Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DAN BAYI BARU


LAHIR FISIOLOGIS PADA NY. S USIA 25 TAHUN G1P1A0H1
DI PMB LENI HIDAYATI
KOTA JAMBI TAHUN 2023

DOSEN PEMBIMBING :
Evrina Solvia Soleh, M.Keb

Oleh :

Ernita
PO71242230281

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Fisiologis”
guna memenuhi tugas Stase Persalinan Program Studi Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Jambi tahun 2023.

Jambi, November 2023

Mahasiswa

(Ernita)

Mengetahui :

Perseptor Akademik Perseptor Lahan Praktik

( Evrina Solvia Soleh, M.Keb) ( Leni Hidyati, S.Tr.Keb)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif Ibu Bersalin dan
bayi baru lahir Fisiologis Pada Ny. S G1P0A0 hamil 39-40 minggu.
Penulisan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas praktik klinik kebidanan
stase kehamilan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus
dilalui dalam proses pendidikan profesi kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini
penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Yuli Suryanti, M.Keb selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi

3. Evrina Solvia Soleh, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi


4. Leni Hidayati, S.Tr.Keb selaku Pembimbing Lahan di PMB Leni hidayati
5. Teman sejawat bidan serta rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan dalam
laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis
sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari
dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
i
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
2
D. Manfaat Penulisan
3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Persalinan
4
1. Pengertian Persalinan
4
2. Mekanisme persalinan
4
3. Tanda dan Gejala Persalinan
10
4. Perubahan Fisiologi dalam Persalinan
12
5. Perubahan Psikologis dalam Persalinan
12
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalinan
15
7. Tahapan Persalinan
17
8. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan
23
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
29
C. Teori Fish Bone dan USG
33
D. Teori Evidence Based Midwivery
36
E. Mind Mup
41

BAB III. TINJAUAN KASUS

3
A. Kala I Persalinan
42
B. Kala II Persalinan
50
C. Kala III Persalinan
51
D. Kala IV Persalinan
52

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data Subjektif dan Objektif
54
B. Interpretasi Data Dasar
56
C. Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
59
D. Identifikasi kebutuhan Tindakan Segera
60
E. Perencanaan
61
F. Penatalaksanaan dengan pendekatan holistik berdasarkan Evidence Based
Midwivery (EBM)/Evidence Based practice (EBM)Teori EMB
67
G. Evaluasi
70

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
72
B. Saran
73

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses alami yang berlangsung dengan sendirinya, persalinan
pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun
janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan
fasilitas yang memadai (Manuaba. 2019).
Proses persalinan sering dipersepsikan menakutkan dan menimbulkan rasa
sakit yang luar biasa. Sebagian ibu juga merasa trauma dengan proses persalinan
pertamanya karena berbagai macam kesulitan dan rasa nyeri saat persalinan
sehingga mereka enggan untuk merencanakan mempunyai anak kembali (Faujiah
dkk, 2018).
Rasa nyeri merupakan hal yang normal terjadi dan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari persalinan, sekitar 80%-95% wanita melahirkan
melaporkan rasa nyeri yang hebat selama persalinan akibat dilatasi serviks dan
penurunan presentasi bayi (Sari dkk, 2014). Nyeri persalinan merupakan penyebab
terjadinya partus lama, partus lama memberikan sumbangsih 5 % terhadap penyebab
kematian ibu di Indonesia. Pada Tahun 2012 Jumlah angka kematian ibu (AKI)di
Indonesia tergolong tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya yaitu
mencapai 359 per 100.000 kelahiran (Kemenkes RI, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jambi tahun 2016 adalah 59 per
100.000 kelahiran hidup dan menurun pada tahun 2018 sampai Trimester II tercatat
20 kasus kematian ibu. Hal ini tidak terlepas dari peran bidan dalam proses Pra dan
Pasca Persalinan (Kemenkes RI, 2019).
Dengan pendekatan yang dianjurkan menganggap bahwa semua kehamilan
beresiko sehingga setiap ibu hamil mempunyai akses ketenaga kesehatan, yang
salah satunya adalah bidan. Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya. Salah satunya adalah Bidan Paraktik Mandiri, yang memberikan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak,
seperti pemeriksaan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi.

1
2

Sehingga untuk itu pada kesempatan ini penulis menyusun laporan asuhan
kebidanan komprehensif pada ibu bersalin yang di lakukan di PMB Fatmawati Kota
Jambi tahun 2022

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Gambaran Asuhan
Kebidanan Persalinan dan bayi baru lahir fisiologis pada Ny. S G1P1A0H1 usia
kehamilan 39-40 minggu di PMB Leni Hidayati Kota Jambi tahun 2022?"

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan kebidanan persalinan fisiologis pada Ny. S
G1P1A0H1 usia kehamilan 39-40 minggu di PMB Leni hidayati secara holistik
dengan pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a) Mampu menerapkan manajemen asuhan persalinan fisiologis dalam


pengkajian data subjektif dengan pendekatan manajemen kebidanan pada
Ny. S di PMB Leni hidayati.
b) Mampu menerapkan manajemen asuhan persalinan fisiologis dalam
pengkajian data objektif dengan pendekatan manajemen kebidanan pada Ny.
S di PMB Leni hidayati.
c) Mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam merumuskan diagnosa
berdasarkan data yang ada pada Ny. S di PMB Leni hidayati.
d) Mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam melakukan tindakan segera
pada Ny. S di PMB Leni hidayati.
e) Mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam merumuskan rencana tindakan
pada Ny. S di PMB Leni hidayati.
f) Mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam melaksanakan tindakan
asuhan kebidanan pada Ny. S di PMB Leni hidayati.
g) Mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam mengevaluasi asuhan
kebidanan pada Ny. S di PMB Leni hidayati.
3

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis/Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan Persalinan Normal.
2. Bagi Lahan Praktik
Dapat Menambah pengetahuan dan ketrampilan serta mutu pelayanan dalam
memberikan Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis.
3. Bagi Institusi
Menambah literatur atau sumber bacaan tentang asuhan kebidanan persalinan
fisiologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses alami yang berlansung dengan sendirinya,
persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu
maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan
pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba. 2019).
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal, dimana proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu).
Peran ibu itu sendiri sangat penting dalam proses persalinan dan peran petugas
kesehatan membantu persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
sedangkan peran keluarga memberikan dukungan pada ibu bersalin (Saifudin,
2016).
2. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses
persalinan yang meliputi langkah sbb :
a. Engagment
Pada minggu-minggu akhir atau pada saat persalinan dimulai kepala
masuk lewat PAP ummnya dengan dengan presentasi biparietal (diameter
lebar paling panjang berkisar 8,5-9,5 cm ) atau 70% pada pangul ginekoid
(Cunningham dkk, 2018).
Masuknya kepala :
1) Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan
2) Pada multi terjadi pada permulaan persalinan kepala masuk pintu atas
panggul dan sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul ( sinklitismus ) atau miring/membentuk sudut dengan pintu aras
panggul ( asinklitismus aterior/ posterior)
Masuknya kepala kedalam PAP → dengan fleksi ringan, sutura
sagitalis / SS melintang .
Bila SS ditengah-tengah jalan lahir : synklitismus
Bila SS tidak ditengah-tengah jalan lahir : asynklitismus
Asynklitismus posterior : SS mendekati simfisis

4
5

Asynklitismus anterior : SS mendekati promontorium


b. Desent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis dengan
hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala
berlangsung lambat.
Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari
cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi
diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan, dengan sumbu
jalan lahir:
1) Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan lahir
2) Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah promontorium
sehingga os parietalis lebih rendah.
3) Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis dan
tertahan oleh simfisis pubis (Cunningham dkk, 2018).

Gambar 2.1.
Proses Descent (Sinklitismus, Asinklitismus anterior, dan Asinklitismus
posterior)

Sumber: Cunningham et. al. (2018)


6

c. Flexion
Fleksi (flexion): Segera setelah bagian terbawah janin yang turun
tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan
normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Fleksi ini
disebabkan oleh:
1) Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke
dada.
2) Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang
sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.
3) Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu
lebih menempel pada tulang dada janin .
4) Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan
sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi fleksi
untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir
(Cunningham dkk, 2018).

Gambar. 2.2
Tingkat masuknya kepala pada pintu atas panggul

Sumber: King, et all, 2019


7

d. Internal rotation (putaran paksi dalam)


Rotasi interna ( putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala,
putaran ubun-ubun kearah depan ( kebawah simfisis pubis ), membawa
kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis
Perputaran kepala (penunjuk) dari samping kedepan atau kearah
posterior ( jarang) disebabkan :
1) Ada his selaku tenaga/gaya pemutar
2) Ada dasar panggul beserta otot-otot dasar panggul selaku tahanan
Bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya kepaa tidak turun lagi
dan persalinan diakhiri dengan tindakan vakum ekstraksi.
Pemutaran bagian depan anak sehingga bagian terendah memutar
kedepam kebawah simfisis .
3) Mutlak terjadi karena perlu menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir
4) Terjadi dengan sendirinya, selalu bersamaan dengan majunya kepala
5) Tidak terjadi sebelum sampai hidge III
6) Sebab-sebab putaran paksi dalam:
Pada letak fleksi → bagian belakang kepala merupakanbagian terendah
Bagian terendah mencari tahanan paling sedikit, yaitu didepan atas
( terdapat hiatus genitalis )
Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul →diameter antereposterior
e. Extension
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makinturun dan
menyebabakan perineum distensi. Pada saat ini puncak kepala berada di
simfisis dan dalam keadaan begini kontraksi perut ibu yang kuat mendorong
kepala ekplusi dan melewati introitus vaginae.
1) Defleksi dari kepala
2) Pada kepala bekerja 2 kekuatan yaitu mendesak kepala kebawah dan
tahanan dasar panggul yang menolak keatas
→resultantenya kekuatan kedepan atas
3) Pusat pemutaran : hipomoklion
4) Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah
oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-
turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, ulut, dagu.
8

f. Externa rotation ( restution)


Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala keposisi pada
saat engegment. Dengan demikian bahu depan dan belakang dilahirkan lebih
dahulu dan diikuti dada, perut, bokong, dan seluruh tungkai
1) Setelah kepala lahir →memutar kembali kearah punggunguntuk
menghilangkan torsi pada leher (putaran restitusi)
2) Selanjutnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala berhadapan
dengan tuber isochiadikum sefihak → putaran paksi luar sebenarnya
3) Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu menempatkan diri dalam
diameter antereposterior dari PAP
4) Setelah putaran paksi luar → bahu depan dibawah simfisis menjadi
hipomoklion kelahiran bahu belakang
5) Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak.
g. Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
h. Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung
dilakukan pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼
bahu ke arah anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga
susur.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Winjaksosastro (2020), Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Persalinan adalah sebagai berikut:
a. Kekuatan mendorong ibu
b. Faktor Janin (Passanger)
c. Jalan Lahir (Passage)
9

Gambar 2.3
Proses penurunan kepala janin

Sumber: Cuningham, et all (2018)


10

3. Tanda dan Gejala Persalinan


Menurut Kemenkes. RI (2016) tanda dan gejala persalinan adalah sebagai
berikut:
a. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah
2) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium
kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala
janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk
sering kencing yang disebut Pollakisuria.
3) False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
b) Tidak teratur
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu
dan bila dibawa jalan malah sering berkurang
d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
4) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan
bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian
menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masingmasing
ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada
primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
11

5) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28
jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini
tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya
sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga
persalinan menjadi panjang dan sulit.
6) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap
sistem pencernaan.
b. Tanda-tanda persalinan
1) Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
2) Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
12

disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen


bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
4) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari
jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap
dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan
kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun
demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.
4. Perubahan Fisiologi dalam Persalinan
Menurut King, et all (2019) Selama rentan waktu dari adanya his sampai
pembukaan lengkap 10 cm terjadi beberapa perubahan yang fisiologis.
Perubahan fisiologis kala I meluputi:
a. Perubahan pada serviks
1) Pendataran pada serviks/effacement
Pendataran pada serviks adalah pendekatan dari kanalis servikalis
yang semula berupa sebuah saluran panjang 1-2 cm, menjadi sebuah
lubang saja dengan pinggir yang tipis.
2) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks disebabkan kerena pembesaran Ostium Uteri
Eksternum (OUE) karena otot yang melingkar di sekitar ostium
meregang untuk dilewati kepala. Pada pembukaan 10 cm atau
pembukaan lengkap, bibir portio tidak terba lagi.
b. Perubahan sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan
kenaikan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-
rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi tekanana darah akan turun seperti
sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi jika terjadi kontraksi.
Posisi tidur terlentang selama persalinan akan mengakibatkan adanya
penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta), yang
13

menyebabkan sirkulasi darah baik ibu maupun janin akan terganggu,


ibu biasanya mengalami hipotensi dan janin mengalami asfiksia.
2) Denyut jantung
Denyut jantung meningkat selama kontraksi. Dalam posisi
terlentang denyut jantung akan menurun. Denyut jantung antara
kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan selam periode segera
sebelum persalinan.
c. Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metebolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan naik secara perlahan, kenaikan ini sebagian besar
disebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot keranka tubuh.
d. Perubahan sistem respirasi
Pada respirasi atau pernapasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan
sebelum persalinan, hal ini disebabkan adanya rasa nyeri, kehawatiran
serta penggunaan tekhnik pernapasan yang tidak benar.
e. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos
uerus dan penurunan hormon progesterone yang menyebabkan keluarnya
hormon oksitosin.
f. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya
aktif yaitu berkontraksi, dan dinding tambah tebal dengan majunya
persalinan serta mendorong anak keluar.
g. Perubahan hematologist
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gram/100 ml selama persalinan dan
kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan
apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan. Jumlah sel darah
putih meningkat secara progresp selama kala I persalinan sebesar 5000 s/d
15000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap.
h. Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan, di karenakan oleh kardiak
out-put yang meningkat serta disebabkan oleh glomerolus serta aliran
plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang
14

yang mengurangi aliran urine selama kehamilan. Perubahan


gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang, menyebabkan pencernanan hampir berhenti disela persalinan
dan menyebabkan konstipasi. Makanan yang masuk ke lambung selama
fase pendahuluan atau fase kemungkinan besar akan tetap berada dalam
perut selama persalinan. Rasa mual- muntah bukanlah hal yang jarang, hal
ini menunjukan berakhirnya kala I persalinan.
i. Perubahan suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai
tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan
ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5 – 1 0 C. Suhu badan yang naik
sedikit merupakan yang wajar namun jika keadaan ini berlangsung lama,
kenaikan suhu mengindikasikan dehidrasi.
j. Perubahan pada vagina dasar panggul
Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak
kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa akan bisa dilalui bayi,
setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul
ditimbulkan oleh bagian depan anak, bagian depan yang maju tersebut
kedasar panggul di regang menjadi saluran dengan dinding yang tipis,
waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan
dari luar peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang
menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus semakin terbuka, regangan
yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah pada
bagian vagina dan dasar panggul. Tetapi saat jaringan tersebut robek, akan
menimbulkan perdarahan yang banyak (King, et all, 2019).
5. Perubahan Psikologis kala I
Menurut Widia ( 2015:57) perubahan psikologi pada ibu bersalin selama
kala I antara lain sebagai berikut :
a) Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan, yang menyebabkan wanita
mengartikan ucapan pemberi perawatan atau kejadian persalinan secara
pesimistik atau negatif.
b) Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada terhadap sekelilingnya.
15

c) Memperlihatkan tingkah laku saat membutuhkan.


d) Memperlihatkan reaksi keras terhadap kontraksi ringan atau terhadap
pemerikasaan.
e) Menunjukkan kebutuhan yang kuat untuk mengontrol tindakan pemberi
perawatan.
f) Tampak “lepas kontrol” dalam persalinan (saat nyeri hebat, menggeliat
kesakitan, panik, menjerit, tidak merespon saran atau pertanyaan yang
membantu).
g) Respon “melawan atau menghindari”, yang dipicu oleh adanya bahaya fisik,
ketakutan, kecemasan dan bentuk stress lainnya.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor ibu (power, passage, psikologis), faktor janin, plasenta dan air ketuban
(passenger), dan faktor penolong persalinan. Hal ini sangat penting, mengingat
beberapa kasus kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh tidak terdeteksinya
secara dini adanya salah satu dari factor-faktor tersebut.
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
1) His (Kontraksi Uterus)
Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah
kontraksi simetris, fundus dominial, terkordinasi dan relaksasi.
Kontraksi ini bersifat involunter karena berada dibawah saraf intrinsic.
2) Tenaga mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau dipecahkan,
serta sebagaian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat
kontraksinya berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu
dengan keinginan ibu untuk mengedan atau usaha volunteer.
Keinginan mengedan ini di sebabkan karena, kontraksi otot-otot
dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra
abdominial dan tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan
menambah kekuatan untuk mendorong keluar, tenaga ini serupa
dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar (BAB) tapi jauh
lebih kuat, saat kepala sampai kedasar panggul timbul reflex yang
mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot
16

perut dan menekan diafragmanya kebawah, tenaga mengejan ini hanya


dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif
sewaktu ada his dan tanpa tenaga mengedan bayi tidak akan lahir
(Varney, 2007).
3) Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar janin
dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal (Widia, 2015: 16).
b. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)
1) Janin
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberaapa faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin (Varney, 2007).
2) Plasenta
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan normal (Widia, 2015: 29).
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang
kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan
hampir semua kekuatan regangan membran janin, dengan demikian
pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan.
Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan
dari cairan amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau
pelebaran muara dan saluran serviks yang terjadi di awal persalinan,
dapat juga karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama
ketuban masih utuh (Widia, 2015: 29).
c. Factor Psikis (Psikologi)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa
bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak.
1) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan
17

persiapan intelektual, pengalaman melahirkan bayi sebelumnya,


kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
2) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh : Persalinan
semacam ancaman terhadap keamanan, persalinan semacam ancaman
pada self-image, medikasi persalinan, dan nyeri persalinan dan kelahiran
(Widia, 2015: 29-30).
d. Pysician (Penolong)
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
dan janin (Widia, 2015: 30). Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan,
tetapi aspek konseling dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh
ibu bersalin utuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga (Varney,
2007).
7. Tahapan Persalinan
a. Kala I Persalinan
1) Pengertian Persalinan Kala I yaitu dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus yang teratur dan miningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap /10 cm (Departemen Kesehatan RI, 2014)
2) Tanda-tanda Persalinan Kala I menurut Departemen Kesehatan RI tahun
2014 adalah sebagai berikut:
a) Penipisan dan pembukaan serviks
b) Kontraksi uterus yang meningkat perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit)
c) Cairan lendir bercampur darah (Show) melalui vagina
3) Fase laten pada kala satu Persalinan menurut Departemen Kesehatan RI
tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
c) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
4) Fase aktif pada kala satu Persalinan menurut Departemen Kesehatan RI
tahun 2016 adalah sebagai berikut:
18

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap


(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecapatan rata-rata 1 cm perjam (Nulipara
atau Primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (Multipara)
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Fase aktif berlangsung selama 6 jam, dan dibagi menjadi 3 Subfase yaitu:
a) Fase Akselerasi: berlansung 2 Jam, Pembukaan menjadi 4 cm
b) Fase Dilatasi Maksimal: selama 2 jam dan pembukaan berlangsung
cepat menjadi 9 cm
c) Fase Deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu 2 jam, pembukaan
menjadi 10 cm.
5) Pada Kala I ini, Asuhan sayang ibu selama persalinan dapat diberikan
untuk membantu kemajuan persalinan dan membantu ibu senyaman
mungkin dalam menghadapai persalinan. Adapun Asuhan Sayang Ibu
yang dapat diberikan antara lain:
a) Memberikan dukungan emosional
b) Membantu pengaturan posisi ibu
c) Memberikan cairan dan nutrisi
d) Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
e) Dukungan Emosional baik dari penolong maupun Keluarga
f) Mencegah infeksi
(Departemen Kesehatan RI, 2016)
6) Pada kala I fase aktif , Pemantauan kemajuan persalinan mulai dilakukan
dengan menggunakan partograf. Hal-hal yang perlu dipantau dari
kemajuan persalinan yaitu :
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah janin
c) Garis waspada dan garis bertindak
d) Jam dan Waktu
e) Kontraksi Uterus
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
19

(JNPK-KR, 2016)
7) Pencatatan Kemajuan Persalianan dengan Partograf
a) Pengertian Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan (JNPKR-KR,
2016)
b) Tujuan Penulisan Partograf
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2016 tujuan penggunaan
partograf adalah:
(1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
(2) Mendeteksi apakah prosses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
(3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa sayang diberikan, pemeriksaan laboraturium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua itu dicatat secara rinci pada status atau
rekam mediik ibu bersalin dan BBI
c) Penggunaan Partograf
Partograf harus digunakan menurut Departemen Kesehatan RI tahun
2016 yaitu:
(1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen penting dalam asuhan persalinan.
(2) Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal
maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong
persalinan dalam mementau, mengevaluasi, dan membuat
keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang
tidak disertai dengan penyulit.
(3) Selama persalinan dan kelahiran bayi di suatu tempat ( rumah,
puskesmas, klinik, bidan swasta, rumah sakit, dll).
20

(4) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan


asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan
bayinya mendapat asuhan yang aman, adekuat, dan tepat waktu serta
membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka.
d) Data yang dicatat dalam partograf
Data-data yang perlu dicatat dalam partograf menurut Departemen
Kesehatan RI (2016 )adalah sebagai berikut:
(1) Informasi tentang ibu
(a) Nama dan umur
(b) Gravida, para, abortus
(c) Namor catatan medik/nomor puskesmas
(d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah, tanggal
dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
(e) Waktu pecahnya selaput ketuban
(2) Kondisi janin
(a) DJJ
Penilaian DJJ dilakukan selama 30 menit. Catat DJJ
dengan memberikan tanda titik pada garis yang sesuai dengan
angka yang menunjukkan DJJ kemudian hubungkan antara
titik-titik tersebut.
(b) Warna dan adanya air ketuban
Catat temuan dalam kotak, sesuai dengan temuan. Nilai
air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam
U : Selaput ketuban masih utuh
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur dengan mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban keruh
21

(c) Penyusutan
Penyusutan adalah indikator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian
keras panggul ibu. Semakin besar derjat penyusutan atau
tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan
resiko disproporsi kepala panggul (CPD). Jika ini terjadi
maka penting untuk memantau bayi. Lakukan tindakan
pertolongan awal dan rujuk ibu.
b. Kala II Persalinan
1) Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, biasanya
berlansung 2 jam pada Primipara dan dan 1 jam pada Multipara.
2) Persalinan Kala II yaitu membukanya serviks secara lengkap yang
menandakan awitan kala dua/persalinan kala dua, wanita yang
bersangkutan biasanya mulai mengejan, dan dengan turunnya bagian
presentasi, ia mengalami keinginan kuat untuk buang air besar. His dan
gaya ekspulsi yang menyertainya dpat berlangsung 1,5 menit dan
kembali setelah fase istirahat miometrium dalam waktu tidak lebih dari
satu menit (Leveno, dkk. 2009)
3) Tanda-tanda persalinan kala II menurut Departemen Kesehatan RI tahun
2016 adalah sebagai berikut:
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau
vagina
c) Perineum menonjol
d) Vulva vagina dan sfingber ani membuka
e) Meningkatakan pengeluaran lendir bercampur darah
4) Asuhan sayang ibu selama persalinan Kala II menurut Departemen
Kesehatan RI tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a) Memberikan dukungan emosional
b) Membantu pengaturan posisi ibu
c) Memberikan cairan dan nutrisi
d) Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
22

c. Kala III Persalinan


1) Pengertian Manajemen Aktif Kala III Dimulai segera setelah bayi lahir
sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit
( Rukiyah, dkk, 2017)
2) Tanda-tanda pelepasan plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal,
yaitu: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, dimana setelah bayi lahir dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh
dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seputih
buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali
mengarah ke sisi kanan) tali pusat memanjang, dimana tali pusat terlihat
menjulur keluar melalui vulva, semburan darah tiba-tiba, dimana darah
terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plaseta
keluar dibantu oleh gaya gravitasi (Rukiyah, dkk, 2017)
3) Tujuan Manajemen Aktif Kala III untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang telah efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis (Departemen Kesehatan
RI, 2016)
d. Kala IV Persalinan
Kala IV adalah kala pengawasan selang 2 jam setelah bayi lahir dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
Post Partum.
Persalinan kala IV dimulai kelahiran plasenta dan berakhir dua jam
kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk mencegah
kematian ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan (Rukiyah, dkk,
2017)
1) Pemantauan Kala IV Persalinan yaitu, meliputi:
a) Pantau tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit
pada jam kedua (TD, N, RR, S)
b) Menilai kontraksi uterus dan jumlah perdarahan
23

Menemukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan


perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum, lihat laserasi
untuk informasi dan nstruksi mengenai penjahitan laserasi atau
episiotomi. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan
c) Ajarkan ibu dan keluarganya untuk melakukan rangsangan taktil
d) Menilai kontraksi uterus dan estimasi perdarahan
e) Rawat gabung ibu bayi dan pemberian ASI
f) Berikan asuhan esensial bayi baru lahir
g) Melakukan pencegahan infeksi
Setelah persalinan, dekontamisnasi alas plastik, tempat tidur dan
matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen
dan bilas dengan air bersih. Jika sudah bersih keringkan dengan kain
bersih supaya ibu berbaring diatas matras yang basah. Dekontaminasi
linen yang digunakan selama persalinan dalam larutan klorin 0,5%
dan kemudian cuci segera dengn air dan detergen (Departemen
Kesehatan RI. 2016)
h) Melakukan Pencatatan Hasil Pemeriksaan dan Tindakan
(Pendokumentasian)
2) Tujuan pemantauan Kala IV
Untuk mengetahui tanda-tanda vital, Kontrkasi Uterus, Kandung
Kemih, Keadaan Lochea, serta Kondisi Perineum ibu agar semuaya
berjalan stabil dan dalam batas normal.
8. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan
a. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1) Mendengar dan melihat tanda gejala kala II
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran (doran)
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
(teknus)
c) Perineum tampak menonjol (perjol)
d) Vulva dan singter ani membuka (vulka)
b. Menyiapakan pertolongan persalinan
1) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolon persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan BBL.
2) Pakai celemek palastik
24

3) Mencuci tangan (sekitar 15 detik) dan keringkan dengan tissue/handuk.


4) Pakai sarung tangan DDT pada tangan yang digunakan untuk PD.
5) Masukkan oksitosin kedalam spuit (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT/steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada spuit).
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
1) Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya dengan hati-hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas DTT.
2) Lakukan pemeriksaan dalam (PD) untuk memastikan pembukaan lengkap
(bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi).
3) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
4) Periksa DJJ setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus bahwa DJJ dalam
batas normal (120-160x/menit).
d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran
1) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan seusuai dengan
keinginannya.
2) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman).
3) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran
a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan ektif.
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai;
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya, kecuali
posisi terlentang dalam dalam waktu yang lama; Anjurkan ibu untuk
istirahat diantara kontraksi;
d) Anjurkan keluarga memberi dukungandan semangat untuk ibu;
Berikan asupan peroral yang cukup;
25

e) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai; Segera rujuk jika bayi
belum atau tidak akan segera lahir stelah 120 menit meneran
(primigravida) atau 60 menit meneran (multigravida).
4) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
1) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
2) Letakkan kain bersihyang di lipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
3) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
4) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya Kepala Bayi
1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering.
2) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
3) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
g. Lahirnya Bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Lahirnya Badan dan Tungkai
1) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
2) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong, tungkai dan kaki serta pegang masing-masing kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.
h. Penanganan Bayi Baru Lahir
1) Lakukan penilaian selintas
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?
b) Apakah bayi bergerak aktif ?
26

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau mengap-mengap lakukan


langkah resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia BBL).
2) Keringkan tubuh bayi

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh lainnya


kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks caseosa. Ganti
handuk yang basah dengan handuk kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
3) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
4) Beritahu ibu bahwa ia akan di suntikkan oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
5) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menuntikkan
oksitosin).
6) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
7) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan lakukan pengguntikan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci dengan sisi lainnya.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah di sediakan.
8) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
9) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
i. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
1) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
2) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simpisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
27

3) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat kearah bawah sambil


tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso cranial)
secara hati- hati (untuk mencegah inversion uteri).
a) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas.
b) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
j. Mengeluarkan Plasenta
1) Lakukan penegangan tali pusat dan dorongan dorso carnial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti proses
jalan lahir (tetap melakukan tekanan dorso cranial)
2) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
3) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
a) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih parah.
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual.
4) Saat plasenta muncul di intoitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar palsenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah di
sediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarakan bagian selaput
yang tertinggal.
k. Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
1) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di undus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
28

keras).
l. Menilai perdarahan.
1) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung
plastik dan tempat khusus.
2) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan
penjahitan.
m. Melakukan prosedur pasca persalinan.
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
2) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu paling sedikit
1 jam.
3) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotic profilaksis dan vitamin K 1 mg IM di paha kiri antero lateral.
4) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi Hepatitis
B dipaha kanan antero lateral.
n. Evaluasi
1) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam
2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
3) Evaluasi dan estimulasi jumlah kehilangan darah.
4) Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
5) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik
(40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,50 C)
o. Kebersihan dan Keamanan
1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 %
untukdekontaminasi.
2) Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai.
3) Bersikan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihakan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
29

kering.
4) Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk meberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
5) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %
6) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balik bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
7) Cuci kedua tangan dengan sabut dan air mengalir.
p. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman delapan dan belakang), periksa tanda-
tanda vital dan asuhan kala IV (Widia, 2015: 152-161).

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


1. Penegertian Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode
pengaturan pemikiran dan tindakan dalam suatu urutan yang logis dalam
penganan klien oleh petugas kesehatan dalam hal ini bidan (Sudarti, 2015).
2. Asuhan Kebidanan
Menurut Manajemen Varney, Proses Asuhan Kebidanan terdiri dari 7 langkah,
yaitu:
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar secara Komprehensif untuk evaluasi pasien.
Data dasar ini termasuk Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, tinjauan
catatan saat ini, riwayat catatan kesehatan lampau, tinjauan singkat data
penunjang dari laboratorium dan pemeriksaan tambahan lainnya serta semua
informasi dari berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
b. Langkah II: Interpretasi Data
Interpretasi data dikembangkan dari data dasar ke masalah atau
disgnosa khusus yang terindetifikasi. Masalah dan diagnose sama-sama
dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnose
tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat suatu perencanaan yang
menyeluruh dalam penaganan pasien/klien.
c. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
30

Diagnosa/masalah Potensia adalah mengidentifikasi dengan hati-hati


dan kritis pada pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan
tindakan kebidanan untuk membantu klien mengatasi dan mencegah masalah
yang spesifik.
Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lainnya berdasarkan
masalah yang sudah ada adalah suatu bentuk antisipasi/pencegahan yang
dirasa perlu, serta suatu bentuk kewaspadaan dan persiapan dalam
menghadapi masalah/penyulit sehingga dapat memberikan asuhan yang
aman dan sesuai standar.
d. Langkah IV: Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnose atau masalah
potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin
muncul sehubungan dengan keadaan yang dialami ibu. Merefleksikan proses
manajemen yang sifatnya terus-menerus tidak hanya pada asuhan primer
yang periodic selama kunjungan ANC tetapi juga selama bidan terus
bersama wanita itu sampai siklus berikutnya (bersalin, nifas, KB,
Menopouse dan sterusnya) selama siklus kehidupan wanita.
e. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/Menyeluruh
Dibuat berdasarkan diagnose yang muncul serta membantu klien
mengatasi masalah dan kebutuhannya. Membuat rencana asuhan yang
komprehensif ditentukan oleh langkah sebelumnya yaitu dari masalah dan
diagnose yang sedang terjadi serta mencakup bimbingan atau konseling yang
berkaitan dengan masalah/kondisi pasien saat itu untuk mengantisipasi hal-
hal yang tidak diharapkan dan perubahan perilaku klien sesuai harapan.
f. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan/Impementasi
Pelaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis,
membuat suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini,
kegiatannya adalah melaksanakan perencanaan asuhan yang menyeluruh.
Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan, bidan berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya, atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa
pelaksanaan yang tidak dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap
31

berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaannya dan memastikan langkah-


langkah tersebut benar-benar terlaksana.

g. Langkah VII : Evaluasi


Evaluasi merupakan langkah terakhir dengan melakukan pengecekan
apakah rencana asuhan benar-benar terlaksana sesuai dengan identifikasi
diagnose, masalah dan kebutuhan.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan SOAP
Menurut Hellen Varney (2007), Alur berpikir bidan saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah melaui proses berfikir sistematis yang dilakukan dengan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP. Adapau 7 Langkah SOAP yaitu:
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan
keluarga melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
b. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c. Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
Subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi. Assesment ini sebagai langkah
II, III, dan IV Varney memuat hal-hal yaitu:
1) Diagnosa
2) Masalah/Diagnosa Potensial
3) Tindakan Segera
4) Konsultasi/kolaborasi
5) Rujukan
d. Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, Tindakan
Implementasi (I) dan Evaluasi (E) berdasarkan Assesment sebagai langkah V,
VI, dan VII langkah Varney.
32

7 Langkah Varney 5 Langkah Kompetensi SOAP Notes


Bidan

Data Data Subjektif


Objektif

Diagnosa / Masalah Assesment Diagnosa Assesment

Antisipasi
MasalahPotensial/Diagnosa
Potensial

Menetapkan Kebutuhan
Segera untuk Konsultasi,
Kolaborasi

Perencanaan Perencanaan Plan:


Konsultasi
Implementasi Implementasi Tes Laboratorium
Rujukan
Evaluasi Evaluasi Edukasi/Konseling
Follow Up

Sumber: Salma, 2016:173


33

C. Teori Fish Bone dan USG


a. USG
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk
menyusun urutan prioritas suatu isu yang harus diselesaikan dengan
menentukan skala nilai 1-5 atau 1-10. Isu yang memiliki total sekor tertinggi
merupakan isu prioritas.
1) Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
2) Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan
penundaan pemecahan malasah yang menimbulakan isu tersebut atau
akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab
isu tidak dipecahkan. Perli dimengerti dalam keadaan yang sama, suatu
masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
3) Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersenut berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin memburuk
jika dibiarkan.
Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode USG

o Masalah U S G Total

1 A 5 3 3 1

2 B 4 4 4 2

3 C 3 5 5 3

Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar,


3=sedang, 2= kecil, 1=sangat kecil).

b. Fishbone
Fishbone Diagrams (Diagran Tulang Ikan) merupakan konsep analisis
sebab akibat yang dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa untuk
34

mendekripsikan suatu permasalahan dan penyebabnya dalam sebuah kerangka


tulang ikan. Fishbone diagrams juga dikenal dengan istilah diagram Ishikawa,
yang diadopsi dari nama seorang ahli pengendali statistik dari Jepang yang
menemukan dan mengembangkan diagram ini pada tahun 1960-an. Diagram
ini pertama kali digunakan untuk manajemen kualitas di perusahaan Kawasaki,
yang selanjurnya diakui sebagai salah satu pioner pembangunan dari proses
manajemen modern.
Watson (2004) dalam Illie G dan Ciocoiu CN (2010) mendefinisikan
fishbone sebagai alat (tool) yang menggambarkan sebuah cara yang sistematis
dalam memandang berbagai dampak atau akibat dan penyebab yang membuat
atau berkontribusi dalam berbagai dampak tersebut. Oleh karena fungsi
tersebut, diagram ini biasa disebut diagram sebab-akibat. Langkah-langkah
pembuatan diagram fishbone yaitu:
a. Menyepakati permasalah utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa
masalah tersebut merupakan suatu pernyataan masalah (problem
statement).
Masalah merupakan perbedaan kondisi yang ada dengan kondisi
yang diinginkan ( W. Pounds 1969 dalam Robbins dan Coulter, 2012).
Pada langkah pertama ini, harus dilakukan kesepakatan terhadap sebuah
pernyataan masalah yang kemudian diinterpretasikan sebagai effect atau
secara visual dalam fishbone seperti kepala ikan. Selanjutnya menuliskan
problem statement di sebelah kanan diagram dan menggambar sebuah
kotak yang mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan membuat
panah horizonatal panjang menuju ke arah kotak.

CAUSE EFFECT

PROBLEM

Gambar Kesepakatan permasalahan utama

b. Mengidentifikasi penyebab masalah yang mungkin


35

Identifikasi dilakukan dengan metode brainstorming. Gasperz dan


Fontana (2011) mengelompokkan penyebab masalah menjadi tujuh yaitu
manpower (SDM), machines (mesin dan peralatan), methods (metode),
materials (bahan baku), media, motivation (motivasi), dan money
(keuangan). Kelompok penyebab masalah ini ditempatkan dalam diagram
fishbone pada sirip ikan. Pada tahap kedua ini, dilanjutkan dengan
pengisian penyebab masalah yang disepakati seperti gambar sebagai
berikut.
c. Identifikasi kategori penyebab
Dimulai dari garis horizontal utama, membuat garis diagonal yang
menjadi cabang, setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah yang
ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai cause secara viasual dalam
fishbone seperti tulang ikan. Kayegori sebab utama mengorganisasikan
sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi.
d. Menemukan sebab potensial
Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui
sesi brainstorming. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-
sama dimana sebab tersebut ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu
tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus
ditempatkan. Sebab0sebab ditulis dengan garis horizontal sehingga banya
tulang kecil dari garis diagonal.
e. Mengkaji kembali
Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang
mungkin kemuadian dikaji kembali urutan penyebab masalah tersebut pada
cabang yang sesuai dengan kategori utama sehingga membentuk sepeti
tulang-tulang kecil dari ikan. Selanjutnya adalah menginterpretasikan dan
mengkaji kembali diagram sebab akibat tersebut mulai dari masalah awal
hingga ditemukannya akar penyebab tersebut.
f. Mencapai kesepakatan
Setelah proses interpretasi dengan melihat penyebab yang mucul
berulang didapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab itu,
sehingga sudah dapat dilakukan pemilihan penyebab yang paling penting
36

dan dapat diatasi. Selanjutnya adalah memfokus perhatian pada penyebab


yang terpilih untuk hasil yang lebih optimal.

D. Konsep Dasar Teori EBM (Evidence Based Midwifery)


1. Pengertian
Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaaan semata.
Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray,
1997).
Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,
2020).
2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence
based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu
hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta
bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.
3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)
Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:
a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan
obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu
beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti
memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.
b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi
kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.
37

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan


berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus
yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat
diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based


Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet
maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs
internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula
yang public domain.

5. Evidence Based Persalinan


a. Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primi
Gravidarum saat Menghadapi Persalinan (Khusnul Nikmah: 2018)
Kecemasan suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal
maupun wujudnya. Beberapa ahli sosial berpendapat bahwa wanita memiliki
risiko yang lebih besar untuk menderita gangguan kecemasan karena posisi
mereka dalam masyarakat dan sifat – sifat dasar mereka dalam menjalani
hubungan dengan orang lain.
Kehadiran pendampingan persalinan dapat memberikan dorongan bagi
ibu untuk mengurangi kecemasan khususnya pendampingan dari seorang
suami, namun keadaan di lapangan kecemasan tersebut sulit dihilangkan
bagi ibu yang sifatnya selalu memikirkan keadaan lingkungan baik
berdasarkan resiko kelahiran itu sendiri misalkan kematian, memikirkan
administrasi, apalagi di saat dia mendengarkan persalinan tersebut harus
dilanjutkan dengan jalan operasi, maka kecemasan ibu tersebut akan
semakin memuncak, dan faktor predisposisi juga mempengaruhi kecemasan
seperti psikoanalitik, interpesonal, perilaku, dan biologis. Maka meskipun
pendampingan oleh suami kurang bisa mengurangi kecemasan tersebut,
suami juga harus mengerti keadaan ibu tersebut untuk menunjang
38

terlaksananya proses persalinan dengan cepat walaupun masih ada rasa


kecemasan. Dan Faktor-faktor yang mempengaruhi peran pendamping
persalinan antara lain sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, pengetahuan,
umur dan pendidikan.
Didampingi keluarga, apalagi suami, saat melahirkan, tentu membuat
Ibu lebih tenang. Karena, selain dukungan mental, pendamping juga
membantu memastikan rencana persalinan yang sudah disusun bersama
berjalan sesuai yang Ibu inginkan. Ibu tinggal konsentrasi pada persalinan
saja. Urusan lain , biar suami yang ambil alih. Jadi, Ibu tidak stress
memikirkan ini dan itu. Ibu hamil dengan tingkat stress rendah, lebih
memungkinkan melakukan persalinan alami. Dalam penelitian ini ditemukan
bahwa kehadiran suami akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang
ibu dari kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan,
kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara psikologis, dan
berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik pada saat bersalin.
Berdasarkan uji statistic dengan hasi uji Koofisiensi Kontingensi dapat
disimpulkan bahwa pendampingan suami saat menghadapi proses persalinan
mendapatkan tingkat kemaknaan ρ ≤ α (0,027 ≤ 0,05) maka H0 di tolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pendampingan suami ada hubungan
dengan tingkat kecemasan ibu primi gravidarum pada saat menghadapi
persalinan.
b. Menurut hasil penelitian Yeni Aryani, dkk yang berjudul Pengaruh Masase
pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan
Normal Melalui Peningkatan Kadar Endorfin (2015).
Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani, dimana
sebagian besar persalinan disertai rasa nyeri. Nyeri pada persalinan
merupakan proses yang fisiologis. Nyeri menyebabkan frustasi dan
putus asa, sehingga beberapa ibu merasa khawatir tidak akan mampu
melewati proses persalinan. Nyeri saat persalinan merupakan proses
yang fisiologis. Sebanyak 12% - 67% wanita merasa khawatir dengan
nyeri yang akan dialami saat persalinan. Salah satu upaya untuk mengurangi
nyeri persalinan adalah dengan masase.
39

Masase pada punggung saat persalinan dapat berfungsi sebagai


analgesik epidural yang dapat mengurangi nyeri dan stres, serta dapat
memberikan kenyaman pada ibu bersalin. Oleh karena itu diperlukan
asuhan essensial pada ibu saat persalinan untuk mengurangi nyeri dan
stres akibat persalinan yang dapat meningkatkan asuhan kebidanan pada
ibu bersalin.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten
persalinan normal melalui peningkatan kadar endorfin.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
menggunakan post test only control group design untuk mengetahui
pengaruh perlakuan pada kelompok intervensi dengan cara
membandingkan dengan kelompok kontrol. Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh ibu bersalin primipara kala I fase laten persalinan normal
yang berada di RS Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang.
Masase pada punggung adalah memberikan stimulasi pada punggung
dengan cara melakukan gosokan lembut dengan kedua telapak tangan dan
jari pada punggung ibu bersalin setinggi servikal 7 kearah luar menuju sisi
tulang rusuk selama 30 menit dengan frekuensi 40 x gosokan/menit, dan
dengan tekanan diperkirakan 100 mmH 2 0 pada ibu bersalin kala I fase
laten persalinan normal.
Instrumen yang digunakan adalah kuisioner untuk menilai intensitas
nyeri dan human beta endorfin Elisa kit untuk menilai kadar endorfin dalam
darah ibu bersalin serta sphygmomanometer untuk mengukur tekanan
pijatan ringan. Kala I fase laten pada kelompok yang dimasase lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok yang tidak dimasase, perbedaan tersebut
sebesar 29.62 point. Secara statistik ada perbedaan yang signifikan
dengan nilai p=0.001, maka dapat dinyatakan ada pengaruh masase
pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal.
Pada penelitian ini diperoleh hasil ada pengaruh masase terhadap
intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal melalui peningkatan
kadar endorfin.
c. Menurut hasil penelitian Emi dan Nurlela (2020) tentang efektifitas relaksasi
teknik nafas dalam terhadap nyeri persalinan
40

Proses persalinan sering dipersepsikan menakutkan dan menimbulkan


rasa sakit yang luar biasa. Sebagian ibu juga merasa trauma dengan proses
persalinan pertamanya karena berbagai macam kesulitan dan rasa nyeri saat
persalinan sehingga mereka enggan untuk merencanakan mempunyai anak
kembali. Teknik Relaksasi nafas dalam adalah salah satu cara non
farmakologi yang dapat dipakai untuk menurunkan nyeri pada saat
persalinan.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu cara
untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin secara non farmakologis
dengan menarik nafas dalam-dalam pada saat ada kontraksi melalui hidung
sambil menggembungkan perut dan menghembuskan nafas melalui mulut
secara perlahan sambil mengempeskan perut.

Tujuan Penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat nyeri sebelum dan


sesudah relaksasi nafas dalam dan untuk menganalisis pengaruh relaksasi
dalam terhadap nyeri persalinan. Metode penelitian ini adalah Quasi
eksperimen dengan desain Pre Test Dan Post Test Design untuk melihat
efektifitas relaksasi teknik nafas dalam untuk nyeri persalinan di Klinik
Bidan Praktek Mandiri Kota Medan dan dilaksankan bulan Juni sampai
dengan Agustus 2020. Jumlah sampel sebanyak 15 ibu bersalin dengan
Teknik Pengambilan Sampel accidental sampling. Instrument yang
digunakan adalah Visual Number Rating Scale (VNRS) dengan analisis data
uji Wilcoxon Signed Rank Test

Hasil analisis menunjukan 12 responden mengalami penurunan nyeri.


Hasil uji Wilcoxon nilai p=value 0,000 jika dibandingkan dengan α=0,05,
maka nilai tersebut menunjukkan P value < α yaitu 0.002, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas
nyeri pada ibu bersalin kala I yang terlihat dari hasil post test tingkat nyeri
persalinan mengalami penurunan.
41

E. Mind Mup
42
BAB III
TINJAUAN KASUS

Bab ini akan diuraiakan Asuhan Kebidanan pada Ny. S dengan Persalinan
Normal di PMB Leni hidayati pada tanggal 10 Oktober 2023 mulai dari Pengkajian
data, Analisa dan Perumusan Diagnosa/Masalah, Perencanaan Tindakan, Implementasi,
dan Evaluasi Asuhan Kebidanan.

Tempat Praktek : PMB Leni Hidayati


No. Reg : 000
Tanggal/Jam : 09 Oktober 2023 / 23.00 WIB
A. Kala 1 persalinan tanggal 09 Oktober 2023 pukul 23.00 wib
1. Pengkajian Data
a. Data Subjektif
1) Identitas
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. S
Umur : 25 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Melayu Suku : Melayu
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : POLRI
Alamat : Perum Garuda III, Bagan Pete
2) Data Kebidanan
a) Keluhan Utama : ibu mengatakan merasa nyeri bagian pinggang
menjalar ke ari-ari sejak tadi malam, semakin sering terasa sejak tadi
siang, sudah mengeluarkan lendir darah sejak pukul 18.30 Wib.
b) Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
No Thn Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan ank
Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Jk/BB skrg

1. ini

42
43

c) Riwayat Kehamilan saat ini : G1P0A0H0 Hamil 39-40 mgg


(1) HPHT : 10 Januari 2023
(2) TP : 18 Oktober 2023
(3) UK : 39-40 Minggu
(4) Masalah yang pernah dialami:
Hamil Muda : Mual dan Muntah
Hamil Tua : tidak ada
(5) Riwayat Penyakit Keluarga dan atau operasi yang lalu : Tidak ada
(6) Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
(7) Makan/ Minum /Eliminasi
Makan 3x sehari, Terakhir makan: tadi sore
Minum > 2 liter sehari, terakhir minum : habis magrib
BAB : 1x sehari, terakhir BAB : tadi pagi
BAK : Sering, terakhir BAK : malam
(8) Data Psikologis
Penerimaan Klien terhadap kehamilan ini : baik
Sosial Support dari : Suami dan keluarga
Pengambilan keputusan : Suami
(9) Obat-obatan yang diberikan selama kehamilan : SF, Asam Folat,
Kalk.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Baik
b) Vital Sign
Suhu Badan : 36,2 ◦C
Tekanan Drah : 120/75 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
c) Turgor : Baik
d) Muka
Konjungtiva : Tidak Pucat
Sklera : Tidak Ikterik
44

Kelopak Mata : Normal


e) Payudara
Putting Susu : Menonjol
Areola Mamae : Bersih
f) Abdomen : Tidak ada bekas Luka Operasi
2) Ekstremitas : Tidak ada Varises, Tidak ada Oedema Pemeriksaan
Khusus/Kebidanan
a) Palpasi
L I , TFU : 33 cm, Bagian yang teraba dalam Fundus :
Bokong
L II : Pu-Ka (Teraba keras memanjang pada sisi
kanan)
L III : Pre-Kep
L IV : 3/5
Gerakan bayi : Aktif
Kontraksi Uterus : 4x dalam 10 menit lamanya >40 detik
TBBJ : (31-11) x 155 = 3410 Gram
b) Auskultasi
DJJ : 136 x permenit, frekuensi : Teratur, Kuat
c) Perkusi : Tidak Dilakukan
d) Ano-Genitalia
Vulva : Tidak ada Varises, pengeluaran : Blood Slym
Hemoroid : Tidak ada
e) Pemeriksaan Dalam
Tanggal/ Jam : 10 Oktober 2023/ 04.30 Wib
Portio : Tipis, Lunak, Tidak Kaku
Pembukaan : 8 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Penurunan : HIII
Denominator : UUK Ka-dep
3) Pemeriksaan penunjang
Hb : 12,2 gr/dl - Protein Urine : (-)
45

Gol. Darah : O+ (Diperiksa pada Kunjungan pertama TM I)


2. Intepretasi Data Dasar
a. Diagnosa
Inpartu Kala I fase Aktif

b. Masalah
Ibu merasa kesakitan.
1) Data Subjektif (DS) :
a) Ibu mengatakan merasa nyeri bagian pinggang menjalar ke ari-ari
sejak tadi malam semakin sering terasa sejak tadi sore, sudah
mengeluarkan lendir darah sejak pukul 18.30 Wib.
2) Data Objektif:
a) Kontraksi Uterus : 4x dalam 10 menit lamanya >40 detik
b) Portio : Tipis, Lunak, Tidak Kaku
c) Pembukaan : 8 cm
d) Ketuban : Utuh
e) Presentasi : Kepala
f) Penurunan : HIII
g) Denominator : UUK Ka-dep
Analisis data dan Intepretasi Data:
a. Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan
(Wikjosastro, 2016). Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 sampai 10 cm.
Salah satu karakteristik persalinan sebenarnya adalah nyeri kontraksi pada
bagian belakang, melingkar ke bagian bawah perut/abdomen, bertambah
lama, mengeluarkan lendir dan darah (Bloody Show).
b. Keadaan Ibu dan Janin Baik
1) Data Subjektif:
Janin bergerak aktif pada bagian sebelah kiri perut ibu.
Data Objektif:
Suhu Badan: 36,2 ◦C
Tekanan Drah : 120/75 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
46

c. KU Ibu baik, kesadaran Compos Mentis, Konjungtiva Tidak Pucat, tidak


ada Oedema, dan Skelera Tidak Ikterus.
Pemeriksaan penunjang:
Hb : 12,2 gr/dl
Protein Urine : (-)
d. Analisis Data dan Intepretasi Data:
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda oedema,
dan ibu tidak pucat, dan kadar Hb dalam batas normal menandakan
keadaan ibu baik (Wikjosastro, 2002).
2) DJJ dalam keadaan normal, bunyi jantungnya teratur, dan
frekuensinya antara 120-160x/menit menandakan Janin dalam keadaan
baik.
3. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Tidak ada masalah potensial pada Ny. S karena masalah yang muncul
seperti nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang, dan keluar lendir
bercampur darah merupakan tanda-tanda fisiologi persalinan.
4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
Tidak ada penangan tindakan segera pada Ny. S karena tidak ada kasus
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera selama proses persalinan.
5. Rencana Tindakan
a. Tujuan
1) Kala I fase aktif berlangsung normal (pembukaan 8 cm sampai 10 cm),
kemajuan persalinan normal dan tidak melewati garis waspada pada
pencatatan partograf.
2) Keadaan ibu dan janin tetap baik
3) Ibu mendapat support/dukungan fisik maupun psikis dari keluarga
b. Kriteria
1) Penurunan kepala pada HIV dan pembukaan 10 cm, His/kontraksi uterus
yang semakin kuat
2) Kondisi ibu dan janin baik (TTV Ibu dan DJJ dalam batas normal)
3) Keluarga mendampingi ibu selama proses persalinan dan selalu memberi
dukungan baik fisik maupun psikis
4) Ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri selama proses persalinan.
47

c. Rencana Tindakan
1) Lakukan informed consent pada ibu dan keluarga/suami
Rasional: Sebelum melakukan pemeriksaan atau tindakan lakukan
informed consent pada ibu/keluarga dan meminta persetujuan atas tindakan
yang akan dilakukan dengan menandatangani form persetujuan yang
tersedia.
2) Jelaskan hasil pemeriksaan dan kemajuan persalinan
Rasional:
Ibu harus mengetahui keadaan diri dan janinnya sehingga ibu dapat lebih
kooperatif terhadap tindakan dan anjuran dari petugas kesehatan/bidan.
3) Jelaskan kepada ibu dan keluarga pentingnya persiapan calon pendonor
darah, jika sewaktu-waktu ibu mengalami komplikasi dan perlu untuk
dirujuk serta perlu transfusi darah.
Rasional:
Ibu harus mempersiapakan pendonor darah yang bergolongan darah sama
dengan ibu agar mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk
transfusi darah.
4) Berikan Asuhan Sayang Ibu Kala I
a) Berikan dukungan dan semangat serta menghadirkan suami untuk
mendampingi ibu dalam proses persalinan
Rasional:
Dukungan dan semangat dari petugas kesehatan/bidan dan
menghadirkan suami akan membatu menambah motivasi ibu dalam
menghadapi persalinan.
b) Ajarkan tekhnik relaksasi dan pengaturan napas terutama saat ada
kontraksi
Rasional:
Tekhnik Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi rasa
nyeri dengan memberikan jaringan suplai O2 yang cukup.
c) Memasase punggung ibu
Rasional:
Dengan memasase punggung ibu merangsang titik tertentu di
sepanjang meridian medulla spinalis yang ditransmisikan melalui
48

serabut saraf besar ke formatio retikularis, thalamus dan sistem limbic


tubuh akan melepaskan endorfin. Endorfin merupakan neurotransmitter
atau neuromodulator yang menghambat pengiriman rangsang nyeri
dengan menempel kebagian reseptor opiat pada saraf dan sumsum
tulang belakang sehingga dapat memblok pesan nyeri ke pusat yang
lebih tinggi dan dapat menurunkan sensasi nyeri.
d) Beri intake nutrisi dan cairan yang adekuat
Rasional:
Dengan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat akan memberi energy
bagi tubuh sehingga dapat memudahkan proses persalinan terutama
tenaga saat meneran.
e) Anjurkan pengosongan kandung kemih jika ibu ingin BAK
Rasional:
Kandung kemih yang penuh menyebabkan hasil pemeriksaan yang tidak
akurat, memperlambat turunnya kepala janin ke jalan lahir, dan
memberi persaan yang tidak nyaman pada ibu.
f) Atur posisi ibu senyaman mungkin
Rasional:
Mengatur posisi ibu senyaman mungkin untuk mengurangi efek rasa
nyeri pada ibu dan tetap memperhatikan posisi yang baik dalam
penurunan kepala bayi.
5) Pantau kemajuan persalinan dengan partograf
Rasional:
Dengan partograf memudahkan dalam pengambilan keputusan klinis dan
rencana tindakan selanjutnya terjadap klien.
6) Siapkan alat-alat, obat-obatan serta keperluan ibu dan bayi
Rasional: Ibu sudah berada pada fase aktif kala I yaitu pembukaan 8 cm
dan kemajuan persalinan juga baik sehingga perlu dilakukan persiapan
untuk pertolongan persalinan ibu.
49

6. Implementasi
1. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga/suami
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kemajuan persalinan
3. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga pentingnya persiapan calon pendonor
darah, jika sewaktu-waktu ibu mengalami komplikasi dan perlu untuk
dirujuk serta perlu transfusi darah
4. Memberikan Asuhan Sayang Ibu Kala I
1) Memberikan Dukungan dan semangat pada ibu serta menghadirkan
suami untuk mendampingi ibu
2) Mengajarkan tekhnik relaksasi dan pengaturan napas terutama saat ada
kontraksi
3) Memasase punggung ibu
4) Memberikan Intake nutrisi dan cairan yang adekuat
5) Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih jika terasa ingin
BAK
6) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
7) Melakukan Konsultasi dengan Dokter Spesialis Obgin via telephone
tentang kondisi ibu dan janin serta meminta saran atas tindakan yang
harus dilakukan jika terjadi hal yang gawat
8) Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
9) Menyiapkan alat-alat, obat-obatan serta keperluan ibu dan bayi
7. Evaluasi
a. Kala I berlangsung normal
b. Ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri
c. Ibu merasa bersemangat dan bergairah dalam menghadapi proses persalinan
dan menyambut kelahiran buah hati.
d. Ibu dalam keadaan baik (TD:120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit,
S: 360C)
e. DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur, frekuensi 135x/menit
f. Kontraksi uterus makin kuat 4x10 menit lamanya >40 detik
g. Ibu merasakan adanya dorongan yang kuat untuk meneran
h. Ibu merasa ada tekanan pada anus
i. Tampak perineum menonjol
50

j. Vulva dan anus membuka


k. Pemeriksaan dalam:
1) Portio : Tidak teraba - Penyusupan : 0
2) Pembukaan. : 10 cm - Penurunan : HI
3) Ketuban : (-), warna jernih
4) Presentase : Kepala, UUK Ka-dep

B. Kala II persalinan tanggal 10 Oktober 2023 pukul 05.30 wib


S : Ibu menyatakan nyeri semakin sering, semakin lama, ingin BAB dan ingin
meneran
O : Keadaan Umum : Baik, terlihat tanda-tanda KALA II yaitu : Dorongan ingin
meneran, tekanan pada anus, perineum, menonjol, vulva dan anus membuka,
His : 5x10x50", DJJ 140x/menit. Pukul : 06.00 wib periksa dalam : portio
tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban utuh, persentasi kepala, penurunan
hodge IV posisi ubun-ubun kecil kiri depan dengan kepala croning 5-6 cm.
A : Inpartu Kala II
P : Perencanaan, implementasi dan evaluasi yang telah dilakukan :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga ibu sudah
saatnya melahirkan dan pembukaan sudah lengkap, ketuban sudah pecah,
kepala bayi sudah tampak dan ibu sudah boleh meneran.
2. Mendekatkan alat-alat, obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi, hasilnya
alat-alat, obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi telah didekatkan
3. Memakai pelindung diri, celemek, masker, kaca mata, sepatu boot,
handscoon, hasilnya alat pelindung diri telah digunakan.
4. Mengajarkan ibu teknik meneran yang baik seperti yang dibimbing
sebelumnya yaitu meneran seperti BAB keras pada saat ada his dengan
merangkul kedua paha dengan tangan dimasukkan kedalam lipatan siku
kaki, kepala diangkat dengan mata melihat ke perut dan mata jangan
dipejamkan dan berhenti saat tidak ada his, hasilnya ibu meneran dengan
baik.
5. Memberikan dukungan dan pujian kepada ibu, memuji ibu pada saat
meneran dan ibu terlihat semangat untuk meneran karena didampingi
oleh suami.
51

6. Memimpin ibu meneran, menolong persalinan kala II melahirkan bayi


setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
tangan kanan menahan perineum dengan kaki bersih dan kering. Tangan
kiri menahan puncak kepala bayi untuk menahan posisi refleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal. Setelah kepala bayi lahir dengan lembut,
menyeka muka, mulut dan hidung bayi, dengan kain atau kasa yang
bersih. Periksa kemungkinan ada lilitan tali pusat, menunggu hingga
kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Setelah kepala
melakukan putaran paksi luar, periksa lilitan tali pusat, pegang kepala
bayi secara biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi
berikutnya dengan lembut menarik kepala bayi ke arah perineum untuk
melahirkan bahu anterior dan mengarah ke simpysis untuk melahirkan
bahu posterior. Setelah kedua bahu di lahirkan, melakukan sanggah susur
hingga seluruh tubuh bayi lahir. Menyelipkan jari telunjuk diantara kedua
tungkai kaki bayi lalu meletakkan diatas perut ibu. Penanganan bayi baru
lahir, melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat atau bernafas
tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak kesulitan. Keringkan bayi mulai
dari muka, kepala dan bagian lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti kain basah dengan kain yang kering.
7. Pukul 06.00 wib bayi lahir spontan, segera menangis, jenis kelamin
perempuan, berat badan 3200 gram, panjang badan 50 cm, anus (+),
Cacat (-).

C. Kala III persalinan tanggal 10 Oktober 2023 pukul 06.40 wib :


S : Ibu mengatakan perut masih terasa sakit
O : Keadaan Umum ibu baik, Td 120/80 mmHg, R: 22x/menit, N: 80x/menit, S:
36°C Palpasi: TFU: sepusat. Kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
pendarahan normal Kurang lebih 100 cc.
A : Parturient kala III
P : Perencanaan, implementasi dan evaluasi yang telah di lakukan :
1. Memberitahu ibu bahwa bayi sudah lahir, keadaan ibu dalam keadaan
baik, dan plasenta akan dilahirkan.
52

2. Memeriksakan fundus untuk memastikan apakah ada janin kedua atau


tidak.
3. Mengosongkan kandung kemih.
4. Melakukan manajemen aktif kala III
5. Memberikan suntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian luar.
6. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat.
7. Melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan memindahkan klem
5-10 cm didepan vulva, pastikan tanda-tanda plasenta lepas, perubahan
bentuk dan tinggi uterus, tali pusat memanjang, adanya semburan darah
tiba-tiba, uterus berkontraksi dengan baik, tangan kiri menahan corpus
uteri ke arah dorso cranial dan tangan kanan melakukan peregangan tali
pusat terkendali, saat plasenta tampak di introitus vagina kedua tangan
menyambut dan memutar plasenta searah jarum jam sehingga selaput
terpilin.
8. Melahirkan plasenta, plasenta lahir lengkap dengan selaputnya.
9. Melakukan massase fundus uteri agar tidak terjadi atonia uteri sehingga
uterus berkontraksi (Fundus teraba keras) kemudian mengajarkan kepada
ibu dan keluarga untuk melakukan sendiri, massage fundus uteri sudah
dilakukan dan fundus teraba keras.
10. Memeriksa kelengkapan plasenta.
11. Memeriksa jalan lahir dan robekan pada perineum derajat II yaitu dari
mukosa vagina sampai kulit dan otot perineum.

D. Kala IV Persalinan tanggal 10 Oktober 2023 pukul 06.45 wib :


S : Ibu mengatakan lelah.
O : Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital: TD 120/80 mmHg, N:80x/menit,
S: 36°C, TFU sepusat, kontraksi uterus baik, pendarahan: kurang lebih 50 cc,
Kandung Kemih: kosong, Perineum ada robek derajat II
A : Parturient kala IV dengan robekan jalan lahir derajat II
P : Perencanaan, implementasi dan evaluasi yang telah dilakukan:
1. Memberitahu ibu seluruh hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik,
tanda-tanda vital normal, dan akan dilakukan penjahitan pada robekan
jalan lahir, hasilnya ibu mengetahui kondisinya.
53

2. Melakukan penjahitan pada luka robek jalan lahir, hasilnya penjahitan


telah dilakukan.
3. Melakukan pengecekan ulang dengan menggunakan kassa untuk melihat
adanya pendarahan atau tidak, hasilnya tidak ada pendarahan.
4. Membersihkan ibu dari darah dengan menggunakan air DTT dan
melakukan dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin, hasilnya
ibu telah dibersihkan dan tempat tidur sudah dibersihakan.
5. Merendam alat-alat persalinan dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit.
6. Mengobservasi tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
kandung kemih dan pendarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama
postpartum dan sertiap 30 menit pada jam ke dua postpartum.
7. Memberikan nutrisi dan hidrasi yang cukup pada ibu.
8. Mengajarkan ibu cara massase fundus uteri agar tidak terjadi uteri yaitu
dengan cara meletakkan telapak tangan difundus dan lakukan massase
dengan gerakan melingkar dengan lembut sehingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras) dan beritahu ibu jika fundus teraba lembek
menandakan kontraksi kurang baik dan segera beritahu, hasilnya ibu
dapat melakukan masase fundus uteri.
9. Memberikann ibu suplemen tambahan, hasilnya ibu berjanji segera
meminum suplemen tambah darah yang telah diberikan.
10. Menjelaskan tanda bahaya bersalin yaitu pendarahan, keluar cairan
berbau, demam, hasilnya ibu dapat menyebutkan tanda dan bahaya
setelah bersalin.
11. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, minimal
setiap 2 jam sekali di kedua payudara, hasilnya ibu berjanji untuk
menyusuinya.
12. Melakukan pemantauan kala IV telah dilakukan selama 1-2 jam
postpartum dan hasil pemantauan tidak ditemukan tanda-tanda kegawat
daruratan.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada tanggal 09 oktober 2023, pukul 23.30 wib Ny. S usia 25
tahun datang ke PMB dengan keluhan keluar lendir bercampur darah dan
nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang sejak 4 jam yang lalu.
Nyeri semakin kuat dan sering dan Ibu mengatakan sudah tidak kuat
dengan keluhan yang dirasakan. Sesuai dengan teori JNPK-KR (2016:37)
tanda dan gejala inpartu yaitu adanya kontraksi dan keluar cairan lendir
bercampur darah (show) melalui vagina.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis,
keadaan umum baik, tekanan darah 120/75 mmHg, nadi 80x/menit,
pernapasan 20x/menit, dan suhu 36,2°C. Hal ini sesuai dengan teori
Varney (2008:686) peningkatan tekanan darah sistolik rata-rata 15 (10 20)
mmHg dan diastolic rata-rata 5-10 mmHg. Suhu yang dianggap normal
ialah suhu yang tidak lebih dari 0,5-1°C. Sedikit peningkatan frekeunsi
pernapasan masih normal selama persalinan dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan Leopold I TFU 33 cm,
teraba bokong. Leopold II bagian kanan perut ibu teraba punggung (keras,
rata dan memanjang), sebaliknya pada bagian kiri perut ibu teraba bagian-
bagian terkecil janin (ektermitas). Leopold III teraba bagian bulat, keras
melenting (kepala). Kepala sudah masuk PAP. Leopold IV sebagian besar
sudah masuk PAP (divergen) teraba 2/5 bagian. Taksiran yaitu 3410
gram. Auskultasi DJJ 136 x/menit, teratur, kuat. Kontraksi 4 x 10’ 40. Hal
ini sejalan dengan teori JNPK-KR (2016:40) pemeriksaan abdomen
dilakukan untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan kontraksi
uterus, menentukan detak jantung janin, menentukan presentasi dan
penurunan bagian terbawah janin. Menurut Mutmainnah, Johan, & Liyod,
(2017:7) yaitu frekuensi dan lamanya kontraksi (3 kali atau lebih dalam
waktu 10 menit berlangsung selama 40 detik atau lebih dan DJJ normal
yaitu 120-160 x/menit (Varney, 2007:693).

54
55

Pada pemeriksaan Toucher/periksa dalam pada tanggal 10


Oktober 2023 jam 04.30 Wib didapat hasil portio tipis, pembukaan 8 cm,
ketuban utuh, persentase kepala, penunjuk ubun-ubun kecil kiri depan,
penurunan kepala Hodge III+. Menurut teori JNPK-KR (2016:44)
pemeriksaan dalam meliputi nilai pembukaan serviks yaitu pada fase aktif
kala 1 persalinan pembukaan 6 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, nilai penurunan bagian tebawah janin apakah bagian tersebut
telah masuk kedalam rongga panggul. Jika bagian terbawah kepala,
pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar atau frontanela
magna) dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau
tumpang tindih tulang kepala dan apakah kepala janin sesuai dengan
ukuran jalan lahir.
Pada kala II Ibu mengatakan nyeri semakin sering dan semakin
lama. Ibu mengatakan ingin BAB dan ingin meneran. Berdasarkan data
objektif didapatkan tanda-tanda vital ibu yaitu Tekana Darah 120/70
mmhg. Nadi 82 x/menit, Suhu 36°C, Pernapasan 20 x/menit, terlihat
tanda-tanda kala II yaitu dorongan ingin meneran, perineum menonjol,
vulva dan anus membuka. His 4 x 10’/40’’. DJJ 145x/menit. Pukul 06.00
Wib dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil pembukaan lengkap.
ketuban negatif, presentasi kepala penurunan hodge IV posisi ubun-ubun
kecil kiri depan dan kepala tanpak crowning 5-6 cm di depan vulva. Hal
ini sejalan dengan teori JNPK-KR (2016:75-76) batasan kala II dimulai
ketika pembukaan lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi. Adapun
tanda dan gejala kala II persalinan yaitu ibu merasa ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi. ibu merasakan adanya
peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya, perineum
menonjol, vulva dan spingter ani membuka, meningkatnya pengeluaran
lendir bercampur darah. Tanda pasti kala II ditentukan dari periksa dalum
(informasi obyektif) yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah
lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Berdasarkan pengkajian kala III pada kasus Ny. S didapatkan
data subjektif ibu mengatakan lega karena anaknya telah lahir dengan
selamat dan perutnya terasa mules. Pada data objektif didapatkan dari
56

hasil TTV dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan


kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar) tinggi fundus uteri
setinggi pusat perdarahan 150 cc, Adanya tanda kala III yaitu tali pusat
memanjang, ada semburan darah tiba-tiba dan terus berbentuk globuler
Hal ini sejalan dengan teori menurut Solfianti dk (2020-28) data objektif
kala III yaitu Perubahan bentuk dan tinggi fundus Tali pusat memanjang
menjulur keluar melalut vagina, adanya semburan darah mendadak dan
singkat.
Berdasarkan data pengkajian kala IV didapatkan data subjektif
ibu merasa lelah setelah proses persalinannya. Pada data objektif di
dapatkan hasil kala IV tanda-tanda vital dalam batas normal. TFU 2 jan
dibawah pusat. Plasenta lahir lengkap, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong, perineum ada robekan derajat II. perdarahan 150 cc.
Menurut JNPK-KR (2016:137) asuhan dan pemantauan kala IV antara
lain evaluasi keadaan umum, lakukan masase uterus, evaluasi TFU,
memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan, periksa
kemungkinan perdarahan dari robekan perineum.
Berdasarkan uraian di atas yang dimulai dari kala I persalinan
sampai kala IV persalinan, terdapat persamaan antara teori dengan gejala
yang timbul pada kasus persalinan normal. Hal ini membuktikan bahwa
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
B. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa yang ditegakkan pada langkah ini sesuai daftar
nomenklatur kebidanan tentang persalinan normal. Pada Kala I fase aktif
hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh data dasar
sebagai berikut yaitu:
a. Ibu mengatakan ini kehamilan pertama.
b. HPHT: 10-01-2023, TP: 18-10-2023.
c. Tinggi fundus uteri (TFU): 33 cm.
d. Leopold I: teraba lunak, tidak melenting (bokong).
e. Leopold II: bagian kanan perut ibu teraba punggung (keras, rata dan
memanjang), pada bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil
janin (ektermitas).
57

f. Leopold III: teraba kepala (bulat, keras, melenting) pada bagian


terbawah janin dan kepala sudah terpegang oleh pintu atas panggul.
g. Leopold IV: sebagian besar sudah masuk PAP (divergen) teraba 3/5
bagian.
h. Detak jantung janin (DJJ): 136 x/menit, terdengar kuat dan teratur.
i. Ibu merasakan gerakan janin aktif dan tidak ada nyeri perut.
j. Pemeriksaan dalam didapatkan hasil: portio tipis, pembukaan 8 cm,
ketuban utuh, persentase kepala, penunjuk ubun-ubun kecil kiri depan,
penurunan kepala Hodge III
k. Kontraksi HIS: 4x 10’/40’’.
Menurut JNPK-KR (2016:37-44) Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai penyulit.
Menurut Varney (2007-697) Fase aktif pembukaan umumnya dimulai
dari 3-4 cm hingga 10 cm atau akhir kala 1 persalian Penurunan bagian
presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif Fase aktif
dibagi dalam 3 subfase, yaitu: Fase accelerasi (fase percepatas) dari
pembukaan 3 cm sampai 4 cm, Fase kemajuan maksimal atau dilatasi
maksimal yaitu waktu ketika pembukaan serviks terjadi paling cepat dan
meningkat dari pembukaan 3 em sampai 4 cm. sampai sekitar 8 cm dan
Fase deselerasi (fase perlambatan) yaitu kecepatan pembukaan melambat
dan serviks mencapai pembukaan 8 sampai 10 cm.
Tanda dan gejala inpartu kala I fase aktif yaitu frekuensi dan lama
kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), dari pembukaan 4 cm
hingga 10 cm atau pembukaan lengkap, terjadinya penurunan bagian
terbawah janin. Pada pemeriksaan abdomen dilakukan untuk
menentukan tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita ukur,
menentukan kontraksi uterus pada fase aktif minimal terjadi 2 kontraksi
dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih,,
menentukan detak jantung janin dengan frekuensi normal 120-160
x/menit, menentukan presentasi dan penurunan bagian terbawah janin
58

apakah bagian tersebut telah masuk kedalam rongga panggul dan


menentukan penuruanan bagian terbawah janin. Untuk menilai
penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian
terbawah janin yang masih berada diatas shympisis dan dapat diukur
dengan lima jari tangan (per limaan), bagian diatas shympisi adalah
proporsi yang belum masuk pintu atas panggul (PAP) dan sisanya telah
memasuki piri atas panggul (PAP) (INPK-KR, 2016-37-44).
Berdasarkan pengumpulan data dasar pada kasus Ny. S
ditegakkan diagnosa yaitu G1P0A0H0 hamil 39-40 minggu Inpartu Kala I
fase Aktif Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala. Masalah
yang timbul dari hasil pengkajian yaitu rasa khawatir ibu dalam
menghadapi persalinan ini dikarenakan ibu belum berpengalaman dalam
menghadapi peralinan Kebutuhan yang diperlukan untuk mengatasi
masalah yaitu berupa dukungan dan semangat pada ibu dalam
menghadapi persalinan baik dari petugas kesehatan maupun keluarga.
Pada kala II data dasar pada kasus Ny. S didapatkan sebagai berikut:
a. Terlihat tanda-tanda kala II yaitu: dorongan ingin meneran, perineum
menonjol, vulva dan anus membuka.
b. Pemeriksaan dalam: pembukaan lengkap, ketuban negatif, presentasi
kepala penurunan hodge IV posisi ubun-ubun kecil kiri depan dan
kepala tanpak crowning 5-6 cm di depan vulva.
c. DJJ 145x/menit.
d. Kontraksi HIS:
Didapatkan diagnosa bahwa Ny. S dengan inpartu kala II. Menurut
JNPK-KR (2016: 75) batasan kala II dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Tanda pasti
kala II ditentukan dari periksa dalam (informasi obycktif) yang hasinya
adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya bagian kepala
bayi melalui introitus vagina.
Berdasarkan pengkajian data dasar kala III pada kasus Ny. S didapatkan
data dasar sebagai berikut:
a. Bayi telah lahir.
b. Palpasi: TFU sepusat.
59

c. Kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong.


d. Perdarahan normal ±150 cc.
e. Adanya tanda kala III yaitu terlihat tali pusat memanjang, ada semburan
darah tiba-tiba dan uterus berbentuk globuler.
Maka didapatkan diagnosa yaitu parturien kala III. Hal ini sesuai dengan
teori JNPK-KR (2016:123) batasan persalinan kala III yaitu dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Tanda-tanda pelepasan palsenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali
pusat memanjang, dan semburan darah mendadak atau singkat.
Berdasarkan pengkajian data dasar kala IV pada kasus Ny. S didapatkan
data dasar sebagai berikut:
a. Palpasi: TFU 2 jari dibawah pusat.
b. Plasenta lahir lengkap.
c. Perdarahan +150 cc.
d. Kandung kemih kosong.
e. Perineum ada robekan derajat II.
Maka didapatkan Diagnosa yaitu parturien kala IV. Hal ini sesuai
dengan teori JNPK-KR (2016:123) kala IV dimulainya setelah lahirnya
palsenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Pemantauan kala IV antara lain
evaluasi tinggi fundus uteri umunya fundus ueteri setinggi atau beberapa
jari dibawah pusta, memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan,
periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi)
perineum, dan evaluasi keadaan umum ibu lakukan dokumentasi semua
asuhan dan temuan selama kala IV di lemabr belakang partograf.
Berdasarkan uraian di atas yang dimulai dari kala I persalinan
sampai kala IV persalinan, terdapat persamaan antara teori dengan gejala
yang timbul pada kasus persalian normal. Hal ini membuktikan bahwa
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Dalam mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial
dilakukan pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul pada
kala 1 yaitu terjadi kala 1 lama, peningkatan atau penurunan tanda-tanda
60

vital, DJJ<100 atau > 180 x/I, terjadinya perdarahan pervaginaan selain
dari lendir dan darah, ketuban pecah yang bercampurdengan meconium
kental yang di sertai tanda gawat janin, kontraksi uterus kurang dari 2
kontraksi dalam 10 menit dan berlangsung kurang dari 20 detik serta tidak
di temukan perubahn serviks dalam 1-2 jam, pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada portograf (pranoto, dkk,
2014-77).
Pada kala II persalinan, kemungkinan masalah yang dapat terjadi
yaitu, terjadinya kala II lama yang disertai dengan partus macet/kasep,
dimana terjadinya distosia bahu, kontraksi tidak teratur dan kurang tanda-
tanda vital meningkat (Sukarnu & Wahyu,2013: 221).
Menurut kurniarum (2016:123) masalah potensial pada
persalinan kala III dan IV yaitu retensio plasenta, ineversio uteri dan
atonia uteri.
Pada kasus Ny. S tidak terdapat data yang menunjang terjadinya
masalah potensial pada kala 1 persalinan hingga kala IV Persalinan
dikarnakan semua hasil pemeriksaan terhadap Ny. S dalam batas normal
dan terpantau dalam lembar partograf serta dilakukan pemantauan selama
2 jam pasca persalinan, dimana pemantauan dilakukan tiap 15 menit pada
jam pertama, dan pemantauan dilanjutkan tiap 30 menit pada jam kedua
pasca persalinan. Dan berdasarkan kasus Ny. S penulis tidak menemukan
tanda-tanda infeksi atau kelainan komplikasi pada ibu maupun janin yang
mungkin akan terjadi pada kala 1-kala IV.
Masalah yang muncul seperti rasa cemas yang ibu alami juga
merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada ibu inpartu.
Sehingga dapat diartikan bahwa kasus pada Ny. S tidak ditemukan
diagnosa atau masalah potensial.

D. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah
mengidentifikasi perlunya tindakat segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lainnya sesuai dengan kondisi klien (Varney, 2007:27).
61

Pada studi kasus Ny. S tidak ada tindakan segera yang perlu
dilakukan karena dalam pemantauan persalinan semua data yang
dikumpulkan dalam batas normal sehingga tidak ada tindakan yang
menibutuhkan penangan segera pada kasus Ny. S
E. Perencanaan
Rencana asuhan disusun berdasarkan perioritas masalah dan
kebutuhan ibu. Sesuai dengan teori Varney (2007:27) bahwa
merencanakan asuhan yang menyeluruh, yang ditentukan oleh langkah
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang diidentifikasi atau di antisipasi.
Adapun sasaran/target dalam rencana asuhan pada kasus ini
berfokus untuk mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan
setelah bayi baru lahir yang dapat mengurangi kematian dan kesakitan
pada ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2014:334). rencana asuhan
persalinan yaitu:
Lakukan informed consent. Langkah ini penting karena informed
consent dirumuskan sebagai suatu kesepakatan atau persetujuan pasien
atas upaya medis yang akan dilakukan terhadap dirinya setelah
memperoleh informasi dari tenaga kesehatan mengenai upaya medis yang
dapat dialkukan untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai
segala resiko yang mungkin terjadi (Syahputra et al, 2022:151).
Jelaskan hasil pemeriksaan dan kemajuan persalinan, ini
merupakan kewajiban tenaga kesehatan yang telah melakukan
pemeriksaan untuk menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan, sesuai
dengan teori Saifuddin (2014:44) bahwa hak-hak perempuan pada waktu
mendapatkan perawatan maternitas yaitu berhak mendapatkan informasi
tentang keadaan kesehatan.
Berikan Asuhan sayang ibu selama persalian meliputi
memberikan dukungan dan semangat serta menghadirkan suami untuk
mendampingi ibu dalam proses persalinan, ajarkan tekhnik relaksasi dan
pengaturan napas dalam terutama saat ada kontraksi, memasase punggung
ibu, beri intake nutrisi dan cairan yang adekuat, Anjurkan pengosongan
62

kandung kemih jika ibu ingin BAK dan atur posisi ibu senyaman
mungkin
Hal ini sejalan dengan teori JNPK-KR (2016: 53) asuhan sayang
jbu selama persalinan meliputi memberikan dukungan emosional.
membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi,
memijitpunggung, kaki atau kepala ibu, membantu pengaturan posisi
yang nyaman selama persalinan, memberikan asupan cairan dan nutrisi
yang cukup selama persalinan untuk mecegah terjadinya dehidrasi yang
bisa memperlambat kontraksi uterus atau membuat kontraksi menjadi
tidak teratur dan kurang efektif serta anjurkan u untuk mengosongkan
kandung kemihnya secara rutin selama persalinan.
Siapkan alat-alat, obat-obatan serta keperluan ibu dan bayi.
Langkah ini sejalan dengan teori JNPK-KR (2016:50-51) tentang
dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal
pokok seperti ruangan yang hangat dan bersih, pastikan kelengkapan
jenis, jumlah bahan-bahan dan obat-obatan/ yang diperlukan dalam
keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
Lakukan pendokumentasian dengan memantau kemajuan
persalinan ibu dengan partograf. Langkah ini sejalan dengan teori JNPK-
KR (2016:55) partograf merupakan alat bantu untuk memantau kemajuan
kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Jika
'digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, mencatat kondisi ibu dan
janin, mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran,
menggunkan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit dan
membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
Rencana tindakan selanjutnya pada kala II yang akan diberikan
adalah dekatkan alat-alat, obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi untuk
memudahkan penolong persalinan dalam melakukan tindakan karena
menurut JNPK-KR (2016:51) ketidakmampuan untuk menyediakan
semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial pada saat
diperlukan akan meningkatkan resiko terjadinya penyulit pada ibu dan
bayi baru lahir sehingga keadaan ini membahayakan keselamatn jiwa
63

mereka. Siapkan perlengkapan alat pelindung diri (APD) yaitu celemek,


masker, kaca mata, sepatu boat, handscoon. Hal ini sesuai teori JNPK KR
(2016:76) yaitu tentang APD merupakan penghalan atau barrier antara
penolong dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan
penyakit. Oleh karena itu penolongan persalinan harus memakai celemek
yang bersih, penutup kepala, masker, dan pelindung mata (kacamata)
yang bersih dan nyaman.
Ajarkan ibu teknik mengedan yang baik. Hal ini sejalan dengan
teori JNPK-KR (2016:79) pada penatalaksanaan fisiologis kala II, ibu
memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan
hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan
benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Sebagian besar daya
dorong untuk melahirkan bayi dihasilkan dari kontraksi uterus.
Berikan dukungan dan pujian kepada ibu untuk usahanya dalam
meneran. Hal ini sejalan dengan teori JNPK-KR (2016:79) penolong
persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan
anggota kelaurganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan
persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinya
selama proses persalinan berlangsung.
Menolong persalinan kala II dengan melihat adanya tanda
persalinan kala II hal ini sesuai teori JNPK-KR (2016:75) yaitu Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu
merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vagina,
perineum menonjol, vulva-vagina dan spingter ani membuka, serta
meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Persiapan menolong persalinan kala II melahirkan bayi setelah
kepala bayi tampak 5-6 cm di vulva sesuai dengan teori JNPK-KR
(2016:85) bahwa saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain
bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu dan siapkan
kain atau handuk bersih diatas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera
setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain
bersih dan kering), ibu jari pada salah sisi perineum dan 4 jari tangan pada
sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan
64

belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar
secara bertahap melewati introitus dan perineum. Perhatikan perineum
pada saat kepala keluar dan dilahirkan. Usap muka bayi dengan kain atau
kasa bersih atau DTT untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut
dan hidung bayi.
Lahirkan bahu bayi sesuai dengan teori INPK-KR (2016-87)
yaitu meletakkan tangan pada sisi kiri dan kanankepala bayi, meminta ibu
meneran sambil menekan kepala kearah bawah dan lateral tubuh bayi
hingga bahu depan melewati simpisis. Setelah bahu depan lahir, gerakkan
kepala kearah atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan
seluruh dada dapat dilahirkan.
Lahirkan tubuh bayi sesuai dengan teori JNPK-KR (2016:88)
yaitu saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) kearah
perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut,
gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan
posterior saat melewati perineum. Tangan bawah (posterior) menopang
samping lateral tubuh bayi saat lahir.
Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan
memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior. Lanjutkan penelusuran
dan memegang tubuh bayi kebagian punggung, bokong dan kaki. Dari
arah belakang sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi
yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.
letakkan bayi diatas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut
bawah ibu. Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada
tubuh bayi.
Lakukan manajemen aktif kala III, langkah ini sesuai dengan
teori JNPK-KR (2016:124) tujuan manajemen aktif kala III yaitu untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mecegah perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah. Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama yaitu
pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,
melakukan penegangan tali pusta terkendali dan masase fundus uteri.
Sebelum pemberian suntikan oksitosin periksa uterus untuk memastikan
65

tidak ada janin ke dua, beritahu ibu bahwa ia akan disuntikam dan
lakukan penyuntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha
bagian luar (aspektus lateralis).
Lakukan peregangan tali pusat terkendali. Hal ini sesuai dengan
teori JNPK-KR (2016:125) yaitu pindahkan klem pada tali pusat sekitar
5-20 cm dari vulva, letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralas
kain) tepat diatas simpisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba
kontraksi uterus dan menekan uterus pada melakukan penegangan pada
tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan
satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus
kearah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Saat mulai kontraksi (uterus
menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat kerah bawah,
lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan
korpus uteri bergerak keatas yang menandakan plasenta telah lepas dan
dapat dilahirkan.
Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar
plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali
pusat dengan arah sejajar lantai. Pada saat plasenta terlihat pada introitus
vagina, lahirkan plasenta denga mengangkat tali pusat keats dan
menopang plasenta dengan tangan lainnya. pegang plasenta dengan kedua
tangan dan secara lebut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
menjadi satu Lakukan penarikan dengan lebut dan perlajan lahan untuk
melahirkan selaput ketuban (INPK-KR, 2016:126-127)
Lakukan masase fundus uteri sesuai dengan teori JNPK-KR
(2016:130) yaitu dengan gerakan lembut tapi mantap gerakkan tangan
dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi dan
ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus sehingga mampu
untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
Periksa kelengkapan plasenta sesuai dengan teori JNPK-KR
(2016:130) yaitu periksa plasenta pada sisi maternal (yang melekat pada
dinding uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh.
Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek untuk memastikan bagian
yang hilang. Periksa plasenta sisi fetal (yang menghadap kebayi) untum
66

memastikan tidak adanya kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata).


Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapan.
Memeriksa jalan lahir dan robekan untuk memastikan apakah ada
robekan jalan lahir yang memerlukan penjahitan. Sesuai dengan teori
JNPK-KR (2016:138) nilai perluasan laserasi perineum. Laserasi
dikalsifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu derajat satu meliputi
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum. Derajat dua meliputi
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum derajat
tiga meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, dan otot spingter ani. Derajat empat meliputi mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani, dan
dinding depan rectum.
Bersihkan ibu dari darah dan dekontaminasi tempat tidur. Sesuai
dengan teori JNPK-KR (2016:139) bahwa setelah persalinan.
dekontaminasi alas plastik, tempat tidur dan matras dengan larutan klorin
0,5% kemudian cuci dengan deterjen dan bilas dengan air bersih. Jika
sudah bersih, keringkan dengan kain bersih supaya ibu tidak berbaring
diatas matras yang basah.
Merendam alat-alat persalinan dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit. Sesuai dengan teori JNPK-KR (2016:21) memproses alat bekas
pakai dengan cara dekontaminasi dengan merendam dalam larutan klorin
0,5 % selama 10 menit, cuci dan bilas, disenfeksi tingkat tinggi atau
sterilisasi.
Memberikan nutrisi dan hidrasi yang cukup pada ibu, hal ini
sesuai dengan teori JNPK-KR (2016:53) asupan cairan yang cukup
selama persalinan akan memberikan banyak energi dan mencegah
dehidrasi yang bisa memperlambat kontraksi uterus.
Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana menilai kontaksi uterus dan
jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus
lembek. Ajarkan pada mereka bagaiman pertolongan jika terjadi tanda
bahaya nifas seperti dmeam, perdarahan aktif, keluar banyak bekuan
darah, bau busuk dari vagina, pusing, lemas luar biasa, nyeri panggul,
67

atau abdomen yang hebat, penyulit menyusukan anaknya (JNPK-KR,


2016:139-140).
Berikan ibu suplemen tambahan yaitu metronidazole 2x1,
paracetamol 3x1, SF 2x1, amoxilin 3x1, Vit A 200.000 IU. Pemberian
suplemen vitamin A pada ibu nifas berfungsi menjaga kadar Retinol
dalam sel darah merah dan ASI, karena air susu ibu adalah makanan
utama yang mengandung suplemen vitamin A didapat bayi untuk
mencegah Xeroftalmia (Maryani, 2019:9).
Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin hal ini
sejalan dengan teori JNPK-KR (2016:100) prinsip pemberian ASI adalah
sedini mungkin dan ekslusif. Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan
alamiahnya baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih dalam 24 jam)
selama bayi menginginkannya. Semakin sering bayi menghisap puting
susu semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan.
Observasi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan.Sesuai dengan teori JNPK-KR (2016:139) selama dua jam
pertama pasca persalinan pantau TTV, tinggi fundus uteri, kandung kemih
dan perdarahan yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan
setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala IV. Jika ada temuan yang tidak
normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
Sebagain besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan pasca persalinan terjadi selama empat jams pertama setelah
kelahiran. Untuk itu penting memantau ibu secara ketat segera setelah
persalinan.
Rencana asuhan kebidanan pada kala I sampai kala IV yang telah
disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial, hal ini
menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan manajemen
Asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus di lahan praktek.
F. Pelaksanaan
Pada tahap ini, pelaksanaan adalah melaksanakan perencanaan
asuhan yang menyeluruh. Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan.
bidan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, atau oleh klien itu
sendiri. Walaupun ada beberapa pelaksanaan yang tidak dilakukan oleh
68

bidan itu sendiri namun bidan tetap berkewajiban untuk mengarahkan


pelaksanaannya dan memastikan langkah-langkah tersebut benar benar
terlaksana (Varney, 2007: 28).
Ketika seorang wanita menghadapi proses persalinan yang
pertama kalinya, selalu merasa cemas dan gelisah, karena menghadapi
rasa nyeri dari proses bersalin tersebut (secara garis besar) menghasilkan
persepsi timbulnya rasa cemas. Meskipun mekanisme nyeri yang sangat
kompleks dan merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan,
kebanyakan rasa cemas yang berlebihan terjadi pada ibu primipara. Oleh
karena itu, merupakan tantangan bagi bidan atau tenaga kesehatan yang
lain untuk memberikan asuhan dalam menanggulangi rasa nyeri dan
kecemasan yang timbul dan membuat persalinan sebagai pengalaman
yang positif. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Nurjanali/(2017:16) Terapi music selama persalinan sebagai metode
untuk menurunkan cemas pada persalinan dan sebagai intervensi non
farmakologi. Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa masalah pada
Ny. S adalah kurangnya adaptasi terhadap rasa nyeri pada waktu
kontraksi dan cemas dalam menghadapi proses persalinan. Pada
persalinan Ny. S usia 25 tahun tergolong persalinan normal. Dapat dilihat
pada askeb persalinan Ny. S tidak terlihat tanda-tanda persalinan yang
patologi.
Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani,
dimana sebagian besar persalinan disertai rasa nyeri. Nyeri pada
persalinan merupakan proses yang fisiologis. Kurangnya beradaptasi
terhadap rasa nyeri menyebabkan frustasi dan putus asa, sehingga
beberapa ibu merasa khawatir tidak akan mampu melewati proses
persalinan.
Nyeri persalinan dapat dikendalikan dengan 2 metode yaitu
farmakologis dan non farmakologis. Metode penghilang rasa nyeri secara
farmakologis adalah dengan menggunakan obat-obatan kimiawi,
sedangkan metode non farmakologis dilakukan secara alami tanpa
menggunakan obat-obatan kimiawi yaitu dengan melakukan teknik
69

relaksasi yang mencakup relaksasi napas dalam, relaksasi otot, masase,


musik dan aromaterapi (Tetti, 2015).
Pada kasus Ny.S penulis telah melaksanakan manajemen kebidanan
7 langkah varney dan dilanjutkan dengan SOAP. Sebagai pemecahan
masalah kurangnya adaptasi Ny. S terhadap rasa nyeri, penulis
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam yaitu dengan menarik nafas
dalam-dalam pada saat ada kontraksi dengan menggunakan pernapasan
dada melalui hidung dan mengeluarkan perlaham melalui mulut.
Teknik tersebut sejalan dengan penelitian Emi dan Nurlela (2020)
yang menyatakan bahwa ada adanya pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam terhadap nyeri persalinan di BPM yang ada di Kelurahan Tanjung
Sari Medan, artinya teknik relaksasi nafas dalam dapat mengurangi rasa
nyeri pada ibu bersalin secara non farmakologis.
Selain itu penulis juga melakukan asuhan sayang ibu dengan cara
memasase punggung ibu, memberikan stimulasi pada punggung dengan
cara melakukan gosokan lembut dengan kedua telapak tangan dan jari
pada punggung ibu bersalin, hasil nya ibu merasa nyaman dan mulai
beradaptasi dengan rasa nyeri yang dihadapi.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aryani (2015) yang berjudul
pengaruh masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten
persalinan normal melalui peningkatan kadar endorfin dimana secara
statistik didapat bahwa masase pada punggung berpengaruh terhadap
intensitas nyeri dan kadar endorfin ibu bersalin kala I fase laten persalinan
normal serta kadar endorfin berkorelasi dengan intensitas nyeri kala I fase
laten persalinan normal.
Kemudian penulis menghadirkan suami sebagai pendamping Ny. S
pada proses persalinan, meminta suami memberikan semangat dan
dukungan terhadap ibu seta mengajarkan suami untuk melakukan masase
punggung ibu. Dengan hadirnya suami membuat Ny. S merasa lebih
bergairah dan bersemangat menghadapi proses persalinan.
Hasil tersebut diperkuat oleh penelitian Nikmah (2018) dimana hasil
uji statistik dengan menggunakan Uji Koefisien Kontingensi di dapatkan
nilai X2 hitung ≥ X2 tabel (9,189 ≥ 7,82). Maka H0 ditolak yang artinya
70

nilai p sebesar 0,027 maka p < α (0,05) berarti ada hubungan


pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu primi gravidarum saat
menghadapi persalinan di BPM “M” Jl. Menur II Surabaya.
Dari uraian diatas, bahwa nyeri persalinan dapat dikendalikan secara
non farmakologi dengan cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan
melakukan asuhan sayang ibu dengan memasase punggung ibu, serta
menhadirkan suami sebagai pendamping ibu saat proses persalinan. Dari
ketiga metode tersebut berdampak positif terhadap masalah yang ibu
rasakan dimana rasa nyeri dapat berkurang dan membuat ibu bisa
beradaptasi dengan rasa nyeri pada saat kontraksi serta membuat ibu
merasa nyaman, bergairah, dan bersemangat dalam mengadapi proses
persalinan dan menyambut kelahiran buah hatinya.

G. Evaluasi
Adapun evaluasi yang dimaksudkan untuk memperoleh atau
memberi nilai terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan
kriteria yang diberikan kepada Ny. S di PMB Leni hidayati. Adapun
evaluasi berdasarkan hasil pengamatan pada kasus Ny. S yaitu:
a. Pada kala 1 berlangsung normal tanpa ada penyulit, keadaan ibu dan
janin baik, dan tidak ada komplikasi yang terjadu pada ibu dan bayi.
b. Setelah diberikan asuhan-asuhan yang meliputi anjuran untuk tetap
makan dan minum selama proses persalinan, untuk tidak menahan
BAB dan BAK, untuk menarik nafas panjamg ketika ada HIS, serta
posisi meneran saat bersalin Ny. S dapat mengerti dan mengikuti
anjuran yang disampaikan.
c. Pada kala II juga berlangsung normal tanpa ada penyulit, bayi lahir
spontan tanggal , menangis kuat, bernafas tanpa bantuan.
d. Pada III, tidak ada penyulit dan berlangsung normal, berlangsung ±
10 Menit, kotiledon dan selaput ketuban lahir lengkap. TFU setinggi
pusat, perdarahan ± 150 cc, kontrasaksi uterus baik (teraba keras dan
bundar), serta keadaan ibu dan bayi baik.
71

e. Pada kala IV atau kala pengawasan, pada kala IV kontraksi uterus


teraba baik, keras dan bundar, jumlah perdarahan ± 120 cc, kandung
kemih kosong dan keadaan ibu serta ibu baik.
Maka dapat di simpulakan bahwa mulai dari kala I sampai dengan
kala IV, Semuanya berlangsung normal, tidak ada komplikasi yang
terjadi pada ibu maupun janin. Hal tersebut terjadi karena manajeman
asuhan yang diberikan sesuai dengan teori dan sesuai dengan wewenang
bidan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. S dengan persalinan


fisiologis di ruang PMB Leni hidayati menggunakan manajemen menurut Varney,
maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengumpulan data Dasar atau pengkajian dilakukan dengan
Anamnesa ,untuk memperoleh data Subjektif dan dengan Pemeriksaan
untuk memperoleh data Objektif. Pada kasus Ny. S, tahap pengumpulan data ini
dilakukan sesuai dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan
penerapan kasus di lahan praktik.
2. Intepretasi data dilakukan dengan menganalisa data dasar yang diperoleh
sehingga bisa menegakkan diagnose dan masalah sesuai dengan keadaan ibu. da
kasus Ny. S, ditegakkan diagnosa yaitu G 1P0A0H0 Hamil 39-40 minggu Inpartu
Kala I fase Aktif Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala.
3. Diagnosa atau masalah potensial yang muncul dalam kasus ini adalah Rasa
khawatir ibu dalam menghadapi persalinan.

4. Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera


Pada kasus Ny. S tidak ada tindakan segera yang perlu dilakukan karena dalam
pemantauan persalinan semua data yang dikumpulkan dalam batas normal
5. Perencanaan dibuat secara komprehensif berdasarkan diagnose, masalah, dan
kebutuhan klien.
6. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada
kasus Ny. S semua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai dengan diagnosa,
masalah dan kebutuhan klien.
7. Hasil evaluasi pada kasus Ny. S yaitu kala I berlangsung normal, kondisi ibu dan
janin baik, bayi lahir spontan segera menangis pukul 06.00 WIB, keadaan bayi
sehat dan tidak ada kelainan, ibu dalam keadaan sehat dan baik.

72
B. Saran
1. Bagi Penulis/ Mahasiswa
Penulis yang bertugas sebagai Bidan merupakan ujung tombak dalam
menurunkan AKI dan AKB sehingga perlu meningkatkan pengetahuan dan
keterempilan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dan
berkualitas kepada masyarakat.
2. Bagi Lahan Praktik
Dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya pertolongan persalinan
PMB Leni hidayati agar selalu meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam
memberikan pelayanan asuhan kebidanan pada persalinan.
3. Bagi Institusi
Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan praktik
sesuai dengan tujuan komptensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa dapat
lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai dengan teori yang telah
dipelajari.

73
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Y., Masrul, M., & Evareny, L. (2015). Pengaruh Masase pada Punggung
Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan Normal Melalui
Peningkatan Kadar Endorfin. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 70–77.
https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.1939

Bobak, Lowdermik, dkk. 2017. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta:
EGC
Badan Pusat Statistik, 2018. Profil Kesehatan Ibu dan Anak.
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2016 Profil Kesehatan Provinsi Jambi. 2016
Dewi, Vivian Nanny Lia dan Sunarsih Tri, 2012. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika

Emi Br Barus & Nurlela Petra Saragih (2020) EFEKTIFITAS RELAKSASI TEKNIK
NAFAS DALAM TERHADAP NYERI PERSALINAN Institut Kesehatan
Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara, Indonesia

Frase M. D. Myles Buku Ajaran Bidan, 2019. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ilmu, J., Teknologi, D., Surakarta, P. K., Indonesia, U., Kemenkes, P., & Iii, J. (2019).
Artikel history. Nursing Arts, 7(1), 1–15.
https://poltekkes-sorong.e-journal.id/nursingarts/article/view/86
Jannah, Nurul. (2017), Konsep Dokumentasi Kebidanan.Yogyakarta: Ar’ruz Media
JNPK-KR, 2013. Asuhan Persalinan Normal Dengan Inisisi menyusui Dini. Jakarta
Jhpiego 2013. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Profil Kesehatan Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018, Riset Kesehatan Dasar.

King, et all. 2019. Varney’s Midwifery Sixth Edition. United States of America Ascend
Learning Company

Kuswanti, Ina, 2019. Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka pelajar


Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk, 2019. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta EGC
Mansur, Herawati, 2016. Psikologi Ibu dan Anak untuk kebidanan. Jakarta:Salemba
Medika

Nikmah, K. (2018). Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu


Primi Gravidarum saat Menghadapi Persalinan. Journal for Quality in Women’s
Health, 1(2), 15–21. https://doi.org/10.30994/jqwh.v1i2.12

74
Prawirohardjo Sarwono. (2018), Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sulistyawati, Ari, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:Salemba
Medika
Saleha S. 2019. “Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas”. Salemba Medika. Jakarta.
Sembiring, L. P. (2015). Konstipasi pada Kehamilan, (1), 12–15.

Varney, H., Kriebs, J. M., dan Gegor, C. L. 2007. Buku Saku Asuhan Kebidanan
Varney Edisi 2. Jakarta: EGC

75

Anda mungkin juga menyukai