PERSALINAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN 2
C. SASARAN 2
D. LANDASAN HUKUM 3
BAB II PERSALINAN 4
A. PENGERTIAN PERSALINAN 4
B. MACAM-MACAM PERSALINAN 9
C. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN 10
D. TAHAPAN PERSALINAN
E. FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
F. LIMA BENANG MERAH PERSALINAN
G. MENCATAT PROSES PERSALINAN DENGAN PARTOGRAF
H. INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
I. PENJAHITAN LUKA PERINEUM
J. PELAYANAN PERSALINAN DI MASA PANDEMI COVID19
BAB III
12
A. PENCATATAN 19
B. PELAPORAN
C. ALUR PELAYANAN 20
D. INDIKATOR 21
REGISTER KOHORT BAYI 22
REGISTER KOHORT IBU 22
KARTU IBU 23
BAB V PENUTUP 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses ini
terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya
melalui jalan lahir. Menurut Manuaba (2008) dalam Marmi (2012), mengatakan bahwa
persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses persalinan selalu diharapkan
berjalan secara fisiologis, akan tetapi hal tersebut tidak selalu berjalan lancar. Tiga faktor
penting yang mempengaruhi proses persalinan yaitu, power yang merupakan his dan
kekuatan meneran ibu, passage yang merupakan jalan lahir, dan passanger yaitu janin dan
plasenta (Prawirohardjo, Sarwono, 2010). Ketiga faktor tersebut mempengaruhi lancarnya
proses persalinan. Jika salah satu dari tiga faktor tersebut tidak terpenuhi, maka akan
menimbulkan masalah dalam proses persalinan. Beberapa masalah yang dapat timbul antara
lain perdarahan (42%), partus lama/macet (9%), dan penyebab lain (15%) (Ditjen Bina Gizi
dan KIA, Kemenkes RI, 2014). Dari beberapa masalah yang dapat timbul saat persalinan
tersebut dapat menyumbangkan angka kematian ibu di Indonesia.
Secara nasional, akses masyarakat kita terhadap pelayanan kesehatan ibu cenderung
semakin membaik. Dimana tren Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah
berhasil diturunkan dari 390/100.000 kelahiran hidup (data SDKI tahun 1990) menjadi 359 /
100.000 kelahiran hidup (data SDKI tahun 2012). Namun demikian, jika dibandingkan
dengan target Millenium Development Goals(MDG) 5 pada tahun 2015 sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup, sehingga Indonesia masih memerlukan upaya dan kerja keras untuk
mencapainya Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu,secara garis besar dapat
dikelompokkanmenjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung
kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas seperti perdarahan, preeklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan
abortus.Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat
keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun
yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti
TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan).
Faktor lain yangberpengaruh adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti
malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis; penyakit tidak menular sepertihipertensi, diabetes
mellitus,jantung, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi
Selain pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penurunan kematian ibu
dipengaruhi juga oleh keberhasilan pencapaian universal akses kesehatan reproduksi lainnya
yang kemudian tertuang dalam MDG 5b dengan indikator yaitu : CPR, ASFR atau Angka
Kelahiran pada remaja 15-19 tahun, ANC dan Unmet need pelayanan KB. Situasi Program
Keluarga Berencana tidak mengalami banyak kemajuan yang signifikan yang ditunjukkan
dengan : 1) CPR cara modern hanya naik 0,5% dari 57,4% menjadi 57,9%; 2) Unmet need
hanya menurun 0,6% dari 9,1% menjadi 8,5% ; 3) Angka kelahiran pada remaja 15-19 tahun
hanya mengalami sedikit penurunan dari 51 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun menjadi
48 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun. Hal ini berdampak pada stagnannya Total Fertility
Rate (TFR) dalam 10 tahun terakhir di angka 2,6 dan masih tingginya Angka Kematian Ibu
(SDKI 2007 dan 2012).
Dalam menghadapi masalah AKI yang tinggi ini pemerintah jawa barat menggunakan
beberapa cara. Salah satunya dengan memberikan pelayanan dengan aspek 5 benang merah,
serta dilakukan sesuai dengan standar Asuhan Persalinan Normal (PERMENKES RI Nomor
97 Tahun 2014 pasal 14). Dalam menjalankan program tersebut pada pertolongan persalinan
dilakukan beberapa hal untuk mendeteksi ibu bersalin secara fisiologis melalui penapisan ibu
bersalin dan pemantauan selama proses persalinan dengan menggunakan partograf (Profil
Kesehatan Indonesia, 2016).
Pedoman ini merupakan acuan bagi ibu dan keluarga serta tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan ANC, persalinan dan PNC. Diharapkan ibu dan bayi tetap
mendapatkan pelayanan esensial, faktor risiko dapat dikenali secara dini, serta mendapatkan
akses pertolongan kegawatdaruratan dan tenaga kesehatan mendapatkan perlindungan.
B. TUJUAN
1. Umum :
2. Khusus :
1. Meningkatkan kemampuan pengelolaan program KIA dan persalinan dalam
perencanaan pelayanan persalinan
2. Memahami paradigma dalam asuhan persalinan normal yang bersih dan aman.
3. Menggunakan Buku Panduan Pelayanan Persalinan bagi ibu sebagai acuan asuhan
persalinan dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
4. Melakukan pengkajian pada ibu bersalin kala I, kala II, kala III dan kala IV
5. Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah kebidanan pada ibu bersalin kala I,
kala II, kala III, dan kala IV fisiologis
C. SASARAN
D. LANDASAN HUKUM
PERSALINAN
A. PENGERTIAN
Persalinan adalah proses dimana bayi, palsenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tnpa disertai penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontarksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap (JNPK-KR, 2017)
2. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang
diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi
sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan
berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).
3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2002).
B. MACAM MACAM PERSALINAN
2. Persalinan Buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
3. Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
Kontraksi atau nyeri yang melingkar dari punggung menjalar ke perut bagian depan.
Sifatnya teratus, interval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin besar,
mempunyai pengaruh pada pendataran atau pembukaan serviks. Kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahab pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah
sebagai tanda pemula.
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar dengan sedikit
darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian
bawah segmen rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
4) Prematur rupture of membrane Keluarnya cairan yang banyak dari jalan lahir yang
terjadinya akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasaya pecah pada saat
pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
D. Tahapan persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 cm. Kala I
dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan
kekuatan mengedan, janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala urie,
plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2
jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum
1) Kala I persalinan
Persalinan Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu
masih dapat berjalan-jalan. Klinis dinyatakan mulai terjadi partus jika timbul his dan ibu
mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Proses ini berlangsung kurang lebih 18-24
jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu
(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
(3) Pada umunya, fase laten berlangsung antara 6 hingga 8 jam (JNPK-KR, 2017).
- Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm. ·
(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umunya meningkat (kontraksi dianggap adekuat atau
menandai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih).
(2) Servik membuka dari 4 cm ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam
hingga pembukaan lengkap (10 cm).
(3) Terjadi penurunan bagian terendah janin.
(1) Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke bawah
abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus.
Selagi uterus kontraksi berkontraksi dan relaksasi memungkinkan kepala janin masuk ke
rongga pelvik.
2) Kala II persalinan
a) Pengertian
Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan lengkap serviks (10 cm), dilanjutkan
dengan upaya mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala
dua persalinan juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2017). Proses fase ini
normalnya berlangsung maksimal 2 jam pada primipara, dan maksimal 1 jam pada multipara
(2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang
hasilnnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya kepala bayi melalui
introitus vagina (JNPK-KR, 2017).
Perubahan fisiologi pada kala II menurut Kemenkes RI (2016) terdiri sebagai berikut:
(1) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya tiap 2- 3
menit.
(2) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan
kekuningkuningan sekonyong-konyong dan banyak.
(3) Pasien mulai mengejan.
(4) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
(5) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu his
berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala
membuka pintu”.
(6) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa
mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah
symphisis disebut “Kepala keluar pintu”.
(7) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan
mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya
akan robek pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan regangan yang
kuat tersebut.
(8) Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga kepala
melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga
dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
(9) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh
badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir.
(10) Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu
ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah.
(11) Lama kala II pada primi 50 menit pada multi 20 menit.
Posisi secara teratur pada saat persalinan dapat diubah-ubah selama kala II karena hal
ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang efektif dan menjaga
sirkulasi utero-plasenter tetap baik (JNPK-KR, 2017).
(1) Posisi setengah duduk, dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan member
kemudahan baginya beristirahat diantara kedua, posisi ini adalah gaya grafitasi membantu ibu
melahirkan bayinya.
(2) Posisi jongkok atau berdiri, dapat membantu mempercepat kemajuan kala dua
persalinan dan mengurangi rasa nyeri.
Kala III persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhirnya dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban (JNPK-KR, 2017). Berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Pada
tahap ini sering dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta (Kemenkes RI, 2016a).
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus, kontraksi
akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran
uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh
karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi
tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-
pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan
berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir dinding uterus
akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan
menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Sebelum uterus
berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360 cc/menit dari tempat melekatnya
plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu
seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan
dari dinding uterus (Kemenkes RI, 2016a).
(2) Tali pusat memanjang. (3) Semburan darah mendadak dan singkat.
c) Manajemen Aktif Kala III Tujuan Manajemen Aktif Kala (MAK) III adalah
membuat uterus berkontraksi lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah selama Kala III (JNPK-KR, 2017).
Pemantauan kala III dilakukan palpasi uterus untuk menentukan apakah ada janin
kedua. Jika ada maka tunggu sampai bayi kedua lahir, serta menilai apakah bayi baru lahir
dalam keadaan stabil, jika tidak rawat bayi segera (Kemenkes RI, 2016)
4) Kala IV persalinan
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
(JNPK-KR, 2017).
a) Perubahan fisiologi kala IV
Fisiologi Kala IV Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah
pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-anyaman
otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan
(Kemenkes RI, 2016a). b) Tujuh (7) lagkah yang dilakukan kala IV
(1) Kontraksi rahim Kontraksi rahim dapat di ketahui dengan palpasi. Setelah plasenta
lahir dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi
uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus
(Kemenkes RI, 2016a).
(2) Perdarahan
(3) Kandung kencing harus tidak penuh, karena jika kandung kencing yang penuh akan
mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.
(4) Luka robekan Melakukan evaluasi dan perdarah aktif pada perineum dan vagina. Nilai
perluasan laserasi perineum.
(6) Keadaan umum ibu: tekanan darah, nadi, pernafasan, dan rasa sakit.
1) Power (kekuatan)
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin
keluar dalam persalinan adalah his, kontraksi, otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi
dari ligamen dan tenaga mengejan.
Jalan lahir yang dibagi menjadi bagian keras dan bagian yang lunak. Pada bagian yang
keras terdiri dari: rangka pangggul. Sedangkan pada bagian yang lunak terdiri dari: otot-otot,
jaringan- jaringan dan ligamen-ligamen.
3) Passengger atau buah kehamilan yang terdiri dari: janin, plasenta dan air ketuban.
4) Psikologi
Kelahiran bayi merupakan peristiwa yang penting bagi kehidupan seorang ibu dan
keluarga. Banyak ibu yang mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional wanita) dalam
menghadapi persalinan. Namun demikian seorang penolong persalinan harus memperhatika
psikologis ibu yang akn melahirkan karena keadaan psikologis mempunyai pengaruh
terhadap persalinan.
5) Penolong
Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang ibu. Asuhan sayang
ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa
beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
1) Kebutuhan oksigen
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu diperhatikan oleh bidan,
terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya untuk
oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat
kemajuan persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat
diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan. Indikasi
pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil
(Kemenkes RI, 2016a).
Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan, Dehidrasi pada ibu bersalin dapat
mengakibatkan melambatnya kontraksi/his, dan mengakibatkan kontraksi menjadi tidak
teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi dapat diamati dari bibir yang kering, peningkatan suhu
tubuh, dan eliminasi yang sedikit. Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh
anggota keluarga yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan ibu untuk cukup makan
dan minum, untuk mendukung kemajuan persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali
mengalami dehidrasi, karena terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena
proses mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi kebutuhan
cairannya (minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi, maka bidan
juga harus memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya, untuk
mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama kelahiran bayi (pada
kala II) (Kemenkes RI, 2016).
3) Kebutuhan eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi oleh bidan, untuk
membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk
berkemih secara spontan sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama
persalinan. Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah BAB.
Rektum yang penuh dapat mengganggu dalam proses kelahiran janin. (Kemenkes RI, 2016a).
4) Kebutuhan hygiene
Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan dalam memberikan
asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa
aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi
darah, mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan
psikis (Kemenkes RI, 2016a).
6) Kebutuhan istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu bersalin tetap harus
dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud adalah
bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan
emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-sela his) (Kemenkes RI,
2016a).
Bidan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks. Bidan harus memfasilitasi ibu
dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, bidan harus memahami posisi-
posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar proses kelahiran bayi dapat berjalan
senormal mungkin. Dengan memahami posisi persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat
menghindari intervensi yang tidak perlu, sehingga meningkatkan persalinan normal. Semakin
normal proses kelahiran, semakin aman kelahiran bayi itu sendiri (Kemenkes RI, 2016a)
F. Lima benang merah persalinan
Terdapat lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam
asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut menurut (JNPK-KR,
2017) yaitu:
b) Diagnosis kerja
c) Penatalaksanaan klinik
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya kepercayaan
dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah Universitas
Sumatera Utara dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu.
3) Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisahkan dari asuhan selama persalinan dan
kelahiran bayi. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi antara lain : cuci tangan, memakai
sarung tangan, memakai perlengkapan (celemek/baju penutup, kacamata, sepatu tertutup),
menggunakan asepsis atau teknik aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan
tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah
secara benar. Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan
selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek
asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga
kesehatan lainnya untuk mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Yang
diperhatikan dalam pencegahan infeksi:
a) Kewaspadaan Standar
d) Barier Protektif
asuhan persalinan Pencatatan rutin adalah alat bantu yang sangat penting untuk membuat
keputusan klinik dan mengevaluasi apakah asuhan yang diberikan sudah sesuai dan efektif.
Dalam rekam medik terdapat dua pencacatan yang penting dalam kebidanan yaitu
pendokumentasian SOAP (Subjek, Objek, Analisa dan Penatalaksanaan) dan Partograf.
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik. Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan
membantu penolong persalinan untuk :
e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu.
5) Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang
memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi
baru lahir. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung
keselamatan ibu dan bayi baru lahir. Singkatan BAKSOKUDA dapat digunakan untuk
mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi (JNPK-KR,
2017).
B (bidan): Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir di dampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
A (alat): Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas, dan
bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, alat resusitasi, dll) bersama ibu ke tempat rujukan.
Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam
perjalanan ke fasilitas rujukan.
K (keluarga): Beritahu ibu dan keluarga mengenai terakhir ibu dan/atau bayi dan
mengapa ibu dan/atau bayi perlu di rujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan tujuan merujuk
ibu ke fasilitas rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu
dan/atau bayi baru lahir hingga ke fasilitas rujukan.
S (surat): Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Sertakan
juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik
O (obat): Bawa obat-obat esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas rujukan. Obat-
obat tersebut mungkin akan diperlukan selama diperjalanan.
K (kendaraan): Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu
dalam kondisi cukup nyaman.
U (uang): Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan
selama ibu dan atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.
bidan harus dapat mengenali berrbagai penyulit pada ibu bersalin, yang mengharuskan ibu
untuk di rujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap, dimana jika salah satu hasil
anamnesa dan pemeriksaan resiko kegawat daruratan terdapat jawaban “ya” ibu harus di
rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan yang lebih lengkap.
observasi yang ketat harus dilakukan selama kala 1 persalinan untuk keselamatan ibu,
hasil observasi di catat di dalam partograf. partograf membantu bidan mengenali apakah ibu
masih dalam kondisi normal atau mulai ada penyulit. dengan selalu menggunakan partograf,
bidan dapat mengambil keputusan klinik dengan cepat dan tepat sehingga dapat terhindar dari
keterlambatan dalam pengelolaan ibu bersalin. partograf di lengkapi dengan halaman depan
dan halaman belakang untuk diketahui dengan lengkap proses persalinan kala 1 sampai IV.
Penggunaan partograf
a. untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai bagian penting asuhan
persalinan. partograf harus di gunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit.
b. selama persalinan dan kelahiran di semua tempat ( puskesmas, klinik, bidan swasta, rumah
sakit dll)
bila hasil pemeriksaan dalam menunjukan pembukaan 4 cm tetapi kualitas kontraksi belum
adekuat minimal 3 x 10 menit dan atau lamanya masih kurang 40 menit, lakukan observasi
selama 1 jam kedepan.jika masih sama, berarti pasien belummasuk fase aktif.
Inisiasi menyusui dini (early initiation) atau permulaan menyusui dini adalah bayi
mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi,sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi
mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusui sendiri. Asalkan dibiarkan kontak
kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi
melakukan insiasi menyusui dini disebut the breast crawl atau merangkak mencari payudara
(Setianingsih, 2014).
Inisiasi menyusui dini bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif
menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakan
bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membeirkan bayi ini merayap untuk menemukan
puting susu ibu untuk menyusu. Inisiasi menyusui dini (IMD) harus dilakukan langsung saat
lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.Bayi juga tidak
boleh dibeihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to
skin antara bayi dan ibu (Yuliarti, N. 2010).
Penelitian pada 10,947 bayi di Ghana : 145 kematian. Neonatal inisiasi pada hari
pertama menurunkan kematian neonatal 16,3%. Pada jam pertama 22,3%. Kematian neonatal
meningkat 4 kali lipat bila bayi diberi minum/makanan lain (Roesli, 2009).
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu
tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman
untuk bayi dan menjegah infeksi nosokomial.Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal
karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi
baru lahir.Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga dapat pola
tidur yang lebih baik.Dengan demikian, berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat
keluar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin,
prolaktin, dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi
(Setianingsih, 2014).
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari
payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil.
Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energy.
c. Bayi merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya
dan iya akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri “baik” di kulit ibu. Bakteri “baik” ini
akan berkembang baik membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri “jahat”
dari lingkungan.
d. “Bonding” (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik karena pada 1-
2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu biasanya bayi tidur dalam waktu yang
lama.
e. Awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia,
misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan
mencetuskan alergi lebih awal.
f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan
akan lebih lama disusui.
g. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan
sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormone
oksitosin. Pentingnya hormon oksitosin adalah membantu rahim berkontraksi sehingga
membantu pengeluaran ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu, merangsang
produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya,
meningkatkan ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia, menenangkan ibu dan bayi serta
mendekatkan mereka berdua.
h. Bayi mendapat ASI kolostrum-ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini
kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberikan inisiasi menyusui dini lebih dulu
mendapatkan kolostrum dari pada yang tidak diberikan kesempatan. Kolostrum, ASI
istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi,
penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Yang masih belum
matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.
i. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama
kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapatkan kesempatan mengazankan anaknya
di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah (Proverawati,2010).
a. merangsang produksi oksitosin dan prolactin pada ibu yang dapat membantu
kontraksi uterus sehingga menurunkan resiko perdarahan pst partum ( pasca persalinan )
c. membantu ibu mengatasi stress sehingga ibu merasa lebih tenang dan tidak nyeri
pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan.
d. menunda ovulasi
laserasi perineum merupakan robekan yang terjadi saat bayi lahir baik secara spontan
maupun dengan menggunakan alat-alat tindakan, robekan ini umumnya terjadi pada garis
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat keluar. Menurut Maryunani
(2016) menyebutkan, laserasi perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum yang
biasanya disebabkan oleh trauma saat persalinan. Jadi dapat disimpulkan laserasi perineum
adalah perlukaan yang terjadi akibat robekan di jaringan antara vulva dan anus yang terjadi
baik secara spontan maupun dengan tindakan
2. Faktor penyebab laserasi perineum Beberapa hal berikut menjadi penyebab terjadinya
laserasi perineum, antara lain :
3) Distosia bahu
2) Presipitasi persalinan
3) Arkus subpubis yang sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula 4) Paritas
a. mudah dipelajari
4. derajat robekan
derajat 3 : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot
sfingter ani
derajat 4 : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter
ani mukosa rectum.
penolong persalinan normal tidak di bekali keterampilan menjahit derajat 3 dan 4. segera
rujuk ke fasilitas rujukan.
c. Rujukan terencana untuk ibu yang memiliki risiko pada persalinan ibu hamil dengan status
suspek dan terkonfirmasi covid 19
d. ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal 14 hari sebelum taksiran persalinan atau
sebelum tanda persalinan.
e. pada zona merah ( risiko tinggi ), orange ( risiko sedang), dan kuning ( risiko rendah ), ibu
hamil dengan atau tanpa tanda dan gejala covid19 pada H-14 sebelum taksiran persalinan
dilakukan skrining untuk menentukan status covid-19. skrining dilakukan dengan anamnesa,
pemeriksaan darah NLR atau rapid test ( jika tersedia fasilitas dan sumber daya ) untuk
daerah yang mempunyai kebijakan local dapat melakukan skrining lebih awal.
f. untuk ibu dengan status kontak erat tanpa penyulit obstetric (skrining awal : anamnesis,
pemeriksaan darayh (NLR<5,8 dan limposit normal), rapid test non-reaktif )persalinan dapat
dilakukan di FKTP. Persalinan di FKTP dapat menggunakan delivery chamber tanpa
melonggarkan pemakaian APD ( penggunaan delivery chamber belum terbukti dapat
mencegah transmisi covid19)
h. Apabila ibu datang dalam keadaan infartu dan belum dilakukan skrining, fasilitas
pelayanan kesehatan harus tetap melayani tanpa menunggu hasil skriningdengan
menggunakan APD sesuai standar.
i. hasil skrining covid-19 di catat/di lampirkan di buku KIA dan dikomunikasikan ke fasilitas
pelayanan kesehatan tempat rencana persalinan.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan dari Pelayanan Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir
merupakan bagian dari pencatatan dan pelaporan Kesehatan Ibu dan Anak serta berdasarkan
konsep pemantauan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas melalui tenaga bidan/perawat
penanggungjawab di desa/kelurahan melaksanakan pendataan sasaran bersalin, memberikan
pelayanan kesehatan persalinan kepada ibu. Pelayanan tersebut lalu dicatat pada kohort ibu.
kemudian direkapitulasi dan dilaporkan setiap bulan secara berjenjang ke Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi. Semua tenaga kesehatan yang
melakukan praktik pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk swasta melaporkan hasil
pelayanan ke puskesmas yang mewilayahi,
A. PENCATATAN
Pencatatan pelayanan antenatal care dan persalinan menggunakan formulir yang
sudah ada yaitu :
1. Kartu Ibu atau rekam medis lainnya yang disimpan di fasilitas kesehatan
2. Kohort ibu : merupakan kumpulan data-data dari kartu ibu
3. buku KIA
4. Partograp
5. buku pelaporan bulanan
Formulir harus diisi lengkap setiap kali selesai memberikan pelayanan. Dokumen ini
harus disimpan dan dijaga dengan baik karena akan digunakan pada kontak
berikutnya. Pada keadaan tertentu dokumen ini diperlukan untuk kegiatan audit
medik.
B. PELAPORAN
Pelaporan pelayanan persalinan menggunakan formulir pelaporan yang sudah ada,
yaitu :
PASIEN DATANG
REGISTRASI/PENDAFTARAN
RAWAT INAP
ADMINISTRASI
PASIEN PULANG
D. Dokumentasi
BUKU KIA
KARTU IBU
REGISTER KOHORT IBU
PARTOGRAF
BAB V
PENUTUP