Praktek Kerja
Di
Jl. Blok Cinta Karya RT.01 RW.08 Cililin, Jawa Barat Indonesia 40562
2017
asus
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya pada akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan Praktik
Laporan ini disusun berdasarkan pengalaman dan data-data yang diperoleh peyusun
selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan. Laporan ini disusun sedemikian rupa dengan
tujuan dapat diterima dan dipahami oleh pembaca serta dapat dipakai sebagai contoh untuk adik-
adik kelas yang nantinya juga akan melaksanakan PKL dan menyusun laporan.
Dalam proses peyusunan laporan ini, peyusun menemukan banyak kesulitan dan kendala.
Namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik berupa material, spiritual dan
informasi yang berhubungan dengan penyusunan laporan, maka laporan Praktik Kerja Lapangan
ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, sudah selayaknya saya mengucapkan
terimakasih kepada :.
Soreang
Bandung Barat
RSUD Cililin
asus
2
6. Neli Puspitawati,S.Kep.,Ners sebagai Kaprodi Keperawatan SMK Bhakti
Kencana Soreang
8. Seluruh kepala ruangan dan staf IGD dan Rawat Inap RSUD Cililin Kab.
Bandung Barat
9. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan semangat serta doanya
Penyusun menyadari tentunya laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan untuk
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan
Cililin,April 2017
Penulis
asus
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................I
DAFTAR ISI.........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................................3
2.2 Kepegawaian....................................................................................................................7
3.2 Etiologi..............................................................................................................................
3.3 Patofisiologi........................................................................................................................
4.1 Pengkajian..........................................................................................................................
asus
4
4.3 Diagnosa.............................................................................................................................
BAB V PENUTUP...................................................................................................................
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
asus
5
BAB I
PENDAHULUAN
dengan angka kematian yang tinggi dan dapat menjangkiti seluruh lapisan masyarakat dari
mulai bayi sampai dewasa baik laki-lakimaupun perempuan.Di Indonesia, sejak tahun 1987
Menurut laporan UNAIDS (2004), diketahui jumlah penderita HIV di Indonesia sebanyak
diperkirakan 110.000 orang, sedangkan menurut harian Galamedia (28 Juli 2005) sampai Juni
2005 jumlah penderita AIDS di Indonesia tercatat 7098 orang. Secara epidemiologi dikenal
fenomena gunung es, artinya bila ada satu kasus yang tercatat maka diasumsikan terdapat 200
Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan September 2012, kasus HIV-
AIDS tersebar di 341 (71%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Kasus
HIV, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan sebanyak
5.489 kasus. Kasus AIDS, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru AIDS
yang dilaporkan sebanyak 1.317 kasus. Menurut data Komisi Penanggulangan HIV-AIDS (KPA)
Jawa Tengah, 1993 hingga Maret 2012, tercatat hampir 5.000 kasus HIV/AIDS menempati
urutan keempat. Sedangkan di Kabupaten Blora data terakhir kunjungan ke VCT RSU Blora
dari Januari sampai April 2013 kemarin ada 27 orang yang berkonsultasi. Dari 27 orang tersebut
asus
6
Kabupaten Blora sejak tahun 2008 ternyata juga menunjukkan peningkatan. Yakni pada tahun
2008 sebanyakn 4 kasus, 2009 ada 3 kasus, 2010 ada 4 kasus, 2011 naik menjadi ada 11 kasus.
Sementara di tahun 2012 lalu ada 11 kasus juga, sedangkan tahun 2013 sampai bulan April lalu
telah ada 14 yang positif HIV. Hampir 70% dari jumlah penderita HIV telah berubah menjadi
AIDS dan 80% penderita AIDS sudah meninggal dunia. (rs-infoBlora - Suara Merdeka)
Tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan terbanyak di rumah sakit dan
memiliki kontak yang paling lama dengan pasien. Pekerjaan perawat merupakan jenis
pekerjaan yang beresiko kontak dengan darah, cairan tubuh pasien, tertusuk jarum suntik
bekas pasien, dan bahaya-bahaya lain yang dapat menjadi media penularan penyakit.
Menurut laporan situs http://www.avert.org, di Amerika Serikat pada tahun 2001 terdapat 57
kasus tenaga kesehatan yang terinfeksi HIV akibat resiko pekerjaan. Dari 57 kasus
tersebut, 24 kasus diantaranya (terbanyak) dialami oleh perawat. Di Indonesia, walaupun belum
ada data yang pasti, namun jika melihat pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih
lemah, maka resiko penularan infeksi termasuk HIV terhadap perawat bisa dikatakan cukup
tinggi.
asus
7
3. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS
7. Untuk mengetahui tinjauan kritis masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
HIV/AIDS
asus
8
BAB II
URAIAN UMUM
Rumah sakit umum cililin merupakan perwujudan dari keinginan memberikan pelayanan
jasa kepada masyarakat khususnya bidang penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan yang
peduli dengan pelayanan kesehatan bermutu dengan memberikan pelayanan dengan rasa asah
asih dan asuh. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu sudah menjadi tuntutan
masyarakat cililin sejak lama karena itu merupakan salah satu dampak dari pasar global dan
maupun pemerintah dalam dukungan dalam menciptakan pelayanan kesehatan yang terjangkau
oleh masyarakat.
Diberlakukan Undang –undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, adalah
perubahan dan tantangan strategis internal yang perlu diperhatikan. Dilakukannya amandemen
Undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 pada tahun 2002, yang
menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, juga perubahan dan tentang
Menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yanga ada MPR RI telah
asus
9
perlu dilakukan pembaharuan melalui reformasi total kebijakan pembangunan dalam segala
bidang. Untuk bidang kesehatan pembaharuan tersebut telah ditetapkan Gerakan pembangunan
pembangunan kesehatan.
tersebut. Rumah sakit umum cililin membuat konsep pembangunan berkelanjutan untuk
dengan klien. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yang optimal dengan cara
Maksud mendirikan rumah sakit adalah memberikan pelayanan medis kepada masyarakat
agar masyarakat luas menjadi sehat di samping itu dalam jangka panjang Rumah Sakit Cililin
Tujuan mendirikan rumah sakit adalah untuk berpartisifasi aktip dalam pembangunan kesehatan
secara berkelanjutan.
ringan yang dapat ditanggulangi tanpa atau sebelum di rujuk ke rumah sakit rujukan.
asus
10
d. Terlindunginya kesehatan masyarakat, khususnya penduduk miskin, kelompok rentan dan
daerah miskin
e. Menjadi wahana promosi kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
Rumah Sakit Umum Daerah Cililin merupakan rumah sakit pertama yang dimiliki
pemerintah daerah kabupaten bandung barat sejak pemekaran dari kabupaten bandung pada
tahun 2007. Pendirian rumah sakit umun daerah cililin (RSUD Cililin) merupakan berkah, baik
untuk masyarakat sekitar untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau, bermutu dan
adil terlebih bagi pemerintah kabupaten bandung barat dalam upaya memberikan kesejahteraan
Jawa Barat.
d. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 46 Tahun 2011 tentang perubahan atas peraturan
bupati bandung barat nomor 2 tahun 2009 tentang pembentukan dan susunan organisasi
unit pelaksana teknis pada dinas daerah dan lembaga teknis daerah dilingkungan
asus
11
VISI : RSUD CILILIN
MISI :
Cililin.
IV. Menghasilkan Sumber Daya Manusia Di Bidang Kesehatan dan Keilmuan Lainnya Yang
MOTTO:
TUJUAN
Tujuan Umum
Tujuan khusus
asus
12
2. Menurunkan angka kematian ibu (AKI), angka kematian anak (AKA) di kabupaten
bandung barat
I. SASARAN PELAYANAN
RSUD Cililin berstatus unit pelaksana teknis (UPT) dari dinas kesehatan kabupaten bandung
barat dengan demikian kelembagaan RSUD Cililin masih di bawah kendali kepala dinas
TEKNIS OPERASIONAL
A. Lokasi
RSUD Cililin berada di sebelah utara alun-alun cililin tepatnya di Jalan CintaKarya desa cilili
RSUD Cililin berdiri di atas tanah seluas 21.221 M 2 dan berdekatan dengan kawasan
pemukiman penduduk dengan kawasan pemukiman penduduk di sebelah timur, barat dan
asus
13
selatan serta waduk saguling di sebelah utara. Tata bangunan dibuat didasarkan perhitungan
b. Administrasi,
c. Laboratorium.
d. Instalasi Farmasi.
f. Kamar Operasi
g. Ruang Radiologi
h. Ruang Nifas
i. Ruang Perinatologi
m. Poli Anak
n. Poli Obgyn
o. Poli Gigi
asus
14
B.1.3. Pemulasaran Jenazah.
B.1.5. UKPL/UPL.
a. Ruang Direktur.
b. Kesekretariatan.
Dengan Kapasitas Daya Listrik 55.000 Watt untuk saat ini masih dinilai cukup,baik untuk
Penerangan maupun untuk beroperasinya alat alat kesehatan rumah sakit yang menunjang
pelayanan.Dengan kondisi keadan geografis rumah sakit yang berada di bawah kaki gunung dan
asus
15
dekat Danau saguling menambah udara sekita tersa segar sehingga Pengaturan udara di rumah
sakit terasa cukup baik sehingga nyaman dan Sinar Matahari yang terasa cukup sehingga bisa
Oleh sebab itu Tata Ruang ICU,Kamar Operasi, Rawat Inap dan Poli Klinik telah
dikondisikan berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan. Sistem sanitasi RSUD Cililin telah
sesuai dengan peraturan pemerintah RI Nomor51 tahun 1993 tentang analisa dampak lingkungan
Pertamanan dibuat dengan tujuan untuk menciptakan suasana nyaman dan udara tetap
segar. Luas lahan parkir mempertimbangkan jumlah kunjungan Rawat Inap dan Rrawat Jalan
dan Pegawai RSUD Cililin dan banyaknya pengantar dan penengok pasien
1. Pelayanan spesialistik
asus
16
- Pelayanan Spesialis Anaesthesi.
3. Pelayanan UGD
Pelayanan gawat darurat di RSUD Cililin siap melayani pelayanan kegawat daruratan
selama 24 jam dan ketenagaan yang cukup dan terlatih baik dokter dan paramedisnya
4. Pelayanan laboratorium
Pelayanan laboratorium terdiri dari laboratorium klinik dan masih memungkinkan untuk
di kembangkan
5. Pelayanan radiologi
Pemerintah radiologi RSUD Cililin masih terbatas terdiri dari pemeriksaan X-Ray dan
USG.
Pelayanan gizi di RSUD cililin sudah mencukupi dan dalam proses perkembangan
Pelayanan obat-obatan RSUD Cililin pada saat ini di berkoordinnasi dengan UPTD
asus
17
2.2 KEPEGAWAIAN
Jumlah yang dimiliki RSUD Cililin saat ini terdiri dari PNS 37 orang ,Tenaga Kerja Kontrak 222
- Bidan : 38 Orang
- Apoteker : 13 Orang
asus
18
- Penata Radiologi : 5 Orang
- Fisioterapi : 2 Orang
Jumlah ketenagaan tersebut sudah sangat cukup untuk menjalankan pelayanan rujukan dan
administrasi di RSUD Cililin sehinga di perlukan penambahan ketenagaan baik unuk tenaga
BAB III
URAIAN KHUSUS
HIV merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz Alimul Hidayat, 2006)
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki
asus
19
HIV adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang
B. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral (HIV)
dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah melalui
hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang berperan dalam
mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang menggunakan RNA
sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi genetic dirinya ke dalam
C. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara
10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan
menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan
mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,
virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus
masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus
dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada
asus
20
akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4,
yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. Sel-sel yang memiliki reseptor
CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi
mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B,
makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas
dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3
tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak
800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya
menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada
orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha
melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah
partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita.
Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel
virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan
orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah
limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka
asus
21
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi
antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus
diserang.
Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum
titer antibodi terhadap HIV positif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah
itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila
diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun
kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan
gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIV sampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya
26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)
Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral
akut, demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit
HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4.( Arif Mansjoer,
2000)
asus
22
Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan
demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili,
ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami
gangguan neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom
Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum.
Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period).
Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat infeksi
pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, ITP, dan
Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko
Kolaborasi
enzim yang
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat, pembatasan pemasukan.
Tujuan
asus
23
Kriteria hasil
Intervensi
Mandiri
perfusi ginjal.
4. Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/hr
membran mukosa.
5. Anjurkan untuk tidak memakan makanan yang potensial menyebabkan diare.
Kolaborasi
asus
24
2. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
c. Kekurangan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mencerna.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Kolaborasi
Rasional : Mungkin diperlukan mengurangi mual muntah untuk pemberian makanan per
selang.
Rasional : Menyediakan diet berdasarkan kebutuhan tubuh dengan rute yang tepat.
asus
25
4. Berikan obat yang sesuai indikasi.
Tujuan
Kriteria hasil.
asus
26
Tandai gejala nonverbal misalnya perkembangan komplikasi.
nafas dalam.
Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit,
sakit.
Lakukan tindakan paliatif misal Meningkatkan relaksasi atau menurunkan
Tujuan.
Kriteria hasil
asus
27
Intervensi
Mandiri
Rasional : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan
2. Intruksikan atau pertahankan hygiene kulit. Misalnya membasuh dan mengeringkanya dengan
hati-hati.
Rasional : Memperthankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi.
Rasional : Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi
pada kulit.
Rasional : Menurunkan tekanan pada kulit dari istrahat lama di tempat tidur.
5. Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barier protektif.
Kolaborasi
Rasional : Digunakan pada perawatan lesi kulit, perawatan harus dilakukan untuk menghindari
kontaminasi silang.
f. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep pribadi, penularan penyakit pada orang lain.
asus
28
Tujuan.
Kriteria hasil.
- Menyatakan kesadaran tentang perasaan dan cara sehat untuk menghadapinya.
- Menunjukan rentang normal dari perasaan atau berkurangnya rasa takut.
Intervensi
Mandiri
Rasional : Memberikan penentraman hati lebih lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk
4. Izinkan pasien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, putus asa tanpa konfirmasi.
Kolaborasi
asus
29
Rasional : mungkin dibutuhlkan bantuan lebih lanjut dengan diagnosis
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
No medrec : 55294
1. Identitas Klien
Nama : Sdr.D
asus
30
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Nama : Ny.A
Umur : 56 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
3. Riwayat Kesehatan
b. Alasan masuk Rs
Nyeri uluh hati sejak 1 minggu yang lalu seperti mual,batuk kurang lebih 3 minggu
badan pasien terlihatkuning,bola mata terlihat kuning,badan menjadi kurus, BAB cair,
P : pada saat dikaji klien nyeri pada uluh hati dikarenakan mual dan muntah
asus
31
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk
S:-
Diabetes militus
Klien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang mengalami sakit seperti klien saat ini
4. Riwayat psikososial-spiritual
a. Support system : Klien mengatakan bahwa dukungan keluarga tidak baik terbukti
dengan tidak ada keluarga klien yang menjenguk , hubungan klien dengan tenaga
kesehatan baik terbukti dengan klien terlihat kooperatif pada saat dilakukan tindakan
keluarga klien sangat baik pada orang lain termasuk pada perawat dan tenaga kesehatan
lainnya
c Sistem nilai kepercayaan : Klien mempercyai kalau sakitnya merupakan cobaan dari
tuhan
d. Konsep diri :
Ideal diri : Klien dan keluarga berharap segera sembuh dan kembali seperti
biasanya
asus
32
Identitas diri : Klien adalah seorang anak
Harga diri : Klen tidak merasa malu atas penyakit yang dideritanya
5. Lingkungan
A.Rumah
Polusi : Rumah klien berada didaerah padat penduduk dan polusi yang
cukup tinggi
Pola nutrisi
1 porsi
asus
33
Pola cairan
pencahar
pencahar
Pola personal hygiene Hanya pagi hari Klien dalam mlakukan
- waktu
asus
34
- frekuensi Pagi&sore hari 2x/hari
b.waktu
panas
latihan
pekerjaan
luang
asus
35
beraktivitas
f. keterbatasan dalam
hal :
pakaian
Pola kebiasaan yang
mempengaruhi
kesehatan :
a. merokok Ya Tidak
b. minuman keras
- frekuensi Ya Tidak
- jumlah lama
pemakaian
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
c. Nadi : 100x/menit
d. Pernafasan : 26x/menit
e. Suhu : 38,2’C
asus
36
f. TB/BB : 162/45
g. Skala Nyeri :-
asus
37
Pemeriksaan Fisik Persystem
Penglihatan : Mata simetris, halis sismetris , bulu mata distribusi merata , kelopak mata
dapat menutup dengan sempurna , konjungtiva anemis , sclera putih keruh , penglihatan
normal , otot-otot mata dapat melihat kesegala arah , lapang pandang normal , tidak ada
Pendengaran : Pina sejajar dengan mata (simetris) kiri-kanan , tidak ada masa , tidak ada
lesi , serumen (+) , membrane timpani tidak terlihat , tidak ada nyeri tekan , tidak ada
Pengecapan dan Penciuman : Hidung tidak ada defiasi, lubang hidung kanan-kiri
simetris, passage udara (+) sama antara kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan pada sinus
b. Sistem pernafasan
Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada lesi, perkembangan dada seimbung, vocal
premitus getaran sama antara kanan-kiri, batuk (+), pada saat diperkusi suara
c. Sistem kadiovaskuler
Tidak ada sianosis, CRT < 3 detik, turgor < 3 detik, edema (-), tidak ada nyeri tekan, JVP
4 cmH2O, bunyi jantung S1 dan S2 murni reluger, tidak ada bunyi abnormal
d. Sistem perkemihan
e. Sistem pencernaan
asus
38
Bibir pucat, mukosa lembab, uvula ditengah, lidah berwarna merah muda akan tetapi
warna memutih, reflek menelan (+), bising usus 8 x/menit, tidak menggunakan alat bantu
f. Sistem imunologi
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar tiroid, kelenjar limfe
g. Sistem integument
Keadaan kulit : Kulit tidak bersih, turgor < 3 detik, warna sawo matang
h. Sistem Muskuloskeletal
Ekremitas atas : Tangan kiri – kanan simetris, dapat melakukan fleksi, ekstensi,supinasi
asus
39
C. DATA PENUNJANG
a. Hasil Laboraturium
Hemoglobin 13,9
Hematokrit 42
Leukosit 9.8000
Eritrosit
Trombosit 254.000
INDEX
ERITROSIT
MCV
MCH
MCHC
b. Penatalaksanaaan Medis
1. Pemeriksaan HIV
2. Pemeriksaan TB Paru
3. Rontgen Thorax
c. Terapi obat
asus
40
5. IUFB asering 2000cc/24 jam
D. ANALISA DATA
DATA MASALAH
DS :
DO :
DO
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
asus
41
No Medrek : 55294
Keperawatan
1. Nyeri uluh hati Tujuan : 1. kaji tingkat skala 1. untuk mengetahui
infeksi
2. pasien mengalami
suhu tubuh
meningkat
G.IMPLEMENTASI
Keperawatan
1. Nyeri uluh hati 11-17-02 1. mengkaji S : Klien tidak
asus
42
nyeri. dikarenakan
penyebab hati
nyeri diplpasi
distraksi P : lanjutkan
4.mengkolaboras Tindakan
i pemberian
dalam antibiotik
pemberian
antibiotik
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
asus
43
Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-
Manifestasi klinis AIDS yaitu Infeksi retroviral akut : gambaran klinis menunjukkan demam,
pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus
pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Masa asimfomatik : pada masa ini pasien
tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum. penurunan jumlah cd 4 terjadi
bertahap, disebut juga masa jendela (window period). Masa gejala dini : gejala yang timbul
adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster,
leukoplakia, itp, dan tuberkolosis paru. Masa gejala akut : pada masa ini jumlah cd 4 dibawah
200. penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat
atau keganasan.
Patofisiologis AIDS yaitu disebabkan oleh virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan 10
minggu -10 tahun. Virus menempel pada limfosit T penolong atau CD4 dan menghancurkannya
sehingga terjadi kelemahan system kekebalan tubuh. HIV juga menyebabkan gangguan limfosit
B sehingga menyebabkan produksi antibody meningkat tapi antibody yang dihasilkan tidak
Penatalaksanaan medis untuk penderita AIDS yaitu dengan pengendalian infeksi oportunistik,
1. Infeksi, resiko tinggi terhadap pertahanan primer tak efektif, depresi system imun.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat, pembatasan pemasukan.
asus
44
3. Kekurangan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mencerna.
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep pribadi, penularan penyakit pada orang lain.
Alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada hambatan yang
berarti. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Hanya kepada Allah penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klien AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth ed. 8.
Jakarta: ECG.
asus
45
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit .
Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S.
Jakarta: ECG
http://ariswidodo26.blogspot.co.id/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-hiv-aids.html
asus
46