Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB IUD


PADA NY. A USIA 29 TAHUN P2A0
DI PMB TATIK WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAYUMAS

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Praktik Kebidanan


Fisiologis Holistik KB dan Pelayanan Kontrasepsi
Program Studi Profesi Bidan

Disusun oleh:
Nama : Berliana Kartikasari
NIM : P27224022006
Kelas : Profesi Kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
PRODI PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB IUD
PADA NY. A USIA 29 TAHUN P2A0
DI PMB TATIK WILAYAH PUSKESMAS KAYUMAS

Disusun oleh:
Nama : Berliana Kartikasari
NIM : P27224022006
Kelas : Profesi Kebidanan

Tanggal Pemberian Asuhan 13 November 2022

Disetujui:

Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di :
(Rini Utami, S.ST.,Bdn)
NIP. 197105151993012002

Pembimbing Institusi
Tanggal :
Di :
(Ari Kurniarum, SSiT.,M.Kes)
NIP. 19750111 20011 2 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Peningkatan peluasan
pelayanan  keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan  kematian ibu yang sedemikian tinggi
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan
pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode
kontrasepsi yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin
tidak bisa digunakan karena alasan medis.
Pelayanan keluarga berencana yang merupakan salah satu pelayanan
kesehatan  reproduksi perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan
mutu pelayanan keluarga berencana berkualitas, diharapkan akan dapat
meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Berubahnya pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan melalui pengendalian populasi,
sehingga pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak
reproduksi perlu diperhatikan . Maka  pelayanan pelayana keluarga berencana
harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari
masyarakat.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis akan memaparkan
Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada akseptor KB melalui
penerapan manajemen kebidanan dengan metode SOAP
2. Tujuan Khusus
Penulis dapat melaksanakan :
a. Pengkajian pada akseptor KB (mengumpulkan data subyektif dan
obyektif yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan).
b. Interpretasi data pada akseptor KB (identifikasi diagnosa/masalah).

1
c. Identifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi masalah
pada akseptor KB.
d. Penyusunan Tindakan segera pada akseptor KB.
e. Perencanaan asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
pada akseptor KB.
f. Tindakan sesuai rencana asuhan yang telah disusun secara efisien dan
aman pada akseptor KB.
g. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan pada akseptor KB.
h. Dokumentasi manejemen asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada
akseptor KB
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil asuhan kebidanan ini dapat digunakan untuk menambah wawasan
tentang asuhan kebidanan pada akseptor KB
2. Manfaat Aplikatif
a. Institusi
Hasil asuhan kebidanan ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan
dalam pemberian asuhan pada akseptor KB
b. Profesi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam
asuhan kebidanan pada akseptor KB
c. Klien dan Masyarakat
Agar klien maupun masyarakat dapat menjadi akseptor KB dengan
menentukan pilihan alat kontrasepsi yang aman, nyaman dan sesuai
dengan keinginnannya.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga Berencana


1. Pengertian
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah jarak kehamilan dengan memakai Kontrasepsi.
(Mochtar, 1998: 255)
Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk
mencegah terjadinya konsepsi ( Mochtar, 1998 : 256 ) 
2. Macam – Macam Kontrasepsi Non-Hormonal
a. Tanpa alat/obat (cara sederhana)
1) Metode Amenore Laktasi (MAL)
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara ekslusif artinya hanya diberikan ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun lainnya.
2) Pantang Berkala
Yaitu senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan
pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan
yaitu keluarnya lendir encer dari liang vagina.
Menghindari senggama pada saat masa subur (sekitar ovulasi)
perkiraan masa subur = 14 hari sebelum haid ± 2hari, sperma mampu
bertahan paling lama 72 jam dalam saluran reproduksi wanita. Ovum
dapat bertahan hidup selama 24 jam setelah ovulasi sehingga jika
siklus haid tidak teratur maka harus hati-hati dalam perhitungan.
3) Senggama terputus
Senggama terputus adalah metode Keluarga Berencana
tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari
vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. 
b. Dengan alat =  penghalang/barrier
1) Kondom
Kondom adalah selaput karet yang dipasang pada penis selama
hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis tipis, berbentuk
silendris, dengan muaranya berpinggir tebal. Bila digulung berbentuk
rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Kondom juga

3
membantu mencegah penularan PMS, termasuk AIDS (Arif Mansjoer,
2001).
a) Cara Kerja
(1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel
telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet
yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
(2) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV
dan HIV/ AIDS) satu pasangan kepada pasangan yang lain
(khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil) (Abdul
Bari Saifuddin, 2006).
b) Keuntungan
(1) Efektif bila digunakan dengan benar.
(2) Tidak mengganggu ASI.
(3) Tidak mengganggu kesehatan klien.
(4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
(5) Murah dan dapat dibeli secara umum (Saifuddin, 2006).
c) Efek Samping
(1) Efektifitasnya tidak terlalu tinggi.
(2) Cara penggunaanya sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi.
(3) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung) (Abdul Bari Saifuddin, 2006).
2) Diafragma
Adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang di insersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutupi serviks.
3) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
a) Jenis
(1) AKDR CuT-380A / Copper-T 
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
Tersedia di Indonesia dan terdapat di mana-mana.
AKDR lain yang beredar di Indonesia Adalah NOVA T
(Schering).

4
(2) Copper-7
(3) Multi Load
(4) Lippes loop
b) Cara kerja
(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
(2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri.
(3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi.
(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus.
c) Mekanisme Kerja AKDR
Bagaimana mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan
pasti, tetapi kerjanya bersifat lokal.
(1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga
menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leokosit,
makrofag, dan limposit.
(2) AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan,
prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa.
(3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit
menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan
blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
(4) Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan
gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi
kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.
d) Keuntungan
(1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi
Sangat efektif : 0,6 – 0,8 kehamilan/ 100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
(2) AKDR dapat segera efektif setelah pemasangan.
(3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT 380A).
(4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

5
(5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena karena tidak perlu
takut untuk hamil.
(6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
(7) Dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah
abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
(8) Dapat digunakan sampai menopause.
(9) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
(10) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
e) Kerugian
(1) Efek samping yang sering terjadi :
(a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama
dan akan berkurang setelah 3 bulan).
(b) Haid lebih lama dan banyak.
(c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
(d) Saat haid lebih sakit.
(2) Komplikasi lain :
(a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan.

(b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang


memungkinkan penyebab anemia.

(c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila


pemasangannya benar).

(3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.


(4) Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan.
(5) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan
IMS memakai AKDR. Hal ini dapat memicu Infertilitas.
c. Dengan obat
1) Spermisida
Zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa didalam
vagina   sebelum spermatozoa bergerak kedalam traktus genetalia
interna (Hanifa Hartanto, 2004).
a) Cara Kerja

6
Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuatan sel
telur (Abdul Bari Saifuddin, 2006).
b) Keuntungan
(1) Efektif seketika.
(2) Tidak mengganggu produksi ASI.
(3) Mudah digunakan.
(4) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
(5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik (Saifuddin, 2006).
d. Kontrasepsi operatif/ Mantap
1) Jenis – jenis Kontrasepsi operatif/ Mantap
a) Tubektomi atau  MOW (Metoda Operasi Wanita)
Adalah pengikatan atau pemotongan Tuba kiri dan kanan
pada wanita untuk mencegah transport ovum dari ovarium melalui
tuba, dilakukan dengan cara operasi.
b) Vasektomi atau MOP (Metoda Operasi Pria)
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia
sehingga alur transfortasi sperma terhambat dari proses fertilisasi
(penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
c) Histerektomi
Merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan cara
mengangkat rahim wanita, karena pada dasarnya banyak faktor
yang mempengaruhi, seperti jumlah anak terlalu banyak, atau
memang ada masalah terhadap rahim, atau memang ada keinginan
sendiri ingin memutuskan tidak memilik anak lagi.
(Sarwono Prawirohardjo, Buku Panduan Praktis Pelayanan KB )
2) Keuntungan Kontrasepsi mantap
Keuntungan Umum Kontrasepsi  Mantap
Secara umum keuntungan kontap wanita dan pria dibandingkan
dengan kontrasepsi lain adalah :
a) Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan
cara kontrasepsi lain
b) Lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja

7
c) Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil dan
merupakan cara kontrasepsi yang permanen
d) Lebih ekonomis, karena hanya memrlukan biaya untuk satu kali
tindakan saja
Keuntungan Khusus Kontrasepsi Tubektomi
a) Sangat efektif dan “permanen”
b) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
c) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
d) Tidak mempengaruhi proses menyusui
e) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
f) Tidak menggangu hubungan seksual
Keuntungan Khusus Kontrasepsi Vasektomi
a) Sangat efektif dan “permanen”
b) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
c) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
d) Tidak menggangu hubungan seksual
e) Tindakan bedah yang aman dan sederhana
3) Kerugian kontrasepsi mantap
a) Tubektomi (MOW)
(1) Rasa sakit/ketidak nyaman dalam jangka pendek setelah
tindakan
(2) Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan
b) Vasektomi (MOP)
(1) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki
anak
(2) Harus ada tindakan pembedahan minor.
4) Syarat pasien yang melakukan kontrasepsi mantap
a) Sukarela
b) Bahagia
c) Sehat
5) Indikasi Kontrasepsi Mantap
a) Tubektomi ( MOW )
(1) Usia lebih dari 26 tahun
(2) Sudah punya anak cukup (2 anak), ank terkecil harus berusia
minimal 5 (lima) tahun

8
(3) Yakin telah mempunyai keluarga yag sesuai dengan
kehendaknya
(4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang
serius
(5) Ibu pasca persalinan
(6) Ibu pasca keguguran
b) Vasectomi ( MOP )
(1) Untuk laki-laki subur sudah punya anak cukup (2 anak) dan
istri beresiko tinggi
6) Kontra Indikasi Kontrasepsi Mantap
a) Tubektomi (MOW)
(1) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
(2) Menderita tekanan darah tinggi
(3) Kencing manis (diabetes)
(4) Penyakit jantung
(5) Penyakit paru-paru
(6) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus
dievaluasi).
(7) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu
disembuhkan atau dikontrol)
(8) Ibu yang tidak boleh menjalani pembedahan
(9) Belum memberikan persetujuan tertulis
b) Vasektomi (MOP)
(1) Infeksi kulit atu jamur di daerah kemaluan
(2) Menderita kencing manis
(3) Hidrokel atau varikokel yang besar
(4) Hernia inguinalis
(5) Anemia berat, ganguan pembekuan darah atau sedang
menggunakan antikoagulansia
3. Penapisan Klien
Penapisan klien merupakan upaya untuk melakukan telaah dan kajian tentang
kondisi kesehatan klien dengan kesesuaian penggunaan metode kontrasepsi
yang diinginkan.

9
Tabel Prosedur Penapisan Klien
Prosedur KBA Metode Metode hormonal AKDR Kontap
atau barier (pil kombinasi, pil wanita/
MAL (kondom) progestin/suntikan/ pria
implan)
Penapisan Tidak Tidak Ya (liat daftar)1 Ya (liat Ya (liat
reproduksi daftar) daftar)2
Seleksi Tidak Tidak Tidak Ya Ya
ISR//IMS
resiko tinggi
Pemeriksaan Tidak Tidak Tidak3 Ya -
Wanita umum - - Tidak - Ya
Abdomen - - Tidak Ya Ya
Pemeriksaan - Tidak Tidak Ya Ya
speculum
Pemerksan - Ya Tidak Ya Ya
dalam
Pria - Tidak - - Ya
(lipat
paha,penis,testi
s,skrotum)
1. Metode hormonal
2. Oklusituba dan vasektomi
3. Bila checklist penapisan semua “tidak” pemeriksaan tidak diperlukan
B. Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Langkah-langkah manajemen asuhan kebidanan
Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu :
a. Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari  semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara :
1) Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan
nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, meliputi :

10
a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )
b) Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan
cacatan terbaru serta catatan sebelumnya ).
Tahap ini  merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi
yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam
tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif
meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap
dan akurat.
b. Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis
dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga
sering menyertai diagnosis.
Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose
kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
3) Memiliki cirri khas kebidanan.
4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
c. Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

11
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang
diidentifikasi sudah tepat.
d. Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan
tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia,
kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic
yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis
bayi  baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi
yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.

12
Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
e. Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila
ada  masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan
dilakukan klien.
f. Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh

13
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.
g. Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana
asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut
berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung
pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini
dievaluasi dalam tulisan saja
2. Penerapan Menejemen Kebidanan Varney
a. Pengkajian
`Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada pasien.Pada tahap ini semua data
dasar dan informasi tentang klien dikumpulkan dan dianalisa untuk
mengevaluasi keadaan pasien.
Data ini difokuskan pada :
1) Data Subjektif
a) Biodata
(1) Nama : Dikaji dengan nama jelas dan lengkap agar
tidak terjadi kekeliruan dalam melaksanakan tindakan.
(2) Umur : Dikaji untuk mengetahui dan memberikan
perencanaan keluarga pada pasien dengan tepat sesuan 3
fase perencanaan KB

14
(3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan yang dianut
klien Sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.
(4) Suku/bangsa: Untuk mengetahui sosial budaya dan adat
istiadat yang dianut pasien sehingga dapat mempermudah
dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
(5) Pendidikan : Pendidikan perlu dikaji untuk
mengetahui tingkat kemampuan klien. Karena pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
(6) Alamat : Untuk mengetahui pasien tinggal dimana
b) Keluhan Pasien
Dikaji keluhan pasien yang berhubungan dengan penggunaan
KB.
c) Riwayat Kesehatan Pasien
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah
menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit meliputi
hipertensi, jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus,
riwayat penyakit/ trauma tulang punggung.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga
mempunyai riwayat penyakit keturunan meliputi penyakit
hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat
keturunan kembar.
e) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat haid
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya
haid, sifat darah haid, dismenorhea atau tidak, flour albus
atau tidak
(2) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien
menikah, sudah berapa kali pasien menikah, berapa umur
pasien dan suami pada saat menikah, sehingga dapat
diketahui apakah pasien masuk dalam infertilitas sekunder
atau bukan..
(3) Riwayat persalinan yang lalu

15
Jika ia pernah melahirkan, apakah ia memiliki riwayat
kelahiran dengan operasi atau tidak.
(4) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi akseptor KB
lain sebelum menggunakan KB pil dan sudah berapa lama
menjadi akseptor KB tersebut.

f) Pola kehidupan sehari-hari


(1) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan makanan
pantangan atau terdapatnya alergi.
(2) Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik
frekuensi dan pola sehari-hari
(3) Pola istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur.
(4) Pola seksual
Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam hubungan
seksual.
(5) Pola aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap
kesehatannya.
(6) Pola personal hygiene masalah dan lingkungan
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa
kali, bagaimana kebersihan lingkungan apakah memenuhi
syarat kesehatan.
g) Data pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang
akan dilakukan ibu, mengenai jenis – jenis alat kontrasepsi,
manfaat dan efek samping.
h) Data Psikologis
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu
sehubungan dengan hubungan pasien dengan suami, keluarga,

16
dan tetangga. Dan bagaimana pandangan suami dengan alkon
yang dipilih apakah mendapat dukungan atau tidak.
2) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan
umum, kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR)
yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan
dengan kondisi yang dialaminya, Sehingga bidan dapat
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan medis pada
pasien.
b) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala
Periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi rambut
rontok atau tidak.
(2) Mata
Untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera
ikterik atau tidak, dan untuk mengetahui kelopak mata
cekung atau tidak.
(3) Hidung
Diperiksa untuk mengetahui ada polip atau tidak.
(4) Mulut
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau
tidak. Dan ada caries dentis atau tidak.
(5) Telinga
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda
infeksi telinga seperti OMA atau OMP.
(6) Leher
Diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau
tidak.
(7) Ketiak
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe
atau tidak.
(8) Dada
Untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi
dinding dada saat respirasi atau tidak.

17
(9) Mammae
Apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti
benjolan abnormal atau tidak.
(10) Abdomen
Diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi pada
daerah abdomen atau tidak.
(11) Pinggang
Untuk mengetahi adanya nyeri tekan waktu diperiksa atau
tidak.
(12) Genitalia
Dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan diraba
adanya infeksi kelenjar batholini dan kelenjar skene atau
tidak.
(13) Punggung
Periksa apakah ada kelainan tulang punggung atau tidak.
(14) Anus
Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
(15) Ekstremitas
Diperiksa apakah ada varises atau tidak , apakah ada odem
dan kelainan atau tidak.
b. Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah
Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa
kebidanan, masalah dan keadaan pasien.
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan
dengan para, abortus , umur ibu, dan kebutuhan
Dasar dari diagnosa tersebut :
a) Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b) Pertanyaan mengenai jumlah persalinan
c) Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus.
d) Pernyataan pasien mengenai kebutuhannya
e) Pertanyaan pasien mengenai keluhannya
f) Hasil pemeriksaan :
(1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
(2) Pemeriksaan status emosional pasien

18
(3) Pemeriksaan kesadaran pasien
(4) Pemeriksaan tanda – tanda vital pasien
2) Masalah : sesuatu yang dikeluhkan oleh pasien
3) Kebutuhan : bidan melihat kebutuhan pasien yang harus segera
dipenuhi
c. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasikan masalah potensial atau diagnose potensial
berdasarkan diagnose yang sudah diidentifikasikan. Pada langkah ini
dibutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
d. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera.
Mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klient.
e. Perencanaan /Intervensi
Lakukan komunikasi terapiutik pada pasien dan merencanakan asuhan
kebidanan sesuai dengan kasus yang ada yang didukung dengan
pendekatan yang rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan
sesuai langkah selanjutnya. Perencanaan berkaitan dengan diagnose
kebidanan, masalah dan kebutuhan.
Contoh :
1) Berkaitan dengan diagnose kebidanan
a) Pemberian informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien
b) Pemberian informasi tentang indikasi dan kontraindikasi
c) Pemberian informasi tentang keuntungan dan kerugian.
d) Pemberian informasi tentang cara penggunaan
2) Berkaitan dengan masalah
Pemberian informasi mengenai proses atau cara kerja pil progestin.
3) Berkaitan dengan kebutuhan
f. Pelaksanaan/ Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnose kebidanan, masalah
pasien sesuai rencana yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya
dibuat secara sistematis, agar asuhan kebidanan dapat diberikan dengan
baik dan melakukan follow up.
Contoh :

19
1) Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien
2) Memberikan informasi tentang indikasi dan kontraindikasi
3) Memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian
4) Memberikan informasi tentang cara penggunaan
g. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir dari semua tindakan guna
mengetahui apa yang telah dilakukan bidan, apakah implementasi sesuai
dengan perencanaan dan harapan dari asuhan kebidanan yang diberikan.
Contoh :
1) Pasien mengetahui tentang kondisinya
2) Pasien mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi KB pil
progestin
3) Pasien mengetahui tentang keuntungan dan kerugian KB Pil progestin
4) Pasien mengetahui tentang cara penggunaan KB pil progestin.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB IUD


PADA NY. A USIA 29 TAHUN P2A0
DI PMB TATIK WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAYUMAS

Tanggal Pengkajian : 13 November 2022


Pukul 09.30 WIB

A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Pasien : Ny. A Nama Suami : Tn. A
Umur : 29 tahun Umur : 40 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : Kary. Swasta
Alamat : Porodesan
2. Keluhan utama:
Ibu mengatakan ingin pasang KB IUD.
3. Status perkawinan : perkawinan sah
4. Usia saat pernikahan : 23 tahun
5. Lama pernikahan : 6 tahun
6. Data kebidanan
1) Riwayat Menstruasi:
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus menstruasi : 28 hari
3) Keteraturan : teratur
4) Lama menstruasi : ± 6 hari
5) Sifat darah : encer terkadang ada sedikit gumpalan di hari
1-2
6) Jumlah/ banyaknya (ganti pembalut/hari): 4x/hari tidak penuh
7) Bau : khas darah
8) Warna darah : merah gelap
9) Flour albus : (-)

21
10) Keluhan : tidak ada
2) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Hamil Persalinan Nifas


ke- Tgl UK Jenis Penolong Komplikasi JK BBL Laktasi Komp
Lahir Persalinan
1 2017 39 Normal Bidan - L 3000 Asi 5 t.a.k
mg gram bulan
1 2021 40 Normal Bidan - P 3200 Asi t.a.k
mg gram ekslusif

3) Riwayat kontrasepsi yang digunakan


No. Jenis Mulai Keluhan Berhenti Alasan
(kapan, oleh, di) (kapan) Berhenti
1. Kb suntik 2017 t.a.k 2019 Ingin punya
anak

7. Data kesehatan
1) Penyakit sistemik, menurun, menular yang pernah/sedang
diderita(jantung, asma, TBC, ginjal, DM, malaria, HIV/AIDS) :
Ibu mengatakan tidak sedang atau pernah mengidap penyakit menular
seperti HIV/AIDS, penyakit paru-paru (TBC), penyakit kuning
(hepatitis) penyakit menurun, seperti darah tinggi, penyakit gula, sesak
nafas, penyakit menahun seperti jantung, ginjal dll.
2) Riwayat penyakit ginekologi
Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit
seperti pembengkakkan pada alat kelamin, perdarahan di luar siklus
menstruasi, tumor, atau kanker rahim, maupun radang panggul.
8. Data kebutuhan dasar
1. Nutrisi
1) Makan
 Frekuensi : 3x/hari
 Jenis : Nasi, sayur, lauk pauk, buah
 Jumlah : ½ piring
 Keluhan : t.a.k
2) minum:
 Jenis : Air mineral
 Jumlah : ± 7-8 gelas
 Keluhan : t.a.k

22
2. Eliminasi
1) BAK
 Frekuensi : ± 5-8x/hari
 Warna : Kuning jernih
 Bau : khas urine
 Konsistensi : encer
 Keluhan : t.a.k
2) BAB
 Frekuensi : 1-2x/hari
 Warna : kuning kecoklatan
 Bau : khas feses
 Konsistensi : lembek
 Keluhan : t.a.k
3. Pola tidur/ istirahat
Ibu mengatakan tidur malam ± 7-8 jam, dan jarang tidur siang
4. Aktivitas
Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga dibantu oleh
keluarga.
5. Pola seksual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat berhubungan seksual
6. Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x/hari, selalu menggosok gigi 2x/hari dan
sebelum tidur, mencuci rambut minimal 3x/minggu atau jika merasa
rambutnya kotor, dan mengganti celana dalam 2x/hari atau jika lembab.
9. Data psikososial
1. Dukungan suami/keluarga
Suami mendukung ibu untuk menggunakan KB IUD dan ibu telah
mengetahui kelebihan dan kekurangan KB IUD.
2. Pengetahuan ibu tentang alat konrasepsi
Ibu telah mengetahui mengenai jenis alat kontrasepsi seperti suntik,
susuk, pil dan IUD.
3. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi yang dipakai sekarang
Ibu sudah mengetahui mengenai KB IUD yaitu KB jangka waktu
panjang.
A. Data Objektif

23
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat badan : 62 kg
d. Tinggi badan : 153 cm
e. Vital sign
Suhu badan : 36,6°C
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 21 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih tidak ada massa
Rambut : Bersih dan tidak rontok
Muka : Tidak pucat, tidak oedem
Mata : Simetris kanan dan kiri, konjungtiva merah muda, sklera
putih
Hidung : Simetris, lembab, tidak ada sinusitis
Telinga : Simetris, pendengaran aktif, bersih
Mulut : Bibir simetris, tidak ada perdarahan gusi, ada sedikit
karies, tidak ada stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, vena jugularis,
maupun, kelenjer tyroid, tidak ada nyeri tekan
Mammae : Simetris, hyperpigmentasi areola, putting menonjol
pembesaran normal, tidak ada massa abnornal,
kolostrum(+)/(+).
Abdomen : Bentuk normal, tidak ada massa abnormal, kontraksi
uterus baik, tidak ada luka maupun bekas luka operasi,
TFU 2 jari bawah pusat.
Genetalia : Tidak oedem, tidak ada varises tidak ada pembesaran
kelenjar bartolini, perdarahan normal
Anus : Tidak haemoroid
Ekstremitas atas : Simetris, tidak oedem (-)/(-)
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak oedem(-)/(-), tidak ada vrises(-)/(-)
3. Pemeriksaan ginekologis (periksa dalam, inspekulo, dll)
a. Vulva dan vagina

24
1) Varises : tidak ada varises
2) Kemerahan : tidak ada kemerahan
3) Nyeri : ada
4) Kelenjar bartholini : tidak ada pembesaran
5) Perdarahan : normal
b. Inspeculo : tidak ada keputihan, tidak ada polip
c. Pemeriksaan dalam
1) Posisi Uterus : antefleksi
2) Tumor/benjolan : tidak ada
4. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
I. ANALISIS DATA
A. Diagnosa
Ny. A P2A0 umur 37 tahun akseptor KB IUD
B. Masalah
Khawatir dengan perawatan IUD yang dipasang.

II. PELAKSANAAN
Tanggal : 15 Desember 2020 Pukul : 9.40 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan
kepada ibu dan keluarga.
Rasionalisasi : agar ibu dan keluarga tidak merasa khawatir dengan kondisi
ibu. Memberitahu hasil pemeriksaan merupakan hak pasien. Sesuai peraturan
menteri kesehatan republik indonesia nomor 69 tahun 2014 tentang kewajiban
rumah sakit dan kewajiban pasien pasal 24 poin (g) yaitu pasien berhak
mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
Evaluasi : Ibu dan keluarga terlihat lebih tenang setelah mengetahui hasil
pemeriksaannya.
2. Memberi pengertian dan motivasi pada ibu bahwa kegagalan IUD
sangat kecil dan jarang terjadi.
Rasionalisasi : agar ibu tidak khawatir terhadap keadaan IUD yang
digunakan. Pemakaian IUD memiliki efektifitas yang tinggi yaitu 0,6 – 0,8

25
kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan IUD (1 kegagalan dalam
125 – 170 kehamilan). Ada kemungkinan IUD bisa keluar dengan sendirinya
dari rahim. Hal ini biasanya terjadi pada pasien yang baru saja melahirkan
dan segera dilakukan pemasangan IUD. Selain itu, posisi IUD di dalam rahim
juga dapat mempengaruhi apakah IUD dapat terlepas atau tidak. Namun
kejadian ini sangat langka. Cuma hitungan per mil. Artinya hanya 1 orang
yang gagal dari 1000 orang yang dipasangi IUD
Evaluasi : Ibu telah mengerti dan paham tentang terjadinya kegagalan KB
IUD.
3. Memberitahukan kembali kepada ibu efek samping dari pemakaian
IUD dan mengingatkan kembali tanggal kontrol setelah persalinan yaitu
tanggal 20 Januari 2021 ataupun jika ada keluhan seperti kram perut yang
berlebihan sampai keluarnya KB IUD dari jalan lahir.
Rasionalisasi : agar ibu mengetahui efek samping pemakian IUD sehingga ibu
tidak merasa bingung dengan kondisinya.
Efek samping dan komplikasi yang dapat terjadi sama seperti pada
pemasangan IUD interval yaitu ekspulsi, kehamilan, infeksi, perforasi dan
efek samping lain. Angka kejadian ekspulsi pada IUD sekitar 2-8 per 100
wanita pada tahun pertama setelah pemasangan. Angka kejadian ekspulsi
setelah post partum juga tinggi, pada insersi setelah plasenta lepas kejadian
ekspulsi lebih rendah daripada insersi yang dilakukan setelahnya. Gejala
ekspulsi antara lain kram, pengeluaran per vagina, spotting atau perdarahan,
dan dispareuni.
Kehamilan yang terjadi setelah pemasangan IUD post plasenta terjadi antara
2.0-2.8 per 100 akseptor pada 24 bulan.  Setelah 1 tahun, studi menyatakan
angka kegagalannya 0,8 % dibandingkan dengan pemasangan IUD saat
menstruasi. Prevalensi infeksi cenderung rendah yaitu sekitar 0,1 % sampai
1,1 %. Risiko infeksi panggul tidak lebih besar dibandingkan dengan insersi
enam minggu post partum atau lebih lama., infeksi panggul untuk insersi post
partum langsung enam bulan adalah 3 per 100 wanita. Peneliti lain
melaporkan berkisar antara 1,4 - 2 per 100 wanita.
Evaluasi : Ibu telah mengetahui efek samping dari pemakaian IUD paska
plasenta.
4. Memberitahukan ibu untuk melakukan kontrol ulang 1 bulan

26
Rasionalisasi : untuk mengetahui kondisi ibu sehingga apabila ada masalah
kesehatan yang dialami dapat segera ditindaklanjuti.
Evaluasi : Ibu bersedia kontrol 1 bulan lagi atau jika ada keluhan.
5. Memberitahu ibu kapan harus melepas IUD.
Rasionalisasi : agar ibu dapat mengetahui jadwal atau waktu pelepasan IUD. IUD
yang terpasang pada ibu dapat dipergunakan hingga 8 tahun pemakaian tetapi IUD
dapat dilepas sebelum waktunya apabila ibu dan suami menginginkan untuk
dilepas.
Evaluasi : Ibu telah mengetahui jadwal pelepasan IUD.

27
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian asuhan kebidanan akseptor KB yang telah dilakukan
pada Ny.A dari pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan diagnosis
Ny.A umur 29 tahun P2A0 akseptor KB IUD. Penatalaksanaan asuhan sudah
sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD paska plasenta
yaitu memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menjelaskan pada ibu tentang KB
IUD, mekanisme kerja KB IUD, syarat yang boleh dan tidak boleh
menggunakan KB IUD, keuntungan dan kerugian KB IUD, efek samping KB
IUD dan prosedur pemasangan KB IUD, memberitahu ibu untuk
menandatangani lembar persetujuan (informed consent),melakukan pemasangan
KB IUD, memberikan kepada ibu terapi oral untuk mencegah infeksi
mengurangi rasa nyeri luka bekas pemasangan KB IUD, memberitahu ibu kapan
IUD akan dilepas dan jadwal kunjungan ulang.

B. Urutan Prioritas Masalah


Dari ke dua topik asuhan yang telah ditentukan, penulis melakukan
analisis urgensi masalah dengan menggunakan metode USG yakni:
1. Urgency (dilihat dari ketersediaan waktu, mendesak atau tidaknya masalah
tersebut diselesaikan).
2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah).
3. Growth (tingkat perkembangan masalah).
Berdasarkan penilaian dengan menggunakan skala likert yakni poin 1
(sangat kecil), 2 (kecil), 3 (sedang), 4 (besar), dan 5 (sangat besar)
ditemukan hasil penilaian sebagai berikut.

U S G
Masalah Total
(Urgency) (Seriousness) (Growth)
Ibu khawatir gagal
3 4 3 10
IUD

C. Analisis Penyebab Masalah


1. Kekhawatiran ibu terhadapnya lepasnya IUD
Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan kontrasepsi, khususnya

28
kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR, alat kontrasepsi ini memiliki
keuntungan diantaranya yaitu sebagai alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas
tinggi, tidak mempengaruhi volume Air Susu Ibu (ASI), dan dapat dipasang
segera setelah melahirkan (Allen, 2009). Kerugian AKDR yaitu dapat
meningkatkan risiko terjadinya radang panggul, bertambahnya darah haid dan
rasa sakit untuk beberapa bulan pertama pemakaian, tidak melindungi dari PMS
dan dapat terjadi ekspulsi serta dalam pemasangan atau pelepasan AKDR harus
dengan bantuan tenaga medis (Hartanto, 2010).
Ekspulsi IUD merupakan salah satu permasalahan pada kegagalan alat
kontrasepsi, dimana terjadinya pengeluaran alat dari uterus yang biasanya
terjadi pada trimester pertama setelah pemasangan. Ekspulsi IUD biasanya
terjadi pada saat haid dan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab
diantaranya adalah usia dan paritas, lama pemakaian IUD, kejadian ekspulsi
sebelumnya, jenis dan ukuran IUD yang digunakan, serta faktor psikis dan
sosiokultural (Hartanto, 2010). Pada pemasangan IUD sering terjadi ekspulsi
dikarenakan mulut rahim terbuka (belum menutup secara sempurna), ditambah
lagi karena masih banyak darah nifas yang meluruh.
Pada pengkajian data subjektif didapatkan masalah yaitu Ny. Emerasa
khawatir jika IUD ikut keluar bersama darah nifas (terjadi ekspulsi). Menurut
Sogo Paulinus dalam Umi Salamah (2013), secara subjektif penderita
kecemasan selalu mengeluh adanya gelisah, tangan selalu dikepal atau
digosokkan, jalan mondar-mandir. Kecemasan dapat menyebabkan fungsi tidur
penderita terganggu, sukar konsentrasi, hilangnya daya ingat, tiadanya minat
terhadap lingkungan, tiada kegembiraan, mudah marah dan tidur.
Pada segi urgency kekhawatiran ibu terhadap lepasnya IUD mendapat poin
4 dikarenakan akan menimbulkan gelisah yang berlebihan. Pada segi
seriousness mendapat poin 4 dan growth mendapat poin 3. Menurut analisis dan
pengkajian masalah dengan metode fishbone, ditemukan beberapa akar
permasalahan diantaranya:

29
Methods Man
Gagalnya saraf otak
mengontrol emosi dan takut,
Pengalaman, pendidikan
metode pemberian informasi
yang rendah, pengetahuan
yang salah

Kekhawatiran
ibu terhadap
ekspulsi IUD

Dukungan Tenakes,
Minimnya sumber teman sebaya keluarga,
informasi, media kurang lingkungan sekitar,

Material Environment

Ketakutan dan kecemasan merupakan masalah yang membutuhkan


pengkajian yang lebih jauh dan perlu suatu perencanaan untuk mengatasinya.
Kebutuhan yang mungkin diperlukan pada kasus ini yaitu memberikan
informasi tentang keadaan yang dialami ibu dan motivasi ibu untuk tidak
terlalu cemas dengan keadaannya (Varney, 2012). Bidan perlu memberikan
dukungan fisik, psiko, sosial, dan spiritual kepada pasien dan keluarga.
D. Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kecemasan ibu
Dari kerangka fishbone di atas, ditemukan salah satu akar
permasalahan ialahnya minimnya sumber informasi tentang IUD . Oleh
karena itu, alternatif pemecahan masalahnya yaitu memberikan informasi
tentang keadaan yang dialami ibu dan motivasi ibu untuk tidak terlalu cemas
dengan keadaannya.
Kecemasan yang belebihan akan mempengaruhi produksi ASI dan
perasaan nyeri bahkan sakit pada rahim ibu. Sebab, dalam keadaan cemas,
hormon kortisol akan meningkat dan membuat ibu dalam keadaan tidak
nyaman bahkan tidak stabil akibat banyak pikiran negatif dalam pikiran ibu.
Jika terus berlanjut, proses masa nifas ibu akan terganggu bahkan dapat

30
mengakibatkan gangguan masa nifas atau lebih dikenal dengan postpartum
blues.
Pemberian informasi mengenai metode USG untuk mengetahui letak
dan posisi dari KB IUD dapat menjadikan informasi yang menguntungkan
bagi ibu, sebab dapat mengurangi rasa kecemasan ibu terhadap keadaan IUD
itu sendiri.
Dukungan dari lingkungan seperti keluarga dan tenaga kesehatan
sekitar memberikan andil bagi ibu untuk meyakinkan ibu bahwa pilihannya
menggunakan IUD sudah tepat. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa
dukungan dari suami dalam penentuan KB menjadi dukungan tersendiri bagi
akseptor KB dan memberikan kenyamanan dalam penggunaan KB itu
sendiri.

31
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada akseptor KB melalui pendekatan holistik dengan
tahap-tahap manajemen asuhan kebidanan terdiri dari pengkajian, analisis data,
penatalaksanaan berupa perencanaan, implementasi dan evaluasi, serta
pendokumentasian asuhan. Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dibuat asuhan
kebidanan pada akseptor KB IUD terhadap Ny.A dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pada pengkajian didapatkan data subyektif dan dari data objektif
berdasarkan data yang telah didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan observasi pada Ny.A.
2. Pada analisis data didapatkan diagnosa kebidanan Ny.A P2A0 umur 29
tahun akseptor KB IUD
3. Pada kasus tersebut, penatalaksanaan telah dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Pada kasus tersebut, evaluasi yang
didapatkan dari penatalaksanaan yang telah dilakukan, dimana evaluasi
yang ada untuk menilai penatalaksanaan apa yang telah dilakukan dan
bagaimana hasilnya. Dan telah diberikan asuhan akseptor KB pada Ny.A
sesuai penatalaksanaan yang telah dibuat.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Untuk lebih menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu
sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan
tugas sebagai bidan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada
asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD .
3. Bagi Klien dan Keluarga
Agar Klien lebih mengetahui dan memahami asuhan yang diberikan pada
akseptor KB IUD .
4. Bagi Lahan Praktik

32
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu
menjaga mutu pelayanan.
5. Bagi Masyarakat
Agar menambah informasi kepada masyarakat tentang asuhan kebidanan
pada akseptor KB IUD .

33
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi.1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan

Manuaba, Ida Bagus Gede.2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : ECG

Prawirohardjo, Sarwono.2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – BP

Saifuddin, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP

________, 2002. Buku Acuan Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan


Reproduksi. Jakarta

34
Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine)

CRITICAL APPRAISAL

INTRAUTERINE DEVICE PLACEMENT DURING CESAREAN DELIVERY


AND CONTINUED USE 6 MONTHS POSTPARTUM:
A RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL

A. Apa Hasil dari Penelitian Tersebut ?


1. Seberapa penting hasil penelitian ini ?
Penelitian ini penting sebab dapat menjadi referensi dalam memberi
asuhan pada perempuan usia subur tentang penggunaan alat kontrasepsi
IUD.
2. Seberapa tepat estimasi dari efek terapi ?

Allocated to Allocated to
IUD at sc interval IUD
delivery placement

Received treatment 48 50

No treatment 8 6

56 56

CER 50/56 0.89


control event rate

EER 48/56 0.86


experiment event rate

RR = EER / CER 0.86/0.89 0.97 kemungkinan kelompok


relative risk eksperimen untuk menghindari
tingkat kejadian ekspulsi pada
pemakaian IUD adalah 0.97 kali
dibanding dengaan kelompok
kontrol.

RRI = ( CER – EER) / 0.03/0.89 3.37 RR tidak > 50 % sehingga tidak

35
CER menunjukkan perubahan
relative risk increase signifikan secara klinis.

ARI = CER – EER 0.89 – 0.86 0.03


absolute risk increase

NNT = 1 / ARI 1 1/0.03 33.3


number need to treat

B. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable


(dapat diterapkan) dalam praktek sehari-hari?
1. Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?
Ya, hasil tersebut sangat dapat diterapkan pada pasien kita. Hal ini
mengingat semakin banyak pasien yang memutuskan untuk menggunakan
IUD pasca SC, setelah mendapatkan edukasi pada masa kehamilan.
2. Apakah karakteristik pasien kita sangat berbeda dibandingkan
pasien pada penelitian sehingga hasilnya tidak dapat diterapkan?
Ya, karakteristik pasien sama dengan subjek penelitian. Yakni perempuan
usia subur dengan usia berkisar 18 – 35 tahun.
3. Apakah hasilnya mungkin dikerjakan di tempat kerja kita?
Hasil penelitian cocok jika dilakukan di lingkungan praktek lahan.
Dengan meninjau kemudahan masyarakat untuk mendapatkan bahan
bahan yang dibutuhkan.
4. Apakah value dan preferensi terapi ini?
Pemasangan IUD pasca sc ataupun menjadi pemilihan beberapa tenaga
kesehatan sebab pada saat tersebut, serviks mengalami dilatasi secara
maksimal sehingga memberi kemudahan untuk memasang IUD dalam
rahim dengan posisi yang ideal. Disamping itu, hal ini juga dipandang
praktis oleh beberapa pihak sebab pemasangan dilakukan setelah tindakan
bersalin baik sc maupun per vaginam.
5. Apakah kita dan pasien kita mempunyai penilaian yang jelas dan
tepat akan value dan preferensi pasien kita?
Ya, pasien telah memahami value dari pemasangan IUD pasca salin.
6. Apakah value dan preferensi pasien kita dipenuhi dengan terapi yang
akan kita berikan?
Ya

36

Anda mungkin juga menyukai