PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang dan spasme merupakan keadaan emergensi atau tanda bahaya yang
sering terjadi pada BBL, karena kejang dapat mengakibatkan hipoksia otak yang
cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan sekuele
dikemudian hari. Disamping itu kejang dapat merupakan tanda atau masalah dari
satu masalah atau lebih. Sekitar 70-80% BBL secara klinis tidak tampak kejang,
namun secara elektrografik masih mengalami kejang. Karena sulitnya mengenal
bangkitan kejang pada BBL, angka kejadian sesungguhnya tidak diketahui.
Meskipun demikian angka kejadian di Amerika Serikat berkisar antara
0.8-1.2 setiap 1000 BBL pertahun, sedang pada kepustakaan lain menyebutkan 1-
5% bayi pada bulan pertama mengalami kejang. Insidensi meningkat pada bayi
kurang bulan sebesar 57.5-132 dibanding bayi cukup bulan sebesar 0.7-2.7 setiap
1000 kelahiran hidup. Pada kepustakaan lain menyebutkan bahwa insidensi 20%
pada bayi kurang bulan dan 1.4% pada bayi cukup bulan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari kejang pada BBL?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis kejang yang sering terjadi pada BBL?
1.2.3 Apa saja masalah yang timbul oleh kejang pada BBL?
1.2.4 Apa etiologi kejang pada BBL?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi kejang pada BBL?
1.2.6 Bagaimana manifestasi klinik kejang pada BBL?
1.2.7 Bagaimana diagnosis kejang pada BBL?
1.2.8 Bagaimana diagnosis banding kejang pada BBL?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan kejang pada BBL?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui definisi kejang pada BBL
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis kejang yang terjadi pada BBL.
1.3.3 Untuk mengetahui masalah yang dapat timbul oleh kejang pada BBL
1.3.4 Untuk mengetahui etiologi kejang pada BBL
1.3.5 Untuk mengetahui patofisiologi kejang pada BBL
1.3.6 Untuk mengetahui manifestasi klinik kejang pada BBL
1.3.7 Untuk mengetahui diagnosis kejang pada BBL
1.3.8 Untuk mengetahui diagnosis banding kejang pada BBL
1.3.9 Untuk mengetahui penatalaksanaan kejang pada BBL
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Penulis
Penulis mampu memahami kejang pada BBL serta penatalaksanaanya
sehingga dapat menambah wawasan yang dapat bermanfaat dalam melaksanakan
pelayanan kebidanan kelak.
1.4.2 Bagi Pembaca
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber referensi
yang dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan perkuliahan serta sebagai bekal
pengetahuan yang bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kebidanan
dikemudian hari.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.7 Diagnosis
Penilaian untk membuat diagnosis antara lain dilakukan dengan urutan
sebagai berikut :
1. Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan
dan kelahiran.
a. Riwayat kehamilan
Bayi kecil untuk masa kehamilan
Bayi kurang bulan
Ibu tidak disuntik TT
Ibu menderita DM
b. Riwayat persalinan
Persalinan dengan tindakan
Persalinan presipitatus
Gawat janin
c. Riwayat kelahiran
Trauma lahir
Lahir asfiksia
Pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril
2. Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir
a. Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma)
b. Suhu tubuh (normal, hipertermia, hipotermia)
c. Tanda-tanda infeksi lainnya
3. Penilaian kejang
a. Bentuk kejang: gerakan bola mata abnormal, nystagmus, kedipan mata proksimal,
gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya apnea yang episode,
adanya kelemahan umum yang periodik, tremor, jitterness, gerakan klonik
sebagian ekstremitas, dan tubuh yang kaku.
b. Lama kejang.
c. Apakah pernah terjadi sebelumnya.
4. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah dapat berupa: gula darah, elektrolit darah (terutama kalsium
dan magnesium), darah tepi, punksi lumbal, punksi subdural, kultur darah, dan
titer TORCH
2. EKG dan EEC
3. Foto rotgen dan USG kepala
B. Keluhan Utama
Bayi Ny. Rina lahir spontan pervaginam, dengan keluhan kejang, bayi tampak kejang,
mata berputar-putar, sianosis, ektremitas kaku, tremor, bayi mengalami asfiksia
ringan, sulit bernafas, suhu tubuh 36oC, apgar score 5/8. BB : 2800 gr, PB : 50 cm,
denyut jantung : 98 x/menit
C. Riwayat Persalinan
1. Persalinan ditolong oleh : Bidan
2. Jenis persalinan : Spontan pervaginam
3. Tempat persalinan : RB Kasih Ibu
4. Lama persalinan :
a. Kala I : 10 jam 30 menit
b. Kala II : 30 menit
c. Kala III : 30 menit
d. Kala IV : 2 jam
5. Masalah yang terjadi selama persalinan : tidak ada
6. Keadaan air ketuban : jernih
7. Keadaan umum bayi : kelahiran tunggal, usia kehamilan saat melahirkan + 40
minggu
D. Pemeriksaan Fisik
1. Nilai apgar
No Asfek Yang 0 1 21 Waktu
Dinilai 1 5
1. Frekuensi Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 1 2
denyut jantung
2. Usaha Tidak ada Lambat teratur Menangis kuat 1 1
bernafas
3. Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif 1 1
flexi sedikit
4. Reaksi Tidak ada Gerakan sedikit Menangis 1 2
terhadap
rangsangan
5. Warna kulit Biru/pucat Tubuh Seluruh tubuh 1 2
kemerahan kemerahan
ekstremitas biru
Jumlah 5 8
2. Atropometri
a. Berat badan : 2800 gr
b. Panjang badan : 49 cm
c. Lingkar kepala : 35 cm
d. Lingkar dada : 30
e. Lila : 9,5 cm
3. Reflek
a. Moro : tidak ada
b. Tonic neak : tidak ada
c. Palmargrap : tidak ada
4. Menangis : tidak menangis spontan, bayi manangis saat dirangsang
5. Tanda vital-vital
a. Nadi : 110 x/menit
b. Suhu : 36oC
c. Pernafasan : 32 x/menit
6. Kepala
a. Simetris : tidak ada kelainan yang dialami
b. Ubun-ubun besar : cembung
c. Ubun-ubun kecil : tidak ada
d. Caput succedenum : tidak ada
e. Chepal hematoma : tidak ada
f. Sutura : tidak ada moulage
g. Luka kepala : tidak ada
h. Kelainan yang dijumpai : tidak ada kelainan
7. Mata
a. Posisi : simetris kanan dan kiri, tampak berputar-putar
b. Kotoran : tidak terdapat kotoran
c. Perdarahan : tidak terdapat perdarahan
d. konjungtiva: : pucat , sclera : ikterik
8. Hidung
a. Lubang hidung : terdapat 2 lubang kanan dan kiri
b. Cuping hidung : ada, simetris kanan dan kiri
c. Keluaran : tidak ada
9. Mulut
a. Simetris : atas dan bawah
b. Palatum : tidak ada celah
c. Saliva : tidak ada hipersaliva
d. Bibir : tidak ada labia skizis
e. Gusi : merah, tidak ada laserasi
f. Lidah bintik putih : tidak ada
10. Telinga
a. Simetris : kanan dan kiri
b. Daun telinga : ada kanan dan kiri
c. Lubang telinga : ada kanan dan kiri berlubang
d. Keluhan : tidak ada
11. Leher
a. Kelainan : tidak ada kelainan
b. Pergerakan : dapat bergerak ke kanan dan ke kiri
12. Dada
a. Simetris : simetris akan dan kiri
b. Pengeraakan : bergerak waktu bernafas
c. Bunyi nafas : nafas lambat, teratur
d. Bunyi jantung : dangkal, cepat, tidak teratur, 98 x/menit
13. Perut
a. Bentuk : simetris, tidak ada kelainan
b. Bising usus : teratur
c. Kelainan : tidak ada kelainan
14. Tali pusat
a. Pembuluh darah : 2 arteri 1 vena
b. Perdarahan : tidak ada perdarahan
c. Kelainan : tidak ada kelainan
15. Kulit
a. Warna : kebiruan
b. Turgor : (+) ada
c. Lanugo : ada
d. Vernik kaseosa : ada
e. Kalainan : tidak ada kelainan
16. Punggung
a. Bentuk : lurus
b. Kelainan : tidak ada kelainan
17. Ekstremitas
a. Tangan : simetris kanan dan kiri, kulit tampak biru
b. Kaki : simetris kanan dan kiri, kulit tampak biru
c. Pergerakan : kaku
d. Kuku : lengkap, warna kebiruan
e. Bentuk kaki : lurus
f. Bentuk tangan : lurus
g. Kelainan : tidak ada kelainan
18. Genetalia : jenis kelamin perempuan
V. PERENCANAAN
a. Atasi kejang
a. Beri bayi obat anti kejang dengan memberikan obat diazepam dengan dosis 0,1-
0,3 mg/kg BB IV.
b. Pasang infus intravena dipembuluh darah periver dengan cairan dextrose 10%
b. Lakukan pembebasan jalan nafas
a. Bebas jalan nafas
b. Letakkan bayi pada posisi yang benar
c. Lakukan slim zuinger
c. Lakukan ransangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi
b. Atau sentil
d. Pertahankan suhu badan bayi
a. Membungkus bayi
b. Menghidupkan radian warmer
e. Lakukan perawatan tali pusat
a. Jepit tali pusat dengan 2 klem
b. Potong tali pusat dengan kasa steril
c. Bungkus tali pusat dengan kasa steril
d. Ajarkan ibu untuk perawatan tali pusat
e. Anjurkan pada ibu untuk perawatan tali pusat secara teratur
f. Evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang
f. Lakukan penilaian bayi
a. Perhatikan dan nilai nafas bayi
b. Hitung frekuensi/denyut jantung bayi
c. Nilai warna kulit bayi
g. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI Ekslusif
h. Anjurkan ibu untuk mengkomsumsi sayuran hijau
VI. PELAKSANAAN
Pada tanggal 19 November 2007
i. Mengobati kejang
a. Pasang infus intravena di pembuluh darah perifer, di tangan, kaki atau kepala jika
bayi di duga dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit diabetes melitus pemasangan
infus melalui vana umbilikostik
b. Beri obat anti kejang yaitu : diazepam 0,5/kg, supositoria IM sampai kejang
teratasi
c. Bila kejang sudah teratasi, beri cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg
BB/hari
ii. Melakukan pembebasan jalan nafas
a. Membersihkan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung dan mulut
bayi secara zig-zag dengan kasa steril segera setalah lahir
b. Melakukan bayi terlentang atau miring dengan leher agak ekstensi atau tengadah
dengan meletakkan selimut atau handuk yang digulung ke bawah bahu sehingga
bahu terangkat 2-3 cm
c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion dan lendir dari mulut
dan hidung menggunakan slim zuinger. Bila air ketuban bercampur mekonium.
Maka penghisapan dari trakea diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium.
Hisap dari mulut terlebih dahulu kemudian hisap dari hidung
iii. Mempertahankan suhu tubuh bayi
a. Membungkus bayi dengan handuk kering dan bersih yang ada di atas perut ibu
bila tali pusat panjang, mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk
mengihilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh melalui
evaporasi
b. Menghidupkan radio warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi dengan
meletakkan bayi telentang di bawah alat pemancar panas. Alat pemancar panas
perlu disiapkan sebelumnya agar kasur tempat diletakkan bayi juga hangat.
iv. Melakukan perawatan tali pusat
a. Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat dan mengikatnya
c. Membungkus tali pusat dengan kasa steril
d. Mengajarkan pada ibu untuk perawatan tali pusat
e. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat
v. Melakukan rangsangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi kearah atas
b. Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang dapat
menimbulkan atau mempertahankan pernafasan
vi. Melakukan penilaian bayi
a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi
b. Menilai warna kulit bayi
vii. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI ekslusif bagi bayi selama 6 bulan
viii. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat
ix. Melibatkan suami dan keluarga untuk mendukung kegiatan ibu dalam merawat
bayinya
x. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau seperti bayam, daun katu,
daun singkong, serta kacang-kacang.
VII. EVALUASI
Pada tanggal 19 November 2007
1. Pemberian obat anti kejang telah dilakukan
a. Pemasangan infus intravena
b. Memberi obat anti kejang yaitu diazepam 0,5/kg sampai kejang teratasi
2. Pembebasan jalan nafas telah dilakukan
a. Mata, hidung, dan mulut telah di bersihkan
b. Bayi telah diposisikan dengan benar
c. Jalan nafas telah dibersihkan
3. Suhu tubuh bayi telah dipertahankan
a. Bayi telah dibungkus dengan handuk kering dan bersih
b. Tubuh dan kepala bayi telah dikeringkan dengan handuk
c. Radian wamer telah melakukan pembesan jalan nafas
4. Rangsangan taktil telah dilakukan dan punggung telah diusap ke arah atas
5. Perawatan tali pusat telah dilakukan
6. Kejang telah teratasi, memberikan cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60
ml/kgBB/hari
7. Bayi telah bernafas spontan
8. Ibu mengerti akan pentingnya ASI ekslusif selama 6 bulan
9. Ibu mengerti cara merawat tali pusat bayi
10. Suami dan keluarga bersedia membantu ibu dalam merawat bayinya
11. Ibu mengerti dan tersedia mengkonsumsi sayuran hijau, seperti : bayam, daun katu,
daun sinkong, serta kacang-kacang
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kejang pada BBL secara klinis adalah perubahan proksimal dari fungsi
neurologik (misalnya perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom sistem
syaraf yang terjadi pada bayi berumur sampai dengan 28 hari. Kejang dapat
timbul sebagai suatu kondisi dimana otot tubuh berkontraksi dan berelaksasi
secara cepat dan berulang, oleh karena abnormalitas sementara dari aktivitas
elektrik di otak, yaitu terjadi loncatan – loncatan listrik di dalam sel otak.
Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi bahkan sangat sulit
membedakan dengan gerakan bayi itu sendiri. Meskipun demikian diagnosis yang
cepat dan penanganan yang tepat merupakan hal yang penting, karena pengenalan
kondisi yang terlambat meskipun tertangani akan dapat meninggalkan sekuel pada
sistem syaraf.
4.2 Saran
Mengingat kejang merupakan tanda bahaya yang sering terjadi pada BBL
dan dapat mengakibatkan hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan
hidup bayi maka diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang baik agar sebagai
bidan, kita dapat menangani kejang pada BBL dalam praktik kebidanan kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Kosim, Sholeh.dkk.2008.Buku Ajar Neonatologi.Jakarta:Badan Penerbit IDAI
Lissauer, Tom.dkk.2006.At the Glance Neonatologi.Jakarta:Erlangga
Marmi.2012.Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Saifudin,Abdul Bari.2008.Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
“http://stasiunbidan.blogspot.com/2009/05/askeb-pada-bayi-baru-lahir-dengan.html”
di unduh pada tanggal : 13 september 2014