Anda di halaman 1dari 16

PENGGUNAAN OBAT DAN VAKSIN PADA BBL DAN BALITA

(VIT K DAN Hb)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang berfungsi untuk
pembentukan protrombin factor II, VII, IX dan X yang harus tersedia pada tubuh
dalam jumlah yang cukup. Kekurangan vitamaik K dapat menyebabkan perdarahan
dan metabolisme tulang yang tidak stabil. Bayi baru lahir memiliki adanya vitamin K
yang sangat terbatas dan tergantung pada ibunya. Vitamin K berperan dalam proses
pembekuan darah, bayi yang kurang vitamin K dapat dengan mudah mengalami
gangguan peradarahan yang disebut dengan APCD (Aquired Protombin Complex
Deticiency)dan beresiko mengalami perdarahan otak. Di indonesia sebagai negara
yang berkembang, mempunyai angka kematian bayi (AKB) 41,4 per 1000 kelahiran
hidup tahun 2016 yang diproyeksikan akan menjadi 18 perkelahiran hidup pada tahun
2025. Sehingga perlu upaya yang keras untu mencapai sasaran tersebut. Salah satu
penurunan AKB yaitu dengan mencegah terjadinya perdarahan otak pada bayi baru
lahir sebagai akibat dari kekurangan vit K (WHO, 2008). Di beberpa negara Asia
angka kesakitan bayi karena Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK)
berkisar 1-1.200 sampai 1-1.400 kelahiran hidup (Thailand). Angka tersebut dapat
turun menjadi 10: 100.000 kelahiran hidup dengan pemberian 1,2 profilaksin vitamin
k pada bayi baru lahir. Permasalahan akibat PDVK adalah terjadinya perdarahan otak
dengan angka kematian 10-50% yang umumnya terjadi pada bayi rentang umur 2
minggu-6 bulan, dengan akibat angka kecacatan 30-50%. Data PDVK secara nasional
di Indonesia belum tersedia. Sedangkan data dari ilmu kesehatan anak FKUI RSCM
tahun 2000-2010 menunjukkan terdapat 21 kasus (18%) diantaranya mengalami
komplikasi perdarahan intrakranial. Terdapat berbagai penyebab terjadinya PVDK
pada bayi antara lain rendahnya kandungan vitamin K pada air susu ibu serta belum
sempurnanya fungsi hati pada bayi baru lahir, terutama pada bayi dengan lahir
premature. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kebijakan nasional penambahan vitamin
K pada bayi guna menunjang proses pemebrian ASI Ekslusif di Indonesia dan
menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir.
Selain diberikan suntikan vitamin K pada bayi baru lahir juga penting untuk
dilakukan imunisasi. Imunisasi merupakan salah satu cara memberikan kekebalan
pada bayi dana anak terhadap berbagai penyakit. Salah satu imunisasi yang dapat
diberikan pada bayi baru lahir adalah imunisasi hepatitis. Imunisasi hepatitis
merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi
ini dalam program nasionalnya. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis ini
maka dapat menyebabkan kelainan kelainan yang akan dibawa terus hingga dewasa.
Efek yang dapat ditimbulkan apabila terinfeksi diantaranya yaitu dapat menyebabkan
sirosis atau pengerutan hati. Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi
perhatian khusus pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk indonesia diperkirakan
menderita penyakit hepatitis B demikian pula dengan hepatitis C yang merupakan
salah satu dari 10 penyebab kematian di dunia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumjusan masalah pada makalah ini adalah
a. Apa defisini dari imunisasi hepatitis?
b. Apa tujuan dari pemberian imunisasi hepatitis?
c. Bagaimana jadwal pemberian imunisasi hepatitis?
d. Berapa jumlah pemberian imunisasi hepatitis?
e. Bagaimana cara pemberian imunisasi hepatitis?
f. Apa saja efek samping dari pemberian imunisasi hepatitis
g. Apa definisi dari suntikan vitamin K?
h. Kapan diberikan suntikan vitamin K?
i. Manfaat dari suntikan vitamin k?
j. Efek samping yang dapat ditimbulkan apabila tidak diberikan suntikan vitam K?
k. Bagaimana cara pemberian vitamin K pada bayi baru lahir?

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujaun dari penulisan makalah ini adalah
a. Untuk mengetahui defisini dari imunisasi hepatitis B
b. Untuk mengetahui tujuan dari pemberian imunisasi hepatitis B
c. Untuk mengetahui jadwal pemberian imunisasi hepatitis B
d. Untuk mengetahui jumlah pemberian imunisasi hepatitis B
e. Untuk mengetahui cara pemberian imunisasi hepatitis B
f. Untuk mengetahui efek samping dari pemberian imunisasi hepatitis B
g. Untuk mengetahui definisi dari suntikan vitamin K
h. Untuk mengetahui waktu yang tepat diberikan suntikan vitamin K
i. Untuk mengetahui manfaat dari suntikan vitamin k
j. Untuk mengetahui efek samping yang dapat ditimbulkan apabila tidak diberikan
suntikan vitam K
k. Untuk mengetahui cara pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP IMUNISASI HEPATITIS B 0


A. Definisi Imunisasi Hepatitis B 0
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Alimul, 2009)
Hepatitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan suatu peradangan yang
terjadi pada organ tubuh seperti hati atau liver. Hepatitis berasal dari kata
(hepar/liver) dan itis(peradangan). Hepatitis diakibatkan berbagai faktor
dimana tiap faktor mempunyai karakter khas, maka timbullah berbagai
macam hepatitis yang berbeda satu sama lain.
Hepatitis merupakan penyakit yang serius. Penyakit ini banyak dikenal
sebagai kuning, padahal penguningan (kuku, mata, kulit) hanya salah salah
satu gejala dari penyakit hepatitis itu. Vaksin hepatitis B tidak boleh diberikan
pada orang dengan riwayat rekasi alergi berat (anafilaksis) setelah pemberian
vaksin hepatitis B atau vaksin lain sebelumnya. Vaksin hepatitis B
mengandung protein ragi jamur sehingga dikontraindikasikan pada orang
dengan alergi ragi. Pemberian vaksin ini perlu berhati–hati pada orang dengan
sakit sedang sampai berat dengan atau tanpa demam serta pada bayi di bawah
2000 gram.

B. Tujuan Imunisasi Hepatitis B 0


1. Memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit. (Proverawati, 2010).
2. Diharapkan agar anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Alimul,
2009).
C. Jadwal Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0
Imunisasi Hepatitis B 0 diberikan pada semua anak usia 0–18 tahun.
Dosis pertama diberikan pada bayi baru lahir (newborns) menggunakan
vaksin monovalen (vaksin antigen tunggal) sebelum pulang dari rumah sakit.
Setelah pemberian dosis pertama pada bayi baru lahir, dosis hepatitis B dapat
dilengkapi dengan vaksin antigen tunggal hingga 3 dosis pemberian. 4.    Bayi
yang tidak mendapat imunisasi Hepatitis B saat lahir, sebaiknya mendapatkan
imunisasi Hepatitis B pada usia 0, 1 dan 6 bulan (3 kali pemberian). Jika Ibu
HBsAg-Positif : Bayi diberikan HBIG (Imunoglobulin Hepatitis B) dan
Imunisasi Hepatitis B dosis pertama sebelum usia bai 12 jam. Selanjutnya
Imunisasi Hepatitis B dilengkapi hingga 3 kali pemberian. Jika status HBsAg
Ibu tidak diketahui : Bayi diberikan imunisasi Hepatitis B sebelum berusia 12
jam. Jika bayi lahir dengan berat badan rendah (berat badan kurang dari 2000
gram) juga diberikan HBIG sebelum usia 12 jam. Jika dikemudian hari ibu
diketahui HBsAg-Positif, diberikan HBIG sesegera mungkin dan dalam usia 7
hari, dan ikuti jadwal imunisasi Hepatitis B bayi yang lahir dari ibu HBsAg-
positif.
Gambar 2.1 Pemberian Imunisasi Hb0 pada bayi

D. Jumlah Pemberian Hepatitis B 0


Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan
kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Intra Muskular
(IM, didalam otot), 0,5 ml.
E. Lokasi Penyuntikkan
Pada bayi di paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian
depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan
karena bisa mengurangi efektivitas vaksin (Dewi, 2010).
Pemberian 3 dosis vaksin Hepatitis B secara intramuskluar menginduksi
respon antibodi protektif pada lebih dari 90% dewasa sehat yang berusia
kurang dari 40 tahun. Setelah berusia 40 tahun, imunitas berkurang dibawah
90%, dan saat berusia 60 tahun hanya 65-76% vaksin yang mempunyai efek
proteksi terhadap infeksi virus Hepatitis B. Meskipun faktor pejamu lainnya
seperti merokok, obesitas, infeksi HIV, dan penyakit kronik menyebabkan
imunogenisitas vaksin yang rendah, tetapi usia merupakan factor determinan
terpenting.
F. Efek Samping dan Kontraindikasi
Vaksin Hepatitis B merupakan vaksin yang termasuk aman. Efek yang
ditimbulkan berupa nyeri di tempat injeksi, demam, reaksi anafilaksis, dan
Sindrom Guillan-Barre. Reaksi alergi terhadap komponen vaksin termasuk
thimerosal merupakan kontraindikasi pemberian vaksin (Dewi, 2010).

2.2 KONSEP PEMBERIAN VITAMIN K


A. Definisi Vit. K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein
yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II, VII, IX, X, dan
antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein Z dan M yang belum
banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah.

Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:


 Vitamin K1  (phytomenadione) terdapat pada sayuran hijau. Sediaan
yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin vitamin K mixed
micelles (KMM).
 Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti
bacteriodes fragilis dan beberapa strain E.coli
 Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan
vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena
menyebabkan anemia hemolitik.
Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K
dalam tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik
terendah dalam 48-72 jam setelah kelahiran. Kemudian kadar faktor ini akan
bertambah secara perlahan selama beberapa minggu tetap berada dibawah
kadar orang dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi vitamin K dari
makanan. Sedangkan bayi baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena
berbagai alasan, antara lain karena simpanan vitamin K yang rendah pada
waktu lahir, sedikitnya transfer vitamin K melalui plasenta, rendahnya kadar
vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran cerna.
Sediaan vitamin K yang ada di Indonesia adalah vitamin K3
(menadione) dan vitamin K1 (phytomenadione). Yang direkomendasikan oleh
berbagai negara di dunia adalah vitamin K1. Australia sudah menggunakan
vitamin K1 sebagai regimen profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir (sejak
tahun 1961). Hasil kajian HTA tentang pemberian profilaksis dengan vitamin
K adalah vitamin K1.

B. Tujuan Pemberian Vit.K


Vitamin K diperlukan untuk pembentukan tulang pada janin dan
factor-faktor pembekuan darah. Vitamin K berguna untuk meningkatkan
biosintesis factor pembeku darah yaitu prothrombin, , factor VII, factor IX,
factor X hingga membantu proses pembekuan darah dan mencegah terjadinya
pendarahan Akibat proses persalinan. Bayi dapat mengalami pendarahan
dalam karena berbagai macam sebab. Seperti adanya indikasi penyakit
bawaan atau karena guncangan dari orang tuanya saat menggendong. Untuk
itulah pemberian vitamin K pada bayi sangat diperlukan. Bisa juga akibat
ditariknya bayi dari rahim dan pemotongan tali pusar atau plasenta pastilah
mengalami pendarahan. Kemudian organ seperti mata, otak, saluran
pencernaan pun bisa mengalami pendarahan. Bayi belum memiliki tubuh yang
berkembang dengan baik sehingga hal ini dimungkinkan terjadi. 

C. Dosis dan Lokasi Penyuntikan Vit.K


Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi
dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.
Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
a. Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml,
kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian
anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2
jam setelah lahir.
b. Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis
B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.
Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis
dan cara yang sama.
Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan
pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.

Gambar 2.2 Pemberian Vit K pada bayi

D. Efek Samping dan Kontraindikasi

Vitamin K pada bayi baru lahir telah dikaitkan dengan anemia


hemolitik, hiperbilirubenia dan kernikterus, terutama pada bayi premature dan
bayi dengan defisiensi glukosa 6 – fosfat dehidrogenase ( G6PD) atau defiensi
vitamin E. masalah ini cukup jarang dengan fitomenadion daripada
menadiol.Vitamin K oral secara umum ditoleransi baik tetapi mungkin
menyebabkan mual, sakit kepala, atau flushing. Pada gagal hati fungsi hati
akan terus terdepresi.

Vitamin K peranteral harus diberikan dengan kewaspadaan pada bayi


dengan bayi berat kurang dari 2500gram karena dapat meningkatkan resiko
kernikterus pada bayi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan
protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum
banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah. Diketahui juga diawal
bahwa bentuk-bentuk vitamin K ini ada berbagai macam. Ada tiga macam yaitu
vitamin K1 (phytonadione), vitamin K2 (menaquinone), vitamin K3
(menadione). Untuk pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir adalah
dengan cara suntikan. Untuk lokasi yang jauh dari rumah sakit atau bidan pun
tetap harus diberikan suntikan vitamin K agar mengurangi angka kematian pada
bayi dan kecatatan. Untuk itu vitamin K suntik dosis 10 mg/1 ml.
Sedangkan Imunisasi HB0 adalah suatu tindakan pemberian kekebalan
kepada tubuh bayi terhadap penyakit hepatitis dengan uniject secara
intramuscular pada bayi usia 0-7 hari. Yang bertujuan agar anak mempunyai
daya tahan terhadap penyakit hepatitis.
Vitamin K biasanya 1 jam setelah melahirkan dan HB0 diberikan 2 jam
setelah melahirkan. Suntikan diberikan pada paha kiri bayi secara intra muscular,
dan HB0 diberikan pada paha kanan bayi, Kemudian tanda vital bayi di periksa
untuk mengetahui adanya efek akibat pemberian imunisasi ini setelah 1 jam
pemberian obat.
Dengan demikian, pentingnya pemberian vitamin K dan HB0 pada bayi
sudah diketahui. Untuk itu jagalah ibu hamil serta masa persalinan dan bayi serta
balita anda untuk tumbuh kembang sehat serta terhindar dari berbagai macam
jenis kecatatan fisik maupun mental serta jauh dari penyakit.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan :
Perlu peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang imunisasi di
kalangan paramedis sehingga pelayanan kesehatan khususnya imunisasi dapat
diberikan sesuai dengan standar asuhan pelayanan kesehatan.
Perlu pemberian pendidikan kesehatan kepada masyarakat yang sebenarnya
tentang pentingnya imunisasi dan hal-hal yang berkaitan sehingga masyarakat
tidak perlu takut membawa anaknya imunisasi.
Bagi setiap Ibu agar selalu memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus
selalu aktif ke posyandu atau tenaga kesehatan terdekat. Karena dengan di beri
Imunisasi dapat mencegah bayi dalam berbagai penyakit
PENUNTUN BELAJAR PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B 0

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut:

0 : Tidak kompeten dalam melakukan langkah-langkah kegiatan.


1 : Kompeten dalam melakukan langkah-langkah kegiatan.

PENUNTUN BELAJAR
KASUS
NO LANGKAH/ TUGAS
0 1
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
Menjelaskan kepada ibu mengenai prosedur yang akan
2.
dilakukan dan meminta pertujuan ibu.
3. Mencuci tangan sebelum tindakan dan keringkan.
4. Mempersiapkan posisi bayi.
Mengambil uniject dari dalam termos vaksin/lemari
5.
pendingin.
Membuka kantong aluminium/plastik dan
6.
mengeluarkan uniject.
Memegang uniject pada leher dan tutup jarum dengan
7.
memegang keduanya diantara jari telunjuk dan jempol.
8. Mendorong tutup jarum kearah lateral dengan tekanan.
Meneruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara
9.
tutup jarum dan leher.
10. Membuka tutup jarum.
Memegang uniject pada bagian leher dan memasukkan
jarum pada paha bayi dengan sudut 90 derajat. Pada
11. imunisasi jenis uniject tidak diperlukan aspirasi.
Sewaktu penyuntikan usahakan bayi berada dalam
keadaan tenang.
Memijat reservoir dengan kuat untuk memasukkan
vaksin, setelah reservoir kempis cabut uniject dari
12.
paha bayi dengan cepat. Pastikan seluruh vaksin
masuk ke tubuh bayi.
Membuang uniject yang sudah tidak terpakai di tempat
13.
benda tajam (safety box).
14. Membereskan alat-alat yang telah digunakan.
Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun
15. dan air mengalir lalu keringkan.

Menulis dibuku catatan mengenai tindakan yang telah


16. dilakukan dan memberitahukan hal-hal yang perlu
diketahui oleh ibu bayi.
SKOR NILAI = ∑ NILAI X 100%
48
TANGGAL

PARAF PEMBIMBING
PENUNTUN BELAJAR PEMBERIAN INJEKSI VIT.K PADA BAYI BARU
LAHIR

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut:

1 : Tidak kompeten dalam melakukan langkah-langkah kegiatan.


2 : Kompeten dalam melakukan langkah-langkah kegiatan.

PENUNTUN BELAJAR
KASUS
NO LANGKAH/ TUGAS
0 1
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
Menjelaskan kepada ibu mengenai prosedur yang akan
2.
dilakukan dan meminta pertujuan ibu.
3. Mencuci tangan sebelum tindakan dan keringkan.
4. Mempersiapkan posisi bayi.
Masukkan vitamin K1 ke dalam spuit sekali pakai
5.
steril 1 ml
Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk
memudahkan identifikasi suntikan vitamin K1 di paha
6.
kiri dan suntikan imunisasi HB0 di paha kanan.

Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan


kapas yang telah direndam dalam larutan antiseptik
7.
dan biarkan mengering.

Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan


8. sudah tepat.

Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan


disuntik dengan menggunakan ibu jari dan jari
9.
telunjuk.

10. Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak


lurus melalui kulit.
Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa
11. ujung jarum tidak menusuk dalam vena.

Bila dijumpai darah:


 Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat
 Pasang jarum steril yang baru ke semprit
12.
 Pilih tempat penyuntikkan yang lain
 Ulangi prosedur diatas

Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan


13. tekanan kuat dalam waktu 3-6 detik.

Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan


14. halus dan tekan dengan bola kasa steril kering.
.
Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun
15. dan air mengalir lalu keringkan.

Menulis dibuku catatan mengenai tindakan yang telah


16. dilakukan,lokasi penyuntikan dan memberitahukan
hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi.
SKOR NILAI = ∑ NILAI X 100%
48
TANGGAL

PARAF PEMBIMBING
DAFTAR PUSTAKA

__________. 2016. Daftar Tilik Tk II Semester Ganjil Prodi D-IV Kebidanan.


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ubudiyah Indonesia. (Diakses
pada 7 April 2018 pukul 14:33 WIB).

Alimul H, A Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika:


Yogyakarta.

Prowirohardjo, 2008. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai