Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

D DENGAN GANGGUAN SISTEM

REPRODUKSI : HIV (HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS) DI RUANG INFEKSI

B20 RSUD CILILIN

Praktek Kerja

Di

RSUD CILILIN BANDUNG BARAT

Jl. Blok Cinta Karya RT.01 RW.08 Cililin, Jawa Barat Indonesia 40562

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

 Ikhwantika Sunengsih C  Seli Yulia Safitri

 Nabila Rika Nurul H  Tabilla Cahyani Rosmawati

 Resti Dwi Ayu  Tanti Khofifah

SMK BHAKTI KENCANA SOREANG

Jl Raya Banjaran-Soreang Cipetir Km 2 Kota Bandung

2017

asus

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat, taufik,

dan hidayah-Nya pada akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan Praktik

Kerja Lapangan (PKL) di RSUD CILILIN

Laporan ini disusun berdasarkan pengalaman dan data-data yang diperoleh peyusun

selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan. Laporan ini disusun sedemikian rupa dengan

tujuan dapat diterima dan dipahami oleh pembaca serta dapat dipakai sebagai contoh untuk adik-

adik kelas yang nantinya juga akan melaksanakan PKL dan menyusun laporan.

Dalam proses peyusunan laporan ini, peyusun menemukan banyak kesulitan dan kendala.

Namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik berupa material, spiritual dan

informasi yang berhubungan dengan penyusunan laporan, maka laporan Praktik Kerja Lapangan

ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, sudah selayaknya saya mengucapkan

terimakasih kepada :.

1. H. Mulyana,SH,M.Pd.,M.H.Kes selaku ketua Yayasan Adhi Guna kencana

2. Hj.E.Sulilawati,S.KM.,S.Kep.,M.Si, selaku kepala sekolah SMK Bhakti Kencana

Soreang

3. Dr.Jajang Hadianto,SpAn.,MARS selaku direktur RSUD Cililin Kabupaten

Bandung Barat

4. Dadang Ahmad Iskandar,S.Kep.Ners selaku Kepala Pendidikan dan Latihan

RSUD Cililin

5. H.Ade.Muklis S.Kep.Ners selaku Kepala Rawat Inap RSUD Cililin

asus

2
6. Neli Puspitawati,S.Kep.,Ners sebagai Kaprodi Keperawatan SMK Bhakti

Kencana Soreang

7. Risna Khoerunisa Amd,.Keb sebagai guru Pembingbing Prakerin RSUD Cililin

8. Seluruh kepala ruangan dan staf IGD dan Rawat Inap RSUD Cililin Kab.

Bandung Barat

9. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan semangat serta doanya

Penyusun menyadari tentunya laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan untuk

meningkatkan kualitas dalam proses selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan

khususnya bagi penyusun.

Cililin,April 2017

Penulis

asus

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................I

DAFTAR ISI.........................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................2

1.2 Tujuan..............................................................................................................................3

1.3 Sistematika Pembahasan.................................................................................................4

BAB II URAIAN UMUM......................................................................................................5

2.1 Sejarah Perusahaan...........................................................................................................6

2.2 Kepegawaian....................................................................................................................7

BAB III URAIAN KHUSUS...................................................................................................

3.1 Definisi HIV.......................................................................................................................

3.2 Etiologi..............................................................................................................................

3.3 Patofisiologi........................................................................................................................

3`4 Gambaran klinis.................................................................................................................

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................

4.1 Pengkajian..........................................................................................................................

4.2 Analisa data........................................................................................................................

asus

4
4.3 Diagnosa.............................................................................................................................

4.4 Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi............................................................................

BAB V PENUTUP...................................................................................................................

5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................

5.2 Saran – saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

asus

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

AIDS  (Acquired  Immune  Deficiency  Syndrome)  merupakan  penyakit  menular

dengan angka kematian yang tinggi dan dapat menjangkiti seluruh lapisan masyarakat dari

mulai bayi sampai dewasa baik laki-lakimaupun perempuan.Di Indonesia, sejak tahun 1987 

perkembangan  jumlah  kasus  AIDS  maupun  HIV (+) cenderung meningkat setiap tahunnya.

Menurut  laporan  UNAIDS  (2004),  diketahui  jumlah  penderita  HIV  di Indonesia sebanyak

diperkirakan 110.000 orang, sedangkan menurut harian Galamedia (28 Juli  2005)  sampai  Juni 

2005  jumlah  penderita  AIDS  di  Indonesia  tercatat  7098  orang. Secara epidemiologi dikenal

fenomena gunung es, artinya bila ada satu kasus yang tercatat maka diasumsikan  terdapat 200

kasus yang  sama yang  tidak  tercatat.

Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan September 2012, kasus HIV-

AIDS tersebar di 341 (71%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Kasus

HIV, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan sebanyak

5.489 kasus. Kasus AIDS, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru AIDS

yang dilaporkan sebanyak 1.317 kasus. Menurut data Komisi Penanggulangan HIV-AIDS (KPA)

Jawa Tengah, 1993 hingga Maret 2012, tercatat hampir 5.000 kasus HIV/AIDS menempati

urutan keempat.  Sedangkan di Kabupaten Blora data terakhir kunjungan ke VCT RSU Blora

dari Januari sampai April 2013 kemarin ada 27 orang yang berkonsultasi. Dari 27 orang tersebut

14 orang diantaranya dinyatakan positif HIV. Sedangkan data perkembangan HIV/AIDS di

asus

6
Kabupaten Blora sejak tahun 2008 ternyata juga menunjukkan peningkatan. Yakni pada tahun

2008 sebanyakn 4 kasus, 2009 ada 3 kasus, 2010 ada 4 kasus, 2011 naik menjadi ada 11 kasus.

Sementara di tahun 2012 lalu ada 11 kasus juga, sedangkan tahun 2013 sampai bulan April lalu

telah ada 14 yang positif HIV. Hampir 70% dari jumlah penderita HIV telah berubah menjadi

AIDS dan 80% penderita AIDS sudah meninggal dunia. (rs-infoBlora - Suara Merdeka)

Tenaga  keperawatan  merupakan  tenaga  kesehatan  terbanyak  di  rumah  sakit  dan

memiliki  kontak  yang  paling  lama  dengan  pasien.  Pekerjaan  perawat  merupakan  jenis

pekerjaan yang beresiko kontak dengan darah, cairan  tubuh pasien,  tertusuk  jarum suntik

bekas  pasien,  dan  bahaya-bahaya  lain  yang  dapat  menjadi  media  penularan  penyakit.

Menurut  laporan situs http://www.avert.org, di Amerika Serikat pada  tahun 2001  terdapat 57 

kasus  tenaga  kesehatan  yang  terinfeksi  HIV  akibat  resiko  pekerjaan.  Dari  57  kasus

tersebut, 24 kasus diantaranya  (terbanyak) dialami oleh perawat. Di  Indonesia, walaupun belum

ada data yang pasti, namun  jika melihat pengendalian  infeksi di  rumah  sakit yang masih 

lemah,  maka  resiko  penularan  infeksi  termasuk  HIV  terhadap  perawat  bisa dikatakan cukup

tinggi.

1.2   Tujuan Penulisan

1.    Untuk mengetahui definisi HIV/AIDS

2.    Untuk mengetahui etiologi HIV/AIDS

asus

7
3.    Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS

4.    Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV/AIDS

5.    Untuk mengetahui pathway HIV/AIDS

6.    Untuk mengetahui pengelolaan kasus dengan HIV/AIDS menurut tinjauan

medis,keperawatan (focus intervensi)

7.    Untuk mengetahui tinjauan kritis masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan

HIV/AIDS

asus

8
BAB II

URAIAN UMUM

2.1 Sejarah Rumah Sakit

Rumah sakit umum cililin merupakan perwujudan dari keinginan memberikan pelayanan

jasa kepada masyarakat khususnya bidang penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan yang

peduli dengan pelayanan kesehatan bermutu dengan memberikan pelayanan dengan rasa asah

asih dan asuh. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu sudah menjadi tuntutan

masyarakat cililin sejak lama karena itu merupakan salah satu dampak dari pasar global dan

persaingan pada pelayanan kesehatan

Peningkatan pelayanan kesehatan seiring dengan perubahan dan perkembangan ilmu

kedokteran mutahir dan teknologi keperawatan, memerlukan keterlibatan secara individual

maupun pemerintah dalam dukungan dalam menciptakan pelayanan kesehatan yang terjangkau

oleh masyarakat.

Diberlakukan Undang –undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, adalah

perubahan dan tantangan strategis internal yang perlu diperhatikan. Dilakukannya amandemen

Undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 pada tahun 2002, yang

menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, juga perubahan dan tentang

strategis internal lainnya.

Menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yanga ada MPR RI telah

menetapkan tentang pokok-pokok reformasi Pembangunan.ketetapan MPR ini mengamanatkan

asus

9
perlu dilakukan pembaharuan melalui reformasi total kebijakan pembangunan dalam segala

bidang. Untuk bidang kesehatan pembaharuan tersebut telah ditetapkan Gerakan pembangunan

berwawasan kesehatan, sebagai strategi pembangunan nasional untuk mewujudkan visi

pembangunan kesehatan.

Untuk mendukung keberhasilan pembaharuan kebijakan pembangunan kesehatan

tersebut. Rumah sakit umum cililin membuat konsep pembangunan berkelanjutan untuk

membantu program pemerintah dalam memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan, memberikan asuhan keperawatan melalui kerjasama yang berkolaborasi

dengan klien. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yang optimal dengan cara

meningkatakan saranan dan prasarana kesehatan.

1. Maksud dan Tujuan

Maksud mendirikan rumah sakit adalah memberikan pelayanan medis kepada masyarakat

agar masyarakat luas menjadi sehat di samping itu dalam jangka panjang Rumah Sakit Cililin

bisa menjadi rumah sakit pendidikan.

Tujuan mendirikan rumah sakit adalah untuk berpartisifasi aktip dalam pembangunan kesehatan

bagi masyarakat luas yaitu:

a. Mensukseskan dan berpartisipasi aktip dalam meningkatkan kesejahtraan masyarakat

secara berkelanjutan.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu

c. Mengantisifasi tuntutan masyarakat dalam pelayanan spesialistik dan tindakan medik

ringan yang dapat ditanggulangi tanpa atau sebelum di rujuk ke rumah sakit rujukan.

asus

10
d. Terlindunginya kesehatan masyarakat, khususnya penduduk miskin, kelompok rentan dan

daerah miskin

e. Menjadi wahana promosi kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.

GAMBARAN UMUM RSUD CILILIN

Rumah Sakit Umum Daerah Cililin merupakan rumah sakit pertama yang dimiliki

pemerintah daerah kabupaten bandung barat sejak pemekaran dari kabupaten bandung pada

tahun 2007. Pendirian rumah sakit umun daerah cililin (RSUD Cililin) merupakan berkah, baik

untuk masyarakat sekitar untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau, bermutu dan

adil terlebih bagi pemerintah kabupaten bandung barat dalam upaya memberikan kesejahteraan

bag warganya sekaligus meningkatkan efektivitas pembangunan khususnya pada bidang

kesehatan dan mengoptimalkan anggaran pemerintah dalam rangka pembangunan selanjutnya.

DASAR PEMBENTUKAN RSUD

a. UU Nomor 12 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi

Jawa Barat.

b. UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

c. UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

d. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 46 Tahun 2011 tentang perubahan atas peraturan

bupati bandung barat nomor 2 tahun 2009 tentang pembentukan dan susunan organisasi

unit pelaksana teknis pada dinas daerah dan lembaga teknis daerah dilingkungan

pemerintah kabupaten bandung barat.

asus

11
VISI : RSUD CILILIN

Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Kabupaten Bandung Barat.

MISI :

I. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas Dan Terjangkau Masyarakat.

II. Menghargai Profesionalisme Profesi Guna Peningkatan Pelayanan Kesehatan Di RSUD

Cililin.

III. Menciptakan Kesejahtraan Bagi Pegawai RSUD Cililin.

IV. Menghasilkan Sumber Daya Manusia Di Bidang Kesehatan dan Keilmuan Lainnya Yang

Mendukung Kualitas Dan Profesionalisme Profesi Di RSUD Cililin.

MOTTO:

Melayani Dengan Ikhlas.

TUJUAN

Tujuan Umum

Meningkatkan status derajat kesehatan masyarakat di kabupaten bandung barat.

Tujuan khusus

1. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif bagi masyarakat

kabupaten bandung barat tanpa meninggalkan upaya kesehatan preventif dan

pengembang kesehatan promotif.

asus

12
2. Menurunkan angka kematian ibu (AKI), angka kematian anak (AKA) di kabupaten

bandung barat

3. Berkontribusi dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) bidang

kesehatan di kabupaten bandung barat

I. SASARAN PELAYANAN

1. Seluruh masyarakat kabupaten bandung barat yang membutuhkan pelayanan kesehatan

2. masyarakat lainnya yang membutuhkan

II. STATUS DAN KELEMBAGAAN

RSUD Cililin berstatus unit pelaksana teknis (UPT) dari dinas kesehatan kabupaten bandung

barat dengan demikian kelembagaan RSUD Cililin masih di bawah kendali kepala dinas

kesehatan sampai terwujudnya sebagai rumah sakit umum daerah tipe C.

TEKNIS OPERASIONAL

A. Lokasi

RSUD Cililin berada di sebelah utara alun-alun cililin tepatnya di Jalan CintaKarya desa cilili

kecamatan cililin kabupaten bandung barat

B. Sarana RSUD Cililin.

RSUD Cililin berdiri di atas tanah seluas 21.221 M 2 dan berdekatan dengan kawasan

pemukiman penduduk dengan kawasan pemukiman penduduk di sebelah timur, barat dan

asus

13
selatan serta waduk saguling di sebelah utara. Tata bangunan dibuat didasarkan perhitungan

dengan fungsi masing-masing.

Pembangunan Gedung RSUD CIlilin tahap pertama dilaksanakan dengan membangun

gedung berlantai dua, yang terdidiri dari :

B.1. Lantai Pertama:

B.1.1. Gedung Pelayanan

a. Instalasi Gawat Darurat

b. Administrasi,

c. Laboratorium.

d. Instalasi Farmasi.

e. Kebidanan dan Kandungan.

f. Kamar Operasi

g. Ruang Radiologi

h. Ruang Nifas

i. Ruang Perinatologi

j. Ruang Poli penyakit dalam

k. Ruang Poli Syaraf/Kulit dan Kelamin

l. Ruang Poli Bedah/THT/Urologi

m. Poli Anak

n. Poli Obgyn

o. Poli Gigi

B.1.2. Gedung Laundry.

asus

14
B.1.3. Pemulasaran Jenazah.

B1.4. Gedung IPSSR.

B.1.5. UKPL/UPL.

B.1.6. Instalasi Gizi

B.1.7 Lahan Parkir.

B.2. Lantai Kedua Gedung :

a. Ruang Direktur.

b. Kesekretariatan.

c.Ruang Rawat inap :

- Ruang Rawat Inap VIP : 1 kamar, jumlah tempat Tidur 1 buah.

- Ruang Rawat Inap I : I kamar, Jumlah Tempat Tidur 2 buah

- Ruang Rawat Inap II : 3 kamar, Jumlah Tempat Tidur 12 buah

- Ruang Rawat Inap III : 5 kamar, Jumlah Tempat Tidur 25 buah.

- Ruang Rawat ICU : jumlah tempat tidur 4 buah.

Dengan Kapasitas Daya Listrik 55.000 Watt untuk saat ini masih dinilai cukup,baik untuk

Penerangan maupun untuk beroperasinya alat alat kesehatan rumah sakit yang menunjang

pelayanan.Dengan kondisi keadan geografis rumah sakit yang berada di bawah kaki gunung dan

asus

15
dekat Danau saguling menambah udara sekita tersa segar sehingga Pengaturan udara di rumah

sakit terasa cukup baik sehingga nyaman dan Sinar Matahari yang terasa cukup sehingga bisa

menghindar berkembang biaknya jamur dan mikroorganisme.

Oleh sebab itu Tata Ruang ICU,Kamar Operasi, Rawat Inap dan Poli Klinik telah

dikondisikan berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan. Sistem sanitasi RSUD Cililin telah

sesuai dengan peraturan pemerintah RI Nomor51 tahun 1993 tentang analisa dampak lingkungan

(AMDAL) dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: Kep.10/MENLH/3/1994 tentang

jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.

Pertamanan dibuat dengan tujuan untuk menciptakan suasana nyaman dan udara tetap

segar. Luas lahan parkir mempertimbangkan jumlah kunjungan Rawat Inap dan Rrawat Jalan

dan Pegawai RSUD Cililin dan banyaknya pengantar dan penengok pasien

V. FASILITAS PELAYANAN YANG TERSEDIA

1. Pelayanan spesialistik

Pelayanan spesialistik yang sudah memberikan pelayanan:

- Pelayanan Spesialis Penyakit Dalam.

- Pelayanan Spesialis Kesehatan Anak,

- Pelayanan Spesialis Kandungan dan Kebidanan,

- Pelayanan Spesialis Penyakit Bedah

- Pelayanan Spesialis THT

- Pelayanan Spesialis Mata.

- Pelayanan Spesialis Radiologi

asus

16
- Pelayanan Spesialis Anaesthesi.

- Pelayana Spesialis Kulit dan Kelamin

- Pelayanan Spesialis Syaraf

- Pelayanan Spesialis Urologi

- Pelayanan Spesialis Bedah Mulut.

- Pelayanan Spesialis lainnya masih dalam perkembangan.

- Pelayanan Rawat Jalan Umum dan Gigi

2. Pelayanan rawat inap

Jumlah tempat rawat inap RSUD yaitu 87 TT

3. Pelayanan UGD

Pelayanan gawat darurat di RSUD Cililin siap melayani pelayanan kegawat daruratan

selama 24 jam dan ketenagaan yang cukup dan terlatih baik dokter dan paramedisnya

4. Pelayanan laboratorium

Pelayanan laboratorium terdiri dari laboratorium klinik dan masih memungkinkan untuk

di kembangkan

5. Pelayanan radiologi

Pemerintah radiologi RSUD Cililin masih terbatas terdiri dari pemeriksaan X-Ray dan

USG.

6. Pelayanan konsultasi Gizi

Pelayanan gizi di RSUD cililin sudah mencukupi dan dalam proses perkembangan

7. Pelayanan Instalasi Farmasi

Pelayanan obat-obatan RSUD Cililin pada saat ini di berkoordinnasi dengan UPTD

Farmasi Dinas Kesehatan Bandung barat.

asus

17
2.2 KEPEGAWAIAN

Jumlah yang dimiliki RSUD Cililin saat ini terdiri dari PNS 37 orang ,Tenaga Kerja Kontrak 222

orang.Dengan rincian ketenagaan sebagai berikut :

- Dokter spesialis anak : 2 Orang

- Dokter spesialis dalam : 2 Orang

- Dokter spesialis bedah : 1 Orang

- Dokter Spesilais kandungan : 2 Orang

- Dokter spesialis THT : 2 Orang

- Dokter spesialis Anastesi : 1 Orang

- Dokter spesialis Radiologi : 1 Orang

- Dokter Spesialis Mata : 1 Orang

- Dokter Spesialis Urologi : 1 Orang

- Dokter Spesialis Syaraf : 1 Orang

- Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin : 1 Orang

- Dokter Spesialis Bedah Mulut : 1 Orang

- Dokter Spesialis Patologi Klinik : 1 Orang

- Dokter umum : 13 Orang

- Dokter Gigi : 1 Orang

- Perawat S1.Ners : 15 Orang

- Perawat S1/D3/Anesthesi/gigi : 60 Orang :

- Bidan : 38 Orang

- Apoteker : 13 Orang

- Analisis Kesehatan : 9 Orang

asus

18
- Penata Radiologi : 5 Orang

- Fisioterapi : 2 Orang

- Tenaga Kesling : 2 Orang

- Non medis : 84 Orang

Jumlah ketenagaan tersebut sudah sangat cukup untuk menjalankan pelayanan rujukan dan

administrasi di RSUD Cililin sehinga di perlukan penambahan ketenagaan baik unuk tenaga

fungsional maupun tenaga struktura

BAB III

URAIAN KHUSUS

3.1   Definisi HIV

HIV merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh

oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz Alimul Hidayat, 2006)

HIV adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami

penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki

antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)

asus

19
HIV adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang

menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan kelainan imunolegik.

(Price, 2000 : 241)

B.   Etiologi

Menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral (HIV)

dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah melalui

hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang berperan dalam

mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang menggunakan RNA

sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi genetic dirinya ke dalam

materi genetic sel-sel yang ditumpanginya.

C.   Patofisiologi

Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara

10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan

menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan

mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,

virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus

masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus

dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada

asus

20
akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru

kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4,

yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di

permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. Sel-sel yang memiliki reseptor

CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi

mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B,

makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas

dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi

kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.

Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3

tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak

800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya

menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada

orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha

melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah

partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita.

Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel

virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan

orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah

limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka

penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

asus

21
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang

menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan.

Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi

antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.

Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya

kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus

diserang.

Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum

titer antibodi terhadap HIV positif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah

itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila

diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun

kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan

gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIV sampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya

26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

D.   Gambaran Klinis

Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral

akut, demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit

HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4.( Arif Mansjoer,

2000)

1.    Infeksi retroviral akut

asus

22
Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan

demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili,

ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami

gangguan neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom

ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan.

2.    Masa asimtomatik

Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum.

Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period).

3.    Masa gejala dini

Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat infeksi

pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, ITP, dan

tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC)

4.    Masa gejala lanjut

Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko

tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan

Kolaborasi

Berikan  antibiotik antijamur/agen anti mikroba misalnya: trimetropim (Bactrim septra),

nistanin (Mycostatin), ketokonazol, pentamidin atau AZT/retrovir, dan gansiklovir (cytovene).

Rasional    : Menghambat proses infeksi, obat-obat tersebut ditunjukan untuk menghilangkan

enzim yang

b.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat, pembatasan pemasukan.

Tujuan

Masukan nutrisi adekuat untuk klien

asus

23
Kriteria hasil

-          Membran mukosa adekuat.

-          Turgor kulit baik.

-          Tanda-tanda vital stabil

-          Haluaran urin adekuat

Intervensi

Mandiri

1.    Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVP

Rasional    : Indikator dari volume cairan sirkulasi.

2.    Kaji turgor kulit, membrane mukosa, dan rasa haus.

Rasional    : Indikator tidak langsung dari status cairan.

3.    Ukur haluaran urine dan berat jenis urine.

Rasional    : Peningakatan berat jenis urine/penurunan haluaran urine menunjukan perubahan

perfusi ginjal.

4.    Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/hr

Rasional    :Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan

membran mukosa.

5.    Anjurkan untuk tidak memakan makanan yang potensial menyebabkan diare.

Rasional    : Mungkin dapat mengurangi diare.

Kolaborasi

1.    Berikan cairan/elektrolit melalui selang pemberi makanan (IV).

Rasional    :Mungkin diperlukan untuk mendukung/ memperbesar volume sirkulasi, terutama

jika pemasukan oral tak adekuat.

asus

24
2.    Berikan obat-obatan sesuai indikasi

Antimietik, misalnya: proklorperazin maleat (compazine), trimetrobenzamid (Tigan).

c.    Kekurangan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mencerna.

Tujuan

Nutrisi adekuat dan masukan cairan terpelihara.

Kriteria hasil

-          Kemampuan pemasukan nutrisi adekuat.

-          Menunjukan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan.

-          Menyiapkan pola diet dengan masukan kalori adekuat.

-          Mual muntah berkurang.

-          Selera makan meningkat.

Intervensi

Kolaborasi

1.    Pertahankan status puasa

Rasional    : Mungkin diperlukan untuk menurunkan muntah.

2.    Pasang/pertahankan selang NGT sesuai petunjuk dengan hati-hati.

Rasional    : Mungkin diperlukan mengurangi mual muntah untuk pemberian makanan per

selang.

3.    Konsultasikan dengan tim pendukung ahli gizi.

Rasional    : Menyediakan diet berdasarkan kebutuhan tubuh dengan rute yang tepat.

asus

25
4.    Berikan obat yang sesuai indikasi.

Antiemetic, misalnya metoklopramid (Reglan), suplemen vitamin.

d.    Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan

Tujuan

Rasa sakit/tidak nyaman dikurangi

Kriteria hasil.

-          Keluhan hilangnya/terkontrolnya rasa sakit.

-          Menunjukan posisi/wajah rileks.

-          Dapat tidur/istrahat adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


Mandiri

Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, Mengindikasikan kebutuhan untuk

intensitas, frekuensi dan waktu. intervensi dan juga tanda-tanda

asus

26
Tandai gejala nonverbal misalnya perkembangan  komplikasi.

gelisah, takikardia, meringis.


Instruksikan pasien untuk Meningkatkan relaksasi dan perasaan

menggunakan visualisasi atau sehat.

imajinasi, relaksasi progresif, teknik

nafas dalam.
Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit,

sehingga persepsi akan intensitas rasa

sakit.
Lakukan tindakan paliatif misal Meningkatkan relaksasi atau menurunkan

pengubahan posisi, masase, rentang tegangan otot.

gerak pada sendi yang sakit.


Kolaborasi

Berikan analgesik atau antipiretik Memberikan penurunan nyeri/tidak

narkotik. Gunakan ADP (analgesic nyaman, mengurangi demam. Obat yang

yang dikontrol pasien) untuk dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam

memberikan analgesia 24 jam. dapat mempertahankan kadar analgesia

darah tetap stabil, mencegah kekurangan

atau kelebihan obat-obatan.

e.    Integritas kulit, kerusakan berhubungan dengan deficit imunologis.

Tujuan.

Integritas kulit dapat diatasi.

Kriteria hasil

-          Menunjukan kemajuan pada luka/penyembuhan lesi

-          Menunjukan tingkah laku /tekhnik mencegah kerusakan kulit.

asus

27
Intervensi

Mandiri

1.    Kaji kulit setiap hari.

Rasional    : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan

dilakukan intervensi yang tepat.

2.    Intruksikan atau pertahankan hygiene kulit. Misalnya membasuh dan mengeringkanya dengan

hati-hati.

Rasional    : Memperthankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi.

3.    Pertahankan seprei bersih, dan kering.

Rasional    : Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi

pada kulit.

4.    Dorong untuk ambulansi/turun dari tempat tidur jika memungkinkan.

Rasional    : Menurunkan tekanan pada kulit dari istrahat lama di tempat tidur.

5.    Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barier protektif.

Rasional    : Dapat mengurangi konataminasi bakteri, dan meningkatkan proses penyembuhan.

Kolaborasi

1.    Berikan matras atau tempat tidur busa.

Rasional    : Menurunkan atau mengurangi tekanan pada kulit atau jaringan.

2.    Gunakan/berikan obat-obatan topika/sistemik sesuai indikasi. Misalnya Telfa.

Rasional    : Digunakan pada perawatan lesi kulit, perawatan harus dilakukan untuk menghindari

kontaminasi silang.

f.     Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep pribadi, penularan penyakit pada orang lain.

asus

28
Tujuan.

Klien dapat berhadapan dengan situasi sekarang secara realistis.

Kriteria hasil.

-          Menyatakan kesadaran tentang perasaan dan cara sehat untuk menghadapinya.

-          Menunjukan rentang normal dari perasaan atau berkurangnya rasa takut.

Intervensi

Mandiri

1.    Jamin pasien tentang kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu.

Rasional    : Memberikan penentraman hati lebih lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk

memecahlan masalah pada situasi yang diantisipasi.

2.    Pertahankan hubungan yang sering dengan pasien.

Rasional    : Menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri dan ditelantarkan.

3.    Waspada terhadap  tanda-tanda penolakan/depresi.

Rasional : Pasien mungkin akan menggunakan mekanisme    bertahan dengan penolakan dan

terus berharap bahwa diagnose tidak akurat.

4.    Izinkan pasien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, putus asa tanpa konfirmasi.

Rasional    : Penerimaan perasaan akan membuat pasien dapat menerima situasi.

Kolaborasi

1.    Rujuk pada konseling psikiatri (psikiater)

asus

29
Rasional    : mungkin dibutuhlkan bantuan lebih lanjut dengan diagnosis

BAB IV

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA SDR.D DENGAN GANGGUAN SISTEM

HIMONOLOGI : HIV DI RUANG INFEKSI B20 BED 2 RSUD CILILIN

A. PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 10 februari 2017

Tanggal pengkajian : 16 februari 2017

No medrec : 55294

Diagnosa : B20 + Candidiasis Oral + Pospratoni

1. Identitas Klien

Nama : Sdr.D

Jenis kelamin : Laki-laki

asus

30
Usia : 23 tahun

Status kawin : Belum kawin

Suku bangsa : Sunda-Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kp Cikamuning 02/06 Cipatat

Ruang : Infeksi B20

2. Penanggung jawab klien

Nama : Ny.A

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kp Cikamuning 02/06 Cipatat

Hub dengan klien : Ibu

3. Riwayat Kesehatan

a. keluhan umum : Klien mengatakan “Nyeri”

b. Alasan masuk Rs

Nyeri uluh hati sejak 1 minggu yang lalu seperti mual,batuk kurang lebih 3 minggu

badan pasien terlihatkuning,bola mata terlihat kuning,badan menjadi kurus, BAB cair,

BAK kuning Kental.

c. Riwayat penyakit sekarang

P : pada saat dikaji klien nyeri pada uluh hati dikarenakan mual dan muntah

asus

31
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk

R : Nyeri ddaerah uluh hati

S:-

T : Nyeri jika bergerak dan membauk jika beristirahat

d. Riwayat penyakit dahulu

 TB (+) Penyumbatan torax

 Riwayat hubungan sexsual sejenis ( Homoseksual)

 Diabetes militus

e. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang mengalami sakit seperti klien saat ini

4. Riwayat psikososial-spiritual

a. Support system : Klien mengatakan bahwa dukungan keluarga tidak baik terbukti

dengan tidak ada keluarga klien yang menjenguk , hubungan klien dengan tenaga

kesehatan baik terbukti dengan klien terlihat kooperatif pada saat dilakukan tindakan

b. Komunikasi : Klien tidak mengalami kesulitan bicara, komunikasi dan interaksi

keluarga klien sangat baik pada orang lain termasuk pada perawat dan tenaga kesehatan

lainnya

c Sistem nilai kepercayaan : Klien mempercyai kalau sakitnya merupakan cobaan dari

tuhan

d. Konsep diri :

 Peran diri : Klien adalah seorang anak

 Ideal diri : Klien dan keluarga berharap segera sembuh dan kembali seperti

biasanya

asus

32
 Identitas diri : Klien adalah seorang anak

 Harga diri : Klen tidak merasa malu atas penyakit yang dideritanya

5. Lingkungan

A.Rumah

 Kebersihan : Klien mengatakan rumah tidak cukup bersih dan rapih

 Polusi : Rumah klien berada didaerah padat penduduk dan polusi yang

cukup tinggi

 Bahaya : Rumah klien berada dilingkungan yang tidak berbahaya

6. Pola aktivitas sehari-hari sebelum masuk RS dan saat sakit

Kebiasaan/Aktifitas Sebelum masuk RS Saat sakit Keterangan

Pola nutrisi

a. Asupan Oral Oral

b. Frekuensi 3x/hari 3x/hari

c. Nafsu makan Baik,habis 1 porsi Tidak baik,tidak habis

1 porsi

d. Diet Tidak ada Ada

e. Makanan tambahan Tidak ada Buah-buahan

f. Makanan alergi Tidak ada Tidak ada

g. Perubahan berat Ada Ada

badan 3 bulan berakhir

asus

33
Pola cairan

a. Asupan Oral Oral

b. Jenis Air putih,kopi,teh Air putih,susu

c. Frekuensi 7-8x/hari 10-15x/hari

d. Volume 1000 – 1500 ml 2000 – 2500 ml


Pola eliminasi BAK

a. Frekuensi >5x/hari >3x/hari

b. Warna Kuning pekat Kuning kental

c. Bau Khas Khas

d. Keluhan Tidak ada Tidak ada

e. Penggunaan Tidak Tidak

pencahar

Pola Eliminasi BAB

a. Frekuensi 1x/hari 1x/hari

b. Warna Kuning kecoklatan Kuning pekat

c. Bau Khas Khas

d. Konsisensi Lembek Hencer

e. Keluhan Tidak ada Ada

f. Penggunaan Tidak ada Tidak ada

pencahar
Pola personal hygiene Hanya pagi hari Klien dalam mlakukan

a. Mandi 2x/hari 1x/hari personal hygiene di

b. Oral hygiene Seminggu sekali bantu oleh keluarga

- waktu

asus

34
- frekuensi Pagi&sore hari 2x/hari

c. Cuci rambut 2x dalam satu minggu

d. Potong kuku 1x dalam satu minggu


Pola istirahat dan tidur

a. lama tidur 6-8 jam 5-6 jam

b.waktu

- siang Tidak tidur siang 2 jam

- malam 6-8 jam 5-6 jam

c. kebiasaan Tidak ada Tidak ada

d. kesulitan dalam tidur

- menjelang tidur Tidak ada Tidak ada

- sering terbangun Tidak ada Ya,karna badan terasa

panas

- merasa tidak nyaman Tidak ada Ya,sering merasa pegal

setelah bangun tidur pada ekremitas bawah


Pola aktivitas dan

latihan

a. kegiatan dalam Klien tidak bekerja Klien bed rest

pekerjaan

b. waktu bekerja Tidak bekerja Tidak bekerja

c. kegiatan waktu Tidak ada Berbincang – bincang

luang

d. keluhan dalam Tidak ada Tidak ada

asus

35
beraktivitas

e. olahraga Tidak pernah Tidak pernah

f. keterbatasan dalam

hal :

- mandi Tidak ada Ya,dibantu keluarga

- menggunakan Tidak ada Ya,dibantu keluarga

pakaian
Pola kebiasaan yang

mempengaruhi

kesehatan :

a. merokok Ya Tidak

b. minuman keras

- frekuensi Ya Tidak

- jumlah lama

pemakaian

c. ketergantungan obat Tidak

B. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum :Compos mentis

b. Tekanan darah :120/90 mmHg

c. Nadi : 100x/menit

d. Pernafasan : 26x/menit

e. Suhu : 38,2’C

asus

36
f. TB/BB : 162/45

g. Skala Nyeri :-

asus

37
Pemeriksaan Fisik Persystem

a. Sistem Panca Indra

 Penglihatan : Mata simetris, halis sismetris , bulu mata distribusi merata , kelopak mata

dapat menutup dengan sempurna , konjungtiva anemis , sclera putih keruh , penglihatan

normal , otot-otot mata dapat melihat kesegala arah , lapang pandang normal , tidak ada

nyeri tekan , tidak ada massa

 Pendengaran : Pina sejajar dengan mata (simetris) kiri-kanan , tidak ada masa , tidak ada

lesi , serumen (+) , membrane timpani tidak terlihat , tidak ada nyeri tekan , tidak ada

pembengkakan kelenjar mastoid , test bisik (+)

 Pengecapan dan Penciuman : Hidung tidak ada defiasi, lubang hidung kanan-kiri

simetris, passage udara (+) sama antara kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan pada sinus

b. Sistem pernafasan

Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada lesi, perkembangan dada seimbung, vocal

premitus getaran sama antara kanan-kiri, batuk (+), pada saat diperkusi suara

c. Sistem kadiovaskuler

Tidak ada sianosis, CRT < 3 detik, turgor < 3 detik, edema (-), tidak ada nyeri tekan, JVP

4 cmH2O, bunyi jantung S1 dan S2 murni reluger, tidak ada bunyi abnormal

d. Sistem perkemihan

perut cekung,tidak ada distensi abdomen,bising usus 8 x/menit, ada pada

e. Sistem pencernaan

asus

38
Bibir pucat, mukosa lembab, uvula ditengah, lidah berwarna merah muda akan tetapi

warna memutih, reflek menelan (+), bising usus 8 x/menit, tidak menggunakan alat bantu

(NGT), perkusi timpani, tidak ada nyeri tekan

f. Sistem imunologi

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar tiroid, kelenjar limfe

g. Sistem integument

 Keadaan rambut : Rambut tidak beruban, lembab, kotor

 Keadaan kuku : Bersih, merah muda, keras, tidak panjang

 Keadaan kulit : Kulit tidak bersih, turgor < 3 detik, warna sawo matang

h. Sistem Muskuloskeletal

Ekremitas atas : Tangan kiri – kanan simetris, dapat melakukan fleksi, ekstensi,supinasi

fronasi,kekuatan atot 5,nyeri tekan(-)

asus

39
C. DATA PENUNJANG

a. Hasil Laboraturium

PEMERIKSAAN HASIL HASIL RUJUKAN SATUAN


HEMATOLOGI

Hemoglobin 13,9

Hematokrit 42

Leukosit 9.8000

Eritrosit

Trombosit 254.000
INDEX

ERITROSIT

MCV

MCH

MCHC

b. Penatalaksanaaan Medis

1. Pemeriksaan HIV

2. Pemeriksaan TB Paru

3. Rontgen Thorax

c. Terapi obat

1. Ranitidine 2x1 Intra Vena

2. Vitamin B komplek Intravena

3. Paracetamol 3x1 Oral

4. Injectsotatic 2x1 Intra Vena

asus

40
5. IUFB asering 2000cc/24 jam

D. ANALISA DATA

DATA MASALAH
DS :

Klien mengatakan nyeri pada uluh hati

DO :

Nyeri tekan pada saat dipalpasi abdomen


DS

Klien mengtakan panas pada area tubuh

DO

Klien pada saat diTTv suhu 38,2

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri pada uluh hati berhubungan dengan riwayat penyakitpasien gastritis

2.pasien mengalami panas berhubungan dengan trombrosit menurun

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama klien : Sdr.D

asus

41
No Medrek : 55294

Diagnose medis : HIV

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Keperawatan
1. Nyeri uluh hati Tujuan : 1. kaji tingkat skala 1. untuk mengetahui

1.nyeri uluh hati Nyeri tingkat nyeri

teratasi 2. jelaskan penyebab 2. menambah

2. setelah di lakukan timbulnya nyeri pengetahuan klien

tindakan keperawatan 3. anjurkan klien tentang peyakitnya

3x24 jam nyeri tehnik relaksasi dan 3. mengatisipasi lebih

berkurang dengan distraksi awal bla timbul

kriteria hasil : 4. kolaborasi nyeri

- klien mengatakan Dalam pemberian 4. membantu

nyeri berkurang antibiotik membatasi nyeri

dengan skala 2 dan antibiotic untu

- klien tampak tenang mencegah terjadi

infeksi
2. pasien mengalami

suhu tubuh

meningkat
G.IMPLEMENTASI

Dx Tanggal/jam Implementasi SOAP TTD

Keperawatan
1. Nyeri uluh hati 11-17-02 1. mengkaji S : Klien tidak

tingkat skala bisa tidur

asus

42
nyeri. dikarenakan

2. Menjelaskan nyeri pada uluh

penyebab hati

timbulnya O : Pada saat

nyeri diplpasi

3. menganjurkan merasakan nyeri

klien teknik A : Masalah

relaksasi dan belum teratasi

distraksi P : lanjutkan

4.mengkolaboras Tindakan

i pemberian

dalam antibiotik

pemberian

antibiotik

KESIMPULAN

A.   Kesimpulan

AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem

kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.

asus

43
Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-

1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.

Manifestasi klinis AIDS yaitu Infeksi retroviral akut : gambaran klinis menunjukkan demam,

pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus

pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Masa asimfomatik : pada masa ini pasien

tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum. penurunan jumlah cd 4 terjadi

bertahap, disebut juga masa jendela (window period). Masa gejala dini : gejala yang timbul

adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster,

leukoplakia, itp, dan tuberkolosis paru. Masa gejala akut : pada masa ini jumlah cd 4 dibawah

200. penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat

atau keganasan.

Patofisiologis AIDS yaitu disebabkan oleh virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan 10

minggu -10 tahun. Virus menempel pada limfosit T penolong atau CD4 dan menghancurkannya

sehingga terjadi kelemahan system kekebalan tubuh. HIV juga menyebabkan gangguan limfosit

B sehingga menyebabkan produksi antibody meningkat tapi antibody yang dihasilkan tidak

banyak membantu infeksi yang disebabkan HIV.

Penatalaksanaan medis untuk penderita AIDS yaitu dengan pengendalian infeksi oportunistik,

terapi AZT, terapi antiviral baru, vaksin dan rekonstruksi baru.

Diagnosa untuk AIDS antara lain :

1.    Infeksi, resiko tinggi terhadap pertahanan primer tak efektif, depresi system imun.

2.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat, pembatasan pemasukan.

asus

44
3.    Kekurangan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mencerna.

4.    Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan.

5.    Integritas kulit, kerusakan berhubungan dengan deficit imunologis.

6.    Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep pribadi, penularan penyakit pada orang lain.

B.   Kritik dan Saran

Alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada hambatan yang

berarti. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka penulis

sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan

makalah ini. Hanya kepada Allah penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Berdasarkan simpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah :

1.    Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian AIDS.

2.    Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klien AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth ed. 8.

Jakarta: ECG.

asus

45
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit .

Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S.

Jakarta: ECG

http://ariswidodo26.blogspot.co.id/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-hiv-aids.html

asus

46

Anda mungkin juga menyukai