Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK BAYI BARU LAHIR


PADA BY NY “P” DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI PMB TATIK WILAYAH PUSKESMAS KAYUMAS

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Bayi Baru Lahir

Program Studi Profesi Bidan

Disusun oleh :

Nama : Berliana Kartikasari


NIM : P27224022006
Kelas : Profesi Kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PROFESI BIDAN

TAHUN 2022

1
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK BAYI BARU LAHIR


PADA BY NY “P” DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI PMB TATIK WILAYAH PUSKESMAS KAYUMAS

Disusun oleh:

Nama : Berliana Kartikasari

NIM : P27224022006

Kelas : Profesi Kebidanan

Tanggal Pemberian Asuhan 25 September 2022

Disetujui :

Pembimbing Lapangan

Tanggal :

Di :
(Rini Utami,S.ST.,Bdn)

NIP. 19710515 199301 2 002

Pembimbing Institusi

Tanggal :

Di :
(Ari Kurniarum, SSiT.,M.Kes)

NIP. 19750111 20011 2 001

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar >
7 dan tanpa cacat bawaan. Angka Kematian Bayi (AKB) menurut WHO pada tahun
2016 diperkirakan 41 per 1000 kelahiran hidup di dunia (WHO, 2018).
AKB di provinsi Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 99,9/1000 kelahiran hidup
sama dengan jumlah AKB ppada tahun 2015 (Profil Kesehatan Kabupaten Jawa
Tengah 2016). Angka kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan indikator
dalam menilai status kesehatan masyarakat suatu bangsa. Intervensi yang sangat
kritis adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang terampil dan
berpengalaman serta kompeten sangat diperlukan. Mengingat masa neonatal/bayi
baru lahir adalah masa penentu.
Jumlah absolut kematian bayi adalah 220 dari 17,002 kelahiran hidup. Dari
220 kematian bayi di Kabupaten Klaten, sebanyak 120 kematian bayi berada pada
rentan umur 0-6 hari (perinatal), 34 kematian bayi berada pada rentan umur 7 - 28
hari (neonatal) dan 65 kematian bayi berada pada rentan 29 hari -11 bulan (Dinkes
Provinsi Jawa Tengah 2019).
Masa transisi dari kehidupan dan kandungan keluar kandungan merupakan
perubahan drastis dn menuntut perubahan psikologis dan bermakna efektif oleh bayi,
guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Kemampuan tersebut meliputi adaptsi
terhadap kehidupan diluar kandungan yaitu awal pernafasan, adaptasi paru, adaptasi
kardiovaskuler dan adaptasi suhu (Myles, 2009)
Upaya yang dilakukan agar bayi dapat bertahan adalah dengan memberikan
perawatan segera bayi saat lahir untuk pencegahan kehilangan panas dan
pembersihan jalan nafas dan pemotongan tali pusat. Selain itu terjadi perubahan
emosional ada bayi baru lahir dengan hubungan orang tua yang baik. Perkembangan
dan pertumbuhan bayi/anak selanjutnya serta diperlukan perhatian dan penanganan
yang terpadu dan berkesinambungan, maka penyusun tertarik untuk mengambil
kasus asuhan bayi baru lahir normal (Franchinie, 2000)

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang ini maka dirumuskan masalah bagaimanakah
manajemen asuhan kebidanan Fisiologi Holistik pada bayi baru lahir normal?

C. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan fisiologis holistik pada
bayi baru lahir normal dengan menggunakan manajeman kebidanan.
2. Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data pada bayi baru lahir
b. Mengidentifikasi masalah dan mendiagnosa
c. Mengidentifikasi masalah potensial
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Menentukan perencanaan
f. Melakukakan penatalaksanaan
g. Mengevaluasi tindakan
h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam memberikan
asuhan pada bayi baru lahir normal.
2. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi khususnya
tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal.
4. Bagi Profesi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam asuhan
komprehensif pada bayi baru lahir normal.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Literatur Review
1. Perubahan Fisik (The Phisical experience)
a. Perubahan Fisiologis
1) Perubahan Sistem Pernafasan
Sebelum lahir, janin menerima oksigen dari sirkulasi ibu melalui
plasenta dan vena umbilikalis. Perkembangan paru berlangsung
melalui tahap berbeda selama kehamilan. Perkembangan paru-paru
terjadi dalam dua fase: pertumbuhan diikuti oleh pematangan.
Awalnya, saluran udara berkembang menjadi cabang, kemudian
kantung alveolar terminal muncul selama tahap kanalikuli kedua, yang
terjadi antara usia kehamilan 16-24 minggu.
Tahap kanalikuli ketiga terjadi antara 28-36 minggu kehamilan,
ruang antara kapiler paru dan alveoli berkurang sehingga kapiler
bersentuhan langsung dengan membran dasar alveolar. Alveoli
primitif berkembang dan menjadi berjajar dengan dua jenis sel
alveolar. Pertukaran gas terjadi di sel alveolar epitel tipe I yang sangat
tipis. Celah pada paru merupakan sel alveolar epitel tipe II berbentuk
kuboid yang menghasilkan dan menyimpan surfaktan. Surfaktan
adalah fosfolipid kompleks yang melapisi alveoli dan membuatnya
terbuka sebagian selama pernafasan melalui sifat-sifat pengaktifannya.
Periode alveolar dimulai pada 36 minggu dan berlanjut sepanjang
masa kanak-kanak. Selama fase ini, lebih banyak alveoli terbentuk,
menciptakan area permukaan yang lebih besar untuk pertukaran gas.
Setelah kelahiran, peristiwa utama yang terjadi di paru-paru
adalah (1) pembersihan cairan alveolar, (2) ekspansi paru-paru, dan
(3) perubahan sirkulasi yang meningkatkan perfusi paru. Sebelum
persalinan, paru-paru penuh dengan cairan, yang disekresikan dalam
sel alveolar tipe II ke dalam ruang alveolar sebagai efek sekunder dari
sekresi ion klorida. Janin mulai mengalami penurunan cairan paru-
paru pada hari-hari sebelum persalinan, yang pada gilirannya

5
mengurangi jumlah cairan yang perlu dibersihkan selama pernafasan
awal neonatus. Pembersihan cairan alveolar difasilitasi oleh
peningkatan produksi dan aktivitas natrium epitel channels (ENaCs).
Ketika ENaC menjadi aktif, ion natrium (Na +) memasuki sel dari
cairan paru janin dan secara aktif diekstrusi dari sel ke ruang
interstitial. Proses ini menciptakan gradien elektrokimia yang diikuti
oleh cairan paru dan klorida (Cl-, yang menghasilkan pembersihan
alveoli cairan paru-paru. Selama persalinan, kadar katekolamin dan
kortisol plasma janin meningkat; hormon-hormon ini lebih lanjut
merangsang reabsorpsi cairan paru selama persalinan dengan
meningkatkan gen yang menghasilkan ENaC. Proses keseluruhan ini
menyebabkan paru-paru berubah dari sekresi cairan aktif menjadi
penyerapan cairan aktif. Aktivasi ENaC berkorelasi dengan usia
kehamilan. Bayi prematur memiliki lebih sedikit aktivasi ENaC
setelah lahir, sehingga terdapat cairan paru yang lebih banyak
dibandingkan bayi baru lahir cukup bulan. Inilah yang menyebabkan
bayi premature lebih berisiko mengalami sindrom gangguan nafas.
Namun, harus ditemukan respons abnormal tertentu pada bayi
baru lahir pada 2 jam pertama kelahiran, seperti napas lebih dari 60
kali per menit secara konsisten, dengan atau tanpa ada nafas cuping
hidung, mengorok, atau retraksi dada saat bernapas. Nafas cuping
hidung, ngorok, dan retraksi dada adalah tanda klasik dari gangguan
pernapasan dan memerlukan evaluasi segera. Tanda tersebut
merupakan episode penting yang menandakan perlunya intervensi
medis sebelum terjadi apnea mayor. Respon normal dan abnormal
lainnya dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Karakteristik Pernafasan Bayi baru Lahir
Karakteristi Normal Abnormal
k
Frekuensi 40-60 kali per menit < 40 menit 60 kali per menit
Diafragma nafas diafragma atau Ngorok saat ekspirasi
Hidung perut Nafas cupit hidung
Dada Nafas melalui hidung Tampak retraksi suprasternal
Tidak ada retraksi atau subcostal saat bernafas

2) Sistem Neurologis
Reflek bayi baru lahir diantaranya :

6
a) Reflek pada Mata
b) Berkedip atau Refleks korneal
c) Reflek Pupil
d) Mata boneka

Reflek pada Hidung


a) Bersin
b) Glabela : ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua
alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.

Reflek pada mulut dan Tenggorokkan


a) Menghisap
b) Muntah
c) Rooting

Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan


menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan
mulai menghadap: harus hilang kira-kira pada usia 3-4 bulan,
tetapi dapat menetap selama 12 bulan.
d) Ekstrusi

Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan


mendorongnya keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan.

Reflek pada Ekstremitas


a) Menggenggam
b) Babinski
c) Klonus, Pergelangan kaki: Dorsofleksi telapak kaki yang cepat
ketika menopang lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan
munculnya satu sampai dua gerakan oskilasi (denyut). Akhirnya
tidak boleh ada denyut yang teraba.

Refleks pada Massa/Moro


a) Startle : Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan
dengan fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada
usia 4 bulan.

7
3) Perubahan Sirkulasi
Perubahan besar dalam sistem kardiovaskular terjadi setelah bayi
dilahirkan sebagai respons terhadap pelepasan plasenta dimana selama
janin intrauterine, plasenta sebagai sumber pertukaran gas dan nutrisi
janin. Saat dilakukan penjepitan tali pusat, aliran darah dari plasenta
akan berhenti. Tindakan ini juga menghentikan suplai oksigen dari ibu
ke bayi baru lahir dan memicu serangkaian reaksi berikutnya. Reaksi-
reaksi ini disempurnakan juga dengan reaksi yang terjadi di paru-paru
sebagai respons terhadap napas pertama.
Perubahan utama adalah peningkatan curah jantung dan transisi
sirkulasi janin ke sirkulasi dewasa. Peningkatan curah jantung
diperlukan untuk meningkatkan metabolisme basal, kerja pernapasan,
dan termogenesis. Pada janin cukup bulan, output ventrikel gabungan
sekitar 450 mL / kg / menit, dengan output ventrikel kanan terhitung
2/3 dari curah jantung dan ventrikel kiri mengeluarkan 1/3 dari curah
jantung.
Saat lahir, tekanan oksigen meningkat, prostaglandin dan
prostasiklin plasenta tidak lagi memasuki sistem sirkulasi melalui vena
umbilikalis. Akibatnya, terjadi penyempitan ductus arteriosus. Darah
dari ventrikel kanan kemudian dapat memasuki sirkulasi paru-paru,
dan darah beroksigen selanjutnya dapat melewati ductus arteriosus dan
memfasilitasi penutupan aliran ini, secara fungsional, ductus arteriosus
menutup dalam 48 jam. Penjepitan tali pusat akan menutup sistem
sirkulasi janin-plasenta, sehingga sistem sirkulasi bayi baru lahir
menjadi sistem tertutup yang berdiri sendiri. Efek langsung dari
penjepitan tali pusat adalah peningkatan resistensi pembuluh darah
sistemik (SVR). Yang paling penting, kenaikan ini terjadi pada saat
yang sama ketika bayi baru lahir mengambil napas awal. Oksigen
dalam napas itu menyebabkan pembuluh darah paru mengendur dan
terbuka. Resistensi pembuluh darah paru (PVR) menurun tepat ketika
SVR meningkat, dan pergeseran tekanan ini, disertai penutupan ductus
arteriosus, mendorong aliran darah ke dalam sistem paru.
4) Termogulasi
Bayi baru lahir dapat menjadi cepat stres oleh perubahan suhu
lingkungan. Suhu janin biasanya 0,6°C lebih tinggi dari suhu ibu.

8
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehilangan panas pada bayi
baru lahir meliputi luas permukaan bayi yang baru lahir (rasio luas
permukaan dengan rasio berat badan pada neonatus dua kali lebih
tinggi daripada orang dewasa), isolasi lemak subkutan yang terbatas,
dan kemampuan terbatas untuk menghasilkan panas melalui
menggigil.
a) Perubahan Hipotermi
Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas melalui
empat mekanisme: (1) konveksi, (2) konduksi, (3) radiasi, dan (4)
evaporasi/penguapan. Evaporasi merupakan proses kehilangan
panas pada bayi karena penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh bayi oleh panas tubuh bayi sendiri karena
segera setelah lahir bayi tidak segera di keringkan. Konduksi
merupakan kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan didekat bendabenda yang suhunya lebih rendah dari
suhu tubuh bayi. Konveksi merupakan kehilangan panas pada
bayi yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar. Radiasi
merupakan kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
Skin to skin contact antara neonatus dan ibu
direkomendasikan sebagai metode awal untuk menjaga kestabilan
suhu tubuh neonatal cukup bulan. Kontak kulit-ke-kulit
meminimalkan kehilangan panas melalui konduksi dan
menghasilkan stabilitas suhu jangka pendek yang lebih baik
daripada menempatkan neonatus dibawah penghangat.
Pendekatan kontak kulit-ke-kulit ini harus menjadi tindakan lini
pertama untuk hipotermia, terutama di lingkungan dengan sumber
daya rendah. Kontak ibu-bayi baru lahir secara terus menerus dan
sentuhan kulit-ke-kulit ditemukan meningkatkan perilaku kasih
sayang ibu, mengatur perilaku bayi baru lahir, dan meningkatkan
durasi menyusui. Kontak dini ibu-bayi juga meningkatkan
sensitivitas ibu dan kemampuan pengaturan iritabilitas bayi pada
1 tahun setelah birth.
Moore et al. melakukan meta-analisis dari 46 uji coba acak
terkontrol (RCT) kontak kulit-ke-kulit (n= 3850 hubungan ibu-

9
bayi) telah menemukan bahwa kontak kulit ke kulit meningkatkan
menyusui dan lam menyusui pada 1 sampai 4 bulan (risiko relatif
[RR], 1,24; interval kepercayaan 95% [CI], 1,07-1,43), meskipun
terdapat perbedaan dalam metodologi penelitian dan risiko bias
pada kekuatan temuan ini. Tren positif meningkat untuk skor cinta
/ sentuhan kasih sayang ibu, perilaku kasih sayang ibu, dan durasi
tangisan bayi yang lebih pendek juga dicatat dalam kelompok
yang mengalami kontak dini kulit ke kulit
b) Penanganan Distress Bayi
Neonatus dapat menciptakan panas dengan tiga cara: aktivitas
otot, menggigil, dan termogenesis tanpa menggigil. Aktivitas otot
dapat menghasilkan panas meskipun manfaatnya terbatas dalam
meningkatkan suhu, bahkan pada bayi cukup bulan dengan
kekuatan otot yang cukup. Menggigil pada neonatus hanya
terlihat pada stres dingin yang berat. Termogenesis tanpa
menggigil terjadi karena adanya pemanfaatan lemak coklat untuk
produksi panas. Jaringan adiposa coklat mengandung lebih
banyak lipid, mitokondria, dan kapiler daripada jaringan adiposa
putih. Tujuan utama jaringan adiposa coklat adalah untuk
menghasilkan panas; jaringan ini merupakan sumber daya yang
tidak dapat diperbarui/dibentuk lagi pada bayi baru lahir. Jaringan
adiposa coklat terletak di dalam dan sekitar tulang belakang atas,
klavikula dan sternum, ginjal, dan pembuluh darah utama. Jumlah
jaringan adiposa coklat tergantung pada usia kehamilan dan relatif
lebih sedikit pada bayi baru lahir dengan gangguan pertumbuhan
dan bayi prematur.
Penciptaan panas melalui pemanfaatan simpanan adiposa
coklat dimulai saat lahir, dengan lonjakan katekolamin dan
pelepasan plasenta menekan prostaglandin dan adenosin. Stimulus
dingin karena meninggalkan tubuh hangat ibu memicu aktivitas
dalam hipotalamus bayi baru lahir yang mengarah pada oksidasi
lipid yang disimpan dalam adiposa coklat dan selanjutnya
memproduksi panas. Melalui perantaraan glukosa dan glikogen,
sel adiposa coklat mengubah vakuola lemak menjadi energi
panas. Panas yang dihasilkan akan menghangatkan darah sebelum

10
darah tersebut bersirkulasi ke area perifer tubuh neonatus dan
memastikan suhu stabil untuk reaksi biokimia lainnya. Pada bayi
baru lahir yang mengalami hipoglikemia atau disfungsi tiroid,
penggunaan simpanan adiposa coklat tidak dapat berjalan dengan
efisien.
Neonatus yang mengalami kehilangan panas dapat
meninggalkan gejala dengan cepat menjadi hipoglikemia,
hipoksia, asidosis, dan gangguan pernapasan. Vasokonstriksi paru
terjadi selama hipotermia, yang kemudian menyebabkan
gangguan pernapasan. Efek buruk ini juga merupakan
konsekuensi dari meningkatnya metabolisme yang dihasilkan dari
upaya bayi baru lahir untuk menciptakan suhu normal. Definisi
hipotermia menurut WHO jika suhu tubuh kurang dari 36,5 ° C –
37,5 ° C. Gejala klinis hipotermia bisa terjadi hampir tidak
tampak, diantaranya termasuk suhu rendah dan kulit dingin, kulit
pucat, pucat, hipotonia, lesu atau rewel, tidak mau makan atau
muntah takipnea, dan peningkatan denyut jantung. Setiap bayi
baru lahir yang mengalami hipotermia harus dievaluasi terjadinya
hipoglikemia karena kebutuhan kalori menjadi lebih tinggi terkait
dengan termogenesis tanpa menggigil
5) Perubahan Hematologis
Setelah lahir, produksi hemoglobin janin menurun dan ada
peningkatan bersamaan dalam produksi rantai β hemoglobin sehingga
kadar normal hemoglobin dewasa dicapai pada usia 4 hingga 6 bulan.
Kadar normal hemoglobin pada bayi cukup bulan sekitar 14-20 d/dL,
hematokrit 43-63%, eritrosit 4.200.000-5.800.000/m3 , leukosit
10.000-30.000 /m3 , trombosit 150.000-350.000 /m3 ,retikulosit 3-7%.
Rata-rata kadar sel darah putih (WBC) pada bayi baru lahir berkisar
antara 10.000 hingga 26.000 / mm3. Akan ada peningkatan lebih
lanjut dalam jumlah WBC pada bayi baru lahir normal selama 24 jam
pertama kehidupan, namun secara bertahap menurun selama 3 sampai
5 hari berikutnya. Masa hidup sel darah merah pada bayi baru lahir
lebih pendek yakni 80 hari dibandingkan orang dewasa 120 hari.
Pergantian sel yang cepat ini menghasilkan lebih banyak produk
sampingan dari kerusakan sel yang harus dimetabolisme, termasuk

11
bilirubin. Bayi baru lahir juga mengalami pengurangan aktivitas
protein uridine diphosphate glucuronosyltransferase (UGT), yang
membantu untuk mengkonjugasikan bilirubin dan mempersiapkannya
untuk ekskresi.
Dua faktor ini yang paling bertanggung jawab atas ikterus
fisiologis yang terlihat pada banyak bayi baru lahir. Total serum
bilirubin memuncak pada sekitar 3 hari kehidupan pascasalin.
Sembilan puluh enam persen bayi baru lahir cukup bulan akan
memiliki total bilirubin serum kurang dari 17 mg / dL pada usia 96
jam, sehingga kadar yang lebih tinggi dari konsentrasi ini dianggap
patologis. Ikterus yang signifikan sebelum hari ketiga pascakelahiran
mungkin bersifat patologis, dan setiap ikterus yang tampak dalam 24
jam pertama kehidupan merupakan masalah yang signifikan. Ada
jumlah retikulosit yang tinggi pada bayi baru lahir, yang
mencerminkan tingkat pembentukan sel darah merah yang tinggi.
6) Perubahan Metabolisme
Seperti halnya perubahan paru, banyak perubahan hormon yang
diperlukan untuk keberhasilan transisi ke kehidupan ekstra-uterine
yang dimulai selama periode janin. Kadar kortisol mulai meningkat
pada usia kehamilan 30 minggu dan mencapai puncaknya tepat setelah
kelahiran. Kombinasi aksi antara hormon kortisol dan tiroid
mengaktifkan ENaC yang mendorong resorpsi cairan paru-paru.
Untuk mempertahankan glukosa darah setelah pemisahan dari
sirkulasi plasenta, bayi baru lahir mengalami peningkatan kadar
katekolamin dan glukagon dan penurunan jumlah insulin.
Glukoneogenesis dan glikogenolisis di hati memastikan glukosa darah
stabil sampai volume asupan oral meningkat selama beberapa hari
pertama setelah lahir. Badan keton dan laktat memberikan energi
tambahan untuk otak, dengan ketogenesis hepar meningkat setelah
usia 12 jam pertama
7) Perubahan Kekebalan
Saat lahir, sistem imun neonatal belum matang, termasuk
memiliki hambatan fisik dan kimia dalam sistem pencernaan, produksi
imunoglobulin A (IgA) terbatas dan tertunda, fungsi kaskade
komplemen tidak lengkap, dan penurunan mekanisme anti-inflamasi

12
dalam pernapasan dan saluran gastrointestinal (GI). Ketidakmatangan
fungsional ini membuat neonatus rentan terhadap banyak infeksi dan
respons alergi. Imunitas bawaan adalah garis pertahanan utama bagi
neonatus. Imunitas bawaan terdiri dari responden pertama seluler dan
nonseluler terhadap infeksi.
Beberapa contoh kekebalan bawaan termasuk (1) perlindungan
oleh kulit, selaput lendir, dan mukosa usus; (2) saringan pada saluran
pernapasan; (3) kolonisasi kulit dan usus oleh mikroba pelindung; (4)
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung; dan (5)
pemberian ASI yang mendukung fungsi kekebalan bawaan neonatal.
Kulit dan selaput lendir dikoloni saat janin melewati saluran vagina.
Vernix caseosa mengandung protein dan peptida antimikroba (APP)
dan membentuk "perisai mikroba" pada tubuh bayi yang baru lahir.
Adanya vernix melembabkan kulit dan meningkatkan keasamannya,
yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Reaksi kulit
inflamasi pada bayi baru lahir normal yang disebut eritema toxicum
atau "ruam bayi baru lahir" mengandung peptida antimikroba LL-37,
yang menunjukkan bahwa kondisi kulit ini menjadi manifestasi dari
kolonisasi bakteri. Kolostrum yang dicerna dalam beberapa hari
pertama kehidupan dan menyusui di bulan pertama kehidupan adalah
stimulan kuat dari respons imun bawaan bayi. ASI mengandung
banyak zat bioaktif yang memfasilitasi pengembangan sistem
kekebalan bayi. Dalam saluran pencernaan bayi, ASI menghambat
pengikatan banyak toksin, menghambat respons peradangan, dan
memfasilitasi kolonisasi bakteri komensal yang akan membentuk
mikrobioma.
b. Adaptasi Fisiologis
Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat di
lingkungan rahim ke dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi
mandiri bayi harus dapat melakukan transisi hebat (Myles, 2009)
1) Adaptasi Sistem Pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui
paru – paru.
a) Perkembangan paru-paru

13
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx
yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk
struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut sampai
sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL
sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b) Awal adanya nafas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah :
(1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
(2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena
kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang
masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
(3) Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur
dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
(4) Penimbunan karbondioksida (CO2) Setelah bayi lahir, kadar
CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
(5) Perubahan suhu Keadaan dingin akan merangsang
pernafasan.
c) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
(1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
(2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama
kali.

14
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak
lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru –
paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan,
dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-
34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernapasan. Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps
setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas.
Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.
d) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat
bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga
cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari
kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah
dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan
napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan
bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-
paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e) Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi
kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.
Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada
pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang
berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen
jaringan, yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran
darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru

15
dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar
rahim

2) Adaptasi Kardiovaskuler dan Peredaran Darah


Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk
semua pertukaran gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan
placenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus melakukan
penyesuain mayor guna mengalihkan darah yang tidak harus
melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang tidak
mengandung oksigen menuju paru untuk direoksigenasi. Hal ini
melibatkan beberapa mekanisme, yang dipengaruhi oleh penjepitan
tali pusat dan juga oleh penurunan resistensi bantalan vaskular paru.
Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung
dialirkan menuju paru melalui arteri pulmonalis. Dengan ekspansi
paru dan penurunan resistensi vaskular paru, hampir semua curah
jantung dikirim menuju paru.
Darah yang berisi oksigen menuju kejantung dari paru
meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Pada saat yang hampir
bersamaan, tekanan di atrium kanan berkurang karena darah berhenti
mengalir melewati tali pusat, yang berakibat pada terjadinya
penutupan fungsional foramen ovale. Selama beberapa hari pertama
kehidupan, penutupan ini bersifat reversibel, pembukaan dapat
kembali terjadi bila resistensi vaskular paru tinggi, misalnya pada
saat menangis, yang menyebabkan serangan sianotik sementara pada
bayi.
Septum biasanya menyatu pada tahun pertama kehidupan
dengan membentuk septum intra atrial, meskipun pada sebagian
individu penutupan anatomi yang sempurna tidak pernah terjadi.
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan
oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan
diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b) Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.

16
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan
cara mengurangi/ meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah
aliran darah. Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem
pembuluh darah:
a) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium
menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah
dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen
pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya
system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paruparu
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada
atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan
penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran
pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali
pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah
lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan
fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
a) Sirkulasi darah fetus
(1) Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
(a) Vena umbulicalis : membawa darah yang telah
mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan
dalam hepar
(b) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis
sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar
darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena
cava inferior.

17
(c) Foramen ovale : merupakan lubang yang
memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam
ventriculus sinistra
(d) Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang
dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens
(e) Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang
mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada
feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri
umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal
sebagai arteri hypogastica.
(2) Sistem sirkulasi fetus
(a) Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen
dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica
meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena
cava inferior
(b) Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena
umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang
mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
(c) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah
beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus,
menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus
dan membawanya ke atrium dextrum
(d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian
besar darah yang mengalami oksigenasi dalam
ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari
sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc
sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam
cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala
dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar,
jantung dan serebrum menerima darah baru yang
mengalami oksigenasi
(e) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala
dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini
bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior

18
melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam
venriculus dexter
(f) Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke
paru - paru yang nonfungsional, yanghanya memerlukan
nutrien sedikit
(g) Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah
dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens
untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan
ekstremitas inferior
(h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria
illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta
dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien
yang dipasok dari peredaran darah maternal
b) Perubahan pada saat lahir
(1) Penghentian pasokan darah dari plasenta
(2) Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
(3) Penutupan foramen ovale
(4) Fibrosis
(a) Vena umbilicalis
(b) Ductus venosus
(c) Arteriae hypogastrica
(d) Ductus arteriosus
3) Adaptasi Fisiologis Termogulasi
BBL belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari
kehidupan di rahim ke kehidupan di luar rahim yang suhunya lebih
tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, pada lingkungan yang dingin. Pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas
tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi
harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan

19
mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh seorang BBL.
Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin
banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika bayi kedinginan, bayi
akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.
Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas
utama dan Bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan
panas pada bayi baru lahir.
4) Adaptasi Fisiologis Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan, kemudian reflek gumoh dan reflek batuk yang matang
sudah terbentuk baik pada saat lahir. Kemampuan BBL cukup bulan
untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna yang mengakibatkan “gumoh”.
Kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk BBL
cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat
bersamaan dengan tumbuhnya BBL. Pengaturan makanan yang
sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada
saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan
turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3
cara :
a) Melalui penggunaan ASI
b) Melalui penggunaan cadangan glikogen
c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang
cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini
hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.
Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen
terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang

20
mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia
akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama
kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam
pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan
glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan
berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post
matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim
dan stres janin merupakan risiko utama, karena simpanan energi
berkurang (digunakan sebelum lahir)
5) Adaptasi Fisilogis Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut
beberapa contoh kekebalan alami:
a) Perlindungan oleh kulit membran mukosa
b) Fungsi saringan saluran napas
c) Pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
e) Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel
darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing.
Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya
BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi
secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL
dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibu.
Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum
dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama
selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan
tubuh. Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan
sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek
persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum)
dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting

21
6) Adaptasi Eliminasi
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas lambung
sendiri sangat terbatas, (15-30 ml) untuk seorang bayi baru lahir
cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan meningkat secara lambat
bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Waktu pengosongan
lambung normalnya 2-3 jam. Terkait dengan ukuran tubuhnya, usus
bayi panjang yang berisi banyak kelenjar sekresi dan terdiri dari
permukaan absorbs yang luas. Enzim telah ada meskipun terjadi
defisiensi amilase dan lipase yang menurunkan kemampuan bayi
mencerna karbohidrat dan lemak.
Mekonium yang telah ada di usus besar sejak usia 16 minggu
kehamilan, dikeluarkan dalam waktu 24 jam pertama dan
dikeluarkan seluruhnya dalam waktu 48-72 jam. Feses pertama ini
bewarna hijau kehitaman, lengket serta mengandung empedu, asam
lemak, lendir dan sel epitel. Sejak hari ke 3 hingga hari ke 5
kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan bewarna kuning
kecoklatan. Setelah bayi diberi makan, feses bewarna kuning. ASI
mengakibatkan karakterisitik feses lunak, kuning terang atau
keemasan, dan tidak mengiritasi kulit bayi, sedangkan pada
pemberian susu formula feses lebih berbentuk tetapi tetap lunak,
bewarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas serta cenderung
mengiritasi kulit bayi.
Tingginya kadar pemecahan sel darah merah (umur sel darah
merah 40- 90 hari) menyebabkan ikterus sementara yang muncul
pada hari ke-3 sampai ke-5. Sel darah merah yang mengalami
penghancuran ini menghasilkan bilirubin indirek. Pada bayi baru
lahir, hati masih belum sempurna dalam pengubahan bilirubin
indirek menjadi direk, sehingga masih terdapat bilirubin direk yang
kembali terserap oleh usus dan masuk kembali kedalam hati.
Penyimpanan glikogen lebih cepat berkurang sehingga
dibutuhkan pemberian makanan dini guna mempertahankan kadar
glukosa darah tetap normal (2,6-4,4 mmol/L) (Fraser, 2009Beban
kerja ginjal dimulai saat bayi baru lahir hingga masukan cairan
meningkat, urine akan tampak sedikit keruh karena kadar ureum

22
yang masih rendah. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam
24 jam pertama. Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat
menunjukan masukan cairan yang cukup. Intake cairan sangat
mempengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem ginjal, hal ini
dapat dimulai dengan pemberian ASI sesering mungkin (Rohani,
2011: 250).

2. Clinical Pathway
PROSES PERSALIAN NORMAL

Kepala bayi melewati Perubahan suhu tubuh dari Pemotongan tali pusat Adaptasi psikologis ibu
jalan lahir suhu intra uterin yang stabil
(35-37o C) Perubahan peran
Adanya luka terbuka
Banyaknya cairan Suhu ruangan Cemas
Amnion di jalan lahir
Kontaminasi pada luka
Koordinasi reflek menelan Penghilangan suhu tubuh Sekresi oksitosin
Menghisap belum sempurna (konveksi, radiasi, evaporasi) terhambat
Resti infeksi
Akumulasi cairan amnion Perubahan drastis suhu tubuh Pressure the ejection
Pada jalan napas of breast feeding

Bersihan jalan napas Proses adaptasi Ineffective breast feeding


Tidak efektif
Resti hipothermi
Resti gangguan pemenuhan
Kebutuhan nutrisi
Peningkatan insisible water loss
(IWL)

Resti kekurangan volume cairan

Bayi baru lahir, fungsi organ belum baik menyebabkan daya tahan tubuh
rendah, penurunan daya tahan tubuh dan menyebabkan terjadinya risiko
infeksi. Kurang pengetahuan menyebabkan ASI ibu kurang baik dan terjadi
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selain

23
itu reflek menghisap bayi belum efektif sehingga bayi tidak mau menyusu
dan terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Selain itu terjadi jaringan lemak subkutan tipis, pemaparan dengan
suhu luar, penyesuaian suhu tubuh dan terjadi perubahan suhu tubuh.
Peningkatan suhu tubuh, meningkatknya metabolisme tubuh, peningkatan
kebutuhan O2 dan terjadi bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
1) Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan untuk memastikan tingkat
kesehatan bayi baru lahir dan mengidentifikasi potensi atau masalah
yang ada, dan mengembangkan rencana asuhan yang sesuai untuk
bayi baru lahir dan keluarga.
2) Pemeriksa melakukan pendekatan dalam memeriksa bayi baru lahir
agar pemeriksaan dapat berjalan efektif, hasil yang diperoleh sesuai
dan valid. Pemeriksaan dilakukan sekitar 1 jam setelah menyusui,
ketika bayi sudah merasa cukup kenyang. Urutan umum pemeriksaan
juga harus dimodifikasi berdasarkan kondisi bayi pada saat
pemeriksaan agar memberikan hasil yang sesuai.
3) Prinsip pemeriksaan, sebelum melakukan kontak fisik dengan bayi
baru lahir, pemeriksa harus menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada
ibu dan / atau anggota keluarga dan mendapatkan izin untuk
menangani bayi baru lahir. Bidan kemudian melakukan cuci tangan
dan lengan bawah selama 20 detik dengan sabun bakterisida. Sarung
tangan nonsteril juga dapat digunakan oleh bidan untuk melakukan
pemeriksaan, terutama di rumah sakit. Selama pemeriksaan, umpan
balik dan temuan yang signifikan dapat diberikan kepada orang tua
tentang kondisi bayi. Bidan dapat memberikan informasi kepada
orang tua dan selanjutnya menilai kesiapan mereka untuk asuhan
yang akan diberikan pada bayi
b. Prosedur Penilaian Apgar Skor
1) Pastikan pencahayaan baik
2) Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat &
simultan.
3) Jumlahkan hasilnya
4) Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
5) Ulangi pada menit kelima

24
6) Ulangi pada menit kesepuluh
7) Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
c. Penilaian :
1) Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
2) Nilai tertinggi adalah 10
3) Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
4) Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang &
membutuhkan tindakan resusitasi
5) Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius &
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
TABEL NILAI APGAR
TANDA 0 1 2

Appearance Blue (seluruh tubuh Body pink, Limbs All pink (seluruh tubuh
(warna kulit) biru atau pucat) blue(tubuh kemerahan)
kemerahan,
ekstremitas biru)
Pulse (denyut Absent (tidak ada) <100 >100
jantung)
Grimace (refleks) None (tidak beraksi) Grimace (sedikit Cry (reaksi melawan,
gerakan) menangis)
Activity (tonus Limp (lumpuh) Some flexion of Aktive movement, Limbs
otot) limbs (ekstremitas well flexed (gerakan
sedikit ekstrim) aktif, ekstremitas fleksi
dengan baik)
Respiratory effort None (tidak ada) Slow, ireeguler Good, strong cry
(usaha bernafas) (lambat, tidak teratur) (menangis kuat)

Implikasi Hasil Penelitian


1. Pengertian Evidence Based
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris)
maka evidence Base dapat diartikan sebagai berikutEvidence adalah Bukti
atau fakta dan Based  adalah Dasar. Jadi evidence base adalah: praktik
berdasarkan bukti. Evidence Based Midwifery (Practice) didirikan oleh
RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan
ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. EBM
secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian
murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun
2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama
meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003). EBM
mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek

25
dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai
penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka
terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan
transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk
praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut. Jadi pengertian Evidence
Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan berdasarkan
bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang
sistematis.
2. Evidence Based Pada Neonatus
a. Memulai Pemberian Asi Dini dan Ekslusif.
Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk
peningkatan sumber daya manusia antara lain dengan jalan memberikan
ASI sedini mungkin (IMD) yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kesehatan dan gizi bayi baru lahir yang akhirnya bertujuan untuk
menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana
bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke
puting susu). Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara
kulit ibu dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu
selekas mungkin setelah seluruh badan dikeringkan (bukan dimandikan),
kecuali pada telapak tangannya.
Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban
karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang
dikeluarkan payudara ibu, dengan demikian ini menuntun bayi untuk
menemukan puting. Lemak (verniks) yang menyamankan kulit bayi
sebaiknya dibiarkan tetap menempel. Kontak antar kulit ini bisa
dilakukan sekitar satu jam sampai bayi selesai menyusu. Selain
mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan bayi pada
jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi menstimulasi
hormon oksitosin yang dapat membuat rahim ibu berkontraksi dalam
proses pengecilan rahim kembali ke ukuran semula. Proses ini juga
membantu pengeluaran plasenta, mengurangi perdarahan, merangsang
hormon lain yang dapat meningkatkan ambang nyeri, membuat perasaan
lebih rileks, bahagia, serta lebih mencintai bayi.
BAB III

26
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK BAYI BARU LAHIR


PADA BY NY “P” DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI PMB TATIK WILAYAH PUSKESMAS KAYUMAS

Tanggal : 25 September 2022


Pukul : 09.40 WIB
Tempat : PMB Tatik

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Identitas Bayi
Nama Bayi : By. Ny. P
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 25 September 2022
Jam Lahir : 09.40 WIB
Anak ke- :3
Identitas Orang Tua
Orang Tua Ibu Ayah
Nama : Ny. P Tn. A
Umur : 26 tahun 32 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : Perguruan Tinggi SMU
Pekerjaan : Karyawan Swata Karyawan Swasta
Suku bangsa : Jawa Jawa
Alamat : Jurang jero, Karanganom, Klaten
2. Data Ibu
a. Riwayat obstetric : G3P2A0 Uk 39 minggu
b. Frekuensi ANC 8 kali di Puskesmas, BPM dan Dokter
c. Imunisasi TT : 3 kali
1) TT1 : catin
2) TT2 : kehamilan ke 2
3) TT3 : kehamilan sekarang

27
d. Obat-obatan atau jamu yang diminum
Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan khusus selain obat suplemen
tambah darah, vitamin dan asam folat yang di dapat dari puskesmas dan
BPM
e. Kenaikan BB ibu selama hamil : 7 Kg
f. Riwayat penyakit penderita :
Ibu dan keluarga tidak pernah menderita dan tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik, penyakit menurun ataupun penyakit menular seperti
penyakit jantung, ASMA, TBC, ginjal Diabetes Melitus, Malaria, dan
HIV/AIDS.
g. Komplikasi selama hamil :
Selama hamil saat ini ibu ataupun pada saat janin dikandungnya tidak
ada masalah.
h. Riwayat persalinan terakhir :
- Pada tahun 2010 ibu melahirkan anak pertama di Bidan dengan
persalinan spontan, lama persalinan ± 8 jam dari sejak ibu datang ke
BPM. Pada riwayat persalinan anak pertama tidak ada masalah.
- Pada tahun 2014 ibu melahirkan anak kedua di Bidan dengan
persalinan spontan, lama persalinan ± 5 jam dari sejak ibu datang ke
BPM. Pada riwayat persalinan anak kedua tidak ada masalah.
i. Riwayat Persalinan Ibu
- Jenis persalinan : Spontan pervaginam
- Penolong : Bidan
- Lama Kala I :-
- Lama Kala II : 10 menit
- Air Ketuban : jernih
- Komplikasi : tidak ada

B. Data Objektif
KU baik, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif.
Apgar Score : 07/09/10

C. Analisis Data
By. Ny.P Bayi Baru Lahir dengan asfiksia ringan

28
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 25 September 2022
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan asuhan kebidanan
Rasionalisasi : Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasiakan pada klien
dan keluarga ( Standar V, Permenkes no 938 tahun 2007).
Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Mengeringkan bayi dan mengganti kain dengan kain kering bersih
Rasionalisasi : mengeringkan bayi agar bayi tidak mengalami hipotermi dan
membersihkan bayi dari cairan seperti ketuban dan darah.
Hasil : bayi sudah kering dan diganti dengan kain bersih
3. Memotong tali pusat dan menjepit tali pusat dengan klem
Rasionalisasi : Penundaan penjepitan tali pusat (lebih dari 30 detik)
memberikan manfaat bagi neonatus untuk mengurangi anemia dan terutama
neonatus prematur dengan memungkinkan tranfusi darah plasenta pada bayi
baru lahir, disebutkan tentang penundaan penjepitan tali pusat selama 2 menit
yang berfungsi darah dari fetoplasental yang difungsikan ke sirkulasi
neonatus, dan ini terjadi selama talipusat belum dijepit, penundaan ini
dimaksudkan untuk menahan tranfusi lebih lama sehingga meningkatkan
volume darah bayi baru lahir.
Hasil : Sudah dilakukan pemotongan tali pusat kepada bayi dan diklem
dengan menggunakan umbilical klem
4. Meletakkan bayi pada dada ibu untuk IMD
Rasionalisasi : Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013), setelah bayi lahir
dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi
kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam.
Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu. Sebagian
besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu
pertama biasanya berlangsung pada menit ke-45-60 dan berlangsung selama
10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara.
Hasil : bayi berhasil IMD dalam waktu ± 1 jam
5. Mempertahankan suhu bayi agar tetap dalam keadaan normal dengan
menjaga hangat menyelimuti bayi dengan kain dan memakaikan topi pada
kepala bayi

29
Rasionalisasi : Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap
suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat
Hasil : Bayi telah di pertahankan suhunya
6. Melakukan pengukuran antropotmeri pada bayi NY.P
Rasionalisasi : untuk mengetahui BB,PB,LK,LD pada bayi baru lahir
Hasil : BBL 2.900 gr. PBL 48 cm. LK 29 cm. LD 29 cm
7. Memberikan informed consent kepada ibu bahwa bayi akan disuntik vitamin
K dan diberikan salep mata pada kedua mata bayi.
Rasionalisasi : Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan Pasal 22 bahwa bagi tenaga kesehatan jenis
tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk meminta
persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Hasil : Orang tua dan keluarga menyetujui bayi untuk dilakukan penyuntikan
vitamin K dan salep mata.
8. Memberikan Vitamin K dengan dosis 0,5 mg IM di paha kiri
Rasionalisasi : Vitammin K merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan
darah. Karena itu, vitamin K sangat berperan penting dalam proses
pembekuanan darah. Kekurangan vitaminK dapat memperpanjang proses
pembekuan darah pada kulit, selaput lendir dan organ lain dalam tubuh.
Fungsi fitamin K pada bayi baru lahir adalah mencegah terjadinya perdarahan
pada otak, selain itu merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan darah
pada kulit, selaput lendir, dan organ lain dalam tubuh bayi (Utami, 2008)
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg (dosis
tunggal) intramuskuler dipaha kiri sesegera mungkin untuk mencegah
perdarahan pada bayi baru lahir (perdarahan intracranial) akibat defisiensi
vitamin K yang dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Ikatan Bidan
Indonesia, 2007)
Hasil : Bayi NY.P telah diberikan injeksi vitamin K1 1 mg di paha kiri
9. Memberikan salep mata pada kedua mata untuk mencegah infeksi
Rasionalisasi : Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan
infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin
1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata
harus tepat 1jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak

30
efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran(Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
Hasil : Bayi NY.P telah diberikan salep mata pada mata kanan dan kirinya.
10. Memberikan Imunisasi Hb0 0,5ml secara IM 1 jam setelah pemberian vitamin
K dipaha kanan
Rasionalisasi : Vaksin Hepatitis B (hepB) harus segera diberikan setelah lahir,
mengingat vaksinasi hepB merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif
untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu
kepada bayinya (Ranuh, 2008). Imunisasi Hepatitis ini diberikan melalui
injeksi intramuskular dalam. Dosis pertama (HB-0) diberikan segera setelah
bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Vaksin ini menggunakan
PID (Prefilled Injection Device ) merupakan jenis alat suntik yang hanya bisa
digunakan sekali pakai dan telah berisi vaksin dosis tunggal dari pabrik.
Vaksin ini diberikan dengan dosis 0,5 ml.
Hasil : Bayi NY.P telah diberikan imunisasi Hb0 di paha kanan secara IM 0,5
ml
11. Menjaga kehangatan bayi, memakaikan baju dan membedong bayi.
Rasionalisasi : menjaga kehangatan bayi seperti memakaikan selimut, sarung
tangan, sarung kaki dan topi untuk mencegah terjadinya hipotermi (Depkes,
2012).
Hasil : Bayi sudah memakai baju dan dibedong.
13. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya bayinya
dan menjelaskan kepada ibu tentang cara menyusui yang benar.
Rasionalisasi : Menurut Saputra (2014), untuk mencegah infeksi di dalam
saluran pencernaan bayi, langkah awal yang paling baik adalah dengan
mendorong ibu untuk menyusui bayinya sesegera mungkin. Kolostrum yang
terdapat pada ASI mengandung berbagai antibody yang sangat baik untuk
memberikan kekebalan tubuh pada bayi. Posisi perlekatan yang benar yaitu
dagu bayi menempel pada payudara ibu, bibir bawah bayi membuka keluar,
mulut bayi terbuka lebar menutup hampir sebagian besar puting dan areola
supaya lebih banyak ASI yang dihisap, juga untuk menghindari puting lecet.
(Depkes RI, 2008). Pemberian ASI Eksklusif yaitu bayi hanya diberi ASI
saja tanpa makanan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih, dan tanpa bantuan bahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, nasi yang dilembutkan, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain

31
sebagainya. ASI diberikan minimal 6 bulan, dan setelah 6 bulan mulai
dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi
berumur 2 tahun.
Hasil : Ibu akan memberi bayinya ASI Ekslusif dan dapat menyusui bayinya
dengan benar.
14. Menjelaskan tentang perawatan tali pusat bayi kepada ibu dan keluarga.
Rasionalisasi : Menurut Saputra (2014) untuk mencegah infeksi, luka pada
tali pusat harus dijaga agar tetap bersih dan kering. Popok dikenakan di
bawah tali pusat agar tidak menggesek luka pada tali pusat. Tali pusat
dibersihkan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun. Lalu,
tali pusat segera dikeringkan dengan kain kassa kering dan dibungkus dengan
kassa tipis yang steril dan kering.
Hasil : Ibu dan keluarga mengerti atas penjelasan perawatan tali pusat.
15. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang tanda bayi baru lahir sehat dan
tanda bahaya pada bayi.
Rasionalisasi : Mengenali bayi baru lahir sehat sangat penting, agar lebih
waspada terhadap hal-hal yang mungkin menyimpang dari keadaan yang
sehat (Depkes RI, 2008). Menurut Kemenkes RI (2010), salah satu
manajemen dalam asuhan bayi baru lahir normal adalah pemantauan tanda
bahaya. Harus ada pengertian dan kesadaran dari orangtua bayi untuk segera
merujuk bayi ke petugas kesehatan, poskesdes, puskesmas atau fasilitas
kesehatan yang lain (Depkes RI, 2008).
Hasil : Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

32
BAB IV

PEMBAHASAN

Bayi NY.P, cukup bulan, spontan, segera menangis, gerakan aktif, warna
kulit kemerahan, tidak ada perdarahan sebelum melahirkan, tempat persalinan di
Puskesmas Ngemplak ditolong oleh mahasiswa dan didampingi oleh bidan. Sesuai
dengan Asuhan Persalinan Normal setelah penilaian awal BBL dilakukan penjepitan
tali pusat dan pemotongan tali pusat. Penjepitan tali pusat yang dimaksud adalah
penjepitan tali pusat pada bayi baru lahir menggunakan cunam koher yang dilakukan
oleh penolong persalinan baik bidan ataupun dokter pada saat bayi baru lahir.
Penundaan penjepitan tali pusat bermaanfaat untuk menyediakan 100 ml darah
(setara dengan 56 mg elemen besi) dan pasokan besi ditentukan melalui trasplasenta,
yang ditransfer ke janin dan darah dialihkan dari plasenta saat persalinan menurut
Gupta dan Ramji, 2002 ( Eva, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian Eva pada tahun 2013 dengan judul penelitian “
Perbedaan penjepitan tali pusat dini dan lambay dengan kadar haemoglobin pada
bayi baru lahir di RSKIA Sadewa Yogyakarta Tahun 2013” diketahui bahwa hasil
penelitian pada BBL yang mengalami penundaan penjepitan tali pusat memiliki
kadar zat besi yang lebih baik saat berusia 4 bulan dan jauh lebih kecil
kemungkinanya mengalami anemia, serta tidak ada efek kesehatan yang merugikan.
Royal Collage of obstetricians an gynaecologist (RCOG) mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Anderson et al bahwa penundaan penjepitan tali pusat lebih dari 30
detik memberikan manfaat bagi neonates untuk mengurangi anemia dan terutama
neonates premature dengan memungkinan transfuse darah plasenta pada bayi baru
lahir, dan untuk ibu penundaan penjepitan tali pusat tidak menimbulkan perdarahan
post partum. (eva, 2013)
WHO merekomendasikan penjepitan tali pusat setelah pengamatan kontraksi
Rahim pada 2 menit segera setelah lahir, dimana bayi diletakan di atas perut ibu yang
sebelumnya sudah diberikan injeksi oksitosin 10 IU. Penundaan penjepitan tali pusat
bermanfaat dan dapat meningkatkan status zat besi sampai 6 bulan setelah lahir. Zat
vesi ibi ditentukan oleh besi transplasenta yang di transfer ke janin dan darah
dialirkan dari plasenta saat persalinan. Hamper sepertiga dari total volume darah bayi
premature mauun aterm berada dalam plasenta saat lahir. Setengah dari darah yang di
transfusikan ke bayi saat usia 1 menit dan pada 3 menit lebih dari 90% dari transfuse

31
darah dari plasenta bayi selesai. Dimana volume darah ini diperlukan untuk
mengalirkan ke organ vital janin seperti paru-paru, hati dan ginjal saat lahir. Manfaat
ini lebih besar dari pada resiko yang mungkin timbul dari penundaan pemotongan tali
pusat seperti politecymia atau volume darah over menurut Gupta dan Ramji, 2002
( Eva, 2013) hal tersebut telah sesuai dengan asuhan yang diberikan pada By.NY.P,
karena pemotongan tali pusat dilakukan pada menit ke 2 setelah bayi lahir.
Tali pusat yang melekat di perut bayi, akan disisakan beberapa senti. Sisanya
ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan
sendirinya. Agar tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan
benar. (Sodikin, 2009). Perawatan tali pusat merupakan upaya untuk mencegah
infeksi tali pusat yang sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang terpenting
adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu
mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat tali
pusat. Menurut Bara (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu
terhadap perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yaitu masalah hygiene, tradisi
memberikan serbuk atau ramuan mempercepat keringnya tali pusat, Masih
kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat, Faktor masih
rendahnya pendidikan ibu sehingga pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat
minim, dan Faktor sumber informasi yang masih kurang tentang perawatan tali pusat.
Menurut WHO (2009), cara merawatnya adalah sebagai berikut : Saat
memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat. Membersihkan tali pusat saat
bayi tidak berada di dalam bak air. Hindari waktu yang lama bayi di air karena bisa
menyebabkan hipotermi. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat
terlebih dahulu. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering
tanpa diolesi dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium yang terkandung
di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah bayi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan kelenjar gondok dan jangan mengolesi tali pusat dengan
ramuan atau menaburi bedak karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya
kuman. Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa steril
hingga tali pusat lepas secara sempurna.
Setelah melakukan penjepitan tali pusat maka segera difasilitasi Bayi NY.P
dan Ibu untuk melakukan IMD selama 1 jam bayi melakukan inisiasi menyusu dini
dan IMD telah berhasil menemukan putting susu ibu di menit ± 60, menurut teori
yang dikemukakan oleh Sose et.al.1978 dalam Roesli tahun 2007 menyatakan bahwa
bayi yang diberi kesempatan meyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak

32
kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui.Penelitian lain
di Jakarta yang dilakukan oleh Fikawati dan Syafiq (2003) yang menyatakan bahwa
bayi yang diberi kesempatanmenyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI
Eksklusif.
Pembentukan manusia yang berkualitas diawali dengan pemberian ASI.
Pemberian ASI Eksklusif ialah bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa bantuan
bahan makanan padat seperti pisang, pepaya, nasi yang dilembutkan, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, tim, dan lain sebagainya. ASI diberikan minimal 6 bulan, dan
setelah 6 bulan mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI
sampai bayi berumur 2 tahun.
Tindakan selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan didapatkan hasil
riwayat usia kehamilan 39 minggu, berat lahir bayi NY.P yaitu 2.900 gram dan
pemeriksaan fisik lainnya masih dalam batas normal . Menurut Depkes Republik
Indonesia, tahun 2005 yang menyatakan bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir
2500 gram sampai 4000 gram, dalam hal ini diketahui berat bayi NY.P berada pada
rentan 2500 - 4000 gram, suhu normal bayi baru lahir 36-37,5oC, denyut jantung
120-160 x/menit dan respirasi 30-60 x/menit . Menurut tinjauan teori tersebut dapat
disimpulkan bahwa bayi NY.P masih dalam batas normal .
Bayi NY.P telah diberikan vit. K 1 mg , salep mata tetracyclin 1 % pada satu
jam setelah lahir. Bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi vitamin K karena
cadangan vitamin K dalam hati relatif masih rendah, sedikitnya transfer vitamin K
melalui tali pusat, rendahnya kadar vitamin K pada ASI, dan saluran pencernaan bayi
baru lahir yang masih steril. Kekurangan vitamin K berisiko tinggi bagi bayi
sehingga mengakibatkan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB).(Bambang, 2005)
Vitamin K merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan darah. Karena itu,
vitamin K sangat berperan penting dalam proses pembekuanan darah. Kekurangan
vitamin K dapat memperpanjang proses pembekuan darah pada kulit, selaput lendir
dan organ lain dalam tubuh. Fungsi vitamin K pada bayi baru lahir adalah mencegah
terjadinya perdarahan pada otak, selain itu merupakan bahan pembentuk faktor
pembekuan darah pada kulit, selaput lendir, dan organ lain dalam tubuh bayi (Utami,
2012)
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan
atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun

33
beberapa saat setelah lahir. Pada bayi baru lahir, saluran air mata belum terbuka
sempurna, selain mata tampak merah, bayi akan terlihat seperti mengeluarkan air
mata terus (di bagian mata dekat hidung) walaupun sedang tidak menangis. Oleh
karena itu untuk upaya pencegahan infeksi pada mata dapat diberikan kepada bayi
baru lahir dengan menggunakan salep mata tetrasiklin 1%, salep antibiotika tersebut
harus diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi
mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran (Indrayani,
2013).
dari pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan diagnosis bayi baru
lahir NY.P normal dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
Penatalaksanaan asuhan sudah sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir yaitu melakukan penilaian awal bayi baru lahir, memotong tali pusat,
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), menjaga kehangatan bayi, memberikan
salep mata pada bayi, melakukan perawatan tali pusat, memberikan injeksi vitamin
K1 pada bayi, memberikan HB0, pemeriksaan fisik lengkap, dan memandikan bayi ≥
6 jam atau jika suhu tubuh bayi sudah stabil.

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin melalui pendekatan management Varney
dengan tahap-tahap manajemen asuhan kebidanan terdiri dari pengkajian,
interpretasi data, diagnosa/masalah potensial, tindakan antisipasi, intervensi,
implementasi, dan evaluasi sesuai dengan Standar Asuhan Kebidanan dalam
Permenkes 938 tahun 2007. Sistem pendokumentasian dilakukan dengan SOAP.
Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dibuat Asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir
fisiologis dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Pada pengkajian didapatkan data subyektif dari segera setelah lahir sampai 2
jam asuhan BBL berdasarkan data yang telah didapat melalui anamnesis
pada Bayi NY.P
2. Pada pengkajian didapatkan data objektif dari segera setelah lahir sampai 2
jam asuhan BBL berdasarkan data yang telah didapat melalui pemeriksaan
fisik dan pengkajian pada bayi NY.P.
3. Pada analisa data didapatkan diagnosa kebidanan Bayi NY.P bayi baru lahir
fisiologis.
4. Pada kasus Bayi NY.P tersebut, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
yang dibuat berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan yang telah dilakukan
dimana perencanaan ini dibuat untuk memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir dilaksanakan sesuai rencana dan evaluasi yang didapatkan untuk
bagaimana hasilnya.
5. Pada kasus ini juga telah dilakukan asuhan bayi baru lahir normal pada Bayi
NY.P dengan menjaga kehangatan, membersihkan jalan napas,
mengeringkan sambil merangsang taktil, menjepit dan memotong tali pusat
serta melakukan IMD pada bayi serta pengukuran antopometri, pemberian
vitamin K, salep mata dan imunisasi Hb0.

35
B. Saran
1. Bagi Penulis
Dengan melakukan pengelolaan kasus ini, penulis diharapkan dapat
melakukan critical thinking terhadap suatu kasus yang ditemukan. Selain itu,
penulis juga dituntut untuk dapat melalukan critical appraisal pada beberapa
jurnal terbaru (ter-uptodate) sehingga diharapkan nantinya penulis dapat
melakukan asuhan dan pemecahan masalah dengan tindakan yang telah
memiliki evidence based terutama dalam bidang kebidanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir, neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Agar Klien lebih mengetahui dan memahami proses persalinan secara
fisiologis maupun psikologis, masalah pada pada bayi baru lahir, neonatur,
bayi, balita dan anak prasekolah.
4. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk
lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga
mutu pelayanan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Edmond et all. 2018. Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal


Mortality. Dari portalgaruda.org [28 April 2020].

Erawati, A.D. 2010. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : EGC.

Fraser, D.M., dan M.A. Cooper. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC.

Heriyeni, Heni. 2018. Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Stabilitis Suhu Tubuh
Bayi Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Bengkalis, Vol. XII,
No. 10.

Lyngdoh et all. 2017. Effect of Topical Application of Human Breast Milk Versus 4%
Chlorhexidine Versus Dry Cord Care on Bacterial Colonization and Clinical
Outcomes of Umbilical Cord in Preterm Newborns. Volume 5 Issue 5 -
October 2017 DOI: 10.19080/AJPN.2017.05.555730

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba dan I.B.G Fajar Manuaba. 2010. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nelson. 2012. Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.


Saifuddin. 2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sodikin. 2014. Perawatan Tali Pusat. Jakarta : EGC.

Wahyuni, Sari. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita : Penuntun Belajar Praktik
Klinik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Walsh. 2010. Midwifery: Community-Based Care Duzing the Childbearing Year.


W.B. Saunders. Terjemahan Handayani, W.E., S, Lestari daan N, Damiati.
2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

37
Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine) Terapi

EFEKTIFITAS MUSCLE PUMPING DALAM MENINGKATKAN SCORE


APGAR PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA

1. Apakah hasil penelitian valid?

Apakah pasien pada penelitian IYA


dirandomisasi? Alasan : Penelitian ini merupakan
penelitian Randomized Control Trial
(RCT)

Apakah cara melakukan randomisasi IYA


dirahasiakan? Alasan : Karena penelitian ini dengan
single blind pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol.

Apakah follow-up kepada pasien cukup Iya


panjang dan lengkap? Bukti : Sampel dari penelitian ini
sebanyak 40 pasien asfiksia dan
dilakukan pemilihan secara random
untuk memilih kelompok kasus dan
kontrol. Instrumen yang digunakan
menggunakan lembar observasi dan
APGAR score untuk mencatat hasil
tindakan. Teknik pengumpulan data
dilakukan oleh peneliti dengan
menilai APGAR score bayi baru lahir.
Bayi dengan APGAR score < 7
menjadi responden. Secara acak
peneliti menentukan sampel yang
diberi perlakuan dengan melakukan
undian urutan responden. Kelompok
kontrol diberi perlakuan resusitasi dan
diobservasi perubahan APGAR score
dan pada kelompok intervensi, diberi
perlakuan resusitasi dan muscle
pumping dan diobservasi perubahan

38
APGAR score responden, yaitu
sebelum muscle pumping dan setelah
tindakan muscle pumping. Pengujian
data dilakukan dengan uji statistik uji
Mann-Whitney dengan program SPSS
20.

Apakah pasien dianalisis di dalam grup YA


di mana mereka dirandomisasi? Alasaan: Randomized Control Trial
(RCT) dengan single blind.

Apakah pasien, klinisi, dan peneliti blind YA


terhadap terapi? Alasan : Karena pasien tidak tahu
untuk dijadikan responden

Apakah grup pasien diperlakukan sama, Iya


selain dari terapi yang diberikan?
Apakah karakteristik grup pasien sama Iya
pada awal penelitian, selain dari terapi .
yang diberikan?

2. Apakah hasil penelitian penting?

Seberapa penting hasil penelitian ini? Penting


Alasan : Secara teoritis penelitian ini
diharapkan memberikan bukti baru tentang
efektivitas muscle pumping dalam
meningkatkan skor APGAR pada bayi baru
lahir dengan asfiksia. Secara praktis
penelitian ini diharapkan memberikan bukti-
bukti ilmiah yang bisa digunakan sebagai
dasar pembuatan kebijakan untuk
penambahan tindakan dalam penatalaksanaan
asfiksia bayi baru lahir, dengan tujuan untuk
meningkatkan skor APGAR dalam upaya
mengurangi angka kesakitan dan kematian
bayi.

39
Bukti :

Teknik muscle pumping merupakan salah


satu tindakan untuk meningkatkan aliran
balik darah vena menuju ke jantung, yaitu
untuk mengalirkan darah yang berada di
ekstremitas inferior bayi menuju ke atrium
kanan sehingga terjadi sirkulasi darah yang
teratur, maka berpengaruh terhadap sistem
pernafasan. Teknik muscle pumping dapat
digambarkan dengan cara menggerakan
kedua kaki bayi, posisi kedua lutut dilipat
menuju kearah dada bayi. Sloane (2003)
menjelaskan bahwa curah jantung adalah
volume darah yang dikeluarkan oleh kedua
ventrikel per menit, dan hal ini merupakan
penghubung antara lingkungan eksternal dan
lingkungan cairan internal tubuh. Sistem ini
membawa nutrisi ke semua sel, jaringan,
organ, serta membawa produk akhir
metabolik keluar. Melalui teknik muscle
pumping mampu meningkatkan curah
jantung dan aliran balik vena ke jantung.

Seberapa tepat estimasi dari efek terapi? Teknik muscle pumping merupakan salah
satu tindakan untuk meningkatkan aliran
balik darah vena menuju ke jantung, yaitu
untuk mengalirkan darah yang berada di
ekstremitas inferior bayi menuju ke atrium
kanan sehingga terjadi sirkulasi darah yang
teratur, maka berpengaruh terhadap sistem
pernafasan. Teknik muscle pumping dapat
digambarkan dengan cara menggerakan
kedua kaki bayi, posisi kedua lutut dilipat
menuju kearah dada bayi. Sloane (2003)
menjelaskan bahwa curah jantung adalah

40
volume darah yang dikeluarkan oleh kedua
ventrikel per menit, dan hal ini merupakan
penghubung antara lingkungan eksternal dan
lingkungan cairan internal tubuh. Sistem ini
membawa nutrisi ke semua sel, jaringan,
organ, serta membawa produk akhir
metabolik keluar. Melalui teknik muscle
pumping mampu meningkatkan curah
jantung dan aliran balik vena ke jantung.

Muscle Pumping Tanpa Muscle Pumping

Berubah 20/c 11/d

Tidak Berubah 0/a 9 /b

Control event rate (CER) = c/ c+d = 20/31 = 0,65


Experimental event rate (EER) = a/ a+b = 0/9 = 0

Relative Risk Absolute Risk Number Needed to


Reduction (RRR) Reduction (ARR) Treat (NNT)
CER EER CER-EER/ CER CER-EER 1/ARR
0,65 0 0,65-0/0,65 = 1 0,65 1,33
95% CI

95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ # pasien
eksperimen]
95%CI = +/-1,96 √0,98
Makna :
CER = 0,65 : Kejadian perubahan nilai Apgar Score pada bayi asfiksia yang
dilakukan Muscle pumping adalah 0,65

41
EER = 0 : perubahan nilai Apgar Score pada bayi asfiksia yang dilakukan
Muscle pumping adalah 0

RRR = 1 : terjadi perubahan nilai Apgar Score pada bayi asfiksia yang
dilakukan Muscle pumping sebesar 100 % dari insiden sebelumnya.
RRR >50% menunjukkan adanya makna secara klinis.

ARR = 0,65 : terjadi perubahan nilai Apgar Score pada bayi asfiksia yang
dilakukan Muscle pumping sebesar 65 %
NTT = 1,33 : diperlukan 2 tindakan muscle pumping pada bayi baru lahir asfiksia
selama 1 tahun untuk meningkatkan apgar score nya.

3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?

Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita? Iya

Apakah karakteristik pasien kita sangat Tidak


berbeda dibandingkan pasien pada
penelitian sehingga hasilnya tidak dapat
diterapkan?
Apakah hasilnya mungkin dikerjakan di Iya
tempat kerja kita?
Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?
Metode I: f Risiko terhadap pasien kita, relatif
terhadap pasien pada penelitian

Diekspresikan dalam bentuk desimal: 0,5

NNT/f = 1,33/20 = 0,07

(NNT bagi pasien kita)


Metode II: 1/ (PEERxRRR) PEER (patient’s expected event rate)
adalah event rate dari pasien kita bila
mereka menerima kontrol pada penelitian

42
tersebut =
0,42

1/ (PEERxRRR) = 1

(NNT bagi pasien kita)


Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?
Apakah kita dan pasien kita mempunyai IYA
penilaian yang jelas dan tepat akan value Teknik muscle pumping merupakan salah
dan preferensi pasien kita? satu tindakan untuk meningkatkan aliran
balik darah vena menuju ke jantung,
yaitu untuk mengalirkan darah yang
berada di ekstremitas inferior bayi
menuju ke atrium kanan sehingga terjadi
sirkulasi darah yang teratur, maka
berpengaruh terhadap sistem pernafasan.
Teknik muscle pumping dapat
digambarkan dengan cara menggerakan
kedua kaki bayi, posisi kedua lutut dilipat
menuju kearah dada bayi. Sloane (2003)
menjelaskan bahwa curah jantung adalah
volume darah yang dikeluarkan oleh
kedua ventrikel per menit, dan hal ini
merupakan penghubung antara
lingkungan eksternal dan lingkungan
cairan internal tubuh. Sistem ini
membawa nutrisi ke semua sel, jaringan,
organ, serta membawa produk akhir
metabolik keluar. Melalui teknik muscle
pumping mampu meningkatkan curah
jantung dan aliran balik vena ke jantung.

Apakah value dan preferensi pasien kita IYA


dipenuhi dengan terapi yang akan kita Alasan, sesuai dengan pendapat C.
berikan? Gaultier dalam European Respiratory
Journal tahun 1995 yang telah disunting

43
oleh M. Decramer, menyebutkan bahwa
Pada bayi baru lahir dan bayi terdapat
berbagai gangguan pernapasan yang
menyebabkan kegagalan ventilasi. Dalam
kehidupan awal respon ventilasi untuk
bernafas terbatas. Faktor risiko kegagalan
ventilasi berhubungan dengan respirasi
karena ketidakmatangan dinding dada,
otot-otot pernapasan dan yang
berpasangan antara dada dan gerakan
perut. Penilaian pernapasan fungsi otot
pada bayi terbatas, karena keberatan
untuk menggunakan teknik-invasif-
teknik. Namun, pengukuran tekanan
saluran udara selama menangis dapat
memberikan indeks kekuatan otot
pernapasan pada bayi. Kekuatan otot
pernafasan dapat terlatih ketika bayi baru
lahir membutuhkan banyak oksigen,
sehingga teknik muscle pumping yang
peneliti lakukan pada bayi asfiksia dapat
merangsang pernafasan bayi baru lahir.
Darah pada ekstremitas yang dipompa
menuju jantung dapat melancarkan
peredaran darah karena pasokan darah
sudah ada. Dengan meningkatnya
metabolism aerobic dalam tubuh bayi
baru lahir akan meningkatkan suhu
tubuh, meningktakan reflek dan kerja otot
sehingga warna kulit menjadi kemerahan.
Nilai APGAR skor akan meningkat dan
bayi baru lahir tidak lagi mengalami
asfiksia.

Hal ini sejalan dengan teori beberapa


faktor yang mendukung aliran balik vena

44
dan memperbesar curah jantung, meliputi
pompa otot rangka, vena musculair
mempunyai katup-katup yang
memungkinkan darah hanya mengalir
menuju jantung dan mencegah aliran
balik. Kontraksi otot-otot tungkai
membantu mendorong darah mengalir ke
arah jantung melawan gaya gravitasi
(Sloane, 2003)

f adalah faktor dorongan. f merupakan perkiraan berapa tinggi atau rendahnya risiko
kematian pasien kita dibandingkan pasien pada penelitian. Bila pasien kita
kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih besar dibandingkan pasien pada penelitian,
maka besar f adalah 2. Bila pasien kita kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih kecil
dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f adalah 0,5.

45

Anda mungkin juga menyukai