Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANDASAN ULIN


TAHUN 2021
Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan II

Dosen Pembimbing :

Vonny Khresna Dewi, S.Si.T., M.Kes

Disusun oleh :
FIRDA MAWADDAH
NIM: P07124118195

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA TIGA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANDASAN ULIN
TAHUN 2021

Telah dikonsultasikan dan disetujui untuk dibuat Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas Fisiologis Di Wilayah Kerja Puskesmas Landasan Ulin Tahun 2021, dengan:

Nama : Ny. R
Umur : 29 tahun
Alamat : Jalan Makmur Landasan Ulin

Digunakan untuk memenuhi tugas pembuatan asuhan kebidanan pada PKK II,
oleh :
Nama : Firda Mawaddah
NIM : P07124118195

Mahasiswi Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kebidanan Semester VI

Banjarbaru, Mei 2021

Mengetahui,
Pembimbing Mahasiswa

Vonny Khresna Dewi, S.Si.T., M.Kes Firda Mawaddah


NIP.197401051993022001 P07124118195

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Mendengar Lagi Maha Melihat
dan atas segala limpahan berkat, rahmat, taufik serata hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Dalam
proses menyelesaikan tugas ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan
bantuan berupa ilmu, saran, serta kritik yang menunjang, yang berarah positif
pada tugas penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka penulis harapkan saran dan kritik yang konstrukif dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami
mahasiswa.

Banjarbaru, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Batasan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 3
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN 4
Konsep Dasar Nifas 4
BAB III ASUHAN KEBIDANAN 25
Asuhan Kebidanan Nifas 25
BAB IV PENUTUP 36
A. Kesimpulan 36
B. Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau setelah persalinan sampai 42 hari
persalinan (WHO, 2008) merupakan periode penting bagi ibu dan bayi baru
lahir (Zainur and Loh, 2006). Periode nifas merupakan salah satu periode
kritis dalam proses kehidupan seorang perempuan maupun bayi dan
merupakan masa sulit (Yanita dan Zumralita, 2001), diperkirakan 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian
masa nifas terjadi dalam 25 jam pertama (Rahayu dkk, 2012). Bagi pasangan
dengan anak pertama, akan menjadi pengalaman baru, baik bagi istri maupun
suami, sehingga yang dirasakan adalah kebingungan, khususnya istri yang
akan merasakan perasaan cemas, takut, dan bahagia (Karanina dan Suyasa,
2005).
Faktor yang hampir selalu menyebabkan depresi pasca melahirkan yaitu
kurangnya dukungan sosial (Aprillia, 2010). Namun masa transisi ini sering
dianggap sementara atau tidak penting (Symon et al., 2003) sehingga
perawatan postpartum menjadi aspek yang diabaikan dari perawatan
kesehatan wanita (Depkes, 2010). Tidak ada kejadian hidup yang memiliki
efek luar biasa terhadap kondisi fisik, fungsional dan emosional seperti masa
postpartum (Webb et al., 2008).
Dukungan sosial merupakan hal yang penting untuk kesejahteraan ibu dan
bayi (WHO, 2008). Adaptasi perempuan menjadi seorang ibu, memerlukan
dukungan suami dan orang di sekitarnya. Orang yang memotivasi,
membesarkan hati dan orang yang selalu bersamanya serta membantu dalam
menghadapi perubahan akibat adanya persalinan, untuk semua ini yang

1
penting berpengaruh bagi ibu nifas adalah kehadiran seorang suami
(Kitzinger, 2005).
Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik untuk memberikan asuhan
kebidanan secara komprehensif agar masa nifas ibu berjalan normal, ibu
mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, mengatasi
ketidaknyamanan ibu selama nifas serta mengarahkan ibu agar memeriksakan
kesehatannta di fasilitas pelayanan kesehatan dengan normal dan melakukan
perawatan pada bayi dan ibu sesudah melahirkan dengan melakukan
kunjungan rumah untuk memberikan asuhan pada ibu dan bayinya selama 6
minggu pascapersalinan. Dengan melalui asuhan tersebut diharapkan dapat
mengoptimalkan kesehatan ibu dalam mempersiapkan fisik maupun mental
menghadapi masa persalinan.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka rumusan masalah dalam kasus
ini adalah “Bagaimana melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu
nifas?”

C. Tujuan
1. Mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ibu nifas secara
komprehensif
2. Mampu melakukan assassment asuhan kebidanan pada ibu nifas secara
komprehensif
3. Mampu menentukan kebutuhan sesuai asuhan kebidanan pada ibu nifas
secara komprehensif
4. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan secara komprehensif.
5. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu nifas
secara komprehensif

2
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, dari hasil pengkajian diharapkan untuk menjadi referensi
dan masukan bagi pengembangan ilmu kesehatan, khususnya ilmu
kebidanan untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi dan referensi bagi institusi
pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan dimasa yang akan
datang
b. Bagi Penulis
Hasil dari pengkajian diharapkan dapat menerapkan ilmu dan
memberikan pengetahuan dan informasi yang sesuai dengan tingkat
pengetahuan pada masyarakat dan bagi pasien.

3
BAB II
KONSEP DASAR

A. Nifas
1. Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (Marmi, 2017, hal. 11)
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan
pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi
dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi,
serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu. (Prawirohardjo, 2016. Hal
356-357)
b. Tahapan Masa Nifas
Menurut Rukiyah (2011, hal. 5) adapun tahapan-tahapan masa
nifas (post partum/ puerperium) adalah :
1) Peurperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermediate, yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat
genital yang lamanya 6-8 minggu.

4
3) Remote puerperium, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki
komplikasi.
c. Perubahan fisiologis pada masa nifas
Menurut Astutik (2015, hal. 57) perubahan fisiologi pada masa
nifas adalah :
1) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Secara
rinci proses involusi uterus dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus Menurut
Masa Involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari di bawah 750 gram
pusat
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gram
simfisis
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram
simfisis
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 30 gram
Pada uterus selain terjadi proses involusi juga terjadi proses
autolysis yaitu pencernaan komponen-komponen oleh
hidrolase endogen yang dilepaskan dari lisosom setelah
kematian sel. Hal menyebabkan bekas implantasi plasenta
pada dinding endometrium tidak meninggalkan bekas atau
jaringan parut.
(1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir
seluas 12 x 15 cm dengan permukaan kasar dimana
pembuluh darah besar bermuara.

5
(2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose di
samping pembuluh darah tertutup kontraksi otot rahim.
(3) Bekas implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu
ke-2 sebesar 6-8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2
cm.
(4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk
jaringan yang telah rusak bersama degan lochea.
(5) Luka bekas implantasi akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka
dan lapisan basalis endometrium.
(6) Kesembuhan sempurna pada saat akhir masa nifas
b) Lochea
Lochea adalah cairan/sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea:
(1) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa
selaput ketuban, sel desidua, verniks caseosa, lanugo
dan mekonium, selama 2 hari nifas.
(2) Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah
dan lendir, hari 3 – 7 nifas.
(3) Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak
berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 nifas.
(4) Lochea alba : cairan putih, keluar setelah 2 minggu
masa nifas.
Selain lochea di atas, ada jenis lochea yang tidak normal,
yaitu :
(1) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
(2) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya
c) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2

6
hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks
akan menutup.
d) Vulva dan Vagina
Perubahan pada vulva dan vagina adalah :
(1) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur.
(2) Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil.
(3) Setelah 3 minggu rugae dalam vagina secara berangsur-
angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol
e) Perineum
Perubahan yang terjadi pada perineum adalah :
(1) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi
yang bergerak maju.
(2) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah
kembali seperti keadaan sebelum hamil, walaupun tetap
lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
Untuk mengembalikan tonus otot perineum, maka pada
masa nifas perlu dilakukan senam kegel.
f) Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
(1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan
peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.
(2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI
terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.

7
(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda
mulainya proses laktasi
2) Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama hal ini
dikarenakan kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema
leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam
jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu. Pada
kasus dengan riwayat persalinan yang menimbulkan trauma
pada ureter, misalnya pada persalinan macet atau bayi besar
makan trauma tersebut akan berakibat timbulnya retensio urine
pada masa nifas.
3) Sistem Pencernaan
Diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan
enema. Rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi
keinginan untuk Buang Air Besar (BAB) sehingga pada masa
nifas sering timbul keluhan konstipasi akibat tidak teraturnya
BAB.
4) Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel
darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat

8
besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih
tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung
cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang
cermat dan penekanan pembuluh darah pada ambulasi dini.
Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik, volume
darah mulai berkurang, viskositas darah kembali normal dan
curah jantung serta tekanan darah menurun sampai ke kadar
sebelum hamil. Pada beberapa wanita kadang-kadang masih
terdapat edema residual di kaki dan tangan yang timbul pada
saat kehamilan dan meningkatnya asupan cairan pada saat
persalinan, dari kongesti yang terjadi akibat mengejan yang
berkepanjangan pada kala dua atau bisa juga diakibatkan oleh
imobilitas relatif segera pada masa nifas. Terdapat sedikit
peningkatan resiko trombosis vena profunda dan embolus.
5) Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam nifas.
Progesteron turun pada hari ke-3 nifas. Kadar prolaktin dalam
darah berangsur-angsur hilang.
a) Hormon plasenta
Human Chorionik Gonadotropin (hCG) menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-
7 masa nifas.
b) Hormon oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari hipotalamus posterior, untuk
merangsang kontraksi otot uterus berkontraksi dan pada
payudara untuk pengeluaran air susu.
c) Hormon pituitari
Prolaktin dalam darah meningkat dengan cepat, pada wanita
yang tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH

9
dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada
minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
d) Hipotalamik pituitari ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi. Diantara
wanita laktasi 15% menstruasi setelah 12 minggu. Diantara
wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu,
65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk
wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk
wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.
2) Sistem Muskuloskleletal
Kadar relaksin dan progesteron berkurang hingga mencapai
kadar normal dalam waktu tujuh hari, namun akibat yang
ditimbulkan pada jaringan fibrosa, otot dan ligamen
memerlukan waktu empat sampai lima bulan untuk berfungsi
seperti sebelum hamil. Pada masa nifas, ligamen masih dalam
masa kondisi terpanjang dan sendi-sendi berada dalam kondisi
kurang stabil. Hal ini berarti wanita berada dalam kondisi paling
rentan mengalami masalah muskuloskleletal. Ambulasi bisa
dimulai 4-8 jam nifas, dengan ambulasi dini akan membantu
mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
3) Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen pada masa nifas diantaranya
adalah:
a) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan
menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulit. Hal ini
menyebabkan ibu nifas yang semula memiliki
hiperpigmentasi pada kulit saat kehamilan secara berangsur-
angsur menghilang sehingga pada bagian perut akan muncul
garis-garis putih yang mengkilap dan dikenal dengan istilah
striae albican.

10
b) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen
menurun.
4) Tanda-Tanda Vital
a) Suhu badan
Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik
sedikit, antara 37,2oC – 37,5oC. Kemungkinan disebabkan
karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai 38oC pada hari ke-2 sampai hari-hari berikutnya,
perlu diwaspadai adanya infeksi atau sepsis masa nifas.
b) Denyut nadi
Setelah persalinan jika ibu dalam keadaan istirahat penuh,
denyut nadi sekitar 60 kali/menit dan terjadi terutama pada
minggu pertama nifas. Frekuensi nadi normal yaitu 60 – 80
kali/menit. Denyut nadi masa nifas umumnya lebih stabil
dibandingkan suhu badan. Pada ibu yang nervous, nadinya
akan lebih cepat kira-kira 110 kali/menit, bila disertai
peningkatan suhu tubuh bisa juga terjadi shock karena
infeksi.
c) Tekanan darah
Tekanan darah <140 mmHg, dan bisa meningkat dari
sebelum persalinan sampai 1 – 3 hari masa nifas. Bila
tekanan darah menjadi rendah perlu diwaspadai adanya
perdarahan pada masa nifas. Sebaliknya bila tekanan darah
tinggi, hal merupakan salah satu petunjuk kemungkinan
adanya pre-eklamsi yang bisa timbul pada masa nifas dan
diperlukan penanganan lebih lanjut.
d) Respirasi
Respirasi/pernapasan umumnya lambat atau normal, karena
ibu dalam keadaan pemulihan atau keadaan istirahat.
Pernapasan yang normal setelah persalinan adalah 16 – 24

11
kali/menit atau rata-ratanya 18 kali/menit. Jika ditandai
trachipneu maka perlu dikaji tanda pneumonial atau
penyakit nifas lainnya. Bila respirasi cepat pada masa nifas
(>30 kali/menit), kemungkinan adanya shock.
5) Sistem Hematologi
Selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karena cairan
darah ibu banyak, sementara sel darahnya berkurang. Bila
dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobinnya (Hb) akan tampak
sedikit menurun dari angka normalnya sekitar 11 – 12 gr%. Jika
hemoglobinnya terlalu rendah, maka bisa terjadi anemia atau
kekurangan darah. Oleh karena itu selama hamil ibu perlu diberi
obat-obatan penambah darah sehingga sel-sel darahnya
bertambah dan konsentrasi darah atau hemoglobinnya normal
atau tidak terlalu rendah. Selama minggu-minggu terakhir
kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama masa nifas,
kadar fibronogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah
lebih mengental dengan meningkatknya viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Penurunan volume dan
peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3 – 7 masa
nifas dan akan kembali normal dalam 4 – 5 minggu masa nifas.
d. Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas
Menurut Widyasih, dkk (2013, hal. 87) perubahan peran seorang
ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab
bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta
perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif
untuk ibu. Menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase-fase sebagai berikut :

12
1) Fase Taking In
Fase Taking In yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti
rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Pada fase ini ibu
hanya ingin didengarkan dan diperhatikan. Kehadiran suami
atau keluarga sangat diperlukan pada fase ini.
2) Fase Taking Hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir
dan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga
mudah tersinggung dan gampang marah. Dukungan moril sangat
diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Pada fase
ini ibu harus diajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang
benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan
pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat,
kebersihan diri dan lain-lain.
3) Fase Letting Go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Ibu sudah mulai memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga
siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini.
Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Ibu
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi,

13
mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu
terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga
mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat
bayinya.
e. Kebutuhan Dasar pada Masa Nifas
Menurut Widyasih dkk, (2013, hal.101) kebutuhan dasar ibu pada
masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk :
a) Makan dengan diet berimbang, cukup karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.
b) Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari.
c) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 IU. Pemberian vitamin A
dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas
ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak. Pada bulan-bulan pertama
kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang
terkandung dalam ASI.
2) Kebersihan diri dan bayi
a) Kebersihan diri
Ibu nifas dianjurkan untuk :
(1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh
(2) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air.
(3) Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali
mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam
supaya ganti pembalut.
(4) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum menyentuh daerah kelamin.
(5) Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi
dan laserasi.

14
b) Kebersihan bayi
Hal-hal yang perlu dijelaskan pada ibu nifas agar bayi
tetap terjaga kebersihannya.
(1) Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah
hipotermi.
(2) Mandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore.
(3) Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali
basah atau kotor karena BAB/BAK.
(4) Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu
bersih dan kering.
(5) Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat
karena ini adalah tempat tinggal bayi.
(6) Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu
bersih.
3) Istirahat dan tidur
Anjurkan ibu untuk :
a) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.
b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
c) Kembali kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan
waktu untuk istirahat pada siang hari kira-kira 2 jam dan
malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
a) Mengurangi jumlah ASI.
b) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan
perdarahan.’
c) Depresi.
4) Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari
pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh,

15
terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk
mempercepat pemulihan keadaan ibu.
Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah
melahirkan adalah :
a) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu.
b) Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat
kandungan.
c) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-
otot panggul, perut dan perineum terutama otot yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan.
d) Memperlancar pengeluaran lochea.
e) Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah
melahirkan.
f) Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan
dan persalinan
5) Hubungan seks
Setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan
satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Ada
kepercayaan atau budaya yang memperbolehkan melakukan
hubungan seks setelah 40 hari atau 6 minggu, oleh karena itu
perlu dikompromikan antara suami dan istri.
6) Keluarga Berencana
a) Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama
menyusui ekslusif atau penuh 6 bulan dan ibu belum
mendapatkan haid (metode amenorea laktasi).
b) Meskipun setiap metode kontrasepsi berisiko, tetapi
menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.
c) Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang
di perbolehkan selama menyusui, yang meliputi :
(1) Cara penggunaan
(2) Efek samping

16
(3) Kelebihan dan kekurangan
(4) Indikasi dan kontra indikasi
(5) Efektivitas
d) Metode hormonal khususnya kombinasi oral (estrogen dan
progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu menyusui
oleh karena itu jangan menganjurkan kurang dari 6 minggu
setelah melahirkan, umumnya bagi ibu menyusui tidak
perlu melakukan sampai saat itu karena dapat
mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya hormon
steroid dalam jumlah kecil ditemukan dalam ASI.
7) Eliminasi
a) Buang Air Kecil (BAK)
(1) Dalam enam jam ibu nifas harus sudah bisa BAK
spontan, kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam
waktu 8 jam.
(2) Urine dalam jumlah yang banyak akan diproduksi
dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan
(3) Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama nifas
(puerperium), terjadi kenaikan diuresis
b) Buang Air Besar (BAB)
(1) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema
persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan
perineum yang sangat sakit.
(2) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam
regulasi BAB
(3) Asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serat sangat
dianjurkan
8) Pemberian ASI/Laktasi
Hal-hal yang perlu diberitahukan kepada pasien :

17
a) Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi
telah disusukan
b) Anjurkan cara menyusui yang benar
c) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain
(ASI ekslusif)
d) Menyusui tanpa dijadwal, sesuka bayi (on demand)
e) Diluar menyusui jangan memberikan dot/empeng pada bayi,
tapi berikan ASI dengan sendok.
f) Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan
menurunkan frekuensi pemberian ASI
f. Deteksi Dini Komplikasi dan Penanganannya
Menurut Widyasih, dkk (2013, hal.128) komplikasi yang bisa
terjadi selama masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam/perdarahan postpartum/postpartum
hemorargi/hemorargi postpartum/PPH adalah kehilangan darah
sebanyak 500 ccc atau lebih dari traktus genitalia setelah
melahirkan. Hemorargi postpartum primer adalah mencakup
semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.
Penyebabnya, uterus atonik karena plasenta atau ketuban
tertahan, trauma genital karena sectio caesaria dan spisiotomi,
koagulasi intravascular diseminata, dan inversi uterus.
2) Infeksi masa nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerpuralis adalah infeksi
pada traktus genitalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan
pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari
setelah persalinan atau abortus. Bakteri penyebab sepsis
puerpuralis adalah :Streptokokus, Stafilokokus, E. Coli,
Clostridum tetani, Clostridium welchi, Clamidia dan
Gonocokus.
Tanda dan gejala sepsis puerpuralis :

18
a) Demam dan nyeri pelvik serta nyeri tekan di uterus
b) Lochea berbau menyengat. Keterlambatan dalam kecepatan
penurunan uterus
c) Pada laserasi/luka episiotomi terasa nyeri, bengkak,
mengeluarkan cairan nanah.
3) Kelainan Payudara
a) Bendungan air susu
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya
sekresi lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi
keras dan berbenjol-benjol. Demam nifas akibat distensi
payudara sering terjadi. Lamanya panas berkisar dari 4
hingga 16 jam suhu tubuhnya 38-39℃ . Penatalaksanaan :
keluarkan ASI secara manual. ASI tetap diberikan pada
bayi, menyangga payudara dengan BH yang menyokong,
kompres dengan kantong es (kalau perlu).
b) Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan
komplikasi antepartum. Bendungan yang mencolok
biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya
berupa menggigil yang segera diikuti oleh kenaikan suhu
tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara
kemudian menjadi keras serta kemerahan dan pasien
mengeluhkan nyeri.
Antisipasi dan penanganan :
(1) Posisi tidur yang baik selama hamil dan pengeluaran
cairan secara teratur akan dapat mengurangi
pembengkakan pada kaki.
(2) Menganjurkan ibu untuk membersihkan daerah kelamin
dan selalu menjaga kebersihannya
4) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh diri dan bayinya

19
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai
kurang lebih 1 tahun ibu postpartum cenderung akan mengalami
perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak
mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Tindakan yang harus dilakukan terhadap keadaan ibu yang
seperti ini yaitu :
a) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman yang terjadi pada masa nifas.
b) Berikan dukungan yang bisa diterima oleh ibu
2. Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas
a. Pengertian
Menurut Widyasih dkk, (2013, hal. 119) asuhan masa nifas normal
merupakan wewenang dan tanggung jawab bidan untuk melaksanakan
kompetensi dan keterampilan memberikan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan setiap individu.
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Rukiyah (2011, hal.2) tujuan asuhan masa nifas yaitu:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat
penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka
kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
2) Melaksanakan skrining secara komprehensif (menyeluruh) dimana
bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu
masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengajian data subjektif,
objektif maupun penunjang.
3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini
dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat

20
langsung masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan diatas
dapat dilaksanakan.
5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan
keluarga berencana.
c. Standar Asuhan Masa Nifas
Menurut Astuti, dkk (2015, hal.3) standar asuhan masa nifas yaitu:
1) Standar 13 (perawatan bayi baru lahir)
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernapasan secara spontan, mencegah hipoksia
sekunder, menentukan kelainan, dan melakukan tindakan atau
merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah
atau menangani hiportemia.
2) Standar 14 (penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan)
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberi
penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pemulihan kesehatan
ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
3) Standar 15 (pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas)
Bidan memberi pelayanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah pada minggu ke-2 dan minggu ke-6 setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, pertemuan dini,
penanganan atas rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada
masa nifas, serta memberi penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi
baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
d. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Menurut Marmi (2017, hal. 13) kunjungan masa nifas yaitu:

21
Tabel 2.4 Kunjungan Masa Nifas
Kunjung
Waktu Asuhan
an
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
6-8 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
I jam anggota keluarga bagaimana mencegah
post perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
partum Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.
Kunjun Asuhan
Waktu
gan
Memastikan involusi uterus berjalan dengan
normal, uterus berkontraksi, tinggi fundus uteri
di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan abnormal.
6 hari Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang
II post cukup
partum Memastikan ibu mendapatkan makanan yang
bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
Memberikan konseling tentang pada bayi baru
lahir.
2 Asuhan pada 2 minggu post partum sama
minggu dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan
III
post 6 hari post partum.
partum
IV 6 Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami

22
minggu ibu selama masa nifas
post Memberikan konseling KB secara dini.
partum
e. Pelayanan Pasca Salin Di Era Adaptasi Baru
Menurut Kemenkes RI (2020) dalam buku Pedoman Pelayanan
Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir Di Era Adaptasi
Baru berikut adalah pelayanan pasca salin di era adaptasi baru:
1) Pelayanan Pasca Salin (ibu nifas dan bayi baru lahir) dalam
kondisi normal tidak terpapar COVID-19 : kunjungan minimal
dilakukan minimal 4 kali
2) Pelayanan KB pasca persalinan diutamakan menggunakan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dilakukan dengan janji temu
dan menerapkan protokol kesehatan serta menggunakan APD
yang sesuai dengan jenis pelayanan.
Tabel 2.5 Pelayanan Pasca Salin Berdasarkan Zona

Jenis Pelayanan Zona Hijau (Tidak Zona Kuning


Terdampak/Tidak Ada (Risiko Rendah),
Kasus) Jingga (Risiko
Sedang), Merah
(Risiko Tinggi)
Kunjungan 1: 6 jam Kunjungan nifas 1 bersamaan dengan
– 2 hari setelah kunjungan neonatal 1 dilakukan di Fasilitas
persalinan Pelayanan Kesehatan
Kunjungan 2: 3 – 7 Pada kunjungan nifas Pada kunjungan
hari setelah 2, 3, dan 4 bersamaan nifas 2, 3, dan 4
persalinan dengan kunjungan bersamaan dengan
neonatal 2 dan 3 : kunjungan
Kunjungan 3: 8 –
dilakukan kunjungan neonatal 2 dan 3 :
28 hari setelah
rumah oleh tenaga dilakukan melalui
persalinan
kesehatan didahului media
Kunjungan 4: 29 – dengan janji temu dan komunikasi/secara
42 hari setelah menerapkan protokol daring, baik untuk
persalinan kesehatan. Apabila pemantauan
diperlukan, dapat maupun edukasi.
dilakukan kunjungan Apabila sangat
ke Fasyankes dengan diperlukan, dapat
didahului janji dilakukan

23
temu/teleregistrasi. kunjungan rumah
oleh tenaga
kesehatan
didahului dengan
janji temu dan
menerapkan
protokol
kesehatan, baik
tenaga kesehatan
maupun ibu dan
keluarga.
3) Ibu nifas dengan status suspek, probable, dan terkonfirmasi
COVID-19 setelah pulang ke rumah melakukan isolasi mandiri
selama 14 hari. Kunjungan nifas dilakukan setelah isolasi mandiri
selesai.
4) Ibu nifas dan keluarga diminta mempelajari dan menerapkan buku
KIA dalam perawatan nifas dan bayi baru lahir di kehidupan
seharihari, termasuk mengenali tanda bahaya pada masa nifas dan
bayi baru lahir. Jika ada keluhan atau tanda bahaya, harus segera
memeriksakan diri dan atau bayinya ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
5) KIE yang disampaikan kepada ibu nifas pada kunjungan pasca
salin (kesehatan ibu nifas):
a) Higiene sanitasi diri dan organ genitalia.
b) Kebutuhan gizi ibu nifas.
c) Perawatan payudara dan cara menyusui.
d) Istirahat, mengelola rasa cemas dan meningkatkan peran
keluarga dalam pemantauan kesehatan ibu dan bayinya.
e) KB pasca persalinan : pada ibu suspek, probable, atau
terkonfirmasi COVID-19, pelayanan KB selain AKDR
pascaplasenta atau sterilisasi bersamaan dengan seksio sesaria,
dilakukan setelah pasien dinyatakan sembuh. .

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN ASUHAN KEBIDANAN NIFAS


PADA NY. R DI WILAYAH PUSKESMAS LANDASAN ULIN
TAHUN 2021

1. Asuhan Kebidanan Nifas


1. Pengkajian
Hari/Tanggal : Jumat, 29 Januari 2021
Pukul : 08.45 WITA
2. Prolog
Ibu melahirkan anak kedua 2 jam yang lalu pada hari Jumat 29 Januari
2021, pukul 02.30 WITA. Persalinan ibu normal, bayi lahir spontan
belakang kepala, jenis kelamin laki-laki, cukup bulan, menangis kuat, BB
2900 gram, PB 47 cm, LK 30 cm, LD 31 cm. Kala I berlangsung selama 2
jam 30 menit, Kala II berlangsung selama 15 menit, Kala III berlangsung
5 menit dengan plasenta lahir lengkap, Kala IV sudah dilakukan dan
keadaan ibu baik. IMD sudah dilakukan. Ibu sudah bisa makan dan
minum serta tidak ada pantangan.
3. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih merasa mules, ASI keluar masih sedikit dan belum
terlalu lancar, ibu sudah bisa BAK serta bayi sering menyusu.
4. Data Objektif
KU baik, kesadaran compus mentis, TD : 110/80 mmHg, T : 36,6 oC, N :
80 x/menit, R : 21 x/menit. Muka tidak pucat, tidak tampak odema,
konjungtiva tidak anemis, sklera putih (tidak ikterik), mulut tidak pucat

25
dan bersih, dileher tidak teraba benjolan, tidak ada pembesaran vena
jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, payudara simetris,
tidak ada benjolan abnormal pada payudara, puting kiri kanan menonjol
dan bersih, areola mammae hiperpigmentasi, ASI keluar masih sedikit,
tinggi fundus uteri pertengahan pusat-simfisis, uterus teraba keras,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, terdapat luka jahitan basah
pada perineum derajat 1, tidak ada tanda infeksi, lochea berwarna
kemerahan (lochea rubra), BAB (-), BAK (+), mobilisasi melakukan
aktifitas kecil seperti pergi ke kamar mandi sendiri dan tidak ada
pembengkakan pada ekstremitas atas dan bawah.
5. Analisa
P2A0 6 Jam Post Partum Fisiologis
6. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu
baik, perdarahan normal, serta kontraksi uterus baik. Ibu mengerti.
b. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mules pada perut sesudah
melahirkan adalah hal yang wajar diakibatkan kontraksi rahim dalam
pemulihan organ kandungan ibu serta mencegah terjadinya
perdarahan. Rasa mules itu akan hilang dengan sendirinya dan ibu
dapat mengurangi rasa mules dengan cara meminum air hangat. Ibu
mengerti
c. Mengajarkan ibu untuk melakukan masasse uterus untuk merangsang
kontraksi uterus agar mencegah perdarahan. Ibu mengerti.
d. Meminta ibu untuk beristirahat, kemudian miring kiri atau kanan
untuk mempercepat involusi uterus. Ibu mengerti dan sudah bisa
berjalan ke kamar kecil untuk BAK.
e. Memberikan ibu vitamin A yang pertama setelah 6 jam post partum
sebanyak 200.000 IU, dan pemberian kedua setelah 24 jam pemberian
vitamin A pertama. Ibu mengerti.
f. Memberitahukan kepada ibu perawatan payudara untuk menjaga
kebersihan payudara terutama puting susu. Ibu mengerti.

26
g. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi yaitu
memberikan ASI saja tanpa MPASI selama 6 bulan. Ibu mengerti.
h. Memberitahukan kepada ibu cara perawatan bayi sehari-hari dengan
tujuan agar menjaga bayi tetap kering dan bersih. Ibu mengerti
i. Memberikan KIE :
1) Memberitahukan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan
bergizi seperti nasi, lauk pauk (seperti ikan, telur, daging, dll),
sayur-sayuran, buah-buahan (seperti pisang, pepaya, dll) dan tidak
berpantangan dalam makanan agar produksi ASI lancar dan
pemulihan organ kandungan ibu baik serta meminum sedikitnya 8
gelas air setiap hari untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam
tubuh ibu. Ibu mengerti
2) Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup, mengurangi
aktivitas yang berat dan jangan terlalu lelah. Ibu mengerti.
3) Memberitahukan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri
terutama pada daerah kewanitaan seperti mengganti pembalut
setiap terasa penuh atau basah, serta sesudah BAK dan BAB.. Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya.
4) Memberitahukan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya masa
nifas yaitu perdarahan yang banyak dari jalan lahir, cairan yang
keluar dari vagina berbau busuk, suhu tubuh > 38 oC, tekanan
darah melebihi batas normal, merasa pusing dan lemas
berlebihan, nyeri perut, odem pada ekstremitas atas dan bawah,
payudara bengkak kemerahan lunak disertai demam, puting
payudara berdarah dan merekah, kehilangan nafsu makan dalam
waktu lama, tidak bisa BAB selama 3 hari atau sakit saat BAK,
merasa tampak sedih mengasuh bayinya dan dirinya sendiri. Jika
ibu mengalami tanda-tanda bahaya tersebut ibu dianjurkan untuk
segera memeriksakan diri ke bidan atau petugas kesehatan
terdekat.

27
j. Menyepakati kunjungan ulang yaitu pada tanggal 4 februari 2021
untuk memantau kondisi ibu setelah melahirkan. Ibu bersedia

Tabel 4.7
Catatan Perkembangan Asuhan Kebidanan Nifas

No Hari/Tanggal Catatan Perkembangan


.
1. 4 Februari Data Subjektif
2021 Ibu mengatakan tidak merasakan mules pada perut dan
Pukul 07.30 nyeri pada luka jahitan sudah tidak dirasakan, ASI sudah
WITA keluar lancar, bayi menyusu kuat, dan ibu sudah bisa
merawat bayinya.
Data Objektif
KU baik, kesadaran compus mentis, TD : 120/80
mmHg, T : 36,5oC, N : 86 x/menit, R : 22 x/menit.
konjungtiva tidak anemis, sklera putih (tidak ikterik),
mulut tidak pucat dan bersih, dileher tidak teraba
benjolan, tidak ada pembesaran vena jugularis dan
kelenjar tiroid, tidak ada benjolan abnormal pada
payudara, puting kiri kanan menonjol, bersih dan tidak
lecet, ASI keluar lancar, tinggi fundus uteri 3 jari diatas
simfisis kandung kemih kosong, luka jahitan kering,
tidak ada tanda infeksi, lochea berwarna putih kekuning-
kuningan (lochea serosa), BAB (+), BAK (+), tidak ada
pembengkakan pada ekstremitas atas dan bawah.
Analisa
P2A0 Postpartum 6 Hari Fisiologis
Penatalaksanaan

28
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik, perdarahan normal, serta
kontraksi uterus baik. Ibu mengerti.
2. Mengingatkan kepada ibu untuk mengkonsumsi
makanan bergizi seperti nasi, lauk pauk, sayur-
sayuran, buah-buahan, tidak berpantangan dalam
makanan, dan memenuhi kebutuhan cairan dalam
tubuh ibu. Ibu mengerti
3. Mengingatkan ibu untuk istirahat yang cukup serta
mengurangi aktivitas yang berat dan jangan terlalu
lelah. Ibu mengerti.
4. Mengingatkan kepada ibu untuk menjaga
kebersihan area genitalia. Ibu mengerti dan bersedia
melaksanakannya
5. Mengingatkan kepada ibu untuk menjaga
kebersihan diri. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya.
6. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI ekslusif
pada bayi yaitu memberikan ASI saja tanpa MPASI
selama 6 bulan. Ibu mengerti.
7. Mengingatkan kepada ibu mengenai tanda-tanda
bahaya masa nifas. Ibu mengerti
8. Menyepakati kunjungan ulang yaitu pada tanggal
18 februari 2021 atau bila ada keluhan untuk
memantau kondisi ibu setelah melahirkan. Ibu
bersedia
2. 18 Februari Data Subjektif
2021 Ibu mengatakan pengeluaran darah sudah berwarna
Pukul 08.00 putih pucat agak kekuningan, nafsu makan baik, dan
WITA dapat beristirahat dengan cukup.
Data Objektif

29
KU baik, kesadaran compus mentis, TD : 100/80
mmHg, T : 36,6oC, N : 80 x/menit, R : 19 x/menit. Muka
tidak pucat, tidak tampak odema, konjungtiva tidak
anemis, sklera putih (tidak ikterik), mulut tidak pucat
dan bersih, dileher tidak teraba benjolan, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid, payudara simetris, tidak ada
pembengkakan pada payudara, puting kiri kanan
menonjol dan bersih, ASI keluar lancar, tinggi fundus
uteri tidak teraba, kandung kemih kosong, lochea alba
BAB (+), BAK (+), tidak ada pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah.
Analisa
P2A0 Postpartum 2 Minggu Fisiologis
Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik. Ibu mengerti.
2. Mengingatkan kepada ibu untuk mengkonsumsi
makanan bergizi seperti nasi, lauk pauk (seperti
ikan, telur, daging, dll), sayur-sayuran, buah-
buahan (seperti pisang, pepaya, dll) dan tidak
berpantangan dalam makanan serta meminum
sedikitnya 8 gelas air setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan cairan dalam tubuh ibu. Ibu mengerti
3. Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif
pada bayi yaitu memberikan ASI saja tanpa MPASI
selama 6 bulan serta menjelaskan kepada ibu
tentang keuntungan ASI yaitu murah, mudah, dan
cepat di berikan dan ASI mengandung antibodi
untuk kekebalan tubuh bayi agar bayi tidak mudah
sakit serta menjalin hubungan antara ibu dan anak

30
menjadi lebih nyaman dan akrab. Ibu mengerti.
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai kontrasepsi yang
ingin digunakan :
Memberitahu ibu dan suami pilihan kontrasepsi
yang baik pasca melahirkan dan tidak
mempengaruhi ASI yaitu AKDR, suntik 3 bulan, pil
laktasi, dan implant. Ibu dan suami mengerti
5. Melakukan konseling Keluarga Berencana (KB)
untuk menunda dan menjarangkan kehamilan serta
tidak mengganggu pada masa menyusui,
menjelaskan kepada ibu tentang beberapa alat
kontrasepsi pasca salin yaitu :
a. MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang)
seperti implant, IUD, MOP (medis operatif pria)
atau vasektomi, dan MOW (metode operatif
wanita) atau tubektomi.
b. Non MKJP (non metode kontrasepsi jangka
panjang) yang termasuk dalam kategori ini
adalah kondom, pil laktasi (mini pil), dan suntik
3 bulan.
6. Memotivasi ibu untuk menggunakan alat
kontrasepsi sebelum 40 hari atau 6 minggu.
7. Menganjurkan ibu dan suami berdiskusi untuk
memilih alat kontrasepsi tersebut. Ibu bersedia.
8. Mengingatkan ibu untuk membawa bayinya ke
puskesmas atau posyandu untuk imunisasi. Ibu
mengerti.
9. Menyepakati kunjungan ulang atau jika ada
keluhan segera ke fasilitas kesehatan. Ibu bersedia
3. 1 April 2021 Data Subjektif
Pukul 08.00 Ibu mengatakan tidak ada keluhan, pengeluaran cairan

31
WITA serta darah sudah tidak ada lagi, serta saat ini ibu akan
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.
Data Objektif
KU baik, kesadaran compus mentis, TD : 120/80
mmHg, T : 36,6oC, N : 88 x/menit, R : 22 x/menit. Muka
tidak pucat, tidak tampak odema, konjungtiva tidak
anemis, sklera putih (tidak ikterik), mulut tidak pucat
dan bersih, dileher tidak teraba benjolan, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid, payudara simetris, tidak ada
pembengkakan pada payudara, puting kiri kanan tidak
lecet dan bersih, ASI keluar lancar, tinggi fundus uteri
tidak teraba, lochea alba, kandung kemih kosong, tidak
ada pembengkakan pada ekstremitas atas dan bawah.
Analisa
P2A0 Postpartum 6 Minggu Fisiologis
Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik. Ibu mengerti.
2. Menanyakan pada ibu kontrasepsi apa yang akan
ibu pilih. Ibu memilih jenis suntik kb 3 bulan dan
akan melakukan kunjungan pada 2 april 2021.
3. Mengingatkan kembali tentang kontrasepsi suntik 3
bulan kepada ibu mengenai efektivitas, keuntungan,
dan kekurangannya.
4. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap beristirahat
yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Ibu mengerti
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi nutrisi
bagi ibu sendiri maupun bayinya. Ibu mengerti.
6. Mengingatkan ibu kembali untuk memberikan

32
bayinya ASI ekslusif tanpa tambahan makanan
apapun. Ibu mengerti
7. Menyepakati kunjungan ulang atau jika ada
keluhan segera ke fasilitas kesehatan. Ibu bersedia

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan nifas pada Ny. R, maka penulis
mengambil kesimpulan yaitu :
1. Pengkajian pada hari Jumat, 29 Januari 2021 Keadaan umum baik,
kesadaran compus mentis, TD : 110/80 mmHg, T : 36,6 oC, N : 80
x/menit, R : 21 x/menit. ASI keluar masih sedikit, TFU pertengahan
pusat-simfisis, uterus teraba keras, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong, terdapat luka jahitan basah pada perineum derajat 1, tidak ada
tanda infeksi, lochea berwarna kemerahan (lochea rubra), BAB (-), BAK
(+), mobilisasi melakukan aktifitas kecil seperti pergi ke kamar mandi
sendiri dan tidak ada pembengkakan pada ekstremitas atas dan bawah
2. Analisa diagnosa data adalah P2A0 6 Jam Post Partum Fisiologis
3. Penatalaksanaan yang dilakukan memberitahukan hasil pemeriksaan
kepada ibu bahwa keadaan ibu baik, perdarahan normal, serta kontraksi
uterus baik, dan memberitahukan kepada ibu untuk mengkonsumsi
makanan bergizi
B. Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan dengan adanya asuhan kebidanan nifas ini, penulis dapat
lebih mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya serta lebih teliti
lagi dalam memberikan asuhan.

33
2. Bagi Ibu dan Keluarga
Bagi ibu agar tetap mempertahankan personal hygiene selama masa
nifas, ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan ibu mampu
beradaptasi dalam masa nifas.

DAFTAR PUSTAKA
Asih Yusari & Risneni. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. CV. Trans Info Media: Jakarta

Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika

Febrianti & Aslina. (2019). Praktik Klinik Kebidanan I. Pustaka Baru: Yogyakarta

Marmi, (2017). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerperium Care”.


Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohodjo: Jakarta

Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohodjo: Jakarta
Rukiyah, A.Y., Yulianti, L. & Meida, L. (2011). Asuhan Kebidanan III (Nifas).
Trans Info Media: Jakarta

Sukarni, K & Margareth ZH. (2015). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Nuha
Medika: Yogyakarta

Widyasih, H. (2013). Perawatan Masa Nifas. Fitramaya. Yogyakarta

34

Anda mungkin juga menyukai