengan kebutuhan pasien di ruangan.
8) Pengadaan
Pengadaan alat / barang logistik yang menunjang terhadap pelayanan Kebidanan, pemenuhan
kebutuhannya dikoordinir oleh Bidang Logistik Rumah Sakit berdasarkan pengajuan dari
ruangan dengan alur dan prosedur yang telah ditetapkan.
9) Pemeliharaan
Pemeliharaan alat / barang logistik yang menunjang pelayanan Kebidanan dilakukan oleh
ruangan yang meliputi : cara penyimpanan, Kebidanan / kebersihan dan perbaikan , sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
10) Penyaluran
Penyaluran / pendistribusian barang logistik yang menunjang pelayanan Kebidanan yang harus
dilakukan secara teratur dan sesuai dengan kebutuhan serta terdokumentasikan baik di ruangan
maupun di bidang logistik.
Jika diketahui terdapat kerusakan, kehilangan dan penambahan barang / alat druangan harus
tercatat dan terlaporkan secara teratur dan dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk menunjang pencapaian visi rumah sakit VITA INSANI kualitas Sumber Daya Manusia
harus selalu ditingkatkan secara terus menerus dan berkesinambungan melalui pengembangan
staf dan program pendidikan formal maupun non formal.
Program pendidikan formal Kebidanan dilaksanakan secara bertahap melalui seleksi intern
maupun ekstern, diantaranya :
1. Pendidikan S1 Kebidanan
Tahun 2018 direncanakan pejabat struktural Bidang Kebidanan dan CI/CCM/PP di lingkungan
Kebidanan mempunyai dasar pendidikan S1 Kebidanan
Direncanakan koordinator ruangan khusus mempunyai dasar pendidikan S1 Kebidanan
2. Pendidikan Pelatihan
Pendidikan non formal di lingkungan Kebidanan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan untuk
peningkatan kompetensi melalui pelatihan in house trainning dan out house trainning.
Jenis program pendidikan dan pelatihan didasarkan atas kualifikasi kompetensi yang harus
dimiliki oleh masing-masing bidan dan bidan disesuaikan dengan kebutuhan, dan
pelaksanaannya dilakukan secara berkala berdasarkan kebutuhan di lingkungan Kebidanan.
Instalasi Rawat Inap RS Vita Insani terletak digedung 1, terdiri dari ruang
cendana,mawar dan ruang melati. Gedung 2 terdiri dari ruang mahoni,anggrek,cendrawasih.
Gedung 3 terdiri dari ruang ruby,safir,emeral , sebagai sarana pendukung dalam memberikan
informasi diagnostik Instalasi Rawat Inap juga dilengkapi dengan sarana prasarana alat medis
yang canggih.
Tersedianya air bersih diolah dari pengolahan air di monitor secara kontinue untuk
memastikan kadar air yang digunakan untuk pemeriksaan memenuhi syarat baku mutu air.
Listrik di suplai dari PLN dengan sumber listrik yang stabil dan tegangan yang konstan
sehingga tidak ada giliran listrik terputus dengan dibantu UPS. Hal ini diperlukan supaya
pemeriksaan tidak terhenti mengingat Instalasi Rawat Inap Vita Insani memberikan pelayanan
24 jam. Pemantauan kestabilan voltage secara kontinue dilakukan agar alat-alat yang ada
diInstalasi Rawat Inap dapat digunakan dengan baik dan hasil yang dikeluarkan juga akurat.
Fasilitas Prasarana Penunjang
Fasilitas Prasarana untuk menunjang kegiatan Instalasi Rawat Inap meliputi:
Sarana kerja di ruang Instalasi PONEK:
PEMELIHARAAN
Peralatan medis adalah merupakan investasi yang besar di fasilitas pelayanan kesehatan
serta memerlukan biaya pemeliharaan. Penting bagi fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
program pemeliharaan terencana untuk menjaga peralatan medis agar aman, bermutu dan laik
pakai. Adanya pemeliharaan peralatan medis diharapkan juga akan memperpanjang usia pakai
peralatan medis.
Program pemeliharaan peralatan medis yang efektif terdiri dari perencanaan yang memadai,
manajemen dan pelaksanaan. Perencanaan mempertimbangkan sumber daya keuangan, fasilitas
dan SDM yang memadai. Program pemeliharaan peralatan medis harus berkesinambungan tak
terputus dan dikelola agar pelayanan kesehatan meningkat.
Adakalanya dalam masa penggunaan, peralatan medis berkurang, tidak sesuai lagi kinerjanya
atau tidak dapat digunakan, diperlukan adanya perbaikan untuk mengembalikan fungsi
peralatan medis tersebut Pemeliharaan peralatan medis dapat dibagi menjadi dua kategori
utama yaitu Inspeksi dan pemeliharaan preventif(IPM) Pemeliharaan korektif
/Corrective4Maintenance(CM)
IPM mencakup semua kegiatan yang dijadwalkan untuk memastikan fungsi peralatan
dan mencegah kerusakan atau kegagalan. Inspeksi adalah kegiatan terjadwal yang diperlukan
untuk memastikan peralatan medis berfungsi dengan benar. Ini mencakup pemeriksaan kinerja
dan keselamatan. Kegiatan inspeksi dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif, atau kalibrasi, tetapi juga dapat dilakukan
tersendiri yang dijadwalkan pada interval tertentu.
Penggunaan prosedur yang benar dan tepat untuk pemeliharaan peralatan akan dapat
meningkatkan meningkatkan kinerja peralatan yang handal dan benar berfungsi baik. Prosedur
yang digunakan dalam melakukan kegiatan IPM harus dilakukan sebelum pelaksanaan inspeksi
atau pekerjaan pemeliharaan melalui kajian yang cermat dari setiap jenis peralatan (atau
model).
Kebanyakan prosedur IPM yang dilengkapi oleh tenaga teknik dari bagian
Elektromedik/IPSRS.Dalam beberapa kasus,bagaimanapun,tugas tugas yang rutin dan mudah
untuk dilaksanakan, diselesaikan oleh pengguna. Hal ini menghemat waktu untuk personil teknis
dalam melakukan tugas tugas teknis yang lebih kompleks dan kritis danjuga membuat
pengguna mempunyai perasaan memiliki.
Ketika pada saat kegiatan IPM terdapat masalah pada peralatan, perbaikan
peralatantersebut dapat dijadwalkanuntuk dilakukan perbaikan tanpa mengganggu kegiatan IPM
yang dilakukan, atau perbaikan tersebut dapat diselesaikan sebagai dari bagian proses IPM. Jika
kegiatan IPM atau perbaikan terkait tidak dapat diselesaikan dalam perioda yang telah
ditentukan sebelumnya, permintaan surat perintah perbaikan/pemeliharaan (work4 order) harus
tetap ada, dan petugas pemelihara harus memeriksa atau memperbaiki peralatan secepat
Rentang waktu inspeksi dan pemeliharaan peralatan kesehatan didasarkan pada criteria yang
direkomendasikan pabrikan seperti tingkat risiko dan pengalaman dari rumah sakit.
Semua peralatan termasuk dalam program ini diperiksa dan diuji sebelum penggunaan awal dan
pada interval yang ditetapkan, biasanya disebut sebagai perawatanpencegahanPM).
EM=FUNGSI+RISIKO+PEMELIHARAAN+INSIDEN
FrekuensiInspeksi
A=Annual (Dilakukan1 tahun sekali) S=Semi annual
(Dilakukan 6 bulan sekali) T=Three -yearly
(Dilakukan 4 bulan sekali)
Nilai EM< 12 diinspeksi sesuai keperluan Nilai EM 12-14 dijadwalkan diinspeksi
setidaknya setiap setahun sekali. Nilai EM15–19 dijadwalkan diinspeksi setidaknya
setiap enam bulan sekali. Nilai EM ≥20 dijadwalkan diinspeksi setidaknya setiap
empat bulan sekali.
Sangat penting untuk memilih tingkat pemeliharaan yang sesuai untuk setiap situasi. Ini
tergantung pada ketersediaan sumber daya keuangan, fisik dan manusia serta pada tingkat
kepentingan permintaan perbaikan tertentu. Untuk kasus dengan prioritas yang tinggi,
misalnya, perbaikan tingkat peralatan atau sistem mungkin lebih dipilih. Jika lebih
banyak waktu tersedia, perbaikan tingkat modul atau komponen mungkin layak dilakukan.
Jika perbaikan tingkat komponen yang diusulkan, mungkin diperlukan penggantian
blok/bagian. Untuk pendekatan ini, ada beberapa pilihan yang dapat diambil. Penggantian
dapat dilakukan pada bagian khusus dari produsen, pada bagian dengan spesifikasi yang
sama atau lebih tinggi (sekering misalnya), atau dengan menggunakan suku cadang bekas dari
peralatan yang nonMfungsional (hanya setelah penilaian risiko menyeluruh dan ijin dari Kepala
Elektromedis/IPSRS) dan perlu dilakukan pengujian/kalibrasi dari pihak BPFK atau pihak
lain yang kompeten.
Dalam beberapa kasus, teknisi akan menemukan bahwa peralatan memberikan kinerja
sesuai desain spesifikasi, seperti yang ditentukan oleh pabrikan. Dalam hal demikian, perlu
untuk berkomunikasi dengan pengguna peralatan dan memeriksa lingkungan kerja untuk
menentukan mengapa peralatan tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
Ketika menyelidiki kegagalan yang tidak dapat dijelaskan, faktor lingkungan harus
dimasukkan ke dalam pertimbangan. Sebagai contoh, peralatan medis yang membutuhkan
daya listrik dapat terpengaruh oleh masalah catu daya. Idealnya, daya listrik harus
memiliki tegangan yang stabil (nilai yang sesuai)k bebas dari distorsi transien, seperti
Selanjutnya, staf elektromedik harus bekerja dengan staf IPSRS lainya untuk
memastikan bahwa generator cadangan fungsional bekerja baik dan bahwa peralihan ke
sumber daya tambahan disetel di bawah 10 detik. Alternatif lain mungkin untuk memilih
dan membeli peralatan yang dioperasikan dengan baterai.
Ketika mempertimbangkan untuk memperoleh peralatan baru, juga penting untuk staf
elektromedik untuk memastikan bahwa sistem daya listrik akan mampu mendukungnya.
Demikian pula, staf elektromedik harus menyadari bagaimana peralatan medis yang
berinteraksi dengan sistem utilitas lain (misalnya gas medis dan sistem vakum, kontrol
temperatur dan sistem ventilasi, penyediaan air, teknologi informasi dan infrastruktur
komunikasi, dll). Dan sekali lagi mereka harus berkolaborasi dengan orang lain dalam
organisasi untuk mengoptimalkan kemampuan sistem utilitas untuk mendukung peralatan
medis.
Aspek yang unik dari lingkungan fisik, seperti suhu tinggi dan kelembapan, dapat
berpengaruh buruk pada peralatan medis yang dirancang untuk digunakan di daerah beriklim
sedang atau lingkungan terkendali.
Usia dan kondisi dari fasilitas layanan kesehatan juga mungkin memainkan peran
dalam kegagalan peralatan medis. Seiring waktu, sistem utilitas akan menurunkan dan
mungkin menjadi kelebihan beban dan / atau ketinggalan jaman. Fasilitas yang lebih tua
pasti telah dibangun berdasarkan standar yang lebih tua. Bahkan fasilitas barupun mungkin
tidak memenuhi semua standar yang berlaku, oleh karena itu, perlu dikaji kesiapan
infrastruktur utilitas untuk memastikan fasilitas tersebut berfungsi secara memadai.
5.3 PELAPORAN
Untuk kegiatan IPM, teknisi biasanya memiliki daftar rinci untuk diikuti guna
merekam hasil. Memiliki checklist seperti itu juga berfungsi sebagai pengingat untuk setiap
langkah dalam proses IPM dan dengan demikian membantu menghindari terlampaui atau
dalam menghadap langkahMlangkah tertentu. Merekam pengukuran dan mendokumentasikan
hasil akhir (baik dengan pernyataan ‘laik/tidak laik’ atau dengan skoring) membantu dalam
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di masa depan, termasuk perbaikan. Untuk kegiatan
perbaikan, teknisi mencatat tindakan apa yang telah diambil, termasuk waktu dan biaya
untuk tindakan tersebut.
Kalibrasi alat kesehatan bertujuan untuk menjaga kondisi alat kesehatan agar tetap
sesuai dengan 45upplier besaran pada spesifikasinya. Dengan adanya kalibrasi maka
akurasi, ketelitian dan keamanan alat kesehatan dapat dijamin sesuai besaranMbesaran yang
Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria :
a. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi.
b. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi telah habis.
c. Diketahui penunjukkannya atau keluarannya atau kinerjanya atau keamanannya tidak sesuai
lagi, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
d. Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
e. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat dan tanda masih
berlaku.
f. Atau jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak, sehingga
tidak dapat memberikan informasi yang sebenarnya.
Program Kerja Ruang Instalasi Bersalin Page 24
Pengujian dan kalibrasi bertujuan untuk :
• Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi dari suatu bahan
ukur atau instrument.
• Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu besaran ukur atau
deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu bahan ukur.
• Menjamin hasilMhasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun
Internasional.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengujian dan kalibrasi
adalah kondisi alat ukur dan bahan ukur tetap terjaga sesuai dengan spesifikasinya.
Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan Sertifikat Kalibrasi serta
tanda Laik Pakai, demikian juga alat kesehatan yang lulus uji akan mendapatkan
Sertifikat Pengujian/Kalibrasi dan tanda Laik Pakai.
Alat kesehatan yang tidak lulus kalibrasi dan/atau uji akan mendapatkan Tanda Tidak
Laik Pakai dan tidak boleh digunakan di pelayanan.
Sertifikat, Tanda Laik Pakai dan Tanda Tidak Laik Pakai dikeluarkan oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan institusi
pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan suatu peralatan medis
akan meningkat setiap tahun, sesuai dengan peningkatan usia pakai dari peralatan
bersangkutan. Bagian utama dalam merencanakan kebutuhan biaya pemeliharaan adalah
tersedianya data yang sesuai dengan kebutuhan.
Perkiraan biaya pemeliharaan selama setahun adalah sekitar 5% sampai 6%10 dari
nilai investasi peralatan medis. Biaya pemeliharaan juga dapat dihitung dengan cara yang
lebih spesifik berdasarkan kebutuhan rutin tahun sebelumnya serta standar kebutuhan
pemeliharaan dari setiap peralatan. Besaran biaya pemeliharaan peralatan medis masing
-
masingMmasing rumah sakit bisa berbeda.
Annualized4 Investment4 Cost atau biaya investasi disetahunkan adalah suatu metode
untuk menghitung “penggunaan” biaya investasi pada tahun berjalan. Metode ini seperti
menghitung biaya depresiasi atau penyusutan pada sistem akunting keuangan.
Annulized Investment Cost menggunakan prinsip Nilai Sekarang (Present4Value4=4PV)
akan lebih rendah dibanding dengan Nilai Dimasa Depan (Future4Value4=4FV), karena adanya
Program Kerja Ruang Instalasi Bersalin Page 26
infasi nilai uang serta dihitung dengan memperhatikan usia pakai serta usia teknis suatu
peralatan kesehatan.
Sisa Usia
Persentasi Manfaat =
Manfaat Usia
Teknis
M Tentukan MEL Faktor, berikut adalah MEL Faktor yang disusun oleh Logistik
Tentara Amerika dan di kutip oleh American4Hospital4Association.
Furniture Rumah Sakit : 80%
Peralatan Listrik Dasar : 80%
Peralatan Mekanik Dasar : 80%
Peralatan Listrikmekanik dasar : 80%
Peralatan Khusus : 90%
M Hitung dengan menggunakan rumus :
MMEL = (MEL Faktor) x (Persentasi Usia Manfaat) x (Harga Pengganti)
Persentasi manfaat =
Usia Teknis
16.064 Jam
jika biaya perbaikan alat defibrilator tersebut lebih besar dari Rp. 28.772.211, maka
alat defibrilator tersebut secara ekonomi tidak layak untuk diperbaiki dan lebih
tepat jika diganti dengan Alat Defibrilator yang baru.
Usulan tersebut dituangkan ke dalam rencana anggaran dan diusulkan kepada Manajemen
rumah sakit melalui Kabag Keuangan/Kabag Sekretariat.
1. Penyiapan Fasilitas Kerja.
Fasilitas kerja penunjang pelayanan teknis, meliputi alat kerja, tool set, alat kerja
mekanik, alat ukur, protap pemantauan fungsi dan lembar kerja, SPO, pemeliharaan
dan lembar kerja, SPO perbaikan dan lembar kerja, operation manual, service manual,
schematic/wiring manual, formulir laporan.
2. Pelaksanaan pemeliharaan
Pelaksanaan pelayanan teknis terdiri dari : Pemantauan fungsi.
Pemeliharaan berkala (pemeliharaan secara internal, pemeliharaan secara outsourching,
pemeliharaan secara KSO).
Perbaikan alat yang mengikuti protap yang telah disusun.
1. Pelaporan
Setiap kegiatan pelayanan teknis harus dilengkapi dengan pelaporan yang dapat
dimengerti, baik oleh pemberi tugas, manajemen rumah sakit maupun unit pelayanan
terkait. Jenis laporan antara lain :
M Kartu pemeliharaan alat.
M Catatan pemeliharaan alat.
M Laporan kerja pemeliharaan preventif. M
Laporan kerja pemeliharaan korektif.
M Laporan hasil pemantauan fungsi.
M Laporan penggunaan bahan pemeliharaan/suku cadang.
Inventori peralatan medis merupakan data detil peralatan medis yang berkaian dengan
aspek tenis maupun administrasi setiap tipe/model peralatan medis. Inventori harus selalu
dikelola/update sehingga data yang terdapat dalam inventori merupakan kondisi terkini .
1. Technical4 assessment, merek dan tipe peralatan beserta jumlah dan status kondisi
peralatan.
2. Memberikan informasi dasar untuk pengelolaan aset, termasuk membantu
penjadwalan pemeliharaan preventif, penelusuran pemeliharaan, perbaikan, dan penarikan
kembali/recall.
3. Memberikan infomasi keuangan guna mendukungan penilaian budget dan ekonomi.
Untuk pengelolaan peralatan medis tidaklah harus semua peralatan medis dimasukan
ke dalam inventori, tetapi sebaiknya dilakukan pembatasan/prioritas item-item peralatan
medis yang akan dilakukan inventarisasi. Prioritas tersebut dapat dilakukan dengan cara
berdasarkan nilai investasi peralatan medis, usia teknis, berdasarkan risiko atau kombinasi
dari kriteria tersebut.
1. Nilai investasi peralatan medis
Prioritas ini memperhitungkan peralatan medis yang akan dilakukan inventarisasi
berdasarkan harga pada saat pembeliaan yaitu peralatan medis dengan harga diatas nominal
harga tertentu.
Inventarisasi dari data tersebut bersifat relasional antar data/form sehingga lebih mudah dalam
melakukan penelusuran data.
Kode Nama Jenis Merek/Tipe S/N Pabri- Usia Distributor/ Tanggal Tanggal Lokasi Kondisi Petugas Harg
Peralatan kan Teknis Suplier Pengadaan Penerimaan pemeliharaan a
1.1 LOGISTIK
1.2 .1 PENGERTIAN
Manajemen dan setiap unit pelayanan dalam menyelenggarakan program kerja tiap unit
membutuhkan perlengkapan atau alat seperti bahan – bahan habis pakai, formulir –
formulir, alat-alat medis ataupun nonmedis.
8.1.2 TUJUAN
Dalam pengadaan, Bidanan, distribusi, penyediaan perlengkapan barang di Rumah sakit
Vita Insani memenuhi syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
8.1.3 SYARAT MANAJEMEN LOGISTIK
1. Fasilitas penyimpanan terstandar (bersih dan suhu sesuai).
2. Stok bahan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu
3. Menjaga kualitas bahan tetap terjamin.
4. Adanya sistem pencatatan.
Pemesanan bahan/barang bahan habis pakai secara periodik dan sesuai dengan
kebutuhan ruangan masing-masing.
1. Standart Perencanaan
Yaitu proses pengadaan peralatan baik medis maupun non medis mulai dari
perencanaan pemilihan vendor, spesisifikasi barang direncanakan dengan
memperhatikan syarat – syarat keselamatan kerja.
2. Standart Pengadaan
Yaitu penetapan kebutuhan barang dan jasa dari segi jumlah maupun jenisnya dapat
menjamin kualitas sesuai dengan standar.
3. Standar Distribusi
Yaitu pendistribusian peralatan, barang untuk mencapai tujuan pelayanan sesuai
dengan permintaan setiap unit. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang perlu
diperhatikan ketika pendistribusian barang antara lain :
1. Menggunakan alat angkut untuk mengangkut barang yang berat dan tidak
sesuai kemampuan
2. Alat – alat pengangkut (troli ) dicek sebelum digunakan.
3. Peletakan barang di troli dengan meletakkan yang berat paling bawah
Program Kerja Ruang Instalasi Bersalin Page 42
8.2 PEMELIHARAAN
Sarana dalam fasilitas kesehatan terbagi atas dua bagian yaitu
1. Peralatan Medis
2. peralatan Non medis
Penting bagi rumah sakit Vita Insani Pematangsiantar untuk memiliki program
pemeliharaan terencana untuk memelihara peralatan medis maupun non medis agar aman,
bermutu dan layak pakai. Adanya pemeliharaan peralatan medis diharapkan dapat
memperpanjang usia pakai peralatan dan menghilangkan potensi bahaya yang bisa
menyebabkan kecelakaan kerja.
Program pemeliharaan alat medis dan non medis yang efektif terdiri dari perencanaan yang
memadai, manajemen dan pelaksanaan.
a. Pemeliharaan alat medis terdiri dari dua kategori yaitu :
1. Inspeksi dan Pemeliharaan Preventif
IPM mencakup semua kegiatan yang dijadwalkan untuk memastikan peralatan dan
mencegah kerusakan atau kegagalan.Jenis inspeksi yng mungkin dilakukan adalah
melakukan pemeriksaan sebelum digunakan atau pemeriksaan harian. Contoh jika
memungkinkan adalah kalibrasi harian monitor glukosa darah, pengujian harian
defibrillator atau memeriksa kalibrasi peralatan laboratorium. Hal ini merupakan
tanggungjawab bagian Elektromedis/IPSRS untuk melatih pengguna dalam
melakukan tugas.Rentang waktu Inspeksi dan pemeliharaan peralatan kesehatan
didasarkan pada criteria yang drekomendasikan pabrikan seperti tingkat risiko dan
pengalaman dari rumah sakit.
Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu keharusan untuk
melakukan pemeliharaan peralatan medis supaya peralatan medis aman bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah
sakit baik saat digunakan maupun tidak digunakan. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu :
Program Kerja Ruang Instalasi Bersalin Page 43
1. Memastikan tersedianya daftar alat medis yang akan diinspeksi di rumah
sakit Vita Insani Pematangsiantar
2. Memastikan dilaksanakan inspeksi berkala peralatan medis secara berkala.
Peralatan non medis mencakup semua sarana yang mendukung prasarana seperti AC,
Kulkas, TV, Komputer, Kursi, Meja, dll. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman
dan memastikan kehandalan dari alat – alat tersebut agar tidak berbahaya bagi sumerdaya
manusia, pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. Untuk memastikan hal
tersebut maka alat-alat tersebut diperiksa, dipelihara, diperbaiki secara berka
Area Klinis
Area Indikator
1. Asesmen pasien Angka ketidaklengkapan pengkajian
awal pasien baru < 24 jam
2. Pelayanan laboratorium Angka pelaporan niali kritis
laboratorium
3. Pelayanan radiologi dan pencitraan Angka pelaporan nilai kritis radiologi
diagnostic
4. Prosedur bedah Angka kepatuhan proses time op pre
operasi
5. Penggunaan antibiotika dan obat lainnya Angka operasi bersih tanpa antibiotik
6. Kesalahan medis (medication error) dan Angka kelengkapan penulisan peresepan
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) obat
7. Anestesi dan penggunaan sedasi Angka kelengkapan asesmen pre
anastesi
8. Penggunaan darah dan produk darah Tidak adanya angka kejadian reaksi
transfusi darah
9. Ketersediaan, isi dan penggunaan catatan Angka kelengkapan pengisian dan
medic pencatatan medis 2x24 jam
10. Pencegahan dan pengendalian infeksi, Angka phlebitis
surveilans dan pelaporan
11. PPI 2 Angka Hospital Acquide Pneumonia
Area Manajemen
9. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian Angka kepatuhan cuci tangan pasien,
yang dapat menimbulkan masalah bagi keluarga pasien dan staff
keselamatan pasien, keluarga pasien dan
staf
JCI Indikator
B. KESELAMATAN PASIEN
1. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah sistim yang sudah dijalankan dirumah sakit untuk
memberikan jaminan keselamatan paien sehingga kepercayaan pasien terhadap
pelayan Instalasi ruang bersalin meningkat.Keselamatan pasien termasuk asesmen
resiko,paien.Pelaporan setiap kali terjadi insident dianalisis dan ditindak lanjuti dengan
implementasi yang dapat berulangnya kembali insident tersebut sehingga dapat
meminimalkan resiko terhadap paien
2. TUJUAN
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh tindakan
pelayanan yang tidak seharusnya atau seharusnya dikerjakan tidak dilaksanakan ,Selain
itu agar tercipta budaya keselamatan pasien,
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
Program Kerja Ruang Instalasi Bersalin Page 56
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
f. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
g. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.
Tanggal / Jam :
Nama Pasien :
Jenis Kelamin :
Tgl.lahir / Umur :
No.RM :
TOTAL POIN
(__________________)
Kelainan Neurologi 4
Gangguan oksigenisasi( Gangguan 3
Diagnosis pernapasan,dehidrasi,anemi,anoreksia,sinkop,sakit kepala,dll
Kelemahan fisik/kelainan psikis 2
Diagnosis lain 1
Gangguan Tidak memahami keterbatasan 3
kognitif Lupa keterbatasan 2
Orientasi terhadap kelemahan 1
Faktor Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi-anak 4
lingkungan Pasien menggunakan alat bantu atau menggunakan boks atau mebel 3
Pasien berada ditempat tidur 2
Pasien berada di luar area ruang Kebidanan 1
Respon Kurang dari 24 jam 3
terhadap
Operasi/obat Kurang dari 48 jam 2
Penenang/efe Lebih dari 48 jam 1
INTERPRETASI
SKOR 7-12 : RESIKO RENDAH SKOR MINIMAL : 7
SKOR ≥ 12 : RESIKO TINGGI SKOR MAKSIMAL : 23
3.3 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
1. Mengidentifikasi jenis, lokasi, dan jumlah semua Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, hasil identifikasi diberi
label atau kode untuk dapat membedakan satu dengan lainnya.
2. Mengawasi pelaksanakan kegiatan inventarisasi, penyimpanan, penanganan,
penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
3. Menyiapkan dan Memiliki Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data
Sheet) Informasi mengenai bahan-bahan berbahaya terkait dengan penanganan yang
aman, prosedur penanganan tumpahan, dan prosedur untuk mengelola pemaparan
sudah yang terbaru dan selalu tersedia.
4. Menyiapkan sarana keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3):
1. Lemari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
2. Alat Pelindung Diri (APD);
3. Rambu dan Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); dan
4. Spill Kit
5. Pembuatan Pedoman dan Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) yang Aman
6. Penanganan Keadaan Darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), seperti
melakukan pelatihan dan simulasi tumpahan B3, menerapkan prosedur untuk
mengelola tumpahan dan paparan B3 dan menerapkan mekanisme pelaporan dan
penyelidikan tumpahan dan paparan B3
3.4 Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
1. Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
2. Pemetaan Area Berisiko Tinggi Kebakaran dan Ledakan
3. Pengurangan Risiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
a. Inspeksi kawasan dilarang merokok
b. Sosialisasi larangan merokok
c. Inspeksi fasilitas/daerah berisiko kebakaran secara berkala
4. Pengendalian Kebakaran
a. Inspeksi APAR
Program Kerja Ruang Instalasi Bersalin Page 65
b. Pembentukan tim penanggulangan kebakaran
5. Simulasi Kebakaran
3.5 Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit Vita Insani dari Aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
1. Memastikan adanya daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitasnya dan
memetakan pendistribusiannya.
2. Memastikan dilakukan kegiatan pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan terhadap
semua komponen-komponen sistem utilitas yang beroperasi, semua komponennya
ditingkatkan bila perlu.
3. Mengidentifikasi jangka waktu untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan
semua komponen-komponen sistem utilitas yang beroperasi di dalam daftar
inventaris, berdasarkan kriteria seperti rekomendasi produsen, tingkat risiko, dan
pengalaman Rumah Sakit.
4. Memberikan label pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian.
5. Memastikan dilakukannya dokumentasi setiap kegiatan sistem utilitas.
3.6 Pengelolaan Peralatan Medis dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis
2. Memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan yang tidak
digunakan.
3. Memastikan dilaksanakanya Inspeksi berkala.
4. Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan
5. Memastikan dilakukan pemeliharaan promotif dan pemeliharaan terencana pada
peralatan medis
6. Memastikan petugas yang memelihara dan menggunakan peralatan medis
kompeten dan terlatih
3.7 Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat atau Bencana
1. Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana
2. Penilaian analisa risiko kerentanan bencana
3. Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana
4. Pengendalian kondisi darurat benca
I. PROGRAM POKOK
1. Monitoring kewaspadaan isolasi
2. Melakukan surveilans
3. Pendidikan dan pelatihan
4. Melaksanakan langkah-langkah pencegahan infeksi
5. Monitoring penggunaan antibiotik yang rasional
2. Melakukan surveilans
a. Menetapkan jenis survei yang akan dilakukan
b. Membuat criteria survei
c. Menetapkan target survei
d. Membuat jadwal survei
e. Mengumpulkan data
f. Menginput data dalam system informasi rumah sakit
g. Membuat anlisa
h. Membuat laporan
III. SASARAN
1. Monitoring kewaspadaan isolasi
a. Semua staf, Bidan, dokter, pasien, penjaga pasien dan pengungjung
melakukan kebersihan tangan yang benar
b. Cara penggunaan APD yang tepat dan sesuai indikasi
c. Pemilahaan sampah non infeksi, infeksius dan benda tajam yang benar
2. Melakukan surveilans
a. PHLEBITIS
b. ILO
c. IADP
d. ISK
e. VAP
f. HAP
VII. PENUTUP
Agar pencapaian program berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka perlu
mendapat support dari manajemen rumah sakit
Kematian ibu
karena eklamsi
dan pre eklamsi.
Kematian ibu
karena karena
sepsis.
Kematian bayi
karena sepsis.
Bayi hipotermi
karena kedinginan
Keterlambatan Pasien jadi lama di
status RM dari laporkan ke dr
ruang registrasi DPJP.
2 Tenaga kesehatan Pelatihan terhadap Diharapkan 3
Bidan di instalasi Bidan/ 3 bulan
bersalin. mengikuti
Keluarga Keluarga masih .pelatihanpelatihan
Sudah
belum mematuhi khususperinatologi
disosialisasikan
lima momen cuci kepada keluarga
tangan. pasien.
Pasien
Pasien
Pasien
2 5 5 25 EKSTRIM
Pasien pulang- penolakan
3 3 5 15 EKSTRIM
Pasien pulang permintaan
sendiri
4 5 5 25 EKSTRIM
Kegagalan follow up
5 5 5 25 EKSTRIM
Janji visit yang tidak di tepati
6 4 3 12 EKSTRIM
7 3 5 15 EKSTRIM
Terpeleset/jatuh
8 2 3 6 RISIKO SEDANG
Pajanan bau tidak sedap
9 3 5 15 EKSTRIM
14
Kegagalan/penundaan kegiatan
memperbaiki alat
4 5 20 EKSTRIM
10
Estimasi biaya yang salah
11 5 5 25 EKSTRIM
15
Tarif berbeda antara tariff buku
dengan tariff di system billing
12 5 5 25 EKSTRIM
13 4 5 20 EKSTRIM
16
14 3 5 15 EKSTRIM
Perdarahan
15 4 5 20 EKSTRIM
17
17 2 3 6 RISIKO SEDANG
18 3 3 9 RISIKO TINGGI
19 1 3 3 RISIKO RENDAH
18
Ibu menolak untuk IMD
20 4 5 20 EKSTRIM
19
27 Jumlah pasien yang di asesmen
nyeri 3 3 9 RESIKO SEDANG
20
36 Jumlah pasien meninggal>48 jam
5 5 25 EKSTRIM
21
45
5 5 25 EKSTRIM
22
3. EVALUASI RISIKO DAN PENGENDALIAN RISIKO
23
Tarif berbeda antara Perbaikan sarana dan Selama
penambahan sarana
tarif buku dengan pelaksanaan
tarif di system billing
kurang efektif
2018
Estimasi biaya yang perbaikan sarana pengawasan
salah dan penambahan penuh dan
sarana sosialisasi
kurang efektif 2017 berkelanjutan
Kegagalan atau perbaikan sarana pengawasan
penundaan kegiatan dan penambahan penuh dan
memperbaiki alat sarana sosialisasi
berkelanjutan
kurang efektif 2017
Janji visit yang tidak Di ingatkan pengawasan
di tepati kembali DPJP penuh dan
sosialisasi
berkelanjutan
1. PENDAHULUAN
Latar belakang
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN)
di Indonesia masih tertinggi diantara negara ASEAN dan penurunanya sangat lambat. Pada
Konfrensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 2000 disepakati bahwa
terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium ( Millenium Development Goals) pada tahun 2015.
Dua diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan
ibu, bayi dan anak. Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai
apabila dilakukan upaya terobosan yang inivatifuntuk mengatasi penyebab utama kematian
tersebut yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendala
yang timbul selama ini. Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia dan infeksi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan
oleh keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian ibu
umumnya disebabkan perdarahan, infeksi, pre-eklamsia/ eklamsia, persalinan macet dan abortus.
Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka proses
persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu di tingkat nasional dan
regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu
dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di rumah sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar
(PONED) di tingkat Puskesmas. Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem
rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan
dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah
ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana dan manajemen yang handal.
A.KEGIATAN POKOK
aPERSPEKTIF KEUANGAN
STR
ATE
RINCIAN
NO SASARAN GI
KEGIATAN CARA JADWAL
MELAK- PELAK- ANGGA- K
SANAKAN SANAAN RAN E
KEGIATA KEGIATAN T
1 Peningkatan Jumlah pendapatan N
Menghitung & 1 x / bulan
jumlah pendapatan dalam 1bulan melaporkan
sesuai target pendapatan
perbulan dari perbulan
bagian keuangan
( 300.000.000/bln)
2 Peningkatan Jumlah pasien Menghitung & 1 x / bulan
jumlah pasien MRS dalam 1 melaporkan
MRS bulan sesuai target jumlah pasien
perbulan pasien MRS perbulan
MRS R. Bersalin
40/bulan
3 Peningkatan jumlah Jumlah hari Menghitung & 1 x / bulan
hari Bidanan pasien Bidanan pasien melaporkan
dalam 1 tahun jumlah hari
sesuai target Bidanan
perbulan MRS R. pasien
Bersalin perbulan
.200/bulan ) SUB 0
TOTAL
a. PERSPEKTIF PELANGGAN.
STRAT
CARA EGI
JADWAL
RINCIAN
NO SASARAN MELAK- PELAK- ANGGA- K
KEGIATAN
SANAKAN SANAAN RAN E
KEGIATAN KEGIATAN T
1 Peningkatan angka Angka 1. Memberikan Setiap pasien
kepuasan pelanggan kepuasan angket survey yang akan
pelanggan kepuasan keluar dari
MRS R. pelanggan MRS R.
Bersalin 2. Evaluasi Bersalin 1x/3
>70% survey bulan
kepuasan
pelanggan
SUB 0
TOTAL
4 Program
. manajemen resiko
di Unit Rekruitmen
tenaga Bidan
sesuai standar Sesuai
A. Tenaga Bidan 50% kebijakan
Tenaga kompetensi
tidak sesuai Mengikuti managemen
standar Bidan dan jadwal
sesuai pelatihan
kompetensi internal maupun pelaksanaan
standar pelatihan
kompetensi exsternal
In house Sesuai
100% training jadwal
C. Hands off tidak ada KKPRS &
komunication kejadian KOMKEP.
error hands off Monev
komunicat pelaksanaan
ion error komunikasi 1x/bln
PERCETAKAN
DAFTAR PEMBERIAN
28 OBAT RI 39 2 25.000,00 27.500,00 55000
LEMBAR SEBAB 20350
29 KEMATIAN RI 13 50 370,00 407,00
PULANG ATAS
30 PERMINTAAN SENDIRI RI 50 370,00 407,00 20350
14
PENGKAJIAN RESIKO
31 JATUH RI 38 100 400,00 440,00 44000
GRAFIK VITAL SIGN RI
32 36 100 370,00 407,00 40700
SURAT KETERANGAN
33 MENIGGAL DUNIA 50 180,00 198,00 9900
RM.OR.01/PERSETUJUAN
34 TINDAKAN MEDIK 100 204,73 225,20 22520
RM.OR.03/PENOLAKAN
35 TINDAKAN MEDIS 100 180,00 198,00 19800
RM.RI.18/RINGKASAN
36 SERAH TERIMA PASIEN 100 180,0 198,00 19800
RM.RI.19/KONSULTASI
37 MEDIK ANTAR BAGIAN 50 180,00 198,00 9900
RM.RI.20/ASESMEN
38 PASIEN TAHAP 100 180,00 198,00 19800
TERMINAL
39 RM.RI.21/TRANSFUSI 2 25.000,00 27.500,00 55000
40 DARAH(3 PLY)
RM.RI.23/RESUME 3 25.000,00 27.500,00 82500
MEDIS (3 PLY)
RM.RI.24/PERMINTAAN
41 PLYN SPIRITUAL DLM 50 204,73 225,20 22570
KONDISI KRITIS
42 KERTAS LAPORAN 4 7.500,00 8.250,00 33000
PERBAIKAN ALAT
SURAT KETERANGAN
45 PENOLAKAN OPNAME 1 7.000,00 7.700,00 7700
PENGADAAN INVESTASI
TO 103.500.000
TAL
2 INVESTASI 103.500.000
TOTAL 149.897.497
ANGGARAN
DENGAN HURUF
SATU MILYAR
DUA RATUS EMPAT
JUTA LIMA PULUH
TIGA RIBU
LIMA RATUS TUJUH PULUH SATU
RUPIAH
NO JENIS INDI STANDAR JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
PELAYANAN Kriteria KAT
Indikator
OR
6 Pelayanan Input 1. Pemberi pelayanan Sesuai
intensif 2. Ketersediaan fasilitas klasifikasi
dan peralatan ruang rumah
Sesuai sakit
INSTALASI dan standar
klasifikasi
BERSALIN INSTALASI
rumah
Sesuai sakit
3. Ketersediaan tempat BERSALIN
dan standar
klasifikasi
tidur Gynekologi. INSTALASI
rumah sakit
BERSALIN
dan standar
INSTALASI
Proses 4. Kepatuhan terhadap 100 %
BERSALIN
hand hygiene
Masukan dari
5. Kejadian infeksi IDSAI atau
nosokomial PPI RS (AS
9,2%)
Output 6. Pasien yang ≤3%
kembali .
7. intensif dengan kasus
yang sama < 72 jam
Outcome 8. Kepuasan ≥ 70 %
pelanggan
B. INDIKATOR PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP).
NO INDIKATOR PMKP JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
1. PENGKAJIAN AWAL PASIEN BARU < 24
JAM (STANDAR 100%)
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
2. KETEPATAN PERESEPAN OBAT (STANDAR
1. Numerator
100%)
2. Denominator
3. Hasil
3. KETEPATAN WAKTU LAPOR INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN (STANDAR 100%)
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
4. ANGKA INFEKSI LUKA INFUS (STANDAR
5%)1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
5. KEJADIAN TERTUSUK JARUM SUNTIK
1. Numerator
(STANDAR 0)
2. Denominator
3. Hasil
6. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
1. Numerator
DIRI (STANDAR 80%)
2. Denominator
3. Hasil
7. KETERSEDIAAN OBAT/ALKES
1. Numerator DI SEMUA UNIT
EMERGENSI
2. Denominator
BIDANAN (STANDAR 100%)
3. Hasil
8. SURVEY KEPUASAN PASIEN INSTALASI
1. Numerator
BERSALIN (STANDAR 80%)
2. Denominator
3. Hasil
C. INDIKATOR KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (KKPRS).
NO INDIKATOR KKPRS JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
1. IDENTITAS PASIEN
1.a. KETEPATAN IDENTITAS PASIEN
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
1.b. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap.
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
2. KOMUNIKASI
2.a. Pelaksanaan SBAR
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
3. MEDIKASI
3.a. Ketepatan pemberian obat
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
3.b. Ketepatan transfusi
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
5. PASIEN JATUH
5.a. Pasien Jatuh
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
D. INDIKATOR KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT (KKPIRS).
NO INDIKATOR KPPIRS JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
1. KEPATUHAN CUCI TANGAN (80%)
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
2. KEPATUHAN PEMAKAIAN APD
(80%)
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
3. ILI (5%)
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
4. ILO (3%)
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
5. IADP (3%)
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
6. CaUTI (<10%)
1. Numerator
2. Denominator
3. Hasil
7. Kejadian tertusuk benda tajam & terpapar (0)
1. Hasil