Anda di halaman 1dari 12

KONTRASEPSI METODE AMENORE LAKTASI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Dosen Pengampu:
Tarsikah, SSiT., M. Keb

Disusun Oleh :
Widia Bunga Sita (P17311173048)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI BIDAN MALANG
TAHUN 2019
ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa. Puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya sehingga tugas
makalah Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
dengan judul “Kontrasepsi Metode Amenore Laktasi” dapat selesai dengan baik.

Makalah ini ditujukan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Asuhan


Kebidanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi dan juga kepada
mahasiswa kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang.

Dalam penyelesaian makalah ini, tentu saja banyak pihak yang membantu
penulis. Di antaranya yaitu dosen dan para teman sesama mahasiswi kebidanan
Poltekkes Kemenkes Malang. Maka dari itu kami mengucapkan terima kasih.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, masih banyak


kekurangan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca.

Malang, 26 Juli 2019

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... ii


Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Metode Amenore Laktasi ....................................... 3
2.2 Cara kerja Metode Amenore Laktasi ........................................ 3
2.3 Keuntungan kontrasepsi Metode Amenore Laktasi .................. 4
2.4 Keuntungan nonkontrasepsi Metode Amenore Laktasi ............ 4
2.5 Keterbatasan penggunaan Metode Amenore Laktasi ............... 4
2.6 Siapa yang dapat menggunakan Metode Amenore Laktasi ...... 4
2.7 Siapa yang seharusnya tidak menggunakan Metode Amenore
Laktasi ...................................................................................... 4
2.8 Keadaan yang memerlukan perhatian pada pasien pengguna
Metode Amenore Laktasi.......................................................... 5
2.9 Hal yang harus disampaikan kepada pasien yang menggunakan
Metode Amenore Laktasi
2.10 Keefektifan menggunakan Metode Amenore Laktasi .............. 5
2.11 Langkah penentuan saat menggunakan KB dengan Metode ... 6
2.12 Amenore Laktasi ....................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 8
Daftar Pustaka ................................................................................................ 9
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI
tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. Metode Amenorea
Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan
pemberian asi secara ekslkusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa
tambahan makanan dan minuman lainnya. MAL dapat dikatakan sebagai
metode keluarga berencana alamiah (KBA), apabila tidak dikombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain.
Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi.
Pada saat menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin.
Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin dan hormon gonadotrophin
melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan
mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.
Efektivitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara
benar dan memenuhi persyaratan seperti digunakan selama enam bulan
pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan
menyususi secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman
tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi
dan intensitas menyusui.
Salah satu faktor penting dalam keberhasilan kontrasepsi metode
amenorea laktasi adalah tingkat pengetahuan ibu, jika pengetahuan ibu tentang
metode amenorea laktasi tinggi maka ibu dapat menerima metode amenorea
laktasi sebagai salah satu metode kontrasepsi yang aman dan mudah serta
mendukung program ASI ekslusif. Oleh karena itu penting sekali dalam
meningkatkan pengetahuan ibu tentang metode amenorea laktasi guna
pecapain keberhasilan kontrasepsi metode amenorea laktasi yang
tinggi. Salah satu cara mendukung peningkatan pengetahuan
ibu yaitu dengan menyediak caran materi dan memberiakan penyuluhan
metode amenorea laktasi pada ibu.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Metode Amenore Laktasi
2. Untuk mengetahui cara kerja Metode Amenore Laktasi
3. Untuk mengetahui keuntungan kontrasepsi Metode Amenore Laktasi
4. Untuk mengetahui keuntungan nonkontrasepsi Metode Amenore Laktasi
5. Untuk mengetahui keterbatasan penggunaan Metode Amenore Laktasi
6. Untuk mengetahui siapa yang dapat menggunakan Metode Amenore
Laktasi
2

7. Untuk mengetahui siapa yang seharusnya tidak menggunakan Metode


Amenore Laktasi

8. Untuk mengetahui keadaan yang memerlukan perhatian pada pasien


pengguna Metode Amenore Laktasi
9. Untuk mengetahui hal yang harus disampaikan kepada pasien yang
menggunakan Metode Amenore Laktasi
10. Untuk mengetahui keefektifan menggunakan Metode Amenore Laktasi
11. Untuk mengetahui langkah penentuan saat menggunakan KB dengan
Metode Amenore Laktasi
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Lactational Amenorrhea Method (LAM) atau Metode Amenorea Laktasi
(MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman apa pun lainnya.
Penelitian menyatakan bahwa wanita yang memberikan ASI secara
eksklusif dan belum mendapatkan menstruasinya maka biasanya tidak akan
mengalami kehamilan selama masa 6 bulan setelah melahirkan.
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:
1. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila pemberian ≥
8 kali sehari
2. Belum mendapat haid
3. Umur bayi kurang dari 6 bulan
MAL menggunakan praktik menyusui untuk menghambat ovulasi sehingga
berfungsi sebagai kontrasepsi. Apabila seorang wanita memiliki seorang bayi
berusia kurang dari 6 bulan dan amenore serta menyusui penuh, kemungkinan
kehamilan terjadi hanya sekitar 2%. Namun, jika tidak menyusui penuh atau
tidak amenorea, risiko kehamilan akan lebih besar. Banyak wanita akan
memilih bergantung pada metode kontrasepsi lain seperti pil hanya progesteron
serta MAL.
B. Cara Kerja
Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami karena hisapan
bayi pada puting susu dan areola akan merangasang ujung-ujung saraf sensorik,
rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus, hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya
akan merangsang faktor-faktor tersebut merangsang hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan merangsang sel–sel
alveoli yang berfungsi untuk memproduksi susu.
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal dari
isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang kemudian
dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses
involusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan merangsang kontraksi dari sel
akan memeras ASI yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
4

duktulus yang selanjutnya mengalirkan melalui duktus laktiferus masuk ke


mulut bayi.
Hipotesa lain yang menjelaskan efek kontrasepsi pada ibu menyusui
menyatakan bahwa rangsangan syaraf dari puting susu diteruskan ke
hypothalamus, mempunyai efek merangsang pelepasan beta endropin yang akan
menekan sekresi hormon gonadotropin oleh hypothalamus. Akibatnya adalah
penurunan sekresi dari hormon Luteinizing Hormon (LH) yang menyebabkan
kegagalan ovulasi.

C. Keuntungan Kontrasepsi MAL


1. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan)
2. Tidak mengganggu senggama
3. Tidak ada efek samping secara sistemik
4. Tidak perlu pengawasan medis
5. Tidak perlu obat atau alat
6. Tanpa biaya

D. Keuntungan Nonkontrasepsi MAL


1. Untuk Bayi
a. Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat
ASI)
b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang
bayi yang optimal
c. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formula, atau alat minum yang dipakai
2. Untuk Ibu
a. Mengurangi perdarahan persalinan
b. Mengurangi risiko anemia
c. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi

E. Keterbatasan MAL
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pascapersalinan
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
3. Evektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS

F. Yang Dapat Menggunakan MAL


1. Ibu yang menyusui secara eksklusif
2. Bayinya berumur kurang dari 6 bulan
3. Belum mendapat haid setelah melahirkan

G. Yang Seharusnya Tidak Memakai MAL


5

1. Sudah mendapat haid setelah bersalin


2. Tidak menyusui secara eksklusif
3. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
4. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam

H. Keadaan Yang Memerlukan Perhatian


Keadaan Anjuran
Ketika mulai memberikan makanan Membantu klien memilih metode lain.
pendamping secara teratur Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.
Ketika haid sudah kembali Membantu klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.
Bayi menghisap susu tidak sering Membantu klien memilih metode lain.
(on demand) atau jika < 8 kali Walaupun metode kontrasepsi lain
sehari dibutuhkan, klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan atau lebih Membantu klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.

I. Hal Yang Harus Disampaikan Kepada Klien


1. Seberapa sering harus menyusui
Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi
menyelesaikan menghisap dari satu payudara sebelum memberikan
payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir (hind milk).
Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali
tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara
lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara
memproduksi banyak susu.
2. Waktu antara pengosongan 2 payudara tidak lebih dari 4 jam
3. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya
4. Susui bayi Ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam
membantu mempertahankan kecukupan persediaan ASI
5. Bayi terus disusukan walau ibu atau bayi sedang sakit
6. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin
7. Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan pendamping
ASI.
Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat
badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai dengan
umur 6 bulan. (Berat Badan naik sesuai umur, sebelum BB naik minimal
0,5kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari)
6

8. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi
akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif
sebagai metode kontrasepsi
9. Haid
Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur kembali dan
harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya
10. Untuk kontrasepsi dan kesehatan
a. Anda memerlukan metode kontrasepsi lain ketika Anda mulai dapat haid
lagi, jika Anda tidak lagi menyusui secara eksklusif atau bila bayi Anda
sudah berumur 6 bulan
b. Konsultasi dengan bidan/dokter atau di klinik/puskesmas sebelum Anda
memulai memakai metode kontrasepsi lainnya
c. Jika suami/pasangan Anda berisiko tinggi terpapar Infeksi Menular
Seksual, termasuk AIDS, Anda harus pakai kondom ketika memakai
MAL.
11. Apa yang harus dilakukan bila Anda menyusui tidak secara eksklusif atau
berhenti menyusui
a. Anda perlu kondom atau metode kontrasepsi lain ketika Anda tidak
menyusui lagi secara eksklusif
b. Ke klinik KB untuk membantu memilihkan atau memberikan metode
kontrasepsi lain yang sesuai

J. Beberapa catatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai keefektifan


98%
1. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi
1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama)
2. Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum
dianggap haid)
3. Bayi menghisap secara langsung
4. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
5. Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan) dan
dari kedua payudara
6. Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari
7. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam

Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului


haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek ketidaksuburan karena
menyusui sangat dipengaruhi oleh Cara menyusui, seringnya menyusui, lamanya
setiap kali menyusui, jarak antara menyusui dan kesungguhan menyusui.
Setelah berhasil dan aman untuk memakai MAL maka ibu harus menerapkan
menyusui secara eksklusif sampai dengan enam bulan. Untuk mendukung
keberhasilan menyusui eksklusif dan MAL maka beberapa hal yang penting
untuk diketahui yaitu cara menyusui yang benar meliputi posisi, perlekatan dan
menyusui secara efektif.
7

K. Langkah Penentuan Saat Menggunakan KB


8

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lactational Amenorrhea Method (LAM) atau Metode Amenorea Laktasi
(MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman apa pun lainnya. Metode ini bertujuan untuk penundaan atau
penekanan ovulasi.
Efektivitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara benar
dan memenuhi persyaratan seperti digunakan selama enam bulan pertama
setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan menyususi
secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan
9

Daftar Pustaka

BKKBN. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Glasier, Anna & Alisa Gebbie. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: EGC
Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai