Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KESEHATAN PEREMPUAN DAN KB

STERILISASI WANITA (MOW) DAN STERILISASI


PRIA (MOP)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
1. CHANDA LESTARI
NIM : 190413007
2. ULFA SEPTA ARSEDA
NIM : 190413020

DOSEN PEMBIMBING : Imas Masluroh, SST, M.Kes


PRODI DIII KEBIDANAN
STIKES ABDI NUSANTARA

Jalan Swadaya No.19, Jatibening, Pondokgede, RT.002/RW.014, Jatibening, Kec.


Pondokgede, Kota Bks, Jawa Barat 17412

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pendidikan.
Makalah ini dibuat digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen.
Dengan makalah ini juga dapat di buat untuk bahan pembelajaran kesehatan reproduksi
perempuan dan KB.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Sterilisasi

a) Mekanisme kerja sterilisasi


b) Persyaratan peserta sterilisasi
c) Keuntungan sterilisasi
d) Kerugian sterilisasi
e) Indikasi sterilisasi
f) Kontra-indikasi sterilisasi

2.2 Sterilisasi Pada Wanita (MOW)

a) Penyinaran
b) Operatif
c) Penyumbatan tuba secara mekanis
d) Penyumbatan tuba secara kimiawi

2.3 Sterilisasi Pada Pria (MOP)

a) Operatif
b) Penyumbatan vas deferens secara mekanis
c) Penyumbatan vas deferens secara kimiawi

d) Konseling pasca operasi


e) Efektifitas MOP

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Alat Kontrasepsi Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil bahagia sejahtera salah satunya dengan adanya alat kontrasepsi (Arum, 2009).
Kontrasepsi merupakan suatu usaha untuk mencegah kehamilan (Handayani, 2010). Menurut
Wiknjosastro (2007) kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, usaha tersebut itu
dapat bersifat sementara, dan juga dapat bersifat permanen (Wiknjosastro, 2007).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Sterilisasi adalah?
2. Sterililasi pada wanita (MOW) adalah?
3. Apa saja jenis MOW?
4. Sterililasi pada pria (MOP) adalah?
5. Apa saja jenis MOP?

1.3 TUJUAN

1. Untuk menetahui apa itu sterilisasi


2. Mengetahui sterilisasi pada wanita
3. Mengetahui Jenis-jenis sterilisasi pada wanita
4. Mengetahui sterilisasi pada pria
5. Mengetahui jenis-jenis sterilisasi pada pria

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN STERILISASI/KB KONTAP


Sterilisasi atau Kontrasepsi kontap adalah suatu metode kontrasepsi yang pada pria disebut
vasektomi dan pada  wanita disebut tubektomi. Kontrasepsi mantap pada wanita yang disebut
tubektomi ialah suatu pembedahan dengan cara mini laparatomi (minilap) yaitu tindakan pada tuba
fallopii wanita melalui irisan kecil di dinding perut ± 2-3 cm yang dapat mengakibatkan wanita
tersebut tidak dapat hamil.

a). Mekanisme Kerja MOW dan MOP

MOW adalah mengoklusi tuba falopii (mengikat, memotong atau memasang cincin) sehingga sperma
tidak dapat bertemu dengan uvum (Arum, 2009). Sedangkan MOP adalah pemotongan sebagian
(0,5cm-1cm) pada vasa deferensia atau tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan
memotong vas deferen sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung
spermatozoa, sehingga tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan
pasien tak perlu dirawat. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi
diserap dan dihancurkan oleh tubuh (Mulyani dan Rinawati, 2013).

b). Persyaratan Peserta Kontrasepsi Mantap/Sterilisasi

Tiga syarat untuk mejadi peserta kontap, yaitu:

a) Syarat sukarela
Calon peserta secara sukarela, tetap memilih kontap setelah diberi konseling mengenai
jenis-jenis kontrasepsi, efek samping, keefektifan, indikasi, kontraindiksi, serta waktu
pelaksanaan.
b) Syarat bahagia
Setelah syarat sukarela terpenuhi, maka perlu dinalai pula syarat kebahagiaan kluarga.
Meliputi terkait dalam perkawinan yang syah dan harmonis, memiliki sekurang-kurangnya
dua anak yang hidup sehat baik fisik maupun mental, dan kematangan kepribadian.
c) Syarat sehat
Setelah syarat bahagia terpenuhi, maka syarat kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan
(Handayani, 2010)

c). Keuntungan Kontrasepsi Kontap/Sterilisasi

1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).
2) Tidak mempengaruhi peroses menyusui (breastfeeding).
3) Tidak bergantung pada faktor sanggama.
4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko yang sangat serius.
5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal.
6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
7) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium).
8) Berkurangnya resiko kangker ovarium (Anggraini, 2011).

d). Kerugian Kontrasepsi Kontap/Sterilisasi

1) Harus dipertimbangkan sifat menetap metode kontrasepsi ini.


2) Klien dapat menyesal di kemudian hari.
3) Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi umum).
4) Rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan doter spesialis genokologi untuk proses
laparoskopi).
6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS (Anggraini, 2011)

e). Indikasi Kontrasepsi Kontap/Sterilisasi

1) Wanita atau pria pada usia >26 tahun.


2) dengan paritas >2.
3) Wanita dan pria yang yakin telah mempunyai besar keluarga yang dikehendai.
4) Wanita yang pada kehamilannya akan menimbulkan resiko yang sangat serius.
5) Wanita pasca persalinan.Wanita pasca keguguran.
6) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini (Handayani, 2010).

f). Kontra indikasi Kontrasepsi Kontap/Sterilisasi

1) Wanita yang hamil (sudah terditeksi atau dicurigai).


2) Wanita dengan perdarahan pervaginan yang belum jelas penyebabnya.
3) Wanita dengan infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
4) Wanita yang tidak boleh menjalani proses pembedahan.
5) Kurang pasti mengenai fertilitas di masa depan.
6) Belum memberikan persetujuan tertulis.
7) infeksi kulit lokal Pmisalnya scabies, infeksi traktus genetalia, kelainan skrotum atau
sekitarnya (varicocele,hydrocele besar, filariasis, hernia inguinalis, orchiopexy, luka parut
bekas operasi hernia, skrotum yang sangat tebal)
8) penyakit sistemik (penyakit-penyakit perdarahan, diabetes mellitus, penyakit jantung
koroner yang baru)
9) riwayat perkawinan
10) psikologi atau seksual yang tidak stabil menurut Hartanto dalam Ambarawati (2012).

2.2 STERILISASI PADA WANITA (MOW)


Medis operasi wanita (MOW) adalah tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang
atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk jangka
panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi (Handayani, 2010). MOW (Medis Operasional
Wanita) atau bisa disebut dengan metode kontrasepsi mantap pada wanita adalah Prosedur bedah
sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan seorang perempuan dengan menyumbat atau
memotong kedua saluran telur (tuba fallopi) (Anggraini, 2011). Ada beberapa sterilisasi pada wanita
yaitu :

a) Penyinaran
Merupakan tindakan penutupan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita
mengakibatkan yang bersangkutan tidak hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.
b) Operatif
Menurut Handayani (2010) metode operatif terdapat berbagai macam cara, cara-cara
tersebut dapat dilakukan dengan:
a. Abdominal
- Laparatomi
Laparatomi sudah tidak digunakan karena diperlukan insisi yang panjang. Kontrasepsi ini
diperlukan bila cara kontap yang lain gagal.
- Mini-laparatomi
Sayatan dibuat garis tengah diatas simpisis panjang 3 cm sampai menembus peritonium.
Untuk mencapai tuba diperlukan alat khusus (elevator uterus) ke dalam kavum uteri.
Dengan bantuan alat tersebut uterus dalam keadaan retrifleksi dijadikan letak antefleksi
kemudian didorong daerah lubang sayatan, lalu dilakukan penutupan tuba.
- Laparoskopi
Cunam serviks dipasang pada bibir depan posio uteri, supaya dapat menggerakan uterus
jika hal tersebut diperlukan saat laparaskopi. Sayatan dibuat dibawah pusat kurang lebih
1 cm. Kemudian ditempat luka dilakukan pungsi sepanjang rongga peritonium dengan
jarum khusus. Melalui jarum dibuat pneumo peritoneum dengan memesukkan CO2
sebanyak 1 sampai 3 liter kecepatan kira- kira 1 liter permenit. Setelah jarum beres
dikeluarkan, troika dimasukan laparoskop melalui tabung dengan cunam yang
dimasukan dalam rongga peritonium bersama laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan
penutupan dengan kauterisasi.

b. Vaginal
- Kolpotomi
Sering dipakai adalah kolpotomi poterior. Insisis dilakukan di dinding vagina transvesal 3-
5 cm, kavum douglas yang terletak antara dinding depan rektumdam dinding belakang
uterus dibuka melalui vagina untuk sampai dituba.
- Kuldoskopi
Rongga pelvis dapat dilihat melalui alat koldoskup yang dimasukan kedalam cavum
douglas. Adanya laparoskopi trans-abdominal, maka kuldoskopi kurang mendapat
perhatian atau minat dan sekarang sudah jarang dikerjakan. Dalam posisi lutut dada
kedua paha tegak lurus dan kedua lutut terbuka, suatu rektraktor perineal dimasukan
kedalam vagina. Bila fornik posterior terlihat seperti bagian kubah yang kecil, maka
cavum douglas bebas diperlekatkan, lalu dilakukan oklusi tuba .

c. Transcervikal
- Histereskopi
Prinsipnya seperti laparoskopi hanya pada histereskopi tidak dipakai trokar, tetepi
suatu vakum servikal adaptor untuk mencegah keluarnya gas saat dilatasi serviks
atau cavum uteri.
- Tanpa melihat langsung
Pada cara ini operator tidak melihat langsung cavum uteri untuk melikalisir orivisuim
tubae.
c) Penyumbatan tuba secara mekanis
Tubal clip penyubatan tuba mekanis dipasang pada isthimus tuba falopii, 2-3 cm dari uterus,
melalui laparatomi, laparoskopi, kolpotomi dan kuldoskopi. Tuba clips menyebabkan
kerusakan lebih sedikit pada tuba falopii dari pada oklusi tuba falopii lainya. Tuba ring dapat
dipakai pada mini- laparatomi, laparoskopi dan cara trans- veaginal, dan dipasang pada
ampula 2-3 cm dari uterus.
d) Penyumbatan tuba kimiawi
Zat-zat kimia dalam cair, pasta, padat dimasukan ke dalam melalui serviks ke dalam uteri-
tubal junction, dapat dengan fisualisasi langsung atau tidak. Cara kerjanya adalah zat kimia
akan mendapat tissue padat sehingga terbentuk sumbatan dalam tuba falopii (tissue
adhesive), zat kimia akan merisak tuba falopii dan menumbulkan fibrosis (sclerosing agent)
(Handayani, 2010).

 Persiapan Pre-Operatif untuk Kontap Wanita

Pemakaian kontrasepsi MOW terdapat beberapa persiapan sebelum dilaksanakannya


pembedahan, persiapan pre-operatif meliputi:
1) Informed consent.
2) Riwayat medis atau kesehatan yang meliputi:
- Penyakit-penyakit pelvis.
- Adhesi/perlekatan.
- Pernah mengalami operasi abdominal / operasi pelvis.
- Riwayat diabetus melitus.
- Penyakit paru-paru: asthma, bronchitis, emphysema.
- Obesitas.
- Pernah mengalami masalah dengan anastesi.
- Penyakit-penyakit perdarahan.
- Alergi.
- Medikamentosa pada saat ini.
3) Pemerisaan fisik.
Harus meliputi kondisi-kondisi yang mungkin mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi
atau anestesi, serta pemeriksaan kandungan untuk menemukan kelainan.
4) Pemeriksaan laboratorium.
Dari persiapan-persiapan diatas selain itu terdapat pemeriksaan laboratorium, dalam
pemeriksaan laboratorium ini beberapa hal yang perlu diperiksa adalah:
- Pemeriksaan darah lengkap.
- Pemeriksaan urine.
- Pap smear (Hartanto, 2004).

 Waktu Dilakukan Operasi MOW

Waktu dilakukan operasi MOW (Medis Operasi Wanita) menurut Arum (2009), yaitu:

1) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tida
hamil.
2) Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
3) Pasca persalinan
- Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
- Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pasca persalinan.
4) Pasca keguguran
- Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik
(minilap atau laparoskopi).
- Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap
saja) (Arum, 2009).

 Efek Samping MOW


Efek samping pemakaian kontrasepsi MOW (Medis Operasi Wanita) menurut Handayani
(2010), yaitu:
1) Perubahan- perubahan hormonal Efek samping kontap wanita pada umpan balik hormonal
antara kelenjar hypofise dan kelenjar gonad ditemukan kadar FSH, LH, testosteron dan
estrogen tetap normal setelah melakukan kontap wanita.
2) Pola haid Pola haid abnormal setelah menggunakan kontap merupakan tanda dari “post
tubal ligation syndrome”.
3) Problem psikologis Dinegara maju wanita (usia ≥30 tahun) yang menjalani kontap tidak
merasa puas dibandingkan usia lebih tua dan minta dipulihkan (Handayani, 2010)
2.3 STERILISASI PADA PRIA (MOP)

Sterilisasi pada pria atau yang sering disebut Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang
terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vasektomi adalah pemotongan sebagian (0,5cm-1cm)
pada vasa deferensia atau tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong vas
deferen sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa, sehingga
tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat.
Sperma yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap dan dihancurkan oleh
tubuh (Mulyani dan Rinawati, 2013). Jenis-jenis sterilisasi pada pria (MOP) adalah :

a) Operatif
Metode sterilisasi pada pria atau Vasektomi dengan pisau setelah anastesi lokal yaitu
dengan larutan prokain lidokain atau lignokain tanpa memakai adrendin muka dilakukan
irisan pada kulit skrotum kutil dan otat2bdi sayat maka tampak vas deferens dengan sarung
nya. Irisan dapat dilakukan pada garis tengah antara dua buah skrotum atau pada dua
tempat diatasi masing2 vas deferens kedua vas tampak sebagai saluran yang putih dan agak
kenyal pada perabaan. Vas dapat dibedakan dari pembuluh darah karena tidak berdenyut,
identivikasi vas terutama sukar apabila kulit skrotum tebal.

b) Penyumbatan vas deferens mekanis


Dilakukan dengan vas deferens menggunakan :
- Vaso-clips
- Intra vasal thread (IVT)
- Reversible intravas device (R-IDV)
- Shug
- Phaser (bionyx control)
- Reversible intravasal occlusive devices (RIOD)

c) Penyumbatan vas deferens kimiawi


Dilakukan penyumbatan vas deferens menggunakan zat-zat kimia berupa :
- Quinacrine
- Ethanol
- Ag-nitrat

d) Konseling pasca operasi

1.Menjaga daerah insisi agar tetap kering


2.Tidak menarik-narik atau menggaruk-nggaruk luka yang sedang dalam penyembuhan.
3.Memakai penahan skrotum (celana dalam).
4. Menghindari mengangkat benda berat dan kerja keras untuk 3 hari.
 Efek samping Metode Operasi Pria (MOP)
Efek samping pada pengguna vasektomi tidak memiliki efek yang bersifat merugikan,
sperma yang diproduksi akan kembali diserap tubuh tanpa menyebab gangguan
metabolisme, rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya
hanya berlangsung beberapi hari, infeksi akibat perawat bekas operasi yang tidak
bagus atau disebabkan karena dari lingkungan luar bukan dari vasektomi dan
vasektomi tidak berpengaruh terhadap kemampuan laki-laki untuk melakukan
hubungan seksual (Mulyani dan Rinawati, 2013).

e) Efektifitas MOP

 Angka kegagalan 0-2,2 % ,umumnya < 1 %


 Kegagalan kontap , umumnya disebabkan oleh:
 Senggamaa yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali dari
spermatozoa.
 Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan
granulomaspermatozoa
 Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sterlisasi merupakan suatu metode kontrasepsi yang pada pria disebut vasektomi dan pada  wanita
disebut tubektomi. Kontrasepsi mantap pada wanita yang disebut tubektomi ialah suatu
pembedahan dengan cara mini laparatomi (minilap) yaitu tindakan pada tuba fallopii wanita melalui
irisan kecil di dinding perut ± 2-3 cm yang dapat mengakibatkan wanita tersebut tidak dapat hamil.
Metode sterilisasi ada yang menggunakan operatif dan ada juga menggunakan penyumbatan secara
mekanis maupun kimiawi.

3.2 SARAN
Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang “STERILISASI PRIA DAN WANITA” berharap agar
mahasiswi dapat mengetahui kontrasepsi yang baik sesuai dengn keinginan dan tidak diinginkan
dalam membina rumah tangga yang baik. Selain itu dapat sebagai pedoman dalam kehidupan yang
baru kelak.

Anda mungkin juga menyukai