2. Klasifikasi Kejang
a. Berdasarkan lokasi kejang
Kejang motorik dapat berupa kejang fokal atau umum. Kejang fokal
dicirikan oleh gejala motorik atau sensorik dan termasuk gerakan yang kuat dari
kepala dan mata ke salah satu sisi, pergerakan klonik unilateral yang diawali dari
muka atau ekstremitas, atau gangguan sensorik seperti parestesi (kesemutan) atau
nyeri lokal pada suatu area. Sedangkan pada kejang umum, bisa menyuluruh pada
organ tubuh, dapat berlangsung bertahap maupun bersamaan. Terkadang kejang
ini tak dapat dideteksi atau tersamar, yaitu mmiliki ciri – ciri:
1. Hampir tidak terlihat
2. Menggambarkan perubahan tingkah laku
3. Bentuk kejang :
a. Otot muka, mulut, lidah menunjukan gerakan menyeringai
b. Gerakan terkejut-kejut pada mulut dan pipi secara tiba-tiba menghisap,
mengunyah, menelan, menguap
c. Gerakan bola mata ; deviasi bola mata secara horisontal, kelopak mata berkedip-
kedip, gerakan cepat dari bola mata
d. Gerakan pada ekstremitas : pergerakan seperti berenang, mangayuh pada anggota
gerak atas dan bawah
e. Pernafasan apnea, BBLR hiperpnea
f. Untuk memastikan : pemeriksaan EEG
7. Diagnosis
Penilaian untk membuat diagnosis antara lain dilakukan dengan urutan
sebagai berikut :
1. Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan
dan kelahiran.
a. Riwayat kehamilan
Bayi kecil untuk masa kehamilan
Bayi kurang bulan
Ibu tidak disuntik TT
Ibu menderita DM
b. Riwayat persalinan
Persalinan dengan tindakan
Persalinan presipitatus
Gawat janin
c. Riwayat kelahiran
Trauma lahir
Lahir asfiksia
Pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril
2. Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir
a. Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma)
b. Suhu tubuh (normal, hipertermia, hipotermia)
c. Tanda-tanda infeksi lainnya
3. Penilaian kejang
a. Bentuk kejang: gerakan bola mata abnormal, nystagmus, kedipan mata proksimal,
gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya apnea yang episode,
adanya kelemahan umum yang periodik, tremor, jitterness, gerakan klonik
sebagian ekstremitas, dan tubuh yang kaku.
b. Lama kejang.
c. Apakah pernah terjadi sebelumnya.
4. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah dapat berupa: gula darah, elektrolit darah (terutama kalsium
dan magnesium), darah tepi, punksi lumbal, punksi subdural, kultur darah, dan
titer TORCH
2. EKG dan EEC
3. Foto rotgen dan USG kepala
8. Diagnosis banding
1. Anoksia susunan saraf pusat didapatkan gejala kejang yang disertai kebiruan
pada tubuh bayi dan gagal napas.
2. Perdarahan otak bila diperoleh kejang dengan riwayat trauma lahir pada kepala
bayi.
3. Cacat bawaan bila pada pemeriksaan didaptkan kejang dengan kelainan
mikrosefali.
4. Sepsis yaitu kejang yang disertai pemeriksaan fisik perut buncit dan
hepatosplenomegali.
5. Tetanus toksoid bila kejang disertai mulut mecucu.