Disusun oleh:
Kelompok 1
Aulia Syafira
Bella Oktasa
Putri Nuraini
Syaza Sahira
Wulan Adinda
Dosen Pengampuh:
PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini
bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu
bersalin dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah
menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan anak melalui
peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu dan prenatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan
rujukan primer.
Dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak Indonesia,
sistim pencatatan dan pelaporan merupakan komponen yang sangat
penting. Selain sebagai alat untuk memantau kesehatan ibu daan bayi, bayi
baru lahir, bayi dan balita, juga untuk menilai sejuh mana keberhasilan
program serta sebagai bahan untuk membuat perencanaan di tahun-tahun
berikutnya, dengan melaksanakan berbagai program KIA.
Agar pelaksanaan program KIA, aspek peningkatan mutu pelayanan
program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat
kabupaten atau kota. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari
besarnya cakupan program di masing-masing wilayah kerja. Untuk itu,
besarnya cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja perlu dipantau
secara terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai
kelompok mana dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan.
Selain itu untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesakitan
ibu dan bayi tersebut serta meningkatkan mutu pelayanan program KIA,
Bidan haruslah dapat membangun kemitraan yang efektif melalui
kerjasama lintas program lintas sector dan mitra lainnya serta dapat
bekerjasama dengan masyarakat. Masyarakat dapat dibina dalam proses
tersebut.
1
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Program Kesehata Ibu Dan Anak (KIA)
2. Mengetahui Batasan Pemantauan PWS-KIA
3. Mengetahui Indikator Pemantauan PWS-KIA
4. Mengetahui Grafik PWS-KIA
5. Mengetahui Pelayanan Antenatal
6. Mengetahui Pertolongan Persalinan
7. Mengetahui Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
8. Mengetahui Pelayanan Kesehatan Neonatus
9. Mengetahui Pelayanan Kesehatan Bayi
10. Mengetahui Pelayanan KB Berkualitas
11. Mengetahui Data Sasaran
12. Mengetahui Data Dasar
13. Mengetahui Perencanaan Kegiatan
14. Mengetahui Pemantauan Hasil Kegiatan
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Program Kesehata Ibu Dan Anak (KIA)
2. Untuk Mengetahui Batasan Pemantauan PWS-KIA
3. Untuk Mengetahui Indikator Pemantauan PWS-KIA
4. Untuk Mengetahui Grafik PWS-KIA
5. Untuk Mengetahui Pelayanan Antenatal
6. Untuk Mengetahui Pertolongan Persalinan
7. Untuk Mengetahui Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
8. Untuk Mengetahui Pelayanan Kesehatan Neonatus
9. Untuk Mengetahui Pelayanan Kesehatan Bayi
10. Untuk Mengetahui Pelayanan KB Berkualitas
11. Untuk Mengetahui Data Sasaran
12. Untuk Mengetahui Data Dasar
13. Untuk Mengetahui Perencanaan Kegiatan
14. Untuk Mengetahui Pemantauan Hasil Kegiatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
telah ditetapkan.
b. Penjaringan (Deteksi) Dini Kehamilan Berisiko
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan ibu hamil
berisiko/komplikasi, yang dapat dilakukan oleh kader, dukun
bayi dan tenaga kesehatan.
c. Kunjungan Ibu Hamil
Yang dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak
ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah
“kunjungan” disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil
yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak
tenaga kesehatan (di posyandu, pondok bersalin desa,
kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan
pelayanan antenatal sesuai standar dapat dianggap sebagai
kunjungan ibu hamil.
d. Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali masa
kehamilan.
e. K 4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
keempat (atau lebih), untuk mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat :
1) Minimal satu kali kontak pada triwulan I.
2) Minimal satu kali kontak pada triwulan II
3) Minimal dua kali kontak pada triwulan III
f. Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2
kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan
neonatal, baik didalam maupun diluar gedung puskesmas
4
(termasuk bidan di desa, polindes, dan kunjungan rumah)
dengan ketentua
1) Kunjungan pertama : 1 – 7
2) Kunjungan kedua : 8 – 28 hari
3) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan
merupakan kunjungan neonatal.
g. Kunjungan Ibu Nifas.
Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal
3 kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan
kesehatan ibu nifas, baik didalam maupun diluar gedung
puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes, dan kunjungan
rumah) dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama : 1 – 7 hari
2) Kunjungan kedua : 8 – 28 hari
3) Kunjungan ketiga : 29 – 42 hari
h. Sasaran Ibu Hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah ibu hamil di suatu wilayah
dalam kurun waktu satu tahun.
i. Ibu Hamil Berisiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan risiko
tinggi.
5
b. Cakupan ibu hamil (cakupan K4)
Menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu
wilayah serta menggambarkan kemampuan
manajemen/kelangsungan program KIA.
Dengan rumus :
Jumlah kunjungan ibu hamil (cakupan K4) X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
c. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Merupakan alat untuk memperkirakan proporsi persalinan
yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang menggambarkan
kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan secara professional.
Dengan rumus :
Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan X 100%
Jumlah sasaran persalinan dalam satu tahun12
d. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
Merupakan alat untuk mengukur besarnya masalah yang
dihadapi oleh program KIA yang harus ditindak lanjuti dan
diintervensi secara intensif.
Dengan rumus :
Jumlah ibu hamil beresiko X 100%
Jumlah sasaran bumil dalam satu tahun
e. Detaksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat.
Merupakan alat untuk mengukur tingkat kemampuan dan
peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil
beresiko di suatu wilayah.
Dengan rumus :
Jumlah bumil dirujuk kader ke peskesmas/nakes X100%
Jumlah sasaran bumil dalam 1 tahun
f. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan
6
Untuk mengetahui jangkauan layanan kesehatan neonatal
serta kemampuan program dalam menggerakan masyarakat
melakukan layanan kesehatan neonatal.
Dengan rumus :
Jumlah kunjungan baru bayi usia < 1 bulan yang X 100%
mendapatkan layanan kesehatan oleh nakes
Jumlah sasaran bayi dalam satu tahun
4. Grafik PWS-KIA
a. Penggambaran grafik
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggambarkan
grafik PWS KIA (dengan menggunakan contoh indikator cakupan
K1) adalahsebagai berikut :
1) Menentukan target rata-rata per bulan untuk
menggambarkan skala pada garis vertikal (sumbu Y).
7
Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1)
dalam 1tahun ditentukan 90 % (garis a), maka sasaran rata-
rata setiap bulan adalah
90%
X 100
12 ulan
8
b. Analisis dan tindak lanjut PWS-KIA
Analisis adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu
informasi yang sesuai dan relevant dalam menyeleksi suatu
tindakanyang terbaik dari berbagai macam alternatif variasi.
Analisis yang dapatdilakukan mulai dari yang sederhana hingga
analisis lanjut sesuaidengan tingkatan penggunaannya. Data yang
di analisis adalah dataregister kohort ibu, bayi dan anak balita serta
cakupan.
1) Analisis Sederhana
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan
antar wilayah terhadap target dan kecenderungan dari
waktu ke waktu. Analisis sederhana ini bermanfaat untuk
mengetahui desa/kelurahan mana yang paling memerlukan
perhatian dan tindak lanjut yang harus dilakukan.
Selain di Puskesmas, analisis ini dapat juga dilakukan oleh
Bidandi Desa dimana Bidan di Desa dapat menilai cakupan
indikator PWSKIA di desanya untuk menilai kemajuan
desanya. Di Poskesdes seorangBidan di Desa dapat
membuat grafik cakupan indikator PWS KIAsehingga dia
bisa mengikuti perkembangan dan menindaklanjutinya.
9
2) Analisis Lanjut (Tabulasi Silang/Cross Tabulation)
Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan
variabeltertentu dengan variabel terkait lainnya untuk
mengetahui hubungansebab akibat antar variabel yang
dimaksud.
Contoh :
a) K1 dibandingkan dengan K4
b) K1 dibandingkan dengan Pn
c) Pn dibandingkan dengan KF dan KN
d) Jumlah Ibu Hamil Anemia dibandingkan dengan K1
dan K4
e) KN1 dibandingkan dengan Jumlah Hep B Uniject
f) Dll
10
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi
TetanusToksoid (TT) bila diperlukan.
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
h. Test laboratorium (rutin dan khusus).
i. Tatalaksana kasus
j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan
danPencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan
golongandarah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa.
Pemeriksaankhusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau
kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B,
HIV, Sifilis,malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia. Dengan
demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut
lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi
standar tersebut.
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
a) Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
b) Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
c) Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk
menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini factor
risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan
yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter,bidan dan perawat.
2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong
11
persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh
persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan
diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan
yanglebih tinggi.
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
e. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru
lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayananpertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan,
dokter dan bidan.
12
Pelayanan yang diberikan adalah :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali ,
pertamasegera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24
jam pemberiankapsul Vitamin A pertama
f. Pelayanan KB pasca salinadalah pelayanan yang diberikan
kepada Ibu yang mulaimenggunakan alat kontrasepsi langsung
sesudah melahirkan (sampaidengan 42 hari sesudah
melahirkan).
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanankesehatan ibu
nifas adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidandan perawat.
13
kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu
pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir
difasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara
komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi
baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen
Terpadu BayiMuda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan
sehat, yang meliputi :
a. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
1) Perawatan Tali pusat
2) Melaksanakan ASI Eksklusif
3) Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
4) Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
5) Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
b. Pemeriksaan menggunakan pendekatam MTBM
1) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi
bakteri, icterus, diare, berat badan rendah dan masalah
pemberian ASI
2) Pemberian imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan
pada waktu perawatan bayi baru lahir
3) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan
ASI ekslusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan
perawatan bayi baru lahir dirumah dengan
menggunakan buku KIA
4) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan neonatus adalah : dokter spesialis anak, dokter,
bidan danperawat.
14
5. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan
sesuaistandar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi
sedikitnya4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan
setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari sampai 2 bulan.
b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 sampai 5bulan.
c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 samapi 8 bulan.
d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 sampai 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi
terhadappelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapatkelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan,
pemeliharaankesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan
pertumbuhan,imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan
stimulasi tumbuhkembang.
Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanankesehatan
terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4,
DPT/HB1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi
(SDIDTK).
c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
d. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping
ASI,tanda-tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di
rumahmenggunakan Buku KIA.
e. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanankesehatan
bayi adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.
15
6. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar
dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan
sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka
kematian Ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi
pasanganyang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta
meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda
(merencanakan)kehamilan. Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin
menjarangkan dan/ataumenghentikan kehamilan, dapat menggunakan
metode kontrasepsiyang meliputi :
a. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi,
coitusinteruptus).
b. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
c. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi
dantubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif
(Contraceptive Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007)
dan angka ini merupakan pencapaian yang cukup tinggi diantara
negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih
banyakmenggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik.
Menurutdata SDKI 2007 akseptor KB yang menggunakan suntik
sebesar 31,6%,pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%,
vasektomi 0,2%dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya
angka putuspemakaian (DO) pada metode jangka pendek sehingga
perlu pemantauanyang terus menerus. Disamping itu pengelola
program KB perlumemfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan 4
terlalu (terlalumuda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta
KBperlu diupayakan pengelolaan program yang berhubungan
denganpeningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial
16
pelayananKB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang
sesuai standarddan variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi
teknis perlu dilakukanpelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan. Selanjutnyaaspek manajerial, pengelola program
KB perlu melakukan revitalisasidalam segi analisis situasi program KB
dan sistem pencatatan danpelaporan pelayanan KB.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB
kepada masyarakat adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter,
bidandan perawat.
17
2. Data Dasar
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau
respon klien terhadap data subjektif lengkap data yang terkumpul
harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien Akurat
Data dasar Adalah adata yang menyangkut semua informasi
tentang status kesehatan klien, misalnya data demografi, riwayat
keperawatan, data umum dan sebagainya.
3. Perencanaan Kegiatan
Data Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun
langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Langkah langkah dalam membuat perencanaan kesehatan :
a. Analisis situasi.
b. Identifikasi masalah.
c. Menetapkan prioritas masalah.
d. Menentukan tujuan.
e. Mengkaji hambatan dan kelemahan program.
f. Menyusun rencana kegiatan.
g. Menetapkan sasaran (target group)
h. Menyusun jadwal pelaksanaan.
Jenis-jenis Perencanaan :
a. Perencanaan dimulai pada tingkat organisasi yang paling atas
ke bawah (top down planning).
b. Perencanaan dimulai pada tingkat organisasi yang paling
bawah ke atas (bottom-up down planning).
c. Diagonal-horizontal planning.
d. Rolling plan.
18
e. Gabungan Top-down dan bottom-up planning.
f. Perencanaan strategis
4. Pelaksanaan kegiatan
Proses yang perlu dilakukan dala penerapan WPS KIA di mulai
dengan langkah-langkah sosialisasi, fasilitasi, dan evaluasi yang diikuti
dengan tindak lanjut sesuai kebutuhan
a. Sosialisasi
Fokus pertemuan untuk sosialisasi tentang PWS KIA,
menyepakati peran lintas sektor dalam PWS KIA dan
menyusun mekanisme pemantauan kegiatan.
b. Fasilitasi
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bantuan teknis
berupa kunjungan ke lapangan atau pertemuan.
c. Evaluasi /Tindak lanjut
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemajuan cakupan
program KIA dan merencanakan kegiatan tindak lanjut.
19
b. Di tingkat puskesmas untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan
kabupaten/kota setiap bulan :
1) LB 1 KIA
2) LB 3 gizi
3) LB 3 imunusasi
4) Rekapitulasi kohort KB
c. Di tingkat kabupaten/propinsi untuk dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Propinsi/Departemen Kesehatan setiap 3 bulan
1) Lampiran 1 berisi laporan pelayanan antenatal care
2) Lampiran 2 berisi laporan pelayanan persalinan dan
nifas
3) Lampiran 3 berisi laporan sarana pelayanan kesehatan
dasar
4) Lampiran 4 berisi laporan kematian ibu dan neonatal
5) Lampiran 5 berisi laporan sarana pelayanan kesehatan
rujukan
6) Lampiran 6 berisi laporan pelayanan Antenatal yang
terintegrasi dengan program lain seperti PMTCT pada
Ibu penderita HIV/AIDS dan malaria dalam kehamilan
7) Lampiran 7 berisi laporan Keluarga Berencana
8) Lampiran 8 berisi laporan diagnosa dan tindakan pasien
terhadap perempuan dan anak yang mengalami
kekerasan.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan ibu dan anak merupakan harapan masa depan bagi semua
orang. Dari dahulu hingga sekarang ini masalah kesehatan ibu dan anak
masih kurang diperhatikan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu,
situasi, dan kondisinya. Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan
masalah yang perlu perhatian lebih karena masalah itu merupakan masalah
yang mempengaruhi generasi muda yang akan terbentuk.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di
suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi:
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita.
B. Saran
Diharapkan bidan dan calon bidan mengetahui dan memahmi program
terkait KIA dan kesehatan reproduksi sehingga bidan dan calon bidan
dapat memberikan pelayanan asuhan kebidanan yang berkualitas.
21
DAFTAR PUSTAKA
UPTD PUSKESMAS JETIS II. (2019). Retrieved October 15, 2023, from UPTD
PUSKESMAS JETIS II
22