Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari perencanaan

keluarga berencana. Dalam tahun pertama program nasional keluarga

berencana di Indonesia, sebagian besar akseptor 55% memilih AKDR/

IUD, pil mencapai 27%, kondom dan cara-cara lain 18%.

Pada tahun 1977 – 1978 keadaan berubah, akseptor pil merupakan

persentase tertinggi (72%), diikuti oleh AKDR (14%), kondom dan cara-

cara lain (9%). Dalam dua decade penggunaan, AKDR tetap merupakan

cara pengaturan kehamilan yang secara umum aman, efektif dan berguna.

Meskipun pengalaman yang luar dan penelitian yang terus dilaksanakan

dinegara-negara maju dan negara-negara berkembang, beberapa masalah

dasar penggunaan AKDR belum terpecahkan. Masalah-masalah dasar

penggunaan AKDR/ IUD misalnya spooting, ekspulsi segera setelah

pemasangan, meningginya frekuensi infeksi daerah panggul, kehamilan

yang tak di inginkan mungkin dapat berupa kehamilan ektopik, perforasi.

Untuk mengatasi masalah-masalah dasar tersebut, sudah dilakukan

berbagai usaha untuk mengurangi atau menghilangkan masalah

diantaranya teknik insersi yang lebih baik serta peralatannya, perbaikan

ukuran dan bentuk yang cocok terhadap uterus, dll. Dan setelah itu
diketahui bahwa klinis yang timbul dari penggunaan AKDR berasal dari

faktor perorangan.

Maka dari itu diperlukan konseling sebelum dan sesudah

pemasangan AKDR agar dapat diketahui kondisi calon akseptor agar tidak

menimbulkan masalah yang spesifik dari penggunaan AKDR.

(Teknik Keluarga Berencana, 27-28).

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan umum

Menerapkan dan mengembangkan management kebidanan varney

dalam memecahkan masalah pada ibu akseptor baru KB IUD /

AKDR serta mendapatkan pengalaman nyata dan teori yang

diperoleh dalam melestarikan asuhan kebidanan.

1.2.2. Tujuan khusus

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “S” umur 20 tahun

akseptor baru KB IUD / AKDR diharapkan mahasiswa dapat :

1) Melakukan pengkajian data

2) Mengidentifikasi diagnosa dan masalah

3) Mengidentifikasi masalah potensial

4) Mengidentifikasi kebutuhan segera

5) Perencanaan suatu tindakan komprehensif

6) Melaksanakan tindakan sesuai rencana

7) Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan


1.3. Manfaat Penulisan

1.3.1. Bagi klien

Klien bisa mengetahui dan memahami keadaannya sehingga

diharapkan klien bisa kerjasama secara komprehensif dengan

tenaga kesehatan.

1.3.2. Bagi lahan praktek

Dapat memberikan masukan dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan keluarga berencana (KB).

1.3.3. Bagi institusi

Dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan untuk dapat dijadikan

bahan perbandingan dan penanganan kasus kebidanan untuk teori

pelayanan kontrasepsi dan keluarga berencana yang dibutuhkan

oleh mahasiswa.

1.3.4. Bagi penulis

Penulis mendapatkan pengetahuan serta dapat menerapkan apa

yang diperoleh diperkuliahan diterapkan pada lahan praktek dalam

melakukan asuhan kebidanan pada klien keluarga berencana.

1.4. Metode Penyusunan asuhan kebidanan

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan dan untuk

membuat laporan praktik asuhan kebidanan, diantaranya :


1.4.1. Wawancara

Pengumpulan data melalui tanya jawab langsung antara klien/

keluarga dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan data

subyektif.

1.4.2. Observasi

Adalah pengamatan langsung terhadap perubahan yang terjadi.

1.4.3. Pemeriksaan fisik

Yaitu pemeriksaan fisik pada klien yang meliputi inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi untuk mendapatkan data obyektif.

1.4.4. Studi pustaka

Dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan kasus

tersebut.

1.4.5. Dokumentasi

Yaitu suatu cara memperoleh data yang meliputi data yang ada

pada status pasien.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi

2.1.1. Pengertian kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan memperoleh hak

setiap individu sebagai makhluk seksual. (Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kontrasepsi; 2006 : U-46).

2.1.2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi :

1) Aman/ tidak berbahaya

2) Dapat diandalkan

3) Sederhana

4) Murah

5) Dapat diterima oleh orang banyak

6) Pemakaian jangka lama

(KB; 2004 : 36)

2.1.3. Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi :

1) Faktor pasangan, motivasi dan rehabilitas

a. Umur

b. Gaya hidup

c. Frekuensi senggama

d. Jumlah keluarga yang diinginkan


e. Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu

f. Sikap kewanitaan

g. Sikap kepriaan

2) Faktor kesehatan, kontra indikasi absolut atau reltif :

a. Status kesehatan

b. Riwayat haid

c. Riwayat keluarga

d. Pemeriksaan fisik

e. Pemeriksaan panggul

3) Faktor metode kontrasepsi-pemeriksaan dan pemakaian

berkesi-nambungan :

a. Efektivitas

b. Efek samping minor

c. Kerugian

d. Komplikasi-komplikasi yang optimal

e. Biaya

(KB; 2004 : 36-37)

2.1.4. Macam-macam metode kontrasepsi

1) Metode sederhana

a. Tanpa alat

1. KB alamiah

o Metode kalender

o Metode suhu kadar basal


o Metode lendir serviks

o Metode sympto -termal

2. Coitus interuptus

b. Dengan alat

1. Mekanis (barier)

o Kondom pria

o Barier intra vagina

 Diafragma

 Kap serviks

 Spons

 Kondom wanita

2. Kimiawi

o Spermisid

2) Metode modern

a. Kontrasepsi hormonal

1. Per oral

o Pil Oral Kombinasi (POK)

o Mini-pil

2. Injeksi / suntikan

3. Sub kutis : implant

b. Intra uterine devices (IUD, AKDR)


c. Kontrasepsi mantap

1. Pada wanita

o Operatif, medis operatif wanita

 Legasi tuba fallopi

 Fimbriektomi

 Salpingektomi

 Histerektomi

o Penyumbatan tuba fallopi secara mekanis :

 Penjepitan tuba fallopi

 Solid plugs (intra tubal devices)

o Peyumbatan tuba fallopi secara kimiawi :

 ovabloc

2. Pada pria

o Operatif medis pria

 Vasectomi / vasektomi tanpa pisau (VTP)

o Penyumbatan vas deferens secara mekanis :

 Penjepitan vas deferens

 Plugs

o Penyumbatan vas deferens secara kimiawi :

 Quinacrine

 Ethanol

(KB Hartanto, 2004 : 42-44)


2.1.5. Tanda-tanda bahaya

1) Tanda-tanda bahaya pil-oral

a. Sakit perut yang hebat

b. Sakit dada yang hebat atau ”nafas pndek”

c. Sakit kepala yang hebat

d. Keluhan mata seperti penglihatan kabur / tidak dapat

melihat

e. Sakit tungkai bawah yang hebat (betis atau paha)

2) Tanda-tanda bahaya IUD

a. Terlambat haid / amenorhoe

b. Sakit perut

c. Demam tinggi, menggigil

d. Keputihan yang sangat banyak / sangat berbau

e. Spotting, perdarahan pervaginam, haid yang banyak

bekuan-bekuan darah.

3) Tanda-tanda bahaya suntikan

a. Pertambahan berat badan yang menyolok

b. Sakit kepala yang hebat

c. Perdarahan per-vaginam yang banyak

d. Depresi

e. Polyuri

(KB, Hartanto, 2004 : 40).


2.2. Konsep Dasar Teori KB IUD/ AKDR

2.2.1. Pengertian IUD/ AKDR

AKDR adalah alat yang dimasukkan ke dalam rahim dalam masa

reproduksi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya reproduksi

dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan.

AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur

tambahan untuk sinergi efektivitas) dengan berbagai bentuk, yang

dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan efek kontraseptif.

(Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; 2006

: 492).

2.2.2. Macam-macam dan jenis AKDR/ IUD

1) IUD mert / non medisinalis

Terdiri dari bahan dasar polietrin tanpa tambahan bahan

bioaktif.

Contoh : IUD Lippes loop.

2) IUD medisinalis

Yaitu AKDR terdiri dari bahan dasar polietrien ditambah zat

bioaktif seperti hormon progesteron atau logam Cu (tembaga).

Contoh : progestasert (tidak ada di indonesia)

IUD cooper T, IUD cooper 7, IUD multiload.

(Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994 : 83)

o AKDR Cu-T 380 A (kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel,

berbentuk huruf T di selubungi oleh kawat halus yang terbuat


dari tembaga (Cu). AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah

Nova-T (schering).

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006 : MK-74)

2.2.3. Mekanisme kerja IUD / AKDR

1) Menyebabkan perubahan pada endometrium, yang berkibat :

a. Mematikan sperma

b. Mematikan hasil pembuahan

c. Menghambat nidasi

2) Meningkatkan pergerakan saluran telur dengan akibat tibanya

hasil pembuahan terlalu dini di dalam rongga uterus.

3) Pengaruh zat bioaktif Cu adalah :

a. Mematikan sperma

b. Mematikan hasil pembuahan

c. Perubahan sel-sel endometrium yang menghambat nidasi

d. Perubahan pada lendir serviks yang menghambat penetrasi

sperma

4) Pengaruh zat bioaktif progesteron

a. Menghambat ovulasi

b. Mempengaruhi endometrium yang berakibat menghambat

nidasi

c. Mempengaruhi lendir serviks


2.2.4. Daya guna IUD / AKDR

Mempunyai kemampuan untuk mencegah kehamilan 96-98%

lamanya penggunaan AKDR tergantung pada jenisnya, untuk IUD

inert dapat dipergunakan sampai menopouse bila tidak ada indikasi

untuk mengeluarkan IUD tersebut.

Untuk IUD medisinalis tergantung pada bahan yang dipergunakan :

o IUD progestasert diganti setiap tahun

o IUD cooper T 200 dan cooper 7 200 jangka waktu pemakaian

2-3 tahun

o IUD multi load 250 jangka waktu pemakaian 3-4 tahun.

o IUD cooper T 380 A jangka waktu pemakaian 4 tahun.

(Pedoman Diagnosis dan Terapi; 1994 : 83-84)

2.2.5. Keuntungan AKDR

1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.

Sangat efektif → 0,6-0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1

tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)

2) AKDR dapat segera efektif setelah pemasangan.

3) Metode jangka panjang (10 tahun potensi dari Cu-T 380 A dan

tidak perlu diganti).

4) Sangat efektif dan tidak perlu lagi mengingat-ingat.

5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil.
7) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu-T

380A).

8) Tidak mempengaruhi kualitas dan produksi ASI

9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan / sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

10) Dapat digunakan sampai menopouse (10 tahun / lebih setelah

haid terakhir)

11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

12) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, MK-75).

2.2.6. Kerugian AKDR

1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ

2) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang

senggama terasa lebih basah.

(Manuaba, 456).

3) Efek samping umum yang terjadi :

a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan)

b. Haid lebih lama dan banyak.

c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

d. Saat haid lebih sakit.


4) Komplikasi lain

a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan.

b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab anemia.

c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila

pemasangannya benar)

5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/ AIDS

6) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan.

7) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan

IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.

8) Prosedur medik, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan

dalam pemasangan AKDR seringkali perempuan takut selama

pemasangan.

9) Sedikit nyeri dan pendarahan (spotting) terjadi setelah

pemasangan AKDR. Biasanya menghilang 1-2 hari.

10) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas

kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.

11) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering

terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan)

12) Tidak mencegah mencegah terjadinya kehamilan ektopik

karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.


13) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu

ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan

jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau

melakukan ini.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi; 2004 : MK 75-76)

14) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio dan

mengganggu hubungan seksual.

(Manuaba, 455).

2.2.7. Yang dapat menggunakan AKDR / IUD

1) Usia reproduktif

2) Keadaan nulipara

3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.

7) Resiko rendah dari IMS.

8) Tidak menghendaki metode hormonal.

9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.

10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.

AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan :

1) Perokok

2) Pasca keguguran / kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat

adanya infeksi
3) Sedang memakai antibiotika / anti kejang

4) Gemuk ataupun kurus

5) Sedang menyusui

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi : MK-76).

2.2.8. Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR/ kontrasepsi

1) Sedang hamil (diketahui hamil/ kemungkinan hamil)

2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat di

evaluasi)

3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, serviksitis)

4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami / sering menderita PRP /

abortus septik.

5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal / tumor jinak rahim

yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

6) Penyakit trofoblas yang ganas.

7) Diketahui menderita TBC pelvik.

8) Kanker alat genital.

9) Ukuran rongga rahim < 5 cm.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi; MK-77)

2.2.9. Waktu Pemasangan

1) Waktu pemasangan pasca persalinan

a. Sebelum pulang dari RS

b. 4-6 minggu pasca persalinan


2) Waktu pasca abortus

a. Pemasangan langsung : pasca kuret

b. 1-2 minggu pasca kuret

3) Waktu interval : daur haid hari ke-4 dan ke-5

(Pedoman Diagnosis dan Terapi; 1994 : 85)

4) Bersamaan dengan sectio caesarea

5) Segera setelah bersih menstruasi

(Manuaba : 456)

2.2.10. Cara atau Teknik Pemasangan IUD / AKDR

1) Desinfeksi vagina dengan betadine.

2) Dipasang duk suci hama.

3) Dipasang spekulum SIM.

4) Dipasang terakulum pada bibir depan portio

5) Dilakukan sonde dari rahim

6) IUD yang akan dipakai dimasukkan ke dalam insertor

7) Insertor yang telah diganti dengan IUD dimasukkan ke dalam

canalis cerviks

8) Bila yang dipergunakan IUD lippes loop, IUD tali di dorong (to

push)dengan mempergunakan alat pendorong (plunger),

sedangkan pada IUD cooper T diletakkan dalam rongga rahim

dengan cara menarik insertor kebelakang (with drawal).

9) Insertor ditarik keluar dari kanalis servikalis.

10) Tali IUD dipotong 3 cm dari OUE


11) Akseptor diberi profilaksis, antibiotik-ampisilin 1-2 gr P.O /

hari selama 5 hari dan asam mefenamat.

(Pedoman Diagnosis dan Terapi; 85)

2.2.11. Pengaruh Pada Tubuh

1) Pengaruh pada rahim :

a. Meningkatkan sekresi dari endometrium dengan gejala

klinik ”fluor”

b. Meningkatkan kontraksi miometrium (peningkatan prostag-

landin) dengan gejala klinis sakit perut bawah sampai ke

pinggang.

c. Meningkatkan perdarahan pada waktu haid karena

pengaruh hiperemi dan peningkatan progtaglandin,

peningkatan aktivitas filorinotitic (histamin, pasmin).

d. Translokasi IUD, tanpa ada keluhan (pain less); bahaya

dapat ditimbulkan dengan adanya translokasi IUD. Ialah

adanya infeksi (peritonitis karena adanya bakteri yang

dibawa serta oleh IUD). Kehamilan dengan IUD insitu

dapat berakibat terjadinya abortus, partus imatur, partus

prematur, maupun dapat terjadi amnionitis. Pengaruh

sistemik yang ditimbulkan oleh Cu ++ adalah kemungkinan

alergi terhadap Cu.

(Pedoman Diagnosis dan Terapi : 84)


2.2.12. Pemeriksaan ulang AKDR (Manuaba, 187 dan Materi Pelatihan

CTU : 08)

1) Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan

antibiotika profilaksis

2) Jadwal pemasangan ulang.

a. Kembali lagi untuk periksa ulang setelah menstruasi

pertama pasca pemasangan atau 4 hingga 6 minggu setelah

pemasangan.

b. Selama bulan pertama setelah pemasangan periksa keadaan

benang beberapa kali, khususnya setelah menstruasi selesai.

c. Periksa keadaan benang setelah bulan pertama, hanya jika

ada mengalami : kram di perut bawah, perdarahan bercak

diantara haid /pasca senggama, sakit atau nyeri setelah

hubungan seksual.

2.2.13. Kapan AKDR dibuka

AKDR dapat dibuka sebelum waktunya bila :

1) Ingin hamil kembali

2) Leukorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus

3) Terjadi infeksi

4) Terjadi perdarahan

5) Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan AKDR

(Manuaba : 458)
2.2.14. Efek Samping dan Komplikasi

1) Erosi portio

Adalah suatu perdarahan pada portio berwarna merah dengan

batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum. (Wiknjosastro,

1998).

a. Etiologi

1. Fisiologi : terjadi pada bayi sampai masa kanak-kanak

2. Patologi : penggunaan AKDR, pemakaian pil,

perilaku seksual yang tidak sehat, trauma

misla setelah melahirkan.

b. Gejala

1. Adanya fluxus

2. Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas

3. Portio teraba tidak rata

c. Penanggulangan

1. Batasi hubungan suami istri

2. Menjaga kebersihan vagina

3. Lama pemakaian AKDR harus diperhatikan

2) Gangguan haid

a. Gejala

1. Perdarahan diluar haid (methorragia atau breakthrough

blooding)
2. Perdarahan yang lebih lama atau lebih banyak dari pada

biasanya (menorrhagia)

b. Penanggulangan

1. Batasi hubungan suami istri

2. Menjaga kebersihan genetalia

3. Lama pamakaian AKDR harus diperhatikan

3) Infeksi

a. Gejala

1. Keluarnya cairan putih

2. Nyeri perut bagian bawah

3. Suhu lebih dari 38o C

b. Penanggulangan

1. Akibat dari pemasangan tidak sesuai dengan standart

baku dan tidak steril

2. Partner seksual yang banyak dan lama pemakaian

AKDR

3. Masuknya kuman-kuman yang biasanya hidup di dalam

traktus genetalia bagian bawah ke dalam uterus pada

saat insersi.

4. Bertambahnya volume dan lamanya perdarahan haid

(darah merupakan media subur untuk berkembang

biaknya kuman)

5. Naiknya kuman-kuman melalui benang AKDR


c. Penanggulangan

1. Saling setia dengan pasangan

2. Lama pemakaian AKDR harus diperhatikan

3. Pengobatan dengan albothyl vagina 1 x perhari selama

1 minggu

(Mochtar, 1998)

d. Keputihan

1. Gejala

Keluarnya cairan jernih, tidak berbau dan tidak ada

gatal dari vagina.

2. Penyebab

o Karena adanya reaksi endometrium

o Karena adanya AKDR dalam rahim (sebagai benda

asing)

3. Penanggulangan

o Menjaga kebersihan vagina supaya tidak lembab

o Sering kontrol, tidak hanya jika ada keluhan saja

o PAP smear dan USG

o Pengobatan dengan metronidazole 3 x 500 mg per

hari selama 7 hari

(Harianto, 2004)
e. Ekspulsi

1. Gejala

o Nyeri pada kemaluan

o Terabanya bagian AKDR di dalam vagina

2. Penyebab

o Karena ukuran AKDR yang tidak sesuai

o Karena letak AKDR yang tidak sempurna

3. Penanggulangan

o Melepas AKDR

o Pemasangan yang sesuai standart

o Ukuran AKDR disesuaikan dengan ukuran uterus

(Mochtar, 1998)

f. Translokasi AKDR

1. Gejala

o Klien merasa nyeri yang hebat pada waktu

pemasangan

o Klien tampak menyeringai

2. Penyebab

o Pemasangan yang sulit sehingga dipaksakan

o Pemasukan inserter dengan arah yang salah

o Teknik pemasangan AKDR yang tidak benar


3. Penanggulangan

o Kolaborasi dengan dokter USG

o Angkat AKDR dengan laparotomi

(Mochtar, 1998)

g. Rasa mules atau nyeri atau kram perut bawah

1. Gejala

o Nyeri / mules / sakit pinggang terutama hari

pertama sesudah pemasangan

o Wajah klien menyeringai

o Nyeri tekan pada atas symfisis pada adreksa

2. Penyebab

o Psikis

o Letak AKDR yang tidak tepat

o AKDR merangsang pembentukan prostaglandin

pada waktu haid

3. Penanggulangan

o Beri konseling pada akseptor

o AKDR dilepas bila nyeri hebat

o Beri antibiotik 3 x 500 mg, selama 1 minggu

(Mochtar, 1998)
2.3. Konsep Dasar Pencegahan Infeksi (PI)

2.3.1. Pengertian

PI adalah cara mencegah mikroorganisme berpindah dari satu

individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru lahir dan para

penolong persalinan) sehingga dapat memutus rantai penyebar

infeksi.

(APN Revisi 2007 : 16).

2.3.2. Prinsip-prinsip PI

1) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena

infeksi dapat bersifat asimptomatik

2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi

3) Permukaan benda di sekitar kita, peralatan dan benda-benda

lain yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit

yang tak utuh, lecet selaput mukosa / darah harus dianggap

terkontaminasi hingga setelah digunakan, harus di proses

secara benar.

4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan / benda

lainnya telah diproses dengan benar maka semua itu harus

dianggap masih terkontaminasi.

(APN Revisi 2007 : 15).


2.3.3. Tujuan PI

1) Bagian dari kualitas pelayanan KB

2) Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB terutama pada

AKDR, suntik, susuk dan kontap.

3) Menurunkan resiko transmisi penyakit menular seperti hepatitis

B dan AID (Materi Pelatihan CTU : 08).

2.3.4. Tindakan-tindakan dalam PI

1) Asepsis / teknik aseptik

Teknik aseptik membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi

baru lahir dan penolong persalinan dengan cara menurunkan

jumlah, menghilangkan seluruh mikroorganisme pada kulit,

jaringan dan instrumen atau peralatan hingga tingkat yang

aman.

2) Antisepsis

PI dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.

3) Dekontaminasi

Adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa

petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai

benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh.


4) Mencuci dan membilas

Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan

semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing (misalnya

debu, kotoran) dari kulit atau instrumen serta peralatan.

5) Desinfeksi

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua

mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda-

benda mati / instrument.

6) Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua

mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara

merebus / kimiawi.

7) Sterilisasi

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua

mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk

endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrumen.

2.3.5. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi

1) Cuci tangan

a. Segera tiba / sebelum pulang dari tempat kerja.

b. Sebelum dan sesudah kontak fisik secara langsung dengan

ibu dan BBL


c. Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan DTT / yang

sudah terkontaminasi.

d. Setelah menyentuh benda yang terkontaminasi darah /

cairan tubuh.

Langkah-langkah cuci tangan :

Lepaskan perhiasan, singkirkan lengan baju sampai siku.

1. Membasahi kedua tangan sampai siku dengan air mengalir

2. Mengambil sabun secukupnya

3. Menggosok tangan

4. Sela-sela jari

5. Menggosok punggung dan jari-jari dengan keadaan tangan

menggenggam

6. Bersihkan ibu jari

7. bersihkan kuku-kuku

8. pergelangan tangan sampai siku

9. basahi tangan sampai siku pada air mengalir

10. Kemudian keringkan tangan dengan handuk / diangin-

anginkan.

2) Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya.

a. Gunakan sarung tangan steril / DTT untuk prosedur apapun

yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan dibawah

kulit seperti persalinan, penjahitan vagina / pengambilan

darah.
b. Gunakan sarung tangan periksa bersih untuk menangani

darah atau cairan tubuh.

c. Gunakan sarung tangan rumah tangga untuk mencuci

peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah

dan cairan tubuh.

3) Menggunakan teknik aseptis atau antisepsis

Teknik asepsis meliputi :

a. Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi

1. Kaca mata pelindung

2. Masker wajah

3. Sepatu boot

4. Celemek

b. Antisepsis

Adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi

dengan cara membunuh / mengurangi mikroorganisme pada

jaringan tubuh / kulit (seperti alkohol, betadine)

c. Desinfeksi tingkat tinggi

4) Memproses alat bekas pakai

Tiga proses pokok pemrosesan alat bekas pakai :

a. Dekontaminasi

Segera setelah alat digunakan, benda-benda yang

terkontaminasi direndam dalam larutan 0,5% selama 10


menit cara menyiapkan larutan klorin 0,5% dengan

perbandingan 1 : 9.

Contoh diperlukan larutan klorin 0,5% sebanyak 5500 cc

 Air : 9
/10 x 5500 = 4950 cc/ml (air tidak perlu

dimasak.

 Bayclin : 1/10 x 5500 = 550 cc/ml

Jadi untuk membuat larutan klorin 0,5% dibutuhkan 4950

cc/ml air dan 550 cc/ ml bayclin.

b. Pencucian dan pembilasan

Jika perlengkapan untuk sterilisasi tidak tersedia, pencucian

yang seksama merupakan proses fisik satu-satunya untuk

menghilangkan sejumlah endospora bakteri.

c. DTT dan sterilisasi

DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukur /

kimiawi.
Dekontaminasi

(Rendam dalam larutan klorin 0,5%


selama 10 menit)

Cuci bilas
Gunakan detergent & sikat

Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka


dari benda tajam.

(Metode yang dipilih) (Metode alternatif)


Sterilisasi Desinfeksi tingkat tinggi
  
Autoklaf Panas kering Rebus / kukus Kimiawi
106 kPa 170o C Panci tertutup Rendam
121o C 60 menit 20 menit 20 menit
30 menit
jika terbungkus
20 menit
jika tidak terbungkus

Diinginkan dan kemudian siap digunakan

(Peralatan yang sudah diproses dapat disimpan dalam


wadah tertutup yang di DTT sampai 1 minggu jika
wadahnya tidak dibuka)

5) Pengelolaan sampah

Sampah dibagi menjadi :

a. Sampah basah untuk

b. Sampah kering

c. Sampah tajam

d. Sampah medis

e. Sampah non medis

(APN Revisi 2007 : 29-30)


2.4. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Akseptor IUD / AKDR

Asuhan kebidanan memperkenalkan sebuah metode dengan

pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang

logik dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.

proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi

asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan

tindakan saja melainkan juga perilaku setiap langkah agar pelayanan yang

komprehensif dan aman dapat tercapai (Varney, 1997).

Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan

dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Ketujuh langkah

tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan

dalam situasi apapun. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

2.4.1. Pengkajian

Merupakan langkah awal untuk mendapatkan data tentang keadaan

klien melalui : anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang, dan data-data tersebut diklasifikasikan sebagai data

subyektif, obyektif dan data penunjang.

1) Data subyektif

Adalah data yang didapat dari hasil wawancara langsung

kepada klien dan keluarga dan tim kesehatan lain. Data

subyektif ini mencakup semua keluhan-keluhan dari klien

terhadap masalah kesehatna yang lain.


Darihasil anamnesa terhadap klien tentang masalah kesehatan

yang dialami, meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Biodata

Berisi tentang identitas klien beserta suaminya yang

meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, suku bangsa, alamat dan status perkawinan

yaitu kawin ke1, umur kawin, lama kawin.

b. Keluhan utama

Klien ingin menunda kehamilannya dengan menggunakan

KB AKDR/ IUD.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Klien ingin menggunakan KD IUD/ AKDR.

d. Riwayat kesehatan yang lalu

Apakah klien pernah menderita penyakit-penyakit yang

menjadi kontra indikasi pemasangan KB IUD / AKDR.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah dalam keluarga ada yang punya penyakit menular,

menurun atau menahun.

f. Riwayat kebidanan atau obstetri

1. Riwayat haid

Terdiri dari menarche umur berapa, HPHT, siklus haid

teratur atau tidak, berapa lama, berapa hari siklusnya,

berapa banyak, bagaimana warna, konsistensi, bau,


apakah merasakan nyeri haid, kapan, apakah keputihan

atau tidak, kalau iya kapan, banyak atau tidak,

bagaimana konsistensinya, warnanya, bau atau tidak,

gatal atau tidak.

2. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Hamil yang keberapa, keluhan yang dirasakan selama

hamil, persalinan spontan atau tidak, aterm atau tidak,

ditolong siapa, dimana, adakah penyakit.

Nifas adakah kelainan, panas atau tidak, perdarahan

atau tidak, laktasi.

Bayi : jenis kelamin, BBL, hidup atau tidak, umur

sekarang.

3. Riwayat KB

Klien belum pernah menggunakan KB apapun.

g. Riwayat ginekologi

Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan,

infertilitas, penyakit kelamin, tumor, kanker, sistem

reproduksi, operasi ginekologi atau kandungan.

h. Riwayat psikososial

Keadaan psikis pada klien saat pengkajian.

i. Keadaan sosial dan budaya

Kebiasaan yang dilakukan klien, keluarga baik yang

bersifat menunjang / menghambat.


j. Pola kebiasaan sehari-hari

Berisi tentang bagaimana nutrisi, aktivitas, eliminasi,

personal hygiene, dan seksual yang dilakukan oleh klien.

1. Pola nutrisi

Yang perlu ditanyakan berpa kali makan dalam sehari,

bagaimana komposisinya, berapa jumlah banyak

minum, apa saja minumnya (susu, kopi, teh, air putih)

2. Pola aktivitas

Apa saja kegiatan klien.

3. Pola istirahat dan tidur

Bagaimana pola tidurnya, berapa lama, istirahat tiap

hari, warna tidur (tidur jam berapa)

4. Pola eliminasi

BAK : berapa frekuensi dalam sehari, bau

BAB : berapa frekuensi dalam sehari, warna, bau,

konsistensi

5. Pola personal hygiene

Sehari mandi berapa kali, gosok gigi, ganti pakaian luar

dan dalam, seminggu berapa kali keramas, seminggu

berapa kali ganti baju.

6. Pola seksualitas

Berapa frekuensinya, ada tidak keluhan.


2) Data obyektif

Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang terdiri dari :

a. Keadaan umum

Kesadaran, postur tubuh, TB, BB, LILA.

b. Tanda-tanda vital

Tensi : 110/70 - < 140/90 mmHg

Nadi : 76 – 92 x/menit

RR : 16 – 24 x/menit

S : 36,5 – 37,5o C

c. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

Kepala : kepala bersih atau tidak,

berketombe atau tidak, rontok atau

tidak, warna rambut.

Muka : pucat atau tidak, oedem atau tidak,

hiperpigmentasi

Mata : bentuk, konjungtiva anemia atau

tidak, sklera ikterus atau tidak, ada

kelainan atau tidak.

Hidung : bersih atau tidak, ada sekret atau

tidak, ada pernafasan cuping


hidung atau tidak, ada polip atau

tidak.

Mulut dan gigi : mukosa bibir lembab atau tidak,

stomatitis atau tidak, ada caries

gigi atau tidak, ada tonsilitis atau

tidak.

Telinga : bentuk simetris atau tidak, ada

serumen atau tidak.

Leher : ada pembesaran kelenjar tyroid

dan vena jugularis atau tidak.

Axilla : bersih, tidak ada lesi, tidak ada

pembesaran kelenjar lymfe

Dada : ada tarikan intercosta atau tidak,

keadaan puting susu, kebersihan,

nyeri tekan, bentuk.

Perut : bentuk, bekas luka operasi, ada

pembesaran atau tidak.

Genetalia : kebersihan, fluor albus, ada

condiloma atau tidak.

Anus : hemoroid ada atau tidak.

Ekstremitas atas : ada varices atau tidak, oedem atau

tidak, simetris atau tidak, ada


kelainan gerak, jumlah, bentuk

atau tidak.

Ekstremitas bawah : ada varices atau tidak, oedem atau

tidak, simetris atau tidak, ada

kelainan gerak, jumlah, bentuk

atau tidak.

2. Palpasi

Kepala : ada benjolan atau tidak

Muka : oedem atau tidak

Mata : oedem palpebra atau tidak

Leher : ada pembesaran kelenjar tyroid

dan vena jugularis atau tidak

Axilla : ada pembesaran kelenjar lymfe

atau tidak

Dada : ada benjolan atau tidak, nyeri

tekan atau tidak

Abdomen : ada benjolan atau tidak, nyeri

tekan atau tidak

Ekstremitas : oedem atau tidak, nyeri tekan atau

tidak

3. Auskultasi

Dada : terdapat wheezing, ronchi atau

tidak
4. Perkusi

Abdomen : meteorismus atau tidak

2.4.2. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan

Langkah kedua merupakan pengembangan mengenai masalah dan

interprestasi data dasar ke dalam identifikasi yang spesifik

mengenai atau diagnosa. Beberapa masalah tidak dapat

diidentifikasi sebagai diagnosa akan tetapi membutuhkan suatu

rencana yang komprehensif untuk klien. Masalah lebih sering

berhubungan dengan keluhan yang dialami oleh klien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan. Diagnosa adalah hasil dari

perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan

oleh bidan.

Adapun diagnosa masalah dan kebutuhan yang ditegakkan pada

akseptor baru KB IUD/ AKDR :

Diagnosa : Akseptor baru KB IUD/ AKDR

Ds : Komunikasi verbal yang menyatakan bahwa klien

menggunakan KB IUD/ AKDR.

Do : KU baik

TTV (dalam batas normal)

Tensi : 110/70 – 130/90 mmHg

Nadi : 76 – 92 x/menit

Suhu : 36,5 – 37,5o C

RR : 16 – 24 x/menit

Riwayat kesehatan yang lalu


2.4.3. Antisipasi Masalah Potensial

Mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial lainnya

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa masalah yang ada.

Merupakan antisipasi masalah yang timbul dan bila tidak segera

diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien. Oleh karena itu

masalah potensial harus segera diatasi dan segera dipersiapkan

tindakan untuk mengatasi.

2.4.4. Identifikasi Kebutuhan Segera

Merupakan langkah yang membutuhkan sifat yang

berkesinambungan dari proses penatalaksanaan asuhan kebidanan

periodik dan saat bidan berada bersama. Data-data baru senantiasa

dikumpulkan dan dievaluasi. Berupa data, memberi indikasi

adanya situasi yang gawat dimana bidan bertindak dengan segera

untuk keselamatan klien. Adapun kebutuhan segera jika terjadi

masalah adalah kolaborasi dan rujukan dalam pengobatan dan

konseling.

2.4.5. Intervensi

Suatu rencana yang menyeluruh meliputi apa yang diidentifikasi

oleh kondisi klien. Setiap masalah yang berkaitan, gambaran besar

tentang apa yang terjadi berikutnya, konseling dan rujukan.

Rencana asuhan harus disetujui bersama antara bidan, pasien dan

keluarga keputusan dalam pengambangan rencana asuhan harus


berdasarkan rasional yang tepat sesuai pengetahuan yang

berhubungan dan terkini.

Diagnosa : Ny. ”...” ...... akseptor baru KB IUD/ AKDR

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 x 60

menit diharapkan akseptor KB AKDR bisa

menerima keadaannya, bisa paham dan mengerti

keadaannya saat ini.

Kriteria hasil : Akseptor telah terpasang KB / IUD

Akseptor bisa mengerti tentang KB AKDR yang

telah terpasang pada ibu.

Akseptor bisa mengerti kondisinya saat ini.

Akseptor bisa mengulangi kembali penjelasan dari

petugas kesehatan.

Intervensi :

1) Lakukan pendekatan komunikasi terapeutik dengan ibu dan

keluarga.

Rasional : menjalin kerjasama dan rasa percaya antara klien

dan petugas kesehatan sehingga mempermudah

dalam melakukan tindakan.

2) Lakukan konseling KB AKDR/ IUD

Rasional : agar ibu lebih mengerti dan jelas tentang KD,

AKDR, sehingga klien tidak was-was lagi saat


pemasangan karena itu sudah tahu prosedur, serta

keuntungan dan efek samping AKDR.

3) Lakukan informed consent pada ibu dan suami

Rasional : dengan informed consent dapat menguatkan bukti

bahwa ibu dan suami menyetujui tindakan yang

akan dilakukan yaitu pemasangan IUD.

4) Lakukan prosedur pemasangan AKDR/ IUD

Rasional : melakukan pemasangan AKDR sesuai dengan

prosedur dan teknik, dimulai dari persiapan alat,

persiapan lingkungan, diri dan pasien.

5) Lakukan konseling pasca pemasangan

Rasional : agar ibu dapat mengerti apa yang harus ibu

lakukan di rumah dan kapan saja ibu harus

kembali periksa ke tenaga kesehatan.

6) Jelaskan pada ibu untuk kontrol maksimal 3 x setelah

pemasangan 1 x setelah mendapat mens pertama, 3 bulan

setelah pemasangan tidak mens, kalau ada mens yang hebat

sekali disertai sakit atau nyeri.

Rasional : untuk mengetahui kondisi ibu dan benang.

Terutama untuk mengetahui apakah ada efek

samping dari pemasangan AKDR/ IUD.


2.4.6. Implementasi

Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi, implementasi

yang komprehensif merupakan pengeluaran dan perwujudan dari

rencana yang telah disusun pada tahap-tahap perencanaan.

Pelaksanaan dapat terealisasi dengan baik. Apabila diterapkan

hakekat masalah. Jenis tindakan atau pelaksanaan bisa dikerjakan

oleh bidan sendiri, klien, kolaborasi sesama atau tenaga kesehatan

lain dan rujukan dari profesi lain.

2.4.7. Evaluasi

Merupakan seperangkat tindakan yang saling berhubungan untuk

mengukur pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria

evaluasi untuk menilai kemampuan dalam asuhan kebidanan

sebagai umpan balik untuk memperbaiki. Dalam evaluasi

menggunakan teknik SOAP :

Tanggal : Jam :

S : Data yang diperoleh dari wawancara langsung

O : Data yang diperoleh dari observasi

A : Pernyataan yang terjadi antara data subyektif dan obyektif

P : Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan masalah yang

terjadi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
Tanggal : 05 Januari 2010 Jam : 09.00 WIB
Tempat : Puskesmas Peterongan
A. Data Subyektif
1) Biodata
Nama : Ny “S” Nama : Tn “T”
Umur : 20 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan :- Penghasilan : ± 500.000;
Alamat : Pulo Tawang Sari Alamat : Pulo Tawang Sari
2) Keluhan utama
Ibu mengatakan telah melahirkan 3 bulan yang lalu, ibu ingin
menggunakan KB AKDR untuk menunda kehamilan
3) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan ingin menjadi akseptor KB AKDR karena ingin
menunda kahamilan lalu ibu dating ke Puskesmas Peterongan pada
tanggal 05 – 01 – 2009.
4) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti anemia,
infeksi alat genetalia (radang vagina), kanker cervik, penyakit
menular (AIDS, syphilis)
5) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit menurun (Hipertensi, DM), menular (TBC, hepatitis, HIV

/ AIDS), menahun (asma), dan tidak ada riwayat keturunan

kembar.

6) Riwayat obstetri

a. Riwayat haid

Menarche : 12 tahun

Siklus haid : 28 hari

Lama haid : 6 – 7 hari

Banyaknya : hari ke 1 – 3 ganti pembalut 3 x/hari,

hari ke 4 – 7 ganti pembalut 2 x/hari

Warna, bau : Hari 1 – 3 merah, hari 4 – 7 kecoklatan

Bau : Anyir

Keluhan :-

Flour albus : keputihan, 2 hari sebelum dan 2 hari setelah

haid.

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu

Kawin Anak Hamil Tempat Pnlg Pnylt Anak Umur Nifas


UK
ke ke ke persalinan persalinan persalinan JP Pnylt BB / JK sekarang Prdrh ASI

3 bulan ini

I I I 9 bln BPS Bidan - Spntn - 2900/♀ 3,5 bln - rencana

ekslusif
c. Riwayat KB

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun

sebelumnya. Saat ini ibu ingin menjadi akseptor KB AKDR

karena ingin mengatur jarak kalahiran anaknya.

7) Riwayat Ginekologi

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti kanker

cervik, radang vagina, tumor, kista, ibu tidak pernah operasi.

8) Keadaan Psikososial

Ibu mengatakan ikut KB IUD atas persetujuan suami. Ibu juga

ingin m emakai IUD karena merasa cocok dan ingin perlindungan

jangka panjang.

9) Latar Belakang Sosial Budaya

Ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, kebiasaan keluarga sudah

bisa menerima penggunaan KB spiral, tidak ada lingkungan yang

menghambat KB spiral.

10) Pola kebiasaan Sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Makan : 3 x / hari, porsi sedang 1 piring nasi, tempe +

tahu 1 kotak, kadang ayam sepotong, 1


/2

mangkuk sayur
Minum : ± 7- 8 gelas / hari, air putih, kadang teh dan

susu

b. Pola Eliminasi

BAK : ± 5-6 x / hari, kuning, jernih, konsistensi cair,

bau khas, tidak ada keluhan.

BAB : ± 1 x / hari, kuning, konsistensi lembab, bau

khas, tidak ada keluhan.

c. Pola Aktivitas

Ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti menyapu,

mengepel, mencuci, menyetrika.

d. Pola Personal Hygiene

Ganti pakaian 2 x / hari, hanti pakaian dalam 2 x / hari, gosok

gigi 2 x / hari, keramas 2 x / hari, keramas 2 x / minggu, mandi

2 x / hari.

e. Pola Seksual

Ibu sudah melakukan hubungan seksual 1 bulan yang lalu

sebelum mens. Mens tarakhirnya tanggal 26 – 04 – 2009.

B. Data Obyektif

1) Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TB : 164 cm

BB sekarang : 76 Kg
LILA : 28 cm

2) TTV

Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 88 x/mnt

RR : 20 x/mnt

Suhu : 36,5o C

3) Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Kepala : rambut hitam, bergelombang, bersih,

tidak ada ketombe, tidak rontok.

Muka : simetris, tidak oedem, tidak pucat.

Mata : simetris, conjunctiva tidak pucat, sklera

putih, tidak strabismus

Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada

polip, bersih tidak ada pernafasan

cuping hidung

Gigi dan mulut : simetris, tidak ada stromatitis, mukosa

bibir lembab, gigi mata, tidak ada

caries, gusi tidak berdarah

Telinga : semetris, tidak ada serumen, bersih

Leher : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada

pembesaran kelenjar lymfe.

mammae : simetis, puting susu menonjol

Abdomen : bersih, tidak ada bekas luka operasi,

ada setiap albican, terdapat linea alba.


Genetalia : bersih, tidak oedem, tidak ada cairan

keputihan, tidak ada pembesaran

kelenjar bartolini dan kelenjar skene.

Ektremitas atas : simetris, tidak oedem, tidak variasi,

tidak ada gangguan gerak, tidak ada

kelainan jumlah jari tangan

(brakhidaktil, sindaktil, polidaktil)

Ektremitas bawah : simetris, tidak oedem, tidak varices,

tidak ada gangguan gerak, tidak ada

kelainan jumlah jari kaki (brakhidaktil,

sindaktil, polidaktil)

b. Palpasi

Kepala : tidak ada benjolan, rambut tidak rontok

Muka : tidak oedem.

Mata : tidak ada oedem palpebra

Hıdung : tıdak ada polıp

leher : tıdak ada pembesaran kelenjar tyroıd

dan vena jugularıs

Axilla : tıdak ada pembesaran kelenjar lymfe

Mammae : tidak ada nyeri tekan, tidak ada

benjolan, ada pengeluaran ASI.

Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pembesaran abdomen

Genetalia : tidak ada oedem, tidak ada pembesaran


kelenjar bortolini dan skene
Ekstrimitas atas : tidak oedem
Ekstrimitas bawah : tidak oedem, tidak varices
c. Auskultasi
Dada : tidak ada ronchi / wheezing
Abdomen : bising usus normal
d. Perkusi
Reflek patella : (+) / (+)
Abdomen : tidak meteorismus
4) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dengan spekulum
 Tidak ada keputihan vagina

 Tidak terdapat tanda chadwick

 Tidak ada erosi pada portio


3.2. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Diagnosa : Ny “S” PI000I Umur 20 tahun dengan calon akseptor baru
KB IUD / AKDR
DS : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD / AKDR
dan ibu ingin menunda kehamilan.
DO : KU ibu baik
Kesadaran composmentis
TTV : TD : 110 / 70 mmHg
S : 36,8 o C
N : 20 x / menit
RR : 88 x / menit
Inspeksi : Abdomen : ada strie albium, terdapat line
alba
Genetalia : tidak oedem, tidk ada cairan
keputihan, tidak ada
pembesaran kelenjar bartolini
& skene
Palpasi : Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesarn abdomen.
Genetalia : tidak oedem, tidak ada
pembesaran kelenjar bartolini
& skene.
3.3. Antisipasi Masalah
-
3.4. Identifikasi Kebutuhan Segera
-
3.5. Intervensi
Diagnosa : Ny “S” PI000I Umur 20 Tahun Denga Calon Akseptor Baru
KB IUD / AKDR
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 x 60 menit
Diharapkan akseptor KB AKDR bisa menerima keadaanya,
dan proses pemasangan bisa berjalan lancar sesuai dengan
prosedur pemasangan.
Kriteria hasil : - Akseptor telah terpasang KB AKDR
- Akseptor bisa mengerti tentang Efek samping,
kemungkinan, kerugian KB AKDR yang telah
terpasang pada ibu
- Akseptor bisa mengerti kondisinya saat ini.
- Akseptor bisa mengulangi kembali penjelsan dari
petugas kesehatan.
Intervensi

1) Lakukan pendekatan komunikasi terapiotik dengan ibu dan keluarga.

Rasional : menjalin kerja sama dan rasa percaya antara klien dan

petugas kesehatan sehingga mempermudah dalam

melakukan tindakan.

2) Lakukan konseling KB AKDR

Rasional : Agar ibu lebih mengerti dan jelas tentang KB AKDR,

sehingga klien tidak was-was lagi saat pemasangan,

karena ibu sudah tahu prosedur, serta keuntungan dan

efek samping AKDR.

3) Lakukan informed consent pada ibu dan suami

Rasional : Dengan informed consent dapat menguatkan bukti

bahwa ibu dan suami menyetujui tindakan yang akan

dilakukan yaitu pemasanga IUD.

4) Lakukan prosedur pemasangan AKDR

Rasional : Melakukan pemasangan AKDR sesuai dengan prosedur

dan teknik. Dimulai dari persiapan alat, persiapan

lingkungan, diri dan pasien

5) Lakukan konseling pasca pemasangan

Rasional : agar ibu dapat mengerti apa yang harus ibu lakukan

dirumah dan kapan saja ibu harus kembali periksa

ketenaga kesehatan
6) Jelaskan pada ibu untuk kontrol maksimal 3 x, setelah pemasangan 1

x, setalah mendapat mens pertama, 3 bulan setelah pemasangan tidak

mens, kalau ada mens yang hebat sekali disertai sakit atau nyeri

Rasional : untuk mengetahui kondisi ibu dan benang. Terutama

untuk mengetahui apakah ada efek samping dari

pemasangan AKDR / IUD.

3.6. Implementasi

Tanggal : 05 – 01 – 2010 Jam : 09.10 WIB

1) Jam 09.10 WIB

Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga, mempermudah dalam

melakukan pemasangan.

2) Jam 09.12 WIB

Memberikan konseling pada ibu agar ibu lebih mengerti dan jelas

tentang : bahan AKDR yang terbuat dari plastik yang terbuat dari

plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T yang diselubungi oleh kawat

halus yang terbuat dari tembaga (Cu), efektifitas IUD / AKDR adalah

10 tahun (1 kegagalan dari 125 – 170 kehamilan), keuntungan IUD /

AKDR : dapat segera efektif setelah pemasangan , metode jangka

panjang, sangat efektif dan tidak perlu mengingat-ingat, tidak

mempengaruhi ASI dan hubungan sexsual, kerugian IUD / AKDR :

perubahan siklus haid (pada 3 bulan pertama dan akan berkurang

setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antara

menstruasi tidak menular seksual (HIV/AIDS), mungkin AKDR keluar

dari rahim tanpa dikrtahui, ibu harus memriksa posisi benang AKDR

dari waktu ke waktu, tali AKDR bisa menggangu hubungan seksual,


yang dapt menggunakan : menginginkan kontrasepsi jangka panjang,

menggunakan kontrasepsi tapi tetap menyusui, setelah melahirkan dan

tidak menyusui bayinya, tidak menghendaki metode hormonal (suntik,

pil), tidak menyukai mengingat-ingat untuk minum pil. Yang tidak

boleh menggunakan : sedang hamil (Diketahui / mungkin hamil),

sedang menderita infeksi alat genitalia, 3 bulan terakhir sedang

mengalami penhakit radang panggul, memiliki tumor jinak rahim,

menderita kanker cervik.

3) Jam 09.20 WIB

Melakukan informed consent pada ibu untuk lebih memastikan ibu

tentang pilihannya, agar ibu lebih mantap lagi dalam mangambil

keputusan setalah diberikan penjelasan oleh petugas kesehatan.

4) Jam 09.22 WIB

Malakukan prosedur pemasangan KB IUD / AKDR

1. Menyiapkan Alat

1) HC

2) Spekulum cocor bebek

3) Sonde uterus

4) Kogel tang

5) Kapas

6) Kasa depres

7) Gunting

8) Tenakulum

9) Larutan klorin 0,5 %


10) Tampan tang

11) Bengkok

12) Cucing

13) Sampah Medis dan Nonmendis

2. Mempersiapkan Lingkungan

3. Mempersiapkan Diri (Mencuci Tangan)

4. Mempersiapkan pasien (menjelaskan prosedur, menganjurkan

pasien untuk melepaskan pakaian bawah, memastikan ibu sudah

BAK dan sudah cebok yang bersih, memberikan posisi litotomi)

5. langkah-langkah

1) Memastikan klien sudah menggosokkan kandung kemihnya

dan mencuci area genetalia dengan menggunakan sabun dan air

2) Mencuci tangan dengan air bersih, mengalir dan sabun,

keringkan dengan air bersih

3) Membantu klein untuk naik kemaja pemeriksaan

4) Mempalpasi daerah perut dan memeriksa adanya nyeri,

benjolan atau kelainan lainnya didaerah supra pubik. Hasil :

tidak ada nyeri, tidak ada benjolan / kelainan lainnya

5) Mengenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan

panggul

6) Mengatur arah sumber cahaya untuk melihat serviks

7) memakai sarung tangan DTT Ka-Ki

8) mangatur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan

digunakan dalam wadah steril atau DTT


9) Melakukan inspeksi pada genetalia eksterna dengan tangan kiri

10) Mampalpasi kelenjar skene dan bartulini, mengamati adanya

nyeri / duh (discharge) vagina. Hasil : tidak ada nyeri pada

kelenjar skene dan barotoloni, tidak ada duh (discharge)

vagina.

11) Memasukkan spekulum kedalam vagina

12) Melakukan pemariksaan inspekulo

 Tidak ada keputihan vagina

 Tidak terdapat tanda chadwick

 Tidak ada erosi portio

13) Mengeluarka spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali

pada tempat semula dengan tidak menyentuh peralatan lain

yang belum digunakan.

14) Melakukan pemeriksaan bimanual

a. Memastikan gerakan serviks bebas

Hasil: Gerakan serviks bebas (elastis)

b. Menentukan besar dan posisi uterus

Hasil: Uterus sebesar telur ayam, posisi uterus anteflexi

c. Memastikan tidak ada kehamilan

Hasil: Tidak ada tanda chadwick, tanda goodell

d. Memastikan tidak ada infeksi / tumor pada adneksa

Hasil: Tidak ada pembesaran disebabkan Ka-Ki uterus

15) Malakukan pemeriksaan rektuvaginal (bila ada indikasi)


16) Mencelupkan dan membersihkan sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5 % kemudian buka secara terbalik dan rendam

dalam klorin

17) Menjelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan

klien rasakan pada saat proses pemasangan dan setalah

pemasangan dan persalinan klien untuk mengajukan

pertanyaan.

18) Memasukkan lengan AKDR Cu T 380 A didalam kemasan

sterilnya :

 Membuka sebagian plastik penutupnya dan lipat belakang

 Masukkan pendorong kedalam tabung inserternya tanpa

menyentuh benda tidak steril.

 Letakkan kewasan pada tempat yang datar

 Menyelipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR dan

mendorong tabung inserter sampai kepangkal lengan

sehingga lengan akan melipat

 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter,

tarik tabung inserter dari bawah lipatan.

 Mengangkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk

memasukkan lengan AKDR yang sudah terlipat tersebut

kedalam tabung inserter.


Prosedur pemasangan

19) Memakai saraung tangan DTT yang baru

20) Mamasang spekulum untuk melihat cervik

21) Mengusap vagina dan cervik dengan air DTT (2-3 x / hari)

22) Menjepit portio dengan tenakulum secara hati-hati (teknik

pertama) arah jam II, untuk menghindari perdarahan

23) Memasukkan sonde kedalam uterus dengan teknik ”tidak

menyentuh”

24) Menentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan

mengeluarkan sonde

25) Mengukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang

masih berada dalam kemasan sterilnya, dengan menggeser

leher biru pada tabung inserter, kemudian membuka seluruh

plastik penutup kemasan.

26) Mengangkat tabung AKDR tanpa menyentuh permukaan yang

tidak steril, hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.

27) Memegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi

horisontal (sejajar dengan AKDR). Sementara melakukan

tarikan hati-hati pada tenakulum, memasukkan kulum,

memasukkan tabung inserter kedalam uterus sampai leher biru

menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan

28) Memegang dan menahan tenakulum dan pendorong dengan


satu tangan
29) Melepaskan lengan AKDR dengan teknik with drawal
30) Mengeluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong
kembali servik sampai leher biru menyentuh servik atau terasa
adanya tahanan
31) Mengeluarkan sebagian dari tabung inserter dan gantung
benang ± 3-4 cm
32) Mengeluarkan seluruh tabung inserter, membuang ketempat
sampah terkontaminasi
33) Melepaskan tenakulum dengan hati-hati, merendam dalam
larutan klorin 0,5 %
34) Memeriksa cervik, apakah ada perdarahan dari tempat bekas
jepitan tenakulum, jika ada, menekannya dengan kasa selama
30 – 60 detik. Hasil : tidak ada perdarahan
35) Mengeluarkan spekulum dengan hati-hati, merendam dalam
larutan klorin 0,5 %
36) Merendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit untuk dekontaminasi
37) Membuang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai
38) Mencelupkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5 % , bersihkan cemaran
kedalam sarung tangan, buka secara terbalik dan rendam
kedalam klorin 0,5 %
39) Mencuci tangan dengan air dan sabun
40) Memastikan klien tidak mengalami kram hebat dan mengamati
selama 15 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
Hasil : lembar observasi :
Waktu Kesad TTV Kram Pucat Perdutin Ket
TD S N RR /-
+ +
/- /-
+

09.47 - 120/80 36,5 92 24 - + -


09.52 + 120/80 36,5 88 24 - - -

09.57 + 110/70 36,5 88 24 - - -

5) Jam 09.57 WIB


Melakukan konseling pasca pemasangan
1. menganjurkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang
AKDR dan kapan harus dilakukan
2. menjelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami
efek samping
3. memberitahu kapan klien datang kembali keklinik untuk kontrol
4. mangingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380 A adalah
10 tahun
5. meyakinkan klien bahwa dapat datang ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik/bila mengingikan
AKDR tersebut
6. meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah
diberikan
7. melengkapi rekaman medik dan kartu AKDR untuk klien
6) Jam 10.10 WIB
Menjelaskan pada ibu untuk kontrol 3 x setelah pemasangan, 1x
setalah mendapat mens pertama, 3 bulan setelah pemasangan tidak
mens, kalau ada mens hebat sekali desertai rasa sakit atau nyeri.
3.7. Evaluasi

Tanggal : 05 – 01 – 2010 Jam : 10.15 WIB

Diagnosa : Ny”S” PI000I Umur 20 tahun dengan akseptor baru KB AKDR

S : Ibu masih sedikit cemas setelah pemasangan KB AKDR

O : Ibu telah terpasang dan menjadi akseptor KB AKDR

A : Ny”S” PI000I Umur 20 tahun dengan akseptor baru KB

AKDR

P : - memberitahu kapan ibu harus datang kepelayanan

- meyakinkan ibu agar tenang, dan bahwa ibu akan baik-

baik saja.

- memberitahu ibu untuk kontrol 3 x, setelah pemasangan,

1 x mendapat mens pertama, 3 bulan setalah pemasangan

tidak mens, kalau ada mens yang hebat disertai rasa

sakit / nyeri.

- memberitahu ibu efek samping yang terjadi setelah

pemasangan AKDR

- memberikan terapi

 Asam mefenamat 3 x 500 mg

 Amoxcilin 3 x 500 mg
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuahan kebidanan Ny”S” PI000I Umur 20 tahun

dengan akseptor baru KB IUD / AKDR karena rencananya ingin menunda

kehamilannya. Dari pemeriksaan diketahui, ibu tidak mempunyai penyakit

yang menjadi kontra indikasi pemsangan KB IUD / AKDR. Sehingga

diambil diagnosa yaitu Ny”S” PI000I Umur 20 tahun dengan akseptor baru

KB IUD / AKDR.

Antisipasi masalah potensial dan identifikasi kebutuhan segera

yang diangkat pada kasus ini tidak ada.

Intervensi disusun sesuai dengan diagnosa yang muncul pada kasus

ini diantaranya lakukan pendekatan komunikasi terapeutik dengan ibu dan

keluarga, lakukan konseling KB AKDR, lakukan informed consent pada

ibu dan suami, lakukan prosedur pemasangan AKDR, lakukan konseling

pasca pemasangan, jelaskan pada ibu untuk kontrol maksimal 3 x setelah

pemasanga. 1 x setalah mendapat mens pertama, 3 bulan setalah

pemasangan, 1 x setalah mendapat mens pertama, 3 bulan setelah

pemasangan tidak mens, kalau ada mens yang hebat sekali disertai rasa

nyeri / sakit. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang

disusun.
Evaluasi yang dilakukan dengan waktu yang talah ditentukan

dalam intervensi yaitu selama 2 x 60 menit dengan menggunakan format

SOAP, diantaranya : S : Ibu masih sedikit cemas setalah pemasangan KB

IUD / AKDR, O : Ibu talah terpasang dan menjadi akseptor KB IUD /

AKDR, P : memberitahu ibu untuk kontrol maksimal 3 x setelah

pemasangan, 1 x setelah mendapat mens pertama, 3 bulan setalah

pemasangan tidak mens, kalau ada mens yang hebat sekali disertai rasa

sakit / nyeri, memberitahu kapan ibu harus datang ke pelayanan.

Memberitahu efek samping KB IUD / AKDR, memberikan terapi asam

mefenamata 3 x 500 mg, Amoxilin 3 x 500 mg, meyakinkan ibu agar

tenang, dan ibu akan baik-baik saja.

4.2 Saran

1. Bagi klien

Klien bisa mengetahui dan memahami keadaanya sehingga diharapkan

klien bisa bekerja sama secara komprehensif dengan nakes.

2. Bagi lahan praktek

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kapada klien dengan lebih

memuaskan

3. Bagi Institusi

Sebagai lahan kepustakaan yang membutuhkan asuhan kebidanan

4. Bagi penulis

Penulis dapat mamahami dan melaksanakan manajemen dalam asuhan

kebidanan Helen Varney dalam praktek kebidanan.


DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Hanafi. Dr. KB (Keluarga Berencana dan Kontrasepsi). Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan, 2004.

Manuaba, Ida Bagus Gde. Prof. dr. SPOG : Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : ECG : 1998

Saifudin, Abdul Bari. Prof. dr. SPOG (K). Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2006

Pedoman Diagnosis dan Terapi. LAB / UPF Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan . RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 1994

Saifudin, Abdul Bari. Prof.dr. SPOG (K). Buku Acuan Nasiolan Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo Jakarta : 2006.

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fak. Kedokteran UNPAD Bandung. Teknik


Keluarga Berencana (Perawatan Kesuburan), 1980.

Asuhan Persalinan Normal revisi 2007 JNPK-KR

Materi Pelatihan CTU, Dinkes : 2008


ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “S” P10001 UMUR 20 TAHUN
DENGAN AKSEPTOR BARU KB AKDR
DI PUSKESMAS PETERONGAN
JOMBANG

Di Susun Oleh :

SITI FARIDA
2007.01.0577

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2010
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada Ny. ”S” P10001 Umur 20 Tahun dengan Akseptor
Baru KB IUD/ AKDR di Puskesmas Pulo Lor Jombang.

Nama : Nur Wachdatul M.S.


NIM : 2007.01.0554

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek

Nanik Setiyawati, S.S.T Siti Aminah, Amd.Keb


NIP. 140 160 124

Mengetahui,
Kepala Puskesmas
Pulo Lor

Riskie Koerniawati, SKM


NIP. 140 315 287
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat Nya serta
hidayah Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas asuhan kebidanan pada
Ny. “S” P10001 umur 20 tahun dengan akseptor baru KB IUD/ AKDR di Puskesmas
Peterongan Jombang.
Dalam penulisan asuhan kebidanan ini penulis mendapatkan bimbingan
dan dukungan dari pihak manapun. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1) Rizkie Koernawati, SKM selaku kepala Puskesmas Pulo Lor Jombang.
2) Siti Aminah, Amd.Keb selaku SIE KIA Puskesmas Pulo Lor Jombang.
3) Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes.M.M selaku ketua STIKES Husada Jombang.
4) Nanik Setiyawati, S.S.T selaku pembimbing akademik
5) Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan
kebidanan ini.
Penulisan pengkajian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharap saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan
pengkajian ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan asuhan kebidanan ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis mengharap kritik dan saran untuk perbaikan
dalam pembuatan asuhan kebidanan lainnya.

Jombang, Mei 2009

Penulis

Anda mungkin juga menyukai