Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN


TUBEKTOMI & VASEKTOMI

DI SUSUN OLEH KELAS 2A

KELOMPOK 4

1.NURUL ILMI ( PO713201181040 )

2.KRISDIANTO ( PO713201181025 )

3.ANDRA TRI ANANDA ( PO713201181004 )

4.FIRAWATI ( PO713201181013 )

5.IKHNIL RHAMADHANI ( PO713201181019 )

6.NUR EKAYANTI BAKRI ( PO713201181033 )

7.RIZKA OKTAVIANI ( PO713201181046 )

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontrasepsi mantap berupa tubektomi kerap menjadi momok bagi wanita. Kabarnya,
wanita yang tubektomi akan mengalami risiko disfungsi seksual. Menurut sebuah studi baru
yang okezone lansir dari Health24, wanita yang telah menjalani sterilisasi untuk mencegah
kehamilan, tidak memiliki risiko disfungsi seksual setelah itu. Para peneliti menemukan fakta
bahwa partisipan wanita yang telah menjalankan prosedur tubektomi menunjukkan risiko
rendah terhadap masalah-masalah seksual tertentu. Bahkan, mereka cenderung lebih bahagia
dengan kehidupan seks daripada wanita lain.
Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dalam
mencegah kehamilan secara permanen. Setelah menjalani tindakan vasektomi, ada upaya
tindak lanjut yang harus dijalani oleh akseptor yaitu perawatan luka operasi, pencegahan
kehamilan dan kunjungan ulang. Tindakan vasektomi mempunyai efek atau keluhan. Efek
atau keluhan yang muncul dapat berupa keluhan medis, keluhan psikologis dan terjadinya
kehamilan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan upaya tindak lanjut pasca
vasektomi dengan timbulnya keluhan pada akseptor vasektomi.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan jenis-jenis tubektomi dan vasektomi
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tubektomi dan vasektomi
3. Untuk mengetahui efek samping dari tubektomi dan vasektomi
4. Untuk mengetahui indikasi dari dilakukannya tubektomi dan vasektomi
5. Untuk mengetahui kontra indikasi dari dilakukannya tubektomi dan vasektomi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
2. Tubektomy
Kata tubektomi berasal dari tuba dan ektomi, tuba : saluran telur wanita, ektomi :
membuang / mengangkat. Namun sekarang definisi ini sudah diperluas dengan pengertian
sterilisasi tuba.
Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen di mana saluran tuba di blokir
sehingga sel telur tidak bisa masuk ke dalam rahim. Tubektomi adalah prosedur bedah
sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan secara permanen
(Saifuddin, 2003).
Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang
memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen
karena metode kontrasepsi ini tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian Anda ingin
punya anak.
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan orang tidak akan mendapat keturunan lagi (Prawirohadjo, 2002).
Tubektomi adalah menutup saluran tuba palopi sehingga tidak perlu memakai alat
kontrasepsi serta dapat menghambat penyakit kebidanan/kandungan.
3. Vasectomy
Vasektomi adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong
saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung
spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15
menit dan pasien tak perlu dirawat. Operasi dapat dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan
kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan
vasektomi murah dan ringan sehingga dapat dilakukan di lapangan (Siswosudarmo, 2007).
Vasektomi adalah menutup saluran sperma yang menyalurkan sperma dari pusat
produksinya di testis.
B. Jenis
a. Tubektomy
Minilaparotomi
Sayatan kecil sekitar 3 cm daerah perut bawah (suprapubik)/ subumbilikal (pada lingkar pusat
bawah)
Laparoskopi (sayatan besar)
Pemeriksaan rongga perut dengan peneropongan memakai alat melalui sayatan pada dinding
perut, setelah lebih dahulu dilakukan pengisian dengan udara atau gas ke dalamnya (KBBI
daring).
b. Vasectomy
Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)
Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional)
Vasektomi semi permanen
Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa dibuka kembali untuk
berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya pengikatan vas
deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas
deferen yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap sperma adalah benda asing
dan akan menghancurkan benda asing.

C. Prosedur Kerja
a. Tubektomy
1. Cara memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa cara. Tuba bisa ditutup
dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta dengan memotong atau mengikat.
2. Metode yang paling dipakai sekarang adalah dengan mempergunakan laparoskopi
kemudian menjepit kedua saluran tuba dengan klip atau dengan memasang ring.
3. Terdapat beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba yaitu : laparoskopi,
mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC), mini-laparotomi
(operasi kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan merangsang jaringan ikat,
sehingga saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan / teknik melalui vagina (sekarang tidak
dipakai lagi karena tingginya angka infeksi).
4. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. Dokter dapat menggunakan alat
bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya
dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan
lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat
pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan
jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan
membutuhkan sayatan yang lebih besar.

b. Vasectomy
1. Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga saluran transportasi
sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak bekerja. Seorang pria yang sudah
divasektomi, volume air maninya sekitar 0,15 cc yang tertahan tidak ikut keluar bersama
ejakulasi karena scrotum yang mengalirkannya sudah dibikin buntu. Sperma yang sudah
dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap & dihancurkan oleh tubuh.

2. Teknik Vasektomi Tanpa Pisau


a. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
b. Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih.
c. Penis diplester ke dinding perut
d. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri kanan
dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan iodofor (Betadine) atau
larutan klorheksidin (Hibis-crub) 4%.
e. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat
skrotum ditonjolkan keluar.
f. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anestesi local (Prokain atau
Novokain atau Xilokain 1%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens kearah
distal, kemudian dideponair lagi masing-masing 3-4 ml, prosedur ini dilakukan sebelah kanan
dan kiri.
g. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi di dalam lingkaran klem
fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan ke bawah sehingga vas
deferens mengarah ke bawah kulit.
h. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat disebelah distal
lingkaran klem dengan sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut ± 45 derajat.
i. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit sampai
dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas
deferens yang telah telanjang dapat terlihat.
j. Dengan ujung klem diseksi menghadap kebawah, tusukkan salah satu ujung klem diputar
menghadap keatas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas
deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memegang vas deferens yang
sudah telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem fiksasi.
k. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan pelan-pelan
kebawah dengan klem diseksi. Kalau lobang telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan
ke lobang tersebut. Kemudian buka ujung-ujung klem pelan-pelan paralel dengan arah vas
deferens yang diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas deferens di-
crush secara lunak dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3 – 0.
l. Di antara dua ligasi kira-kira 1 – 1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat. Benang pada
putung distal sementara tidak dipotong. Kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung
vas deferens dalam skrotum.
m. Tarik pelan-pelan pada putung yang distal. Pegang secara halus fasia vas deferens dengan
klem diseksi dan tutup lobang fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga putung
bagian epididimis tertutup dan putung distal ada di luar fasia. Apabila tidak ada perdarahan
pada keadaan vas deferens tidak tegang, maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas
deferens dikembalikan dalam skrotum.
n. Lakukanlah tindakan di atas (langkah 7 – 13) untuk vas deferens sebelah yang lain, melalui
luka di garis tengah yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit
hanya diaproksimasikan dengan band aid atau tensoplas.

D. Keuntungan
a. Tubektomy
1. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
2. Tidak mempengaruhi proses me nyusui (breastfeeding)
3. Tidak bergantung pada faktor senggama
4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius
5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
6. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
7. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)

b. Vasectomy
1. Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja.
2. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
3. Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat
4. vasektomi akan mengalami klimaktorium dalam suasana alami (Manuaba, 1998)
5. Baik yang dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin punya anak.
6. Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari sterilisasi tubulus.
7. Laki-laki memiliki kesempatan untuk mengubah kontrasepsi dengan istrinya.
8. Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menikmati hubungan seksual.

E. Kerugian
a. Tubektomy
1. Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang tidak dapat dipulihkan kembali,
kecuali dengan operasi rekanalisasi
2. Anda mungkin akan menyesal di kemudian hari karena memilih metode ini. Ini bisa terjadi
jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-benar mantap memilih metode ini.
3. Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah dilakukan
pembedahan
4. Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi umum
5. Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika yang dilakukan
adalah proses laparoskopi
6. Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS.

b. Vasektomy
1. Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah benar-benar sperma
tidak ditemukan berdasarkan analisa sperma.
2. Masih merupakan tindakan operasi maka pria masih merasa takut.
3. Beberapa laki-laki takut vasektomi akan mempengaruhi kemampuan seks atau menyebabkan
masalah ereksi.
4. Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa hari setelah operasi, rasa sakit ini
biasanya dapat lega oleh konsumsi obat-obatan lembut.
5. Seringkali harus melakukan dengan kompres es selama 4 jam untuk mengurangi
pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus memakai celana yang dapat
mendukung skrotum selama 2 hari.
6. Pasien diminta untuk memakai kondom terlebih dahulu untuk membersihkan tabung dari sisa
sperma yang ada. Untuk mengetahui yang steril atau tidak, pemeriksaan mikroskopis
biasanya dilakukan 20-30 kali setelah ejakulasi.
7. Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual termasuk HIV.
8. Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika orang itu masih di bawah usia 25 tahun, telah
terjadi perceraian atau anak yang meninggal.
9. Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar menentukan apakah vasektomi dapat bekerja efektif
100 persen atau tidak. Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mrngontrol kesuburan
pria namun masih mungkin di jumpai suatu kegagalan.
10. Vasektomi dianggap gagal bila:
11. Pada analisis sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau setelah 15 – 20 kali ejakulasi masih
dijumpai spermatozoa.
12. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma
13. Istri ( pasangan ) hamil.

F. Efek Samping
a. Tubektomy
Reaksi alergi anestesi
 Menjelaskan sebab terjadinya bahwa adanya reaksi hipersensitif atau alergi karena masuknya
larutan anestesi lokal ke dalam sirkulasi darah atau pemberian anestesi lokal yang melebihi
dosis
 Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan tindakan operasi baik operasi besar atau kecil.
Infeksi atau abses pada luka
 Menjelaskan sebab terjadinya karena tidak terpenuhinya standar sterilitasi alat operasi dan
pencegahan infeksi, atau kurang sempurnanya teknik perawatan luka pasca operasi
 Gejala ini umumnya terjadi karena kurang diperhatikannya strerilitas alat dan ruangan,
kurang sempurnanya persiapan operasi teknik dan perawatan luka pasca operasi
Perforasi rahim
 Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan elevator rahim didorong terlalu kuat kearah yang
salah, teknik operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan
anatomi tubuh yang rumit (biasanya posisi rahim hiperretrofleksi, adanya perlengketan pada
rahim, pasca keguguran)
 Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia
Perlukaan kandung kencing
 Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan tidak sempurnanya pengosongan kandung
kencing
 Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia

Perlukaan usus
 Menjelaskan sebab terjadinya karena tindakan yang tidak sesuai prosedur, teknik operasi
yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan anatomi tubuh yang
rumit
 Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia
Perdarahan mesosalping
 Menjelaskan sebab terjadinya karena terpotongnya pembuluh darah di daerah mesosalping

b. Vasektomy
 Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya hanya berlangsung
beberapa hari.
 Pembentukan granuloma relatif jarang dan merupakan keluhan yang nantinya hilang sendiri.
 Infeksi apabila perawatan pasca operasinya tidak bagus.

G. Indikasi
1. Usia >26 tahun
2. Memiliki keturunan > 2
3. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
4. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
5. Pasca persalinan
6. Pasca keguguran
7. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

H. Kontraindikasi
a. Tubektomy
1. Hamil
2. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan
5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
6. Belum memberikan persetujuan tertulis
7. Laparoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung dan paru yang
berat
8. Jika ada permintaan sterilisasi saat persalinan dan ternyata timbul komplikasi ada ibu atau
janin maka permintaan tersebut bisa di tolak
b. Vasectomy
Beberapa hal yanga dapat menimbulkan kontra indikasi dan cara penanganannya:
1. Perdarahan
Apabila perdarahan sedikit, cukup dengan pengamatan saja. Bila banyak, hendaknya dirujuk
segera ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Di sini akan dilkukan operasi kembali
dengan anestesi umum, membuka luka, mengeluarkan bekuan-bekuan darah dan kemudian
mencari sumber perdarahan serta menjepit dan mengikatnya. Setiap keluhan pembengkakan
isi skrotum pascavasektomi hendaknya dicurigai sebagai perdarahan dan dilakukan
pemeriksaan yang seksama. Bekuan darah di dalam skrotum yang tidak dikeluarkan akan
mengundang kuman-kuman dan menimbulkan infeksi.
2. Hematoma
Biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban yang berlebihan, misal naik sepeda, duduk
terlalu lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak dan sebagainya.
3. Infeksi
Infeksi pada kulit skrotum cukup dengan mengobati menurut prinsip pengobatan luka kulit.
Apabila basah, dengan kompres (dengan zat yang tidak merangsang). Apabila kering dengan
salep antibiotika. Apabila terjadi infiltrat di dalam kulit skrotum di tempat vasektomi
sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Di sini pasien akan diistirahatkan dengan berbaring,
kompres es pemberian antibiotika, dan analgetika.
4. Granuloma sperma
Dapat terjadi pada ujung proksimal vas atau rpidemilis. Gejalanya merupakan benjolan
kenyal dengan kadang – kadang keluhan nyeri. Granuloma sperma dapat terjadi 1 – 2 minggu
setelah vasektomi. Pada keadaan ini dilakukan eksisi granuloma dan mengikat kembali vas
deferens. Terjadi pada 0.1 – 30 % kasus.

I. Waktu Dilakukan
Tubektomy
1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil
2. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
3. Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu,
laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
4. Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap
saja).
KASUS

Ny. D datang ke RSUP Dr. Karyadi bersama dengan suami ke dr.SPOG untuk
berkonsultasi mengenai Keluarga Berencana (KB), klien mengatakan tidak ingin
memiliki anak lagi karena sudah memiliki 3 anak dan tidak ingin merencanakan ke
hamilan berikutnya. Klien bingung akan menggunakan jenis kontrasepsi apa yang
sesuai dengan keinginannya yang tidak ingin memiliki anak lagi yang aman dan tidak
memiliki efek samping jangka panjang, lalu klien menanyakan kepada dokter KB apa
yang cocok untuk nya, dokter menyarankan untuk melakukan sterilisasi Tubektomi.
Klien dan suami tidak mengetahui apa dan bagaimana prosedur tubrktomi itu. lalu
dokter menjelaskan apa itu tobektomi dan bagaimana prosedur tindakannya.

Setelah dijelaskan bahwa Tubektomi melalui proses pembedahan, klien


merasa khawatir, sedikit takut dan cemas. Setelah berkonsultasi klien di lakukan
pemeriksaan, hasil pemeriksaan perawat : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 kali per
menit, RR : 20 kali per menit, Suhu :36,7ºC.

Klien juga mengatakan bahwa dia tidak pernah masuk rumah sakit dengan
penyakit serius, di dalam keluarganya pun tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
keturunan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. D (35 Tahun) dengan AKSEPTOR KB TUBEKTOMI

I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk :-
Tanggal Pengkajian : -
A. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata Klien
a. Nama : Ny. D
b. Tanggal lahir/umur : 13 Juni 1983/35 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Suku : Jawa
f. Alamat : Krajan RT 02 RW 02 Jati, Kudus
g. Diagnosa Medis :-
h. No. Rekam Medik` :-
i. Nama DPJP :-
j. Nama PPJP :-
k. Sumber Pembiayaan :-
l. Penanggung jawab : Tn. S
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. S
b. Hubungan dg. Klien : Suami
c. Suku : Jawa
d. Agama : Islam
e. Alamat : Krajan RT 02 RW 02 Jati, Kudus
f. No. Telepon : 0815xxxxxx

B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan tidak ingin memiliki anak lagi karena sudah memiliki 3 orang anak.

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke RSUP Dr. Karyadi bersama dengan suami ke dr.SPOG untuk
berkonsultasi mengenai Keluarga Berencana (KB), klien mengatakan tidak ingin
memiliki anak lagi karena sudah memiliki 3 anak dan tidak ingin merencanakan ke
hamilan berikutnya. klien menanyakan KB apa yang cocok untuk nya, dokter
menyarankan untuk melakukan sterilisasi Tubektomi. Setelah dijelaskan bahwa
Tubektomi melalui proses pembedahan, klien merasa khawatir. Setelah berkonsultasi
klien di lakukan pengkajian TTV dengan hasil :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali per menit

RR : 20 kali per menit

Suhu :36,7ºC

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang serius.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami penyakit
keturunan.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Klien tampak bahagia dengan suaminya.
2. Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80 kali per menit
c. Pernapasan : 20 kali per menit
d. Suhu : 36,7oC
4. Kepala
Inspeksi
Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala kotor, terdapat ketombe, tidak ada lesi, rambut
lurus, warna hitam pendek, persebaran rambut merata dan tidak terlihat adanya
benjolan.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan massa
5. Mata
Inspeksi
Mata simetris kanan dan kiri, alis simetris kanan dan kiri, tampak, konjungtiva anemis,
sklera ikterik, reflek pupil isokor, iris hitam dan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan massa
6. Telinga
Inspeksi
Kedua daun telinga simetris, tidak terlihat adanya lesi, tidak terlihat adanya
darah/sekret yang keluar, tidak terdapt benjolan dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan di daerah telinga
Fungsi Pendengaran :
Klien dapat mendengar dengan baik
7. Mulut dan Gigi
Inspeksi
Mukosa bibir lembab dan tidak pucat, tidak terlihat adanya lesi, gusi tidak berdarah,
tidak terdapat sariawan, kebersihan mulut baik.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada gusi dan tidak teraba adanya massa
Fungsi Pengecapan :
Klien mengatakan dapat merasakan rasa makanan dengan baik.
8. Leher
Inspeksi
Warna kulit leher sama dengan permukaan kulit lainnya, reflek menelan baik, tidak
ada nyeri saat menelan, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa

9. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi
Tidak terdapat lesi maupun jaringan parut, bentuk dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, taktil fremitus teraba sama kanan dan kiri
Perkusi
Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
Terdengar suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru kanan dan kiri, tidak ada
suara nafas tambahan.
b. Jantung
Inspeksi
Bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi atau jaringan parut
dan tidak ada pembengkakan massa.
Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS V midklavikula sinistra, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi
Suara jantung pekak, batas jantung dalam batas normal
Auskultasi
Terdengar suara janntung S1/S2 reguler dan tidak terdengar adanya suara jantung
tambahan gallop (-), murmur (-)
10. Abdomen
Inspeksi
Perut klien terlihat sedikit cembung, tidak terdapatlesi pada abdomen
Auskultasi
Bising usus 10 kali permenit
Perkusi
Terdengar suara pekak
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.

11. Genitalia
Inspeksi
Tidak terpasang kateter urine, tidak terdapat peradangan.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan massa.
12. Ekstremitas
a. Atas
Inspeksi
Terpasang infus di ekstremitas atas kanan, tidak terdapat luka.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, edema, benjolan dan massa. Capilary refill 2 detik.
Kekuatan otot
5
b. Bawah
Inspeksi
Tidak terdapat lesi dan luka. Tidak ada deformitas tulang.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan,edema, benjolan dan massa. Capirally refill 2 detik
Kekuatan otot
5
13. Anus dan Rektum
Inspeksi
Tidak terdapat luka di dekat anus.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri.
E. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan

Kategori Nilai Keterangan :


1 : tidak mampu
Makan dan perawatan diri 4 melakukan tanpa bantuan
2 : bantu sebagian
4 3 : dapat dilakukan tanpa
Mandi bantuan namun merasakan
nyeri
Berpakian 4 4: dapat melakukan secara
mandiri
Duduk 4

Jongkok 4

Jalan 4

Naik tangga 4

28

2. Kebutuhan Hygiene dan Integritas Kulit


Mandi Klien mandi dua kali sehari

Keramas Klien keramas sebanyak dua kali dalam seminggu

Ganti pakaian Klien berganti pakaian setiap kali sehabis mandi


yaitu dua kali sehari

Sikat gigi Klien sikat gigi setiap kali mandi yaitu dua kali sehari

Potong kuku Klien memotong kuku seminggu sekali

3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Kategori Saat Pengkajian

Frekuensi Klien mengatakan saat di rumah dapat tidur selama 6 –


7 jam dalam sehari
Pola Tidur Selama di rumah, klien tidur siang dan juga tidur
malam

Kualitas Klien mengatakan dapat tidur nyenyak selama di rumah

Kebiasaan Sebelum klien tidur biasanya sambil menonton TV


hingga tertidur

Perasaan Klien nyaman selama tidur di rumah

4. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


a. Nutrisi
A (Antropometri) -

B (Biokimia) -

C (Clinic) Turgor kulit elastis, konjunctiva anemis, mukosa


bibir lembab dan tidak pucat, tidak ada penurunan
berat badan

D (Diet) -

b. Cairan

Input Output

Infus NaCl, tpm : BAK :


Minum : BAB :
AM = IWL :
Total : Total :

Balance cairan output-input

5. Kebutuhan Oksigen
Saat Pengkajian

A (Airway) Tidak terlihat adanya sekret pada saluran pernafasan


bagian atas, tidak terdengar suara paru ronchi atau
crackles. Tidak terdapat sumbatan pada saluran napas

RR : 20 x/menit, reguler, tidak ada penggunaan otot


B ( Breathing) tambahan pernafasan.

C (Circulation) CRT 2 detik

D (Dissability) Composmentis, E4M6V5

6. Kebutuhan Eliminasi
a. BAK

Keterangan Saat Pengkajian

Klien mengatakan saat di rumah BAK nya sama ± 6


Frekuensi kali.

Warna Kuning

Bau Khas

Perasaan Tuntas

Masalah Tidak ada nyeri pada genetalia

b. BAB

Keterangan Saat Pengkajian

Frekuensi 1 kali sehari

Warna Kuning kecoklatan

Bau Khas

Konsistensi Lembek padat

Perasaan Klien merasa lega setelah BAB

Masalah -
7. Kebutuhan Persepsi – Sensori
a. Penglihatan
Klien mengatakan tidak mempunyai mata minus, penglihatan klien jelas, tidak
menggunakan alat bantu.
b. Pendengaran
Klien mengatakan dapat mendengar dengan jelas, klien tidak menggunakan alat
bantu pendengarann
c. Penciuman
Klien mengatakan dapat membedakan bau wangi dan bau minyak kayu putih
ketika perawat memberikan dua macam bau
d. Pengecapan
Klien mengatakan dapat merasakan rasa makanan dengan baik, mampu
membedakan rasa dan dapat merasakan rangsangan termoregulasi
e. Perabaan
Klien mampu merasakan rangsangan termoregulasi, sensitif dengan rangsangan
sentuhan dan mampu membedakan tekstur benda.

8. Konsep Diri
a. Harga diri
Klien dan suami mengatakan saat ini merasa bahagia dengan keluarganya saat ini.
b. Ideal diri
Klien sudah bahagia dan tidak ingin memiliki anak lagi karena sudah bahagia
memiliki 3 anak.
c. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dia adalah seorang wanita yang berumur 35 tahun
dengan 3 orang anak dan 1 suami.

d. Gambaran diri
Klien mengatakan bahwa dia menerima keadaannya saat ini sebagai ibu dari 3
orang anak dan sebagai seorang istri.
e. Peran diri
Klien mengatakan selama dirawat di rumah dapat menjalani peran normalnya yaitu
menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan mengurus suami dan ketiga orang
anaknya.
9. Kebutuhan Stress Koping
Klien mengatakan saat merasa jenuh di rumah, klien mengajak keluarga berekreasi
keluar rumah.
10. Kebutuhan Seksualitas
Klien merupakan seorang wanita berumur 35 tahun, tidak mengalami masalah dengan
area genitalia, klien sudah menikah.
11. Kebutuhan Komunikasi dan Informasi
Klien mengatakan awalnya bingung akan menggunakan jenis kontrasepsi apa yang
sesuai dengan keinginannya yang tidak ingin memiliki anak lagi yang aman dan tidak
memiliki efek samping jangka panjang. Sehingga dokter menyarankan untuk
melakukan Tubektomi. Klien mengatakan tidak mengetahui apa itu Tubektomi.
Setelah dijelaskan oleh dokter tentang proses Tubektomi tersebut klien merasakan
khawatir.
12. Kebutuhan Rekreasi
Klien mengatakan selama di rumah hiburannya hanyalah menyibukkan dirinya dengan
berolahraga karena klien memiliki hobi olahraga.

13. Aman Nyaman


Belum dikaji.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dikaji.
II. ANALISA DATA
Nama Klien : Ny.D
No. Rekam Medik :-
Ruang Rawat :-
No. Tanggal Data Etiologi Masalah Paraf

1 DS: Syarat sukrela Defisien kel 1


pengetahuan
- Klien mengatakan tidak mengetahui jenis kontrasepsi yang cocok Syarat bahagia
untuk keinginanannya
Syarat kesehatan
- Klien mengatakan tidak mengetahui tentang apa dan bagaimana
prosedur tindakan Tubektomi

DO: Keinginan untuk


melakukan
- Kurangnya pengetahuan.
kontrasepsi
permanen

Tubektomi (MOW)
Pre Operasi

Kurangnya
pengetahuan
mengenai
pembedahan
(kontrasepsi)

2 DS : Syarat sukarela Ansietas kel 3

- Klien mengatakan merasa khawatir dengan proses pembedahan yang Syarat bahagia
akan dilakukannya.
Syarat kesehatan
DO :

- Klien sangat khwatir


Keinginan untuk
melakukan
kontrasepsi
permanen

Tubektomi (MOW)
Pre Operasi

Tindakan
pembedahan

Ansietas

3 DS:

DO:

-
4 DS:

DO :

-
III. DIAGNOSA PRIORITAS

Nama Klien : Ny. D


No. Rekam Medik :-
Ruang Rawat :-
No. Diagnosa Keperawatan Tgl. Ditemukan Tgl. Teratasi Paraf

Defisiensi pengetahuan kel 1


berhubungan dengan
1
kurangnya sumber
pengetahuan dan informasi

Ansietas berhubungan kel 1


2 dengan proses
pembedahan.
IV. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. D
No. Rekam Medik : -
Ruang Rawat :-
No. Data Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Evaluasi Paraf
Dx

1 - Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1.1 Review pengetahuan S: Kel 1


pengetahuan keperawatan selama 1x24 jam. pasien mengenai
kondisinya - Klien mengatakan sudah mengetahui
berhubungan dengan Ditunjukan dengan kriteria hasil. mengenai berbagai jenis kontrasepsi
1.2 Identifikasi
kurangnya sumber NOC : pengetahuan : proses kemungkinan - Klien mengatakan sudah mengetahui
penyebab, sesuai apa dan bagaimana prosedur tindakan
pengetahuan dan penyakit
kebutuhan. tubektomi
informasi. Indikator 1 2 3 4 5
1.3 Berikan informasi
Faktor-faktor pada pasien
DS: penyebab mengenai O:
dan faktor
kondisinya, sesuai
- Klien mengatakan yang
berkontribusi kebutuhan.
tidak mengetahui
Faktor resiko No Indikator awal akhir Target
jenis kontrasepsi 2.1Diskusikan perubahan
gaya hidup yang 1 Faktor-faktor 1 5 5
yang cocok untuk mungkin diperlukan
Keterangan: penyebab
keinginannya untuk mencegah dan faktor
1. Tidak ada pengetahuan komplikasi dimasa yang
- Klien mengatakan
2. Pengetahuan terbatas yang akan datang berkontribusi
tidak mengetahui 3. Pengetahuan sedang
tentang apa dan 4. Pengetahuan banyak 2.2 Edukasi pasien 2 Faktor resiko 1 5 5
bagaimana prosedur 5. Pengetahuan sangat mengenai tindakan
banyak untuk mengontrol/
tindakan Tubektomi
meminimalkan A: Masalah belum teratasi
gejala, sesuai
DO:
kebutuhan
Kurangnya P: Intervensi dilanjutkan
pengetahuan.

2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1.1 Jelaskan semua S : Kel 1


dengan pembedahan. keperawatan selama 1 kali 24 jam. prosedur termasuk
sensasi yang akan - Klien mengatakan sudah tidak
dirasakan yang merasakan khawatir dan cemas yang
DS : Ditunjukkan dengan kriteria hasil.
mungkin akan berlebihan

- Klien mengatakan NOC : Tingkat kecemasan dialami klien selama


prosedur dilakukan.
merasa khawatir
Indikator 1 2 3 4 5 O:
dengan proses 1.2 Dorong herbalisasi
Rasa takut perasaan , persepsi No Indikator awal akhir Target
pembedahan yang yang dan ketakutan.
akan dilakukannya. disampaikan 1 Rasa takut 2 5 5
secara lisan 1.3 Berikan aktivitas yang
DO : Rasa cemas pengganti yang disampaikan
yang secara lisan
bertujuan untuk
disampaikan
Klien sangat khwatir secara lisan mengurangi tekanan.
2 Rasa cemas 2 5 5
Keterangan: yang
2.1 Bantu klien meng -
identifikasi yang disampaikan
1. Berat memicu kecemasan. secara lisan
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan 2.2 Instruksikan klien A : Masalah teratasi
5. Tidak Ada untuk menggunakan
teknik relaksasi.
P : Intervensi dihentikan

V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. D
No.RM :-
Ruang :-
No. Paraf
Tgl Jam Implementasi Evaluasi Formatif (Hasil)
Dx
1 - Review pengetahuan pasien S : Kel 1
mengenai kondisinya - Klien mengatakan sudah mengetahui mengenai
- Identifikasi kemungkinan penyebab, berbagai jenis kontrasepsi
sesuai kebutuhan. - Klien mengatakan sudah mengetahui apa dan
- Berikan informasi pada pasien bagaimana prosedur tindakan tubektomi
mengenai kondisinya, sesuai
kebutuhan.
- Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi dimasa yang O :
akan datang
- Edukasi pasien mengenai tindakan No Indikator awal akhir Target
untuk mengontrol/ meminimalkan
1 Faktor-faktor penyebab 1 5 5
dan faktor yang
berkontribusi

2 Faktor resiko 1 5 5

2 - Jelaskan semua prosedur termasuk S : kel 1


sensasi yang akan dirasakan yang - Klien mengatakan sudah tidak merasakan khawatir dan
mungkin akan dialami klien selama cemas yang berlebihan
prosedur dilakukan.
- Dorong herbalisasi perasaan ,
O:
persepsi dan ketakutan.
- Berikan aktivitas pengganti yang
No Indikator awal akhir Target
bertujuan untuk mengurangi
tekanan. 1 Rasa takut 2 5 5
- Bantu klien meng -identifikasi yang yang
memicu kecemasan. disampaikan
- Instruksikan klien untuk secara lisan
menggunakan teknik relaksasi.
2 Rasa cemas 2 5 5
yang di
sampaikan
secara lisan

VI. EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Klien : Ny. D
No.RM :
Ruang :

Tanggal No. Jam Evaluasi (SOAP) Paraf


Dx
1 S: Kel 1

- Klien mengatakan sudah mengetahui mengenai berbagai jenis kontrasepsi


- Klien mengatakan sudah mengetahui apa dan bagaimana prosedur tindakan tubektomi

O:

No Indikator awal akhir Target

1 Faktor-faktor 1 5 5
penyebab
dan faktor
yang
berkontribusi

2 Faktor resiko 1 5 5

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
2 S: Kel 1

- Klien mengatakan sudah tidak merasakan khawatir dan cemas yang berlebihan

O:

No Indikator Awal akhir Target

1 Rasa takut 2 5 5
yang
disampaikan
secara lisan

2 Rasa cemas 2 5 5
yang
disampaikan
secara lisan

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP

Bahwa tubektomi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang disterilisasi
namun kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita kembali
menyambung setelah dipotong atau ditutup. Dengan kategori ;
 Sangat efektif dan mantap Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana
 Tidak ada efek samping
 Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan
 Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)
Vasektomi merupakan salah satu pilihan alat kontrasepsi untuk pria yang aman dan tentunya
diperuntukan untuk pria yang tidak ingin punya anak. Prosedur yang dilakukan untuk
vasektomi pun sangat aman karena ini adalah operasi kecil.

Anda mungkin juga menyukai