KELOMPOK 4
2.KRISDIANTO ( PO713201181025 )
4.FIRAWATI ( PO713201181013 )
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontrasepsi mantap berupa tubektomi kerap menjadi momok bagi wanita. Kabarnya,
wanita yang tubektomi akan mengalami risiko disfungsi seksual. Menurut sebuah studi baru
yang okezone lansir dari Health24, wanita yang telah menjalani sterilisasi untuk mencegah
kehamilan, tidak memiliki risiko disfungsi seksual setelah itu. Para peneliti menemukan fakta
bahwa partisipan wanita yang telah menjalankan prosedur tubektomi menunjukkan risiko
rendah terhadap masalah-masalah seksual tertentu. Bahkan, mereka cenderung lebih bahagia
dengan kehidupan seks daripada wanita lain.
Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dalam
mencegah kehamilan secara permanen. Setelah menjalani tindakan vasektomi, ada upaya
tindak lanjut yang harus dijalani oleh akseptor yaitu perawatan luka operasi, pencegahan
kehamilan dan kunjungan ulang. Tindakan vasektomi mempunyai efek atau keluhan. Efek
atau keluhan yang muncul dapat berupa keluhan medis, keluhan psikologis dan terjadinya
kehamilan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan upaya tindak lanjut pasca
vasektomi dengan timbulnya keluhan pada akseptor vasektomi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan jenis-jenis tubektomi dan vasektomi
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tubektomi dan vasektomi
3. Untuk mengetahui efek samping dari tubektomi dan vasektomi
4. Untuk mengetahui indikasi dari dilakukannya tubektomi dan vasektomi
5. Untuk mengetahui kontra indikasi dari dilakukannya tubektomi dan vasektomi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
2. Tubektomy
Kata tubektomi berasal dari tuba dan ektomi, tuba : saluran telur wanita, ektomi :
membuang / mengangkat. Namun sekarang definisi ini sudah diperluas dengan pengertian
sterilisasi tuba.
Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen di mana saluran tuba di blokir
sehingga sel telur tidak bisa masuk ke dalam rahim. Tubektomi adalah prosedur bedah
sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan secara permanen
(Saifuddin, 2003).
Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang
memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen
karena metode kontrasepsi ini tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian Anda ingin
punya anak.
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan orang tidak akan mendapat keturunan lagi (Prawirohadjo, 2002).
Tubektomi adalah menutup saluran tuba palopi sehingga tidak perlu memakai alat
kontrasepsi serta dapat menghambat penyakit kebidanan/kandungan.
3. Vasectomy
Vasektomi adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong
saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung
spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15
menit dan pasien tak perlu dirawat. Operasi dapat dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan
kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan
vasektomi murah dan ringan sehingga dapat dilakukan di lapangan (Siswosudarmo, 2007).
Vasektomi adalah menutup saluran sperma yang menyalurkan sperma dari pusat
produksinya di testis.
B. Jenis
a. Tubektomy
Minilaparotomi
Sayatan kecil sekitar 3 cm daerah perut bawah (suprapubik)/ subumbilikal (pada lingkar pusat
bawah)
Laparoskopi (sayatan besar)
Pemeriksaan rongga perut dengan peneropongan memakai alat melalui sayatan pada dinding
perut, setelah lebih dahulu dilakukan pengisian dengan udara atau gas ke dalamnya (KBBI
daring).
b. Vasectomy
Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)
Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional)
Vasektomi semi permanen
Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa dibuka kembali untuk
berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya pengikatan vas
deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas
deferen yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap sperma adalah benda asing
dan akan menghancurkan benda asing.
C. Prosedur Kerja
a. Tubektomy
1. Cara memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa cara. Tuba bisa ditutup
dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta dengan memotong atau mengikat.
2. Metode yang paling dipakai sekarang adalah dengan mempergunakan laparoskopi
kemudian menjepit kedua saluran tuba dengan klip atau dengan memasang ring.
3. Terdapat beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba yaitu : laparoskopi,
mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC), mini-laparotomi
(operasi kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan merangsang jaringan ikat,
sehingga saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan / teknik melalui vagina (sekarang tidak
dipakai lagi karena tingginya angka infeksi).
4. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. Dokter dapat menggunakan alat
bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya
dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan
lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat
pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan
jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan
membutuhkan sayatan yang lebih besar.
b. Vasectomy
1. Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga saluran transportasi
sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak bekerja. Seorang pria yang sudah
divasektomi, volume air maninya sekitar 0,15 cc yang tertahan tidak ikut keluar bersama
ejakulasi karena scrotum yang mengalirkannya sudah dibikin buntu. Sperma yang sudah
dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap & dihancurkan oleh tubuh.
D. Keuntungan
a. Tubektomy
1. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
2. Tidak mempengaruhi proses me nyusui (breastfeeding)
3. Tidak bergantung pada faktor senggama
4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius
5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
6. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
7. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)
b. Vasectomy
1. Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja.
2. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
3. Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat
4. vasektomi akan mengalami klimaktorium dalam suasana alami (Manuaba, 1998)
5. Baik yang dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin punya anak.
6. Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari sterilisasi tubulus.
7. Laki-laki memiliki kesempatan untuk mengubah kontrasepsi dengan istrinya.
8. Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menikmati hubungan seksual.
E. Kerugian
a. Tubektomy
1. Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang tidak dapat dipulihkan kembali,
kecuali dengan operasi rekanalisasi
2. Anda mungkin akan menyesal di kemudian hari karena memilih metode ini. Ini bisa terjadi
jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-benar mantap memilih metode ini.
3. Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah dilakukan
pembedahan
4. Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi umum
5. Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika yang dilakukan
adalah proses laparoskopi
6. Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
b. Vasektomy
1. Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah benar-benar sperma
tidak ditemukan berdasarkan analisa sperma.
2. Masih merupakan tindakan operasi maka pria masih merasa takut.
3. Beberapa laki-laki takut vasektomi akan mempengaruhi kemampuan seks atau menyebabkan
masalah ereksi.
4. Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa hari setelah operasi, rasa sakit ini
biasanya dapat lega oleh konsumsi obat-obatan lembut.
5. Seringkali harus melakukan dengan kompres es selama 4 jam untuk mengurangi
pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus memakai celana yang dapat
mendukung skrotum selama 2 hari.
6. Pasien diminta untuk memakai kondom terlebih dahulu untuk membersihkan tabung dari sisa
sperma yang ada. Untuk mengetahui yang steril atau tidak, pemeriksaan mikroskopis
biasanya dilakukan 20-30 kali setelah ejakulasi.
7. Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual termasuk HIV.
8. Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika orang itu masih di bawah usia 25 tahun, telah
terjadi perceraian atau anak yang meninggal.
9. Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar menentukan apakah vasektomi dapat bekerja efektif
100 persen atau tidak. Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mrngontrol kesuburan
pria namun masih mungkin di jumpai suatu kegagalan.
10. Vasektomi dianggap gagal bila:
11. Pada analisis sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau setelah 15 – 20 kali ejakulasi masih
dijumpai spermatozoa.
12. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma
13. Istri ( pasangan ) hamil.
F. Efek Samping
a. Tubektomy
Reaksi alergi anestesi
Menjelaskan sebab terjadinya bahwa adanya reaksi hipersensitif atau alergi karena masuknya
larutan anestesi lokal ke dalam sirkulasi darah atau pemberian anestesi lokal yang melebihi
dosis
Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan tindakan operasi baik operasi besar atau kecil.
Infeksi atau abses pada luka
Menjelaskan sebab terjadinya karena tidak terpenuhinya standar sterilitasi alat operasi dan
pencegahan infeksi, atau kurang sempurnanya teknik perawatan luka pasca operasi
Gejala ini umumnya terjadi karena kurang diperhatikannya strerilitas alat dan ruangan,
kurang sempurnanya persiapan operasi teknik dan perawatan luka pasca operasi
Perforasi rahim
Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan elevator rahim didorong terlalu kuat kearah yang
salah, teknik operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan
anatomi tubuh yang rumit (biasanya posisi rahim hiperretrofleksi, adanya perlengketan pada
rahim, pasca keguguran)
Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia
Perlukaan kandung kencing
Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan tidak sempurnanya pengosongan kandung
kencing
Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia
Perlukaan usus
Menjelaskan sebab terjadinya karena tindakan yang tidak sesuai prosedur, teknik operasi
yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan anatomi tubuh yang
rumit
Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia
Perdarahan mesosalping
Menjelaskan sebab terjadinya karena terpotongnya pembuluh darah di daerah mesosalping
b. Vasektomy
Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya hanya berlangsung
beberapa hari.
Pembentukan granuloma relatif jarang dan merupakan keluhan yang nantinya hilang sendiri.
Infeksi apabila perawatan pasca operasinya tidak bagus.
G. Indikasi
1. Usia >26 tahun
2. Memiliki keturunan > 2
3. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
4. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
5. Pasca persalinan
6. Pasca keguguran
7. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
H. Kontraindikasi
a. Tubektomy
1. Hamil
2. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan
5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
6. Belum memberikan persetujuan tertulis
7. Laparoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung dan paru yang
berat
8. Jika ada permintaan sterilisasi saat persalinan dan ternyata timbul komplikasi ada ibu atau
janin maka permintaan tersebut bisa di tolak
b. Vasectomy
Beberapa hal yanga dapat menimbulkan kontra indikasi dan cara penanganannya:
1. Perdarahan
Apabila perdarahan sedikit, cukup dengan pengamatan saja. Bila banyak, hendaknya dirujuk
segera ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Di sini akan dilkukan operasi kembali
dengan anestesi umum, membuka luka, mengeluarkan bekuan-bekuan darah dan kemudian
mencari sumber perdarahan serta menjepit dan mengikatnya. Setiap keluhan pembengkakan
isi skrotum pascavasektomi hendaknya dicurigai sebagai perdarahan dan dilakukan
pemeriksaan yang seksama. Bekuan darah di dalam skrotum yang tidak dikeluarkan akan
mengundang kuman-kuman dan menimbulkan infeksi.
2. Hematoma
Biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban yang berlebihan, misal naik sepeda, duduk
terlalu lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak dan sebagainya.
3. Infeksi
Infeksi pada kulit skrotum cukup dengan mengobati menurut prinsip pengobatan luka kulit.
Apabila basah, dengan kompres (dengan zat yang tidak merangsang). Apabila kering dengan
salep antibiotika. Apabila terjadi infiltrat di dalam kulit skrotum di tempat vasektomi
sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Di sini pasien akan diistirahatkan dengan berbaring,
kompres es pemberian antibiotika, dan analgetika.
4. Granuloma sperma
Dapat terjadi pada ujung proksimal vas atau rpidemilis. Gejalanya merupakan benjolan
kenyal dengan kadang – kadang keluhan nyeri. Granuloma sperma dapat terjadi 1 – 2 minggu
setelah vasektomi. Pada keadaan ini dilakukan eksisi granuloma dan mengikat kembali vas
deferens. Terjadi pada 0.1 – 30 % kasus.
I. Waktu Dilakukan
Tubektomy
1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil
2. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
3. Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu,
laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
4. Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap
saja).
KASUS
Ny. D datang ke RSUP Dr. Karyadi bersama dengan suami ke dr.SPOG untuk
berkonsultasi mengenai Keluarga Berencana (KB), klien mengatakan tidak ingin
memiliki anak lagi karena sudah memiliki 3 anak dan tidak ingin merencanakan ke
hamilan berikutnya. Klien bingung akan menggunakan jenis kontrasepsi apa yang
sesuai dengan keinginannya yang tidak ingin memiliki anak lagi yang aman dan tidak
memiliki efek samping jangka panjang, lalu klien menanyakan kepada dokter KB apa
yang cocok untuk nya, dokter menyarankan untuk melakukan sterilisasi Tubektomi.
Klien dan suami tidak mengetahui apa dan bagaimana prosedur tubrktomi itu. lalu
dokter menjelaskan apa itu tobektomi dan bagaimana prosedur tindakannya.
Klien juga mengatakan bahwa dia tidak pernah masuk rumah sakit dengan
penyakit serius, di dalam keluarganya pun tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
keturunan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. D (35 Tahun) dengan AKSEPTOR KB TUBEKTOMI
I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk :-
Tanggal Pengkajian : -
A. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata Klien
a. Nama : Ny. D
b. Tanggal lahir/umur : 13 Juni 1983/35 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Suku : Jawa
f. Alamat : Krajan RT 02 RW 02 Jati, Kudus
g. Diagnosa Medis :-
h. No. Rekam Medik` :-
i. Nama DPJP :-
j. Nama PPJP :-
k. Sumber Pembiayaan :-
l. Penanggung jawab : Tn. S
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. S
b. Hubungan dg. Klien : Suami
c. Suku : Jawa
d. Agama : Islam
e. Alamat : Krajan RT 02 RW 02 Jati, Kudus
f. No. Telepon : 0815xxxxxx
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan tidak ingin memiliki anak lagi karena sudah memiliki 3 orang anak.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke RSUP Dr. Karyadi bersama dengan suami ke dr.SPOG untuk
berkonsultasi mengenai Keluarga Berencana (KB), klien mengatakan tidak ingin
memiliki anak lagi karena sudah memiliki 3 anak dan tidak ingin merencanakan ke
hamilan berikutnya. klien menanyakan KB apa yang cocok untuk nya, dokter
menyarankan untuk melakukan sterilisasi Tubektomi. Setelah dijelaskan bahwa
Tubektomi melalui proses pembedahan, klien merasa khawatir. Setelah berkonsultasi
klien di lakukan pengkajian TTV dengan hasil :
TD : 120/80 mmHg
Suhu :36,7ºC
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Klien tampak bahagia dengan suaminya.
2. Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80 kali per menit
c. Pernapasan : 20 kali per menit
d. Suhu : 36,7oC
4. Kepala
Inspeksi
Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala kotor, terdapat ketombe, tidak ada lesi, rambut
lurus, warna hitam pendek, persebaran rambut merata dan tidak terlihat adanya
benjolan.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan massa
5. Mata
Inspeksi
Mata simetris kanan dan kiri, alis simetris kanan dan kiri, tampak, konjungtiva anemis,
sklera ikterik, reflek pupil isokor, iris hitam dan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan massa
6. Telinga
Inspeksi
Kedua daun telinga simetris, tidak terlihat adanya lesi, tidak terlihat adanya
darah/sekret yang keluar, tidak terdapt benjolan dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan di daerah telinga
Fungsi Pendengaran :
Klien dapat mendengar dengan baik
7. Mulut dan Gigi
Inspeksi
Mukosa bibir lembab dan tidak pucat, tidak terlihat adanya lesi, gusi tidak berdarah,
tidak terdapat sariawan, kebersihan mulut baik.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada gusi dan tidak teraba adanya massa
Fungsi Pengecapan :
Klien mengatakan dapat merasakan rasa makanan dengan baik.
8. Leher
Inspeksi
Warna kulit leher sama dengan permukaan kulit lainnya, reflek menelan baik, tidak
ada nyeri saat menelan, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa
9. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi
Tidak terdapat lesi maupun jaringan parut, bentuk dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, taktil fremitus teraba sama kanan dan kiri
Perkusi
Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
Terdengar suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru kanan dan kiri, tidak ada
suara nafas tambahan.
b. Jantung
Inspeksi
Bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi atau jaringan parut
dan tidak ada pembengkakan massa.
Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS V midklavikula sinistra, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi
Suara jantung pekak, batas jantung dalam batas normal
Auskultasi
Terdengar suara janntung S1/S2 reguler dan tidak terdengar adanya suara jantung
tambahan gallop (-), murmur (-)
10. Abdomen
Inspeksi
Perut klien terlihat sedikit cembung, tidak terdapatlesi pada abdomen
Auskultasi
Bising usus 10 kali permenit
Perkusi
Terdengar suara pekak
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
11. Genitalia
Inspeksi
Tidak terpasang kateter urine, tidak terdapat peradangan.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan massa.
12. Ekstremitas
a. Atas
Inspeksi
Terpasang infus di ekstremitas atas kanan, tidak terdapat luka.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, edema, benjolan dan massa. Capilary refill 2 detik.
Kekuatan otot
5
b. Bawah
Inspeksi
Tidak terdapat lesi dan luka. Tidak ada deformitas tulang.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan,edema, benjolan dan massa. Capirally refill 2 detik
Kekuatan otot
5
13. Anus dan Rektum
Inspeksi
Tidak terdapat luka di dekat anus.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri.
E. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Jongkok 4
Jalan 4
Naik tangga 4
28
Sikat gigi Klien sikat gigi setiap kali mandi yaitu dua kali sehari
B (Biokimia) -
D (Diet) -
b. Cairan
Input Output
5. Kebutuhan Oksigen
Saat Pengkajian
6. Kebutuhan Eliminasi
a. BAK
Warna Kuning
Bau Khas
Perasaan Tuntas
b. BAB
Bau Khas
Masalah -
7. Kebutuhan Persepsi – Sensori
a. Penglihatan
Klien mengatakan tidak mempunyai mata minus, penglihatan klien jelas, tidak
menggunakan alat bantu.
b. Pendengaran
Klien mengatakan dapat mendengar dengan jelas, klien tidak menggunakan alat
bantu pendengarann
c. Penciuman
Klien mengatakan dapat membedakan bau wangi dan bau minyak kayu putih
ketika perawat memberikan dua macam bau
d. Pengecapan
Klien mengatakan dapat merasakan rasa makanan dengan baik, mampu
membedakan rasa dan dapat merasakan rangsangan termoregulasi
e. Perabaan
Klien mampu merasakan rangsangan termoregulasi, sensitif dengan rangsangan
sentuhan dan mampu membedakan tekstur benda.
8. Konsep Diri
a. Harga diri
Klien dan suami mengatakan saat ini merasa bahagia dengan keluarganya saat ini.
b. Ideal diri
Klien sudah bahagia dan tidak ingin memiliki anak lagi karena sudah bahagia
memiliki 3 anak.
c. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dia adalah seorang wanita yang berumur 35 tahun
dengan 3 orang anak dan 1 suami.
d. Gambaran diri
Klien mengatakan bahwa dia menerima keadaannya saat ini sebagai ibu dari 3
orang anak dan sebagai seorang istri.
e. Peran diri
Klien mengatakan selama dirawat di rumah dapat menjalani peran normalnya yaitu
menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan mengurus suami dan ketiga orang
anaknya.
9. Kebutuhan Stress Koping
Klien mengatakan saat merasa jenuh di rumah, klien mengajak keluarga berekreasi
keluar rumah.
10. Kebutuhan Seksualitas
Klien merupakan seorang wanita berumur 35 tahun, tidak mengalami masalah dengan
area genitalia, klien sudah menikah.
11. Kebutuhan Komunikasi dan Informasi
Klien mengatakan awalnya bingung akan menggunakan jenis kontrasepsi apa yang
sesuai dengan keinginannya yang tidak ingin memiliki anak lagi yang aman dan tidak
memiliki efek samping jangka panjang. Sehingga dokter menyarankan untuk
melakukan Tubektomi. Klien mengatakan tidak mengetahui apa itu Tubektomi.
Setelah dijelaskan oleh dokter tentang proses Tubektomi tersebut klien merasakan
khawatir.
12. Kebutuhan Rekreasi
Klien mengatakan selama di rumah hiburannya hanyalah menyibukkan dirinya dengan
berolahraga karena klien memiliki hobi olahraga.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dikaji.
II. ANALISA DATA
Nama Klien : Ny.D
No. Rekam Medik :-
Ruang Rawat :-
No. Tanggal Data Etiologi Masalah Paraf
Tubektomi (MOW)
Pre Operasi
Kurangnya
pengetahuan
mengenai
pembedahan
(kontrasepsi)
- Klien mengatakan merasa khawatir dengan proses pembedahan yang Syarat bahagia
akan dilakukannya.
Syarat kesehatan
DO :
Tubektomi (MOW)
Pre Operasi
Tindakan
pembedahan
Ansietas
3 DS:
DO:
-
4 DS:
DO :
-
III. DIAGNOSA PRIORITAS
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. D
No.RM :-
Ruang :-
No. Paraf
Tgl Jam Implementasi Evaluasi Formatif (Hasil)
Dx
1 - Review pengetahuan pasien S : Kel 1
mengenai kondisinya - Klien mengatakan sudah mengetahui mengenai
- Identifikasi kemungkinan penyebab, berbagai jenis kontrasepsi
sesuai kebutuhan. - Klien mengatakan sudah mengetahui apa dan
- Berikan informasi pada pasien bagaimana prosedur tindakan tubektomi
mengenai kondisinya, sesuai
kebutuhan.
- Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi dimasa yang O :
akan datang
- Edukasi pasien mengenai tindakan No Indikator awal akhir Target
untuk mengontrol/ meminimalkan
1 Faktor-faktor penyebab 1 5 5
dan faktor yang
berkontribusi
2 Faktor resiko 1 5 5
O:
1 Faktor-faktor 1 5 5
penyebab
dan faktor
yang
berkontribusi
2 Faktor resiko 1 5 5
P: Intervensi dilanjutkan
2 S: Kel 1
- Klien mengatakan sudah tidak merasakan khawatir dan cemas yang berlebihan
O:
1 Rasa takut 2 5 5
yang
disampaikan
secara lisan
2 Rasa cemas 2 5 5
yang
disampaikan
secara lisan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
Bahwa tubektomi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang disterilisasi
namun kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita kembali
menyambung setelah dipotong atau ditutup. Dengan kategori ;
Sangat efektif dan mantap Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana
Tidak ada efek samping
Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)
Vasektomi merupakan salah satu pilihan alat kontrasepsi untuk pria yang aman dan tentunya
diperuntukan untuk pria yang tidak ingin punya anak. Prosedur yang dilakukan untuk
vasektomi pun sangat aman karena ini adalah operasi kecil.