Anda di halaman 1dari 130

PBL: BAYI BARU LAHIR

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas I

Dosen pengampu: Ns. Riadinni Alita, S.Kep, M.Kes

Disusun oleh:
Erika Deliana 1810711004
Siti Juhariyah 1810711011
Regita Siti Nurjanah 1810711013
Nanda Syifa 1810711034
Jihan Almira Dewi 1810711036
Nabilla Adyatrin 1810711043
Gilang Dermawan 1810711046
Siti Nur Khasanah 1810711049
Yashinta Ariyanti 1810711068
Sonia Danti 1810711073
Naomi Gracya 1810711074
Nisrina Puspaningrum 1810711079
Syifa Putri Salsabila 1810711080
Dinda Nur Aini 1810711084
Maila Faiqoh Tsauroh 1810711085
Putri Irayani 1810711086
Mutiara Novella 1810711097

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan izin-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PBL: Bayi Baru Lahir dengan baik. Dalam
kesempatan ini kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ns.
Riadinni Alita, S.Kep, M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas I yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Harapan kami adanya makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan terhadap Keperawatan Maternitas tentang Bayi Baru Lahir. Kami
juga menyadari masih banyak kekeliruan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu kami
sangat membutuhkan saran untuk mengembangkan makalah kami ini agar menjadi lebih baik
Kepada semua pihak yang telah bekerja keras sesuai dengan kapasitasnya masing-masing
disertai dedikasi tinggi dan hati yang ikhlas untuk menyelesaikan makalah ini, kami
sampaikan terima kasih.

Jakarta, 9 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penulisan 5

D. Manfaat Penulisan 5

BAB II PEMBAHASAN 6
A. Adaptasi Fisiologis 6
B. Pengkajian Fisik 30
C. Karakteristik Perilaku 35
D. Lahir Hingga Dua Jam Pertama 43
E. Dari 2 Jam Setelah Lahir Hingga Kepulangan 48
F. Pemeriksaan Laboratorium dan Uji Diagnostik 54
G. Prosedur Terapeutik dan Bedah 59
H. Nyeri pada Neonatus 68
I. Rencana Pulang dan Pendidikan Kesehatan 72
J. Penilaian Maturitas Bayi Baru Lahir 86
K. Refleks Bayi Baru Lahir 102
L. Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir 104
BAB III PENUTUP 128
A. Kesimpulan 128
B. Saran 128
DAFTAR PUSTAKA 129

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir  (neonatus), lahir melalui jalan lahir
dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara
spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.Neonatus (BBL) adalah masa
kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan
yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada masa ini
terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula miniature
anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba
tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.Masa perubahan
yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.Transisi ini hampir meliputi
semua system organ tapi yang terpenting bagi anastesi adalah system pernafasan
sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang
matang untuk melakukan suatu anastesi terhadap neonates (BBL).

B. Rumusan Masalah
1. Apa adaptasi fisiologis bayi baru lahir?
2. Bagaimana pengkajian fisik pada bayi baru lahir?
3. Bagaimana karakteristik perilaku bayi baru lahir?
4. Bagaimana pengkajian bayi baru lahir pada fase lahir hingga dua jam pertama?
5. Bagaimana pengkajian bayi baru lahir pada fase 2 jam setelah lahir hingga
kepulangan?
6. Bagaimana pemeriksaan laboratorium dan uji diagnostic pada bayi baru lahir?
7. Apa prosedur terapeutik dan bedah pada bayi baru lahir?
8. Bagaimana nyeri pada neonatus?
9. Apa rencana pulang dan pendidikan kesehatan untuk bayi baru lahir?
10. Bagaimana penilaian maturitas bayi baru lahir?
11. Apa saja refleks bayi baru lahir?
12. Bagaimana asuhan keperawatan bayi baru lahir?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir.
2. Mengetahui pengkajian fisik pada bayi baru lahir.
3. Mengetahui karakteristik perilaku bayi baru lahir.
4. Mengetahui pengkajian bayi baru lahir pada fase lahir hingga dua jam pertama.
5. Mengetahui pengkajian bayi baru lahir pada fase 2 jam setelah lahir hingga
kepulangan.
6. Mengetahui pemeriksaan laboratorium dan uji diagnostic pada bayi baru lahir.
7. Mengetahui prosedur terapeutik dan bedah pada bayi baru lahir.
8. Mengetahui nyeri pada neonatus.
9. Mengetahui rencana pulang dan pendidikan kesehatan untuk bayi baru lahir.
10. Mengetahui penilaian maturitas bayi baru lahir.
11. Mengetahui refleks bayi baru lahir.
12. Mengetahui asuhan keperawatan bayi baru lahir.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Bagi dunia keperawatan hasil ini diharapkan dapat menambah pengetahuan/wawasan
tentang bayi baru lahir.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai bayi baru lahir.
b. Bagi Pengembangan Ilmu
Menambah informasi lebih lanjut bagi akademik atau institusi pendidikan
tentang bayi baru lahir.
c. Bagi Penelitian Lebih Lanjut
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut tentang
bayi baru lahir.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. ADAPTASI FISIOLOGIS
1. Sistem Pernapasan
Perkembangan paru-paru: paru-paru berasal dari titik yang muncul dari pharynx
kemudian bentuk bronkus sampai umur 8 tahun, sampai jumlah bronchioles untuk
alveolus berkembang, awal adanya nafas karena terjadi hipoksia pada akhir persalinan
dan rangsangan fisik.
Lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak, tekanan rongga
dada menimbulkan kompresi paru-paru selama persalinan menyebabkan udara masuk
paru-paru secara mekanis.
Awal adanya nafas, dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah sebagai berikut:
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalianan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara
mekanis.

Selama dalam rahim ibu janin mendapat O₂ dari pertukaran gas mill plasenta.
Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi.

Rangsangan gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.


a. Tekanan mekanik dan toraks pada saat melewati janin lahir.
b. Menurun kadar pH O₂ dan meningkatnya kadar pH CO₂ merangsang
kemoreseptor karohd.
c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan gerakan
pernapasan.
d. Pernapasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik setelah persalinan.
Dimana tekanan rongga dada bayi pada melalui jalur lahir mengakibatkan cairan
paru-paru kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut. Sehngga cairan yang hilang
tersebut diganti dengan udara. Paru paru mengembang menyebabkan rongga dada
troboli pada bentuk semula, jumlah cairan paru-paru pada bayi normal 80 museum
lampung—100 museum lampung.

6
Dari cairan menuju udara
Dengan pemotongan tali pusat, bayi mengalami perubahan fisiologis yang kompleks
dan cepat. Penyesuaian yang paling penting dan segera yang dilakukan oleh bayi baru
lahir pada saat kelahiran adalah membangun pernapasan. Dengan kelahiran melalui
vagina, beberapa cairan paru diperas keluar dari trakea dan paru-paru bayi; pada bayi
yang lahir dengan kelahiran cesar, cairan paru dapat tertahan dalam alveolus. Dengan
menghirup napas pertama kali, bayi baru lahir memulai serangkaian perubahan
jantung-paru.
Beberapa tarikan nafas pertama menyebbakan udara memenuhi ruangan trachea
untuk bronkus bayi baru lahir, paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan
perjalanan waktu.
Bernapas pertama kali kemungkinan sebagai akibat dari refleks yang dipicu
oleh perubahan tekanan, pajanan terhadap temperature udara yang dingin, bising,
cahaya, dan sensasi lainnya yang berhubungan dengan proses kelahiran. Selain itu,
kemoreseptor di aorta dan badan karotis memulai refleks neurologis ketika tekanan
oksigen arteri (PO₂) menurun, tekanan karbon dioksida arteri meningkat, dan Ph
arteri menurun. Pada sebagian besar kasus, reaksi pernapasan berat terjadi dalam 1
menit setelah lahir, dan bayi melakukan tarikan napas pertama dan menangis.
Setelah pernapasan sudah dimulai, napas menjadi dangkal dan tidak teratur,
berkisar 30 hingga 60 napas/menit, dengan periode dari napas periodik yang terdiri
atas henti napas sementara yang berlangsung kurang dari 20 detik. Episode dari napas
periodik ini terjadi paling sering selama siklus tidur aktif (rapid eye movement
[REM]) dan menurun frekuensi dan durasinya seiring dengan usia. Periode henti
napas lebih dari 20 detik merupakan indikasi proses patologis dan harus dievaluasi
secara menyeluruh.

Tanda-Tanda Gagal Napas


Sebagian besar bayi matur bernapas spontan dan berlanjut dengan pernapasan normal.
Tanda-tanda gagal napas terdiri atas napas cuping hidung, retraksi interkosta dan
subkosta atau (penarikan kedalam jaringan di sela-sela iga atau dibawah kerangka
iga), atau mengorok ketika bernapas. Retraksi suprasternal atau subklavikula dengan
stridor atau megap-megap paling sering menunjukkan obstruksi saluran napas atas.
Seesaw atau pernapasan paradoks (saat bernapas, dinding abdomen naik sedangkan

7
dinding dada turun) selain dari pernapasan abdominal adalah tidak normal dan harus
dilaporkan. Laju pernapasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 napas/menit saat bayi
istirahat harus dievaluasi secara menyeluruh. Laju pernapasan bayi dapat melambat,
menurun, atau menghilang akibat efek pemberian analgesic atau anestesi pada ibu
selama persalinan dan kelahiran, episode henti napas dapat berhubungan dengan
beberapa kejadian (peningkatan cepat temperatur tubuh; hipotermia, hipoglikemia,
dan sepsis) yang membutuhkan evaluasi menyeluruh. Takipnea dapat disebabkan oleh
pembersihan cairan paru yang tidak adekuat, atau dapat merupakan indikasi dari
syndroom gagal napas bayi baru lahir.

Mempertahankan suplai oksigen yang adekuat


Selama satu jam pertama kehidupan, cairan limfatik par uterus mengeluarkan
sejumlah besar cairan. Pengeluaran cairan juga merupakan akibat dari perbedaan
tekanan dan alveolus terhadap jaringan sekitar dan pembuluh darah. Penurunan
resistensi vascular membantu aliran cairan paru ini. retensi cairan paru dapat
mengganggu kemampuan bayi untuk untuk mempertahankan oksigenasi yang
adekuat, terutama jika terdapat faktor-faktor lainnya yang dapat mengganggu
pernapasan (aspirasi meconium, hernia diafragmatika kongenital, atresia esofagus
dengan fistula, atresi koana, kelainan jantung kongetinal, alveolus belum matang
[tidak ada atau berkurang]).
Lingkar dada bayi baru lahir matur berukuran sekitar 30 hingga 33 cm saat lahir.
Auskultasi dinding dada bayi baru lahir menunjukkan suara napas yang keras dan
bersih, yang terdengar sangat dekat karena bayi memiliki lapisan otot dinding dada
yang sedikit. Iga bayi berartikulasi dengan tulang belajang dalam posisi horizontal,
bukan dalam posisi miring menurun; akibatnya, kerangka iga tidak dapat berkembang
sempurna saat inspirasi seperti yang terjadi pada orang dewasa. Oleh karena fungsi
pernapasan neonatus sebagian besar merupakan pengaruh kontraksi diafragma,
pernapasan abdominal merupakan karakteristik bayi baru lahir. Sebenernya, dinding
dada bayi dan dinding abdomennya naik secara bersamaan saat inspirasi, namun
dikarenakan ukuran abdomen yang besar, pergerakan dinding dada tidak begitu
terlihat.
Dinding alveoulus terluar dilapisi oleh surfaktan, sejenis protein yang diproduksi
oleh sel-sel tipe 2 dalam paru. Pengembangan paru terutama bergantung pada
kontraksi dinding dada dan tersedianya surfaktan serta sekresinya yang adekuat.

8
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan, sehingga mengurangi tekanan yang
dibutuhkan untuk mempertahankan alveolus tetap terbuka saat inspirasi, dan
mencegah menguncupnya alveolus total saat menghembuskan napas, sehingga dapat
mempertahankan stabilitas alveolus. Dengan tidak ada atau kurangnya surfaktan,
diperlukan tekanan yang lebih besar saat inspirasi, yang dapat menyebabkan
kelelahan segera atau kejenuhan pada bayi premature atau bayi matur yang sakit.
Surfaktan dapat diibaratkan sebagai air sabun di dalam balon. Terkadang sisi dari
balon kempes saling menempel dan tidak dapat mengembang. Jika sejumlah air sabun
dituangkan ke dalam balon, permukaan menjadi licin dan mencegah perlengketan
pada sisi balon; sehingga memungkinkan balon untuk mengembang.

Karakteristik dari Sistem Pernapasan Neonatus

KARAKTERISTIK EFEK DAN FUNGSI


Penurunan jaringan elastis dan recoil paru Penurunan complains paru
membutuhkan tekanan yang lebih
tinggi dan usaha yang lebih untuk
mengembangkan paru. Peningkatan
risiko atelectasis
Berkurangnya pergerakan diafragma dan Pergerakan pernapasan yang kurang
maximal force potential efektif, kesulitan dalam menciptakan
tekanan negative intratoraks; berisiko
atelectasis.
Kecenderungan untuk bernapas dengan Peningkatan kemampuan untuk
hidung, perubahan posisi laring dan menyelaraskan antara menelan dan
epiglotis bernapas; risiko obstruksi jalan napas;
lebih sulit untuk diintubasi.
Complains jalan napas kecil dengan Risiko obstruksi jalan napas dan apnea
resistensi saluran napas yang tinggi
refleks imatur
Peningkatan resistensi vascular paru Risiko pirai duktus dan hipoksemia
dengan arteri pulmonal yang sensitif dengan keadaan-keadaan seperti
hipoksia, asidosis, hiportermia,
hipoglikemia, dan hiperkarbia
Peningkatan konsumsi oksigen Peningkatan laju pernapasan dan
usaha bernapas; risiko hipoksia
Peningkatan pirai intrapulmoal kanan-kiri Peningkatan risiko atelectasis dengan

9
vasilitas tidak efektif, PCO rendah
Imunitas sistem surfaktan paru pada bayi Peningkatan risiko atelectasis dan
matur sindrom distress pernapasan,
peningkatan usaha bernapas
Control pernapasan imatur Pernapasan tidak teratur dengan
bernapas periodic; risiko apnea;
ketidakmampuan untuk mengubah
kedalaman pernapasan segera

2. Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular berubah bermakna setelah lahir. Napas pertama bayi, disertai
dengan peningkatan distensi kapiler alveolus, mengembangkan paru-paru dan
mengurangi resistensi pembuluh darah paru terhadap aliran darah paru dari arteri
pulmonaris. Tekanan arteri pulmonaris menurun, dan tekanan dalam atrium kanan
menurun. Meningkatnya aliran darah paru dari sisi jantung kiri meningkatkan
tekanan di atrium kiri, yang menyebabkab penutupan fisiologis dari foramen ovale.
Selama beberapa hari pertama kehidupan, menangis dapat membuat aliran balik
melalui foramen ovale untuk sementara dan menyebabkan sianosis ringan.
Dalam uterus, PO₂ janin berukuran 27mmHg. Setelah lahir, ketika kadar PO₂
dalam darah arteri berukuran sekitar 50mmHg, duktus arteriosus berkonstriksi sebagai
respons terhadap peningkatan oksigenasi. Kadar hormone prostaglandin E (PGE₂)
yang bersirkulasi juga memiliki peranan penting dalam penutupan duktus arteriosus.
Selanjutnya, duktus arteriosus akan menutup total dan menjadi ligament. Saat
pemotongan tali pusat, arteri umbilikus, dan duktus venosus menutup dan menjadi
ligament. Arteri hipogastrika juga menutup dan menjadi ligamen.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam system kardiovaskular adalah


sebagai berikut:
a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan dan
tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini

10
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigenasi pada pernafasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru-paru
(menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi ke paru-
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan.
Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium
kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.

Perubahan Kardiovaskular saat Lahir


Faktor-Faktor Yang
Status Prenatal Status Pascalahir
Berhubungan
Perubahan Primer
Sirkulasi paru: resistensi Resistensi vascular Ekspansi paru-paru janin
vascular paru tinggi, paru rendah; penurunan yang kolaps dengan
peningkatan tekanan di tekanan di atrium udara
ventrikel kanan dan arteri kanan, ventrikel kanan,
paru. dan arteri pulmonal
Sirkulasi sistemik: tekanan Resistensi vascular Hilangnya aliran darah
di atrium kiri, ventrikel kiri, sistemik tinggi; plasenta
dan aorta rendah peningkatan tekanan di
atrium kiri, ventrikel
kiri, dan aorta
Perubahan Sekunder
Arteri umbilikus: paten, Tertutup secara Menutup mendahului
mengalirkan darah dari arteri fungsional saat lahir: vena umbilikus,
hipogastrika ke plasenta obliterasi oleh penutupan dilakukan
proliferasi fibrosa oleh kontraksi otot polos
selama kurang lebih 2- sebagai respons terhadap
3 bulan, bagian distal stimulus panas dan
menjadi ligament mekanik dan perubahan
vesikoumbilikal lateral, pada tekanan oksigen,
bagian prosimal tetap dipotong secara mekanik
terbuk sebagai arteri bersama tali pusat saat

11
vesikel superior lahir
Vena umbilikus: paten, Menutup, menjadi Menutup segera setelah
membawa darah dari ligamentum teres arteri umbilikus,
plasenta ke duktus venosus hepatis setelah sehingga darah dari
dan hati obliterasi plasenta dapat mengalir
ke neonatus selama
periode singkat setelah
lahir, dipotong secara
mekanik bersama tali
pusat saat lahir
Duktus venosus: paten, Menutup, menjadi Hilangnya aliran darah
menghubungkan vena ligamentum venosum dari vena umbilikus
umbilikus ke vena kava setelah obliterasi
interior
Duktus arteriosus: paten, Tertutup secara Peningkatan kandungan
mengalirkan darah dari arteri fungsional hampir oksigen dalam darah
pulmoner ke aorta desendens segera setelah lahir, dalam duktus arteriosus
obliterasi anatomis menyebabkan
lumen oleh proliferasi vasospasme pada
fibrosa membutuhkan seluruh dinding otot.
waktu 1-3 bulan, Resistensi sistemik yang
menjadi ligamentum tinggi meningkatkan
arteriosum tekanan aorta, resistensi
paru-paru rendah
mengurangi tekanan
arteri pulmonal
Foramen ovale: Tertutup secara Meningkatnya tekanan
terbentuknya lubang pada fungsional saat lahir, di atrium kiri dan
katup yang memungkinkan aposisi konstan penurunan tekanan di
darah mengalir langsung ke perlahan menyebabkan atrium kanan
atrium kiri (aliran darah dari fusi dan penutupan menyebabkan penutupan
atrium kanan ke atrium kiri) permanen dalam katup diatas foramen.
beberapa bulan atau
tahun pada mayoritas
orang

12
a. Denyut dan bunyi jantung
Denyut jantung rata-rata berkisar 120 hingga 140 denyut/menit, dengan variasi
yang tampak jelas saat tidur dan bangun. Sesaat setelah tangisan pertama, denyut
jantung bayi dapat mengalami percepatan 175 hingga 180 denyut/menit. Kisaran
denyut jantung pada bayi matur berkisar 85 hingga 90 denyut/menit selama tidur
dalam dan hingga 170 denyut/menit atau lebih ketika bayi terbangun. Denyut
jantung hingga 180 denyut/menit merupakan hal yang terbiasa ketika bayi
menangis. Denyut jantung yang secara konsisten tinggi (>170 denyut/menit) atau
rendah (<80denyut/menit) saat bayi baru lahir dalam keadaan istirahat harus
dievaluasi kembali dalam satu jam atau saat aktivitas bayi berubah.
Impuls apeks (titik impuls maksimal-point of maximal impulse [PMII]) pada
bayi baru lahir berlokasi pada ruang sela iga keempat dan di sisi kiri garis
midklavikula. PMI seringkali terlihat dan mudah dipalpasi dikarenakan dinding
dada yang tipis; yang disebut juga aktivitas precordial.
Laju denyut apeks harus dikaji pada semua bayi. Auskultasi harus dilakukan
selama satu menit penuh, lebih baik saat bayi sedang tidur. Denyut jantung tidak
teratur biasa terjadi dalam beberapa jam pertama kehidupan. Setelah waktu ini,
denyut jantung tidak teratur yang tidak berhubungan dengan perubahan aktivitas
atau pola pernapasan harus dievaluasi lebih lanjut.
Bunyi jantung selama periode neonatus bernada lebih tinggi, durasinya lebih
singkat, dan intensitasnya lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Bunyi jantung
pertama (S₂) yang bersifat tajam. Bunyi jantung ketiga dan keempat tidak
terdengar pada bayi baru lahir. Sebagian besar bising jantung yang terdengar
selama beberapa hari pertama kehidupan tidak memiliki makna patologis, dan lebih
dari setengah murmur hilang saat berusia 6 bulan. Namun, terdapatnya murmur dan
tanda-tanda yang menyertai seperti asupan yang sulit, apnea, sianosis, atau pucat
merupakan hal yang tidak normal dan perlu diperiksa lebih lanjut.
b. Tekanan darah
Tekanan darah (TD) sistolik rata-rata pada bayi baru lahir berkisar 60 hingga 80
mmHg, dan tekanan diastolic rata-rata berkisar 40 hingga 50 mmHg, tekanan darah
meningkat pada hari kedua kehidupan, dengan sedikit variasi yang tampak pada
hari kedua kehidupan. Turunnya TD sistolik (sekitar 15 mmHg) pada satu jam

13
pertama kehidupan biasa terjadi. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan
peningkatan pada tekanan sistolik. Pengukuran TD paling baik dilakukan dengan
alat oscillometric ketika bayi sedang beristirahat. Ukyran manset yang tepat harus
digunakan untuk pengukuran TD bayi yang akurat.
Jika tidak terdapat indikasi spesifik, TD tidak selalu diperiksa pada bayi baru
lahir secara rutin kecuali sebagai dasar. Praktik pengukuran TD pada keempat
ekstremitas pada periode dini bayi baru lahir untuk mendeteksi koarktasi aorta
(KA) dipertanyakan belakangan ini (Rasnius dan lewis, 2006). Hal ini berdasarkan
bukti bahwa defek koarktasi aorta tidak terjadi segera dalam periode pascalahir,
namun lebih biasa terjadi pada usia sekitar 12 hingga 14 hari, waktu saat duktus
arteriosus menutup (Taylor, 2005).
c. Volume darah
Volume darah pada bayi baru lahir berkisar sekitar 80 hingga 85ml/kg berat badan.
Segera setelah lahir, volume darah total rata-rata sebesar 300ml, namun volume ini
dapat meningkat hingga 100ml, bergantung pada lamanya waktu sebelum tali pusat
diklem dan dipotong. Bayi prematur memiliki volume darah relatif lebih besar
dibandingkan bayi baru lahir matur karena bayi prematur memiliki volume plasma
yang secara proporsional lebih besar, bukan massa sel darah merah (SDM).
Klem tali pusat yang dilakukan secara dini atau akhir mengubah dinamika
sirkulasi bayi baru lahir. Klem yang dilakukan di akhir memperbesar volume
darah akibat transfusi darah dari plasenta kepada bayi baru lahir. Klem tali pusat
yang tertunda (> 2 menit setelah lahir) telah dilaporkan menyebabkan polisitemia
dengan tanda-tanda klinis hiperviskositas (hematokrit >65%, plethora atau tampak
kemerahan, sirkulasi yang melambat memicu kemungkinan terjadinya emboli
dalam mikrovaskular dan kerusakan organ, gagal napas, dan kemungkinan
hiperbilirubinemia sebagai akibat pemecahan sel darah merah (Armentrout dan
Huseby, 2003). Namun, data terakhir menunjukka klem tali pusat yang tertunda
(tidak lebih dari 2 menit setelah lahir) pada neonatus yang matur ditemukan dapat
memberi efek menguntungkan dalam meningkatkan hematokrit dan status besu
serta mengurangi anemia; efek menguntungkan tersebut diteliti pada usia 2 hingga
6 bulan. Polisitemia terjadi pada klem yang dilakukan tertunda, namun tidak
berbahaya (Hutton dan Hassa, 2007).

14
3. Sistem Hematopoietik
Sistem hematopoietik pada bayi baru lahir menunjukkan beberapa variasi dari orang
dewasa. Kadar SDM dan leukosit berbeda, namun kadar trombosit relatif sama.
a. Sel darah merah dan haemoglobin
Saat lahir, kadar rata-rata SDM dan hemoglobin (hemoglobin janin bersifat
dominan) lebih tjnggi dibandingkan pada orang dewasa. Darah tali pusat pada
bayi baru lahir matur dapat memiliki konsentrasi hemoglobin 14 hingga 24 g/dl
(rerata, 17g/dl). Hematokrit berkisar dari 44% hingga 64% (rerata, 55%). Hitung
SDM juga ikut meningkat, berkisar dari 4,8 hingga 7,1 juta/mm³ (rerata, 5,14
juta/mm³). Pada akhir bulan pertama, nilai-nilai ini akan menurun dan mencapai
kadar rata-rata 11 hingga 17g/dl dan 4,2 hingga 5,2 juta mm³, secara berurutan.
Kadar darah ini dapat dipengaruhi oleh klem tali pusat yang tertunda, yang
akan mengakibatkan peningkatan hemoglobin, SDM, dan hematokrit. Sumber
dari sampel merupakan faktor penting karena darah kapiler menunjukkan nilai
yang lebih tinggi dibandingkan darah vena. Waktu pengambilan sampel darah
juga penting; sedikit peningkatan SDM setelah lahir diikuti oleh penurunan nilai
yang cukup bermakna. Saat lahir, darah bayi mengandung rata-rata 70%
hemoglobin janin, namun dikarenakan sel yang mengandung hemoglobin janin
berumur lebih pendek, persentasenya menurun hingga 50% pada 20 minggu.
Cadangan besi umumnya cukup untuk mempertahankan produksi sel darah merah
normal untuk 4 hingga 5 bulan pada bayi matur, pada saat dimana anemia
fisiologis yang umumbya bersifat sementara dapat terjadi.
b. Leukosit
Leukositosis, dengan hitung sel darah putih (SDP) sekitar 18.000 sel/mm³
(berkisar antara 9.000 hingga 30.000 sel/mm³) normal saat lahir. Jumlah SDP
meningkat hingga 23.000 sampai 24.000 sel/mm³ selama hari pertama setelah
lahir. Hitung SDP awal yang tinggi pada bayi baru lahir akan menurun secara
cepat, dan kadar 11.500 sel/mm3 umumnya dipertahankan selama periode
neonatus. Infeksi berat tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh bayi baru lahir;
leukosit lambat untuk mengenali protein asing dan untuk melokalisasi dan
melawan infeksi pada awal kehidupan. Sepsis dapat disertai dengan peningkatan
SDP (neutrofilia); namun, beberapa bayi dapat menunjukkan tanda-tanda klinis
sepsis tanpa peningkatan SDP yang bermakna. Selain itu, peristiwa lainnya selain
infeksi juga dapat menyebabkan neutrofilia pada bayi baru lahir. Beberapa

15
peristiwa ini meliputi menangis berkepanjangan, hipertensi pada ibu, hipoglikemia
asimtomatris, penyakit hemolitik, sindrom aspirasi mekonium, induksi persalinan
dengan oksitosin, operasi, persalinan sulit, daerah ketinggian, dan demam pada
ibu.
c. Trombosit
Hitung trombosit berkisar antara 200.000 hingga 300.000sel/mm³ dan sama
nilainya pada bayi baru lahir dan orang dewasa. Kadar faktor II, VII, IX, dan X
yang ditemukan dihati, menurun selama beberapa hari pertama kehidupan, karena
bayi baru lahir tidak dapat menyintesis vitamin K. Namun, kecenderungan
perdarahan pada bayi baru lahir tidak bisa terjadi, dan jika defisiensi vitamin K
tidak hebat, pembentukan bekuan darah cukup untuk mencegah perdarahan.
d. Golongan darah
Golongan darah bayi ditentukan secara genetik dan dibentuk pada awal kehidupan
janin. Namun, selama periode neonatus, kekuatan aglutinogen yang terdapat pada
membran SDM meningkat perlahan. Sampel darah tali pusat dapat digunakan
untuk mengidentifikasi golongan darah bayi dan status rhesusnya.

4. Sistem Termogenik
Setelah terjadinya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat, regulasi panas merupakan
hal yang terpenting untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir. Termogulasi adalah
mempertahankan keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi panas. Bayi
baru lahir berusaha untuk menstabilkan temperatur inti tubuhnya dalam rentang yang
sempit. Hipotermia akibat kehilangan panas berlebihan sering terjadi dan berbahaya
bagi neonatus. Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas (termogenesis)
sering kali menyerupai orang dewasa; namun, kecenderungan terhadap kehilangan
panas yang cepat dalam lingkungan dingin meningkatkan pada bayi baru lahir dan
menyebabkan bahaya.
a. Termogenesis
Mekanisme menggigil untuk memproduksi panas yang terjadi pada bayi abru
lahir. Termogenesis menggigil terjadi terutama oleh metabolisme lemak cokelat,
yang khas pada bayi baru lahir, dan juga oleh peningkatan aktivitas metabolik di

16
otak, jantung, dan hati. Lemak cokelat terletak di cadangan lemak superfisial
pada daerah interskapula dan aksila, juga pada cadangan lemak dalam pada pintu
masuk toraks, sepanjang kolumna vertebra, dan disekitar ginjal. Lemak cokelat
memiliki suplai pembuluh darah dan saraf yang lebuh kaya dibandingkan lemak
biasa. Panas yang diproduksi oleh aktivitas metabolik lemak dalam lemak coklat
dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas
sebesar 100%. Cadangan lemak coklat, umumnya terdapat hingga beberapa
minggu setelah lahir, dan abis dengan cepat akibatprematum. Jumlah dari
cadangan lemak coklat meningkat seiring dengan usia kehamilan. Bayi baru lahir
Matur memiliki cadangan lemak yang lebih banyak dibandingkan bayi prematur.
b. Kehilangan panas
Kehilangan panas pada bayi baru lahir terjadi dengan 4 cara berikut.
1) Konveksi adalah perpindahan aliran panas dari permukaan tubuh ke udara
lingkungan yang lebih dingin. Oleh karena dapat terjadi kehilangan panas
akibat konversi, temperatur lingkungan dalam kamar perawatan bayi
dipertahankan pada seuhu sekitar 24 derajat Celcius, dan bayi baru lahir pada
tempat tidur bayi yang terbuka harus diselimuti untuk melindungi mereka dari
dingin.
2) Radiasi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh menuju permukaan
padat yang lebih dingin, tidak dengan kontak langsung namun pada jarak
yang relatif dekat. Untuk mencegah kehilangan panas ini, tempat tidur bayi
dan meja periksa ditempatkan jauh dari jendela luar.
3) Evaporasi adalah kehilangan panas yang terjadi ketika cairan dikonversi
menjadi uap. Pada bayi baru lahir kehilangan panas oleh evaporasi terjadi
sebagai akibat dari penguapan kelembaban pada kulit. Kehilangan panas ini
dapat diakibatkan karena kesalahan terlalu cepat mengeringkan bayi baru
lahir atau melalui pengeringan bayi yang terlalu lambat setelah mandi.
Semakin kurang Matur bayi baru lahir tersebut semakin berat kehilangan
panas melalui evaporasi yang akan terjadi. Kehilangan panas melalui
evaporasi adalah kehilangan panas yang tidak disadari, merupakan penyebab
kehilangan panas yang paling penting pada beberapa hari pertama kehidupan.
4) Konduksi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh ke pada permukaan
lebih dingin dengan kontak langsung. Ketika masuk ke dalam ruang
perawatan bayi, bayi baru lahir ditempatkan dalam tempat tidur hangat untuk

17
meminimalkan kehilangan panas. Timbangan yang digunakan untuk
menimbang bayi baru lahir harus dilapisi kain pelindung untuk
meminimalkan kehilangan panas secara konduksi.
Kehilangan panas harus dikontrol untuk melindungi bayi. Pengontrolan
terhadap berbagai cara kehilangan panas merupakan dasar dari aturan dan
teknik perawatan bayi. Suatu metode untuk mempromosikan interaksi ibu dan
bayi baru lahir adalah dengan menempatkan bayi baru lahir sehat dengan
telanjang bersentuhan dengan kulit ibu dan menutupi keduanya dengan
selimut. Kontak kulit dengan kulit Ini meningkatkan kontrol temperatur dan
interaksi bayi baru lahir.

Bayi yang sedang melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibu

c. Regulasi temperature
Perbedaan anatomis dan fisiologis diantara bayi baru lahir, anak, dan dewasa jel
mm3 as diketahui. Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas pada
awalnya kurang dibandingkan pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki rasio
permukaan tubuh terhadap berat badan (massa) yang lebih besar dibandingkan
pada anak dan dewasa. Posisi fleksi pada bayi baru lahir membantu melindungi
dari kehilangan panas karena mengurangi jumlah permukaan tubuh yang terpajan
pada lingkungan. Bayi juga dapat mengurangi kehilangan panas dari dalam
melalui permukaan tubuh dengan konstriksi pembuluh darah perifer.
Stres dingin mempengaruhi kebutuhan metabolik dan fisiologis pada semua
bayi tanpa dipengaruhi usia kehamilan dan kondisi. Laju pernapasan meningkat
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen. Pada bayi yang
mengalami stres dingin, konsumsi oksigen dan energi dialihkan dari
mempertahankan fungsi otak dan jantung yang normal serta pertumbuhan kepada

18
thermogenesis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jika bayi tidak
dapat mempertahankan tekanan oksigen yang adekuat, vasokonstriksi mengikuti
dan membahayakan perkusi paru-paru. Sebagai akibatnya, PO2 berkurang dan PH
darah menurun. Perubahan ini dapat menimbulkan gagal nafas sementara atau
dapat memperberat sindrom gagal nafas yang ada. Selain itu, perkusi paru-paru
dan tekanan Oksigen yang menurun dapat mempertahankan atau membuka
kembali tirai dari kanan ke kiri melalui duktus arteriosus yang paten.
Laju metabolik basal meningkat dengan stres dingin. Jika stres dingin
memanjang glikolisis Anaerob terjadi mengakibatkan peningkatan produksi asam.
Asidosis metabolik terjadi dan jika terdapat defek pada fungsi pernapasan,
asidosis respiratorik juga terjadi.
Asam lemak berlebih dapat menggantikan bilirubin dari tempat penempelan
albumin dan memicu terjadinya hiperbilirubinemia.
Hipoglikemia merupakan konsekuensi metabolik lainnya dari stres dingin.
Proses glikolisis anaerobik menggunakan sekitar 3 hingga 4 kali jumlah glukosa
darah, sehingga menghabiskan cadangan yang ada. Jika bayi cukup mengalami
stress dan cadangan Glukosa yang rendah tidak digantikan, hipoglikemia, yang
dapat asimtomatis pada bayi baru lahir dapat terjadi
Hipertermia terjadi lebih cepat pada bayi baru lahir dibandingkan pada orang
dewasa dikarenakan berkurangnya kemampuan untuk meningkatkan penguapan
cairan melalui kulit. Walaupun bayi baru lahir memiliki kelenjar keringat 6 kali
lebih banyak per unit area dibandingkan orang dewasa, pada sebagian besar bayi
baru lahir, kelenjar-kelenjar ini tidak berfungsi dengan baik untuk menyebabkan
bayi berkeringat. Keadaan panas yang berat pada bayi baru lahir dapat
menyebabkan kerusakan cerebral akibat dehidrasi atau stroke panas dan kematian.

19
Efek dari stres dingin. ketika bayi mengalami stres dingin, konsumsi oksigen
meningkat, dan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan perifer terjadi, sehingga
mengurangi pengambilan oksigen oleh paru-paru dna oksigen ke jaringan
glikolisis anaerob terjadi; PO2 serta pH menurun, memicu terjadinya asidosis
metabolic.

5. Sistem Renal
Pada usia kehamilan matur ginjal menempati sebagian besar dari dinding abdomen
posterior. Kandung kemih terletak didekat dinding abdomen anterior dan merupakan
organ abdomen dan organ panggul. Pada bayi baru lahir hampir seluruh massa yang
pada abdomen berasal dari ginjal.
Sejumlah kecil urine (sekitar 40 ml) biasa terdapat dalam kandung kemih bayi
Matur saat lahir. Frekuensi berkemih bervariasi dari 2 hingga 6 kali per hari Selama
hari pertama dan kedua kehidupan dan dari 5 hingga 25 kali sehari setelahnya.
Sekitar 6 hingga 8 kali perhari dengan urine berwarna kuning pucat merupakan
penanda asupan cairan yang adekuat setelah 3 sampai 4 hari pertama. Umumnya bayi
matur berkemih 15 hingga 60 ml urine /kgBB /hari.
Bayi matur memiliki kapasitas yang terbatas untuk mengonsentrasi urine. Oleh
karena itu berat jenis urin dapat berkisar antara 1,001 hingga 1,020. Kemampuan
untuk konsentrasi urin dengan baik baru didapat sekitar usia 3 bulan. Setelah
berkemih yang pertama kali urin bayi akan tampak keruh (dikarenakan kandungan
mukus) dan memiliki berat jenis yang jauh lebih tinggi. Kadar ini menurun dengan
peningkatan asupan cairan. Urine normal selama masa bayi awal umumnya berwarna
kuning bening dan hampir tidak berbau. Selama minggu pertama setelah lahir, urine

20
mengandung kristal asam urat yang banyak yang dapat terlihat berwarna pink atau
orange (“debu bata mera”) pada popok jika hal ini terjadi setelah minggu pertama kali
ini dapat menjadi indikasi asupan yang kurang.
Merupakan hal yang biasa terjadi pada bayi baru lahir kehilangan 5% hingga
7% dari berat lahirnya selama 3 sampai 5 hari pertama kehidupan. Hal ini merupakan
akibat dari hilangnya cairan melalui urine, feses, dan paru-paru, juga peningkatan laju
metabolik dan asupan cairan yang terbatas. Ketika ibu menyusui bayinya dan suplai
susunya belum mengalami transisi menjadi susu Matur dengan volume yang lebih
banyak pada hari ke-3 atau ke-4, neonatus terlindung dari dehidrasi oleh peningkatan
volume cairan ekstraseluler yang terdapat saat lahir. Kehilangan berat badan lebih dari
7% berat lahir dapat menandakan masalah dalam pemberian makan, terutama pada
bayi yang menyusui hal ini membutuhkan pengkajian lebih lanjut pada pemberian
makan. Jika kehilangan berat badan mencapai 10% dari berat lahir selama minggu
pertama kehidupan, terdapat faktor penyebab yang harus dipikirkan. Neonatus harus
mencapai kembali berat lahirnya dalam 10 hingga 14 Hari, bergantung pada metode
pemberian makan (ASI atau susu formula).
Karena ambang batas ginjal rendah pada bayi konsentrasi bikarbonat dan
kapasitas pengenceran berkurang. Pengurangan ini dapat memicu pada timbulnya
asidosis dan ketidakseimbangan elektrolit.
a. Keseimbangan cairan dan eletktrolit
Sekitar 40% dari berat badan bayi baru lahir terdiri atas cairan ekstraseluler.
Setiap harinya bayi baru lahir mengambil dan mengeluarkan sekitar 600 sampai
700 ml cairan, yang merupakan 20% dari cairan tubuh total atau 50% dari cairan
ekstraseluler. Laju filtrasi glomerulus pada bayi baru lahir sekitar 30% hingga
50% dari orang dewasa. Laju filtrasi yang lebih rendah ini mengakibatkan
berkurangnya kemampuan untuk mengeluarkan nitrogen dan produk sisa lainnya
dari darah. Namun, protein yang di dikonsumsi oleh bayi baru lahir hampir
seluruhnya dimetabolisme untuk pertumbuhan.
Reabsorpsi natrium berkurang sebagai akibat dari penurunan aktivitas
adenosin trifosfatase yang diaktivasi oleh natrium atau kalium. Penurunan
kemampuan untuk mengekskresi natrium berlebih mengakibatkan urine hipotonik
dibandingkan plasma, yang menyebabkan konsentrasi natrium, fosfat, klorida, dan
asam organik yang lebih tinggi dan konsentrasi ion bikarbonat yang lebih rendah.

21
Bayi memiliki ambang batas ginjal yang lebih tinggi terhadap glukosa
dibandingkan pada orang dewasa.

6. Sistem Gastrointetinal
Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan
mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini
(Gorrie, et al., 1998).
Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar
50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama
kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam (Olds, et al., 1980) untuk pemasukan
makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998).
Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih
immature (Olds, et al., 1980), mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan
regurgitasi makanan segera setelah diberikan (Gorrie, et al., 1998). Regurgitasi juga
dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al.,
1980).
BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar
bayi dan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area
permukaan untuk absorbsi lebih luas (Gorrie, et al., 1998).
Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen
dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan system
saraf simpatis merangsang peristaltic (Simpson & Creehan, 2001).
Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan
cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk
dalam beberapa hari pertama kehidupan (Gorrie, et al., 1998) sehingga meskipun
saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5
jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K
(Olds, et al., 1980).
Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak
sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu
menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat
sederhana serta mengemulsi lemak (Jensen et al., 2004). Amilase pankreas mengalami
defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa

22
mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang terdapat pada sereal. Selain
itu BBL juga mengalami defisiensi lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi
lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada
susu formula (Gorrie, et al., 1998). Feses pertama yang dieksresi oleh bayi disebut
mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal,
lembut, tidak berbau, dan lengket. Mekonium terkumpul dalam usus fetus sepanjang
usia gestasi, mengandung partikel-partikel dari cairan amnion seperti sel kulit dan
rambut, sel-sel yang terlepas dari saluran cerna, empedu dan sekresi usus yang lain
(Gorrie, et al., 1998 & Olds, et al., 1980).
Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir.
Jika tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan
distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998 &
Simpson & Creehan, 2001).
Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional,
bewarna coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium.
Feses ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses
selanjutnya sesuai tipe makanan yang didapat oleh bayi (Gorrie, et a., 1980). Tabel
berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah
lahir.

Tabel 1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran

Sebelum lahir Setelah lahir


 Gastrointestinal relatif inaktif.  bayi dapat mengisap dan
Fetus menelan cairan amnion menelan, mampu mencerna dan
dan memperlihatkan gerakan mengeliminasi Asi dan susu
mengisap dan menelan dalam formula.
uterus.  bayi mudah menelan udara
 tidak ada makanan yang selama makan dan menangis.
diterima melalui G.I.T.  peristaltik aktif pada bagian
 tidak terjadi pengeluaran feses. abdomen yang lebih bawah
Pada keadaan hipoksis atau karena bayi harus mengeluarkan
distres, spingter anal relaksasi feses. Tidak adanya feses dalam
dan mekonium terlepas kedalam 48 jam pertama
cairan amnion, mengindikasikan mengindikasikan obstruksi isi

23
fetal distress usus.

7. Sistem Hepatik
Hati dan kandung empedu dientuk pada minggu keempat gestasi. Pada bayi baru lahir,
hati dapat dipalpasi sekitar 1cm dibawah batas iga kanan karena hati membesar dan
menempati sekitar 40% dari rongga abdomen. Hati bayi memainkan peran penting
dalam penyimpanan besi, metabolism, karbohidrat, konjugasi bilirubin dan koagulasi.
a. Penyimpanan Hati
Hati janin, yang berperan sebagai produksi hemoglobin setelah lahir, mulai
menyimpan besi dalam uterus. Cadangan besi pada bayi proporsional terhadap
kandungan hemoglobin total tubuh dan lamanya gestasi. Saat lahir, bayi matur
memiliki cadangan besi yang cukup untuk 2 – 6 bulan. Cadangan besi pada bayi
premature dan bayi lahir kecil sering kali lebih rendah dan habis lebih cepat
dibandigkanbayi sehat.
b. Metabolism karbohidrat
Saat lahir. Bayi baru lahir dipisahkan dari suplai glukosa ibu, akibatnya bayi baru
lahir memiliki kadar glukosa serum yang menurun. Peningkatan kebutuhan
energy, penurunan pelepasan glukosa oleh hati dari cadangan glikogen,
peningkatan volume SDM, dan peningkatan ukuran otak pada bayi baru lahir akan
berperan dalam menyebabkan habisnya simpanan glikogen dalam 24jam pertama
setelah lahir. Pada sebagian besar bayi baru lahir matur yang sehat, kadar glukosa
darah stabil pada 50 – 60 mg/dl selama beberapa jam pertama setelah lahir. Pada
hari ketiga kehidupan, kadar glukosa darah harus berkisar antara 60 & 70mg/dl.
Inisiasi pemberian makan membantu stabilitasi kadar glukosa darah bayi baru
lahir. Kolostrum mrngandung kadar glukosa yang tinggi, sehingga ikut membantu
dalam stabilisasi kadar glukosa darah pada neonates yang disusui.
c. Jaundis
Merupakan manifestasi pigmen bilirubin dalam jaringan tubuh. Jaundis umumnya
tidak terlihat hingga kadar bilirubin mencapai 5mg.dl. semua jaundis yang terlihat
dalam 24jam pertama kehidupan atau jaundis menetap hingga 7 – 10 hati
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyebabnya karena hal ini
menunjukan adanya proses patologis yang mendasarinya.
d. Koagulasi

24
Factor – factor koagulasi yang disintesis di hati. Diaktivasi oleh vitamin K.
kurangnya bakteri usus yang diperlukan untuk menyintesis vitamin K
menyebabkan defisiensi koagulasi darah sementara antara hari kedua hingga hari
kelima kehidupan. Penggunaan vitamin K intramuscular sesaat setelah lahir
membantu mencegah masalah pembekuan darah.

8. Sistem Imun
Sel yang memberikan imunitas pada bayi telah terbentuk sejak awal kehidupan
janin;namun sel – sel ini tidak aktif selama beberapa minggu hingga beberapa bulan
setelah lahir. Selama 3bulan pertama kehidupan, bayi matur yang sehat terlindungi
oleh imunitas pasif yang didapat dari ibu; namun, status ini bergantung pada pajanan
ibu sebelumnya terhadap antigen dan respons imunologinya. Immunoglobulin A
(IgA) yang memproteksi membrane menghilang dari saluran pernapasan dan saluran
kemih, dan bila bayi tidak menyusui, IgA huga menghilang dari saluran cerna. Bayi
mulai menyintesis igG dan sekitar 40% dari kadar pada orang dewasa dicapai pada
usia 1tahun. Sejumlah besar IgM diproduksi saat lahir, dan kadar dewasa dicapai pada
usia 9bulan. Produksi IgA, IgD dan IgE lebih bertahap, dan kadar maksimal belum
dicapai hingga masa kanak – kanak awal. Bayi yang disusui menerima imunitas pasif
yang banyak melalui kolostrum dan ASI.

9. Sistem Integumen
Pada saat lahir semua struktur kulit seperti dermis, epidermis, dan jaringan subkutan
tetapi banyak fungsi kulit yang belum matang. PH kulit yang normal adalah asam,
berguna untuk melindungi kulit dari dari penyebaran bakteri. Pada neonatus PH kulit
lebih tinggi, kulit lebih tipis, dan sekresi keringat dan sebum sedikit. Hal ini dapat
menyebabkan neonatus rentan terhadap infeksi kulit dari pada anak yang lebih besar
atau orang dewasa. Akibat perlengketan antara dermis dan epidermis mengakibatkan
kulit neonatus cenderung mudah melepuh, seperti kulit neonatus yang mudah sekali
alergi terhadap plester.

25
Kelenjar keringat terdapat pada saat lahir tetapi memerlukan waktu untuk
berfungsi secara efisien. Vernix caseosa yang menutupi kulit pada bayi baru lahir,
diproduksi oleh kelenjar sebasea. Bintik-bintik putih kecil yang dikenal sebagai milia
bisa terdapat pada saat lahir yang merupakan kelenjar sebasea yang bergelembung.
Jika terjadi pengelupasan kulit pada saat lahir menandakan kehamilan yang
berlangsung lama (postmatur), retardasi pertumbuhan, atau infeksi dalam rahim
seperti sifilis. Kulit neonatus ditutupi oleh rambut yang sangat halus yang disebut
sebagai lanugo.

Bayi yang cukup bulan memiliki ciri-ciri kulit yaitu:

a. Kulit berwarna kemerahan beberapa jam setelah lahir setelah itu kulit berwarna
memucar menjadi warna normal
b. Kulit terlihat bercak-bercak terutama bagian ekstremitas
c. Tangan dan kaki sedikit sianosis. Waran kebiruan ini disebut dengan akrosianosis
yang disebabkan oleh ketidakstabilan vasmotor, statis kapiler dan kadar
hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini dianggap normal dan bersifat sementara
berlangsung dalam 7-10 hari.

Beberapa kondisi kulit yang abnormal seperti rash, pustula seharusnya


dilaporkan juga ke dokter karena dapat mengindikasikan adanya infeksi. Beberapa
warna kulit yang abnormal yaitu:
a. Bruishing
b. Sngat pucat
c. Ikterus atau sianosis

Neonatus yang prematur mempunyai rambut halus seperti bulu roma, disebut
lanugo, yang menutupi kulit, tetapi ini akan menghilang pada bayi aterm. Suatu bahan
seperti pelumas, verniks kaseosa, dapat menutupi kulit. Bahan ini diduga berfungsi
untuk melindungi kulit selama kehidupan dalam uterus.

10. Sistem Reproduksi


a. Perempuan

26
Saat lahir, ovarium mengandung ribuan sel germinal primitive. Sel – sel ini
menggambarkan jumlah untuk membentuk suatu ovum potensial yang utuh; tidak
ada bentuk oogonia setelah lahir pada bayi matur. Korteks ovariumyang terutama
terdiri atas folikel – folikel primordial, menempati bagian yang lebih besar pada
ovarium bayi perempuan yang baru lahir dibandingkan pada wanita dewasa. Dari
lahir hingga maturitas, seksual, jumlah ovum menurun sekitar 90%.
Peningkatan estrogen selama kehamilan diikuti oleh penurunannya setelah
lahir mengakibatkan secret vagina mukoid dan bahkan dengan sedikit bercak
pendarahan ringan (pseudomenstruasi). Genetalia eksternal (seperti labia mayora
dan labia minora) biasanya membengkak dengan peningkatan pigmentasi. Pada
bayi matur, labia mayornya kecil dan terpisah jauh. Kutil pada vagina atau hymen
umum ditemukan dan tidak memiliki artian klinis, verniks kaseosa dapat
ditemukan antara labia dan tidak boleh dibersihkan dengan paksa saat mandi.
Jika bayi lahir dalam posisi bokong, labia dapat membengkak dan memar.
Edema dan memar akan menghilang dalam beberapa hari; tidak diperlukan
pengobatan.
b. Laki – laki
Testis menurun ke skrotum saat lahir pada 90% bayi laki – laki baru lahir.
Walaupun persentase ini menurun pada kelahiran premature, pada umur 1 tahun
insiden testis yang tidak menurun pada semua anak laki – laki kurang dari 1%.
Prepusium yang sempit(lipatan kulit penutup ujung penis) sering ditemukan
pada bayi baru lahir. Lubang uretra dapat terbungkus penuh oleh prepusium yang
tidak dapat ditarik selama 3 – 4 tahun. Smegma, substansi seperti keju, berwarna
putih umum ditemukan dibawah lipatan prepusium,lesi kenyal, putih, kecil disebut
mutiara epitel dapat ditemukan pada ujung prepusium. Pada bayi laki – laki
premature kurang dari 28minggu gestasi, testis menetap di rongga abdomen dan
skrotum tampak tinggi dan dekat dengan tubuh. Pada 28 – 36 minggu gestasi,
testis dapat dipalpasi pada kanal inguinalis dan beberapa rugae tampak pada
skrotum. Pada 36 – 40 minggu gestasi, testis dapat dipalpasi pada skrotum bagian
atas dan rugae tampak pada skrotum. Setelah 40 minggu testis dapat dipalpasi
didalam skrotum dan rugae meliputi kantung skrotum. Neonatus lebih bulan
memiliki rugae yang dalam dan skrotum pendulum. Skrotum biasanyya lebih
gelap pigmmentasinya dibandingkan bagian kulit lainnya dan terutama tampak
pada bayi dengan kulit yang lebih gelap. Pigmentasi ini merupakan respons

27
terhadap estrogen ibu. Hidrokel yang disebabkan oleh akumulasi cairan di
sekeliling testis dapat terjadi. Hidrokel dapat ditransiluminasi dengan cahaya da
biasanya berkurang ukurannya tanpa pengobatan.
Jika bayi laki – laki dilahiran dengan presentasi bokong, skrotum dapat sangat
bengkak dan memar. Pembengkakan dan perubahan warna ini akan berkurang
dalam beberapa hari.
c. Pembengkakan jaringan payudara
Pembengkakan jarngan payudara pada bayi matur kedua jenis kelamin disebabkan
oleh hiperestrogenisme pada kehamilan. Pada beberapa bayi, secret encer dapat
ditemukan. Penemuan ini tidak berarti secara klinis, tidak membutukan
pengobatan, dan akan menghilang dalam beberapa hari setelah homon ibu
dieliminasi dari tubuh bayi.
Putting bayudara harus simetris di dada. Jaringan payudara dan ukuran areola
meningkat seiring dengan usia kehamilan. Areola terlihat sedikit meningkat pada
usia kehamilan 34 minggu. Pada usia 36minggu, bakal payudara teraba 1 – 2mm
dan meningkat hingga 12mm pada 42minggu.

11. Sistem Skeletal


Tulang-tulang pada neonatus masih lunak, karena tulang tersebut sebagian besar
terdiri dari kartilago, yang hanya mengandung sedikit kalsium. Skeletonnya fleksibel
dan persendiannya elastis untuk menjamin keamanan dalam melewati jalan lahir.
Kepala neonatus yang cukup bulan berukuran ¼ dari panjang tubuhnya. Wajah
neonatus relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan tengkoraknya yang lebih beasr
dan lebih berat. Ukuran dan bentuk dari kranium mengalami distorsi akibat dari
molase (pembentukan kepala janin akibat tumpang tindih tulang-tulang kepala).
Tungkai sedikit lebih pendek dari pada lengan. Punggung bayi normal datar dan
tegak. Ada 2 kurvatura pada tulang belakang yaitu toraks dan sakrum. Ketika bayi
sudah bisa mengendalikan kepalanya, kurvatura lain terbentuk didaerah servikal.
Kurva tulang belakang berkembang selanjutnya bersamaan dengan neonatus mulai
duduk dan berdiri.
Tungkai neonatus kecil, pendek, dan gemuk. Pada neonatus, lutut saling
berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat
agak melengkung. Tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Tangan neonatus

28
terlihat montok dan relatif pendek, terdapat kuku jari kaki dan tangan. Lengan
neonatus akan membuka sempurna saat relaksasi, tetapi akan menutup secara refleks
bila telapak tangan disentuh (reflek menggenggam).
Sistem skeletal pada neonatus mengandung lebih banyak kartilago dari pada
tulang, walaupun proses osifikasi lebih cepat selama tahun pertama. Misalnya hidung
pada saat lahir kartilago yang menonjol seringkali mendatar karena proses persalinan.
Enam tulang tengkorak kepala relatif lunak dan belum bergabung. Sinus belum
terbentuk sempurna. Pada sistem muskuler hampir terbentuk lengkap pada saat lahir.

12. Sistem Neuromuskular


System neuromuscular hamper berkembang penuh pada saat lahir. Bayi baru lahir
matur merupakan makhluk responsive dan reaktif dengan kapasitas luar biasa untuk
interaksi social dan organisasi diri.
Perkembangan otak setelah lahir mengikuti pola yang dapay diprediksi yaitu
perkembangan yang cepat saat bayi dan masa kanak – kanak awal, dan perkembangan
kemudian menjadi lebih perlahan selama tahun – tahun selanjutnya. Pada decade
pertama dan hanya minimal pada usia remaja. Pada akhir tahun pertama, cerebellum
mengakhiri lonjakan perkembangannya yang dimulai sekitar usia 30minggu gestasi.
Otak memerlukan glukosa sebagai sumber energy dan suplai oksigen yang
relative besar untuk metabolism yang adekuat. Adanya kebutuhan – kebutuhan ini
menandakan perlunya pengkajian status pernapasan bayi yang teliti. Keperluan
terhadap glukosa ini menyebabkan perlunya perhatian pada neonates yang berisiko
untuk mengalami hipoglikemia (seperti bayi dari ibu diabetes, bayi makrosomia atau
bayi lahir kecil, dan bayi batu lahir yang mengalami persalinan memanjang, hipoksia
atau kelahiran premature.
Aktivitas motoric spontan dapat dilihat sebagai tremor sementara pada mulut
dan dagu, terutama selama episode menangis, dan pada ekstremitas yang dapat dilihat
pada lengan dan tangan. Tremor sementara normal terjadi dan dapat ditemukan pada
hampir setiap bayi baru lahir.
Control neuromuscular, walaupun sangat terbatas, dapat terlihat. Jika bayi
baru lahir diletakkan menghadap ke bawah pada permukaan yang keras, mereka akan
memutar kepala mereka kesamping. Mereka berusaha untuk menahan kepala sejajar

29
dengan tubuh jika mereka diangkat pada lengannya. Terdapat berbagai reflex untuk
memberikan keamanan dan asupan makanan yang adekuat.

B. Pengkajian Fisik
1. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Pengkajian fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi tentang anak dan
keluarganya dengan menggunakan semua panca indra baik subjektif maupun
objektif. Pengkajian fisik BBL dan perkembangannya dilakukan bersamaan pada
waktu melakukan pemeriksaan secara inspeksi maupun observasi.
Pengkajian bayi baru lahir harus dilakukan secara sistematis dengann evaluasi
dan pengkajian pada setiap sistem (seperti, pernapasan, kardiovaskuler). Para ahli
merekomendasikan pengkajian penampilan (seperti, mengkaji warna kulit dan
bentuk tubuh, mengauskultasi bunyi jantung dan suara napas), dimana yang tidak
terlalu mengganggu bayi dilakukan terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan
pengkajian dari kepala hingga kaki setelah bayi bangun dan aktif.
b. Penampilan Umum
Tingkat maturitas neoatus dapat ditentukan dengan pengkajian penampilan umum.
Penampilan yang harus dikaji pada pemeriksaan mnyeluruh meliputi postur,
berbagai tanda tanda anomaly yang dapat menimbulkan masalah serius, dan status
kesadaran. Posisi istirahat pada neonates adalah posisi fleksi
c. Tanda Vital
Temperature, denyut jantung, dan laju pernapasan selalu diukur. TD tidak
diperiksa jika tidak ada masalah jantung yang dicurigai. Denyut jantung ireguler,
sangat cepat, atau sangat lambat dapat mengindikasikan perlunya evaluasi yang
lebih lanjut teradap status sirkulasi meliputi pengukuran TD.
d. Tujuan Pengkajian:
1. Mendapatkan hasil yang valid
2. Mengetahui keadaan fisik secara umum
3. Mengetahui kondisi normal/abnormal

30
Untuk mempermudah kan suatu pengkajian yang akan kita lakukan maka
perlu dipersiapkan cheklist langkah – langkah pemerksaan fisik bayi baru lahir,berikut
tabel langkah untuk memeriksa bayi adalah sebagai berikut :
No Pemeriksaan Hasil pemeriksaan
1 Penampilan secara umum
2. Tanda-tanda fisik
-              Pernafasan
-              Detak jantung
-              Temperatur
3 Berat badan kg /gram
4 Panjang badan cm / inci
5 Tengkorak ( cm )
6 Telinga
7 Mata
8 Hidung dan mulut
9 Leher
10 Bahu,lengan,dada
11 Perut
12 Alat kelamin
13 Pinggul
14 Tungkai dan kaki
15 Punggung dan anus
16 Kulit

e. Aspek yang perlu dikaji


1) Riwayat meliputi:
a) Persalinan (lamanya? Spontan? KPSW? Lainnya?)
b) Neonatal (mekonium? Trauma saat lahir?)
2) Menilai keadaan umum bayi
a) Secara keseluruhan (perbandingan bagian tubuh bayi proporsional/tidak)
b) Bagian kepala, badan dan exstremitas (pemeriksaan akan kelainan)
c) Tonus otot, tingkat aktifitas (gerakan bayi aktif atau tidak)
d) Warna kulit dan bibir (kemerahan/kebiruan)
e) Tangis bayi (melengking, merintih, normal)

31
3) Tanda-tanda vital
a) Periksa laju nafas dihitung selama satu menit penuh dengan mengamati naik turun
perut bayi, bayi dalam keadaan tenang. Laju nafas normal 40-60 kali per menit.
b) Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dapat di dengar dengan jelas
dihitung selam satu menit. Laju jantung normal 120 – 160 kali permenit.
c) Suhu tubuh bayi baru lahir normal nya 36,5 o C – 37,2 o C diukur pada daerah aksila
bayi selama lima menit dengan menggunakan termometer
4) Lakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan.
a) Berat badan.
Berat badan bayi baru lahir yang normal yaitu berkisar antara 2500-4000 garam.
Diukur dengan keadaan tidak terbungkus, tetapi dalam melakukan pemeriksaan berat
badan pada bayi baru lahir tetap harus dibungkus dan hasil nya dikurangkan dari berat
bungkus bayi. Contoh :
Berat bayi dg bungkus : 3,50 kg
Berat bungkus : 0,25 kg
Berat bayi : 3,25 kg
b) Panjang Badan
Rentangkan bayi dengan lembut, dengan pita pengukur, ukurlah dari ujung kepala
sampai ujung tumit nya, normal panjang bayi baru lahir berkisar antara 45-53 cm
5) Periksa bagian kepala bayi
a) Ubun-ubun
Ukuran variasi, tidak ada standar. Merupakan titik lembut pada bagian atas
kepala bayi di tempat tulang tengkorak yang belum sepenuhnya bertemu.

b) Sutura, molase.
Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0 : sutura terpisah
1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian
2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
Tulang tengkorang baru menyatu: dua tahun
c) Penonjolan atau daerah mencekung.

32
Periksa adanya kelainan baik karena trauma persalinan (caput
succedaneum, cephal hematoma) atau adanya cacat congenital
(hydrocephalus)
d) Ukur lingkar kepala untuk mengukur ukuran frontal occipitalis kepala bayi
6) Periksa telinga
Untuk memeriksa telinga bayi, tataplah muka nya. Bayangkan sebuah garis melintasi
kedua mata nya, normalnya beberapa bagian telinga harus berada diatas garis ini .
7) Periksa mata
Lihat kedua mata bayi, perhatikan apakah kedua matanya tampak normal dan apakah
bergerak bersama, lakukan pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada pupil bayi
jika disinari dia akan mengecil berarti dalam keadaan normal. juga tanda – tanda infeksi
seperti misal nya ada pus.
8) Periksa hidung dan mulut.
Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernafas dengan mudah melalui hidung atau kah
ada hambatan, kemudian lakukan pemeriksaan pada bibir dan langi-langit, reflek hisap,
dinilai dengan mengamati pada saat bayi menyusu atau dengan cara menekan sedikt pipi
bayi untuk membuka mulut bayi kemudian masukan jari tangan anda untuk merasakan
hisapan dari bayi. Perhatikan adanya kelainan congenital seperti
labiopalatoskizis.
9) Periksa leher bayi
Periksa lehernya adakah pembengkakan dan benjolan .Pastikan untuk melihat apakah
thyroid (gumpalan di bagian depan tenggorokan bengkak) hal ini merupakan suatu
masalah pada bayi baru lahir.
10) Periksa dada.
Pada daerah yang diperiksa adalah bentuk dari dada, puting, bunyi nafas dan bunyi jantung
(dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop).

11) Periksa bahu, lengan dan tangan.


Yang dilakukan adalah melihat gerakan dari bayi apakah aktif atau tidak kemudian
menghitung jumlah jari pada bayi.
12) Periksa bagian perut.

33
Pada perut yang perlu dilakukan pemeriksaan yaitu bentuk dari perut bayi, lingkar perut,
penonjolan sekitar tali pust pada saat bayi menangis, perdarahan pada tali pusat ,dinding
perut lembek (pada saat tidak menangis ) dan benjolan yang terdapat pada perut bayi.
13) Periksa alat kelamin.
Hal yang perlu diperhatiakan :
a) Bayi laki-laki
Yang harus diperiksa adalah normal nya dua testis berada dalam scrotum, kemudian
pada ujung penis terdapat lubang.
b) Bayi Perempuan
Yang harus diperiksa adalah normalnya labia mayora menutupi labia minora, pada
vagina terdapat lubang, pada uretra terdapat lubang dan mempunyai clitoris.
14) Periksa pinggul, tungkai dan kaki
a) Pinggul
Untuk memeriksa pinggul ,peganglah tungkai kaki bayi seperti pada gambar. Tekan
pangkal paha dengan lembut ke sisi luar, dengarkan atau rasakan adakah bunyi “klik”
ketika anda menggerkan kaki nya, jika mendengar suara “klik” segera laporkan ke
dokter anak untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Selanjutnya lakukan gerakan dengan lembut setiap kaki naik dan turun. kembali
dengarkan dan rasakan suara “klik” ketika anda menggerakannya .
b) Tungkai dan kaki
Yang perlu diperiksa adalah gerakan, bentuk simetris dan panjang kedua kaki harus
sama, serta jumlah jari.
15) Periksa punggung dan anus.
Yang diperiksa adalah pembengkakan atau ada cekungan pada punggung bayi
dengan cara membalikan badan bayi dan lihat punggung nya kemudian jari
anda menuruni punggung bayi untuk merasakan benjolan pada tulang
punggungnya. Pada anus yang akan diperiksa yaitu lubang dan terbuka atau
telah mengeluarkan mekonium / cairan.

16) Periksa kulit.


Pada kulit yang perlu diperhatikan verniks (cairan keputih-putihan, keabu-
abuan, kekuning-kuningan, berminyak dan berlendir yang berfungsi
melindungi kulit bayi agar tidak tenggelam oleh air ketuban selama ia berada

34
di dalam rahim), warna, pembengkakan atau bercak bercak hitam, dan tanda
tanda lahir.

C. Karakteristik Perilaku
1. Karakteristik Perilaku Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir yang sehat harus mampu menjalani fungsi biologis dan fungsi perilaku
supaya dapat bertumbuh dengan normal. Bayi baru lahir yang normal berbeda satu
sama lain dalam hal aktivitas, pola makan, pola tidur, dan kemampuan berespon sejak
mereka dilahirkan.

Bayi sehat harus melalui tugas-tugas biologis dan perilaku untuk berkembang
normal. Karakteristik perilaku membentuk dasar dari kemampuan sosial bayi. Bayi
baru lahir yang sehat berbeda dalam tingkat aktivitas, pola pemberian makan, pola
tidur, dan tingkat responsifnya. Reaksi orang tua terhadap bayi baru lahir mereka
seringkali ditentukan oleh perbedaan-perbedaan ini. Menunjukkan orang tua
karakteristik unik dari bayi mereka membantu orang tua untuk membentuk persepsi
yang lebih positif terhadap bayi disertai peningkatan interaksi antara bayi dan orang
tua.

Respons perilaku, juga karakteristik fisik berubah selama periode transisi. The
brazelton neonatal behavioral assessment scale (BNBAS) dapat digunakan untuk
mengkaji perilaku baik secara sistematik (Brazelton, 1999; Brazelton & Nugent,
1996). BNBAS merupakan pemeriksaan interaktif yang mengkaji respon bayi
terhadap 28 area yang disusun berdasarkan kelompok. BNBAS umumnya digunakan
sebagai alat penelitian atau diagnosis dan membutuhkan pelatihan khusus.

Selain digunakan sebagai alat untuk mengkaji respons neurologis dan perilaku
awal dan saat ini, alat ukur ini dapat digunakan untuk mengkaji hubungan awal orang
tua dan bayi serta sebagai pedoman bagi orangtua untuk membantu mereka fokus
pada sifat-sifat bayinya dan membentuk ikatan yang lebih dalam dengan anak mereka.

2. Status Tidur Bangun

35
Variasi dalam status kesadaran bayi disebut status tidur bangun. Enam status
kesadaran membentuk tahapan dari tidur dalam hingga iritabilitas ekstrem. Dua status
tidur (tidur dalam dan tidur dangkal) dan 4 status bangun (mengantuk, diam sadar,
aktif sadar, dan menangis) (Blackburn, 2007). Setiap status memiliki karakteristik
spesifik dan perilaku berhubungan dengan status. Status bangun yang optimal adalah
status diam sadar.

Selama status ini, bayi tersenyum, mengeluarkan suara-suara, bergerak seiring


dengan suara, melihat wajah orang tua mereka, dan berespon terhadap orang yang
berbicara pada mereka. Bayi berespon terhadap faktor lingkungan internal dan
eksternal dengan mengontrol input sensoris dan meregulasi status tidur bangun,
kemampuan untuk membuat transisi dengan halus disebut Modulasi Status.
Kemampuan untuk meregulasi status tidur bangun penting dalam perkembangan
neurobehavioral. Setelah bayi mencapai prestasi matur, mereka dapat mengatasi
faktor eksternal atau internal yang memengaruhi pola tidur bangun.

Bayi melakukan perilaku bertujuan untuk mempertahankan status Bank


optimal sebagai berikut

a. Secara aktif menarik saat terdapat peningkatan jarak fisik.


b. Menolak dengan cara mendorong dengan tangan dan kaki.
c. Mengurangi sensitifitas dengan tertidur atau menghentikan kontak mata
d. dengan menolehkan kepala.
e. Menggunakan perilaku yang memberikan penanda seperti, gelisah dan
f. menangis. perilaku-perilaku ini memungkinkan bayi untuk diam sendiri dan
g. mengembalikan kesiapan untuk berinteraksi.

Enam minggu pertama kehidupan meliputi penurunan stabil pada proporsi


tidur REM aktif menjadi tidur total. Peningkatan stabil pada proporsi tidur ia menjadi
tidur total juga terjadi. Periode bangun meningkat. Untuk beberapa minggu pertama,
periode bangun terlihat diperintahkan oleh kelaparan namun segera setelahnya
kebutuhan untuk bersosialisasi juga ikut berperan. Bayi baru lahir tidur rata-rata
sekitar 17 jam sehari, dengan periode bangun meningkat perlahan. Pada minggu ke-4
kehidupan, beberapa bayi tetap terbangun dari pemberian makan berikutnya

36
3. Fakto-Faktor Lain yang Mempengaruhi Perilaku Bayi Baru Lahir
a. Usia kehamilan
Usia kehamilan bayi dan tingkat maturitas SSP memengaruhi perilaku yang
terlihat. Pada bayi dengan SSP imatur (prematur) seluruh tubuh merespon
terhadap tusukan jarum pada kaki walaupun respon ini mungkin tidak terlihat oleh
pemeriksa yang tidak terlatih. Semakin matur, bayi hanya akan menarik kakinya.
Imaturitas SSP lihat dalam perkembangan refleks, status tidur bangun, dan
kemampuan (atau kurangnya kemampuan) untuk meregulasi atau memodulasi
transisi yang halus antar status yang berbeda.

Bayi prematur memiliki periode kesadaran yang singkat namun memiliki


kesulitan dalam mempertahankan kesadarannya tanpa distimulasi, yang akan
menimbulkan terjadinya instabilitas autonom jika intervensi tidak dilakukan. Bayi
prematur atau sakit menunjukkan tanda-tanda kelelahan atau stres fisiologis lebih
cepat dibandingkan bayi Matur yang sehat.

b. Waktu
Waktu yang berlalu sejak lahir memengaruhi perilaku baik ketika mereka mulai
berusaha untuk menjadi terkontrol. Waktu yang berlalu sejak pemberian makan
sebelumnya dan waktu dalam sehari juga dapat mempengaruhi respons bayi.

c. Stimulus
Kejadian dan stimulus dalam lingkungan mempengaruhi respon tingkah laku bayi.
Bayi baru lahir berespons terhadap stimulus yang bergerak dan tidak bergerak.
Perawat dalam ruang perawatan intensif bayi mengobservasi bahwa bayi
berespons terhadap fisik yang keras, cahaya yang terang, alarm monitor, dan
ketegangan dalam unit. Jika Ibu tegang, nervous, dan tidak nyaman ketika
menyusui bayinya, bayi dapat merasakan ketegangannya dan menunjukkan
pemberian makan yang sulit.

d. Pengobatan
Kontroversi seputar efek perilaku baik terhadap pengobatan ibu (seperti analgesik
dan anestesi) selama persalinan. Beberapa peneliti menemukan bahwa bayi dari
ibu yang diberikan pengobatan analgesik tertentu dapat memiliki gangguan
perilaku, yang di antaranya, lebih banyak menangis, peningkatan temperatur, dan
kesulitan dalam menyusu (Ransjo-Arvidson, Matthiesen, Lilja, Nissen, Widstrom,

37
& Uvnas-Moberg, 2001). Peneliti lainnya mempertahankan pendapat bahwa tidak
ada efek dalam perilaku bayi (Chang & Heaman, 2006).

e. Perilaku Sensoris
Sejak lahir, bayi memiliki kemampuan sensoris yang menandakan kesiapannya
untuk melakukan interaksi sosial. Bayi menggunakan respons tingkah laku dalam
membentuk dialog pertama mereka. Respons-respons ini, disertai dengan
"penampilan bayi" dari bayi baru lahir (seperti, proporsi wajah terhadap kepala
depan, mata lebih besar dibandingkan bagian bawah wajah), berukuran kecil, serta
tidak berdaya, akan menimbulkan perasaan ingin menggendong, melindungi, dan
berinteraksi dengan mereka.

f. Penglihatan
Saat lahir, struktural mata belum lengkap dan otot-ototnya belum matur. Tidak
terdapat proses akomodasi saat lahir, namun proses ini akan semakin membaik
dalam 3 bulan pertama kehidupan. Pupil bereaksi terhadap cahaya, refleks kedipan
mudah di stimulasi, dan refleks kornea diaktivasi dengan sentuhan ringan. Bayi
baru lahir matur dapat melihat objek sejauh 50 cm (2,5 kaki). Jarak terjelas adalah
17 sampai 20 cm (8-12 inci), yang kira-kira merupakan jarak antara Wajah Ibu
dengan wajah bayi selama disusui atau digendong.

Bayi sensitif terhadap cahaya, mereka akan menghindar bila cahaya terang
diarahkan ke mata mereka, dan akan menoleh ke cahaya merah dan lembut. Jika
ruangan digelapkan, mereka akan membuka mata mereka dengan lebar dan
melihat. Pada usia 2 bulan, mereka dapat mendeteksi warna, namun pada usia 5
hari dan lebih kecil, mereka tampak lebih tertarik pada pola hitam putih.

Ditemukan adanya respons terhadap pergerakan. Jika cahaya terang diarahkan


kepada bayi baru lahir (bahkan pada usia 15 menit), mereka akan melihat
mengikuti arah cahaya, beberapa bayi bahkan akan memutar kepalanya untuk
melakukan hal tersebut. Oleh karena mata manusia merupakan objek yang terang
dan bersinar, bayi baru lahir akan mengikuti mata orang tua mereka.

Orang tua sering kali menyatakan tentang perasaan gembiranya dalam


memperhatikan tingkah laku ini. Pembentukan kontak mata ke mata sangat
penting untuk kedekatan orang tua tua dan bayi. Anak dari orang tua yang

38
mengalami kebutaan, dan orang tua yang memiliki anak buta, harus mengatasi
hambatan ini untuk membentuk hubungan.

Kejernihan pandangan cukup mengejutkan, bahkan pada usia 2 minggu,


bayi dapat membedakan pola dengan jarak garis-garis 3 mm. Pada usia 6 bulan,
penglihatan mereka sebaik pada orang dewasa. Mereka cenderung untuk melihat
bunga dibandingkan permukaan polos, bahkan walaupun permukaan polos
tersebut berwarna terang.

Bayi lebih menyukai pola Kompleks dibandingkan pola sederhana.


Mereka lebih menyukai hal-hal baru (perubahan pada pola) pada usia 2 bulan.
Sehingga bayi pada usia berapa minggu mampu berespons aktif terhadap
lingkungan yang kaya.

g. Pendengaran
Segera setelah cairan amnion dialirkan dari telinga, pendengaran bayi serupa
dengan orang dewasa. Suara yang keras sekitar 90 DB menyebabkan bayi
berespons dengan refleks terkejut. Bayi baru lahir berespons terhadap bunyi
frekuensi rendah seperti denyut jantung atau nyanyian Nina Bobo dengan
mengurangi aktivitas motorik atau berhenti menangis. Suara berfrekuensi tinggi
menimbulkan reaksi siaga. Bayi telah berespons terhadap suara ibu.

Penelitian memperkirakan pendengaran selektif terhadap suara Ibu selama


kehidupan dalam uterus mempersiapkan bayi baru lahir untuk mengenal dan
berinteraksi dengan petugas kesehatan primer serta ibunya. Bayi baru lahir
terbiasa untuk mendengarkan ritme reguler dari denyut jantung ibu dalam uterus.
Akibatnya, mereka berespons dengan relaksasi dan berhenti bergerak aktif dan
menangis jika simulator denyut jantung reguler ditempatkan pada tempat tidur
mereka.

Kehilangan pendengaran merupakan abnormalitas yang sering terjadi saat


lahir, sekitar 1 sampai 3 dalam 1000 bayi Matur memiliki kehilangan pendengaran
bilateral (American Academy of Pediatrics, 1999). Untuk mengidentifikasi bayi
dengan gangguan pendengaran, semua bayi di skrining sebelum dipulangkan dari
tempat bersalin.

39
h. Peciuman
Bayi baru lahir bereaksi terhadap bau yang kuat seperti alkohol atau cuka dengan
memutar kepalanya ke arah yang berlawanan. Bayi yang disusui mampu untuk
mencium ASI dan dapat membedakan ibunya dari wanita menyusui lainnya
melalui penciumannya (Lawrence & Lawrence, 2005).

i. Perasa
Bayi baru lahir dapat membedakan berbagai rasa, dan berbagai jenis cairan akan
menimbulkan ekspresi wajah yang berbeda. Cairan yang tidak memiliki rasa tidak
menimbulkan respons, cairan yang manis menimbulkan isapan yang lebih kuat.
Cairan asam menimbulkan bibir mengkerut, dan cairan dapat menimbulkan
ekspresi berkerenyit.

Bayi kecil terorientasi terutama terhadap penggunaan mulutnya, baik


untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, untuk pertumbuhan yang cepat, dan untuk
melepas ketegangan melalui isapan. Perkembangan awal dari sensasi sirkumoral,
aktivitas otot, dan perasa tampak merupakan persiapan untuk bertahan hidup
dalam lingkungan diluar uterus.

j. Sentuhan
Bayi berespons terhadap sentuhan pada seluruh bagian tubuhnya. Wajah (terutama
mulut), tangan, dan telapak kaki tampak merupakan bagian yang paling sensitif.
Refleks dapat ditimbulkan dengan menggoyangkan tubuh bayi. Respons bayi baru
lahir terhadap sentuhan memperkirakan bahwa sistem sensoris ini telah
dipersiapkan dengan baik untuk menerima dan memproses pesan taktil.

Sentuhan dan gerakan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan


yang normal. Namun, setiap bayi bersifat unik, dan Variasi dapat terlihat dari
respons bayi terhadap sentuhan. Trauma lahir atau stres dan obat-obatan depresan
yang dikonsumsi ibu dapat mengurangi sensitifitas baik terhadap sentuhan atau
stimulus nyeri.

40
4. Respons Terhadap Stimulus Lingkungan
a. Temperamental
Penelitian terdahulu (seperti, Thomas, Birch, Chess, & Robbins, 1961; Chess, &
Birch, 1970) mengidentifikasi variasi individual pada pola reaksi primer bayi baru
lahir dan mendeskripsikannya sebagai temperamental. Gaya respons perilaku
mereka terhadap stimulus dipandu oleh temperamen yang mempengaruhi ambang
rangsang sensoris bayi baru lahir, kemampuan untuk berhabituasi, dan respons
terhadap perilaku ibu. Bayi baru lahir memiliki karakteristik individual yang
mempengaruhi response selektifnya terhadap berbagai stimulus yang timbul pada
lingkungan internal dan eksternal.

b. Habituasi
Habituasi merupakan mekanisme protektif yang memungkinkan bayi untuk
menjadi terbiasa terhadap stimulus lingkungan. Habituasi merupakan fenomena
psikologis dan fisiologis di mana respons terhadap stimulus yang menetap atau
berulang menurun. Pada bayi baru lahir, habituasi dapat ditunjukkan dalam
berbagai cara. Menyinari mata bayi dengan cahaya terang akan menyebabkan bayi
terkejut dan menoleh pada dua hingga tiga kali pertama. Pada penyinaran ke-3
atau ke-4 akan menimbulkan respons yang berkurang, dan pada penyinaran ka
lima atau keenam, bayi akan berhenti berespons (Brazelton, 1999; Brazelton &
Nugent, 1996). Pola respons yang sama juga terjadi pada suara kricik-kricik atau
tusukan jarum pada tumit.

Kemampua untuk ber habituasi juga memungkinkan bayi untuk memilih


stimulus yang mempromosikan pembelajaran berkelanjutan mengenai dunia
sosial, sehingga mencegah stimulus berlebihan. Pengalaman dalam uterus
tampaknya telah memprogram bayi baru lahir tersebut untuk merespons terutama
terhadap suara manusia, cahaya redup, suara lembut, dan rasa manis.

Bayi baru lahir mempelajari suara dalam lingkungan rumah dengan cepat
dan dapat tidur di tengah-tengah mereka. Respons selektif bayi baru lahir
mengindikasikan kemampuan organisasi serebral terhadap memori dan membuat
pilihan. Kemampuan untuk ber habituasi bergantung pada status kesadaran,
kelaparan, kelelahan, dan temperamental. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi
kenyamanan bayi, kemauan baik untuk digendong, iritabilitas, dan menangis.

41
c. Kenyamanan bayi
Bayi baru lahir memiliki kemampuan bervariasi untuk membuat diri mereka
nyaman atau dinyamankan. Dengan menangis, sebagian besar bayi baru lahir
memulai salah satu metode untuk mengurangi ancaman terhadap mereka.
Pergerakkan tangan ke mulut umum terjadi, dengan atau tanpa mengisap, juga
kesadaran terhadap stimulus suara, bising, atau visual.

d. Kemauan bayi untuk digendong


Kemauan bayi untuk di gendong terutama penting bagi orang tua karena mereka
seringkali mengkaji kemampuan mereka untuk merawat bayi berdasarkan respon
anak terhadap tindakan mereka. Variabilitas ditemukan dalam berbagai derajat di
mana bayi baru lahir akan menyesuaikan dengan gambaran orang yang
menggendong mereka. Bayi menjadi rileks dan sadar terhadap stimulus vestibular
saat diangkat dan berpindah.

e. Iritabilitas
Beberapa bayi baru lahir menangis lebih panjang dan lebih keras dibandingkan
yang lain. Pada beberapa bayi, ambang rangsang sensoris nya tampak rendah.
Mereka cepat marah oleh suara-suara yang tidak biasa, kelaparan, basah, atau
pengalaman baru yang merespons kuat terhadap stimulus-stimulus ini. Bayi
lainnya dengan ambang rangsang sensoris yang tinggi membutuhkan stimulasi
dan variasi yang lebih untuk mencapai keadaan sadar, aktif.

f. Menangis
Menangis pada bayi dapat menandakan kelaparan, nyeri, keinginan untuk
diperhatikan, atau kegelisahan. Sebagian besar Ibu belajar untuk membedakan arti
diantara tangisan. Durasi menangis sangat bervariasi pada setiap bayi, bayi baru
lahir dapat menangis sekitarnya selama 5 menit atau sebanyak-banyaknya selama
2 jam atau lebih per hari. Jumlah menangis mencapai puncaknya pada bulan
kedua dan kemudian menurun. Ritme harian dari menangis dapat di temukan,
dengan lebih banyak menangis pada waktu malam. Menangis tidak terlihat
berbeda dengan pengasuh yang berbeda.

42
D. Lahir Hingga Dua Jam Pertama
1. Manajemen Asuhan Kepewatan
Dalam upaya memberikan perawatan yang lebih berbasis keluarga, banyak rumah
sakit mengadopsi variasi dari rawat gabung atau perawatan ibu-bayi yaitu perawat
memberikan perawatan pada ibu dan bayinya. Rawat gabung memungkinkan bayi
untuk tetap bersama orang tuanya setelah lahir. Banyak prosedur, seperti pengkajian
berat badan dan pengukuran (seperti, lingkar kepala dan panjang badan), pemberian
obat mata, pemberian vitamin K, serta pemeriksaan fisik dilakukan pada unit bersalin
dan melahirkan. Jika bayi dimasukkan ke dalam ruang perawatan bayi, perawat
menerima bayi memastikan identitas bayi, menempatkan bayi pada lingkungan yang
hangat, dan memulai proses penerimaan.

2. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


a. Siapkan lingkungan tempat pemeriksaan yang normotermi dan tidak
menstimulasi.
b. Pastikan peralatan dan perlengkapan bekerja dengan baik dan dapat diakses.
c. Hanya melepaskan pakaian pada daerah tubuh yang diperiksa untuk mencegah
kehilangan panas.
d. Dimulai sesuai dengan urutan yang teratur (biasanya dari kepala hingga jari kaki)
dengan pengecualian berikut.
1) Lakukan semua prosedur yang membutuhkan bayi diam terlebih dahulu,
seperti mengobservasi pernapasan, posisi, warna kulit, tonus otot, dan
kondisi.
2) Selanjutnya, auskultasi paru-paru, jantung, dan abdomen.
3) Lakukan prosedur yang lebih mengganggu terakhir, seperti menguji refleks.
4) Mengukur kepala dan panjang badan pada saat yang sama untuk
membandingkan hasil.
e. Lakukan dengan cepat untuk mencegah membuat bayi stres.
f. Nyamankan bayi selama dan setelah pemeriksaan, libatkan orang tua dalam hal
berikut.
1) Berbicara dengan lembut.
2) Tahan tangan bayi pada dadanya.
3) Lakukan pembedongan dan gendong bayi.
4) Berikan dot atau jari yang bersarung tangan untuk diisap.

43
3. Penanganan Pada Bayi
a. Membersihkan jalan nafas.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah dilahirkan. Apabila bayi tidak
langsung menangis,segera lakukan pembersihan jalan nafas dengan cara sebagai
berikut:
1) Letakkkan bayi pada posisi telentang ditempat yang keras dan hangat.
2) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke
belakang.
3) Bersihkan rongga hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kasa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi akan
segera menangis.
5) Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak.
Oleh karena itu segera bersihkan mulut dan hidung bayi baru lahir. Observasi
warna kulit, adanya meconium dalam hidung atau mulut.
6) Bantuan untuk memulai pernafasan diperlukan untuk mewujudkan ventilasi
yang adekuat.
7) Dokter atau tenaga medis hendaknya melakukan pemompaan setelah 1 menit
bayi tidak menangis.
b. Memotong dan merawat tali pusat.
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak menentukan dan
mempengaruhi bayi, kecuali bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis
maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi
pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril
dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat
ikatan baru. Pastikan bahwa tali pusat sudah diklem dengan baik untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru

44
lahir di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya stabil. Suhu tubuh bayi harus
dicatat.
Cara untuk menstabilkan temperatur tubuh bayi baru lahir di antaranya
menempatkan bayi langsung diatas perut ibu dan menyelimutinya dengan selimut
hangat (skin to skin), dan menjaga suhu lingkungan pada kamar perawatan bayi
pada suhu 220 hingga 260 (AAP & ACOG, 2007). Jika bayi tidak bersama ibunya
selama 1-2 jam pertama setelah lahir, perawat meletakkan bayi yang telah
dikeringkan pada tempat penghangat atau dalam inkubator hangat hingga
temperatur suhu tubuhnya stabil. Temperatur kulit bayi digunakan sebagai
pengontrol dalam penghangat dengan mekanisme servo-kontrol. Panel pengontrol
biasanya dipertahankan pada suhu antara 360 dan 370 C. Temperatur kulit bayi
baru lahir yang sehat pada suhu sekitar 36,50 hingga 370 C
d. Memberikan vitamin K.
Pemberian vitamin K dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi vitamin K. Vitamin K diberikan peroral 1 mg/ hari selama 3 hari,
sedangkan bayi yang beresiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5
– 1 mg I.M.
e. Memberikan obat tetes/ salep mata.
Setiap bayi lahir perlu diberikan tetes mata atau salep mata setelah 5 jam bayi
lahir untuk mencegah terjadinya penyakit mata karena klamidia. Tetes atau salep
mata yang diberikan adalah eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 %.
f. Identifikasi bayi baru lahir.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia ditempat penerimaan
pasien. Kamar bersalin dan ruang rawat bayi. Peralatan yang digunakan
hendaknya kebal air dengan tepi yang halus dan tidak melukai, tidak mudah robek
dan tidak mudah lepas. Pada gelang atau alat identifikasi harus tercantum:
1) Nama (bayi, nyonya).
2) Tanggal lahir.
3) Nomor bayi.
4) Jenis kelamin.
5) Unit.

45
6) Nama lengkap ibu. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. Ukurlah berat lahir,
panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.

g. Mencegah terjadinya infeksi.


Dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang aseptik dan antiseptik.
Pemberian tetes atau salep mata untuk mencegah infeksi pada mata.

4. Penilaian Bayi Untuk Tanda – Tanda Kegawatan


Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda –tanda kegawatan/ kelainan yang
menunjukkan suatu penyakit.
a. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa
tanda – tanda berikut:
1) Sesak nafas.
2) Frekuensi pernafasan 60 X/mnt.
3) Gerak retraksi dada.
4) Malas minum.
5) Panas atau suhu badan bayi rendah.
6) Bayi kurang aktif.
7) Berat lahir rendah (1500 – 2500 gram).
b. Tanda – tanda bayi sakit berat.
Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda – tanda berikut ini:
1) Sulit minum.
2) Sianosis sentral (lidah biru).
3) Perut kembung.
4) Periode apneu.
5) Kejang / periode kejang – kejang kecil.
6) Merintih.
7) Perdarahan.
8) Sangat kuning.
9) Berat badan lahir < 1500 gram.

5. Komplikasi Yang Sering Terjadi Pada Bayi Baru Lahir

46
a. Icterus neonatorum
Kira-kira 1/3 dari bayi yang baru lahir , memperlihatkan icterus antara Hari ke 2
dan ke 5 yang dinamakan icterus fisiologis yang ditimbulkan oleh
hyperbilirubinaemia yang disebabkan oleh:
1) Penghancuran erytrocyt yang hebat.
Kehidupan intra uterin terdapat polycytaemia untuk mengimbangi kadar O2
yang rendah. Sedangkan untuk kehidupan diluar tidak diperlukan sedemikian
banyak erythrocyte.
2) Hati bayi belum berfaal baik, sehingga tidak dapat mengubah Bilirubin I
menjadi bilirubin II.Pada anak premature icterus biasanya lebih hebat dan
lebih lama lagi karena faal hati masih sangat kurang.
b. Kehilangan Berat Badan
Selama 3 atau 4 hari yang pertama bayi boleh dikatakan hampir tidak kemasukan
cairan (Asi belum lancar). Sedangkan bayi mengeluarkan faeces, urine dan peluh
dengan cukup banyak maka BB bayi turun. Kehilangan BB tidak boleh lebih dari
10%.

6. Persiapan Kepulangan Bayi Baru Lahir


a. Pastikan barang kebutuhan bayi telah siap
Mulai dari tempat tidur bayi, stok popok, peralatan mandi, baju bayi, selimut,
kaos kaki, dan sebagainya. Orang tua bisa mencicil untuk mempersiapkan ini
kira-kira 1 – 2 bulan sebelum bayi lahir.
b. Menjaga kondisi dan kebersihan rumah
Bayi baru lahir masih rentan dan belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang
baik. Oleh sebab itu, Orang tua harus memastikan rumahnya bersih dan higienis
agar bayi tidak tertular penyakit.
Pastikan kondisi rumah dalam keadaan bersih dan bebas asap rokok, terutama
di area sekitar tempat tidur bayi. Sebaiknya bersihkan atau cuci benda-benda
yang berpotensi ‘menyimpan’ debu, seperti gordyn, karpet atau selimut.
Jika ada anggota keluarga yang merokok, mintalah untuk tidak merokok di
dalam rumah. Asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama sistem
pernafasan bayi yang masih sangat rentan.
Selain itu, perhatikan pula suhu ruangan di dalam kamar bayi. Jika ruangan
menggunakan pendingin udara (AC), pastikan suhunya tidak terlalu dingin atau

47
minimal suhunya 24 derajat celcius. Hal ini bertujuan agar bayi tidak kedinginan
meskipun sudah membalutnya dengan kain bedong atau selimut.
c. Selalu mencuci tangan
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun efektif dalam mencegah
penyebaran bakteri penyebab penyakit. Gunakan sabun cuci tangan anti bakteri
yang efektif dalam membunuh kuman. Ingatlah untuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi, sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, setelah mengganti
popok, dan kapan saja ketika tangan terlihat kotor.
Untuk saat-saat darurat ketika tak ada air, Orang tua bisa menggunakan Hand
Sanitizer, terutama ketika sedang bepergian.
d. Pastikan kecukupan nutrisi bayi
Orang tua perlu memerhatikan kapan bayi merasa lapar dan apakah ia sudah
cukup kenyang. Dehidrasi sering menjadi masalah ketika membawa bayi pulang
pertama kali. Sebagai panduan bahwa asupan nutrisi dari ASI tercukupi,
popoknya akan basah 3 – 4 kali dalam 24 jam. Bila lebih dari enam jam bayi
tidak buang air kecil, maka harus curiga bahwa ia kekurangan cairan.
e. Meminta dukungan dari support system
Dukungan dari orang-orang terdekat akan membantu Ibu untuk cepat pulih.
Bentuk dukungannya bisa bermacam-macam, termasuk dari suami, orang tua
dari ibu dan saudara atau keluarga terdekat yang sudah berpengalaman.

E. Dari 2 Jam Setelah Lahir Hingga Kepulangan


1. Manajemen Asuhan Keperawatan
Perawatan dimulai setelah lahir dan berfokus pada pengkajian dan stabilisasi kondisi
bayi baru lahir. Perawat memiliki tanggung jawab utama pada bayi selama periode ini
karena dokter atau bidan sibuk terlibat dalam perawatan ibu. Perawat harus sadar
terhadap adanya tanda-tanda kegawatan dan memulai intervensi yang tepat.
Dengan adanya kemungkinan transmisi virus seperti hepatitis B (HBV) dan
human immunodeficiency virus (HIV) melalui darah ibu dan cairanamnion yang
disertai darah, bayi baru lahir harus dianggap sumber kontaminasi potensial hingga
dibuktikan sebaliknya. Sebagai bagian dari pencegahan standar, perawat harus
menggunakan sarung tangan ketika menangani bayi baru lahir hingga darah dan
cairan amniondibersihkan dengan cara dimandikan.

48
2. Pengkajian
a. Pengkajian Awal dan Skor Apgar
Pengkajian awal pada neonatus dilakukan segera setelah lahir menggunakan skor
apgar dan pemeriksaan fisik singkat. Pengkajian usia kehamilan dilakukan dalam
beberapa jam pertama setelah lahir pada bayi baru lahir yang stabil. Pengkajian
fisik yang lebih menyeluruh dilakukan dalam 24 jam pertama setelah lahir.
b. Skor Apgar
Skor APGAR adalah suatu metode yang dipakai untuk memeriksa keadaan bayi
yang baru lahir. Skor apgar dilakukan untuk menilai status klinis bayi yang baru
lahir pada usia 1 menit dan menilai kebutuhan intervensi segera untuk merangsang
pernafasan.

3. Komponen dari Skor APGAR dan cara menilainya:

A = Appearance (warna kulit)

 2 poin = Warna kulit pink pada tubuh dan ekstrimitas

 1 poin = warna kulit biru pada ekstrimitas, warna kulit pink pada tubuh

 0 poin = warna kulit seluruh tubuh dan ekstrimitas biru

P = Pulse (denyut jantung)

 2 poin = >100 kali/menit


 1 poin = <100 kali/menit
 0 poin = tidak ada denyut jantung

49
Denyut jantung dihitung dengan menggunakan stetoskop atau dengan
menggunakan dua jari. Denyut jantung dihitung selama 15 detik, kemudian
dikalikan 4 sehingga didapat denyut jantung selama 60 detik (1 menit).

G = Grimace (refleks)

 2 poin = bayi menangis, batuk atau bersin


 1 poin = meringis atau menangis lemah saat distimulasi
 0 poin = tidak ada respon terhadap stimulasi

A = Activity (tonus otot)

 2 poin = bergerak aktif


 1 poin = sedikit gerakan
 0 poin = lemah atau tidak ada gerakan

R = Respiration (pernafasan)

 2 poin = pernafasan baik dan teratur, menangis kuat


 1 poin = pernafasan lemah, tidak teratur
 0 poin = tidak ada nafas

2. Skor APGAR dihitung dengan menjumlahkan skor setiap komponen.


a. Nilai terbaik adalah 10. Skor 7, 8 dan 9 adalah normal, bayi dapat dikatakan sehat.
b. Skor 10 sangat jarang didapat karena sebagian besar bayi yang baru lahir akan
kehilangan 1 poin dari komponen warna kulit.
c. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan mempunyai warna kulit kebiruan pada
tangan dan kaki.

3. Pemeriksaan Fisik Awal


Pemeriksaan fisik awal meliputi pemeriksaan berdasarkan sistem secara singkat:
a. Eksternal: Perhatikan warna kulit, aktivitas umum, posisi; kaji kepatenan hidung
dengan menutup lubang hidung saat mengobservasi pernapasan; kulit: meneglupas
atau kurang lemak subkutan (prematur atau psotprematur);perhatiakn pewarnaa

50
mekonium pada tali pusat, kulit, kuku jari, atau cairanamnion 9pewarna dapat
mwngindikasikan pelepasan mekonium janin); perhatikan panjang kuku dan
pembentukan garis lipat telapak kaki.
b. Dada: Auskultasi apeks jantung untuk memeriksa denyut dan irama jantung, bunyi
jantung, dan adanya suara-suara tidak normal; kaji laju dan sifat pernapasan serta
adnaya ronki atau berbagai suara tambahan; perhatikan kesamaan suara napas
dengan aukultasi dan observasi.
c. Abdomen: kaji karakteristik abdomen (buncir, datar, atau cekung) dan tidak
terdapat anomali; auskiltasi bising usus; perhatikan jumlah pembuluh darah dalam
tali pusa dan keadaan umum dari tali pusat (seperti tipis, lemas; tebal, berlekuk-
lekuk; adanya hematoma).
d. Neurologis: periksa tonus otot, dan kaji refleks moro dan refleks isap; palpasi
ubun-ubun anterior; perhatikan sutura; perhatikan ubun-ubun anterior yang
menonjol atau cekung.
e. Urogenital: perhatikan karakteristik seks eksternal dan adanya abnomalitas pada
genitalis, periksa patensi anal 9keluarnya mekonium); perhatikan keluarnya urine.
f. Observasi lainnya: perhatikan malformasi struktural yang tampak saat lahir, yang
mungkin membutuhkan tindakan medis segera (seperti omfalokel dan
meningokel).

Perawat bertanggung jawab terhadap perawatan bayi segera setelah lahir,


memastikan bahwa pernapasan telah berjalan, mengerikan seluruh tubuh bayi,
memeriksa temperatur, dan memasang gelang pengenal pada bayi dan ibunya. Pada
beberapa tempat, ayah atau pasangan juga menggunakan gelang pengenal. Pada
banyak tempat, bayi diletakkan pada perut ibunya segera setelah lahir untuk
memungkinkan kontak kulit ke kulit. Tibdakan ini berguna untuk stabilisasi dan
mengatur suhu tubuh bayi baru lahir serta membangun ikatan dengan orang tua. Pada
tempat lainnya, bayi dpaat di bungkus dengan selimut dan di tempatkan di lengan
ibunya, di berikan pada pasangan untuk digendong, atau dibiarkan setengah telanjang
dalam lingkungan hangat. Bayi mungkin di pisahkan dalam ruang perawatan atau
digabung bersama orang tua selama berada dirumah sakit.

Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan selama perawat
mengeringkan dan membungkus bayi, atau observasi dapat dilakukan ketika bayi

51
berbaring di atas perut ibu atau pada lengan segera setelah lahir. Tindakan-tindakan
yang dilakukan seharusnya diarahkan untuk meminimalkan gangguan pada proses
pengenalan awal orang tua dan bayi. Jika bayi bernapas secara efektif, berwarna
kemerahan, dan tidak memiliki anomali yang membahayakan jiwanya atau faktor
resiko yang membutuhkan perhatian (seperti, bayi dan ibu diabetes), pemeriksaan
selanjutnya dapat di tunda setelah interaksi bayi dan ibunya berlanjut.

4. Intervensi
Perubahan dapat terjadi dengan cepat pada bayi baru lahir segera setelah lahir.
Pengkajian harus segera disertai dengan implementasi perawatan yang tepat.

a. Mempertahankan Jalan Napas


Umumnya, bayi matur sehat yang lahir melalui vagina mengalami sedikit
kesulitan dalam membersihkan jalan napas. Sebagian besar sekret berpidah oleh
gravitasi dan dibawa oleh refleks batuk ke orofaring untuk dikeluarkan atau
ditelan. Bayi biasanya dipertahankan dalam posisi miring ke samping (kepala
lurus, tidak dalam posisi trendelenburg) dengan meletakkan selimut yang digulung
di punggungnya untuk memfasilitasi drainase.
Jika bayi memiliki sekret yang banyak pada saluran napas, rongga mulut dan
hidung dapat di isap dengan pipet bundar. Bayi yang tersedak oelh sekret harus
dibantu dnegan memiringkan kepala. Mulut dihisap terlebih dahulu untuk
menegah bayi menghirup sekret faring saat menarik napas ketika cuping idungnya
disentuh. Pipet bundar di kompresi dan di masukkan ke dalam satu sisi mulut.
Rongga hidung dihisap melalui lubang hidung satu persatu. Perawat harus
mendengarkan suara paru paru atau pernapasan bayi menggunakan stetoskop
untuk menentukan ada tidaknya suara ronki. Ronki halus dapat ditemukan pada
aukultasi beberapa jam setelah lahir. Jika pipa bulat tidak bisa membersihkan
sekret, maka bisa di gunakan mesin penghisap.
Pipet harus selalu berada di tempat tidur bayi, dan orang tua harus tau
bagaimana cara menggunakannya.
Jika bayi baru lahir mengalami obstruksi yang tidak bisa di bersihkan dengan
mesin penghisap, maka di laukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mementukan
apakah terdapat defek mekanik.

52
Empat kondisi penting utnuk mempertahankan suplai oksigen yang adekuat.
1) Jalan napas yang bersih
2) Terjadinya pernapasan yang efektif
3) Sirkulasi adekuat, perfusi adekuat, dan fungsi jantung yang efektif
4) Termolegulasi adekuat (pajanan terhadap stress dingin meningkatkan
kebutuhan oksigen dan glukosa)
b. Menjaga Suhu Tubuh
Stress dingin yang dialami neonatus dapat meningkatkan kebutuhan oksigen dan
dapat menghabiskan cadangan glukosa. Bayi dapat bereaksi terhadap dingin
dengan meningkatkan laju pernapasan dan dapat menjadi sianosis.
Cara untuk menstabilkan temperatur bayi baru lahir diantaranya dengan c ara
langsung menempatkan bayi diatas perut ibu dan menyelimutinya dengan selimut
hangat, mengeringkan dan membungkus bayi baru lahir dengan selimut hangat
segera setelah lahir, menjaga agar kepala bayi tertutup dengan baik, dan menjaga
suhu lingkungan pada kamar perawatan bayi pada suhu 22 derajat.
Jika bayi tidak bersama ibunya 1 sampai 2 jam setelah lahir, maka perawat
meletakkan bayi dalam inkubator hangat hingga temperatur bayi stabil. Panel
pengontrol biasanya di pertahankan dalam suhu berkisar 36-37 derajat celcius.
Temperatur aksila bayi baru lahir diperiksa setiap jam sampai suhu bayi stabil.
Mandi pertama bayi harus di tunda hingga tempratur kulit bayi stabil dan
dapat menyesuaikan kehilangan panas akibat mandi. Waktu yang tepat dan
optimal untuk mandi pada bayibaru lahir belum diketahui.
Bayi matur yang sehat juga dapat terkena hipotermia. Lahir di mobil saat
dalam perjalanan kerumah sakit, atau pengeringan serta pembungkusan yang tidak
adekuat. Menghangatkan bayi yang terkena hipotermia harus dilakukan secara
hati-hati. Penghangatan dengan cepat dapat menyebabkan periode apnea dan
asidosis pada bayi. Oleh karena itu, proses penghangatan di monitor agar
meningkat perlahan dalam periode 2-4 jam.

c. Intervesi Segera
Salah satu tanggung jawab perawat adalah utnuk melakukan intervensi tertentu
segera setelah bayi baru lahir untuk memberikan keselamatan bagi bayi.
1) Profilaksi mata

53
Pemberian obat profilaksi mata pada seluruh neonatus. Obat ini merupakan
usaha terhadap pencegahan oftalmia neonatorum, yang merupakan inflasi
pada mata akibat infeksi gonore atau klamidia yang didapat bayi baru lahir
ketika melewati jalan lahir.
Obat yang digunakan untuk profilaksi beragam, bergantung pada
kebijakan rumah sakit. Namun obat yang umum digunakan adalah bentuk
entromisin atau tertasikilin.
2) Profilaksi Vitamin K
Vitamin K di berikan secara intramuskular pada bayi baru lahir.Injeksi
intramuskular vit,k di berikan 0,5 hingga 1 mg untuk mencegah pendarahan.
Pemberian vit.k dapat di tunda sampai setelah menyussui pertama kali. Pada
hari ke-8 bayi dpaat memproduksi vit. K nya sendiri.
3) Perawatan Tali Pusat
Tali pusat di klem segera setelah lahir. Tujuan dari perawatan tali pusat
pertama kali adalah untuk mencegah atau menurunkan risiko perdarahan atau
infeksi. Klem tali pusat dilepaskan setelah sissa tali pusat mulai mengering
dan tidak berdarah lagi. Metode umum perawatan tali pusat menggunakan
obat antimikroba seperti basitrasi dan triple dye.
Sisa dari tali pusat harus di kaji terhadap adanya edema, kemerahan,
dan drainase purulenta pada setiap pergantian popok. Perawat membersihkan
tali pusat dengan preparat yang telah diresepkan.
Waktu pemisahan tali pusat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya jenis perawatan tali pusat, cara melahirkan, dan kejadian perinatal
lainnya. Waktu pemisahan tali pusat rata-rata 10-14 hari. Darah kering dapat
terlihat di tali pusat pada saat pemisahan.
4) Menciptakan Interaksi Orang Tua dan Bayi
Praktik kelahira saat ini berusaha untuk mempromosikan keluarga sebagai
fokus dari perawatan. Orang tua umumnya inin untuk berbagi dalam proses
kelahiran dan melakukan kontak awal dengan bayi mereka. Bayi dapat
diletakkan pada payudara segera setelah lahir. Kontak awal ibu dna bayi baru
lahir penting dalam membentuk hubungan di masa depan kontak ini juga
memiliki efek positif pada durasi menyusui. Kontak dini ibu dan bayi
memberikan keuntungan fisiologis. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat

54
pada ibu dan proses menyusui dimulai. Proses pembentukan imunitas aktif
dimulai ketika bayi menelan antibodi dan kolostrum ibu.

F. Pemeriksaan Laboratorium dan Uji Diagnostik


Sampel laboratorium sering kali diambil untuk menentukan adaptasi fisologis yang
adekuat dan untuk mengidentifikasi gangguan yang dapat membawa dampak buruk bagi
kehidupan anak setelah periode neonatus. Uji yang umum dilakukan meliputi kadar
glukosa darah, kadar bilirubin, uji skrining bayi baru lahir (seperti PKU, tiroksin (T4),
penyakit sel sabit, galaktosemia) dan kadar serum obat.
1. Pengumpulan Spesimen
a. Uji tusuk tumit

Sebagian besar spesimen darah diambil oleh petugas laboratorium. Namun,


perawat mungkin perlu melakukan uji tusuk tumit agar dapat mendapatkan darah
untuk memonitor glukosa atau menskrining bayi baru lahir. Teknik yang sama
digunakan untuk mendapatkan sampel darah untuk PKU atau untuk memeriksa
galaktosemia dan hipotiroidisme atau IEM lainnya.

Komplikasi yang paling serius akibat uji tusuk tumit pada bayi adalah
osteokondritis nekrosis akibat penetrasi lanset pada tulang. Untuk mencegah masalah
ini, uji tusuk harus dilakukan pada bagian luar tumit dan tidak boleh memenetrasi
lebih dalam dari 2,4 mm. Untuk mengidentifikasi daerah pungsi yang tepat, perawat
harus menggambar garis imajinasi dari antara jari keempat dan kelima, paralel
terhadap bagian lateral kaki, menuju tumit di mana pungsi harus dilakukan garis
kedua dapat digambar dari jempol menuju ke tumit bagian dalam.

b. Pungsi vena

55
Sampel darah vena dapat diambil dari vena antekubitus, vena safena, vena
pergelangan tangan superfisial, dan jarang dilakukan vena kepala.

Ketika pungsi vena diperlukan, memosisikan jarum sangat penting. Walaupun


jarum pungsi vena biasa dapat digunakan, jarum kupu-kupu terkadang lebih digemari.

c. Mengumpulkan spesimen urine

Sampel urine harus segar dan dianalisis dalam waktu 1 jam setelah
pengumpulan. Untuk mempersiapkan bayi, perawat melepaskan popok dan
menempatkan bayi pada posisi telentang. Genitilia, perineum, dan kulit di sekitarnya
dibersihkan dan dikeringkan seluruhnya karena bahan perekat pada kantong tidak
akan menempel pada permukaan kulit yang lembap, berbedak, atau berminyak.

Pada bayi perempuan, perineum direnggangkan untuk meratakan lipatan kulit;


kemudian area dengan bahan perekat pada kantong ditekan kuat pada kulit di sekitar
meatus urinaria dan vagina.

Pada bayi laki-laki, penis dimasukan ke dalam penampung sebelum kertas


pelindung dilepaskan dari bahan perekat;kemudian kertas pelindung dilepaskan, dan
lipatan penutup ditekan kuat pada perineum, pastikan seluruh bahan perekat
menempel kuat pada kulit dan sisi lubang tidak mengerut.

56
Pada beberapa jenis pemeriksaan urine, urine dapat diaspirasi langsung dari
popok dengan menggunakan syringe tanpa jarum. Jika popok mengandung materi gel
penyerap yang menahan urine, kasa kecil atau bola kapas dapat diletakkan di dalam
popok dan urine diaspirasi dari kapas atau kasa.

d. Pembedongan bayi

Bayi mungkin perlu dibedong untuk:

1. Melindungi mereka dari perlukaan


2. Membantu pemeriksaan
3. Membatasi ketidaknyamanan selama pemeriksaan, prosedur, dan pengumpulan
spesimen

Pertimbangan khusus berikut harus diingat ketika melakukan pembedongan pada


bayi:

 Lakukan pembedongan dan periksa untuk memastikan bedong tesebut tidak


mengiritasi kulit atau mengganggu sirkulasi
 Mempertahankan kesejajaran tubuh

57
 Lakukan pembedongan tanpa menggunakan simpul atau peniti jika mungkin. Jika
diperlukan, buatlah simpul yang dapat dengan mudah dilepaskan. Gunakan peniti
secara hati-hati untuk menghindari bahaya menusuk atau menekan kulit bayi.
 Periksa bayi setiap jam, atau lebih sering jika diperlukan

e. Menahan bayi tanpa alat.


Perawat dapat menahan bayi dengan menggunakan tangan dan tubuh.

2. Intervensi
a. Lingkungan Protektif
1) Faktor lingkungan
Meliputi pencahayaan adekuat, eleminasi kemungkinan bahaya api,
keamanan peralatan elektrik, ventilasi adekuat, dan temperatur terkontrol
(seperti, hangat dan tidak ada hembusan angin) serta kelembaban (seperti,
40%-60%).
2) Usaha untuk mengontrol infeksi
Meliputi tersedianya ruangan yang adekuat untuk memungkinkan
pengaturan posisi tempat tidur bayi setidaknya masing-masing berjarak 3
kaki pada segala arah, terdapat fasilitas memcuci tangan serta area untuk
membersihkan dan menyimpan peralatan dan perlengkapan.
Pengunjung dan petugas kesehatan seperti perawat, dokter, orang tua,
saudara, kakek nenek diharapkan untuk mencuci tangan mereka sebelum
melakukan kontak dengan bayi atau peralatan. Individu dengan kondisi
infeksius dilarang melakukan kontak dengan bayi baru lahir atau harus
dengan usaha pencegahan khusus ketika berinteraksi dengan bayi.
Kelompok ini meliputi orang-orang dengan kondisi infeksi saluran atas,
infeksi saluran cerna, dan infeksi kulit.
3) Faktor keamanan
Institusi pelayanan kesehatan harus proaktif dalam memproteksi bayi baru
lahir dari penculikan. Contoh usaha yang dilakukan meliputi memasang
gelang pengenal yang sama antara bayi dengna ornag tuanya, menggunakan
pita pengenal dengan transmiter radio frekuensi yang akan berbunyi ketika

58
gelang dilepaskan atau jika area batas tertentu dilewati (pintu keluar dari
bangunan), dan sidik telapak kaki atau mengambil foto indetifikasi segera
setelah lahir, sebelum bayi berpisah dari ibunya.
4) Memberi dukungan kepada orang tua dalam merawat bayi
Interaksi sosial, aktivitas perawatan sehari-hari selama periode neonatus
merupakan waktu terbaik untuk brinteraksi bagi bayi dan keluarga. Ketika
merawat bayi baru lahir, ibu dan ayah dapat berbicara kepada bayi,
melakukan permainan pada abyi, menyentuh dan memeluknya serta
mungkin melakukan pijatan bayi.
Menyusui bayi, bayi diletakan pada payudara sesegera
mungkinsetetlah lahir atau setidaknya dalam 4 jam. Bayi baru lahir boleh
diberi susu ketika mereka bangun dan menunjukkan tanda-tanda kelaparan
yang khas berapapun jarak waktunya dari menyusui sebelumnya. Biasanya,
ibu sarankan untuk menyusui bayinya setiap 2-3 jam (pemberian susu
formula setiap 3-4 jam, atau ketika bayi menunjukkan tanda-tanda
kelaparan) sepanjang hari dan hanya ketika bayi terbangun dimalam hari
pada beberapa hari pertama setelah lahir.

G. Prosedur Terapeutik dan Bedah


1. Injeksi Intramuskular
Penggunaan dosis tunggal 0,5 sampai 1 mg vitamin K secara intramuskular pada bayi
rutin dilakukan segera setelah lahir.
Vaksin hepatitis B (HB) direkomendasikan pada semua bayi. Bayi yang
memiliki risiko teritinggi untuk mendapatkan HB adalah mereka yang lahir dari ibu
yang mengidap hepatitis atau mereka dengan status HB tidak diketahui. Jika bayi
lahir dari ibu yang terinfeksi atau dari ibu yang merupakan karier kronis, vaksin HB
dan imunoglobin HB (HBIG) harus diberikan dalam 12 jam setelah lahir. Vaksin HB
diberikan pada sisi satu dan HBIG diberikan pada sisi lainnya. Pada bayi yang lahir
dari ibu denan HB negatif, dosis pertama vaksin dapat diberikan saat lahir atau pada
usia 1 bulan. Persetujuan orang tua harus didapatkan sebelum pemberian vaksin ini.

59
Pemilihan peralatan dan daerah yang tepat untuk injeksi merupakan hal

5
penting. Pada sebagian besar kasus jarum gauge 25, inci digunakan untuk injeksi
8
vitamin K dan vaksin HB. Injeksi harus
diberikan pada otot yang cukup besar untuk
mengakomodasi pengobatan, saraf besar
dan pembuluh darah harus dihindari. Otot
dari bayi baru lahir mungkin tidak dapat
menoleransi lebih dari 0,5 ml per injeksi
intramuskular. Tempat injeksi yang lebih
disukai bayi baru lahir adalah vastus
lateralis. Otot dorsogluteal sangat kecil,
tidak terbentuk sempurna dan berbahaya
karena dekat otot skiatika, yang mengisi daerah yang lebih luas pada bayi
dibandingkan pada anak yang lebih besar. Oleh karena itu, tidak direkomendasikan
sebagai tempat penyuntikan pada anak kecil. Otot deltoid bayi baru lahir memiliki
jumlah otot yang tidak adekuat untuk pemberian intramuskular. Faktor kunci dalam
mencegah dan meminimalkan reaksi lokal terhadap injeksi intramuskular adalah
deposisi obat yang adekuat di dalam otot; sehingga ukuran otot, panjang jarum dan
jumlah obat yang diinjeksi harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
Perawat harus selalu ingat untuk menyamankan bayi setelah injeksi dan
membuang peralatan yang digunakan dengan benar. Jarum seharusnya tidak
digunakan kembali namun harus dibuang dengan benar pada tempat pembuangan
yang aman dan tepat. Nama obat, tanggal dan waktu, jumlah, rute, dan tempat injeksi
harus dilaporkan pada rekam medis bayi baru lahir.

60
Panduan Medikasi Vaksin Hepatitis B
a. Cara kerja
Vaksin hepatitis B menginduksi antibodi anti Hepatitis B protektif 95% sampai
99% pada bayi sehat yang mendapatkan 3 dosis yang direkomendasikan. Durasi
proteksi vaksin tidak diketahui.
b. Indikasi
Vaksin hepatitis B diindikasikan untuk imunisasi terhadap infeksi yang
disebabkan oleh semua subtipe virus hepatitis B yang diketahui (HBV).
c. Dosis Neonatus
Dosis umum adalah recombivax HB 5 mg per 0,5 ml atau engerix-B 10 mg per
0,5 ml, pada 0, 1 dan 6 bulan. Jadwal pemberian dosis alternatif adalah 0, 1, 2
dan 12 bulan dan biasanya diberikan pada bayi yang ibunya memiliki antigen
permukaan Hepatitis B (HBsAg) yang positif.
d. Efek samping
Efek samping yang umum adalah ruam, demam, eritema, pembengkakan dan
nyeri pada tempat penyuntikan.
e. Pertimbangan keperawatan
Persetujuan orang tua harus didapatkan sebelum pemberian. Gunakan sarung
tangan. Berikan pada sepertiga tengah otot vastus lateralis dengan menggunakan
jarum 25 gauge, 5/8 inci. Suntikan pada kulit yang telah dibersihkan atau
biarkan alkohol untuk mengering pada tempat penyuntikan selama 1 menit untuk
menghilangkan organisme dan mencegah infeksi. Stabilisasi tungkai dengan
kuat dan cubit otot dengan jempol dan jari-jari. Masukkan jarum pada sudut 90°
lepaskan otot aspirasi dan suntikan obat dengan perlahan jika tidak ada darah
yang terisap. Pijat area injeksi dengan kasa kering setelah melepas jarum untuk
meningkatkan absorbsi. Jika bayi terlahir dari ibu dengan hepatitis B positif,
imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) harus diberikan dalam 12 jam kelahiran
selain dari vaksin hepatitis B. Gunakan tempat penyuntikan yang terpisah.

Panduan Medikasi Imunoglobin hepatitis B (HBIG)


a. Cara kerja
Imunoglobulin hepatitis B (HBIG) memberikan kadar antibodi yang tinggi
terhadap antigen permukaan hepatitis B (HBsAg).
b. Indikasi

61
Vaksin HBIG memberikan profilaksis terhadap infeksi pada bayi yang lahir dari
ibu Hepatitis B positi.f
c. Dosis neonatus
Berikan satu dosis 0,5 ml secara intramuskular dalam 12 jam kelahiran.
d. Efek samping
Hipersensitifitas dapat terjadi.
e. Pertimbangan keperawatan
Vaksin HBIG harus diberikan dalam 12 jam kelahiran. Gunakan sarung tangan.
Berikan pada sepertiga tengah otot vastus lateralis dengan menggunakan jarum 25
gauge, 5/8 inci. Suntikan pada kulit yang telah dibersihkan atau biarkan alkohol
untuk mengering pada tempat penyuntikan selama 1 menit untuk menghilangkan
organisme dan mencegah infeksi. Stabilisasi tungkai dengan kuat dan cubit otot
dengan jempol dan jari-jari. Masukkan jarum pada sudut 90° lepaskan otot
aspirasi dan suntikan obat dengan perlahan jika tidak ada darah yang terisap. Pijat
area injeksi dengan kasa kering setelah melepas jarum untuk meningkatkan
absorbsi. Vaksin HBIG dapat diberikan pada saat bersamaan dengan vaksin
hepatitis B namun pada tempat yang berbeda.

2. Terapi untuk Hiperbilirubinemia


Terapi terbaik untuk hiperbilirubinemia adalah pencegahan. Oleh karena bilirubin
diekskresi dalam mekonium, pencegahan dapat difasilitasi dengan menyusui dini,
yang akan menstimulasi pengeluaran mekonium. Namun, selain dari pengeluaran
dini mekonium, bayi matur dapat memiliki kesulitan dalam mengonjugasi
peningkatan jumlah bilirubin yang berasal dari pemecahan SDM janin. Akibatnya,
kadar serum bilirubin tidak terkonjugasi dapat meningkat di atas kadar normal,
menyebabkan hiperbilirubinemia. Tujuan dari pengobatan hiperbilirubinemia adalah
membantu mengurangi kadar serum bilirubin tidak terkonjugasi pada bayi baru lahir.
Dua prinsip cara untuk mencapai tujuan ini adalah foto terapi dan yang lebih jarang,
tranfusi darah tukar. Tranfusi darah tukar digunakan untuk mengobati bayi dengan
kadar bilirubin serum meningkat dengan cepat selain penggunaan fototerapi intensif.

62
a. Fototerapi

Selama fototerapi bayi yang tidak berpakaian diletakkan di bawah lampu


sekitar 45 sampai 50 cm dari sumber lampu. Jaraknya dapat bervariasi
berdasarkan protokol ruangan dan jenis lampu yang digunakan. Panel plexiglass
atau lapisan pelindung harus selalu diletakkan di antara lampu dan baik ketika
pencahayaan konvensional digunakan. Terapi yang paling efektif dicapai dengan
sinar pada 400-500 manometer dan spektrum cahaya biru hijau adalah yang
paling efisien (Steffensrud, 2004). Fototerapi dilakukan hingga kadar bilirubin
serum bayi menurun dalam kisaran yang dapat diterima. Keputusan untuk
menghentikan terapi diberikan berdasarkan observasi adanya kecenderungan
penurunan pada nilai bilirubin.

Beberapa hal harus diperhatikan ketika bayi menjalankan fototerapi. Mata


bayi harus dilindungi oleh masker atau penutup berwarna keruh untuk mencegah
pajanan berlebih terhadap cahaya. Pelindung mata harus menutupi seluruh mata
namun tidak termasuk cuping hidung. Sebelum masker dipasang mata bayi harus
ditutup dengan lembut untuk mencegah ekskoriasi pada kornea. Masker harus
dilepas secara periodik dan selama menyusui bayi sehingga mata dapat diperiksa

63
dan dibersihkan dengan air dan orang tua dapat memiliki kontak mata dengan
bayi.
Fototerapi dapat menyebabkan perubahan pada temperatur bayi,
tergantung juga pada: tempat tidur bayi, inkubator atau penghangat udara.
Temperatur bayi harus dimonitor dengan ketat. Cahaya fototerapi dapat
meningkatkan laju penguapan air yang tidak terlihat yang berperan dalam
kehilangan cairan dan dehidrasi. Oleh karena itu, bayi harus dihidrasi dengan
adekuat. Mempertahankan hidrasi pada bayi baru lahir yang sehat dilakukan
dengan pemberian ASI atau susu formula; memberikan air glukosa atau air tawar
tidak memiliki keuntungan karena cairan-cairan ini tidak dapat meningkatkan
ekskresi bilirubin pada tinja dan dapat memperpanjang waktu sirkulasi
enterohepatik sehingga menunda ekskresi bilirubin.
Penting dilakukan untuk memonitor ketat keluaran urine selama bayi
menerima fototerapi. Keluaran urine dapat menurun atau tidak berubah; urine
dapat berwarna kuning pekat atau kecoklatan.
Jumlah dan konsistensi tinja dimonitor. Pemecahan bilirubin
meningkatkan motilitas lambung yang mengakibatkan tinja cair yang dapat
menyebabkan ekskoriasi kulit dan kulit pecah-pecah. pantat bayi harus
dibersihkan setiap buang air besar untuk membantu mempertahankan integritas
kulit. Bercak makulopapular halus dapat timbul selama fototerapi namun kondisi
ini bersifat sementara. Oleh karena visualisasi warna kulit bayi sulit dilakukan
dengan cahaya biru, pengawasan kardiorespirasi yang tepat harus
diimplementasikan berdasarkan kondisi keseluruhan bayi.
Alat alternatif untuk fototerapi yang aman dan efektif adalah panel serat
optik yang ditempelkan pada sumber cahaya dan Bilibed. Pada beberapa kasus,
pada beberapa kasus kadar bilirubin bayi dapat meningkat dengan cepat dan
diperlukan fototerapi yang intensif; situasi ini meliputi penggunaan kombinasi
cahaya konvensional dan selimut serat optik untuk memaksimalkan penurunan
bilirubin seluruh aspek fototerapi harus dicatat dengan akurat pada rekam medis
bayi.

64
Edukasi orang tua. Kadar bilirubin serum pada bayi baru lahir terus
meningkat hingga hari kelima kehidupan. Banyak orang tua keluar dari rumah
sakit dalam 24 jam setelah melahirkan dan beberapa orang dalam 6 jam setelah
melahirkan. Oleh karena itu, orang tua harus mendapatkan edukasi mengenai
jaundice dan pengobatannya. Mereka harus memiliki intruksi tertulis untuk
mengkaji kondisi bayi dan nama orang yang dapat dihubungi untuk melaporkan
temuan mereka dan meningkatkan kewaspadaan.
Fototerapi di rumah. Bayi yang sehat dapat dipulangkan ke rumah dan
membutuhkan foto tapi untuk hiperbilirubinemia. Kandidat untuk fototerapi di
rumah meliputi bayi-bayi yang sehat dan aktif tanpa tanda dan gejala komplikasi
lainnya. Orang tua atau pengasuh lainnya harus mau dan mampu untuk
menjalankan tanggung jawab terhadap keberlangsungan terapi dan pengawasan,
serta lingkungan rumah harus memiliki telepon, alat penghangat ruangan dan
listrik.

3. Sirkumsisi
Sirkumsisi merupakan pilihan orang tua masing-masing. Orang tua biasanya
memutuskan untuk melakukan sirkumsisi pada anaknya karena satu atau lebih tujuan
berikut: hygiene, kepercayaan agama, tradisi, kebudayaan atau norma sosial. Apapun
alasannya, orang tua harus diberikan informasi yang benar dan kesempatan untuk
mendiskusikan kelebihan dan resiko dari prosedur.
Keuntungan medis yang didapat pada sirkumsisi bayi meliputi berkurangnya
insiden infeksi saluran kemih dan penurunan risiko terhadap infeksi menular seksual,
kanker penis dan infeksi human papillomavirus. Risiko kanker serviks pada pasangan

65
wanita dari pria yang disirkumsisi dapat berkurang (Alanis & Lucidi, 2004).
Walaupun terdapat kelebihan potensial dari sirkumsisi, tidak ada satupun dari
kelebihan-kelebihan ini yang cukup kuat untuk mendukung bayi laki-laki baru lahir
disirkumsisi secara wajib (AAP, 1999). Resiko dan komplikasi potensial
berhubungan dengan sirkumsisi meliputi perdarahan, infeksi dan perlukaan penis
(pembuangan kulit berlebih kerusakan pada meatus atau glans) (Alanis & Lucidi,
2004).
Orang tua yang bersangkutan harus mulai mempelajari mengenai sirkumsisi
selama periode prenatal, namun sirkumsisi tidak rutin di diskusikan dengan orang tua
sebelum persalinan. Pada banyak kasus, orang tua pertama kali dihadapkan dengan
keputusan mengenai sirkumsisi ketika ibu masuk rumah sakit atau tempat bersalin.
stres pada periode intrapartum membuat saat ini sulit bagi orang tua untuk
mengambil keputusan dan saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengangkat topik
sirkumsisi dan mengharapkan keputusan atas dasar pemikiran yang matang.

a. Prosedur

Sirkumsisi merupakan tindakan membuang prepusium dari glans penis.


Prosedur ini tidak biasa dilakukan segera setelah lahir dikarenakan bahaya stres
dingin dan berkurangnya faktor pembekuan, namun sering dilakukan di rumah
sakit sebelum kepulangan bayi. Menyusui biasanya dilakukan 2-3 jam sebelum
sirkumsisi untuk mencegah muntah dan aspirasi. Untuk mempersiapkan bayi di
sirkumsisi, ia diletakkan pada alat penahan dari plastik dan penis dibersihkan
dengan sabun dan air atau cairan persiapan seperti povidon iodine. Bayi
dibungkus untuk memberikan kehangatan dan lingkungan yang steril serta
peralatan steril siap digunakan.

66
Walaupun beberapa prosedur sirkumsisi tidak membutuhkan peralatan
khusus sejumlah instrumen telah dirancang untuk tujuan ini. Penggunaan Yellen
(gomco) atau klem Morgan membuat operasi ini hampir tidak berdarah. Prosedur
ini hanya memakan waktu beberapa menit. Setelah selesai kasa petrolatum kecil
atau petrolatum dalam jumlah banyak atau salep A dan D diberikan pada penis
selama beberapa hari pertama untuk mencegah popok menempel pada daerah
sirkumsisi.

Plastibell merupakan alat lain yang digunakan untuk sirkumsisi. Kelebihan


pada penggunaannya adalah memberikan tekanan langsung secara konstan untuk
mencegah perdarahan selama prosedur dan selanjutnya melindungi terhadap
infeksi, melindungi daerah sirkumsisi dari menempel pada popok dan mencegah
nyeri pada saat berkemih. Ketika digunakan untuk sirkumsisi, plastibell pertama
kali dipasang pada glans, benang diikat di sekeliling mulut bell dan prepusium
berlebih dipotong. Mulut plastik tidak dilepas hingga sekitar seminggu. Plastik ini
akan jatuh setelah penyembuhan terjadi biasanya dalam 5 sampai 7 hari.
Petrolatum tidak umum diperlukan ketika digunakan plastibell.

b. Manajemen nyeri akibat prosedur

67
Sirkumsisi menyebabkan nyeri yang ditandai dengan perubahan fisiologis dan
tingkah laku pada bayi. 4 jenis anastesi dan analgesik digunakan pada bayi baru
lahir yang menjalankan sirkumsisi: blok melingkar, blok saraf dorsal penis
(DPNB), anestesi topikal seperti eutectic mixture of local anesthetic (EMLA)
(prilokain-lidokain) atau LMX4 (lidokain 4%), dan sukrosa oral terkonsentrasi.
Metode non farmakologi seperti menyedot dan pembedongan dapat digunakan
untuk membantu penanganan nyeri. Kelompok Cochrane yang meneliti pereda
nyeri untuk sirkumsisi pada neonatus menemukan bahwa DPNB merupakan
intervensi yang paling efektif untuk mengurangi nyeri sirkumsisi.
Blok melingkar merupakan injeksi lidokain yang diberikan secara subkutan
pada tiap sisi batang penis. DPNB meliputi injeksi subkutan larutan lidokain pada
posisi jam 2 dan jam 10 di dasar penis. Sirkumsisi tidak boleh dilakukan
setidaknya 5 menit setelah injeksi lidokain ini.
Krim topikal yang mengandung prilocaine dan lidokain seperti EMLA dapat
diberikan di dasar penis setidaknya satu jam sebelum sirkumsisi. Daerah dimana
prepusium menempel pada glans dilapisi dengan 1 gram krim ini dan kemudian
dibungkus dengan penutup transparan atau pelindung jari. Sesaat sebelum
prosedur, krim dibersihkan. Pucat atau kemerahan pada kulit dapat terjadi.
Setelah sirkumsisi bayi dinyamankan hingga berhenti menangis. Jika orang tua
tidak ada saat prosedur dilakukan, bayi dikembalikan pada mereka. Bayi dapat
gelisah selama beberapa jam dan dapat mengalami status tidur-bangun yang
terganggu serta perilaku menyusui yang kacau.

c. Perawatan pada bagi yang baru disirkumsisi


Protokol pasca sirkumsisi berbeda-beda. Pada banyak tempat, daerah sirkumsisi
dikaji terhadap perdarahan setiap 30 menit pada 1 jam pertama dan kemudian
setiap jam selama 4 sampai 6 jam selanjutnya. Perawat memonitor keluaran urine
bayi, mencatat waktu dan jumlah berkemih pertama kali setelah sirkumsisi. Jika
perdarahan ditemukan dari sirkumsisi, perawat memberikan tekanan lembut pada
daerah perdarahan dengan kasa steril yang dilipat. Obat hemostatik seperti bubuk
atau spons Gelfoam dapat diberikan pada daerah sirkumsisi untuk membantu
mengontrol perdarahan. Jika perdarahan tidak dapat dikontrol, pembuluh darah
mungkin perlu diligasi. Pada keadaan ini perawat 1 memberitahu dokter dan
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan (seperti set sirkumsisi dan alat jahit)

68
sedangkan perawat lainnya memberi tekanan sementara pada daerah perdarahan
hingga dokter datang. Jika orang tua membawa bayinya pulang sebelum akhir
periode observasi, mereka harus diajari cara perawatan dirumah yang benar.
Tindakan keperawatan direncanakan dan diimplementasikan untuk mencegah
infeksi. Tisu basah yang dijual bebas untuk membersihkan daerah popok tidak
boleh digunakan karena mengandung alkohol yang akan memperlambat
penyembuhan dan membuat tidak nyaman. Perawat membersihkan penis dari
urine dan tinja dengan air, dan bila diperlukan diberikan petrolatum segar di
sekeliling glans setiap selesai mengganti popok. Glans penis normalnya berwarna
merah gelap selama penyembuhan dan akan dilapisi oleh eksudat berwarna kuning
dalam 24 jam, yang merupakan bagian dari penyembuhan normal, bukan proses
infeksi. Tidak diperlukan untuk membersihkan eksudat, yang akan menetap
selama 2 sampai 3 hari. Orang tua harus diajarkan cara untuk memakaikan popok
agar tidak menekan daerah sirkumsisi. Mereka disarankan untuk mengganti popok
setidaknya setiap 4 jam untuk mencegah penempelan dengan penis.

H. Nyeri pada Neonatus


1. Nyeri Pada Neonatus
Nyeri memiliki komponen fisiologis dan psikologis. Komponen fisiologis dari nyeri
dan respons tubuh keseluruhan terhadap nyeri yang ditunjukkan oleh neonatus
membuat banyak petugas kesehatan percaya bahwa bayi, terutama bayi prematur,
tidak merasakan nyeri. Sistem saraf pusat telah berkembang baik, pada usia
kehamilan 24 minggu. Sruktur perifer dan tulang belakang yang mentransmisi
informasi nyeri telah ada dan berfungsi antara trimester pertama dan kedua. Aksis
hipofisis-adrenal juga terbentuk sempurna pada saat ini, dan reaksi fight or flight
tampak sebagai respons terhadap stres.
Respons fisiologis terhadap nyeri pada neonatus dapat mengancam jiwa.
Respons nyeri dapat menurunkan volume tidal, meningkatkan kebutuhan sistem
kardiovaskular, meningkatkan metabolisme, dan menyebabkan ketidakseimbangan
neuroendokrin. Respons hormonalmetabolik terhadap nyeri pada bayi matur memiliki
lebih besar dan lebih singkat dibandingkan pada orang dewasa. Respons simpatis bayi
baru lahir terhadap nyeri belum matur, sehingga kurang dapat diprediksi bila
dibandingkan dengan orang dewasa.

69
Bayi baru lahir bereaksi terhadap stimulus nyeri dalam berbagai cara. Respons
nyeri dapat dikategorikan sebagai respons perilaku, fisiologis atau anatomis, dan
metabolik.

2. Respons Neonatus Terhadap Nyeri


Tanda perilaku terhadap nyeri yang paling umum adalah vokalisasi atau menangis,
berkisar dengan nangisan lemah hingga tangisan bernada tinggi. Ekspresi wajah pada
nyeri meliputi, menggeram, menutup mata kuat-kuat , kontraksi alis mata, celah
nasolobial lebih aman, lidah tegang dan bergetar, serta mulut terbuka. Bayi akan
memfleksikan dan mengaduksi ekstremitas atas dan bawahnya sebagai usaha untuk
menarik diri dari stimulus nyeri. Bayi prematur memiliki ambang batas yang lebih
rendah dibandingkan normal untuk inisiasi respons fleksi ini. Bayi yang menerima
obat pelemas otot seperti vacuronuim akan tidak dapat memperlihatkan perilaku atau
respons nyeri.
Perubahan bermakna pada denyut jantung, tekanan darah (meningkat atau
menurun), tekanan intrakranial, tonus vagal, laju pernapasan, dan saturasi oksigen
terjadi selama stimulasi bahaya (Walden & Franck, 2003). Bayi melepas epinefrin,
norepinefrin, glukagon, kartikolesteron, kartisol, 11-dioksikartikolesteron, laktat,
piruvat, dan glukosa (Walden & Franck, 2003).

3. Pengkajian Nyeri Pada Neonatus


Dalam mengkaji nyeri, petugas kesehatan perlu untuk mempertimbangkan kesehatan
neonatus, jenis dan durasi stimulus nyeri, faktor lingkungan, dan status kesadaran
bayi. Sebagai contoh neonatus yang sangat lemah mungkin tidak dapat membentuk
respons terhadap nyeri, walaupun pada kenyataannya mereka mengalami nyeri.
Pengkajian awal nyeri dapat dilakukan pada setiap pasien, juga rencana
menejemen nyeri; hal ini dapat berlaku pada bayi baru lahir. National Association Of
Neonatal Nurses (NANN) membentuk panduan praktik yang menyatakan bahwa
semua perawat yang merawat bayi baru lahir harus memiliki edukasi dan kompetensi
yang diakui dalam mengkaji nyeri. Nyeri harus dikaji dan didokumentasi seperti pada
umumnya (Walden & Gibbins, 2008).
Beberapa alat untuk mengkaji nyeri telah diciptakan untuk digunakan pada
neonatus. Kombinasi indikator nyeri perilaku dan fisiologis digunakan untuk
mendiagnosis dan membedakan tingkatan nyeri pada bayi. Alat yang telah

70
ditunjukkan valid dan dapat dipercaya meliputi Neonatal Infant Paint Scale (NIPS)
(Lawrence, Alcock, McGrath, Kay, MacMurray, & Dulberg, 1993) dan Premature
Infant Pain Profil (PIPP) (Stevens, Johnston, Petryshen, & Taddio, 1996). Alat untuk
mengkaji nyeri yang digunakan oleh perawat pada unit perawatan intensif neonatus
adalah CRIES (Krechel & Bildner, 1995).
Alat ini dibentuk awalnya untuk digunakan oleh perawat yang bekerja dengan
bayi prematur dan matur. CRIES merupakan akronim dari indikator nyeri fisiologis
dan perilaku yang digunakan pada alat: menangis, membutuhkan oksigen yang
meningkat, peningkatan tanda vital, ekpresi dan tidak dapat tidur. Setiap indikator
dikaji dengan nilai dari 0 hingga 2. Skor nyeri total yang mungkin, yang menunjukkan
nyeri terburuk, adalah 10. Skor nyeri lebih besar dari 4 harus dianggap bermakna.
Alat ini digunakan pada bayi antara usia 32 minggu gestasi hingga 20 minggu setelah
lahir (Pasero, 2002).

4. Menejemen Nyeri Pada Neonatus


Tujuan manajemen nyeri pada neonatus adalah untuk (1) meminimalkan intensitas,
durasi, dan efek fisiologis terhadap nyeri dan (2) memaksimalkan kemampuan
neonatus untuk beradaptasi dan sembuh dari nyeri. Strategi nonfarmakologis dan
farmakologis digunakan.
a. Menejemen Nonfarmakologis
Pembedongan efektif dalam mengurangi respons motorik imatur yang berlebih.
Pembedongan dapat memberikan kenyamanan melalui indra lainnya, seperti
termal, taktil, dan propioseptif. Pengisapan dengan dot, dengan atau tanpa
sukrosa, merupakan usaha untuk menyamankan yang sering digunakan pada
neonatus. Kontak kulit ke kulit dengan ibu selama prosedur yang menyakitkan
dapat membantu untuk mengurangi nyeri. Mengombinasikan dengan metode
nonfarmakologis ini memberikan efek pengurangan nyeri yang lebih efektif.
Distraksi dengan stimulus visual, oral, auditori, atau taktil dapat membantu pada
bayi matur atau lebih besar (Clifford, Sringer, Christensen, & Mountain, 2004;
Walden & Franck, 2003).
b. Menejemen Farmakologis
Agen farmakologis digunakan untuk meredakan nyeri yang berhubungan dengan
prosedur pada neonatus. Anastesia lokal telah menjadi rutin selama prosedur
seperti insersi selang dada dan sirkumsisi. Anestesia topikal telah digunakan untuk

71
sirkumsisi, pungsi lumbal, pungsi vena, dan uji tusuk rumit. Analgetik non-opioid
(asetaminofen) efektif untuk nyeri ringan hingga sedang akibat kondisi inflamasi.
Morfin dan fentanil merupakan analgetik opioid yang paling banyak digunakan
untuk menejemen farmakologis nyeri pada neonatus. Injeksi intravena bolus atau
infus berkelanjutan memberikan kontrol nyeri yang efektif atau aman. Ketorolac
(Toradol) telah ditunjukkan efektif dalam menejemen nyeri pada neonatus
pascaoperasi.
Nyeri pascaoperasi pada neonatus harus ditangani dengan penggunaan dosis
bolus beberapa jam sekali atau drip berkelanjutan. Dosis yang diberikan bila
diperlukan (prn) tidak dianggap sebagai menejemen nyeri kronis atau
pascaoperasi yang efektif pada bayi. Kepercayaan terdahulu beranggapan bahwa
penggu naan opoid yang berkelanjutan pada neonatus selama periode pascaoperasi
mengakibatkan intubasi memanjang. Akibatnya, pada praktik terdahulu semua
opioid dihentikan beberapa jam sebelum dan sesudah ekstubasi, menghambat
redanya nyeri. Furdon, Eastman, Benjamin, dan Horgan (1998) menemukan
bahwa infus opioid yang berkelanjutan pada bayi tanpa kondisi patologis yang
mendasari pada paru-paru atau saraf sebenernya dapat mempersingkat waktu
untuk ekstubasi dan tidak menyebabkan masalah depresi saluran napas yang
membutuhkan intubasi tulang.
Metode lainnya untuk menangani nyeri pada neonatus adalah infus epidural,
blok saraf lokal dan regional, serta anestetik intradermal atau topikal. Cairan
sukrosa terkonsentrasi, terutama ketika diberikan dengan dot, dapat mengurai
nyeri yang berhubungan dengan pengambilan darah pada tumit dan fungsi vena
(Stevens, Yamada, & Ohlsson, 2004). Asetaminofen oral dapat diberikan pada
prosedur yang menunjukkan nyeri seperti sirkumsisi, pungsi vena, dan uji tusuk
tumit.

I. Rencana Pulang dan Pendidikan Kesehatan


Aktivitas perawatan bayi dapat menyebabkan kehancuran yang berlebihan pada orang tua
baru. dukungan dari petugas keperawatan dapat menjadi faktor penting dalam

72
menentukan apakah orang tua akan mencari dan menerima bantuan di masa mendatang.
baik anak tersebut merupakan bait pertama dari ibu atau pasangan atau dari remaja yang
ibunya akan menjadi pengasuh utama, dan baik orang tua mengikuti kelas persiapan
menjadi orang tua atau tidak, orang tua menghargai panduan antisipatif dalam perawatan
bayi mereka. perawat harus menghindari untuk mencoba memberikan seluruh informasi
pada satu waktu karena orang tua dapat menjadi bingung karena terlalu banyak informasi
dan menjadi khawatir. Namun, karena memulangkan Ibu baru secara Dini merupakan
praktik Umum dilakukan saat ini, mengajarkan seluruh informasi yang diperlukan dapat
menjadi tantangan bagi perawat karena keterbatasan waktu. Akibatnya, banyak institusi
telah mengembangkan program kunjungan rumah di mana dapat dilakukan pengajaran
yang diperlukan pada orang tua baru, walaupun perawat rumah sakit masih Memberikan
sebagian besar informasi yang penting pada perawatan bayi baru lahir.
Untuk membuat prioritas untuk mengajarkan perawat mengikuti permintaan dari
orang tua. pengetahuan yang kurang harus diidentifikasi sebelum memulai pengajaran
pertumbuhan dan perkembangan normal serta perubahan kebutuhan bayi (seperti, untuk
interaksi dan stimulasi personal, riwayat pertumbuhan, latihan, pencegahan terhadap
perlukaan, dan kontak social), juga topik-topik lainnya, harus disertakan dalam
perencanaan kepulangan dengan orangtua topik-topik keamanan harus diberikan.
1. Temperatur
a. Penyebab-penyebab peningkatan pada temperatur tubuh (seperti, dibedong terlalu
ketat, press dingin dengan vasokonstriksi yang mengikuti, atau respon minimal
terhadap infeksi) dan respon tubuh terhadap temperatur lingkungan yang ekstrem.
b. Cara untuk menjaga temperatur tubuh normal, seperti memakaikan bayi pakaian
yang sesuai dengan temperatur udara lingkungan dan melindungi bayi dari
paparan sinar matahari langsung.
c. Penggunaan pembungkus hangat atau selimut extra pada udara dingin.
d. Teknik pengukuran temperatur aksila pada bayi baru lahir.

2. Pernapasan
a. variasi normal pada laju dan irama pernafasan.
b. refleks seperti bersin untuk membersihkan jalan nafas.

73
c. perlunya untuk melindungi bayi dari hal-hal berikut
1) Terpajan dengan orang yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas dan
respiratori syncytial virus.
2) Terpajan asap rokok
3) Sufokasi akibat kasur yang terlalu lembut, kasur air, dan bangku dari kantong
biji-bijian; tenggelam (dalam air mandi); terjebak di bawah tempat tidur luas
atau tempat tidur lembut; apapun yang melilit di sekeliling leher bayi; tempat
bermain atau tempat tidur bayi yang tidak didirikan dengan baik.
d. Posisi tidur menaruh bayi pada posisi terlentang ketika menidurkan.
e. Menghindari penggunaan bedak bayi yang merupakan bahan yang sering terisap.
orang tua disarankan bahwa jika mereka ingin memakai bedak, bedak harus
diletakkan di tangan pengasuh dan Kemudian diaplikasikan pada kulit, jangan
menaburkan langsung pada kulit.
f. Gejala flu meliputi kongesti nasa,l pengeluaran mukus berlebihan, batuk batuk,
bersin, kesulitan dalam menelan atau bernafas, penurunan keinginan menyusu,
dan demam demam ringan.
g. Berikan susu sedikit-sedikit namun sering untuk mencegah kelelahan pada bayi.
h. Gendong bayi pada Posisi tegak setelah menyusui.
i. Untuk menidurkan, tinggikan kepala dan dada bayi dengan meninggikan mata
sebesar 30 derajat (jangan menggunakan bantal).
j. Hindari hembusan udara; jangan memakai pakaian secara berlebihan pada bayi.
k. Hanya menggunakan pengobatan yang diresepkan oleh dokter, (pengobatan flu
yang dijual bebas tidak sesuai untuk digunakan pada bayi dan harus dihindari.
(Sharfstein, North, & Serwint 2007).
l. Gunakan saline nasal tetes pada setiap lubang hidung dan disebut dengan
menggunakan pipet untuk mengurangi dan meredakan sekresi.

3. Jadwal menyusui
Bayi perlu menyusu sebanyak 8 sampai 12 kali dalam periode 24 jam. Pola menyusui
bervariasi karena setiap bayi berbeda. Beberapa bayi akan menyusu setiap 2 sampai 3

74
jam selama periode 24 jam. Bayi lainnya mungkin mempunyai pola kluster yaitu
menyusu setiap jam sebanyak 3 sampai 5 kali kemudian tidur selama 3 sampai 4 jam
diantaranya selama 24 sampai 48 jam pertama setelah lahir. Sebagian besar bayi
tidak bangun sesering ini untuk menyusu. Orang tua harus memahami bahwa mereka
harus membangunkan bayi untuk menyusu minimal setiap 3 jam pada siang hari dan
setiap 4 jam di malam hari.
Durasi satu sesi menyusu sangat bervariasi karena waktu transfer susu berbeda
pada setiap pasangan Ibu bayi. Waktu rata-rata awal menyusui adalah 30 sampai 40
menit atau sekitar 15 sampai 20 menit per payudara. Ketika bayi tumbuh, mereka
akan menjadi lebih efisien saat menyusu sehingga durasi menyusui berkurang.
Beberapa Ibu lebih memilih menyusui satu sisi yaitu bayi hanya menyusu
pada satu payudara setiap kali menyusu payudara pertama yang diberikan harus
ditukar pada setiap menyusui untuk memastikan bahwa tiap payudara menerima
rangsang yang seimbang dan sama-sama dikosongkan. Kenyataannya
menginstruksikan ibu untuk menyusui selama beberapa menit yang ditentukan tidak
selalu tepat. Ibu bisa menentukan kapan bayi sudah selesai menyusu. Pola menghisap
dan menelan bayi akan melambat, payudara akan melunak, dan bayi tampak kenyang
dan mungkin tertidur atau melepas putting.
Jika bayi tampaknya disusui dengan cukup dan keluaran urine juga cukup
namun pertambahan berat badan tidak memuaskan, Ibu bisa jadi menukar
payudaranya terlalu cepat. Hasil awal yang mengandung banyak laktosa namun
rendah lemak dapat menyebabkan bayi mengeluarkan banyak feses, nyeri karena gas,
dan tangisan yang tidak berhenti. Menyusui dengan satu payudara sampai lunak akan
memastikan bayi mendapatkan ASI tinggi lemak yang biasanya menyebabkan
naiknya berat badan.

4. Eliminasi
a. Warna urine normal dan jumlah berkemih 2 hingga 6 kali setiap hari
b. Perubahan pada warna dan konsistensi tinja seperti mekonium yang akan
mengalami transisi menjadi warna kuning muda atau kuning gelap dan jumlah
buang air besar serta bau tinja pada bayi yang disusui atau yang diberikan susu
formula

75
c. Bayi yang diberikan susu formula dapat buang air besar 1 hari sekali setelah
beberapa minggu pertama kehidupan tinja berbentuk seperti pasta atau
setengahpadat
d. Bayi yang disusui harus mengalami buang air besar minimal 3 kali setiap 24 jam
selama beberapa minggu pertama tinja berbentuk lembek dan mirip mustard yang
dicampur dengan keju bau kurang menyengat di bandingkan tinja pada bayi
dengan susu formula

5. Memposisikan dan menggendong


Imbauan AAP mengenai posisi tidur bayi dan sindrom kematian bayi mendadak
(2005b) merekomendasikan untuk meletakkan bayi pada posisi telentang selama
beberapa bulan pertama kehidupan untuk mencegah sindrom kematian bayi
mendadak (SIDS). posisi tengkurap diduga berkaitan dengan peningkatan insiden
SIDS. angka kematian dari SIDS telah menurun lebih dari 40% di Amerika Serikat
sejak kebijakan posisi tidur merekomendasikan posisi tidur terlentang pada semua
bayi baru lahir dibuat pada tahun 1992.
Secara anatomis, bentuk bayi dan data tulang belakang tidak melengkung
memudahkan bayi untuk berguling dari posisi menyamping ke posisi tengkurap; Oleh
karena itu, posisi berbaring menyamping untuk tidur tidak direkomendasikan. ketika
bayi bangun, tidur tengkurap dapat diberikan di bawah pengawasan orang tua
sehingga bayi dapat mulai untuk membentuk tonus otot yang sesuai untuk
merangkak; tidur tengkurap ini juga efektif dalam mencegah bentuk kepala yang
salah. dibutuhkan pengawasan untuk mencegah bayi berguling pada permukaan
datar, tanpa perlindungan. ketika bayi berada pada permukaan tersebut, orang tua
atau perawat harus teralihkan perhatiannya walau hanya sebentar dari bayi harus
selalu menggunakan satu tangan untuk menjaga bayi. bayi selalu digendong dengan
kepala ditopang karena bayi baru lahir tidak dapat untuk mempertahankan postur
kepala dengan tegak lebih dari beberapa waktu.

76
6. Ruam
a. Ruam popok
Mayoritas bayi akan mengalami ruam popok pada suatu waktu. dermatitis atau
inflamasi kulit tampak kemerahan, mengelupas, melenting, atau sebagai papul.
berbagai faktor yang berperan terhadap terjadinya ruam popok meliputi; popok
yang jarang diganti, diare, menggunakan celana plastik untuk di luar popok,
penggunaan diet bayi seperti ketika ditambahkan makanan padat, atau ketika ibu
menyusui mengkonsumsi makanan tertentu.
Orang tua diajarkan cara-cara untuk membantu mencegah dan mengobati
ruam popok. popok harus sering diperiksa dan diganti segera setelah bayi
berkemih atau buang air besar. air bersih dengan sabun lembut digunakan untuk
membersihkan area popok; jika di gunakan tisu basah untuk bayi, tidak boleh
yang mengandung alkohol dan wangi-wangian. kulit bayi harus dibiarkan benar-
benar kering sebelum memakai popok lainnya. membiarkan pantat terpajan
udara dapat membantu mengeringkan ruam popok. Oleh karena itu bakteri
tumbuh pada daerah yang gelap dan lembab, membuat kulit terpajan terhadap
udara yang kering akan mengurangi proliferasi bakteri. salep zinc oxide dapat
digunakan untuk melindungi kulit bayi dari kelembaban dan ekskoriasi (area
kulit yang mengelupas) lebih lanjut.
Walau ruam popok dapat menjadi peringatan pada orang tua dan mengganggu
bayi, Sebagian besar kasus menghilang dalam beberapa hari dengan pengobatan
rumah yang sederhana. terdapat beberapa kasus di mana ruam popok lebih serius
dan membutuhkan pengobatan medis.
Lingkungan yang lembab dan hangat pada area popok memberikan
lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan candida albicans; dermatitis
muncul di daerah sekitar anus, lipatan inguinal, serta perut bagian bawah. area
yang terinfeksi berwarna merah terang dengan batas tegas, pinggir melingkar,
dengan banyak Lesi satelit di sekitar Lesi yang lebih besar. umumnya sumber
infeksi berasal dari penanganan oleh orang yang tidak mencuci tangan dengan
baik. ruam ini juga dapat muncul dua sampai tiga hari setelah infeksi oral
(thrusb).
Terapi berupa penggunaan salep anti candida, seperti klotrimazol atau
mikonazol, setiap mengganti popok. Terkadang, bayi diberikan preparat oral anti

77
jamur seperti nystatin atau flukonazol untuk menghilangkan sumber infeksi dari
saluran cerna.
b. Ruam lainnya
Ruam pada kulit dapat disebabkan oleh garukan kuku jari bayi yang panjang atau
menyekat muka bayi dengan kain sprei, terutama jika bekas muntah tidak dicuci
segera. kulit bayi baru lahir memulai proses alami pengelupasan dan peluruhan
setelah lahir. kulit kering dapat diobati dengan lotion pH netral, namun hanya
boleh digunakan sesekali. ruam pada bayi baru lahir, erythema toxicum, umum
ditemukan dan tidak memerlukan pengobatan.

7. Pakaian
Orang tua sering menanyakan seberapa hangat mereka harus memakaikan baju pada
bayi mereka. Saran yang paling sederhana adalah dengan memakaikan baju anak
seperti memakaikan baju pada diri sendiri. Menambahkan atau mengganti pakaian
seperti menyelimuti anak jika diperlukan. Pakaian dari katun dan popok mungkin
cukup pada bayi kecil. Topi diperlukan untuk melindungi kulit kepala dan
meminimalkan kehilangan panas jika udara dingin atau melindungi terhadap sinar
matahari. Membungkus bayi dalam selimut mempertahankan temperatur tubuh dan
memberikan perasaan aman. Memakaikan pakaian berlebihan pada temperatur yang
panas dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Begitu pula bila berpakaian terlalu tipis
pada udara yang dingin. Orang tua disarankan untuk memakaikan baju yang tahan
api pada bayinya setiap saat. Mata bayi harus dilindungi jika sinar matahari terang
dan panas. Kacamata pelindung matahari untuk bayi tersedia untuk melindungi mata
bayi ketika di luar ruangan.

8. Keamanan: penggunaan sabuk pengaman


Bayi hanya boleh melakukan perjalanan dengan bangku pengaman menghadap ke
belakang yang terletak di bangku belakang dan telah memenuhi standar. Daerah yang
paling aman pada mobil adalah bangku belakang. Bangku pengaman mobil yang
menghadap ke belakang memberikan proteksi terbaik bagi leher bayi yang lemah dan
tidak proporsional serta kepala bayi yang berat. Pada posisi ini gaya tumbukan dari
depan menyebar ke seluruh kepala leher dan punggung. Serta punggung dari bangku
pengaman mobil mendukung tulang belakang.

78
Bangku pengaman mobil diamankan menggunakan sabuk pengaman bayi.
Diamankan menggunakan sistem pelindung pada bangku pengaman mobil. Jika bayi
harus duduk di bangku depan, kantung udara harus dimatikan untuk mencegah
perlukaan dari kantong udara.

9. Mengisap Dot
Menghisap adalah kesenangan utama bayi. Namun, kebutuhan mengisap dapat tidak
terpuaskan dengan menyusun atau pemberian susu formula saja. pada kenyataannya,
mengisap adalah dorongan yang sangat kuat, di mana bayi yang kurang menghisap,
seperti mereka dengan bibir sumbing, akan menghisab lidahnya. beberapa bayi baru
lahir dengan bantalan isap pada jari-jari mereka terbentuk selama mengisap dalam
uterus. beberapa keuntungan yang telah ditunjukkan oleh menghisap tanpa nutrisi ini
diantaranya peningkatan berat badan pada bayi premature, meningkatkan
kemampuan untuk mempertahankan keadaan terkontrol, dan mengurangi tangisan.
Terdapat bukti bahwa dot mencegah sindrom kematian bayi mendadak.
American Academy of pediatrics (2005) menyarankan bahwa orang tua dapat
memberikan dot saat istirahat atau waktu tidur. AAP merekomendasikan bahwa dot
digunakan ketika bayi berbaring untuk tidur Dan tidak dimasukkan kembali setelah
bayi tertidur. tidak perlu memaksa bayi untuk menggunakan dot. dot harus sering
dibersihkan dan diganti secara rutin serta tidak boleh dilapisi oleh larutan pemanis
pemanis apapun (AAP,2005b), AAP merekomendasikan bahwa penggunaan dot
harus dihindari pada bayi yang menyusu hingga proses menyusui berjalan dengan
baik (AAP,2005c).
Masalah timbul ketika orangtua khawatir terhadap menghisap jari, jempol,
atau dot dan mencoba untuk menahan kecenderungan alami ini. sebelum memberikan
saran, perawat harus mengetahui perasaan orang tua dan mendasari pedoman yang
diberikan Berdasarkan informasi yang diminta. sebagai contoh, beberapa orang tua
dapat tidak mempermasalahkan menghisap jari, namun menemukan penggunaan dot
merupakan pilihan. pada umumnya, perilaku ini tidak perlu untuk ditahan kecuali
jika mengisap jempol bertahan lebih dari usia 4 tahun atau melampaui waktu
tumbuhnya gigi tetap. orang tua disarankan untuk mengkonsultasikan dengan dokter
spesialis anak, dokter gigi anak, dan merawat anak mengenai topik ini.

79
Namun, penggunaan dot secara berlebihan oleh orang tua untuk menenangkan
bayi juga harus ditinjau. meletakkan dot pada mulut bayi segera setelah baik mulai
menangis biasa dilakukan oleh orang tua, sehingga menguatkan pada
ketidaknyamanan dan pereda nya.
Jika orang tua memilih untuk membiarkan bayinya menggunakan dot, mereka
harus sadar terhadap beberapa pertimbangan keamanan sebelum membelinya. dot
buatan rumah atau yang tidak dirancang dengan baik dapat berbahaya karena seluruh
objek berukuran kecil dapat ter aspirasi, atau dapat tersangkut di faring. dot yang di
improvisasi, seperti yang umumnya dibuat di rumah sakit dari bantalan puting
buatan, juga menyebabkan bahaya karena puting dapat terhisap dari pengikat plastik
dan aspirasi. dot yang aman berupa 1 buah donat yang terdiri atas pelindung atas
penahan yang cukup besar untuk mencegah masuknya dot ke dalam mulut dan
pegangan yang dapat digenggam.

10. Mandi dengan spons,perawatan tali pusar dan perawatan kulit


Memandikan bayi memberikan beberapa tujuan. Hal ini memberikan kesempatan
untuk membersihkan seluruh tubuh bayi, mengawasi kondisi bayi, meningkatkan
kenyamanan, dan sosialisasi hubungan orangtua-anak keluarga.
Pertimbangan penting dalam membersihkan kulit adalah mempertahankan
lapisan asam kulit yang dibentuk dari lapisan epidermis paling atas, keringat, lemak
superfisial, produk metabolik, dan substansi eksternal seperti cairan amnion dan
mikroorganisme. Saat lahir, kulit memiliki pH 6,4 dalam 4 hari pH dari permukaan
kulit bayi baru lahir menurun hingga dalam rentang bakteriostatik (pH kurang dari 5).
Oleh karena itu, hanya air bersih dan hangat yang boleh digunakan untuk mandi.
Selama periode 4 hari ini, sabun basa seperti Ivory dan minyak, bedak, dan lotion
tidak boleh digunakan selama masa ini karena mereka akan mempengaruhi lapisan
asam yang akan menjadi media pertumbuhan bakteri,
Walaupun teknik dengan menggunakan spons umum digunakan memandikan
bayi baru lahir, dengan perendaman ditemukan menyebabkan kehilangan panas yang
lebih sedikit dan lebih sedikit memicu tangisan. Memandikan dengan merendam
merupakan alternatif yang aman dari memandikan dengan spons yang dilakukan pada
kondisi bayi yang stabil tidak terdapat instabilitas temperature, gangguan pernapasan,
atau jantung, dan bayi dikeringkan segera setelahnya serta dihangatkan. Memandikan
setiap hari tidak diperlukan untuk menjaga kebersihan dan dapat membahayakan

80
karena merusak integritas kulit bayi baru lahir. Membersihkan perineum setelah
berkemih atau buang air besar dan membersihkan wajah setiap hari sudah cukup
memadai sampai mandi pertama kali selesai. Petugas harus menggunakan sarung
tangan dalam menangani bayi baru lahir.
Waktu mandi bayi memberikan kesempatan yang luar biasa untuk interaksi
sosial antara orang tua dan bayi. Ketika memandikan bayi, orangtua dapat berbicara
pada bayi, memberikan kasih sayang, dan menggendong bayi, serta menyatu dalam
bangkitan emosi, imitasi ekspresi wajah dan senyuman. Untuk memandikan bayi,
orang tua dapat memilih waktu yang mudah bagi mereka dan ketika bayi terbangun,
biasanya sebelum menyusui.
Tali pusat mulai mengering dan menghitam pada hari ke-2 atau ke-3
kehidupan bergantung pada metode pembersihan yang digunakan. Umbilikus harus
sering diinspeksi terhadap adanya tanda-tanda infeksi (seperti bau busuk, kemerahan,
sekret purulent), granuloma (seperti polip kecil, kemerahan, dan kasar di mana tali
pusat terpisah), pendarahan, dan adanya sekret. Klem tali pusat dilepaskan ketika tali
pusat mengering dalam 24 jam. Tali pusat normalnya akan terlepas dalam 10 sampai
14 hari setelah lahir. Namun dapat tetap menempel hingga 3 minggu pada beberapa
kasus. Orang tua diajarkan cara perawatan tali pusat yang tepat di rumah dan waktu
perkiraan terjadinya pelepasan tali pusat.

11. Perawatan berkala bayi


Dengan waktu rawat rumah sakit yang lebih singkat, fokus dan area perawatan bayi
berubah. Perawatan di rumah dapat diberikan baik oleh perawat sebagai bagian dari
perawatan lanjutan pada pasien secara rutin atau melalui perawat yang berkunjung
atau perawat kesehatan komunitas dan institusi rujukan. Bagi bayi-bayi yang
dipulangkan secara dini, perawatan rumah untuk bayi baru lahir penting dilakukan.
Orang tua harus merencanakan pelayanan kesehatan lanjutan bagi bayi mereka
pada usia usia selanjutnya dalam 3 hari. Bila dipulangkan secara dini atau yang
sesuai untuk mengkaji status jaundis, menyusui, dan eliminasi.
a. Imunisasi
Jadwal untuk imunisasi harus dibahas dengan orang tua. Saat ini vaksin HB
diberikan sebelum bayi baru lahir dipulangkan dari rumah sakit, bergantung pada
status HB ibu, atau dalam satu bulan setelah lahir. Perawat harus mengenal
jadwal ini dan harus memberikan instruksi tertulis pada orang tua mengenai

81
kapan dan dimana untuk mendapatkan imunisasi. Jadwal imunisasi berubah
secara periodik dan perawat dapat memperbarui berbagai informasi yang
diperlukan dengan melihat situs web www.cdc.gov. Kemampuan bayi untuk
melindungi dirinya sendiri terhadap antigen melalui pembentukan antibodi
berkembang secara bertahap. Oleh karena itu, bayi harus memiliki kemampuan
yang berkembang dalam respons antibodi. Antibodi inilah yang merupakan
alasan untuk merencanakan imunisasi bertahap pada bayi.
b. Resusitasi jantung paru-paru
Semua petugas yang bekerja dengan bayi harus memiliki sertifikasi resusitasi
jantung paru (RJP) bayi yang terkini. Orang tua harus mendapatkan petunjuk
bagaimana mengatasi sumbatan jalan nafas dan resusitasi jantung paru.
Pengajaran mengenai hal ini seringkali diberikan di rumah sakit dan klinik-klinik
selama periode prenatal atau pada orang tua dari bayi baru lahir. Petunjuk-
petunjuk ini terutama penting bagi orang tua dengan bayi prematur atau memiliki
masalah jantung atau pernafasan. Pengasuh bayi juga harus mempelajari RJP.

12. Saran saran praktik selama beberapa minggu pertama dirumah


Banyak perubahan terjadi selama beberapa minggu pertama menjadi orang tua.
manajemen perawatan harus ditunjukkan untuk membantu orang tua beradaptasi
dengan perawatan bayi, perubahan peran, perubahan gaya hidup, dan perubahan
dalam struktur keluarga dikarenakan hadirnya bayi baru. kemampuan dan
kepercayaan diri yang sedang berkembang dalam merawat bayi dapat menimbulkan
kecemasan. panduan antisipasi dapat membantu mencegah rasa kaget terhadap
kenyataan transisi dari rumah sakit atau tempat bersalin ke rumah yang dapat
mengurangi kegembiraan orang tua dan menyebabkan stres pada mereka. sebagai
contoh, perawat dapat mengajarkan orang tua beberapa strategi yang dapat
membantu bayi yang gelisah, mencegah menangis, dan membuat tenang atau tertidur.
a. Petunjuk untuk beberapa hari pertama di rumah
Orang tua, terutama untuk yang pertama kali menjadi orang tua, harus dibantu
untuk mengantisipasi kejadian-kejadian selama transisi dari rumah sakit ke
rumah. bahkan strategi yang paling sederhana pun dapat memberikan dukungan
yang banyak. informasi tertulis yang meningkatkan edukasi sangat membantu
bagi orang tua, juga daftar sumber-sumber komunitas yang tersedia, baik lokal
dan nasional, serta situs situs web yang memberikan informasi yang dapat

82
dipercaya mengenai perawatan anak. kelas kelas pada periode prenatal atau
selama perawatan post partum cukup membantu. intruksi untuk beberapa hari
pertama di rumah harus meliputi setidaknya Aktivitas kehidupan sehari-hari,
menerima tamu, dan beraktivitas, serta beristirahat.
Aktivitas kehidupan sehari-hari. Memenuhi permintaan bayi baru lahir,
ketidaknyamanan ibu atau kelelahan yang berhubungan dengan melahirkan, serta
hari-hari penuh kesibukan setelah kepulangan di rumah, bahkan hal kecil dalam
kehidupan sehari-hari pun dapat membuat stres. Usaha-usaha seperti
menggunakan popok sekali pakai, menyiapkan makanan beku atau microwave
selama kehamilan, atau membeli makanan di luar dapat mengurangi stres dengan
menghilangkan setidaknya satu atau dua tanggung jawab orang tua selama
beberapa hari pertama di rumah.
Rencana untuk dipulangkan segera setelah menyusui pada bayi meningkatkan
kemampuan bahwa pasangan akan memiliki waktu yang cukup untuk pulang
kerumah dan relatif telah beradaptasi sebelum menyusui berikutnya. Membelikan
sekotak sampel susu botol yang belum diaduk pada bayi yang diberikan susu
formula dapat mencegah kebutuhan untuk persiapan susu formula yang terburu-
buru.
Tamu. Orangtua baru seringkali tidak cukup siap terhadap kenyataan bahwa
bayi baru pulang ke rumah karena mereka terlalu meromantisasi kepulangan ke
rumah. Seorang ibu menyatakan bahwa. “ketika kami berkendara pulang selama
satu jam melalui kemacetan, jahitan saya terasa nyeri, dan yang saya inginkan
adalah berendam di air hangat serta waktu pribadi dengan Bill dan sang bayi.
Namun, kemudian begitu kami tiba di rumah, para tamu satu mobil penuh datang
Sepertinya saya Saya ingin menangis aja.”
Perawat dapat membantu orang tua menemukan cara yang terbaik untuk
menyatakan kebutuhan mereka membatasi tamu. Ketika keluarga dan teman
menanyakan apa yang dapat mereka bantu, orang tua baru dapat meminta mereka
untuk mempersiapkan dan membawa mereka makanan, yang dapat digunakan
segera atau dibutuhkan untuk disimpan atau membelikan barang barang di toko.
Orang tua dapat memberikan tanda-tanda kepada pasangannya bahwa ibu sudah
lelah atau tidak nyaman dan membutuhkan pasangannya untuk mengundang
tamu-tamu keruangan lainnya atau untuk meninggalkan ibu. Beberapa ibu
menemukan bahwa menggunakan daster dan tampak tidak siap untuk menemani

83
tamu membuat tamu sehingga dalam waktu lebih singkat. Tanda di depan pintu
yang bertuliskan, “ibu dan bayi sedang beristirahat mohon jangan diganggu”
dapat berguna.
Aktivitas dan istirahat. Oleh karena Ibu mengeluhkan kelelahan menjadi
masalah utama selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan, mereka
butuh didukung untuk membatasi aktivitas mereka dan menjadi lebih realistis
terhadap tingkat kelelahan mereka. Aktivitas dibatasi agar tidak terlalu lama
keluarga, teman, atau tetangga dapat diminta untuk mendukung dan membantu
menyediakan makanan, membersihkan rumah, menjemput anak lainnya, dan lain-
lain. Periode istirahat dalam keseharian sangat penting. Ibu dapat beristirahat
ketika bayi tidur. Nutrisi yang adekuat juga penting untuk masa penyembuhan
post partum dan dalam mengatasi kelelahan.
b. Panduan antisipatif terhadap bayi baru lahir
Panduan antisipatif membantu mempersiapkan orang tua Baru terhadap hal-hal
yang akan terjadi ketika bayi mereka tumbuh dan berkembang. 0rang tua dengan
pemikiran realistis terhadap kebutuhan dan perilaku baik lebih siap untuk
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan bayi baru dan menjadi orang tua itu
sendiri.
Orang tua baru dapat di dibingungkan oleh sejumlah besar informasi dan
menjadi cemas. Panduan antisipatif harus meliputi hal-hal berikut: siklus tidur-
bangun bayi baru lahir, interpretasi menangis dan teknik untuk mendiamkan,
perjalanan perkembangan bayi, pencapaian sensoris dan stimulasi bayi,
mengenali tanda-tanda penyakit, pemeriksaan kesehatan berkala, serta imunisasi.
Memberikan materi tercetak dan merekam audio atau video untuk dibawa pulang
orang tua sangat membantu. Dengan banyaknya penggunaan internet, orang tua
juga dapat diberikan daftar situs-situs Web yang dapat diakses untuk mencari
informasi.
Perkembangan rutinitas siang dan malam. Perawat dapat membantu
mempersiapkan orang tua baru untuk menghadapi kenyataan bahwa sebagian
besar bayi baru lahir tidak dapat membedakan antara siang dan malam dan harus
mempelajari Irama rutinitas siang dan malam. Perawat harus memberikan saran-
saran dasar untuk membuat bayi baru lahir menjadi terbiasa dan membantu
mereka membentuk utilitas yang dapat diprediksi contoh dari beberapa saran
meliputi:

84
1) Pada sore hari, bawa bayi keluar ke tengah-tengah aktivitas keluarga. Biarkan
bayi berada di sana hingga malam. Jika bayi tertidur biarkan bayi berada di
bangku baik atau pada lengan seseorang Gunakan tempat tidur bayi untuk
tidur di malam hari.
2) Mandikan bayi sesaat sebelum waktu tidur. Aktivitas ini menenangkan bayi
dan membantu mereka menyalurkan energi.
3) Berikan makan pada bayi pada waktu paling malam sekitar pkl. 23.00 dan
letakkan bayi untuk tidur di tempat tidur bayi.
4) Untuk menyusui di malam hari dan pergantian popok, hidupkan lampu
malam yang kecil untuk menghindari nyala lampu yang terang. Berbicara
dalam bisikan halus pegang bayi dengan lembut dan hanya sebatas yang
diperlukan untuk menyusui dan pergantian popok. Menyusui adalah satu-
satunya kegiatan yang dilakukan dan jangan mengajaknya bermain. Bayi
biasanya kembali tertidur bila ruangan sunyi dan gelap.

Rutinitas stabil dan terprediksi berkembang perlahan pada sebagian besar


bayi; namun beberapa bayi tidak pernah mengalaminya. Orang tua bahwa akan
beradaptasi lebih baik jika mereka lebih fleksibel dan memasrahkan beberapa
urusan dalam minggu-minggu pertama.

Interpretasi tangkisan dan teknik untuk mendiamkan. Menangis


merupakan komunikasi sosial bayi yang pertama. Beberapa bayi menangis lebih
banyak dibandingkan bayi lainnya, namun semua bayi menangis. Mereka
menangis untuk mengomunikasikan bahwa mereka lapar, tidak nyaman, basah,
sakit, atau bosan dan tekanan tanpa alasan yang ditemukan. Semakin lama orang
tua bersama bayinya, akan semakin mudah bagi mereka untuk menginterpretasi
tangisan bayi mereka. Banyak bayi memiliki periode gelisah sepanjang hari,
sering kali sore hari atau menjelang malam ketika semua orang sudah lelah.
Ketegangan lingkungan menambah lama dan intensitas tangisan. Bayi juga
memiliki periode menangis kuat ketika tidak ada yang bisa menyamankan.
Periode menangis ini dapat berlangsung lama hingga mereka tertidur. Mungkin
bayi mencoba untuk membuang cukup energi untuk membuat mereka menjadi
nyaman. Perawat perlu untuk meyakinkan orangtua baru bahwa waktu dan
maturasi bayi akan menghilangkan jenis tangisan seperti ini.

85
Menangis dikarenakan kolik merupakan permasalahan yang umum bagi
orang tua baru. Bayi dengan konflik tidak dapat diredakan tangisannya selama
beberapa jam, menarik kakinya ke arah perut, dan membuang gas dalam jumlah
besar. Tidak ada satupun yang mengetahui konflik seperti apa itu atau mengapa
bayi dapat mengalaminya. Orang tua dapat disarankan untuk menghubungi
perawat atau dokter spesialis anak jika mereka menduga bayi mengalami kolik.

Beberapa jenis stimulasi sensori dapat menenangkan dan mendiamkan


bayi serta dapat membantu mereka tertidur. Karakteristik penting dari stimulasi
sensori ini, baik taktil, vestibularis, auditoris, atau visual-bersifat lembut,
perlahan, dan ritmik serta terdapat secara konsisten dan teratur. Stimulasi taktil
dapat meliputi kehangatan, menepuk, menggosok punggung, dan membungkus
kulit dengan pakaian bertekstur. Pembedongan untuk menahan lengan dan
tungkai dekat dengan tubuh (seperti di dalam uterus) memberikan stimulasi taktil
menyeluruh dan konstan serta perasaan aman. Stimulasi vestibularis terutama
efektif dan dapat dilakukan dengan pergerakan ritmik yang lembut seperti
mengayunkan atau dengan menggendong bayi pada posisi tegak, seperti pada
bahu orang tua.

Perawat dapat mengajarkan orang tua beberapa strategi yang membantu


mendiamkan bayi yang gelisah, mencegah bayi menangis, dan membuat bayi
tenang atau tertidur.

Perjalanan perkembangan bayi. Pengetahuan akan pertumbuhan dan


perkembangan bayi membantu orang tua memiliki pemikiran yang realistis
terhadap apa yang bisa dilakukan bayi. Ketika orang tua mengerti dan
menghargai keterbatasan dan perkembangan kemampuan bayi mereka,
penyesuaian menjadi orang tua dapat berjalan lebih mulus. Menekankan
individualitas pada bayi meningkatkan kapasitas keluarga untuk memberikan bayi
mereka lingkungan pengasuhan yang optimal.

Brazelton (1995) menyarankan konsep “titik capai” untuk intervensi, yaitu


titik dimana perubahan pada sistem (bayi, orang tua, dan keluarga) disebabkan
oleh lonjakan perkembangan bayi (kognitif, motorik, atau emosional). Segera

86
sebelum setiap lonjakan dalam perkembangan terdapat periode singkat yang
dapat diprediksi dimana bayi tidak terkontrol. Orang tua cenderung merasa
bingung dan juga cemas. Oleh karena itu periode ini dapat terprediksi, perawat
dapat memberikan orang tua panduan antisipatif untuk membantu mereka
memahami apa yang terjadi dalam perkembangan bayi dan mempersiapkan
mereka untuk lonjakan perkembangan selanjutnya.

Perawat harus memberikan orang tua informasi mengenai pertumbuhan


dan perkembangan bayi dari bulan ke bulan. Informasi tertulis yang dapat
memberikan orang tua informasi di kemudian hari sangat membantu.

Stimulasi bayi. Berinteraksi dengan orang tua mereka merupakan cara


yang penting di mana bayi mempelajari mengenai diri mereka dan
lingkungannya. Perawat dapat mengajarkan orang tua berbagai cara untuk
menstimulasi perkembangan bayi mereka dan untuk memperkaya lingkungan
belajar bayi. Perawat kesehatan rumah dapat mengevaluasi lingkungan rumah dan
memberikan saran-saran kepada orang tua untuk memicu perkembangan fisik,
kognitif, dan emosional bayi.

J. Penilaian Maturitas Bayi Baru Lahir


APGAR SCORE
1. Pengertian Nilai APGAR
Nilai APGAR pertama kali diperkenalkan oleh dokter anastesi yaitu dr. Virginia
APGAR pada tahun 1952 yang mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk
menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit, yang dinilai terdiri atas 5
komponen, yaitu frekensi jantung (pulse), usaha nafas (respiration), tonus otot
(activity), refleks pada ransangan (grimace) dan warna kulit (appearance) (American
Academy of Pediatrics (2006) dalam Kosim, 2010).
Menurut Prawirohardjo (2010) nilai APGAR adalah suatu metode sederhana
yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran. Penilaian
ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak, yang dinilai
adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot
(muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli)
yaitu dengan memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan.

87
Tabel Kriteria APGAR

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim


Warna Kulit Seluruh badan Warna kulit Warna kulit Appearance
biru atau pucat tubuh normal tubuh, tangan,
merah muda, dan kaki
tetapi tangan dan normal merah
kaki kebiruan muda, tidak ada
sianosis
Denyut Jantung Tidak ada < 100x/menit >100x/menit Pulse
Respon Reflek Tidak ada Meringis atau Meringis atau Grimace
respons menangis lemah bersin atau
terhadap ketika batuk saat
stimulasi distimulasi stimulasi
saluran napas
Tonus Otot Lemah atau Sedikit gerakan Bergerak aktif Activity
tidak ada
Pernafasan Tidak ada Lemah atau Menangis kuat, Respiration
tidak teratur pernapasan baik
dan teratur
Sumber : American Academy of Pedatrics, 2006 dalam Kosim (2010)

Nilai APGAR diukur pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran.
Pengukuran pada menit pertama digunakan untuk menilai bagaimana ketahanan bayi
melewati proses persalinan. Pengukuran pada menit kelima menggambarkan sebaik
apa bayi dapat bertahan setelah keluar dari rahim ibu. Pengukuran nilai APGAR
dilakukan untuk menilai apakah bayi membutuhkan bantuan nafas atau mengalami
kelainan jantung (Prawirohardjo, 2010).

Menurut Novita (2011) nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1


menit dan 5 menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus segera dimulai
sesudah bayi lahir. Apabila memerlukan intervensi berdasarkan penilaian pernafasan,
denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus segera dilakukan. Nilai
APGAR dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian

88
efektivitas upaya resusitasi. Apabila nilai APGAR kurang dari 7 maka penilaian
tambahan masih diperlukan yaitu 5 menit sampai 20 menit atau sampai dua kali
penilaian menunjukan nilai 8 atau lebih. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-
mata ditentukan oleh tiga tanda penting yaitu pernafasan, denyut jantung, dan warna.
Resusitasi yang efektif bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen, dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung
dan alat vital lainnya (Novita, 2011).

2. Klasifikasi Nilai APGAR


Berdasarkan penilaian APGAR dapat diketahui derajat vitalis bayi adalah :
kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk
kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan
reflek-reflek primitif seperti mengisap dan mencari puting susu, salah satu
menetapkan derajat vitalis dengan nilai APGAR (IDAI, 1998)

Tabel Derajat Vitalis Bayi Lahir Menurut Nilai APGAR

Klasifikasi Nilai APGAR Derajat Vitalis


A 7-10  Tangisan kuat disertai gerakan aktif
Asfiksia ringan atau tanpa asfiksia
B 4-6  Penapasan tdak teratur, atau tidak ada
Asfiksia sedang pernapasan
 Denyut jantung lebih dari 100x/menit
C 0-3  Tidak ada pernapasan
Asfiksia berat  Denyut jantung kurang dari 100x/menit
D 0  Tidak ada pernapasan
FreStilBirth  Tidak ada denyut jantung
(bayi lahir mati)
Sumber : IDAI (1998)

Bayi baru lahir dievaluasi dengan nilai APGAR, tabel tersebut dapat untuk
menentukan tingkat atau derajat asfiksia, apakah ringan, sedang, atau asfiksia berat.
Menurut (Prawirohardjo, 2010) klasifikasi klinik nilai APGAR adalah sebagai
berikut:
a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

89
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung 100 x/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat, dan terkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas
kembali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung lebih dari 100
x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-10).

3. Faktor yang Memengaruhi Nilai APGAR


Menurut Wijanksastro, H (2009) faktor-faktor yang dapat menyebabkan asfiksia
neonatorum adalah sebagai berikut:
a. Faktor ibu
1) Hipoksia ibu
Menurut Graccia, AJ (2004) hipoksia adalah keadaan rendahnya konsentrasi
oksigen di dalam sel atau jaringan yang dapat mengancam kelangsungan
hidup sel. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
obat analgetik atau anastesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan
hipoksia janin dengan segala akibatnya. Angka normal denyut jantung janin
berkisar 120 – 160 denyut/menit. Hipoksia janin terjadi apabila janin
mengalami takikardia (jantung janin > 160 denyut/menit) dan bradikardia
(jantung janin < 120 denyut/menit) (Arvin, BK., 2000).
2) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Umur ibu tidak secara langsung berpengaruh terhadap kejadian asphixia
neonatorum, namun demikian telah lama diketahui bahwa umur berpengaruh
terhadap proses reproduksi. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 – 30 tahun (Prawirohardjo,
2010). Pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia >35 tahun sudah
mengalami penurunan (Saifuddin, AB., 2006).
Dalam penelitian Zakaria di RSUP M. Jamil Padang tahun 1999
(dikutip oleh Ahmad) menemukan kejadian asphyxia neonatorum sebesar
36,4% pada ibu yang melahirkan dengan usia kurang dari 20 tahun dan 26,3%
pada ibu dengan usia lebih dari 34 tahun, dan hasil penelitian dari Ahmad di

90
RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung tahun 2000, menemukan bayi yang
lahir dengan asphyxia neonatorum 1,309 kali pada ibu umur kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun.
3) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang memperoleh janin yang dilahirkan.
Paritas yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan dan
persalinan yang dapat menyebabkan terganggunya transport oksigen dari ibu
ke janin yang akan menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR
score menit pertama setelah lahir (Manuaba I., 2007)
4) Penyakit pembuluh darah ibu
Penyakit yang mengganggu pertukaran gas janin: hipertensi, hipotensi,
gangguan kontraksi uterus dan lain-lain (Winkjosastro,H., 2009). Hipertensi
adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran
tekanan darah dilakukan 2 kali selang 4 jam. Hipotensi dapat memberikan
efek langsung terhadap bayi merupakan kondisi tekanan darah yang terlalu
rendah, yaitu apabila tekanan darah sistolik < 90 mmHg dan tekanan darah
diastolik < 60 mmHg (Prawirohardjo, 2010).

Tabel Penggolongan Tekanan Darah Berdasarkan Tekanan Sistolik – Diastolik

Tekanan Darah Sistolik Diastolik MAP


Hipotensi Dibawah 90 Dibawah 60 <70
Normal 90-119 60-79 70-92
Pre-hipertensi 120-139 80-89 93-106
Hipertensi (stadium 1) 140-159 90-99 107-119
Hipertensi (stadium 2) 160-179 100-109 120-132
Sumber : Susalit, dkk (2001)

5) Sosial ekonomi
Menurut Lubis (2003) bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin. Masalah pada ibu antara
lain: anemia, perdarahan, terkena penyakit infeksi dan komplikasi pada
persalinan, sedangkan masalah pada bayi antara lain: mempengaruhi
pertumbuhan janin, abortus, kematian neonatal, bayi lahir mati, cacat bawaan,

91
anemia pada bayi, asfiksia intra partum, dan BBLR. Adapun ciri – ciri KEK
adalah : ibu yang ukuran LILA nya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau
beberapa kriteria sebagai berikut : berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg,
tinggi badan ibu < 145 cm, berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45
kg, indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 dan ibu menderita
anemia (Hb < 11 gr%) (Weni, 2010).
6) Gangguan kontraksi ibu
Disfungsi uterus didefinisikan sebagai ketidak efisiennya atau tidak
terkoordinasinya kontraksi uterus, ketidakmampuan untuk dilatasi servik dan
juga melahirkan yang lama. Disfungsi uterus ditandai oleh kontraksi intensitas
rendah dan jarang serta lambatnya kemajuan persalinan (Leveno et al., 2009).
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama kala I persalinan.
Tujuan pengisian partograf adalah adalah untuk memantau dan
mengobservasi kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan servik,
penurunan kepala janin, serta kontraksi uterus. Dalam partograf terdapat
kolom-kolom untuk menilai kemajuan persalinan. Pada kolom dan lajur
kedua partograf merupakan tempat pencatatan kemajuan pembukaan servik 0
sampai dengan 10 cm. Sedangkan di bawah lajur waktu partograf terdapat
kotak-kotak yang merupakan tempat penilaian kontraksi uterus meliputi lama
kontraksi, yang dihitung dengan satuan detik, frekwensi kontraksi yang
dihitung dalam 10 menit dan intensitas kontraksi (JNPK KR. DepKes RI,
2008).
b. Faktor Plasenta
1) Plasenta tipis, kecil, dan tidak menempel sempurna
Dalam kehamilan, fungsi utama plasenta adalah sebagai organ penyalur
bahan-bahan makanan dan oksigen yang diperlukan oleh jani dari darah ibu ke
dalam darah janin dan juga mengadakan mekanisme pengeluaran
produkproduk ekskretoris dari janin kembali ke ibu (Guyton AC., 2008).
Plasenta yang normal akan mampu melaksanakan fungsi tersebut
dalam menunjang pertumbuhan janin. Plasenta normal pada saat aterm
berbentuk seperti cakram, berwarna merah tua, dengan berat 500-600 gr,
diameter 15-25 cm, lebih kurang 7 inci tebal sekitar 3 cm. Panjang tali pusat
40-50 cm dengan diameter 1-2 cm (Cunningham, 2006 dan Sloane E., 2004).
Gangguan pertukaran gas di plasenta yang akan menyebabkan asfiksia janin.

92
Pertukaran gas antara ibu dan janin di pengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya: plasenta previa dan solusio plasenta. (Manuaba I., 2007).
2) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya
sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku pada kehamilan di atas 22
minggu atau berat janin > 500 gr (Prawirohardjo, 2010). Gambaran klinisnya
adalah solusio plasenta ringan: terdapat pelepasan sebahagian kecil plasenta,
solusio plasenta sedang: plasenta terlepas ¼ bagian, solusio plasenta berat:
plasenta telah terlepas dari 2/3 permukaannya.
Pada pemeriksaan plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang
biasanya menempel di belakang plasenta yang disebut hematoma
retroplacenter. (Brudenell & Michael, 1996).
3) Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim,
sehingga menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri internum.
Insidensi plasenta previa adalah 0,4%-0,6%, perdarahan dari plasenta previa
menyebabkan kirakira 20% dari semua kasus perdarahan ante partum. 70%
pasien dengan plasenta previa mengalami perdarahan pervaginam yang tidak
nyeri dalam trimester ke tiga, 20% mengalami kontraksi yang disertai dengan
perdarahan, dan 10% memiliki diagnosa plasenta previa yang dilakukan tidak
sengaja dengan pemeriksaan ultrasonografi atau pemeriksaan saat janin telah
cukup bulan. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai syok
sedangkan pada janin dapat menimbulkan asphyxia neonatorum sampai
kematian janin dalam rahim (Manuaba I., 2007).

c. Faktor Janin
1) Prematur
Bayi prematur adalah bayi lahir dari kehamilan antara 28 – 36 minggu. Bayi
lahir kurang bulan mempunyai organ-organ dan alat tubuh belum berfungsi
normal untuk bertahan hidup di luar rahim. Makin muda umur kehamilan,
fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga semakin

93
buruk. Karena masih belum berfungsinya organ-organ tubuh secara sempurna
seperti sistem pernafasan maka terjadilah asfiksia (DepKes RI, 2002).
2) BBLR dan IUGR
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Menurut WHO (2003), BBLR dibagi tiga group yaitu
prematuritas, Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) dan karena keduanya.
BBLR sering digunakan sebagai indikator dari IUGR di negara berkembang
karena tidak tersedianya penilaian usia kehamilan yang valid. BBLR ini
berbeda dengan prematur karena BBLR diukur dari berat atau massa,
sedangkan prematur juga belum tentu BBLR kalau berat lahirnya di atas 2500
gram. Namun dibanyak kasus kedua kondisi ini muncul bersamaan karena
penyebabnya saling berhubungan. IUGR biasanya dinilai secara klinis ketika
janin lahir dengan mengkaitkan ukuran bayi yang baru lahir kedurasi
kehamilan. Ukuran kecil untuk usia kehamilan atau ketidakmampuan janin
janin untuk mencapai potensi pertumbuhan menunjukkan IUGR. Bayi dengan
IUGR didiagnosis mungkin BBLR usia kehamilan aterm (> 37 minggu
kehamilan dan <2500 gram).
3) Gemeli
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan
ganda dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi.
Pertumbuhan janin kehamilan ganda tergantung dari faktor plasenta apakah
menjadi satu atau bagaimana lokalisasi implementasi plasentanya.
Memperhatikan kedua faktor tersebut, mungkin terdapat jantung salah satu
janin lebih kuat dari yang lainnya, sehingga janin mempunyai jantung yang
lemah mendapat nutrisi O2 yang kurang menyebabkan pertumbuhan
terhambat, terjadilah asfiksia neonatorum sampai kematian janin dalam rahim
(Manuaba I, 2007).

4) Gangguan tali pusat


Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat

94
menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin
(Wijangsastro, H., 2009)
5) Kelainan Congenital
Kelainan congenital adalah suatu keainan pada struktur, fungsi maupun
metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan.
d. Faktor Persalinan
Faktor-faktor persalinan yang dapat menimbulkan asfiksia adalah:
1) Partus lama
Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,
dan lebih 18 jam pada multi. Partus lama masih merupakan masalah di
Indonesia. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi
baik terhadap ibu maupun pada bayi, dan dapat meningkatkan angka kematian
ibu dan bayi (Mochtar, 2004).
2) Partus dengan tindakan
Persalinan dengan tindakan dapat menimbulkan asfiksia neonatorum yang
disebabkan oleh tekanan langsung pada kepala: menekan pusat-pusat vital
pada medula oblongata, aspirasi air ketuban, mekonium, cairan lambung dan
perdarahan atau oedema jaringan pusat saraf pusat (Manuaba, I., 2007).

Menurut Aminullah (2005) faktor-faktor pencetus rendahnya nilai APGAR


(asphyxia neonatorum)
a) Hipoksia janin penyebab terjadinya asphyxia neonatorum adalah adanya
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga
berdampak persediaan O2 menurun, mengakibatkan tingginya CO2. Gangguan
ini dapat berlangsung secara kronis akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama
kehamilan atau secara akut karena adanya komplikasi dalam persalinan.
b) Gangguan kronis pada ibu hamil tersebut, bisa akibat dari gizi ibu yang buruk,
penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung dan lain-lain.
Pada akhir-akhir ini, asphyxia neonatorum disebabkan oleh adanya gangguan
oksigenisasi serta kekurangan zat-zat makanan yang diperoleh akibat
terganggunya fungsi plasenta. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang
bersifat akut dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin akan
berakhir dengan asphyxia neonatorum pada bayi baru lahir. Sedangkan faktor
dari pihak ibu adanya gangguan his seperti hipertonia dan tetani, hipotensi

95
mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, gangguan
mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta.
c) Faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat akibat tekanan tali
pusat, depresi pernafasan karena obat-obatan anastesi/analgetika yang diberikan
ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika,
atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru-paru dll.

Menurut Novita (2011) seorang bayi mengalami kekurangan oksigen, maka


akan terjadi napas cepat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan napas akan berhenti,
denyut jantung mulai menurun dan tonus otot berkurang secara berangsur, dan bayi
memasuki periode apneu primer. Apneu primer yaitu bayi mengalami kekurangan
oksigen dan terjadi pernapasan yang cepat dalam periode singkat, dimana terjadi
penurunan frekuensi jantung. Pemberian rangsangan dan oksigen selama periode ini
dapat merangsang terjadinya pernapasan. Selanjutnya, bayi akan memperlihatkan
usaha nafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan. Apabila asfiksia
berlanjut, bayi akan menunjukan pernapasan gasping (megap-megap), denyut
jantung menurun, tekanan darah menurun, dan bayi tampak lemas (flaksid).
Pernapasan semakin lemah sampai akhirnya berhenti, dan bayi memasuki periode
apneu sekunder. Apneu sekunder yakni pada penderita asfiksia berat, yang mana
usaha bernapasnya tidak tampak dan selanjutnya bayi berada pada periode apneu
kedua. Pada keadaan tersebut akan ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah serta penurunan kadar oksigen dalam darah. Bayi tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak menunjukan upaya bernapas secara spontan. Kematian akan
terjadi kecuali bila resusitasi dengan napas buatan dan pemberian oksigen segera
dimulai. Sulit sekali membedakan antara apneu primer dan sekunder, oleh karenanya
bila menghadapi bayi bayi lahir dengan apneu, anggaplah sebagai apneu sekunder
dan bersegera melakukan tindakan resusitasi (Novita, 2011).

BALLARD SCORE

Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan usia
gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular

96
meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear
maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara,
mata/telinga, dan genitalia

1. Penilaian Maturitas Neuromuskular


a. Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur
janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana
ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan
hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan
pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku,
lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan
tonus fleksi pasif yang progresif.
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa
menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi
ditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan
memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi
menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi
memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
b. Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan
jarijari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut.
Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga
posterm diperkirakan berturut-turut > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 °.
c. Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan
mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm
recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan
bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu
rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan.
Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °, Skor

97
2: fleksi parsial 110- 140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke
fleksi penuh
d. Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji
resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang,
dan tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk
penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi
dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan
yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat
mengganggu interpretasi.
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur
sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa
pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum
melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver
ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor
berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi
e. Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring
telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan
mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari
dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu
diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan
meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan
dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila
kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting
ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4)
f. Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan
memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul.
Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk,
tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada
permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat
ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat
lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit

98
ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2);
daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4)

2. Penilaian Maturitas Fisik


a. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan
dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa.
Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau
mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa
terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada
pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.
Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit
agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan
selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu
vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan pos
matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat
mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah,
dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.
b. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme prematurity
kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi
24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung
atas ketika memasuki minggu ke 28.
Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang
tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling
luas terdapat di daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah
tidak ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia
gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal, metabolik, serta
pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo
yang sangat banyak.
Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang
mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari
punggung bayi.
c. Permukaan Plantar

99
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan
berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit
putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada
bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga
timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian
penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis
tertentu.
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada
telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan
permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit.
Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50
mm diberikan skor -1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di table
d. Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi
esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin.
Pemeriksaan menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik
akibat pertumbuhan papila Montgomerya. Kemudian dilakukan palpasi jaringan
mammae di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur
diameternya dalam millimeter.
e. Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring
perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi
ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah
kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga
ketika dilepaskan ke posisi semulanya
Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan.
Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan
palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan
inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely
premature palpebara akan menempel erat satu sama lain (Gambar II.13). Dengan
bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu
sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.
Hasil pemeriksaan kemudian disesuaikan dengan skor dalam tabel. Perlu
diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu dengan

100
usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stres intrauterin
dan faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.
f. Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang
lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni
pada sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis
inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan.
Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae.
Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona
berugae. Pada nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang
belum bisa dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur
hingga posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur
ketika berbaring.
Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik,
dengan rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai
dengan usia kehamilan yang sama.
g. Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan
telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45 derajat dari garis horisontal.
Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak
lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia
majora.
Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol
dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris
menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol.
Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan
cenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar).

101
102
K. Refleks Bayi Baru Lahir
1. Refleks Moro
Dalam gerak refleks ini akan mengembangkan tangan ke samping lebar-lebar,
melebarkan jari-jari atau mengembalikan tangannya dengan tarikan cepat seakan
ingin memeluk seseorang (dari itu direfleks ini juga disebut refleks peluk). Refleks ini
bisa ditimbulkan dengan memukul bantal dikedua samping kepala anak atau dengan
menepuk- nepuk tangan, artinya refleks ini timbul karena anak terkejut. Biasanya
akan mulai menghilang sekitar 4 bulan dan sesudah 6 bulan hanya dapat ditimbulkan
dengan susah payah.

2. Refleks mencium-cium atau “rooting-refleks”


Refleks ini ditimbulkan oleh stimulasi taktil pada pipi atau daerah mulut. Anak
mereaksi dengan memutar-mutar kepalanya seakan-akan mencari putting susu.
Refleks ini ada dalam hubungan langsung dengan refleks selanjutnya.

103
3. Refleks Hisap
Refleks mencium-cium dan refleks hisap biasanya timbul bersama-sama dengan
merangsang pipi. refleks-refleks ini mempunyai fungsi eksploratif yang
menenangkan. Merupakan hal yang terkenal bahwa bayi pada bulan-bulan pertama
ingin menyelidiki keliling melalui daerah mulut.dari itu kedua refleks ini disebut
refleks oral. Kedua refleks ini akan menghilang sekitar 6 bulan.

4. Refleks Genggam atau Refleks Darwin


Bila kita membuat rangsang dengan menggoreskan jari melalui bagian dalam lengan
anak kearah tangan, tangan akan membuka bila rangasang hamper sampai pada
telapak tangan. Bila jari diletakkan pada telapak tangan anak akan menutup telapak
tangannya tadi.

104
5. Refleks Babinski : adalah semacam refleks genggam kaki. Bila ada rangsang pada
telapak kaki, ibu jari kaki akan bergerak ke atas dan jari- jari lain membuka. Kedua
refleks ini akan menghilang pada sekitar 6 bulan.

6. Ada pula salah satu refleks yaitu Refleks leher (Tonic Neck Reflex/ TNR) Yaitu:
Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi ketika
bayi Anda menoleh ke salah satu sisi.

L. Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir


1. Pengkajian Awal
Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir dengan menggunakan
nilai Apgar dan melalui pemeriksaan singkat. Pengkajian usia gestasi dapat dilakukan
dua jam pertama setelah lahir. Nilai Apgar memungkinkan pengkajian untuk
mengetahui perlu tidaknya resusitasi dilakukan dengan cepat, didasarkan dengan 5

105
aspek kondisi fisiologis yaitu denyut jantung, pernapasan, tonus otot, iritabilitas reflex
dan warna.

Untuk pengkajian awal yang singkat, perawat mengkaji hal-hal berikut


a. Eksternal: Perhatikan warna, bercak warna (staining), pengelupasan atau
dismaturitas, panjangkuku, dan lipatan pada telapak kaki, periksa adanya jaringan
payudara; periksa patensi hidung dengan menutup salah satu lubang hidung dan
mengobservasi pernapasan serta warna kulit, perhatikan adanya meconium pada
tali pusat, kulit, kuku, atau cairan amnion (adanya bercak meconium menunjukkan
hipoksia janin), bau yang menyengat dapat menunjukkan infeksi dalam Rahim
b. Dada: Palpasi untuk mencari lokasi denyutan yang paling kuat dan auskultasi
untuk menghitung jumlah denyut jantung, mengetahui kualitas bunyi jantung, dan
mendeteksi adanya murmur, perhatikan karakteristik pernapasan dan adanya rales

106
atau ronhi, perhatikan bunyi napas pada setiap sisi dada dengan meletakkan
stetoskop pada setiap aksila.
c. Abdomen: Verifikasi adanya abdomen yang berbentuk seperti kubah dan tidak
adanya anomaly, perhatikan jumlah pembuluh darah pada tali pusat.
d. Neurologis: Periksa tonus otot dan reaksi reflex, palpasi fontanel anterior untuk
memeriksa adanya massa atau tonjolan, perhatikan keberadaan dan ukuran
fontanel serta sutura kepala dengan palpasi.
e. Observasi lain: Perhatikan malformasi struktur yang jelas dan langsung terlihat
pada saat bayi lahir.

Pada kondisi ideal, tes observasi pada bayi baru lahir lebih baik dilakukan
setelah dua sampai delapan jam. Apabila tes ini dilakukan lebih awal, yakni saat bayi
sedang menjalani pemulihan dari stress lahir, pergerakan otot dapat menunjukkan
adanya keletihan, misalnya gerakan tangan lambat. Skala pengkajian gestasi yang
sering dipakai adalah Pengkajian Usia Gestasi yang Disederhanakan. Skala ini terdiri
dari enam tanda fisik eksternal dan enam tanda neuromuscular. Terdapat nilai untuk
setiap tanda. Angka kematangan antara 26 sampai 44 minggu berasal dari nilai
kumulatif dan angka ini akurat dalam waktu lebih kurang dua minggu.

2. Pengkajian berkelanjutan
Setiap kali seorang bayi baru lahir menerima perawatan, observasi dan pencatatan
kemajuan dilakukan.setiap periode 8 jam dilakukan pemeriksaan di bawah ini
kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai normal dan dicatat:
a. Temperatur aksila
b. Frekuensi,ritme,dan usaha napas
c. Bunyi napas
d. Denyut dan ritme jantung
e. Warna kulit
f. Tingkat aktivitas dan tonus otot
g. Pemberian makan dan eliminasi
h. Fontanel
i. Interaksi orang tua-bayi

107
Apabila diketahui terdapat deviasi terhadap nilai normal, intervensi dapat dilakukan
dan dokter diinformasikan.

3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh dilakukan dalam 24 jam setelah bayi lahir, saat
temperatur bayi baru lahir stabil. Meninjau kembali riwayat ibu dan riwayat prenatal
serta catatan intrapartum memberi gambaran kemungkinan masalah yang dapat
timbul.pengetahuan tentang jenis analgesik dan anestetik yang ibu terima saat bersalin
membantu perawat dalam menjelaskan status bayi saat ini sehingga perawat menjadi
lebih waspada terhadap masalah yang mungkin timbul.informasi relevan tentang
riwayat prenatal ibu dan riwayat peristiwa yang terjadi selama proses persalinan dan
kelahiran bayi baru lahir, dicatat dalam sebuah formulir. Secara ringkas formulir
memperlihatkan data bermakna sejak periode prenatal sampai bayi lahir. Perawat
dapat menggunakan data ini untuk merencanakan perawatan bayi baru lahir.
Kehadiran orang tua selama proses pemeriksaan memungkinkan diskusi
tentang kekhawatiran orang tua dilakukan pada saat sama sehingga sejak bayi lahir
orang tua terlibat dalam perawatan bayinya. Interaksi orang tua dengan bayi dapat di
observasi. Hal ini memungkinkan perawat secara Dini menegakkan diagnosis untuk
hubungan orang tua-bayi sekaligus mengidentifikasi hal-hal yang perlu dipelajari
orang tua.
Ruangan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan harus cukup terang,
hangat dan tidak banyak angin.bayi ditelanjangi dan diletakkan di atas permukaan
yang datar dan keras. Bayi mungkin perlu diangkat dan digendong. Pemeriksaan
dilakukan secara sistemis. Dimulai dengan evaluasi umum seperti karakteristik
penampilan, kematangan, status nutrisi, aktivitas dan kondisi kesehatan. Observasi
yang lebih spesifik dilakukan setelah evaluasi umum ini.
Data dicatat pada catatan deskripsi atau diringkas dalam suatu formulir
standar. Data identifikasi ditulis lebih dahulu: nama, nomor rumah sakit, tanggal lahir,
berat badan, panjang badan, lingkar dada dan lingkar kepala, suku, jenis kelamin,
golongan darah, Rh ibu dan bayi, hasil tes comb setel waktu pemeriksaan.
Penampilan umum (sikap tubuh, maturitas, aktivitas, tonus, menangis, warna,
edema) dan keadaan tidur-bangun,bayi nilai sebelum pemeriksaan yang dapat
mengganggu bayi dilakukan.observasi ini membantu upaya menginterpretasi hasil
pemeriksaan. Setiap pemeriksa memiliki pola pemeriksaan yang berbeda. Tekanan

108
darah tidak dikaji secara rutin.denyut jantung dan frekuensi pernapasan paling mudah
dilakukan pada saat bayi tenang.Pernapasan dihitung dengan mengobservasi dinding
dada,memperhatikan retraksi sternum atau lubang hidung saat bayi menarik
nafas.Pemeriksaan mencatat apakah bayi suka bernapas dengan hidung (misalnya
tidur dengan mulut tertutup, tidak perlu berhenti menyusu untuk bernapas) mengkaji
bunyi nafas dan mencatat bunyi yang abnormal-merintih atau mengi-selama inspirasi
atau ekspirasi.
Pemeriksa mencatat efisiensi refleks gan, bersin dan menelan. Pemeriksa
memperhatikan adanya napas yang cepat dan tidak teratur, adanya gagging dan
regurgitasi laundry selama periode reaktivitas setelah bayi lahir dan setelah usia bayi
4 sampai 6 jam. Warna bayi diperiksa untuk melihat adanya sianosis. Warna merah
muda di kepala, badan dan membran mukosa menunjukkan bahwa oksigenasi cukup.
Kaki dan tangan dapat sedikit sianotik (akrosianosis) selama 48 jam pertama pada
cuaca dingin.
Pada saat diterima dan setiap kali kulit terpapar, yakni saat bayi sedang
dirawat, kulit dikaji untuk memeriksa adanya ruam, ekskoriasi (misalnya akibat
kuku), warna (misalnya petekia,ekimosis,ikterik, warna cerasa umum , bercak-
bercak), luka (misalnya pemantauan janin secara internal, forcep, skapel ( pisau bedah
kecil) selama operasi sesarea, sirkumsisi, tali pusat, pengambilan darah di tumit,
suntikan), vernix caseosa dan lanugo. Suhu aksila diukur. Pengukuran temperatur
pada rektum biasanya dikontraindikasikan.termometer rektum yang diolesi pelumas
dapat di insersi sekitar 1,25 cm untuk memeriksa patensi anus. Untuk mengetahui
potensi anus sebaiknya tunggu sampai tinja pertama keluar.
Kepala bayi dikaji untuk memeriksa kulit kepala, pola dan distribusi rambut,
molase, fontanel dan sutura, ukuran, bentuk, kesimetrisan,mata ,hidung,mulut telinga
dan wajah. Leher di inspeksi dan palpasi. Pengkajian dada meliputi pengukuran
lingkar dada dan pengkajian bentuk thorax, payudara dan puting susu, juga gerakan
dada waktu bernapas. Kecepatan dan ritma denyut jantung dan adanya murmur harus
dicatat. Paru-paru di auskultasi. Bentuk abdomen dan kondisi tali pusat diperiksa.
Lingkar abdomen diukur. Bising usus dan pola defekasi dicatat. Genitalia,meatus
urinarius dan anus dikaji dengan hati-hati. Sistem skeletal juga diinspeksi.
Refleks neonatus diperiksa.respons bayi terhadap pemeriksaan menunjukkan
status neuromuscular dan sistem kerangka.

109
4. Diagnosis Keperawatan Bayi Baru Lahir
Diagnosis Keperawaran Bayi Baru Lahir ialah mengidentifikasikan masalah atau
diagnose potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diindentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien perawat diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul:
a. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan asupan oral terbatas.
b. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan transisi dari janin ke
sirkulasi neonatal, dingin stres, dan / atau produksi lendir yang berlebihan.
c. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan jumlah lemak
subkutan dan/atau permukaan tubuh besar.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan / atau teknik mencuci
tangan yang kurang oleh petugas kesehatan dan orangtua.
e. Risiko defisit pengetahuan berhubungan dengan pertama kali menjadi orangtua
dan/atau sumber daya belajar yang terbatas.
5. Hasil Akhir yang diharapkan
Rencana keperawatan bayi baru lahir mencerminkan pertumbuhan dan perkembangan
yang cepat selama periode neonatal. Perubahan biologis dan perilaku diukur dalam
hitungan menit dan jam sejak lahir. Perubahan neonatus berlangsung sampai 28 hari
sejak bayi lahir. Setelah itu, kecepatan perubahan berlangsung cukup lambat sehingga
penampilan dan kebutuhan anak dapat diukur dalam hitungan minggu dan bulan.
Fokus keperawatan berubah-ubah sejak lahir sampai hari ke-28. Selama 2 jam
pertama kehidupan janin, fokus utama ialah adaptasi fisiologi bayi. Pada akhir periode
neonatal, kebutuhan sosialisasi bayi sama penting dengan kebutuhan fisiologisnya.
Perawatan yang diberikan kepada neonatus selama 2 jam pertama merupakan
perawtan yang diberikan kepada orang tua dan bayi baru lahir pada tahap persalinan
keempat. Perawatan di tunjukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,
mencangkup teknik menyusui.
Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan bayi baru lahir berkaitan dengan
bayi dan orang tua. Hasil akhir yang diharapkan untuk bayi meliputi hal-hal berikut,
yakni bahwa bayi akan:
a. Mengalami transisi dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin

110
b. Mempertahankan pola pernafasan yang efektif
c. Mempertahankan termogulasi yang efektif
d. Tetap bebas dari infeksi

Untuk orangtua hasil akhir yang diharapkan adalah orang tua dapat
a. Memiliki keterampilan, pengetahuan dan keyakinan tentang perawatan bayi
b. Memahami karakteristrik perilaku dan biologis bayi mereka yang baru lahir
c. Mendemostrasikan interaksi/perilaku yang meningkatkan fungsi keluarga sehat.
d. Memiliki kesempatan untuk meningkatkan hubungan mereka dengan bayi
e. Mulai mengintregrasi bayi ke dalam keluarga

6. Perawatan Kolaboratif
Perawatan neonatus meliputi teknik-teknik untuk mempertahankan kesehatan,
mendeteksi ketidakmampuan, dan menginstutusi tindakan pengobatan. Teknik ini
dapat dipakai untuk tujuan pengajaran. Catatan yang tepat dan cermat tentang respons
bayi atau hasil pemeriksaan laboratorium mendukung supervisi yang kontinu, yang
penting bagi ibu, bayi baru lahir, dan bagi keluarga. Ketenangan perawat saat
menangani dan merawat bayi mendorong semangat orangtua baru dan menjadi contoh
bagi mereka.

7. Lingkungan yang Protektif


Lingkungan yang protejtif sangat diperlukan dalam perawatan bayi baru lahir.
Kontruksi, perawatan, dan pelaksanaan perawatan di bangsal bayi baru lahir di rumah
sakit diakreditasi dan diatur oleh organisasi profesional nasional, seperti American
academy of pediatrics dan oleh badan pemerintah daerah atau badan setempat.
Standar tersebut meliputi hal-hal berikut:
a. Faktor lingkungan: penyediaan penerangan yang adekuat, upaya menghilangkan
kondisi yang dapat menimbulkan kebakaran, pengamanan alat-alat bertenaga
listrik, ventilasi yang adekuat, dan pengendalian temperatur (hangat dan tidak
berangin) dan kelembaban (kurang dari 50%).
b. Tindakan untuk menghindari infeksi: tempat sampah terletak cukup jauh, minimal
60 cm, terdapat tempat cuci tangan dan ruang untuk membersihkan peralatan dan
ruang untuk menyimpan barang-barang. Mencuci tangan dengan baik saat akan

111
menangani bayi lain merupakan tindakan yang paling penting untuk mencegah
infeksi neonates
Untuk menghadapi epidemi AIDS (acquired immunodeficiency syndrome),
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta merekomendasikan
tindakan berikut: petugas perawatan kesehatan harus mengenakan sarung tangan
saat menyentuh membran mukosa atau kulit pasien yang tidak utuh. Selain itu,
pelindung wajah, pelindung mata dan gaun pelindung harus dikenakan bila ada
indikasi. Petugas kesehatan harus mengenakan sarung tangan dan gaun saat
menggendong bayi (sampai darah dan cairan amnion dibersihkan dari kulit bayi),
dan saat mengambil darah (mis. di tumit bayi), dan saat merawat luka yang masih
segar (mis. sirkumsisi).
Orang yang datang dari “luar” diharuskan mencuci tangan sebelum menyentuh
bayi atau dengan peralatan yang ada. Orang-orang ini meliputi perawat, petugas
kesehatan lain, orangtua, saudara, penyedia departemen, tukang listrik, tukang
sapu. Gaun tidak diperlukan (Rush, dkk., 1990).
Individu yang mengalami infeksi dilarang kontak dengan bayi baru lahir atau
harus menjalani prosedur tersendiri saat menangani mereka. Individu yang
dimaksud mencakup orang-orang yang menderita infeksi pada jalan napas bagian
atas, infeksi saluran cerna, dan infeksi kulit. Banyak rumah sakit melakukan
pemeriksaan kesehatan tahunan selain mewajibkan individu memeriksa dirinya
sendiri setiap hari.
Petugas kesehatan harus mengenakan sarung tangan saat merawat orang yang
menderita herpes. Teknik mencuci tangan dengan benar perlu dilakukan setiap
saat. Pengunjung biasanya tidak diwajibkan mematuhi peraturan ini.
c. Faktor-faktor keamanan. Upaya keamanan dijalankan di banyak rumah sakit
sehubungan dengan adanya penculikan bayi di ruang rawat bayi. Gelang
diidentifikasi yang sama dipasangkan pada bayi dan orangtuanya. Sidik kaki
dan/atau foto bayi diambil setelah bayi lahir, sebelum bayi dipisahkan dari ibunya.
Petugas menggunakan tanda pengenal disertai foto yang menerangkan bahwa
mereka bekerja diruang rawat bayi baru lahir. Ibu diinstruksikan untuk
mengetahui dengan jelas identitas setiap individu yang merawat bayinya dan
untuk tidak pernah membiarkan orang yang tidak mengenakan tanda pengenal
yang benar mengambil bayinya.

112
8. Adaptasi terhadap Kehidupan di Luar Rahim
Setiap kali prosedur dilakukan, upayakan untuk mencegah/mengurangi hilangnya
panas pada bayi baru lahir. Stress dingin (cold stress) akan mengganggu kesehatan
bayi baru lahir. Keadaan tersebut akan meningkatkan kebutuhan oksigen bayi dan
dapat mengganggu keseimbangan asam basa. Bayi bereaksi dengan meningkatkan
kecepatan pernapasannya dan kemungkinan dapat mengalami.

9. Evaluasi
Perawat dapat merasa yakin bahwa perawatan yang diberikan cukup efektif, jika hasil
akhir perawatan yang diharapkan dicapai. Untuk bayi, hasil akhir yang diharapkan:
a. Transisi dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin berhasil
b. Upaya mempertahankan pola napas dan pengaturan suhu efektif
c. Bebas dari infeksi

Ibu atau orangtua berhasil mencapai hasil akhir sebagai berikut;


a. Memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan tentang merawat bayi.
b. Dapat menyatakan pengertiannya tentang karakteristik perilaku dan karakteristik
biologis bayi baru lahir
c. Mendemontrasikan perubahan perilaku/gaya hidup untuk mengurangi
kemungkinan berkembangnya masalah
d. Mengambil kesempatan untuk meningkatkan hubungan dengan bayi baru lahir
e. Mulai mengintegrasi bayi ke dalam keluarga

10. . Kasus
Bayi baru lahir NCB-SMK usia kehamilan 39 minggu. Hasil pengkajian bayi:
APGAR skor 9/10, menangis keras. Refleks moro (+), refleks babinski (+), refleks
tonicneck (+), Suhu tubuh 35,8 0C, Nd 124 X/ menit, RR 40X/menit. BB: 2000 gr.
Reflek hisap ada (namun belum kuat), kulit tampak pucat.

113
DATA FOKUS

Nama klien / Usia :


No. tempat tidur : 6
Ruang / RS : Melati/RS UPN Veteran Jakarta

NO. DATA DATA OBJEKTIF PARAF


SUBJEKTIF
___
1. TTV
S: 35,8 ‘C
N: 124x/menit
RR: 40x/menit
2. BB: 2000 gr
3. Skor APGAR: 9/10
4. Kulit tampak pucat
5. Refleks
- Refleks moro(+)
- Refleks Babinski (+)
- Reflex tonicneck (+)
- Refleks hisap belum kuat

6. Tali pusat masih basah dan rapuh


7. Bayi tampak menangis keras

ANALISA DATA

Nama klien / Usia :


No. tempat tidur : 6
Ruang / RS : Melati/RS UPN Veteran Jakarta

114
NO. DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS: -
Hipotermi Pucat
DO:
1. TTV
S: 35,8 ‘C
N: 124x/menit
RR: 40x/menit
2. Skor APGAR : 9/10
3. Kulit tampak Pucat

2. DS: -
DO:
1. TTV Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
S: 35,8 ‘C Nutrisi: Kurang dari mengabsorpsi
N: 124x/menit Kebutuhan Tubuh nutrient
RR: 40x/menit
2. BB: 2000 gr
3. Reflek hisap belum kuat

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama klien / Usia :


No. tempat tidur : 6
Ruang / RS : Melati/RS UPN Veteran Jakarta

No. Tanggal / jam Diagnosa keperawatan Tanggal teratasi Ttd

1. 08/9/19/08.00 Hipotermia b.d Pucat 09/9/19/08.00

Ditandai dengan warna


kulit bayi pucat dan suhu
rendah

115
Ketidakseimbangan
Nutrisi : kurang dari
2. 08/9/19/08.00 09/9/19/09.00
kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrient

116
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama klien / Usia :


No. tempat tidur : 6
Ruang / RS : Melati/RS UPN Veteran Jakarta

Tanggal No. Tujuan & Rencana tindakan Paraf &


nama jelas
Diagnose Criteria hasil

08/9/19 DX I Setelah dilakukan tindakan 1.) Monitor TTV


keperawatan selama 1x24
Memonitor tanda-
jam, diharapkan tidak
tanda vital sign bayi
terjadi Hipotermia Dengan
dengan hasil keadaan
kriteria hasil :
umum bayi
menunjukkan tanda-
1. Termogulasi BBL tanda membaik dari
hari pertama.
- Nd : 124x/memit
Intervensi memonitor
- RR : 40x/ menit tanda-tanda vital
pada pasien bertujuan
- S : 37,1
untuk mengetahui
- Warna Kulit merah muda keadaan pasien.
(Nanda dan NIC-
- Bayi tidak menggigil
NOC, 2013).

2. Kontrol resiko
2) Perawatan Bayi
Hipotermia
Baru Lahir
- Suhu bayi kembali

117
normal - Bungkus bayi
dengan segera setelah
- Kulit bayi tidak tampak
lahir untuk mencegah
pucat
kehilangan panas

- Memakaikan bayi,
popok dan gendong
bayi setelah di
mandikan

- Meminta ibu segera


memberikan ASI

3) Pengaturan Suhu

- Kaji suhu dengan


sering. Periksa suhu
rektal pada awalnya,
selanjutnya periksa
suhu axila atau
gunakan termostat
dengan dasar terbuka
dan penyebar hangat.
Ulangi setiap 15
menit selama
penghangatan ulang.

-Tempatkan bayi
pada penghangat
(inkubator), tempat
tidur terbuka dengan
penyebar hangat, atau
tempat tidur bayi
terbuka dengan
pakaian tepat untuk

118
bayi yang lebih besar
atau lebih tua.
Gunakan bantalan
pemanas dibawah
bayi bila perlu.

- Gunakan lampu
pemanas selama
prosedur.

-Berikan
penghangatan
bertahap untuk bayi
dengan stress dingin

-Pantau suhu bayi


bila keluar dari
lingkungan hangat.
Berikan informasi
tentang termoregulasi
kepada orangtua.

4) Pengecekan Kulit

- Pantau warna kulit


bayi untuk
mengetahui tanda-
tanda membaik dari
hari pertama.

1)Bantuan
peningkatan berat
badan

119
-Timbang bayi pada
jam yang sama setiap
hari

2) perawatan bayi

-monitor berat badan


bayi

- beri kesempatan
untuk melatih hisap
yang baik
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24
jam,masalah
08/09/19 DX II ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh dapat teratasi
dengan kriteria hasil :

1)Keberhasilan Menyusui
bayi(1001)

-Refleksmenghisap
dipertahankan pada rekleks
hisapbelumkuat
ditingkatkan pada reflek
hisap kuat

2)Beratbadanmassa
tubuh(1006)

- Persentil berat badan bayi


di pertahankan pada 2000
gr di tingkatkan pada 2.500

120
gr

121
PELAKSANAAN (CATATAN KEPERAWATAN)

Nama klien / Usia :


No. tempat tidur : 6
Ruang / RS : Melati/RS UPN Veteran Jakarta

Hari / tanggal No. Jam, Tindakan keperawatan & Paraf &

Diagnosa Hasil nama jelas

08/09/19 DX I 08.00, Mengukur TTV

Hasil : Nd : 124x/ menit

Rr : 40x / menit

S : 35.8

08.10 Memantau warna kulit bayi

Hasil : Warna kulit bayi tampak pucat

08.15 Meletakan bayi di infarm warmer

Hasil : Bayi tampak diam

08.20 Memandikan bayi, melakukan


tindakan asertif dan melakukan
perawatan tali pusar

Hasil : Bayi sudah aktif bergerak saat


dimandikan

08.25 Memberikan injeksi vitamin K


1mg dan Ampicilin 150mg/12 Jam

Hasil : Bayi tampak menangis

08.30 Memakaikan bayi, popok dan

122
selimut/gedong

Hasil : Bayi tampak nyaman dan hangat

08.35 Memberikan bayi kepada ibu


untuk di berikan ASI

Hasil : Bayi belum terlalu adekuat untuk


menyusu

10.00 Mengganti popok dan gedong


bayi

Hasil : bayi tampak BAK dan BAB,


bayi menangis

11.30 Mengukur TTV

Hasil : Nd : 124x/menit

RR : 40x/ menit

S : 36.0

12.00 Memberikan bayi kepada ibu


untuk diberikan ASI serta mengedukasi
ibu untuk melakukan teknik menyusui
yang baik dan benar

Hasil : Bayi tampak kuat menyedot ASI


dan ibu telah paham dengan edukasi
yang perawat berikan

12.30 Tempatkan bayi pada penghangat


inkubator, gunakan lampu pemanas
sesuai prosedur

Hasil : Bayi tampak tertidur pulas, dan


merasa hangat

123
14.30 Menggati popok dan gedong bayi

Hasil : Bayi tampak menangis karena


BAK

15.00 Memberikan bayi kepada ibu


untuk diberikan ASI

Hasil : Bayi menangis karna lapar

15.05 Pantau suhu pada bayi yang


keluar ruangan

Hasil : S : 36.0

16.00 Menggati popok dan gedong bayi

Hasil : Bayi tampak tertidur dan bayi


BAK

16.15 Tempatkan kembali bayi pada


inkubator penghangat

Hasil : Bayi tampak tertidur dan merasa


hangat

18.00 Memberikan bayi kepada ibu


untuk diberikan ASI

Hasil : bayi terlihat kuat untuk


menyedot ASI bayi

18.05 Pantau suhu pada bayi yang


keluar ruangan

Hasil : S: 36.2

19.00 Memberikan Injeksi Ampicillin


150mg

Hasil : Bayi tampak menangis

124
19.05 Tempatkan kembali bayi pada
inkubator penghangat

Hasil : Bayi tampak tertidur

19.45 Mengganti popok dan gedong


bayi

Hasil : Bayi tampak BAB

19.55 Tempatkan kembali bayi pada


inkubator penghangat

Hasil : bayi tampak tertidur

23.00 Memberikan bayi kepada ibu


untuk diberi ASI

Hasil : Bayi tampak menangis karna


lapar

23.05 Pantau suhu bayi

Hasil : S: 36.5

00.05 Tempatkan kembali bayi pada


inkubator penghangat

Hasil : Bayi tampak tertidur pulas

07.00 Melakukan tindakan asertif


sebelum memengang bayi

Hasil : perawar tampak sudah


melakukan tindakan cuci tangan

07.10 Mengganti popok dan gedong


serta memonitor tanda-tanda infeksi

Hasil : Bayi tampak bergerak aktif dan


tidak ada tanda-tanda infeksi

125
07.15 Memanasi bayi dengan sinar
matahari dan memberika pemahaman
untuk pembatasan pengunjung

Hasil : Bayi terlihat hangat dan nyaman,


kulit bayi sudah kembali normal
berwarna merah muda dan keluarga
memahami apa yang dikatakan perawat

08.00 Mengukur TTV dan pemantauan


warna kulit

Nd : 124x/menit

Rr : 40x/menit

S : 37,1

Warna Kulit : Merah muda

08.40 Memberikan kesempatan bayi


untuk melatih menghisap yang baik
pada payudara ibu

Hasil : reflex hisap bayi mulai kuat atau


08/09/19 DX II bagus dan bayi lebih mampu banyak
menghisap ASI dari pada yang
sebelumnya

09.00 Memonitor atau menimbang bayi


pada jam yang sama di setiap harinya

Hasil : berat badan bayi sedikit


meningkat dari bb: 2000 gr menjadi
2.300gr

126
08.10 Memberikan kesempatan
kembali bayi untuk melatih menghisap
yang baik pada payudara ibu

Hasil: Reflex hisap bayi sudah baik


09/09/19 /kuat. bayi pun puas dalam pemenuhan
ASI di setiap saatnya

09.00 Memonitor atau menimbang bayi


kembali pada jam yang sama

Hasil : berat badan bayi sudah normal


dari bb: 2300 gr menjadi 2.500gr

EVALUASI (CATATAN PERKEMBANGAN)

127
Nama klien / Usia :
No. tempat tidur : 6
Ruang / RS : Melati/RS UPN Veteran Jakarta

No. Hari / tanggal Evaluasi hasil Paraf &

Diagnosa Jam (SOAP) Nama jelas

DX I 09/09/19 S:-

08.00 O: Suhu 37.1 kembali normal dan


kulit bayi tampak tidak pucat

A: Masalah Hipotermia teratasi

P: Intervensi dihentikan
DX II 09/09/19
S:-
09.00
O: - Refleks hisap kuat

-Berat badan bayi meningkat menjadi


2.500 gr.

A: Masalah Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi

P: Intervensi dihentikan

BAB III
PENUTUP

128
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur
kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan
tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur, berat badan antara
2500-4000 gram.
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun
kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu

B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon maaf.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.

129
DAFTAR PUSTAKA

Elsevier.2013.Keperawatan Maternitas.Singapoer: PT. Salemba Emban Patria

Academia edu. “Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir”, dari


https://www.academia.edu/7786150/MATERI_Pengkajian_fisik_bayi_baru_lahir

https://www.scribd.com/doc/99862153/Makalah-Bayi-Baru-Lahir

https://www.academia.edu/37557588/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1_Konsep_Dasar_Bayi_B
aru_Lahir_2.1.1_Pengertian

http://blogs.unpad.ac.id/maryati/files/2011/01/Ballard-Score.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57092/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

130

Anda mungkin juga menyukai