Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
REFLEKSI KASUS
DESEMBER 2018

KETUBAN PECAH DINI

Uzlifatil Jannah, S.Ked


12 16 777 14 149

Pembimbing:
dr. Djemi, Sp.OG, MARS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

1
PALU
2018

2
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang

bersangkutan sebagai berikut:

Nama : Uzlifatil Jannah, S.Ked.

No stambuk : 12 16 777 14 149

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Alkhairaat

Judul Refleksi Kasus : Ketuban Pecah Dini

Bagian : Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu

Kebidanan Dan Penyakit Kandungan RSU Anutapura Palu, Fakultas Kedokteran

Universitas Al-Khairaat.

Palu, Desember 2018

Mengetahui,

Pembimbing Dokter Muda

dr. Djemi, Sp.OG, MARS Uzlifatil Jannah, S.Ked

3
BAB I

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda


persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Secara klinis
diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput
ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan,
dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu
yang disediakan untuk melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal
persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut
disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the membrane -
preterm amniorrhexis.1
Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami
ketubanpecah dini. KPD preterm terjadi 1% dari seluruh kehamilan. KPD preterm
menyebabkan terjadinya1/3 persalinan preterm dan merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas perinatal.2
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Beberapa hal masih merupakan kontroversi
di bidang obstetri.2,3

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda


persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Secara klinis
diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput
ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan,
dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu
yang disediakan untuk melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal
persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut
disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the membrane -
preterm amniorrhexis.1

II. EPIDEMIOLOGI

Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami


ketubanpecah dini. KPD preterm terjadi 1% dari seluruhkehamilan. KPD preterm
menyebabkan terjadinya1/3 persalinan preterm dan merupakan penyebab utama
morbiditasdanmortalitas perinatal.2

III. ETIOLOGI

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan


membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Beberapa hal masih merupakan kontroversi
di bidang obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut:2,3

1. Serviks inkompeten menyebabkan dinding ketuban paling bawah mendapatkan


tekanan yang semakin tinggi.
2. Perdarahan Subkorionik
3. Infeksi

5
4. Multipara, grandemultipara.
5. Overdistensi uterus.
6. Kelainan letak yaitu letak lintang sungsang.
7. Pendular abdomen
8. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih.
9. Merokok selama kehamilan.

IV. PATOFISIOLOGI

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan


oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena
pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.1,2

Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi matrik sekstraselular.


Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen
dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor
jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan,
keseimbangan antara MMP dan tissue inhibitors metalloproteinase-1 (TIMP-1)
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran
janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. 1,2

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, serta gerakan janin.
Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban sehingga
pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah
dini pada kehamilan preterm disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.5 Disamping itu ketuban pecah dini
preterm juga sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten servik, serta solusio
plasenta. 1,2

6
Mekanisme ketuban pecah dini: 1,2,3

1. Peninggian tekanan inta uterin


2. Makrosomia
3. Hidramnion
4. Kelainan letak
5. Penyakit infeksi

V. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
1. Anamnesis
Dari anamnesis bisa menegakkan 90% dari diagnosis. Kadangkala cairan
seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita
merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara
tiba-tiba dari jalan lahir. 3,4
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina,
bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas. 4
3. Pemeriksaan inspekulo
Merupakan langkah pertama dalam mendiagnosis KPD karena
pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher dapat meningkatkan risiko
infeksi. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,
konsentrasi, bau dan pH-nya. Yang dinilai adalah :3,4
a) Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari
serviks. Dilihat juga dari prolaps dari tali pusat atau ekstremitas bayi.
Bau dari amnion yang khas juga diperhatikan.
b) Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung
diagnosis KPD. Melakukan perasat valsava atau menyuruh pasien
batuk untuk mempermudah melihat pooling.

7
c) Cairan amnion dikonfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test.
Mikroskopis (tes pakis).
d) Dilakukan juga kultur dari swab untuk Chlamydia, gonnorhea dan
group B Streptococcus.
4. Pemeriksaan lab3,4
a) Pemeriksaan alpha-fetoprotein (AFP). Konsentrasinya tinggi di dalam
cairan amnion tetapi tidak di semen dan urin.
b) Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisis.
c) Tes pakis.
d) Tes lakmus (Nitrazine test).
5. Pemeriksaan ultrasonography (USG)3,4

VI. PENATALAKSANAAN

Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitas dan


morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi atau
akibat kelahiran preterm pada kehamilan dibawah 37 minggu. Prinsipnya
penatalaksanaan ini diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan beberapa
pemeriksaan penunjang yang mencurigai tanda-tanda KPD. Setelah mendapatkan
diagnosis pasti, dokter kemudian melakukan penatalaksanaan berdasarkan usia
gestasi. Hal ini berkaitan dengan proses kematangan organ janin, dan bagaimana
morbiditas dan mortalitas apabila dilakukan persalinan maupun tokolisis. Terdapat
dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen aktif dan
ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan dengan pendekatan tanpa
intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk lebih aktif
mengintervensi persalinan. Berikut ini adalah tatalaksana yang dilakukan pada
KPD berdasarkan masing-masing kelompok usia kehamilan.1

1. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan <24 minggu1,4


Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD preterm didapatkan
bahwa morbiditas minor neonatus seperti hiperbilirubinemia dan takipnea transien

8
lebih besar apabila ibu melahirkan pada usia tersebut dibanding pada kelompok
usia lahir 36 minggu. Morbiditas mayor seperti sindroma distress pernapasan dan
perdarahan intraventrikular tidak secara signifikan berbeda (level of evidence III).
Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan adalah
pilihan yang lebih baik. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 24 - 34 minggu. Pada
usia kehamilan antara 30-34 minggu, persalinan lebih baik daripada
mempertahankan kehamilan dalam menurunkan insiden korioamnionitis secara
signifikan. Tetapi tidak ada perbedaan signifikan berdasarkan morbiditas
neonatus. Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa persalinan lebih baik
dibanding mempertahankan kehamilan.

2. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 34-38 minggu1,4


Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan akan
meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis. Tidak ada perbedaan signifikan
terhadap kejadian respiratory distress syndrome. Pada saat ini, penelitian
menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan lebih buruk dibanding
melakukan persalinan.

Konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin
bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika umur
kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum
inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri deksametason, observasi tanda-
tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika
usia kehamilan 32 -37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32 –
37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda
infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32
-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis

9
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6 jam selama 4 kali.1,4
Kehamilan > 37 minggu,, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5, induksi
persalinan. 1,4

Gambar 1. Alogaritma ketuban Pecah dini

Sumber: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional


Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. 2016

BAB III

10
STATUS PASIEN

Tanggal Pemeriksaan : 22 November 2018


Jam : 21.00 WITA
Ruangan : IGD Kebidanan RSU Anutapura

IDENTITAS
Nama : Ny. R Nama suami : Tn. J
Umur : 34 tahun Umur : 38 tahun
Alamat : Jl. Keramik Alamat : Jl. Keramik
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

ANAMNESIS
G2 P1 A0 Usia Kehamilan : 32-33 Minggu
HPHT : 10-04-2017 Menarche : 15 tahun
TP : 17-12-2018 Perkawinan : Pertama (6 tahun)

Keluhan Utama :
Keluar air dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk RS dengan keluhan keluar air dari jalan lahir 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. air keluar sebanyak kira-kira 300-400 ml bercampur sedikit darah,
lendir. Hal ini awalnya dialami pasien ketika sedang mencuci piring, lalu pasien
tidak menyadari keluar air karna terjadi tiba-tiba. setelah itu air keluar hanya
sedikit-sedikit sampai pasien datang ke rumah sakit. Keluhan juga di sertai nyeri
pinggang, pusing, lemas, dan terdapat riwayat demam kurang lebih 3 hari. Tidak
terdapat nyeri perut bagian bawah tembus belakang, mual, muntah. BAB lancar
seperti biasa, BAK biasa

11
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah mengalami keluhan yang sama pada
kehamilan sebelumnya. Tidak ada Riwayat asma, HT, dan DM
Riwayat Penyakit Keluarga : Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada
memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, asma
disangkal.
Riwayat Alergi : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap
obat-obatan dan makanan.
Riwayat Kontrasepsi : Pasien tidak memakai alat dan pil kontrasepsi.

Riwayat Obstetri :
a. Hamil Pertama : lahir tahun 2013, cukup bulan, lahir normal, jenis kelamin L,
BB 3000 gram.
b. Hamil kedua : Kehamilan sekarang

Riwayat KB : Pasien tidak pernah menggunakan KB


Riwayat ANC : Pasien sudah memeriksakan kehamilannya di
bidan 3 kali
Riwayat Imunisasi : tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg Suhu : 36,5ºC
Nadi : 88 kali/menit Respirasi : 22 kali/menit

Kepala – Leher :
Konjungtiva dalam batas normal, sclera dalam batas normal, tidak ada edema
palpebra, Kelenjar getah bening dalam batas normal, kelenjar tiroid dalam batas
normal

12
Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik tidak ada
P : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung
dalam batas normal
A : Bunyi pernapasan vesikular, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada. Bunyi
jantung I/II murni reguler

Abdomen :
I : Abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak ada tanda-tanda
peradangan, dan bekas operasi .
A : Peristaltik kesan normal, terdapat Aorta abdominalis, ada denyut jantung
janin
P : Redup abdomen kuadran bawah, lainnya timpani
P : Teraba tinggi fundus uteri 3 jari dibawah processus xyphoideus, terdapat
balotement, teraba bagian janin, nyeri tekan tidak ada

Pemeriksaan Obstetri :
TFU : 3 Jari dibawah Processus Xyphoideus
Leopold I : 26 cm
Leopold II : Punggung Kiri
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : 4/5
DJJ : 140 x/menit (reguler)
HIS : tidak ada
Pergerakan Janin : Ada
TBJ : 2170 gram

Pemeriksaan Genitalia :
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Vulva : tidak ada kelainan

13
Vagina : tidak ada kelainan
Portio : tebal, lunak
Pembukaan : Ø 1 cm
Ketuban : ada, utuh
Bagian Terdepan : Kepala
Penurunan : tidak ada
UUK : tidak ada
Pelepasan : Air, darah tidak ada
Nitrazin test : Positif

Ekstremitas :
Atas : Akral dingin, edema tidak ada
Bawah : Akral dingin, edema tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium:
HASIL NILAI SATUAN
RUJUKAN
Eritrosit 3.4 4-6 mm3
Hemoglobin 10.7 12-14 G%
Hematokrit 29.3 40-45 %
Leukosit 12.700 4000-11000 mm3
Trombosit 270.000 150 rb- 400 rb mm3
HbsAg Non- Reaktif Non-Reaktif
Anti-HIV Non- Reaktif Non-Reaktif

RESUME

14
Pasien masuk RS dengan keluhan keluar air dari jalan lahir 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. air keluar sebanyak kira-kira 300-400 ml bercampur sedikit
darah, lendir. Hal ini awalnya dialami pasien ketika sedang mencuci piring, lalu
pasien tidak menyadari keluar air karna terjadi tiba-tiba. setelah itu air keluar
hanya sedikit-sedikit sampai pasien datang ke rumah sakit. Keluhan juga di sertai
nyeri pinggang, pusing, lemas, dan terdapat riwayat demam kurang lebih 3 hari.
Tidak terdapat nyeri perut bagian bawah tembus belakang, mual, muntah. BAB
lancar seperti biasa, BAK biasa.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TD :130/90 mmHg, Nadi: 88
x/menit, Suhu: 36,5 ºC, Respirasi: 22 x/menit. Pemeriksaan obstetri : LI : TFU 26
cm, 3 jari dibawah processus xyphoideus. LII : Punggung kiri, LIII : presentase
kepala, LIV : 4/5. DJJ :138x/menit (reguler). HIS : tidak ada. Pergerakan janin:
ada, janin tunggal dengan TBJ : 2170 gram. Pemeriksaan Genitalia Portio: tebal,
lunak. Pembukaan: 1 cm, Ketuban: utuh, Bagian terdepan: kepala, Penurunan: -,
Pelepasan: Air, Nitrazin test positif
Hasil labolatorium didapatkan Wbc:12,7 x 109/l, Hb: 10,7 gr/dl, Hct: 29,3
%, Plt: 270 x 109/l, HbsAg Nonreaktif

DIAGNOSIS
G2P1A0 gravid 32-33 minggu + KPD

PENATALAKSANAAN
Bedrest total
IVFD RL 24 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
Inj. Dexamethasone amp/12 jam/IV
Ultragestan 3x200 mg rectal
Ranitidin 50 mg/ 8 jam/iv
Rencana USG Obstetri
FOLLOW UP

15
Hari pertama (23 November 2018)
S: Pelepasan air masih ada, dan merembes sedikit, tidak ada darah, lendir, dan
nyeri perut, mual, muntah, sakit kepala, Pusing. terdapat Nyeri pinggang, BAK
sedikit, BAB Biasa.
O: Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis, GCS E4M6V5
TD: 110/80 mmHg
N: 82 x/mnt
R: 20x/mnt
S: 36,5
BJF: 148 x/menit
Mata: Tidak anemis

Hasil USG Obstetri:


Gravid tunggal intrauterine, DJJ: 157 x/menit, letak Kepala
Plasenta pada corpus uteri anterior
Cairan amnion cukup, AFI : 13 cm
Estimasi kasar usia kehamilan 32-33 minggu
Estimasi berat janin 2088 gram.

A: G2P1A0 gravid 32-33 minggu + KPD


P:
- IVFD RL 24 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Dexamethasone amp/12 jam/IV
- Ultragestan 3x200 mg rectal
- Ranitidin 50 mg/ 8 jam/iv

Hari ke dua (24 November 2018)


S: pelepasan air berkurang, nyeri pinggang berkurang, tidak ada darah, lendir,
nyeri perut, mual, muntah, sakit kepala, dan Pusing. BAK lancar, BAB Biasa.
O: Keadaan Umum: Baik
Kesadaran: Compos Mentis, GCS E4M6V5

16
TD: 110/80 mmHg
N: 84 x/mnt
R: 20x/mnt
S: 36,5
BJF: 152 x/menit
Mata: tidak anemis
A: G2P1A0 gravid 32-33 minggu + KPD
P:
IVFD RL 24 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
Inj. Dexamethasone amp/12 jam/IV
Ultragestan 3x200 mg rectal
Ranitidin 50 mg/ 8 jam/iv

Hari ke Tiga (25 November 2018)


S: pelepasan air berkurang, nyeri pinggang tidak ada, tidak ada darah, lendir, nyeri
perut, mual, muntah, sakit kepala, dan Pusing. BAK lancar, BAB Biasa.
O: Keadaan Umum: Baik
Kesadaran: Compos Mentis, GCS E4M6V5
TD: 120/80 mmHg
N: 80 x/mnt
R: 20 x/mnt
S: 36,7
BJF: 146 x/menit
Mata: Tidak Anemis
A: G2P1A0 gravid 32-33 minggu + KPD
P:
IVFD RL 24 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
Inj. Dexamethasone amp/12 jam/IV

17
Ultragestan 3x200 mg rectal
Ranitidin 50 mg/ 8 jam/iv

Hari ke Empat (26 November 2018)


S: pelepasan air berkurang, nyeri pinggang tidak ada, tidak ada darah, lendir, nyeri
perut, mual, muntah, sakit kepala, dan Pusing. BAK lancar, BAB Biasa.
O: Keadaan Umum: Baik
Kesadaran: Compos Mentis, GCS E4M6V5
TD: 110/80 mmHg
N: 86 x/mnt
R: 18 x/mnt
S: 36,4
BJF: 146 x/menit
Anemis (-/-)
A: G2P1A0 gravid 32-33 minggu + KPD
P:
- IVFD RL 24 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Dexamethasone amp/12 jam/IV
- Ultragestan 3x200 mg rectal
- Ranitidin 50 mg/ 8 jam/iv

Hari ke Lima (27 November 2018)


S: pelepasan air berkurang, nyeri pinggang tidak ada, tidak ada darah, lendir, nyeri
perut, mual, muntah, sakit kepala, dan Pusing. BAK lancar, BAB Biasa.
O: Keadaan Umum: Baik
Kesadaran: Compos Mentis, GCS E4M6V5
TD: 110/80 mmHg
N: 84 x/mnt
R: 21 x/mnt
S: 36,5

18
BJF: 142 x/menit
Mata: Tidak Anemis
A: G2P1A0 gravid 32-33 minggu + KPD
P:
- Aff Infus
- Boleh rawat jalan

BAB IV

19
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien


pada kasus ini didiagnosis Ketuban Pecah Dini.
Pada anamnesa didapatkan bahwa pasien multigravida pada kehamilan
preterm mengeluh keluar cairan seperti air dari jalan lahir sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit bercampur sedikit darah. Hal ini awalnya dialami pasien ketika
sedang mencuci piring, lalu pasien tidak menyadari keluar air karna terjadi tiba-
tiba. setelah itu air keluar hanya sedikit-sedikit sampai pasien datang ke rumah
sakit. Pasien juga disertai riwayat demam selama 3 hari dirumah, dan sudah
pernah mengalami keluhan yang sama pada kehamilan sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan teori Menurut buku obstetri Williams mengenai KPD,
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Secara klinis diagnosa KPD
ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam
waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian
untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan
untuk melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi
pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm
(PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm amniorrhexis).1
Pada pasien ini diketahui terdapat riwayat demam selama 3 hari yang tidak
diketahui penyebabnya, disertai riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan
sebelumnya yang mana telah diketahui secara umumnya ketuban pecah dini
disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya
tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks, faktor lain yang dapat menyebabkannya yaitu, serviks inkompeten,
kehamilan multipara, dan riwayat ketuban pecah dini sebelumnya. 2,3
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, vital sign dalam batas
normal dan status generalis dalam batas normal. Hal ini menandakan keadaan

20
umum pasien baik, tidak terjadi tanda-tanda infeksi yang ditakutkan pada pasien
karena pasien dengan KPD dapat memungkinkan terjadinya infeksi ascenden
dimana infeksi menjalar dari introitus vagina ke dalam uterus karena sudah tidak
terdapatnya selaput ketuban sebagai pelindung. 2,3
Dari pemeriksaan obstetrik, didapatkan posisi janin letak kepala. His tidak ada,
pelepasan lendir darah tidak ada. Hal ini mendukung untuk mengetahui faktor
etiologi terjadinya KPD dimana bila terjadi Kelainan letak misalnya lintang, maka
tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.2
Pada pemeriksaan Tambahan Nitrazine Test menggunakan kertas Lakmus
didapatkan hasil positif, kertas nitrazin akan berubah menjadi biru jika pH cairan
diatas 6.0 – 6.5. Sekret vagina ibu hamil memiliki pH 4 – 5, dengan kertas nitrazin
tidak memberikan perubahan warna. Tes nitrazin ini bisa memberikan hasil positif
palsu bila tersamarkan dengan cairan seperti darah, semen atau vaginitis seperti
trichomoniasis. 3,4

Pada pemeriksaan penunjang yaitu USG didapatkan, Gravid tunggal


intrauterine, DJJ (+) 157/menit, letak kepala, Plasenta pada corpus uteri anterior,
Cairan amnion cukup, AFI : 13 cm, Estimasi kasar usia kehamilan 32-33 minggu,
Estimasi berat janin 2088 gram. hal ini tidak sesuai dengan teori tentang KPD,
pada pasien dengan Ketuban Pecah Dini dapat terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit (oligohidramnion atau anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan
anamnesis dari pasien bisa membantu diagnosis. Selain itu dinilai Amniotic Fluid
Index (AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia janin. Ultrasonografi dapat
mengidentifikasikan kehamilan ganda, janin yang tidak normal atau melokalisasi
kantong cairan amnion pada amniosentesis dan sering digunakan dalam
mengevaluasi janin. Pemeriksaan USG berguna untuk menegakkan diagnosis
ketuban pecah dini. 3,4

Pada keadaan KPD karena dapat meningkatkan angka kejadian infeksi dapat
dicegah dengan memberikan antibiotik spektrum luas yaitu golongan sefalosporin
contohnya ceftriaxone 1 gram secara intravena. Untuk tindakan yang dapat

21
dilakukan, pada pasien ini usia kehamilan belum aterm (32 - 33 minggu) sehingga
tindakan yang dapat diambil yaitu dengan melakukan tirah baring, dilakukan
perawatan sampai air ketuban tidak keluar lagi juga diberikan dexamethasone 1
ampul/6 jam, diberikan sebagai pematangan paru, ultrogestan (progesterone)
diberikan untuk penguat kandungan agar tidak timbul tanda-tanda inpartu. 2,4
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, karena pada pasien ini ketuban yang
keluar berhenti pada saat 5 hari pasca perawatan disertai pemeriksaan USG
dengan cairan amnion masih dalam batas normal, selain itu tidak ditemukan
tanda-tanda infeksi, sehingga pasien dianjurkan untuk rawat jalan mengingat usia
kehamilan 32-33 minggu sambil tetap melakukan observasi kehamilannya. Pasien
di minta melakukan USG secara periodik sesuai Penatalaksanaan berdasarkan
pedoman nasional pelayanan ketuban pecah dini, mengingat usia kehamilan
hampir memasuki 34 minggu sekaligus memantau maturasi janin dan adanya
tanda-tanda inpartu. Pasien dianjurkan Terminasi kehamilan apabila diantara 32-
37 minggu sudah didapatkan tanda inpartu tanpa adanya tanda infeksi, dan
menilai tingkat maturitas atau kesehjahteraan janin.4

DAFTAR PUSTAKA

22
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL et
al. Obstetri Williams. 24th ed. USA: McGraw-Hill Education; 2014. P. 839-40
2. Soewarto S. Ketuban Pecah Dini. In: Saifuddiin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH, Editor. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2012. p. 677-82
3. DeFranco E, Atkins K, Heyl PS. Preterm Labor, Premature Rupture Of
Membranes, and Cervical Insufficiency. In: Evans AT, editor. Manual Of
Obstetrics. Ed 7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
4. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. Jakarta: Himpunan Kedokteran
Fetomaternal; 2016

23

Anda mungkin juga menyukai