LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh :
Pembimbing
Mengesahkan
Tim Penguji Tanda Tangan
Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Bidan
Politeknik Karya Husada
KATA PENGANTAR
Puju syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
Karunia-Nya kepada penulils, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. I di PMB Sugiharti, S.SiT,
M.Kes, dimulai pada tanggal 27 November 2022 sampai dengan tanggal 14 Januari
2023. Penyusunan Laporan Komprehensif ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat ujian akhir Program Studi Profesi Bidan Politeknik Karya Husada.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak menemukan hambatan, tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat terselesaikan. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. DR. Sobar, S.Psi, MKM, selaku Direktur Politeknik Karya Husada
2. Wiwin Nur Fitriani, S.ST, M.KM, selaku Wadir Akademik Politeknik Karya
Husada.
3. Yuliati, SE. MM, selaku Wadir Non Akademik Politeknik Karya Husada
4. Dr. Bdn. Nurhandayani, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Profesi
Bidan Politeknik Karya Husada.
5. Eka Bati Widyaningsih, S.ST, M.Kes, selaku Pembimbing Akademik dan
dosen penguji II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan
kepada penulis.
6. Indah Sri Wahyuni, S.ST, SKM, MKM, selaku dosen penguji I.
7. Sugiharti S.SiT, M.Kes, selaku pemilik PMB tempat penulis mengambil pasien
kompre yang telah banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman praktik
selama dilahan.
8. Ny. I beserta keluarganya yang telah bersedia menjadi pasien kompre penulis.
9. Seluruh dosen Program Studi Profesi Bidan Politeknik Karya Husada.
10. Teman-teman seperjuangan Angkatan 1 (Satu) Program Studi Profesi Bidan
Politeknik Karya Husada.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi perbaikan makalah dimasa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 9
1. Tujuan Umum 9
2. Tujuan Khusus 9
BAB II 12
TINJAUAN TEORI 12
A. Kehamilan 12
1. Definisi Kehamilan 12
2. Fisiologi Kehamilan 13
3. Tanda Tidak Pasti / Tanda Kemungkinan Kehamilan 18
4. Perubahan Fisiologi Kehamilan 24
5. Ketidaknyamanan pada kehamilan & cara mengatasi 28
6. Tanda-Tanda Bahaya dalam Kehamilan 33
7. Penatalaksanaan Pada Kehamilan 36
B. Persalinan 44
1. Definisi Persalinan 44
2. Fisiologis Persalinan 45
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan 46
4. Perubahan Fisiologis Persalinan 48
5. Perubahan psikologi pada persalinan 53
6. Perubahan Dan Adaptasi Persalinan 53
7. Mekanisme Persalinan Normal 54
8. Penatalaksanaan Dalam Proses Persalinan 59
C. NIFAS 74
1. Pengertian masa Nifas 74
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 75
3. Penatalaksanaan Masa Nifas 83
4. Kebijakan Nasional Kunjungan Masa Nifas 85
5. Senam nifas 86
D Bayi Baru Lahir 90
1. Pengertian Bayi Baru Lahir 90
2. Perubahan Fisiologi (Sondakh,2017) 91
3. Tanda- Tanda Bayi Lahir Normal 93
4. Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir Tidak Normal 94
5. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir 95
6. Kenaikan berat badan perbulan 104
7. Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap 105
8. Daftar Nomenklatur Kebidanan ( Kemenkes RI 2020 ) 106
E. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen
Varney 108
BAB III 134
TINJAUAN KASUS 134
A. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan 134
1. ANC KE - I 134
2. ANC KE - II 143
B. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin 146
C. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas 163
D. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir 173
BAB IV 184
PEMBAHASAN 184
A. Kehamilan 184
B. Persalinan 193
C. Nifas 201
D. Bayi Baru Lahir 205
BAB V 210
PENUTUP 210
A Kesimpulan 210
1. Kehamilan 210
2. Persalinan 212
2. Nifas 215
4. Bayi Baru Lahir 216
B Saran 217
1. Bagi Praktik Mandiri Bidan (PMB) 217
2. Bagi Institusi Pendidikan 217
3. Bagi Mahasiswi 217
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis, diharapkan ibu akan
melahirkan secara normal, dalam keadaan sehat baik ibu maupun bayinya, namun
apabila proses kehamilan tidak dijaga dan proses persalinan tidak dikelola dengan
baik, maka ibu dapat mengalami berbagai komplikasi selama kehamilan, persalinan,
masa nifas, bahkan dapat menyebabkan kematian (Samiratun, 2017).
Morbiditas dan mortalitas ibu hamil merupakan masalah besar bagi suatu negara
karena kesehatan ibu hamil dan bersalin dikategorikan sebagai salah satu penentu
kesehatan bayi kedepannya. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) termasuk indikator penting yang menggambarkan tingkat bkesejahteraan
masyarakat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang
berkualitas. AKI di Indonesia belum menunjukkan penurunan yang cukup berarti dan
masih tinggi dibandingkan dengan negara Asia lainnya (Kemenkes, 2016).
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) salah satu upaya untuk meningkatkan
pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan
menyusui, bayi, balita dan anak prasekolah. Pelayanan KIA sangat mempengaruhi
derajat kesehatan ibu dan anak.Proses kehamilan, persalinan dan nifas terjadi secara
alamiah namun jika tidak dipantau oleh tenaga kesehatan maka akan berisiko terjadi
komplikasi yang membahayakan ibu dan bayi. Keberhasilan program KIA ini akan
sangat mempengaruhi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
(Kemenkes, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian
Ibu (AKI) di dunia estimasi tahun 2017 menunjukan bahwa sekitar 810 wanita
meninggal stiap hari komplikasi terkait kehamilan atau persalinan. (WHO, 2019).
Angka Kematian Bayi (AKB) didunia pada tahun 2018 adalah sebesar 29.256 per
1.000 kelahiran hidup, Sedangkan pada tahun 2019 sebesar 28.615 kematian per 1000
kelahiran hidup Pada tahun 2020 angka kematian bayi didunia 27.974 kematian per
1000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2021 adalah 27.334 kematian per 1000
kelahiran hidup turun 2,29 % dari tahun 2020 (WHO, 2021).
Provinsi Banten adalah provinsi dengan jumalah kematian ibu tertinggi di
Indonesia tahun 2018 yaitu 700/100,000 kelahiran hidup dan pada tahun 2019 AKI
mencapai 684/100,000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018 dan 2019) AKI yang
disebabkan oleh Angka Kejadian Perdarahan Postpartum Di Indonesia tahun 2019
mencapai 1,280 atau sama dengan 33,19% (Kemenkes, 2020).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Tangerang pada tahun 2015 adalah sebesar
14 per 100.000 kelahira hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah sebanyak 63
per 1.000. Sedangkan pada tahun 2016 AKI sebesar 16 per 100.000 kelahiran hidup
dan AKB adalah sebanyak 98 per 1.000. Dan dilanjutkan 2017 AKI adalah 47 per
100.000 kelahiran hidup, dan AKB pada tahun 2017 di Kota Tangerang selatan
adalah sebesar 2 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2019 tercatat AKI
sebanyak 37 per 1000.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 81 per 1000.000
kelahiran hidup (Profil Dinkes Banten, 2019).
Menurut laporan Word Health Organization (WHO) kematian ibu umunya terjadi
akibat komplikasi saat dan pasca kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi yang
menyebabkan mayoritas kasus kematian ibu-sekitar 75% dari total kasus kematian
ibu-adalah perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat kehamilan, komplikasi
persalinan, dan oborsi tidak aman (WHO, 2017).
Penyebab kematian AKI dan AKB di Indonesia yaitu infeksi tetanus yang
disebabkan oleh bakteri clostridium tetani sebagai akibat dari proses persalinan yang
tidak aman/steril atau berasa dari luka yang diperoleh ibu hamil setelah melahirkan.
clostridium tetani masuk melalui luka terbuka dan mrnghasilkan racun yang
menyerang sistem syarap pusat. Penyebab kematian ibu masih didominasi oleh 33,19
% pendarahan, 32,16 % hipertensi dalam kehamilan 3,36 % Infeksi 9,80 % gangguan
sistem peredaran darah (jantung), 1,75 % gangguan metabolik dan 19,74 % penyebab
lainnya (Profil Kesehatan Provinsi Banten, 2019).
Upaya WHO dan organisasi-organisasi internasional dalam penekanan angka
kematian ibu dan bayi antara lain adalah melahirkan The Safe Motherhood Initiative
(Women & Children First, 2016). Konsep safe motherhood sendiri mencakup
serangkaian upaya, praktik, protokol, dan panduan pemberian pelayanan yang
didesain untuk memastikan perempuan menerima layanan ginekologis, layanan
keluarga berencana, serta layanan prenatal, delivery, dan postpartum yang
berkualitas, dengan tujuan untuk menjamin kondisi kesehatan sang ibu, janin, dan
anak agar tetap optimal pada saat kehamilan, persalinan, dan pasca-melahirkan.
konsep safe motherhood sendiri memiliki enam pilar utama, yaitu : Keluarga
Berencana, Perawatan Antenatal, Perawatan Intranatal, Perawatan Postnatal,
Perawatan Post-aborsi, Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS.
Upaya pemerintah di Indonesia untuk menurunkan AKI dan AKB antara lain
dengan menggunakan buku KIA, program P4K (perencanaan, pelaksanaan dan
pencegahan komplikasi persalinan), penyediaan PONED dan PONEK. Selain itu,
upaya terobosan lain yaitu dengan membuat program BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial) atau KIS (Kartu Indonesia Sehat), makanan atau minuman khusus
ibu hamil secara gratis kepada ibu hamil sepertisusu dan biscuit khusus untuk ibu
hamil yang mengalami KEK. Selain itu, ketersediaan nutrisi tersebut harus
berkualitas, terjamin keamanannya, efektif dan sesuai (Kemenkes, 2016).
Upaya Kota Tangerang Selatan untuk mengurangi AKI dan AKB yaitu dengan
penundaan usia perkawinan, penambahan puskesmas, pemberian tablet tambah darah
untuk ibu hamil, pendidikan kespro, penguatan SDM puskesmas transformasi buku
KIA dan KMS, Konseling ASI Ekslusif, pelayanan KIE pasca persalinan dan
pemberian MP ASI, konseling pranikah, konseling gizi seimbang, jaminan mutu
ANC terpadu, rumah tunggu kelahiran persalinan di faskes dan konseling IMD dan
KB pasca persalinan serta penyediaan buku KIA, persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, program Universal Child Immunization (UCI), ASI Eksklusif pada bayi
(Dinkes Provinsi Banten, 2019).
Bidan praktik mandiri dan klinik memegang peranan penting dalam upaya
penurunan AKI dan AKB melalui akses pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA).
Dalam kerjanya, bidan praktik mandiri lebih banyak melakukan pemeriksaan
kehamilan, yaitu sekitar 62 persen dan persalinan normal sekitar 70 persen (Dinkes
Kota Tangsel, 2020).
Upaya PMB Bdn Sugiharti, S.SiT, M.Kes adalah melakukan Pemeriksaan ANC
secara rutin untuk mengetahui lebih dini bila ada faktor-faktor yang bisa
menyebabkan kematian ibu dan bayi seperti preeklamsi, anemia, eklamsi, dan
bekerjasama dengan Rumah Sakit agar jika ada kelainan atau ada hal yang tidak
diinginkan bisa mendapatkan rujukan dan penanganan secepat mungkin melakukan
cek laboratorium,diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak.
Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik melakukan Manajemen Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny. I selama hamil, bersalin, nifas dan BBL dimulai
dari tanggal 27 November 2022 sampai tanggal 14 Januari 2023 di PMB Sugiharti,
S.SiT, M.Kes, Pamulang, Tangerang Selatan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan Manajemen Asuhan Kebidanan secara
Komprehensif pada Ny. I umur 34 tahun G3P2A0 dimulai dari usia kehamilan 34
minggu selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir
di PMB Sugiharti, S.SiT, M.Kes pada tanggal 27 November 2022 sampai 14
Januari 2023 dengan metode pendokumentasian manajemen asuhan kebidanan 7
Langkah Varney dan pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi
baru lahir Ny. I di PMB Sugiharti, S.SiT, M.Kes pada tanggal 27 November
2022 sampai 14 Januari 2023.
b. Mampu menentukan interpretasi data yang didapatkan pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. I di PMB Sugiharti, S.SiT, M.Kes
pada tanggal 27 November 2022 sampai 14 Januari 2023.
c. Mampu menentukan identifikasi diagnosa potensial yang didapatkan pada ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. I di PMB Sugiharti, S.SiT,
M.Kes pada tanggal 27 November 2022 sampai 14 Januari 2023.
d. Mampu melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir pada Ny. I di PMB Sugiharti, S.SiT, M.Kes pada tanggal
27 November 2022 sampai 14 Januari 2023.
e. Mampu melakukan perencanaan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir pada Ny. I di PMB Sugiharti, S.SiT, M.Kes pada tanggal 27 November
2022 sampai 14 Januari 2023.
f. Mampu melaksanakan tindakan dari perencanaan yang telah dibuat dari ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. I di PMB Sugiharti, S.SiT,
M.Kes pada tanggal 27 November 2022 sampai 14 Januari 2023.
g. Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan dari hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. I di PMB Sugiharti, S.SiT, M.Kes
pada tanggal 27 November 2022 sampai 14 Januari 2023.
C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Dapat menambah pengetahuan pasien mulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan
BBL dan pasien semakin peduli terhadap kesehatan dirinya dan bayinya.
2. Bagi Mahasiswa
Memperoleh pengalaman dalam praktik kebidanan komprehensif sehingga
dapat menjadi tenaga bidan lebih professional dan siap berperan serta dalam
penurunan AKI dan AKB di Indonesia, dengan harapan derajat kesehatan di
Indonesia semakin tinggi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai referensi kepustakaan
Profesi Bidan Politeknik Karya Husada.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung
dari hari pertama haid terakhir (Widatiningsih & Dewi, 2017). Menurut Federasi
Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi
atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Yulistiana, 2015).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan adalah
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. (Priworahardjo, 2016). Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2016).
2. Fisiologi Kehamilan
Ada beberapa macam fisiologi kehamilan yaitu :
a. Sel Telur (Ovum)
Ovuasi adalah proses pelepasan ovum yang di pengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Selain masa subur yang berlangsung 20 sampai 35
tahun hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan
terjadi ovulasi.
1) Proses pertumbuhan ovum (oogenesis).
2) Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi
folikel degraaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan
cairan liquor folikuli.
3) Desakan folikel de graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan
dan disertai devaskulirisasi. Selama pertumbuhan menjadi folikel de
Graaf ovarium mengeluarkan horman estrogen yang dapat mempengaruhi
:
a) Gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium
b) Gerak sel rambut lumen tuba makin tinggi
c) Peristaltik tuba makin aktif
Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras
menuju uterus.
1) Dengan pengaruhi LH yang semakin besar dan fluktuasi yang mendadak,
terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi.
2) Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai rumbai (fimbriae) maka ovum
yang telah dilepaskan segera ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses
penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism.
3) Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus,
dalam bentuk pematangan pertama, artinya telah siap untuk dibuahi.
b. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
1) Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus.
2) Menjadi spermatosit pertama.
3) Menjadi spermatosit kedua.
4) Menjadi spermatid.
5) Akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata rantai hormonal yang
kompleks dari panca indra, hipotalamus, hipofisis dan sel interestial leyding
sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap
hubungan seks di tumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40
sampai 60 juta cc spermatozoa. Sebagian besar spermatozoa mengalami
kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopii.
Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genetalia wanita dapat hidup selama
tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.
c. Konsepsi
Konsepsi yaitu pertemuan inti spermatozoa dan membentuk zigot. Proses
konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut :
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata,
yang mengandung persediaan nutrisi.
2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma
yang disebut vitellus.
3) Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida.
Nutrisi dialirkan ke dalam vitellus, melalui saluran pada zona pelusida.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba :
a) Tempat yang paling luas.
b) Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia.
c) Ovum mempunyai waktu terlama dalam ampula tuba.
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam & hidup selama 48 jam.
a) Spermatozoa ditumpahkan, masuk melalui kanalis servikalis dengan
kekuatan sendiri.
b) Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitas, yaitu pelepasan sebagian
dari “liproteinnya” sehingga mampu mengadakan fertilisasi.
c) Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba.
d) Spermatozoa hidup selama tiga hari dalam genetalia interna.
e) Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta
mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik :
hialuridase.
f) Melalui ”stomata” spermatozoa memasuki ovum.
g) Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum, ekornya lepas dan
tertinggal di luar
h) Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dengan membentuk
zigot.
d. Proses Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma vitellus
membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan
metafase. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan
telofase sehingga pronukleusnya menjadi haploid. Pronukleus spermatozoa
dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid
dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita.
Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk
autosom sedangkan lainnya sebagai pembawa tanda seks. Wanita selalu
resesif dengan tanda seks kromosom X. Laki-laki dengan dua bentuk
kromosom seks yaitu kromosom X dan kromosom Y. Bila spermatozoa
kromosom X bertemu terjadi jenis kelamin wanita sedangkan bila kromosom
seks Y bertemu terjadi jenis kelamin laki-laki. Itulah sebabnya pihak wanita
tidak dapat disalahkan dengan jenis kelamin bayinya yang lahir karena yang
menentukan jenis kelamin adalah pihak suami.
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa terbentuk zigot yang
dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan
seterusnya. Bersamaan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan
menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan dalam ovum
yang besarnya 100 MU atau 0,1 mm dan disebut stadia morula. Selama
pembelahan sel di bagian dalam, terjadi pembentukan sel di bagian luar
morula yang kemungkinan berasal dari korona radiata yang menjadi sel
trofoblas.
Sel trofoblas dalam pertumbuhannya, mampu mengeluarkan hormon
korionik gonadotropin, yang mempertahankan korpus luteum gravidarum.
Pembelahan terjadi terus dan di dalam morula terjadi ruangan yang
mengandung cairan yang disebut blastula. Perkembangan dan pertumbuhan
berjalan, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap
untuk mengadakan nidasi.
Sementara itu fase sekresi endometrium telah makin gembur dan makin
banyak mengandung glikogen yang disebut desidua. Sel trofoblas yang
meliputi primer vili korealis melakukan destruksi enzimatik-proteolitik,
sehingga dapat menanamkan diri didalam endometrium. Proses penanaman
blastula disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6 sampai 7 setelah
konsepsi (Priworahardjo, 2016).
3. Tanda Tidak Pasti/Tanda Kemungkinan Kehamilan
Menurut Widatiningsih dan Dewi (2017) tanda-tanda kehamilan dibagi
menjadi tiga yaitu tanda dugaan hamil (presumtif sign), tanda tidak pasti hamil
(probable sign), dan tanda pasti hamil (positive sign).
a. Tanda-tanda dugaan hamil (presumtif sign)
Tanda dugaan (presumtif) yaitu perubahan fisiologis yang dialami pada
wanita namun sedikit sekali mengarah pada kehamilan karena dapat
ditemukan juga pada kondisi lain serta sebagian besar bersifat subyektif dan
hanya dirasakan oeh ibu hamil. Yang temasuk presumtif sign adalah :
1) Amenorea
Haid dapat berhenti karena konsepsi namun dapat pula terjadi pada wanita
dengan stres atau emosi, faktor hormonal, gangguan metabolisme, serta
kehamilan yang terjadi pada wanita yang tidak haid karena menyusui
ataupun sesudah kuretase. Amenorea penting dikenali untuk mengetahui
hari pertama haid terakhir (HPHT) dan hari perkiraan lahir (HPL).
Leopold III
1) Menentukan bagian terbawah janin
2) Apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP/belum masuk PAP.
Variasi Menurut Ahlfel
Menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakan tegak
ditengah perut.
Leopold IV
1) Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
2) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh
sudah masuk PAP.
Tabel 2.3 Bidang Hodge
Hodge I Sejjar dengan pintu atas panggul
Hodge II Sejajar dengan Hodge I Melalui pinggir
bawah symfisis
Hodge III Sejajar dengan Hodge III Melalui spina
ischiadika
Hodge III Sejajar dengan HI
B. Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai kenceng-kenceng teratur
sampai di keluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan
ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sarwono, 2016).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin hal ini diambil
dari buku (Nurul Jannah, 2017) dan (Sarwono, 2016).
2. Fisiologis Persalinan
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan beberapa teori yang
menyatakan kemungkinan proses persalinan:
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu,
setelah melewati batas tertentu, maka akan terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, di
mana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami
penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin akibatnya,
otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesteron tertentu (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah
sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton
Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas sehingga
persalinan dimulai (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).
d. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terdapat ganglion servikale. Bila ganglion ini
digeser atau ditekan oleh kepala janin akan menimbulkan kontraksi
(Mutmainah, Johan & Llyod, 2017).
e. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin
saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga
konsepsi dapat dikeluarkan. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu
terjadinya persalinan (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).
3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor penting dalam persalinan adalah :
a. Power (tenaga/kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari
ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah
his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga
meneran ibu (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir ibu terdiri atas 2 bagian yaitu bagian keras (tulang panggul)
dan bagian lunak (uterus, otot dasar panggul dan perineum). Panggul
tersusun dari 4 buah tulang yaitu 2 buah tulang oscocsae, 1 tulang os
sacrum, 1 tulang os cocsigis (Rohani, Saswita & Marisah, 2014).
c. Letak Janin
Letak janin adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin
terhadap sumbu panjang (punggung ibu). Ada macam-macam letak yaitu
memanjang atau vertical, dimana sumbu panjang janin parallel dengan
sumbu panjang ibu, melintang atau horizontal dimana sumbu panjang
janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu.
d. Sikap janin
Sikap janin adalah hubungan bagian tubuh janin yang Satu dengan bagian
tubuh yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada
dalam rahim. Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi kepala
fleksi kearah dada, dan paha kearah sendi lutut. Sikap ini disebut fleksi
umum.
e. Posisi Janin
Posisi Janin adalah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sacrum,
mentum atau dagu, sisiput atau puncak kepala yang defleksi atau
menengadah) terhadap empat kuadran panggul ibu.
4. Perubahan Fisiologis Persalinan
a. Kala I
Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kala I
1) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol rata- rata
naik) 10-20 mmHg, diastolik naik 5-10 mmHg. Antara kontraksi,
tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalinan. Rasa sakit,
takut, dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah (Rohani,
Saswita, & Marisah, 2014).
2) Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara
berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot
skeletal, penigkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu
tubuh, denyut nadi, curah jantung (cardiac output), pernapasan, dan
kehilangan cairan (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).
3) Suhu Tubuh
Suhu tubuh sedikit meningkat oleh karena adanya peningkatan
metabolisme selama persalinan. Selama da setelah persalinan akan
terjadi peningkatan, jaga agar peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5-
0
1 C (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).
4) Detak Jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak akan meningkat
secara dramatis selama kontraksi (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).
5) Pernafasan
Laju pernapasan terjadi sedikit peningkatan oleh karena terjadinya
peningkatan metabolisme yang dianggap normal, hiperventilasi yang
lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis (Rohani,
Saswita, & Marisah, 2014).
6) Ginjal
Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin
dikarenakan adanya peningkatan cardiac output, peningkatan
filtrasi glomerulus, dan peningkatan aliran plasma ginjal.
Proteinuria yang sedikit dianggap normal (Rohani, Saswita, &
Marisah, 2014).
7) Gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansi
berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu,
berkurangnya pengeluaran getah lambung menyebabkan aktivitas
pencegahan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi
sangat lambat, cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut
dalam waktu biasa. Mual dan muntah bisa terjadi sampai ibu
mencapai persalinan kala I (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).
8) Hematologi
Haemoglobin meningkat sampai 1,2gr/100 ml selama persalinan
dan akan kembali sebelum persalinan sehari pascapersalinan,
kecuali terdapat perdarahan postpartum (Rohani, Saswita, &
Marisah, 2014).
b. Kala II
Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kala II :
1) Kontraksi
His pada kala II menjadi lebih terkoordinasi, lebih lama (25
menit), lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Sifat kontraksi
uterus simetris, fundus dominan, diikuti relaksasi (Rohani,
Saswita, & Marisah, 2014).
2) Pergeseran Organ dalam panggul
Organ-organ yang ada dalam panggul adalah vesika urinaria,
dua ereter, kolon, uterus, rektum, tuba uterina, uretra, vagina,
anus, perineum, dan labia. Pada saat persalinan, peningkatan
hormon relaksin menyebabkan peningkatan mobilitas sendi, dan
kolagen menjadi lunak sehingga terjadi relaksasi panggul.
Hormon relaksin dihasilkan oleh korpus luteum. Karena adanya
kontraksi, kepala janin yang sudah masuk ruang panggul
menekan otot-otot dasar panggul sehingga terjadi tekanan pada
rektum dan secara refleks menimbulkan rasa ingin mengejan,
anus membuka, labia membuka, perineum menonjol, dan tidak
lama kemudian kepala tampak di vulva pada saat his (Rohani,
Saswita, & Marisah, 2014).
3) Ekspulsi Janin
Ada beberapa tanda dan gejala kala II persalinan, yaitu sebagai
berikut:
a) Ibu merasa ingin mengejan bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b)
Ibu merasakan peningkatan tekanan pa
darektum dan vaginanya.
c) Perineum terlihat menonjol.
d) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah (Rohani, Saswita, &
Marisah, 2014).
c. Kala III
Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kala III yaitu : Perubahan
fisiologi kala III, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran
rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan
ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena
tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal,
kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan
turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina (Rohani,
Saswita, & Marisah, 2014).
d. Kala IV
Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kala IV yaitu Selama 10-45
menit berikutnya setelah kelahiran bayi, uterus berkontraksi menjadi
ukuran sangat kecil yang mengakibatkan pemisahan antara dinding
uterus dan plasenta, di mana nantinya akan memisahkan plasenta dari
tempat lekatnya. Pelepasan plasenta membuka sinus-sinus plasenta
dan menyebabkan perdarahan. Akan tetapi, dibatasi sampai rata-rata
350 ml oleh mekanisme sebagai berikut: serabut otot polos uterus
tersusun berbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-pembuluh
darah ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus. Oleh
karena itu, kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan
pembuluh darah yang sebelumnya menyuplai darah ke plasenta
(Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).
5. Perubahan psikologi pada persalinan
Beberapa keadaan yang dapat terjadi pada ibu dalam persalinan terutama bagi
ibu yang pertama kali melahirkan yaitu :
a. Perasaan tidak enak.
b. Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
c. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara apakah
persalinan akan berjalan normal.
d. Menganggap persalinan sebagai cobaan.
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya.
f. Apakah bayinya normal atau tidak
g. Apakah ibu sanggup merawat bayinya.
h. Ibu merasa cemas. (Sumarah, 2013)
6. Perubahan Dan Adaptasi Persalinan
Beberapa keadaan yang dapat terjadi pada ibu dalam persalinan terutama
bagi ibu yang pertama kali melahirkan yaitu :
a. Perasaan tidak enak.
b. Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
c. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah
persalinan akan berjalan normal.
d. Menganggap persalinan sebagai cobaan.
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya.
f. Apakah bayinya normal atau tidak.
g. Apakah ibu sanggup merawat bayinya.
h. Ibu merasa cemas (Sumarah, 2009).
7. Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan
dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul.
Mekanisme ini sangat diperlukan mengingat diameter janin yang lebih besar
harus berada pada satu garis lurus dengan diameter paling besar dari panggul.
Diameter kepala janin yang diperhatikan:
a. Diameter biparietal. Diameter biparietal yaitu jarak antara dua parietal (9,5
cm)
b. Diameter suboccipito bregmatika jarak antara pertemuan leher dan oksiput
ke bregma (ubun- ubun besar 9,5 cm)
c. Diameter occipitofrontalis. Jarak dari oksiput ke sinsipital (11,5 cm)
d. Occipitomento yaitu jarak dari ubun-ubun kecil ke mentium (dahi) 12,5
cm-13,5cm.
e. Submentobregmatik yaitu jarak pertemuan leher dan rahang bawah ke
bregma 9,5 cm (Sumarah, 2009).
Adapun gerakan-gerakan janin dalam persalinan atau gerakan kardinal
adalah sebagai berikut.
a. Engangement
Engangement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir
kehamilan, sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal
persalinan. Engangment adalah peristiwa ketika diameter biparietal
melewati pintu atas panggung dengan sutura sagitalis melintang atau
oblik didalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala akan
mengalami kesulitan bila saat masuk kedalam panggul dengan sutura
sagitalis dalam anterior posterior. Jika kepala masuk kedalam pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang dijalan lahir, tulang parietal
kanan dan kirisama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus.
Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga dalam
keadaan dimana sutura sagitalis lebih dekat kepromotorium atau ke
sympisis maka hal ini disebut Asinklitismus. Ada dua macam
asinklitismus. Asinklitismus posterior dan asinklitismus Anterior.
Asinklitismus Posterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis
mendekati symfisis dan tulang parietal belakang lebih rendahdari pada
tulang parietal depan. Terjadi karena tulang parietal depan tertahan oleh
simfisis pubis sedangkan tulang parietal belakang dapat turun dengan
mudah karena adanya lengkung sakrum yang luas. Asinklitismus Anterior
yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati promotorium dan tulang
parietal depan lebih rendah dari pada tulang parietal belakang.
Perubahan awal kepala janin dari asinklitimus posterior kedalam
keadaan asinklitismus anterior memudahkan mekanisme persalinan
karena sesuai dengan keadaan panggul dengan adanya lengkung sakrum.
Engangement dan penurunan kepala terjadi secara simultan atau
bersamaan, tetapi untuk kepentingan pembelajaran dibahas secara
terpisah.
b. Penurunan kepala
Dimulai sebelum onset persalinan atau inpartu. Penurunan kepala terjadi
bersamaan dengan mekanisme lainnya.
Kekuatan yang mendukung menurut Cuningham dalam buku Obstetri
William yang diterbitkan tahun 2009 dan Ilmu Kebidanan Varney, 2008 :
1) Tekanan cairan amnion
2) Tekanan langsung fundus pada bokong
3) Kontraksi otot – otot abdomen
4) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin.
c. Fleksi
Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi
kepala janin terhambat oleh servik, dinding panggul atau dasar panggul.
Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipitofrontalis
12cm berubah menjadi sub oksipitobregmatika 9 cm. Posisi dagu
bergeser kearah dada janin. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil
lebih jelas teraba dari pada ubun-ubun besar (Sumarah, 2009).
d. Rotasi dalam
Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian
terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah
simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana bagian terendah janin
adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil memutar kedepan sampai
berada dibawah simpisis. Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk
menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul. Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya
kepala. Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati Hodge III (setinggi
spina) atau setelah didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun
kecil mengarah ke jam 12.
Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu:
1) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak
fleksi
2) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang di
sebelah depan atas yaitu hiatus genitalis antara muskulus levator ani
kiri dan kanan (Sumarah, 2009).
e. Ekstensi
Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit
langsung pada margo inferior simpisis pubis.
Penyebab dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara
ekstensi agar dapat melaluinya. Pada saat kepala janin mencapai dasar
panggul tidak langsung terekstensi, akan tetapi terus didorong kebawah
sehingga mendesak ke jaringan perineum. Pada saat itu ada dua gaya
yang mempengaruhi, yaitu:
1) Gaya dorong dari fundus uteri kearah belakang
2) Tahanan dasar panggul dan simpisis kearah depan.
Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva danterjadi
ekstensi.Gerakan ekstensi ini mengakibatkan bertambahnya penegangan
pada perineum dan intruitus vagina. Ubun-ubun kecil semakin banyak
terlihat dan sebagai hypochlion atau pusat pergerakan maka berangsur-
angsur lahirlah ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung,
mulut, dan dagu. Pada saat kepala sudah lahir seluruhnya, dagu bayi
berada diatas anus ibu.
f. Rotasi luar
Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi oleh
faktor-faktor panggul, sama seperti pada rotasi dalam. Merupakan
gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung janin, bagian
belakang kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri,
sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun
kecil pada mulanya disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar
kearah kiri, bila pada mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan maka
ubun-ubun kecil berputar ke kanan.
Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan diameter
biakrominal janin searah dengan diameter anteroposterior pintu bawah
panggul, dimana satu bahu anterior di belakang simpisis dan bahu yang
satunya dibagian posterior dibelakang perineum Sutura sagitalis kembali
melintang.
g. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai
hypomochlion untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian setelah kedua
bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir
janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang, badan
seluruhnya.
8. Penatalaksanaan dalam Proses Persalinan
a. Amniotomi
Amniotomi adalah pemecahan selaput ketuban bila ketuban belum
pecah dan pembukaan sudah lengkap, setelah dilakukan pemecahan
selaput ketuban maka lakukan pemeriksaan air ketuban antara lain, warna
air ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi, jika terjadi pewarnaan
mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi
setelah lahir karena hal tersebut menunjukan adanya hipoksia janin dalam
rahim atau selama proses persalinan.
1) Keuntungan tindakan amniotomi
a) Untuk melakukan pengamatan ada atau tidaknya mekonium.
b) Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas.
c) Mempermudah perekaman pada saat memantau janin.
d) Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses
pembukaan servik (Sumarah, 2009).
2) Kerugian tindakan amniotomi
a) Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang
mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala akibat dari tekanan
deferensial meningkat.
b) Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan
amniotik berkurang
3) Indikasi amniotomi
a) Pembukaan lengkap
b) Pada kasus solusio plasenta
b. Episiotomi
Episiotomi adalah insisi perinieum untuk memperlebar ruang pada
lubang keluar jalan lahir sehingga sehingga memudahkan kelahiran bayi
(Oxorn, 2010).
1) Keuntungan episiotomy
a) Bagi ibu :
(1) Luka insisi yang lurus atau rata lebih mudah diperbaiki dan lebih
cepat sembuh dibanding luka laserasi yang compang-camping
serta tidak terkendali.
(2) Dengan melakukan episiotomi sebelum otot dan fascia teregang
berlebihan, kekuatan pada dasar panggul dapat dipertahankan dan
insidensi prolapsus uteri, sistocele serta rektocele bisa dikurangi.
(3) Struktur disebelah depan atau disebelah belakang akan
terlindungi.
(4) Robekan ke dalam rektum dapat dielakan.
b) Bagi Bayi
a) Mengurangi penekanan kepala pada perineum sehingga
membantu mencegah kerusakan otak. Ini berlaku untuk setiap
bayi tetapi terutama penting untuk bayi dengan daya tahan yang
rendah terhadap trauma seperti bayi prematur, bayi yang lahir dari
ibu yang menderita diabetes dan bayi dengan erythroblastosis
(Oxorn, 2010).
2) Indikasi episiotomi
a) Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan
harus segera diakhiri.
b) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia
bahu, akan dilakukan ekstraksi forsep, ekstraksi vakum.
c) Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina.
d) Perineum kaku dan pendek.
e) Adanya ruptur yang membakat pada perineum.
f) Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin.
(Sumarah, 2009).
3) Tiga tipe episiotomi
a) Median
Pengguntingan yang dimulai pada garis tengah komisura posterior
lurus ke bawah, tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.
Episiotomi median merupakan insisi pada garis tengah perinium ke
arah rektum, yaitu ke arah titk tendensius perinium, memisahkan dua
sisi otot perinium bulbokavernosus. Otot transversus perinei profunda
juga dapat dipisahkan, bergantung pada kedalaman insisi.
b) Medioateral, kiri atau kanan
Episiotomi mediolateral merupakan insisi pada perinium ke arah
bawah, tetapi menjauhi rektum, selain itu juga dapat ke arah kanan
atau kiri tergantung tangan dominan yang digunakan oleh penolong.
c) Lateral
Pengguntingan yang dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam
tiga atau sembilan menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini
sekarang jarang dilakukan karena banyak menimbulkan komplikasi.
Luka sayatan dapat melebar ke arah di mana banyak pembuluh darah
sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu,
parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu
penderita (Rohani, 2010).
c. Rupture
Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal 2008, derajat ruptur
perineum dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
1) Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami
robekan :
a) Mukosa Vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perenium
2) Ruptur perineum derajat dua, dengan jaringan yang mengalami
robekan adalah:
a) Mukosa Vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perenium
d) Otot perineum
3) Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami
robekan adalah:
a) Mukosa Vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perenium
d) Otot perineum
e) Otot sfingter ani
4) Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami
robekan adalah:
a) Mukosa Vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perenium
d) Otot perineum
e) Otot sfingter ani
f) Dinding depan rectum
d. Heacting
1) Tujuan penjahitan
Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatukan
kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah
yang tidak perlu (memastikan hemostatis)
2) Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur
(a) Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu
atau dua jenis simpul).
(b) Tidak terlalu nyeri karma hanya sedikit benang yang digunakan.
(c) Menggunakan lebih sedikit jahitan.
e. Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah (60 Langkah APN)
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik
sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastic
4) Memastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun di air mengalir
5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan
untuk periksa dalam
6) Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi dengan
oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.Bila
ketuban belum pecah, pinggirkan ½ kocher pada partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT (basah)
dengan gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah perineum dan
sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar, bersihkan daerah
tersebut dari kotoran),
8) Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his, bila ia sudah merasa
ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran, (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setelah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman)
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran
14) Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
15) Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya
dibawah bokong ibu
16) Membuka tutup partus set
17) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
18) Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi
perineum dengan dialas lipatan kain di bawah bokong, sementara
tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang
terlalu cepat saat kepala lahir. (minta ibu untuk tidak meneran dengan
nafas pendek-pendek) Bila didapatkan mekonium pada air ketuban,
segera setelah kepala lahir lakukan penghisapan pada mulut dan
hidung janin menggunakan penghisap lendir De Lee
19) Menggunakan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin
dari lendir dan darah
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan
22) Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan
biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah sampai
bahu anterior / depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke atas
sampai bahu posterior/belakang lahir. Bila terdapat lipatan tali pusat
yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar atau lahirnya
bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan perlindungan tangan kiri,
pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat di
antara dua klem tersebut.
23) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu
janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah
kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada / punggung janin,
sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian
anterior saat badan dan lengan lahir
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke
arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang
tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut
janin)
25) Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan
kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah
penolong.nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan
posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu
pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan)
26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian tali pusat
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus
bayi.Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan memasang klem
diantara kedua 2 cm dari klem pertama.
28) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri,
dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di
antara kedua klem.Bila bayi tidak bernafas spontan lihat penanganan
khusus bayi baru lahir
29) Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,
membungkus bayi hingga kepala
30) Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.
31) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
32) Memberi tahu ibu akan disuntik
33) Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian
luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu
untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh
darah
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva
35) Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah
uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan
klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva
36) Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso kranial.Bila
uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu
37) Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat
bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta , minta ibu
untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke
arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan lahir hingga
plasenta tampak pada vulva.
38) Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati.Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras)
40) Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa
bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotelidon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, dan memasukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium
yang menimbulkan perdarahan aktif. Bila ada robekan yang
menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
42) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan
pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik
43) Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan
klorin 0,5 %, kemudian bilas tangan yang masih mengenakan sarung
tangan dengan air yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya
44) Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan sampul
mati
45) Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya
46) Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah
berisi larutan klorin 0, 5%
47) Membungkus kembali bayi
48) Berikan bayi pada ibu untuk disusui
49) Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan
pervaginam dan tanda vital ibu.
50) Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki
kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi
uterus tidak baik.
51) Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi
52) Memeriksa nadi ibu
53) Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
54) Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang di sediakan
55) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan
menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering
56) Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum
57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%
59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
60) Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah.
f. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1) Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera
setelah lahir, pada 1 jam pertama bayi harus disusukan pada ibunya,
bukan untuk pemberian nutrisi tapi tetapi untuk belajar menyusu atau
membiasakan menghisap puting susu dan mempersiapkan ibu untuk
mulai memproduksi ASI kolostrum (Sarwono, 2016).
2) Keuntungan IMD
a) Bagi bayi :
(1) Menstabilkan pernapasan dan detak jantung
(2) Mengendalikan temperatur tubuh bayi
(3) Memperbaiki pola tidur yang lebih baik
(4) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih
cepat dan efektif
(5) Meningkatkan kenaikan berat badan
b) Bagi Ibu :
a) Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko
perdarahan pasca persalinan
b) Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan
produksi ASI
c) Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi
d) Mencegah kehamilan
e) Ibu menjadi lebih tenang, fasilitasi kelahiran plasenta dan
pengalihan rasa nyeri dari berbagai prosedur pasca
persalinan lainnya (Maryunani, 2012).
3) Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali
a) Bayi beristirahat dan melihat
b) Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa jarinya ke mulut
c) Bayi mengeluarkan air liur
d) Bayi menendang, menggerakan kaki, bahu, lengan dan badannya
ke arah dada ibu dengan mengandalkan indra penciumannya
e) Bayi melekatkan mulutnya ke puting ibu. (Kemenkes RI, 2017).
C. NIFAS
1. Pengertian masa Nifas
Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari
kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan. Yaitu
masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat- alat kandungan
kembali seperti pra hamil. Lama pada masa ini berkisar 6- 8 minggu. Masa
nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung sekitar 6
minggu. akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum
kehamilan dalam waktu 3 bulan. Kala puerperium berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari merupakan waktu yang dipergunakan untuk pulihnya alat
kandungan ke keadaan normal yaitu involusi dan proses laktasi
(Nurjannah,dkk, 2015).
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya
terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem
perkemihan, sistem muskuluskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskular,
sistem hematologi, dan perubahan pada tanda- tanda vital. Pada masa
postpartum perubahan- perubahan tersebut akan kembali menjadi seperti saat
sebelum hamil. Adapun perubahannya adalah sebagai berikut :
a. Perubahan fisik
1) Keadaan umum segera setelah melahirkan umumnya sangat lemah,
lebih-lebih bila partus berlangsung lama.
2) o
Suhu tubuh dapat meningkat 0.5 C namun tidak lebih dari 38 C,
o
o o
sesudah 12 jam pp kembali normal (36,5 C - 37,5 C).
3) Denyut nadi umumnya berkisar 60-80 x/menit maksimal 100/menit
dapat terjadi bradikardi. Denyut nadi di masa nifas umumnya lebih
dibandingkan suhunya.
4) Pernafasan setelah melahirkan normal ± 18x/menit. Bila fungsi paru-
paru baik, pernapasan akan normal, teratur dan cukup.
5) segera setelah melahirkan kehilangan sebesar 5kg atau berkurang
sebesar 12 pound, yang desebabkan oleh keluarga bayi, plasenta dan
air ketuban (Trisnawati,F, 2014).
b. Sistem Reproduksi
1) Involusi uterus
Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua
/metrium dan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta
sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat
uterus, warna dan jumlah lochia.Involusi disebabkan oleh :
a) Pengurangan estrogen plasenta. Pengurangan estrogen
menghilangkan stimulus ke hipertropi dan hyperplasia uterus.
b) Iskemia Miometrium. Miometrium terus berkontraksi dan
berinteraksi setelah kelahiran.
c) Otolisi miometrium. Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut
(Rukiyah, 2011) pada table berikut ini:
Tabel 2.5 TFU dan Berat uterus
No. Waktu Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
1. Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gr
2. Plasenta Lahir 2 Jari bawah pusat 750 gr
3. 1 Minggu Pertengahan 500 gr
simfisis-pusat
4. 2 Minggu Tidak teraba diatas 350 gr
simfisis
5. 6 Minggu Bertambah kecil 50 gr
6. 8 Minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber : (Rukiyah, 2011)
2) Perubahan ligamen
Ligamen- ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilandan partus, setelah janin lahir, berangsur- angsur
menciut kembali seperti sediakala.
3) Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama- sama uterus. Setelah persalinan,
bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang teradapat perlukaan-
perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga
rahim setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya
dapat dilalui 1 jari.
4) Lochea
Lochea adalah cairang secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun
tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita.
Lochea biasanya berlangsung kurang lebih selama 2 minggu setelah
bersalin, namun penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lochea
menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut hingga 56
hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami perubahan karena proses
involusi. Pembagian lochea:
a) Lochea rubra (cruenta), muncul pada hari 1 – 2 pasca persalinan,
ber warna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,
jaringan dari decidua, vernix caseosa, lanugo, dan mekonium.
b) Lochea sanguilenta, muncul pada hari 3-7 pasca persalinan,
berwarna merah kuning dan berisi darah lender.
c) Lochea serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan,
berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
d) Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,berwarna
putih kekuningan, mengandung leukosit, selaput lender servix dan
selaput jaringan yang mati.
e) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah yang
berbau busuk.
f) Lochiostatis, lokia yang tidak lancar keluarnya.
g) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol (Novita,Regina, 2014).
c. Sistem Pencernaan
1) Nafsu makan
Ibu biasanya laparsegera setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengonsumsi makanan ringan.
2) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan mortalitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3) Pengosongan usus
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan (Keperawatan Maternitas, 2014).
d. Sistem Perkemihan
Pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil. Bila wanita
pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 24 jam pasca
persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower
kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam
waktu 4 jam, lakukan katerisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka
kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap
terpasang dan dibuka 4 jam kemudian, bila volume urin < 200 ml, kateter
dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih sperti biasa. (Marmi:2014).
e. Sistem Muskuloskeletal / diastasis recti abdominalis
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-
hal yang dapat membantu relaksasi dan mobilitas sendi dan perubahan
pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan
terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 satelah wanita melahirkan
(Handayani,dkk, 2014).
f. Sistem Endokrin
Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen dan
progesteron yang menurun. Hormon - hormon pituitary mengakibatkan
prolaktin meningkat, FSH menurun, dan LH menurun. Produksi ASI
mulai pada hari ke 3 pospartum yang mempengaruhi hormon prolaktin,
oksitosin, reflek let. Down dan reflek sucking. Selama proses kehamilan
dan persalinan terhadap perubahan pada sistem endokrin. Hormon –
hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain :
1) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang
diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat
pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental
lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas.
Human chorionic gonadotropin atau HCG menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 pospartum dan
sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 pospartum.
2) Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH, dan LH.
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menuru dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan
dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu, FSH
dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3,
dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3) Hipotalamik pituary ovarium
Hipotalamik pituary ovarium akan mempengaruhi lamanya
mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun tidak
menyusui. Pada wanita yang menyusui mendapatkan menstruasi pada
6 minggu pasca melahirkan berkisar 16 % dan 45 % setelah 12
minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak
menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40 % setelah 6
minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
4) Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang,
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap
ketiga persalinan,hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta
dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin,
sehingga dapat membantu involusi uteri.
5) Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon
estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat
meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih,
ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perinium dan vulva serta
vagina (Handayani,dkk, 2014).
g. Sistem Kardiovaskular
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300- 400 cc.
Bila kelahiran melalui seksio sesaria, maka kehilangan darah dapat dua
kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hematokrit. Bila
persalianan pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria,
hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4- 6 minggu
(Mansyur, 2014).
3. Penatalaksanaan Masa Nifas
a. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air bersih
c. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah membersihkan daerah alat kelamin.
d. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut minimal
2 kali sehari
e. Menyarankan kepada ibu apabila mempunyai luka episiotomi untuk
menghindari menyentuh daerah kemaluan untuk mencegah kontaminasi
f. Menyarankan ibu untuk kembali melaksanakan kegiatan-kegiatan rumah
tangga biasa perlahan-lahan serta untuk beristirahat dan tidur apabila bayi
tidur
g. Menjelaskan kepada ibu apabila kurang istirahat akan mempengaruhi
dalam mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, mengakibatkan depresi
dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
h. Menganjurkan ibu untuk latihan mengembalikan otot-otot perut dan
panggul kembali normal dengan tidur terlentang dengan lengan disamping
menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat
dagu kedada dan juga untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kagel),
berdiri dengan tunggangi kaki dirapatkan kencangkan otot-otot pantat dan
panggul dan tahan sampai 5 hitungan dan mulai menggerakkan kaki
latihan untuk setiap gerakan.
i. Menjelaskan gizi pada ibu menyusui yaitu mengkonsumsi tambahan 500
kalori tiap hari, maka dengan diet berimbang untuk mendapat protein ,
mineral, dan vitamin yang cukup, minum sedikit 3 liter air setiap hari dan
pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca persalinan juga minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar
bisa memberikan vitamin A pada bayinya melakun ASI.
j. Perawatan payudara agar tetap bersih dan kering, apabila putting susu lecet
oleskan colostrums atau ASI yang keluar diminumkan menggunakan
sendok. Untuk menghilangkan rasa nyeri dapat diminum paracetamol 1
tablet setip 4-6 jam dan apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI
lakukan pengompresan payudara dengan basah dan hangat selama 5
menit. Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga payudara
menjadi lunak, dan susukan bayi setiap menyusui dan payudara
dikeringkan.
k. Memberikan penjelasan tentang hubungan suami istri sesudah darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya kedalam
vagina tanpa nyeri.
4. Kebijakan Nasional Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan menurut
Kemenkes RI tahun 2020 nifas yaitu:
a. Kunjungan 1 (6 jam – 2 hari pasca persalinan)
Tujuannya untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, memberikan
konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermia.
b. Kunjungan ke 2 (3-7 hari setelah persalinan)
tujuannya memastikan involusi uterus berjalan normal uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal
tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam atau infeksi, memastikan
ibu mendapatkan cukup makanan cairan, dan istirahat, memastikan ibu
menyusui dengan baik.
c. Kunjungan ke 3 (8 hari sampai 28 hari setelah persalinan)
Tujuannya sama dengan kunjungan ke 2.
d. Kunjungan ke 4 (29 hari sampai 42 hari setelah persalinan)
Tujuannya menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami dan memberikan konseling untuk KB secara dini
(Kemenkes, 2022).
f. Perubahan Ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan
2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20
kali dalam 24 jam.
g. Perubahan Hati
Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial
untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak
terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen. berasal dari hemoglobin dan
dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
h. Perubahan Imun
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu
masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
3. Tanda- Tanda Bayi Lahir Normal
Menurut Maternity, Anjany dan Evrianasari (2018), ciri-ciri bayi baru lahir
normal antara lain:
a. Berat badan : 2500 – 4000 gram.
b. Panjang badan lahir : 48 – 52 cm.
c. Lingkar kepala : 33 – 35 cm.
d. Lingkar dada : 30 – 38 cm.
e. Bunyi jantung : 120-160 x/menit.
f. Pernafasan : 40-60 x/menit.
g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik caseosa.
h. Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.
i. Kuku telah agak panjang dan lepas.
j. Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika
laki-laki testis telah turun, skrotum sudah ada.
k. Refleks hisap dan menelan telah terbentuk dengan baik.
l. Refleks moProw atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
m. Refleks graps atau menggemgam sudah baik.
n. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam.
Mekonium berwarna hitam kecoklatan.
4. Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir Tidak Normal
Adapun tanda bahaya pada bayi baru lahir tidak normal menurut
Prawiroharjo, 2014
a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 x/menit,terlihat retraksi pada waktu
bernapas
b. Kehangatan terlalu panas (>38ºC atau terlalu dingin < 36ºC)
c. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama) biru atau pucat, memar
d. Pemberian makan. hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
e. Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau
busuk pernapasan sulit.
f. Tinja atau kemih. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering,
hijau tua, ada lendur atau darah pada tinja. Dan gangguan gastrointestinal,
misalnya tidak mengeluarkan mekonium selama 3 hari pertama setelah
lahir.
g. Aktifitas. Menggigil atau menangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemas atau mengantuk, lunglai, kejang, menangis terus
menerus. Segara cari pertolongan bidan atau tenaga kesehatan lainnya,
jika tibul tanda-tanda bahaya tersebut.
5. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
a. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan
penanganan bayi baru lahir pastikan untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi sebagai berikut :
1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah melakukan kontak
dengan bayi.
2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
3) Memastikan peralatan yang dipakai (klem, gunting, pengikat tali
pusat yang sudah DTT/ steril) jangan pernah menggunakan bola karet
penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4) Memastikan semua pakaian handuk, selimut, serta kain yang yang
digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
5) Memastikan bahwa Timbangan, pita ukur, thermometer, stetoskop,
dan benda-benda lainya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam
keadaan bersih (dekontaminasikan dan cuci setelah setiap kali
digunakan).
6) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama
payudaranya dengan mandi setiap hari (puting susu tidak boleh
disabun).
7) Membersihkan muka, pantat, dan talipusat bayi baru lahir dengan air
bersih, hangat dan sabun setiap hari,
8) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan
memastikan orang yang memegang bayi sudah mencuci tangan
sebelumnya (Rukiyah, 2011).
b. Pencegahan Kehilangan Panas/Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
1) Konduksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak
langsung dengan benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih
rendah dari suhu tubuh lainnya (timbangan, perlak/alas plastik).
2) Konveksi adalah proses hilangnya panas melalui kontak dengan udara
yang dingin disekitarnya (kipas angin, AC) contoh bayi berada
diruangan terbuka dimana angin secara langsung mengenai tubuh bayi.
3) Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi berada
dalam keadaan basah (air ketuban) contoh bila bayi tidak segera
dikeringkan, setelah proses kelahiran atau setelah mandi.
4) Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bayi bila diletakkan
dekat dengan benda-benda yang lebih rendah suhunya dari suhu tubuh
bayi, contoh bayi diletakkan dekat tembok yang dingin dan lembab.
c. Penyesuaian pada BBL antara lain :
1) Memulai mempertahankan pernafasan dengan paru-paru.
2) Memulai perubahan sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
3) Kemampuan mengatur dan mempertahankan suhu tubuh.
4) Kemampuan memenuhi kebutuhan nutrisi melalui saluran cerna.
5) Kemampuan untuk mempertahankan fungsi-fungsi system dalam
tubuh.
6) Kemampuan untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi.
d. Mencegah hilangnya panas pada tubuh bayi :
1) Pastikan tubuh bayi hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dan
ibu
2) Keringkan bayi segera setelah lahir, untuk mencegah kehilangan
panas/hipotermia akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan
tubuh bayi dan sebagian ransangan taktil untuk membantu bayi
memulai bernafas
3) Ganti handuk/kain basah dan bungkus bayi dengan kain kering dan
hangat/ selimut dan kepala bayi harus tertutup dan tetap terlindung
dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh
4) Periksa setiap telapak tangan bayi terasa dingin periksa suhu axila
bayi dan bila suhu 36,5ºC segera hangatkan bayi
5) Jangan memandikan bayi, sebelum 6 jam setelah bayi lahir dan harus
dengan suhu normal 36,5-37,5ºC. Memandikan bayi secara cepat
dengan air bersih dan hangat.
6) Jangan menimbang bayi dalam keadaan telanjang karena kulit bayi
akan bersentuhan langsung dengan timbangan.
e. Rangsangan Taktil
Rangsangan taktil dilakukan bila dalam mengeringkan tubuh bayi dan
penghisapan lendir atau cairan ketuban dari mulut dan hidung belum
mencapai bayi untuk bernafas yang adekuat.
Ada 2 cara dalam melakukan rangsangan taktil yaitu menggosok,
mengusap, mengelus punggung bayi secara cepat dengan handuk dan
menepuk/menyentil telapak kaki bayi untuk meningkatkan frekuensi
pernafasan.
f. Asuhan Tali Pusat (Memotong dan Merawat Tali Pusat)
Pemotongan tali pusat : Tali pusat dipotong sebelum/sesudah plasenta
lahir dan tidak begitu menentukan dan tidak akan dipengaruhi bayi,
Kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka
tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan resusitasi pada
bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting tali
pusat steril dan diikat dengan pengikat tali pusat steril.
g. Perawatan Tali Pusat
1) Jangan membungkus tali pusat atau perut ataupun mengoleskan bahan
atau ramuan apapun kepuntung pusat dan menasehati keluarga untuk
tidak memberikan apapun pada pusar bayi
2) Biarkan tali pusat mengering dengan sendirinya sampai puput
3) Beri nasehat pada ibu atau keluarganya sebelum penolong
meninggalkan bayi, lihat popok dibawah puntung tali pusat, jika
puntung tali pusat kotor, cuci secara lembut dengan air matang (DTT)
dan sabun, jika pusar merah dan mengeluarkan darah atau nanah,
konsul ke bidan/tenaga kesehatan lainnya untuk pemeriksaan, jika
berlanjut, segera rujuk kefasilitas yang memadai.
h. Memulai Pemeriksaan ASI
Pastikan pemberian ASI dimulai 1 jam setelah bayi lahir. Jika
mungkin, anjurkan ibu untuk menekuk dan mencoba untuk menyusukan
bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong. Tentramkan ibu
bahwa akan membantu ibu menyusukan bayinya setelah plasenta lahir dan
penjahitan laserasi. Anggota keluarga mungkin bisa membantunya untuk
memulai pemberian ASI lebih awal, setelah lahirnya plasenta penjahitan
sudah bersih dan mengganti baju untuk menyusukan bayinya kembali.
Beritahu ibu usahakan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan tanpa
memberikan makanan tambahan apapun.
Laktasi merupakan bagian dari rawat gabung, setelah ibu
dibersihkan, segera lakukan kontak dini agar bayi mulai mendapat ASI.
Dengan kontak dini dan laktasi bertujuan untuk melatih refleks hisap bayi,
membina hubungan psikologis ibu dengan anak/ikatan batin, membantu
kontraksi uterus melalui rangsangan pada putting susu, memberikan
ketenangan pada ibu merupakan perlindungan bagi bayinya dan mencegah
hilangnya panas yang berlebihan pada bayi. Doronglah ibu untuk
menyusui bayinya apabila bayi telah siap dengan menunjukkan refleks
rooting, jangan paksa bayi untuk menyusui.
5) Perencanaan Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
pelaksanaan terhadap masalah / diagnosa telah diidentifikasi atau
diantisipasi untuk dapat memberikan tindakan yang tepat dan efektif,
perlu direncanakan sesuai dengan kondisi klien, baik saat ini maupun
masalah potensial yang ditimbulkan.
6) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri ia tetap bertanggung jawab untuk
mengarahkanya pelaksaannya. Pelaksanaan yang efisein akan
menyangkut waktu dan biaya serta peningkatan mutu dan asuhan klien.
7) Evaluasi
Evaluasi untuk menilai keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan dengan pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi. Rencana dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.
b. Dokumentasi
”Dokumen” dalam bahasa Inggris adalah satu atau lebih lembar
kertas resmi dengan tulisan diatasnya. Dokumentasi berisi dokumen atau
pencatatan yang berisi bukti atau kesaksian tentang sesuatu atau suatu
pencatatan tentang sesuatu. Dokumentasi dalam bidang kesehatan
adalah suatu sistem pencatatan atau pelaporan informasi atau kondisi
dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan
oleh petugas kesehatan. Dalam pelayanan kebidanan, semua kegiatan
didokumentasikan dengan menggunakan konsep SOAP yang terdiri dari:
Untuk pendokumentasian/pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam
bentuk ”SOAP” yaitu:
S (Subjektif): Menurut perspektif klien. Data ini diperoleh
melalui anamnesa atau (sebagai langkah I dalam
manajemen Varney).
O (Objektif): Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan
diagnostic dan pendukung lain. Data ini termasuk
catatan medik pasien yang lalu (sebagai langkah I dalam
manajemen Varney).
A (Assesment): Analisis / interpretasi berdasarkan data yang terkumpul,
dibuat kesimpulan berdasarkan segal sesuatu yang dapat
teridentifikasi, Diagnosa / Masalah. Identifikasi diagnosa
/ masalah potensial. Perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter / konsultasi kolaborasi dan rujukan (sebagai
langkah II, III, IV dalam manajemen varney).
P (Planning): Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan
(Implementasi) dan evaluasi rencana (E) berdasarkan pada
langkah V, VI, VII pada manajemen Varney. Ini termasuk
hasil observasi dan evaluasi dari flowsheet. Planning
termasuk :Asuhan mandiri oleh bidan,
kolaborasi/konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan
lain, tes diagnostik/laboratorium, konseling/penyuluhan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam BAB ini penulis menguraikan kasus dari Asuhan Kebidanan yang
telah di berikan kepada Ny. I mulai dari kehamilan usia 38 minggu sampai 28 hari
post partum, yang di lakukan sejak tanggal 27 November 2022 sampai 14 Januari
2022 dengan pendekatan 7 langkah varney adapun pendokumentasiannya dengan
SOAP.
A. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan
1. ANC KE - I
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Hari Minggu tanggal 27
November 2022 pukul 19:00 WIB
a. Pengkajian
Ny. I, tempat dan tanggal lahir Jakarta, 02 September 1984 saat ini
berusia 34 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir S1, kebangsaan
Indonesia, suku Sunda, bekerja sebagai ibu rumah tangga, bersuamikan
Tn. A tempat dan tanggal lahir Jakarta, 20 Juli 1981 saat ini berusia 41
tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir S1, kebangsaan Indonesia,
suku Betawi, bekerja sebagai wirausaha. Pasangan ini bertempat tinggal di
Pamulang. Nomor BPJS pasien 002360264578 nomor tlp yang bisa di
hubungi 083806377889.
Anamnesa dilakukan pada hari Rabu tanggal 27 November 2022 pukul
19.00 WIB oleh mahasiswa Nurul Syuhfal Ningsih. Kunjungan yang
dilakukan pada Ny. I merupakan kunjungan ulang dalam pemeriksaan
kehamilan.
Riwayat menstruasi Ny. I hari pertama haid terakhir tanggal 10 Maret
2022, lamanya 7 hari, banyaknya 3 kali ganti pembalut perhari,
konsistensi cair dan sedikit bergumpal serta berbau khas. Tafsiran
persalinan Ny. I tanggal 17 Desember 2022. Pergerakan fetus dirasakan
pertama kali pada usia kehamilan ± 5 bulan (20 minggu) ± 20 kali, aktif
dalam 24 jam terakhir. Dan ibu mengatakan bahwa sering BAK.
Pola makan klien 3 kali sehari terdiri dari nasi, sayur, lauk pauk, buah,
susu, dan air putih, makan dalam porsi sedang dan tidak mengalami
perubahan makan seperti ngidam. Pola eliminasi BAB 1 kali sehari,
(konsistensi lunak, warna kuning, bau khas), BAK ± 5 kali sehari,
(konsistensi cair, warna kuning jernih, bau khas). Pola istirahat tidur
malam ± 7 jam perhari, tidur siang 1 jam perhari. Klien melakukan
hubungan seksual seperti biasa selama kehamilan/tidak ada gangguan,
hanya frekuensi sedikit dikurangi dan tidak ada masalah selama
kehamilan. Klien melakukan pekerjaan seperti biasa dan tidak menganggu
kehamilannya. Ny. I baru mendapatkan. Ini merupakan kehamilan ke tiga,
ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi yaitu IUD.
Riwayat persalinan sebelumnya pada tahun 2009 jenis persalinan
normal dan spontan, jenis kelamin laki-laki berat badan 3200 gram,
panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm. Persalinan ke duannya pada
tahun 2013 jenis persalinan normal dan spontan, jenis kelamin perempuan
berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 34 cm.
Kehamilan ke tiga nya Ny. I mengatakan bahwa dia tidak pernah memiliki
riwayat penyakit menular, menurun dan menahun. Pasien tidak
mengkonsumsi minum-minuman beralkohol, tidak merokok, tidak minum
jamu dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Pasien mandi 2 kali
sehari, pasien biasa mengganti pakaian minimal 3 kali sehari dan jika
basah atau lembab.
Riwayat sosial kehamilan klien direncanakan dan tidak mengharapkan
jenis kelamin tertentu. Status perkawinan Ny. I menikah (sah menikah)
untuk pertama kalinya. Susunan keluarga yang tinggal serumah 4 orang,
klien tinggal bersama suami dan anak-anaknya. Klien tidak mempercayai
mitos-mitos yang merugikan terhadap kehamilannya seperti : keluar
rumah harus membawa gunting, tidak boleh makan-makanan yang berbau
amis, tidak boleh untuk mempersiapkan keperluan untuk persalinan dan
bayi. Riwayat kesehatan keluarga baik dan tidak ada penyakit keturunan,
menular dan menahun.
Dalam pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan keadaan umum
ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil yaitu ibu
dapat berinteraksi dengan baik dan dapat menanggapi pertanyaan yang
diajukan. TTV : TD 110/70 mmHg, Nadi 82 x/mnt, Pernafasan 22 x/mnt,
0
suhu 36,5 C. Pada pemeriksaan fisik diperoleh hasil sebagai berikut : BB
69 kg, BB sebelum hamil 59 kg, kenaikkan BB selama hamil 10 kg, TB
160 cm, LILA 27 cm, rambut warna hitam, bersih, tidak rontok, kelopak
mata tidak oedema, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, telinga
bersih tidak ada serumen, hidung bersih tidak ada secret dan tidak ada
kelainan. Mulut dan gigi bersih, lidah dan gusi tidak ada sariawan, tidak
ada caries, karang gigi, pada leher tidak teraba adanya pembesaran
kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening. Pembesaran ada pada payudara,
payudara kiri-kanan simetris, putting susu menonjol keluar, tidak ada
benjolan atau tumor, axilla bersih dan tidak teraba benjolan, pengeluaran
kolostrum belum ada, tidak ada rasa nyeri. Posisi tulang belakang
Lordosis Gravidarum dan tidak ada rasa nyeri ketuk didaerah pinggang.
Pembesaran abdomen sesuai dengan usia kehamilan, bentuknya
menbuncit, terdapat striae gravidarum dan linea alba, tidak ditemukan
bekas luka operasi. Hasil pemeriksaan obstetric palpasi TFU 31 cm.
Leopold I : pada bagian fundus teraba agak bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba panjang, keras,
datar seperti papan (punggung), pada bagian kiri perut ibu teraba bagian-
bagian terkecil janin (ekstermitas) Leopold III : pada bagian terendah
janin teraba keras, bulat dan melenting (kepala) sudah masuk PAP,
Leopold IV : Satasi 4/5. Pada pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin
positif 145x/m teratur, dengan punctum maksimum kuadran kanan bawah
pusat, taksiran berat janin (31-11) x 155 = 3100 gram.
Pemeriksaan anogenital tidak dilakukan. Pemeriksaan dalam tidak
dilakukan karena tidak ada indikasi. Pada ekstremitas atas dan bawah
tidak ditemukan odema, tidak ada kekakuan sendi dan kemerahan, varises
tidak ada dan uji reflek patella hasilnya ki +/ ka +. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan pada tanggal 19 November 2022 didapatkan hasil
HB Ibu 12 gr%, protein urine (-), reduksi (-).
b. Analisa Masalah
1) Diagnosa :
Ny. I umur 34 tahun G3P2A0 hamil 37 minggu,
janin tunggal hidup presentasi kepala
2) Data Dasar
a) Subjektif :
(1) Ibu mengatakan ini kehamilan ketiga, pernah melahirkan dan
tidak pernah keguguran
(2) Ibu mengatakan haid terakhir tanggal 10 Maret 2022
(3) Ibu mengatakan pergerakan janin aktif
(4) Ibu mengatakan tidak sakit saat dipalpasi
b) Objektif
Palpasi : TFU 31 cm
Leopold I : Pada bagian fundus ibu teraba agak bulat, lunak,
tidak melenting (bokong)
Leopold I : Pada bagian fundus ibu teraba agak bulat, lunak,
tidak melenting (bokong)
Leopold II : Pada Bagian kanan perut ibu teraba panjang,
keras dan datar (punggung), pada bagian kiri
perut ibu teraba bagian-bagian terkecil janin
(ekstermitas)
Leopold III : Pada bagian terendah janin teraba bulat, keras
dan melenting (kepala) sudah masuk PAP.
Leopold IV : Stasi 4/5
DJJ : 145 x/ menit, teratur
TBJ : (31-11) x 155 = 3100 gram
Punctum maximum : Kuadran kanan bawah pusat
3) Masalah
Tidak ada
4) Kebutuhan
Penjelasan tentang keluhan ibu dan tanda bahaya kehamilan
c. Masalah Potensial
Untuk saat ini tidak ada.
d. Tindakan Segera
Untuk saat ini tidak ada
e. Perencanaan
1) Lakukan informed consent
2) Informasikan hasil pemeriksaan
3) Menjelaskan kepada ibu tentang keluhan yang ibu rasakan
4) Beritahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan
5) Anjurkan ibu untuk konsumsi makanan dengan gizi seimbang
6) Beritahu ibu untuk menjaga personal hygiene
7) Berikan ibu tablet Fe dan kalk
8) Beritahu ibu untuk kunjungan ulang
9) Dokumentasikan seluruh asuhan yang telah diberikan
f. Pelaksanaan
1) Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga untuk
persetujuan bersedia diberi asuhan kebidanan sejak hamil, persalinan
dan nifas 28 hari.
2) Menginformasikan bahwa saat ini ibu dan janin dalam keadaan baik
dan usia kehamilan ibu saat ini sudah 38 minggu hari dan DJJ bagus
yaitu 145 x/menit normalnya adalah 120 sampai 160 x/menit
3) Menjelaskan tentang keluhan yang ibu rasakan yaitu sering BAK
adalah hal yang normal karena kepala janin sudah mulai memasuki
panggul sehingga menekan kandung kemih yang menyebabkan ibu
sering BAK. Cara mengatasinya yaitu dengan mengurangi minum
pada malam hari agar tidak menganggu istirahat ibu. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang telah diberikan.
4) Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan yaitu sakit kepala
hebat, pandangan kabur, bengkak pada muka tangan dan kaki, mual
muntah berlebihan, gerakan janin berkurang, dan perdarahan
pervaginam. Jika ibu mengalami hal tersebut, ibu di anjurkan untuk
segera datang ke tenaga kesehatan.
5) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi dengan makan 3
kali sehari dalam porsi sedang dan menu seimbang yang banyak
mengandung protein, vitamin, dan mineral seperti (nasi, lauk pauk:
ikan, telor, tahu/tempe, sayur-sayuran seperti bayam, kangkung, buah-
buahan susu dan air putih). Agar nutrisi ibu dan janin tetap terpenuhi
sehingga kesehatan ibu terjaga dan perkembangan janin akan sesuai
dengan usia kehamilan. Ibu telah mengerti dan mau menjaga pola
makannya.
6) Memberitahu ibu untuk menjaga personal hygiene yaitu mengganti
celana dalam jika sudah terasa lembab atau basah, membersihkan
vagina dari arah depan kebelakang dengan air bersih dan setelah BAK
dan BAB dan mengeringkan dengan tissue atau handuk kering.
7) Memberikan ibu fe 10 tablet di minum 1x1 sehari dengan air putih di
minum pada malam hari untuk mengurangi efek samping seperti mual
dan BAB yg berwarna gelap, tablet ini berfungsi untuk menambah
darah dan mencegah anemia. kalk 10 tablet di minum 1x1 sehari
dengan air putih pada pagi hari, berfungsi untuk membantu
pertumbuhan tulang dan gigi janin.
8) Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian yaitu
tanggal 04 Desember 2022 atau jika ada keluhan.
9) Mendokumentasikan seluruh asuhan yang telah diberikan.
g. Evaluasi
1) Informed consent telah di lakukan kepada ibu dan keluarga serta
telah disetujui dan ditanda tangani oleh suami untuk dilakukan
pemeriksaan dan diberi asuhan kebidanan sejak hamil, persalinan, dan
nifas 28 selama hari.
2) Seluruh hasil pemeriksaan telah di informasikan.
3) Ibu mengerti dan tampak kooperatif.
4) Ibu sudah diberikan therapy obat.
5) Ibu bersedia untuk kunjungan ulang pada tanggal 04 Desember 2022
6) Seluruh asuhan yang diberikan telah di dokumentasikan.
2. ANC KE - II
Manajemen Asuhan Kebidanan (ANC KE-II) Hari Minggu, Tanggal 04
Desember 2022 pukul 09:30 WIB.
a. Subjektif (S) :
1) Ibu mengatakan pergerakan janin aktif
2) Ibu mengatakan nyeri pada punggung
b. Objektif (O) :
7) Palpasi : TFU 33 cm
Leopold I : Pada fundus teraba agak bulat, lunak, tidak
melenting (bokong).
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang, keras,
seperti papan (punggung), bagian kiri perut ibu
teraba bagian-bagian kecil janin (ekstermitas).
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras,
melenting (kepala), sudah masuk PAP
Leopold IV : Stasi 4/5
8) Auskultasi: DJJ : Positif, 155 x/menit teratur
9) Punctum maximum : Kuadran kanan bawah pusat.
10) TBJ : (33-11) x 155 = 3.410 gram
2.
c. Assesment (A) :
Diagnosa : Ny. I umur 34 tahun G3P2A0 hamil 38 minggu,
janin tunggal hidup presentasi kepala
Masalah : Nyeri Punggung
Kebutuhan : Penjelasan tentang keluhan yang ibu rasakan
d. Planning (P) :
1) Menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat
ini ibu dan janin dalam keadaan baik, dan usia kehamilan ibu saat ini
39 minggu. Seluruh hasil pemeriksaan telah di informasikan.
2) Menjelaskan kepada ibu tentang keluhan yang ibu rasakan yaitu nyeri
punggung adalah hal yang normal, disebabkan karena usia kehamilan
yang semakin membesar dan otot punggung tertarik ke bagian depan.
Cara mengatasinya dengan melakukan pemijatan di aderah yang terasa
nyeri atau melakukan kompres air hangat. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang telah di berikan dan mau untuk melakukan apa yg
telah dianjurkan.
3) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi dengan makan 3
kali sehari dalam porsi sedang dan menu seimbang yang banyak
mengandung protein, vitamin, dan mineral seperti (nasi, lauk pauk:
ikan, telor, tahu/tempe, sayur-sayuran seperti bayam, kangkung, buah-
buahan susu dan air putih). Agar nutrisi ibu dan janin tetap terpenuhi
sehingga kesehatan ibu terjaga dan perkembangan janin akan sesuai
dengan usia kehamilan. Ibu telah mengerti dan mau menjaga pola
makannya.
4) Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan, seperti tempat
persalinan, biaya, penolong, pendamping, kendaraan, pendonor darah,
perlengkapan ibu seperti : kain panjang, baju, celana dalam,
pembalut, serta perlengkapan bayi seperti : baju, popok, bedongan,
topi, sarung tangan dan kaki. Ibu mengerti dan akan melakukan
persiapan persalinan.
5) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu : keluar lender
bercampur darah, mulese semakin sering dan teratur, keluar air-air dari
jalan lahir. Jika ibu sudah mengalami salah satu tanda tersebut, maka
ibu harus segera ke tenaga kesehatan. Ibu sudah mengerti tentang
tanda-tanda persalinan.
6) Memberikan ibu 10 tablet Hufabion (1x1/hari) 7 tablet Kalk
(1x1/hari) cara meminumnya: Fe diminum pada malam hari sebelum
tidur untuk mengurangi efeknya yaitu mual. Kalk diminum pagi hari
untuk membantu pertumbuhan tulang dan gigi. Ibu telah mengerti dan
mau minum obat yang telah diberikan.
7) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian yaitu
tanggal 11 Desember 2022 atau segera jika ada keluhan. Ibu bersedia
untuk datang kunjungan ulang.
8) Mendokumentasikan seluruh asuhan yang telah di berikan dengan
SOAP. Seluruh asuhan yang di berikan telah di dokumentasikan.
b. Objektif (O):
1) Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Tampak gelisah
2) TTV 120/80 mmHg, N : 80x/m, P : 27x/mnt, S: 36,8 C 0
d. Planning (P) :
1) Menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan bahwa saat ini
pembukaan ibu sudah lengkap dan ibu boleh meneran bersamaan
dengan adanya mules. Seluruh hasil pemeriksaan telah di
informasikan.
2) Menganjurkan ibu untuk memilih pendamping persalinan. Ibu
memilih suami sebagai pendamping persalinan.
3) Meletakan handuk dan popok di atas perut ibu. Handuk dan popok
sudah diletakan.
4) Memasang underpad dibawah bokong ibu dan mengosongkan kadung
kemih. Underpad sudah di pasang dan kandung kemih suda
dikosongkan.
5) Menganjurkan ibu untuk memilih posisi saat melahirkan yaitu posisi
setengah duduk, jongkok, miring kiri atau berdiri. Ibu memilih posisi
setengah duduk.
6) Mendekatkan partus set, hecting set, obat-obatan serta memakai APD,
menjaga privasi pasien dan menyalakan lampu sorot. Sudah di
siapkan.
7) Melakukan amniotomi pukul 10.32, atas indikasi pembukan sudah
lengkap 10 cm, warna air ketuban putih keruh, bau khas, jumlah
normal.
8) Menganjurkan ibu untuk merangkul paha sampai siku, mengajarkan
ibu cara meneran yang baik yaitu dengan cara menarik nafas dari
hidung dan keluarkan lewat mulut, meneran seperti ingin BAB dan
meneran bersamaan dengan adanya mules. Ibu mengerti cara meneran
yang baik.
9) Memenuhi nutrisi dan hidrasi ibu. Nutrisi dan hidrasi ibu sudah
dipenuhi.
10) Memberikan dukungan berupa pujian saat ibu meneran. Ibu tampak
tenang.
11) Melakukan pertolongan persalinan dengan 60 langkah APN,
melahirkan bayi mulai dari kepala, memeriksa lilitan tali pusat, tunggu
putaran paksi luar, melahirkan bahu, sanggah susur sampai seluruh
tubuh bayi lahir. Pukul 10.35 WIB bayi lahir spontan, menangis kuat,
kulit kemerahan, tonus otot baik, jenis kelamin perempuan, anus (+).
12) Mengeringkan tubuh bayi dan membersihkan jalan nafas. Bayi
sudah dikeringkan dan jalan nafas sudah dibersihkan.
d. Planning (P) :
1) Memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu dan bayi
dalam keadaan baik, plasenta telah lahir lengkap, TD 100/70 mmHg,
kontraksi baik, perdarahan normal dan tidak ada robekan. Seluruh
hasil pemeriksaan telah di informasikan dan ibu mengerti.
2) Memberitahu ibu dan keluarga untuk memberikan hidrasi dan nutrisi
pada ibu karena ibu mengalami kelelahan disebabkan proses
persalinan tadi. Ibu telah makan dan minum.
3) Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan bayinya ASI Eksklusif
tantang tambahan makan dan minum, ibu bersedia melakukan apa
yang telah disarankan bidan dan mengatakan akan memberikan
bayinya ASI Eksklusif.
4) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan ibu dari
sisa cairan ketuban, lendir darah dan bantu ibu memakai softex, baju
bersih dan kain kering. Lalu mendekontaminasikan tempat tidur
dengan larutan klorin 0,5%. Ibu dan tempat tidur sudah di bersihkan.
5) Membersihkan dan merapihkan alat, merendam alat dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit dan membersihkan APD lalu lepas dan
mencuci tangan. Alat sudah direndam, APD sudah dilepas dan tangan
sudah dicuci.
6) Memberikan ucapan selamat kepada ibu atas kelahiran bayinya. Ibu
dan keluarga tampak senang.
7) Mengajarkan ibu atau keluarga untuk melakukan masase sendiri dan
memberitahu ibu jika rahim teraba keras berarti rahim berkontraksi
dengan baik. Ibu telah mengerti cara melakukan masase uterus atau
rahim.
8) Memberitahu ibu tanda bahaya kala IV yaitu terjadinya perdarahan,
tekanan darah naik, pusing, syok berlebihan, jika ibu mengalami hal
tersebut ibu harus segera memberitahu bidan. Ibu mengatakan
mengerti akan hal tersebut dan akan melakukan yang di anjurkan bian.
9) Memberikan ibu obat yaitu Amoxilin 10 tablet (diminum 3x1/hari)
untuk mempercepat pemulihan luka vulva ibu yang lecet, 10 tablet
Asam mefenamat (3x1/hari) dan 10 tablet Fe (2x1/hari), serta vitamin
A. Semua obat diminum dengan air putih setelah makan. Amoxilin
sebagai antibiotik dan vitamin A berfungsi untuk mengurangi buta
senja pada ibu menyusui. Asam mefenamat untuk menghilangkan rasa
nyeri dan Fe untuk penambah darah dan pencegah Anemia. Ibu telah
mengerti dan mau untuk minum obat.
10) Mencuci alat dengan sabun dan air mengalir, keringkan dan
sterilkan. Alat sudah di cuci, di keringkan dan di steril.
11) Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih, perdarahan
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam
kedua. Kontraksi uterus baik, semua dalam batas normal.
12) Melengkapi partograf. Partograf telah dilengkapi.
13) Mendokumentasikan seluruh asuhan yang telah diberikan. Seluruh
asuhan yang diberikan telah di dokumentasikan.
Observasi 2 jam pertama post partum
Jam Waktu Tekanan N S Tinggi Kontraksi Kan dung kemih Perdarahan
ke darah fundus uterus
uteri
1. 11.10 110/70 80 36,8 2 JBPS Baik Tidak teraba Normal
penuh
11.25 120/70 82 2 JBPS Baik Tidak teraba Normal
penuh
11.35 120/80 80 2 JBPS Baik Tidak teraba Normal
penuh
11.45 120/80 80 2 JBPS Baik Tidak teraba Normal
penuh
2. 12.15 110/80 81 37,2 2 JBPS Baik Tidak teraba Normal
penuh
12.45 120/70 81 2 JBPS Baik Tidak teraba Normal
penuh
B. Anamnesa
Pada tanggal 17 Desember 2022 Pukul 17.00 WIB Oleh: Mahasiswa
Nurul Syuhfal Ningsih
1. Keluhan :Ibu mengatakan perutnya masih mulas
2. Riwayat persalinan dan kelahiran
a. Jenis Persalinan : Spontan, Tanggal 17 Desember 2022 pukul
10.35 WIB
b. Jenis kelamin anak yang dilahirkan : Perempuan BB : 3500 gram,
PB : 49 cm, Keadaan umum : Baik
c. Proses Persalinan
Ketuban : jernih : amniotomi, jam : 10.32 WIB
Kala I : 7 jam 30 menit, sejak mules-mules pada pukul 03.00
WIB, sampai pembukaan 10 cm pada pukul 10.30 WIB.
Kala II : 5 menit, pembukaan lengkap 10.30, amniotomi 10.32,
bayi lahir 10.35 WIB
Kala III : 15 menit, Plasenta lahir pukul (10.50): spontan, panjang
tali pusat : 45 cm, insersi plasenta di sentral, selaput dan
kotiledon lengkap.
Kala IV : Perineum : tidak ada robekan
d. Jumlah Perdarahan
Kala I : ± 10 cc
Kala II : 150 cc
Kala III : ± 150 cc
Kala IV : ± 70 cc +
Total : ± 380 cc
e. Tindakan/ Pengobatan pada masa persalinan pada kala III yaitu
suntik oksitosin 10 unit IM
f. Buang air kecil : + 2 kali
g. Buang air besar : tidak ada
C. Pemeriksaan
1. Keadaan umum : Baik
2. Keadaan emosional : Stabil
3. Tanda – tanda vital : TD : 120/80 mmHg, N :78 x/menit, S : 36,7 º C P
: 20 /menit
4. Payudara : bersih Pembesaran : iya
Pengeluaran : colostrum
5. Uterus
Tinggi fundus uterus : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
6. Pengeluaran lochea : rubra
Warna : merah Jumlah : normal
Bau : khas Kosistensi : cair
7. Kandung Kemih : kosong
8. Perineum : tidak ada jahitan
9. Ekstremitas :tidak ada odem Ka/Ki
Refleks patella : positif ka/ki
D. Pemeriksaan Penunjang :
II. Analisa Masalah
a. Diagnosa : P2A0 Post Partum 6 jam
Data Dasar :
Subjektif :
1) Ibu mengatakan pengeluaran cairan dari vagina berwarna merah
seperti haid
2) Ibu mengatakan melahirkan tanggal 17 Desember 2022 pukul 10.35
WIB
3) Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu
4) Ibu mengatakan perutnya mules saat menyusui
Objektif :
1) KU: Baik, Kesadaran: Compos Mentis, KE: Stabil
2) TTV: TD: 110/80 mmHg, N:78 x/menit, P: 20 x/menit, S: 36,7 C O
b. Masalah :
Tidak ada
c. Kebutuhan :
Penjelasan tentang keluhan yang dirasakan ibu.
III. Masalah Potensial
Tidak ada
IV. Tindakan Segera
Tidak ada
V. Perencanaan
1. Informasikan hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tentang keluhan yang ibu rasakan
3. Beritahu ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas
4. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
5. Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang berserat dan berprotein tinggi
6. Beritahu ibu cara menyusui bayi yang benar
7. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
8. Beritahu ibu bahwa ibu boleh pulang sore ini.
9. Berikan ibu salep mata, alcohol, kasa, salicil untuk perawata bayi.
10. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
11. Dokumentasikan seluruh asuhan yang telah diberikan.
VI. Pelaksanaan
1. Menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa saat ini kondisi ibu baik TD:110/80 mmHg serta memberitahu ibu
bahwa pengeluaran dari vagina berwarna merah itu adalah hal normal
yang dialami pada masa nifas.
2. Menjelaskan tentang keluhan yang dirasakan kepada ibu dan keluarga
yaitu mules saat menyusui bayinya, itu dikarenakan kontraksi dalam
Rahim berjalan yaitu terjadinya involusi yang menyebabkan mules
sehingga mempercepat kembalinya Rahim seperti semula.
3. Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan hebat,
pengeluaran cairan berbau dari kemaluan, bengkak pada muka dan tangan,
demam, nyeri saat BAK, payudara bengkak, merah dan nyeri, serta
kehilangan nafsu makan. Jika ada tanda tersebut ibu dianjurkan untuk
datang ke tenaga Kesehatan.
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, yaitu dengan
mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari, menggunakan pembalut dan
celana dalam yang lembut, selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
mengganti pembalut dan setelah menyentuh/ memegang daerah genetalia,
mencuci daerah genetalia dari depan ke belakang, mengeringkan vagina
setelah BAB/BAK dengan tissue atau handuk kering, serta mangganti
pembalut atau celana dala jika sudah terasa lembab.
5. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang berserat seperti sayur dan
buah, Sprotein : ikan, telur, daging, tahu, tempe. Dan tidak ada pantangan
makanan apapun karean berguna untuk proses penyembuhan setelah
melahirkan dan baik untuk produksi ASI.
6. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu seluruh tubuh bayi
menghadap keperut ibu, kepala dan tubuh bayi lurus, mulut bayi terbuka
lebar, seluruh areola masuk ke mulut bayi. Serta menyusui bayinya
sesering mungkin.
7. Menganjurkan ibu untuk memberikian ASI eksklusif pada bayinya yaitu
bayinya hanya diberikan ASI selama 6 bulan tanpa diberikan makanan
tambahan apapun.
8. Memberitahukan ibu bahwa ibu boleh pulang tanggal 18 Desember 2022
pukul 11.00 WIB.
9. Memberikan ibu salep mata, alkohol, salicil, kasa,untuk perawatan bayi
dirumah.
10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 20 Desember
2022 dan membawa bayinya atau segera datang jika ada keluhan. Ibu mau
untuk datang kunjungan ulang.
11. Mendokumentasikan seluruh asuhan yang telah di berikan. Seluruh
asuhan telah di dokumentasikan.
VII. Evaluasi
1. Seluruh hasil pemeriksaan telah diinformasikan dan ibu telah mengerti.
2. Ibu mengerti tetang keluhan yang dirasakan
3. Ibu mengerti tanda-tanda bahaya nifas/setelah persalinan.
4. Ibu mengerti cara menjaga personal hygine.
5. Ibu mau mengikuti ajuran untuk makan makanan yang berserat.
6. Ibu sudah tau cara menyusui bayinya
7. Ibu bersedia untuk memberikan bayi nya ASI Eksklusif selama 6 bulan.
8. Ibu merasa senang karena diperbolrhkan pulang sore ini.
9. Ibu sudah diberikan obat dan alat untuk pearawatan bayinya dirumah.
10. Ibu mau untuk datang kunjungan ulang pada tangga 20 Desember 2022
dan juga membawa bayinya.
11. Seluruh asuhan yang diberikan telah di dokumentasikan.
Data Dasar :
Subjektif :
1) Ibu mengatakan pengeluaran cairan dari vagina ibu sekarang berwarna
merah kuning yang berisi lendir darah
2) Ibu mengatakan melahirkan tanggal 17 Desember 2022 pukul 10.35
WIB
3) Ibu mengatakan bayinya hanya diberi ASI saja
4) Ibu mengatakan kurang istirahat
Objektif :
1) KU: Baik, Kesadaran: Compos Mentis, KE: Stabil
2) TTV: TD: 110/80 mmHg, N:78 x/menit, P: 20 x/menit, S: 36,7 C O
f. Pelaksanaan
1) Menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa saat ini kondisi ibu baik TD:110/80 mmHg serta memberitahu
ibu bahwa pengeluaran dari vagina berwarna merah kekuningan itu
adalah hal normal yang dialami pada masa nifas.
2) Menjelaskan tentang keluhan yang dirasakan kepada ibu dan keluarga
yaitu kurang istirahat atau tidur. Cara mengatasinya dengan : tidur
lebih awal, tidur siang pada saat bayi tidur. Ibu harus istirahat yang
cukup untuk memulihkan tenaga, bergantian menjaga bayi pada
malam hari boleh dengan suami, ibu maupun keluarga yang ibu
percaya.
3) Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan hebat,
pengeluaran cairan berbau dari kemaluan, bengkak pada muka dan
tangan, demam, nyeri saat BAK, payudara bengkak, merah dan nyeri,
serta kehilangan nafsu makan. Jika ada tanda tersebut ibu dianjurkan
untuk datang ke tenaga kesehatan.
4) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, yaitu dengan
mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari, menggunakan pembalut
dan celana dalam yang lembut, selalu mencuci tangan sebelum dan
sesudah mengganti pembalut dan setelah menyentuh/ memegang
daerah genetalia, mencuci daerah genetalia dari depan ke belakang,
mengeringkan vagina setelah BAB/BAK dengan tissue atau handuk
kering, serta mangganti pembalut atau celana dala jika sudah terasa
lembab.
5) Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang berserat seperti sayur
dan buah, protein : ikan, telur, daging, tahu, tempe. Dan tidak ada
pantangan makanan apapun karean berguna untuk proses
penyembuhan setelah melahirkan dan baik untuk produksi ASI.
6) Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu seluruh tubuh bayi
menghadap keperut ibu, kepala dan tubuh bayi lurus, mulut bayi
terbuka lebar, seluruh areola masuk ke mulut bayi. Serta menyusui
bayinya sesering mungkin setiap 2 jam sekali/10-12 kali dalam 24 jam
jika bayi tidur bangunkan
7) Menganjurkan ibu untuk memberikian ASI eksklusif pada bayinya
yaitu bayinya hanya diberikan ASI selama 6 tanpa diberikan makanan
tambahan apapun
8) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 25 Desember
2022 dan membawa bayinya atau segera datang jika ada keluhan. Ibu
mau untuk datang kunjungan ulang.
9) Mendokumentasikan seluruh asuhan yang telah di berikan. Seluruh
asuhan telah di dokumentasikan.
g. Evaluasi
1) Seluruh hasil pemeriksaan telah diinformasikan dan ibu telah
mengerti.
2) Ibu mengerti tetang keluhan yang dirasakan dan tanda-tanda bahaya
nifas/setelah persalinan.
3) Ibu tampak kooperatif
4) Ibu mengerti dengan apa yang telah disampaikan dan dijelaskan serta
dapat mengulanginya dengan benar
5) Ibu mau untuk datang kunjungan ulang pada tanggal 25 Desember
2022 dan juga membawa bayinya.
6) Seluruh asuhan yang diberikan telah di dokumentasikan.
c) BB : 3600 gram, PB : 49 cm
d) Tali pusat bersih dan tidak ada perdarahan
3) Masalah : Tidak ada
4) Kebutuhan : Pencegahan Hipotermi, Pemberian ASI,
memandikan bayi dan perawatan tali pusat
c. Masalah potensial
Untuk saat ini tidak ada
d. Tindakan segera
Untuk saat ini tidak ada
e. Perencanaan
1) Informasikan hasil pemeriksaan
2) Jaga kehangatan tubuh bayi
3) Lakukan perawatan tali pusat
4) Lakukan pencegahan infeksi
5) Anjurkan kepada ibu untuk menjemur bayinya
6) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
7) Mandikan Bayi
8) Lakukan Penyuntikan Hepatitis
9) Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir
10) Anjurkan ibu kunjungan ulang
11) Dokumentasikan Seluruh asuhan yang telah dilakukan
f. Pelaksanaan
1) Menginformasikan dan menjelaskan seluruh hasil pemeriksaan bahwa
bayi dalam keadaan normal BB : 3600 gram, PB : 49 cm.
2) Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan membungkus dengan
bedongan yang bersih dan kering lalu memakaikan topi.
3) Melakukan dan mengajarkan ibu dalam melakukan perawatan tali
pusat yaitu mengeringkan tali pusat tanpa diberikan alkohol dan
betadine.
4) Melakukan pencegahan infeksi yaitu dengan cara tetap menjaga tali
pusat agar tetap kering, mengganti popok setelah BAB/BAK, serta
sebelum dan sesudah memegang bayi harus mencuci tangan karena
bayi rentan terkena penyakit.
5) Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya setelah pulang nanti yang
dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00-09.00 WIB selama lebih
kurang 30 menit dengan cara mata bayi ditutup, bayi ditelanjangkan
dan tubuh bayi harus terkena sinar matahari karena panas dipagi hari
mengandung Vit D yang bisa membantu memperkuat tulang dan gigi
bayi serta agar bayi tidak kuning.
6) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
minimal 2 jam sekali dan menyusui asi eksklusif selama 6 bulan tampa
makanan tambahan apapun karena ASI Eksklusif memiliki kandungan
nutrisi yang penting bagi tumbuh kembang bayi, seperti vitamin,
protein, karbohidrat, lemak, Serta membuat hubungan ibu dan anak
lebih kuat.
7) Memandikan bayi dengan air hangat dan memakaikan bayi bedong
dan baju yang kering dan lembut.
8) Melakukan Penyuntikan Hepatitis pada paha sebelah kanan secara IM.
9) Memberitahu ibu tanda bahaya pada Bayi Baru Lahir, yaitu sesak
nafas, frekuensi nafas > 60x/menit, gerak retraksi di dada, malas
minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, sianosis
(biru), perut kembung, kejang/periode kejang-kejang kecil, merintih,
perdarahan, sangat kuning. Jika ada tanda tersebut maka segera bawa
bayi ke tenaga kesehatan.
10) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 20
Desember 2022 atau jika ada keluhan.
11) Mendokumentasikan seluruh asuhan yang telah diberikan.
g. Evaluasi
1) Seluruh hasil pemeriksaan telah di informasikan.
2) Pencegahan Infeksi dan perawatan tali pusat sudah dilakukan.
3) KU bayi, TTV dalam batas normal dan tidak ada tanda hipotermi dan
tidak ada tanda infeksi.
4) Bayi telah di mandikan.
5) Bayi telah diberikan imunisasi hepatitis.
6) Ibu mau datang untuk kunjungan ulang.
7) Seluruh asuhan yang diberikan telah di dokumentasikan.
c. Assesment (A)
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6
hari
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Penjelasan tentang tanda bahaya bayi baru lahir
d. Planning (P) :
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayi dalam
keadaan baik. Seluruh hasil pemeriksaan telah di informasikan.
2) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayinya sampai
usia 6 bulan tanpa diberikan makanan tambahan apapun dan menyusui
bayinya sampai usia 2 tahun. Ibu mengerti dan akan memberikan ASI
saja sampai bayinya berusia 6 bulan.
3) Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu bayi
tidak mau menyusui, demam tinggi, kembung, kejang, merintih, dan
hipotermi. Jika ada tanda tersebut ibu dianjurkan untuk segera
membawa bayinya ke tenaga kesehatan. Ibu mengerti tentang tanda
bahaya pada bayi baru lahir dan bersedia untuk datang ketenaga
kesehatan jika terdapat tanda-tanda seperti yang telah disampaikan.
4) Mengingatkan ibu untuk segera mengganti popok dengan yang bersih
dan kering jika bayi BAB dan BAK untuk mencegah terjadinya iritasi
pada daerah sekitar anogenital. Ibu telah mengerti dan akan
melaksanakan asuhan yang telah dijelaskan.
5) Memastikan kepada ibu bekas puputnya tali pusat dalam kondisi baik
dan kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Ibu mengerti dan bekas
puput tali pusat dalam keadaan baik
6) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang membawa bayinya pada
tanggal 25 Desember 2022 atau jika ada keluhan. Ibu mau untuk
datang kunjungan ulang.
7) Mendokumentasikan seluruh asuhan yang telah diberikan. Seluruh
asuhan yang diberikan telah didokumentasikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan pada bab ini didasarkan dengan ada atau tidak adanya kesesuaian
antara teori dan realitas di lapangan tentang laporan asuhan kebidanan komprehensif
pada Ny. I umur 34 tahun G3P2A0 mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, serta bayi
baru lahir yang dilakukan sejak tanggal 17 Desember 2022 sampai dengan 14 Januari
2023 di Pamulang, Tangerang Selatan. Dalam pembahasan tersebut penulis
menggunakan manajemen tujuh langkah Varney yang terdiri dari pengumpulan data,
interpretasi data dasar atau analisa masalah, antisipasi masalah potensial, tindakan
segera atau kolaborasi, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi.
A. Kehamilan
1. Pengkajian
Pada pengkajian ibu hamil diperoleh dari anamnesa yang meliputi
anamnesa atau identitas pasien, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan, meninjau data laboratorium, hasil yang diperoleh dalam
batas normal dan hal ini sesuai dengan teori Varney (1997) yang menyatakan
bahwa pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua
data yang di perlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu
:anamnesa atau identitas pasien, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan, meninjau data laboratorium.
Pada pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan abdomen, dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan tidak ditemukan masalah atau penyulit. Semua pemeriksaan telah
dilakukan sesuai dengan teori George Adriaansz (2018) yang menyatakan
bahwa pemeriksaan pada ibu hamil meliputi keadaan umum, pemeriksaan
abdomen, pemeriksaan laboratorium.
Pada anamnesa Ny. I didapatkan data ibu berusia 34 tahun, saat ini
kehamilan ke tiga, dan tidak pernah keguguran dari hasil pengkajian data
bahwa usia, paritas, riwayat kehamilan dan jarak persalinan terakhir ibu tidak
termasuk ke dalam faktor resiko tinggi ibu hamil, hal ini teori Manuaba
(2012) yang menayatakan bahwa keadaan yang dapat membahayakan saat
hamil dan meningkatkan bahaya pada bayinya yaitu kehamilan pada usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jumlah lebih 4 orang, jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun.
Pada pemeriksaan ANC Trimester III dilakukan sebanyak 2 kali yaitu
pada kunjungan pertama tanggal 27 November 2022 usia kehamilan 37
mingggu dan ibu dianjurkan untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian, pada
kunjungan kedua tanggal 04 Desember 2022 usia kehamilan 38 minggu dan
ibu di anjurkan untuk datang kunjungan ulang 1 minggu lagi akan tetapi ibu
berhalangan hadir yaitu pada tanggal 11 Desember 2022. Menjelaskan kepada
ibu, untuk tetap melakukan pemerikasaan kehamilan minimal 3 kali di TM III
untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi sesuai dengan teori Kemenkes (2020)
bahwa ibu hamil dengan TM III minimal kunjungan 3 kali.
Asuhan yang telah diberikan pada Ny. I telah memenuhi standar asuhan
kehamilan. Hal ini sesuai dengan teori Mufdlilah (2019) yang menyatakan
pada umunya kunjungan ulang dijadwalkan tiap 4 minggu sampai umur
kehamilan 28 minggu, selanjutnya tiap 2 minggu sampai umur kehamilan 37
minggu dan seterusnya tiap minggu sampai bersalin.
Keluhan yang dirasakan ibu adalah sering BAK, nyeri punggung dan
nyeri perut bagian bawah. Hal ini sesuai dengan teori Jeni Mandang (2016)
yang menyatakan bahwa keluhan yang ibu rasakan termasuk
ketidaknyamanan dalam kehamilan Trimester III.
Pada pemeriksaan tinggi badan Ny. I didapatkan normal yaitu hasil TB:
163 cm, hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2012) yang menyatakan bahwa
kemungkinan resiko tinggi pada ibu dengan tinggi badan <145 cm.
Pemeriksaan nilai status gizi (LILA) pada Ny.I dilakukan pada saat
kunjungan awal didapatkan LILA ibu 27 cm yang termasuk dalam batas
normal, hal ini sesuai dengan teori Mufdlilah (2019) yang menyatakan bahwa
LILA <23,5 cm status gizi ibu hamil kurang, misalnya kemungkinan
mengalami KEK (kurang energi kronis), atau anemia kronis, dan beresiko
lebih tinggi melahirkan bayi BBLR dan jika LILA >23,5 cm berarti status gizi
ibu hamil baik dan resiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
Pergerakan fetus dirasakan Ny. I pada usia kehamilan ± 20 minggu. Hal
ini sesuai teori Prawirohardjo (2012) yang menyatakan bahwa gerakan janin
bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi baru dapat
dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20 minggu.
Kenaikan berat badan Ny. I selama kehamilan ini bertambah 10 kg, hal ini
sesuai dengan teori Manuaba (2012) yang menyatakan bahwa kenaikan berat
badan sekitar 6,5 kg-15 kg selama hamil. Pada kunjungan pertama BB 74 kg.
Pada kunjungan kedua BB 74,5 kg, kenaikan BB dari ANC sebelumnya 1
kg. Pada kunjungan ketiga BB 75 kg, kenaikan BB dari ANC sebelumnya 1
kg, hal ini tidak sesuai dengan teori Manuaba (2012) yang menyatakan
bahwa kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari 0,5 kg per minggu.
Pada pemeriksaan Ny. I didaptkan hasil pada kunjungan pertama L I:
bokong, L II: puka, L III : kepala, L IV : 4/5, pada kujungan ke dua L I :
bokong, L II : puka, L III : kepala, L IV : stasi 4/5. Hal ini sesuai dengan
teori Manuaba (2012) yang menyatakan pada pemeriksaan Leopold I
menentukan bagian apa yang terletak di fundus uteri, Leopold II menentukan
bagian punggung atau ekstremitas janin, Leopold III untuk menentukan
bagian terendah janin dan Leopold IV untuk menentukan apakah sudah
masuk PAP atau belum. Dari hasil pemeriksaan Leopold tidak ditemukan
kelainan letak pada janin.
Pada pemeriksaan palpasi abdomen di dapat kepala janin sudah masuk
pintu atas panggul 1/5 bagian pada usia kehamilan 37 minggu, hal ini sesuai
dengan teori Manuaba (2012) yang menyatakan bahwa pada Multigravida
penurunan kepala pada minggu ke 36.
Pada pemeriksaan tafsiran berat janin berdasarkan tinggi fundus uteri
dan stasi didapatkan hasil tafsiran berat janin Ny. I pada kunjungan pertama
dengan usia kehamilan 37 minggu, TBJ 3100 gram, Pada kunjungan kedua
dengan usia kehamilan 38 minggu, TBJ 3410 gram, hal ini sesuai dengan
teori Manuaba (2012) yang menyatakan bahwa TBJ pada usia kehamilan 36-
40 minggu adalah 2500-4000 gram.
Pada pemeriksaaan Hb terhadap Ny. I didapatkan hasil Hb 12 gr%,
protein (-), glukosa (-) dan pemeriksaan kedua hasil Hb 12,5 gr% dan hasil
tersebut dikatakan normal ibu tidak mengalami anemia, tidak mengarah ke
PEB dan penyakit DM, hal ini sesuia dengan teori Manuaba (2012) yang
menyatakan bahwa Hb >11 gr% tidak termasuk anemia, protein urin (-) tidak
mengarah ke PEB dan glukosa (-) tidak ada penyakit DM.
Pada Ny. I pemberian suntikan TT1 diberikan pada waktu tahun 2008
sebelum ibu hamil, TT2 diberikan pada tahun 2008 saat usia kehamilan 11
minggu 3 hari, TT3 diberikan tahun 2010, TT 4 tahun 2012 dan TT 5 tahun
2013 pada saat hamil ke 2. Hal tersebut sesuai hal tersebut teori
Prawirohardjo (2010) yang menyatakan bahwa selama kehamilan sedikitnya
ibu hamil mendapatkan imunisasi TT 1-2 kali dan apabila sudah terpenuhi
suntuk TT maka lama perlindungannya 25 tahun.
B. Persalinan
1. Pengkajian
Usia kehamilan saat persalinan adalah 40 minggu, Ny. I pada pengkajian
persalinan data diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus, dan pemeriksaan penunjang. Hal ini sesuai dengan teori Hellen
Varney (1997) yang menyatakan bahwa pengkajian ibu bersalin, diperoleh
dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan
penunjang. Pada saat bersalin, usia kehamilan 40 minggu, hal ini sesuai
dengan teori Sumarah, dkk (2011) yang menyatakan bahwa persalinan dan
kelahiran normal, adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 sampai 42 minggu). Dan pada pemeriksaan tidak ditemukan
ada masalah, hanya masalah fisiologis yang muncul yaitu ibu mengeluh
mules-mules, hal ini normal karena mules yang dialami merupakan tanda-
tanda persalinan hal ini disebabkan karena serviks mulai membuka dan
mendatar sehingga lendir yang ada dikanalis servikalis keluar hal ini sesuai
dengan teori Kemenkes RI (2016) yang menyatakan bahwa tanda awal
persalinan yaitu perut mules-mules yang teratur, timbulnya semakin sering
dan semakin lama dan keluar lender bercampur darah dari jalan lahir atau
keluar cairan ketuban dari jalan lahir.
Pemeriksaan dalam dilakukan berdasarkan kondisi ibu dalam kasus ini
pemeriksaan dalam kedua harusnya dilakukan pada jam 08.30 akan tetapi
dilakukan jam 07.30 dengan indikasi ibu terus mengeluh sakit dan mules
sehingga dilakukan penilaian ulang untuk periksa dalamnya, sesuai dengan
teori dari Nova Arisandi (2019) pada fase aktif, apabila semua hasil
pemeriksaan normal maka pemeriksaan dikerjakan setiap 4 jam. Bila terdapat
gangguan atau keluhan selama persalinan, penilaian ulang dapat dikerjakan 2
jam kemudian. Dalam proses persalinan kala I berlangsung selama 7 jam 30
menit, menurut penulis salah satu faktor penyebabnya adalah berat bayi
mencapai 3600 gram padahal hamil sebelumnya hanya 3000 gram dan
kekuatan his yang kurang, sehingga pada pembukaan 9 cm masih di stasi 3/5
dan penurunan di HII.
Kala II berlangsung selama 5 menit, hal ini sesuai dengan teori Manuaba
(2012) yang menyatakan bahwa pada primigravida lamanya 1 sampai 1
setengah jam dan pada multigravida lamanya 0,5 sampai 1 jam. Proses
persalinan tersebut bisa lebih cepat jika his ibu bagus, ibu masih kuat
mengejan dan sudah paritas ke 3. Kala III berlangsung selama 15 menit, hal
ini sesuai dengan teori Manuaba (2012) yang menyatakan bahwa pada
multigravida berlangsung selama 15 menit. Kala IV berlangsung 2 jam, hal ini
sesuai teori Manuaba (2012) yaitu kala IV berlangsung 2 jam.
Pada Ny. I tidak dilakukan hecting atau penjahitan karena tidak ada
robekan jalan lahir hanya lecet dan tidak ada perdarahan, hal ini sesuai dengan
teori JNPK-KR (2018) yang menyatakan bahwa pada derajat 1 tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik.
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini merupakan rencana asuhan menyeluruh yang
dilaksanakan secara efisien dan aman sesuai dengan langkah sebelumnya. Ini
sesuai dengan teori Varney (1997) yaitu melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan aman pada klien, dan penulis melaksanakan rencana yang sudah
dibuat sesuai dengan kebutuhan ibu saat itu.
Pada asuhan persalinan kala I penulis melakukan pemeriksaan dalam
pukul 05.40 WIB didapatkan hasil pembukaan 4 cm, dan melakukan
observasi kemajuan persalinan 2 jam kemudian pukul 07.30 WIB dan
didapatkan hasil pembukaan 9 cm dan pada pukul 10.30 WIB kembali
dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil pembukaan 10 cm , hal ini
sesuai tidak sesuai dengan teori Manuaba (2012) yang menyatakan bahwa
berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan multigravida 2
cm/jam. Menutu penulis hal itu terjadi karn banyak faktor salah satunya
adalah kekuatan ibu dan juga his ibu yang masih kurang.
Pada asuhan persalinan kala II yaitu penggunaan alat pelindung diri,
penolong sudah menggunakan celemek, topi, masker, kacamata google dan
sarung tangan, sepatu boot. Hal ini sesuai dengan teori Johanes C Mose dan
Adhi Pribadhi, (2012) yang menyatakan APD yang dianjurkan dalam 60
Langkah APN yang meliputi topi, masker, kacamata google, celemek, sepatu
boot dan sarung tangan untuk pencegahan infeksi kemudian mendekatkan
alat-alat untuk menolong persalinan, membimbing ibu untuk meneran,
menolong kelahiran bayi secara APN, mengeringkan dan menghangatkan
bayi.
Pada kala III penulis melakukan IMD selama 1 jam setelah bayi lahir, hal
ini sesuai dengan teori Johanes C Mose dan Adhi Pribadhi, (2012) yang
menyatakan bahwa bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya
segera setelah lahir selama paling sedikit 1 jam.
Pada kala IV penulis melakukan Observasi yang dilakukan selama 2 jam
yaitu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam
kedua yang meliputi pemeriksaan TTV, TFU, Kontraksi, Kandung Kemih,
dan Perdarahan. Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2012) yang meyatakan
bahwa pementauan pada kala IV meliputi TTV, TFU, Kontraksi, Kandung
kemih dan Perdarahan.
7. Evaluasi
Seluruh asuhan asuhan telah dilakukan oleh Ny. I Evaluasi ini untuk
mengkaji keefektifan dari asuhan yang dilaksanakan pada klien. Asuhan
persalinan secara menyeluruh telah berjalan dengan lancar, efektif dan efisien
hal ini sesuai dengan teori Varney (1997) yang menyatakan dilakukan
evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.
C. Nifas
1. Pengkajian
Pengkajian nifas dilakukan secara langsung dengan klien melalui
anamnesa dan wawancara serta melakukan pemeriksaan fisik. Seluruh
pengkajian telah dilakukan hal ini sesuai dengan teori Varney (1997) yang
mengatakan bahwa pengkajian ibu nifas meliputi pemeriksaan awal (catatan
record pasien) riwayat kesehatan dan keluhan ibu dan pemeriksaan fisik.
Tinggi Fundus uteri pada postpartum 6 jam yaitu setinggi pusat, pada
postpartum 8 hari pertengahan pusat. Hal ini sesuai dengan teori Yefi
Marliandiani (2015) yang menyatakan bahwa perubahan-perubahan yang
normal diuterus, plasenta lahir tinggi fundus uteri sepusat, pada 1 minggu
postpartum tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis, pada 2 minggu
postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba dan pada 2-6 minggu sudah
normal.
Pada pemeriksaan lochea postpartum 3 hari yaitu sanguinolenta, pada
postpartum 8 hari yaitu serosa. Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2012)
yang menyatakan bahwa Lochea rubra terjadi selama 1 hari pasca persalinan
samapi 3 hari, lochea sanguinolenta terjadi pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca
persalinan, lochea serosa terjadi pada hari ke-7 sampai ke-14 pasca
persalinan, lochea alba terjadi setelah 2 minggu. Dan hasil yang diperoleh
tidak ditemukan adanya masalah atau penyulit, semua masih dalam batas
normal.
6. Pelaksanaan Tindakan
Setelah pemotongan tali pusat, bayi diberikan kepada ibu untuk dilakukan
IMD selama 1 jam, setelah 1 jam dilakukan penimbangan BB dan
pengukuran PB bayi, memberikan salep mata, suntikan vitamin K dan
suntikan Hepatitis B0 setelah bayi 6 jam, hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR
(2018) yang menyatakan bahwa setelah pemotongan tali pusat, bayi dilakukan
IMD selama 1 jam, penimbangan BB, pengukuran TB, salep mata, vit.K dan
bayi diberikan suntikan Hepatitis HB0 setelah bayi 6 jam, hal ini sesuai
dengan teori Frisca Tresnawati (2012) yang menyatakan bahwa imunisasi
Hepatitis HB0 diberikan pada bayi umur 0-11 hari.
Pelaksanaan pada kunjungan neonatal selanjutnya, sesuai dengan rencana.
Tali pusat bayi puput pada hari ke 6 hal ini sesuai dengan teori Anik
Maryunani, dkk (2008) yang menyatakan bahwa tali pusat akan mengerut,
kering dan terlepas (puput) antara hari ke-6 sampai ke-10 setelah bayi lahir.
7. Evaluasi
Seluruh asuhan telah dilakukan untuk pasien evaluasi ini untuk mengkaji
keefektifan dari asuhan yang dilaksanakan pada klien. Asuhan secara
menyeluruh telah berjalan dengan lancar, efektif dan efisien hal ini sesuai
dengan teori Varney (2007) yang menyatakan dilakukan evaluasi keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kehamilan
a. Pengkajian
Pengkajian data telah dilakukan melalui anamnesa dan wawancara
langsung pada klien. Pada kunjungan I trimester III ibu mengatakan
bahwa sering BAK, berat badan 74 kg dan TFU 31 cm. Kunjungan II ibu
mengeluh nyeri punggung, berat badan 75 kg dengan kenaikan berat
badan 1 kg dan TFU 33 cm. ANC dilakukan sebanyak 2 kali dan asuhan
yang diberikan ialah standar asuhan kehamilan. Dan asuhan standar 10T
sudah dilakukan secara efektif.
b. Interpretasi Data Dasar
Pada kehamilan ini termasuk kehamilan normal. Masalah yang
ditemukan adalah masih fisiologis, seperti buang air kecil dan nyeri
punggung sehingga penulis membuat kebutuhan sesuai masalah yang ada.
c. Masalah Potensial
Tidak ada selama kehamilan
d. Tindakan Segera
Tidak ada selama kehamilan
e. Perencanaan Tindakan
Pada langkah ini penulis merencanakan tindakan seperti jelaskan
kepada ibu tentang ketidaknyamanan, beritahu ibu untuk tetap menjaga
personal hygiene, anjurkan ibu untuk menjaga pola istiPahat, anjurkan ibu
untuk meningkatkan pola nutrisi, jelaskan kepada ibu tentang tanda
bahaya kehamilan Trimester III, Beritahu Ibu untuk tetap mengonsumsi
tablet Fe dan kalk, Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang, sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan oleh Ny. I pada saat kehamilan.
f. Pelaksanaan Tindakan
Pada langkah ini penulis melaksanakan tindakan sesuai perencanaan
yaitu menjelaskan kepada ibu tentang ketidaknyamanan, memberitahu ibu
untuk tetap menjaga personal hygiene, menganjurkan ibu untuk menjaga
pola istrahat, menganjurkan ibu untuk meningkatkan pola nutrisi,
menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan Trimester III,
memberitahu Ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe dan kalk,
menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang yang telah dibuat pada
perencanaan tindakan yang dibutuhkan oleh Ny. I.
g. Evaluasi
Semua perencanaan yang dibutuhkan Ny. I dapat dilaksanakan
dengan lancar tetapi kurang efektif. Karena keluhan ketika kunjungan
pertama memang sudah tak dirasakan pada kunjungan kedua anc, akan
tetapi kembali dirasakan keluhan ibu pada kunjungan pertama ketika
dilakukan kembali kunjungan ketiga.
2. Persalinan
a. Pengkajian
Pada pengkajian persalinan data diperoleh dari anamnesa dan
observasi yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus.
b. Interpretasi Data
Pada langkah ini penulis mendiagnosa sesuai daftar nomenklatur
kebidanan. Diagnosa didasari dari anamnesa dan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan. Masalah yang ditemukan pada persalinan masih fisiologis
sehingga penulis membuat kebutuhan sesuai dengan masalah yang ada.
c. Masalah Potensial
Tidak ada selama persalinan
d. Tindakan Segera
Tidak ada selama persalinan
e. Perencanaan Tindakan
Pada langkah ini penulis merencanakan tindakan sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan pada persalinan pada kala I yaitu buat
keputusan klinik untuk persalinan pervaginam, lakukan inform consent,
informasikan seluruh hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ajarkan ibu
tekhnik relaksasi, anjurkan ibu untuk tidak menahan buang air kecil,
siapkan alat-alat partus set, berikan dukungan dan motivasi pada ibu,
anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu, observasi
ttv, kemajuan persalinan, his dan djj dengan menggunakan partograf,
dokumentasikan seluruh asuhan persalinan yang telah dilakukan.
Pada kala II yaitu informasikan seluruh hasil pemeriksaan, bantu ibu
mengambil posisi, dekatkan alat, berikan dukungan, periksa DJJ, ajarkan
ibu untuk meneran, pimpin persalinan, tolong persalinan, dan keringkan
bayi. Pada kala III lakukan manajemen aktif kala III. Pada kala IV yaitu
informasikan bahwa ibu tidak mengalami robekan, periksa uterus,
merapikan alat, bersihkan dan merapikan ibu, dekontaminasikan tempat
tidur, mencuci tangan, ucapkan selamat, ajarkan cara menilai kontraks,
beritahu ibu bahwa perut ibu mules, buang sampah sesuai jenis, lakukan
pemantauan kala IV, beritahu dan ajari ibu cara menyusui, anjurkan ibu
untuk istirahat yang cukup, berikan ibu vitamin A, beri selamat, lakukan
asuhan bayi baru lahir, melengkapi partograf.
f. Pelaksanaan Tindakan
Pada langkah ini penulis melaksanakan asuhan berdasarkan
perencanaan yaitu pada kala I yaitu buat keputusan klinik untuk persalinan
pervaginam, lakukan inform consent, informasikan seluruh hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan, ajarkan ibu tekhnik relaksasi, anjurkan
ibu untuk tidak menahan buang air kecil, siapkan alat-alat partus set,
berikan dukungan dan motivasi pada ibu, anjurkan ibu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu, observasi ttv, kemajuan persalinan, his
dan djj dengan menggunakan partograf, dokumentasikan seluruh asuhan
persalinan yang telah dilakukan.
Kala II yaitu informasikan seluruh hasil pemeriksaan, bantu ibu
mengambil posisi, dekatkan alat, berikan dukungan, periksa DJJ, ajarkan
ibu untuk meneran, pimpin persalinan, tolong persalinan, dan keringkan
bayi.yang telah dibuat pada persalinan, akan tetapi kurang efektif pada
persiapan alat pelindung diri (APD).
Pada kala III lakukan manajemen aktif kala III. Pada kala IV yaitu
Menginformasikan bahwa ibu tidak mengalami robekan, merapikan alat,
membersihkan dan merapikan ibu, mendekontaminasikan tempat tidur,
mencuci tangan, mengucapkan selamat, mengajarkan cara menilai
kontraks, memberitahu ibu bahwa perut ibu mules, membuang sampah
sesuai jenis, melakukan pemantauan kala IV, memberitahu dan mengajari
ibu cara menyusui, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,
memberikan ibu vit A, memberi selamat, melakukan asuhan bayi baru
lahir, melengkapi partograf.
g. Evaluasi
Asuhan persalinan secara menyeluruh telah berjalan dengan lancar, namun
kurang efektif, dan sesuai dengan perencanaan.
3. Nifas
a. Pengkajian
Pengkajian data telah dilakukan melalui anamnesa dan wawancara
langsung pada pasien nifas, semua dalam batas normal. Kunjungan
dilakukan sebanyak 4 kali dan pelayanan/asuhan yang diberikan ialah
standar asuhan nifas.
b. Interprestasi Data Dasar
Pada langkah ini penulis mendiagnosa sesuai dengan daftar nomenklatur
kebidanan, Diagnosa didasari dari anamnesa dan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan. Masalah yang ditemukan pada nifas masih fisiologis
sehingga penulis membuat kebutuhan sesuai dengan masalah yang ada.
c. Masalah Potensial
Tidak ada selama masa nifas
d. Tindakan Segera
Tidak ada selama masa nifas
e. Perencanaan Tindakan
Pada langkah ini penulis mampu membuat membuat rencana tindakan
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh klien.
f. Pelaksanaan Tindakan
Pada langkah ini penulis telah melaksanakan tindakan sesuai perencanaan
tindakan yang dibutuhkan oleh klien semua rencana yang ada sudah
dilaksanakan.
g. Evaluasi
Semua perencanaan yang dibutuhkan klien dapat dilaksanakan dengan
lancar dan efektif.
B. Saran
1. Bagi Praktik Mandiri Bidan (PMB) Sugiharti, S.ST, M.Kes
Saran bagi Praktik Mandiri Bidan (PMB) Sugiharti, S.ST, M.Kes untuk
Pelayanan yang diberikan pada klien sudah sangat baik, baik secara teknis
maupun non teknis untuk tetap dipertahankan atau bahkan lebih ditingkatkan,
menjelaskan kepada pasien tetap menjaga protokol kesehatan bagi setaip
pasien yang berkunjung, lebih menjaga perlindungan infeksi setiap
memberikan pelayanan, kususnya ibu dan anak.
2. Bagi Mahasiswi
Dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa secara teori dan praktik baik di
lahan praktik maupun pada saat perkuliahan dan ketika kerja sehingga
meningkatkan kompetensi sebagai seorang lulusan profesi bidan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah dapatar pustaka di perpustakaan khususnya
untuk mahasiswa profesi bidan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanti, Y., Pitriani, R., Damayanti, PI. 2014. Panduan Lengkap Keterampilan
Dasar Kebidanan 1. Yogyakarta: Deepublish.
BKKBN. 2020, Ibu Muda Disarankan Tidak Hamil Di Bawah Usia 21 Tahun.
Elisabeth Siwi Walyani, A. K. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan . Jakarta :
Pustaka Baru Press.
Emy Rianti, S. A. 2017. Deviasi Tafsiran Berat Janin Pada Metode Jhonson-Toshack,
Formula Sederhana dan Formula Dare. Jurnal Kebidanan , 235-239.
Indonesia, K. K. 2020. Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan Bayi
Baru Lahir di Era Kebiasaan Baru. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Jannah, 2017. ASKEB II Persalianan Berbasis Kompetensi.Jakarta:EGC.
JNPK-KR, 2012. figure for right Medical Mini Notes-Obstetric Edition 2014)
Heacting dan IMD.
Kemenkes RI . 2019. Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B Dari Ibu ke anak . Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2020. Buku KIA. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Konar, H. (2015). DC Dutta’s Textbook of Obstetrics. 8th ed. India:The Health
Sciences Publisher
Konsep Asuhan Kebidanan Varney, 1997. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan
Kebidanan Menurut Hellen Varney.
Lubis,Ernawati.2018. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir ny.ra di puskesmas
amplas kecamatan amplas kota madya medan tahun 2018.Fakultas
Kebidanan. Medan
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penykit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.
Mufadillah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nova Arisandi. 2019. Ketentuan Berapa Kali VT. Artikel.
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/harus-berapa-kali-vt
Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19/Permenkes/19/
Tentang Pemeriksaan Hemoglobin
Priworahardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Priworahardjo.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2020. Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi di Banten.
Rutgers WPF Indonesia. 2015. dr. M Vidya Buana Mendampingi Ayah memotongan
talipusat anak .Diakses pada 28 Maret 2021 dari
https://rutgers.id/2015/02/28/dr-m-vidya-buana-mendampingi-ayah-
memotong-tali-pusar-anak/
Sri Widatiningsih, C. H. 2017. Asuhan Kehamilan . Yogyakarta: Transmedika .
Sutanto AV, F. Y. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun (SDKI, 2017), Angka Kematian Ibu di
Indonesia
SDGS, 2016. Sustainable Development Goals, Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi di Indonesia.
Trisnawati, Frisca. 2012. Asuhan Kebidanan. Jilid I. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya
WHO, 2020. World Health Organizaton, Angka Kematian Ibu di dunia
1
Lampiran Surat ijin Praktek
Lampiran Surat Keterangan Selesai Praktek
Lampiran Dokumentasi
Lampiran Konsultasi dengan Pembimbing
LEMBAR KONSULTASI
TTD
No Hari/Tanggal Materi Bimbingan Hasil Bimbingan
Pembimbing
Senin, Bimbingan kunjungan Terus melakukan
28/11/2022 ANC pertama pemantauan terhadap
1 perkembangan ibu dan bayi