Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “R” ASEPTOR LAMA KB IUD


DI PMB SUPIANA KEDUNGKANDANG MALANG

Disusun oleh :
Lucia Reyne Fieke Ngantung
NIM. 2019080198

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


HUSADA JOMBANG
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

(Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.MKes) (Nurul Hidayati, S.ST., M.Tr.Keb)

Ketua STIKES Husada Jombang Kaprodi

(Dra.Hj. Soelijah Hadi, M.Kes.,MM) (Zeny Fatmawati, S.ST.,M.PH)


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Kebidanan pada ny.
“R” aseptor lama IUD dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan semua
pihak sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih tak lupa saya
sampaikan dengan hormat kepada :
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes,.M.M, selaku Ketua STIKES Husada Jombang.
2. Zeny Fatmawati, SST. M. Ph, selaku kaprodi profesi bidan STIKES Husada Jombang.
3. Nurul Hidayati, S.ST., M.Tr.Keb, selaku preceptor akademik
4. Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.MKes, selaku preceptor klinik
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan kebidanan ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan selanjutnya. Semoga asuhan kebidanan ini
bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi Mahasiswa STIKES Husada pada khususnya.

Malang, 18 September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia pertumbuhan dan perkembangan penduduk sangat tinggi.
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang tinggi di Indonesia
menjadi salah satu yang menimbulkan berbagai masalah-masalah social,
ekonomi. Seperti timbulnya kemiskinan, gizi buruk yang terjadi pada anak-
anak Indonesia, tingkat SMA yang rendah dan masih banyak masalah lain
yang timbul.
Salah satu program pemerintah untuk mengatasi hal ini adalah
mencanangkan program Keluarga Berencana (KB). Diharapkan dengan
program KB yang bermacam-macam jenisnya dapat mengurangi dan
mengendalikan pertumbuhan penduduk yang terjadi. Adapun tujuan dari
program KB adalah menciptakan keluarga yang berkualitas. Dari hasil
sensus tahun 1990 penduduk Indonesia mencapai 179.321.641 jiwa (SKRT,
31 Oktober 1990). Salah satu alat KB yang digunakan oleh masyarakat
Indonesia adalah AKDR (IUD) alat ini efektif digunakan oleh semua wanita
usia reproduksi dan juga tidak mengganggu produksi ASI dan mengganggu
pada saat berhubungan seksual.
Saat ini macam AKDR yang banyak digunakan akan IUD tipe T-Cut
38 yang mempunyai daya kerja / efektifitas ± 5 tahun.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan umum
Menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah ke
dalam proses asuhan kebidanan nyata serta mendapat pengalaman dalam
masalah kontrasepsi KB ND melalui pendekatan secara management
Hellen Varney.
1.2.2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa dapat :
a. Melakukan pengkajian data pada akseptor KB IUD.
b. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan akseptor KB IUD.
c. Mengantisipasi masalah potensial pada akseptor KB IUD.
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada akseptor KB IUD.
e. Membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada akseptor KB
IUD.
f. Melaksanakan tindakan yang akan dilakukan pada akseptor KB IUD.
g. Mengevaluasi pelaksanaan kebidanan pada akseptor KB IUD.
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi mahasiswa
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah
didapatkan dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.
1.3.2. Bagi lahan praktek
Sebagai perbandingan dalam memberikan asuhan kebidanan akseptor KB
IUD.
1.3.3. Bagi institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan acuan dan
perbandingan pada penanganan akseptor KB IUD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Kontrasepsi


2.1.1. Pengertian
Menurut WHO (World Health Organization) Expert Committee 1970
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
1) Mendapatkan obyektif - obyektif tertentu.
2) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
3) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
4) Mengatur interval diantara kehamilan.
5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri.
6) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Secara garis besar definisi ini mencakup beberapa komponen dalam
pelayanan Kependudukan / KB yang dapat diartikan sebagai berikut :
1) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
2) Konseling.
3) Pelayanan kontrasepsi (PK).
4) Pelayanan infertilitas.
5) Pendidikan seks (sex education).
6) Konsultasi pra - perkawinan dan konsultasi perkawinan.
7) Konsultasi genetik.
8) Test keganasan.
9) Adopsi.
(Hanafi Hartanto, 2004; 26-27)
2.1.2. Macam-macam Metode Kontrasepsi
1. Metode sederhana :
a. Tanpa alat
- KB alamiah: Metode kalender, metode suhu badan basal, metode
lendir serviks, metode simpto-termal.
- Koitus interuptus (senggama terputus).
b. Dengan alat
- Mekanis (Barrier) : Kondom, Barier Intra-vaginal.
- Kimiawi : Spermisid.
2. Metode Modem :
a. Hormonal :
- Oral kontrasepsi.
- Suntikan.
- AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit).
b. AKDK (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
c. Kontrasepsi Mantap :
- Pada wanita : MOW (Metode Operasi Wanita), Operatif,
Penyumbatan vas deferen mekanis, penyumbatan.
- Pada Pria : MOP (Metode Operasi Pria), Penyinaran, operatif,
penyumbatan tuba vallopi.
(Manuaba, 1998: 440, 441)

2.1.3. Syarat-syarat Metode Kontrasepsi yang Baik


1. Aman / tidak berbahaya.
2. Dapat diandalkan.
3. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang
dokter.
4. Murah.
5. Dapat diterima oleh orang banyak.
6. Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi).
(Hanafi Hartanto, 2004)

2.1.4. Faktor-faktor dalam Memilih Metode Kontrasepsi


1. Faktor pasangan (Motivasi dan Rehabilitas) :
- Umur.
- Gaya hidup.
- Frekuensi senggama.
- Jumlah keluarga yang diinginkan.
- Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu.
- Sikap kewanitaan.
- Sikap kepriaan.
2. Faktor kesehatan (kontraindikasi absolute atau relatif).
- Status kesehatan.
- Riwayat haid.
- Riwayat keluarga.
- Pemeriksaan fisik.
- Pemeriksaan panggul.
3. Faktor metode kontrasepsi (penerimaan dan pemakaian
berkesinambungan) :
- Efektifitas.
- Efek samping minor.
- Kerugian.
- Komplikasi-komplikasi yang potensial.
- Biaya.
(Hanafi Hartanto, 2004)
2.2. Konsep Dasar AKDR (IUD)
2.2.1. Pengertian
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) adalah kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, Copper T
(CU T 380 A) adalah salah satu AKDR yang terbentuk seperti huruf T dan
dililit cuprum/tembaga dengan luas penampang (A) = 380 mm2.

2.2.2. Profil
l) Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun
Cut-380 A).
2) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
3) Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
4) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
5) “Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang berpapar pada infeksi
menular seksual (IMS)”.
2.2.3. Jenis AKDR
1) Copper-Releasing
- Cooper T 380 A.
- Nova T.
- Multiload 375.
2) Frogestin-Releasing
- Progestasert.
- Levonova (LNG-20).
- Mirena.

2.2.4. Cara Kerja IUD


1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

2.2.5. Keuntungan Kontrasepsi


1) Efektifitasnya tinggi (0,680 kehamilan per 100 wanita selama tahun
terutama penggunaan tembaga T 380 A).
2) Segera efektif.
3) Metode jangka panjang (perlindungannya sampai 10 tahun dengan
menggunakan tembaga T 380 A).
4) Tidak mengganggu hubungan seksual.
5) Kesuburan kembali dengan cepat setelah dilepas.
6) Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui / pemberian ASI.
7) Efek sampingnya sedikit.
8) Setelah kunjungan tidak lanjut, klien perlu kembali ke klinik hanya jika
ada masalah.
9) Dapat disediakan oleh petugas bukan dokter yang terlatih.
10) Tidak mahal (tembaha T 380 A).
2.2.6. Keuntungan Non Kontrasepsi
1) Mengurangi kram akibat menstruasi (hanya pelepas progestin).
2) Men6qrrangi perdarahan menstruasi (hanya pelepas progestin).
3) Mengurangi kehamilan ektopik (kecuali progestasert).

2.2.7. Keterbatasan IUD


1) Pemeriksaan pelvik diperlukan dan penapisan penyakit menular seksual
(PMS) direkomendasikan sebelum IUD dimasukkan.
2) Membutuhkan petugas yang terlatih untuk melakukan dan
mengeluarkannya.
3) Memerlukan pemeriksaan benang setelah periode menstruasi jika terjadi
kram, berak / nyeri.
4) Wanita tidak dapat berhenti menggunakan kapanpun dia mau tergantung
petugas.
5) Meningkatkan jumlah perdarahan menstruasi dan kram selama beberapa
bulan pertama (hanya pelepas tembaga).
6) Kemungkinan keluar secara spontan.
7) Jarang sekali (< l/1000 kali) perforasi uterus dapat terjadi selama
memasukkan IUD.
8) Tidak mencegah semua kehamilan ektopik (khususnya progestasert).
9) Dapat meningkatkan resiko penyakit radang pelvic dan infertilisasi
subsekuen pada wanita beresiko terhadap PMS.
2.2.8. Siapa yang Dapat Menggunakan IUD
1) Wanita yang di usia reproduktif atau partas.
2) Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan
jangka panjang.
3) Memberikan ASI.
4) Berada dalam masa post partum dan tidak memberikan ASI.
5) Berada dalam pasca aborsi.
6) Mempunyai resiko rendah terhadap PMS.
7) Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari.
8) Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang
memang tidak boleh menggunakannya.
9) Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat.
2.2.9. Yang Tidak Boleh Menggunakan IUD
1) Hamil.
2) Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak dapat dijelaskan sampai
kasusnya ditetapkan dan masalah serius ditangani.
3) Mengidap PID sudah lama atau baru.
4) Mengeluarkan nanah yang sifatnya akut (seperti nanah).
5) Mengalami Distorsi Cavum Uteri.
6) Mengidap TB pelvic.
7) Mengidap kanker saluran genital.
8) Mengidap infeksi saluran genital yang aktif.
2.2.10. Kondisi Yang Menghendaki Langkah Pencegahan IUD
Tidak direkomendasikan kecuali jika metode lain tidak ada atau tidak
dapat di terima jika wanita mempunyai :
1) Penyakit trofoblast yang tidak berbahaya.
2) Lebih dari satu pasangan seks.
3) Pasangan yang mempunyai lebih dari satu pasangan seksual.
2.2.11. Waktu Pemasangan IUD
1) Kapan pun selama siklus menstruasi, bila di yakini klien tidak hamil.
2) Hari ke 1 hingga ke 7 selama siklus menstruasi.
3) Masa post partum (segera setelah melahirkan, selama 4 sampai 6
minggu, setelah 6 bulan mengutamakan MAL).
4) Masa pasca aborsi (segera / selama 7 hari pertama) pastikan tidak ada
infeksi pelvic.
2.2.12. Efek Samping Umum
1) IUD dengan tembaga.
- Perdarahan menstruasi yang lebih banyak.
- Perdarahan vaginal yang tidak teratur atau hebat.
- Kram akibat menstruasi.
- Menambah kram / sakit akibat menstruasi.
2) IUD dengan progestin.
- Amenorrhea atau perdarahan menstruasi / bercak yang ringan.
2.2.13. Permasalahan Lain yang Mungkin Terjadi
1) Benang hilang.
2) Sedikit peningkatan resiko infeksi pelvic (sampai 20 hari setelah
dimasukkan).
3) Perforasi uterus (jarang terjadi).
4) Lepas secara spontan.
5) Kehamilan ektopik.
6) Aborsi spontan.
7) Pasangan mengeluh merasakan benang.
2.2.14. Instruksi Bagi Klien
1) IUD segera efektif.
2) IUD dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama
beberapa bulan pertama.
3) Perdarahan menstruasi dapat berubah bergantung dari jenis IUD.
4) IUD dapat dilepas kapan saja anda menginginkannya 5) IUD tidak
dapat melindungi dari PMS.
6) Kembali lagi untuk cheek up setelah menstruasi pertama pasca
pemasangan, 4 minggu 8 minggu setelah pemasangan.
7) Selama bulan pertama setelah pemasangan, periksa keadaan benang
beberapa kali khususnya setelah periode menstruasi anda.
8) Periksa keadaan benang setelah bulan pertama, hanya jika anda
mengalami :
- Kram perut bagian bawah.
- Bercak antara periode atau setelah berhubungan seksual.
- Sakit/nyeri setelah hubungan seksual (atau jika pasangan anda
mengalami ketidaknyamanan selama melakukan hubungan
seksual).
2.2.15. Informasi Umum
1) Pelepasan tembaga T 380 A diperlukan setelah 10 tahun tetapi
mungkin dapat dilakukan lebih cepat jika anda menginginkan.
2) Kembali ke petugas bila anda :
- Tidak dapat merasakan benang.
- Merasakan bagian IUD yang keras.
- Mengeluarkan IUD.
- Terlambat haid.
3) Gunakan kondom jika beresiko terhadap PMS.
2.2.16. Penatalaksanaan Keluhan Pasangan Mengenai Benang IUD
1) Diskusikan keluhan klien/pasangan, yakinkan bahwa ini bukanlah
masalah yang serius dan perawatan dibutuhkan jika memang benar-
benar mengganggu.
2) Periksalah untuk meyakinkan bahwa IUD tidak terlepas hanya
sebagian.
3) Jika IUD ada di tempatnya, pilihan perawatannya.
- Menggulung benang.
- Melepaskan IUD atas permintaan klien.
Pada saat memotong benang.
1) Potonglah benang sehingga tidak menonjol keluar dari servikal.
2) Jelaskan bahwa benang telah dipotong sama rata dengan servik
(Penting untuk tindak lanjut dan pelepasan di masa yang akan datang).
2.2.17. Indikasi Untuk Melepas
1) Jika klien menginginkannya.
2) Di akhir masa efektif IUD TCU 380 A - 10 tahun.
3) Jika ada perubahan dalam praktek seksual (perilaku resiko tinggi).
Pertimbangkan untuk menambah metode perlindungan (kondom) atau
pelepasan IUD.
4) Jika mengidap PMS atau infeksi pelvic.
5) Menopause.
2.2.18. Kendala yang Ada Pada Petugas Pelayanan
1) Pemasangan hanya dalam masa menstruasi.
2) Batasan umur muda / tua.
3) Kriteria paritas (kurang dari 2 orang anak yang hidup).
4) Kontra indikasi yang tidak tepat (post partum segera penyakit jantung
katub).
5) Rintangan proses (terlalu banyak kunjungan pra atau tindak lanjut).
6) Siapa yang dapat menyediakan (hanya dokter).
7) Bagi petugas (petugas tidak merekomendasikan).
2.2.19. Format Konseling Pencabutan AKDR Konseling Pra -Pencabutan
1) Siapa klien dengan ramah dan perkenalan dari anda.
2) Tanyakan tujuan dari kunjungan.
3) Tanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan jawab
semua pertanyaannya.
4) Tanyakan tujuan reproduksi (KB) selanjutnya (apakah klien ingin
mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya).
5) Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses pencabutan dan setelah pencabutan.
Tindakan Pra Pencabutan
6) Memastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan
mencuci area genetalia dengan menggunakan sabun dan air.
7) Membantu klien naik ke meja pemeriksaan.
8) Mencuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih.
9) Memakai sarung tangan DTT yang baru.
10) Mengatur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai
dalam wadah steril atau DTT.
Prosedur Pencabutan
11) Melakukan pemeriksaan bimanual.
12) Memasang speculum vagina untuk melihat serviks.
13) Mengusap vagina dan serviks dengan menggunakan larutan DTT.
14) Menjepit benang yang dekat serviks dengan klem.
15) Menarik keluar benang secara mantap tetapi hati-hati.
16) Menunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam
larutan klorin 0,5 %.
17) Mengeluarkan speculum dengan hati-hati.
Tindakan Pasca Pencabutan
18) Merendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin
0,5 % selama 10 menit untuk dekontaminasi.
19) Membuang bahan-bahan yang sudah dipakai lagi (kasa, sarung tangan
sekali pakai) ke tempat yang sudah disediakan.
20) Mencelupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, kemudian lepaskan dalam keadaan
terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%.
21) Mencuci tangan dengan air dan sabun.
22) Mengamati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.
Konseling Pasca Pencabutan
23) Mendiskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami
masalah (perdarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut/panggul).
24) Meminta klien untuk mengulang kembali penjelasan yang telah
diberikan.
25) Menjawab semua pertanyaan klien.
26) Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
dan resiko keuntungan dari masing - masing alat kontrasepsi bila klien
ingin tetap mengatur jarak kehamilan atau ingin membatasi jumlah
anaknya.
27) Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi sementara sampai
dapat memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan di pakai.
28) Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR.
2.3 Pathway

2.4 Permasalahan
1. Ekspulsi atau lepasnya IUD dari tempat insersinya (merupakan komplikasi
yang paling sering terjadi, terutama pada pasien nulipara atau post partum)
2. Nyeri atau kram perut (dysmenorrhea)
3. Perdarahan, seperti perdarahan per vaginam di luar siklus haid dan
menorrhagia
4. Perforasi uteri atau serviks
5. Infeksi atau peradangan pelvis
6. Fragmentasi atau terbenamnya IUD di dalam rahim
7. Gangguan tubo-ovari
8. Kehamilan ektopik
2.6 Asuhan Kebidanan
Management kebidanan adalah metode kerja profesi dengan
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan
alur kerja dari pengorganisasian. Pemikiran dan langkah-langkah dalam
urutan yang logis dan menguntungkan balk bagi pasien maupun bidan.
(Varney, 1996). Untuk melaksanakan asuhan kebidanan yang mempunyai
tujuh langkah yaitu :
2.6.1 Langkah Pertama : Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan meliputi
pengumpulan data, baik subyektif maupun obyektif. Pengkajian pada
akseptor KB AKDR.
A. Data Subyektif
Adalah data yang didapat dari wawancara langsung dengan klien,
keluarga dan tenaga medis lain.
1. Biodata
Identifikasi klien dan suami meliputi : nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, perkawinan dan alamat lengkap.
Dari biodata yang dikaji diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
faktor resiko keadaan sosial ekonomi, dan pendidikan klien.

2. Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui alasan klien datang kebidanan. Apa yang
dirasakan klien saat ini, kapan mulainya timbulnya spotting/dercak darah,
bagaimana warna, bau dan dimana bercak darah di spotting tersebut
timbul, apakah nyeri atau tidak.
3. Riwayat Kesehatan saat ini.
Adalah keadaan atau kondisi klien saat melakukan pemeriksaan ke
tenaga kesehatan.
4. Riwayat Kebidanan yang Terdiri dari :
a. Riwayat Haid
Yang perlu ditanyakan adalah umur berapa waktu menarche, kapan
HPHT nya, bagaimana siklus haidnya teratur atau tidak, berapa banyak
darah yang keluar, bagaimana konsistensinya, berapa hari lamanya,
dismenorhoe atau tidak, adakah gangguan atau keluhan sebelum, selama
dan sesudah haid, adakah keputihan, bagaimana warna, bau, kapan, gatal
atau tidak.
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Apakah klien
pernah hamil, apakah pernah melahirkan, dimana, ditolong siapa, apakah
ada komplikasi pada kehamilan maupun persalinan, apakah klien pernah
abortus, pernah kuret atau tidak, kalau pernah berapa kali.
5. Riwayat KB
Apakah klien pernah menggunakan alat kontrasepsi bila pernah alat
kontrasepsi apa dan berapa lama. Apa alasan klien memilih alat
kontrasepsi tersebut. Klien ganti alat kontrasepsi atau tidak, kalau ganti
apa alasannya.
6. Latar belakang budaya
Yang perlu ditanyakan apakah klien ada larangan dalam penggunaan alat
kontrasepsi bila, ada alat kontrasepsi apa.
7. Pola pemenuhan kebutuhan
a. Pola Nutrisi
Data yang ditanyakan adalah pola makan, komposisi, variasi, habis porsi,
jumlah minum, frekuensi.
b. Pola Istirahat
Data yang ditanyakan adalah istirahat slang berapa jam adakah gangguan
atau keluhan, istirahat malam berapa jam baik sebelum dan selama
pemasangan AKDR.
c. Pola Eliminasi
Data yang diperlukan adalah frekuensi BAB, warnanya, konsistensinya,
frekuensi BAK, warna, adakah keluhan.
d. Pola Aktivitas
Data yang ditanyakan adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh
pasien.
e. Pola Seksualitas
Data yang perlu ditanyakan adalah frekuensi hubungan seksual.
Sedangkan dan selama pemasangan AKDR dan apakah ada keluhan atau
tidak sewaktu melakukan hubungan seksual.
f. Pola Kebersihan Diri
Data yang perlu ditanyakan adalah mandi berapa kali, ganti baju berapa
kali sehari, ganti celana dalam berapa kali sehari, gosok gigi berapa kali
sehari.
g. Keadaan Psikososial
Perubahan psikososial yang terjadi pada klien, hubungan dengan suami
dan keluarga.
B. Data Obyektif
Adalah data yang didapat melalui hasil pemeriksaan petugas pada klien
(Inspeksi, palpasi, perkusi) dan pemeriksaan penunjang.
1. Keadaan Umum
Langkah awal pemeriksaan adalah dengan pemeriksaan pandang secara
berurutan dari kepala sampai kaki, keadaan umum ditujukan pada
keadaan klien, kesadaran, bentuk tubuh, cara berjalan.
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg
Nadi : 76-92 x/mnt
Suhu : 36,5-37,5°C
Respirasi : 18-24 x/mnt
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi Pemeriksaan dengan cara pandang
Kepala : Kulit kepala bersih atau tidak, warna rambut, adakah
kelainan.
Muka : Adakah hyperpigmentasi, pucat atau teraba.
Mata : Conjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterus atau tidak.
Hidung : Keadaan hidung bersih atau kotor, ada atau tidak pernafasan
cuping hidung.
Mulut : Apakah ada stomatitis, apakah ada gigi perlu, apakah ada
caries gigi.
Telinga : Simetris atau tidak, keadaan telinga bersih atau kotor, adakah
serumen.
Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid, adakah pembendungan
vena jugularis.
Dada : Simetris atau tidak, ada retraksi intercosta atau tidak.
Payudara : Apakah putting susu bersih, adakah hyperpigmentasi pada
areola mamarne.
Perut : Adakah jaringan parut bekas operasi. Genetalia.
Vulva : Adakah perdarahan, bersih atau kotor, adakah varises atau
tidak, adakah keputihan atau flour albus.
Anus : Adakah haemoroid atau tidak.
Ekstremitas
Atas : Oedem atau tidak.
Bawah : Oedem kaki atau tidak, varises atau tidak.
b. Palpasi
Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid.
Payudara : Ada benjolan atau tidak, nyeri tekan atau tidak.
Perut : Ada benjolan atau tidak, nyeri tekan atau tidak.
Tungkai : Ada oedem atau tidak.
c. Perkusi : Metode pemeriksaan dengan cara ketukan.
Perut : Ada meieorismus atau tidak.
4. Pemeriksaan Penunjang
Data yang diperlukan untuk menunjang diagnosa berupa pemeriksaan
laboratorium (Hb), USG dan rontgen.
5. Pemeriksaan Gynekologi.
a. Inspekulo, Metode pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu
spekulum. Terlihat benang AKDR ± 1 cm dari porsio, tidak ada erosi
porsio, terdapat perdarahan pada saluran vagina.
b. Bimanual
Untuk mengetahui apakah terjadi kehamilan, posisi AKDR tetap dalam
rahim atau tidak, ada atau tidak nyeri goyang serviks.
Analisa
Analisis dan interpretasi data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
Penatalaksanaan
Pelaksanaan ditetapkan untuk mencapai tujuan. Pada pelaksanaan yang dilakukan
bidan bisa dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dengan tim medis lain. Selama
kegiatan ini bidan melihat kemajuan kesehatan serta diupayakan dalam waktu
yang singkat dan efektif hemat dan berkualitas.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal : 18 September 2020 Jam : 10.00 WIB


Biodata
Nama : Ny “R” Nama : Tn “R”
Umur : 30 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku/ : Jawa
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan :- Penghasilan : Rp 900.000/bln
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Status Perkawinan : Sah Status Perkawinan : Sah
Kawin ke :l Kawin ke :1
Lama kawin : 8 tahun Lama kawin : 8 tahun
Umur Kawin : 22 tahun Umur Kawin : 27 tahun
Alamat : Jalan Danau Bratan Timur Raya H1 Q33 A Malang
3.1 SUBYEKTIF
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan waktunya control setelah pasang KB IUD setahun yang
lalu.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakanIbu tidak sedang menderita penyakit menular (TBC.,
hepatitis) penyakit menahun (asma) dan penyakit menurun (hipertensi,
diabetes mellitus).
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun seperti
penyakit menular (TBC, hepatitis) penyakit menahun (asma) dan
penyakit menurun (hipertensi, diabetes mellitus).
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular (TBC, hepatitis) penyakit menahun (asma) dan penyakit
roenurun (hipertensi, diabetes mellitus).
5. Riwayat Gynekologi
Ibu mengatakan tidak pernah dikuretage, tidak pernah mengalami
keputihan yang berlebihan yaitu berwarna kehijauan dan berbau busuk.
6. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari ( 1 bulan 1X )
Lama haid : 6 - 7 hari
Banyaknya : hari ke l - 3 ganti kotex 3x(hari, hari ke 4 - 6
ganti kotex 2 x/hari
Warna, bau : merah, anyir
Konsistensi : encer
Keluhan : tidak ada
Flour albus : ya, 1 minggu sebelum haid
Warna, bau : putih, tidak berbau
Konsistensi : encer kadang kental
Keluhan : tidak ada
b. Riwayat Kehamilan
Kehamilan Persalinan Nifas
Kawin
Hamil
ke Umur Pylt Pnlg Tmpt JP Pylt BB PB Umur ASI Pylt
ke
1 1 39 - Bidan PMB Spontan - 2900 50 7 asi -
mg tahun
2 2 39 - Bidan PMB Spontan - 3000 50 1 Asi -
mg tahun
c. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah anak kedua berusia 43 hari menggunakan
KB IUD Tanggal pasang 15 September 2019
d. Keadaan psikososial
Ibu mengatakan nyaman menggunakan KB IUD.
e. Pola kebiasaan
1. Pola nutrisi
Makan : 3 - 4 sehari porsi sedang, menu nasi 2 entong, sayur
½ mangkok, lauk pauk tempel tahu 2 potong
(seukuran korek api), kadang ditambah 1 buah
pisang.
Minum : ± 8 gelas sehari, air putih, teh, kadang es.
2. Pola aktivitas
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti : menyapu,
mengepel, memasak, mencuci, menyetrika.
3. Pola istirahat
Waktu istirahat digunakan untuk kadang untuk nonton TV.
Siang : Jam 12.00 - 13.20 WIB
Malam : Jam 21.00 - 05.00 WIB
4. Pola eliminasi
BAB : 1 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas,
tidak ada keluhan.
BAK : 3 - 4 x / hari, warna kuning jernih, bau khas, tidak
ada keluhan.
5. Pola personal hygiene
Ganti pakaian 2 x/hari, ganti pakaian dalam 2 x/hari, gosok gigi
2 x/hari, keramas 3 x/minggu, mandi 2 x/hr, ganti softek (-).
6. Pola seksual
Pasca pemasangan ibu melakukan hubungan suami istri
1x/minggu, setiap berhubungan suami istri, suami merasa nyeri.
3.2 Data Obyektif
1) Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 156
BB : 55 Kg
Lila : 25 cm
2) TTV
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/mnt
Suhu : 36,5° C
RR : 18 x/mnt
3) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : rambut hitam, lurus, rontok, bersih, tidak ada
ketombe, tidak mudah dicabut, tidak ada
ketombe.
Muka : oval, tidak ada oedema, tidak pucat.
Mata : simetris, conjungtiva tidak pucat, sklera putih,
mata tidak juling.
Hidung : tidak ada secret, tidak ada polip, bersih, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Gigi dan mulut : tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, gigi
rata, tidak ada caries, tidak ada gigi palsu, tidak
bersih.
Telinga : simetris kaki, tidak ada serumen, bersih.
Dada/ payudara : simetris, tidak ada retraksi intercosta, payudara
simetris, bersih, putting susu menonjol.
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada lesi, terlihat
linea nigra, dan bekas garukan warna kehitam -
hitaman pada perut bawah.
Genetalia : bersih, tidak oedema, tidak ada condiloma
acuminate, dan matalata, tidak ad avarices, tidak
ada pembesaran kelenjar skene dan bartholini,
tidak ada pengeluaran pervaginam.
Ektremitas atas : simetris, tidak oedema, tidak ada gangguan
pergerakan.
Ektremitas bawah : simetris, tidak oedema, tidak ada gangguan
pergerakan.
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidal:
ada pembesaran kelenjar tyroid.
Axilla : tidak ada benjolan asimetris, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe.
Payudara : tidak ada pembesaran / benjolan abnormal, tidak
ada nyeri tekan, keluar ASI sebelum papilla di
tekan.
Abdomen : tidak ada benjolan abnormal, tidak nyeri tekan.
c. Auskultasi
Dada : ronchi tidak ada, wheezing tidak ada
d. Perkusi
Reflek patella : (+) / (+)
4) Inspekulo : tidak ada keputihan, tidak ada erosi porsio.
Tampak benang dengan cara pemotongan miring
5) Pemeriksaan Bimanual
VT : Posisi uterus antefleksi.
Tidak ada nyeri goyang pada servik.
Tidak ada tumor adneksa / cavum dauglasi.
Teraba benang masih baik dengan ujung yang
terasa tajam.
3.3 Analisa : Ny “R” P2002, umur 30 tahun akseptor lama KB IUD
3.4 Penatalaksanaan
Tanggal : 18 September 2020
Jam : 10.30 WIB
1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan cara memberi
salam, menyapa dan memperkenalkan diri.
2. Memberikan KIE secara Khusus tentang metode KB AKDR / IUD yang
meliputi :
a. Bagaimana IUD mencegah kehamilan.
b. Keuntungan dan kerugian pemakaian IUD termasuk efek samping.
(Terutama yang berhubungan dengan pola perdarahan haid, mules-
mules, ekspulsi, dan nyeri saat berhubungan).
3. Melakukan pemeriksaan speculum
A. Menyiapkan alat - alat yang akan digunakan.
1. Alat – alat non steril.
a. Timba berisi larutan klorin 0.5 %.
b. Timba berisi air DTT.
c. Lampu sorot.
d. Troli.
e. Cucing berisi betadine.
2. Alat - alat steril dalam bak instrument.
a. Deppres.
- Speculum cocor bebek.
- Tampon tang.
- Larutan anti septic.
- Handcoon.
B. Menyiapkan Pasien :
1. Ibu dianjurkan untuk mengosongkan kandung kencing.
2. Ibu dianjurkan untuk membersihkan vagina.
3. Ibu dianjurkan untuk melepas celana dalam dan tidur dalam posisi
litotomi pada meja ginekology.
C. Menyiapkan lingkungan :
1. Aman dan tertutup.
2. Ventilasi cukup.
3. Pencahayaan cukup.
4. Kebersihan
D. Prosedur pemeriksaan Spekulum
1. Memasang Spekulum cocor bebek pada vagina
2. mengambil kasa menggunakan tampon tang untuk membersihkan
servik
3. mengarahkan lampu sorot untuk melihat adanya benang IUD pada
mulut servik
4. Membereskan alat - alat yang sudah dipakai dalam larutan klorin,
0.5 % untuk :
1. Dekontaminasi.
2. Buang bahan - bahan (kasa) yang sudah dipakai ke dalam kantong
plastik.
3. Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0.5 % dengan
cara terbalik.
4. Cuci tangan dengan air sabun.
4. Mendokumentasikan tindakan kebidanan yang telah dilakukan.
5. Menganjurkan pasien untuk kontrol ulang lagi.
6. Evaluasi : Ibu memahami semua apa yang disampaikan oleh bidan dan
terlihat benang IUD pada servik.
BAB IV
PEMBAHASAN

AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) adalah kontrasepsi yang dimasukkan


ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, Copper T (CU T 380 A)
adalah salah satu AKDR yang terbentuk seperti huruf T dan dililit
cuprum/tembaga dengan luas penampang (A) = 380 mm2.
Dari studi kasus Ny.”R” P2002Ab000 Aseptor Lama KB IUD didapatkan
pasien dan suami tidak ada keluah. Pasien hanya ingin kontrol IUD satu
tahun sekali sesuai dengan anjuran Bidan. Dalam pengkajian kasus asuhan
kebidanan pada Ny “R” P2002Ab000Umur 30 tahun Akseptor Lama KB IUD.
Diperoleh data subyektif dan obyektif melalui anamnesa, pemeriksaan fisik
dalam keadaan normal dan tidak ditemukan keluhan. Dalam penulisan tugas
ini penulis tidak mengalami hambatan selama pengkajian karena klien dan
keluarga bersikap kooperatif.
Diagnosa dalam kasus ini adalah asuhan kebidanan pada Ny “R” P 2002
Ab000Umur 30 tahun Akseptor KB IUD saat ini tidak ditemukan adanya
masalah. Identifikasi diagnosa atau masalah potensial merupakan langkah
antisipasi terjadinya diagnosa atau masalah lain pada akseptor KB IUD.
Pada tinjauan kasus diagnosa dan masalah potensial yang lain tidak
ditemukan.
Identifikasi kebutuhan segera mengidentifikasi situasi yang gawat
dimana diperlukan tindakan segera untuk keselamatan jiwa ibu. Dalam
tinjauan kasus tidak ditemukan adanya tindakan segera yang diperlukan
untuk keselamatan jiwa ibu.
Intervensi merupakan rencana asuhan menyeluruh yang ditemukan
dari langkah-langkah sebelumnya berdasarkan tujuan dan yang diharapkan,
asuhan yang diberikan harus sudah mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan aspek asuhan. Pada tinjauan kasus rencana asuhan berdasarkan
tujuan dan kriteria yang diharapkan dan sudah mencakup semua aspek
asuhan yang diberikan.
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh
pada kasus rencana asuhan yang diberikan dapat dilaksanakan secara
menyeluruh. Pada kasus rencana asuhan yang ditentukan dapat dilaksanakan
secara menyeluruh.
BAB V
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny “R” P2002 Umur 30 tahun
Akseptor Lama KB IUD didapatkan kesimpulan dan saran sebagai berikut :
Dalam pengkajian kasus asuhan kebidanan pada Ny “R” P2002 Umur 30
tahun Akseptor Lama KB IUD. Diperoleh data subyektif dan obyektif
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dalam keadaan normal dan tidak
ditemukan keluhan. Dalam penulisan tugas ini penulis tidak mengalami
hambatan selama pengkajian karena klien dan keluarga bersikap kooperatif.
Diagnosa dalam kasus ini adalah asuhan kebidanan pada Ny “R” P 2002
Umur 30 tahun Akseptor Lama KB IUD saat ini tidak ditemukan adanya
masalah.
Penatalksanaan pada kasus ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
menyeluruh pada kasus rencana asuhan yang diberikan dapat dilaksanakan
secara menyeluruh. Pada kasus rencana asuhan yang ditentukan dapat
dilaksanakan secara menyeluruh.

4.2. Saran
4.2.1. Bagi mahasiswa
Sebagai pelaksana dalam memberikan asuhan kebidanan, hendaknya
mahasiswa terus menambah pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan
sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan secara optimal, berorientasi
sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan secara optimal, berorientasi
pada kepuasan klien dan sesuai dengan prosedur.
4.2.2. Bagi lahan praktek
Dalam mencapai peningkatan kesehatan diperlukan tempat pelayanan yang
memadai atas sarana dan prasarana dan mudah dijangkau oleh masyarakat
dengan mengedepankan profesionalisme.
4.2.3. Bagi institusi
Sebagai bahan kepustakaan dalam pembuatan askeb.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari, Prof. Dr. SPOE, MPH. 2003. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo.

Manuaba, IMG, Prof. Dr. DSOG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta.

Sarwono Prawirohardjo. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prowirohardjo. Jakarta.

Hartanto, Hanafi, Dr. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai